SlideShare a Scribd company logo
1 of 106
Bahan Sejarah Kelas XII IPS
Posted 13 November 2012 by yofrizal in Uncategorized. Tinggalkan Sebuah Komentar
Dengan diterbitkan Bahan Ajar diharapkan adanya kesamaaan Bahan Ajar pada mata
pelajaran sejarah, di SMA/MA negeri maupun swasta di Kota Padang dan dapat dijadikan
sebagai acuan dalam proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
Harapan saya agar guru dapat mengembangkan, meningkatkan dan menyempurnakan
Bahan Ajar ini terus menerus. Sehingga siswa dan guru dapat menggali kompetensi diri
sehingga terwujud sistem pembelajaran yang berkualitas.
Selamat belajar, semoga sukses dalam membentuk peserta didik menjadi manusia yang
cerdas, berahlaq mulia dan bertakwa.
KEGIATAN I
PERISTIWA SEKITAR PROKLAMASI
Standar Kompetensi: 1. Menganalisis perjuangan bangsa Indonesia sejak proklamasi
hingga lahirnya Orde Baru.
1.1 Menganalisis peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan pembentukan
pemerintahan Indonesia
1.2 Menganalisis perkembangan ekonomi-keuangan dan politik pada masa awal
kemerdekaan sampai tahun 1950
1.3 Menganalisis perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan
dari ancaman disintegrasi bangsa terutama dalam bentuk pergolakan dan pemberontakan
(antara lain: PKI Madiun 1948, DI/TII, Andi Aziz, RMS, PRRI, Permesta, G-30-S/PKI
1965)
1.4 Menganalisis perkembangan politik dan ekonomi serta perubahan masyarakat di
Indonesia dalam upaya mengisi kemerdekaan.
1. A. Peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan pembentukan
pemerintahan Indonesia
Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang
oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh
dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
BPUPKI, atau “Dokuritsu Junbi Cosakai”, berganti nama menjadi PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritu Junbi Inkai dalam bahasa
Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia.
Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga
menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun
dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat diterbangkan ke
Dalat, sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka
dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan
kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 14 Agustus
1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah
kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan
RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.
Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam,
mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan
segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat
dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.[1] Meskipun demikian
Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat,
Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena
menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap
saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu
nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang
hasil pertemuan di Dalat. Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan
RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat
fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa
Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI
adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan
‘hadiah’ dari Jepang .
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan
Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan
mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana,
Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar
Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-
buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi.
Golongan muda berpendapat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang.
Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian
Jepang.
Perbedaan Perspektif
1. Golongan tua:
Kelompok nasionalis golongan tua yang mengambil strategi kooperasi terhadap
pemerintah jepang. Kelompok ini bersifat hati-hati dalam mencemati masalah
kemerdekaan. Mereka berpendapat bahwa kemerdekaan harus dilaksanakan
sesuai dengan persetujuan perjanjian dengan Jepang. Mereka tidak mau
melanggar perjanjian itu karena akan terjadi pertumpahan darah. Selain itu,
mereka juga mengetahui bahwa jepang di beri tugas oleh sekutu untuk
mempertahankan status Quo di Indonesia. Beberapa tokoh golongan tua antara
lain: Moh.Yamin, Kihajar Dewantoro, Kyai Haji Mansyur, Dr.Buntara, dan
Mr.Iwa Kusuma Sumantri.
2. Golongan Muda
Kelompok Nasionalisme golongan muda yang anti Jepang dan anti Fasis.
Golongan muda bersikap agresif. Mereka menginginkan proklamasi kemerdekaan
secepatnya dilaksanakan sebelum sekutu mengambil kekuasaan dari Jepang. Para
pemuda menginginkankan proklamasi kemerdekaan lepas dari pengaruh Jepang.
Kemerdekaan Indonesia hanya dapat dan harus dilaksanakan oleh bangsa
Indonesia sendiri bukan sebagai hadiah dari jepang. Beberapa tokoh yang
berperan mempercepat kemerdekaan adalah: Sukarni, Adam Malik, Dr. Muwardi,
Wikana, Chaerul Shaleh, M.M. Drah Pandu Wiguna dan syarif Thayeb.
Kendati berbeda pendapat, di anatra ke-2 golongan sepakat untuk menetapkan
tokoh yang pantas memproklamasikan kemerdekaan yaitu Soekarno dan Hatta.
Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa dimulai dari “penculikan” yang dilakukan
oleh sejumlah pemuda (a.l dari Menteng 31 terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini
terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30. WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke
Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia,sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan
tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan
muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan.
NoGolongan Tua Golongan Muda
1 Soekarno Shodancho Singgih
2 Moh.Yamin, Soekarni
3 Radjiman WedyodiningratJusuf Kunto
4 Mr. Achmad Soebardjo Chaerul Saleh
5 Dr.Buntara Adam Malik
6 Mr.Iwa Kusuma Sumantri Sulaiman
7 Kihajar Dewantoro Wikana
8 Kyai Haji Mansyur Dr. Muwardi
Soekarno dan Moh. Hatta, tokoh menginginkan agar proklamasi dilakukan melalui PPKI,
sementara golongan pemuda menginginkan proklamasi dilakukan secepatnya tanpa
melalui PPKI yang dianggap sebagai badan buatan Jepang. Selain itu, hal tersebut
dilakukan agar Soekarno dan Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Para golongan
pemuda khawatir apabila kemerdekaan yang sebenarnya merupakan hasil dari perjuangan
bangsa Indonesia, menjadi seolah-olah merupakan pemberian dari Jepang.
Sebelumnya golongan pemuda telah mengadakan suatu perundingan di salah satu
lembaga bakteriologi di Pegangsaan Timur Jakarta, pada tanggal 15 Agustus. Dalam
pertemuan ini diputuskan agar pelaksanaan kemerdekaan dilepaskan segala ikatan dan
hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang. Hasil keputusan disampaikan kepada Ir.
Soekarno pada malam harinya tetapi ditolak Soekarno karena merasa bertanggung jawab
sebagai ketua PPKI.
Beberapa orang pemuda yang terlibat dalam peristiwa Rengasdengklok ini antara lain:
• Soekarni
• Jusuf Kunto
• Chaerul Saleh
• Shodancho Singgih,sebagai pimpinan rombongan penculikan.
• Shodancho Sulaiman
• Chudancho Dr. Soetjipto
• Chudancho Subeno
Rumah Djiaw Kie Siong Soekarni Chaerul Saleh
Achmad Soebardjo Sayuti Melik
Jusuf Kunto dikirim untuk berunding dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta.
Namun sesampainya di Jakarta, Kunto hanya menemui Mr. Achmad Soebardjo,
kemudian Kunto dan Achmad Soebardjo ke Rangasdengklok untuk menjemput Soekarno,
Hatta, Fatmawati dan Guntur. Achmad Soebardjo mengundang Bung Karno dan Hatta
berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56. Pada
tanggal 16 tengah malam rombongan tersebut sampai di Jakarta. Keesokan harinya,
tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 pernyataan proklamasi dikumandangkan dengan teks
proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik
1. Upaya persiapan kemerdekaan Indonesia di bidang politik
1.1. Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Setelah Jepang mengalami kekalahan dalam perang Pasifik, Jenderal Kumakichi harada
mengumumkan dibentuknya suatu badan yang bertugas untuk menyelidiki usaha-usaha
persiapan kemerdekaan Indonesia yang bernama Dokuritsu Junbi Chosakai atau Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau BPUPKI (Dokuritsu
Junbi Cosakai) adalah sebuah badan yang dibentuk oleh pemerintah Jepang pada tanggal
29 April 1945 bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito. Tujuan dibentuknya
BPUPKI adalah untuk mempelajari dan mempersiapkan hal-hal penting mengenai
masalah tata pemerintahan Indonesia merdeka. Badan ini dibentuk sebagai upaya
pelaksanaan janji Jepang mengenai kemerdekaan Indonesia. BPUPKI yang diketuai oleh
Radjiman Wedyodiningrat dengan wakil ketua Hibangase Yosio (orang Jepang) dan R.P.
Soerono, BPUPKI telah beberapa kali mengadakan sidang:
a. Sidang Pertama 28 Mei 1945 -1 Juni 1945
.
Tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin dalam pidato singkatnya mengemukakan
lima asas yaitu:
a. peri kebangsaan persatuan kebangsaan Indonesia
b. peri ke Tuhanan
c. kesejahteraan rakyat
d. peri kemanusiaan
e. peri kerakyatan
b. 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr. Soepomo mengusulkan
lima asas yaitu:
1. a. persatuan
b. mufakat dan demokrasi
c. keadilan sosial
d. kekeluargaan
e. musyawarah
c. 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengusulkan lima asas pula yang disebut Pancasila
yaitu:
a. kebangsaan Indonesia
b. internasionalisme dan peri kemanusiaan
c. mufakat atau demokrasi
d. kesejahteraan sosial
e. Ketuhanan yang Maha Esa
Kelima asas dari Soekarno disebut Pancasila
yang menurut beliau dapat diperas menjadi Trisila atau Tiga Sila yaitu:
a. Sosionasionalisme
b. Sosiodemokrasi
c. Ketuhanan yang berkebudayaan
Bahkan masih menurut Soekarno, Trisila tersebut di atas masih dapat diperas menjadi
Ekasila yaitu sila Gotong Royong. Selanjutnya lima asas tersebut kini dikenal dengan
istilah Pancasila, namun dengan urutan dan nama yang sedikit berbeda.Sementara itu,
perdebatan terus berlanjut di antara peserta sidang BPUPKI mengenai penerapan aturan
Islam dalam Indonesia yang baru.
Masih belum ditemukan kesepakatan akhirnya dibentuklah panitia kecil
beranggotakan 9 orang untuk menggodok berbagai masukan. Setelah melakukan
kompromi dan menghasilkan rumusan dasar negara yang dikenal dengan Piagam
Jakarta (Jakarta Charter) yang berisikan:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
emeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
1. b. Sidang Kedua
Rapat kedua berlangsung 10-17 Juli 1945 dengan tema bahasan
1. bentuk negara,
2. wilayah negara,
3. kewarganegaraan,
4. rancangan Undang-Undang Dasar,
5. pendidikan dan pengajaran.
Dalam rapat ini dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang Dasar beranggotakan 19
orang dengan ketua Ir. Soekarno, Panitia Pembelaan Tanah Air dengan ketua Abikoesno
Tjokrosoejoso dan Panitia Ekonomi dan Keuangan diketuai Mohamad Hatta.
Dengan pemungutan suara, akhirnya ditentukan wilayah Indonesia merdeka yakni
wilayah Hindia Belanda dahulu, ditambah dengan Malaya, Borneo Utara, Papua, Timor-
Portugis, dan pulau-pulau sekitarnya.
Pada tanggal 11 Juli 1945 Panitia Perancang UUD membentuk lagi panitia kecil
beranggotakan 7 orang yaitu:
Pada tanggal 13 Juli 1945 Panitia Perancang UUD mengadakan sidang untuk membahas
hasil kerja panitia kecil perancang UUD tersebut. Pada tanggal 14 Juli 1945, rapat pleno
BPUPKI menerima laporan Panitia Perancang UUD yang dibacakan oleh Ir. Soekarno.
Dalam laporan tersebut tercantum tiga masalah pokok yaitu:
a. pernyataan Indonesia merdeka
b. pembukaan UUD
c. batang tubuh UUD
Konsep proklamasi kemerdekaan rencananya akan disusun dengan mengambil tiga alenia
pertama Piagam Jakarta. Sedangkan konsep Undang-Undang Dasar hampir seluruhnya
diambil dari alinea keempat Piagam Jakarta.
Pada tanggal 7 Agustus 1945 secara resmi dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Iinkai atas persetujuan Jenderal Terauchi untuk
menggantikan BPUPKI. Pada awalnya PPKI beranggotakan 21 orang (12 orang dari
Jawa, 3 orang dari Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari
Nusa Tenggara, 1 orang dari Maluku, 1 orang dari golongan Tionghoa).
Namun, tanpa seizin Jepang, PPKI diambil alih oleh pemimpin-pemimpin bangsa
Indonesia menjadi badan perjuangan milik bangsa Indonesia dengan menambah
keanggotaannya, yaitu:
Tanggal 9 Agustus 1945, sebagai pimpinan PPKI yang baru, Soekarno, Hatta dan
Radjiman Wedyodiningrat diundang ke Dalat untuk bertemu Marsekal Terauchi. Setelah
pertemuan tersebut, PPKI tidak dapat bertugas karena para pemuda mendesak agar
proklamasi kemerdekaan tidak dilakukan atas nama PPKI, yang dianggap merupakan alat
buatan Jepang. Bahkan rencana rapat 16 Agustus 1945 tidak dapat terlaksana karena
terjadi peristiwa Rengasdengklok.
.
B. Landasan Dasar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Landasan dasar nasional kemerdekaan Indonesia tercermin dalam pembukaan UUD
1945. Pokok-pokok isi pembukaan UUD 1945 adalah :
1. Bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, oleh sebab itu maka
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri
kemanusiaan dan peri keadialan.
2. .Dan perjuangan kemerdekaan itu telah sampailah pada saat yang berbahagia
dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan Indonesia, yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur.
3. Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan
luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
4. Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia di dalam
suatu undang-undang dasar negara yang terbentuk dalam suatu susunan negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada:
Ketuhanan Yang Maha Esa,Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu dan Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia
Landasan dasar Internasional kemerdekaan Indonesia sebagai bukti tentang hak-hak dari
segala bangsa yang ada di muka bumi dapat kita lihat dalam deklarasi-deklarasi atau
piagam-piagam bersejarah seperti :
1. Piagam Atlantik (Atlantic Charter), 14 Agustus 1941 yang ditandatangani oleh
presiden Amerika Serikat Franklin Delano Roosevelt dan Perdana Menteri Inggris
Winston Churchill. Isi dari piagam ini adalah :
a. tidak boleh ada perluasan daerah tanpa persetujuan dari penduduk asli.
b. Setiap bangsa berhak menentukan dan menetapkan nasib sendiri.
c. Setiap bangsa berhak mendapat kesempatan untuk bebas dari rasa takut dan
bebas dari kemiskinan.
1. Piagam San Francisco, merupakam piagam PBB yang ditandatangani oleh 50
negara yang pertama menjadi anggota PBB. Dalam piagam ini disebutkan :
“ … kami akan menegak keyakinan akan dasar-dasar hak manusia sebagai
manusia sesuai dengan harkat dan derajat manusia berdasarkan atas hak-hak yang
sama … serta berusaha memajukan rakyat dan tingkat kehidupan yang lebih baik
dalam suasana kemerdekaan yang lebih luas”.
Berdasarkan kedua landasan dasar tersebut, maka bangsa Indonesia berhak
menjadi suatu negara yang merdeka, dan proklamasi kemerdekaan Indonesia
mempunya kedudukan yang kuat, baik secara nasional maupun internasional.
Perumusan naskah proklamasi Sukarno-
Hatta menuju rumah Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh
Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Penyusunan teks
Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh
Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Bung Karno menegaskan bahwa
pemindahan kekuasaan itu berarti “transfer of power”.
Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 – 04.00 dini hari. Teks proklamasi
ditulis di ruang makan di laksamana Tadashi Maeda, penyusun teks proklamasi itu adalah
Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis
oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan
Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir.
Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia
itu diketik oleh Sayuti melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno,
Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar
Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan
proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera
Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan
oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.
Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan
alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu
ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk
tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera
Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari
sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya Sampai
saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.
Naskah asli proklamasi Pembacaan Naskah Proklamasi Penegibaran Bendera
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor
yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan
tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang
pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat
kepada mereka.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD)
sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45.
Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk
Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan
persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang
pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.
Isi Teks Proklamasi
Isi teks proklamasi kemerdekaan yang singkat ini adalah:
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta
Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan tahun Jepang yang kala itu adalah tahun
2605.
3. Makna proklamasi bagi bangsa Indonesia.
Proklamasi Kemerdekaan merupakan pengumumam kepada seluruh rakyat akan adanya
kemerdekaan. Pengumuman akan adanya kemerdekaan tersebut sebenarnya tidak hanya
ditujukan kepada rakyat dari Negara yang bersangkutan namun juga kepada rakyat yang
ada di seluruh dunia dan kepada semua bangsa yang ada di muka bumi ini.
“Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal tentang
pemindahan kekuasaan dan lain- lain dilaksanakan dengan cara seksama dan dalam
tempo yang sesingkat-singkatnya”.
Dua kalimat pendek itu sarat makna. Pemilihan kata-katanya cermat. Perhatikan kata
kerja kedua kalimat itu. Pada kalimat pertama, kata kerja menyatakan (to declare) dapat
mengundang pertanyaan apakah kemerdekaan memang dapat dinyatakan begitu saja?
Secara ringan kita tentu akan menjawabnya “ya”, tetapi tidak pada 59 tahun lalu. Secara
politis dan militer, situasi menjelang detik-detik proklamasi tidak mudah karena secara de
facto Indonesia masih di bawah pendudukan militer Jepang. Sejak Jepang menyerah
kepada sekutu pada 14 Agustus 1945, secara de jure semua daerah pendudukan Jepang
beralih kepada tentara sekutu.
Para perancang naskah Proklamasi memilih kata “pemindahan kekuasaan”. Mengapa
tidak dipilih, misalnya, kata “serah terima”? Pemilihan kata “pemindahan” merupakan
konsekuensi logis dari makna kalimat pertama, bahwa kemerdekaan yang dinyatakan itu
adalah hak kita. Kata “memindahkan” merupakan tindak sepihak. Karena itu kita tidak
memerlukan persetujuan siapa-siapa.
Berbeda dengan pengertian “serah terima”, yang merupakan tindakan dua pihak, antara
yang menyerahkan dan yang menerima. Yang belakangan ini sejalan dengan konsepsi
kemerdekaan atas persetujuan (by agreement) yang diinginkan negara-negara penjajah.
Kalau konsep ini yang diterima, maka seperti dikatakan Gubernur Jenderal Hindia
Belanda van Mook pada 1942, Indonesia memerlukan 100 tahun lagi untuk merdeka,
berarti tahun 2042 dan itu masih 34 tahun dari sekarang!
Karena perbedaan konsepsi atas kemerdekaan itulah, kita tidak pernah nyaman dengan
penggunaan istilah “penyerahan kedaulatan” berdasar hasil Konferensi Meja Bundar pada
Desember 1949. Konsepsi “serah terima” kekuasaan sebenarnya bertentangan dengan
makna Proklamasi.
Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 mempunyai makna tersendiri bagai
bangsa Indonesia, yaitu:
1. Apabila dilihat dari sudut hukum, proklamasi merupakan pernyataan yang berisi
keputusan bangsa Indonesia untuk menetapkan tatanan hukum nasional
(Indonesia) danmenghapuskan tatanan hukum kolonial.
2. Apabila dilihat dari sudut politik ideologis, proklamasi merupakan pernyataan
bangsa Indonesia yang lepas dari penjajahan dan membentuk Negara Republik
Indonesia yang bebas, merdeka, dan berdaulat penuh.
3. Proklamasi merupakan puncak perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai
kemerdekaan
4. Proklamasi menjadi alat hukum internasional untuk menyatakan kepada rakyat
dan seluruh dunia, bahwa bangsa Indonesia mengambil nasib ke dalam tangannya
sendiri untuk menggenggam seluruh hak kemerdekaan.
5. Proklamasi merupakan mercusuar yang menunjukkan jalannya sejarah, pemberi
inspirasi, dan motivasi dalam perjalanan bangsa Indonesia di semua lapangan di
setiap keadaan.
6. Berdiri Negara Baru, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Artinya
selama beratus-ratus tahun secara berturut-turut Indonesia dalam kekuasaan
penjajahan Portugis, Belanda, dan Jepang. Baru sejak merdeka, Indonesia secara
resmi memiliki negaara sendiri.
7. Tata hokum dan Tata Negara Baru, yaitu tata hukumdan Negara. Artinya
sebelumproklamasi menggunakan tata hokum dan Negara milik penjajah. Sejak
proklamasi, Indonesia secara resmi memiliki tata hokum dan Negara sendiri.
4. Sambutan Rakyat
1. Sambutan Di Tingkat Pusat
Setelah berhasil merumuskan teks proklamasi Bung Karno berpesan kepada para
pemimpin yang bekerja pada pers dan kantor berita, terutama B.M Diah untuk
memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dunia. Semua alat
komunikasi yang ada dipergunakan untuk menyebarluaskan berita proklamasi
kemerdekaan. Berita proklamasi yang telah menyebar ke seluruh kota Jakarta, segera
disebarluaskan ke seluruh dunia. Pada tanggal 17 Agustus 1945 teks proklamasi telah
sampai di tangan Kepala Bagian Radio Kantor Waidan. Untuk itu F. Wuz (seorang
markonis) menyiarkan berita proklamasi berturut-turut setiap setengah jam sampai pukul
16.00 saat siaran berhenti walaupun dilarang oleh pihak Jepang.
Sedangkan pucuk pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita
proklamasi dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945, pemancar
radio disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Namun pemuda tidak
kehilangan akal dengan membuat pemancar baru dengan bantuan beberapa orang teknisi
radio yang diambil dari Kantor Berita Domei. Di Menteng 31 para pemuda berhasil
merakit pemancar baru dengan kode panggilan DJK I. dari sinilah berita Proklamasi
Kemerdekaan terus disiarkan. Selain itu juga lewat pers dan surat selebaran. Hampir
seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita
proklamasi dan UUD Negara Republik Indonesia. Demikianlah sambutan masyarakat dan
usaha-usaha para pemuda di pusat dalam menyebarluaskan berita proklamasi ke seluruh
pelosok Tanah Ai
1. Sambutan Di Tingkat Daerah
Rakyat menyambut berita proklamasi dengan semangat perjuangan yang tinggi,
dibuktikan dengan pelucutan senjata tentara Jepang, pengambilan kekuasaan, semangat
membara untuk terus berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Disamping melalui siaran radio, surat selebaran, berita proklamasi secara resmi juga
dibawa oleh para utusan yang kebetulan menghadiri Sidang PPKI dan menyaksikan
peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta, yaitu :
• Teuku Muhammad Hassan (diangkat menjadi Gubernur Sumatera)
• Sam Ratulangi (diangkat menjadi Gubernur Sulawesi)
• Ketut Pujo (diangkat menjadi Gubernur Nusa Tenggara)
• P. Mohammad Noor (diangkat menjadi Gubernur Kalimantan)
Kedatangan para utusan di daerah masing-masing disambut dengan penuh kegembiraan
dan diikuti berbagai upacara yang meriah.
Untuk menghimpun kekuatan maka para pemuda segera membentuk badan-badan
perjuangan. Tekad perjuangan kaum muda diasalurkan melaui Komite Van Aksi. Van
Aksi mempelopori pengambilalihan kekuasaan dan pelucutan senjata sehingga terjadi
pertempuran-pertempuran sengit antara pemuda Indonesia dan Jepang di berbagai daerah
berikut ini :
1) Jakarta
Pada tanggal 19 September 1945 di Jakrta berlangsung rapat umum di Lapangan Ikada
dalam rangka unjuk rasa semangat kemerdekaan. Rapat tersebut mendapi ancaman dari
tentara Jepang. Akibatnya sikap antipati yang ditunjukan Jepang beberapa hari kemudian
para pejuang BKR dan pemuda menyerbu gudang senjata Jepang di Cilandak.
2) Bandung
Para pemuda dan kaum buruh mengadakan perampasan senjarta baik digudang maupun
pabrik senjata di Lapangan Terbang Andir. Disamping itu, para pelajar dan pemuda
mantan Peta mberhasil melucuti senjata pasukan panser Jepang.
3) Surabaya
Rakyat dipelopori BKR merebut komplek penyimpangan senjata Jepang dan pemancar
radio di Embong Malang.
4) Semarang (Pertempuran 5 Hari Di Semarang)
Pada tanggal 15-20 Oktober 1945 terjadi pertempuran antara pejuang Indonesia dan
Jepang yang dikenal dengan peristiwa Pertempuran Lima Hari di Semarang. Peristiwa ini
diawali dengan adanya desas-desus bahwa Jepang telah meracuni cadangan air minum
penduduk di Candi. Untuk membuktikan kebenaran desas-desus tersebut. Dr. Karyadi
sebagai Kepala Laboratorium Pusat Rumah Sakit Semarang melakukan pemeriksaan.
Pada saat sedang memeriksa sumber air tersebut, dr. Karyadi ditembak Jepang. Gugurnya
dr,. Karyadi menimbulakn kemarahan penduduk Semarang sehingga terjadi pertempuran.
Pertempuran ini banyak menimbulakn korban jiwa di kedua belah pihak. Dipihak
semarang sekitar 2.000 orang gugur dan dari pihak Jepang 100 orang tentaranya juga
tewas. Untuk mengenang peristiwa di Semarang didirikan Monumen Tugu Muda
Semarang itu, untuk mengenang jasa dr. Karyadi, namanya diabadikan menjadi nama
sebuah rumah sakit umum di Semarang.
5) Aceh
Di Aceh, setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia para pemuda berhasil merebut
beberapa kota, diantaranya adalah Bireun. Jepang bermaksud merebut kota itu kemudian
kembali mengerahkan pasukan dari Lhokseumawe, tetapi para pemuda berhasil
mencegatnya di Krueng Panjoe. Pertempuran itu berlangsung sengit yang mengakibatkan
28 orang Jepang tewas dan senjata mereka dirampas (24 November 1945).
6) Surakarta
Markas Kampetai di Surakarta dikepung oleh rakyat. Pertempuran sengit pun terjadi.
Seorang pemuda bernama Arifin gugur. Untuk mengenang jasa Arifin di abadikan
menjadi nama sebuah Jembatan di Surakarta.
1. C. Perkembangan ekonomi-keuangan dan politik pada masa awal
kemerdekaan sampai tahun 1950
1. Kebijakan pemerintah Indonesia
Pada awal kemerdekaaan
kehidupan ekonomi bangsa Indonesia sangat memprihatinkan hal ini disebabkan karena :
1. Mewarisi sistem ekonomi Jepang
2. Adanya inflasi yang disebabkan beredarnya uang Jepang yang tidak terkendali
3. Kas negara kosong
4. Tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran negara.
5. Blokade ekonomi oleh Belanda sebab perhitungan Belanda bahwa dengan senjata
ekonomi akan dapat merobohkan RI.
1. Bidang ekonomi
Dalam rangka membangun kepercayaan rakyat dan membangun ekonomi yang sehat
pemerintah Republik Indonesia melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :
1. Menetapkan tiga mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia
Belanda dan mata uang penduduk Jepang.
2. Kebijakan moneter, Menteri Keuangan Ir. Surachman melaksanakan pinjaman
nasional yang akan dibayarkan kembali selambat-lambatnya 40 tahun.
3. Pada tanggal 1 Oktober 1946 pemerintah mengeluarkan uang kertas yang Oeang
Repoeblik Indonesia atau ORI. Hal ini disebabkan tanggal 6 Maret 1946.
4. Pembentukan Bank Negara Indonesia tanggal 1 November 1946 yang bertugas
untuk mengatur nilai tukar ORI dengan valuta asing yang ada di Indonesia.
Dalam usahanya untuk menembus blokade ekonomi musuh Pemerintah RI melakukan
berbagai usaha untuk mematahkan blokade ekonomi tersebut, usahanya antara lain :
1. Memberikan batuan beras kepada India yang sedang dilanda kelaparan, secara
politik tindakan tersebut menegaskan kehadiran Republik Indonesia di dunia.
2. Mengadakan hubungan dagang langsung dengan luar negeri, yaitu BTC (Banking
and Trading Corporation) suatu badan perdagangan Amerika semi pemerintah
dipimpin oleh Sumitro Djoyohadikusumo.
3. Mengalihkan kegiatan perdagangan dari pulau Jawa ke pulau Sumatera. Misalnya,
hasil karet dari Sumatera di ekspor ke wilayah Singapura.
4. Membentuk perwakilan resmi di Singapura tahun 1947 dengan nama Indonesia
Office yang bertugas memperjuangkan kepentingan luar negeri Indonesia,
menembus blokade Belanda dan perdagangan barter. Badan ini digunakan oleh
pemerintah Indonesia untuk menembus blokade ekonomi oleh Belanda.
5. Konsep Ketahanan ekonomi.
Sejak bulan Febuari 1946. pemerintah membuat konsep-konsep penanggulangan masalah
ekonomi dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Febuari 1946 mengadakan konferensi ekonomi yang bertujuan menghapuskan
sistem ekonomi autokrasi warisn Jepang dan menggantikannya dengan sistem
sentralisasi.
2. Tanggal 6 Mei 1946 diadakan konferensi ekonomi kedua di Solo yang membahas
masalah program ekonomi pemerintah, masalah keuangan negara, pengendali
harga, distribusi dan alokasi tenaga manusia.
3. Tanggal 19 Januari 1947 dibentuk Planing Bcard (Badan perancang ekonomi)
yang bertugas untuk membuat rencana pembangunan ekonomi. Kemudian I.J
Kasimo sebagai menteri Persediaan Makanan Rakyat merencana Kasimo Plan,
isinya Memperbanyak kebun bibit dan padi unggul, Pencegahan penyembelihan
hewan pertanian, Penanaman kembali tanah kosong, dan Pemindahan penduduk.
4. Mendorong para pengusaha swasta untuk ikut serta dalam perkembangan
ekonomi nasional. Menggiatkan kembali Persatuan Tenaga Ekonomi (PTE)
sebagai organisasi perusahaan swasta
1. Bidang Birokrasi
Tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidang yang pertama di Gedung Kesenian
Jakarta yang dipimpin oleh Ir. Sukarno dan Drs. Moh Hatta,dengan menghasilkan
beberapa keputusn penting, antara lain sebagai berikut :
1. Penetapan dan pengesahan konstitusi hasil kerja PPKI yang sekarang dikenal
dengan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi RI.
2. Ir. Sukarno dipilih sebagai Presiden RI dan Drs. Moh Hatta sebagai wakil
Presiden Negara Republik Indeonesia.
3. Pekerjaan presiden untuk sementara waktu dibantu oleh sebuah Komite Nasional
Pada tanggal 19 Agustus 1945, PPKI melanjutkan sidang kedua dengan hasil
1. Pembagian Wilayah Indoneia menjadi 8 provinsi dan menunjuk gubernurnya,
1. Mr. Teuku Moh Hasssan sebagai gubernur Provinsi Sumatera
2. Sutarjo Kartihadikusumo sebagai gubernur Provinsi Jawa Barat
3. R. Panji Suroso sebagai gubernur Provinsi Jawa Tengah
4. R.A Suryo sebagai gubernur Provinsi Jawa Timur
5. Mr. Gusti Ktut Puja sebagai gubernur Provinsi Nusa Tenggara
6. Mr. J. Lutaharhary sebagai gubernur Provinsi Maluki
7. Dr. G.S.S. J. Ratulangi sebagai gubernur Provinsi Sulawesi dan
8. Ir. Pangeran Moh .Noor sebagai gubernur Provinsi Kalimantan.
1. Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) beranggotakan 60 orang.
Dengan tugas membantu presiden sebelum MPR dan DPR terbentuk.
2. Menetapkan 12 departemen yang membantu tugas presiden
Pada tanggal 23 Agustus 1945 Presiden Sukarno mengumumkan dibentuknya tiga badan
baru yaitu :
1. Komite Nasional Indonesia (KNI) adalah badan yang akan berfungi sebagai DPR
sebelum pemilihan umum diselenggarakan, dan disusun dari tingkat pusat sampai
dengan tingkat daerah. Sebagai ketua KNIP adalah Mr. Kasman Singadimejo.
2. Partai Nasional Indonesia (PNI), yang diselenggarakan menjadi partai tunggal
Negara republik Indonesia namun dibatalkan.
3. Badan Keamanan rakyat (BKR) yang berfungsi sebagai penjaga keamanan umum.
1. Bidang Militer
Pemerintah Indonesia yang baru merdeka dengan sengaja tidak segera membentuk tentara
nasional dengan pertimbangan politik yaitu pembentukan tentara nasional pada saat itu
akan mengundang kecurigaaan dan akan menimbulkan pukulan gabungan tentara Sekutu
dan Jepang. Menurut perkiraan bahwa kekuatan nasional belum mampu menghadapi
pukulan tersebut. Oleh karena itu, pemerintah hanya membentuk Badan Keamanan
Rakyat (BKR), yang berfungsi sebagai penjaga keamanan umum pada masing-masing
daerah.
Sidang PPKI tanggal 22 Agustus berhasil membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR)
dan diumumkan oleh presiden pada tanggal 23 Agustus 1945. dengan pemimpin BKR
pusat sebagai berikut :
• Ketua umum : Kaprawi
• Ketua I : Sutalaksana
• Ketua II : Latief Hendraningrat
• Anggota : Arifin Abdurahman, Mahmud dan Zulkifli Lubis
Pada tanggal 16 September 1945 South East Asian Comand (SEAC) merupakan angkatan
perang Inggris mendarat di Jakrta dan melakukan tekanan kepada Jepang untuk tetap
