1. A. ORGANISASI PERUSAHAAN
CV. DANU PRATAMA
merupakan perusahaan swasta nasional Indonesia yang memberikan pelayanan jasa
konsultansi dalam bidang keteknikan, manajemen dan sosial ekonomiyang meliputi:
- Pemberdayaan Masyarakat
- Perencanaan Kota & Wilayah
- Sistem Informasi
- DetailedEngineering Design (DED)&Supervise
- Survey & Foto UdarA
- Pelatihan
Selain didukung oleh tenaga ahli yang berpengalaman dalam bidangnya guna memberikan
pelayanan jasa konsultansi yang terbaik dan maksimal, CV. DANU PRATAMA juga didukung oleh
prasarana dan sarana modern.
Bagian ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum tentang keberadaan dan pengalaman
profesi konsultansi CV. DANU PRATAMA.
Sejak tahun 2009, beberapa orang sarjana lulusan Untan dan berbagai disiplin ilmu telah
membentuk suatu studio kerja di Pontianak ini kemudian bekerjasama dengan beberapa
Kelompok Ahli dan memperoleh kepercayaan untuk mengerjakan proyek-proyek, baik dari
pemerintah maupun swasta. Dengan kepercayaan dan beberapa pengalaman tersebut maka
dibentuklah CV. DANU PRATAMA.
CV. DANU PRATAMA lebih khususnya disebut sebagai Konsultan Pembangunan, suatu sebutan
yang mungkin masih baru merupakan bentuk konsultan yang lebih mendudukkan diri sebagai
fasilitator can mediator diantara stake holder dalam merencanakan dan melakukan
pembancunan. Sejak tahun 2009, kami telah dipercaya melakukan pekerjaan-pekerjaan yang
melakukan pendekatan pelibatan aktif masyarakat dan pihak terkait Iainnya (stake holder).
Pekerjaan-pekerjaan dengan kandungan community based ,evelopment (CBD) dan penggunaan
pendekatan partisipatif (participatory acproach) dalam pendekatan penanganan pekerjaan yang
dilakukan menjadi ciri khas dan spesialisasi kami dalam mewarnai divisi-divisi lain yang ada di
CV. DANU PRATAMA.
VISI
Terciptanya masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera, yang merupakan hasil sinergi
diantara individu pelaku pembangunan dalam memanfaatkan sumberdaya yang ada,
sebaik-baiknya bagi kemuliaan peradaban manusia.
MISI
Memberdayakan dan memfasilitasi para pelaku pembangunan agar dapat secara efektif
menjalankan perannya dalam memuliakan kehidupan bangsa Indonesia melalui
pengembangan potensi diri dan bersinergi dengan pelaku lain.
SASARAN
2. 1. Pengembangan kemampuan intelektual konsultan secara profesional dalam
mengembangkar, pendekatan dan metode pemberdayaan;
2. Pengembangan kemampuan penerapan bantuan teknis secara inovatif;
3. Pengembangan jaringan kemitraan dengan pelaku pembangunan;
4. Penyebarluasan pemikiran, pendekatan dan pengalaman praktis yang dan tengah
dikembangkan - kepada pelaku pembangunan;
Berbagai pekerjaan ditangani melalui divisi-divisi yang terdiri dari para tenaca ahli yang
berkualifikasi tinggi dan berpengaiaman dalam bidangnya maupun pekerjaan-pekerjaan
limas sektorai, yaitu: (1) Divisi Pengembangan Masyarakat; (2) Divisi Studi dan
Perencanaan; (3) Dvisi Arsitektur & Enjinering; (4) Divisi Teknologi Informasi; (5) Divisi
Pelatihan; dan (6) Divisi Survey & Pemetaan
1) Divisi Pengembangan Masyarakat
Memberikan layanan konsultansi di bidang :
- Survey Partisipatif
- Perencanaan Partisipatif
- Manajemen Sumberdaya Partisipatif
- Perencanaan Pertisipatif Penanganan permukiman Kumuh.
2) Divisi Studi & Perencanaan
Memberikan layanan konsultansi di bidang :
- Studi kelayakan program pembangunan dengan pendekatan partisipasi
masyarakat
- Perencanaan program pembangunan dengan pendekatan partisipasi masyarakat
- Manajemen pelaksanaan program pembangunan dengan pendekatan partisipasi
masyarakat
- Perencanaan Tata Ruang dan Wilayah
- Perencanaan Pengembangan Perumahan dan (Kawasan Kumuh, Prasarana dan
Sarana Perkotaan, dll)
3) Divisi Arsitektur & Enjinering
Memberikan layanan konsultansi di bidang :
- Perencanaan Arsitektur Bangunan tapak
- Perancangan Rekayasa Bangunan dan Tapak (Site Engineering)
4) Divisi Teknologi Informasi
Memberikan layanan konsultansi di bidang :
- Sistem Informasi Geografis
- Sistem Informasi Manajemen
5) Divisi Teknologi Informasi
Memberikan layanan konsultansi di bidang :
- Sistem Informasi Geografis
- Sistem Informasi Manajemen
6) Divisi Pelatihan
Memberikan layanan konsultansi di bidang :
- Pelatihan Manajemen Perkotaan
3. - Pelatihan Konsultan Pembangunan
- Pelatihan Katalis Pembangunan
- Pelatihan kelompok Swadaya Masyarakat
- Pelatihan Pengembangan Inovasi Teknologi
- Pendekatan Pembangunan Kota
B. PENGALAMAN PERUSAHAAN
Bagian ini akan menjelaskan mengenai daftar pengalaman kerja yang pernah dilakukan
konsultan selama 4 (empat) tahun terakhir dan sejenis dengan kegiatan Pekerjaantersebut
didalam surat penawaran.
Lampiran : Pengalaman Perusahaan Konsultan (Terlampir)
4. KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
PEKERJAAN PERENCANAAN PERKUATANTEBINGTURAP BETON DESA BAKAU KABUPATEN
MEMPAWAH
TAHUN ANGGARAN 2015
BAB 1
5. PEMAHAMAN TERHADAP KAK
Uraian Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Sebagaimana umumnya sungai-sungai yang berada di wilayah Provinsi Kalimantan Barat
memiliki fungsi dan pemanfaatan yang beragam, seperti untuk keperluan sumber air bersih,
keperluan irigasi rawa,sarana transportasi dan untuk keperluan lainnya. Exploitasi terhadap
sumber daya alam hutan terutama yang berada di Wilayah Sungai Mempawah serta Daerah
Aliran Sungai perbedaan fluktuasimuka air sungai pada saat musim penghujan dan kemarau,
hal ini menandakan adanya kerusakan pada daerah tangkapan air. Diantara sungai-sungai
yang mengalami kerusakan dan pendangkalan serta penyempitan penampang basah sungai-
sungai yang berada di Wilayah Sungai di Kabupaten Mempawah dan mengingat kondisi
morfologi sungai-sungai tersebut sudah sangat mengkhawatirkan, dan mengakibatkan pada
saat musim hujan terjadi banjir yang cukup luas, sehingga memerlukan penanggulangan
dengan segera. Pemerintah ProvinsiKalimantan Barat melalui Bidang Sumber DayaAir Dinas
PekerjaanUmum ProvinsiKalimantan Barat dengan Kegiatan Pelaksanaan PerkuatanTebing
akan melakukan pekerjaan Perencanaan Perkuatan Tebing Turap Beton Desa Bakau
Kabupaten Mempawah. dengan sumber dananya dari APBD Provinsi Kalimantan Barat
Tahun Anggaran 2015.
1.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran
1.2.1. Maksud dan Tujuan
Maksudnya adalah :
Maksud dari pekerjaan ini adalah Mendesain Perencanaan Perkuatan Tebing Turap Beton
Desa Bakau Kabupaten Mempawah.
Tujuannya adalah :
Tujuan pekerjaan ini adalah tersedianya gambar teknis Perencanaan Perkuatan Tebing
Turap BetonDesa Bakau Kabupaten Mempawah yangdapat mengamankan tebing kritis yang
longsor, serta metodologi pelaksanaan dengan konstruksi yang ekonomis, sehingga dapat
digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan konstruksi perkuatan tebing sungai.
1.2.2. Sasaran
Tersedianya detail desain untuk penanganan erosi tebing sungai yang secara teknis dan
ekonomis dapat dipertanggung jawabkan serta dapat dilaksanakan.
1.3. Lokasi Kegiatan
Desa Sungai Bakau Besar Kec. Sui. PinyuhKab. Mempawah
1.4. Sumber Pendanaan
Pekerjaan ini dibiayai dari sumber pendanaan :
APBD Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2015 Dengan Biaya Sebesar Rp.
100.000.000,00
1.5. Nama Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen
Nama Pejabat Pembuat Komitmen : Kepala Bidang Sumber Daya Air
Satuan Kerja : Dinas Pekerjaan Umum ProvinsiKalimantan Barat
Data Penunjang
1.6. Dasar-Dasar
Data dasar yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan konsultansi ini dapat
menggunakan data yang ada di Dinas Pekerjaan Umum ProvinsiKalimantan Barat
Bidang Sumber Daya Air atau dapat menggunakan data dari instansi lain yang terkait.
6. 1.7. Standar Teknis
Melakukan Perencanaan perkuatan Tebing ini, yang berkaitan dengan hasil kerja, standar
teknis yang digunakan antara lain:
1. Standar Nasional Indonesia sesuai instruksi Menteri Pekerjaan Umum No.
04/IN/M/1991, tanggal 24 Januari 1991.
2. Standar lainnya yang berlaku di Indonesia.
1.8. Study study terdahulu
1.9. Referensi Hukum
- Undang-undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber DayaAir.
- Keputusan Presiden RI No.12 Tahun 2012 tentang Penetapan WilayahSungai Peraturan
Pemerintah No. 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air.
- Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 2011 tentang Kebijakan Nasional Pengelolaan
Sumber Daya Air Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2011 tentang Sungai Naskah
Akademik Rancangan
- Pedoman Umum Pembuatan Pedoman OP Sumber Daya Air di Wilayah Sungai
Ruang Lingkup
Lingkup Kegiatan
1.10. Lingkup Kegiatan
Untuk mencapai sasaran di atas, ruang lingkup pekerjaan Perencanaan Perkuatan Tebing
Turap Beton Desa Bakau Kabupaten Mempawah secara garis besar adalah sebagai berikut :
- Pengumpulan Data Primer dan Data Sekunder .
- Inventarisasi permasalahan lainnya
- Pekerjaan Survey Topografi/ Situasi Detail Sungai.
- Survey Mekanika tanah.
- Survey Hidrologi, Hidrometri dan Hidrolika.
- Perhitungan dan Analisis Data Survey
- Perencanaan Teknis dan Penggambaran.
- Diskusi teknis.
7. - Penyusunan Laporan
1. Pengumpulan Data Primer dan Data Sekunder
Pengumpulan data primer dan data sekunder dilakukan oleh Konsultan dengan
pengumpulan peta-peta yang telah ada
- Data Hidrologi.
- Data Klimatologi.
- Peta DAS Skala 1:250.000
- Peta Topografi Skala 1:50.000
- Data kerugian akibat banjir serta Laporan–laporan studi terdahulu.
2. Inventarisasi permasalahan lainnya meliputi :
- Stabilitas / masalah longsor lereng dan tanggul
- Stabilitas bangunan pintu air dan bangunan pelengkap lainnya
- Banjir tahunan dan periode ulang yang lebih besar berupa tinggi dan lama genangan.
- Kecepatan Sedimentasi di drainase alam.
3. Pekerjaan Survey Topografi / Situasi Detail dari Sungai Berikut Profilnya
- Tujuan kegiatan ini adalah untuk memetakan sepanjang alur sungai minimum sepanjang 1
Km terutama dilokasi – lokasi tebing kritis. Dari survey ini diperoleh peta situasi detail,
profil memanjang dan melintang sungai, inventarisasi bench mark dan pembuatan bench
mark baru.
Referensi Ketinggian :
Untuk Referensi ketinggian pada lokasi yang diukur agar dibuatkan titik tetap BM
Pemasangan PatokCP dan PatokKayu:
- Patok CP harus ditempatkan pada lokasi yang aman dan tidak tersembuyi serta tempat
tersebut tidak mudah longsor.
- Patok bantu terbuat dari kayu dengan ukuran 4/6 cm dan panjang 50 cm, bagian atas
dicat merah dan diberi nomor patok.
Pengukuran Situasi :
Pengukuran situasi sungai dimulai dan diakhiri pada patok poligon kerangka dasar dan
digambarkan dengan interval ketinggian
Pengukuran Water Pass (menentukan elevasi patok–patok tetap dan patok–patok kayu
yang telah dipasang .
- Jalur pengukuran water pass harus merupakan jalur yang tertutup dengan toleransi
kesalahan beda tinggi 10 Dmdimana D panjang jarak dengan satuan km.
Pengukuran Penampang Memanjang dan Melintang :
- Pengukuran penampang memanjang dilaksanakan dengan jarakpengukuran setiap 100
m.
- Jarak antara penampang melintang adalah 100 m untuk sungai yang lurus sedangkan
pada sungai yang belok diambil jarak 25 m –50 m.
- Pengukuran penampang melintang harus tegak lurus dengan as sungai dengan batas
pengukuran penampang melintang masing– masing 100 m kearah kanan dan kiri
sungai.
- Tampang memanjang dan melintang harus dapat menunjukan minimal elevasi dasar
sungai, tanggul/bantaran sungai, ketinggian air dan alur sungai.
- Untuk pengukuran tampang melintang dan memanjang harus digunakan alat theodolite
dan water pass.
4. Survey Mekanika Tanah pada Rencana Bangun Perkuatan Tebing Sungai.
Pekerjaan ini meliputi semua aspek tanah yang mempengaruhi keamanan dan stabilitas
bangunan yang akan direncanakan, baik Struktur tanah, Jenis tanah, Permeabilitas, Bidang
Gelincir dan lain – lain.
5. Survei Hidrologi, Hidrometri dan Hidrolika.
8. Kegiatan ini dilakukan dengan memperhatikan pengaruh morfologi dan hidrolika Sungai-
sungai yang bersangkutan, antara lain :
1). Pengumpulan data curah hujan dari stasiun terdekat (10 Tahun terakhir)
2). Pengumpulan informasi banjir dari sungaiyang diukur.
3). Pengukuran tinggi/fluktuasi muka air sungai dan kecepatan arus.
4). Menganalisa hidrologi, hidrolika, sedimentasi
5). Pengikatan papan duga terhadap BM terdekat.
6). Peramalan hujan secara kuantitatif.
6. Perhitungan dan Analisis data hasil survey.
Kegiatan perhitungan dan analisa data sekurang–kurangnya harus meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1). data yang ada termasuk laporan–laporan yang sudah ada, dan melakukan evaluasi
berdasarkan kondisi lapangan hasil survey dan pengukuran.
2). Membuat analisa serta perhitungan debit rencana secara sistimatis dan hasil perhitungan
tersebut sekaligus merupakan review terhadap perhitungan yang telah dibuat pada
pekerjaan studi sebelumnya (
3). Membuat rencana detail bangunan Pengendali Banjir lengkap dengan nota perhitungan
yang disertai dengan metode-metode perhitungan yang dipergunakan di dalam membuat
perencanaan ini.
