Laporan kasus ini membahas pasien laki-laki berusia 55 tahun dengan keluhan kaku saat buka mulut dan nyeri otot yang didiagnosis menderita tetanus generalisata setelah tertusuk paku beberapa hari sebelumnya. Pemeriksaan menemukan tanda-tanda infeksi dan kekakuan otot yang menyebar."
3. ANAMNESIS
Identitas Pasien
Nama ։ AQ. R
Jenis Kelamin ։ Laki-Laki
Usia :55 tahun
Alamat ։ Mt Terep
Status Perkawinan ։ Menikah
Agama ։ islam
Pekerjaan ։ Petani
Pendidikan ։ SD
Suku Bangsa ։ sasak
Tanggal MRS ։ 28 Agustus 2022
4. Keluhan Utama : Kaku saat Buka Mulut
Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang ke IGD RS
dengan keluhan kaku saat buka mulut sejak 3 hari
SMRS, keluhan disertai perut terasa keras seperti
papan dan nyeri seperti ditusuk tusuk saat baru bangun
tidur, keluhan awalnya terasa di bagian kanan
kemudian menjalar ke bagian kiri hingga ke seluruh
bagian perut dan ke anggota gerak kemudian keseluruh
badan, keluhan muncul 2 kali dalam sehari dengan
durasi 3-5 menit, tidak diperberat oleh aktifitas dan
membaik saat istirahat sebelumnya pasien merasa
nyeri pada perut seperti ditusuk tusuk sekitar 4 hari
SMRS, nyeri dirasakan hilang timbul dan memberat
sehari SMRS, pasien sempat meminum obat anti nyeri
namun tidak membaik, keluhan disertai mata terasa
nyeri dan silau saat melihat cahaya, mual (-), muntah (-
), demam (+), kejang (-), riwayat luka (-), pasien
memiliki riwayat gigi berlubang dan tidak pernh berobat
ke dokter gigi, imunisasi toksoid (-)
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi.
Riwayat demam, penyakit jantung, serta penyakit
paru disangkal serta riwayat trauma kepala juga
disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi (-)
DM (-)
Stroke (-)
Asma (-)
Riwayat Pengobatan
Pereda nyeri
Riwayat Pribadi dan Sosial: tertusuk paku (lupa),
merokok (-), alkohol (-)
6. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum ։ Sakit Sedang
Kesadaran ։ Compos Mentis
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah ։ 140/90 mmHg
Denyut Nadi ։84 x/menit
Frekuensi Nafas ։ 20 x/menit
Suhu ։38,7 °C
26. Definisi
Tetanus merupakan penyakit infeksi
akut yang muncul dalam bentuk
gangguan neuromuscular akut berupa
trismus, kekakuan dan kejang otot
akibat eksotoksin spesifik kuman
anaerob Clostridium tetani
27. Etiologi
C. tetani adalah bakteri gram positif
anaerob yang ditemukan di tanah dan
kotoran binatang
Spora C. tetani dapat bertahan dari air
mendidih selama beberapa menit (meski
hancur dengan autoclave pada suhu
121° C selama 15-20 menit). Jika bakteri
ini menginfeksi luka seseorang atau
bersamaan dengan benda lain, bakteri
ini akan memasuki tubuh penderita
tersebut, lalu mengeluarkan toksin yang
bernama tetanospasmin .
28. Epidemiologi
Penyakit ini dapat mengenai semua umur. Di
Amerika Serikat pada tahun 1915 dilaporkan
bahwa kasus tetanus yang terbanyak pada
umur 1-5 tahun, sesuai dengan yang
dilaporkan di Manado (1987) dan Surabaya
(1987) ternyata insiden tertinggi pada anak di
atas umur 5 tahun.
Perkiraan angka kejadian umur rata–rata
pertahun sangat meningkat sesuai kelompok
umur, peningkatan 7 kali lipat pada kelompok
umur 5–19 tahun dan 20–29 tahun,
sedangkan peningkatan 9 kali lipat pada
kelompok umur 30-39 tahun dan umur lebih
60 tahun.