mempertahankan status quo. Hal itu menimbulkan keberanian serdadu Jepang untuk
mempertahankan diri terhadap pemuda Indonesia yang sedang melucuti senjata.
Pada tanggal 29 September 1945 datang lagi tentara Sekutu yang tergabung dalam Alied
Forces Netherlands East Indies (AFNEI) dengan membawa pasukan NICA (Netherlands
Indies Civil Administration). Hal ini menimbulakan perlawanan sengit dari para pemuda
Indonesia terhadap sedadu NICA dan sekutu pada umumnya. Pemerintah memanggil
pensiunan Mayor KNIL Urip Sumoharjo ke Jakarta dan dberi tugas membentuk tentara
kebangasaan Indonesia.
Melalui Maklumat Pemerintah tanggal 5 Oktober 1945 terbentuklah Tentara Keamanan
Rakyat (TKR). Supriyadi, pemimpin perlawanan Peta di Blitar (Febuari 1945), diangkat
sebagai Menteri Keamanan Rakyat. Karena Supriyadi tidak memenuhi panggilan dan
tidak terdengar kabar beritanya, pada tanggal 20 Oktober 1945, pemerintah kembali
mengumumkan para pejabat pemimpin di lingkungan Kementerian Keamanan Rakyat
antara lain Menteri Keamanan Rakyat ad interim, Muhammmad Suroadikusumo,
pemimpin tertinggi Tentara Keamanan Rakyat, Supriyadi, dan sebagai kepala staf Umum
Tentara Keamanan Rakyat adalah Urip Sumoharjo.
Dalam Konferensi TKR yang diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 12 November
1945, Kolonel Sudirman, Panglima Divisi V Banyumas dipilih menjadi pemimpin
tertinggi TKR sedangkan kepal staf dipilih Urip Sumoharjo. Pengangkatan Kolonel
Sudirman dalam jabatan tersebut baru terlaksana setelah selesai pertempuran di
Ambarawa. Untuk menghilangkan kesimpangsiuran, Markas Besar TKR pada tanggal 6
Desember 1945 mengeluarkan sebuah maklumat. Isi maklumat ini menyatakan bahwa
disamping tentara (TKR) diperbolehkan adanya lascar-laskar sebab hak dan kewajiban
mempertahankan negara bukanlah monopoli tentara.
Pada tanggal 18 Desember 1945 pemerintah melantik Kolonel Sudirman sebagai
Panglima Besar TKR dengan pengangkatan Jenderal. Sebagai kepala Staf TKR dilantik
Urip Sumoharjo dengan pangkat letnan Jenderal. tanggal 23 Januari 1945 untuk
mengganti nama T K R dengan nama Tentara Republik Indonesia (TRI).
Tanggal 19 Juli 1946 terbentuklah Angkatan Laut Republik Indonesia disingkat ALRI.
dan Angkatan Udara Republik Indonesia di singkatat AURI.
Pada tanggal 7 Juni 1947 keluar sebuah Penetapan Presiden yang membentuk suatu
organisasi tentara yang bernama Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan Kepal a Pucuk
Pemimpin, Panglima Besar Jenderal Soedirman.
1. Hubungan Pusat-Daerah pada Awal Kemerdekaan
Pada awal kemerdekaan bangsa Indonesia telah berhasil membentuk pusat pemerintahan.
Sebenarnya di daerah-daerah telah terlebih dahulu terbentuk pusat-pusat pemerintahan.
Kendali pusat pemerintahan umumnya berada di kerajaan-kerajaan, oleh karena itu,
timbul permasalahan cara mengonsolodasikan kekuasaan dan jalinan hubungan antara
pusat dan daerah. Pengesahan UUD 1945 sebagai dasar negara Indonesia pada tanggal 18
Agustus 1945 memberikan titik terang dalam memandang hubungan pusat dan daerah,
khususnya dalam hal pemerintahan.
Dengan merujuk pasal 18 UUD 1945 pemerintah Indonesia berusaha mengatasi
permasalahan hubungan antara pusat dan daerah. Pasal 18 UUD 1945 menyatakan
”Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan
pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingati
dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara, dan hak-hak asal-usul dalam
daerah yang bersifat istimewa”
Untuk mengatur hubungan pusat dan daerah, pemerintah Indonesia mengeluarkan
Undang-Undang No.1 Tahun 1945 yang mengatur tentang Komite Nasional dan Komite
Daerah. Hal ini disebabkan bahwa UUD 1945 menetapkan tentang demokrasi perwakilan
yang dilaksanakan di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan suatu lembaga yang
berfungsi sebagai wakil rakyat. Berhubung pemilu belum dilakukan maka sebagai
lembaga pengganti wakil rakyat itu digunakan Komite Gabungan Nasional dan Komite
Daerah.
1. Perkembangan keragaman
1. Ideologi
Komite Nasional Indonesia (KNI) sesuai hasil sidang PPKI pada tanggal 18 dan 19
Agustus 1945 akan berfungsi sebagai pembantu presiden sampai Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terbentuk.
Komite Nasional Indonesia disusun dari tingkat pusat yang disebut Komite Nasional
Indonesia disusun dari tingkat pusat yang disebut Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP) sampai tingkat kawedanan yang disebut Komite Nasional Indonesia Daerah
(KNID). Pemerintah Republik Indonesia pun telah berjalan sesuai UUD 1945 kareana
presiden dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin negara tertinggi telah ddibantu
dan Komite Nasional Indonesia. Itulah perwujudan dari Aturan Peralihan Pasal IV UUD
1945.
1. Partai politik dengan perubahan otoritas KNIP
Perubahan Otoritas KNIP dan Hubungannya dengan Lembaga Kepresidenan pada awal
Kemerdekaan.
Beberapa anggota KNIP merasa tidak puas terhadap sistem kabinet presidensial mereka
berusaha mempengaruhi anggota KNIP lainnya untuk mengajukan petisi kepada
Sukarno-Hatta yang berisi tuntutan pemberian status Majelis Permusyawaratan Rakyat
kepada KNIP. Karena petisi, KNIP mengadakan rapat pleno pada tanggal 16 Oktober
1945 dan Drs. Moh Hatta mengeluarkan Maklumat Nomor X Tahun 1945 yang
menetapkan bahwa Komite Nasional Pusat sebelum terbentuk MPR dan DPR diserahi
kekuasaan legislative, ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara, serta
menyetujui bahwa pekerjaan KNIP sehari-hari sehubungan dengan gentingnya keadaan
dijalankan oleh sebuah badan pekerja yang diplih diantara mereka dan bertanggungjawab
kepada Komite Nasional Indonesia Pusat. Badan pekerja KNIP (BP-KNIP) akhirnya
dibentuknya dan diketuai oleh Sutan dan wakilnya Amir Syarifuddin.
* Maklumat Pemerintah 3 November 1945
Akibat desakan BP-KNIP itu, Wakil Presiden RI mengeluarkan Maklumat Pemerintah
Tanggal 3 November 1945. dampak dari keluarnya kebijakan pemerintah itu, di
Indonesia akhirnya muncul banyak partai politik, seperti berikut: Majelis Syuro Muslimin
Indonesia (Masyumi); Partai Komunis Indonesia, Partai Buruh Indonesia; Partai Rakyat
Jakarta; Partai Kristen Indonesia; partai sosialis Indonesia; Partai Rakyat Sosialis; Partai
Katolik Indonesia; Persatuan rakyat Marhaen Indonesia; Partai Nasional Indonesia
* Maklumat Presiden 14 November 1945
Tanggal 11 November 1945 BP-KNIP mengeluarkan pengumuman Nomor 5 tentang
pertanggungjawaban Materi Kepada Perwakilan Rakyat. Dalam pemikiran saat itu, KNIP
diartikan sebagai MPR. Sementara itu, BP-KNIP disamakan dengan DPR. Jika demikian,
secara tidak langsung BP-KNIP dengan mengeluarkan Pengumuman Nomor 5 telah
meminta peralihan pertanggungjawaban menteri-menteri dan Presiden BP-KNIP
Anehnya, Presiden Sukarno menyetujui usul tersebut dan mengeluarkan Maklumat
Pemerintah Tanggal 14 November 1945. dengan persetujuan tersebut sistem kabinet
presidensial dalam UUD 1945 telah diamandemen menjadi sistem kabinet parlementer.
Ini terbukti setelah BP-KNIP mencalonkan Sutan Syahrir sebagai perdana menteri.
Akhirnya, kabinet presidensial Sukarno-Hatta jatuh dan digantikan oleh kabinet
parlementer dengan Sutan Syahrir sebagai perdana menteri pertama. Kejadian ini adalah
awal penyimpangan UUd 1945 dalam Negara Republik Indonesia.
1. Lembaga kepresidenan pada awal kemerdekaan
1. D. Perjuangan Indonesia Mempertahankan Kemerdekaan, Politik, Pemerintahan
Awal Kemerdekaan
1. Kontribusi Daerah-Daerah di Indonesia dalam perjuangan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia
1. a. Latar belakang
Sesuai dengan perjanjian Wina pada tahun 1942, bahwa negara-negara sekutu bersepakat
untuk mengembalikan wilayah-wilayah yang kini diduduki Jepang pada pemilik
koloninya masing-masing bila Jepang berhasil diusir dari daerah pendudukannya.
Menjelang akhir perang, tahun 1945, sebagian wilayah Indonesia telah dikuasai oleh
tentara sekutu. Satuan tentara Australia telah mendaratkan pasukannya di Makasar dan
Banjarmasin, sedangkan Balikpapan telah diduduki oleh Australia sebelum Jepang
menyatakan menyerah kalah. Sementara Pulau Morotai dan Irian Barat bersama-sama
dikuasai oleh satuan tentara Australia dan Amerika Serikat di bawah pimpinan Jenderal
Douglas MacArthur, Panglima Komando Kawasan Asia Barat Daya (South West Pacific
Area Command/SWPAC).
Setelah perang usai, tentara Australia bertanggung jawab terhadap Kalimantan dan
Indonesia bagian Timur, Amerika Serikat menguasai Filipina dan tentara Inggris dalam
bentuk komando SEAC (South East Asia Command) bertanggung jawab atas India,
Burma, Srilanka, Malaya, Sumatra, Jawa dan Indocina. SEAC dengan panglima Lord
Mountbatten sebagai Komando Tertinggi Sekutu di Asia Tenggara bertugas melucuti bala
tentera Jepang dan mengurus pengembalian tawanan perang dan tawanan warga sipil
sekutu (Recovered Allied Prisoners of War and Internees/RAPWI).
b. Mendaratnya Belanda diwakili NICA
Berdasarkan Civil Affairs Agreement, pada 23 Agustus 1945 Inggris bersama tentara
Belanda mendarat di Sabang, Aceh. 15 September 1945, tentara Inggris selaku wakil
Sekutu tiba di Jakarta, dengan didampingi Dr. Charles van der Plas, wakil Belanda pada
Sekutu. Kehadiran tentara Sekutu ini, diboncengi NICA (Netherland Indies Civil
Administration – pemerintahan sipil Hindia Belanda) yang dipimpin oleh Dr. Hubertus J
van Mook, ia dipersiapkan untuk membuka perundingan atas dasar pidato siaran radio
Ratu Wilhelmina tahun 1942 (statkundige concepti atau konsepsi kenegaraan), tetapi ia
mengumumkan bahwa ia tidak akan berbicara dengan Soekarno yang dianggapnya telah
bekerja sama dengan Jepang. Pidato Ratu Wilhemina itu menegaskan bahwa di kemudian
hari akan dibentuk sebuah persemakmuran yang di antara anggotanya ialah Kerajaan
Belanda dan Hindia Belanda, di bawah pimpinan Ratu Belanda.[1]
Pada tanggal 24 Agustus 1945, antara pemerintah Kerajaan Inggris dan Kerajaan Belanda
tercapai suatu persetujuan yang terkenal dengan nama civil Affairs Agreement. Dalam
persetujuan ini disebutkan bahwa panglima tentara pendudukan Inggris di Indonesia akan
memegang kekuasaan atas nama pemerintah Belanda. Dalam melaksanakan hal-hal yang
berkenaan dengan pemerintah sipil, pelaksanaannya diselenggarakan oleh NICA dibawah
tanggungjawab komando Inggris. Kekuasaan itu kelak di kemudian hari akan
dikembalikan kepada Belanda.
Tentara sekutu (tentara Inggris) mendarat di Jakarta pada tanggal 15 September 1945, ia
didampingi Dr Charles van der Plas, wakil Belanda pada Sekutu. Kehadiran tentara
sekutu ini, diboncengi NICA (Netherland Indies Civil Administration – pemerintahan
sipil Hindia Belanda) yang dipimpin oleh Dr Hubertus J van Mook.
Tugas tentara sekutu adalah melucuti senjata tentara Jepang dan memulangkan kemabali
para tawanan itu ke negerinya. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Sekutu membentuk
komando khusus yang disebut Aliied Forses Netherland EastIndies (AFNEI). Sejak
tanggal 29 September 1945, rombongan besar AFNEI mulai berdatangan ke Indonesia.
Belanda dan sekutu yang mendarat di Surabaya menginginkan hotel Yamato dijadikan
markas Angkatan Laut Belanda. Bendera Merah Putih di Hotel Yamato diturunkan oleh
Belanda dan diganti dengan Bendera Belanda. Merah-Putih-Biru. Hal ini tentu saja
menimbulkan kemarahan rakayat Surabaya. Mereka beramai-ramai menyerbu hotel untuk
menurunkan bendera Belanda. Bendera Belanda itu setelah samapi bawagh, warana biru
dirobek lalu dikibarkan kembali sebagai Bendera Merah Putih. Peristiwa itu dikenal
sebagai insiden Bendera yang terjadi pada tanggal 19 September 1945. untuk mengenang
peristiwa itu, kini didepan Hotel Yamato dibangun monument perjuangan.
Sekutu setelah melihat berbagai perlawananan di Indonesia merasa tidak mamapu
menjalankan tugas tanpa bantuan pemerintah Republik Indonesia. Oleh karena itu, pada
tanggal 1 Oktober 1945, Jenderal Christison mengakui secara de facto negara republic
Indonesia dan bersedia berunding. Dengan munculnya kekuatan asing serentak bangsa
Indonesia berupaya mempertahankan kemerdekaan. Adapun peran setiap daerah dalam
mempertahankan kemerdekaan Indonesia seperti berikut ini :
a) Pertempuran di Bandung ( 23 Maret 1946)
Pasukan sekutu atas izin pemerintah RI pada tanggal 12 Oktober 1945 memasuki
Bandung dengan naik kereta api. Pemerintah RI mengizinkan pasukan Sekutu masuk
Bandung bertujuan mengurus para tawanan perang II (Jepang). Pada tanggal 23
November 1945 pemimpin Sekutu di Bandung mengultimatum agar Bandung Utara
segera dikosongkan dari pemuda bersenjata. Namun, para pemuda menolak menyerahkan
senjata sehingga terjadi pertempuran yang sengit didalam kota. Pertempuran pertama
terjadi pada tanggal 1 Desember 1945. Oleh karena pemerintah RI Jakarta para pemuda
Bandung diminta menghentikan pertempuran dan harus mengosongkan kota Bandung.
Dengan berat hati, para pemuda Bandung meninggalkan kota. Agar bangunan-bangunann
peting di kota Bandung tidak dapat digunakan Sekutu sambil mundur mereka
membakarnya. Peristiwa ini terjadi pada tgl 23 Maret 1946. seluruh wilayah kota
Bandung diamuk oleh kobaran api. Peristiwa ini terkenal dengan peristiwa Bandung
Lautan Api.
Para tokoh yang telibat dalam pertempuran Bandung, antara lain Muhammad Toha dari
Bandung Selatan (gugur), Kol. A.H Nasution, dan Kolonel Hidayat. Sebagai penggerak
semangat juang, maka lahirlah lagu ”Halo-halo Bandung” ciptaan Ismail Marzuki. Lagu
perjuangan ini melukiskan tekad rakyat yang tidak mungkin padam untuk merebut
kembali kota Bandung.
b) Pertempuran di Sumatera ( Medan Area, 10 Desember 1945)
Tanggal 27 Agustus 1945 rakyat Medan baru mendengar berita proklamasi yang dibawa
oleh Mr. Teuku Moh Hassan sebagai Gubernur Sumatera. Mengggapi berita proklamasi
para pemuda dibawah pimpinan Achmad lahir membentuk barisan Pemuda Indonesia.
Pendaratan Sekutu di kota Medan terjadi pada tanggal 9 Oktober 1945 dibawah pimpinan
T.E.D Kelly. Pendaratan tentara sekutu (Inggris)ini di ikuti oleh pasukan dan NICA
yangdipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan. Kedatangan tentara sekutu dan
NICa ternyata memacing berbagai iniden. Pada tanggal 13 Oktober 1945 pemuda dan
TKR bertempur melawan Sekutu dan NICA dalam upaya merebut dan mengambil alih
gedung-gedung pemerintahan dari tangan Jepang. Inggris mengeluarkan ultimatum
kepada bangsa Indonesia agar menyerahkan senjata kepada Sekutu. Ultimatum ini tidak
pernah dihiraukan. Pada tanggal. Pada tanggal 15 Desember 194% Sekutu memasang
papan yang tertulis.kan Fixed Boundaries Medan Area ( batas resmi wilayah Medan)
diberbagai pinggiran kota MEdan. Tindakan Sekutu itu merupakan tantangan bagi para
pemuda. Pada tanggal 10 desember 1945, Sekutu dan NICA melancarkan serangan besar-
besaran terhadap kota Medan. Serangan ini menimbulkan banyak koraban di kedua belah
pihak. Pada bulan April 1946, Sekutu berhasil menduduki kota Medan. Pusat perjuangan
rakyat Medan kemudian dipindahkan ke Pemantangsiantar.
Untuk melanjutkan perjuangan di Medan maka pada bulan Agustus 1946 dibentuk
Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area. Komandan initerus mengadakan
serangan terhadap Sekutu diwilayah Medan. Hampir di seluruh wilayah Sumatera terjadi
perlawanan rakayat terhadap Jepang, Sekutu, dan Belanda. Pertempuran itu terjadi, antara
lian di Pandang, Bukit tinggi dan Aceh.
c) Pertempuran di Surabaya
Pada tanggal 10 November 1945 terjadi pertempuran antara rakyat Surabaya dan Sekutu.
Peristiwa itu diawalai insiden terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallabay (Komandan
Tentara Inggris)pada tanggal 30 Oktober 1945. akibat insiden tersenut pada tanggal
31Oktober 1945 Inggris mengeluarkan ultimatum yang memerintahkan kaum pejuang
untuk menyerah. Apabila ultimatum tidak diindahkan Inggris akan mengerahkan seluruh
kekuatannya baik dari darat, laut maupun udara.
Pada tanggal 9 November 1945 Jenderal Mansergh mengeluarkan ultimatum kembali
kepada para pemuda Surabaya untuk menyerahkan semua senjatanya. Para pemuda tidak
menggapai ultimatum tersebut. Rakyat Surabaya di bawah pimpinan Bung Tomo,
Sungkono dan Gubernur Suryo menolak ultimatum tersebut serta mulai bmenghadapi
gempuran sekutu. Akibatnya, pada tanggal 10 November 1945, Inggris menyerang
Surabaya secara besar-besaran. Para pemuda menyambut dengan kekuatan senjata.
Pengalaman peralatan sejata Sekutu yang sangat unggul tidak mengeratkan rakyat. Bung
tomo yang diangkat sebagai pemimpin pemuda Surabaya meneriakkan pekik “Allah
Akbar” diradio pemerintah untuk membangkitkan semangat perjuangan. Akibat serangan
sekutu (inggris) yang membabi buta selama lima belas hari, Surabaya menjadi hancur.
Para pemuda Surabaya akhirnya mundur ke beberapa daerah, seperti Mojokerto, Gresik,
dan Pasuruhan. Pertempuran Surabaya menyebabkan ribuan rakyat gugur. Untuk
mengenang dan memperingati semangat kepahlawananan rakyat Surabaya, tanggal 10
November ditetapkan sebagai hari Pahlawan.
d) Pertempuran Ambarawa
Pada bulan November 1945 tentara sekutu dan NICA bergerak dari Semarang menuju
Ambarawa untuk membentuk pertahanan. Pertempuran meletus kareana Sekutu secara
sepihak membebaskan para interniran Belanda di Magelang dan Ambarawa. Dalam
pertempuran ini Letkol Isdiman gugur. Selanjutnya, pimpinann perang dipegang oleh
Kolonel Sudirman, Panglima divisi Banyiumas.
Pada tanggal 15 Desember 1945, Sekutu dan NICA terdesak dan terpaksa mundur ke
Semarang. Peristiwa itu terkenal dengan mnama Palagan Ambarawa. Untuk mengenang
peristiwa tersebut, tanggal 15 Desember ditetapkan sebagai hari Infantri dan kota
Ambarawa didirikan monument Palagan Ambarawa.
e) Pertempuran Merah Putih di Manado
Berita proklamasi Kemerdekaan Indonesia tersiar juga samapi ke Manado. Rakayat
Manado khususnya para pemuda menyambutnya dengan hangat. Di sisi lain, pasukan
NICA untuk mengamankan kepentiangan segera mempersenjatai bekas pasukan KNIL
yang menjadi tawananan Jepang. Mereka disambut sebagai Pasukan Tangsi Putih.
Pada bulan Desember 1945, pasukan Sekutu menyerahkan kekuasaan kota Manado
kepada NICA. Stelah mendapat mandate itu, pasukan NIca segera melakukan
penagkapan terhadap sejumlah tokoh RI untuk mengamankan kedudukannya RI. Para
bekas pasukan KNIL yang mendukung RI dikenal sebagai Pasukan Tangsi Hitam. Para
pejuang itu membentuk Pasukan Pemuda Indonesia (PPI). PPI sering melakukan
pertemuan rahasia untuk mengoordinasikan kegiatan melawan NICA. Akan tetapi,
kegiatan tersebut diketahui NICA. Akibatnya, beberapa pemimpin PPI ditangkap. Senjata
pasukan KNIL pendukung RI dilucuti. Namun, tindakan NICA tersebut tidak menyrutkan
tekad para pejuang Indonesia. Pada tanggal 14 Febuari 1946, PPI menyerbu NICA
dimarkas Tangsi Putih di Teling. Dengan senjata seadanya, PPI mampu melepaskan para
tawanan dan melawan komandan NICA dan pasukannya. Secara spontan para pejuang
merobek warna riru pada Bendera Belanda di markas itu dan mengibarkan bendera
Merah putih. Para pejuang juga berhasil menguasai markas NICA di Tomohon dan
Tondano. Para pendukung RI segera membentuk pemerintah sipil. B.W Lapian terpilih
sebagai residennya. Berita penegak kedaulatan Indonesia di Manado segera dikirim ke
Yogyakarta.
f) Peristiwa Merah Putih di Biak
Berita Proklamasi kemerdekaan Indonesia sekalipun terlamabt samapi juga di Papua.
Rakyat Papua yang ada diberbagai kota, seperti Jayapura, Sorong, serui dan Biak
memberikan sambutan yang hangat dan mendukung Proklamsi Kemerdekaan Indonesia.
Para pemuda di berbagai kota mengadakan rapat umum mendunkung kemerdekaan.
Sekutu bersama NICA berusaha melarang kegaiatn politik dan pengibaran bendera Merah
Putih, namun para pemuda Papua tidak menhiraukan. Dalam upaya mempertahankan
kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 14 Maret 1948 terjadi peristiwa Merah Putih di
Biak. Peristiwa ini diawali dengan adanya penyerangan tangsi militer Belanda di Soroako
dan Biak. Selanjutnya, para pemuda Biak yang dipimpin oleh Joseph berusaha
mengibarkan bendera merah putih di seluruh Biak. Usaha ini mendapat perlawanandari
Belanda sehingga mengalami kegagalan. Beberapa pemimpin perlawanann berhasil
ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.
Perkembangan Kehidupan Ekonomi Keuangan, Politik, Pemerintahan Awal
Kemerdekaan
1. Sentral Konflik Indonesia-Belanda di Berbagai Daerah
Perjuangan melalui diplomasi atau perundingan antara Indonesia dan Belanda
a. Perundingan Linggarjati
Latar Belakang
Masuknya AFNEI yang memboncengi NICA ke Indonesia karena Jepang menetapkan
status quo di Indonesia menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia dengan
Belanda, seperti contohnya Peristiwa 10 November, selain itu pemerintah Inggris menjadi
penanggung jawab untuk menyelesaikan konflik politik dan militer di Asia, oleh sebab
itu, Sir Archibald Clark Kerr, diplomat Inggris, mengundang Indonesia dan Belanda
untuk berunding di Hooge Veluwe, namun perundingan tersebut gagal karena Indonesia
meminta Belanda mengakui kedaulatannya atas Jawa, Sumatera dan Madura, namun
Belanda hanya mau mengakui Indonesia atas Jawa dan Madura saja
Perundingan Linggarjati
Perundingan Linggarjati adalah suatu perundingan antara Indonesia dan Belanda di
Linggarjati, Jawa Barat yang menghasilkan persetujuan mengenai status kemerdekaan
Indonesia. Hasil perundingan ini ditandatangani di Istana Merdeka Jakarta pada 15
November 1946 dan diratifikasi kedua negara pada 25 Maret 1947.
Pada akhir Agustus 1946, pemerintah Inggris mengirimkan Lord Killearn ke Indonesia
untuk menyelesaikan perundingan antara Indonesia dengan Belanda. Pada tanggal 7
Oktober 1946 bertempat di Konsulat Jenderal Inggris di Jakarta dibuka perundingan
Indonesia-Belanda dengan dipimpin oleh Lord Killearn. Perundingan ini menghasilkan
persetujuan gencatan senjata (14 Oktober) dan meratakan jalan ke arah perundingan di
Linggarjati yang dimulai tanggal 11 November 1946.
Linggarjati adalah kota kecil yang berda disekitar 21 km sebelah barat Cirebon.
Perundingan Linggarjati dilaksanakan pada tanggal 10-15 November 1946. dalam
perundingan Linggarjati delegasi Indonesia dipimpin perdana Menteri Sutan Syahrir,
sedangkan delegasi Belanda diwakili oleh Prof. S. Schemerhorn dan Dr. H,J. Van. Mook.
Penengah dan pemimpin perundingan dari pihak Inggris, yaitu Lord Killeam. Hasil
perundingan diumumkan pada tanggal 15 November 1946 dan telah tersusun sebagai
naskah persetujuan yang terdiri atas 17 pasal, antara lain berisi sebagai berikut:
1. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan
yang meliputi Sumatra, Jawa dan Madura. Belanda harus meninggalkan wilayah
de facto paling lambat 1 Januari 1949.
1. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara
Indonesia Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu
bagiannya adalah Republik Indonesia
2. Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia –
Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.
Hasil perundingan Linggarjati menimulkan berbagai pendapat pro dan kontra di kalngan
partai politik di Indonesia. Perundingan Linggarjati merugikan pihak Reopublik
Indonesia krena wilayahnya semakin sempit, yaitu hanya meliputi Jawa, Madura dan
Sumatera. Hal ini menyebababkan terjadinya pergolakan di Bali Novmber 1946 dibawah
pimpinan Letnan Kolonel Gusti Ngurah Rai, dengan perang puputan/ perang habis-
habisan (puputan Margarana ) dan pertempuran Manado dipimpin Letkol Taulu yang
dibantu oleh Residen Lapian melawan tentara KNIL (Belanda)
b. Agresi Militer Belanda I
Perundingan Linggarjati bagi Belanda hanya dijadikan alat untuk mendatangkan pasukan
yang lebih banyak dari negerinya. Untuk memperoleh dalil guna menyerang Republik
Indonesia mereka mengajukan tuntutan sebagai berikut:
1. Supaya dibetuk pemerintahan federal sementara yang akan berkuasa di seluruh
Indonesia samapai pembentukan Republik Indonesia Serikat. Hal ini berarti
Republik Indonesia ditiadakan
2. Pembentukan gendermeri (pasukan Keamanann) bersama yang akan masuk ke
daerah Republik Indonesia.
Republik Indonesia menolak usul itu karena berarti menghancurkan dirinya sendiri.
Penolakan itu menyebabakan Belanda melakukan agresi militer terhadap wilayah
Republik Indonesia. Serangan belanda dimulai tanggal 21 Juli 1947 dengan sasaran kota-
kota besar di Pulau Jawa dan sumatera. Menghadapi militer Belanda yang bersenjata
lengkap dan modern menyebabakan satuan-satuan tentara Indonesia terdesak ke luar
kota. Selanjutnya, TNI dan lascar rakyat melakukan serangan balasan dan taktik perang
gerilya.
Adanya agresi Militer Belanda I menimbulkan simpati dan reaksi keras dari dunia
Internasional. Bentuk simpati dunia Internasional ditujukan dengan tindakan sebagai
berikut:
1. Palang Merah Malaya (Malaysia) dan India mengirimkan bantuan obat-obatan
yang diangkut oleh pesawat Dakota dari Singapura. Namun, ketika akan mendarat
di Yogyakarta pesawat itu ditembaki jatuh oleh tentara Belanda.
2. Australia dan India bereaksi keras dengan mendesak Dewan Keamanan PBB agar
segera membahas masalah Indonesia.
ý Campur tangan PBB
Republik Indonesia secara resmi mengadukan agresi militer Belanda ke PBB, karena
agresi militer tersebut dinilai telah melanggar suatu perjanjian Internasional, yaitu
Persetujuan Linggajati.
Belanda ternyata tidak memperhitungkan reaksi keras dari dunia internasional, termasuk
Inggris, yang tidak lagi menyetujui penyelesaian secara militer. Atas permintaan India
dan Australia, pada 31 Juli 1946 masalah agresi militer yang dilancarkan Belanda
dimasukkan ke dalam agenda Dewan Keamanan PBB, yang kemudian mengeluarkan
Resolusi No. 27 tanggal 1 Agustus 1947, yang isinya menyerukan agar konflik bersenjata
dihentikan.
Dewan Keamanan PBB de facto mengakui eksistensi Republik Indonesia. Hal ini terbukti
dalam semua resolusi PBB sejak tahun 1947, Dewan Keamanan PBB secara resmi
menggunakan nama INDONESIA, dan bukan Netherlands Indies. Sejak resolusi
pertama, yaitu resolusi No. 27 tanggal 1 Augustus 1947, kemudian resolusi No. 30 dan 31
tanggal 25 August 1947, resolusi No. 36 tanggal 1 November 1947, serta resolusi No. 67
tanggal 28 Januari 1949, Dewan Keamanan PBB selalu menyebutkan konflik antara
Republik Indonesia dengan Belanda sebagai The Indonesian Question.
Pada tanggal 4 Agustus 1947 pemerintah republic Indonesia dan Belanda mengumumkan
mulai berlakuknya gencatan senjata. Sejak pengumuman gencatan sebnjata tersebutlah,
secara resmi berakhirnya agresi milter Belanda I. akan tetapi, kenyataannya Belanda
masih terus memperluas wilayahnya samapi dengan dibentuk garis demakrasi yang jauh
ke depan ( garis Van Mook ). Indonesia menolak, dengan demikian gencatan senata yang
diserukan oleh PBB belum berlaku secara efektif. Berkat perjuangan diplomasi di forum
PBB, banyak negara yang mendukung perjuangan bangsa Indonesia dan membantu
mencari jalan penyelesaian secara damai.
Atas tekanan Dewan Keamanan PBB, pada tanggal 15 Agustus 1947 Pemerintah Belanda
akhirnya menyatakan akan menerima resolusi Dewan Keamanan untuk menghentikan
pertempuran.
Pada 17 Agustus 1947 Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Belanda
menerima Resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan gencatan senjata, dan pada 25
Agustus 1947 Dewan Keamanan membentuk suatu komite yang akan menjadi penengah
konflik antara Indonesia dan Belanda. karena beranggotakan tiga negara, yaitu Australia
yang dipilih oleh Indonesia, Belgia yang dipilih oleh Belanda dan Amerika Serikat
sebagai pihak yang netral. Australia diwakili oleh Richard C. Kirby, Belgia diwakili oleh
Paul van Zeeland dan Amerika Serikat menunjuk Dr. Frank Graham
Dalam upaya penyelesaian sengketa antara Indonesia dan Belanda secara damai dan
mengawasi gencatan senjata yang telah disepakati bersama maka Dewan Keamanan PBB
membentuk Committee of Good Offices for Indonesia (Komite Jasa Baik Untuk
Indonesia), dan lebih dikenal sebagai Komisi Tiga Negara (KTN), negara yang duduk
dalam KTN adalah
1. Australia (tunjukan Indonesia), diwakili oleh Richard Kirby.
2. Belgia (tunjukan Belanda), diwakili oleh Paul Van Zeeland
3. Amerika Serikat (tunjukan Australia dan Belgia), diwakili Dr. Frank Graham
ý Gerilya
Setelah itu Soedirman meninggalkan Yogyakarta untuk memimpin gerilya dari luar kota.
Perjalanan bergerilya selama delapan bulan ditempuh kurang lebih 1000 km di daerah
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tidak jarang Soedirman harus ditandu atau digendong
karena dalam keadaan sakit keras. Setelah berpindah-pindah dari beberapa desa
rombongan Soedirman kembali ke Yogyakarta pada tanggal 10 Juli 1949.
Kolonel A.H. Nasution, selaku Panglima Tentara dan Teritorium Jawa menyusun rencana
pertahanan rakyat Totaliter yang kemudian dikenal sebagai Perintah Siasat No 1 Salah
satu pokok isinya ialah : Tugas pasukan-pasukan yang berasal dari daerah-daerah federal
adalah ber wingate (menyusup ke belakang garis musuh) dan membentuk kantong-
kantong gerilya sehingga seluruh Pulau Jawa akan menjadi medan gerilya yang luas.
Salah satu pasukan yang harus melakukan wingate adalah pasukan Siliwangi. Pada
tanggal 19 Desember 1948 bergeraklah pasukan Siliwangi dari Jawa Tengah menuju
daerah-daerah kantong yang telah ditetapkan di Jawa Barat. Perjalanan ini dikenal dengan
nama Long March Siliwangi. Perjalanan yang jauh, menyeberangi sungai, mendaki
gunung, menuruni lembah, melawan rasa lapar dan letih dibayangi bahaya serangan
musuh. Sesampainya di Jawa Barat mereka terpaksa pula menghadapi gerombolan
DI/TII.
Pada tanggal 27 Mei 1947, Belanda mengirimkan Nota Ultimatum, yang harus dijawab
dalam 14 hari, yang berisi:
1 Membentuk pemerintahan ad interim bersama;
2 Mengeluarkan uang bersama dan mendirikan lembaga devisa bersama;
3 Republik Indonesia harus mengirimkan beras untuk rakyat di daerahdaerah yang
diduduki Belanda;
4 Menyelenggarakan keamanan dan ketertiban bersama, termasuk daerah daerah
Republik yang memerlukan bantuan Belanda (gendarmerie bersama);
5 Menyelenggarakan penilikan bersama atas impor dan ekspor
Perdana Menteri Sjahrir menyatakan kesediaan untuk mengakui kedaulatan Belanda
selama masa peralihan, tetapi menolak gendarmerie bersama. Jawaban ini mendapatkan
reaksi keras dari kalangan parpol-parpol di Republik.
Ketika jawaban yang memuaskan tidak kunjung tiba, Belanda terus “mengembalikan
ketertiban” dengan “tindakan kepolisian”. Pada tanggal 20 Juli 1947 tengah malam
(tepatnya 21 Juli 1947) mulailah pihak Belanda melancarkan ‘aksi polisionil‘ mereka
yang pertama.
Aksi Belanda ini sudah sangat diperhitungkan sekali dimana mereka telah menempatkan
pasukan-pasukannya di tempat yang strategis. Pasukan yang bergerak dari Jakarta dan
Bandung untuk menduduki Jawa Barat (tidak termasuk Banten), dan dari Surabaya untuk
menduduki Madura dan Ujung Timur. Gerakan-gerakan pasukan yang lebih kecil
mengamankan wilayah Semarang. Dengan demikian, Belanda menguasai semua
pelabuhan perairan-dalam di Jawa Di Sumatera, perkebunan-perkebunan di sekitar
Medan, instalasi- instalasi minyak dan batubara di sekitar Palembang, dan daerah Padang
diamankan. Melihat aksi Belanda yang tidak mematuhi perjanjian Linggarjati membuat
Sjahrir bingung dan putus asa, maka pada bulan Juli 1947 dengan terpaksa
mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Perdana Menteri, karena sebelumnya dia
sangat menyetujui tuntutan Belanda dalam menyelesaikan konflik antara pemerintah RI
dengan Belanda.
Menghadapi aksi Belanda ini, bagi pasukan Republik hanya bisa bergerak mundur dalam
kebingungan dan hanya menghancurkan apa yang dapat mereka hancurkan. Dan bagi
Belanda, setelah melihat keberhasilan dalam aksi ini menimbulkan keinginan untuk
melanjutkan aksinya kembali. Beberapa orang Belanda, termasuk van Mook,
berkeinginan merebut Yogyakarta dan membentuk suatu pemerintahan Republik yang
lebih lunak, tetapi pihak Amerika dan Inggris yang menjadi sekutunya tidak menyukai
‘aksi polisional’ tersebut serta menggiring Belanda untuk segera menghentikan
penaklukan sepenuhnya terhadap Republik.
ý Naiknya Amir Syarifudin sebagai Perdana Menteri
Setelah terjadinya Agresi Militer Belanda I pada bulan Juli, pengganti Sjahrir adalah
Amir Syarifudin yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Pertahanan. Dalam
kapasitasnya sebagai Perdana Menteri, dia menggaet anggota PSII yang dulu untuk
duduk dalam Kabinetnya. Termasuk menawarkan kepada S.M. Kartosoewirjo untuk turut
serta duduk dalam kabinetnya menjadi Wakil Menteri Pertahanan kedua. Seperti yang
dijelaskan dalam sepucuk suratnya kepada Soekarno dan Amir Syarifudin, dia menolak
kursi menteri karena “ia belum terlibat dalam PSII dan masih merasa terikat kepada
Masyumi“.
S.M. Kartosoewirjo menolak tawaran itu bukan semata-mata karena loyalitasnya kepada
Masyumi. Penolakan itu juga ditimbulkan oleh keinginannya untuk menarik diri dari
gelanggang politik pusat. Akibat menyaksikan kondisi politik yang tidak menguntungkan
