In Doha*&QATAR^*[☎️+2773-7758-557]]@ @# Abortion pills for sale in Doha Qatar...
5 kwu
1. QUIZT :
Pendahuluan
Globalisasi ekonomi dunia merupakan suatu fenomena pada dekade terakhir ini yang tidak bisa
dihindari. Kehadiran Indonesia pada peta ekonomi dunia tidak bisa dipungkiri lagi menuntut kemampuan
untuk berkembang sebagai suatu kekuatan baru ekonomi dari dunia ketiga. Perkembangan ekonomi
yang begitu cepat menuntut kesiapan dan kemampuan pranata hukum dalam mengikuti perkembangan
ekonomi sebagai akibat dari globalisasi ekonomi dunia tersebut.
Salah satu fenomena nyata dari pertumbuhan ekonomi akibat dari globalisasi ekonomi ini adalah
meningkatnya kebutuhan perusahaan-perusahaan terhadap modal dan kebutuhan menuntut struktur
permodalan yang kompleks. Perkembangan lebih lanjut dari fenomena ekonomi ini adalah dalam bentuk
penyertaan modal secara informal seperti dalam bidang licensing, franchise maupun technical
assistance.
Pengertian Bisnis
Menurut pendapat Raymond E.Glos dalam Rustamaji (2018 )bisnis adalah seluruh kegiatan yang
diorganisasikan oleh orang – orang yang berkecimpung didalam perindustrian dimana sebuah
perusahaan atau organisasi melakukan perbaikan – perbaikan standar serta kualitas produk mereka.
Menurut Scarborough (2014) dalam Rustamaji (2018), entrepreneur adalah seseorang yang menciptakan
sebuah bisnis baru dengan segala resiko dan ketidakpastian untuk tujuan mendapatkan keuntungan dan
pertumbuhan usaha yang teridentifikasi dari kemampuannya mendapatkan peluang yang baik dan
kecakapan dalam memanfaatkan serta mengelola sumberdaya yang dimilki.
Macam Macam Bisnis:
Bisnis Konvensional
Menurut Bunjamin (2015), Bisnis Konvensional atau yang lebih sering dikenal dengan bisnis offline
adalah kegiatan atau transaksi jual-beli yang dilakukan secara langsung, bertatap muka antara penjual
dengan pembeli.
Konsep Bisnis Konvensional
Kesepakatan antara dua belah pihak untuk memperoleh keuntungan bersifat umum dalam
pelaksanannya.
Kebutuhan tidak terbatas, selama ada permintaan, maka bisnis konvensional akan menyediakan
permintaan tersebut tanpa memikirkan dampak kedepannya.(Wulandari, 2015)
Persaingan berada disekitar lokasi usaha (Evans,2017)
Rekan kerja umumnya terdiri dari para ahli dan orang – orang yang terlibat langsung dengan
proses usaha.(Evans,2017)
Kelebihan Bisnis Konvensional (Bunjamin,2015)
Pembeli langsung dapat melihat produk yang akan dibeli sehingga pembeli tidak merasa ragu
akan produk yang akan dibeli, pembeli juga dapat memilih produknya sendiri.
2. Umumnya bisnis konvensional memiliki tempat atau kios sendiri sehingga pembeli dapat
mengunjungi kios dan dapat secara langsung bertemu dnengan penjual.
Memiliki banyak stok sehingga apabila sewaktu-waktu pembeli ingin membeli produk, mereka tidak
perlu waktu yang lama untuk mendapatkan produk tersebut
Terjamin, karena selain dapat melihat barang secara langsung, pembeli juga dapat mengetahui
penjual secara langsung (face to face), sehingga tindakan penipuan minim terjadi.
Kekurangan Bisnis Konvensional (Bunjamin, 2015)
Lingkup pemasarannya terbatas, jika ingin memperluas lingkup pemasaran, maka harus membuka
cabang di berbagai daerah.
Membutuhkan modal yang cukup besar karena biasanya bisnis konvensional memerlukan tempat
untuk memasarkan produknya.
Memerlukan banyak stok, ini juga berpengaruh terhadap modal yang dikeluarkan sehingga modal
menjadi bertambah.
