“Oh GOSH! Reflecting on Hackteria's Collaborative Practices in a Global Do-It...
Kelompok 5 laporan pkpp spektrofotometri uv vis
1. LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN DAN PENGUKURAN
PENETUAN KADAR Fe(II) DALAM SAMPEL DENGAN MENGGUNAKAN ALAT
SPEKTROFOTOMETER UV-VIS
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Kimia Pemisahan dan Pengukuran
Diampu oleh : Dr. Soja Siti Fatimah, S.Si., M.Si.
Drs. Hokcu Suhanda, M.Si.
Tanggal Praktikum Awal : Senin, 14 September 2020
Tanggal Praktikum Akhir : Senin, 21 September 2020
Disusun Oleh :
Dewi Sri Hartati 1801340
Rekan Kerja :
Dwi Ajni Shafarwati 1800001
Dwi Putri Oktaviani 1808189
Kelompok 5
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020
2. Tanggal Praktikum Awal : Senin, 14 September 2020
Tanggal Praktikum Akhir : Senin, 21 September 2020
PENETUAN KADAR Fe(II) DALAM SAMPEL DENGAN MENGGUNAKAN ALAT
SPEKTROFOTOMETER UV-VIS
A. Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat menentukan kadar Fe(II) dalam sampel dengan menggunakan alat
spektrofotometer UV-Vis dan dapat mengoperasikan alat spektrofotometer UV-Vis.
B. Tinjauan Pustaka
Besi merupakan unsur yang mempunyai simbol Fe dan nomor atom 26. Besi termasuk
golongan VIII B dan periode 4. Besi (Fe) merupakan logam transisi yang sangat berguna
dan logam yang sangat reaktif. Dalam keadaan murni, besi tidak terlalu keras, tetapi jika
ditambahkan dengan sedikit karbon dan logam lainnya maka akan terbentuk baja yang
kuat. Besi adalah elemen kimiawi yang dapat ditemukan hampir di setiap tempat dibumi
pada semua lapisan-lapisan geologis dan badan air. Besi dalam air tanah dapat berbentuk
Fe(II) dan Fe(III) terlarut. Fe(II) terlarut dapat tergabung dengan zat organik membentuk
suatu senyawa kompleks. Pada kadar 1-2 ppm besi dapat menyebabkan air berwarna
kuning, terasa pahit, meninggalkan noda pada pakaian dan porselin.
(Peni et al, 2009)
Besi memiliki dua tingkat oksidasi, yaitu Fe2+ (ferro) dan Fe3+ (ferri). Senyawa-
senyawa yang dapat digunakan untuk mereduksi besi(III) menjadi besi(II) diantaranya
seng, ion timah(II), sulfit, senyawa NH2OH.HCl, hidrazin, hidrogen sulfida, natrium
tiosulfat, vitamin C, dan hidrokuinon. Pemilihan reduktor ini tergantung suasana asam
yang digunakan dan keberadaan senyawa lain dalam cuplikan yang akan dianalisis.
Umumnya besi cenderung untuk membentuk senyawa dalam bentuk ferri daripada dalam
bentuk ferro, dan membentuk kompleks yang stabil dengan senyawa-senyawa tertentu.
(Day, 2002)
Besi dapat membentuk dua macam ion, yaitu ion Fe(II) dan ion Fe(III). Ion Fe(II)
berwarna sedikit hijau dalam larutan, sedangkan ion Fe(III) berwarna kuning muda. Ion
Fe(II) merupakan reduktor kuat dan mudah dioksidasi menjadi Fe(III) pada suasana netral
atau basa. Ion Fe(III) lebih stabil dibandingkan dengan ion Fe(II).
(Svehla, 1985)
3. Besi dalam sangobion terkandung sebagai bersi (II) glukonat C12H24FeO14 (Mr =
448,156 g/mol). Penentukan kadar besi berdasarkan pada pembentukan senyawa kompleks
berwarna antara besi (II) dengan orto-fenantrolin yang dapat menyerap sinar tampak secara
maksimal pada panjang gelombang antara 500-530 nm. Intensitas sinar yang diserap
larutan sampel akan berkorelasi dengan kuantitas analit yang terkandung di dalamnya
sesuai dengan Hukum Lambert-Berr (A = εbC).
(LKI UPI,2018)
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisis yang didasarkan pada pengukuran
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang
spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor
fototube. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan metode pengukuran dengan
menggunakan spektrofotometer ini digunakan sering disebut dengan spektrofotometri.
Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi
yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada
berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu perekam untuk menghasilkan
spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda.
Spektroskopi UV-Vis adalah teknik analisis spektroskopi yang menggunakan sumber
radiasi elektromegnetik ultraviolet dan sinar tampak dengan menggunakan instrumen
spektrofotometer. Prinsip dari spektrofotometer UV-Vis adalah penyerapan sinar tampak
untuk ultraviolet dengan suatu molekul dapat menyebabkan terjadinya eksitasi molekul
dari tingkat energi dasar (ground state) ke tingkat energi yang paling tinggi (excited
stated). Pengabsorbsian sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya
menghasilkan eksitasi elektron bonding, akibatnya panjang absorbsi maksimum dapat
dikolerasikan dengan jenis ikatan yang ada didalam molekul.