bagi Indonesia disebabkan berbagai perjanjian yang diadakan pemerintah RI dengan
Belanda. Di samping itu Kartosoewirjo tidak menyukai arah politik Amir Syarifudin yang
kekiri-kirian. Kalau dilihat dari sepak terjang Amir Syarifudin selama manggung di
percaturan politik nasional dengan menjadi Perdana Menteri merangkap Menteri
Pertahanan sangat jelas terlihat bahwa Amir Syarifudin ingin membawa politik Indonesia
ke arah Komunis.
c. Perjanjian Renville
Atas usulan KTN pada tanggal 8 Desember 1947 dilaksanakan perundingan antara
Indonesia dan Belanada di atas kapal renville yang sedang berlabuh di Jakarta. Delegasi
Indonesia terdiri atas perdana menteri Amir Syarifudin, Ali Sastroamijoyo, Dr. Tjoa Sik
Len, Moh. Roem, Haji Agus Salim, Narsun dan Ir. Juanda. Delegasi Belanda terdiri dari
Abdulkadir Widjojoatmojo, Jhr. Van Vredeburgh, Dr. Soumukil, Pangran Kartanagara
dan Zulkarnain. Ternyata wakil-wakil Belanda hampir semua berasala dari bangsa
Indonesia sendiri yang pro Belanda. Dengan demikian Belanda tetap melakukan politik
adu domba agar Indonesia mudah dikuasainya. Setelah selesai perdebatan dari tanggal 8
Desember 1947 sampai dengan 17 Januari 1948 maka diperoleh hasil persetujuan damai
yang disebut Perjanjian Renville. Pokok-poko isi perjanjian Renville, antara lain sebagai
berikut :
1. Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia samapi kedaulatan
Indonesia diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat yang segera terbentuk.
2. Republik Indonesia Serikat mempunyai kedudukan yang sejajar dengan negara
Belanda dalam uni Indonesia-Belanda.
3. Republik Indonesia akan menjadi negara bagian dari RIS
4. Sebelum RIS terbentuk, Belanda dapat menyerahkan sebagain kekuasaannya
kepada pemerintahan federal sementara.
5. Pasukan republic Indonesia yang berda di derah kantong haruns ditarik ke daerah
Republik Indonesia. Daerah kantong adalah daerah yang berada di belakang Garis
Van Mook, yakni garis yang menghubungkan dua derah terdepan yang diduduki
Belanda.
Perjanjian Renville ditandatangani kedua belah pihak pada tanggal 17 Januari 1948.
adapun kerugian yang diderita Indonesia dengan penandatanganan perjanjian Renville
adalah sebagai berikut :
1. Indonesia terpaksa menyetujui dibentuknya negara Indonesia Serikat melalaui
masa peralihan.
2. Indonesia kehilangan sebagaian daerah kekuasaannya karena grais Van Mook
terpaksa harus diakui sebagai daerah kekuasaan Belanda.
3. Pihak republik Indonesia harus menarik seluruh pasukanya yang berda di derah
kekuasaan Belanda dan kantong-kantong gerilya masuk ke daerah republic
Indonesia.
Perjanjian Renville,diantaranya Agus Salim dan Achmad Soebardjo
Penandatanganan naskah perjanjian Renville menimbulkan akibat buruk bagi
pemerinthan republik Indonesia, antra lain sebagai berikut:
1. Wilayah Republik Indonesia menjadi makin sempit dan dikururung oleh daerah-
daerah kekuasaan belanda.
2. Timbulnya reaksi kekerasan dikalangan para pemimpin republic Indonesia yang
mengakibatkan jatuhnya cabinet Amir Syarifuddin karena dianggap menjual
negara kepada Belanda.
3. Perekonomian Indonesia diblokade secara ketata oleh Belanda
4. Indonesia terpaksa harus menarik mundur kesatuan-kesatuan militernya dari
daerah-daerah gerilya untuk kemudian hijrah ke wilayah Republik Indonesia yang
berdekatan.
5. Dalam usaha memecah belah Negara kesatuan republic Indonesia, Belanda
membentuk negara-negara boneka, seperti; negara Borneo Barat, Negara Madura,
Negara Sumatera Timur, dan Negara jawa Timut. Negara boneka tersebut
tergabung dalam BFO (Bijeenkomstvoor Federal Overslag).
Perjanjian Renville menyebabkan jatuhnya pemerintahan Amir Sjarifuddin.karena
dituduh terlalu banyak memenuhi keinginan pihak Belanda dan merugikan Indonesia
malah dianggap telah menjual kepihak assing. Hanya empat hari sesudah Perjanjian
Renville ditandatangani, pada tanggal 23 Januari 1948, Amir Syarifudin dan seluruh
kabinetnya berhenti Seluruh anggota yang tergabung dalam kabinetnya yang terdiri dari
anggota PNI dan Masyumi meletakkan jabatan. Dengan pengunduran dirinya ini dia
mungkin mengharapkan akan tampilnya kabinet baru yang beraliran komunis untuk
menggantikan posisinya. Harapan itu menjadi buyar ketika Soekarno berpaling ke arah
lain dengan menunjuk Hatta untuk memimpin suatu ‘kabinet presidentil’ darurat (1948-
1949), dimana seluruh pertanggungjawabannya dilaporkan kepada Soekarno sebagai
Presiden
Perjanjian Renville tidak lebih baik daripada perundingan di Linggarjati. Kedua belah
pihak menuduh masing-masing melanggar perdamaian, dan Indonesia menuduh Belanda
mendirikan blokade dengan maksud memaksanya menyerah. Bulan Juli 1948, Komisi
Jasa-jasa Baik, yang masih ada di tempat mengawasi pelaksanaan persetujuan itu,
melaporkan bahwa Indonesia mengeluh akan gencatan senjata yang berulang-ulang.
d. Agresi Militer II
Melihat situasi Republik Indonesia yang kacau akibatnya meletus pemberontakan PKI di
Madiun maka pada tanggal 18 Desember 1948, Belanda secara sepihak membatalkan
persetujuan gencatan senjata esok harinya (19 Desember 1948 dini hari) tentara Belanda
langsung menyerbu Lapangan Udara Maguwo, Yogyakarta. Serangan Belanda yang tiba-
tiba berhasil dengan gemilang sehingga pada jam 16.00 WIB seluruh Yogyajarta sudah
jatuh di tangan Belanda. Presiden dan Wakil Presiden memutuskan untuk tetap tinggal di
Ibu kota, meskipun mereka akan ditawan oleh musuh. Alasanya, supatya mereka mudah
ditemui oleh KTN dari kegiatan diplomasi dapat berjalan terus Tentara Belanda berhasil
memasuki istana keprisidenanan dan para pejabat tinggi negara ditawan, semuanya ada
150 orang. Pagi harinya tanggal 22 Desember 1948, Presiden Soekarno, Haji agus salim
dan Sutan Syahrir diasingkan ke Berastagi, kemudian dipindahkan ke Prapat di tepi
danau Toba, Sumatera Utara. Moh.hatta, Moh Roem, Mr. A.G Pringgodigdo, Mr.Assaat
dan Komandor S. suyadayrman diasingkan ke Montok di Pulau Bangka. Pada bulan
Januari akhir, Presiden Sukarno dan Ahji Agus salim dipindahkan ke Muntok sehingga
berkumpul dengan Moh. Hatta dan kawan-kawan.
Untuk menghindari serangan Belanda dan agar selalu tetap bersama-sama dengan TNI,
Panglima Besar jenderal Sudirman memimpin perang gerilya dengan berpindah-pindah
tempat. TNI melakukan serangan umum terhadap kota Yogyakarta pada tanggal 1 Maret
1949 yang dipimpin oleh Letnan Kolonel suharto, Komado Brigade 10 Daerah
Wehrkereise III yang membawahi daerah Yogyakarta. Serangan umum pada tanggal 1
Maret dilakukan serentak dari berbagai jurusan kota sehingga tentara Belanda sangat
terkejut dan tidak mampu menguasi keadaan. Mulai pukul 6.00 WIB hingga 12.00 WIB,
TNI berhasil menguasai Yogyakarta. TNI walaupun hanya enam jam menduduki kota
Yogyakarta, seranganya mempunyai arti yang sangat penting yaitu:
1. Meningkatkan moral rakyat dan TNI yang sedang berjuang
2. Mematahkan moral pasukan Belanda
3. Menunjukkan kepada dunia internasional bahwa TNI mempunyai kekuatan untuk
menyerang dan menunjukan bahwa Indonesia masih ada atas eksis.
Dunia mengutuk agresi Belanda dan mendukung perjuangan bangsa Indonesia. Negara
Indonesia Timur dan Negara Pasundan sebagai negar boneka bentukan Belanda juga
mengecam berlangsungnya Angresi Militer Belanda II. Atas prakarsa Burma ( Myanmar)
dan India maka terselenggaralah Konferensi Asia di New Delhi, India pada tanggal 20-23
Januari 1949. konferensi dihadiri oleh beberapa negara Asia, Afrika dan Ausralia
menghasilkan resulusi mengenai masalah Indonesia yang kemudian disampaikan kepada
Dewan Keamanan PBB. Agresi Militer Belanda II juga mengundang reaksi dari PBB
karena Belanda secara terang-terangan melanggar Perjanjian Renville di depan Komisi
Tiga Negara yang ditugaskkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada tanggal 4 Januari
1949, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resulusi agar Republik Indonesia dan
Belanda menghentikan permusuhan. Kegagalan Belanda dalam berbagai pertempuran
dan tekanan dari dunia Internasional, terutama Amerika Serikat memaksa Belanda
kembali ke meja perundingan.
e. Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI)
Akibat agresi Militer Belanda II, Presiden dan Wakil Presiden beserta beberapa pejabat
tinggi dapat ditawan oleh Belanda. Namun, ketika masih berlangsung Agresi Militer
Belanda II para pemimpin republic tersebut sempat sempat bersidang dan menghasilkan
tiga keputusan penting antara lain sebagai berikut:
1. Pemberian kuasa penuh kepada Syarifudin Prawiranegara untuk membentuk
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI)
2. Kepada Marimis, L.N Palar, dan Dr. Sudarsono sedang berda di India agar membentuk
pemerintahan RI di pengasingan.
3. Presiden dan wakil Presiden RI memutuskkan tidak mengungsi, tetap tinggal di kota
dengan kemungkinann ditawan dan dekat dengan KTN.
Hasil keputusan sidang para pemimpin RI itu segera dikirim kepada Syarifuddin
Prawiranegara di Bukittinggi, Sumatera Barat yang ditandatangani oleh Presiden sukarno
dan wakil Presiden Moh hatta. Apabila tugas itu gagal agar segera dibentuk pemerintahan
RI di pengasingan oleh tokoh Indonesia yang ada di India, yaitu Marimis, L.N Palar, dan
Dr. Sudarsono. Berita tersebut ternyata tidak pernah samapi ke Bukittingi karena seluruh
hubungan telepon keluar Yogyakarta telah diputus oleh Belanda.
Terbentuknya PDRI sendiri pada tanggal 19 Desember 1948 pada jam 18.00 WIB atas
inisiatif Mr. Syarifudin dan beberapa pemuka pemerintahan di Sumatera. Alasannya,
mereka ikut meras bertanggung jawab atas kelangsungan hidup republic Indonesia dan
untuk keselamatan perjuangan. Dengan terbentuknya PDRI, perjuangan masih tetap
dilaksanakan dan dikoordinir melalaui peamncar yang dilaksanakan oleh Angkatan Udara
Republik Indonesia.
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) adalah penyelenggara pemerintahan
Republik Indonesia periode 22 Desember 1948 – 13 Juli 1949, dipimpin oleh Syafruddin
Prawiranegara yang disebut juga dengan Kabinet Darurat. Sesaat sebelum pemimpin
Indonesia saat itu, Sukarno dan Hatta ditangkap Belanda pada tanggal 19 Desember
1948, mereka sempat mengadakan rapat dan memberikan mandat kepada Syafruddin
Prawiranegara untuk membentuk pemerintahan sementara.
Tidak lama setelah ibukota RI di Yogyakarta dikuasai Belanda dalam Agresi Militer
Belanda II, mereka berulangkali menyiarkan berita bahwa RI sudah bubar. Karena para
pemimpinnya, seperti Soekarno, Hatta dan Syahrir sudah menyerah dan ditahan.
Mendengar berita bahwa tentara Belanda telah menduduki ibukota Yogyakarta dan
menangkap sebagian besar pimpinan Pemerintahan Republik Indonesia, tanggal 19
Desember sore hari, Mr. Syafruddin Prawiranegara bersama Kol. Hidayat, Panglima
Tentara dan Teritorium Sumatera, mengunjungi Mr. T. Mohammad Hassan, Ketua
Komisaris Pemerintah Pusat di kediamannya, untuk mengadakan perundingan. Malam itu
juga mereka meninggalkan Bukittinggi menuju Halaban, perkebunan teh 15 Km di
selatan kota Payakumbuh.
Sejumlah tokoh pimpinan republik yang berada di Sumatera Barat dapat berkumpul di
Halaban, dan pada 22 Desember 1948 mereka mengadakan rapat yang dihadiri antara lain
oleh Mr. Syafruddin Prawiranegara, Mr. T. M. Hassan, Mr. Sutan Mohammad Rasjid,
Kolonel Hidayat, Mr. Lukman Hakim, Ir. Indracahya, Ir. Mananti Sitompul, Maryono
Danubroto, Direktur BNI Mr. A. Karim, Rusli Rahim dan Mr. Latif. Walaupun secara
resmi kawat Presiden Soekarno belum diterima, tanggal 22 Desember 1948, sesuai
dengan konsep yang telah disiapkan, maka dalam rapat tersebut diputuskan untuk
membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI), dengan susunan sebagai
berikut:
1. Mr. Syafruddin Prawiranegara, Ketua PDRI/Menteri Pertahanan/ Menteri
Penerangan/Menteri Luar Negeri ad interim
2. Mr. T. M. Hassan, Wakil Ketua PDRI/Menteri Dalam Negeri/Menteri
PPK/Menteri Agama,
3. Mr. Sutan Mohammad Rasjid, Menteri Keamanan/Menteri Sosial, Pembangunan,
Pemuda,
4. Mr. Lukman Hakim, Menteri Keuangan/Menteri Kehakiman,
5. Ir. M. Sitompul, Menteri Pekerjaan Umum/Menteri Kesehatan,
6. Ir. Indracaya, Menteri Perhubungan/Menteri Kemakmuran.
Mr. Syafruddin Prawiranegara
Ketua Pemerintah Darurat Republik Indonesia ( PDRI )
Masa jabatan
19 Desember 1948 – 13 Juli 1949
Lahir : Banten, 28 Februari 1911
Wapat : 15 Februari 1989
Agama : I s l a m
Keesokan harinya, 23 Desember 1948, Sjafruddin berpidato:
“… Belanda menyerang pada hari Minggu, hari yang biasa dipergunakan oleh kaum
Nasrani untuk memuja Tuhan. Mereka menyerang pada saat tidak lama lagi akan
merayakan hari Natal Isa AS, hari suci dan perdamaian bagi umat Nasrani. Justru karena
itu semuanya, maka lebih-lebih perbuatan Belanda yang mengakui dirinya beragama
Kristen, menunjukkan lebih jelas dan nyata sifat dan tabiat bangsa Belanda: Liciknya,
curangnya, dan kejamnya.
Karena serangan tiba-tiba itu mereka telah berhasil menawan Presiden, Wakil Presiden,
Perdana Menteri, dan beberapa pembesar lain. Dengan demikian, mereka menduga
menghadapi suatu keadaan negara republik Indonesia yang dapat disamakan dengan
Belanda sendiri pada suatu saat negaranya diduduki Jerman dalam Perang Dunia II,
ketika rakyatnya kehilangan akal, pemimpinnya putus asa dan negaranya tidak dapat
ditolong lagi.
Tetapi kita membuktikan bahwa perhitungan Belanda itu sama sekali meleset. Belanda
mengira bahwa dengan ditawannya pemimpin-pemimpin kita yang tertinggi, pemimpin-
pemimpin lain akan putus asa. Negara RI tidak tergantung kepada Sukarno-Hatta,
sekalipun kedua pemimpin itu sangat berharga bagi kita. Patah tumbuh hilang berganti.
Kepada seluruh Angkatan Perang Negara RI kami serukan: Bertempurlah, gempurlah
Belanda di mana saja dan dengan apa saja mereka dapat dibasmi. Jangan letakkan
senjata, menghentikan tembak-menembak kalau belum ada perintah dari pemerintah yang
kami pimpin. Camkanlah hal ini untuk menghindarkan tipuan-tipuan musuh.”
Sejak itu PDRI menjadi musuh nomor satu Belanda. Tokoh-tokoh PDRI harus bergerak
terus sambil menyamar untuk menghindari kejaran dan serangan Belanda.
Mr. T.M Hasan yang menjabat sebagai Wakil Ketua PDRI, merangkap Menteri Dalam
Negeri, Agama, Pendidikan dan Kebudayaan, menuturkannya bahwa romobongan
mereka kerap tidur di hutan belukar, di pinggir sungai Batanghari, dan sangat kekurangan
bahan makanan. Mereka pun harus menggotong radio dan berbagai perlengkapan lain.
Kondisi PDRI yang selalu bergerilya keluar masuk hutan itu diejek radio Belanda sebagai
Pemerintah Dalam Rimba Indonesia.
Sjafruddin membalas,
Kami meskipun dalam rimba, masih tetap di wilayah RI, karena itu kami pemerintah
yang sah. Tapi, Belanda waktu negerinya diduduki Jerman, pemerintahnya mengungsi ke
Inggris. Padahal menurut UUD-nya sendiri menyatakan bahwa kedudukan pemerintah
haruslah di wilayah kekuasaannya. Apakah Inggris jadi wilayah kekuasaan Belanda?
Yang jelas pemerintah Belanda tidak sah.
Mandat
Sesungguhnya, sebelum Soekarno dan Hatta menyerah, mereka sempat mengetik dua
buah kawat. Pertama, memberi mandat kepada Menteri Kemakmuran Mr.Sjafruddin
Prawiranegara untuk membentuk pemerintahan darurat di Sumatra.Kedua, jika ikhtiar
Sjafruddin gagal, maka mandat diberikan kepada Mr. A.A.Maramis untuk mendirikan
pemerintah dalam pengasingan di New Delhi, India. Tetapi Sjafruddin sendiri tidak
pernah menerima kawat itu. Berbulan-bulan kemudian barulah ia mengetahui tentang
adanya mandat tersebut.
Menjelang pertengahan 1949, posisi Belanda makin terjepit. Dunia internasional
mengecam agresi militer Belanda. Sedang di Indonesia,pasukannya tidak pernah berhasil
berkuasa penuh. Ini memaksa Belanda menghadapi RI di meja perundingan.
Belanda memilih berunding dengan utusan Soekarno-Hatta yang ketika itu statusnya
tawanan. Perundingan itu menghasilkan Perjanjian Roem-Royen. Hal ini membuat para
tokoh PDRI tidak senang, Jendral Sudirman mengirimkan kawat kepada Sjafruddin,
mempertanyakan kelayakan para tahanan maju ke meja perundingan. Tetapi Sjafruddin
berpikiran untuk mendukung dilaksanakannya perjanjian Roem-Royen.
Pengembalian Mandat
Setelah Perjanjian Roem-Royen, M. Natsir meyakinkan Prawiranegara untuk datang ke
Jakarta, menyelesaikan dualisme pemerintahan RI, yaitu PDRI yang dipimpinnya, dan
Kabinet Hatta, yang secara resmi tidak dibubarkan.
Setelah Persetujuan Roem-Royen ditandatangani, pada 13 Juli 1949, diadakan sidang
antara PDRI dengan Presiden Sukarno, Wakil Presiden Hatta serta sejumlah menteri
kedua kabinet. Pada sidang tersebut, Pemerintah Hatta mempertanggungjawabkan
peristiwa 19 Desember 1948. Wakil Presiden Hatta menjelaskan 3 soal, yakni hal tidak
menggabungkan diri kepada kaum gerilya, hal hubungan Bangka dengan luar negeri dan
terjadinya Persetujuan Roem-Royen.
Sebab utama Sukarno-Hatta tidak ke luar kota pada tanggal 19 Desember sesuai dengan
rencana perang gerilya, adalah berdasarkan pertimbangan militer, karena tidak terjamin
cukup pengawalan, sedangkan sepanjang yang diketahui dewasa itu, seluruh kota telah
dikepung oleh pasukan payung Belanda. Lagi pula pada saat yang genting itu tidak jelas
tempat-tempat yang telah diduduki dan arah-arah yang diikuti oleh musuh. Dalam rapat
di istana tanggal 19 Desember 1948 antara lain KSAU Suaryadarma mengajukan
peringatan pada pemerintah, bahwa pasukan payung biasanya membunuh semua orang
yang dijumpai di jalan-jalan, sehingga jika para beliau itu ke luar haruslah dengan
pengawalan senjata yang kuat.
Pada sidang tersebut, secara formal Syafruddin Prawiranegara menyerahkan kembali
mandatnya, sehingga dengan demikian, M. Hatta, selain sebagai Wakil Presiden, kembali
menjadi Perdana Menteri. Setelah serah terima secara resmi pengembalian Mandat dari
PDRI, tanggal 14 Juli, Pemerintah RI menyetujui hasil Persetujuan Roem-Royen,
sedangkan KNIP baru mengesahkan persetujuan tersebut tanggal 25 Juli 1949.
1. f. Perundingan Roem-Royen
Belanda terus-menerus mendapat tekanan dari dunia internasional, terutama Amerika
Serikat sehingga bersedia berunding dengan Indonesia. Perundingan antra Indonesia dan
Belanda diawasi oleh komisi PBB untuk Indonesia atau United Nations Commision fotr
Indonesia (UNCI). Perundingan akan diselenggarakan di Den Haag, Belanda yang
disebut Konferensi Meja Bundar (KMB)
Sebelum itu, diadakan perundingan pendahuluan di Jakarta yang diselenggarakan pada
tanggal 17 April samapi dengan 7 Mei 1948. Perundingan yang dipimpin oleh Marle
Cochran wakil Amerika serikat dalam UNCI. Delegasi Indonesia yang diketuai oleh
Moh. Roem dengan anggotanya Ali Sastro Amijoyo, Dr. Leimena, Ir. Juanda, Prof.
Supomo, dan Latuharhary. Bertindak sebagai penasihat adalah Sutan syahrir, Ir.Laok, dan
Moh Natsir. Delegasi Belanda diketuai oleh Dr. J.H. Van royen dengan anggota Bloom,
Jacob, dr. Van dr Vede, Dr. P.J Koets, Van Hoogstratendan Dr Gieben. Akhirnya pada
tanggal 7 Mei 1949 tercapai Roem Royen Statement. Pernyataan pemerintah RI
dibacakan oleh ketua delegasi Indonesia, Moh Roem yang berisi, antara lain sebagai
berikut :
1. Pemerintah Republik Indonesia akan mengeluarkan perintah penghentian
perang gerilya
1. Pemerintah RI turut serta dalam konferensi meja bundar dengan tujuan
mempercepat penyerahan kedaulatan yang lengkap dan tidak bersyarat kepada Negara
Republik Indonesia serikat.
Suasana PerundinganHotel Des Indes, Batavia Roem-Royen
Delegasi Belanda Kemudian membacakan pernyataan yang dibacakan oleh Dr. J.H Van
Royen yang berisi antara lain sebagai berikut:
1. Pemerintah Belanda setuju bahwa pemerintah Ri harus bebas dan leluasa
melakukan kewajiban dalam suatu daerah yang meliputi keprisidenanan Yogyakarta
1. Pemerintah Belanda membebaskan secara tidak bersyarat para pemimpin
Republik Indonesia dan Tahanan politik lain yang ditawan sejak tanggal 19 Desember
1948.
1. Pemerintah Belanda setuju Republik Indonesia akan menjadi bagian dari
Republik Indonesia Serikat
1. Konferensi meja Bundar akan diadakan secepatnya di Den Haag sesudah
Republik Indonesia dikembalikan di Yogyakarta.
Dengan tercapinya kesepakatan dalam prinsip-prinsip perundingan Roem-Royen,
pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatera memerintahkan Sri Sultan
Hamengku Buwono IX untuk mengambil alih memerintah Yogyakrta dari pihak Belanda.
Pihak TNI masih menaruh kecurigaan terhadap hasil persetujuan Roem-Royen, tetapi
Panglima Besar Jenderal Sodierman memperingatkan seluruh komando kesatuan agar
tidak memikirkan maslah politik.
Pada tanggal 22 Juni 1949, diselenggarakan perundingan segitiga antar Republik
Indonesia, BFO, dan Belanda. Perundingan itu diawasi PBB yang dipimpin oleh
Chritchley menghasilkan tiga keputusan yaitu:
1. Pengembalian Pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakrta yang
dilaksanakan pada tanggal 24 Juni 1949.
1. Pemerintah menghentikan perang gerilya.
2. KMB akan diselenggarakn di Den Haag.
Pada tanggal 1 Juli 1949 pemerintah Republik Indonesia secara resmi kembali ke
Yogyakrta disusul dengan kedatangan para pemimpin Republik Indonesia dari medan
gerilya. Panglima Jenderal Soedirman tiba kembali di Yogyakrta tanggal 10 Juli 1949.
Setelah pemerintah Republik Indonesia kembali ke Yogyakrta, pada tanggal 13 Juli 1949
diselenggarakan sidang cabinet Republik Indonesia yang pertama. Pada kesempatan itu
Mr. Syafrudin Prawiranegara mengembalikan mandatnya kepada wakil presiden,
Moh.Hatta. dalam sidang cabinet juga diputuskan untuk mengangkat Sri Sultan
Hamengku Buwono IX menjadi Menteri Pertahanan merangkap Ketua Koordinator
Keamanan. Tindak lanjut Persetujuan Roem Royen adalah:
1. Seluruh tentara Belanda harus segera dilantik di Yogyakarta
2. Setelah kota Yogyakarta dikosongkan oleh tentara Belanda, pada tanggal
29 Juni 1949 TNI mulai memasuki kota. Keluarnya tentara Belanda dan
masuknya TNI diawasi oleh UNCI. Panglima Besatr Jenderal Sudirman
beserta para pejuang lainnya baru tiba di Yogyakarta pada tanggal 10 Juli
1949 dengan tandu.
1. Setelah kota Yogyakarta sepenuhnya dikuasai oleh TNI maka Presiden
dan wakil Presiden RI beserta para pemimpin lainnya pada tanggal 6 Juli
1949 kembali ke Yogyakarta dari Bangka.
1. Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera yang dipimpin
Syarifuddin Prawiranegara menyerahkan kembali mandatnya kepada
pemerintah pusat di Yogyakarta . penyerahan terjadi pada tanggal 13 Juli
1949, saat berlangsungnya sidang kabinet.
g. Komprensi Meja Bundar
Konferensi Meja Bundar adalah sebuah pertemuan antara pemerintah Republik Indonesia
dan Belanda yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda dari 23 Agustus hingga 2
November 1949.
Latar belakang
Usaha untuk meredam kemerdekaan Indonesia dengan jalan kekerasan berakhir dengan
kegagalan. Belanda mendapat kecaman keras dari dunia internasional. Belanda dan
Indonesia kemudian mengadakan beberapa pertemuan untuk menyelesaikan masalah ini
secara diplomasi, lewat perundingan Linggarjati, perjanjian Renville, perjanjian Roem-
van Roijen, dan Konferensi Meja Bundar.
Hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah: Serahterima kedaulatan dari
pemerintah kolonial Belanda kepada Republik Indonesia Serikat, kecuali Papua Barat.
Indonesia ingin agar semua bekas daerah Hindia Belanda menjadi daerah Indonesia,
sedangkan Belanda ingin menjadikan Papua Barat negara terpisah karena perbedaan
etnis. Konferensi ditutup tanpa keputusan mengenai hal ini. Karena itu pasal 2
menyebutkan bahwa Papua Barat bukan bagian dari serahterima, dan bahwa masalah ini
akan diselesaikan dalam waktu satu tahun. Dibentuknya sebuah persekutuan Belanda-
Indonesia, dengan monarch Belanda sebagai kepala negara Pengambil alihan hutang
Hindia Belanda oleh Republik Indonesia Serikat
Pembentukan RIS
Tanggal 27 Desember 1949, pemerintahan sementara negara dilantik. Soekarno menjadi
Presidennya, dengan Hatta sebagai Perdana Menteri membentuk Kabinet Republik
Indonesia Serikat. Indonesia Serikat telah dibentuk seperti republik federasi berdaulat
yang terdiri dari 16 negara yang memiliki persamaan persekutuan dengan Kerajaan
Belanda.
Pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh
Belanda
Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949, selang empat tahun
setelah proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Pengakuan ini dilakukan
ketika penyerahan kedaulatan ditandatangani di Istana Dam, Amsterdam. Di Belanda ada
kekhawatiran bahwa mengakui Indonesia merdeka pada tahun 1945 sama saja mengakui
tindakan politionele acties (agresi militer) pada 1945-1949 adalah ilegal.
Ratu Yuliana Supomo, Ali Sastroami, Roem Suasana KMB
Konferensi Meja Bundar (KMB) (2 November 1949)
n Belanda mengakui Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai negara yang merdeka dan
berdaulat
n Penyelesaian soal Irian Barat akan dibahas satu tahun setelah KMB
n RIS sebagai negara yang berdaulat penuh bekerjasama dengan Belanda dalam suatu
perserikatan yang dipimpin oleh Ratu Belanda atas dasar sukarela dengan kedudukan dan
hak yang sama
n RIS mengembalikan semua hak milik Belanda, memberikan hak konsesi, dan izin baru
bagi perusahaan-perusahaan Belanda
n Semua utang bekas Hindia Belanda harus dibayar oleh RIS
n Dalam bidang militer akan dibentuk Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat
( APRIS) dengan TNI sebagai intinya
1. 3. Perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan
dari ancaman disintegrasi
Pasca Proklamasi Kemerdekaan, perjuangan bangsa Indonesia belum selesai dan sangat
berat. Mengapa? Sebab menghadapi dua musuh dalam perjuangan. Di satu sisi harus
berjuang mem-pertahankan kemerdekaan dari ancaman Sekutu dan NICA. Sementara
disisi lain harus menghadapi tindakan makar dari gerakan separatis. Mereka menikam
dari belakang, di saat bangsa membutuhkan kekuatan untuk mempertahankan
kemerdekaan. Tindakan makar itu tidak bisa dibiarkan, harus ditumpas. Berkat kesigapan
TNI yang didukung rakyat, akhirnya pemberontakan dapat ditumpas. Agar kalian lebih
jelas, ikutilah pembahasan berikut ini!
1. a. PKI Madiun 1948,
Membahas tentang pemberontakan PKI di Madiun tidak bisa lepas dari jatuhnya kabinet
Amir Syarifuddin tahun 1948. Mengapa kabinet Amir jatuh? Jatuhnya kabinet Amir
disebabkan oleh kegagalannya dalam Perundingan Renville yang sangat merugikan
Indonesia. Untuk merebut kembali kedudukannya,pada tanggal 28 Juni 1948 Amir
Syarifuddin membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) Untuk memperkuat basis massa,
FDR membentuk organisasi kaum petani dan buruh. Selain itu dengan memancing
bentrokan dengan menghasut buruh. Puncaknya ketika terjadi pemogokan di pabrik
karung Delanggu (Jawa Tengah) pada tanggal 5 Juli 1959. Pada tanggal 11 Agustus
1948, Musso tiba dari Moskow. Amir dan FDR segera bergabung dengan Musso. Untuk
memperkuat organisasi, maka disusunlah doktrin bagi PKI. Doktrin itu bernama Jalan
Baru. PKI banyak melakukan kekacauan, terutama di Surakarta.
Oleh PKI daerah Surakarta dijadikan daerah kacau (wildwest). Sementara Madiun
dijadikan basis gerilya. Pada tanggal 18 September 1948, Musso memproklamasikan
berdirinya pemerintahan Soviet di Indonesia. Tujuannya untuk meruntuhkan Republik
Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan menggantinya dengan negara komunis. Pada waktu yang bersamaan,
gerakan PKI dapat merebut tempat-tempat penting di Madiun. Untuk menumpas
pemberontakan PKI, pemerintah melancarkan operasi militer. Dalam hal ini peran Divisi
Siliwangi cukup besar. Di samping itu, Panglima Besar Jenderal Soedirman
memerintahkan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah dan Kolonel Sungkono di Jawa
Timur untuk mengerahkan pasukannya menumpas pemberontakan PKI di Madiun.
Dengan dukungan rakyat di berbagai tempat, pada tanggal 30 September 1948, kota
Madiun berhasil direbut kembali oleh tentara Republik. Pada akhirnya tokoh-tokoh PKI
seperti Aidit dan Lukman melarikan diri ke Cina dan Vietnam. Sementara itu, tanggal 31
Oktober 1948 Musso tewas ditembak. Sekitar 300 orang ditangkap oleh pasukan
Siliwangi pada tanggal 1 Desember 1948 di daerah Purwodadi, Jawa Tengah.
Dengan ditumpasnya pemberontakan PKI di Madiun, maka selamatlah bangsa dan negara
Indonesia dari rongrongan dan ancaman kaum komunis yang bertentangan dengan
ideologi Pancasila. Penumpasan pemberontakan PKI dilakukan oleh bangsa Indonesia
sendiri, tanpa bantuan apa pun dan dari siapa pun. Dalam kondisi bangsa yang begitu
sulit itu, ternyata RI sanggup menumpas pemberontakan yang relatif besar oleh golongan
komunis dalam waktu singkat.
1. b. Pembrotakan DI/TII ( Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia)
1. DI/TII Jawa Barat
Sekar Marijan Kartosuwiryo mendirikan Darul Islam (DI) dengan tujuan menentang
penjajah Belanda di Indonesia. Akan tetapi, setelah makin kuat, Kartosuwiryo
memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) pada tanggal 17 Agustus
1949 dan tentaranya dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII). Upaya penumpasan
dengan operasi militer yang disebut Operasi Bharatayuda. Dengan taktis Pagar Betis.
Pada tanggal 4 juni 1962, Kartosuwiryo berhasil ditanggap oleh pasukan Siliwangi di
Gunung Geber, Majalaya, Jawa Barat. Akhirnya Kartosuwiryo dijatuhi hukuman mati 16
Agustus 1962.
1. DI/TII Jawa Tengah
Gerakan DI/TII juga menyebar ke Jawa Tengah, Aceh, dan Sulawesi Selatan. Gerakan
DI/TII di Jawa Tengah yang dipimpin oleh Amir Fatah di bagian utara, yang bergerak di
daerah Tegal, Brebes dan Pekalongan. Setelah bergabung dengan Kartosuwiryo, Amir
Fatah kemudian diangkat sebagai komandan pertemburan Jawa Tengah dengan pangkat
Mayor Jenderal Tentara Islam Indonesia. Untuk menghancurkan gerakan ini, Januari
1950 dibentuk Komando Gerakan Banteng Negara (GBN) dibawah Letkol Sarbini.
Pemberontakan di Kebumen dilancarkan oleh Angkatan Umat Islam (AUI) yang
dipimpin oleh Kyai Moh. Mahfudz Abdulrachman (Romo Pusat atau Kiai Sumolanggu)
Gerakan ini berhasil dihancurkan pada tahun 1957 dengan operasi militer yang disebut
Operasi Gerakan Banteng Nasional dari Divisi Diponegoro. Gerakan DI/TII itu pernah
menjadi kuat karena pemberontakan Batalion 426 di Kedu dan Magelang/ Divisi
Diponegoro. Didaerah Merapi-Merbabu juga telah terjadi kerusuhan-kerusuhan yang
dilancarkan oleh Gerakan oleh Gerakan Merapi-Merbabu Complex (MMC). Gerakan ini
juga dapat dihancurkan. Untuk menumpas gerakan DI/TII di daerah Gerakan Banteng
Nasional dilancarkan operasi Banteng Raiders.
1. DI/TII Aceh
Adanya berbagai masalah antara lain masalah otonomi daerah, pertentangan
antargolongan, serta rehabilitasi dan modernisasi daerah yang tidak lancar menjadi
penyebab meletusnya pemberontakan DI/TII di Aceh. Gerakan DI/TII di Aceh dipimpin
oleh Tengku Daud Beureueh yang pada tanggal 20 September 1953 memproklamasikan
daerah Aceh sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia dibawah pimpinan
Kartosuwiryo. Pemberontakan DI/TII di Aceh diselesaikan dengan kombonasi operasi
militer dan musyawarah. Hasil nyata dari musyawarah tersebut ialah pulihnya kembali
keamanan di daerah Aceh.
1. DI/TII Sulawesi Selatan
Pemerintah berencana membubarkan Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) dan
anggotanya disalurkan ke masyarakat. Tenyata Kahar Muzakar menuntut agar Kesatuan
Gerilya Sulawesi Selatan dan kesatuan gerilya lainnya dimasukkan delam satu brigade
yang disebut Brigade Hasanuddin di bawah pimpinanya. Tuntutan itu ditolak karena
banyak diantara mereka yang tidak memenuhi syarat untuk dinas militer. Pemerintah
mengambil kebijaksanaan menyalurkan bekas gerilyawan itu ke Corps Tjadangan
Nasional (CTN). Pada saat dilantik sebagai Pejabat Wakil Panglima Tentara dan
Tetorium VII, Kahar Muzakar beserta para pengikutnya melarikan diri ke hutan dengan
membawa persenjataan lengkap dan mengadakan pengacauan. Kahar Muzakar mengubah
nama pasukannya menjadi Tentara Islam Indonesia dan menyatakan sebagai bagian dari
DI/TII Kartosuwiryo pada tanggal 7 Agustus 1953. Tanggal 3 Februari 1965, Kahar
Muzakar tertembak mati oleh pasukan TNI.
1. c. Andi Aziz
Adapun faktor yang menyebabkan pemberontakan adalah :
1. Menuntut agar pasukan bekas KNIL saja yang bertanggung jawab atas keamanan
di Negara Indonesia Timur.
2. Menentang masuknya pasukan APRIS dari TNI
3. Mempertahankan tetap berdirinya Negara Indonesia Timur.
Karena tindakan Andi Azis tersebut maka pemerintah pusat bertindak tegas. Pada tanggal
8 April 1950 dikeluarkan ultimatum bahwa dalam waktu 4 x 24 jam Andi Azis harus
melaporkan diri ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, pasukannya
harus dikonsinyasi, senjata-senjata dikembalikan, dan semua tawanan harus dilepaskan.
Kedatangan pasukan pimpinan Worang kemudian disusul oleh pasukan ekspedisi yang
dipimpin oleh Kolonel A.E Kawilarang pada tanggal 26 April 1950 dengan kekuatan dua
brigade dan satu batalion di antaranya adalah Brigade Mataram yang dipimpin oleh
Letnan Kolonel Suharto. Kapten Andi Azis dihadapkan ke Pengadilan Militer di
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII
SEJARAH KELAS XII

