1. EKO SRI SULASTRI
2205056044
MANAJEMEN B1
TUGAS MANDIRI FKI
Falsafah Kesatuan Ilmu
1. Pengantar ke Falsafah Kesatuan Ilmu
a. Makna dan Ruang Lingkup Filsafat
Pembahasan mengenai falsafah kesatuan ilmu tidak dapat dilepaskan dari pembahasan filsafat
secara umum. Istilah falsafat atau filsafat sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu philo
yang berarti cinta, dan shopia yang berarti kebijaksanaan, sehingga philo shopia adalah cinta
kebijaksanaan. Orang pertama yang menggunakan istiah philoshopia adalah Phytagoras
(572-497 SM), yang dalam sebuah pengakuan ia menyatakan bahwa bahwa dirinya adalah
pencinta kebijaksanaan.
Kata filsafat merupakan itilah yang dimaknai sangat luas. Filsafat sering dikaitkan dengan
konsepsi – konsepsi tentang kehidupan, cara manusia hidup, bahkan metode berpikir. Filsafat
dianggap sebagai induk dari segala ilmu,walaupun dalam perkembangannya, filsafat dan
sains memiliki metode yang berbeda – beda. Falsafat sebagai induk dari keilmuan rasional
dalam sejarah pengetahuan digerakkan oleh tiga pertanyaan pokok, yaitu: apa yang dapat kita
ketahui? Yang berkembang menjadi ontologi; bagaimana cara memperoleh pengetahuan
tersebut? Yangb berkembang menjadi aksiologi. Ontologi membahas apa yang dapat
dipikirkan oleh manusia, epistemologi membahas tentang proses memperoleh pengetahuan,
dan aksiologi membahas tentang kegunaan dari pengetahuan.
Hakikat filsafat sebagai penjernihan konsep berarti menggunakan pemikiran – pemikiran
logis untuk memecahkan berbagai prrmasalahan yang sulit dalam kehidupan manusia.
Pandangan pertama pada abad ke-20 dikenal sebagai filsafat analitik. Hakikat yang kedua,
yaitu sebagai jalan hidup, berkaitan dengan pemahaman akan hakikat dan tujuan keberadaan
manusia beserta segala kerumitan di dunia.
b. Wahdatul ‘Ulum dan Usaha-usaha Penyatuan Ilmu
wahdatul ‘ulum, secara etimologi berasal dari kata wahdatul yang berarti satu ‘ulum( jamak
dari kata ‘ilm) yang berarti ilmu-ilmu. Kemunculan istilah ini berangkat dari fenomena
pemisahan antara ilmu agama dan ilmu umum. Dalam pandangan sebagian besar masyarakat
2. islam, ilmu agama dan ilmu umum dianggap memiliki entitas yang berbeda. Ilmu agama dan
ilmu umum memiliki kajian teori sendiri-sendiri dalam membahas kebenaran.
c. Penyatuan Ilmu Menuju Paradigma Islam
Paradigma merupakan cara pandang terhadap suatu objek permasalahan yangb sangat
fundamental untuk menentukan dan mengarahkan seseorang untuk berpikir dan melakukan
tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Thomas Kuhn dalam The Structure of Sciencetific
Revolition (1926) mengatakan paradigma sebagai gabungan hasil kajian yang terdiri dari
seperangkat konsep, nilai, tata cara, teknik, yang digunakan secara bersama dalam suatu
kelompok masyarakat tertentu untuk menentukan keabsahan suatu objek permasalahan
tertentu. Integrasi keilmuan perlu dilakukan guna untuk kehidupan yang kebih baik,
terkhusus bagi umat islam. ilmu pengetahuan yang berasal dari barat didominasi dengan ilmu
yang berkaitan dengan sifat lahiriah sehingga perlu diintegrasikan dengan ilmu yang bersifat
islami yang akan membawa ketenangan batin. Disinilah pentingnya wahdatul ‘ulum.
