SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
SISTEM PERWAKILAN DAN
PARTISIPASI PUBLIK
DALAM PENYUSUNAN
UNDANG-UNDANG
(STUDI KASUS RUU YAYASAN
DAN RUU PENYIARAN)
DISAMPAIKAN OLEH :
AFRIZAL TJOETRA
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
• Pada masa orde baru Soeharto, dominasi negara dalam
penyusunan peraturan perundang-undangan sangat besar,
dengan demikian isi undang-undang sangat kental
diwarnai oleh kepentingan pemerintah dan banyak yang
bertentangan dengan kepentingan rakyat
• Pasca orde baru Soeharto, ruang politik lebih terbuka,
sehingga terbuka peluang untuk menata kembali pola
hubungan antara negara dengan masyarakat terutama
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
penyusunan undang-undang
Kendati ruang politik bagi rakyat lebih terbuka, ternyata
partisipasi rakyat dalam penyusunan undang-undang masih
terbatas, terutama karena tidak ada mekanisme pelibatan
masyarakat dalam penyusunan undang-undang yang diatur
secara formal
Berkenaan dengan masalah diatas, beberapa lembaga
mengusulkan jalan keluar, sbb :
1. Harus dilakukan sistem Pemilu langsung oleh rakyat
2. Program parpol yang jelas dengan target terukur dalam
kampanye
3. Adanya Laporan Pertanggung Jawaban setiap anggota
legislatif kepada konstituen
4. Mekanisme penalty oleh konstituen apabila anggota
legislatif tidak dapat melaksanakan aspirasi warga
5. Harus ada prosedur yang partisipatif dan diakui secara
hukum formal
Sistem Perwakilan
• Demokrasi perwakilan didefinisikan sebagai
sistem demokrasi yang ditandai dengan adanya
lembaga perwakilan. Rakyat memilih wakilnya
melalui pemilu.
• Ada berbagai teori tentang hubungan rakyat
dengan wakilnya dalam penyusunan kebijakan.
Salah satunya adalah teori mandat.
• Menurut teori ini rakyat memberikan mandat pada
wakil rakyat untuk duduk di lembaga perwakilan.
• Ada tiga varian tentang teori mandat ini, yakni
mandat imperatif, bebas dan representatif.
Gambaran Umum DPR dan Proses Formal
Penyusunan UU di DPR
• Ada tiga fungsi utama DPR yaitu legislasi,
pengawasan, dan anggaran.
• Berdasarkan ketentuan UUD 1945 pasal 20 dan
21, PR RI, posisi anggota DPR dan peran masing-
masing alat kelengkapan DPR sangat menentukan
dalam proses pembahasan RUU.
• Alat kelengkapan DPR serta pendukungnya
tersebut adalah Fraksi, Bamus, Baleg, staf ahli,
arena lobi, serta hak yang dimiliki oleh anggota
DPR.
• Proses formal penyusunan UU di DPR, lihat
bagan.
Anggota DPR : Wakil Parpol
• DPR memiliki popular dan institusional
agenda, yakni Prolegnas, Propenas, dan
Prioritas Pembahasan.
• Sumber rujukan tersebut tidak selalu
digunakan oleh anggota DPR sebagai upaya
mengartikulasikan kepentingan
konstituennya.
• Karenanya, DPR dan publik tidak memiliki
pedoman yang jelas untuk menyampaikan
usulan UU.
• Fraksi sebagai alat kepanjangan partai.
• Sisi politik sangat dominan mewarnai fraksi
dibandingkan dengan alat kelengkapan DPR
lainnya.
• Kontrol fraksi pada anggotanya dalam proses
penyusunan UU, dilakukan melalui dua cara:
Pertama, melalui rapat fraksi. Kedua, penentuan
sikap fraksi terhadap berbagai isu di DPR.
• Atas dasar kontrol ketat dari faksi maka
disimpulkan bahwa anggota DPR wakil parpol.
Implementasi Fungsi, Tugas dan
Wewenang Anggota DPR
• Dari 3 fungsi yang dijalankan DPR, fungsi
legislasi selama ini belum maksimal
dilakukan anggota DPR, begitu pula halnya
dengan fungsi anggaran.
• Fungsi pengawasan menjadi titik berat.
Bamus
• Bamus dapat dikatakan sebagai gambaran
dari kepentingan seluruh fraksi.
• Tugas bamus menetapkan alokasi waktu
dalam pembahasan UU.
• Karena itu, Bamus dapat dikatakan sebagai
terminal dalam proses penyusunan UU.
Baleg
• Baleg dibentuk sebagai upaya untuk
merespon kritik yang ditujukan ke DPR
dalam hal legislasi.
• Tujuan dibentuknya untuk merancang
berbagai RUU yang nantinya akan
digunakan sebagai hak inisiati DPR.
• Dengan demikian, Baleg dapat disebut
sebagai dapur legislasi nasional.
Posisi dan peran Setjen dan
Staf Ahli
• Keberadaan Setjen pada dasarnya untuk
mendukung tugas dan fungsi DPR.
• Problem yang dihadapi Setjen kurangnya