7. Perencanaan Teknis dan Penggambaran.
1). Menyiapkan gambar desain hasil perencanaan teknis untuk pelaksanaan fisik pada tahun
berikutnya yang dilengkapi dengan jadwal waktu pelaksanaan, metode pelaksanaan,
spesifikasi teknis dan perkiraan alokasi dananya.
2). Rencana anggaran biaya beserta alokasi dana yang diperlukan pada tiap–tiap tahun
angaran sesuai dengan prioritas masing-masing komponen pekerjaannya.
3). Penyusunan Laporan
Laporan hasil pekerjaan ini harus disusun oleh Konsultan sesuai dengan ketentuan yang
tersebut pada point 12 di bawah ini.
1.11. Keluaran
Laporan dan Gambar Perkuatan Tebing Turap Beton Ds. Bakau Kabupaten Mempawah
1.12. Peralatan Meterial, Personil dari PPK
Data dan fasilitas yang disediakan oleh pengguna jasa dapat digunakan dan harus
dipelihara oleh penyedia jasa :
- Laporan dan data
- Kumpulan laporan dan data sebagai hasil studi terdahulu
- Pejabat Pembuat Komitmen (terdahulu direksi dan pengawas pekerjaan yang bertindak
sebagai pendamping dalam rangka pelaksanaan jasa konsultasi.
Fasilitas yang disediakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen dapat digunakan oleh penyedia
jasa
1.13. Peralatan Meterial, Personil dari PPK
Dalam melaksanakan pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyediakan semua fasilitas yang
dibutuhkan, seperti :
a) Base Camp dibuat / disewa dilokasi proyek dilengkapi dengan peralatan dan material
yang diperlukan
b) Fasilitas transportasi yang sesuai dengan keadaan lapangan untuk inspeksi lapangan.
c) Pengeluaran - pengeluaran untuk akomodasi, pekerjaan lapangan termasuk kebutuhan
social, dan pengeluaran-pengeluaran lain.
d) Biaya untuk mobilisasi dan demobilisasi staf ke dan dari lokasi pekerjaan
e) Biaya untuk staf administrasi pendukung dan pekerja harian.
f) Biaya penyelidikan di laboratorium dan peralatan survey.
Selama melaksanakan pekerjaan lapangan, staf dari penyedia jasa diwajibkan untuk
bertempat tinggal dan bekerja di lokasi proyek.
9. 1.14. Lingkup Kewenangan Penyedia Jasa
Penyedia Jasa berhak mengajukan pembayaran didasarkan pada kemajuan pekerjaan atau
prestasi kerja yang dibuktikan dengan Berita Acara sesuai dengan kegiatan dilapangan, dan
dilakukan secara bertahap.
1.15. Jangka Waktu Penyelesaian Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan dalam jangka waktu 1 Bulan /30 (Tiga Puluh) hari kalender
terhitung sejakSurat PerjanjianKerja sudah ditandatangani atau terhitung sejak dikeluarkan
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
1.16. Peronil
Posisi Kualifikasi Pendidikan Keahlian Pengalaman Org Bln
Tenaga Ahli
Team Leader
(1 orang)
S1. Teknik Sipil/
Pengairan
SKA. Muda
SDA +SQA/ SMM
Min. 4
Tahun
1,00
OB
Ahli Sumber Daya Air
(1 orang)
S1. Teknik Sipil/
Pengairan
SKA Muda
SDA
Min. 3
Tahun
1,00
OB
Ahli Geodesi
(1 orang)
S1.Geodesi Ijazah Min. 3
Tahun
1,00
OB
Ahli Geoteknik /Mekanika
Tanah
(1 orang)
S1. Teknik Sipil /
Pengairan
Ijazah Min. 3
Tahun
1,00
OB
Sub Tenaga Ahli
Surveyor Hidrologi /
Hidrometri
(1 orang)
D3 Teknik Sipil Ijazah Min. 3
Tahun
0,75
OB
Surveyor Mekanika Tanah
(1 orang)
D3 Teknik Sipil Ijazah Min. 3
Tahun
0,75
OB
Surveyor Topografi
(1 orang)
D3 Teknik Sipil Ijazah Min. 3
Tahun
0,75
OB
Tenaga Pendukung
Tata Usaha /Umum/Admin
(1 orang)
SMK/SMA Ijazah Min. 3
Tahun
1,00
OB
Operator Komputer
(1 orang)
SMK/SMA Ijazah Min. 3
Tahun
1,00
OB
Operator Komputer CAD
(1 orang)
D1 Komputer Ijazah Min. 2
Tahun
0,50
OB
Tenaga Lokal Survey
(2 orang)
SMA Ijazah Min. 2
Tahun
0,75
OB
1.17. Jadwal Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
Metodologi yang dipergunakan dalam pekerjaan ini
adalah
1. Studi literatur dan pengumpulan data
2. Survey Identifikasi Design Perkuatan Tebing Sungai
- Survey Topografi
- Survey Hidrologi / Hidrometri dan Hidrologi
- Survey Mekanika Tanah
3. Pengolahan, Analisa Data, Pemetaan, Detail Desain Perkuatan Tebing Sungai
4. Pelaporan dan Diskusi
Laporan
1.18. Laporan Bulanan
Laporan Bulanan memuat : Kemajuan kegiatan pekerjaan mingguan yang telah dilaksanakan
selama 1 bulan sebelumnya, yang dilampiri dengan jadwal pelaksanaan, jadwal penugasan
personil, invoice,daftarhadir dan foto-fotokegiatanyang telah dilaksanakan disertai dengan
kurva “S”.
10. Laporan harus diserahkan sebanyak 3 (tiga) rangkap.
1.19. Laporan Final
Laporan Final memuat : rangkuman dari seluruh kegiatan Perencanaan Perkuatan Tebing
Turap Beton Desa Bakau Kab. Mempawah, serta kesimpulan dan saran-saran yang diusulkan
pada temuan hambatan lapangan. Laporan ini harus didiskusikan terlebih dahulu sebelum
dicetak sebagai Laporan akhir.
Laporan harus diserahkan sebanyak 5 (lima) rangkap.
1.20. Laporan Cost Estimate dan Volume Pekerjaan
Laporan Cost Estimate dan Volume Pekerjaan berisikan tentang hasil Analisa data lapangan
dalam perumusan Detail Design dan Rencana Anggaran Biaya dan Volume
Pekerjaan Laporan harus diserahkan sebanyak 3 buku Laporan
1.21. Laporan Spesifikasi Teknis Pekerjaan
Laporan Spesifikasi Teknis Pekerjaan berisikan tentang hasil Penyusunan Elaborasi dan
Analisa Teknis data lapangan dalam perumusan Perencanaan Perkuatan Tebing Turap
Beton Desa Bakau Kab. Mempawah.
Laporan harus diserahkan sebanyak 3 buku Laporan
1.22. Laporan- laporan dan Gambar dalam Bentuk CD
Seluruh kegiatan Perencanaan Perkuatan Tebing Turap Beton Desa Bakau Kab. Mempawah.
Difilekan dalam bentuk cakram padat (compactdisc sebanyak 3 Set.
1.23. Gambar-Gambar
Gambar-gambar Dicetakdan dicopy dengan Ukuran A -3 sebanyak 4 Set.
1.24. Produksi Dalam Negeri
Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus dilakukan di dalam wilayah
Negara Republik Indonesia kecuali ditetapkan lain dalam angka 4 KAK dengan pertimbangan
keterbatasan kompetensi dalam negeri.
1.25. Persyaratan Kerjasama
Jika kerjasama dengan penyedia jasa konsultansi lain diperlukan untuk pelaksanaan
kegiatan jasa konsultansi ini maka persyaratan berikut harus dipatuhi:
memiliki perjanjian Kemitraan/Kerja Sama Operasi yang memuat persentase
kemitraan/KSO dan perusahaan yang mewakili Kemitraan/KSO tersebut.
1.26. Pedoman Pengumpulan Data Lapangan
Pengumpulan data lapangan harus memenuhi persyaratan berikut : persyaratan teknis dan
dapat dipertanggung jawabkan.
1.27. Alih Pengetahuan
Jika diperlukan, Penyedia Jasa Konsultansi berkewajiban untuk menyelenggarakan
pertemuan dan pembahasan dalam rangka alih pengetahuan kepada personil satuan kerja
Dinas Pekerjaan Umum ProvinsiKalimantan Barat Bidang Sumber DayaAir.
11. BAB 2
TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK
2.1. Tanggapan terhadap KAK
2.1.1. Latar Belakang
Perkuatan tebing/penahan tanah/turap merupakan salah satu pilihan sistem untuk
mengatasi keruntuhan tanah setempat yang diakibatkan gerakan tanah tersebut, pengaruh
lipahan air hujan, seandainya terletak di tepi sungai atau laut, keruntuhan tanah bisa
diakibatkan pergerakan tanah yang sudah mengalami penuaan, pergerakan beban disekitar
akibat kendaraan kendaraan bermuatan berat, diakibatkan limpahan air hujan yang menjadi
tanah menjadi gembur/lumpur, dan bisa diakibatkan juga arus gelombang air laut yang
sangat berpengaruh juga besar. Untuk area tersebut dilakukan pembangunan perkuatan
tebing/perkuatan tanah/turap sangat banyak bermamfaat besar terhadap lingkungan/
tanah sekitarnya sehingga tidak terus terus terkikis atau runtuh kedalam air sungai/laut.
Laju perkembangan ekonomi sangat perpengaruh perkembangan disektor lainnya. Untukitu,
perlu diadakan pembangunan perkuatan tanah/perkuatan tebing/turap. Berdasarkan fakta
yang melatar belakangi proyek pembangunan ini, maka kami sebagai konsultan perencana
menyetujui latar belakang proyek kegiatan ini. Setelah menelaah KAK yang sudah diberikan
kepada konsultan, ada beberapa hal yang harus diperjelas oleh konsultan dengan dokumen
ini agar tidak terjadi kerancuan dalam perencanaan.
2.1.2. Tujuan dan Sasaran
12. Secara garis besar, kami sebagai konsultan perencana dalam proyek initelah setuju dengan
tujuan dan sasaran yangdijelaskan oleh Pemberi Tugas yangterdapat dalam Kerangka Acuan
Kerja atau KAK.
2.1.3. Keluaran, Hasil, dan Sistem Pelaporan
Menurut kami, sistem pelaporan yang dilakukan secara berprogress dari dokumen
penawaran teknis dan tanggapan terhadap KAK, tahapan Perencanaan yaitu Tahap konsep
Persiapan Perencanaan, Tahap Pra Rencana Teknis, Tahap Pengembangan Rencana, Tahap
Hasil Perencanaan (Laporan), Tahap Persiapan Pelelangan, dimana kesemuaannya tersebut
mencapai laporan perencanaan sudah baik yangisinya terdiri Dokumen lelang Gambar Kerja,
RKS dan BQserta RAB sebagai acuan HPS.
2.1.4. Lingkup Pekerjaan dan Perencanaan
Penjabaran mengenai lingkup pekerjaan sudah cukup menjelaskan tahap-tahap pekerjaan
yang harus dilakukan dalam menyusun desain detail. Sesuai dengan penjelasan lingkup
pekerjaan yang telah tertera pada Kerangka Acuan Kerja tersebut, maka konsultan
perencana dalam melaksanakan kegiatan dan supervisi pada proyek kegiatan ini akan
berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang berlaku sekaligus memenuhi kriteria dan nilai-
nilai yang ingin dicapai sesuai permintaan dari owner. Dalam KAK dinyatakan pemilik dari
Dinas Pekerjaan UmumBidang Sumber DayaAir ProvinsiKalimantan Barat. Untukpekerjaan
perencanaan yang sudah dijelaskan dalam KAK sudah mencukupi dan kami pahami. Semua
kegiatan survey yang dijelaskan dalam KAK kami perinci sehingga survey yang harus
dilakukan untuk perencanaan desain detail adalah survey pendahuluan, survey topografi,
survey Hidrologi dan Hidrmetri, dan survey geoteknik. Perincian rencana survey akan
dibahas pada Metodologi. Lingkup perencanaan yang dilakukan oleh konsultan, yaitu
perencanaan perkuatan tanah/perkuatan tebing/turap, penentuan dimensi
turap, pemilihan jenis turap, perencanaan pondasi dan perencanaan sheet pile.
2.2. Saran terhadap KAK
Kerangka Acuan Kerja yang diberikan owner sudah baik dalam menjelaskan gambaran
umum mengenai pekerjaan, mulai dari latar belakang, maksud dan tujuan, masukan dan
keluaran, lingkup pekerjaan, dan kebutuhan tenaga ahli. Namun ada beberapa hal yang perlu
dilengkapi dalam KAK, sehingga penjabaran proyekmenjadi lebih jelas dan terarah. Menurut
penyedia jasa (Konsultan), proyek ini bukan hanya dilatar belakangi oleh kebutuhan
penahan tanah/perkuatan tebing/turap yang efektif di daerah tersebut. Sedangkan tujuan
dan maksud dari proyek ini sudah terdeskripsi dari KAK yang diberikan oleh owner. Hal ini
penting untuk diketahui karena peruntukan turap, apakah itu untuk fislitas sebagai aset
kabupaten atau menjadi aset provinsi yang mengadakan kegiatan ini kedepannya. Tidak
semua data penunjang yang telah disebutkan dalam KAK dibutuhkan dalam proses
perencanaan turap/perkuatan tebing/perkuatan tanah. Karena struktur turap yang
digunakan merupakan turap beton/baja/komposite/kayu, maka SNI tata cara perhitungan
struktur beton untuk bangunan gedung tidak dapat digunakan. Begitu pula SNI perencanaan
gedung tidak digunakan karena struktur pada proyek ini merupakan struktur perkuatan
tebing. Dalam KAK tidak disebutkan data-data teknis yang diperlukan oleh konsultan untuk
melakukan proses perencanaan. Menurut kami, data-data yang diperlukan tersebut adalah
data sondir tanah (NSPT), data arus/gelombang air dari laut/sungai yang menjadi bawah
tanah menjadi lumpur dan angin yang terjadi di wilayah kabupaten tersebut. Data sondir
tanah diperlukan dalam proses perencanaan pondasi dalam untuk mensupport pilar/sheet
pile, data air gelombang air dan ketinggian air untuk menetukan titik ketinggian turap yang
akan dibangun nantinya baik tinggi kedalam sheet pile yang tertanah didalam tanah serta
13. ketinggian kepala atas sheet pile jangan sampai tengelam oleh muka air banjir yang terjadi
nantinya. Sedangkan peta kontur diperlukan untuk perhitungan volume cut and fill. Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal ini memiliki hubungan yang berarti terhadap kekuatan dari
struktur penahan tanah/perkuatan tebing/turap. Kebutuhan tenaga kerja yang dipakai
selama proses perencanaan yang disebutkan dalam KAK sudah cukup . Tenaga ahli yang
diperlukan hanya sebatas team leader, ahli struktur, ahli geoteknik,ahli geodesi. Tenaga Ahli
yang dipekerjakan penuh waktu sangat bagus untuk berkonsultasi dalam perencanaan
perkuatan tebing/perkuatan tanah/turap. Tenaga pendukung yang dibutuhkan hanya
terbatas pada surveyor, drafter, operator komputer, administrasi. Pekerjaan ahli sistem
komunikasi, database, dan desain komunikasi visual dapat diambil alih oleh operator
komputer.