Apabila pembeli ingin membeli barang, maka harus pergi ke toko tempat dijualnya barang
tersebut.
Bisnis Waralaba
Franchising menurut versi pemerintah Indonesia dalam Rusli adalah perikatan dimana salah satu
pihak diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan intelektual (HAKI) atau
pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan
yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa.
Dalam pasal 27 huruf a UU No.9 k o n s t r i b u s i n y a s e s u a i d e n g a n tahun 1995, pola
waralaba atau kesepakatan yang dituangkan dalam franchise diartikan sebagai "Waralaba atau franchise
adalah menyediakan tenaga ahli peralatan, hubungan kemitraan yang didalamnya training sedangkan
pihak penerima pemberi waralaba (franchisor) dapat memberikan kontribusi berupa memberikan hak
penggunaan lisensi, penyediaan tenaga untuk mengikuti merek dagang dan saluran distribusi pelatihan,
biaya akomodasi bagi peserta perusahaannya kepada penerima dan sebagainya. waralaba (franchise)
dengan disertai.
Menurut Martin D.Fern dalam Hastuti (2006), 4 aspek unsur Franchise :
Pemberian hak berusaha dalam bisnis tertentu.
Lisensi untuk menggunakan tanda pengenal usaha, biasanya suatu merk dagang atau merk jasa
yang akan menjadi cirri pengenal dari bisnis franchise.
Lisensi untuk menggunakan rencana pemasaran dan bantuan yang luas oleh franchise kepada
franchise.
Pembayaran oleh franchise kepada franchisor berupa sesuatu yang bernilai bagi harga borongan
atas barang yang terjual.
Dasar Hukum Franchise (Andini, 2015)
Terdapat dalam PP No.42 Tahun 2007 pasal 16 (1) disebutkan bahwa
“Menteri,Gubernur,BUPATI/WALIkota sesuai kewenangannya masing-masing dapat mengenakan sanki
administrasi bagi pemberi waralaba dan penerima waralaba yang melanggar ketentuan sebagaimana
yang dimaksud dalam pasal 8,10 dan 11.”
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 31/M-DAG/PER/8/2008 tentang
penyelenggaraan waralaba pasal 2,3,4,5,6,7,8,9,10.
3. Perjanjian sebagai dasar hukum KUH Perdata pasal 1338 (1), 1233 s/d 1456 KUH Perdata; para
pihak bebas melakukan apapun sepanjang tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku, kebiasan,
kesopanan atau hal-hal lain yang berhubungan dengan ketertiban umum, juga tentang syarat-syarat
sahnya perjanjian dsb.
Hukum keagenan sebagai dasar hukum; KUH Dagang (Makelar & Komisioner), ketentuan-
ketentuan yang bersifat administrative seperti berbagai ketentuan dari Departemen Perindustrian,
Perdagangan dsb. Seringkali ditentukan dengan tegas dalam kontrak franchise bahwa di antara pihak
franchisor dengan franchisee tidak ada suatu hubungan keagenan
Undang-undang Merek, Paten dan Hak Cipta sebagai dasar hukum; berhubung ikut terlibatnya
merek dagang dan logo milik pihak franchisor dalam suatu bisnis franchise, apalagi dimungkinkan
adanya suatu penemuan baru oleh pihak franchisor, penemuan dimana dapat dipatenkan. UU No.19
(1992) Merek, UU No 6 (1982) Paten, UU No.7 (1987) Hak Cipta.
UU Penanaman Modal Asing sebagai dasar hukum; Apabila pihak franchisor akan membuka outlet
di suatu Negara yang bukan negaranya pihak franchisor tersebut maka sebaiknya dikonsultasi dahulu
kepada ahli hukum penanaman modal asing tentang berbagai kemungkinana dan alternative yang
mungkin diambil dan yang paling menguntungkannya. Franchise justru dipilih untuk mengelak dari
larangan-larangan tertentu bagi suatu perusahaan asing ketika hendak beroperasi lewat direct
investment
E-Commerce
E-commerce adalah dimana dalam satu website menyediakan atau dapat melakukan Transaksi
secara online atau juga bisa merupakan suatu cara berbelanja atau berdagang secara online atau direct
selling yang memanfaatkan fasilitas Internet dimana terdapat website yang dapat menyediakan layanan
“get and deliver“.