More Related Content

What's hot

Proklamasi kemerdekaan Indonesia dan upaya penegakan kedaulatan
Proklamasi kemerdekaan Indonesia dan upaya penegakan kedaulatanProklamasi kemerdekaan Indonesia dan upaya penegakan kedaulatan
Proklamasi kemerdekaan Indonesia dan upaya penegakan kedaulatanFriskilla Suwita
 
Naskah SOSIO DRAMA KEMERDEKAAN
Naskah SOSIO DRAMA KEMERDEKAANNaskah SOSIO DRAMA KEMERDEKAAN
Naskah SOSIO DRAMA KEMERDEKAANAlicia Bonita
 
IPS Kelas 8 Bab 5
IPS Kelas 8 Bab 5IPS Kelas 8 Bab 5
IPS Kelas 8 Bab 5Rifqi Bagja
 
Makalah proklamasi
Makalah proklamasiMakalah proklamasi
Makalah proklamasiAndi Uli
 
Bab 2. indonesia merdeka
Bab 2. indonesia merdekaBab 2. indonesia merdeka
Bab 2. indonesia merdekaeka sugiarti
 
Makalah peristiwa penting proklamasi
Makalah  peristiwa penting proklamasiMakalah  peristiwa penting proklamasi
Makalah peristiwa penting proklamasiAndi Uli
 
Materi pancasila
Materi pancasilaMateri pancasila
Materi pancasilapebriyanti
 
Terbentuknya negara kebangsaan indonesia
Terbentuknya negara kebangsaan indonesiaTerbentuknya negara kebangsaan indonesia
Terbentuknya negara kebangsaan indonesiaayu larissa
 
Naskah Sidang BPUPKI Lengkap
Naskah Sidang BPUPKI LengkapNaskah Sidang BPUPKI Lengkap
Naskah Sidang BPUPKI LengkapFahmi Rifaldi
 
Hari ini ppt
Hari ini pptHari ini ppt
Hari ini pptk6412055
 
Makalah kemerekaan indonesia
Makalah kemerekaan indonesiaMakalah kemerekaan indonesia
Makalah kemerekaan indonesiaRohman Efendi
 
Bab 5 (indonesia merdeka)
Bab 5 (indonesia merdeka)Bab 5 (indonesia merdeka)
Bab 5 (indonesia merdeka)Siti Fatimah
 
Ips [Sejarah] - Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Ips [Sejarah] - Persiapan Kemerdekaan IndonesiaIps [Sejarah] - Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Ips [Sejarah] - Persiapan Kemerdekaan IndonesiaTsasca Dewi Arsyia Asyiffa
 

What's hot (20)

Proklamasi kemerdekaan Indonesia dan upaya penegakan kedaulatan
Proklamasi kemerdekaan Indonesia dan upaya penegakan kedaulatanProklamasi kemerdekaan Indonesia dan upaya penegakan kedaulatan
Proklamasi kemerdekaan Indonesia dan upaya penegakan kedaulatan
 
Naskah SOSIO DRAMA KEMERDEKAAN
Naskah SOSIO DRAMA KEMERDEKAANNaskah SOSIO DRAMA KEMERDEKAAN
Naskah SOSIO DRAMA KEMERDEKAAN
 
IPS Kelas 8 Bab 5
IPS Kelas 8 Bab 5IPS Kelas 8 Bab 5
IPS Kelas 8 Bab 5
 
Makalah proklamasi
Makalah proklamasiMakalah proklamasi
Makalah proklamasi
 
Sinopsis sejarah
Sinopsis sejarahSinopsis sejarah
Sinopsis sejarah
 
Bab 2. indonesia merdeka
Bab 2. indonesia merdekaBab 2. indonesia merdeka
Bab 2. indonesia merdeka
 
oke
okeoke
oke
 
Makalah peristiwa penting proklamasi
Makalah  peristiwa penting proklamasiMakalah  peristiwa penting proklamasi
Makalah peristiwa penting proklamasi
 
INDONESIA MERDEKA SMA KELAS 2
INDONESIA MERDEKA SMA KELAS 2INDONESIA MERDEKA SMA KELAS 2
INDONESIA MERDEKA SMA KELAS 2
 
Materi pancasila
Materi pancasilaMateri pancasila
Materi pancasila
 
Bab 9
Bab 9Bab 9
Bab 9
 
Terbentuknya negara kebangsaan indonesia
Terbentuknya negara kebangsaan indonesiaTerbentuknya negara kebangsaan indonesia
Terbentuknya negara kebangsaan indonesia
 