Kebutuhan tenaga ahli dan tenaga pendukung seharus didalam KAK dengan RAB tidak klop
atau tidak sama pada volume OB (org bulan), untuk ini sebaik menggunakan volume pada
RAB dikarenakan pada RAB, pihak konsultansi yang dibayar.
BAB 3
METODOLOGI
3.1. METODOLOGI
Berdasarkan pengalaman melaksanakan pekerjaan sejenis dan pendekatan teknis sebagaimana
dijelaskan sebelumnya, Konsultan telah menyusun program Pekerjaan “SIDDaerah Rawa Lhueng
Raya (4.000 Ha) di Kab. Nagan Raya”, Provinsi Aceh, yang menggambarkan urut-urutan logis
metodologi pelaksanaan pekerjaan yang dapat diuraikan sebagai berikut :
4.3.1. PEKERJAAN PERSIAPAN DAN REVIEW HASIL IDENTIFIKASI
Setelah diterimanya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), maka Konsultan akan menelaah dan
menganalisa lebih detail mengenai pelaksanaan pekerjaan. Pada tahap ini, Konsultan akan
menyusun rencana kerja yang lebih terinci dan mulai memberikan penugasan kepada personil-
personil yang akan ditugaskan dalam proyekini.
Rincian aktivitasdi dalamnya, antara lain :
4.3.1.1. Proses Administrasidan KegiatanKoordinasiProyek
Penyiapan surat-surat tugas untuk instansi-instansi yang berwenang di daerah proyek (Kantor
Proyek, Dinas PU, BAPPEDA dan lain-lain) serta surat-surat lain yang diperlukan untuk
memudahkan kelancaran pekerjaan terutama didaerah proyek.
Agar pelaksanaan pekerjaan Pekerjaan “SID Daerah Rawa Lhueng Raya (4.000 Ha) di Kab.
Nagan Raya”, Provinsi Aceh dapat berjalan sesuai dengan rencana, maka untuk penyusunan
perencanaan pelaksanaan pekerjaan di lapangan pada lokasi tersebut haruslah sinkron/selaras
14. dengan rencana pengembangan pada instansi terkait di daerah, supaya hasil yang diperoleh
benar-benar merupakan perencanaan teknis terpadu.
4.3.1.2. Inventarisasidan PengumpulanData
Pada tahap ini Konsultan mengumpulkan hasil studi, perencanaan, data-data maupun laporan-
laporan yang berhubungan dengan pekerjaan ini yang akan digunakan sebagai data sekunder.
Data ini akan diusahakan diperoleh dari instansi atau badan yang terkait yang berhubungan
dengan proyek ini misalnya :
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum.
Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera I.
BINTEK Rawa dan Pantai, untuk mendapatkan data-data dan hasil study
terdahulu yang berhubungan dengan proyekini.
Direktorat Rawa dan Pantai, untuk mendapatkan data-data dan hasil study
terdahulu terutama mengenai data banjir yang berhubungan dengan proyekini.
Pusat Penelitian Masalah Air, Bandung, untuk memperoleh data-data sungai di
daerah proyek.
Badan Meteorologi dan Geofisika, untuk mendapatkan data-data Curah Hujan dan
Klimatologi.
Departemen Pertanian untuk mendapatkan data-data program pengembangan
pertanian di daerah proyek.
Direktorat Jenderal Perikanan, untuk mendapatkan data-data dan program
budidaya perikanan didaerah tersebut dan daerah lainnya.
Jawatan Oceanografi TNI Angkatan Laut, untuk mendapatkan ramalan pasang surut
(Buku Hidral).
Biro Statistik Pusat dan daerah, untuk mendapatkan struktur populasi,
kebudayaan dan pendapatan didaerah proyek.
Badan Pertanahan Nasional untuk mendapatkan data status lahan.
Pusat Penelitian Tanah, Bogor, untuk mendapatkan data-data peruntukan tanah.
BAPPEDA Tingkat I dan II, untuk memperoleh data-data program
pengembangan daerah, populasi, pendapatan dan kebudayaan.
Kantor PU dan Kimpraswil Provinsi dan Kabupaten/Kota, untuk mendapatkan
data-data dan study areal sekitar proyekserta rencana pengembangannya.
Instansi-instansi lain yang diperlukan.
4.3.1.3. Review Hasil Identifikasi
Konsultan akan melaksanakan review dari laporan yang ada dan dikombinasikan dengan data-
data lainnya yang dikumpulkan, untuk menyusun dan menentukan strategi awal pelaksanaan
proyekini. Review ini hanya terbatas pada data-data sekunder saja (desk study).
4.3.1.4. Penyusunan & Persetujuan RencanaKerja
Konsultan akan membuat Rencana Kerja terinci yang disusun berdasarkan jenis pekerjaan
yang akan dilaksanakan sesuai dengan rencana kerja umum yang ada untuk didiskusikan dan
mendapat persetujuan Direksi.
4.3.1.5. PersiapanSurvey Lapangan
Menyiapkan peta lokasi dan menyusun peta rencana pelaksanaan survey lapangan untuk disetujui
Direksi.
Menyiapkan formulir survey yang dibutuhkan untuk di konsultasikan kepada Direksi.
Menyiapkan surat-surat ijin yang diperlukan.
15. Menyiapkan personil dan peralatan survey untuk diperiksa dan diwawancarai olehDireksi.
Mobilisasi personil dan peralatan ke lokasi proyek (teruntuk penyiapan base camp dan
perlengkapannya).
4.3.2. PENGUKURAN TOPOGRAPHY DAN PEMETAAN SITUASI DETAIL
Survey ini dimaksudkan untuk mendapatkan data situasi detail, detail saluran dan bangunan yang
ada pada lahan/daerah yang akan dikembangkan sebagai bahan masukan untuk penyusunan
perencanaan yang efisien dengan memanfaatkan keadaan/kondisi kontur tanah/daerah.
1. Orientasi Lapangan
Kegiatan dilokasi dimulai dengan persiapan pengukuran, berupa :
Koordinasi dengan instansi daerah terkait mengenai rencana areal pengukuran, dan metode
kerja pengukuran yang akan dilaksanakan;
Meninjau areal yang akan diukur.
Menyiapkan base camp, tenaga lokaldan sarana transportasi lapangan;
Bersama-sama dengan pengawas/Direksi Lapangan menentukan titik awal pengukuran,
batas pengukuran dan lokasi BM.
2. Survey Lapangan
Pelaksanaan pekerjaan akan dilakukan sesuai dengan persyaratan yang diminta dalam TOR.
Setiap aktivitas pekerjaan akan dikonsultasikan dengan Direksi/Pengawas Lapangan untuk
menjamin hasil pekerjaan sesuai dengan TOR. Pengukuran, perhitungan dan penggambaran
draft situasi detail berskala 1 : 5.000 di atas kertas mm akan dilaksanakan di lapangan
agar dapat bersama-sama diperiksa dan diperbaiki apabila terjadi kesalahan pengukuran.
a. Membuat Kerangka Dasar Pemetaan
Kerangka dasar merupakan jalur patok dasar pengukuran (BM) yang akan digunakan sebagai
pengikatan titik awal atau akhir pengukuran selanjutnya, seperti ray situasi, trace saluran.
Kerangka ini ditempatkan pada batas areal pengukuran agar dapat berfungsi sebagai batas areal
pengukuran.
Pelaksanaan survey direncanakan dengan membagi areal menjadi dua saja mengingat bahwa areal
pengukurannya cukup kecil.
1. Kerangka Dasar Horizontal
Poligon utama diukur dengan metode kring dimana harus dipenuhi syarat geometrisnya
(pada batas toleransi yang diberikan), dan dikontrol dengan pengamatan matahari.
Pengukuran jarak dengan menggunakan alat ukur jarak meetband.
Alat ukur sudut yang akan digunakan adalah Theodolit T2, atau alat lainnya yang
sederajat
Pengukuran sudut dibaca satu seri ganda
Pemberian koreksi
Untuk mengoreksi sudut digunakan :
16. a. Metode Dell (perataan biasa)
b. Metode Bersyarat
Koreksi setiap sudut : f. (N-1),dimana :
f. = salah penutup sudut
N = jumlah titik poligon
Untuk mengoreksi absis dan ordinat digunakan jarak sebanding dengan jarak yang
bersangkutan atau :
Koreksi = f. x / D x (Dij), dimana :
f.x. = salah penutup absis/ordinat
D = jumlah jarak
Di = jarak yang ke i
Koreksi sudut antara dua kontrol azimuth 20 "
Koreksi setiap titikpoligon maksimum 8 "
Salah penutup koordinat maksimum 1 : 5.000
Jarak tiap sisi poligon diukur dengan ketelitian 1 : 7.500
2. Kerangka Dasar Vertikal
Maksud pengukuran kontrol vertikal/sipat datar adalah membuat titik tetap yang
mempunyai posisi vertikal/ketinggian sebagai kerangka dasar. Pengukuran sipat datar ini
harus diikatkan pada titik BM.TTG BAKOSURTANAL/Titik Tringulasi terdekat ataudari
titik kontrol (BM) yang telah terpasang hasil pengukuran terdahulu yang kondisinya
masih baik dan dengan persetujuan tim teknis/Direksi.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk pelaksanaan pengukuran ini adalah sebagai berikut
:
a) Pengukuran Leveling harus diikatkan pada minimal 2 bench mark yang telah diketahui
elevasinya dan harus melalui titik-titik poligon. Metode pengukuran leveling digunakan
cara pulang pergi atau double stand, dan apabila dilapangan hanya ada 1
Bench Mark maka pengukuran harus dilakukan secara close circuit (tertutup).
b) Pembacaan rambu harus dilakukan dengan pembacaan tiga benang lengkap yaitu
benang atas, benang tengah dan benang bawah sebagai kontrol 2 BT = BA + BB.
Pengukuran dilakukan cara double stand maka selisih setiap stand pada tiap slag
tidak boleh melebihi 2 mm.
c) Alat yang digunakan adalah automatic level seperti zeiss Ni2, (Wild NAK2) atau
yang sederajat ketelitiannya dan seijin tim teknis. Setiap slag diusahakan alat di
tengah-tengah dari dua titik yang diukur dengan jarak maksimum 60 m sedangkan
alat terdekat dari alat ke rambu tidak boleh lebih < dari 5 m ke rambu muka dan
rambu belakang.
d) Saat perpindahan rambu, rambu belakang dijadikan sebagai rambu depan tetap pada
posisi semula sebagai rambu belakang dengan cara hanya memutar di atas landasan
rambu. Rambu landasan memakai logam yang dapat tertancap di atas tanah. Rambu
ukur harus dilengkapi dengan nivo kotak yang terletak di belakang rambu untuk
mengetahui bahwa rambu benar-benar vertikal pada saat pengukuran.
e) Etelitian kesalahan penutup tinggi dari pengukuran pulang pergi atau doubel stand
pada pengukuran Waterpas Utama tidak boleh melebihi 10√D dan waterpas cabang
tidak lebih 30√D, dimana D adalah jumlah jarak dalam satuan kilometer.
17. b.Pengukuran Situasi Detail
Pengukuran ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran topografi daerah yang disurvey
dengan sasaran tinggi dan posisi detail lapangan.
· Pengukuran situasi detail dilakukan dengan cara rincikan dan harus terikat pada
kerangka dasar pemetaan.
· Ketinggian titik detail diukur dengan toleransi 10 cm dengan kerapatan sesuai
dengan skala peta yang direncanakan.
· Pengukuran situasi diukur merata keseluruh daerah rencana pengukuran
mencakup batas penggunaan lahan, saluran alam dan bangunan buatan.
Situasi diukur berdasarkan jaringan kerangka horizontal dan vertikal yang telah dipasang,
dengan melakukan pengukuran keliling serta pengukuran didalam daerah survey.
Bila perlu jalur poligon dapat ditarik lagi dari kerangka utama dan cabang untuk mengisi detail
planimetris, berikut spot height yang cukup, sehingga diperoleh penggambaran kontur yang
lebih akurat sehingga menghasilkan informasi ketinggian yang memadai.
Titik-titik spot height terlihat tidak lebih dari interval 10 cm pada peta skala 1 : 2.000. Interval
ini ekuivalen dengan jarak 20 m tiap penambahan satu titik spot height atau 8-
10 titik spot height untuk tiap 1 hektar diatas tanah.
Beberapa titik spot height bervariasi tergantung kepada kecuraman dan ketidakteraturan
terrain. Kerapatan titik-titik spot height yang dibutuhkan dalam daerah pengukuran tidak
hanya daerah rawa, tetapi juga kampung, kebun, jalan setapak, tanaman sepanjang jalan,alur dan
sungai dan lain-lain, akan tetapi dengan kerapatan yang berbeda.
Pengukuran situasi dilakukan dengan metode Tacheometry menggunakan theodolith T.0 atau
yang sejenis. Jarak dari alat ke rambu tidak boleh lebih dari 100 meter.
Kontur digambar apa adanya dan harus teliti, dan bagian luar daerah sawah kontur diplot hanya
berdasarkan titik-titikspotheight - efekartistik tidak diperlukan.
Pemberian angka kontur harus jelas terlihat, dimana setiap interval kontur 2,5 m
digambarkan lebih tebal.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk pelaksanaan pengukuran ini adalah sebagai
berikut :
a) Seluruh alur sungai (dasar sungai terendah dan lebar sungai harus jelas terlihat).
b) Jalan propinsi, kabupaten, jalan desa dan jalan setapak.
c) Bangunan rawa dan drainase (exsisting), batas kampung, rumah-rumah terpencil
diluar kampung, jembatan dan saluran. Diameter atau dimensi berikut ketinggian
lantai semua gorong-gorong dan jembatan, sekolah, mesjid dan kantor pemerintah
(camat, mushola,desa dan lain-lain) harus terlihat.
d) Pohon-pohon besar (berdiameter lebih besar dari 20 cm dengan ketinggian sekitar
12 m diatas tanah) bila pepohonan ini berada disawah.
e) Daerah rawa.
f) Batas tata guna tanah (misalnya belukar berupa rerumputan dan alang-alang,
tambak, sawah, rawa, ladang, kampung, kebun, dan lain-lain).
g) Tiap detail topografi setempat (seperti misalnya tanggul curam, bukit kecil dan lain-
18. lain).
h) Batas pemerintahan (kecamatan, desa dan lain-lain). Nama kampung, kecamatan,
nama jalan dan lain-lain diperlukan.
i) Jaringan kerangka dasar.
j) Petak-petak tambak & sawah (kecuali bila luas petak kurang dari 50 x 50 m). Petak
tambak & sawah diperoleh dari titik-titik spot height dan diukur dari batas
pertemuan tambak & sawah (di tanah yang lapang, bukan diatas tanah tanggul). Sket
berperan penting, lihat contoh dibawah. (gambar memperlihatkan ketinggian petak-
petak tambak atau sawah berikut layout titik-titik detail).
