SlideShare a Scribd company logo
1 of 49
LAPORAN KASUS
TETANUS
Oleh
dr. Dila Ardani, S.Ked
LAPORAN
KASUS
ANAMNESIS
 Identitas Pasien
 Nama ։ AQ. R
 Jenis Kelamin ։ Laki-Laki
 Usia :55 tahun
 Alamat ։ Mt Terep
 Status Perkawinan ։ Menikah
 Agama ։ islam
 Pekerjaan ։ Petani
 Pendidikan ։ SD
 Suku Bangsa ։ sasak
 Tanggal MRS ։ 28 Agustus 2022
 Keluhan Utama : Kaku saat Buka Mulut
 Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang ke IGD RS
dengan keluhan kaku saat buka mulut sejak 3 hari
SMRS, keluhan disertai perut terasa keras seperti
papan dan nyeri seperti ditusuk tusuk saat baru bangun
tidur, keluhan awalnya terasa di bagian kanan
kemudian menjalar ke bagian kiri hingga ke seluruh
bagian perut dan ke anggota gerak kemudian keseluruh
badan, keluhan muncul 2 kali dalam sehari dengan
durasi 3-5 menit, tidak diperberat oleh aktifitas dan
membaik saat istirahat sebelumnya pasien merasa
nyeri pada perut seperti ditusuk tusuk sekitar 4 hari
SMRS, nyeri dirasakan hilang timbul dan memberat
sehari SMRS, pasien sempat meminum obat anti nyeri
namun tidak membaik, keluhan disertai mata terasa
nyeri dan silau saat melihat cahaya, mual (-), muntah (-
), demam (+), kejang (-), riwayat luka (-), pasien
memiliki riwayat gigi berlubang dan tidak pernh berobat
ke dokter gigi, imunisasi toksoid (-)
 Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi.
Riwayat demam, penyakit jantung, serta penyakit
paru disangkal serta riwayat trauma kepala juga
disangkal.
 Riwayat Penyakit Keluarga
 Hipertensi (-)
 DM (-)
 Stroke (-)
 Asma (-)
 Riwayat Pengobatan
 Pereda nyeri
 Riwayat Pribadi dan Sosial: tertusuk paku (lupa),
merokok (-), alkohol (-)
Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum ։ Sakit Sedang
 Kesadaran ։ Compos Mentis
 Tanda-tanda Vital
 Tekanan Darah ։ 140/90 mmHg
 Denyut Nadi ։84 x/menit
 Frekuensi Nafas ։ 20 x/menit
 Suhu ։38,7 °C
 Kepala
 Bentuk ։ Normocephal
 Nyeri tekan ։ (-)
 Wajah ։ Simetris (-), pucat (-), ikterik (-), trismus (+)
 Mata
 Edema Kelopak Mata ։(-/-)
 Konjungtiva Anemis ։(-/-)
 Sklera Ikterik ։(-/-)
 Sekret ։(-/-)
 Ptosis ։(-/-)
 Lagoftalmus ։(-/-)
 Hidung ։ simetris, septum deviasi (-/-), deformitas (-/-), sekret
(-/-)
 Bibir ։ Sianosis (-), edema (-)
 Tenggorokan ։ Kesan tenang
 Leher
 Kelenjar Getah Bening : Pembesaran
Kelenjar (-)
 Kelenjar Tiroid ։ Pembesaran tiroid (-)
 Trakea : Deviasi (-)
 JVP ։ 5+2
 Thoraks
 Paru ։
 Inspeksi ։ Simetris (+), Peradangan (-)
 Palpasi ։ Fremitus vocalis (+/+)
 Perkusi ։ Sonor di seluruh lapang
paru
 Auskultasi ։ Vesikuler (+), ronchi (-),
wheezing (-)
 Jantung
 Inspeksi ։Ictus kordis tidak terlihat
 Palpasi ։Ictus kordis teraba di ICS
V medial line midclavicularis
 Perkusi
 Batas jantung kanan ։ ICS IV linea sternalis dextra
 Batas jantung kiri։ ICS V medial line midclavicularis
sinistra
 Batas jantung atas։ ICS III linea parasternalis
sinistra
 Auskultasi ։ BJ I-II reguler tunggal, murmur
(-).
 Abdomen
 Inspeksi ։ dinding abdomen datar,
jaringan parut (-), distensi (-), perut
papan +
 Auskultasi ։ bising usus (+) 9x/menit
 Palpasi ։ nyeri tekan (-), hepar dan
lien belum dapat dievaluasi, kaku otot
+
 Perkusi ։ timpani (+) pada 9 regio
abdomen
 Ekstremitas
 Atas ։ akral hangat (+/+),
edema (-/-) spasme (+/+)
 Bawah ։ akral hangat (+/+), edema (-
/-), spasme (+/+)
◦ Status Neurologis
 Kesadaran ։ Compos Mentis
 GCS ։ E4V5M6
 Kranium
 Bentuk ։ Kesan normal
 Fontanel ։ Kesan normal
 Perkusi ։ Kesan normal
 Transluminasi ։ Tidak ditemukan
 Tanda Rangsangan Meningeal
 Kaku kuduk։ +
 Brudzinsky 1 ։ -
 Brudzinsky 2 ։ - ‫׀‬ -
 Kernig ։ - / -
◦ Diagnosa
 Suspect Tetanus Generalisata
◦ Pemeriksaan Penunjang
 Darah lengkap
 Pemeriksaan Darah Lengkap 28 Agt
2022
 WBC : 12,6 (meningkat)
 LYM : 1,10(N)
 MID : 1,7 (Meningkat)
 MID % : 18,8 (Meningkat)
 HGB : 15,5 (N)
 RBC : 5,09 (N)
Diagnosis
 Tetanus generalisata
 Pasang NGT
 IVFD RL 20 tpm IV
 Inj Ceftriaxone 2x1gr IV
 Inj Metronidazole 3x500 mg IV
 Inj Ranitidine 2x1 amp IV
 Inj Paracetamol 3x1gr IV
 Konsul dr Adi Sp.B
 Terapi Lanjut
 Konsul Neuro
 Advice : Inj Diazepam drip 10mg dlm D5% drip
habis dalam 24jam
 Oksigenasi adekuat
TETANUS
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
 Tetanus merupakan penyakit infeksi
akut yang muncul dalam bentuk
gangguan neuromuscular akut berupa
trismus, kekakuan dan kejang otot
akibat eksotoksin spesifik kuman
anaerob Clostridium tetani
Etiologi
 C. tetani adalah bakteri gram positif
anaerob yang ditemukan di tanah dan
kotoran binatang
 Spora C. tetani dapat bertahan dari air
mendidih selama beberapa menit (meski
hancur dengan autoclave pada suhu
121° C selama 15-20 menit). Jika bakteri
ini menginfeksi luka seseorang atau
bersamaan dengan benda lain, bakteri
ini akan memasuki tubuh penderita
tersebut, lalu mengeluarkan toksin yang
bernama tetanospasmin .
Epidemiologi
 Penyakit ini dapat mengenai semua umur. Di
Amerika Serikat pada tahun 1915 dilaporkan
bahwa kasus tetanus yang terbanyak pada
umur 1-5 tahun, sesuai dengan yang
dilaporkan di Manado (1987) dan Surabaya
(1987) ternyata insiden tertinggi pada anak di
atas umur 5 tahun.
 Perkiraan angka kejadian umur rata–rata
pertahun sangat meningkat sesuai kelompok
umur, peningkatan 7 kali lipat pada kelompok
