1. IFTIRAQ AL UMMAH
DOSEN PEMBIMBING : ABDUL HAMID ALY, S.PD.,MPD
Kelompok 3
M Maulana Habibi 21901081010
Rakhmad Hidayat 21901081018
Ahmad Amiruddin 21901081022
Farah Wirdatul Baidla’ 21901081027
Syairotun Nadzifah 21901081031
2. Bab 6
Iftiraq Al Ummah
(perpecahan ummat)
Perkembangan islam setelah
khulafaur rasyidin
Riwayat hadist tentang iftiraqu
ummati
Pandangan ulama terhadap
hadist iftiraq al ummah
Pandangan sunni terhadap hadist
iftiraq al ummati
3. PENGERTIAN IFTIRAQUL AL UMMATI
• Iftiraqul Al Ummati itu berasal dari kata Iftiraqul yang berarti Perpecahan dan Al
Ummati yang berarti Ummat/Golongan/Kelompok.
• Berawal dari hadist iftiraqul Ummah (Perpecahan Ummat),memunculkan berbagai
persepsi dalam menyikapi variansi kelompok yang ada ditengah tengah kaum
muslimin . Diantara mereka ada yang terkesan memaksakan kelompok tertentu
sebagai satu satunya komunitas yang mendapatkan jaminan selamat diantara
sekian kelompok yang ada.
4. A. Perkembangan islam
setelah Khulafaur Rasyidin
Kedudukan kepemimpinan setelah Sayyidina Ali bin Abi Tholib sebagai khalifah digantikan oleh putra
Sayyidina Ali bin abi tholib yaitu Sayyidina Hasan selama beberapa bulan. Namun, karena Hasan
menginginkan perdamaian dan menghindari pertumpahan darah, maka Hasan menyerahkan jabatan
kekhalifahan kepada Muawiyah bin Abu Sufyan. Dan akhirnya penyerahan kekuasaan ini dapat
mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, di bawah Mu’awiyah bin Abi Sufyan.
Di sisi lain, penyerahan itu juga menyebabkan Mu’awiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun 41
H (661 M), tahun persatuan itu, dikenal dalam sejarah sebagai tahun jama’ah (‘am jama’ah)! Dengan
demikian berakhirlah masa yang disebut dengan masa Khulafa’ur Rasyidin, dan dimulailah kekuasaan Bani
Umayyah dalam sejarah politik Islam.
5. Perjalanan Kerajaan bani
Umayyah.
1. Berdirinya Kerajaan Bani Umayyah 30H/660M – 132H/750M dan 756M – 1031M
Kedudukan khalifah setelah ali dijabat oleh putra Ali yaitu hasan selama beberapa bulan karena
hasan menghindari adanya pertempuran darah hasan menyerahkan kekhalifahanya kepada muawiyah
bin abi sufyan daulah umayyah memegang tampuk kekhalifahan selama dua periode satu abad
disuriah dan 275 tahun dispanyol.
Para khalifah pada masa bani umayyah yang terkenal diantaranya :
1. Muawiyah bin abi sufyan (pendiri kekhilafahan umayyah menjabat selama 20 th)
2. Abdul malik bin marwan
3. Umar bin abdul aziz
6. Perjalanan Kerajaan bani
Umayyah.
2. Masa Kejayaan Bani Umayyah 30H/660M – 132H/750M dan 756M – 1031M
Masa kejayaan Bani Umayyah dimulai ketika Abdul Malik bin Marwan memerintah 66-86 H Atau 685-
705 M. Berbagai kemajuan dilakukan Abdul Malik , diantaranya:
a. Menetapkan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi.
b. Mendirikan Balai kesehatan untuk rakyat.
c. Mendirikan Masjid di Damaskus.
Kejayaan Kerajaan Umayyah semakin menonjol setelah diperintahkan Al-Walid bin Abdul Malik,
yaitu tahun 86-96 H atau 705-715 M. Pada masanya, kerajaan Umayyah mampu memperluas wilayah
kekuasaan Islam sampai ke India, Afrika Utara, hingga Maroko, dan Andalusia. Pada masa
ini perluasan wilayah Islam meliputi sebagai berikut:
a. Wilayah kekuasaan Kerajaan Romawi di Asia Kecil meliputi Ibukota Konstantinopel serta perluasan
ke beberapa pulau di Laut Tengah.
b. Wilayah Afrika Utara sampai ke pantai Atlantik dan menyeberangi selat Jabal tarik (Selat
Gibraltar).
c. Wilayah Timur, Bagian Utara di seberang sungai Jihun (Amru Daria).
7. Perjalanan Kerajaan bani
Umayyah.
