SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
Materi Teknologi Lingkungan Perkuliahan Minggu 9 – 15
Perkuliahan 9
Forum 1 (Dukungan Kualitas Sanitasi DKI)
Untuk mengatasi masalah sanitasi dan air limbah di DKI Jakarta, salah satunya pencemaran
air sungai akibat sampah dan masih adanya praktik buang air besar sembarangan (BABS),
Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya bekerjasama dengan Japan
International Cooperation Agency (JICA) membantu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah
mempersiapkan pembangunan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) atau yang
sering disebut dengan Jakarta Sewerage Development Project (JSDP).
Untuk mengatasi masalah sanitasi dan air limbah di DKI Jakarta, salah satunya pencemaran
air sungai akibat sampah dan masih adanya praktik buang air besar sembarangan (BABS),
Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya bekerjasama dengan Japan
International Cooperation Agency (JICA) membantu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah
mempersiapkan pembangunan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) atau yang
sering disebut dengan Jakarta Sewerage Development Project (JSDP). Menteri PUPR Basuki
Hadimuljono mengatakan masalah sanitasi bukan semata masalah ketersediaan
infrastruktur, namun juga sangat bergantung pada pola perilaku hidup sehat dan menjaga
kebersihan. Diharapkan dengan pembangunan ini, dapat meningkatkan akses sanitasi di DKI
Jakarta dan melindungi kualitas air dari pencemaran limbah domestik seperti mandi, cuci,
kakus dan aktivitas rumah tangga lainnya."Persepsi masyarakat untuk menjaga kesehatan
lingkungan masih belum menjadi kebutuhan. Praktik buang air besar sembarangan (BABS)
juga masih terjadi di beberapa tempat," kata Menteri Basuki beberapa waktu lalu. Di wilayah
perkotaan seperti Jakarta yang memiliki jumlah dan kepadatan penduduk lebih tinggi
dibandingkan wilayah perkotaan lainnya dibutuhkan sistem sanitasi yang baik. Berdasarkan
hasil review master plan Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah melalui
Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia, tahun
2012, telah ditetapkan 15 zona wilayah pembangunan dimana prioritas pembangunan
pertama yang akan dibangun Kementerian PUPR adalah Zona 1 dan Zona 6 yang meliputi
wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara. Pembangunan sistem Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) Domestik di DKI Jakarta Zona 1 direncanakan akan dikerjakan
Kementerian PUPR melalui bantuan Pemerintah Jepang melalui Japan International
Cooperation Agency (JICA) dan juga didukung pembiayaan APBD Pemprov DKI serta Untuk
pembangunan Zona 1, saat ini sedang berjalan paket perencanaan sebesar
Rp185miliar. Konstruksi Zona 1 ditargetkan untuk dimulai pada tahun 2023 dan akan
diselesaikan tahun 2027. Pekerjaan di Zona 1 meliputi konstruksi stasiun pompa, IPALD, dan
pelatihan operasional pemeliharaan selama 2 tahun setelah konstruksi IPALD selesai.
Kemudian juga pembangunan jaringan perpipaan meliputi trunk sewer, pipa lateral, fasilitasi
interseptor, dan Sambungan Rumah untuk pilot area. IPAL dan stasiun pompa Zona 1 akan
dibangun di Kawasan Waduk Pluit di atas lahan seluas 3,9 hektar dengan kapasitas 240.000
m3/hari dan dapat melayani 989.389 jiwa atau 220.000 Sambungan Rumah (SR) yang
tersebar di 8 kecamatan di Jakarta, yaitu Menteng, Tanah Abang, Gambir, Sawah Besar,
Taman Sari, Tambora, Pademangan, dan Penjaringan seluas 4.901 hektar. IPALD Zona 1
dirancang menggunakan proses A2O (anoxic, anaerobic dan oxic) yang dikombinasikan
dengan system MBR (Membrane Bio Reactor). Untuk Zona 6 (Fase 1) akan dibangun IPALD
di kawasan Duri Kosambi seluas 7,13 hektar dengan kapasitas IPAL 47.500m3/hari. JSDP
Zona 6 (Fase 1) ini ditargetkan akan melayani 4 Kota Administrasi yaitu Jakarta Pusat,
Jakarta Barat, Jakarta Utara dan Jakarta Selatan yang terdiri dari 12 kecamatan dengan
jumlah penduduk terlayani sebanyak 180.800 jiwa atau 36.000 SR. Untuk pembangunan
Zona 6, saat ini sedang berjalan paket perencanaan dan supervisi sebesar Rp381 miliar.
Konstruksi Zona 6 ditargetkan untuk dimulai pada tahun 2024 dan akan diselesaikan tahun
2026. (jay)
Forum 2 (Manfaat bagi Kehidupan)
Sebagai masyarakat yang baik, Anda harus turut menjaga kondisi lingkungan dengan baik.
Menjaga lingkungan sekitar merupakan sebuah kegiatan yang perlu dilakukan secara rutin
untuk menghasilkan sebuah lingkungan tempat tinggal dengan sanitasi yang baik. Perlu
diperhatikan bahwa apabila sanitasi dari lingkungan tempat tinggal Anda tidak terjaga
dengan baik maka bisa mengakibatkan banyak sekali masalah, terutama masalah kesehatan
di kemudian hari.
Supaya Anda bisa lebih paham tentang masalah sanitasi dan beberapa manfaatnya bagi
lingkungan, maka artikel kali ini akan membahas mengenai:
1. Apa itu Sanitasi
Apakah Anda memiliki rencana untuk membeli sebuah hunian dalam waktu dekat?
Pastikan terlebih dahulu bahwa lingkungan sekitar di perumahan yang hendak Anda
beli memiliki kondisi kebersihan yang terjaga. Sebuah hunian dengan sanitasi yang
baik tentu akan membuat Anda dan keluarga bisa tinggal dengan nyaman dan
berada dalam kondisi yang menyehatkan. Sebenarnya, apakah yang dimaksud
dengan sanitasi itu?
Secara umum, makna dari sanitasi adalah suatu bentuk usaha manusia untuk
menjamin agar kondisi lingkungan lebih sehat. Hal tersebut berlaku untuk lingkungan
tanah, fisik, air, dan juga udara. Kondisi tersebut meliputi persediaan air minum
bersih dan tempat pembuangan limbah. Dengan adanya sanitasi yang baik dapat
mencegah munculnya berbagai macam penyakit karena bisa mengontrol faktor
lingkungan fisik yang berkaitan dengan penularan rantai penyakit.
Menurut para ahli, sanitasi itu sendiri memiliki banyak arti. Maka dari itu di bawah
ini adalah beberapa pengertian dari sanitasi secara lengkap yang perlu Anda ketahui:
 Edward Scott Hopkins (1983), menyebutkan bila hal tersebut merupakan tindakan
untuk mengawasi faktor lingkungan yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan.
 Azrul Azwar MPH menyebutkan bila hal tersebut merupakan proses pengawasan
faktor lingkungan yang bisa mengganggu kesehatan manusia.
 Richard Sihite menyebutkan bila sanitasi adalah usaha pencegahan terhadap
berbagai macam masalah kesehatan dengan melakukan tindakan tertentu.
 WHO mengatakan bila ini adalah bentuk pengendalian faktor lingkungan fisik
manusia yang bisa berakibat buruk terhadap kehidupan fisik dan mental manusia.
 KBBI mengartikan sanitasi sebagai cara untuk menciptakan sekaligus membina
kondisi yang lebih baik di dalam masyarakat, khususnya di bidang kesehatan.
2. Jenis sanitasi dan manfaatnya
Jika dilihat berdasarkan lingkungan, di bawah ini adalah beberapa jenis sanitasi yang
perlu Anda ketahui :
- Sanitasi air
Air merupakan sebuah aspek paling penting dalam kehidupan manusia. Oleh karena
itulah menjaga kondisi sanitasi air bisa memiliki dampak yang sangat panjang bagi
kehidupan.