Tiap petak sawah digambar berdasarkan sistem koordinat yang disepakati. Peta situasi
digambar setelah kerangka dasar tergambarkan.
c. Pengukuran Situasi Tapak Bangun Rencana
Situasi tapak bangunan yang ada dengan skala 1 :200
Pengukuran situasi tapak bangunan rencana dengan skala 1 : 200
Pengukuran situasi tersebut dilakukan sesuai kebutuhan.
d. Pengukuran Profil Memanjang dan Melintang Saluran
Pengukuran situasi, penampang memanjang dan penampang melintang saluran/drainase
meliputi hal – hal berikut :
Pengukuran situasi dan pengukuran penampang saluran dan/atau drainase dilakukan
secara bersama – sama;
Metode yang digunakan ialah metode tachimetry;
Sistem pengukuran yang digunakan ialah sistem “Raai” untuk penampang melintang;
Pengukuran penampang saluran dilakukan setiap interval 50 m pada daerah saluran /drainase
yang lurus dan 25 m pada daerah saluran/drainase yang berbelok – belok;
Jalur “raai” tersebut diusahakan dibuat tegak lurus aliran saluran/drainase;
Panjang penampang melintang/jalur “raai” adalah masing-masing minimum 150 m kekiri
dan kanan diukur dari tepi kiri / tepi kanan saluran/drainase, ditambah lebar
saluran/drainase;
Detail pengukuran penampang melintang saluran/drainase diambil pada setiap
perubahan bentuk fisik saluran/drainase termasuk pada dasar saluran/drainase yang
terdalam serta muka air saat pengukuran, pada jalur saluran yang merupakan saluran
pasangan diukur dimensi saluran existing secara detail seperti lebar dasar (b), tinggi talud
(h+w), lebar tanggul, jenis dan kemiringan talud dan lain-lain;
Pengukuran kedalaman muka air dan sedimen pada drainase dilaksanakan dengan
menggunakan colokan/alat pemberat.
Semua detail yang ada dilapangan diukur dengan sistim polar dan diambil selengkap mungkin
seperti jalan, bangunan-bangunan yang ada, jembatan dan lain-lain.
Pengukuran saluran cabang yang masuk ke saluran utama diadakan pengukuran situasi detail
pada daerah pertemuan tersebut.
e. Inventarisasi dan Pemasangan BM Baru
Pekerjaan ini dimaksudkan untuk menginventarisasikan BM yang lama, memeriksa apakah masih
memenuhi persyaratan sesuai dengan TOR (posisi, bentuk dan jarak antar BM) penggantian
dengan atau pembuatan BM yang baru agar sesuai dengan TOR dan membuat descripsi
19. setiap BM yang ada sesuai dengan format standar dalam TOR. Kerangka penyebaran BM
sebanyak satu buah mewakili 2-2,5 km.
f. Inventarisasi Bangunan Air
Pelaksanaan pekerjaan ini akan dilakukan bersama-sama dengan team survey jaringan yang
dipimpin oleh ahli hidraulik.
3. Pengukuran Trase
Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengukur trase saluran rencana atas petunjuk dari Chief
Surveyordan Ahli Geoteknik/MekanikaTanah. Pengukuran trase rencana trase saluran yang akan
dibuat disesuaikan dengan Spesifikasi Teknis.
4. Perhitungan/Penggambaran
Perhitungan data lapangan merupakan perhitungan sementara untuk mengetahui
ketelitian ukuran.
· Perhitungan definitive.
Perhitungan yang sudah menggunakan hitungan peralatan. Hasil perhitungan ini
akan digunakan dalam proses penggambaran
· Penggambaran peta situasi detail dibuat pada kertas kalkir atau kertas lain yang sama
kualitasnya.
· Penggambaran propel melintang,memanjang dan situasi trace dibuat pada kalkir
dengan ukuran 90/95 gram.
· Gambar dibuat dengan ukuran A1.
· Peta Ikhtisar digambar dengan skala 1 :20.000 dan interval kontur 1,0m
· Peta situasi detail dibuat dengan skala 1 :5.000 dengan interval 0,5m.
· Situasi Trace dan profil memanjang digambar dengan skala horizontal 1:5.000 dan
vertikal 1 : 100.
· Profilmelintang digambar dengan skala horizontal 1 : 100 dan vertikal 1 : 100.
· Situasi tapak bangunan air (existing dan rencana) digambar dengan skala 1 : 200.
4.3.3. SURVEY HIDROLOGI DANSURVEY HIDROMETRI
1. Tahapan Survey
a. Pengumpulan Data
Hidrologi
Pengumpulan data hidrologi dimaksudkan untuk mendapatkan data-data hidrologi dan
klimatologi sebagai masukkan di dalam menentukan besaran perencanaan seperti curah hujan
maksimum dengan periode ulang tertentu, hidrograf banjir dan modul drainase serta penentuan
parameter-parameter lainnya yang dapat menunjang desain hidrolik serta neraca air untuk
keperluan pola tanam.
Survey hidrologi meliputi :
Pengumpulan data curah hujan diambil dari stasiun yang terdekat selama 20 tahun
dengan catatan pengamatan selama 10 tahun berturut-turut merupakan data hujan
minimum terbaru.
Pengumpulan data temperatur selama minimum 5 tahun berturut-turut dari stasiun iklim
yang terdekat.
Pengumpulan data kelembaban relatif selama minimum 5 tahun berturut- turut dari
20. stasiun klimatologi terdekat.
Pengumpulan data Lama Penyinaran Matahari minimum selama 5 tahun dari stasiun
pengamat terdekat.
Pengumpulan data kecepatan angin minimum selama 5 tahun berturut-turut dari
stasiun pengamat terdekat.
Pengumpulan data informasi banjir (tinggi, lamanya dan luas genangan serta saat
terjadinya) baik dengan pengamatan langsung ataupun memperhatikan bekas-bekas
dan tanda-tanda banjir di pohon maupun melalui wawancara dengan penduduk
setempat.
b. Survey Hidrometri
Survey hidrometri dimaksudkan untuk mendapatkan data aktual di lapangan sebagai data
masukkan untukkeperluan modelmatematik jaringan sungai ataupun jaringan drainase, sehingga
diharapkan akan dapat diketahui tingkah laku (karakteristik) hidrolik dari daerah kajian
(sistem), jaringan sungai atau jaringan drainase untuk keperluan perencanaan dan
pengembangan daerah tersebut.
Data yang didapat ini akan berupa karakteristik sungai, anak sungai/cabang sungai dan saluran-
saluran yang ada, yang sangat berpengaruh terhadap kondisi lahan proyek/unit pada umumnya
serta sistim tata saluran pada khususnya.
Data masukan tersebut setelah dianalisa dan dievaluasi, akan digunakan untuk mengidentifikasi
serta mencari alternatif banjir pada musim penghujan dan intrusi air asin pada pada musim
kemarau serta kekeringan pada lahan pertanian waktu musim
kemarau. Hal ini merupakan masukan yang sangat penting dalam perencanaan jaringan pengairan
nantinya.
Pengambilan Contoh Air
Pengambilan contoh air minum dan air irigasi dimaksudkan untuk keperluan analisa
laboratorium khususnya ditujukan bagi keperluan air minum.
Adapun lokasi yang dipilih adalah tempat dimana penduduk biasa menggunakan air tersebut
untuk sumber air minum, begitu pula pada saluran-saluran yang digunakan penduduk untuk
air minum ataupun untuk keperluan pertanian. Untuk contoh air bagi kepentingan irigasi
dilakukan di muara sungai, di hulu dan tengah anak sungai dan pada tempat dilakukan
pengukuran kecepatan arus
2. Pekerjaan Persiapan Sebelum ke Lapangan
Mempelajari laporan dan data yang tersedia dan menyusun rencana dan jadwal
kegiatan survey.
Menyiapkan peta lokasi rencana pengukuran dan penempatan titik pengukuran yang sudah
disesuaikan dengan rencana skematisasi dari model matematik untuk keperluan kalibrasi
model serta menetapkan jumlah volume pekerjaan.
Menyiapkan formulir pengukuran, bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan serta
penyiapan team yang akan berangkat ke lapangan.
Menyiapkan team survey yang akan berangkat. Semua kegiatan di atas akan terlebih dahulu
dikonsultasikan dengan Direksi atau Supervisor sebelum berangkat ke
lapangan.
3. Pekerjaan Lapangan
a. Orientasi Lapangan
21. Menyiapkan sarana seperti speedboat dan klotok (kapal pengukur) baik untuk
pengukuran muka air maupun kecepatan air.
Pengenalan lapangan dan pemasangan tanda-tanda pengukuran sesuai dengan peta
pengukuran.
Mendiskusikan rencana pengukuran dengan Direksi Lapangan untuk mendapat
persetujuan.
Penandaan tempat-tempat pengukuran (marking inspection).
Memasang alat-alat ukur (peilschaal) di tempat-tempat yang sudah ditentukan sesuai
dengan rencana pengukuran.
Pengukuran lapangan antara lain seperti bekas tinggi muka air maksimum, yang pernah
terjadi, tanggul, jembatan atau pintu-pintu air/gorong-gorong yang ada dicatat di peta.
b. Pekerjaan Lapangan
b.1. Pengumpulan Data Hidrologi
Menghubungi stasiun-stasiun pengamat cuaca terdekat dan mengumpulkan data
pencatatan yang diperlukan sebagaimana dijelaskan pada Proposal Teknis ini.
Menghubungi Kantor Meteorologi & Geofisika Provinsi dan Kabupaten/Kota dan
mengumpulkan data-data yang diperlukan.
b.2. Pengukuran Data Hidrometri
Setelah dilakukan orientasi lapangan pada lokasi-lokasi pengamatan yang telah ditandai,
dilakukan pengamatan-pengamatan sebagai berikut :
Pengukuran tinggi muka air.
Pengukuran kecepatan arus.
Pengukuran pH dilakukan bersamaan dengan dilakukannya pengukuran salinitas pada
sungai, saluran dan sumur penduduk.
Pengukuran penampang melintang sungai dan saluran dilakukan pada setiap lokasi
pengukuran kecepatan dan di tempat-tempat lain. Sedang interval pengukuran dapat dilihat
pada metode pangukuran;
Pengukuran sifat datar (levelling) untuk mengikat papan duga (peilschaal) terhadap
benchmark patok terdekat pada lokasi pengukuran tinggi muka air.
Pengukuran tingkat keasaman air (pH) dilakukan di lokasi pengukuran salinitas dan di anak
sungai dan di lokasi lain yang dianggap perlu.
Pengambilan contoh air dilakukan di beberapa tempat yang dianggap perlu dan mewakili
kualitas air di lokasi proyek.
4. Pengolahan dan Analisis Data
Selanjutnya untuk keperluan data guna prarencana system planning, maka diperlukan suatu
pengikatan 0 peilschaal terhadap titik referensi (BM). Pekerjaan ini dimaksudkan agar datum line
(bidang persamaan antara) titikpengamatan muka air sama menjadi satu sistem.
Setelah masing-masing peilschaal sudah diikatkan dengan demikian data pengamatan muka
air simultan dapat digunakan sebagai data kaliberasi model, sedangkan data
pengamatan muka air rata-rata, pasang tertinggi rata-rata, surut terendah rata-rata
dan range (beda tinggi MAT dan MAR) serta untuk keperluan peramalan muka air.
22. b.Hidrologi
Analisa dan Evaluasi Data Hidrologi terdiri dari :
b.1. Analisa Hidrotopografi Wilayah Survey
Hidro topografibertujuan untukmengetahui level air bajir atau pasang terhadap lahan dan luasan
lahan yang tergenang. Proses pembuatan hidro topografi adalah sebagai berikut :
1. Daerah lokasi kajian bisa dibagai dalam beberapa sub lokasi yang dipengaruhi oleh saluran/
sungai tempat pembuangan atau sungai yang menimbulkan banjir.
2. Masing-masing sub lokasi tersebut luasan konture dengan antara 0.25 atau 0,5 m dan
dihitung luasan kumulatifnya.
3. Masing-masing kontur tersebut diprosentasikan luasannya terhadap luasan total per sub
lokasi.
4. Dibuatkan grafik hubungan antara elevasi dengan prosentase luasan tersebut.
5. Untuklokasi keseluruhan tinggal dilakukan penjumlahan luasan setiap konture dan dibuatkan
prosentasenya dan dibuatkan grafiknyauntuk lokasi keseluruhan.
6. Untuk daerah banjir yang dipengaruhi oleh pasang surut harus dilakukan perhitungan
stokastik dari fluktuasi muka air dari hasil penelitian hidrometri selama
15 hari yaitu :
Menentukan rage level pasut dengan perbedaan 0.25 atau 0.5 m.
Dihitung jumlah kejadiannya untuk setiap batasan level serta dihitung komulatif
kejadian terluapinya (perhitungan awal dari level paling tinggi).
Dihitung prosentase kejadian terhadap total kejadian (per jam).
Digambarkan grafiknya antara level air dan prosentase kejadian disamping grafik
topografi.
8. Untuk daerah yang tidak dipengaruhi oleh pasang surut harus dilakukan perhitungan
lengkung debit pada setiap sungai/saluran dan digambarkan disamping lengkung topografi.
23. Gambar 4-2.
Contoh Kurva Hidrotopografi
b.2. Analisis Beban Drainase
Hujan Rencana
Beban air limpasan ditetapkan atas keinginan tanaman untuk bisa tetap hidup dengan baik
supaya produksi tetap besar. Untukitu kriteria hujan yang digunakan dalam perhitungan adalah
seperti berikut ini :
Data hujan harian selama 10 tahun (kalau tersedia). Hujan 1,3, 6 harian maksimum setiap
tahun.
Distribusi hujan harian selama 6 hari hujan maksimum.
Hujan rencana dengan menggunakan periode ulang 5 tahunan.
Data curah hujan maksimum tahunan yang diperoleh sebelum dilakukan analisis distribusi
harus dilakukan dulu uji abnormalitas. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data
maksimum dan minimum dari rangkaian data yang ada layak digunakan atau tidak (Buishand,
1982). Adapun langkah perhitungannya sebagai berikut :
1. Data diurutkan dari besar ke kecilatau sebaliknya
2. Mencari harga rerata Log X
3. Menghitung harga kn
4. Menghitung harga rerata Xo
24. 5. Menghitung harga rerata X2
6. Memperkirakan harga abnormal
7. Menghitung harga laju resiko
Sebelum data hujan ini dipakai terlebih dahulu harus melewati pengujian untuk kekonsistenan
data tersebut. Metode yang digunakan adalah metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums)
(Buishand, 1982).
Uji konsistensi dilakukan terhadap data curah hujan tahunan dengan tujuan untuk mengetahui
adanya penyimpangan data hujan, sehingga dapat disimpulkan apakah data tersebut layakdipakai
dalam analisa hidrologi atau tidak.
Pengujian konsistensi dengan menggunakan data dari stasiun itu sendiri yaitu pengujian dengan
komulatif penyimpangan terhadap nilai rata-rata dibagi dengan akar komulatif rerata
penyimpangan kuadrat terhadap nilai reratanya, lebih jelas lagi bisa dilihat pada rumus dibawah
:
Dengan melihat nilai statistik diatas maka dapat dicari nilai Q/ n dan R/ n. Hasil yang
di dapat dibandingkan dengan nilai Q/ n syarat dan R/ n syarat, jika lebih kecil maka data masih
dalam batasan konsisten.