umur 5–19 tahun dan 20–29 tahun,
sedangkan peningkatan 9 kali lipat pada
kelompok umur 30-39 tahun dan umur lebih
60 tahun.
Patofisiologi
Gejala Klinis
 Periode inkubasi tetanus antara 3-21 hari (rata-
rata 7 hari).
 Gambaran klinis dengan ciri khas trias rigiditas
otot, spasme otot, dan ketidakstabilan otonom.
Gejala awalnya meliputi kekakuan otot, lebih
dahulu pada kelompok otot dengan jalur
neuronal pendek, karena itu yang tampak pada
lebih dari 90% kasus saat masuk rumah sakit
adalah trismus, kaku leher, dan nyeri punggung.
Keterlibatan otot-otot wajah dan faringeal
menimbulkan ciri khas risus sardonicus, sakit
tenggorokan, dan disfagia. Peningkatan tonus
otot- otot trunkal mengakibatkan opistotonus.
Kelompok otot yang berdekatan dengan tempat
infeksi sering terlibat, menghasilkan penampakan
tidak simetris .
 Spasme otot muncul spontan, juga dapat
diprovokasi oleh stimulus fisik, visual,
auditori, atau emosional. Spasme otot
menimbulkan nyeri dan dapat menyebabkan
ruptur tendon, dislokasi sendi serta patah
tulang. Spasme laring dapat terjadi segera,
mengakibatkan obstruksi saluran nafas atas
akut dan respiratory arrest.
 Spasme otot paling berat terjadi selama
minggu pertama dan kedua, dan dapat
berlangsung selama 3 sampai 4 minggu,
setelah itu rigiditas masih terjadi sampai
beberapa minggu lagi
 Tetanus berat berkaitan dengan hiperkinesia
sirkulasi, terutama bila spasme otot tidak
terkontrol baik. Gangguan otonom biasanya
mulai beberapa hari setelah spasme dan
berlangsung 1-2 minggu. Meningkatnya
tonus simpatis biasanya dominan
menyebabkan periode vasokonstriksi,
takikardia dan hipertensi. Autonomic storm
berkaitan dengan peningkatan kadar
katekolamin. Keadaan ini silih berganti
dengan episode hipotensi, bradikardia dan
asistole yang tiba-tiba. Gambaran gangguan
otonom lain meliputi salivasi, berkeringat,
meningkatnya sekresi bronkus, hiperpireksia,
stasis lambung dan ileus (Behrman, 2014).
Klasifikasi
 Secara klinis tetanus ada 3 macam :
1. Tetanus umum
 Terjadinya bentuk ini berhubungan dengan luas dan dalamnya
luka seperti luka bakar yang luas, luka tusuk yang dalam,
furunkulosis, ekstraksi gigi, ulkus dekubitus dan suntikan
hipodermiS timbul secara mendadak .
 Kekakuan otot terutama pada rahang (trismus) dan leher (kuduk
kaku) Dalam 24–48 jam dari kekakuan otot menjadi
menyeluruh sampai ke ekstremitas. Kekakuan otot rahang
terutama masseter menyebabkan mulut sukar dibuka, 'Lock
Jaw'.
 Selain kekakuan otot masseter, pada muka juga terjadi
kekakuan otot muka sehingga muka menyerupai muka meringis
kesakitan yang disebut 'Rhisus Sardonicus' (alis tertarik ke atas,
sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat
pada gigi),
 akibat kekakuan otot–otot leher bagian belakang menyebabkan
 Kesadaran penderita tetap baik
walaupun nyeri yang hebat serta
ketakutan yang menonjol sehingga
penderita nampak gelisah dan mudah
terangsang.
 Spasme otot–otot laring dan otot
pernapasan dapat menyebabkan
gangguan menelan, asfiksia dan
sianosis. Retensi urine sering terjadi
karena spasme sphincter kandung
kemih.
Berat ringannya tetanus
umum dapat dibagi atas:
•Tetanus ringan trismus lebih
dari 3 cm, tidak disertai
kejang umum walaupun
dirangsang.
•Tetanus sedang: trismus
kurang dari 3 cm dan disertai
kejang umum bila dirangsang.
•Tetanus berat: trismus
kurang dari 1 cm dan disertai
kejang umum yang spontan.
2. Tetanus local
Gambaran klinis tidak khas. Bentuk
tetanus ini berupa nyeri, kekakuan
otot–otot pada bagian proksimal dari
tempat luka. Tetanus lokal adalah
bentuk ringan dengan angka kematian
1%, kadang–kadang bentuk ini dapat
berkembang menjadi tetanus umum.
 3. Bentuk chepalik
 Merupakan salah satu varian tetanus lokal.
Terjadinya bentuk ini bila luka mengenai
daerah mata, kulit kepala, muka, telinga,
otitis media kronis dan jarang akibat
tonsilectomi. Gejala berupa disfungsi saraf
kranial antara lain: n. III, IV, VII, IX, X, XI,
dapat berupa gangguan sendiri–sendiri
maupun kombinasi dan menetap dalam
beberapa hari bahkan berbulan–bulan.
 Tetanus cephalic dapat berkembang menjadi
tetanus umum. Pada umumnya prognosa
bentuk tetanus cephalic jelek .
Klasifikasi Tetanus untuk menilai
prognosis
Dakar score 0-1, severitas ringan dengan
mortalitas 10%; 2-3, severitas sedang dengan
mortalitas 10-20%; 4, severitas berat dengan
mortalitas 20-40%; 5-6, severitas sangat berat .
Penegakan diagnosis
 Riwayat adanya luka yang sesuai
dengan masa inkubasi
 Gejala klinis dan
 Penderita biasanya belum
mendapatkan imunisasi.
 Pemeriksaan laboratorium leukosit
dapat normal atau dapat meningkat
(Azhali, 2017).
 Pemeriksaan mikrobiologiditemukan
clostridium tetani
Diagnosis banding
 1. Meningitis bakterial
 Pada penyakit ini trismus tidak ada dan kesadaran
penderita biasanya menurun. Diagnosis ditegakkan
dengan melakukan lumbal pungsi, di mana adanya
kelainan cairan serebrospinalis yaitu jumlah sel
meningkat, kadar protein meningkat dan glukosa
menurun .
 2. Poliomielitis
 Didapatkan adanya paralisis flaksid dengan tidak
dijumpai adanya trismus. Pemeriksaan cairan
serebrospinalis menunjukkan lekositosis.Virus polio
diisolasi dari tinja dan pemeriksaan serologis, titer
antibodi meningkat