- Sanitasi Makanan
Hal ini bisa dilihat dan diketahui berdasarkan dari cara bakteri tumbuh pada
makanan hingga kandungan bahan kimia yang terdapat di dalam makanan apakah
berbahaya bagi kesehatan atau tidak
- Sanitasi Pengolahan Sampah
enis ini merupakan jenis terakhir yang didalamnya meliputi sistem dan tata
pengelolaan sampah dan limbah yang ada.
Manfaatnya :
Sanitasi tidak boleh dianggap remeh karena hal tersebut adalah salah satu aspek
penting yang harus dijaga dengan benar. Di bawah ini adalah beberapa manfaat
sanitasi yang bisa Anda rasakan dengan menjaga sanitasi lingkungan dengan benar:
 Bisa menciptakan lingkungan yang lebih sehat, bersih, dan nyaman. Lingkungan
tempat tinggal yang sehat bisa membuat penyebaran penyakit menular dapat
dicegah sejak dini. Penularan penyakit berbahaya juga bisa dapat ditekan secara
maksimal dan menghindari wabah yang menyerang.
 Mengurangi kemungkinan terjadinya malnutrisi yang menyerang dan membahayakan
bagi lingkungan.
 Mengembalikan kondisi dari air di dalam tanah supaya menjadi lebih layak untuk
digunakan.
3. Dampak Sanitasi yang buruk di lingkungan rumah
Mengabaikan kondisi lingkungan tempat tinggal akan memberikan dampak yang
sangat berbahaya bagi siapa saja yang tinggal di dalamnya. Dampak tersebut bisa
terjadi dalam waktu yang singkat atau bisa saja datang dalam waktu yang lama dan
membahayakan satu lingkungan tempat tinggal Anda. Di bawah ini adalah contoh
beberapa dampak sanitasi yang buruk di lingkungan rumah tinggal Anda:
 Penyakit yang satu ini bisa ditularkan dari media air yang sudah terkontaminasi
bakteri. Kolera pernah menjadi epidemi di beberapa negara berkembang di kawasan
Asia dan Afrika dengan sistem sanitasi yang buruk. Penderita kolera dapat
merasakan diare parah yang akan sangat berbahaya sekali karena penderita bisa
mengalami kekurangan cairan tubuh dengan sangat cepat.
 Penyakit ini adalah salah satu dampak dari lingkungan yang kotor, dimana penyakit
ini disebabkan oleh parasit mematikan yang telah menginfeksi seseorang. Penyakit
ini berasal dari salah satu jenis cacing pipih yang bisa menembus ke dalam kulit
manusia dan kemudian ditularkan lewat feses manusia yang sudah terkontaminasi.
 Infeksi pernafasan akut. Ada sebanyak 4,2 juta jiwa yang telah meninggal dunia
setiap tahun dan 1,6 juta anak di bawah 5 tahun karena mengalami infeksi
pernafasan akut di negara berkembang. Kondisi sanitasi lingkungan yang buruk akan
berdampak pada terganggunya sistem pernapasan. Infeksi pernapasan akut
sangatlah berbahaya dan bisa mengakibatkan kematian dalam waktu yang cepat.
 Demam tifoid juga merupakan salah satu penyakit yang terjadi disebabkan dari
kondisi lingkungan yang buruk. Penyakit demam tifoid bisa terjadi apabila seseorang
yang berada di lingkungan kotor dan sudah terinfeksi oleh bakteri salmonella typhi.
Forum 3 (Pengertian Sanitasi)
Pengertian Sanitasi adalah lingkungan cara menyehatkan lingkungan hidup manusia
terutama lingkungan fisik, yaitu tanah, air, dan udara. Sanitasi adalah sebuah perilaku yang
disengaja untuk membudayakan hidup dengan bersih dan bermaksud untuk mencegah
manusia bersentuhan secara langsung dengan bahanbahan kotor dan berbahaya yang mana
perilaku ini menjadi usaha yang diharapkan bisa menjaga serta meningkatkan kesehatan
manusia. Jadi, dengan kata lain pengertian dari sanitasi ini merupakan upaya yang
dilakukan demi menjamin dan mewujudkan kondisi yang sudah memenuhi syarat kesehatan
(Rocket, 2017). Selain itu, ada beberapa pengertian sanitasi menurut para ahli yang di
antaranya adalah menurut Hopkins bahwa sanitasi merupakan cara pengawasan terhadap
berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh pada lingkungan. Tak jauh berbeda, Azrul
Anwar mengatakan bahwa sanitasi merupakan cara pengawasan oleh masyarakat terhadap
faktor-faktor lingkungan yang mungkin berpengaruh pada kesehatan masyarakat. Selain itu,
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia juga dikatakan bahwa sanitasi adalah usaha dalam
membina serta menciptakan suatu kondisi yang baik dalam bidang kesehatan, terutama
untuk kesehatan masyarakat.
Persyaratan kesehatan warung makan dalam tulisan ini mengacu pada Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003 (Kesmas, 2015). Tentang
Persyaratan Higiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran. Termasuk dalam persyaratan
lokasi dan bangunan warung makan antara lain : 1. Lokasi. Warung makan terletak pada
lokasi yang terhindar dari pencemaran yang diakibatkan oleh debu, asap, serangga dan
tikus. Tidak berdekatan dengan sumber pencemar antara lain tempat pembuangan sampah
umum, WC umum dan pengolahan limbah yang dapat diduga mencemari hasil produksi
makanan. 2. Konstruksi bangunan. Bangunan dan rancang bangun harus dibuat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, terpisah dengan tempat tinggal.
Pembangunan ruang minimal terdiri dari dapur, gudang, ruang makan, toilet, ruang
karyawan dan ruang administrasi. Setiap ruangan mempunyai batas dinding serta ruangan
satu dan lainnya dihubungkan dengan pintu. Ruangan harus ditata sesuai dengan fungsinya,
sehingga memudahkan arus tamu, arus karyawan, arus bahan makanan dan makanan jadi,
serta barang-barang lainnya yang dapat mencemari terhadap makanan. a. Lantai. Lantai
dibuat kedap air, rata, tidak licin dan mudah dibersihkan. Pertemuan lantai dengan dinding
tidak boleh membuat sudut mati. b. Dinding. Permukaan dinding sebelah dalam harus rata,
mudah dibersihkan. Konstruksi dinding tidak boleh dibuat rangkap, permukaan dinding yang
terkena percikan harus dibuat kedap air atau dilapisi dengan bahan kedap air dan mudah
dibersihkan seperti porselin dan sejenisnya setinggi dua meter dari lantai. c. Ventilasi.
Ventilasi alam harus cukup menjamin peredaran udara dengan baik, dapat menghilangkan
uap, gas, asap, bau dan debu dalam ruangan. Ventilasi buatan diperlukan bila ventilasi alam
tidak dapat memenuhi persyaratan. d. Pencahayaan. Intesnsitas pencahayaan setiap
ruangan harus cukup untuk melakukan pekerjaan pengolahan makanan secara efektif dan
kegiatan pembersihan ruang. Disetiap ruang kerja seperti gudang, dapur, tempat cuci
peralatan dan tempat pencuci tangan, intensitas pencahayaan sedikitnya 10 foot candle.
Pencahayaan/penerangan harus tidak menyilaukan dan tersebar merata sehingga sedapat
mungkin tidak menimbulkan bayangan yang nyata. e. Atap. Tidak bocor, cukup landai dan
tidak menjadi sarang tikus dan serangga lainnya. f. Langit-langit. Permukaan rata, bewarna
terang serta mudah dibersihkan. Tidak terdapat lubang-lubang, tinggi langit-langit dari lantai
sekurangkurangnya 2,4 meter. g. Pintu. Pintu dibuat dari bahan yang kuat dan mudah
dibersihkan, dapat ditutup dengan baik dan membuka ke arah luar. Setiap bagian bawah
pintu setinggi 36 cm dilapisi logam, jarak antara pintu dan lantai tidak lebih dari 1 cm.
Perkuliahan 10
Forum 1 (Karakteristik Air Limbah)
Selain untuk penggunaan mandi (shower), toilet dan wastafel untuk keperluan tamu dan
karyawan, pemakaian air di sebuah hotel juga dilihat dari fasilitas-fasilitas pendukung lain.