Wahdatul ‘ulum cenderung menekankan pada sifat holistik yang berarti bersifat integratif,
sistematis, komprehensif, dan mempertimbangkan keseluruhan faktor diskursus
problematika. Dalam FKI holistik memiliki pandangan bahwa sistem alam semesta adalah
sesuatu yang utuh dan tidak merupakan kesatuan dari bagian –bagian yang terpisah. Seluruh
elemen alam semesta yang bersifat fisik, kimiawi, hayati, ekonomi, dll, segala kelengkapan
dinilai sebagai keutuhan yang tidak terpisahkan (philips, 1976)
Hassan Hanafi (2001: 16) mengemukakan bahwa globalisasi yang melanda umat manusia
yang memunculkan dominasi negara-negara barat atas negara lemah, tidak terkecuali di ranah
pengetahuan. Pengaruh dari barat tidak semuanya buruk, tapi berhasil melunturkan nilai yang
dimiliki negara timur. Kendati barat berhasil memberi sumbangan terhadap usaha perbaikan
kualitas kehidupan umat manusia, sehingga masyarakat timur perlu mengedepankan suatu
tata nilai dan pengetahuan.
2. Konsep Ilmu dalam Islam
Ilmu pengetahuan mengalami banyak perkembangan, fi;safat sering dianggap sebagai induk
berbagai ilmu pengetahuan pada abad 7 SM di Yunani. Ilmu pengehatuhan mengalami
kemajuan yang merubah kehidupan manusia. Konsep ilmu berdasarkan Al-Qur’an sebagai
pedoman. Didalam Al-Qur’an terdapt perintah antara yang haq dan yang bathil, yang sah dan
tidak sah, perintah untuk berbuat baik dan larangan berbuat buruk, menjabarkan seluruh
ruang lingkup kehidupan, aktivitas manusia sebagai makhluk Allah.
Ilmu dalam islam berkembang dengan berbagai dinamika yang ada pada masyarakat sehingga
membawa impikasi pada klarifikasi ilmu dalam islam yang tidak ditemuka ketika Rasulullah
masih hidup. Ajaran ilmu islam berkutat pada ajaran ilmu tauhid, yang meliputi aqidah dan
muamalah. Semakin berjalannya waktu muncul lah ilmu-ilmu baru guna mempermudah
dalam mempelajari ilmu-ilmu islam. perkembangan islam terbendung ketika islam
tradisional dan islam kebudayan luar islam bersinggungan, sehingga para pemikir islam
3. zaman klasik membuat upaya untuk menselaraskan keduanya mezkipun dua hal ini dianggap
dua asas yang berbeda.
Para ilmuan muslim menerima secara mutlak bahwa pengetahuan ini bersumber dari Allah,
segala sumber yang ada di alam semesta ini bersumber dari Allah, sehingga dapat
disimpulkan bahwa kebenaran ini bersumber dari Allah.
3. Hubungan antara Isalm dan Ilmu Pengetahuan
________________________________________________________________
islam mendorong umatnya untuk mengembngkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk
tujuan didunia dan bekal di akhirat. Ada 4 faktor pendorong, yaitu: Islam merupakan agama
yang sangat menghormati akal pikiran terhadap umatnya, bagi umat islam diwajibkan untuk
menuntut ilmu sepanjang hayat, islam melarang umatnya untuk menerima segala sesuatu
tanpa diperiksa dan diteliti ( berhati-hati dalam segala tindakan), islam sangat
mengedepankan suatu kebenaran. Faktor-faktor pendorong tersebut menjadi pedoman para
ilmuwan-ilmuwan dalam mengembangkan keislaman. Para ilmuwan menggukan berbagai
macam pendekatan dalam mengembangkan islam, pendekatan-pendekatan tersebut
digunakan untuk lebih mengenal karakteristik tentang islam, mulai dari hal ibadah, sosial
manusia dengan manusia lain, kehidupan, politik, budaya, serta ekonomi, dan bidang-bidang
lainnya.
Dalam bidang agama, islam memiliki pluralisme dana universalisme yang kemudian
dijadikan sebagai landasan toleransi dalam berbagai agama. Dengan demikian islam bersifat
toleran, moderat, pemaaf, dan tidak serta merta memaksakann kehendak.
Dalam bidang ibadah, islam ada dua benruk ibadah, yaitu ibadah dalam arti umum yang
berkaitan dengan hubungan manusia dengan manusia sebagai makhluk Allah, dsn ibadah
dalam arti khusus yaitu, ibadah-ibadah yang telah ditetapkan oleh Allah melalui Rasul-Nya.