(Hendayana, Sumar 1994 : 155)
Penentuan kadar besi berdasarkan pada pembentukan senyawa kompleks berwarna
antara besi(II) dengan orto-fenantrolin yang dapat menyerap sinar tampak secara maksimal
pada panjang gelombang tertentu. Banyak sinar yang diserap akan berkorelasi dengan
kuantitas analit yang terkandung di dalamnya sesuai dengan Hukum Lambert-Beer.
(Tim Praktikum Kimia Pemisahan dan Pengukuran, 2020 : 10)
Penentuan kadar besi dapat dilakukan dengan menggunakan metode
spektrofotometri UV-Vis dengan reaksi pengompleksan terlebih dahulu yang
ditandai dengan pembentukan warna spesifik sesuai dengan reagen yang digunakan.
Senyawa pengompleks yang dapat digunakan diantaranya molibdenum, selenit,
4. difenilkarbazon, dan fenantrolin. Pada percobaan ini pengompleks yang digunakan
adalah 1,10-fenantrolin 0,1%. Besi(II) bereaksi membentuk kompleks merah jingga.
Warna ini tahan lama dan stabil pada range pH 2-9. Metode tersebut sangat sensitif
untuk penentuan besi. Pengukuran menggunakan metode fenantrolin dengan pereduksi
hidroksilamin hidroklorida dapat diganggu oleh beberapa ion logam, misalnya bismut,
tembaga, nikel, dan kobalt.
(Vogel, 1985)
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan analisa spektrofotometri UV-
Vis adalah pemilihan pelarut. Pelarut yang digunakan tidak hanya harus melarutkan suatu
sampel tetapi juga tidak boleh menyerap cukup banyak absorbansi, tidak terjadi interaksi
dengan senyawa yang akan dianalisa, dan kemurniannya harus tinggi.
Komponen-komponen pokok yang ada dalam spektrofotometeri UV-Vis yaitu meliputi :
1. Sumber energi radiasi yang stabil.
2. Monokromator untuk mengubah radiasi polikromatik menjadi panjang gelombang
tunggal yang terdiri dari sistem slit (pintu masuk sinar), pendispersi (cermin atau prisma
segitiga), dan slit (pintu keluar sinar).
3. Sel absorpsi, biasanya dikenal dengan kuvet yaitu tempat untuk meletakkan sampel dan
blanko yang akan diuji.
4. Detektor fotolistrik untuk menyerap energi foton dan mengubah energi tersebut. Syarat
pentingnya adalah mempunyai sensitifitas yang tinggi, waktu respon singkat, dan stabil.
(Underwood,1999)
Salah satu metode yang sering digunakan untuk menentukan kadar Fe (II) adalah
metode spektrofotometri UV Vis. Metode ini memerlukan pengompleksan sehingga dapat
membentuk warna yang spesifik yang dapat terukur dalam spektrofotometer UV-Vis.
Untuk meminimalkan gangguan analisa, maka diperlukan perlakuan awal yang tepat. Cara
yang biasa dilakukan sebagai perlakuan awal adalah destruksi. Destruksi perlu dilakukan
sebelum analisa karena destruksi berfungsi untuk menghilangkan atau memisahkan
kandungan ion lain.
(Kurniawati Suerni dan Sugiarso Djarot, 2016 : 1)
Destruksi merupakan suatu perlakuan pemecahan senyawa menjadi unsur-unsurnya
sehingga dapat dianalisa. Istilah destruksi dapat disebut juga perombakan, yaitu dari
bentuk organik logam menjadi bentuk logam-logam anorganik.
(Kristianingrum, 2012)
Spektrofotometri adalah suatu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk
mengukur konsentrasi sampel secara kuantitatif yang didasarkan interaksi materi dengan
5. cahaya. Cahaya yang diserap oleh materi ini akan terukur sebagai transmitans ataupun
absorbans. Dalam analisis cara spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang gelombang
elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200-380 nm), daerah Visible (380-700
nm), dan daerah Inframerah (700-3000 nm). Namun pada percobaan ini dilakukan dengan
spektrofotometer visible karena larutan sampel yang dianalisis memiliki warna.
Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hukum Lambert-Beer, bila cahaya
monokromatik (I0) melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut akan
diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi diteruskan (It). Berdasarkan
hukum Lambert-Beer, rumus yang digunakan untuk menghitung banyaknya cahaya yang
dihamburkan:
T = It / I0 atau %T = (It / I0) x 100%
Sedangkan untuk absorbansi dinyatakan dengan persamaan:
A = a x b c atau A = Ԑ x b x c
Dimana A = Absorbansi ; a = Tetapan absorbtivitas (jika konsentrasi larutan yang
diukur dalam ppm) ; c = Konsentrasi larutan yang diukur ; Ԑ = Tetapan absorbtivitas molar
(jika konsentrasi larutan yang diukur dalam molar) ; b = Tebal larutan.