Fasilitas yang dimaksud berupa kolam renang, restoran/café/ dapur, musholla, bath up, spa,
layanan laundry, lounge (menyediakan minuman untuk tamu hotel), perawatan tanaman di
dalam dan luar hotel, hydrant dan sprinkler untuk pencegahan kebakaran, ketersediaan
kolam ikan, air mancur, atau properti-properti serupa yang memakai air secara terus
menerus (Ridwan, 2014). Air limbah hotel dapat dikategorikan sebagai air limbah domestik
karena air limbah bersumber dari kegiatan seharihari manusia. Kuantitas dan kualitas air
limbah dipengaruhi oleh banyaknya pengunjung hotel yang menginap, jumlah karyawan,
dan fasilitas-fasilitas penunjang yang disediakan. Air limbah domestik terdiri dari 99,9% air
dan 0,1% padatan. 70% padatan tersebut merupakan material organik seperti protein,
karbohidrat, dan lemak. Sedangan sisanya merupakan material anorganik seperti grit, logam
dan garam (Mara, 2004). Air limbah dibedakan sebagai blackwater dan greywater.
Blackwater adalah campuran urin, faces, dan air flushing toilet. Blackwater mengandung
bakteri pathogen dari faces dan nutrient dari urin. Sedangkan greywater adalah total volume
air yang dihasilkan dari pencucian makanan, baju, maupun mandi, namun tidak dari toilet
(Tilleyet al., 2014).
Forum 2 (Contoh Perhitungan)
Contoh perhitungan berikut menggunakan debit untuk small hotel dengan jumlah kamar
sebanyak 150 kamar (Debit 37,5 m3 /hari). Kualitas influen air limbah yang diolah
ditunjukkan pada Tabel 4.1. Tabel 4. 1 Karakteristik Air Limbah Konsentrasi Rendah
Parameter Satuan Konsentrasi Baku Mutu pH - 6 – 9 6 – 9 BOD mg/L 110 21,5 COD mg/L
250 71,7 TSS mg/L 120 21,5 Minyak & Lemak mg/L 50 3,6 Amoniak (NH3-N) mg/L 12 7,2
Total Coliform Jml/100mL 106 -108 2.152 Sumber: Tchobanoglous et al,. 2004 ;
Hasil Diketahui: Q in = 37,5 m3 /hari [Minyak dan Lemak] in = 50 mg/L ρ minyak = 0,8
g/cm3 Direncanakan: Hydraulic Retention Time (HRT) = 30 menit Interval pengurasan (IP)
= 7 hari Panjang bak (P) = 50 cm Lebar bak (L) = 30 cm
Perhitungan: Removal Minyak dan Lemak = 95% [Minyak dan Lemak] out = 50 mg/L × (1 –
95%) = 2,5 mg/L Asumsi air limbah dapur = 5% dari total air limbah Debit air limbah dapur
(Q) = 5% × Q in = 5% × 37,5 m3 /hari = 1,88 m3 /hari Massa minyak = [Minyak dan
Lemak] in × Q × IP = 50 mg/L × 1,88 m3 /hari × 7 hari = 656,25 g Volume minyak =
Massa minyak / ρ minyak = 656,25 g / 0,8 g/cm3 = 820,31cm3 H minyak = Volume minyak
/ (P × L) = 820,31 cm3 / (50 cm × 30 cm) = 0,55 cm Volume air = Q × HRT = 1,88 m3
/hari × 30 menit / 1.440 menit = 0,039 m3 = 39.062,5 cm3 H air = Volume air / (P × L) =
39.062,5 cm3 / (50 cm × 30 cm) = 26,04 cm H bak = H minyak + H air = 0,55 cm + 26,04
cm = 26,6 cm ≈ 40 cm (dengan freeboard) Volume bak = P × L × H bak = 50 cm × 30 cm
× 30 cm = 45.000 cm3 = 45 L Dimensi grease trap yang harus dipasang di dapur sesuai
hasil perhitungan adalah: Panjang = 50 cm; Lebar= 30 cm; Tinggi = 40 cm 31 Dimensi
tersebut dapat disesuaikan dengan greas
Dimensi tersebut dapat disesuaikan dengan grease trap yang tersedia di pasaran, dengan
catatan bahwa volume bak > jumlah volume minyak dan air.
Forum 3 (Pengolahan Anaerobik)
Pengolahan anaerobik menghasilkan biogas, dimana 55% hingga 75% berupa metana
(CH4), 25% hingga 45% berupa karbon dioksida (CO2), dan sebagian kecil berupa H2S, H,
NH3. Material organik yang dikonversi menjadi metana terdiri dari 34% karbohidrat, 33%
protein, dan 33% lemak. Ketiga komponen ini kemudian dihidrolisis menjadi komponen
sederhana, dimana 34% karbohidrat menjadi 34% monosakarida, 33% protein menjadi
33% asam amino, dan 33% lemak menjadi 33% Low Carbon Fatty Acids (LCFAs). Kemudian
14% monosakarida dan 18% asam amino akan mengalami proses fermentasi menjadi 32%
Intermediate VFAs. Pada proses asetogenesis, 20% monosakarida dikonversi menjadi asam
asetat dan 6% menjadi hidrogen, 13% asam amino dikonversi menjadi asam asetat dan 2%
menjadi hidrogen, 23% LCFAs dikonversi menjadi asam asetat dan 10% menjadi hidrogen,
sementara 32% Intermediate VFAs dikonversi menjadi 22% asam asetat dan 10% hidrogen.
Sehingga akan dihasilkan
72% asam asetat dan 28% hidrogen. Kedua komponen ini akan menghasilkan 100%
metana dalam proses metanogenesis. Menurut Tchobanoglous et al,. (2014), tiga tahap
dasar yang terlibat dalam keseluruhan oksidasi anaerobik air limbah : (1) hirolisis, (2)
asidogenesis (juga dikenal dengan fermentasi atau oksidasi anaerobik), dan (3)
methanogenesis. 1. Hidrolisis Merupakan tahap pertama, dimana material partikulat
dikonversi menjadi senyawa terlarut yang kemudian dapat dihidrolisis menjadi monomer
sederhana yang digunakan oleh bakteri dalam proses fermentasi. Lemak dipecah menjadi
long chain fatty acids (LCFAs) oleh lipase yang dihasilkan oleh bakteri yang termasuk
Butyrivibrio sp., Clostridium sp., dan Anaerovibrio lipolytica. Peptida dan asam amino
dihasilkan dari aktivitas ekstraselular bakteri protease yang termasuk Clostridium
proteolyticum, Eubacterium sp., dan Peptococcus anaerobicus. 2. Asidogenesis Tahap
kedua, yang dilakukan oleh bakteri adalah asidogenesis (fermentasi) dan menghasilkan
volatile fatty acids (VFAs), CO2, dan hidrogen. Dalam proses fermentasi, substrat bertindak
sebagai donor elektron dan elektron akseptor. Hasil fermentasi dari gula dan asam amino
adalah asetat, propionat, butirat, CO2, dan hidrogen. Fermentasi LCFAs menghasilkan
asetat, CO2, dan hidrogen. 3. Asetogenesis Asetogenesis merupakan fermentasi lanjutan
oleh bakteria untuk mengkonversi produk setengah jadi dari asidogenesis (propionat dan
butirat) agar menghasilkan asetat, CO2, dan hidrogen. Sehingga produk akhir dari
fermentasi adalah asetat, CO2, dan hidrogen yang memjadi awal terbentuknya metana. 4.
Metanogenesis Dilakukan oleh kelompok organisme Archaea yang diketahui sebagai
metanogen. Dua kelompok organisme metanogen terlibat dalam produksi metana.
Kelompok pertama, disebut sebagai aceticlastic methanogens, memecah asetat menjadi
karbon dan karbon dioksida. Kelompok kedua, disebut sebagai metanogen yang
menggunakan hidrogen atau hydrogenotrophic methanogenic, menggunakan hidrogen
sebagai donor elektron dan CO2 sebagai elektrop akseptor untuk menghasilkan metana.