Proses yang terdapat dalam E-Commerce :
Presentasi electronis (Pembuatan Website) untuk produk dan layanan
Pemesanan secara langsung dan tersedianya tagihan.
Secar otomatis account pelanggan dapat secara aman (baik nomor rekening maupun nomor kartu
kredit)
Pembayaran yang dilakukan secara langsung (online) dan penanganan transaksi.
Jenis – jenis E- Commerce
Business to Business (B2B)
Business to Business e-Commerce umumnya menggunakan mekanisme Electronic Data Interchange
Business to Consumer (B2C)
Business to Consumer e-Commerce memiliki mekanisme untuk mendekati consumer.
Perdagangan Kolabratif (collaborative commerce).
Kolaborasi semacam ini seringkali terjadi antara dan dalam mitra bisnis do sepanjang rantai pasokan. e-
Consumen to consumen (C2C) Di sebut juga sebagai pelanggan ke palanggan yaitu orang yang menjual
produk dan jasa ke satu sama lain.
Comsumen to Business (C2B).
Kebutuhan atas suatu produk atau jasa tertentu, dan para pemasok bersaing untuk menyediakan produk
atau jasa tersebut ke konsumen
Perdagangan Intrabisnis (Intraorganisasional)
Dalam situasi ini perusahaan menggunakan ecommerce secara internal untuk memperbaiki operasinya.
Pemerintah ke Warga (Goverment to Citizen—G2C)
4. Penggunaan teknologi internet secara umum dan e-commerce secara khusus untuk mengirimkan
informasi dan layanan publik ke warga, mitra bisnis, dan pemasok entitas pemerintah, serta mereka yang
bekerja di sektor publik.
Perdagangan Mobile(mobile commerce—m-commerce).
Ketika e-commerce dilakukan dalam lingkungan nirkabel, seperti menggunakan telepon selluler
berbelanja.
Prinsip 4C dalam menjalankan E-Commerce (Pradana,2015)
Connection (Koneksi)
Creation (Penciptaan)
Consumption (Konsumsi)
Control (Pengendalian )
Prinsip-prinsip ini dapat memotivasi konsumen yang mengarah pada return of investment (ROI)
perusahaan, yang diukur dengan partisipasi aktif seperti feedback atau review konsumen, dan share atau
merekomendasikan kepada pengguna lain.
Sumber : http://www.teknokreatipreneur.com/2018/04/model-bisnis-konvensional-e-commerce.html
FORUM:
A. Contoh Bisnis Konvensional:
Bisnis Rumah Makan
Bisnis yang satu ini sepertinya tidak bisa dilakukan secara online. Bisnis rumah makan merupakan salah
satu bisnis konvensional yang masih laris apalagi didukung dengan menu yang enak dan variatif juga
pelayanan yang ramah. Berikut contoh kisah suksesnya:
Rangga Umara, Lele Lela
5. Rangga, pemilik bisnis rumah makan Lele Lela membidik pasar kuliner dengan bahan dasar lele dengan
asumsi ketersediaan lele sangat mudah di dapat dan harganya cukup terjangkau. Hal inilah yang
membuat Rangga memulai bisnis ini hingga akhirnya sukses di bidang kuliner.
Rangga memulai bisnis kuliner ini setelah ia terkena PHK oleh tempat kerjanya saat itu. Karena merasa
bingung, bagaimana cara mendapatkan penghasilan lagi, akhirnya Rangga memberanikan diri untuk
menjual aset tersisa yang dimiliki untuk memulai bisnis kuliner. Pada awalnya, Rangga mengalami
kegagalan, namun itu tidak membuatnya patah semangat.
Sambil mencari lokasi bisnis yang lebih strategis, Rangga mencoba mencari menu andalan yang bisa
dijual pada bisnis kuliner berikutnya. Berbekal pengalaman tentang menu favoritnya selama berkuliah
yaitu pecel lele yang memiliki harga cukup terjangkau dan rasa yang nikmat, Rangga mulai menekuni
bisnis kuliner Lele Lela.