Tabel 4-1.
Nilai Q/n0.5 dan R/n0.5
Untuk menghitung debit banjir rancangan dari data curah hujan (rainfall runoff method),
harus dihitung terlebih dahulu besarnya curah hujan rancangan (RT). Karena data curah hujan
yang mewakili hanya dari satu stasiun hujan (point rainfall),maka data tersebut dapat dianggap
sebagai hujan daerah (area rainfall).
25. Perhitungan analisis frekuensi dalam pekerjaan ini ditujukan untuk menghitung curah hujan
rencana yang nantinya digunakan untuk menghitung tinggi muka air rencana. Tinggi muka air
rencana ini berpengaruh dalam menentukan tinggi muka air saluran. Ada 6 metode analisis
frekuensi yang dipergunakan yaitu : Normal, Log Normal 2 Parameter, Log Normal 3 Parameter,
Gumbel I, Pearson III dan Log Pearson III. Metode dipilih berdasarkan penyimpangan yang
terkecil (Soewarno, 1995 : 106).
Pemilihan Distribusi
Untuk memperkirakan besarnya debit banjir dengan kala ulang tertentu, terlebih dahulu data-data
hujan didekatkan dengan suatu sebaran distribusi, agar dalam memperkiraan besarnya debit banjir
tidak sampai jauh melenceng dari kenyataan banjir yang terjadi (Soewarno, 1995 : 98). Adapun
rumus-rumus yang dipakai dalam penentuan distribusi tersebut antara lain :
dimana :
S1 = standar deviasi
Cv = koefisien keragaman
Cs = koefisien kepencengan
Ck = koefisien kurtosis
Pemilihan distribusi berdasarkan penyimpangan ( cr*) yang terkecil (Soewarno, 1995 :
106).
Distribusi Normal
Distribusi ini mempunyai fungsi densitas peluang normal (normal probability density function)
dari variable acak kontinyu X sebagai berikut (Soewarno, 1995 : 106) :
dimana :
P’(X) = fungsi densitas peluang normal (normal probability density function)
π = 3.14156 e
= 2.71828
X = variabel acakkontinyu
= varian
= rata-rata.
Distribusi Log-Normal
26. Distribusi log normal merupakan hasil transformasi dari distribusi normal, yaitu dengan mengubah
nilai varian X menjadi nilai logaritmik varian X. Distribusi ini mempunyai fungsi densitas peluang
(probability density function) dari variable acak kontinyu X sebagai berikut (Soewarno, 1995 : 148)
:
dimana :
P’(X) = log normal
X = nilai variat pengamatan
X = nilai rata-rata dari logaritmik variat X
S = standart deviasi dari logaritmik variat X
Distribusi log-normal dua parameter mempunyai persamaan transformasi (Soewarno,
1995 : 149) :
LogX LogX k*SLogX
dimana :
log X = nilai variat X yang diharapkan terjadi pada peluang atau periode ulang
tertentu
logX = rata-rata nilai X hasil pengamatan
27. Slog X =deviasi standar logaritmik nilai X hasil pengamatan k
= karakteristik dari distribusi log normal
Distribusi log-normal tiga parameter mempunyai persamaan transformasi (Soewarno,
1995 : 155) :
Besar asimetrinya (skewnes) adalah :
dimana :
Log Pearson Type III
Rumus yang digunakan dalam metode Log Pearson III adalah (Soemarto, 1987: 243) :
dimana :
Log XT = logaritma dari curah hujan rancangan dengan kala ulang
LogX = logaritma rata-rata dari data curah hujan
G = besaran dari fungsi koefisien kemencengan dari kala ulang
s = simpangan baku logaritma data curah hujan
Rumus-rumus parameter :
1. Harga rata-rata (mean)
28. 2. Simpangan baku (standard deviasi)
3. Besarnya curah hujan rancangan
Pada persamaan Pearson terdapat 12 buah distribusi, tapi hanya distribusi Pearson type
III dan Log-Pearson type III yang digunakan dalam analisis curah hujan maksimum
(Sowarno, 1995 : 141).
Probability density function distribusi ini adalah :
dengan parameter :
sedangkan :
Metode Gumbel
Distribusi ini mempunyai fungsi densitas peluang (probability density function) dari
variable acak kontinyu X sebagai berikut (Soewarno, 1995 : 123) :
Dalam penggambaran pada kertas milimeter dapat dituliskan sebagai berikut :
Hubungan antara faktor frekwensi K dengan kala ulang T dapat disajikan dalam
persamaan sebagai berikut :
Secara umum frekwensi analisis dapat disederhanakan dalam bentuk :
29. dimana :
XT = besaran dengan kala ulang tertentu
X
s
=
=
besaran rata rata
simpangan baku
Untuk mengetahui apakah data tersebut benar sesuai dengan jenis sebaran teoritis
yang dipilih maka perlu dilakukan pengujian lebih lanjut. Untuk keperluan analisis uji kesesuaian
dipakai dua metode statistik sebagai berikut :
Uji Smirnov Kolmogorof
Tahap-tahap pengujian Smirnov Kolmogorof adalah sebagai berikut :
1. Plot data dengan peluang agihan empiris pada kertas probabilitas, dengan menggunakan
persamaan Weibull (Subarkah, 1980: 120) :
dimana :
m = nomor urut dari nomor kecil ke besar
n = banyaknya data
2. Tarik garis dengan mengikuti persamaan :
Dari grafik ploting diperoleh perbedaan perbedaan maksimum antara distribusi teoritis
dan empiris :
3. Taraf signifikan diambil 5% dari jumlah data (n), didapat ΔCr dari tabel.
4. Dari tabel UjiSmirnov Kolmogorof,bila Δ maks < ΔCr, maka data dapat diterima.
30. Tabel 4-2.
Nilai Simpangan Kritis ( Cr) untuk Smirnov Kolmogorof
Uji Chi Square digunakan untuk menguji apakah distribusi pengamatan dapat disamai
dengan baik oleh distribusi teoritis. Perhitungannya dengan menggunakan persamaan
(Shahin, 1976 : 186) :
dimana :
k = 1 + 3,22 Log n
OF = nilai yang diamati
EF = nilai yang diharapkan
Agar distribusi frekuensi yang dipilih dapat diterima, maka harga X2 hitung < X2 Cr. HargaX2 Cr dapat
diperoleh dengan menentukan taraf signifikan α dengan derajat kebebasan.
Batas kritis X2 tergantung pada derajat kebebasan dan . Untuk kasus ini derajat
kebebasan mempunyai nilai yang di dapat dari perhitungan sebagai berikut :
DK = JK - ( P + 1)
dimana :
DK = derajat kebebasan
JK = jumlah kelas
P = faktorketerikatan (untuk pengujian chi kuadrat mempunyai keterikatan 2)
31. Tabel 4-3.
Nilai Kritis Uji Chi Square
b.3. Modulus Drainase
Perhitungan modulus drainase (pembuang) diperlukan dalam perencanaan jaringan
pembuang suatu daerah irigasi. Jaringan pembuang ini terdiri dari 2 macam, yaitu :
1. Pembuang Intern, yang berfungsi untuk mengalirkan kelebihan air dari sawah untuk
mencegah terjadinya genangan dan kerusakan tanaman, atau untuk mengatur
banyaknya air tanah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanaman.
2. Pembuang Ekstern, yang berfungsi untuk mengalirkan air dari luar daerah irigasi yang
melalui daerah irigasi.
A. Pembuang Intern (Low Land)
Kapasitas rencana jaringan pembuang intern (low land) untuk sawah dihitung dengan
rumus berikut (Kriteria Perencanaan Bag. Saluran KP. 03) :
Qd = 1,62 . Dm . A0.92
Dm = Dn / (n x 8,64)
Dn = R(n)T+ n (IR – ET– P) . S
dimana :
Qd = Debit rencana, lt/dt
Dm = Modulus pembuang, lt/dt/ha
A = Luas daerah yang akan dibuang daerahnya, Ha
n = Jumlah hari berturut-turut
Dn = Limpasan hujan selama n hari, mm
R(n)T = Curah hujan selama n hari berturut-turut dengan periode ulang T tahun, mm
IR = Pemberian air irigasi, mm/hr
ET= Evapotranspirasi, mm/hr
P = Perkolasi, mm/hr
S = Tampungan tambahan, mm
Anggapan-anggapan yang dipakai untuk menghitung modulus pembuang adalah :
32. a. Dataran Rendah
Pemberian air irigasi IR sama dengan nol jika irigasi dihentikan, atau
Pemberian air irigasi IR sama dengan evapotranspirasi ET jika air irigasi
diteruskan.
Kadang-kadang pemberian air irigasi dihentikan di dalam petak tersier, tetapi
air dari jaringan utama dialirkan ke dalam jaringan pembuang.
Tampungan tambahan di sawah pada 150 mm lapisan air maksimum, tampungan
tambahan S pada akhir hari-hari berturutan n diambil maksimum 50 mm.
Perkolasi P sama dengan nol
b. Daerah Terjal
Anggapan-anggapannya sama seperti untuk kondisi dataran rendah, tetapi dengan
perkolasi P sama dengan 3 mm/hari.
B. Pembuang Ekstern (Up Land)
Untuk pembuangan yang berasal dari luar areal daerah irigasi (up land), dengan jenis
tanaman bukan padi, debit pembuang rencana dihitung dengan berdasarkan persamaan
sebagai berikut (USBR, 1973) :
Qd = 0.116 . . R(1)5 . A0.92
dimana :
Qd = Debit pembuang rencana, lt/dt
= Koefisien limpasan air hujan
R(1)5 = Curah hujan sehari dengan periode ulang 5 tahun, mm
A = Luas daerah yang akan dibuang airnya, ha
Harga koefisien limpasan air hujan dipakai harga dari hasil-hasil “metode kurve
bilangan” dari US Soil Conservation Service, sebagai berikut :
Tabel 4-4.
Harga Koefisien Limpasan Air Hujan Untuk Perhitungan Qd
Penjelasan mengenai kelompok hidrolis tanah adalah sebagai berikut :
Kelompok C : Tanah yang mempunyai laju infiltrasi rendah apabila dalam keadaan
jenuh samasekali dan terutama terdiri dari tanah dengan lapisan yang
menahan gerak turun air, atau tanah dengan tekstur agak halus sampai
halus. Tanah-tanah ini memiliki laju penyebaran (transmisi) air yang
rendah.
Kelompok D : (Potensi limpasan tinggi), Tanah yang mempunyai laju infiltrasi amat
rendah apabila dalam keadaan jenuh samasekali dan terutama terdiri
dari tanah lempung dengan potensi mengembang yang tinggi, tanah
dengan muka air tanah tinggi yang permanen, tanah dengan lapisan liat
di atau di dekat permukaan, dan tanah dangkal pada bahan hampir kedap
air. Tanah-tanah ini memiliki laju penyebaran air yang lamban.
Beban air limpasan ditetapkan atas keinginan tanaman untuk bisa tetap hidup dengan
baik supaya produksi tetap besar. Untuk itu kriteria beban drainase untuk masingmasing
tanaman yang digunakan dalam perhitungan adalah seperti berikut ini :
Drainage module untuk palawija dan lahan pekarangan
Aliran permukaan harus habis di drain selama 2 hari (hari ke 1-2).
Base flow harus dibuang selama 2 hari (hari ke 3 - 4) sampai mencapai rencana muka air 50 cm
dibawah muka tanah (rencana air tanah di lahan).
Infiltrasi terjadi selama aliran permukaan terjadi. (tergantung tanahnya, + 25 mm/hari).
33. Tidak ada evaporasi karena waktu pendek dan keadaan hujan.
Rencana muka air di saluran ialah 10 cm dibawah rencana air tanah di lahan.
Drainage module untuk padi basah
Aliran permukaan harus habis di drain selama 3 hari (hari ke 1-3).
Tidak ada base flow yang harus dibuang
Ada genangan air 50 mm diatas muka tanah .
Infiltrasi tidak terjadi, kareana air di saluran tinggi.
Tidak ada evaporasi karena waktu pendek dan keadaan hujan
Rencana muka air di saluran ialah 10 cm dibawah muka tanah di lahan.
Drainage module untuk treecrops
Aliran permukaan harus habis di drain selama 3 hari (hari ke 1-3).
Rencana muka air tanah di lahan 50 cm dari muka tanah.
Base flow harus dibuang selama 3 hari (hari ke 4 - 6) sampai mencapai rencana muka
air 50 cm dibawah muka tanah .
Infiltrasi terjadi selama aliran permukaan terjadi (tergantung tanahnya, + 25
mm/hari).
Tidak ada evaporasi karena waktu pendek dan keadaan hujan
Rencana muka air di saluran ialah 10 cm dibawah rencana air tanah di lahan.
Drainage module untuk greenbelt
Aliran permukaan maksimum habis di drain selama 6 hari (hari ke 1-6).
Tidak ada base flow yang harus dibuang.
Diperbolehkan ada genangan air 50 mm diatas muka tanah .
Infiltrasi tidak terjadi, karena air di saluran tinggi.
Tidak ada evaporasi karena waktu pendek dan keadaan hujan.
Rencana muka air di saluran ialah 10 cm dibawah muka tanah di lahan.
b.4. Kedalaman Potensi Drainase (Drainage Potensial)
Perhitungan potensial drainase berdasarkan pada elevasi lahan serta fluktuasi muka air baik
pasut ataupun daerah non pasang surut. Potensial drainage terbagi menjadi 3 kelas yaitu 0-
30 cm, 31-60 cm, > 60 cm.
Gambaran potensial drainage dan hubungan dengan permukaan air pasang surut bisa
dilihat pada gambar grafik dibawah ini.
Gambar
Potongan Memanjang Sungai, Memperlihatkan Kondisi Banjir, Kedalaman Potensi
Drainase, MWL, LWL, HWL
daerah yang terluapi
Genangan banjir
potensi drainase
MA kondisi banjir
muka tanah
HWL
34. MWL
KenaikanMWL
LWL
b.5. Perhitungan Evapotranspirasi
Evaporasi adalah proses perubahan fisik yang mengubah cairan atau bahan padat
menjadi gas melalui proses perpindahan panas. Besarnya harga evaporasi sangat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang terkadang tidak merata di seluruh daerah
(Sosrodarsono, 1980 : 57). Sedangkan besaran evapotranspirasi untuk lokasi daerah
genangan, daerah irigasi dan daerah pengaliran yang didapat merupakan evapotranspirasi
potensial, sehingga untuk penggunaan lebih jauh harus dikonversikan menjadi
evapotranspirasi aktual.
Besaran evapotranspirasi dihitung memakai cara Penman Modifikasi (FAO), dengan
memasukkan data iklim berikut : letak lintang, temperatur, kelembaban relatif,
kecepatan angin dan lama penyinaran matahari (Sosrodarsono, 1980 : 60).