(Day. 2002)
Pada gambar disamping, terdapat:
Saklar dan Pengatur 0%T
Tempat larutan
Lampu indikator
Pengatur panjang gelombang
Pengatur 100% T
Pembacaan A atau %T
Alat spektronik 20 ini mempunyai rantang panjang gelombang dari 340 nm- 600 nm.
Larutan yang berwarna dalam tabung reaksi khusus dimasukkan ke tempat cuplikan dan
absorbansi atau persen transmitansi dapat dibaca pada skala pembacaan. Sistem optik dari
alat ini dapat digambarkan sebagai berikut :
6. Sumber cahaya berupa lampu tungsten akan memancarkan sinar polikhromatik. Setelah
melalui pengatur panjang gelombang, hanya sinar yang monokhromatik dilewatkan ke
larutan dan sinar yang melewati larutan di deteksi fotodentor.
(Hendayana, Sumar. 1994)
Instrumen Spektrofotometer UV-Vis
1. Sumber cahaya polikromatis
Sumber cahaya polikromatis berfungsi sebagai sumber sinar polikromatis dengan
berbagai macam rentang panjang gelombang. Untuk spektrofotometer ultraviolet
menggunakan lampu deuterium. Spektrofotometer visible menggunakan lampu halogen
kuarsa atau tungsten yang sering disebut lampu wolfram. Tungsten mempunyai titik
didih yang tertinggi yaitu 3422ºC dibanding logam lainnya. karena sifat inilah maka ia
digunakan sebagai sumber lampu.. Untuk spektrofotometer ultraviolet-visible
menggunan photodiode yang telah dilengkapi monokromator. Sedangkan untuk
spektrofotometri inframerah, lampu yang digunakan yaitu pada panjang gelombang
inframerah. .
2. Monokromator
Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang gelombang yaitu mengubah
cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya monokromatis.
Jenis monokromator yang saat ini banyak digunakan adalah gratting atau lensa prisma
dan filter optik.
Monokromator terdiri dari :
a. Celah masuk (split)
Berfungsi untuk menerima sinar yang telah dipersempit pada daerah panjang
gelombang tertentu untuk diteruskan ke zat.
b. Lensa kolimator
Berfungsi untuk mengubah sinar menjadi berkas yang sejajar.
7. c. Media pendispersi
Terdapat dua jenis, yaitu prisma dan gratting. Pada gratting atau kisi difraksi,
cahaya monokromatis dapat dipilih panjang gelombang tertentu yang sesuai.
Kemudian dilewatkan melalui celah yang sempit yang disebut split. Ketelitian dari
monokromator dipengaruhi oleh lebar celah (slit width) yang dipakai.
d. Celah keluar
Berfungsi untuk mengisolasi sinar yang diinginkan.
3. Sel (Kuvet)
Kuvet adalah tempat yang digunakan untuk meletakkan larutan yang akan diukur.
Kuvet yang digunakan umumnya tidak menyerap sinar. Pada pengukuran daerah sinar
tampak (visible) kuvet kaca dapat digunakan, tetapi untuk daerah UV kita harus
menggunakan kuvet kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Untuk
daerah infrared dapat digunakan kuvet kristal garam.
4. Detektor
Detektor berfungsi untuk mengubah energi sinar yang diteruskan oleh sampel
menjadi besaran listrik yang terukur. Detektor yang ideal harus memiliki kepekaan yang
tinggi, perbandingan sinyal-noise yang tinggi dan sifat tanggap yang stabil pada daerah
panjang gelombang pengamatan. Syarat-syarat detektor :
a. Kepekaan yang tinggi
b. Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi
c. Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
d. Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi
Selain itu juga detektor harus menghasilkan signal yang mempunyai hubungan
kuantitatif dengan intensitas sinar, dapat menangkap atau merespon energi sinar, peka
dengan noise rendah, waktu respon pendek, stabil, dapat memperkuat isyarat listrik
dengan mudah, dimana isyarat listrik yang dihasilkan berbanding lurus dengan
intensitas.
8. Macam-macam detektor diantaranya yaitu :
a. Detektor selektif
Adalah detektor yang peka terhadap golongan senyawa tertentu saja, detektor ini
terbagi menjadi dua, yaitu detektor flouoresensi dan detektor konduktivitas listrik
b. Detektor universal
Yaitu detektor yang peka terhadap golongan senyawa apapun, kecuali pelarutnya
itu sendiri. Detektor ini terbagi menjadi empat, yaitu detektor spektrometer massa,
detektor spektrometer infra merah, detektor indeks bias, dan detektor uv-vis
Detektor uv-vis (uv-sinar tampak) paling banyak digunakan, karena sensitifitasnya
baik, mudah menggunakannya, tidak merusak senyawa yang dianalisis, dan
memungkinkan untuk melakukan elusi bergradien. Ada yang dipasang pada panjang
gelombang tetap, yaitu pada panjang gelombang 254 nm, dan ada juga yang panjang
gelombangnya dapat dipilih sesuai yang diinginkan, antara 190-600 nm. Detektor
dengan panjang gelombang bervariabel ini ada yang dilengkapi alat untuk memilih
panjang gelombang secara otomatis dan dapat me-nol-kan sendiri (auto zero). Detektor
jenis ini juga ada yang menggunakan drode arrays (sebagai pengganti phototube),
sehingga dapat melakukan pembacaan absorban yang kontinyu pada berbagai macam
panjang gelombang.