30. Gejala Klinis
Periode inkubasi tetanus antara 3-21 hari (rata-
rata 7 hari).
Gambaran klinis dengan ciri khas trias rigiditas
otot, spasme otot, dan ketidakstabilan otonom.
Gejala awalnya meliputi kekakuan otot, lebih
dahulu pada kelompok otot dengan jalur
neuronal pendek, karena itu yang tampak pada
lebih dari 90% kasus saat masuk rumah sakit
adalah trismus, kaku leher, dan nyeri punggung.
Keterlibatan otot-otot wajah dan faringeal
menimbulkan ciri khas risus sardonicus, sakit
tenggorokan, dan disfagia. Peningkatan tonus
otot- otot trunkal mengakibatkan opistotonus.
Kelompok otot yang berdekatan dengan tempat
infeksi sering terlibat, menghasilkan penampakan
tidak simetris .
31. Spasme otot muncul spontan, juga dapat
diprovokasi oleh stimulus fisik, visual,
auditori, atau emosional. Spasme otot
menimbulkan nyeri dan dapat menyebabkan
ruptur tendon, dislokasi sendi serta patah
tulang. Spasme laring dapat terjadi segera,
mengakibatkan obstruksi saluran nafas atas
akut dan respiratory arrest.
Spasme otot paling berat terjadi selama
minggu pertama dan kedua, dan dapat
berlangsung selama 3 sampai 4 minggu,
setelah itu rigiditas masih terjadi sampai
beberapa minggu lagi
32. Tetanus berat berkaitan dengan hiperkinesia
sirkulasi, terutama bila spasme otot tidak
terkontrol baik. Gangguan otonom biasanya
mulai beberapa hari setelah spasme dan
berlangsung 1-2 minggu. Meningkatnya
tonus simpatis biasanya dominan
menyebabkan periode vasokonstriksi,
takikardia dan hipertensi. Autonomic storm
berkaitan dengan peningkatan kadar
katekolamin. Keadaan ini silih berganti
dengan episode hipotensi, bradikardia dan
asistole yang tiba-tiba. Gambaran gangguan
otonom lain meliputi salivasi, berkeringat,
meningkatnya sekresi bronkus, hiperpireksia,
stasis lambung dan ileus (Behrman, 2014).
33. Klasifikasi
Secara klinis tetanus ada 3 macam :
1. Tetanus umum
Terjadinya bentuk ini berhubungan dengan luas dan dalamnya
luka seperti luka bakar yang luas, luka tusuk yang dalam,
furunkulosis, ekstraksi gigi, ulkus dekubitus dan suntikan
hipodermiS timbul secara mendadak .
Kekakuan otot terutama pada rahang (trismus) dan leher (kuduk
kaku) Dalam 24–48 jam dari kekakuan otot menjadi
menyeluruh sampai ke ekstremitas. Kekakuan otot rahang
terutama masseter menyebabkan mulut sukar dibuka, 'Lock
Jaw'.
Selain kekakuan otot masseter, pada muka juga terjadi
kekakuan otot muka sehingga muka menyerupai muka meringis
kesakitan yang disebut 'Rhisus Sardonicus' (alis tertarik ke atas,
sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat
pada gigi),
akibat kekakuan otot–otot leher bagian belakang menyebabkan
34. Kesadaran penderita tetap baik
walaupun nyeri yang hebat serta
ketakutan yang menonjol sehingga
penderita nampak gelisah dan mudah
terangsang.
Spasme otot–otot laring dan otot
pernapasan dapat menyebabkan
gangguan menelan, asfiksia dan
sianosis. Retensi urine sering terjadi
karena spasme sphincter kandung
kemih.
35. Berat ringannya tetanus
umum dapat dibagi atas:
•Tetanus ringan trismus lebih
dari 3 cm, tidak disertai
kejang umum walaupun
dirangsang.