Indonesia merdeka
Indonesia merdekaIndonesia merdeka
Indonesia merdeka
 
Naskah Sidang BPUPKI Lengkap
Naskah Sidang BPUPKI LengkapNaskah Sidang BPUPKI Lengkap
Naskah Sidang BPUPKI Lengkap
 
Hari ini ppt
Hari ini pptHari ini ppt
Hari ini ppt
 
Makalah kemerekaan indonesia
Makalah kemerekaan indonesiaMakalah kemerekaan indonesia
Makalah kemerekaan indonesia
 
Ppt okta
Ppt oktaPpt okta
Ppt okta
 
Bab 5 (indonesia merdeka)
Bab 5 (indonesia merdeka)Bab 5 (indonesia merdeka)
Bab 5 (indonesia merdeka)
 
Kliping proklamasi kemerdekaan
Kliping proklamasi kemerdekaanKliping proklamasi kemerdekaan
Kliping proklamasi kemerdekaan
 
Ips [Sejarah] - Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Ips [Sejarah] - Persiapan Kemerdekaan IndonesiaIps [Sejarah] - Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Ips [Sejarah] - Persiapan Kemerdekaan Indonesia
 

Similar to SEJARAH KELAS XII

Proklamasi kemerdekaan indonesia
Proklamasi kemerdekaan indonesiaProklamasi kemerdekaan indonesia
Proklamasi kemerdekaan indonesiaParadita Yuna
 
Pandu Mustakim.pptx
Pandu Mustakim.pptxPandu Mustakim.pptx
Pandu Mustakim.pptxDwiAnugrah8
 
Peretemuan 6 BAB 5 A Indonesia Merdeka persentase.pptx
Peretemuan 6 BAB 5 A Indonesia Merdeka persentase.pptxPeretemuan 6 BAB 5 A Indonesia Merdeka persentase.pptx
Peretemuan 6 BAB 5 A Indonesia Merdeka persentase.pptxUdinWahyudin8
 
Proklamasi kemerdekaan republik indonesia
Proklamasi kemerdekaan republik indonesia Proklamasi kemerdekaan republik indonesia
Proklamasi kemerdekaan republik indonesia Pretty Menur
 
BAB 5 AIndonesia Merdeka persentase.pptx
BAB 5 AIndonesia Merdeka persentase.pptxBAB 5 AIndonesia Merdeka persentase.pptx
BAB 5 AIndonesia Merdeka persentase.pptxudin100
 
Peretemuan 6 BAB 5erdeka persentase.pptx
Peretemuan 6 BAB 5erdeka persentase.pptxPeretemuan 6 BAB 5erdeka persentase.pptx
Peretemuan 6 BAB 5erdeka persentase.pptxudin100
 
Peristiwa sekitar proklamasi
Peristiwa sekitar proklamasiPeristiwa sekitar proklamasi
Peristiwa sekitar proklamasiaswansetiawan
 
Kedatangan Jepang ke Indonesia
Kedatangan Jepang ke IndonesiaKedatangan Jepang ke Indonesia
Kedatangan Jepang ke IndonesiaAfifah Luthfiyyah
 
PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA.docx
PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA.docxPROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA.docx
PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA.docxAamiinComp
 
Makna proklamasi kemerdekaan ke 70 tanggal 17 Agustus 2015;AKBP DADANG DK-JAMBI
Makna proklamasi kemerdekaan ke 70 tanggal 17 Agustus 2015;AKBP DADANG DK-JAMBIMakna proklamasi kemerdekaan ke 70 tanggal 17 Agustus 2015;AKBP DADANG DK-JAMBI
Makna proklamasi kemerdekaan ke 70 tanggal 17 Agustus 2015;AKBP DADANG DK-JAMBIWoro Handayani
 
MAKNA PROKLAMASI DAN KONSTITUSI PERTAMA
MAKNA PROKLAMASI DAN KONSTITUSI PERTAMAMAKNA PROKLAMASI DAN KONSTITUSI PERTAMA
MAKNA PROKLAMASI DAN KONSTITUSI PERTAMAmyzoneload
 
Proklamasi kemerdekaan (27_agustus_2020)
Proklamasi kemerdekaan (27_agustus_2020)Proklamasi kemerdekaan (27_agustus_2020)
Proklamasi kemerdekaan (27_agustus_2020)AlImamIslamicSchool
 
Proklamasi kemerdekaan indonesia
Proklamasi kemerdekaan indonesiaProklamasi kemerdekaan indonesia
Proklamasi kemerdekaan indonesiaAyu Aliyatun
 
Selasa sejarah minat xii ips (pertemuan 1)
Selasa sejarah minat xii ips (pertemuan 1)Selasa sejarah minat xii ips (pertemuan 1)
Selasa sejarah minat xii ips (pertemuan 1)RiyanAdita
 
Terbentuknya NKRI kelas 8
Terbentuknya NKRI kelas 8Terbentuknya NKRI kelas 8
Terbentuknya NKRI kelas 8albert171
 

Similar to SEJARAH KELAS XII (20)

sejarah kel.1.pptx
sejarah kel.1.pptxsejarah kel.1.pptx
sejarah kel.1.pptx
 
Proklamasi kemerdekaan indonesia
Proklamasi kemerdekaan indonesiaProklamasi kemerdekaan indonesia
Proklamasi kemerdekaan indonesia
 
Pandu Mustakim.pptx
Pandu Mustakim.pptxPandu Mustakim.pptx
Pandu Mustakim.pptx
 
Peretemuan 6 BAB 5 A Indonesia Merdeka persentase.pptx
Peretemuan 6 BAB 5 A Indonesia Merdeka persentase.pptxPeretemuan 6 BAB 5 A Indonesia Merdeka persentase.pptx
Peretemuan 6 BAB 5 A Indonesia Merdeka persentase.pptx
 
Proklamasi kemerdekaan republik indonesia
Proklamasi kemerdekaan republik indonesia Proklamasi kemerdekaan republik indonesia
Proklamasi kemerdekaan republik indonesia
 
BAB 5 AIndonesia Merdeka persentase.pptx
BAB 5 AIndonesia Merdeka persentase.pptxBAB 5 AIndonesia Merdeka persentase.pptx
BAB 5 AIndonesia Merdeka persentase.pptx
 
Peretemuan 6 BAB 5erdeka persentase.pptx
Peretemuan 6 BAB 5erdeka persentase.pptxPeretemuan 6 BAB 5erdeka persentase.pptx
Peretemuan 6 BAB 5erdeka persentase.pptx
 
Sejarah - UH 3
Sejarah - UH 3Sejarah - UH 3
Sejarah - UH 3
 
Peristiwa sekitar proklamasi
Peristiwa sekitar proklamasiPeristiwa sekitar proklamasi
Peristiwa sekitar proklamasi
 
Kedatangan Jepang ke Indonesia
Kedatangan Jepang ke IndonesiaKedatangan Jepang ke Indonesia
Kedatangan Jepang ke Indonesia
 
PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA.docx
PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA.docxPROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA.docx
PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA.docx
 
Ppki
PpkiPpki
Ppki
 
Makna proklamasi kemerdekaan ke 70 tanggal 17 Agustus 2015;AKBP DADANG DK-JAMBI
Makna proklamasi kemerdekaan ke 70 tanggal 17 Agustus 2015;AKBP DADANG DK-JAMBIMakna proklamasi kemerdekaan ke 70 tanggal 17 Agustus 2015;AKBP DADANG DK-JAMBI
Makna proklamasi kemerdekaan ke 70 tanggal 17 Agustus 2015;AKBP DADANG DK-JAMBI
 
MAKNA PROKLAMASI DAN KONSTITUSI PERTAMA
MAKNA PROKLAMASI DAN KONSTITUSI PERTAMAMAKNA PROKLAMASI DAN KONSTITUSI PERTAMA
MAKNA PROKLAMASI DAN KONSTITUSI PERTAMA
 
Proklamasi kemerdekaan (27_agustus_2020)
Proklamasi kemerdekaan (27_agustus_2020)Proklamasi kemerdekaan (27_agustus_2020)
Proklamasi kemerdekaan (27_agustus_2020)
 
Proklamasi kemerdekaan indonesia
Proklamasi kemerdekaan indonesiaProklamasi kemerdekaan indonesia
Proklamasi kemerdekaan indonesia
 
1720
17201720
1720
 
Selasa sejarah minat xii ips (pertemuan 1)
Selasa sejarah minat xii ips (pertemuan 1)Selasa sejarah minat xii ips (pertemuan 1)
Selasa sejarah minat xii ips (pertemuan 1)
 
Sejarah kel.3
Sejarah kel.3Sejarah kel.3
Sejarah kel.3
 
Terbentuknya NKRI kelas 8
Terbentuknya NKRI kelas 8Terbentuknya NKRI kelas 8
Terbentuknya NKRI kelas 8
 