 3. Rabies
 Sebelumnya ada riwayat gigitan anjing atau hewan lain.
Trismus jarang ditemukan, kejang bersifat klonik.
Penalataksanaan
 Ada tiga sasaran penatalaksanaan
tetanus, yakni: :
 (1) membuang sumber tetanospasmin
 (2) menetralisasi toksin yang tidak
terikat,
 (3) perawatan penunjang (suportif)
sampai tetanospasmin yang berikatan
dengan jaringan telah habis
dimetabolisme .
 Metronidazole diberikan secara iv dengan
dosis inisial 15 mg/kgBB dilanjutkan dosis 30
mg/kgBB/hari setiap 6 jam selama 7-10 hari.
 lini kedua dapat diberikan penicillin procain
50.000-100.000 U/kgBB/hari selama 7-10
hari, jika hipersensitif terhadap penicillin
dapat diberi tetracycline 50 mg/kgBB/hari
(untuk anak berumur lebih dari 8 tahun).
 human tetanus immunoglobulin (HTIG)
segera diinjeksikan intramuskuler dengan
dosis total 3.000- 10.000 unit, dibagi tiga
dosis yang sama dan diinjeksikan di tiga
tempat berbeda.
 ATS dengan dosis 100.000- 200.000 unit
diberikan 50.000 unit intramuskular dan
50.000 unit intravena pada hari pertama,
kemudian 60.000 unit dan 40.000 unit
intramuskuler masing-masing pada hari
kedua dan ketiga.
 Setelah penderita sembuh, sebelum
keluar rumah sakit harus diberi
immunisasi aktif dengan toksoid karena
seseorang yang sudah sembuh dari
tetanus tidak memiliki kekebalan
Komplikasi
 Pada saluran pernapasan :asfiksia,
aspirasi pneumoni, atelektasis
 Pada kardiovaskuler :takikardia,
hipertensi, vasokonstriksi perifer dan
rangsangan miokardium
 Pada tulang dan otot :fraktura
columna vertebralis akibat kejang
yang terus–menerus terutama pada
anak dan orang dewasa.
 Laserasi lidah akibat kejang;
 - Dekubitus karena penderita
berbaring dalam satu posisi saja
 - Panas yang tinggi karena infeksi
sekunder atau toksin yang menyebar
 luas dan mengganggu pusat pengatur
suhu. Penyebab kematian penderita
tetanus akibat komplikasi yaitu:
Bronkopneumonia, cardiac arrest,
septikemia dan pneumotoraks .
Prognosis
 Dipengaruhi oleh beberapa faktor:
 Masa inkubasi
 Umur
 Period of onset
 Panas
 Pengobatan
 Ada tidaknya komplikasi
 Frekuensi kejang
Pencegahan
 Perawatan luka
 Imunisasi pasif
 Diberikan antitoksin, pemberian antitoksin ada 2 bentuk,
yaitu:
 ATS dari serum kuda (1500–3000 u i.m, 3000–5000 u i.m ).
 Tetanus Immunoglobulin Human (TIGH) dengan dosis (250–
500 u i.m).
 Imunisasi aktif
 DPT : diberikan untuk imunisasi dasar
 DT: diberikan untuk booster pada usia 5 tahun, diberikan
pada anak dengan riwayat demam dan
kejang
 T: diberikan pada ibu hamil
 Anak usia 13 tahun keatas sesuai dengan program
pengembangan imunisasi
KESIMPULAN
 Pasien datang ke IGD RS dengan keluhan tidak bisa buka mulut sejak
3 hari SMRS, keluhan disertai perut terasa keras seperti papan dan nyeri
seperti ditusuk tusuk saat baru bangun tidur, keluhan awalnya terasa di
bagian kanan kemudian menjalar ke bagian kiri hingga ke seluruh bagian
perut dan ke anggota gerak kemudian keseluruh badan, keluhan muncul 2
kali dalam sehari dengan durasi 3-5 menit, tidak diperberat oleh aktifitas dan
membaik saat istirahat sebelumnya pasien merasa nyeri pada perut seperti
ditusuk tusuk sekitar 4 hari SMRS, nyeri dirasakan hilang timbul dan
memberat sehari SMRS, pasien sempat meminum obat anti nyeri namun
tidak membaik, keluhan disertai mata terasa nyeri dan silau saat melihat
cahaya, mual (-), muntah (-), demam (+), kejang (-), riwayat luka (-), pasien
memiliki riwayat gigi berlubang dan tidak pernh berobat ke dokter gigi,
imunisasi toksoid (-).
 Pada pemeriksaan fisik saat masuk didapatkan 140/90 mmHg, respirasi : 22
x/menit, nadi : 84x/menit, suhu axila : 38,7 0C. Suara jantung S1 S2 tunggal
reguler murmur (-). Abdomen tampak simetris. Ektremitas atas dan bawah
tidak terdapat adanya edema, akral hangat,kaku +, trismus +, mulut tidak
dapat membuka maksimal (+),reflex pupil (+), isokor dextra sinistra, ukuran
2,5 mm, perut papan +, kaku otot +, kaku kuduk+, tonus otot meningkat,
opistotonus +, risus sardonicuss (-),
 Selama pasien dirawat pasien koperatif, beberapa hari dirawat pasien masih