•Tetanus sedang: trismus
kurang dari 3 cm dan disertai
kejang umum bila dirangsang.
•Tetanus berat: trismus
kurang dari 1 cm dan disertai
kejang umum yang spontan.
36. 2. Tetanus local
Gambaran klinis tidak khas. Bentuk
tetanus ini berupa nyeri, kekakuan
otot–otot pada bagian proksimal dari
tempat luka. Tetanus lokal adalah
bentuk ringan dengan angka kematian
1%, kadang–kadang bentuk ini dapat
berkembang menjadi tetanus umum.
37. 3. Bentuk chepalik
Merupakan salah satu varian tetanus lokal.
Terjadinya bentuk ini bila luka mengenai
daerah mata, kulit kepala, muka, telinga,
otitis media kronis dan jarang akibat
tonsilectomi. Gejala berupa disfungsi saraf
kranial antara lain: n. III, IV, VII, IX, X, XI,
dapat berupa gangguan sendiri–sendiri
maupun kombinasi dan menetap dalam
beberapa hari bahkan berbulan–bulan.
Tetanus cephalic dapat berkembang menjadi
tetanus umum. Pada umumnya prognosa
bentuk tetanus cephalic jelek .
38. Klasifikasi Tetanus untuk menilai
prognosis
Dakar score 0-1, severitas ringan dengan
mortalitas 10%; 2-3, severitas sedang dengan
mortalitas 10-20%; 4, severitas berat dengan
mortalitas 20-40%; 5-6, severitas sangat berat .
39. Penegakan diagnosis
Riwayat adanya luka yang sesuai
dengan masa inkubasi
Gejala klinis dan
Penderita biasanya belum
mendapatkan imunisasi.
Pemeriksaan laboratorium leukosit
dapat normal atau dapat meningkat
(Azhali, 2017).
Pemeriksaan mikrobiologiditemukan
clostridium tetani
40. Diagnosis banding
1. Meningitis bakterial
Pada penyakit ini trismus tidak ada dan kesadaran
penderita biasanya menurun. Diagnosis ditegakkan
dengan melakukan lumbal pungsi, di mana adanya
kelainan cairan serebrospinalis yaitu jumlah sel
meningkat, kadar protein meningkat dan glukosa
menurun .
2. Poliomielitis
Didapatkan adanya paralisis flaksid dengan tidak
dijumpai adanya trismus. Pemeriksaan cairan
serebrospinalis menunjukkan lekositosis.Virus polio
diisolasi dari tinja dan pemeriksaan serologis, titer
antibodi meningkat
3. Rabies
Sebelumnya ada riwayat gigitan anjing atau hewan lain.
Trismus jarang ditemukan, kejang bersifat klonik.
41. Penalataksanaan
Ada tiga sasaran penatalaksanaan
tetanus, yakni: :
(1) membuang sumber tetanospasmin
(2) menetralisasi toksin yang tidak
terikat,
(3) perawatan penunjang (suportif)
sampai tetanospasmin yang berikatan
dengan jaringan telah habis
dimetabolisme .
42. Metronidazole diberikan secara iv dengan
dosis inisial 15 mg/kgBB dilanjutkan dosis 30
mg/kgBB/hari setiap 6 jam selama 7-10 hari.
lini kedua dapat diberikan penicillin procain
50.000-100.000 U/kgBB/hari selama 7-10
hari, jika hipersensitif terhadap penicillin
dapat diberi tetracycline 50 mg/kgBB/hari
(untuk anak berumur lebih dari 8 tahun).
human tetanus immunoglobulin (HTIG)
segera diinjeksikan intramuskuler dengan
dosis total 3.000- 10.000 unit, dibagi tiga
dosis yang sama dan diinjeksikan di tiga
tempat berbeda.