35. Persamaan Penman dirumuskan sebagai berikut :
Eto = c [ W * Rn + (1-W)* f(u)*(ea-ed) ]
dimana :
Eto = evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
W = faktor temperatur
Rn = radiasi bersih (mm/hari)
f(u) = faktor kecepatan angin
ea-ed = perbedaan antara tekanan uap air pada temperatur rata-rata dengan
tekanan uap jenuh air (m bar)
c = angka koreksi Penman
Untuk kondisi iklim Indonesia dimana RH cukup tinggi dan kecepatan angin antara rendah
dan sedang, harga c tersebut berkisar antara 0,86 sampai dengan 1,10. Menggunakan
perkiraan data rerata tersebut dan angka perbandingan kecepatan angin siang dan
malam tidak terlalu berbeda, harga c untuk Indonesia disajikan pada tabel di bawah ini :
Tabel
Harga Angka Koreksi Penman
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
( c ) 1,10 1,10 1,00 0,90 0,90 0,90 0,90 1,00 1,10 1,10 1,10 1,10
(Sumber : Sosrodarsono, 1980 : 60)
dimana :
W =
= 0,386 *
P
L
36. L
= 595 –
0,51*T
P
= 1013 –
0,1055*
E
D
=
2(0,00
738T+
0,8072)
T-
0,00116
Rn =
Rns -
Rn1
Rns =
( 1 - )
* Rs
Rs
= ( a + b
n/N ) *
Ra
Rn1 =
f (t) * f
(ed) *
f(n/N)
ed
= ea *
Rh
8
ea =
33.863
9 *
((0,007
38 * Tc
+
0,8072)
*
(1,8*
T+48
)
+0,00
1316)
)
Ud =
U 2 *Ur
43,2 * 1 Ur
Ud
37. Ur =
Un
dimana :
E = elevasi diatas muka laut
Ur = kecepatan rasio
Ud = kecepatan angin siang
Un = kecepatan angin malam
= albedo atau faktor pantulan
Tabel
Besarnya Albedo Harian Rerata untuk Bermacam-macam Tipe Permukaan
Tipe Permukaan Albedo Lokasi
Air
Tanah kosong
Hutan spruce
Hutan pinus
Hutan bambu
Hutan evergreen
Hutan tropis daun lebar
Tanaman the
Tanaman tebu
Tanaman kentang
Tanaman jagung
Padang rumput
Tanaman sayuran
0,05-0,10
0,11-0,18
0,05-0,08
0,10-0,12
0,12
0,14
0,18
0,16
0,05-0,18
0,15-0,27
0,12-0,24
0,14-0,25
0,25
Diberbagai tempat
Eropa barat
Eropa barat
Eropa barat
Kenya
Kenya
Kenya
Kenya
Hawai
Eropa barat
Amerika utara
Diberbagai tempat
Amerika utara
Sumber : Asdak, 1995 : 136
Nilai fungsi-fungsi :
f (u) = 0,27 ( 1+ u/100)
f (T) = 11,25 * 1,0133T
f (ed) = 0.34 – 0,044 (ed)0.5
f (n/N) = 0,1 + 0,9 n/N
Reduksi pengurangan temperatur karena ketinggian elevasi daerah pengaliran diambil
menurut rumus (Subarkah, 1980 : 32) :
38. T = (X - 0,006 H)C
dimana :
T = suhu udara (C)
X = suhu udara di daerah pencatatan klimatologi (C)
H = perbedaan elevasi antara lokasi dengan stasiun pencatat (m)
Koreksi kecepatan angin karena perbedaan elevasi pengukuran diambil menurut rumus
(Subarkah, 1980 : 34) :
Ul
= Up * (Ll /Lp )
1/7
dimana :
Ul = kecepatan angin di lokasi perencanaan
Up = kecepatan angin di lokasi pengukuran
Ll = elevasi lokasi perencanaan
Lp = elevasi lokasi pengukuran
Reduksi terhadap lama penyinaran matahari untuk lokasi perencanaan mengikuti rumus
berikut (Sosrodarsono, 1980 : 60) :
n/Nc = n/N - 0,01 * ( Ll - Lp )
dimana :
n/Nc = lama penyinaran matahari terkoreksi
n/N = lama penyinaran matahari terukur
Ll = elevasi lokasi perencanaan
Lp = elevasi lokasi pengukuran
a & b = konstanta yang tergantung kepada letak suatu tempat di atas bumi
Untuk daerah tropik dapat diambil nilai untuk :
a = 0,28
b = 0,48
39. Tabel
Hubungan Suhu (t) dengan Nilai ea (mbar), w, (1-w) dan f (t)
Suhu ea w (1-w)
f(t)
('C) (mbar) el. 0-250 m
24.00
24.20
24.40
24.60
24.80
25.00
25.20
25.40
25.60
25.80
26.00
26.20
26.40
26.60
26.80
27.00
27.20
27.40
27.60
27.80
28.00
28.20
28.40
28.60
28.80
29.00
29.85
30.21
30.57
30.94
31.31
31.69
32.06
32.45
32.83
33.22
33.62
34.02
34.42
34.83
35.25
35.66
36.09
36.50
36.94
37.37
37.81
38.25
38.70
39.14
39.61
40.06
0.74
0.74
0.74
0.74
0.74
0.75
0.75
0.75
0.75
0.75
0.76
0.76
0.76
0.76
0.76
0.77
0.77
0.77
0.77
0.77
0.78
0.78
0.78
0.78
0.78
0.79
0.27
0.26
0.26
0.26
0.26
0.26
0.25
0.25
0.25
0.25
0.25
0.24
0.24
0.24
0.24
0.24
0.23
0.23
0.23
0.23
0.23
0.22
0.22
0.22
0.22
0.22
15.40
15.45
15.50
15.55
15.60
15.65
15.70
15.75
15.80
15.85
15.90
15.94
15.98
16.02
16.06
16.10
16.14
16.18
16.22
16.26
16.30
16.34
16.38
16.42
16.46
16.50
Sumber : Kebutuhan Air Tanaman, Departemen Pertanian, 1977
Tabel
Extra Terrestrial Radiation (Ra) expressed in equivalent
Evaporation in mm/day
No LS
Bulan
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
1 20 17.30 16.50 15.00 13.00 11.00 10.00 10.40 12.00 13.90 15.80 17.00 17.40
2 18 17.10 16.50 15.10 13.20 11.40 10.40 10.80 12.30 14.10 15.80 16.80 17.10
40. 3 16 16.90 16.40 15.20 13.50 11.70 10.80 11.20 12.60 14.30 15.80 16.70 16.80
4 14 16.70 16.40 15.30 13.70 12.10 11.20 11.60 12.90 14.50 15.80 16.50 16.60
5 12 16.60 16.30 15.40 14.00 12.50 11.60 12.00 13.20 14.70 15.80 16.40 16.50
6 10 16.40 16.30 15.50 14.20 12.80 12.00 12.40 13.50 14.80 15.90 16.20 16.20
7 8 16.10 16.10 15.50 14.40 13.10 12.40 12.70 13.70 14.90 15.80 16.00 16.00
8 6 15.80 16.00 15.60 14.70 13.40 12.80 13.10 14.00 15.00 15.70 15.80 15.70
9 4 15.50 15.80 15.60 14.90 13.80 13.10 13.40 14.30 15.10 15.60 15.50 15.40
10 2 15.30 15.70 15.70 15.10 14.10 13.50 13.70 14.50 15.20 15.50 15.30 15.10
11 0 15.00 15.50 15.70 15.30 14.40 13.90 14.10 14.80 15.30 15.40 15.10 14.80
Sumber : Kebutuhan Air Tanaman, Departemen Pertanian, 1977
b.6. Debit Andalan
Untuk kebutuhan perhitungan debit andalan pada suatu daerah pengembangan daerah
irigasi, diperlukan analisa ketersediaan air (water availability) suatu aliran sungai. Dalam
pekerjaan ini digunakan beberapa metoda untuk mengetahui debit andalan, metode-
metode tersebut yaitu :
Metoda Neraca Air (Water Balance)
Metode SMEC
Pengukuran Hidrometri
Dalam studi ini perhitungan debit andalan menggunakan Metoda Neraca Air (Water
Balance).
Perhitungan debit andalan (dependable flow) dengan metode neraca air dikembangkan
oleh Dr. F.J. Mock. Data yang dibutuhkan dalam perhitungan metode neraca air F.J.
Mock antara lain :
Hujan bulanan rata-rata, mm
Jumlah hari hujan bulanan rata-rata, hari
Evapotranspirasi potensial bulanan, mm
Limpasan permukaan (run off) m3
/dt/km2
41. Tampungan air tanah (ground water storage), mm
Aliran dasar (base flow), m3
/dt/km2
Neraca air metode F.J. Mock dirumuskan sebagai berikut :
Q = (Dro + Bf) F Bf = 1 - Vn
Dro = Ws - 1 Ws = R - Et
dimana :
Q = debit andalan, m3
/dt
Dro = direct run off, m3
/dt/km2
Bf = base flow, m3
/dt/km2
Ws = water surplus, mm
= infiltrasi, mm
Vn = storage volume, mm
R = curah hujan, mm
Et = evapotranspirasi Penmann Modifikasi, mm
E = catchment area, km2
Run off = (1-Vn) + 60 (P-EL), mm/dt
Q = Run off x A, m3
/dt
dimana :
= infiltrasi = 40% x water surplus
P - EL = water surplus
= angka curah hujan bulanan rata-rata dikurangi limit evapotranspirasi, mm
EL = Eto - E = limit evapotranspirasi, mm
Eto = evapotranspirasi potensial, mm
E = evapotranspirasi pada bidang terbuka, mm
Va = Vn - Vn-1 = storage bulanan, mm
Vn = 0,50 (1 + K) 1 + K(n-1)
K = koefisien infiltrasi = 0,60
A = luas daerah tangkapan hujan, km2
b.7. Kebutuhan Air
Parameter-parameter yang diperlukan dalam analisa kebutuhan air irigasi ini antara lain :
evapotranspirasi, curah hujan efektif, perkolasi, penyiapan lahan, pola tanam,
penggantian lapisan air (WLR) dan efisiensi dari ruas-ruas saluran. Dalam perhitungan
kebutuhan air irigasi ini, untuk mengetahui awal tanam yang ideal maka akan dilakukan
perhitungan dengan beberapa alternatif awal tanam dengan selang waktu 2 minggu.
42. Evapotranspirasi yang akan digunakan dalam analisa ini adalah harga evapotranspirasi
hasil metoda PenmanModifikasi.Sedangkananalisa terhadapparameter-parameter lainnya
adalah sebagai berikut :
A. Ketersediaan Air
Untuk mengetahui banyaknya air yang yang tersedia di sungai untuk keperluan irigasi
diperlukan data debit sungai. Hasil perhitungan debit andalan disajikan pada Tabel dan
Gambar dibawah ini.
B. Curah Hujan Efektif
Curah hujan efektif merupakan curah hujan yang jatuh di suatu daerah dan dapat secara
langsungdimanfaatkanolehtanamandalam memenuhi kebutuhanair konsumtif selama masa
pertumbuhannya. Sesuai dengan Kriteria Perencanaan, curah hujan efektif untuk tanaman
padi diambil dengan kriteria R80, yaitu rumus Harza yang merupakan curah hujan 80%
tahun kering rata-rata sedangkan untuk tanaman palawija dengan kriteria R50.
R80 = n/5 + 1 dan R50 = n/2 + 1
dimana :
n : jumlah data tahun pengamatan
Dalam perhitungan curah hujan efektif tanaman palawija, curah hujan andalan (R50)
terlebih dahulu akan dikoreksi dengan evapotranspirasi tanaman palawija.
Selanjutnya curah hujan efektif untuk tanaman padi dan palawija sebagai berikut :
Re (padi) = 0,70 x R80 (mm/bulan)
Re (pal) = 0,70 x R50 (mm/bulan)
C. Perkolasi
Perkolasi adalah kehilangan air di sawah akibat meresap ke bawah atau ke samping.
Besarnya perkolasi banyak ditentukan oleh sifat fisik tanah baik tekstur maupun
strukturnya, kedalaman air tanah serta cara-cara pengolahan tanah di areal irigasi
tersebut.
Untuk daerah studi ini yang secara geologis umumnya merupakan endapan alluvial dan
berdasarkan pengamatan di lapangan tekstur tanahnya pada umumnya berupa lempung,
maka laju perkolasi diambil sebesar 3 mm/hari.
43. D. Penyiapan Lahan
Waktu penyiapan lahan pada umumnya berkisar 30 hari sampai dengan 45 hari
bergantung pada tenaga kerja yang ada dan juga ketersediaan air. Untuk daerah studi
DR. Oyom Lampasio, penyiapan lahan ini direncanakan sekitar 45 hari, dengan kebutuhan
air untuk penjenuhan diambil 300 mm pada musim hujan dan 250 mm pada musim
kemarau. Kebutuhan air selama penyiapan lahan ini dihitung dengan metode Van de Goor
dan Zijkstra sebagai berikut :
M x ek
LP =
ek
– 1
dimana :
LP = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm/hari)
M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi
disawah yang sudah jenuh (mm/hari)
M = Eo + P, Eo = evaporasi air terbuka diambil = ETo
P = perkolasi (mm/hari)
k = (M x T) / S, T = jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S = kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air, yakni untuk :
Padi I = 250 + 50 = 300 mm
Padi II = 200 + 50 = 250 mm
e = bilangan eksponensial = 2,78
E. Kebutuhan Air untuk Tanaman
Kebutuhan air untuk tanaman ini dihitung dengan rumus :
ETc = Kc x ETo
Evapotranspirasi potensial (ETo) yang digunakan adalah hasil perhitungan dengan
metode Penman Modifikasi, sedangkan koefisien tanaman (Kc) untuk padi yang digunakan
berdasarkan standar FAO yaitu padi varietas unggul dan untuk palawija yaitu koefisien
tanaman kedelai.
44. F. Pola Tanam
Rencana tata tanampada suatudaerah irigasi erat kaitannya denganketersediaanairpada
saat itu yang minimal mencukupi untuk pengolahan tanah dan juga tergantung pada
kebiasaan penduduk setempat.
Oleh karena di daerah survey hanya sedikit terdapat lahan sawah, maka untuk analisa
kebutuhan air, pola tanam yang diterapkan di lokasi proyek adalah padi-padi-palawija
denganawaltanam padi ke-1pada awalbulanOktoberdanjenis padi yang digunakanadalah
padi unggul. Dan pola tanam padi-palawija dengan awal tanam padi ke-1 pada awal bulan
Oktober dan jenis padi yang digunakan adalah padi biasa (lokal).
G. Penggantian Lapisan Air (WLR)
Penggantian lapisan air dilakukan 1 (satu) atau 2 (dua) bulan setelah transplantasi, yaitu
dengan memberikan lapisan air setinggi 50 mm dengan rentang waktu selama 45 hari.
Sesuai dengan kondisi tersebut di atas, maka kebutuhan air tambahan untuk
penggantian lapisan air (WLR) diperhitungkan sebesar 3,3 mm/hari untuk setengah
bulan.
Seperti halnya pada saat penyiapan lahan dan transplantasi, penggantian lapisan air juga
dilakukan secara bertahap pada bagian petak tersier, sehingga kebutuhan tambahan
untuk penggantian lapisan air menjadi 1,1 mm/hari dan 2,2 mm/hari. Penyajian
penggantian lapisan air (WLR) ini dilakukan untuk beberapa tinjauan alternatif pola dan
waktu tanam yang bergeser setiap setengah bulan.