More Related Content

Similar to TETANUS

Case Thyroid Heart Disease
Case Thyroid Heart DiseaseCase Thyroid Heart Disease
Case Thyroid Heart DiseaseDondy Juliansyah
 
Case Report Meningitis
Case Report MeningitisCase Report Meningitis
Case Report MeningitisKharima SD
 
KEJANG DEMAM .pptx
KEJANG DEMAM .pptxKEJANG DEMAM .pptx
KEJANG DEMAM .pptxMelMD2
 
case report AMI pada pasien di rumah sakit rsh
case report AMI pada pasien di rumah sakit rshcase report AMI pada pasien di rumah sakit rsh
case report AMI pada pasien di rumah sakit rshKautsarrahmanKautsar
 
Revisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRevisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRichard Leonardo
 
Laporan kasus tetanus (slide)
Laporan kasus tetanus (slide)Laporan kasus tetanus (slide)
Laporan kasus tetanus (slide)Peter Obrian
 
Co Infection Dengue and HIV/AIDS
Co Infection Dengue and HIV/AIDSCo Infection Dengue and HIV/AIDS
Co Infection Dengue and HIV/AIDSSoroy Lardo
 
Laporan Kasus THT Anindya.pptx
Laporan Kasus THT Anindya.pptxLaporan Kasus THT Anindya.pptx
Laporan Kasus THT Anindya.pptxanindya969381
 
PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK.pptx
PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK.pptxPENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK.pptx
PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK.pptxVJPex
 
laporan kasuss demam berdarah dengue.pptx
laporan kasuss demam berdarah dengue.pptxlaporan kasuss demam berdarah dengue.pptx
laporan kasuss demam berdarah dengue.pptxirfanahmadh
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Pit1 diagnosis dan-tatalaksana-dbd-terkini
Pit1 diagnosis dan-tatalaksana-dbd-terkiniPit1 diagnosis dan-tatalaksana-dbd-terkini
Pit1 diagnosis dan-tatalaksana-dbd-terkinierma permata
 

Similar to TETANUS (20)

Case Thyroid Heart Disease
Case Thyroid Heart DiseaseCase Thyroid Heart Disease
Case Thyroid Heart Disease
 