43. ATS dengan dosis 100.000- 200.000 unit
diberikan 50.000 unit intramuskular dan
50.000 unit intravena pada hari pertama,
kemudian 60.000 unit dan 40.000 unit
intramuskuler masing-masing pada hari
kedua dan ketiga.
Setelah penderita sembuh, sebelum
keluar rumah sakit harus diberi
immunisasi aktif dengan toksoid karena
seseorang yang sudah sembuh dari
tetanus tidak memiliki kekebalan
44. Komplikasi
Pada saluran pernapasan :asfiksia,
aspirasi pneumoni, atelektasis
Pada kardiovaskuler :takikardia,
hipertensi, vasokonstriksi perifer dan
rangsangan miokardium
Pada tulang dan otot :fraktura
columna vertebralis akibat kejang
yang terus–menerus terutama pada
anak dan orang dewasa.
45. Laserasi lidah akibat kejang;
- Dekubitus karena penderita
berbaring dalam satu posisi saja
- Panas yang tinggi karena infeksi
sekunder atau toksin yang menyebar
luas dan mengganggu pusat pengatur
suhu. Penyebab kematian penderita
tetanus akibat komplikasi yaitu:
Bronkopneumonia, cardiac arrest,
septikemia dan pneumotoraks .
46. Prognosis
Dipengaruhi oleh beberapa faktor:
Masa inkubasi
Umur
Period of onset
Panas
Pengobatan
Ada tidaknya komplikasi
Frekuensi kejang
47. Pencegahan
Perawatan luka
Imunisasi pasif
Diberikan antitoksin, pemberian antitoksin ada 2 bentuk,
yaitu:
ATS dari serum kuda (1500–3000 u i.m, 3000–5000 u i.m ).
Tetanus Immunoglobulin Human (TIGH) dengan dosis (250–
500 u i.m).
Imunisasi aktif
DPT : diberikan untuk imunisasi dasar
DT: diberikan untuk booster pada usia 5 tahun, diberikan
pada anak dengan riwayat demam dan
kejang
T: diberikan pada ibu hamil
Anak usia 13 tahun keatas sesuai dengan program
pengembangan imunisasi
49. Pasien datang ke IGD RS dengan keluhan tidak bisa buka mulut sejak
3 hari SMRS, keluhan disertai perut terasa keras seperti papan dan nyeri
seperti ditusuk tusuk saat baru bangun tidur, keluhan awalnya terasa di
bagian kanan kemudian menjalar ke bagian kiri hingga ke seluruh bagian
perut dan ke anggota gerak kemudian keseluruh badan, keluhan muncul 2
kali dalam sehari dengan durasi 3-5 menit, tidak diperberat oleh aktifitas dan
membaik saat istirahat sebelumnya pasien merasa nyeri pada perut seperti
ditusuk tusuk sekitar 4 hari SMRS, nyeri dirasakan hilang timbul dan
memberat sehari SMRS, pasien sempat meminum obat anti nyeri namun
tidak membaik, keluhan disertai mata terasa nyeri dan silau saat melihat
cahaya, mual (-), muntah (-), demam (+), kejang (-), riwayat luka (-), pasien
memiliki riwayat gigi berlubang dan tidak pernh berobat ke dokter gigi,
imunisasi toksoid (-).
Pada pemeriksaan fisik saat masuk didapatkan 140/90 mmHg, respirasi : 22
x/menit, nadi : 84x/menit, suhu axila : 38,7 0C. Suara jantung S1 S2 tunggal
reguler murmur (-). Abdomen tampak simetris. Ektremitas atas dan bawah
tidak terdapat adanya edema, akral hangat,kaku +, trismus +, mulut tidak
dapat membuka maksimal (+),reflex pupil (+), isokor dextra sinistra, ukuran
2,5 mm, perut papan +, kaku otot +, kaku kuduk+, tonus otot meningkat,
opistotonus +, risus sardonicuss (-),
Selama pasien dirawat pasien koperatif, beberapa hari dirawat pasien masih