Makalah ini membahas tentang pendidikan agama Islam. Terdiri dari lima penulis yang menjelaskan latar belakang diri, sub tema yang akan dibahas seperti masyarakat pra-Islam, agama di Jazirah Arab sebelum Nabi Muhammad, perkembangan Islam setelah khulafaurrasyidin, dan pandangan ulama terhadap hadist tentang iftiraq ummati. Juga terdapat daftar isi yang menjelaskan bab-bab utama yang akan dibahas.
Bab 1 Peradaban Bangsa Arab Sebelum Kedatangan Islam (1).pdf
PAI-MAKALAH
1. 1
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DOSEN PEMBIMBING : ABDUL HAMID ALY, S.Pd., M.Pd
DISUSUN OLEH :
- MELFARYA SAFITRI (2190108088)
- TITIS ROHDHIANA (21901081107)
- ESSKA IBNUSURA (2190101109)
- M. TYAS FARISKAL (21901081106)
- ABDUL AWWAL (21901081079)
2. 2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Pemaparan profil penyusun
Anggota pelaksana : 5 orang
a. Nama Lengkap : Melfarya Safitri
b. NIM : 2190108088
c. Jurusan : manajemen
d. Universitas : Universitas Islam Malang
e. Alamat Rumah dan No.telp/ Hp : 0857-0452-9868
f. Alamat Email : mlfry1001@gmail.com
a. Nama Lengkap : Titis Rohdhiana
b. NIM : 21901081107
c. Jurusan : Manajemen
d. Universitas : Universitas Islam Malang
e. Alamat Rumah dan No.Tlpn/ Hp : Pasuruan, 0813-5993-1201
f. Alamat Email : titisrohdhiana@gmail.com
a. Nama Lengkap : Esska Ibnusura
b. NIM : 2190101109
c. Jurusan : Manajemen
d. Universitas : Universitas Islam Malang
e. Alamat Rumah dan No. Telp/Hp : Jl. Joyo mulyo, 0858-3809-2742
f. Alamat Email : esskaibra@gmail.com
a. Nama Lengkap : Muhammad Tyas Fariskal Ardyansyah
b. NIM : 21901081106
c. Jurusan : Manajemen
d. Universitas : Universitas Islam Malang
e. Alamat Rumah dan No.Tlpn/Hp : Pandaan, 0838-3313-1087
f. Alamat Email : fariskalardi@gmail.com
3. 3
a. Nama Lengkap : Abdul Awwal
b. NIM : 21901081079
c. Jurusan : Manajemen
d. Universitas : Universitas Islam Malang
e. Alamat Rumah dan No. Tlpn/Hp : Lombok,NTB, 0878-6007-1630
f. Alamat Email : awwal696@gmail.com
4. 4
SUB TEMA YANG AKAN DIBAHAS
2.1 Masyarakat Pra Islam
2.2 Agama dijazirah Arab Sebelum Nabi Muhammad SAW
2.3 Agama samawi dan Agama ardli
Pandangan ulama terhadap hadist iftiraq al-ummah
2.4 Perkembangan Islam Setelah Khulafaurrasyidin
2.5 Riwayat Hadist Tentang Iftiraqu Ummati
2.6 Pandangan Ulama Terkait Hadist Iftiraqu Ummati
2.7 Pandangan Sunni Terhadap Hadist Iftiraqu Ummati
5. 5
DAFTAR ISI
Cover…………………………………………………………………………………………….1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pemaparan profil penyusun……………………………………………………………….2
1.2 Materi yang dibahas………………………………………………………………………..4
1.3 Daftar isi…………………………………………………………………………..………...5
BAB II PEMBAHASAN
A) Masyarakat Pra-Islam………………………………………………………………………6
B) Agama di jazirah Arab sebelum Nabi Muhammad SAW………………………………..8
C) Agama samawi dan agama Ardli…………………………………………………………9
D) Perkembangan islam setelah khulafaurrasyidin……………………………………….10
E) Riwayat hadist tentang iftiraqu ummati……………………………………………….12
F) Pandangan ulama tentang hadist iftiraqu ummati…………………………………….13
G) Pandangan sunni terhadap hadist iftiraqu ummati…………………………………..14
BAB III PENUTUP
A) Kesimpulan……………………………………………………………………………...16
B) Daftar Pustaka………………………………………………………………………….. 17
6. 6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masyarakat Pra Islam
Kondisi masyarakat arab sebelum kedatangan islam secara umum ditandai dengan
beberapa kondisi antara lain kondisi sosial budaya, kondisi sosial politik dan kondisi religius.
1. Kondisi Sosial Budaya
Kondisi kehidupan masyarakat Arab pra Islam secara umum dikenal dengan sebutan zaman
jahiliyah (zaman kebodohan). Hal ini dikarenakan dalam waktu yang lama, masyarakat Arab
tidak memiliki kitab suci, ideologi agama dan tokoh besar yang membimbing mereka.