SEJARAH KELAS XII

  • 1. Bahan Sejarah Kelas XII IPS Posted 13 November 2012 by yofrizal in Uncategorized. Tinggalkan Sebuah Komentar Dengan diterbitkan Bahan Ajar diharapkan adanya kesamaaan Bahan Ajar pada mata pelajaran sejarah, di SMA/MA negeri maupun swasta di Kota Padang dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Harapan saya agar guru dapat mengembangkan, meningkatkan dan menyempurnakan Bahan Ajar ini terus menerus. Sehingga siswa dan guru dapat menggali kompetensi diri sehingga terwujud sistem pembelajaran yang berkualitas. Selamat belajar, semoga sukses dalam membentuk peserta didik menjadi manusia yang cerdas, berahlaq mulia dan bertakwa. KEGIATAN I PERISTIWA SEKITAR PROKLAMASI Standar Kompetensi: 1. Menganalisis perjuangan bangsa Indonesia sejak proklamasi hingga lahirnya Orde Baru. 1.1 Menganalisis peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan pembentukan pemerintahan Indonesia 1.2 Menganalisis perkembangan ekonomi-keuangan dan politik pada masa awal kemerdekaan sampai tahun 1950 1.3 Menganalisis perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan dari ancaman disintegrasi bangsa terutama dalam bentuk pergolakan dan pemberontakan (antara lain: PKI Madiun 1948, DI/TII, Andi Aziz, RMS, PRRI, Permesta, G-30-S/PKI 1965) 1.4 Menganalisis perkembangan politik dan ekonomi serta perubahan masyarakat di Indonesia dalam upaya mengisi kemerdekaan. 1. A. Peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan pembentukan pemerintahan Indonesia
  • 2. Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau “Dokuritsu Junbi Cosakai”, berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya. Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat diterbangkan ke Dalat, sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 14 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.[1] Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus. Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan ‘hadiah’ dari Jepang . Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera
  • 3. memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu- buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Golongan muda berpendapat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang. Perbedaan Perspektif 1. Golongan tua: Kelompok nasionalis golongan tua yang mengambil strategi kooperasi terhadap pemerintah jepang. Kelompok ini bersifat hati-hati dalam mencemati masalah kemerdekaan. Mereka berpendapat bahwa kemerdekaan harus dilaksanakan sesuai dengan persetujuan perjanjian dengan Jepang. Mereka tidak mau melanggar perjanjian itu karena akan terjadi pertumpahan darah. Selain itu, mereka juga mengetahui bahwa jepang di beri tugas oleh sekutu untuk mempertahankan status Quo di Indonesia. Beberapa tokoh golongan tua antara lain: Moh.Yamin, Kihajar Dewantoro, Kyai Haji Mansyur, Dr.Buntara, dan Mr.Iwa Kusuma Sumantri. 2. Golongan Muda Kelompok Nasionalisme golongan muda yang anti Jepang dan anti Fasis. Golongan muda bersikap agresif. Mereka menginginkan proklamasi kemerdekaan secepatnya dilaksanakan sebelum sekutu mengambil kekuasaan dari Jepang. Para pemuda menginginkankan proklamasi kemerdekaan lepas dari pengaruh Jepang. Kemerdekaan Indonesia hanya dapat dan harus dilaksanakan oleh bangsa Indonesia sendiri bukan sebagai hadiah dari jepang. Beberapa tokoh yang berperan mempercepat kemerdekaan adalah: Sukarni, Adam Malik, Dr. Muwardi, Wikana, Chaerul Shaleh, M.M. Drah Pandu Wiguna dan syarif Thayeb. Kendati berbeda pendapat, di anatra ke-2 golongan sepakat untuk menetapkan tokoh yang pantas memproklamasikan kemerdekaan yaitu Soekarno dan Hatta. Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa dimulai dari “penculikan” yang dilakukan oleh sejumlah pemuda (a.l dari Menteng 31 terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30. WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan. NoGolongan Tua Golongan Muda 1 Soekarno Shodancho Singgih 2 Moh.Yamin, Soekarni
  • 4. 3 Radjiman WedyodiningratJusuf Kunto 4 Mr. Achmad Soebardjo Chaerul Saleh 5 Dr.Buntara Adam Malik 6 Mr.Iwa Kusuma Sumantri Sulaiman 7 Kihajar Dewantoro Wikana 8 Kyai Haji Mansyur Dr. Muwardi Soekarno dan Moh. Hatta, tokoh menginginkan agar proklamasi dilakukan melalui PPKI, sementara golongan pemuda menginginkan proklamasi dilakukan secepatnya tanpa melalui PPKI yang dianggap sebagai badan buatan Jepang. Selain itu, hal tersebut dilakukan agar Soekarno dan Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Para golongan pemuda khawatir apabila kemerdekaan yang sebenarnya merupakan hasil dari perjuangan bangsa Indonesia, menjadi seolah-olah merupakan pemberian dari Jepang. Sebelumnya golongan pemuda telah mengadakan suatu perundingan di salah satu lembaga bakteriologi di Pegangsaan Timur Jakarta, pada tanggal 15 Agustus. Dalam pertemuan ini diputuskan agar pelaksanaan kemerdekaan dilepaskan segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang. Hasil keputusan disampaikan kepada Ir. Soekarno pada malam harinya tetapi ditolak Soekarno karena merasa bertanggung jawab sebagai ketua PPKI. Beberapa orang pemuda yang terlibat dalam peristiwa Rengasdengklok ini antara lain: • Soekarni • Jusuf Kunto • Chaerul Saleh • Shodancho Singgih,sebagai pimpinan rombongan penculikan. • Shodancho Sulaiman • Chudancho Dr. Soetjipto • Chudancho Subeno Rumah Djiaw Kie Siong Soekarni Chaerul Saleh Achmad Soebardjo Sayuti Melik
  • 5. Jusuf Kunto dikirim untuk berunding dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta. Namun sesampainya di Jakarta, Kunto hanya menemui Mr. Achmad Soebardjo, kemudian Kunto dan Achmad Soebardjo ke Rangasdengklok untuk menjemput Soekarno, Hatta, Fatmawati dan Guntur. Achmad Soebardjo mengundang Bung Karno dan Hatta berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56. Pada tanggal 16 tengah malam rombongan tersebut sampai di Jakarta. Keesokan harinya, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 pernyataan proklamasi dikumandangkan dengan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik 1. Upaya persiapan kemerdekaan Indonesia di bidang politik 1.1. Persiapan Kemerdekaan Indonesia Setelah Jepang mengalami kekalahan dalam perang Pasifik, Jenderal Kumakichi harada mengumumkan dibentuknya suatu badan yang bertugas untuk menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yang bernama Dokuritsu Junbi Chosakai atau Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau BPUPKI (Dokuritsu Junbi Cosakai) adalah sebuah badan yang dibentuk oleh pemerintah Jepang pada tanggal 29 April 1945 bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito. Tujuan dibentuknya BPUPKI adalah untuk mempelajari dan mempersiapkan hal-hal penting mengenai masalah tata pemerintahan Indonesia merdeka. Badan ini dibentuk sebagai upaya pelaksanaan janji Jepang mengenai kemerdekaan Indonesia. BPUPKI yang diketuai oleh Radjiman Wedyodiningrat dengan wakil ketua Hibangase Yosio (orang Jepang) dan R.P. Soerono, BPUPKI telah beberapa kali mengadakan sidang: a. Sidang Pertama 28 Mei 1945 -1 Juni 1945 . Tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin dalam pidato singkatnya mengemukakan lima asas yaitu: a. peri kebangsaan persatuan kebangsaan Indonesia b. peri ke Tuhanan c. kesejahteraan rakyat d. peri kemanusiaan e. peri kerakyatan
  • 6. b. 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr. Soepomo mengusulkan lima asas yaitu: 1. a. persatuan b. mufakat dan demokrasi c. keadilan sosial d. kekeluargaan e. musyawarah c. 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengusulkan lima asas pula yang disebut Pancasila yaitu: a. kebangsaan Indonesia b. internasionalisme dan peri kemanusiaan c. mufakat atau demokrasi d. kesejahteraan sosial e. Ketuhanan yang Maha Esa Kelima asas dari Soekarno disebut Pancasila yang menurut beliau dapat diperas menjadi Trisila atau Tiga Sila yaitu: a. Sosionasionalisme b. Sosiodemokrasi c. Ketuhanan yang berkebudayaan Bahkan masih menurut Soekarno, Trisila tersebut di atas masih dapat diperas menjadi Ekasila yaitu sila Gotong Royong. Selanjutnya lima asas tersebut kini dikenal dengan istilah Pancasila, namun dengan urutan dan nama yang sedikit berbeda.Sementara itu, perdebatan terus berlanjut di antara peserta sidang BPUPKI mengenai penerapan aturan Islam dalam Indonesia yang baru. Masih belum ditemukan kesepakatan akhirnya dibentuklah panitia kecil beranggotakan 9 orang untuk menggodok berbagai masukan. Setelah melakukan kompromi dan menghasilkan rumusan dasar negara yang dikenal dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter) yang berisikan: 1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk- emeluknya
  • 7. 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia 1. b. Sidang Kedua Rapat kedua berlangsung 10-17 Juli 1945 dengan tema bahasan 1. bentuk negara, 2. wilayah negara, 3. kewarganegaraan, 4. rancangan Undang-Undang Dasar, 5. pendidikan dan pengajaran. Dalam rapat ini dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang Dasar beranggotakan 19 orang dengan ketua Ir. Soekarno, Panitia Pembelaan Tanah Air dengan ketua Abikoesno Tjokrosoejoso dan Panitia Ekonomi dan Keuangan diketuai Mohamad Hatta. Dengan pemungutan suara, akhirnya ditentukan wilayah Indonesia merdeka yakni wilayah Hindia Belanda dahulu, ditambah dengan Malaya, Borneo Utara, Papua, Timor- Portugis, dan pulau-pulau sekitarnya. Pada tanggal 11 Juli 1945 Panitia Perancang UUD membentuk lagi panitia kecil beranggotakan 7 orang yaitu: Pada tanggal 13 Juli 1945 Panitia Perancang UUD mengadakan sidang untuk membahas hasil kerja panitia kecil perancang UUD tersebut. Pada tanggal 14 Juli 1945, rapat pleno BPUPKI menerima laporan Panitia Perancang UUD yang dibacakan oleh Ir. Soekarno. Dalam laporan tersebut tercantum tiga masalah pokok yaitu: a. pernyataan Indonesia merdeka b. pembukaan UUD c. batang tubuh UUD Konsep proklamasi kemerdekaan rencananya akan disusun dengan mengambil tiga alenia pertama Piagam Jakarta. Sedangkan konsep Undang-Undang Dasar hampir seluruhnya diambil dari alinea keempat Piagam Jakarta. Pada tanggal 7 Agustus 1945 secara resmi dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Iinkai atas persetujuan Jenderal Terauchi untuk menggantikan BPUPKI. Pada awalnya PPKI beranggotakan 21 orang (12 orang dari Jawa, 3 orang dari Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari Nusa Tenggara, 1 orang dari Maluku, 1 orang dari golongan Tionghoa).
  • 8. Namun, tanpa seizin Jepang, PPKI diambil alih oleh pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia menjadi badan perjuangan milik bangsa Indonesia dengan menambah keanggotaannya, yaitu: Tanggal 9 Agustus 1945, sebagai pimpinan PPKI yang baru, Soekarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat diundang ke Dalat untuk bertemu Marsekal Terauchi. Setelah pertemuan tersebut, PPKI tidak dapat bertugas karena para pemuda mendesak agar proklamasi kemerdekaan tidak dilakukan atas nama PPKI, yang dianggap merupakan alat buatan Jepang. Bahkan rencana rapat 16 Agustus 1945 tidak dapat terlaksana karena terjadi peristiwa Rengasdengklok. . B. Landasan Dasar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Landasan dasar nasional kemerdekaan Indonesia tercermin dalam pembukaan UUD 1945. Pokok-pokok isi pembukaan UUD 1945 adalah : 1. Bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadialan. 2. .Dan perjuangan kemerdekaan itu telah sampailah pada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Indonesia, yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur. 3. Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. 4. Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia di dalam suatu undang-undang dasar negara yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa,Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Landasan dasar Internasional kemerdekaan Indonesia sebagai bukti tentang hak-hak dari segala bangsa yang ada di muka bumi dapat kita lihat dalam deklarasi-deklarasi atau piagam-piagam bersejarah seperti : 1. Piagam Atlantik (Atlantic Charter), 14 Agustus 1941 yang ditandatangani oleh presiden Amerika Serikat Franklin Delano Roosevelt dan Perdana Menteri Inggris
  • 9. Winston Churchill. Isi dari piagam ini adalah : a. tidak boleh ada perluasan daerah tanpa persetujuan dari penduduk asli. b. Setiap bangsa berhak menentukan dan menetapkan nasib sendiri. c. Setiap bangsa berhak mendapat kesempatan untuk bebas dari rasa takut dan bebas dari kemiskinan. 1. Piagam San Francisco, merupakam piagam PBB yang ditandatangani oleh 50 negara yang pertama menjadi anggota PBB. Dalam piagam ini disebutkan : “ … kami akan menegak keyakinan akan dasar-dasar hak manusia sebagai manusia sesuai dengan harkat dan derajat manusia berdasarkan atas hak-hak yang sama … serta berusaha memajukan rakyat dan tingkat kehidupan yang lebih baik dalam suasana kemerdekaan yang lebih luas”. Berdasarkan kedua landasan dasar tersebut, maka bangsa Indonesia berhak menjadi suatu negara yang merdeka, dan proklamasi kemerdekaan Indonesia mempunya kedudukan yang kuat, baik secara nasional maupun internasional. Perumusan naskah proklamasi Sukarno- Hatta menuju rumah Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti “transfer of power”. Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 – 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di laksamana Tadashi Maeda, penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor. Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera
  • 10. Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional. Naskah asli proklamasi Pembacaan Naskah Proklamasi Penegibaran Bendera Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian. Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional. Isi Teks Proklamasi Isi teks proklamasi kemerdekaan yang singkat ini adalah: Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja. Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05 Atas nama bangsa Indonesia. Soekarno/Hatta Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan tahun Jepang yang kala itu adalah tahun 2605.
  • 11. 3. Makna proklamasi bagi bangsa Indonesia. Proklamasi Kemerdekaan merupakan pengumumam kepada seluruh rakyat akan adanya kemerdekaan. Pengumuman akan adanya kemerdekaan tersebut sebenarnya tidak hanya ditujukan kepada rakyat dari Negara yang bersangkutan namun juga kepada rakyat yang ada di seluruh dunia dan kepada semua bangsa yang ada di muka bumi ini. “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal tentang pemindahan kekuasaan dan lain- lain dilaksanakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”. Dua kalimat pendek itu sarat makna. Pemilihan kata-katanya cermat. Perhatikan kata kerja kedua kalimat itu. Pada kalimat pertama, kata kerja menyatakan (to declare) dapat mengundang pertanyaan apakah kemerdekaan memang dapat dinyatakan begitu saja? Secara ringan kita tentu akan menjawabnya “ya”, tetapi tidak pada 59 tahun lalu. Secara politis dan militer, situasi menjelang detik-detik proklamasi tidak mudah karena secara de facto Indonesia masih di bawah pendudukan militer Jepang. Sejak Jepang menyerah kepada sekutu pada 14 Agustus 1945, secara de jure semua daerah pendudukan Jepang beralih kepada tentara sekutu. Para perancang naskah Proklamasi memilih kata “pemindahan kekuasaan”. Mengapa tidak dipilih, misalnya, kata “serah terima”? Pemilihan kata “pemindahan” merupakan konsekuensi logis dari makna kalimat pertama, bahwa kemerdekaan yang dinyatakan itu adalah hak kita. Kata “memindahkan” merupakan tindak sepihak. Karena itu kita tidak memerlukan persetujuan siapa-siapa. Berbeda dengan pengertian “serah terima”, yang merupakan tindakan dua pihak, antara yang menyerahkan dan yang menerima. Yang belakangan ini sejalan dengan konsepsi kemerdekaan atas persetujuan (by agreement) yang diinginkan negara-negara penjajah. Kalau konsep ini yang diterima, maka seperti dikatakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda van Mook pada 1942, Indonesia memerlukan 100 tahun lagi untuk merdeka, berarti tahun 2042 dan itu masih 34 tahun dari sekarang! Karena perbedaan konsepsi atas kemerdekaan itulah, kita tidak pernah nyaman dengan penggunaan istilah “penyerahan kedaulatan” berdasar hasil Konferensi Meja Bundar pada Desember 1949. Konsepsi “serah terima” kekuasaan sebenarnya bertentangan dengan makna Proklamasi.
  • 12. Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 mempunyai makna tersendiri bagai bangsa Indonesia, yaitu: 1. Apabila dilihat dari sudut hukum, proklamasi merupakan pernyataan yang berisi keputusan bangsa Indonesia untuk menetapkan tatanan hukum nasional (Indonesia) danmenghapuskan tatanan hukum kolonial. 2. Apabila dilihat dari sudut politik ideologis, proklamasi merupakan pernyataan bangsa Indonesia yang lepas dari penjajahan dan membentuk Negara Republik Indonesia yang bebas, merdeka, dan berdaulat penuh. 3. Proklamasi merupakan puncak perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaan 4. Proklamasi menjadi alat hukum internasional untuk menyatakan kepada rakyat dan seluruh dunia, bahwa bangsa Indonesia mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri untuk menggenggam seluruh hak kemerdekaan. 5. Proklamasi merupakan mercusuar yang menunjukkan jalannya sejarah, pemberi inspirasi, dan motivasi dalam perjalanan bangsa Indonesia di semua lapangan di setiap keadaan. 6. Berdiri Negara Baru, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Artinya selama beratus-ratus tahun secara berturut-turut Indonesia dalam kekuasaan penjajahan Portugis, Belanda, dan Jepang. Baru sejak merdeka, Indonesia secara resmi memiliki negaara sendiri. 7. Tata hokum dan Tata Negara Baru, yaitu tata hukumdan Negara. Artinya sebelumproklamasi menggunakan tata hokum dan Negara milik penjajah. Sejak proklamasi, Indonesia secara resmi memiliki tata hokum dan Negara sendiri. 4. Sambutan Rakyat 1. Sambutan Di Tingkat Pusat Setelah berhasil merumuskan teks proklamasi Bung Karno berpesan kepada para pemimpin yang bekerja pada pers dan kantor berita, terutama B.M Diah untuk memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dunia. Semua alat komunikasi yang ada dipergunakan untuk menyebarluaskan berita proklamasi kemerdekaan. Berita proklamasi yang telah menyebar ke seluruh kota Jakarta, segera disebarluaskan ke seluruh dunia. Pada tanggal 17 Agustus 1945 teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio Kantor Waidan. Untuk itu F. Wuz (seorang markonis) menyiarkan berita proklamasi berturut-turut setiap setengah jam sampai pukul 16.00 saat siaran berhenti walaupun dilarang oleh pihak Jepang.
  • 13. Sedangkan pucuk pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita proklamasi dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945, pemancar radio disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Namun pemuda tidak kehilangan akal dengan membuat pemancar baru dengan bantuan beberapa orang teknisi radio yang diambil dari Kantor Berita Domei. Di Menteng 31 para pemuda berhasil merakit pemancar baru dengan kode panggilan DJK I. dari sinilah berita Proklamasi Kemerdekaan terus disiarkan. Selain itu juga lewat pers dan surat selebaran. Hampir seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi dan UUD Negara Republik Indonesia. Demikianlah sambutan masyarakat dan usaha-usaha para pemuda di pusat dalam menyebarluaskan berita proklamasi ke seluruh pelosok Tanah Ai 1. Sambutan Di Tingkat Daerah Rakyat menyambut berita proklamasi dengan semangat perjuangan yang tinggi, dibuktikan dengan pelucutan senjata tentara Jepang, pengambilan kekuasaan, semangat membara untuk terus berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Disamping melalui siaran radio, surat selebaran, berita proklamasi secara resmi juga dibawa oleh para utusan yang kebetulan menghadiri Sidang PPKI dan menyaksikan peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta, yaitu : • Teuku Muhammad Hassan (diangkat menjadi Gubernur Sumatera) • Sam Ratulangi (diangkat menjadi Gubernur Sulawesi) • Ketut Pujo (diangkat menjadi Gubernur Nusa Tenggara) • P. Mohammad Noor (diangkat menjadi Gubernur Kalimantan) Kedatangan para utusan di daerah masing-masing disambut dengan penuh kegembiraan dan diikuti berbagai upacara yang meriah. Untuk menghimpun kekuatan maka para pemuda segera membentuk badan-badan perjuangan. Tekad perjuangan kaum muda diasalurkan melaui Komite Van Aksi. Van Aksi mempelopori pengambilalihan kekuasaan dan pelucutan senjata sehingga terjadi pertempuran-pertempuran sengit antara pemuda Indonesia dan Jepang di berbagai daerah berikut ini : 1) Jakarta
  • 14. Pada tanggal 19 September 1945 di Jakrta berlangsung rapat umum di Lapangan Ikada dalam rangka unjuk rasa semangat kemerdekaan. Rapat tersebut mendapi ancaman dari tentara Jepang. Akibatnya sikap antipati yang ditunjukan Jepang beberapa hari kemudian para pejuang BKR dan pemuda menyerbu gudang senjata Jepang di Cilandak. 2) Bandung Para pemuda dan kaum buruh mengadakan perampasan senjarta baik digudang maupun pabrik senjata di Lapangan Terbang Andir. Disamping itu, para pelajar dan pemuda mantan Peta mberhasil melucuti senjata pasukan panser Jepang. 3) Surabaya Rakyat dipelopori BKR merebut komplek penyimpangan senjata Jepang dan pemancar radio di Embong Malang. 4) Semarang (Pertempuran 5 Hari Di Semarang) Pada tanggal 15-20 Oktober 1945 terjadi pertempuran antara pejuang Indonesia dan Jepang yang dikenal dengan peristiwa Pertempuran Lima Hari di Semarang. Peristiwa ini diawali dengan adanya desas-desus bahwa Jepang telah meracuni cadangan air minum penduduk di Candi. Untuk membuktikan kebenaran desas-desus tersebut. Dr. Karyadi sebagai Kepala Laboratorium Pusat Rumah Sakit Semarang melakukan pemeriksaan. Pada saat sedang memeriksa sumber air tersebut, dr. Karyadi ditembak Jepang. Gugurnya dr,. Karyadi menimbulakn kemarahan penduduk Semarang sehingga terjadi pertempuran. Pertempuran ini banyak menimbulakn korban jiwa di kedua belah pihak. Dipihak semarang sekitar 2.000 orang gugur dan dari pihak Jepang 100 orang tentaranya juga tewas. Untuk mengenang peristiwa di Semarang didirikan Monumen Tugu Muda Semarang itu, untuk mengenang jasa dr. Karyadi, namanya diabadikan menjadi nama sebuah rumah sakit umum di Semarang. 5) Aceh Di Aceh, setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia para pemuda berhasil merebut beberapa kota, diantaranya adalah Bireun. Jepang bermaksud merebut kota itu kemudian kembali mengerahkan pasukan dari Lhokseumawe, tetapi para pemuda berhasil mencegatnya di Krueng Panjoe. Pertempuran itu berlangsung sengit yang mengakibatkan 28 orang Jepang tewas dan senjata mereka dirampas (24 November 1945).
  • 15. 6) Surakarta Markas Kampetai di Surakarta dikepung oleh rakyat. Pertempuran sengit pun terjadi. Seorang pemuda bernama Arifin gugur. Untuk mengenang jasa Arifin di abadikan menjadi nama sebuah Jembatan di Surakarta. 1. C. Perkembangan ekonomi-keuangan dan politik pada masa awal kemerdekaan sampai tahun 1950 1. Kebijakan pemerintah Indonesia Pada awal kemerdekaaan kehidupan ekonomi bangsa Indonesia sangat memprihatinkan hal ini disebabkan karena : 1. Mewarisi sistem ekonomi Jepang 2. Adanya inflasi yang disebabkan beredarnya uang Jepang yang tidak terkendali 3. Kas negara kosong 4. Tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran negara. 5. Blokade ekonomi oleh Belanda sebab perhitungan Belanda bahwa dengan senjata ekonomi akan dapat merobohkan RI. 1. Bidang ekonomi Dalam rangka membangun kepercayaan rakyat dan membangun ekonomi yang sehat pemerintah Republik Indonesia melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut : 1. Menetapkan tiga mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda dan mata uang penduduk Jepang. 2. Kebijakan moneter, Menteri Keuangan Ir. Surachman melaksanakan pinjaman nasional yang akan dibayarkan kembali selambat-lambatnya 40 tahun. 3. Pada tanggal 1 Oktober 1946 pemerintah mengeluarkan uang kertas yang Oeang Repoeblik Indonesia atau ORI. Hal ini disebabkan tanggal 6 Maret 1946. 4. Pembentukan Bank Negara Indonesia tanggal 1 November 1946 yang bertugas untuk mengatur nilai tukar ORI dengan valuta asing yang ada di Indonesia.
  • 16. Dalam usahanya untuk menembus blokade ekonomi musuh Pemerintah RI melakukan berbagai usaha untuk mematahkan blokade ekonomi tersebut, usahanya antara lain : 1. Memberikan batuan beras kepada India yang sedang dilanda kelaparan, secara politik tindakan tersebut menegaskan kehadiran Republik Indonesia di dunia. 2. Mengadakan hubungan dagang langsung dengan luar negeri, yaitu BTC (Banking and Trading Corporation) suatu badan perdagangan Amerika semi pemerintah dipimpin oleh Sumitro Djoyohadikusumo. 3. Mengalihkan kegiatan perdagangan dari pulau Jawa ke pulau Sumatera. Misalnya, hasil karet dari Sumatera di ekspor ke wilayah Singapura. 4. Membentuk perwakilan resmi di Singapura tahun 1947 dengan nama Indonesia Office yang bertugas memperjuangkan kepentingan luar negeri Indonesia, menembus blokade Belanda dan perdagangan barter. Badan ini digunakan oleh pemerintah Indonesia untuk menembus blokade ekonomi oleh Belanda. 5. Konsep Ketahanan ekonomi. Sejak bulan Febuari 1946. pemerintah membuat konsep-konsep penanggulangan masalah ekonomi dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Febuari 1946 mengadakan konferensi ekonomi yang bertujuan menghapuskan sistem ekonomi autokrasi warisn Jepang dan menggantikannya dengan sistem sentralisasi. 2. Tanggal 6 Mei 1946 diadakan konferensi ekonomi kedua di Solo yang membahas masalah program ekonomi pemerintah, masalah keuangan negara, pengendali harga, distribusi dan alokasi tenaga manusia. 3. Tanggal 19 Januari 1947 dibentuk Planing Bcard (Badan perancang ekonomi) yang bertugas untuk membuat rencana pembangunan ekonomi. Kemudian I.J Kasimo sebagai menteri Persediaan Makanan Rakyat merencana Kasimo Plan, isinya Memperbanyak kebun bibit dan padi unggul, Pencegahan penyembelihan hewan pertanian, Penanaman kembali tanah kosong, dan Pemindahan penduduk. 4. Mendorong para pengusaha swasta untuk ikut serta dalam perkembangan ekonomi nasional. Menggiatkan kembali Persatuan Tenaga Ekonomi (PTE) sebagai organisasi perusahaan swasta 1. Bidang Birokrasi Tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidang yang pertama di Gedung Kesenian Jakarta yang dipimpin oleh Ir. Sukarno dan Drs. Moh Hatta,dengan menghasilkan beberapa keputusn penting, antara lain sebagai berikut : 1. Penetapan dan pengesahan konstitusi hasil kerja PPKI yang sekarang dikenal dengan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi RI.
  • 17. 2. Ir. Sukarno dipilih sebagai Presiden RI dan Drs. Moh Hatta sebagai wakil Presiden Negara Republik Indeonesia. 3. Pekerjaan presiden untuk sementara waktu dibantu oleh sebuah Komite Nasional Pada tanggal 19 Agustus 1945, PPKI melanjutkan sidang kedua dengan hasil 1. Pembagian Wilayah Indoneia menjadi 8 provinsi dan menunjuk gubernurnya, 1. Mr. Teuku Moh Hasssan sebagai gubernur Provinsi Sumatera 2. Sutarjo Kartihadikusumo sebagai gubernur Provinsi Jawa Barat 3. R. Panji Suroso sebagai gubernur Provinsi Jawa Tengah 4. R.A Suryo sebagai gubernur Provinsi Jawa Timur 5. Mr. Gusti Ktut Puja sebagai gubernur Provinsi Nusa Tenggara 6. Mr. J. Lutaharhary sebagai gubernur Provinsi Maluki 7. Dr. G.S.S. J. Ratulangi sebagai gubernur Provinsi Sulawesi dan 8. Ir. Pangeran Moh .Noor sebagai gubernur Provinsi Kalimantan. 1. Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) beranggotakan 60 orang. Dengan tugas membantu presiden sebelum MPR dan DPR terbentuk. 2. Menetapkan 12 departemen yang membantu tugas presiden Pada tanggal 23 Agustus 1945 Presiden Sukarno mengumumkan dibentuknya tiga badan baru yaitu : 1. Komite Nasional Indonesia (KNI) adalah badan yang akan berfungi sebagai DPR sebelum pemilihan umum diselenggarakan, dan disusun dari tingkat pusat sampai dengan tingkat daerah. Sebagai ketua KNIP adalah Mr. Kasman Singadimejo. 2. Partai Nasional Indonesia (PNI), yang diselenggarakan menjadi partai tunggal Negara republik Indonesia namun dibatalkan. 3. Badan Keamanan rakyat (BKR) yang berfungsi sebagai penjaga keamanan umum. 1. Bidang Militer Pemerintah Indonesia yang baru merdeka dengan sengaja tidak segera membentuk tentara nasional dengan pertimbangan politik yaitu pembentukan tentara nasional pada saat itu akan mengundang kecurigaaan dan akan menimbulkan pukulan gabungan tentara Sekutu dan Jepang. Menurut perkiraan bahwa kekuatan nasional belum mampu menghadapi pukulan tersebut. Oleh karena itu, pemerintah hanya membentuk Badan Keamanan
  • 18. Rakyat (BKR), yang berfungsi sebagai penjaga keamanan umum pada masing-masing daerah. Sidang PPKI tanggal 22 Agustus berhasil membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan diumumkan oleh presiden pada tanggal 23 Agustus 1945. dengan pemimpin BKR pusat sebagai berikut : • Ketua umum : Kaprawi • Ketua I : Sutalaksana • Ketua II : Latief Hendraningrat • Anggota : Arifin Abdurahman, Mahmud dan Zulkifli Lubis Pada tanggal 16 September 1945 South East Asian Comand (SEAC) merupakan angkatan perang Inggris mendarat di Jakrta dan melakukan tekanan kepada Jepang untuk tetap mempertahankan status quo. Hal itu menimbulkan keberanian serdadu Jepang untuk mempertahankan diri terhadap pemuda Indonesia yang sedang melucuti senjata. Pada tanggal 29 September 1945 datang lagi tentara Sekutu yang tergabung dalam Alied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) dengan membawa pasukan NICA (Netherlands Indies Civil Administration). Hal ini menimbulakan perlawanan sengit dari para pemuda Indonesia terhadap sedadu NICA dan sekutu pada umumnya. Pemerintah memanggil pensiunan Mayor KNIL Urip Sumoharjo ke Jakarta dan dberi tugas membentuk tentara kebangasaan Indonesia. Melalui Maklumat Pemerintah tanggal 5 Oktober 1945 terbentuklah Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Supriyadi, pemimpin perlawanan Peta di Blitar (Febuari 1945), diangkat sebagai Menteri Keamanan Rakyat. Karena Supriyadi tidak memenuhi panggilan dan tidak terdengar kabar beritanya, pada tanggal 20 Oktober 1945, pemerintah kembali mengumumkan para pejabat pemimpin di lingkungan Kementerian Keamanan Rakyat antara lain Menteri Keamanan Rakyat ad interim, Muhammmad Suroadikusumo, pemimpin tertinggi Tentara Keamanan Rakyat, Supriyadi, dan sebagai kepala staf Umum Tentara Keamanan Rakyat adalah Urip Sumoharjo. Dalam Konferensi TKR yang diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 12 November 1945, Kolonel Sudirman, Panglima Divisi V Banyumas dipilih menjadi pemimpin
  • 19. tertinggi TKR sedangkan kepal staf dipilih Urip Sumoharjo. Pengangkatan Kolonel Sudirman dalam jabatan tersebut baru terlaksana setelah selesai pertempuran di Ambarawa. Untuk menghilangkan kesimpangsiuran, Markas Besar TKR pada tanggal 6 Desember 1945 mengeluarkan sebuah maklumat. Isi maklumat ini menyatakan bahwa disamping tentara (TKR) diperbolehkan adanya lascar-laskar sebab hak dan kewajiban mempertahankan negara bukanlah monopoli tentara. Pada tanggal 18 Desember 1945 pemerintah melantik Kolonel Sudirman sebagai Panglima Besar TKR dengan pengangkatan Jenderal. Sebagai kepala Staf TKR dilantik Urip Sumoharjo dengan pangkat letnan Jenderal. tanggal 23 Januari 1945 untuk mengganti nama T K R dengan nama Tentara Republik Indonesia (TRI). Tanggal 19 Juli 1946 terbentuklah Angkatan Laut Republik Indonesia disingkat ALRI. dan Angkatan Udara Republik Indonesia di singkatat AURI. Pada tanggal 7 Juni 1947 keluar sebuah Penetapan Presiden yang membentuk suatu organisasi tentara yang bernama Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan Kepal a Pucuk Pemimpin, Panglima Besar Jenderal Soedirman. 1. Hubungan Pusat-Daerah pada Awal Kemerdekaan Pada awal kemerdekaan bangsa Indonesia telah berhasil membentuk pusat pemerintahan. Sebenarnya di daerah-daerah telah terlebih dahulu terbentuk pusat-pusat pemerintahan. Kendali pusat pemerintahan umumnya berada di kerajaan-kerajaan, oleh karena itu, timbul permasalahan cara mengonsolodasikan kekuasaan dan jalinan hubungan antara pusat dan daerah. Pengesahan UUD 1945 sebagai dasar negara Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 memberikan titik terang dalam memandang hubungan pusat dan daerah, khususnya dalam hal pemerintahan. Dengan merujuk pasal 18 UUD 1945 pemerintah Indonesia berusaha mengatasi permasalahan hubungan antara pusat dan daerah. Pasal 18 UUD 1945 menyatakan ”Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingati dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara, dan hak-hak asal-usul dalam daerah yang bersifat istimewa”