tenaga ahli, lebih banyak staf pendukung.
PEMBAHASAN
I. Partisipasi Publik
1. Teori tentang Partisipasi Publik
Konsep partisipasi publik erat kaitannya dengan relasi
masyarakat (civil society) dengan negara.
Setidaknya ada dua konsep yang digunakan untuk menjelaskan
konsep tersebut, yaitu :
• Masyarakat sudah memberikan mandatnya kepada negara,
sehingga pembentukan kebijakan publik sepenuhnya
diserahkan kepada negara.
• Sekalipun sudah memberikan mandatnya kepada negara,
masyarakat tetap memiliki hak untuk terlibat dalam
pembentukan kebijakan yang akan dikeluarkan negara.
Partisipasi publik didefinisikan sebagai aktivitas oleh warga
negara untuk mempengaruhi pembuatan keputusan pemerintah.
2. Tingkat Partisipasi
• Menurut Arstein ada 8 tingkatan partisipasi
masyarakat (Eight Rungs on the Ladder of Citizen
Participation).
• Secara umum, tingkatan tersebut terbagi dalam
tiga bagian partisipasi masyarakat :
1. Non-participation (manipulation dan therapy);
2. Tokenism (information, communication dan
placation); dan
3. Citizen power (partnership, delegated control
dan citizen control)
• Partisipasi publik merupakan aktivitas yang
dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan, melibatkan beberapa anggota
masyarakat yang tergabung atau mengorganisir
dirinya berdasrkan suatu kepentingan tertentu
• Dengan demikian, tidak benar pernyataan bahwa
partisipasi publik akan menimbulkan tindakan
anarki
• Publik yang dimaksud terdiri dari kelompok
kepentingan, partai politik, dan individu. Dalam
penelitian ini kelompok kepentingan yang menjadi
fokus adalah Ornop.
3. Publik dalam perwujudan partisipasi
4. Sumber Daya dan Arena Efektifitas
untuk Partisipasi Publik
Mencakup :
1. Perubahan perilaku dan institusi pemerintahan
2. Peningkatan kapasitas asosiasi atau organisasi
publik
3. Kemudahan publik untuk mendapatkan
informasi
5. Wujud Partisipasi Publik
Menurut Kell Antoft dan Jack Novack, wujud
partisipasi publik, adalah :
1. Partisipasi dalam pemilu (electoral participation)
2. Lobi (lobbying)
3. Penentuan agenda publik oleh lembaga legislatif
(getting council agenda)
4. Pembentukan institusi tertentu oleh pemerintah
yang anggotanya adalah perwakilan masyarakat
yang independen (special purpose bodies)
5. Pengelompokan publik didasarkan atas isu atau
masalah tertentu (special purpose participation)
6. Mekanisme Konsultasi dan Karakter
dasar Partisipasi Publik
Mencakup 4 hal :
1. Pengkomunikasian isu kepada publik
2. Menjaring berbagai saran atau rekomendasi
3. Pertemuan atau rapat atara pejabat pemerintah
dengan berbagai kelompok masyrakat yang
berkepentingan
4. Mengidentifikasi isu atau masalah publik yang
harus dilakukan oleh berbagai kelompok
kepentingan
Ruang Partisipasi Publik Formal
• Ruang partisipasi publik formal adalah
berbagai kesempatan yang disediakan DPR
bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam
proses penyusunan UU.
• Ruang tersebut terdiri dari pra-pembahasan
(kunker anggota DPR, penyampaian
aspirasi langsung dan tak langsung) hingga
pembahasan (sosialisasi RUU oleh Baleg,
kunker anggota DPR, RDPU, penyampaian
aspirasi langsung dan tak langsung)
Temuan Penelitian tentang DPR dan
Partisipasi Publik
• Sumber rujukan pembahasan UU tidak mutlak Propenas
dan Prolegnas, sangat ditentukan oleh dinamika politik
yang berkembang di DPR.
• Jangka waktu pembahasan, tidak pasti (bisa cepat atau
lambat).
• Biaya penyusunan UU minim.
• Rendahnya produktivitas anggota DPR dalam
pengajuan RUU.
• Tingkat kehadiran dan keaktifan anggota rendah dalam
pembahasan RUU, kecuali dalam Panja.
• Ruang partisipasi publik tersedia secara formal, tetapi
ruang tersebut tidak memberikan jaminan keterlibatan
publik akan diakomodir oleh DPR.
Partipasi Publik dalam proses Penyusunan
RUU Yayasan dan RUU Penyiaran
• Dinamika Partisipasi publik; langkah pertama yang dilakukan
oleh publik yang berkepentingan adalah membentuk special
purpose bodies (Koalisi atau kelompok)
• Faktor Keberhasilan dan kegagalan; dalam pembahasan RUU
di DPR penting menggunakan ruang partisipasi yang tersedia
maupun yang dibentuk secara intensif. Dalam hal ini