H. Efisiensi
Akibat adanya kehilangan-kehilangan selama dalam perjalanan pada saluran, debit air
yang sampai ke petak irigasi menjadi berkurang. Perbandingan debit sampai di petak
dengan debit yang semula yang disalurkan disebut sebagai efisiensi.
Besarnya kehilangan air pada masing-masing saluran dan areal di sawah adalah sebagai
berikut :
10 % pada saluran primer akibat rembesan dan pengoperasian pintu
10 % pada saluran sekunder akibat rembesan dan pengoperasian pintu
20 % pada saluran tersier dan akibat pengolahan tanah di sawah.
Dalamperhitungan kebutuhan air ini, dilakukandengan2alternatif denganpola tanampadi-
padi-palawija dan pola tanam padi-palawija.
45. Ketersediaan air dihitung berdasarkan curah hujan andalan yang diperoleh berdasarkan
analisis statistik peluang terjadi menurut Weibull untuk penentuan tahun rencananya,
yakni; P = m/(n-1) * 100 %
Notasi :
P = peluang terjadi disamai atau dilampaui.
m = urutan kejadian curah hujan tahunan dari besar ke kecil.
n = jumlah data
Perhitungan selanjutnya dengan menggunakan hujan andalan maka dapat dihitung debit
andalan denganmenggunakanpaketprogram(WATBAL Versi 95) yangdibuatoleh Jurusan
Sipil ITB Sub Jurusan Teknik Sumber Daya Air atas dasar rumus water balance.
Ketersediaan air tersebut berdasarkan aliran air dari DAS sungai, sedangkan
ketersediaan air yang berasal dari adanya energi pasang surut tergantung dari
karakteristik topografi lahan terhadap pasut dan intrusi air asin, yaitu sebagai berikut :
1. Potensial Irigasi pasang surut terbagi menjadi 2 kelas yaitu :
<= 4 kali terluapi oleh pasang surut selama periode 15 hari.
> 4 kali terluapi pasang surut selama periode 15 hari
2. Intrusi air asin yang akan masuk ke lokasi terbagi menjadi 2 kelas yaitu:
<= 1 bulan kena intrusi air asin dengan kadar = > 5 ms/cm
> 1 bulan kena intrusi air asin dengan kadar = > 5 ms/cm
b.8. Banjir Rencana
Evaluasi mengenai banjir maksimum yang pernah terjadi yang akan digunakan untuk
mengkontrol sistim tata air yang direncanakan. Pengontrolan mengenai elevasi banjir ini
dapat dilakukan dengan mengamati AWLR yang ada ataupun data lainnya yang dapat
digunakan untuk menaksir catatan elevasi banjir yang pernah terjadi.
Pada umumnya debit banjir rencana (design flood) di Indonesia ditentukan berdasarkan
data curah hujan yang tercatat, karena data debit banjir jarang sekali dapat diterapkan
karena keterbatasan masa pengamatan.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penentuan banjir dari data hujan untuk daerah
aliran sungai adalah sebagai berikut :
a. Membuat analisis hubungan antara curah hujan dan debit banjir yang tercatat.
b. Membuat analisa frekuensi curah hujan harian maksimum tahunan.
46. c. Dari kedua analisis di atas ditentukan besarnya banjir untuk beberapa kala ulang
tertentu.
Ada beberapa metode dan rumus yang biasa digunakan untuk mentukan debit banjir
rencana (design flood). Metode yang dipakai dalam merencanakan debit banjir rencana
adalah sebagai berikut :
1. Metode rasional
2. Metode karakteristik cekungan (basincharacteristic)
3. Metode hidrograf satuan (unit hydrograph)
4. Metode simulasi matematika.
Dari keempat metode di atas yang paling banyak dipakai adalah metode hidrograf satuan
(unit hydrograph).
Metode penentuan debit banjir rencana akan dilakukan dengan metode hidrograf satuan
sintetik menurut Nakayasu, metode IOH dan metode Haspers.
Hidrograf Satuan Sintetik Metode Nakayasu
Perhitungan debit banjir rancangan menggunakan metode Nakayasu. Persamaan umum
hidrograf satuan sintetik Nakayasu adalah sebagai berikut (Soemarto, 1995 : 100) :
Qp
C.A .R0
3,6 (0,3Tp T0,3 )
Tp = tg + 0,8 tr
tg = 0,21 x L0,7
(L < 15 km)
tg = 0,4 + 0,058 x L (L > 15 km)
T0,3 = x tg
dimana :
Qp
C
R0
=
=
=
debit puncak banjir (m3
/det)
koefisien pengaliran
hujan satuan (mm)
Tp = tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
T0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak sampai menjadi
A =
30% dari debit puncak
luas DPS (km2
)
tg = waktu konsentrasi (jam)
47. Q(m
3
/det)
Tr = satuan waktu hujan, diambil 1 jam
L
=
=
parameter hidrograf, bernilai antara 1,5 - 3,5
panjang sungai (m)
Tr
0,8 Tr tg
Qp
LengkungNaik Lengkung Turun
0,3 Qp
2
0,3 Qp
t (jam)
Tp T0,3 1,5 T0,3
Gambar
Model Hidrograf Nakayasu
Sumber : Soemarto, Hidrologi Teknik
Persamaan hidrograf satuannya adalah :
a. Pada kurva naik
0 ≤ t ≤ Tp
Qt
2,4
t
x Qp
Tp
b. Pada kurva turun
Tp < t ≤ (Tp + T0,3)
(Tp + T0,3) ≤ t ≤ (Tp + T0,3 + 1,5T0,3)
48. t -Tp 0,5T0,3
Qt Qp x 0,3
1,5T0,3
t > (Tp + T0,3 + 1,5T0,3)
t -Tp 1,5T0,3
Qt Qp x 0,3
2T0,3
dimana :
Qt = debit pada saat t jam (m3
/det)
Metode Haspers
Persamaan yang digunakan dalam metode ini :
Qt . .q.T .A
1 0,012.A0,7
1 0,075.A0,7
1
1
t 3,7.10
0,4t
A
0,75
.
t
2
15 24
qT
rT
3,6.t
t 0,1.L0,8
.I0,3
Kondisi batas :
a. Untuk t < 2 jam
rT
RT
t 1 0,0008(260 RT ).(2 t)
2
b. Untuk 2 jam < t < 19 jam
rT
t RT
t 1
49. c. Untuk 19 jam < t < 30 jam
rT 0,707.RT.(t 1)
0,5
dengan :
Qt : debit banjir rencana dengan periode ulang T tahun
: koefisien limpasan air hujan
: koefisien pengurangan daerah untuk curah hujan pada daerah aliran sungai
qT : run off per km2
A : luas daerah aliran sungai (km2
)
T : lamanya curah hujan (mm)
rT : hujan dengan periode ulang T tahun selama t jam
RT : curah hujan maksimum dengan periode T tahun (mm)
L : panjang sungai efektif (km)
I : kemiringan daerah aliran sungai
Metode Statistik IOH – Log Pearson Type III
b.9. Sedimen Transport
Pada kerangka acuan kerja (KAK) tidak terdapat tugas untuk meneliti keadaan sedimen
transport, tapi konsultan memandang perlu untuk meneliti keberadaan sedimen dan
sampai mana pengaruhnya terhadap pendangkalan saluran atau sungai yang mungkin kelak
akan menimbulkan bajir kembali. Sediment yang akan diteliti disini ialah sedimen
melayang dan sedimen dasar sehingga akan dapat diperkirakanjumlah sedimen yang akan
mengendap di saluran selama setahun, serta usulan penanganannya dikemudian hari.
b.10. Analisis Laboratorium
Analisa kualitas air untuk dari contoh air yang diambil untuk irigasi unsur yang diteliti
adalah DHL, pH, Ca, Mg, Cu, K, Na, CO3, SO4, C, NO3, N, S, COD, BOD dan nilai SAR.
Sedangkan untuk keperluan air minum unsur-unsur yang diteliti adalah temperatur,
residu, pH, DHL, Fe, Zn, Cu, Pb, F, C, SO4, NO3, NO2, COD, BOD, dan Sulfida.
4.3.4. SURVEY GEOLOGI DAN MEKANIKA TANAH
Maksud Survey Mekanika Tanah
50. Penyelidikan ini dimaksudkan untuk mendapatkan sifat-sifat mekanika tanah sebagai
bahan masukan perencanaan bangunan-bangunan, berupa :
Analisa kestabilan lereng.
Besaran konsolidasi dan settlement.
Sifat-sifat pemadatan.
Daya dukung tanah.
Spesifikasi Teknis Survey Mekanika Tanah
a. Pekerjaan Lapangan
1) Sondir
Sondir dilakukan :
- Guna mengetahui kekuatan/daya dukung tanah
- Pada lokasi-lokasi rencana bangunan pengendali banjir, dimana pembangunannya
memerlukan daya dukung tanah yang memadai.
- Dengan menggunakan alat sondir seberat 2 ton hingga kedalaman lapisan tanah
keras/batuan atau bila tekanan konus telah mencapai angka 200 kg/cm2
atau
maksimum kedalaman 20 m
2) Pengeboran Dangkal
Pengeboran dilakukan :
- Untuk pemerian susunan batuan/tanah
- Pada lokasi rencana bangunan pengendali sedimen/banjir
3) Pembuatan Sumuran Uji/Test Pit
Pekerjaan uji atau test pit ini gunanya untuk mengetahui ketebalan lapisan di bawah
permukaan tanah dengan lebih jelas, baik lokasi tersebut untuk pondasi bangunan
maupun untuk jenis bahan timbunan pada daerah borrow area serta quarry site. Dengan
demikian dapat lebih jelas dalam menguraikan jenis lapisan dan ketebalannya.
Pada saat pelaksanaan tersebut juga perlu dicatat uraian-uraian jenis dan warna disertai
foto dari samping lapisannya, juga harus dicatat elevasi-elevasi ketinggian dari lokasi
51. tersebut. Dimensi sumur uji dibuat dengan ukuran 1 ~ 1,5 m2
dengan kedalaman 1 ~ 2 m
atau disesuaikan dengan keadaan lapisan tanahnya.
Pembuatan sumur uji ini dihentikan bilamana :
Telah dijumpai lapisan keras, dan diperkirakan benar-benar keras pada lokasi
tersebut.
Bila dijumpai rembesan air tanah yang cukup besar sehingga sulit untuk diatasi.
Bila dinding galian mudah runtuh, sehingga pembuatan galian mengalami kesulitan,
tapi usahakan terlebih dahulu dengan memuat papan-papan penahan dinding galian.
4) Pengambilan Contoh Tanah
Pengambilan contoh tanah dilakukan :
- Untuk contoh tanah tidak terganggu (undisturbed sample) dan contoh tanah
terganggu (disturbed sample).
- Pada lokasi pengeboran tangan dan sumuran uji/test pit.
b. Pekerjaan Laboratorium
Pada contoh-contoh tanah yang diambil, baik contoh tanah tak terganggu maupun contoh
tanah terganggu akan dilakukan beberapa macam uji di Laboratorium, sehingga data
parameter dan sifat-sifat tanahnya dapat diketahui. Jenis dan macam percobaan untuk
tanah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Soil Properties :
- Unit Density (n)
- Specific Gravity (Gs)
- Moissture (Wn)
- Void Ratio (e)
Grain Size Analysis
Atterberg Limit (Wi, Wp, Ip)
Triaxialy Test (O
, C, O, C’)
Permeability ( k)
c. Laporan Geoteknik/Mekanika Tanah
Hasil akhir dari pekerjaan Penyelidikan Geoteknik/Mekanika Tanah berupa laporan yang
berisi tentang :
52. a) Peta Geologi permukaan pada lokasi studi
b) Penampang geologi,
c) Peta lokasi lubang bor dan penyelidikan lapangan,
d) Hasil-hasil pengujian, pengamatan dan analisa di lapangan dan laboratorium,
e) Deskripsi mengenai penyelidikan yang dilakukan oleh Konsultan meliputi metode
yang dilaksanakan untuk pengujian di lapangan dan di laboratorium, kuantitas dan
kualitas bahan yang ditemui,
f) Gambaran umum mengenai keadaan bawah tanah di daerah yang bersangkutan,
masalah yang dihadapi selama penyelidikan berlangsung, kesimpulan serta
rekomendasi untuk parameter perencanaan.
Metode Pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan pengujian sondir dan bor tangan dilakukan menurut aturan dari
ASTM.D3441-78 dimaksudkan untuk mengetahui nilai-nilai daya dukung relatif jenis
tanah yang dinyatakan dalam perlawanan penetrasi konus (PK) dan hambatan pelekat
(HL). Perlawanan penetrasi konus (PK) adalah merupakan tanah terhadap ujung konus
yang dinyatakan dalam gaya persatuan luas, sedangkan hambatan lekat (HL) adalah
merupakan perlawanan geser tanah terhadap selubung bikonus dalam gaya persatuan
panjang. Pemeriksaan dengan “Dutch Cone Penetration Test” cocok untuk jenis tanah
berbutir halus.
Cara pelaksanaan Sondir :
Unit sondir setelah distel dan dipasang secara aman dengan bantuan 4 buah angker pada
lokasi titik yang telah ditentukan, kemudian dilakukan pengujian penetrasi mulai dari 0
meter permukaan tanah sampai batas maksimum kedalaman penetrasi.
Untuk mengetahui perlawanan penetrasi konus, maka konus ditekan dengan cara mekanik
yang digerakan oleh tenaga manusia dengan kecepatan berkisar 10 – 20 mm/detik. Gaya
yang diperlukan untuk mengukur tekanan konus dapat dibaca pada manometer yang
dipasang pada mesin sondir.
Untuk mengetahui hambatan lekat tanah digunakan bikonus (friction sleeve) yang
diperlengkapi oleh batang sondir ganda yang mempunyai pipa luas dan batang dalam yang
dihubungkan dengan konus.
Untuk mengukurtekanan ujungpipa luas di tanah dan batang dalam ditekan4 cm lagi untuk
mengukur perlawanan penetrasi konus dan hambatan lekat tanah secara bersama- sama.
Setelah penekanan selesai, pipa luas ditekan lagi sampai konus (bikonus) mencapai
kedudukan baru, yaitu pada kedalaman dimana akan dilakukan pengukuran lagi. Interval
kedalaman pemeriksaan, yaitu setiap 20 cm. Pengujian dianggap selesai, yaitu apabila
53. nilai pembacaan perlawanan konus dalam manometer telah mencapai lebih atau sama
dengan 200 kg/cm2
. Hasil pengujian setelah dilakukan perhitungan secara keseluruhan
dituangkan dalam bentuk grafik sondir.
Gambar 4.4. Peralatan Boring dan Sondir
Cara Pelaksanaan Boring :
Pekerjaan boring dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran tentang lapisan tanah,
berdasarkan jenis dan warna tanah, melalui pengamatan visual terhadap contoh tanah
hasil pemboran. Dari hasil boring ini juga dapat diperkirakan profil tanah di lokasi
pekerjaan. Pada kegiatanini secara simultan akan dilakukan pengambilan contoh tanah atau
sample yang akan diuji lebih lanjut di laboratorium. Dari hasil uji di laboratorium ini akan
diperoleh parameter-parameter tanah yang merupakan salah satu parameter desain
bangunan air.