Mereka tidak mempunyai sistem pemerintahan yang ideal dan tidak mengindahkan nilai-nilai
moral sehingga masyarakatnnya memiliki akhlak yang sangat rendah (krisis moral). Dapat
disimpulkan bahwa keaadaan sosial budaya masyarakat arab Arab pra islam di antaranya:
a. Orang-orang Arab sebelum kedatangan Islam adalah orang-orang yang menyekutukan Allah
(musyrikin), yaitu mereka menyembah patung-patung (berhala) karena dianggap suci.
b. Mereka menguburkan anak-anak perempuan mereka hidup-hidup karena takut malu dan
celaan (mereka menganggap perempuan membawa kemiskinan dan kesengsaraan)
c. Budak diperlakukan majikannya secara tidak manusiawi, memperlakukannya seperti binatang
dan barang dagangan, dijual atau dibunuh. Para budak tidak mendapatkan kebebasan untuk hidup
layaknya manusia merdeka.
d. Mereka orang-orang yang suka berselisihan, yang suka bertengkar, lantaran sebab-sebab kecil
yakni suka meminum khamr, segolongan dari mereka memerangi akan segolongannya.
2. Kondisi sosial politik
Kondisi sosial politik sebelum kedatangan Islam di masyarakat arab diwarnai oleh intrik politik
perebutan pengaruh diantara tiga kekuatan dunia pada saat itu yaitu pertama, Kristen Byzantium,
berpengaruh kuat di sekitar laut merah bahkan sampai di Abisinia. Kedua, Persia Zoroater,
dengan ibukota di Ctesiphon di Mesopotamia, pengaruhnya mencapai sebelah Timur Arabia dan
sepanjang Panti Selatan Yaman. Ketiga, Kerajaan Arab Selatan di bawah kekuasaan dinasti
Himyar.
a. Adanya persaingan dalam Konteks keagamaan antara kekaisaran Byantium dan Persia.
Agama bangsa Persia kuno adalah Zoroaster (kepercayaan yang menyembah kepada ahura
Mazda yaitu tuhan yang bijaksana), selama lima abad Persia dikalahkan oleh kekaisaran
Byzantium ternyata tetap bertahan.
7. 7
b. Lengsernya kerajaan arab selatan akibat beralihnya peta perekonomian ke Romawi.
Bangkitnya perekonomian romawi telah merubah peta perdagangan dalam konteks dunia
Arab yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian linear, akibatnya terjadi kekeringan yang
maha dahsyat telah menjadikan kerugian pertanian dan ekonomi lokal.
3. Kondisi religius
Terdapat enam kategori kehidupan Religius masyarakat Arab Pra- Islam
1) Fetishism (penyembahan pada batu)
2) Animism (kepercayaan terhadap roh)
3) Dinamism (kepercayaan terhadap nenek moyang)
4) Totemism (kepercayaan kekuatan dalam suatu berupa brung, ikan binatang atau tumbuhan)
5) Astral Triadism (kepercayaan pada tiga serangkaian benda langit, matahari bulan dan Venus)
6) Monoterism (Mempercayai bahwa Tuhan adalah satu atau tunggal dan berkuasa penuh atas
segala sesuatu
Menurut Watt dalam bukunya Muhammad's Mecca, mengidentifikasi adanya empat
sistem kepercayaan religius yang berkembang di Arab Pra Islam, yaitu :
a. Fatalisme
Kepercayaan bahwasanya peristiwa yang terjadi dalam hidup ini merupakan produk dan
ditentukan oleh waktu. Waktulah yang menentukan segalanya. Terdapat dua hal yang wujudnya
ditakdirkan; pertama, kematian (ajal) dan kedua, rezeki. Dua hal inilah yang keberadaannya di
luar kontrol manusia.
b. Paganisme
Kepercayaan masyarakat Arab pra Islam yang paling ditentang oleh Islam adalah kepercayaan
model pagan. Di jazirah arab terdapat 10 Tuhan yang disembah. Tiga diantarnya tuhan feminim
dan tujuh lainnya berkarakter tuhan maskulin.
Kepercayaan tersebut dilatari oleh keyakinan bahwa tuhan-tuhan itu bisa memberikan kesuburan
bagi tanaman. Sehingga dalam ritual mereka mengadakan persembahan sebagian hasil bumi
mereka dan penyediaan rezeki untuk berhala-berhala.
8. 8
c. Kepercayaan kepada Allah sebagai Super Tuhan
Konsep "Allah" dalam masyarakat Pra Islam mengandung beberapa pengertian anatara lain;
Sebagai Tuhan pencipta alam semesta, sebagai pemberi hujan dan kehidupan, digunakan dalam
sumpah yang sakral, sebagai objek penyembahan/ monoteisme sementara, sebagai tuhan ka'bah,
sebagai tuhan yang disembah melalui perantaraan dewa-dewa lain.
d. Monotheisme
Monoteisme masyarakat pra-Islam terdapat 3 teori yang dimunculkan; Pertama, Monoteisme
pengaruh dari agama Yahudi. Kedua, Monoteisme merupakan sesuatu yang bersifat alamiah,
atau merupakan evolusi pemikiran secara umum dari masyarakat. Ketiga, Monoteisme berkaitan
dengan istilah "hanif" (pegangan tauhid yang dibawa nabi Ibrahim As), hal ini di jelaskan dalam
Q.S Al-Imran : 67.
B. AGAMA DI JAZIRAH ARAB SEBELUM NABI MUHAMMAD SAW
Sangat penting untuk kita ketahui tentang keadaan bangsa Arab, baik dari segi budaya,
adat istiadat, sosial dan ekonomi, sebelum Islam masuk ke wilayah tersebut,. Karena pada
dasarnya bangsa Arablah yang pertama kali menerima agama Islam, dengan kultur yang saat itu
penuh dengan perbedaan-perbedaan dengan risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Sebelum datangnya agama Islam ke Arab, Arab telah mempunyai berbagai agama dan peraturan-
peraturan kehidupan untuk masyarakatnya.