Seperti dilhat pada Gambar 2.1, sekitar 72 persen metana dihasilkan dalam pengolahan
anaerobik dari bentuk asetat.
Pertemuan 11
Forum 1 (Penjernihan Air)
Pendahuluan
Kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk air minum,
memasak, mencuci dan sebagainya harus diperhatikan. Cara penjernihan air perlu diketahui
karena semakin banyak sumber air yang tercemar limbah rumah tangga maupun limbah
industri. Cara penjernihan air baik secara alami maupun kimiawi akan diuraikan dalam
tulisan ini. Cara-cara yang disajikan dapat digunakan di desa karena bahan dan alatnya
mudah didapat. Bahan-bahannya anatara lain batu, pasir, kerikil, arang tempurung kelapa,
arang sekam padi, tanah liat, ijuk, kaporit, kapur, tawas, biji kelor dan lain-lain.
Uraian :
Penjernihan air ini memakai teknologi penjernihan dengan cara kimia dan proses
penyaringan. Bahan mimia yang digunakan adalah kaporit, bubuk kapur dan tawas. Bahan-
bahan ini mudah didapat di daerah pedesaan atau kota-kota kecil di seluruh Indonesia.
Bahan penyaring yang dibutuhkan adalah kerikil, pasir, ijuk dan arang aktif.
Bahan dan peralatan :
a. 2 (dua) kg arang aktif
b. 3 (tiga) kg ijuk
c. Pasir halus
d. Batu kerikil
e. Bubuk kapur 10 gram
f. Tawas 10 gram
g. Kaporit 2,5 gram
h. 2 (dua) buah drum bekas
i. 2 (dua) buah kran ukuran 1/2 cm
Pembuatan :
a. Lubangi kedua drum 5 cm dari bagian bawah, dan diberi kran. Drum I untuk bak
pengendapan, drum II untuk bak penyaring.
b. Letakkan drum I lebih tinggi dari drum II hubungkan kedua drum tersebut, lihat
gambar.
c. Isilah drum II (bak penyaringan) berturut-turut dengan batu kerikil setebal 5 cm; arang
setebal 5 cm; ijuk setebal 5 cm dan pasir halus setebal 15 cm (lihat Gambar 1 dibawah)
d. Isilah drum I (bak pengendapan) dengan air yang akan dijernihkan. Bubuhi dengan 10
gram tawas (untuk 100 liter air) kemudian aduk selama 5 menit. Tambahkan bubuk
kapur sebanyak 10 gram dan kaporit 2,5 gram, kemudian aduk perlahan-lahan selama
2-3 menit. Tujuan mengaduk, agar butir-butir lumpur menjadi besar dan mengendap
e. Lubangi kedua drum 5 cm dari bagian bawah, dan diberi kran. Drum I untuk bak
pengendapan, drum II untuk bak penyaring.
f. Letakkan drum I lebih tinggi dari drum II hubungkan kedua drum tersebut, lihat
gambar.
g. Isilah drum II (bak penyaringan) berturut-turut dengan batu kerikil setebal 5 cm; arang
setebal 5 cm; ijuk setebal 5 cm dan pasir halus setebal 15 cm (lihat Gambar 1 dibawah)
h. Isilah drum I (bak pengendapan) dengan air yang akan dijernihkan. Bubuhi dengan 10
gram tawas (untuk 100 liter air) kemudian aduk selama 5 menit. Tambahkan bubuk
kapur sebanyak 10 gram dan kaporit 2,5 gram, kemudian aduk perlahan-lahan selama
2-3 menit. Tujuan mengaduk, agar butir-butir lumpur menjadi besar dan mengendap.
Penggunaan :
 Lakukan proses pengendapan ini pada waktu malam hari sehingga pada waktu pagu hari,
air dapat dialirkan ke bak penyaringan dan siap untuk dipakai.
 Buka kran pada bak penyaringan untuk mendapatkan air yang bersih.
Pemeliharaan :
 Bersihkan endapan lumpur pada bak pengendapan sesering mungkin.
 Apabila jalan air pada drum / bak penyaringan kurang lancar, cucilah pasir kerikil dan ijuk
sampai bersih.
 Apabila air bersih yang dihasilkan berbau kaporit sangat tajam, gantilah arang aktif dengan
yang baru.
Keuntungan :
 Dapat digunakan untuk air sungai, rawa, sumur, sawah dan telaga.
 Menghasilkan air yang jernih, tidak berbau, tidak asam, tidak payau.
Kerugian :
 Air tidak dapat dialirkan secara teratur.
 Hanya dapat menjernihkan air dengan jumlah tertentu saja.
 Bak harus sering dibersihkan.
 Cara ini tidak dibenarkan untuk air yang tercemar bahan kimia buangan air pabrik.
Forum 2 (Cara Penjernihan Air)
1. Direbus
Air mentah harus direbus dulu supaya kuman yang ada di dalamnya mati dan air aman
dikonsumsi.
2. Disaring atau Filter
Air yang tidak jernih harus disaring dulu agar bisa digunakan. Penyaringan air sederhana
bisa dilakukan dengan bahan berikut ini:
- Pasir halus;
- Kerikil;
- Batu alam;
- Arang dari batok kelapa;
- Sabut kelapa.
Bahan-bahan itu tumpuk secara berurutan dalam botol plastik terbalik atau pipa. Air yang
tidak jernih dialirkan dari atas melewati filter pasir halus hingga sabut kelapa.
Materi larut dalam air akan tersaring dan air akan jauh lebih jernih.
3. Disuling
Penyulingan air atau distilasi adalah proses penjernihan air dengan memanaskan air terlebih
dulu di tangki khusus.
4. Menggunakan Tawas
Salah satu bahan yang umum digunakan dalam proses penjernihan air secara kimiawi
adalah tawas.
Biasanya tawas digunakan untuk menjernihkan air sungai untuk keperluan sehari-hari agar
warnanya tidak terlalu keruh.
Tawas yang dibutuhkan untuk menjernihkan 1.000 liter air adalah sekitar 3-5 sendok makan
untuk air yang tidak terlalu keruh dan 5-8 sendok makan untuk air yang sangat keruh.
Caranya, campurkan tawas pada tempat penampungan air dan aduk hingga rata, lalu
diamkan hingga keesokan harinya atau hingga air terlihat jernih.
5. Menggunakan Klorin
Selain tawas, klorin juga digunakan dalam proses penjernihan air secara kimiawi yang
disebut dengan klorinisasi.
Klorin adalah pembasmikuman yang ampuh dan bisa mengurangi organisme penyebab
penyakit dalam air minum.
Klorin membantu menghilangkan zat besi dan mangan terlarut dari air mentah. Caranya,
larutkan tablet klorin di dalam penampungan air.
Klorin bisa menjerinihkan air dan mematikan kuman, tapi klorin dalam menimbulkan bahaya
kesehatan pada orang yang memiliki penyakit tertentu.
6. Penjernihan Air dengan Teknologi UV
Seiring berjalannya waktu, teknologi penjernihan air pun semakin baik dan berkembang.
Sekarang sudah ada teknologi penjernihan air menggunakan filter berteknologi sinar
ultraviolet (UV).
Penjernihan air yang menggunakan filter UV disebut sangat aman, sebab tidak
menggunakan bahan kimia sama sekali dan dijamin kuman di dalam air akan mati.
Pertama, air akan dialirkan di dalam pipa dan penampungan khusus. Di dalam pipa, akan
ada lampu khusus sinar UV yang dipancarkan ke arah air.
Gelombang UV yang dipancarkan dapat membunuh 99 persen kuman yang terkandung di
dalam air, sebab sinar UV dapat menganggu proses pembelahan diri kuman dan
menyebabkan kuman mati.
Organisme berbahaya lainnya seperti spora, virus, dan bakteri pun bisa mati dengan
paparan gelombang UV.