Kelompok Ornop lebih berhasil dibandingkan dengan Koalisi.
• Ruang Partisipasi publik di DPR; Ruang-ruang partisipasi
publik yang tersedia tidak signifikan karena : (1) tidak ada
jaminan, (2) kriteria pihak-pihak yang dilibatkan tidak jelas.
• Dampak advokasi kebijakan; selain keberhasilan advokasi
yang dilakukan Kelompok Ornop, adanya tuntutan yang sama
dari anggota DPR terhadap masyarakat yang melakukan
advokasi kebijakan. Bagi kelompok/koalisi lain yang sulit
pendanaannya, tentunya menyulitkan.
PENUTUP
Kesimpulan dan Rencana Aksi
• Bentuk partisipasi di Indonesia : rakyat hanya dilibatkan dalam proses
pemilu. Namun mulai ada upaya dari rakyat untuk mendapatkan hak guna
terlibat dalam proses penyusunan kebijakan di parlemen.
• Ruang-ruang artikulasi secara formal yang digunakan anggota DPR untuk
menyetujui dan menolak pengesahan RUU adalah Rapat Paripurna, Rapat
Bamus, Rapat Pansus, Rapat Komisi, dan Rapat Panja.
• Dalam konteks informal, keberadaan ruang-ruang artikulasi sangat
ditentukan oleh kreatifitas anggota DPR untuk membentuknya.
• RDPU dan sosialisasi melalui Baleg, bukanlah ruang yang signifikan.
• Ada problem di DPR, baik internal maupun eksternal.
• Dominasi fraksi dalam setiap pembahasan RUU merupakan faktor
penyebab tidak optimalnya penggunaan ruang-ruang artikulasi oleh
anggota DPR.
• Ruang informal yang sering digunakan oleh Koalisi dan kelompok adalah
lobi dan penyediaan panggung bagi anggota DPR.
• DPR dan masyarakat belum maksimal menggunakan ruang-ruang
partisipasi yang tersedia, kecuali untuk Kelompok Ornop.
BAGAN 6 : PROSES PENYUSUNAN UU
USUL PEMERINTAH
Fraksi
Keterangan:
Proses Penyusunan UU
Peran Fraksi Dalam Penyusunan UU
Rapat Dalam Pembicaraan Tingkat I
Penugasan untuk Perbaikan RUU
Fraksi
Departemen/
Non Departemen
Depkeh
HAM Pimpinan
DPR
BamusParipurna Paripurna
Fraksi
Fraksi
Paripurna
Timsin
RDPU Raker
Timcil Timus
Panja
Pansus/Komisi
Fraksi
Baleg
Fraksi
BAGAN 7 : PROSES PENYUSUNAN UU USUL DPR
Rapat Dalam Pembicaraan Tingkat I
Keterangan:
Penugasan untuk Perbaikan RUU
Proses Penyusunan UU
Fraksi
Pimpinan
DPR
Bamus Paripurna
Fraksi
Fraksi
Paripurna
Timsi
n
RDPU Raker
Timcil Timus
Panja
Pansus/Komisi
Fraksi
Peran Fraksi Dalam Penyusunan UU
Baleg
Anggota
DPR
Komisi
Gabungan
Komisi
Baleg
Pengusul
RUU
Fraksi
BAGAN 9 : PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES
PENYUSUNAN UU PENYIARAN
Kampanye
Pendampingan
RDPU Mengajukan Diri
Anggota
DPR
Komisi
Baleg
Fraksi
Gabungan
Komisi
Pengusul
RUU
Pimpinan
DPR
Bamus Paripurna
Fraksi
Fraksi
Paripurna
Timsin
RDPU
Raker
Timus
1
1
3
1
0
7
2 1
6
1
2
1
8
2
6
2
RDPU
Penyampaian Usulan
DPR ke Pemerintah
4
5
Tanggapan
Pemerintah
61
Keterangan:
Tidak Digunakan
Lobi
Panggung
Pengiriman Delegasi
RDPU Diundang
1
2
3
4
5
6
7
8
9 Aspirasi Tidak Langsung
1
0
Studi Banding
Proses Penyusunan UU
Lobi oleh Mitra Permanen
Peran Fraksi
Rapat Pembahasan Tingkat I
6
8
1
0
8
8
7
67
Fraksi
Fraksi
3
9
6
1
6
Kampanye
Pendampingan
RDPU Mengajukan Diri
Anggota
DPR
Komisi
Baleg
Fraksi
Gabungan
Komisi
Pengusul
RUU
Pimpinan
DPR
Bamus Paripurna
Fraksi
Fraksi
Paripurna
Timsin
RDPU
Raker
Timus
1
1
3
1
0
7
2 1
6
1
2
1
8
2
6
2
RDPU
Penyampaian Usulan
DPR ke Pemerintah
4
5
Tanggapan
Pemerintah
61
Keterangan:
Tidak Digunakan
Lobi
Panggung
Pengiriman Delegasi
RDPU Diundang
1
2
3
4
5
6
7
8
9 Aspirasi Tidak Langsung
1
0
Studi Banding
Proses Penyusunan UU
Lobi oleh Mitra Permanen
Peran Fraksi
Rapat Pembahasan Tingkat I
6
8
1
0
8
8
7
67
Fraksi
Fraksi
3
9
6
1
6
BAGAN 11 : PARTISIPASI PUBLIK DALAM
PROSES PENYUSUNAN UU YAYASAN
Proses Penyusunan UU
Timcil
Alur Rapat Dalam Pembicaraan Tingkat I
Panja
Pimpinan
DPR
Timus
Fraksi
Departemen/
Non Departemen
Depkeh
HAM Bamus Paripurna
Fraksi
Fraksi
Paripurna TimsinRDPU Raker
Pansus
1
4
4 1
2
1
3
1
Fraksi
1
2
3
4
Hak Menghadiri Rapat
Hak Berbicara
Hak Bersuara
Lobi
Keterangan:
Peran Fraksi Dalam Penyusunan UU
5 Organisasi Informal
2
1
4
2
4
4
3
2
43
Penggunaan Ruang Tidak Optimal
1
4
32
1
4
43
2
1
21
1
5
4
3
2
4 2
3
4
1
2
1
1
3
2
6
Titip Respon
6
6
6
Fraksi
4
3
1
3
3
2
2
1
4
2
Paripurn
a
Fraksi
2 4
1
2 3
4