Jenis-jenis detektor UV-Vis, yaitu :
a. Barrier layer cell (photo cell atau photo votaice cell)
b. Phototube
9. c. Photomultipliers
Sangat sensitif, respon cepat, digunakan dalam instrumen double beam panguatan
internal.
5. Penguat/Amplifier
Berfungsi untuk memperbesar arus yang dihasilkan oleh detektor agar dapat dibaca
oleh indikator.
6. Read-Out (Alat Pembaca)
Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat listrik yang
berasal dari detektor. Hasil yang dikeluarkan dapat melalui printer, digital recorder, atau
komputer yang dilengkapi layar monitor. Jenis-jenis read-out yaitu:
a. Null balance
Penggunakan prinsip null balance potentiomer, tidak nyaman dan banyak diganti
dengan pembacaan langsung dan pembacaan digital.
b. Direct readers
Absorbansi (A), konsentrasi (C), dan persen transmitan (%T), dibaca langsung
dari skala.
c. Pembacaan digital
Mengubah signal analog ke digital dan menampilkan angka berupa light emithing
diode (LED), sebagai A, %T, atau C. Dengan pembacaan meter seperti gambar, akan
lebih mudah dibaca skala transmitannya, kemudian menentukan absorbansi dengan
A = - log T.
(Rohman, 2007)
Mekanisme kerja alat spektrofotometer UV-Vis adalah sinar dari sumber sinar
dilewatkan melalui celah masuk, kemudian sinar dikumpulkankan agar sampai ke prisma
untuk didifraksikan menjadi sinar-sinar dengan panjang gelombang tertentu. Selanjutnya
sinar dilewatkan ke monokromator untuk menyeleksi panjang gelombang yang diinginkan.
Sinar monokromatis melewati sampel dan akan ada sinar yang diserap dan diteruskan.
10. Sinar yang diteruskan akan dideteksi oleh detektor. Radiasi yang diterima oleh detektor
diubah menjadi sinar listrik yang kemudian terbaca dalam bentuk transmitansi.
(Purnamasari, 2016)
C. Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat
Spektrofotometer
Labu takar 100 mL
Labu takar 25 mL
Gelas kimia 100 mL
Botol semprot
Spatula
Corong pendek
Pipet seukuran
Pipet tetes
Batang pengaduk
Neraca Analitik
Ball pipet
Buret mikro
Statif dan Klem
b. Bahan
Garam Fe(NH4)2 (SO4)2.6H2O
Larutan Hidroksilamin-HCl 5%
Larutan 1,10-fenantrolin 0,1%
Larutan CH3COONa 5%
H2SO4 2 M
Larutan Sampel
Aquades
11. D. Bagan Alir Prosedur Kerja Praktikum
1. Pembuatan Larutan Induk Fe(II) 100 ppm
2. Pembuatan Larutan Standar Fe(II) 10 ppm
3. Pembuatan Larutan Deret Standar dan
Larutan Sampel
Garam Fe(NH4)2 (SO4)2.6H2O
Ditimbang sebanyak ± 0,0700 gram
Dilarutkan dengan aquades dan
dimasukkan ke dalam labu takar 100
mL
Ditambahkan 5 mL Asam Sulfat 2M
untuk menghindari hidrolisis
Ditambahkan kembali aquades
sampai tanda batas labu takar
Hasil
Larutan baku Fe(II) 100 ppm
Dipipet sebanyak 10 mL
Dimasukkan ke dalam labu ukur 100
mL
Diencerkan dengan aquades hingga
tanda batas
Dihomogenkan
Hasil
Volume larutan standar yang
digunakan adalah 2,5 mL; 3,75 mL;
5 mL dan 6,25 mL dan 7,5 mL
untuk membuat larutan standar
dengan konsentrasi 1 ppm, 1,5 ppm,
2 ppm dan 2,5 ppm dan 3 ppm
Dibuat larutan standar dalam labu
ukur 25 mL
Ditambahkan masing-masing ke
dalam larutan standar dalam labu
ukur 1 mL larutan hidroksilamin-
HCl 5%, 8 mL CH3COONa 5% dan
5 mL 1,10-fenantrolin 0,1%.
Diencerkan dengan aquades hingga
tanda batas
Larutan sampel dibuat dalam labu
ukur 25 mL
Sampel dipipet sebanyak 1 mL
Ditambahkan 1 mL larutan
hidroksilamin-HCl 5%, 8 mL
CH3COONa 5% dan 5 mL 1,10-
fenantrolin 0,1%.