Forum 3 (Cara Pembuatan Penjernihan Air)
Bahan dan Alat Penjernih Air dengan Bahan Buatan Selain bahan alam, bahan penyaring
ada yang buatan atau hasil rekayasa. Paresti dan kawan-kawan menyebutkan terdapat
beberapa bahan buatan yang dapat digunakan untuk menyaring air sebagai berikut: Klorin
tablet digunakan untuk membunuh kuman, virus, dan bakteri yang hidup di dalam air. Pasir
aktif biasanya berwarna hitam dan digunakan untuk menyaring air sumur bor dan
sejenisnya. Resin softener berguna untuk menurunkan kandungan kapur dalam air. Resin
kation biasa digunakan untuk industri air minum, baik usaha air minum isi ulang maupun
Pabrik Air Minum Dalam Kemasan (PAMDK). Pasir zeolit berfungsi untuk penyaringan air dan
mampu menambah oksigen dalam air. Pasir mangan berwarna merah digunakan untuk
menurunkan kadar zat besi atau logam berat dalam air. Pasir silika digunakan untuk
menyaring lumpur, tanah, dan partikel besar atau kecil dalam air dan biasa digunakan untuk
penyaringan tahap awal. Karbon aktif atau arang aktif adalah jenis karbon yang memiliki
luas permukaan yang besar sehingga dapat menyerap kotoran dalam air. Tawas dan kaporit
yang sering digunakan di kolam renang. Polyaluminium clorida (PAC) untuk mengendapkan
lumpur dalam air.
Alat dan bahan yang akan digunakan perlu terlebih dahulu dipelajari agar tidak
menimbulkan masalah karena sifat bahan kimia sedikit banyak akan berpengaruh.
Ketersediaan bahan kimia yang digunakan bergantung daerah masing-masing.
Teknik Membuat Alat Penjernih Air dengan Bahan Buatan Paresti dan kawan-kawan
menjelaskan pembuatan alat penjernih air buatan sebenarnya lebih mudah, yaitu
menyiapkan bak atau tempat penampung air kotor yang memadaidan diberi pengaduk
bahan kimia. Selanjutnya, menyiapkan bak pengendap dan penampung air bersih.
Diperlukan teknik melubangi, menyambung, dan memotong saat membuat bak. T eknik
tersebut harus diterapkan dengan baik agar alat penjernih air tidak bocor. Prosedur
Membuat Alat Penjernih Air dengan Bahan Buatan Prosedur pembuatan alat penjernih air
bahan buatan harus melalui tahapan survei bahan baku air yang akan dijernihkan sehingga
dapat digunakan bahan kimia yang tepat. Penggunaan bahan buatan atau kimia cukup
dengan kuantitas yang sedikit dicampurkan pada tempat penampungan yang besar
sehingga lebih hemat dan aman. Penggunaan bahan kimia penjernih yang berlebihan tidak
dianjurkan untuk masalah kesehatan dan keamanan penggunaan air. Bahan kimia yang
digunakan untuk menjernihkan air tidak menimbulkan gangguan kesehatan apabila
terminum asalkan sesuai dengan petunjuk penggunaan bahan. Beberapa bahan buatan
yang sering dan banyak digunakan di masyarakat seperti tawas, kaporit, dan batu gamping
atau batu kapur, polyaluminium chlorida (PAC). Salah satu efek bahan kimia pada proses
penjernihan air bisa dikenali ketika kita berenang di kolam renang. Biasanya, kolam renang
umum memiliki bau dan rasa air yang berbeda. Bau tersebut berasal dari bahan kimia
bernama kaporit yang berfungsi untuk menjernihkan air. Tawas dan batu gamping berfungsi
untuk mengendapkan kotoran yang ada di air, tetapi tidak membunuh kuman atau zat kimia
lain. Kaporit berfungsi untuk membunuh kuman, virus, dan bakteri di dalam air, tetapi tidak
dapat mengendapkan kotoran. Arang tempurung atau batok kelapa berfungsi untuk
menghilangkan bau, rasa tidak enak, dan menjernihkan air. Bahan buatan lain yang juga
dapat digunakan, contohnya filter ultraviolet dan keramik. Cara Membuat Alat Penjernih Air
Alat penjernih air harus memerhatikan bahan yang digunakan karena akan menentukan
kualitas air yang diperoleh. Bahan penyaring buat alat penjernih harus berupa material yang
memiliki sifat menyerap berbagai kotoran, zat kimia, dan polutan. Dikutip dari Prakarya
(2017), ada beberapa prosedur atau tahapan yang dilakukan untuk membuat alat penjernih
air sebagai berikut:
1. Menentukan model alat penjernih air Menentukan atau memutuskan model bentuk dan
ukuran alat penjernih air yang akan dibuat, bisa dilakukan usai mengamati alur cara kerja
peralatan itu, baik melalui pelatihan, internet, atau sumber informasi lainnya.
2. Membuat sketsa alat penjernih air Membuat sketsa gambar benda yang akan dibuat dan
gambar teknik yang dilengkapi dengan ukuran.
3. Menyiapkan peralatan dan bahan Menentukan dan menyiapkan alat (hand tools) yang
akan digunakan dan bahan apa saja yang diperlukan sebagai penyaring serta sebagai
wadah air, saluran penghubung pipa, selang atau bambu maupun keran yang dibutuhkan.
4. Merencanakan langkah membuat alat penjernih air Menentukan langkah membuat alat
penjernih air, yaitu menentukan bagian mana yang akan dibuat terlebih dulu, dan urutan
pelaksanaannya.
5. Perakitan alat penjernih air Membuat dan merakit alat penjernih air disesuaikan dengan
rencana yang sudah disusun.
6. Pengujian alat penjernih air Pengujian menjadi bagian penting dalam pembuatan alat
penjernih air dan dilanjutkan dengan tahap penyempurnaan.
Pertemuan 12
Forum 1 (Contoh-contoh Limbah Industri)
Limbah adalah sisa dari suatu usaha maupun kegiatan yang mengandung bahan berbahaya
atau beracun yang karena sifat, konsentrasi, dan jumlahnya, baik yang secara langsung
maupun tidak langsung dapat membahayakan lingkungan, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lainnya.
Bahan yang sering ditemukan dalam limbah antara lain senyawa organik yang dapat
terbiodegradasi, senyawa organik yang mudah menguap, senyawa organik yang sulit
terurai, logam berat yang toksik, padatan tersuspensi, nutrien, mikrobia pathogen, dan
parasit.
Perkembangan sektor industri di Indonesia semakin pesat saat ini, turut memberikan
dampak pada sector lain, baik dampak positif maupun negatif. Dampak positif dari
perkembangan industri ini begitu terasa pada sektor perekonomian yang mana begitu
banyak lapangan pekerjaan tercipta, tidak hanya itu, banyak pula pemanfaatan teknologi
baru yang akhrnya diaplikasikan di berbagai bidang. Adapun dampak negatif yang begitu
dirasakan berasal dari limbah industri yang di buang berupa, limbah cair yang mengandung
zat-zat yang merugikan pada masyarakat sekitar.
Karena adanya dampak negatif yang berasal dari limbah industri, maka setiap perusahaan
perlu melakukan pengelolaan limbah industri.
Jenis Limbah Industri
1. Limbah padat
Limbah padat merupakan buangan dari hasil- hasil industri yang tidak terpakai lagi yang
berbentuk padatan, lumpur maupun bubur yang berasal dari suatu proses pengolahan,
ataupun sampah yang dihasilkan dari kegiatan- kegiatan industri, serta dari tempat- tempat
umum.
Limbah padat seperti ini apabila dibuang di dalam air (baca: jenis air) pastinya akan
mencemari air tersebut dan dapat menyebabkan makhluk hidup yang tinggal di dalamnya
akan mati. Sementara apabila dibuang di wilayah daratan (baca: ekosistem darat) tanpa
adanya proses pengolahan, maka akan mencemari tanah di wilayah tersebut. Beberapa
contoh dari limbah industri padat antara lain adalah plastik, kantong, sisa pakaian, sampah
kertas, kabel, listrik, bubur- bubur sisa semen, lumpur- lumpur sisa industri, dan lain
sebagainya.