EPILEPSI Jazmi.ppt
EPILEPSI Jazmi.pptEPILEPSI Jazmi.ppt
EPILEPSI Jazmi.ppt
 
Tetanus
TetanusTetanus
Tetanus
 
Case Report Meningitis
Case Report MeningitisCase Report Meningitis
Case Report Meningitis
 
KEJANG DEMAM .pptx
KEJANG DEMAM .pptxKEJANG DEMAM .pptx
KEJANG DEMAM .pptx
 
case report AMI pada pasien di rumah sakit rsh
case report AMI pada pasien di rumah sakit rshcase report AMI pada pasien di rumah sakit rsh
case report AMI pada pasien di rumah sakit rsh
 
stroke.pdf
stroke.pdfstroke.pdf
stroke.pdf
 
Diagnosa gangguan kesadaran
Diagnosa gangguan kesadaranDiagnosa gangguan kesadaran
Diagnosa gangguan kesadaran
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus
Askep pada klien dengan penyakit tetanusAskep pada klien dengan penyakit tetanus
Askep pada klien dengan penyakit tetanus
 
Tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Tetanus AKPER PEMKAB MUNA Tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Tetanus AKPER PEMKAB MUNA
 
Revisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRevisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsai
 
Laporan kasus tetanus (slide)
Laporan kasus tetanus (slide)Laporan kasus tetanus (slide)
Laporan kasus tetanus (slide)
 
Co Infection Dengue and HIV/AIDS
Co Infection Dengue and HIV/AIDSCo Infection Dengue and HIV/AIDS
Co Infection Dengue and HIV/AIDS
 
Laporan Kasus THT Anindya.pptx
Laporan Kasus THT Anindya.pptxLaporan Kasus THT Anindya.pptx
Laporan Kasus THT Anindya.pptx
 
PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK.pptx
PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK.pptxPENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK.pptx
PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK.pptx
 
laporan kasuss demam berdarah dengue.pptx
laporan kasuss demam berdarah dengue.pptxlaporan kasuss demam berdarah dengue.pptx
laporan kasuss demam berdarah dengue.pptx
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada klien dengan penyakit tetanus AKPER PEMKAB MUNA
 
239930897 case-hsp
239930897 case-hsp239930897 case-hsp
239930897 case-hsp
 
Pit1 diagnosis dan-tatalaksana-dbd-terkini
Pit1 diagnosis dan-tatalaksana-dbd-terkiniPit1 diagnosis dan-tatalaksana-dbd-terkini
Pit1 diagnosis dan-tatalaksana-dbd-terkini
 

Recently uploaded

2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxIrfanNersMaulana
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxagussudarmanto9
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxMelisaBSelawati
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 

Recently uploaded (20)