More Related Content

What's hot

Kumpulan berkepentingan
Kumpulan berkepentinganKumpulan berkepentingan
Kumpulan berkepentinganAISYAH SAKINAH
 
Suprastruktur dan Infrastruktur Politik di Indonesia
Suprastruktur dan Infrastruktur Politik di IndonesiaSuprastruktur dan Infrastruktur Politik di Indonesia
Suprastruktur dan Infrastruktur Politik di Indonesiabulan purnama
 
Pkn kebijakan publik
Pkn kebijakan publikPkn kebijakan publik
Pkn kebijakan publikEsti Dyah
 
Pkn bab 4 proses sistem politik indonesia
Pkn bab 4 proses sistem politik indonesiaPkn bab 4 proses sistem politik indonesia
Pkn bab 4 proses sistem politik indonesiaNhofa Eriana
 
Otonomi Daerah di Indonesia
Otonomi Daerah di IndonesiaOtonomi Daerah di Indonesia
Otonomi Daerah di IndonesiaHIA Class.
 
Sistem Politik Indonesia PARPOL
Sistem Politik Indonesia PARPOLSistem Politik Indonesia PARPOL
Sistem Politik Indonesia PARPOL93220872
 
Pkn bab 3 kelas X Perawat SMK Nurul Huda
Pkn  bab 3 kelas X Perawat SMK Nurul HudaPkn  bab 3 kelas X Perawat SMK Nurul Huda
Pkn bab 3 kelas X Perawat SMK Nurul Hudaapotek agam farma
 
Sistem Politik Di Indonesia
Sistem Politik Di IndonesiaSistem Politik Di Indonesia
Sistem Politik Di Indonesiaomcivics
 
Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan pa...
Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan pa...Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan pa...
Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan pa...Hidayat Gayo
 
Partai politik sebagai kekuatan politik
Partai politik sebagai kekuatan politikPartai politik sebagai kekuatan politik
Partai politik sebagai kekuatan politikyantolaris
 
SUPRA STRUKTUR POLITIK DAN INFRA STRUKTUR POLITIK
SUPRA STRUKTUR POLITIK DAN INFRA STRUKTUR POLITIKSUPRA STRUKTUR POLITIK DAN INFRA STRUKTUR POLITIK
SUPRA STRUKTUR POLITIK DAN INFRA STRUKTUR POLITIKBayu Rizky Aditya
 
Kewenangan Lembaga Lembaga Negara Menurut UUD 1945
Kewenangan Lembaga Lembaga Negara Menurut UUD 1945Kewenangan Lembaga Lembaga Negara Menurut UUD 1945
Kewenangan Lembaga Lembaga Negara Menurut UUD 1945afifahdhaniyah
 
Sistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahSistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahDadang Solihin
 
Pemerintahan dan pemerintah (PKN) kelas XI ipa
Pemerintahan dan pemerintah (PKN) kelas XI ipaPemerintahan dan pemerintah (PKN) kelas XI ipa
Pemerintahan dan pemerintah (PKN) kelas XI ipaMahardhika WiJaya
 
Sistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahSistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahDadang Solihin
 

What's hot (20)

Kumpulan berkepentingan
Kumpulan berkepentinganKumpulan berkepentingan
Kumpulan berkepentingan
 
Suprastruktur dan Infrastruktur Politik di Indonesia
Suprastruktur dan Infrastruktur Politik di IndonesiaSuprastruktur dan Infrastruktur Politik di Indonesia
Suprastruktur dan Infrastruktur Politik di Indonesia
 
Pkn kebijakan publik
Pkn kebijakan publikPkn kebijakan publik
Pkn kebijakan publik
 
Pkn bab 4 proses sistem politik indonesia
Pkn bab 4 proses sistem politik indonesiaPkn bab 4 proses sistem politik indonesia
Pkn bab 4 proses sistem politik indonesia
 
Sistem politik indonesia
Sistem politik indonesiaSistem politik indonesia
Sistem politik indonesia
 
Otonomi Daerah di Indonesia
Otonomi Daerah di IndonesiaOtonomi Daerah di Indonesia
Otonomi Daerah di Indonesia
 
Sistem Politik Indonesia PARPOL
Sistem Politik Indonesia PARPOLSistem Politik Indonesia PARPOL
Sistem Politik Indonesia PARPOL
 
Pkn bab 3 kelas X Perawat SMK Nurul Huda
Pkn  bab 3 kelas X Perawat SMK Nurul HudaPkn  bab 3 kelas X Perawat SMK Nurul Huda
Pkn bab 3 kelas X Perawat SMK Nurul Huda
 
Sistem Politik Di Indonesia
Sistem Politik Di IndonesiaSistem Politik Di Indonesia
Sistem Politik Di Indonesia
 
Makalah atman
Makalah atmanMakalah atman
Makalah atman
 
Masalah Otonomi Daerah
Masalah Otonomi DaerahMasalah Otonomi Daerah
Masalah Otonomi Daerah
 
Tugas pkn kelas X Farmasi
Tugas pkn kelas X FarmasiTugas pkn kelas X Farmasi
Tugas pkn kelas X Farmasi
 
Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan pa...
Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan pa...Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan pa...
Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan pa...
 
Partai politik sebagai kekuatan politik
Partai politik sebagai kekuatan politikPartai politik sebagai kekuatan politik
Partai politik sebagai kekuatan politik
 
Partai politik
Partai politikPartai politik
Partai politik
 
SUPRA STRUKTUR POLITIK DAN INFRA STRUKTUR POLITIK
SUPRA STRUKTUR POLITIK DAN INFRA STRUKTUR POLITIKSUPRA STRUKTUR POLITIK DAN INFRA STRUKTUR POLITIK
SUPRA STRUKTUR POLITIK DAN INFRA STRUKTUR POLITIK
 
Kewenangan Lembaga Lembaga Negara Menurut UUD 1945
Kewenangan Lembaga Lembaga Negara Menurut UUD 1945Kewenangan Lembaga Lembaga Negara Menurut UUD 1945
Kewenangan Lembaga Lembaga Negara Menurut UUD 1945
 
Sistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahSistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan Daerah
 
Pemerintahan dan pemerintah (PKN) kelas XI ipa
Pemerintahan dan pemerintah (PKN) kelas XI ipaPemerintahan dan pemerintah (PKN) kelas XI ipa
Pemerintahan dan pemerintah (PKN) kelas XI ipa
 
Sistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahSistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan Daerah
 

Similar to SISTEM PERWAKILAN DAN PARTISIPASI PUBLIK

Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRD Overview atas Fungsi di ...
Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRD Overview atas Fungsi di ...Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRD Overview atas Fungsi di ...
Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRD Overview atas Fungsi di ...Dadang Solihin
 
Implementasi Peran-Fungsi DPRD dalam Meningkatkan Pelayanan Publik menuju Goo...
Implementasi Peran-Fungsi DPRD dalam Meningkatkan Pelayanan Publik menuju Goo...Implementasi Peran-Fungsi DPRD dalam Meningkatkan Pelayanan Publik menuju Goo...
Implementasi Peran-Fungsi DPRD dalam Meningkatkan Pelayanan Publik menuju Goo...Dadang Solihin
 