Jazirah Arab secara bahasa terbagi menjadi dua kosa kata, yaitu “jazirah” yang berarti
Pulau, sebagian ahli sejarah menyebut jazirah Arab dengan sebutan ( ةريزجلا هبش ) yang berarti
“Semenanjung”. Sedangkan kata Arab menurut para sejarawan ( فار ق وال صحاري ال ) yang berarti
“padang pasir dan gurun atau tanah gersang yang tidak ada air dan tumbuhannya”. Jadi jazirah
Arab merupakan semenanjung yang penuh dengan padang pasir dan gurun, serta gersang tanpa
air dan tanaman. Kata ini telah ada semenjak Arab kuno dan masyhur di semenanjung Arab.
Secara geografis, semenanjung Arab berbentuk memanjang dan tidak parallelogram, dan
berbatasan dengan batasan geografis yang ada di sekeliling Semenanjung Arab. Semenanjung
Arab sendiri di wilayah barat berbatasan dengan laut Merah dan semenanjung Sinai (sebuah
semenanjung yang berbentuk segitiga yang terletak di Asia Barat, namun menjadi bagian Mesir
di Afrika), dan di wilayah timur berbatasan dengan Teluk Arab (dahulu bernama Teluk Persia),
Hira, Dijla, Tigris, Euphrates dan sebagian besar Negara Selatan Irak.
Sementara di wilayah selatan berbatasan dengan laut Arab, yang merupakan
perpanjangan dari laut India, dan di bagian utara berbatasan dengan Gurun Syam (kini bernama
Suriah) dan Gurun Irak, ada beberapa perbedaan dari para sejarawan terhadap batasan-batasan
ini. Sementara panjang dan lebar menurut para sejarawan kira-kira 1000 sampai 3000 Km lebih.
Secara umum semenanjung Arabia termasuk wilayah yang tandus sehingga hal ini
melindunginya dari penjajahan dan pengaruh agama, mari kita lihat penduduk Arab sejak zaman
kuno, bebas melakukan berbagai hal, meskipun jazirah ini diapit oleh dua kekaisaran besar, yaitu
9. 9
di sebelah timur oleh kekaisaran Persia yang beragama Majusi ( penyembah api, dengan kitab
sucinya Zend Avesta), dan kekaisaran Romawi yang Kristen berada di sebelah barat.
Kehidupan penduduk Arab pada masa itu rata-rata hidup Nomaden (suka mengembara
dan berpindah-pindah), selain itu, kehidupan mereka dibentuk berdasarkan kabilah-kabilah
(suku). Kabilah ini dibentuk oleh kelompok-kelompok keluarga atas dasar pertalian darah
(nasab), perkawinan dan sumpah setia.
Tiap kabilah dipimpin oleh seorang yang paling tua dan dipilih melalui musyawaroh.
Secara garis besar, ada dua macam penduduk yang hidup di Arab waktu itu, yaitu; penduduk
kota, yang rata-rata pedagang dengan dua kota terkenalnya yaitu Mekkah dan Madinah. Serta
penduduk desa atau waktu itu disebut dengan sebutan Badui, mereka rata-rata adalah petani,
peternak dan pengembala.
C. AGAMA SAMAWI DAN AGAMAARDLI
Karakter agama dengan demikian pertama-tama, dilihat sebagai sesuatu yang mencakup
segala perwujudan dan bentuk hubungan manusia dengan yang Adikodrati. Kedua, Terhadap
yang Adikodrati itu, manusia merasa diri kecil, dan menggantungkan diri kepada yang adikodrati
tersebut. Yang Adikodrati membuat manusia takut atau takwa karena sifatNya yang dahsyat;
tetapi sekaligus juga membuat manusia tertarik kepadaNya (tremendum et fascinoscum). Istilah
Adikodrat dari suatu pengalaman para pendiri agama-agama, yang lazimnya dinamai wahyu.
Wayhu ini mencakup pandangan tentang Yang Ilahi itu sendiri, asal-usulnya, tentang akhirat,
tentang tuntunan akhlak/moral serta cara-cara beribadat. Biasanya apa yang diterima sebagai
wahyu dicantumkan dalam Kitab yang dinamakan Kitab Suci.
Dalam hubungan dengan hal tersebut kita dapat mengatakan bahwa agama samawi
adalah agama yang benar-benar berasal dari Yang Ilahi tersebut, datang dari yang Adikodrati.
Singkatnya datang dari Tuhan sendiri. Oleh karena agama Samawi itu berasal dari Tuhan, atau
yang tansenden, atau yang Adikodrati maka sebagai pegangan iman, agama tersebut memiliki
Kitab Sucinya.
Agama bangsa Arab di Makkah sebelum Islam dapat dikelompokkan menjadi dua aliran:
a. Agama Samawi: Samawi artinya langit, maksudnya adalah agama yang didasarkan kepada
wahyu Allah melalui para Nabi/Rasul-Nya, misalnya:
1. Agama Tauhid, dibawa oleh Nabi Ibrahim dan Ismail, tersebar di Jazirah Arab dan sekitarnya.
Mereka percaya hanya kepada Allah yang Maha Esa dan meyakini adanya hari kiamat.