  • 20. Untuk mengatur hubungan pusat dan daerah, pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang No.1 Tahun 1945 yang mengatur tentang Komite Nasional dan Komite Daerah. Hal ini disebabkan bahwa UUD 1945 menetapkan tentang demokrasi perwakilan yang dilaksanakan di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan suatu lembaga yang berfungsi sebagai wakil rakyat. Berhubung pemilu belum dilakukan maka sebagai lembaga pengganti wakil rakyat itu digunakan Komite Gabungan Nasional dan Komite Daerah. 1. Perkembangan keragaman 1. Ideologi Komite Nasional Indonesia (KNI) sesuai hasil sidang PPKI pada tanggal 18 dan 19 Agustus 1945 akan berfungsi sebagai pembantu presiden sampai Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terbentuk. Komite Nasional Indonesia disusun dari tingkat pusat yang disebut Komite Nasional Indonesia disusun dari tingkat pusat yang disebut Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sampai tingkat kawedanan yang disebut Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID). Pemerintah Republik Indonesia pun telah berjalan sesuai UUD 1945 kareana presiden dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin negara tertinggi telah ddibantu dan Komite Nasional Indonesia. Itulah perwujudan dari Aturan Peralihan Pasal IV UUD 1945. 1. Partai politik dengan perubahan otoritas KNIP Perubahan Otoritas KNIP dan Hubungannya dengan Lembaga Kepresidenan pada awal Kemerdekaan. Beberapa anggota KNIP merasa tidak puas terhadap sistem kabinet presidensial mereka berusaha mempengaruhi anggota KNIP lainnya untuk mengajukan petisi kepada Sukarno-Hatta yang berisi tuntutan pemberian status Majelis Permusyawaratan Rakyat kepada KNIP. Karena petisi, KNIP mengadakan rapat pleno pada tanggal 16 Oktober 1945 dan Drs. Moh Hatta mengeluarkan Maklumat Nomor X Tahun 1945 yang menetapkan bahwa Komite Nasional Pusat sebelum terbentuk MPR dan DPR diserahi kekuasaan legislative, ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara, serta menyetujui bahwa pekerjaan KNIP sehari-hari sehubungan dengan gentingnya keadaan dijalankan oleh sebuah badan pekerja yang diplih diantara mereka dan bertanggungjawab kepada Komite Nasional Indonesia Pusat. Badan pekerja KNIP (BP-KNIP) akhirnya dibentuknya dan diketuai oleh Sutan dan wakilnya Amir Syarifuddin. * Maklumat Pemerintah 3 November 1945
  • 21. Akibat desakan BP-KNIP itu, Wakil Presiden RI mengeluarkan Maklumat Pemerintah Tanggal 3 November 1945. dampak dari keluarnya kebijakan pemerintah itu, di Indonesia akhirnya muncul banyak partai politik, seperti berikut: Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi); Partai Komunis Indonesia, Partai Buruh Indonesia; Partai Rakyat Jakarta; Partai Kristen Indonesia; partai sosialis Indonesia; Partai Rakyat Sosialis; Partai Katolik Indonesia; Persatuan rakyat Marhaen Indonesia; Partai Nasional Indonesia * Maklumat Presiden 14 November 1945 Tanggal 11 November 1945 BP-KNIP mengeluarkan pengumuman Nomor 5 tentang pertanggungjawaban Materi Kepada Perwakilan Rakyat. Dalam pemikiran saat itu, KNIP diartikan sebagai MPR. Sementara itu, BP-KNIP disamakan dengan DPR. Jika demikian, secara tidak langsung BP-KNIP dengan mengeluarkan Pengumuman Nomor 5 telah meminta peralihan pertanggungjawaban menteri-menteri dan Presiden BP-KNIP Anehnya, Presiden Sukarno menyetujui usul tersebut dan mengeluarkan Maklumat Pemerintah Tanggal 14 November 1945. dengan persetujuan tersebut sistem kabinet presidensial dalam UUD 1945 telah diamandemen menjadi sistem kabinet parlementer. Ini terbukti setelah BP-KNIP mencalonkan Sutan Syahrir sebagai perdana menteri. Akhirnya, kabinet presidensial Sukarno-Hatta jatuh dan digantikan oleh kabinet parlementer dengan Sutan Syahrir sebagai perdana menteri pertama. Kejadian ini adalah awal penyimpangan UUd 1945 dalam Negara Republik Indonesia. 1. Lembaga kepresidenan pada awal kemerdekaan 1. D. Perjuangan Indonesia Mempertahankan Kemerdekaan, Politik, Pemerintahan Awal Kemerdekaan 1. Kontribusi Daerah-Daerah di Indonesia dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia 1. a. Latar belakang Sesuai dengan perjanjian Wina pada tahun 1942, bahwa negara-negara sekutu bersepakat untuk mengembalikan wilayah-wilayah yang kini diduduki Jepang pada pemilik koloninya masing-masing bila Jepang berhasil diusir dari daerah pendudukannya. Menjelang akhir perang, tahun 1945, sebagian wilayah Indonesia telah dikuasai oleh tentara sekutu. Satuan tentara Australia telah mendaratkan pasukannya di Makasar dan
  • 22. Banjarmasin, sedangkan Balikpapan telah diduduki oleh Australia sebelum Jepang menyatakan menyerah kalah. Sementara Pulau Morotai dan Irian Barat bersama-sama dikuasai oleh satuan tentara Australia dan Amerika Serikat di bawah pimpinan Jenderal Douglas MacArthur, Panglima Komando Kawasan Asia Barat Daya (South West Pacific Area Command/SWPAC). Setelah perang usai, tentara Australia bertanggung jawab terhadap Kalimantan dan Indonesia bagian Timur, Amerika Serikat menguasai Filipina dan tentara Inggris dalam bentuk komando SEAC (South East Asia Command) bertanggung jawab atas India, Burma, Srilanka, Malaya, Sumatra, Jawa dan Indocina. SEAC dengan panglima Lord Mountbatten sebagai Komando Tertinggi Sekutu di Asia Tenggara bertugas melucuti bala tentera Jepang dan mengurus pengembalian tawanan perang dan tawanan warga sipil sekutu (Recovered Allied Prisoners of War and Internees/RAPWI). b. Mendaratnya Belanda diwakili NICA Berdasarkan Civil Affairs Agreement, pada 23 Agustus 1945 Inggris bersama tentara Belanda mendarat di Sabang, Aceh. 15 September 1945, tentara Inggris selaku wakil Sekutu tiba di Jakarta, dengan didampingi Dr. Charles van der Plas, wakil Belanda pada Sekutu. Kehadiran tentara Sekutu ini, diboncengi NICA (Netherland Indies Civil Administration – pemerintahan sipil Hindia Belanda) yang dipimpin oleh Dr. Hubertus J van Mook, ia dipersiapkan untuk membuka perundingan atas dasar pidato siaran radio Ratu Wilhelmina tahun 1942 (statkundige concepti atau konsepsi kenegaraan), tetapi ia mengumumkan bahwa ia tidak akan berbicara dengan Soekarno yang dianggapnya telah bekerja sama dengan Jepang. Pidato Ratu Wilhemina itu menegaskan bahwa di kemudian hari akan dibentuk sebuah persemakmuran yang di antara anggotanya ialah Kerajaan Belanda dan Hindia Belanda, di bawah pimpinan Ratu Belanda.[1] Pada tanggal 24 Agustus 1945, antara pemerintah Kerajaan Inggris dan Kerajaan Belanda tercapai suatu persetujuan yang terkenal dengan nama civil Affairs Agreement. Dalam persetujuan ini disebutkan bahwa panglima tentara pendudukan Inggris di Indonesia akan memegang kekuasaan atas nama pemerintah Belanda. Dalam melaksanakan hal-hal yang berkenaan dengan pemerintah sipil, pelaksanaannya diselenggarakan oleh NICA dibawah tanggungjawab komando Inggris. Kekuasaan itu kelak di kemudian hari akan dikembalikan kepada Belanda. Tentara sekutu (tentara Inggris) mendarat di Jakarta pada tanggal 15 September 1945, ia didampingi Dr Charles van der Plas, wakil Belanda pada Sekutu. Kehadiran tentara
  • 23. sekutu ini, diboncengi NICA (Netherland Indies Civil Administration – pemerintahan sipil Hindia Belanda) yang dipimpin oleh Dr Hubertus J van Mook. Tugas tentara sekutu adalah melucuti senjata tentara Jepang dan memulangkan kemabali para tawanan itu ke negerinya. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Sekutu membentuk komando khusus yang disebut Aliied Forses Netherland EastIndies (AFNEI). Sejak tanggal 29 September 1945, rombongan besar AFNEI mulai berdatangan ke Indonesia. Belanda dan sekutu yang mendarat di Surabaya menginginkan hotel Yamato dijadikan markas Angkatan Laut Belanda. Bendera Merah Putih di Hotel Yamato diturunkan oleh Belanda dan diganti dengan Bendera Belanda. Merah-Putih-Biru. Hal ini tentu saja menimbulkan kemarahan rakayat Surabaya. Mereka beramai-ramai menyerbu hotel untuk menurunkan bendera Belanda. Bendera Belanda itu setelah samapi bawagh, warana biru dirobek lalu dikibarkan kembali sebagai Bendera Merah Putih. Peristiwa itu dikenal sebagai insiden Bendera yang terjadi pada tanggal 19 September 1945. untuk mengenang peristiwa itu, kini didepan Hotel Yamato dibangun monument perjuangan. Sekutu setelah melihat berbagai perlawananan di Indonesia merasa tidak mamapu menjalankan tugas tanpa bantuan pemerintah Republik Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal 1 Oktober 1945, Jenderal Christison mengakui secara de facto negara republic Indonesia dan bersedia berunding. Dengan munculnya kekuatan asing serentak bangsa Indonesia berupaya mempertahankan kemerdekaan. Adapun peran setiap daerah dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia seperti berikut ini : a) Pertempuran di Bandung ( 23 Maret 1946) Pasukan sekutu atas izin pemerintah RI pada tanggal 12 Oktober 1945 memasuki Bandung dengan naik kereta api. Pemerintah RI mengizinkan pasukan Sekutu masuk Bandung bertujuan mengurus para tawanan perang II (Jepang). Pada tanggal 23 November 1945 pemimpin Sekutu di Bandung mengultimatum agar Bandung Utara segera dikosongkan dari pemuda bersenjata. Namun, para pemuda menolak menyerahkan senjata sehingga terjadi pertempuran yang sengit didalam kota. Pertempuran pertama terjadi pada tanggal 1 Desember 1945. Oleh karena pemerintah RI Jakarta para pemuda Bandung diminta menghentikan pertempuran dan harus mengosongkan kota Bandung. Dengan berat hati, para pemuda Bandung meninggalkan kota. Agar bangunan-bangunann peting di kota Bandung tidak dapat digunakan Sekutu sambil mundur mereka membakarnya. Peristiwa ini terjadi pada tgl 23 Maret 1946. seluruh wilayah kota Bandung diamuk oleh kobaran api. Peristiwa ini terkenal dengan peristiwa Bandung Lautan Api.
  • 24. Para tokoh yang telibat dalam pertempuran Bandung, antara lain Muhammad Toha dari Bandung Selatan (gugur), Kol. A.H Nasution, dan Kolonel Hidayat. Sebagai penggerak semangat juang, maka lahirlah lagu ”Halo-halo Bandung” ciptaan Ismail Marzuki. Lagu perjuangan ini melukiskan tekad rakyat yang tidak mungkin padam untuk merebut kembali kota Bandung. b) Pertempuran di Sumatera ( Medan Area, 10 Desember 1945) Tanggal 27 Agustus 1945 rakyat Medan baru mendengar berita proklamasi yang dibawa oleh Mr. Teuku Moh Hassan sebagai Gubernur Sumatera. Mengggapi berita proklamasi para pemuda dibawah pimpinan Achmad lahir membentuk barisan Pemuda Indonesia. Pendaratan Sekutu di kota Medan terjadi pada tanggal 9 Oktober 1945 dibawah pimpinan T.E.D Kelly. Pendaratan tentara sekutu (Inggris)ini di ikuti oleh pasukan dan NICA yangdipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan. Kedatangan tentara sekutu dan NICa ternyata memacing berbagai iniden. Pada tanggal 13 Oktober 1945 pemuda dan TKR bertempur melawan Sekutu dan NICA dalam upaya merebut dan mengambil alih gedung-gedung pemerintahan dari tangan Jepang. Inggris mengeluarkan ultimatum kepada bangsa Indonesia agar menyerahkan senjata kepada Sekutu. Ultimatum ini tidak pernah dihiraukan. Pada tanggal. Pada tanggal 15 Desember 194% Sekutu memasang papan yang tertulis.kan Fixed Boundaries Medan Area ( batas resmi wilayah Medan) diberbagai pinggiran kota MEdan. Tindakan Sekutu itu merupakan tantangan bagi para pemuda. Pada tanggal 10 desember 1945, Sekutu dan NICA melancarkan serangan besar- besaran terhadap kota Medan. Serangan ini menimbulkan banyak koraban di kedua belah pihak. Pada bulan April 1946, Sekutu berhasil menduduki kota Medan. Pusat perjuangan rakyat Medan kemudian dipindahkan ke Pemantangsiantar. Untuk melanjutkan perjuangan di Medan maka pada bulan Agustus 1946 dibentuk Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area. Komandan initerus mengadakan serangan terhadap Sekutu diwilayah Medan. Hampir di seluruh wilayah Sumatera terjadi perlawanan rakayat terhadap Jepang, Sekutu, dan Belanda. Pertempuran itu terjadi, antara lian di Pandang, Bukit tinggi dan Aceh. c) Pertempuran di Surabaya Pada tanggal 10 November 1945 terjadi pertempuran antara rakyat Surabaya dan Sekutu. Peristiwa itu diawalai insiden terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallabay (Komandan Tentara Inggris)pada tanggal 30 Oktober 1945. akibat insiden tersenut pada tanggal 31Oktober 1945 Inggris mengeluarkan ultimatum yang memerintahkan kaum pejuang untuk menyerah. Apabila ultimatum tidak diindahkan Inggris akan mengerahkan seluruh kekuatannya baik dari darat, laut maupun udara.
  • 25. Pada tanggal 9 November 1945 Jenderal Mansergh mengeluarkan ultimatum kembali kepada para pemuda Surabaya untuk menyerahkan semua senjatanya. Para pemuda tidak menggapai ultimatum tersebut. Rakyat Surabaya di bawah pimpinan Bung Tomo, Sungkono dan Gubernur Suryo menolak ultimatum tersebut serta mulai bmenghadapi gempuran sekutu. Akibatnya, pada tanggal 10 November 1945, Inggris menyerang Surabaya secara besar-besaran. Para pemuda menyambut dengan kekuatan senjata. Pengalaman peralatan sejata Sekutu yang sangat unggul tidak mengeratkan rakyat. Bung tomo yang diangkat sebagai pemimpin pemuda Surabaya meneriakkan pekik “Allah Akbar” diradio pemerintah untuk membangkitkan semangat perjuangan. Akibat serangan sekutu (inggris) yang membabi buta selama lima belas hari, Surabaya menjadi hancur. Para pemuda Surabaya akhirnya mundur ke beberapa daerah, seperti Mojokerto, Gresik, dan Pasuruhan. Pertempuran Surabaya menyebabkan ribuan rakyat gugur. Untuk mengenang dan memperingati semangat kepahlawananan rakyat Surabaya, tanggal 10 November ditetapkan sebagai hari Pahlawan. d) Pertempuran Ambarawa Pada bulan November 1945 tentara sekutu dan NICA bergerak dari Semarang menuju Ambarawa untuk membentuk pertahanan. Pertempuran meletus kareana Sekutu secara sepihak membebaskan para interniran Belanda di Magelang dan Ambarawa. Dalam pertempuran ini Letkol Isdiman gugur. Selanjutnya, pimpinann perang dipegang oleh Kolonel Sudirman, Panglima divisi Banyiumas. Pada tanggal 15 Desember 1945, Sekutu dan NICA terdesak dan terpaksa mundur ke Semarang. Peristiwa itu terkenal dengan mnama Palagan Ambarawa. Untuk mengenang peristiwa tersebut, tanggal 15 Desember ditetapkan sebagai hari Infantri dan kota Ambarawa didirikan monument Palagan Ambarawa. e) Pertempuran Merah Putih di Manado Berita proklamasi Kemerdekaan Indonesia tersiar juga samapi ke Manado. Rakayat Manado khususnya para pemuda menyambutnya dengan hangat. Di sisi lain, pasukan NICA untuk mengamankan kepentiangan segera mempersenjatai bekas pasukan KNIL yang menjadi tawananan Jepang. Mereka disambut sebagai Pasukan Tangsi Putih.
  • 26. Pada bulan Desember 1945, pasukan Sekutu menyerahkan kekuasaan kota Manado kepada NICA. Stelah mendapat mandate itu, pasukan NIca segera melakukan penagkapan terhadap sejumlah tokoh RI untuk mengamankan kedudukannya RI. Para bekas pasukan KNIL yang mendukung RI dikenal sebagai Pasukan Tangsi Hitam. Para pejuang itu membentuk Pasukan Pemuda Indonesia (PPI). PPI sering melakukan pertemuan rahasia untuk mengoordinasikan kegiatan melawan NICA. Akan tetapi, kegiatan tersebut diketahui NICA. Akibatnya, beberapa pemimpin PPI ditangkap. Senjata pasukan KNIL pendukung RI dilucuti. Namun, tindakan NICA tersebut tidak menyrutkan tekad para pejuang Indonesia. Pada tanggal 14 Febuari 1946, PPI menyerbu NICA dimarkas Tangsi Putih di Teling. Dengan senjata seadanya, PPI mampu melepaskan para tawanan dan melawan komandan NICA dan pasukannya. Secara spontan para pejuang merobek warna riru pada Bendera Belanda di markas itu dan mengibarkan bendera Merah putih. Para pejuang juga berhasil menguasai markas NICA di Tomohon dan Tondano. Para pendukung RI segera membentuk pemerintah sipil. B.W Lapian terpilih sebagai residennya. Berita penegak kedaulatan Indonesia di Manado segera dikirim ke Yogyakarta. f) Peristiwa Merah Putih di Biak Berita Proklamasi kemerdekaan Indonesia sekalipun terlamabt samapi juga di Papua. Rakyat Papua yang ada diberbagai kota, seperti Jayapura, Sorong, serui dan Biak memberikan sambutan yang hangat dan mendukung Proklamsi Kemerdekaan Indonesia. Para pemuda di berbagai kota mengadakan rapat umum mendunkung kemerdekaan. Sekutu bersama NICA berusaha melarang kegaiatn politik dan pengibaran bendera Merah Putih, namun para pemuda Papua tidak menhiraukan. Dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 14 Maret 1948 terjadi peristiwa Merah Putih di Biak. Peristiwa ini diawali dengan adanya penyerangan tangsi militer Belanda di Soroako dan Biak. Selanjutnya, para pemuda Biak yang dipimpin oleh Joseph berusaha mengibarkan bendera merah putih di seluruh Biak. Usaha ini mendapat perlawanandari Belanda sehingga mengalami kegagalan. Beberapa pemimpin perlawanann berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Perkembangan Kehidupan Ekonomi Keuangan, Politik, Pemerintahan Awal Kemerdekaan 1. Sentral Konflik Indonesia-Belanda di Berbagai Daerah Perjuangan melalui diplomasi atau perundingan antara Indonesia dan Belanda
  • 27. a. Perundingan Linggarjati Latar Belakang Masuknya AFNEI yang memboncengi NICA ke Indonesia karena Jepang menetapkan status quo di Indonesia menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia dengan Belanda, seperti contohnya Peristiwa 10 November, selain itu pemerintah Inggris menjadi penanggung jawab untuk menyelesaikan konflik politik dan militer di Asia, oleh sebab itu, Sir Archibald Clark Kerr, diplomat Inggris, mengundang Indonesia dan Belanda untuk berunding di Hooge Veluwe, namun perundingan tersebut gagal karena Indonesia meminta Belanda mengakui kedaulatannya atas Jawa, Sumatera dan Madura, namun Belanda hanya mau mengakui Indonesia atas Jawa dan Madura saja Perundingan Linggarjati Perundingan Linggarjati adalah suatu perundingan antara Indonesia dan Belanda di Linggarjati, Jawa Barat yang menghasilkan persetujuan mengenai status kemerdekaan Indonesia. Hasil perundingan ini ditandatangani di Istana Merdeka Jakarta pada 15 November 1946 dan diratifikasi kedua negara pada 25 Maret 1947. Pada akhir Agustus 1946, pemerintah Inggris mengirimkan Lord Killearn ke Indonesia untuk menyelesaikan perundingan antara Indonesia dengan Belanda. Pada tanggal 7 Oktober 1946 bertempat di Konsulat Jenderal Inggris di Jakarta dibuka perundingan Indonesia-Belanda dengan dipimpin oleh Lord Killearn. Perundingan ini menghasilkan persetujuan gencatan senjata (14 Oktober) dan meratakan jalan ke arah perundingan di Linggarjati yang dimulai tanggal 11 November 1946. Linggarjati adalah kota kecil yang berda disekitar 21 km sebelah barat Cirebon. Perundingan Linggarjati dilaksanakan pada tanggal 10-15 November 1946. dalam perundingan Linggarjati delegasi Indonesia dipimpin perdana Menteri Sutan Syahrir, sedangkan delegasi Belanda diwakili oleh Prof. S. Schemerhorn dan Dr. H,J. Van. Mook. Penengah dan pemimpin perundingan dari pihak Inggris, yaitu Lord Killeam. Hasil perundingan diumumkan pada tanggal 15 November 1946 dan telah tersusun sebagai naskah persetujuan yang terdiri atas 17 pasal, antara lain berisi sebagai berikut:
  • 28. 1. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Sumatra, Jawa dan Madura. Belanda harus meninggalkan wilayah de facto paling lambat 1 Januari 1949. 1. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara Indonesia Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu bagiannya adalah Republik Indonesia 2. Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia – Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya. Hasil perundingan Linggarjati menimulkan berbagai pendapat pro dan kontra di kalngan partai politik di Indonesia. Perundingan Linggarjati merugikan pihak Reopublik Indonesia krena wilayahnya semakin sempit, yaitu hanya meliputi Jawa, Madura dan Sumatera. Hal ini menyebababkan terjadinya pergolakan di Bali Novmber 1946 dibawah pimpinan Letnan Kolonel Gusti Ngurah Rai, dengan perang puputan/ perang habis- habisan (puputan Margarana ) dan pertempuran Manado dipimpin Letkol Taulu yang dibantu oleh Residen Lapian melawan tentara KNIL (Belanda) b. Agresi Militer Belanda I Perundingan Linggarjati bagi Belanda hanya dijadikan alat untuk mendatangkan pasukan yang lebih banyak dari negerinya. Untuk memperoleh dalil guna menyerang Republik Indonesia mereka mengajukan tuntutan sebagai berikut: 1. Supaya dibetuk pemerintahan federal sementara yang akan berkuasa di seluruh Indonesia samapai pembentukan Republik Indonesia Serikat. Hal ini berarti Republik Indonesia ditiadakan 2. Pembentukan gendermeri (pasukan Keamanann) bersama yang akan masuk ke daerah Republik Indonesia. Republik Indonesia menolak usul itu karena berarti menghancurkan dirinya sendiri. Penolakan itu menyebabakan Belanda melakukan agresi militer terhadap wilayah Republik Indonesia. Serangan belanda dimulai tanggal 21 Juli 1947 dengan sasaran kota- kota besar di Pulau Jawa dan sumatera. Menghadapi militer Belanda yang bersenjata lengkap dan modern menyebabakan satuan-satuan tentara Indonesia terdesak ke luar kota. Selanjutnya, TNI dan lascar rakyat melakukan serangan balasan dan taktik perang gerilya.
  • 29. Adanya agresi Militer Belanda I menimbulkan simpati dan reaksi keras dari dunia Internasional. Bentuk simpati dunia Internasional ditujukan dengan tindakan sebagai berikut: 1. Palang Merah Malaya (Malaysia) dan India mengirimkan bantuan obat-obatan yang diangkut oleh pesawat Dakota dari Singapura. Namun, ketika akan mendarat di Yogyakarta pesawat itu ditembaki jatuh oleh tentara Belanda. 2. Australia dan India bereaksi keras dengan mendesak Dewan Keamanan PBB agar segera membahas masalah Indonesia. ý Campur tangan PBB Republik Indonesia secara resmi mengadukan agresi militer Belanda ke PBB, karena agresi militer tersebut dinilai telah melanggar suatu perjanjian Internasional, yaitu Persetujuan Linggajati. Belanda ternyata tidak memperhitungkan reaksi keras dari dunia internasional, termasuk Inggris, yang tidak lagi menyetujui penyelesaian secara militer. Atas permintaan India dan Australia, pada 31 Juli 1946 masalah agresi militer yang dilancarkan Belanda dimasukkan ke dalam agenda Dewan Keamanan PBB, yang kemudian mengeluarkan Resolusi No. 27 tanggal 1 Agustus 1947, yang isinya menyerukan agar konflik bersenjata dihentikan. Dewan Keamanan PBB de facto mengakui eksistensi Republik Indonesia. Hal ini terbukti dalam semua resolusi PBB sejak tahun 1947, Dewan Keamanan PBB secara resmi menggunakan nama INDONESIA, dan bukan Netherlands Indies. Sejak resolusi pertama, yaitu resolusi No. 27 tanggal 1 Augustus 1947, kemudian resolusi No. 30 dan 31 tanggal 25 August 1947, resolusi No. 36 tanggal 1 November 1947, serta resolusi No. 67 tanggal 28 Januari 1949, Dewan Keamanan PBB selalu menyebutkan konflik antara Republik Indonesia dengan Belanda sebagai The Indonesian Question. Pada tanggal 4 Agustus 1947 pemerintah republic Indonesia dan Belanda mengumumkan mulai berlakuknya gencatan senjata. Sejak pengumuman gencatan sebnjata tersebutlah, secara resmi berakhirnya agresi milter Belanda I. akan tetapi, kenyataannya Belanda masih terus memperluas wilayahnya samapi dengan dibentuk garis demakrasi yang jauh ke depan ( garis Van Mook ). Indonesia menolak, dengan demikian gencatan senata yang diserukan oleh PBB belum berlaku secara efektif. Berkat perjuangan diplomasi di forum
  • 30. PBB, banyak negara yang mendukung perjuangan bangsa Indonesia dan membantu mencari jalan penyelesaian secara damai. Atas tekanan Dewan Keamanan PBB, pada tanggal 15 Agustus 1947 Pemerintah Belanda akhirnya menyatakan akan menerima resolusi Dewan Keamanan untuk menghentikan pertempuran. Pada 17 Agustus 1947 Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Belanda menerima Resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan gencatan senjata, dan pada 25 Agustus 1947 Dewan Keamanan membentuk suatu komite yang akan menjadi penengah konflik antara Indonesia dan Belanda. karena beranggotakan tiga negara, yaitu Australia yang dipilih oleh Indonesia, Belgia yang dipilih oleh Belanda dan Amerika Serikat sebagai pihak yang netral. Australia diwakili oleh Richard C. Kirby, Belgia diwakili oleh Paul van Zeeland dan Amerika Serikat menunjuk Dr. Frank Graham Dalam upaya penyelesaian sengketa antara Indonesia dan Belanda secara damai dan mengawasi gencatan senjata yang telah disepakati bersama maka Dewan Keamanan PBB membentuk Committee of Good Offices for Indonesia (Komite Jasa Baik Untuk Indonesia), dan lebih dikenal sebagai Komisi Tiga Negara (KTN), negara yang duduk dalam KTN adalah 1. Australia (tunjukan Indonesia), diwakili oleh Richard Kirby. 2. Belgia (tunjukan Belanda), diwakili oleh Paul Van Zeeland 3. Amerika Serikat (tunjukan Australia dan Belgia), diwakili Dr. Frank Graham ý Gerilya Setelah itu Soedirman meninggalkan Yogyakarta untuk memimpin gerilya dari luar kota. Perjalanan bergerilya selama delapan bulan ditempuh kurang lebih 1000 km di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tidak jarang Soedirman harus ditandu atau digendong karena dalam keadaan sakit keras. Setelah berpindah-pindah dari beberapa desa rombongan Soedirman kembali ke Yogyakarta pada tanggal 10 Juli 1949. Kolonel A.H. Nasution, selaku Panglima Tentara dan Teritorium Jawa menyusun rencana pertahanan rakyat Totaliter yang kemudian dikenal sebagai Perintah Siasat No 1 Salah satu pokok isinya ialah : Tugas pasukan-pasukan yang berasal dari daerah-daerah federal adalah ber wingate (menyusup ke belakang garis musuh) dan membentuk kantong- kantong gerilya sehingga seluruh Pulau Jawa akan menjadi medan gerilya yang luas. Salah satu pasukan yang harus melakukan wingate adalah pasukan Siliwangi. Pada tanggal 19 Desember 1948 bergeraklah pasukan Siliwangi dari Jawa Tengah menuju daerah-daerah kantong yang telah ditetapkan di Jawa Barat. Perjalanan ini dikenal dengan
  • 31. nama Long March Siliwangi. Perjalanan yang jauh, menyeberangi sungai, mendaki gunung, menuruni lembah, melawan rasa lapar dan letih dibayangi bahaya serangan musuh. Sesampainya di Jawa Barat mereka terpaksa pula menghadapi gerombolan DI/TII. Pada tanggal 27 Mei 1947, Belanda mengirimkan Nota Ultimatum, yang harus dijawab dalam 14 hari, yang berisi: 1 Membentuk pemerintahan ad interim bersama; 2 Mengeluarkan uang bersama dan mendirikan lembaga devisa bersama; 3 Republik Indonesia harus mengirimkan beras untuk rakyat di daerahdaerah yang diduduki Belanda; 4 Menyelenggarakan keamanan dan ketertiban bersama, termasuk daerah daerah Republik yang memerlukan bantuan Belanda (gendarmerie bersama); 5 Menyelenggarakan penilikan bersama atas impor dan ekspor Perdana Menteri Sjahrir menyatakan kesediaan untuk mengakui kedaulatan Belanda selama masa peralihan, tetapi menolak gendarmerie bersama. Jawaban ini mendapatkan reaksi keras dari kalangan parpol-parpol di Republik. Ketika jawaban yang memuaskan tidak kunjung tiba, Belanda terus “mengembalikan ketertiban” dengan “tindakan kepolisian”. Pada tanggal 20 Juli 1947 tengah malam (tepatnya 21 Juli 1947) mulailah pihak Belanda melancarkan ‘aksi polisionil‘ mereka yang pertama. Aksi Belanda ini sudah sangat diperhitungkan sekali dimana mereka telah menempatkan pasukan-pasukannya di tempat yang strategis. Pasukan yang bergerak dari Jakarta dan Bandung untuk menduduki Jawa Barat (tidak termasuk Banten), dan dari Surabaya untuk menduduki Madura dan Ujung Timur. Gerakan-gerakan pasukan yang lebih kecil mengamankan wilayah Semarang. Dengan demikian, Belanda menguasai semua pelabuhan perairan-dalam di Jawa Di Sumatera, perkebunan-perkebunan di sekitar Medan, instalasi- instalasi minyak dan batubara di sekitar Palembang, dan daerah Padang diamankan. Melihat aksi Belanda yang tidak mematuhi perjanjian Linggarjati membuat Sjahrir bingung dan putus asa, maka pada bulan Juli 1947 dengan terpaksa mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Perdana Menteri, karena sebelumnya dia sangat menyetujui tuntutan Belanda dalam menyelesaikan konflik antara pemerintah RI dengan Belanda. Menghadapi aksi Belanda ini, bagi pasukan Republik hanya bisa bergerak mundur dalam kebingungan dan hanya menghancurkan apa yang dapat mereka hancurkan. Dan bagi Belanda, setelah melihat keberhasilan dalam aksi ini menimbulkan keinginan untuk melanjutkan aksinya kembali. Beberapa orang Belanda, termasuk van Mook,
  • 32. berkeinginan merebut Yogyakarta dan membentuk suatu pemerintahan Republik yang lebih lunak, tetapi pihak Amerika dan Inggris yang menjadi sekutunya tidak menyukai ‘aksi polisional’ tersebut serta menggiring Belanda untuk segera menghentikan penaklukan sepenuhnya terhadap Republik. ý Naiknya Amir Syarifudin sebagai Perdana Menteri Setelah terjadinya Agresi Militer Belanda I pada bulan Juli, pengganti Sjahrir adalah Amir Syarifudin yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Pertahanan. Dalam kapasitasnya sebagai Perdana Menteri, dia menggaet anggota PSII yang dulu untuk duduk dalam Kabinetnya. Termasuk menawarkan kepada S.M. Kartosoewirjo untuk turut serta duduk dalam kabinetnya menjadi Wakil Menteri Pertahanan kedua. Seperti yang dijelaskan dalam sepucuk suratnya kepada Soekarno dan Amir Syarifudin, dia menolak kursi menteri karena “ia belum terlibat dalam PSII dan masih merasa terikat kepada Masyumi“. S.M. Kartosoewirjo menolak tawaran itu bukan semata-mata karena loyalitasnya kepada Masyumi. Penolakan itu juga ditimbulkan oleh keinginannya untuk menarik diri dari gelanggang politik pusat. Akibat menyaksikan kondisi politik yang tidak menguntungkan bagi Indonesia disebabkan berbagai perjanjian yang diadakan pemerintah RI dengan Belanda. Di samping itu Kartosoewirjo tidak menyukai arah politik Amir Syarifudin yang kekiri-kirian. Kalau dilihat dari sepak terjang Amir Syarifudin selama manggung di percaturan politik nasional dengan menjadi Perdana Menteri merangkap Menteri Pertahanan sangat jelas terlihat bahwa Amir Syarifudin ingin membawa politik Indonesia ke arah Komunis. c. Perjanjian Renville Atas usulan KTN pada tanggal 8 Desember 1947 dilaksanakan perundingan antara Indonesia dan Belanada di atas kapal renville yang sedang berlabuh di Jakarta. Delegasi Indonesia terdiri atas perdana menteri Amir Syarifudin, Ali Sastroamijoyo, Dr. Tjoa Sik Len, Moh. Roem, Haji Agus Salim, Narsun dan Ir. Juanda. Delegasi Belanda terdiri dari Abdulkadir Widjojoatmojo, Jhr. Van Vredeburgh, Dr. Soumukil, Pangran Kartanagara dan Zulkarnain. Ternyata wakil-wakil Belanda hampir semua berasala dari bangsa Indonesia sendiri yang pro Belanda. Dengan demikian Belanda tetap melakukan politik adu domba agar Indonesia mudah dikuasainya. Setelah selesai perdebatan dari tanggal 8 Desember 1947 sampai dengan 17 Januari 1948 maka diperoleh hasil persetujuan damai yang disebut Perjanjian Renville. Pokok-poko isi perjanjian Renville, antara lain sebagai berikut : 1. Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia samapi kedaulatan Indonesia diserahkan kepada Republik Indonesia Serikat yang segera terbentuk. 2. Republik Indonesia Serikat mempunyai kedudukan yang sejajar dengan negara Belanda dalam uni Indonesia-Belanda.