Peran DPRD dalam Pembuatan Perda dan Pengawasannya
Peran DPRD dalam Pembuatan Perda dan PengawasannyaPeran DPRD dalam Pembuatan Perda dan Pengawasannya
Peran DPRD dalam Pembuatan Perda dan PengawasannyaDadang Solihin
 
Peran Badan Musyawarah dalam Meningkatkan Kinerja DPRD dalam Pembangunan Daerah
Peran Badan Musyawarah dalam Meningkatkan Kinerja DPRD dalam Pembangunan DaerahPeran Badan Musyawarah dalam Meningkatkan Kinerja DPRD dalam Pembangunan Daerah
Peran Badan Musyawarah dalam Meningkatkan Kinerja DPRD dalam Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Tugas Pokok dan Wewenang Badan Kehormatan DPRD
Tugas Pokok dan Wewenang Badan Kehormatan DPRDTugas Pokok dan Wewenang Badan Kehormatan DPRD
Tugas Pokok dan Wewenang Badan Kehormatan DPRDDadang Solihin
 
Peran Tenaga Ahli DPRD dalam Perumusan Kebijakan Publik guna Mendukung Fungs...
Peran Tenaga Ahli DPRD  dalam Perumusan Kebijakan Publik guna Mendukung Fungs...Peran Tenaga Ahli DPRD  dalam Perumusan Kebijakan Publik guna Mendukung Fungs...
Peran Tenaga Ahli DPRD dalam Perumusan Kebijakan Publik guna Mendukung Fungs...Dadang Solihin
 
Peranan DPRD dalam Penetapan APBD berdasarkan Anggaran Berbasis Kinerja
Peranan DPRD dalam Penetapan APBD berdasarkan Anggaran Berbasis KinerjaPeranan DPRD dalam Penetapan APBD berdasarkan Anggaran Berbasis Kinerja
Peranan DPRD dalam Penetapan APBD berdasarkan Anggaran Berbasis KinerjaDadang Solihin
 
Peran dan Fungsi DPRD dalam Perencanaan Pembangunan Daerah
Peran dan Fungsi DPRD  dalam Perencanaan Pembangunan DaerahPeran dan Fungsi DPRD  dalam Perencanaan Pembangunan Daerah
Peran dan Fungsi DPRD dalam Perencanaan Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan DaerahPeran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan DaerahPeran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Penguatan fungsi dan pengawasan dprd
Penguatan fungsi dan pengawasan dprdPenguatan fungsi dan pengawasan dprd
Penguatan fungsi dan pengawasan dprdAbleh Apes
 
Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRD
Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRDPeningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRD
Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRDDadang Solihin
 
Konsepku 131010214842-phpapp01
Konsepku 131010214842-phpapp01Konsepku 131010214842-phpapp01
Konsepku 131010214842-phpapp01Ahmad Sulton
 
Kesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Legislatif dan Eksekutif di Da...
Kesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Legislatif dan Eksekutif di Da...Kesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Legislatif dan Eksekutif di Da...
Kesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Legislatif dan Eksekutif di Da...Dadang Solihin
 
Mekanisme partisipasi publik sda
Mekanisme partisipasi publik sdaMekanisme partisipasi publik sda
Mekanisme partisipasi publik sdasonny dwi kristanu
 
Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRD
Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRDPeningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRD
Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRDDadang Solihin
 
Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRD
Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRDPeningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRD
Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRDDadang Solihin
 
Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRD
Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRDPeningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRD
Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRDDadang Solihin
 
Kesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Legislatif dan Eksekutif di Da...
Kesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Legislatif dan Eksekutif di Da...Kesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Legislatif dan Eksekutif di Da...
Kesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Legislatif dan Eksekutif di Da...Dadang Solihin
 

Similar to SISTEM PERWAKILAN DAN PARTISIPASI PUBLIK (20)

Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRD Overview atas Fungsi di ...
Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRD Overview atas Fungsi di ...Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRD Overview atas Fungsi di ...
Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRD Overview atas Fungsi di ...
 
Implementasi Peran-Fungsi DPRD dalam Meningkatkan Pelayanan Publik menuju Goo...
Implementasi Peran-Fungsi DPRD dalam Meningkatkan Pelayanan Publik menuju Goo...Implementasi Peran-Fungsi DPRD dalam Meningkatkan Pelayanan Publik menuju Goo...
Implementasi Peran-Fungsi DPRD dalam Meningkatkan Pelayanan Publik menuju Goo...
 
Peran DPRD dalam Pembuatan Perda dan Pengawasannya
Peran DPRD dalam Pembuatan Perda dan PengawasannyaPeran DPRD dalam Pembuatan Perda dan Pengawasannya
Peran DPRD dalam Pembuatan Perda dan Pengawasannya
 
Peran Badan Musyawarah dalam Meningkatkan Kinerja DPRD dalam Pembangunan Daerah
Peran Badan Musyawarah dalam Meningkatkan Kinerja DPRD dalam Pembangunan DaerahPeran Badan Musyawarah dalam Meningkatkan Kinerja DPRD dalam Pembangunan Daerah
Peran Badan Musyawarah dalam Meningkatkan Kinerja DPRD dalam Pembangunan Daerah
 
Asp
AspAsp
Asp
 
Tugas Pokok dan Wewenang Badan Kehormatan DPRD
Tugas Pokok dan Wewenang Badan Kehormatan DPRDTugas Pokok dan Wewenang Badan Kehormatan DPRD
Tugas Pokok dan Wewenang Badan Kehormatan DPRD
 
Peran Tenaga Ahli DPRD dalam Perumusan Kebijakan Publik guna Mendukung Fungs...
Peran Tenaga Ahli DPRD  dalam Perumusan Kebijakan Publik guna Mendukung Fungs...Peran Tenaga Ahli DPRD  dalam Perumusan Kebijakan Publik guna Mendukung Fungs...
Peran Tenaga Ahli DPRD dalam Perumusan Kebijakan Publik guna Mendukung Fungs...
 