2. Agama Yahudi, dianut oleh suku-suku Nadhir, Qainuqa’, dan Quraidhah. Agama Yahudi
tersebar di Yaman, Yatsrib (Madinah), Taima’, Fadak, Khaibar, Wadil Qura dan Palestina.
3. Agama Nasrani (Masehi), yang mempunyai pengikut di Najran, Ghassan dan Yaman. Agama
Masehi tersiar di Jazirah Arab melalui Siria, Mesir dan Habsyi.
10. 10
b. Agama Ardhi: Ardhi artinya bumi, maksudnya adalah agama atau kepercayaan yang berasal
dari hasil pemikiran manusia, misalnya:
1. Agama Majusi, yaitu agama yang berasal dari Persia. Penganutnya menyembah api dan
mempercayai adanya dewa kebaikan dan kejahatan.
2. Penyembahan berhala, berhala-berhala yang ada di berbagai tempat di wilayah Arab dulunya
berasal dari Haram Ka’bah, yang kemudian mereka muliakan, sementara Ka’bah tetap
mempunyai kedudukan yang tinggi. Berhala-berhala yang terkenal sesembahan bangsa Arab
Makkah adalah Hubal, Al Lata, Al ‘Uzza dan Manah (Manat).
3. Penyembahan Malaikat, mereka menganggap malaikat sebagai wakil dari Tuhan untuk
mengabulkan segala permintaan manusia dan mencabut kembali suatu pemberian. Bahkan
sebagian mereka menganggap malaikat itu anak-anak perempuan Allah.
4. Penyembahan Jin, Ruh dan Hantu, mereka percaya bahwa jin, ruh dan hantu mempunyai
hubungan langsung dengan Malaikat dan Tuhan.
5. Penyembahan Alam, yaitu mnyembah matahari, bulan dan bintang karena mereka
menganggap bahwa benda-benda tersebut diberi kekuasaan penuh oleh Tuhan untuk mengatur
alam, sehingga sudah sepantasnya dihormati.
6. Kepercayaan terhadap waktu, yang disebut Ad-Dahr, yaitu golongan yang mempercayai
bahwa segala sesuatu itu terjadi karena kehendak waktu.
7. Kepercayaan terhadap hewan, antara lain disebut Al-Bahirah, As-Saibah, Al-Washilah dan Al-
Hamiah.
D. Perkembangan islam setelahkhulafaurrasyidin
Masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin berakhir dengan terbunuhnya Ali bin Abi Thalib.
Kelompok pendukung Ali mengangkat Hasan bin Ali untuk menjadi khalifah. Kelompok
pendukung Mu’awiyah mengangkat Mu’awiyah bin Abu Sufyan.
Sebagai khalifah Hasan menyerahkan kekuasaan kepada Mu’awiyah sehingga kekhalifahan
dipegang oleh Bani Umayyah dengan nantinya setelah Mu’awiyah meninggal, pemerintahan
akan dikembalikan kepada umat islam. Akan tetapi, perjanjian ini tidak pernah diwujudkan dan
dengan diangkatnya Mu’awiyah sebagai khalifah, berdirilah Kerajaan Bani Umayyah. Pendiri
Kerajaan Umayyah adalah Mu’awiyah bin abu Sufyan.
Nama Umayyah merupakan nama kakek kedua dari Mu’awiyah yang bernama Umayyah
bin Abdus Syam. Pergantian kepemimpinan Kerajaan Umayyah berdasarkan keturunan. Hal ini
berbeda dengan zaman Khulafaur Rasyidin yang dipilih langsung rakyat.
Pada masa Daulah Bani Umayyah perkembangan kebudayaan mengalami kemajuan dan juga
bidang seni, terutama seni bahasa, seni suara, seni rupa, dan seni bangunan (Arsitektur).
11. 11
1. Seni Bahasa
Kemajuan seni bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan bahasa. Sedangkan
kemajuan bahasa mengikuti kemajuan bangsa. Pada masa Daulah Bani Umayyah kaum muslimin
sudah mencapai kemajuan dalam berbagai bidang, yaitu bidang politik, ekonomi, sosial, dan
ilmu pengetahuan. Dengan sendirinya kosakata bahasa menjadi bertambah dengan kata-kata dan
istilah –istilah baru yang tidak terdapat pada zaman sebelumnya.
Kota Basrah dan Kufah pada zaman itu merupakan pusat perkembangan ilmu dan sastra (adab).
Di kedua kota itu orang-orang Arab muslim bertukar pikiran dalam diskusi-diskusi ilmiah
dengan orang-orang dari bangsa yang telah mengalami kemajuan terlebih dahulu. Di kota itu
pula banyak kaum muslimin yang aktif menyusun dan menuangkan karya mereka dalam
berbagai bidang ilmu. Maka dengan demikian berkembanglah ilmu tata bahasa (Ilmu Nahwu dan
sharaf) dan Ilmu Balaghah, serta banyak pula lahir-lahir penyair-penyair terkenal.
2. Seni Rupa
Seni rupa yang berkembang pada zaman Daulah Bani Umayyah hanyalah seni ukir, seni
pahat, sama halnya dengan zaman permulaan, seni ukir yang berkembang pesat pada zaman itu
ialah penggunaan khat arab (kaligrafi) sebagai motif ukiran.