2. Limbah cair
Limbah cair dikenal sebagai entitas pencemar air. Sesuai dengan namanya, yang disebut
sebagai limbah cair adalah limbah yang mempuyai bentuk cair. Biasanya limbah industri cair
ini akan dibuang langsung ke saluran air seperti selokan, sungai bahkan lautan.
Limbah cair ini sifatnya ada yang berbahaya dan ada pula yang dapat dinetralisir secara
cepat. Limbah industri yang berbahaya yang dibuang langsung ke saluran seperti sungai
(baca: ekosistem sungai), laut, maupun selokan tanpa dinetralisir terlebih dahulu pada
akhirnya akan mencemari saluran- saluran tersebut sehingga akan menyebabkan ekosistem
air menjadi rusak, bahkan banyak makhluk hidup yang akan mati dibuatnya. Contoh limbah
cair dari industri ini antara lain adalah sisa pewarna pakaian cair, sisa pengawet cair, limbah
tempe, limbah tahu, kandungan besi pada air, kebocoran minyak di laut, serta sisa- sisa
bahan kimia lainnya.
3. Limbah gas
Limbah gas merupakan limbah yang disebabkan oleh sumber alami maupun sebagai hasil
aktivitas manusia yang berbentuk molekul- molekul gas dan pada umumnya memberikan
dampak yang buruk bagi kehidupan makhluk hidup yang ada di Bumi. Limbah gas ini tentu
saja berbentuk gas. Oleh karena bentuknya gas, maka limbah pabrik gas ini biasanya
mencemari udara. Beberapa contoh limbah gas ini antara lain adalah kebocoran gas,
pembakaran pabrik, asap pabrik sisa produksi dan lain sebagainya.
4. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Selain limbah padat, cair dan juga gas, ada satu lagi jenis limbah yang dikategorikan
sebagai limbah B3, yakni limbah bahan berbahaya dan beracun. Limbah B3 yang dimaksud
adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan-bahan berbahaya dan atau
beracun yang karena sifatnya, konsentrasinya, maupun jumlahnya baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat mencemarkan, merusak, dan dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia dan juga makhluk hidup lainnya.
Forum 2 (Pengolahan Limbah Industri)
Setelah mengetahui contoh-contoh dari limbah industri yang umum dihasilkan oleh industri,
tahap selanjutnya adalah kita harus mengetahui bagaimana cara mereka mengelolanya.
Suatu syarat wajib dari Pemerintah Indonesia yang harus dimiliki oleh setiap pelaku industri
adalah memiliki suatu rencana pengolahan limbah. Setiap keuntungan yang didapatkan dari
proses industri haruslah dibarengi dengan pengolahan limbah supaya tidak merugikan bagi
lingkungan maupun bagi makhluk hidup yang lainnya. Adapun pengolahan limbah ini ada
banyak sekali macamnya sesuai dengan masing- masing jenis limbah. Agar lebih jelas, kita
akan membahasnya sebagai berikut mengenai pengolahan limbah industri :
1. Pengolahan limbah padat
Proses industrialisasi memang banyak sekali menimbulkan limbah. salah satu jenis limbah
yang dapat dihasilkan dari proses industri adalah limbah yang berbentuk padat. Untuk
mengatasi limbah padat cara yang dapat kita lakukan antara lain sebagai berikut:
- Penimbunan terbuka
Penimbunan terbuka merupakan solusi atau pengolahan pertama yang bisa dilakukan pada
limbah padat. Limbah padat dibagi menjadi organik dan juga non organik. Limbah padat
organik akan lebih baik ditimbun, karena akan diuraikan oleh organisme-organisme pengurai
sehingga akan membuat tanah menjadi lebih subur.
- Sanitary landfill
Sanitary landfill ini menggunakan lubang yang sudah dilapisi tanah liat dan juga plastik
untuk mencegah pembesaran di tanah dan gas metana yang terbentuk dapat digunakan
untuk menghasilkan listrik.
- Insenerasi
Insenerasi atau pembakaran sampah adalah teknologi pengolahan sampah yang melibatkan
pembakaran bahan organik. Insinerasi dan pengolahan sampah bertemperatur tinggi lainnya
didefinisikan sebagai pengolahan termal. Insinerasi material sampah mengubah sampah
menjadi abu, gas sisa hasil pembakaran, partikulat, dan panas
- Membuat kompos padat
Seperti halnya penimbunan, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwasannya limbah
padat yang bersifat organik akan lebih bermanfaat apabila dibuat menjadi kompos. Kompos
ini bisa dijadikan sebagai usaha masyarakat yang sangat bermanfaat bagi banyak orang.
- Daur ulang
Limbah padat yang bersifat non organik bisa dipilah- pilah kembali. Limbah padat yang
masih bisa diproses kembali bisa di daur ulang menjadi barang yang baru atau dibuat
barang lain yang bermanfaat atau bernilai jual tinggi. sebagai contoh adalah kerajinan dari
barang- barang bekas.
2. Pengolahan limbah cair
Selain limbah padat, industri juga akan menghasilkan limbah cair. Limbah cair
penanganannya berbeda dengan limbah padat, tentu saja hal ini karena bentuknya yang
berbeda. Untuk limbah cair sendiri, pengolahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut
:
- Pengolahan primer dengan proses penyaringan, pengolahan awal, pengendapan dan
pengapungan. Pengolahan ini efektif untuk polutan minyak dan juga lemak
- Pengolahan sekunder, menggunakan mikroorganisme untuk menguraikan bahan
- Pengolahan tersier yang bersifat khusus
- Desinfeksi
- Slude treatment atau pengolahan lumpur
- Pengolahan limbah gas
Pengolahan limbah gas pada bidang industri dapat dilakukan sebagai berikut:
- Mengontrol emisi gas buang
- Menghilangkan materi partikulat dari udara pembuangan
- Pengolahan limbah B3
Limbah B3 yang sangat berbahaya apabila dibiarkan saja tentu akan menimbulkan dampak
yang buruk. Oleh karena itulah kita harus bisa mengolahnya supaya tidak berbahaya.
Pengelolaan Limbah B3 dapat dilakukan dengan:
- Metode pengolahan secara fisika, kima dan biologi
- Metode pembuangan limbah B3, yang terdiri atas sumur dalam/ sumur injeksi, kolam
penyimpanan, dan landfill.
Itulah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk pengolahan limbah industri. Cara- cara
tersebut dapat dilakukan untuk mengurangi polutan yang berasal dari limbah sisa
industri agar lingkungan tetap terjaga dan lestari. Adakah contoh limbah industri lain yang
ingin kalian ketahui cara pengelolaannya?
Forum 3 (Penanganan dan Pengolahan Limbah Kimia LAB)
Banyak hal yang mendasari kelayakan digunakannya laboratorium sebagai tempat untuk
pembelajaran dan penelitian. Salah satunya, laboratorium harus didesign sedemikian rupa
sehingga limbah yang dihasilkan tidak membahayakan pekerja lab dan aman untuk dibuang
ke lingkungan.
Peneliti atau pekerja lab biasanya menyepelekan keselamatan kerja di laboratorium.
Beberapa kecelakaan serius terjadi di laboratorium selama pembersihan usai praktikum.
Hal ini diakibatkan karena orang-orang lebih fokus pada keperluan yang akan dilakukan
berikutnya, seperti: makan, ingin buru-buru cepat pulang, dan istirahat. Sehingga mereka
tidak menyadari akan bahaya bahan kimia yang menempel di tubuh mereka.
Oleh karena itu, diperlukan adanya aturan, kebijakan, dan pengawasan dalam
menggunakan laboratorium, terlebih dalam penanganan dan pengolahan limbah.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penanganan Limbah Kimia :
1. Labelisasi botol/wadah limbah
Semua wadah limbah kimia harus diberi label dengan warna yang mecolok. Label tersebut
diberi keterangan terkait nama lengkap bahan (tunggal atau campuran), mulai
penyimpanan, tanggal pembuangan dan informasi penting lainnya.
Jangan sampai label pada wadah tersebut rusak atau hilang, sehingga menyebabkan isi
dalam wadah tidak diketahui secara pasti, dan dikhawatirlan terjadi pencampuran bahan
yang semestinya tidak bercampur.