Dalam bidang Aqidah, ini lebih berpengaruh terhadap segala aktivitas yang dilakukan
manusia, sehingga menjadikan segala aktivitasnya bernilai ibadah. Ibadah bukan hanya dalam
hati namun juga secara tingkah laku.
Dalam bidang ilmu dan kebudayaa, islam sangat terbuka, dalam artian keilmuan islam dan
kebudayaan islam sangat terbuka dalam menerima masukan dari luar, namun di sisi lain juga
harus selektif dalam menerima masukan tersebut.
Dalam bidang sosial dan politik, islam sangat menekankan pada urusan muamalah. Hal ini
menunjukkan bahwa islam sangat memperhatikan segala aspek kehidupan.
4. Daftar Pustaka
Abdullah, M. Amin. 1995. Falsafah Kalam di Era Postmodern.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Abdullah, M. Amin. 2010. Islamic Studies di Perguruan Tinggi:
Pendekatan Integratif-Interkonekif. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Abdullah, M. Yatimun. 2006. Studi Islam Kontemporer. Jakarta:
Penerbit Amzah.
Abidin, Zainal, dkk. 2005. Integrasi Ilmu dan Agama: Interpretasi
dan Aksi. Yogyakarta: Mizan Baru Utama.
Akkach, Samer. 2019. 'Ilm: Science, Religion and Art in Islam.
Adelaide: University of Adelaide Press.
Alatas, Ismail Fajrie. 2006. Sungai Tak Bermuara; Risalah
Konsep Ilmu dalam Islam, Sebuah Tinjauan Ihsani. Jakarta:
Diwan Publishing.
Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. 1993. Islam and
Secularism. Kuala Lumpur: ISTAC.
Al-Baqi, Ahmad Fuad Abd. t.th. Al-Mu'jam al-Mufahras li
Alfadz al-Qur'an al-Karim, Indonesia: Maktabah Dahlan.
Al-Faruqi, Ismail Raji. 1984. Islamisasi Pengetahuan, terj. Anas
Mahyuddin. Bandung: Pustaka.
Al-Faruqi, Ismail Raji. 1988. Tauhid. Bandung: Pustaka.
Al-Faruqi, Ismail Raji. 1999. Seni Tauhid; Esensi dan Ekspresi
5. Estetika Islam. Yogyakarta: Bentang.
Al-Fayyadl, Muhammad. 2012. Teologi Negatif Ibn „Arabi,
Kritik Metafisika Ketuhanan. Yogyakarta: LKiS.
Al-Jabiri, Muhammed ‗Abid. 2003. Kritik Pemikiran Islam:
Wacana Baru Filsafat Islam, terj. Muhammad Syukri.
Yogyakarta: Fajar Pustaka.
Al-Jabiri, Muhammad 'Abid. 2014. Formasi Nalar Arab; Kritik
Tradisi dan Wacana Agama. Yogyakarta: Ircisod.
Al-Sadr, Muhammad Baqir. 1991. Falsafatuna. Bandung:
Mizan.
Al-Jauhari, Imam Chanafie. 1999. Hermeneutika Islam;
Membangun Peradaban di Pentas Global. Yogyakarta:
Ittaqa Press.
Amril, M. Dr. 2002. Etika Islam; Telaah Pemikiran Filsafat
Moral Raghib al-Isfahani. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Anshari, Endang Saefuddin. 1989. Kuliah al-Islam. Jakarta:
Rajawali Press.
An-Nadwi, Abul Hasan al-Ali Hasani. 2020. Sirah Nabawiyah,
Sejarah Lengkap Nabi Muhammad Saw. Yogyakarta: Diva
Press.
Assyaukanie, Luthfi. 2005. Sapere Aude! Ibnu Rushd, Kant, dan
Proyek Pencerahan Islam, makalah disampaikan pada
perayaan Ulang Tahun JIL ke-4, 3 Maret 2005 di
Jakarta.
Audah, Ali. 1999. Dari Khazanah Dunia Islam. Jakarta: Pustaka