Lele Lela adalah bisnis kuliner kedua yang ia buka setelah mengalami kegagalan. Namun, tidak sampai
di situ, Rangga juga mendapatkan beberapa masalah bisnis yang harus dia hadapi seperti konsumen
yang lebih suka ayam daripada lele. Berbekal dari kegagalan yang ia dapatkan di bisnis pertamanya,
Rangga mencoba menjadi lebih semangat dan tidak putus asa. Ia melakukan beberapa eksperimen
dengan masakan berbahan dasar lele dan mencoba menawarkan lagi di warungnya. Tidak disangka,
hasil percobaannya kali ini sukses, dan resep-resep varian lele nya bisa diterima dengan baik oleh
konsumen.
Rintangan kedua datang dari pemilik warung yang menaikkan sewanya menjadi Rp2 juta/bulan. Hal ini
membuat Rangga kewalahan dalam mengatur keuangan. Ia harus membagi pendapatannya dengan
membayar sewa tempat serta menggaji 3 karyawannya. Selain itu, di saat yang bersamaan ia juga harus
membayar utangnya pada rentenir sebesar Rp5 juta. Semua rintangan bisnis ini dihadapi Rangga
dengan baik dan justru menaikkan mental bisnisnya, sehingga berhasil memasarkan Lele Lela. Kini
rumah makan Lele Lela telah memiliki 27 cabang di beberapa kota besar dengan omzet Rp1,8
miliar/bulan di masing-masing cabang
B. Contoh Bisnis Waralaba
Waralaba produk
Produk yang ditawarkan adalah berupa barang misalnya makanan. Contoh dari jenis usaha waralaba
produk antara lain adalah seperti Mc Donald, KFC, Kebab Turki, dan lain-lain.
C. Contoh Bisnis Online
BIsnis Ojek Online
Contoh Kisah sukses:
Nadiem Makarim adalah seorang yang cukup setia menggunakan jasa ojek. Nadiem melihat
permasalahan utama tukang ojek adalah waktu tidak produktif yang besaar, seperti mangkal dan
menunggu penumpang.
Saat di pangkalan ojek, pengemudi ojek harus bergiliran dengan pengemudi ojek lainnya. Disisi lain para
pengguna ojek, juga merasa malas untuk berjalan mencari pangkalan ojek. Di kota-kota besar, orang
lebih suka menggunakan taxi karena lebih mudah dicari.
Berdasarkan riset tersebut, Nadiem mendapatkan ide awal untuk melakukan inovasi bagaimana cara
menghubungkan pengendara ojek dengan calon pembelinya. Salah satu solusinya adalah dengan
menggunakan ponsel.
GoJek dirintis pada tahun 2011 dengan menggunakan sistem yang masih sangat sederhana, yaitu calon
penumpang menghubungi melalui telepon, atau kirim sms.
6. Saat ini Nadiem Makarim pendiri GoJek telah membuktikan prestasi yang luar biasa, setidaknya ada
lebih 10 ribu supir ojek yang tergabung dalam GoJek. Salah satu sumber peningkatan yang drastis
karena adanya aplikasi berbasiskan Android.
Harapan Nadiem Makarim pendiri GoJek adalah, perusahaannya PT. Gojek dapat membantu serta
melayani seluruh masyarakat Indonesia dimanapun mereka berada.
Model bisnis yang diterapkan GoJek adalah skema bagi hasil dengan supir ojek. GoJek hanya
mengambil bagian 20% dan sisianya 80% adalah bagian pengendara ojek.
GoJek memberikan fasilitas kepada supir berupa jaket, helm dan HP Android. Terkahir terdapat
pemberitaan GoJek juga memberikan perlindungan asuransi kesehatan dan kecelakaan kepada supir.
Sumber:https://www.jurnal.id/id/blog/2017/kisah-sukses-2-pengusaha-kuliner-di-indonesia
http://www.akuntansilengkap.com/bisnis/lengkap-jenis-dan-contoh-usaha-waralaba/
https://www.finansialku.com/kisah-sukses-nadiem-makarim-pendiri-gojek/