Yang terkenal dan maju ialah seni ukir di dinding tembok. Banyak Al-Qur’an, Hadits Nabi dan
rangkuman syair yang di pahat dan diukir pada tembok dinding bangunan masjid, istana dan
gedung-gedung.
3. Seni Suara
Perkembangan seni suara pada zaman pemerintahan Daulat Bani Umayyah yang terpenting
ialah Qira’atul Qur’an, Qasidah, Musik dan lagu-lagu lainnya yang bertema cinta kasih.
4. Seni Bangunan (Arsitektur)
Seni bangunan atau Arsitektur pada masa pemerintahan Daulah Bani Umayyah pada
umumnya masih berpusat pada seni bangunan sipil, seperti bangunan kota Damaskus, kota
Kairuwan, kota Al- Zahra. Adapun seni bangunan agama antara lain bangunan Masjid Damaskus
dan Masjid Kairuwan, begitu juga seni bangunan yang terdapat pada benteng- benteng
pertahanan masa itu.
Adapun kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, berkembangnya dilakukan dengan jalan
memberikan dorongan atau motivasi dari para khalifah. Para khalifah selaku memberikan
hadiah-hadiah cukup besar bagi para ulama, ilmuwan serta para seniman yang berprestasi dalam
bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan dan untuk kepentingan ilmu pengetahuan di sediakan
anggaran oleh negara, itulah sebabnya ilmu pengetahuan berkembang dengan pesatnya.
Pusat penyebaran ilmu pengetahuan pada masa itu terdapat di masjid-masjid. Di masjid-masjid
itulah terdapat kelompok belajar dengan masing-masing gurunya yang mengajar ilmu
pengetahuan agama dan umum ilmu pengetahuan agama yang berkembang pada saat itu antara
lain ialah, ilmu Qira’at, Tafsir, Hadits Fiqih, Nahwu, Balaqhah dan lain-lain.
12. 12
E. Riwayat Hadist Tentang Iftiraqu Ummati
Berawal dari hadits iftiraqul ummah (perpecahan umat), memunculkan berbagai persepsi
dalam menyikapi variansi kelompok yang ada ditengah-tengah kaum muslimin. Diantara mereka
ada yang terkesan memaksakan kelompok tertentu sebagai satu-satunya komunitas yang
mendapatkan jaminan selamat di antara sekian kelompok yang ada. Kemudian mereka berusaha
untuk menyematkan ancaman kecalakaan dan neraka kepada komunitas selainnya. Di sisi lain
ada juga yang terlalu longgar dalam memaknai hadits tersebut sehingga menafikan adanya aliran
sesat selagi masih menisbatkan dirinya kepada islam meski hanya namanya saja.
Untuk mendudukkan hadits tersebut ke dalam realita kehidupan dengan aneka ragam
kolompok ini, hendaknya kita menilai tidak hanya dari sudut pandang teks yang tertera di hadits
dan kita ma’nai sesuai dengan kehendak kita. Sehingga yang dihasilkan hanyalah jutstifikasi
terhap persepsi yang kita simpulkan dan kemudian mencari dalil sebagai penguat. Namun
handaknya kita meneliti secara jeli hadits tersebut serta mengidintentifikasi pernyataan para
ulama yang menjelaskan tentang maksud daripadanya.
Hadits yang menyebutkan tentang iftiraqul ummah menjadi 73 golongan adalah sebagai berikut:
ِنِ َنني إِ يرنا ِِ لَِافْنَ َِقنْفعِ ِِ إِحفدنا وِسِب فِِاِِْنفَا ًَِنَاِْف نا َنِِ يرنا َِنر ِِ لةِح ناد ِِ يتنا نر يِاس َنَ ِ فسإْ لَِافْنَ َِقنْفعِ ِِ نفقَِنفِنَ وِسِب إو نِْنف
إَِب ِاَِفسا
“Sesungguhnya bani israil terpecah menjadi tujuh puluh satu golongan. Dan sesungguhnya
ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan semuanya terancam masuk neraka
kecuali satu. Dialah al-jama’ah.”
Hadits ini atau yang makna dengannya juga tendapat pada beberapa kitab hadits diantaranya
dalam Sunan ibnu Majah , Sunan abi Dawud , Musnad Ahmad , Sunan ad-Darimiy , As-syariah
milik Al-ajuriy .
Hadits ini merupakan pengakhabaran dari Rasulullah saw tentang perpecahan yang akan terjadi
pada tubuh kaum muslimin. Pengguna’an kata “ummah” memancing perbincangan para ulama
tentang maknanya. Apakah yang dimaksud adalah ummatud da’wah (termasuk di dalamnya
yahudi dan nasrani dan yang lainnya) yang menjadi obyek dakwah Rasulullah saw, atau yang
dimaksud adalah ummatul ijabah (ummat islam secara khusus). Imam as-sindiy berkata: “yang
dimaksud adalah ummatul ijabah, yaitu ahlul qiblah. Karena istilah ummah dinisbatkan kepada
beliau shallalahu alaihi wasallam yang secara langsung dapat difahami sebagai ummatul ijabah.