Peranan DPRD dalam Penetapan APBD berdasarkan Anggaran Berbasis Kinerja
Peranan DPRD dalam Penetapan APBD berdasarkan Anggaran Berbasis KinerjaPeranan DPRD dalam Penetapan APBD berdasarkan Anggaran Berbasis Kinerja
Peranan DPRD dalam Penetapan APBD berdasarkan Anggaran Berbasis Kinerja
 
Peran dan Fungsi DPRD dalam Perencanaan Pembangunan Daerah
Peran dan Fungsi DPRD  dalam Perencanaan Pembangunan DaerahPeran dan Fungsi DPRD  dalam Perencanaan Pembangunan Daerah
Peran dan Fungsi DPRD dalam Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan DaerahPeran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
 
Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan DaerahPeran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
 
Penguatan fungsi dan pengawasan dprd
Penguatan fungsi dan pengawasan dprdPenguatan fungsi dan pengawasan dprd
Penguatan fungsi dan pengawasan dprd
 
Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRD
Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRDPeningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRD
Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRD
 
Konsepku 131010214842-phpapp01
Konsepku 131010214842-phpapp01Konsepku 131010214842-phpapp01
Konsepku 131010214842-phpapp01
 
Kesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Legislatif dan Eksekutif di Da...
Kesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Legislatif dan Eksekutif di Da...Kesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Legislatif dan Eksekutif di Da...
Kesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Legislatif dan Eksekutif di Da...
 
Mekanisme partisipasi publik sda
Mekanisme partisipasi publik sdaMekanisme partisipasi publik sda
Mekanisme partisipasi publik sda
 
Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRD
Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRDPeningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRD
Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRD
 
Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRD
Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRDPeningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRD
Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRD
 
Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRD
Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRDPeningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRD
Peningkatan Kapasitas, Peran dan Fungsi Anggota DPRD
 
Kesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Legislatif dan Eksekutif di Da...
Kesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Legislatif dan Eksekutif di Da...Kesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Legislatif dan Eksekutif di Da...
Kesetaraan dan Kemitraan dalam Hubungan antara Legislatif dan Eksekutif di Da...
 

Recently uploaded

Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 

Recently uploaded (20)

Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 

SISTEM PERWAKILAN DAN PARTISIPASI PUBLIK

  • 1. SISTEM PERWAKILAN DAN PARTISIPASI PUBLIK DALAM PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG (STUDI KASUS RUU YAYASAN DAN RUU PENYIARAN) DISAMPAIKAN OLEH : AFRIZAL TJOETRA
  • 2. PENDAHULUAN I. Latar Belakang • Pada masa orde baru Soeharto, dominasi negara dalam penyusunan peraturan perundang-undangan sangat besar, dengan demikian isi undang-undang sangat kental diwarnai oleh kepentingan pemerintah dan banyak yang bertentangan dengan kepentingan rakyat • Pasca orde baru Soeharto, ruang politik lebih terbuka, sehingga terbuka peluang untuk menata kembali pola hubungan antara negara dengan masyarakat terutama untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyusunan undang-undang
  • 3. Kendati ruang politik bagi rakyat lebih terbuka, ternyata partisipasi rakyat dalam penyusunan undang-undang masih terbatas, terutama karena tidak ada mekanisme pelibatan masyarakat dalam penyusunan undang-undang yang diatur secara formal Berkenaan dengan masalah diatas, beberapa lembaga mengusulkan jalan keluar, sbb : 1. Harus dilakukan sistem Pemilu langsung oleh rakyat 2. Program parpol yang jelas dengan target terukur dalam kampanye 3. Adanya Laporan Pertanggung Jawaban setiap anggota legislatif kepada konstituen 4. Mekanisme penalty oleh konstituen apabila anggota legislatif tidak dapat melaksanakan aspirasi warga 5. Harus ada prosedur yang partisipatif dan diakui secara hukum formal
  • 4. Sistem Perwakilan • Demokrasi perwakilan didefinisikan sebagai sistem demokrasi yang ditandai dengan adanya lembaga perwakilan. Rakyat memilih wakilnya melalui pemilu. • Ada berbagai teori tentang hubungan rakyat dengan wakilnya dalam penyusunan kebijakan. Salah satunya adalah teori mandat. • Menurut teori ini rakyat memberikan mandat pada wakil rakyat untuk duduk di lembaga perwakilan. • Ada tiga varian tentang teori mandat ini, yakni mandat imperatif, bebas dan representatif.
  • 5. Gambaran Umum DPR dan Proses Formal Penyusunan UU di DPR • Ada tiga fungsi utama DPR yaitu legislasi, pengawasan, dan anggaran. • Berdasarkan ketentuan UUD 1945 pasal 20 dan 21, PR RI, posisi anggota DPR dan peran masing- masing alat kelengkapan DPR sangat menentukan dalam proses pembahasan RUU. • Alat kelengkapan DPR serta pendukungnya tersebut adalah Fraksi, Bamus, Baleg, staf ahli, arena lobi, serta hak yang dimiliki oleh anggota DPR. • Proses formal penyusunan UU di DPR, lihat bagan.
  • 6. Anggota DPR : Wakil Parpol • DPR memiliki popular dan institusional agenda, yakni Prolegnas, Propenas, dan Prioritas Pembahasan. • Sumber rujukan tersebut tidak selalu digunakan oleh anggota DPR sebagai upaya mengartikulasikan kepentingan konstituennya. • Karenanya, DPR dan publik tidak memiliki pedoman yang jelas untuk menyampaikan usulan UU.
  • 7. • Fraksi sebagai alat kepanjangan partai. • Sisi politik sangat dominan mewarnai fraksi dibandingkan dengan alat kelengkapan DPR lainnya. • Kontrol fraksi pada anggotanya dalam proses penyusunan UU, dilakukan melalui dua cara: Pertama, melalui rapat fraksi. Kedua, penentuan sikap fraksi terhadap berbagai isu di DPR. • Atas dasar kontrol ketat dari faksi maka disimpulkan bahwa anggota DPR wakil parpol.
  • 8. Implementasi Fungsi, Tugas dan Wewenang Anggota DPR • Dari 3 fungsi yang dijalankan DPR, fungsi legislasi selama ini belum maksimal dilakukan anggota DPR, begitu pula halnya dengan fungsi anggaran. • Fungsi pengawasan menjadi titik berat.
  • 9. Bamus • Bamus dapat dikatakan sebagai gambaran dari kepentingan seluruh fraksi. • Tugas bamus menetapkan alokasi waktu dalam pembahasan UU. • Karena itu, Bamus dapat dikatakan sebagai terminal dalam proses penyusunan UU.
  • 10. Baleg • Baleg dibentuk sebagai upaya untuk merespon kritik yang ditujukan ke DPR dalam hal legislasi. • Tujuan dibentuknya untuk merancang berbagai RUU yang nantinya akan digunakan sebagai hak inisiati DPR. • Dengan demikian, Baleg dapat disebut sebagai dapur legislasi nasional.
  • 11. Posisi dan peran Setjen dan Staf Ahli • Keberadaan Setjen pada dasarnya untuk mendukung tugas dan fungsi DPR. • Problem yang dihadapi Setjen kurangnya tenaga ahli, lebih banyak staf pendukung.
  • 12. PEMBAHASAN I. Partisipasi Publik 1. Teori tentang Partisipasi Publik Konsep partisipasi publik erat kaitannya dengan relasi masyarakat (civil society) dengan negara. Setidaknya ada dua konsep yang digunakan untuk menjelaskan konsep tersebut, yaitu : • Masyarakat sudah memberikan mandatnya kepada negara, sehingga pembentukan kebijakan publik sepenuhnya diserahkan kepada negara. • Sekalipun sudah memberikan mandatnya kepada negara, masyarakat tetap memiliki hak untuk terlibat dalam pembentukan kebijakan yang akan dikeluarkan negara. Partisipasi publik didefinisikan sebagai aktivitas oleh warga negara untuk mempengaruhi pembuatan keputusan pemerintah.
  • 13. 2. Tingkat Partisipasi • Menurut Arstein ada 8 tingkatan partisipasi masyarakat (Eight Rungs on the Ladder of Citizen Participation). • Secara umum, tingkatan tersebut terbagi dalam tiga bagian partisipasi masyarakat : 1. Non-participation (manipulation dan therapy); 2. Tokenism (information, communication dan placation); dan 3. Citizen power (partnership, delegated control dan citizen control)
  • 14. • Partisipasi publik merupakan aktivitas yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, melibatkan beberapa anggota masyarakat yang tergabung atau mengorganisir dirinya berdasrkan suatu kepentingan tertentu • Dengan demikian, tidak benar pernyataan bahwa partisipasi publik akan menimbulkan tindakan anarki • Publik yang dimaksud terdiri dari kelompok kepentingan, partai politik, dan individu. Dalam penelitian ini kelompok kepentingan yang menjadi fokus adalah Ornop. 3. Publik dalam perwujudan partisipasi
  • 15. 4. Sumber Daya dan Arena Efektifitas untuk Partisipasi Publik Mencakup : 1. Perubahan perilaku dan institusi pemerintahan 2. Peningkatan kapasitas asosiasi atau organisasi publik 3. Kemudahan publik untuk mendapatkan informasi