Diencerkan dengan aquades hingga
tanda batas
Hasil
12. 4. Penentuan Panjang Gelombang
Maksimum
5. Pengukuran Deret Standar dan Sampel
E. Identitas Data Sangobion
Multivitamin :
Vitamin C
Folic Acid
Vitamin B12D
CuSO4
MgSO4
Fe sebagai Ferrous Glukonat
(Mr C12H24FeO14 = 448,156 g/mol), dalam 1 kapsul terkandung 250 mg
SNI 06-4138-1996
F. Hasil dan Analisis Data
Praktikum yang berjudul “Penentuan Kadar Fe (II) dalam Sampel dengan Menggunakan
Alat Spektrofotometer UV-Vis” yang bertujuan untuk menentukan kadar Fe (II) dalam
sampel dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis dan dapat mengoperasikan
alat spektrofotometer UV-Vis. Prinsip dasar praktikum ini yaitu penentuan kadar besi
berdasarkan pada pembentukan senyawa kompleks berwarna antara besi(II) dengan orto-
fenantrolin yang dapat menyerap sinar tampak secara maksimal pada panjang gelombang
tertentu. Banyak sinar yang diserap akan berkorelasi dengan kuantitas analit yang
terkandung di dalamnya sesuai dengan Hukum Lambert-Beer. Prinsip kerja
spektrofotometer UV-Vis adalah interaksi yang terjadi antara energi yang berupa sinar
monokromatis dari sumber sinar dengan materi yang berupa molekul. Prinsip kerja
Larutan deret standar dengan
konsentrasi 2 ppm
Diukur dengan menggunakan alat
spektronic-20 pada panjang
gelombang 400-600 nm
Hasil
Larutan deret standar dan sampel
Diukur serapan larutan pada λ
maksimum dengan alat spektronic-20
pada panjang gelombang maksimum
Dibuat kurva kalibrasi antara
konsentrasi dan serapan deret standar
Hasil
13. spektrometer berdasarkan hukum Lambert-Beer, yaitu bila cahaya monokromatik (Io)
melalui media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan
(Ir) dan sebagian lagi dipancarkan (It).
Percobaan penentuan kadar Fe ini dilakukan dengan menggunakan deret larutan standar
Fe(II) 1ppm, 1,5 ppm, 2 ppm, 2,5 ppm dan 3 ppm yang dibuat dengan melarutkan Fe(II)
100 ppm yang bertujuan untuk membuat kurva kalibrasi yang akan digunakan untuk
menghitung kadar besi dalam sampel air. Sebelum melakukan penentuan kadar pada
beberapa deret larutan tersebut, terlebih dahulu membuat larutan blanko. Larutan blanko
ini dibuat dengan memasukkan 1 mL larutan Hidroksilamina-HCL, 8 mL CH3COONa 5
%, dan 5 mL 1-10- fenantrolin 0,1% ke dalam labu takar 25 mL, kemudian diencerkan
dengan aquades hingga tanda batas, kemudian menghomogenkan larutan dengan cara
mengocoknya. Larutan blanko merupakan larutan yang tidak mengandung analat untuk
dianalisis (Basset 1994). Larutan blanko digunakan sebagai kontrol dalam suatu percobaan
sebagai nilai 100% transmittans. Tujuan pembuatan larutan blanko ini adalah untuk
mengetahui besarnya serapan oleh zat yang bukan analat.
Setelah membuat larutan blanko, kemudian membuat deret larutan standar Fe (II) dibuat
dari pengenceran larutan baku Fe (II) 100 ppm. Sebelum membuat deret larutan, harus
menghitung terlebih dahulu besar volume Fe (II) yang harus ditambahkan dalam larutan
dengan menggunakan rumus pengenceran yaitu M1 . V2 = M2 . V2. Berdasarkan
perhitungan yang telah dilakukan, untuk membuat deret larutan Fe (II) 1 ppm; 1,5 ppm; 2
ppm; 2,5 ppm dan 3 ppm perlu ditambahkan 2,5 mL; 3,75 mL; 5 mL; 6,75 mL dan 7,5 mL
larutan baku Fe (II) 100 ppm ke dalam 5 buah labu takar 25 mL. kemudian masing-masing
menambahkan dengan 1 mL larutan Hidroksilamina-HCL, 8 mL CH3COONa 5 %, dan 5
mL 1-10- fenantrolin 0,1% ke dalam labu takar 25 mL ke dalam masing-masing labu
takar. Setelah semua larutan masuk dalam labu takar, kemudian dilakukan pengenceran
dengan menambahkan aquades hingga tanda batas, kemudian menghomogenkan larutan
dengan mengocoknya. Ketika reagen direaksikan dengan larutan sampel akan
menghasilkan kompleks berwarna orange, dimana warna orange yang dihasilkan berbeda-
beda kepekatannya. Berdasarkan hasil pengamatan, larutan Fe (II) 1 ppm memiliki warna
orange paling terang sedangkan larutan Fe (II) 3 ppm memiliki warna orange paling pekat.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi Fe(II)
maka warna larutan akan semakin pekat.