Sedangkan seorang ulama, DR. Al-Buthiy bependapat bahwa yang dimaksud dengan ummah
adalah ummatud da’wah. Ini berdasarkan dengan argumentasi bahwa Rasulullah saw
menggunakan kata ummah secara umum. Kalau saja yang dimaksud dengan ummah adalah
ummatul ijabah tentunya beliau akan menggunakan isitlah “sataftariqul muslimin”. Ini maknanya
bahwa yang dimaksud dengan ummah adalah ummatu da’wah. Kesimpulannya bahwa ummat
yang di menjadi obyek dakwah rasulullah akan terpecah menjadi 73 agama. Dan jaminan bahwa
yang selamat adalah hanya satu agama maknanya adalah agam islam dengan sekian sekte-
sektenya.
13. 13
F. Pandangan ulama tentang hadist iftiraqu ummati
Banyak persepsi yang muncul dalam penerapan hadits iftiraq ini. Diantara mereka ada
yang mencoba untuk menyematkan label 72 golongan tersebut kepada kelompok-kelopok
tertentu. Dan disisi lain mereka berusaha untuk menggiring opini public bahwa satu-satunya
kelompok yang selamat adalah kelompoknya sendiri. Padahal hadits tersebut sama sekali tidak
mendukung pernyataan mereka tersebut. Rasulullah saw tidak menghususukan kelompok yang
selamat tersebut untuk golongan tertentu dan menafikan kelompok yang lainnya.
Untuk mengukur suatu kelompok atau personal apakah ia masuk kedalam golongan yang
selamat atau kelompok yang celaka hendaknya menggunakan timbangan al-qur’an dan sunnah.
Sedangkan Al-qur’an dan Sunnah menyebutkan Al-Jama’ah atau Ma ana alaihi wa ashabiy sama
sekali tidak menghususkan nama kelompok-kelompok tertentu. Maknanya siapa saja dari kaum
muslimin yang terpenuhi padanya sifat kelompok tersebut maka ia berhak mendapatkan
jaminannya. Bukan lantas memaksakan dalil untuk menghusus jaminan tersebut kepada
komunitas tertentu dan menafikan yang lainnya.
Syaikhul islam Ibnu Taymiyah berkata tentang golongan yang selamat tersebut “Mereka
adalah yang berpegang teguh dengan islam secara murni dan bersih dari penyimpangan. Mereka
adalah ahlus sunnah yang tercakup di dalamnya As-Shiddiqun, Asy-syuhada, Ash-Shalihun. Dan
termasuk pula di dalmnya para pembawa panji petunjuk, pelita di tengah kegelapan, dan orang-
orang yang mempunyai budi pekerti yang luhur dan keutama’an, dan abdal: yaitu para imam
yang kaum muslimin bersepakat atas petunjuk dan keilmuan mereka. Mereka adalah thaifah al-
manshurah yang disebutkan dalam hadits (akan senantiasa ada sekelompok dari ummatku yang
senantiasa berada diatas kebenaran dan tidak akan mampu memberikan kecalakaan kepada
mereka orang yang menghinakan mereka atau orang yang menyelisihi mereka sampi datangnya
hari kiamat).
Dengan demikian kelompok yang selamat atau Firqah Najiah tersebut tersebar di
kalangan seluruh kaum muslimin yang mereka meniti jejak Rasul dan para sahabatnya. Sehingga
nampaklah kebathilan orang-orang yang menganggap bahwa hanya orang-orang yang bergabung
bersama kelompoknya saja yang berhak mendapat julukan firqah najiah dan yang selainnya
adalah kelompok yang celaka. Fudhail bin Iyadh berkata “seorang bertanya kepada imam malik,
wahai abu Abdullah: siapakan Ahlus-Sunnah itu? Beliau menjawab, orang yang tidak memiliki
laqob (julukan) yang diketahui. Tidak pula jahmiy, tidak rafidiy, tidak qadariy.”
Imam Nawawi ketika menerangkan hadits Rasulullah saw (akan senantisa ada segolongan dari
ummatku yang mereka berada diatas kebenaran): ini mengandung pengertian bahwa kelompok
tersebut terpencar pada setiap komunitas kaum muslimin. Diantara mereka ada para pemberani
yang senantiasa berperang, dan dianatara mereka ada fuqaha, demikian pula ahli hadits, dan
orang-orang ahli zuhud, dan penyeru kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar.
Dan termasuk pula di dalamnya orang-orang selain mereka dan para ahli kebaikan”.
14. 14
Abdul akhir Hammad al-ghunaimiy pentadzib syarah aqidah thahawiyah, memberikan
komentar ketika menyebutkan hadits rasulullah saw (diin ini akan senantiasa tegak dan
berperang diatasnya segolongan dari kaum muslimin samapi datangnya hari kiama) sembari
berkata: hal ini -wallahu a’lam- memberikan penngertian bahwa para mujahidin di jalan Allah
adalah orang yang paling utama untuk masuk ke dalam kelompok tersebut. Oleh karena itulah
syaikhul islam ibnu taymiyah berkata tentang Tar-tar dan kewajiban memeranginya (adapun
sekelompok kaum muslimin yang berada di syam, dan mesir dan yang selainnya, maka mereka
pada saat ini merupakan orang yang paling berhak untuk masuk dalam kategori thaifah
manshurah yang disebutkan oleh nabi shallahu alaihi wasallam (akan senantiasa ada sekelompok
dari ummatku yang senantiasa berada diatak kebenaran dan tidak akan mampu memberikan
kecalakaan kepada mereka orang yang menghinakan mereka atau orang yang menyelisihi
mereka sampi datangnya hari kiamat) majmu fatawa: 28/ 531).