Peralatan yang digunakan dalam pekerjaan bor tangan ini, yaitu :
rod tumbukan,
stang bor,
pengunci tabung sampel,
handle,
mata bor tipe Iwan,
tabung untuk pengambilan contoh tanah (sample),
kunci pipa untuk memasang dan membuka sambungan stang bor,
54. palu untuk alat pemukul pada saat pelaksanaan pengambilan sampel, dan
parafin.
Pelaksanaan pekerjaan boring secara singkat diuraikan di bawah ini.
Sebelum peralatan dipasang pada titik yang telah ditetapkan, terlebih dahulu
daerah sekitarnya harus bersih.
Mata bor dipasang pada stang bor, dan pada bagian atasnya dipasang handle lalu
batang pemutar dimasukkan pada handle tersebut.
Pemboran dilakukan dengan cara memutar alat bor searah jarum jam, sambil
ditekan dan dijaga sedemikian rupa sehingga posisi bor tetap tegak lurus.
Setelah tanah hampir penuh mengisi mata bor, selanjutnya mata bor dicabut dan
tanahnya dikeluarkan untuk diteliti warna dan jenisnya.
Pengambilan contoh tanah (sample) dilakukan dengan memasang tabung pada ujung
bor, kemudian dimasukkan ke dalam lubang bor dan dipukul dengan menggunakan
palu. Setelah tabung diperkirakan penuh, maka bor kemudian diputar untuk
mematahkan contoh tanah pada bagian dasarnya, lalu tabung diangkat keluar
tabung bor.
Kedua ujung tabung ditutup dengan parafin, untuk melindungi contoh tanah dari
penguapan dan perubahan struktur dan selanjutnya diberi label.
3) Laporan Penyelidikan Geologi Teknik dan Mekanika Tanah
Hasil akhir dari pekerjaan survey Geologi dan Mekanika Tanah berupa laporan yang
berisi tentang :
g) Peta Geologi permukaan pada lokasi rencana bangunan,
h) Penampang batuan hasil pemboran inti pada lokasi rencana bangunan,
i) Peta lokasi lubang bor,
j) Hasil-hasil pengujian, pengamatan dan analisa di lapangan dan laboratorium,
k) Deskripsi mengenai penyelidikan yang dilakukan oleh Konsultan meliputi metode yang
dilaksanakan untuk pengujian di lapangan dan di laboratorium, kuantitas dan kualitas
bahan yang ditemui,
l) Gambaran umum mengenai keadaan tanah bawah di daerah yang bersangkutan,
masalah yang dihadapi selama penyelidikan berlangsung, kesimpulan serta
rekomendasi untuk parameter perencanaan.
4.3.5. PEKERJAAN SURVEY TANAH PERTANIAN DAN SOSIO
AGRO EKONOMI
A. Survey Tanah Pertanian
55. 1. Maksud Survey Tanah Pertanian
Survey ini dimaksudkan untuk :
Mengumpulkan, mengevaluasi dan meneliti kembali data serta informasi potensi lahan
yang ada.
Memonitor perubahan-perubahan sifat tanah yang terjadi.
Merekomendasikan penggunaan lahan sesuai dengan kelas kesesuaian lahan yang akan
digunakan sebagai bahan masukkan untuk tahapan perencanaan.
2. Pekerjaan Lapangan
a. Orientasi Lapangan
Berdasarkan peta dasar hasil study terdahulu dibuat rencana penjelajahan lapangan
beserta titik-titik pengamatan/pengambilan sample untuk didiskusikan dan disetujui
Direksi Lapangan. Penyebaran lokasi pengeboran titik-titik pengamatan direncanakan
berdasarkan sistem tata saluran yang ada.
b. Survey Lapangan
b.1. Penjelajahan Lapangan
Selama penjelajahan lapangan dilakukan pengamatan hal-hal sebagai berikut :
Sifat-sifat tanah dengan melakukan pemboran sedalam 120 cm dengan kerapatan 1
titik mewakili 10-15 ha. Namun demikian kerapatan ini akan ditambah pada daerah-
daerah yang mempunyai indikasi terdapatnya faktor pembatas;
Pada setiap titik pemboran dilakukan pengamatan pH, tekstur tanah, bahan organik,
lapisan pirit dan muka air dan kegaraman;
Penyebaran jenis dan kesuburan tanah dengan mengambil contoh-contoh tanah
komposite untuk dianalisa di laboratorium sebanyak 2 atau 3 sampel setiap titiknya
dengan kerapatan sesuai dengan pola penyebaran tanah yang bersangkutan (sebagai
pedoman diambil 1 titik mewakili 500 ha);
Sifat drainase berdasarkan pengamatan visual dan kemudahan pengalirannya;
Tata guna lahan.
56. 3. Evaluasi dan Analisa
Klasifikasi kesesuaian lahan
Klasifikasi tanah ditetapkan dengan menggunakan sistem taxonomy tanah (USDA
soil survey staff,1983) pada tingkatsub-groupdansistem FAO/UNESCO(1974) pada
tingkat sub unit.
Gambar-gambar
Gambar-gambar peta yang akan dibuat untuk dapat memperbaiki keadaan yang ada
sekarang khususnya yang menyangkut perbaikan tata air, dengan skala 1 : 10.000
atau 1 : 20.000 disesuaikan dengan luas lahan.
Gambar-gambar yang akan dibuat direncanakan terdiri dari :
Peta Penyebaran Jenis Tanah yang menyangkut juga keasaman, kegaraman
(salinitas), tekstur tanah dan lokasi titik-titik pengamatan.
Peta kedalaman air tanah
Peta Kelas Kesesuaian Lahan
Peta Rekomendasi Tata Guna Tanah Usulan
Peta-peta lainnya yang diperlukan untuk kelengkapan pelaporan pekerjaan ini.
Peta kedalaman lapisan pirit
Peta kandungan bahan organik
B. Survey Sosio Agro Ekonomi
1. Maksud Survey Sosio Agro Ekonomi
Survey ini dimaksudkan untuk :
Mengumpulkan, mengevaluasi dan meneliti kembali perkembangan masyarakat di
daerah survey.
Meningkatkan taraf hidup melalui pendayagunaan sumber daya alam yang mereka
miliki dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.
2.Pekerjaan Lapangan
a. Mengadakan survey inventarisasi perkembangan sosial penduduk.
Pengumpulan data sekunder untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh tentang
aspek-aspek demografi seperti jumlah serta perkembangan penduduk (jumlah
jiwa/KK, kelahiran, kematian dan lain-lain).
Perkembangan masyarakat di dalam keterampilan petani, kesejahteraan petani, dan
organisasi-organisasi kemasyarakatan yang ada beserta sarana yang tersedia.
Status tanah yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan pemukiman secara umum
serta keadaan fasilitas umum yang tersedia.
57. b. Mengadakan survey inventarisasi keadaan agronomi
Masalah banjir, keasinan dan pengaruhnya terhadap produksi pertanian.
Inventarisasi jenis-jenis tanaman yang diusahakan dan produksinya, perkembangan
usaha tani, cara bercocok tanam, pola tanam yang ada, cara pengelolaan air serta
kemungkinan penggunaan peralatan pertanian.
Memberikan saran-saran tentang kemungkinan penyempurnaan budi daya pertanian
yang ada untuk dapat meningkatkan produksi pertanian sekaligus pendapatan petani.
Penggambaran tata guna tanah sekarang dan tata guna tanah usulan.
c. Mengadakan survey dan inventarisasi keadaan ekonomi masyarakat
Penelitian mengenai luas dan pola usaha tani serta perkembangannya.
Penelitian tentang hambatan-hambatan yang dihadapi para petani dalam rangka
peningkatan dan perluasan usaha tani.
Masalah transportasi dan pemasaran hasil
d. Melakukan Survey Kelembagaan
Survey ini dimaksudkanuntuk mengetahuiseberapa jauhkoordinasiditingkatproyek dapat
berjalan dan bagaimana peranan instansi terkait serta perkumpulan apa saja yang
terbentuk dan berjalan sengan aktif.
Mengadakan survey mengenai perkumpulan-perkumpulan atau organisasi yang ada di
daerah seperti KUD, Kelompok Tani, PKK, Panitia Irigasi, Organisasi O & P, petugas
penyuluhan seperti PPL dan lain-lain.
Mengidentifikasi dan meneliti permasalahan yang timbul yang mengakibatkan
organisasi-organisasi tersebut belum dapat berjalan seperti yang diharapkan.
4.3.6. PEMBUATAN RENCANA LAY OUT
Pelaksanaan lay out tata air ini akan dilaksanakan dengan berpedoman pada :
Memanfaatkan semaksimal mungkin tata air yang ada.
Cost efective dalam arti memanfaatkan semaksimal mungkin keadaan alam yang ada
sehingga tata air yang dibangun dapat berfungsi dengan baik.
Mudah melaksanakan pembangunannya di daerah tersebut.
Mudah pengoperasian dan pemeliharaannya.
Untuk mencapai sasaran di atas, dalam tahapan ini akan disusun secara jelas mengenai
Kriteria Desain dan Metode Perhitungan yang akan digunakan untuk Detail Desain
Pelaksanaan pekerjaan ini yang dilakukan dalam 2 sub tahapan, yaitu :
58. 1. Penyusunan Konsep Desain
Adalah tahapan berupa penyusunan Tetapan-tetapan atau Standart dan Rumus yang
akan digunakan dalam perencanaan, berupa suatu Kriteria Perencanaan ini merupakan
tetapan yang dianggap paling sesuai untuk daerah yang akan direncanakan berdasarkan
masukkan-masukkan yang diterima dari pekerjaan survey lapangan. Aspek-aspek yang
akan ditinjau dalam tahapan ini meliputi :
a. Kriteria Hidrologi
Kriteria ini diperoleh berdasarkan masukkan dari survey hidrologi dan hidrometri,
sebagaimana telah dijelaskan pada bagian proposal ini. Kriteria yang diterima berupa :
Hidrotopografi
Beban Drainase, terdiri dari :
- Hujan Rencana;
- Modul Drainase;
Ketinggian Banjir;
Sedimen Parameters;
Beban supplai
b. Kriteria Hidrolika
Kecepatan Aliran
Kecepatan aliran di dalam saluran ditentukan sedemikian, sehingga tidak terjadi
pengendapan maupun penggerusan. Dengan demikian aliran akan berkisar diantara
kecepatan minimum dan kecepatan maksimum yang diperbolehkan, sesuai dengan bahan
saluran yang ada.
Akan tetapi apabila ada keterbatasan dari energi yang tersedia (head, perbedaan tinggi
atau drainage potensial) dan kriteria tersebut tidak bisa dipenuhi selamanya, maka akan
diberikan cara pemeliharaannya.
Mengingat pada kawasan pengembangan dipengaruhi pasang surut masih dominan, maka
untuk pelaksanaan perhitungan hidrolika perencanaan peningkatan tata reklamasi rawa
ini akan dilakukan dengan model matematis berdasarkan pada program yang umum
digunakan.
2. Pra-Desain dan Rencana Lay-out
Setelah seluruh konsep desain disusun, dilakukan perencanaan awal/pra-desain dan
Rencana Lay Out. Langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :
a. Skematisasi Rencana Peningkatan Jaringan Tata Air
b. Penentuan dimensi-dimensi saluran
59. c. Perhitungan hidrolika sistem jaringan .
d. Dilakukan pemeriksaan apakah perlu perubahan dimensi saluran/bangunan yang telah
ditentukan sebelumnya. Apabila diperlukan perubahan, dilaksanakan perhitungan
kembali dan prosedur ini diulangi sampai diperoleh dimensi saluran yang optimum.
e. Dilakukan perhitungan awal biaya pembangunan.
f. Perhitungan ini akan diperlukan untuk menganalisa apakah sistem jaringan yang
direncanakan feasible (economic analysis) dan untuk menentukan pembagian paket
pekerjaan, apabila anggaran yang tersedia tidak mencukupi.
Apabila hasil Evaluasi Ekonomimenunjukkanbahwa skema jaringanyangdirencanakantidak
feasible, maka dilakukan penyusunan skema baru sampai diperoleh skema jaringan yang
feasible dan pekerjaan dapat dilanjutkanke perencanaan Detail Produk Pra-desain, secara
keseluruhan, berupa :
Konsep desain;
Skema jaringan irigasi/drainase;
Rencana trace jaringan reklamasi;
Dimensi-dimensi dan jenis saluran & bangunan (Prarencana) ;
Perhitungan awal biaya pembangunan;
Pembagian paket/jenis pekerjaan untuk penyusunan Dokumen Tender (apabila
diperlukan)
4.3.7. SYSTEM PLANNING
System planning ini pada intinya merupakan alternatif-alternatif lay out dengan
mempertimbangkan segi positif dan negatifnya, secara ringkas kegiatan system planning
ini meliputi :
Elaborasi dan analisa data lapangan
Perumusan rencana pengembangan lokasi,menghadapai permasalahan yang ada baik
aspek teknis maupun non teknis atau sosio agro ekonomi.
Merencanakan lay-out jaringan untuk kegiatan pengembangan yang menunjang
hasil/rumusan pada butir b.
Perencanaan lay-out juga mempertimbangkan masalah pembebasan tanah yang timbul ,
kebutuhan jalur hijau dan aspek sosial lainnya.
4.3.8. PERENCANAAN DETAIL JARINGAN TATA AIR
Pelaksanaan perencanaan tata air ini akan dilaksanakan dengan berpedoman pada :
Memanfaatkan semaksimal mungkin jaringan reklamasi yang ada
Cost Efective, dalam arti memanfaatkan semaksimal mungkin keadaan alam yang ada
dengan menggunakan bahan dan teknologi yang tepat.
60. Dapat berfungasi dengan baik
Mudah melaksanakan pembangunannya di daerah tersebut
Mudah pengoperasian dan pemeliharaannya
4.3.8.1. Penggolongan Satuan Lahan
Dari uraian penggolongan satuan lahan terlihat jelas bahwa lahan dapat dikelompokkan
dalam 3 kelas dengan karakteristik sebagai berikut :
* Klas Kapasitas kedalaman Drainase 1 : 0 - 30 cm
* Klas Kapasitas kedalaman Drainase 2 : 30 - 60 cm
* Klas Kapasitas kedalaman Drainase 3 : > 60 cm
4.3.8.2. Zona Pengelolaan Air (WMZ)
Zona pengelolaan air adalah satuan perencanaan penggunaan lahan yang merupakan
kombinasi karakteristik fisik (kualitas lahan) dan tipe penggunaan lahan yang diusulkan.
Penetapan zona pengelolaan air ini perlu ditentukan, karena akan membawa konsekuensi
terhadap bentuk pengelolaan air yang diharus direncanakan, termasuk juga pemilihan
jenis infra struktur pengelolaan air dan prosedur untuk mengoperasikannya.
Di daerah pasang surut, secara garis besar penggunaan lahannya dapat dibagi menjadi 3
golongan, yaitu :
padi sawah irigasi pasang surut
padi tadah hujan
tanaman keras dan padi sawah irigasi pompa
Secara terperinci terdapat 8 zona pengelolaan air di daerah pasang surut, seperti dalam
tabel berikut :