Penentuan kadar besi dalam sampel air ini menggunakan beberapa pelarut yaitu, larutan
CH3COONa 5%, larutan Hidroksilamin-HCl 5% dan larutan 1,10-fenantrolin 0,1%.
14. Penambahan dari larutan Hidroksilamin-HCl 5% yaitu untuk mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+,
dan persamaan reaksinya adalah:
2 Fe3+
(aq) + 4 NH2OH (aq) + 2 OH-
(aq) 2 Fe2+
(aq) + N2 (g) + 4 H2O (l)
Fe2+ lebih stabil dibandingkan dengan Fe3+. Tujuan dari penambahan larutan 1,10-
fenantrolin 0,1% adalah untuk membentuk kompleks larutan berwarna. Reaksi besi dengan
1,10-fenantrolin 0,1% merupakan reaksi kesetimbangan dan berlangsung pada pH 6-8
maka dari itu, perlu ditambahkan larutan CH3COONa 5% yang bertujuan untuk menjaga
pH agar tetap berada di range pH 6-8 supaya pembuatan kompleks Fe-fenantrolin berjalan
stabil dan optimum.
Penentuan besi (Fe) didasarkan pada reaksi pembentukan kompleks antara Fe(II)
dengan pengompleks 1,10-fenantrolin. Senyawa kompleks Fe(II) – 1,10-fenantrolin akan
terbentuk pada pH 2-9. Menurut Vogel (1961), untuk regensia o-Fenantrolina yang
bereaksi dengan besi, terjadi pewarnaan merah yang disebabkan oleh adanya kation
kompleks [Fe(C18H8N2)3]2+ dalam larutan yang sedikit asam. Fe(III) tidak mempunyai
efek, dan harus direduksi dulu menjadi keadan bivalen dengan Hidroksilamin-HCl jika
regensia hendak dipakai untuk menguji besi dalam suatu senyawa. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut:
Fe2+ (aq) + 3 C12H2N2 (aq) → [(C12H2N2)3Fe]2+ (aq) (kompleks merah jingga)
Setelah semua larutan yang diperlukan telah dibuat, kemudian melakukan pengukuran
terhadap besar absorbansi masing-masing larutan, yaitu larutan blanko, larutan sampel, dan
semua deret larutan yang telah dibuat. Pengukuran besar absorbansi ini dilakukan dengan
menggunakan spetrofometri UV-Vis. Spektrofotometri yang digunakan tepatnya adalah
spektrofotometri cahaya tampak, karena logam besi mempunyai panjang gelombang lebih
dari 400 nm, sehingga jika menggunakan spktrofotometri UV, logam besi dalam sampel
tidak terdeteksi. Sebelum memulai pengoperasian spektrofotometri visible dilakukan
matching kuvet terlebih dahulu dengan larutan CoCl2 yang berwarna merah muda,
matching kuvet bertujuan untuk menentukan jenis kuvet yang tepat untuk digunakan.
Pengukuran yang dilakukan ialah menghidupkan alat spektrofotometri dan menunggu
hingga cahaya pada indikator spektrofotometri berwarna hijau. Kemudian menentukan
besar panjang gelombang yang akan digunakan. Dalam percobaan ini, digunakan panjang
gelombang sebesar 510 nm. Selanjutnya praktikan memasukkan larutan blanko ke dalam
kuvet, kemudian memasukkan ke dalam alat dan mengukur absorbansinya. Setelah itu,
memasukkan larutan sampel dan deret larutan ke dalam kuvet, dan mengukur
absorbansinya secara bergantian. Dalam melakukan pengukuran absorbansi larutan sampel
dan deret larutan, sebelum pengukuran harus dilakukan pengukuran absorbansi terhadap
15. larutan blanko terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengkaliberasi alat. Kemudian
melihat angka yang ditunjukkan pada indikator alat, apabila angka telah berhenti maka
pengukuran telah selesai. Maka, telah didapatkan hasil pengukuran absorbansi dan
membaca hasil pengukuran yang tertera pada layar minotor spetrofometer.
Pada saat penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan untuk mengetahui ketika
absorpsi mencapai maksimum sehingga meningkatkan proses absorpsi larutan terhadap
sinar. Pemilihan panjang gelombang maksimum sangat menentukan dalam percobaan
karena apabila terjadi penyimpangan kecil dalam percobaan akan mengakibatkan
kesalahan yang kecil dalam pengukuran, begitupula sebaliknya, jika pemilihan panjang
gelombang maksimum memiliki spektrum perubahan yang besar pada nilai absorbansi saat
panjang gelombang sempit, maka bila terjadi penyimpangan kecil pada cahaya yang masuk
akan mengakibatkan kesalahan besar dalam pengukuran. Semakin besar panjang
gelombang maka akan semakin kecil nilai absorbansinya. Hal ini disebabkan sinar putih
pada setiap panjang gelombang dapat terdeteksi lebih akurat oleh prisma. Penggunaan
larutan standar 2 ppm dalam pengukuran panjang gelombang maksimum dikarenakan
konsentrasi ini merupakan rata-rata konsentrasi dari semua larutan deret standar.