G. Pandangan Sunni Terhadap Hadist Iftiraqu Ummati
Yang pertama adalah golongan Sunni (Ahlus sunnah wal jamaah), tentunya dengan
berbagai perbedaan pesepsi/pendapat yang terjadi pada kelompok-kelompok yang bernaung di
dalamnya, namun mereka tetap sebagai kelompok yang salah satu cirinya meyakini keautentikan
Alquran mushhaf Utsmani, dan dijadikan sebagai kitab suci yang diyakini akan tetap terjaga
hingga hari Qiamat sebagai landasan hidup.
Kelompok ini juga mengamalkan hadits-hadits Nabi SAW riwayat para shahabat dan ahli
baitnya Nabi SAW, seperti yang dibukukan oleh para ulama Muhaddits : Imam Bukhari,
Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, Nasa`i, Ibnu Majah, Ahmad, Malik, dan lainnya.Sedangkan
yang kedua adalah golongan Syiah, tentunya dengan berbagai perbedaan pemahaman kelompok-
kelompok yang bernaung di dalamnya, dan komunitas Syiah inipun jumlah pengikutnya masih
tergolong minoritas jika dibandingkan jumlah pengikut Ahlus sunnah wal jamaah.
Kelompok Syiah ini, khususnya Syiah Imamiyah yang berpusat di Iran ini jelas-jelas
mengingkari keautentikan Alquran mushhaf Utsmani, yang beredar luas di kalangan umat Islam
seluruh dunia. Keyakinan Syiah yang menuduh Alquran milik umat Islam sudah tidak murni lagi
ini, tertera dalam buku-buku rujukan utama Syiah Imamiyah sendiri.
Syiah juga menolak hadits-hadits Nabi SAW riwayat para shahabat yang dibukukan oleh para
ulama Muhaddits sebagaimana tersebut di atas. Bahkan di antara kelompok Syiah ada yang
meyakini, sejatinya yang jadi nabi itu adalah Sayyidina Ali bin Abi Thalib bukan Nabi
Muhammad SAW, dan lain sebagainya dari keyakinan yang bertolak belakang dengan aqidah
umat Islam.
Ilustrasi bagi umat Islam Indonesia, barangkali semisal menganalisa adanya partai di Indonesia.
Sejatinya di Indonesia ini hanyalah ada dua kelompok partai yang selalu saling tarik ulur
15. 15
kepentingan yaitu: Partai Nasionalis dan Partai Agamis.
Sedangkan banyaknya jumlah partai yang terdaftar dalam setiap pemilu, hakikatnya hanya
berkisar pada dua kelompok besar tadi (Nasionalis dan Agamis).
Pada Partai Nasionalis saat ini ada yang namanya Golkar, PD, PDI, dll. Sedangkan pada Partai
Agamis terdapat :PPP, PKNU, PKS, dll. Pada Partai Golkar saja terjadi perpecahan, antara lain
menjadi Nasdem. Pada PDI juga ada PDIP dan PNI yang sama-sama mengusung Marhenisme,
dll. Tapi tetap saja secara umum mereka kembali kepada golongan Partai Nasionalis.
Demikian juga dalam Partai Agamis, yang tentunya ada perpecahan di dalamnya, seperti PAN
dengan PKS, PPP dengan PKB dan PKNU, bahkan ada juga PDS nya kaum Nasrani, tapi tetap
saja namanya kelompok Partai Agamis. Kecuali jika kaum Komunis (PKI) diijinkan lagi hidup di
Indonesia, maka ada kemungkinan bertambahnya kelompok partai menjadi tiga golongan yaitu :
Nasionalis, Agamis dan Atheis.
Demikian pula yang terjadi dalam dunia Islam, sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi
Muhammad SAW dalam hadits. Bahwa kebenaran sabda beliau SAW 14 abad yang silam itu,
kini terbukti dengan banyaknya bermunculan golongan-golongan dalam Islam.
Seperti juga terjadinya perpecahan kaum Yahudi dan Nasrani menjadi berkelompok-kelompok
yang jumlahnya banyak juga.
Dalam menyikapi permasalah ini, Umat tidak perlu takut dan khawatir terhadap paradigma
kalau-kalau `keselamatan` yang dijanjikan oleh Nabi SAW itu itu akan diklaim oleh banyak
golongan.
Tapi cukuplah meyakini dan mengikuti golongan mayoritas yang terbanyak pengikutnya, yaitu
pengikut 4 Madzhab dalam fiqih, yakni Hanafi, Maliki, Syafi`i dan Hanbali, alias golongan
Ahlus sunnah wal jamaah dalam beraqidah.
Mereka inilah kelompok yang kini menempati peringkat pertama dalam nominal jumlah
pengikutnya dalam dunia Islam, alias kelompok mayoritas (Assawaadul a`dham).
Sedangkan semua golongan yang selain dari pengikut 4 mazhab fiqih beraqidah Ahlus sunnah
wal jamaah ini, realitanya adalah termasuk kelompok minoritas. Bahkan bukan sekedar itu,
sudah jumlah pengikutnya minoritas, masih dibagi menjadi puluhan kelompok di antara mereka.
16. 16
BAB III
PENUTUP
A) Kesimpulan MATERI PERTAMA
1. Bangsa Arab sebelum datangnya islam mempunyai kebudayaan yang baik dan buruk yang telah
ada ketika bangsa arab mengalami masa kegelapan.