Pastikan juga tulisan “limbah berbahaya” tidak hilang. Jangan melabeli dengan kata-kata
lain untuk limbah, juga jangan melabeli limbah kalau bahan tersebut bukanlah limbah.
Jika menggunakan wadah bekas, bersihkan terlebih dahulu label yang menempel
sebelumnya (jika ada), sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman dalam menafsirkan isi
wadah. Pastikan juga hanya ada satu label limbah pada satu wadah.
2. Tempat penyimpanan limbah
Beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih tempat untuk menyimpan limbah,
diantaranya:
- Jangan menyimpan limbah di lemari asam di mana reaksi kimia sering dilakukan.
- Wadah untuk menyimpan limbah harus disesuaikan. Biasanya wadah yang sering dipakai
untuk menyimpan limbah terbuat dari gelas (kaca) atau polietilen.
- Jangan menggunakan wadah yang terbuat dari kaleng logam jika limbah bersifat asam dan
basa kuat karena dapat merusak wadah dengan cepat.
- Jangan menyimpan wadah limbah di dekat air atau westafel.
3. Kondisi tutup penutup wadah
Tutup wadah hanya dibuka pada saat memasukkan limbah ke dalam botol. Jika
dikhawatirkan terjadi tekanan yang kuat pada wadah, maka tutupnya agak dilonggarkan.
Jangan meninggalkan corong di wadah penyimpanan limbah. Corong yang digunakan
pindah-pindah dari satu botol ke botol lain dapat menghasilkan gas atau ledakan, karena
terjadi pencampuran limbah melalui corong yang tidak dicuci.
4. Pemisahan tempat penyimpanan wadah
 Penyimpanan asam dan basa dilakukan di tempat/lemari yang berbeda. Pastikan
wadah tidak bocor, karena kebocoran wadah dapat menyebabkan reaksi yang hebat,
sehingga menimbulkan gas beracun.
 Pisahkan tempat penyimpanan limbah asam dan bahan organik.
 Tidak melakukan pencampuran bahan kimia tidak kompatibel dalam satu wadah
limbah. Misalnya, pencampuran antara asam nitrat dan etanol dapat membentuk
senyawa yang mudah meledak.
5. Penimbunan/pengolahan limbah
Idealnya, tidak lebih dari satu wadah untuk masing-masing jenis limbah berada di
laboratorium. Jangan sampai ada empat wadah limbah organik dalam satu lab. Jika terjadi
kebakaran, akan sangat berbahaya.
Jika satu wadah tempat limbah penuh dengan limbah organik, segera pindahkan ke ruang
preparasi untuk dibuang atau diolah.
Pengolahan limbah ini, bisa dilakukan oleh manajemen laboratorium sendiri, atau juga bisa
minta bantuan pihak ketiga untuk diolahkan. Tentunya ini membutuhkan biaya yang cukup
mahal untuk mengolahnya agar aman dibuang ke lingkungan.
Pada industri pengolahan limbah modern seperti saat ini, banyak digunakan mikroorganisme
sebagai agen biodegradasi bahan kimia berbahaya menjadi lebih ramah lingkungan melalui
proses yang cukup panjang.
Pertemuan 13
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun, limbah B3 dapat dibedakan berdasarkan kategori
bahayanya dan sumbernya.
Berdasarkan bahayanya, limbah B3 dibedakan atas dua kategori. Kategori 2 memiliki
tingkat bahaya yang lebih besar daripada kategori 1. Contoh zat pencemar yang
termasuk dalam kategori 1 adalah aseton, tetrakloroetilen, metanol, kresol,
benzena, dan sebagainya. Ada pula zat pencemar kategori 1 yang tidak spesifik seperti
aki/baterai bekas.
Contoh zat pencemar yang termasuk dalam kategori 2 adalah debu dan fiber
asbes putih (chrysotile), kemasan bekas B3, minyak pelumas bekas, limbah resin atau
penukar ion, limbah elektronik, filter bekas dari fasilitas pengendalian pencemaran
udara, dan sebagainya.
Berdasarkan sumbernya, jenis limbah B3 dapat dibedakan atas industri yang
menghasilkannya. Ada banyak industri yang menghasilkan limbah B3 dalam proses
produksinya, di antaranya pupuk dan bahan senyawa nitrogen, pestisida dan produk
agrokimia, petrokimia, kilang minyak dan gas bumi, pengawetan kayu, peleburan besi
dan baja, peleburan nikel, dan sebagainya.
Karakteristik Limbah B3
Suatu zat disebut sebagai limbah B3 jika memiliki karakteristik mudah meledak, mudah
menyala, reaktif, infeksius, korosif, dan beracun. Nah, untuk menentukan apakah suatu
zat memiliki salah satu atau beberapa karakteristik tersebut, harus dilakukan uji
karakteristik.
Untuk limbah yang mudah meledak, misalnya, disebut berbahaya jika meledak pada
suhu dan tekanan 25 derajat Celcius atau 760 mmHg. Untuk limbah yang mudah
menyala dapat diuji dengan seta closed tester atau pensky martens closed cup.
Sementara itu, karakteristik beracun pada limbah B3 dapat diuji melalui TCLP dan Uji
Toksikologi LD50.
Cara Menangani dan Mengolah Limbah B3
Menurut Peraturan Pemerintah yang berlaku, tiap orang yang menghasilkan limbah B3
berkewajiban untuk mengolah limbah tersebut. Nah, ada beberapa tahap yang bisa
dilakukan dalam penanganan dan pengelolaan limbah B3, yaitu:
 Mengurangi Limbah B3
Salah satu tahap yang bisa dilakukan adalah mengurangi jumlah limbah B3 yang
dihasilkan. Caranya antara lain dengan menggunakan bahan substitusi, melakukan
modifikasi proses, dan menggunakan teknologi ramah lingkungan.
Substitusi bahan bisa dilakukan dengan memilih bahan baku yang tidak mengandung
B3. Modifikasi proses bisa dilakukan dengan memilih dan menerapkan proses yang lebih
efisien.
 Menyimpan Limbah B3
Dalam melakukan penyimpanan limbah B3 yang dihasilkan, ada aturan yang harus
dipenuhi. Pertama, limbah B3 tidak dicampur dengan limbah lainnya. Kedua, penghasil
limbah harus memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan penyimpanan.
Izin tersebut bisa didapatkan dengan syarat memiliki izin dari lingkungan dan telah
mengajukan permohonan tertulis kepada bupati.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan limbah B3 adalah syarat lokasi yang
bebas banjir serta tidak rawan bencana alam. Jika hal ini tidak terpenuhi, lokasi
penyimpanan harus bisa direkayasa menggunakan teknologi sehingga limbah B3 tidak
mencemari lingkungan hidup. Adapun fasilitas penyimpanan yang harus tersedia adalah
bangunan, tangki, silo, tempat tumpukan limbah, dan waste impoundment.
Apabila limbah B3 dikemas, kemasan yang digunakan harus memenuhi sejumlah
kriteria, yaitu terbuat dari bahan yang sesuai dengan karakteristik limbah B3 yang akan
disimpan, dapat menahan limbah B3 dalam kemasan, memiliki penutup yang kuat, dan
berada dalam kondisi baik atau tidak rusak.
 Mengumpulkan Limbah B3
Pengumpulan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara segregasi dan penyimpanan. Ini
juga merupakan kewajiban perusahaan penghasil limbah B3. Kemudian, limbah akan
dikumpulkan oleh pengumpul limbah yang telah memiliki izin pengelolaan limbah B3.
 Mengangkut Limbah B3
Untuk melakukan pengangkutan limbah B3, alat angkut yang digunakan harus tertutup.
Pihak pengangkut limbah B3 juga harus sudah memiliki izin pengelolaan limbah B3.