  • 33. 3. Republik Indonesia akan menjadi negara bagian dari RIS 4. Sebelum RIS terbentuk, Belanda dapat menyerahkan sebagain kekuasaannya kepada pemerintahan federal sementara. 5. Pasukan republic Indonesia yang berda di derah kantong haruns ditarik ke daerah Republik Indonesia. Daerah kantong adalah daerah yang berada di belakang Garis Van Mook, yakni garis yang menghubungkan dua derah terdepan yang diduduki Belanda. Perjanjian Renville ditandatangani kedua belah pihak pada tanggal 17 Januari 1948. adapun kerugian yang diderita Indonesia dengan penandatanganan perjanjian Renville adalah sebagai berikut : 1. Indonesia terpaksa menyetujui dibentuknya negara Indonesia Serikat melalaui masa peralihan. 2. Indonesia kehilangan sebagaian daerah kekuasaannya karena grais Van Mook terpaksa harus diakui sebagai daerah kekuasaan Belanda. 3. Pihak republik Indonesia harus menarik seluruh pasukanya yang berda di derah kekuasaan Belanda dan kantong-kantong gerilya masuk ke daerah republic Indonesia. Perjanjian Renville,diantaranya Agus Salim dan Achmad Soebardjo Penandatanganan naskah perjanjian Renville menimbulkan akibat buruk bagi pemerinthan republik Indonesia, antra lain sebagai berikut: 1. Wilayah Republik Indonesia menjadi makin sempit dan dikururung oleh daerah- daerah kekuasaan belanda. 2. Timbulnya reaksi kekerasan dikalangan para pemimpin republic Indonesia yang mengakibatkan jatuhnya cabinet Amir Syarifuddin karena dianggap menjual negara kepada Belanda. 3. Perekonomian Indonesia diblokade secara ketata oleh Belanda 4. Indonesia terpaksa harus menarik mundur kesatuan-kesatuan militernya dari daerah-daerah gerilya untuk kemudian hijrah ke wilayah Republik Indonesia yang berdekatan. 5. Dalam usaha memecah belah Negara kesatuan republic Indonesia, Belanda membentuk negara-negara boneka, seperti; negara Borneo Barat, Negara Madura, Negara Sumatera Timur, dan Negara jawa Timut. Negara boneka tersebut tergabung dalam BFO (Bijeenkomstvoor Federal Overslag).
  • 34. Perjanjian Renville menyebabkan jatuhnya pemerintahan Amir Sjarifuddin.karena dituduh terlalu banyak memenuhi keinginan pihak Belanda dan merugikan Indonesia malah dianggap telah menjual kepihak assing. Hanya empat hari sesudah Perjanjian Renville ditandatangani, pada tanggal 23 Januari 1948, Amir Syarifudin dan seluruh kabinetnya berhenti Seluruh anggota yang tergabung dalam kabinetnya yang terdiri dari anggota PNI dan Masyumi meletakkan jabatan. Dengan pengunduran dirinya ini dia mungkin mengharapkan akan tampilnya kabinet baru yang beraliran komunis untuk menggantikan posisinya. Harapan itu menjadi buyar ketika Soekarno berpaling ke arah lain dengan menunjuk Hatta untuk memimpin suatu ‘kabinet presidentil’ darurat (1948- 1949), dimana seluruh pertanggungjawabannya dilaporkan kepada Soekarno sebagai Presiden Perjanjian Renville tidak lebih baik daripada perundingan di Linggarjati. Kedua belah pihak menuduh masing-masing melanggar perdamaian, dan Indonesia menuduh Belanda mendirikan blokade dengan maksud memaksanya menyerah. Bulan Juli 1948, Komisi Jasa-jasa Baik, yang masih ada di tempat mengawasi pelaksanaan persetujuan itu, melaporkan bahwa Indonesia mengeluh akan gencatan senjata yang berulang-ulang. d. Agresi Militer II Melihat situasi Republik Indonesia yang kacau akibatnya meletus pemberontakan PKI di Madiun maka pada tanggal 18 Desember 1948, Belanda secara sepihak membatalkan persetujuan gencatan senjata esok harinya (19 Desember 1948 dini hari) tentara Belanda langsung menyerbu Lapangan Udara Maguwo, Yogyakarta. Serangan Belanda yang tiba- tiba berhasil dengan gemilang sehingga pada jam 16.00 WIB seluruh Yogyajarta sudah jatuh di tangan Belanda. Presiden dan Wakil Presiden memutuskan untuk tetap tinggal di Ibu kota, meskipun mereka akan ditawan oleh musuh. Alasanya, supatya mereka mudah ditemui oleh KTN dari kegiatan diplomasi dapat berjalan terus Tentara Belanda berhasil memasuki istana keprisidenanan dan para pejabat tinggi negara ditawan, semuanya ada 150 orang. Pagi harinya tanggal 22 Desember 1948, Presiden Soekarno, Haji agus salim dan Sutan Syahrir diasingkan ke Berastagi, kemudian dipindahkan ke Prapat di tepi danau Toba, Sumatera Utara. Moh.hatta, Moh Roem, Mr. A.G Pringgodigdo, Mr.Assaat dan Komandor S. suyadayrman diasingkan ke Montok di Pulau Bangka. Pada bulan Januari akhir, Presiden Sukarno dan Ahji Agus salim dipindahkan ke Muntok sehingga berkumpul dengan Moh. Hatta dan kawan-kawan. Untuk menghindari serangan Belanda dan agar selalu tetap bersama-sama dengan TNI, Panglima Besar jenderal Sudirman memimpin perang gerilya dengan berpindah-pindah tempat. TNI melakukan serangan umum terhadap kota Yogyakarta pada tanggal 1 Maret 1949 yang dipimpin oleh Letnan Kolonel suharto, Komado Brigade 10 Daerah
  • 35. Wehrkereise III yang membawahi daerah Yogyakarta. Serangan umum pada tanggal 1 Maret dilakukan serentak dari berbagai jurusan kota sehingga tentara Belanda sangat terkejut dan tidak mampu menguasi keadaan. Mulai pukul 6.00 WIB hingga 12.00 WIB, TNI berhasil menguasai Yogyakarta. TNI walaupun hanya enam jam menduduki kota Yogyakarta, seranganya mempunyai arti yang sangat penting yaitu: 1. Meningkatkan moral rakyat dan TNI yang sedang berjuang 2. Mematahkan moral pasukan Belanda 3. Menunjukkan kepada dunia internasional bahwa TNI mempunyai kekuatan untuk menyerang dan menunjukan bahwa Indonesia masih ada atas eksis. Dunia mengutuk agresi Belanda dan mendukung perjuangan bangsa Indonesia. Negara Indonesia Timur dan Negara Pasundan sebagai negar boneka bentukan Belanda juga mengecam berlangsungnya Angresi Militer Belanda II. Atas prakarsa Burma ( Myanmar) dan India maka terselenggaralah Konferensi Asia di New Delhi, India pada tanggal 20-23 Januari 1949. konferensi dihadiri oleh beberapa negara Asia, Afrika dan Ausralia menghasilkan resulusi mengenai masalah Indonesia yang kemudian disampaikan kepada Dewan Keamanan PBB. Agresi Militer Belanda II juga mengundang reaksi dari PBB karena Belanda secara terang-terangan melanggar Perjanjian Renville di depan Komisi Tiga Negara yang ditugaskkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada tanggal 4 Januari 1949, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resulusi agar Republik Indonesia dan Belanda menghentikan permusuhan. Kegagalan Belanda dalam berbagai pertempuran dan tekanan dari dunia Internasional, terutama Amerika Serikat memaksa Belanda kembali ke meja perundingan. e. Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) Akibat agresi Militer Belanda II, Presiden dan Wakil Presiden beserta beberapa pejabat tinggi dapat ditawan oleh Belanda. Namun, ketika masih berlangsung Agresi Militer Belanda II para pemimpin republic tersebut sempat sempat bersidang dan menghasilkan tiga keputusan penting antara lain sebagai berikut: 1. Pemberian kuasa penuh kepada Syarifudin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) 2. Kepada Marimis, L.N Palar, dan Dr. Sudarsono sedang berda di India agar membentuk pemerintahan RI di pengasingan. 3. Presiden dan wakil Presiden RI memutuskkan tidak mengungsi, tetap tinggal di kota dengan kemungkinann ditawan dan dekat dengan KTN.
  • 36. Hasil keputusan sidang para pemimpin RI itu segera dikirim kepada Syarifuddin Prawiranegara di Bukittinggi, Sumatera Barat yang ditandatangani oleh Presiden sukarno dan wakil Presiden Moh hatta. Apabila tugas itu gagal agar segera dibentuk pemerintahan RI di pengasingan oleh tokoh Indonesia yang ada di India, yaitu Marimis, L.N Palar, dan Dr. Sudarsono. Berita tersebut ternyata tidak pernah samapi ke Bukittingi karena seluruh hubungan telepon keluar Yogyakarta telah diputus oleh Belanda. Terbentuknya PDRI sendiri pada tanggal 19 Desember 1948 pada jam 18.00 WIB atas inisiatif Mr. Syarifudin dan beberapa pemuka pemerintahan di Sumatera. Alasannya, mereka ikut meras bertanggung jawab atas kelangsungan hidup republic Indonesia dan untuk keselamatan perjuangan. Dengan terbentuknya PDRI, perjuangan masih tetap dilaksanakan dan dikoordinir melalaui peamncar yang dilaksanakan oleh Angkatan Udara Republik Indonesia. Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) adalah penyelenggara pemerintahan Republik Indonesia periode 22 Desember 1948 – 13 Juli 1949, dipimpin oleh Syafruddin Prawiranegara yang disebut juga dengan Kabinet Darurat. Sesaat sebelum pemimpin Indonesia saat itu, Sukarno dan Hatta ditangkap Belanda pada tanggal 19 Desember 1948, mereka sempat mengadakan rapat dan memberikan mandat kepada Syafruddin Prawiranegara untuk membentuk pemerintahan sementara. Tidak lama setelah ibukota RI di Yogyakarta dikuasai Belanda dalam Agresi Militer Belanda II, mereka berulangkali menyiarkan berita bahwa RI sudah bubar. Karena para pemimpinnya, seperti Soekarno, Hatta dan Syahrir sudah menyerah dan ditahan. Mendengar berita bahwa tentara Belanda telah menduduki ibukota Yogyakarta dan menangkap sebagian besar pimpinan Pemerintahan Republik Indonesia, tanggal 19 Desember sore hari, Mr. Syafruddin Prawiranegara bersama Kol. Hidayat, Panglima Tentara dan Teritorium Sumatera, mengunjungi Mr. T. Mohammad Hassan, Ketua Komisaris Pemerintah Pusat di kediamannya, untuk mengadakan perundingan. Malam itu juga mereka meninggalkan Bukittinggi menuju Halaban, perkebunan teh 15 Km di selatan kota Payakumbuh. Sejumlah tokoh pimpinan republik yang berada di Sumatera Barat dapat berkumpul di Halaban, dan pada 22 Desember 1948 mereka mengadakan rapat yang dihadiri antara lain oleh Mr. Syafruddin Prawiranegara, Mr. T. M. Hassan, Mr. Sutan Mohammad Rasjid, Kolonel Hidayat, Mr. Lukman Hakim, Ir. Indracahya, Ir. Mananti Sitompul, Maryono Danubroto, Direktur BNI Mr. A. Karim, Rusli Rahim dan Mr. Latif. Walaupun secara
  • 37. resmi kawat Presiden Soekarno belum diterima, tanggal 22 Desember 1948, sesuai dengan konsep yang telah disiapkan, maka dalam rapat tersebut diputuskan untuk membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI), dengan susunan sebagai berikut: 1. Mr. Syafruddin Prawiranegara, Ketua PDRI/Menteri Pertahanan/ Menteri Penerangan/Menteri Luar Negeri ad interim 2. Mr. T. M. Hassan, Wakil Ketua PDRI/Menteri Dalam Negeri/Menteri PPK/Menteri Agama, 3. Mr. Sutan Mohammad Rasjid, Menteri Keamanan/Menteri Sosial, Pembangunan, Pemuda, 4. Mr. Lukman Hakim, Menteri Keuangan/Menteri Kehakiman, 5. Ir. M. Sitompul, Menteri Pekerjaan Umum/Menteri Kesehatan, 6. Ir. Indracaya, Menteri Perhubungan/Menteri Kemakmuran. Mr. Syafruddin Prawiranegara Ketua Pemerintah Darurat Republik Indonesia ( PDRI ) Masa jabatan 19 Desember 1948 – 13 Juli 1949 Lahir : Banten, 28 Februari 1911 Wapat : 15 Februari 1989 Agama : I s l a m Keesokan harinya, 23 Desember 1948, Sjafruddin berpidato: “… Belanda menyerang pada hari Minggu, hari yang biasa dipergunakan oleh kaum Nasrani untuk memuja Tuhan. Mereka menyerang pada saat tidak lama lagi akan merayakan hari Natal Isa AS, hari suci dan perdamaian bagi umat Nasrani. Justru karena itu semuanya, maka lebih-lebih perbuatan Belanda yang mengakui dirinya beragama
  • 38. Kristen, menunjukkan lebih jelas dan nyata sifat dan tabiat bangsa Belanda: Liciknya, curangnya, dan kejamnya. Karena serangan tiba-tiba itu mereka telah berhasil menawan Presiden, Wakil Presiden, Perdana Menteri, dan beberapa pembesar lain. Dengan demikian, mereka menduga menghadapi suatu keadaan negara republik Indonesia yang dapat disamakan dengan Belanda sendiri pada suatu saat negaranya diduduki Jerman dalam Perang Dunia II, ketika rakyatnya kehilangan akal, pemimpinnya putus asa dan negaranya tidak dapat ditolong lagi. Tetapi kita membuktikan bahwa perhitungan Belanda itu sama sekali meleset. Belanda mengira bahwa dengan ditawannya pemimpin-pemimpin kita yang tertinggi, pemimpin- pemimpin lain akan putus asa. Negara RI tidak tergantung kepada Sukarno-Hatta, sekalipun kedua pemimpin itu sangat berharga bagi kita. Patah tumbuh hilang berganti. Kepada seluruh Angkatan Perang Negara RI kami serukan: Bertempurlah, gempurlah Belanda di mana saja dan dengan apa saja mereka dapat dibasmi. Jangan letakkan senjata, menghentikan tembak-menembak kalau belum ada perintah dari pemerintah yang kami pimpin. Camkanlah hal ini untuk menghindarkan tipuan-tipuan musuh.” Sejak itu PDRI menjadi musuh nomor satu Belanda. Tokoh-tokoh PDRI harus bergerak terus sambil menyamar untuk menghindari kejaran dan serangan Belanda. Mr. T.M Hasan yang menjabat sebagai Wakil Ketua PDRI, merangkap Menteri Dalam Negeri, Agama, Pendidikan dan Kebudayaan, menuturkannya bahwa romobongan mereka kerap tidur di hutan belukar, di pinggir sungai Batanghari, dan sangat kekurangan bahan makanan. Mereka pun harus menggotong radio dan berbagai perlengkapan lain. Kondisi PDRI yang selalu bergerilya keluar masuk hutan itu diejek radio Belanda sebagai Pemerintah Dalam Rimba Indonesia. Sjafruddin membalas, Kami meskipun dalam rimba, masih tetap di wilayah RI, karena itu kami pemerintah yang sah. Tapi, Belanda waktu negerinya diduduki Jerman, pemerintahnya mengungsi ke
  • 39. Inggris. Padahal menurut UUD-nya sendiri menyatakan bahwa kedudukan pemerintah haruslah di wilayah kekuasaannya. Apakah Inggris jadi wilayah kekuasaan Belanda? Yang jelas pemerintah Belanda tidak sah. Mandat Sesungguhnya, sebelum Soekarno dan Hatta menyerah, mereka sempat mengetik dua buah kawat. Pertama, memberi mandat kepada Menteri Kemakmuran Mr.Sjafruddin Prawiranegara untuk membentuk pemerintahan darurat di Sumatra.Kedua, jika ikhtiar Sjafruddin gagal, maka mandat diberikan kepada Mr. A.A.Maramis untuk mendirikan pemerintah dalam pengasingan di New Delhi, India. Tetapi Sjafruddin sendiri tidak pernah menerima kawat itu. Berbulan-bulan kemudian barulah ia mengetahui tentang adanya mandat tersebut. Menjelang pertengahan 1949, posisi Belanda makin terjepit. Dunia internasional mengecam agresi militer Belanda. Sedang di Indonesia,pasukannya tidak pernah berhasil berkuasa penuh. Ini memaksa Belanda menghadapi RI di meja perundingan. Belanda memilih berunding dengan utusan Soekarno-Hatta yang ketika itu statusnya tawanan. Perundingan itu menghasilkan Perjanjian Roem-Royen. Hal ini membuat para tokoh PDRI tidak senang, Jendral Sudirman mengirimkan kawat kepada Sjafruddin, mempertanyakan kelayakan para tahanan maju ke meja perundingan. Tetapi Sjafruddin berpikiran untuk mendukung dilaksanakannya perjanjian Roem-Royen. Pengembalian Mandat Setelah Perjanjian Roem-Royen, M. Natsir meyakinkan Prawiranegara untuk datang ke Jakarta, menyelesaikan dualisme pemerintahan RI, yaitu PDRI yang dipimpinnya, dan Kabinet Hatta, yang secara resmi tidak dibubarkan. Setelah Persetujuan Roem-Royen ditandatangani, pada 13 Juli 1949, diadakan sidang antara PDRI dengan Presiden Sukarno, Wakil Presiden Hatta serta sejumlah menteri kedua kabinet. Pada sidang tersebut, Pemerintah Hatta mempertanggungjawabkan peristiwa 19 Desember 1948. Wakil Presiden Hatta menjelaskan 3 soal, yakni hal tidak menggabungkan diri kepada kaum gerilya, hal hubungan Bangka dengan luar negeri dan terjadinya Persetujuan Roem-Royen.
  • 40. Sebab utama Sukarno-Hatta tidak ke luar kota pada tanggal 19 Desember sesuai dengan rencana perang gerilya, adalah berdasarkan pertimbangan militer, karena tidak terjamin cukup pengawalan, sedangkan sepanjang yang diketahui dewasa itu, seluruh kota telah dikepung oleh pasukan payung Belanda. Lagi pula pada saat yang genting itu tidak jelas tempat-tempat yang telah diduduki dan arah-arah yang diikuti oleh musuh. Dalam rapat di istana tanggal 19 Desember 1948 antara lain KSAU Suaryadarma mengajukan peringatan pada pemerintah, bahwa pasukan payung biasanya membunuh semua orang yang dijumpai di jalan-jalan, sehingga jika para beliau itu ke luar haruslah dengan pengawalan senjata yang kuat. Pada sidang tersebut, secara formal Syafruddin Prawiranegara menyerahkan kembali mandatnya, sehingga dengan demikian, M. Hatta, selain sebagai Wakil Presiden, kembali menjadi Perdana Menteri. Setelah serah terima secara resmi pengembalian Mandat dari PDRI, tanggal 14 Juli, Pemerintah RI menyetujui hasil Persetujuan Roem-Royen, sedangkan KNIP baru mengesahkan persetujuan tersebut tanggal 25 Juli 1949. 1. f. Perundingan Roem-Royen Belanda terus-menerus mendapat tekanan dari dunia internasional, terutama Amerika Serikat sehingga bersedia berunding dengan Indonesia. Perundingan antra Indonesia dan Belanda diawasi oleh komisi PBB untuk Indonesia atau United Nations Commision fotr Indonesia (UNCI). Perundingan akan diselenggarakan di Den Haag, Belanda yang disebut Konferensi Meja Bundar (KMB) Sebelum itu, diadakan perundingan pendahuluan di Jakarta yang diselenggarakan pada tanggal 17 April samapi dengan 7 Mei 1948. Perundingan yang dipimpin oleh Marle Cochran wakil Amerika serikat dalam UNCI. Delegasi Indonesia yang diketuai oleh Moh. Roem dengan anggotanya Ali Sastro Amijoyo, Dr. Leimena, Ir. Juanda, Prof. Supomo, dan Latuharhary. Bertindak sebagai penasihat adalah Sutan syahrir, Ir.Laok, dan Moh Natsir. Delegasi Belanda diketuai oleh Dr. J.H. Van royen dengan anggota Bloom, Jacob, dr. Van dr Vede, Dr. P.J Koets, Van Hoogstratendan Dr Gieben. Akhirnya pada tanggal 7 Mei 1949 tercapai Roem Royen Statement. Pernyataan pemerintah RI dibacakan oleh ketua delegasi Indonesia, Moh Roem yang berisi, antara lain sebagai berikut : 1. Pemerintah Republik Indonesia akan mengeluarkan perintah penghentian perang gerilya
  • 41. 1. Pemerintah RI turut serta dalam konferensi meja bundar dengan tujuan mempercepat penyerahan kedaulatan yang lengkap dan tidak bersyarat kepada Negara Republik Indonesia serikat. Suasana PerundinganHotel Des Indes, Batavia Roem-Royen Delegasi Belanda Kemudian membacakan pernyataan yang dibacakan oleh Dr. J.H Van Royen yang berisi antara lain sebagai berikut: 1. Pemerintah Belanda setuju bahwa pemerintah Ri harus bebas dan leluasa melakukan kewajiban dalam suatu daerah yang meliputi keprisidenanan Yogyakarta 1. Pemerintah Belanda membebaskan secara tidak bersyarat para pemimpin Republik Indonesia dan Tahanan politik lain yang ditawan sejak tanggal 19 Desember 1948. 1. Pemerintah Belanda setuju Republik Indonesia akan menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat 1. Konferensi meja Bundar akan diadakan secepatnya di Den Haag sesudah Republik Indonesia dikembalikan di Yogyakarta. Dengan tercapinya kesepakatan dalam prinsip-prinsip perundingan Roem-Royen, pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatera memerintahkan Sri Sultan Hamengku Buwono IX untuk mengambil alih memerintah Yogyakrta dari pihak Belanda. Pihak TNI masih menaruh kecurigaan terhadap hasil persetujuan Roem-Royen, tetapi Panglima Besar Jenderal Sodierman memperingatkan seluruh komando kesatuan agar tidak memikirkan maslah politik. Pada tanggal 22 Juni 1949, diselenggarakan perundingan segitiga antar Republik Indonesia, BFO, dan Belanda. Perundingan itu diawasi PBB yang dipimpin oleh Chritchley menghasilkan tiga keputusan yaitu:
  • 42. 1. Pengembalian Pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakrta yang dilaksanakan pada tanggal 24 Juni 1949. 1. Pemerintah menghentikan perang gerilya. 2. KMB akan diselenggarakn di Den Haag. Pada tanggal 1 Juli 1949 pemerintah Republik Indonesia secara resmi kembali ke Yogyakrta disusul dengan kedatangan para pemimpin Republik Indonesia dari medan gerilya. Panglima Jenderal Soedirman tiba kembali di Yogyakrta tanggal 10 Juli 1949. Setelah pemerintah Republik Indonesia kembali ke Yogyakrta, pada tanggal 13 Juli 1949 diselenggarakan sidang cabinet Republik Indonesia yang pertama. Pada kesempatan itu Mr. Syafrudin Prawiranegara mengembalikan mandatnya kepada wakil presiden, Moh.Hatta. dalam sidang cabinet juga diputuskan untuk mengangkat Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjadi Menteri Pertahanan merangkap Ketua Koordinator Keamanan. Tindak lanjut Persetujuan Roem Royen adalah: 1. Seluruh tentara Belanda harus segera dilantik di Yogyakarta 2. Setelah kota Yogyakarta dikosongkan oleh tentara Belanda, pada tanggal 29 Juni 1949 TNI mulai memasuki kota. Keluarnya tentara Belanda dan masuknya TNI diawasi oleh UNCI. Panglima Besatr Jenderal Sudirman beserta para pejuang lainnya baru tiba di Yogyakarta pada tanggal 10 Juli 1949 dengan tandu. 1. Setelah kota Yogyakarta sepenuhnya dikuasai oleh TNI maka Presiden dan wakil Presiden RI beserta para pemimpin lainnya pada tanggal 6 Juli 1949 kembali ke Yogyakarta dari Bangka. 1. Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera yang dipimpin Syarifuddin Prawiranegara menyerahkan kembali mandatnya kepada pemerintah pusat di Yogyakarta . penyerahan terjadi pada tanggal 13 Juli 1949, saat berlangsungnya sidang kabinet.
  • 43. g. Komprensi Meja Bundar Konferensi Meja Bundar adalah sebuah pertemuan antara pemerintah Republik Indonesia dan Belanda yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda dari 23 Agustus hingga 2 November 1949. Latar belakang Usaha untuk meredam kemerdekaan Indonesia dengan jalan kekerasan berakhir dengan kegagalan. Belanda mendapat kecaman keras dari dunia internasional. Belanda dan Indonesia kemudian mengadakan beberapa pertemuan untuk menyelesaikan masalah ini secara diplomasi, lewat perundingan Linggarjati, perjanjian Renville, perjanjian Roem- van Roijen, dan Konferensi Meja Bundar. Hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah: Serahterima kedaulatan dari pemerintah kolonial Belanda kepada Republik Indonesia Serikat, kecuali Papua Barat. Indonesia ingin agar semua bekas daerah Hindia Belanda menjadi daerah Indonesia, sedangkan Belanda ingin menjadikan Papua Barat negara terpisah karena perbedaan etnis. Konferensi ditutup tanpa keputusan mengenai hal ini. Karena itu pasal 2 menyebutkan bahwa Papua Barat bukan bagian dari serahterima, dan bahwa masalah ini akan diselesaikan dalam waktu satu tahun. Dibentuknya sebuah persekutuan Belanda- Indonesia, dengan monarch Belanda sebagai kepala negara Pengambil alihan hutang Hindia Belanda oleh Republik Indonesia Serikat Pembentukan RIS Tanggal 27 Desember 1949, pemerintahan sementara negara dilantik. Soekarno menjadi Presidennya, dengan Hatta sebagai Perdana Menteri membentuk Kabinet Republik Indonesia Serikat. Indonesia Serikat telah dibentuk seperti republik federasi berdaulat yang terdiri dari 16 negara yang memiliki persamaan persekutuan dengan Kerajaan Belanda. Pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Belanda Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949, selang empat tahun setelah proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Pengakuan ini dilakukan
  • 44. ketika penyerahan kedaulatan ditandatangani di Istana Dam, Amsterdam. Di Belanda ada kekhawatiran bahwa mengakui Indonesia merdeka pada tahun 1945 sama saja mengakui tindakan politionele acties (agresi militer) pada 1945-1949 adalah ilegal. Ratu Yuliana Supomo, Ali Sastroami, Roem Suasana KMB Konferensi Meja Bundar (KMB) (2 November 1949) n Belanda mengakui Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai negara yang merdeka dan berdaulat n Penyelesaian soal Irian Barat akan dibahas satu tahun setelah KMB n RIS sebagai negara yang berdaulat penuh bekerjasama dengan Belanda dalam suatu perserikatan yang dipimpin oleh Ratu Belanda atas dasar sukarela dengan kedudukan dan hak yang sama n RIS mengembalikan semua hak milik Belanda, memberikan hak konsesi, dan izin baru bagi perusahaan-perusahaan Belanda n Semua utang bekas Hindia Belanda harus dibayar oleh RIS n Dalam bidang militer akan dibentuk Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat ( APRIS) dengan TNI sebagai intinya 1. 3. Perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan dari ancaman disintegrasi Pasca Proklamasi Kemerdekaan, perjuangan bangsa Indonesia belum selesai dan sangat berat. Mengapa? Sebab menghadapi dua musuh dalam perjuangan. Di satu sisi harus berjuang mem-pertahankan kemerdekaan dari ancaman Sekutu dan NICA. Sementara disisi lain harus menghadapi tindakan makar dari gerakan separatis. Mereka menikam dari belakang, di saat bangsa membutuhkan kekuatan untuk mempertahankan kemerdekaan. Tindakan makar itu tidak bisa dibiarkan, harus ditumpas. Berkat kesigapan TNI yang didukung rakyat, akhirnya pemberontakan dapat ditumpas. Agar kalian lebih jelas, ikutilah pembahasan berikut ini!
  • 45. 1. a. PKI Madiun 1948, Membahas tentang pemberontakan PKI di Madiun tidak bisa lepas dari jatuhnya kabinet Amir Syarifuddin tahun 1948. Mengapa kabinet Amir jatuh? Jatuhnya kabinet Amir disebabkan oleh kegagalannya dalam Perundingan Renville yang sangat merugikan Indonesia. Untuk merebut kembali kedudukannya,pada tanggal 28 Juni 1948 Amir Syarifuddin membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) Untuk memperkuat basis massa, FDR membentuk organisasi kaum petani dan buruh. Selain itu dengan memancing bentrokan dengan menghasut buruh. Puncaknya ketika terjadi pemogokan di pabrik karung Delanggu (Jawa Tengah) pada tanggal 5 Juli 1959. Pada tanggal 11 Agustus 1948, Musso tiba dari Moskow. Amir dan FDR segera bergabung dengan Musso. Untuk memperkuat organisasi, maka disusunlah doktrin bagi PKI. Doktrin itu bernama Jalan Baru. PKI banyak melakukan kekacauan, terutama di Surakarta. Oleh PKI daerah Surakarta dijadikan daerah kacau (wildwest). Sementara Madiun dijadikan basis gerilya. Pada tanggal 18 September 1948, Musso memproklamasikan berdirinya pemerintahan Soviet di Indonesia. Tujuannya untuk meruntuhkan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan menggantinya dengan negara komunis. Pada waktu yang bersamaan, gerakan PKI dapat merebut tempat-tempat penting di Madiun. Untuk menumpas pemberontakan PKI, pemerintah melancarkan operasi militer. Dalam hal ini peran Divisi Siliwangi cukup besar. Di samping itu, Panglima Besar Jenderal Soedirman memerintahkan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah dan Kolonel Sungkono di Jawa Timur untuk mengerahkan pasukannya menumpas pemberontakan PKI di Madiun. Dengan dukungan rakyat di berbagai tempat, pada tanggal 30 September 1948, kota Madiun berhasil direbut kembali oleh tentara Republik. Pada akhirnya tokoh-tokoh PKI seperti Aidit dan Lukman melarikan diri ke Cina dan Vietnam. Sementara itu, tanggal 31 Oktober 1948 Musso tewas ditembak. Sekitar 300 orang ditangkap oleh pasukan Siliwangi pada tanggal 1 Desember 1948 di daerah Purwodadi, Jawa Tengah. Dengan ditumpasnya pemberontakan PKI di Madiun, maka selamatlah bangsa dan negara Indonesia dari rongrongan dan ancaman kaum komunis yang bertentangan dengan ideologi Pancasila. Penumpasan pemberontakan PKI dilakukan oleh bangsa Indonesia sendiri, tanpa bantuan apa pun dan dari siapa pun. Dalam kondisi bangsa yang begitu
  • 46. sulit itu, ternyata RI sanggup menumpas pemberontakan yang relatif besar oleh golongan komunis dalam waktu singkat. 1. b. Pembrotakan DI/TII ( Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia) 1. DI/TII Jawa Barat Sekar Marijan Kartosuwiryo mendirikan Darul Islam (DI) dengan tujuan menentang penjajah Belanda di Indonesia. Akan tetapi, setelah makin kuat, Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) pada tanggal 17 Agustus 1949 dan tentaranya dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII). Upaya penumpasan dengan operasi militer yang disebut Operasi Bharatayuda. Dengan taktis Pagar Betis. Pada tanggal 4 juni 1962, Kartosuwiryo berhasil ditanggap oleh pasukan Siliwangi di Gunung Geber, Majalaya, Jawa Barat. Akhirnya Kartosuwiryo dijatuhi hukuman mati 16 Agustus 1962. 1. DI/TII Jawa Tengah Gerakan DI/TII juga menyebar ke Jawa Tengah, Aceh, dan Sulawesi Selatan. Gerakan DI/TII di Jawa Tengah yang dipimpin oleh Amir Fatah di bagian utara, yang bergerak di daerah Tegal, Brebes dan Pekalongan. Setelah bergabung dengan Kartosuwiryo, Amir Fatah kemudian diangkat sebagai komandan pertemburan Jawa Tengah dengan pangkat Mayor Jenderal Tentara Islam Indonesia. Untuk menghancurkan gerakan ini, Januari 1950 dibentuk Komando Gerakan Banteng Negara (GBN) dibawah Letkol Sarbini. Pemberontakan di Kebumen dilancarkan oleh Angkatan Umat Islam (AUI) yang dipimpin oleh Kyai Moh. Mahfudz Abdulrachman (Romo Pusat atau Kiai Sumolanggu) Gerakan ini berhasil dihancurkan pada tahun 1957 dengan operasi militer yang disebut Operasi Gerakan Banteng Nasional dari Divisi Diponegoro. Gerakan DI/TII itu pernah menjadi kuat karena pemberontakan Batalion 426 di Kedu dan Magelang/ Divisi Diponegoro. Didaerah Merapi-Merbabu juga telah terjadi kerusuhan-kerusuhan yang dilancarkan oleh Gerakan oleh Gerakan Merapi-Merbabu Complex (MMC). Gerakan ini juga dapat dihancurkan. Untuk menumpas gerakan DI/TII di daerah Gerakan Banteng Nasional dilancarkan operasi Banteng Raiders. 1. DI/TII Aceh Adanya berbagai masalah antara lain masalah otonomi daerah, pertentangan antargolongan, serta rehabilitasi dan modernisasi daerah yang tidak lancar menjadi
  • 47. penyebab meletusnya pemberontakan DI/TII di Aceh. Gerakan DI/TII di Aceh dipimpin oleh Tengku Daud Beureueh yang pada tanggal 20 September 1953 memproklamasikan daerah Aceh sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia dibawah pimpinan Kartosuwiryo. Pemberontakan DI/TII di Aceh diselesaikan dengan kombonasi operasi militer dan musyawarah. Hasil nyata dari musyawarah tersebut ialah pulihnya kembali keamanan di daerah Aceh. 1. DI/TII Sulawesi Selatan Pemerintah berencana membubarkan Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) dan anggotanya disalurkan ke masyarakat. Tenyata Kahar Muzakar menuntut agar Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan dan kesatuan gerilya lainnya dimasukkan delam satu brigade yang disebut Brigade Hasanuddin di bawah pimpinanya. Tuntutan itu ditolak karena banyak diantara mereka yang tidak memenuhi syarat untuk dinas militer. Pemerintah mengambil kebijaksanaan menyalurkan bekas gerilyawan itu ke Corps Tjadangan Nasional (CTN). Pada saat dilantik sebagai Pejabat Wakil Panglima Tentara dan Tetorium VII, Kahar Muzakar beserta para pengikutnya melarikan diri ke hutan dengan membawa persenjataan lengkap dan mengadakan pengacauan. Kahar Muzakar mengubah nama pasukannya menjadi Tentara Islam Indonesia dan menyatakan sebagai bagian dari DI/TII Kartosuwiryo pada tanggal 7 Agustus 1953. Tanggal 3 Februari 1965, Kahar Muzakar tertembak mati oleh pasukan TNI. 1. c. Andi Aziz Adapun faktor yang menyebabkan pemberontakan adalah : 1. Menuntut agar pasukan bekas KNIL saja yang bertanggung jawab atas keamanan di Negara Indonesia Timur. 2. Menentang masuknya pasukan APRIS dari TNI 3. Mempertahankan tetap berdirinya Negara Indonesia Timur. Karena tindakan Andi Azis tersebut maka pemerintah pusat bertindak tegas. Pada tanggal 8 April 1950 dikeluarkan ultimatum bahwa dalam waktu 4 x 24 jam Andi Azis harus melaporkan diri ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, pasukannya harus dikonsinyasi, senjata-senjata dikembalikan, dan semua tawanan harus dilepaskan. Kedatangan pasukan pimpinan Worang kemudian disusul oleh pasukan ekspedisi yang dipimpin oleh Kolonel A.E Kawilarang pada tanggal 26 April 1950 dengan kekuatan dua brigade dan satu batalion di antaranya adalah Brigade Mataram yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Suharto. Kapten Andi Azis dihadapkan ke Pengadilan Militer di