  • 16. 5. Wujud Partisipasi Publik Menurut Kell Antoft dan Jack Novack, wujud partisipasi publik, adalah : 1. Partisipasi dalam pemilu (electoral participation) 2. Lobi (lobbying) 3. Penentuan agenda publik oleh lembaga legislatif (getting council agenda) 4. Pembentukan institusi tertentu oleh pemerintah yang anggotanya adalah perwakilan masyarakat yang independen (special purpose bodies) 5. Pengelompokan publik didasarkan atas isu atau masalah tertentu (special purpose participation)
  • 17. 6. Mekanisme Konsultasi dan Karakter dasar Partisipasi Publik Mencakup 4 hal : 1. Pengkomunikasian isu kepada publik 2. Menjaring berbagai saran atau rekomendasi 3. Pertemuan atau rapat atara pejabat pemerintah dengan berbagai kelompok masyrakat yang berkepentingan 4. Mengidentifikasi isu atau masalah publik yang harus dilakukan oleh berbagai kelompok kepentingan
  • 18. Ruang Partisipasi Publik Formal • Ruang partisipasi publik formal adalah berbagai kesempatan yang disediakan DPR bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan UU. • Ruang tersebut terdiri dari pra-pembahasan (kunker anggota DPR, penyampaian aspirasi langsung dan tak langsung) hingga pembahasan (sosialisasi RUU oleh Baleg, kunker anggota DPR, RDPU, penyampaian aspirasi langsung dan tak langsung)
  • 19. Temuan Penelitian tentang DPR dan Partisipasi Publik • Sumber rujukan pembahasan UU tidak mutlak Propenas dan Prolegnas, sangat ditentukan oleh dinamika politik yang berkembang di DPR. • Jangka waktu pembahasan, tidak pasti (bisa cepat atau lambat). • Biaya penyusunan UU minim. • Rendahnya produktivitas anggota DPR dalam pengajuan RUU. • Tingkat kehadiran dan keaktifan anggota rendah dalam pembahasan RUU, kecuali dalam Panja. • Ruang partisipasi publik tersedia secara formal, tetapi ruang tersebut tidak memberikan jaminan keterlibatan publik akan diakomodir oleh DPR.
  • 20. Partipasi Publik dalam proses Penyusunan RUU Yayasan dan RUU Penyiaran • Dinamika Partisipasi publik; langkah pertama yang dilakukan oleh publik yang berkepentingan adalah membentuk special purpose bodies (Koalisi atau kelompok) • Faktor Keberhasilan dan kegagalan; dalam pembahasan RUU di DPR penting menggunakan ruang partisipasi yang tersedia maupun yang dibentuk secara intensif. Dalam hal ini Kelompok Ornop lebih berhasil dibandingkan dengan Koalisi. • Ruang Partisipasi publik di DPR; Ruang-ruang partisipasi publik yang tersedia tidak signifikan karena : (1) tidak ada jaminan, (2) kriteria pihak-pihak yang dilibatkan tidak jelas. • Dampak advokasi kebijakan; selain keberhasilan advokasi yang dilakukan Kelompok Ornop, adanya tuntutan yang sama dari anggota DPR terhadap masyarakat yang melakukan advokasi kebijakan. Bagi kelompok/koalisi lain yang sulit pendanaannya, tentunya menyulitkan.
  • 21. PENUTUP Kesimpulan dan Rencana Aksi • Bentuk partisipasi di Indonesia : rakyat hanya dilibatkan dalam proses pemilu. Namun mulai ada upaya dari rakyat untuk mendapatkan hak guna terlibat dalam proses penyusunan kebijakan di parlemen. • Ruang-ruang artikulasi secara formal yang digunakan anggota DPR untuk menyetujui dan menolak pengesahan RUU adalah Rapat Paripurna, Rapat Bamus, Rapat Pansus, Rapat Komisi, dan Rapat Panja. • Dalam konteks informal, keberadaan ruang-ruang artikulasi sangat ditentukan oleh kreatifitas anggota DPR untuk membentuknya. • RDPU dan sosialisasi melalui Baleg, bukanlah ruang yang signifikan. • Ada problem di DPR, baik internal maupun eksternal. • Dominasi fraksi dalam setiap pembahasan RUU merupakan faktor penyebab tidak optimalnya penggunaan ruang-ruang artikulasi oleh anggota DPR. • Ruang informal yang sering digunakan oleh Koalisi dan kelompok adalah lobi dan penyediaan panggung bagi anggota DPR. • DPR dan masyarakat belum maksimal menggunakan ruang-ruang partisipasi yang tersedia, kecuali untuk Kelompok Ornop.
  • 22. BAGAN 6 : PROSES PENYUSUNAN UU USUL PEMERINTAH Fraksi Keterangan: Proses Penyusunan UU Peran Fraksi Dalam Penyusunan UU Rapat Dalam Pembicaraan Tingkat I Penugasan untuk Perbaikan RUU Fraksi Departemen/ Non Departemen Depkeh HAM Pimpinan DPR BamusParipurna Paripurna Fraksi Fraksi Paripurna Timsin RDPU Raker Timcil Timus Panja Pansus/Komisi Fraksi Baleg Fraksi
  • 23. BAGAN 7 : PROSES PENYUSUNAN UU USUL DPR Rapat Dalam Pembicaraan Tingkat I Keterangan: Penugasan untuk Perbaikan RUU Proses Penyusunan UU Fraksi Pimpinan DPR Bamus Paripurna Fraksi Fraksi Paripurna Timsi n RDPU Raker Timcil Timus Panja Pansus/Komisi Fraksi Peran Fraksi Dalam Penyusunan UU Baleg Anggota DPR Komisi Gabungan Komisi Baleg Pengusul RUU Fraksi
  • 24. BAGAN 9 : PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENYUSUNAN UU PENYIARAN Kampanye Pendampingan RDPU Mengajukan Diri Anggota DPR Komisi Baleg Fraksi Gabungan Komisi Pengusul RUU Pimpinan DPR Bamus Paripurna Fraksi Fraksi Paripurna Timsin RDPU Raker Timus 1 1 3 1 0 7 2 1 6 1 2 1 8 2 6 2 RDPU Penyampaian Usulan DPR ke Pemerintah 4 5 Tanggapan Pemerintah 61 Keterangan: Tidak Digunakan Lobi Panggung Pengiriman Delegasi RDPU Diundang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Aspirasi Tidak Langsung 1 0 Studi Banding Proses Penyusunan UU Lobi oleh Mitra Permanen Peran Fraksi Rapat Pembahasan Tingkat I 6 8 1 0 8 8 7 67 Fraksi Fraksi 3 9 6 1 6 Kampanye Pendampingan RDPU Mengajukan Diri Anggota DPR Komisi Baleg Fraksi Gabungan Komisi Pengusul RUU Pimpinan DPR Bamus Paripurna Fraksi Fraksi Paripurna Timsin RDPU Raker Timus 1 1 3 1 0 7 2 1 6 1 2 1 8 2 6 2 RDPU Penyampaian Usulan DPR ke Pemerintah 4 5 Tanggapan Pemerintah 61 Keterangan: Tidak Digunakan Lobi Panggung Pengiriman Delegasi RDPU Diundang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Aspirasi Tidak Langsung 1 0 Studi Banding Proses Penyusunan UU Lobi oleh Mitra Permanen Peran Fraksi Rapat Pembahasan Tingkat I 6 8 1 0 8 8 7 67 Fraksi Fraksi 3 9 6 1 6
  • 25. BAGAN 11 : PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENYUSUNAN UU YAYASAN Proses Penyusunan UU Timcil Alur Rapat Dalam Pembicaraan Tingkat I Panja Pimpinan DPR Timus Fraksi Departemen/ Non Departemen Depkeh HAM Bamus Paripurna Fraksi Fraksi Paripurna TimsinRDPU Raker Pansus 1 4 4 1 2 1 3 1 Fraksi 1 2 3 4 Hak Menghadiri Rapat Hak Berbicara Hak Bersuara Lobi Keterangan: Peran Fraksi Dalam Penyusunan UU 5 Organisasi Informal 2 1 4 2 4 4 3 2 43 Penggunaan Ruang Tidak Optimal 1 4 32 1 4 43 2 1 21 1 5 4 3 2 4 2 3 4 1 2 1 1 3 2 6 Titip Respon 6 6 6 Fraksi 4 3 1 3 3 2 2 1 4 2 Paripurn a Fraksi 2 4 1 2 3 4