Pengukuran absorbansi larutan deret standar pada panjang gelombang 510 nm.
Metoda spektrofotometri uv-vis adalah salah satu metoda analisis kimia untuk
menentukan unsur logam, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Analisis secara
kualitatif berdasarkan pada panjang gelombang yang ditunjukkan oleh puncak spektrum
(190 nm s/d 900 nm), sedangkan analisis secara kuantitatif berdasarkan pada penurunan
intensitas cahaya yang diserap oleh suatu media. Pembentukan warna dilakukan dengan
cara menambahkan bahan pengompleks yang selektif terhadap unsur yang ditentukan
(Fatimah, 2009). Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban
suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Syarat analisis menggunakan visibel
adalah cuplikan yang dianalisis bersifat stabil membentuk kompleks dan larutan berwarna.
Oleh karena itu, dalam penetuan kadar besi dalam air, perlu ditambahakan Hidroksilamin-
HCl 5% untuk mereduksi Fe(III) menjadi Fe(II).
Berdasarkan pengukuran absorbansi, didapatkan hasil bahwa absorbansi deret larutan Fe
(II) 1 ppm 0,145 A; Fe (II) 1,5 ppm 0,238 A; Fe (II) 2 ppm 0,330 A; Fe (II) 2,5 ppm 0,425
A; dan Fe (II) 3 ppm 0,525 A, sedangkan larutan sampel memiliki absorbansi sebesar
0,441 A. Berdasarkan hasil tersebut, praktikan dapat menyimpulkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi larutan Fe (II) maka absorbansinya semakin besar. Berdasarkan hasil perolehan
absorbansi tersebut, dibuat kurva baku standar untuk memudahkan perhitungan kadar Fe
(II) dalam sampel menggunakan perbandingan regresi linier sebagia berikut :
16. Berdasarkan grafik tersebut, terlihat garis lurus yang menujukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi larutan, maka semakin besar pula besar absoransi larutan, sehingga dapat
dikatakan bahwa konsentrasi larutan berbanding lurus dengan besar absorbansi. Hal ini
disebabkan karena pada konsentrasi yang tinggi, jarak antar partikel zat menjadi sangat
rapat, yang akan mempengaruhi distribusi muatan, dan mengubah cara molekul melakukan
serapan.
Dari grafik tersebut diperoleh nilai persamaan garis yaitu y = 0,1762x - 0,0165.
Persamaan garis tersebut digunakan untuk menghitung kadar besi dalam sampel. Dari
persamaan garis tersebut y menyatakan absorbansi sampel, sedangkan x menyatakan kadar
Fe yang dikandungnya. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan persaaman garis
tersebut, maka didapatkan hasil bahwa besarnya kadar Fe (II) pada sampel sebesar 2,5965
ppm.
G. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum diatas dapat diambil kesimpulan yaitu :
1. Kadar Fe (II) dalam larutan sampel yang dihitung dengan metode spektrofotometri yaitu
sebesar 2,5965 ppm.
2. Cara mengoperasikan alat spektrofotometer UV-VIS yaitu :
y = 0.1762x - 0.0165
R² = 0.9957
-0.1
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Absorbansi
Konsentrasi
Kurva Kalibrasi
Konsentrasi vs Absorbansi
Absorbansi Linear (Absorbansi)
17. Menghidupkan alat spektrofometer dan menunggu hingga cahaya indikator
spektrofotometer berwarna hijau.
Mengatur panjang gelombang yang akan digunakan.
Menuangkan larutan blanko, sampel, dan deret larutan standar ke dalam kuvet secara
bergantian.
Mengukur absorbansi larutan dengan memasukkan kuvet ke dalam alat. Pengukuran
dilakukan secara bergantian, pertama mengkaliberasi alat dengan melakukan
pengukuran terhadap larutan blanko, kemudian memasukkan larutan yang akan di
ukur besar absorbansinya setiap pengukuran larutan harus didahului dengan
pengukuran larutan blanko terlebih dahulu hingga menunjukkan angka absorbansi
larutan blanko sebesar 0,000 A.
Melihat angka pengukuran pada layar monitor spektrofotometer.
Apabila angka penghitungan telah berhenti, maka hal ini menunjukkan pengukuran
telah selesai.
Membaca hasil pengeukuran absorbanssi yang tertera pada layar monitor
spektrofometer.
H. Daftar Pustaka
Day, R A, dan Underwood, A L. (2002). Analsis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga
Hendayana, Sumar. (1994). Kimia Analitik Instrumen.Semarang : Semarang Press.