2. Kebudayaan yang buruk terutama dalam segi Akhlak dan agama, mereke menyembah berhala,
sering melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah diantaranya minum-minuman keras, berjudi,
membunuh anak perempuan yang baru lahir, merendahkan harkat martabat wanita. Membunuh
anak-anak, jika kemiskinan dan kelaparan mendera mereka, atau bahkan sekedar prasangka
bahwa kemiskinan akan mereka alami. Ber-tabarruj (bersolek). Para wanita terbiasa bersolek
dan keluar rumah sambil menampakkan kecantikannya, lalu berjalan di tengah kaum lelaki
dengan berlengak-lenggok, agar orang-orang memujinya. Lelaki yang mengambil wanita sebagai
gundik, atau sebaliknya, lalu melakukan hubungan seksual secara terselubung. Prostitusi.
Memasang tanda atau bendera merah di pintu rumah seorang wanita menandakan bahwa wanita
itu adalah pelacur. Fanatisme kabilah atau kaum dan masih banyak lagi.
3. Tapi dari semua keburukan tersebut masih ada hal yang baik dari bangsa Arab pada saat itu
diantaranya: juga berkembangasa ilmu pengetahuan dalam bidang astronomi atau perbintangan,
dalam bidang dagang, dan adanya kebiasaan masyarakat yang melekat yaitu rasa solidaritas
diantara sesame klan atau suku, dermawan, pantang mundur jika menhadapi sesuatu dan lai-lain.
Kesimpulan MATERI KEDUA
Jadi, setiap personal dari 72 pecahan tersebut tidak berarti masuk kedalam neraka
semuanya. Namun ungkapan tersebut sebagai ancaman akan aqidah-aqidah menyeleweng yang
akan menjerumuskan mereka ke dalam neraka. Diantara mereka ada yang kekal di dalam neraka
dan ada juga yang tidak kekal sesuai dengan tingkat kebid’ahan yang mereka lakukan, dan ada
juga yang diampuni kesalahannya oleh allah swt. Ini sebagaimana pernyataan ibnu taymiyah:
“sebagaimana kalau kita mengatakan apa yang difirmankan oleh Allah swt (sesungguhnya
orang-orang yang memakan harta anak yatim dengan kedzaliman, maka sesungguhnya mereka
akan memakan api di dalam perut mereka) Qs. An-nisa’: 10. maka tidak selayaknya bagi
seseorang untuk mengatakan terhadap orang lain secara ta’yin (personal) bahwa dia di dalam
neraka. Hal ini dikarenakan bisa jadi ia diampuni oleh Allah dengan kebaikan-kebaikannya yang
mengahapuskan kesalahannya. Atau dengan musibah yang mengikisnya, atau Allah swt sendiri
yang mengampuninya atau kemungkinan yang lain.
Lantas pernyataan “wahidah fil jannah” apakah setiap personal dari firqah najiah tidak
akan masuk neraka? Syaikh Utsaimin menjawab bahwa diantara merka bisa jadi ada yang masuk
neraka namun tadak kekal di dalamnya. Beliau juga memberikan gambaran tentang hal ini bahwa
17. 17
manusia terbagi menjadi empat kelompok: pertama: mubtadi’ murni yang tidak mengerjakan
sunnah satupun, mereka ini kekal di neraka tanpa dipungkiri lagi. Kedua: mubtadi’ yang
tercampur (dengan sunnah) maka mereka berhak masuk neraka dan tidak kekal di dalamnya. Ke
tiga: seorang sunniy yang murni maka ia tidak berhak masuk neraka, kalaupun ia masuk neraka
karena perbuatan maksiat maka mereka tidak kekal di dalamnya. Ke empat: suniiy yang
tercampur (dengan bid’ah) “Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka,
mereka mencampurbaurkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk” (Qs. At-
Taubah: 102) maka mereka ini berhak masuk neraka namun tidak kekal di dalmnya.
Adapun kelompok yang selamat adalah “jama’ah”, atau dalam redaksi hadits lain “ma
ana alaihi wa ashabiy”. As-Sindiy berkata: “sabdanya (al-jama’ah) adalah mereka yang sesuai
dengan jama’ah sahabat dan mengambil aqidah mereka serta berpegang teguh dengan pola fakir
mereka.” Di dalam aunul ma’bud disebutkan: (al-jama’ah) adalah alhul qur’an dan hadits dan
fiqh dan ahlul ilmi yang mereka sejalan dalam mengikuti jejak Nabi shallallahu alaihi wasallam
dalam setiap kondisi. Dan mereka tidak merusak dan merubahnya dan tidak pula menggantinya
dengan pemikiran-pemikiran yang rusak.
B) Daftar pustaka
https://media.neliti.com/media/publications/270610-analisis-ungkapan-ikhtilafu-ummati-rahma-
184e0c1c.pdf
https://www.academia.edu/9397541/Makalah_Sejarah_Peradaban_Islam_Arab_Pra_Islam
https://www.scribd.com/doc/101095420/Agama-Samawi-and-Agama-Ardhi
http://www.pejuangislam.com/main.php?prm=karya&var=detail&id=352
– http://muntada.islammessage.com
https://www.annursolo.com/penjelasan-dan-aplikasi-tentang-hadits-iftiraqul-ummah/