2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 

TETANUS

  • 3. ANAMNESIS  Identitas Pasien  Nama ։ AQ. R  Jenis Kelamin ։ Laki-Laki  Usia :55 tahun  Alamat ։ Mt Terep  Status Perkawinan ։ Menikah  Agama ։ islam  Pekerjaan ։ Petani  Pendidikan ։ SD  Suku Bangsa ։ sasak  Tanggal MRS ։ 28 Agustus 2022
  • 4.  Keluhan Utama : Kaku saat Buka Mulut  Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang ke IGD RS dengan keluhan kaku saat buka mulut sejak 3 hari SMRS, keluhan disertai perut terasa keras seperti papan dan nyeri seperti ditusuk tusuk saat baru bangun tidur, keluhan awalnya terasa di bagian kanan kemudian menjalar ke bagian kiri hingga ke seluruh bagian perut dan ke anggota gerak kemudian keseluruh badan, keluhan muncul 2 kali dalam sehari dengan durasi 3-5 menit, tidak diperberat oleh aktifitas dan membaik saat istirahat sebelumnya pasien merasa nyeri pada perut seperti ditusuk tusuk sekitar 4 hari SMRS, nyeri dirasakan hilang timbul dan memberat sehari SMRS, pasien sempat meminum obat anti nyeri namun tidak membaik, keluhan disertai mata terasa nyeri dan silau saat melihat cahaya, mual (-), muntah (- ), demam (+), kejang (-), riwayat luka (-), pasien memiliki riwayat gigi berlubang dan tidak pernh berobat ke dokter gigi, imunisasi toksoid (-)
  • 5.  Riwayat Penyakit Dahulu  Pasien tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi. Riwayat demam, penyakit jantung, serta penyakit paru disangkal serta riwayat trauma kepala juga disangkal.  Riwayat Penyakit Keluarga  Hipertensi (-)  DM (-)  Stroke (-)  Asma (-)  Riwayat Pengobatan  Pereda nyeri  Riwayat Pribadi dan Sosial: tertusuk paku (lupa), merokok (-), alkohol (-)
  • 6. Pemeriksaan Fisik  Keadaan Umum ։ Sakit Sedang  Kesadaran ։ Compos Mentis  Tanda-tanda Vital  Tekanan Darah ։ 140/90 mmHg  Denyut Nadi ։84 x/menit  Frekuensi Nafas ։ 20 x/menit  Suhu ։38,7 °C
  • 7.  Kepala  Bentuk ։ Normocephal  Nyeri tekan ։ (-)  Wajah ։ Simetris (-), pucat (-), ikterik (-), trismus (+)  Mata  Edema Kelopak Mata ։(-/-)  Konjungtiva Anemis ։(-/-)  Sklera Ikterik ։(-/-)  Sekret ։(-/-)  Ptosis ։(-/-)  Lagoftalmus ։(-/-)  Hidung ։ simetris, septum deviasi (-/-), deformitas (-/-), sekret (-/-)  Bibir ։ Sianosis (-), edema (-)  Tenggorokan ։ Kesan tenang
  • 8.  Leher  Kelenjar Getah Bening : Pembesaran Kelenjar (-)  Kelenjar Tiroid ։ Pembesaran tiroid (-)  Trakea : Deviasi (-)  JVP ։ 5+2  Thoraks  Paru ։  Inspeksi ։ Simetris (+), Peradangan (-)  Palpasi ։ Fremitus vocalis (+/+)  Perkusi ։ Sonor di seluruh lapang paru  Auskultasi ։ Vesikuler (+), ronchi (-), wheezing (-)
  • 9.  Jantung  Inspeksi ։Ictus kordis tidak terlihat  Palpasi ։Ictus kordis teraba di ICS V medial line midclavicularis  Perkusi  Batas jantung kanan ։ ICS IV linea sternalis dextra  Batas jantung kiri։ ICS V medial line midclavicularis sinistra  Batas jantung atas։ ICS III linea parasternalis sinistra  Auskultasi ։ BJ I-II reguler tunggal, murmur (-).
  • 10.  Abdomen  Inspeksi ։ dinding abdomen datar, jaringan parut (-), distensi (-), perut papan +  Auskultasi ։ bising usus (+) 9x/menit  Palpasi ։ nyeri tekan (-), hepar dan lien belum dapat dievaluasi, kaku otot +  Perkusi ։ timpani (+) pada 9 regio abdomen
  • 11.  Ekstremitas  Atas ։ akral hangat (+/+), edema (-/-) spasme (+/+)  Bawah ։ akral hangat (+/+), edema (- /-), spasme (+/+)
  • 12. ◦ Status Neurologis  Kesadaran ։ Compos Mentis  GCS ։ E4V5M6  Kranium  Bentuk ։ Kesan normal  Fontanel ։ Kesan normal  Perkusi ։ Kesan normal  Transluminasi ։ Tidak ditemukan  Tanda Rangsangan Meningeal  Kaku kuduk։ +  Brudzinsky 1 ։ -  Brudzinsky 2 ։ - ‫׀‬ -  Kernig ։ - / -
  • 13.
  • 14.
  • 15.
  • 16.
  • 17.
  • 18. ◦ Diagnosa  Suspect Tetanus Generalisata
  • 19. ◦ Pemeriksaan Penunjang  Darah lengkap  Pemeriksaan Darah Lengkap 28 Agt 2022  WBC : 12,6 (meningkat)  LYM : 1,10(N)  MID : 1,7 (Meningkat)  MID % : 18,8 (Meningkat)  HGB : 15,5 (N)  RBC : 5,09 (N)
  • 20.
  • 22.  Pasang NGT  IVFD RL 20 tpm IV  Inj Ceftriaxone 2x1gr IV  Inj Metronidazole 3x500 mg IV  Inj Ranitidine 2x1 amp IV  Inj Paracetamol 3x1gr IV  Konsul dr Adi Sp.B  Terapi Lanjut  Konsul Neuro  Advice : Inj Diazepam drip 10mg dlm D5% drip habis dalam 24jam  Oksigenasi adekuat
  • 23.
  • 24.
  • 26. Definisi  Tetanus merupakan penyakit infeksi akut yang muncul dalam bentuk gangguan neuromuscular akut berupa trismus, kekakuan dan kejang otot akibat eksotoksin spesifik kuman anaerob Clostridium tetani
  • 27. Etiologi  C. tetani adalah bakteri gram positif anaerob yang ditemukan di tanah dan kotoran binatang  Spora C. tetani dapat bertahan dari air mendidih selama beberapa menit (meski hancur dengan autoclave pada suhu 121° C selama 15-20 menit). Jika bakteri ini menginfeksi luka seseorang atau bersamaan dengan benda lain, bakteri ini akan memasuki tubuh penderita tersebut, lalu mengeluarkan toksin yang bernama tetanospasmin .