Kristianingrum, S. (2012). Kajian Berbagai Proses Destruksi Sampel dan
Efeknya. Yogyakarta : FMIPA UNY
Kurniawati Suerni dan Sugiarso Djarot. (2016). Perbandingan Kadar Fe (II) dalam Tablet
Penambah Darah Secara Spektrofotometri UV-Vis yang Dipreparasi
Menggunakan Metode Destruksi Basah dan Destruksi Kering, Vol. 5 (I), hlm. C1-
C-5.
LKI UPI. (2018). Penentuan Kadar Besi Dalam Obat (Sangmobion) Dengan
Spektrofotometri UV-Vis. Bandung : LKI UPI.
Peni. P dan Riyanti. A. 2009. Pemeriksaan Kadar Besi (Fe) Dalam Air Sumur, Air PDAM
dan Air Instalasi Migas didesa Kampung Baru Cepu Secara Spektrofotometri.
Jurnal Kimia dan Teknologi. ISSN 0216-163X.
Purnamasari, Pupung. (2016). Kimia Instumen. Bogor : SMK-SMAK Bogor
Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
18. Svehla, G. (1985). Vogel : Buku Teks Analisa Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka.
Tim Praktikum Kimia Pemisahan dan Pengukuran. (2020). Penuntun Praktikum Kimia
Pemisahan dan Pengukuran. Bandung : Departemen Pendidikan Kimia UPI
Underwood, A.L., R.A. Day. (1999). Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta :
Erlangga.
Vogel. (1985). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta :
PT Kalman Media Pusaka
I. Lampiran
1. Cara Pembuatan Larutan
a. Larutan Standar Fe (II) 10 ppm
V1 . M1 = V2 . M2
V1 = Volume larutan induk
V2 = Volume larutan standar
M1 = Konsentrasi larutan induk
M2 = Konsentrasi larutan standar
V1 = 10 mL
b. Larutan Deret Standar Fe (II)
M1 . V1 = M2 . V2
V1 = (
𝑀2 𝑉2
𝑀1
)
1 ppm : V1 = (
1 𝑝𝑝𝑚 𝑥 25 𝑚𝐿
10 𝑝𝑝𝑚
) = 2,5 mL
1,5 ppm : V1 = (
1,5 𝑝𝑝𝑚 𝑥 25 𝑚𝐿
10 𝑝𝑝𝑚
) = 3,75 mL
2 ppm : V1 = (
2 𝑝𝑝𝑚 𝑥 25 𝑚𝐿
10 𝑝𝑝𝑚
) = 5 mL
2,5 ppm : V1 = (
2,5 𝑝𝑝𝑚 𝑥 25 𝑚𝐿
10 𝑝𝑝𝑚
) = 6,25 mL
3 ppm : V1 = (
3 𝑝𝑝𝑚 𝑥 25 𝑚𝐿
10 𝑝𝑝𝑚
) = 7,5 mL
2. Analisis Data dan Perhitungan
Massa Fe-glukonat dalam 1 kapsul
x =
𝐴𝐵𝑆 −𝐾𝑜
𝐾1
x =
0,441+0,0165
0,1762
x = 2,5965 ppm
19. x = 2,5965 mg/L
Massa Fe-glukonat dalam 25 mL
x =
25 𝑚𝑙
2 𝑚𝑙
× 2,5965 mg/L
x = 32,4563 mg/L
Massa Fe dalam 250 mL
x =
250 𝑚𝑙
1000 𝑚𝑙/𝐿
× 32,4563 mg/L
x = 8,1141 mg dari 100 g sampel
Massa Fe- Glukonat dalam 1 kapsul
m Fe- Glukonat =
506 𝑔/𝑚𝑜𝑙
100 𝑔/𝑚𝑜𝑙
× 8,1141 mg
m Fe- Glukonat = 41,0573 mg
Kadar Fe dalam Fe-Glukonat
Kadar Fe dalam Fe-Glukonat =
448,156 𝑔/𝑚𝑜𝑙
56 𝑔/𝑚𝑜𝑙
× 41,0573 mg
Kadar Fe dalam Fe-Glukonat = 328,5728 mg
Persen Kadar Fe dalam 1 kapsul
% Kadar Fe =
328 ,5728mg
506 𝑚𝑔
× 100 %
% Kadar Fe = 64,9353 %
3. Data Pengamatan
a. Data Pengukuran Absorbansi
20. b. Kurva Kalibrasi Deret Standar
Data yang diperoleh:
ABS = K1C + Ko
K1 = 0,1762x
Ko = 0,0165
r2 = 0,9957
Jadi ABS = 0,1762 x - 0,0165
Mr Fe-glukonat = 448,156 g/mol
Ar Fe = 56 g/mol
ABS sampel = 0,441
Massa obat rata-rata = 0,5060 gram
Persamaan garis : y = 0,1762 x – 0,0165
y = 0.1762x - 0.0165
R² = 0.9957
-0.1
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Absorbansi
Konsentrasi
Kurva Kalibrasi
Konsentrasi vs Absorbansi
Absorbansi Linear (Absorbansi)