3. Keruntuhan Kerajaan Bani Umayyah 30H/660M – 132H/750M dan 756M – 1031M
Sebab runtuhnya bani umayyah:
1. Mulai hilangnya persatuan umat islam
2. Menghilangkan sistem demokrasi islam
3. Adanya pemberontakan dari bani kawarij syiah dan bani abbas
Hal penting yang dicapai pada masa Bani Umayyah, yaitu:
a. Menetapkan Bahasa Arab sebagai Bahasa resmi;
b. Mendirikan masjid Agung di Damaskus;
c. Membuat mata uang bertuliskan kalimat syahadat;
d. Mendirikan rumah sakit di berbagai wilayah;
e. Menyempurnakan peraturan pemerintah;
f. Melakukan pembukuan Hadits Nabi
8. B. Riwayat hadist tentang
iftiraqu ummati
َلاَقَف َانيِف َامَق َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُهللا ىَّلَص ِ َّاَّلل َلوُس َر َّنِإ ََلَأ:ِكْال ِلْهَأ ْنِم ْمُكَلْبَق ْنَم َّنِإ ََلَأ،ًةَّلِم َينِعْبَس َو ِْنيَتْنِث ىَلَع واُق َرَتْفا ِباَت
َينِعْبَس َو ٍث ََلَث ىَلَع ُق ِرَتْفَتَس َةَّلِمْال ِهِذَه َّنِإ َو:ْال يِف ٌةَد ِاح َو َو ، ِارَّنال يِف َونُعْبَس َو ِانَتْنِثُةَعاَمَجْال َيِه َو ،ِةَّنَج
“Ketahuilah, ketika sedang bersama kami Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Ketahuilah! Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dari kalangan
ahlu kitab berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan, dan umatku akan berpecah
menjadi tujuh puluh tiga golongan. Tujuh puluh dua golongan masuk neraka dan satu
golongan masuk surga, yaitu al-jama’ah.” (HR. Abu Dawud no. 4597, dinilai hasan oleh
Al-Albani)
Faidah dari hadits-hadits tentang perpecahan umat
1. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut bahwa satu golongan yang
selamat tersebut adalah al-jama’ah.
2. hadits di atas adalah dalil bahwa umat-umat terdahulu (yaitu Yahudi
dan Nasrani) sebelum umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengalami
perpecahan.
3. perpecahan yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebutkan dalam hadits
ini bukanlah perpecahan karena perkara duniawi sebagaimana persangkaan
sebagian orang. Akan tetapi, perpecahan yang disebutkan Nabi adalah perpecahan dalam
masalah (pemahaman) agama.
9. C. Pandangan ulama terhadap hadist iftiraqul al ummati
َتَس يِتَّمُأ َّنِإَو ًةَقْرِف َينِعْبَس َو َىدْحِإ ىَلَع ْتَقَرَتْاف َليِئاَرْسِإ يِنَب َّنِإيِعْبَس َو ِنْيَتْنِث ىَلَع ُق ِرَتْفال يِف اَهُّلُك ًةَقْرِف َنًةَد ِاحَو ََّّلِإ ِارَّن
َُةعاَمَجْلا َيِهَو
“Sesungguhnya bani israil terpecah menjadi tujuh puluh satu golongan. Dan sesungguhnya ummatku akan
terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan semuanya terancam masuk neraka kecuali satu. Dialah al-
jama’ah.”
Hadits ini merupakan pengakhabaran dari Rasulullah saw tentang perpecahan yang akan terjadi pada
tubuh kaum muslimin.
As-Sindiy berpendapat : Pertama, bahwa di hadits yang lain Rasulullah menejelaskan bahwa yahudi dan
nasrani terpecah menjadi 71 golongan dan kemudian Rasulullah menjelaskan pada waktu yang
bersama’an bahwa ummatnya akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan.
Syaikhul islam Ibnu Taymiyah berkata tentang golongan yang selamat tersebut “Mereka adalah yang
berpegang teguh dengan islam secara murni dan bersih dari penyimpangan. Mereka adalah ahlus sunnah
yang tercakup di dalamnya As-Shiddiqun, Asy-syuhada, Ash-Shalihun
10. Setelah diadakan penelitian oleh para Ahli Hadits, maka mereka berkesimpulan bahwa hadits-hadits
tentang terpecahnya ummat ini menjadi 73 (tujuh
puluh tiga) golongan, 72 (tujuh puluh dua) golongan masuk Neraka dan satu golongan masuk
Surga adalah hadits yang shahih, yang memang sah datangnya dari Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Dan tidak boleh seorang pun meragukan tentang keshahihan hadits-hadits
tersebut, kecuali kalau ia dapat membuktikan berdasarkan ilmu hadits tentang kelemahannya.
Hadits-hadits tentang terpecahnya ummat Islam menjadi tujuh puluh tiga golongan adalah
hadits yang shahih sanad dan matannya. Dan yang menyatakan hadits ini shahih adalah
pakar-pakar hadits yang memang sudah ahli di bidangnya. Kemudian menurut kenyataan
yang ada bahwa ummat Islam ini berpecah belah, berfirqah-firqah (bergolongan-golongan),
dan setiap golongan bang-ga dengan golongannya.
11. E. Pandangan Suni terhadap hadist
iftiraq al ummah
Respon para ulama kalam terhadap hadits tersebut ternyata tidak sama. Setidaknya, ada tiga
macam respon yang diberikan
1. hadits-hadits tersebut digunakan sebagai pijakan yang dinilainya cukup kuat untuk
menggolongkan umat Islam menjadi 73 firqah, dan di antaranya hanya satu golongan yang
selamat dari neraka, yakni Ahlussunnah wal Jama’ah. Di antara kelompok ini antara lain;
Imam Abdul Qahir al-Baghdadi (Al-Farq bainal-Firaq), Imam Abu al-Muzhaffar al-
Isfarayini (at-Tabshir fid Din)
2. hadits-hadits tersebut tidak digunakan sebagai rujukan penggolongan umat Islam,
tetapi juga tidak dinyatakan penolakannya atas hadits tersebut. Di antara mereka itu, antara
lain; Imam Abu al-Hasan Ali bin Isma’il al-Asy’ari
3. Ketiga, hadits Iftiraqul Ummah tersebut dinilai sebagai hadits dla’if (lemah), sehingga tidak
dapat dijadikan rujukan. Di antara mereka adalah Ali bin Ahmad bin Hazm adh-Dhahiri, (Ibn
Hazm, al-Fishal fil-Milal wal-Ahwa’ wan-Nihal).