  • 28. Epidemiologi  Penyakit ini dapat mengenai semua umur. Di Amerika Serikat pada tahun 1915 dilaporkan bahwa kasus tetanus yang terbanyak pada umur 1-5 tahun, sesuai dengan yang dilaporkan di Manado (1987) dan Surabaya (1987) ternyata insiden tertinggi pada anak di atas umur 5 tahun.  Perkiraan angka kejadian umur rata–rata pertahun sangat meningkat sesuai kelompok umur, peningkatan 7 kali lipat pada kelompok umur 5–19 tahun dan 20–29 tahun, sedangkan peningkatan 9 kali lipat pada kelompok umur 30-39 tahun dan umur lebih 60 tahun.
  • 30. Gejala Klinis  Periode inkubasi tetanus antara 3-21 hari (rata- rata 7 hari).  Gambaran klinis dengan ciri khas trias rigiditas otot, spasme otot, dan ketidakstabilan otonom. Gejala awalnya meliputi kekakuan otot, lebih dahulu pada kelompok otot dengan jalur neuronal pendek, karena itu yang tampak pada lebih dari 90% kasus saat masuk rumah sakit adalah trismus, kaku leher, dan nyeri punggung. Keterlibatan otot-otot wajah dan faringeal menimbulkan ciri khas risus sardonicus, sakit tenggorokan, dan disfagia. Peningkatan tonus otot- otot trunkal mengakibatkan opistotonus. Kelompok otot yang berdekatan dengan tempat infeksi sering terlibat, menghasilkan penampakan tidak simetris .
  • 31.  Spasme otot muncul spontan, juga dapat diprovokasi oleh stimulus fisik, visual, auditori, atau emosional. Spasme otot menimbulkan nyeri dan dapat menyebabkan ruptur tendon, dislokasi sendi serta patah tulang. Spasme laring dapat terjadi segera, mengakibatkan obstruksi saluran nafas atas akut dan respiratory arrest.  Spasme otot paling berat terjadi selama minggu pertama dan kedua, dan dapat berlangsung selama 3 sampai 4 minggu, setelah itu rigiditas masih terjadi sampai beberapa minggu lagi
  • 32.  Tetanus berat berkaitan dengan hiperkinesia sirkulasi, terutama bila spasme otot tidak terkontrol baik. Gangguan otonom biasanya mulai beberapa hari setelah spasme dan berlangsung 1-2 minggu. Meningkatnya tonus simpatis biasanya dominan menyebabkan periode vasokonstriksi, takikardia dan hipertensi. Autonomic storm berkaitan dengan peningkatan kadar katekolamin. Keadaan ini silih berganti dengan episode hipotensi, bradikardia dan asistole yang tiba-tiba. Gambaran gangguan otonom lain meliputi salivasi, berkeringat, meningkatnya sekresi bronkus, hiperpireksia, stasis lambung dan ileus (Behrman, 2014).
  • 33. Klasifikasi  Secara klinis tetanus ada 3 macam : 1. Tetanus umum  Terjadinya bentuk ini berhubungan dengan luas dan dalamnya luka seperti luka bakar yang luas, luka tusuk yang dalam, furunkulosis, ekstraksi gigi, ulkus dekubitus dan suntikan hipodermiS timbul secara mendadak .  Kekakuan otot terutama pada rahang (trismus) dan leher (kuduk kaku) Dalam 24–48 jam dari kekakuan otot menjadi menyeluruh sampai ke ekstremitas. Kekakuan otot rahang terutama masseter menyebabkan mulut sukar dibuka, 'Lock Jaw'.  Selain kekakuan otot masseter, pada muka juga terjadi kekakuan otot muka sehingga muka menyerupai muka meringis kesakitan yang disebut 'Rhisus Sardonicus' (alis tertarik ke atas, sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi),  akibat kekakuan otot–otot leher bagian belakang menyebabkan
  • 34.  Kesadaran penderita tetap baik walaupun nyeri yang hebat serta ketakutan yang menonjol sehingga penderita nampak gelisah dan mudah terangsang.  Spasme otot–otot laring dan otot pernapasan dapat menyebabkan gangguan menelan, asfiksia dan sianosis. Retensi urine sering terjadi karena spasme sphincter kandung kemih.
  • 35. Berat ringannya tetanus umum dapat dibagi atas: •Tetanus ringan trismus lebih dari 3 cm, tidak disertai kejang umum walaupun dirangsang. •Tetanus sedang: trismus kurang dari 3 cm dan disertai kejang umum bila dirangsang. •Tetanus berat: trismus kurang dari 1 cm dan disertai kejang umum yang spontan.
  • 36. 2. Tetanus local Gambaran klinis tidak khas. Bentuk tetanus ini berupa nyeri, kekakuan otot–otot pada bagian proksimal dari tempat luka. Tetanus lokal adalah bentuk ringan dengan angka kematian 1%, kadang–kadang bentuk ini dapat berkembang menjadi tetanus umum.
  • 37.  3. Bentuk chepalik  Merupakan salah satu varian tetanus lokal. Terjadinya bentuk ini bila luka mengenai daerah mata, kulit kepala, muka, telinga, otitis media kronis dan jarang akibat tonsilectomi. Gejala berupa disfungsi saraf kranial antara lain: n. III, IV, VII, IX, X, XI, dapat berupa gangguan sendiri–sendiri maupun kombinasi dan menetap dalam beberapa hari bahkan berbulan–bulan.  Tetanus cephalic dapat berkembang menjadi tetanus umum. Pada umumnya prognosa bentuk tetanus cephalic jelek .
  • 38. Klasifikasi Tetanus untuk menilai prognosis Dakar score 0-1, severitas ringan dengan mortalitas 10%; 2-3, severitas sedang dengan mortalitas 10-20%; 4, severitas berat dengan mortalitas 20-40%; 5-6, severitas sangat berat .
  • 39. Penegakan diagnosis  Riwayat adanya luka yang sesuai dengan masa inkubasi  Gejala klinis dan  Penderita biasanya belum mendapatkan imunisasi.  Pemeriksaan laboratorium leukosit dapat normal atau dapat meningkat (Azhali, 2017).  Pemeriksaan mikrobiologiditemukan clostridium tetani
  • 40. Diagnosis banding  1. Meningitis bakterial  Pada penyakit ini trismus tidak ada dan kesadaran penderita biasanya menurun. Diagnosis ditegakkan dengan melakukan lumbal pungsi, di mana adanya kelainan cairan serebrospinalis yaitu jumlah sel meningkat, kadar protein meningkat dan glukosa menurun .  2. Poliomielitis  Didapatkan adanya paralisis flaksid dengan tidak dijumpai adanya trismus. Pemeriksaan cairan serebrospinalis menunjukkan lekositosis.Virus polio diisolasi dari tinja dan pemeriksaan serologis, titer antibodi meningkat   3. Rabies  Sebelumnya ada riwayat gigitan anjing atau hewan lain. Trismus jarang ditemukan, kejang bersifat klonik.
  • 41. Penalataksanaan  Ada tiga sasaran penatalaksanaan tetanus, yakni: :  (1) membuang sumber tetanospasmin  (2) menetralisasi toksin yang tidak terikat,  (3) perawatan penunjang (suportif) sampai tetanospasmin yang berikatan dengan jaringan telah habis dimetabolisme .
  • 42.  Metronidazole diberikan secara iv dengan dosis inisial 15 mg/kgBB dilanjutkan dosis 30 mg/kgBB/hari setiap 6 jam selama 7-10 hari.  lini kedua dapat diberikan penicillin procain 50.000-100.000 U/kgBB/hari selama 7-10 hari, jika hipersensitif terhadap penicillin dapat diberi tetracycline 50 mg/kgBB/hari (untuk anak berumur lebih dari 8 tahun).  human tetanus immunoglobulin (HTIG) segera diinjeksikan intramuskuler dengan dosis total 3.000- 10.000 unit, dibagi tiga dosis yang sama dan diinjeksikan di tiga tempat berbeda.
  • 43.  ATS dengan dosis 100.000- 200.000 unit diberikan 50.000 unit intramuskular dan 50.000 unit intravena pada hari pertama, kemudian 60.000 unit dan 40.000 unit intramuskuler masing-masing pada hari kedua dan ketiga.  Setelah penderita sembuh, sebelum keluar rumah sakit harus diberi immunisasi aktif dengan toksoid karena seseorang yang sudah sembuh dari tetanus tidak memiliki kekebalan
  • 44. Komplikasi  Pada saluran pernapasan :asfiksia, aspirasi pneumoni, atelektasis  Pada kardiovaskuler :takikardia, hipertensi, vasokonstriksi perifer dan rangsangan miokardium  Pada tulang dan otot :fraktura columna vertebralis akibat kejang yang terus–menerus terutama pada anak dan orang dewasa.
  • 45.  Laserasi lidah akibat kejang;  - Dekubitus karena penderita berbaring dalam satu posisi saja  - Panas yang tinggi karena infeksi sekunder atau toksin yang menyebar  luas dan mengganggu pusat pengatur suhu. Penyebab kematian penderita tetanus akibat komplikasi yaitu: Bronkopneumonia, cardiac arrest, septikemia dan pneumotoraks .
  • 46. Prognosis  Dipengaruhi oleh beberapa faktor:  Masa inkubasi  Umur  Period of onset  Panas  Pengobatan  Ada tidaknya komplikasi  Frekuensi kejang
  • 47. Pencegahan  Perawatan luka  Imunisasi pasif  Diberikan antitoksin, pemberian antitoksin ada 2 bentuk, yaitu:  ATS dari serum kuda (1500–3000 u i.m, 3000–5000 u i.m ).  Tetanus Immunoglobulin Human (TIGH) dengan dosis (250– 500 u i.m).  Imunisasi aktif  DPT : diberikan untuk imunisasi dasar  DT: diberikan untuk booster pada usia 5 tahun, diberikan pada anak dengan riwayat demam dan kejang  T: diberikan pada ibu hamil  Anak usia 13 tahun keatas sesuai dengan program pengembangan imunisasi
  • 49.  Pasien datang ke IGD RS dengan keluhan tidak bisa buka mulut sejak 3 hari SMRS, keluhan disertai perut terasa keras seperti papan dan nyeri seperti ditusuk tusuk saat baru bangun tidur, keluhan awalnya terasa di bagian kanan kemudian menjalar ke bagian kiri hingga ke seluruh bagian perut dan ke anggota gerak kemudian keseluruh badan, keluhan muncul 2 kali dalam sehari dengan durasi 3-5 menit, tidak diperberat oleh aktifitas dan membaik saat istirahat sebelumnya pasien merasa nyeri pada perut seperti ditusuk tusuk sekitar 4 hari SMRS, nyeri dirasakan hilang timbul dan memberat sehari SMRS, pasien sempat meminum obat anti nyeri namun tidak membaik, keluhan disertai mata terasa nyeri dan silau saat melihat cahaya, mual (-), muntah (-), demam (+), kejang (-), riwayat luka (-), pasien memiliki riwayat gigi berlubang dan tidak pernh berobat ke dokter gigi, imunisasi toksoid (-).  Pada pemeriksaan fisik saat masuk didapatkan 140/90 mmHg, respirasi : 22 x/menit, nadi : 84x/menit, suhu axila : 38,7 0C. Suara jantung S1 S2 tunggal reguler murmur (-). Abdomen tampak simetris. Ektremitas atas dan bawah tidak terdapat adanya edema, akral hangat,kaku +, trismus +, mulut tidak dapat membuka maksimal (+),reflex pupil (+), isokor dextra sinistra, ukuran 2,5 mm, perut papan +, kaku otot +, kaku kuduk+, tonus otot meningkat, opistotonus +, risus sardonicuss (-),  Selama pasien dirawat pasien koperatif, beberapa hari dirawat pasien masih