 Memanfaatkan Limbah B3
Pemanfaatan limbah B3 bisa dilakukan oleh perusahaan penghasil limbah B3 atau
pemanfaat limbah B3 jika tidak bisa sendiri. Beberapa bentuk manfaat limbah B3 adalah
sebagai substitusi bahan baku, substitusi sumber energi, dan bahan baku. Sebelumnya,
bisa dilakukan uji coba pemanfaatan limbah B3. Uji coba tersebut harus dilengkapi
dengan persetujuan dari pihak yang berwenang.
 Mengolah Limbah B3
Untuk mengolah limbah B3, cara yang bisa dilakukan adalah termal, stabilisasi dan
solidifikasi, atau cara lain berdasarkan teknologi yang terkait. Standar yang harus
dipenuhi jika menggunakan pengolahan cara termal adalah emisi udara, efisiensi
pembakaran, serta efisiensi penghancuran dan penghilangan senyawa POHCs.
 Menimbun Limbah B3
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menimbun limbah B3, yaitu menggunakan
penimbusan akhir, sumur injeksi, penempatan kembali di area bekas tambang,
dam tailing, atau fasilitas lain.
Untuk memilih lokasi penimbunan limbah B3, ada beberapa syarat yang harus
terpenuhi, yaitu bebas banjir, permeabilitas tanah, daerah aman secara geologis, stabil,
dan tidak rawan bencana, serta berada di luar kawasan lindung. Lokasi tersebut juga
bukan merupakan daerah yang digunakan sebagai resapan air tanah, khususnya untuk
kebutuhan air minum.
 Membuang Limbah B3
Untuk melakukan pembuangan limbah B3, harus ada izin dari Menteri terkait. Izin
tersebut dibutuhkan untuk keperluan pembuangan limbah yang dilakukan di media
lingkungan hidup seperti tanah atau laut. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi
telah tercantum dalam peraturan pemerintah yang berlaku.
Menanggulangi Pencemaran Lingkungan Hidup
Tahap-tahap yang dilakukan mulai dari pengurangan hingga pembuangan limbah B3
merupakan tanggung jawab industri yang menghasilkan limbah tersebut. Namun, untuk
melakukannya harus berdasarkan izin dari Menteri terkait. Jika tidak bisa dilakukan
sendiri, tanggung jawab tersebut dapat diambil alih oleh pihak lain yang berfungsi sama.
Namun, kewajiban pemilik usaha penghasil limbah bukan hanya itu saja. Kewajiban lain
adalah melakukan penanggulangan pencemaran lingkungan hidup hingga pemulihan
fungsi lingkungan hidup. Langkah penanggulangan bisa dilakukan dengan memberi
peringatan adanya pencemaran lingkungan hidup, melakukan isolasi, atau
menghentikan sumber pencemaran.
Sementara itu, yang dimaksud dengan pemulihan fungsi lingkungan hidup adalah
dengan melakukan tahap-tahap mulai dari menghentikan sumber pencemaran,
remediasi, rehabilitasi, restorasi, atau cara lain yang sesuai perkembangan teknologi.
Pengelolaan Limbah B3 merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang mencakup
penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, dan pengolahan limbah B3
termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan pelaku
pengelolaan limbah B3 antara lain :
 Penghasil Limbah B3
 Pengumpul Limbah B3
 Pengangkut Limbah B3
 Pemanfaat Limbah B3
 Pengolah Limbah B3
 Penimbun Limbah B3
Mayoritas pabrik tidak menyadari, bahwa limbah yang dihasilkan termasuk dalam
kategori limbah B3, sehingga limbah dibuang begitu saja ke sistem perairan tanpa
adanya proses pengolahan. Pada dasarnya prinsip pengolahan limbah adalah upaya
untuk memisahkan zat pencemar dari cairan atau padatan. Walaupun volumenya kecil,
konsentrasi zat pencemar yang telah dipisahkan itu sangat tinggi. Selama ini, zat
pencemar yang sudah dipisahkan atau konsentrat belum tertangani dengan baik,
sehingga terjadi akumulasi bahaya yang setiap saat mengancam kesehatan manusia
dan keselamatan lingkungan hidup. Untuk itu limbah B3 perlu dikelola antara lain
melalui pengolahan limbah B3.
Upaya pengelolaan limbah B3 dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
 Reduksi limbah dengan mengoptimalkan penyimpanan bahan baku dalam proses
kegiatan atau house keeping, substitusi bahan, modifikasi proses, maupun upaya
reduksi lainnya.
 Kegiatan pengemasan dilakukan dengan penyimbolan dan pelabelan yang
menunjukkan karakteristik dan jenis limbah B3 berdasarkan acuan Keputusan
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep-
05/Bapedal/09/1995.
Pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah yang
bersangkutan. Secara umum dapat dikatakan bahwa kemasan limbah B3 harus memiliki
kondisi yang baik, bebas dari karat dan kebocoran, serta harus dibuat dari bahan yang
tidak bereaksi dengan limbah yang disimpan di dalamnya. Untuk limbah yang mudah
meledak, kemasan harus dibuat rangkap di mana kemasan bagian dalam harus dapat
menahan agar zat tidak bergerak dan mampu menahan kenaikan tekanan dari dalam
atau dari luar kemasan. Limbah yang bersifat self-reactive dan peroksida organik juga
memiliki persyaratan khusus dalam pengemasannya. Pembantalan kemasan limbah jenis
tersebut harus dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak mengalami
penguraian atau dekomposisi saat berhubungan dengan limbah. Jumlah yang dikemas
pun terbatas sebesar maksimum 50 kg per kemasan sedangkan limbah yang memiliki
aktivitas rendah biasanya dapat dikemas hingga 400 kg per kemasan.
 Penyimpanan dapat dilakukan di tempat yang sesuai dengan persyaratan yang
berlaku acuan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Nomor: Kep-01l/Bapedal/09/1995.
Limbah B3 yang diproduksi dari sebuah unit produksi dalam sebuah pabrik harus
disimpan dengan perlakuan khusus sebelum akhirnya diolah di unit pengolahan limbah.
Penyimpanan harus dilakukan dengan sistem blok dan tiap blok terdiri atas 2×2
kemasan. Limbah-limbah harus diletakkan dan harus dihindari adanya kontak antara
limbah yang tidak kompatibel. Bangunan penyimpan limbah harus dibuat dengan lantai
kedap air, tidak bergelombang, dan melandai ke arah bak penampung dengan
kemiringan maksimal 1%. Bangunan juga harus memiliki ventilasi yang baik, terlindung
dari masuknya air hujan, dibuat tanpa plafon, dan dilengkapi dengan sistem penangkal
petir. Limbah yang bersifat reaktif atau korosif memerlukan bangunan penyimpan yang
memiliki konstruksi dinding yang mudah dilepas untuk memudahkan keadaan darurat
dan dibuat dari bahan konstruksi yang tahan api dan korosi.
 Pengumpulan dapat dilakukan dengan memenuhi persyaratan pada ketentuan
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: Kep--
01/Bapedal/09/1995 yang menitikberatkan pada ketentuan tentang karakteristik
limbah, fasilitas laboratorium, perlengkapan penanggulangan kecelakaan,
maupun lokasi.
 Kegiatan pengangkutan perlu dilengkapi dengan dokumen pengangkutan dan
ketentuan teknis pengangkutan.
Mengenai pengangkutan limbah B3, Pemerintah Indonesia belum memiliki peraturan
pengangkutan limbah B3 hingga tahun 2002. Peraturan pengangkutan yang menjadi
acuan adalah peraturan pengangkutan di Amerika Serikat. Peraturan tersebut terkait
dengan hal pemberian label, analisa karakter limbah, pengemasan khusus, dan
sebagainya. Persyaratan yang harus dipenuhi kemasan di antaranya ialah apabila terjadi
kecelakaan dalam kondisi pengangkutan yang normal, tidak terjadi kebocoran limbah ke
lingkungan dalam jumlah yang berarti. Selain itu, kemasan harus memiliki kualitas yang
cukup agar efektifitas kemasan tidak berkurang selama pengangkutan. Limbah gas yang
mudah terbakar harus dilengkapi dengan head shields pada kemasannya sebagai
pelindung dan tambahan pelindung panas untuk mencegah kenaikan suhu yang cepat.
Di Amerika juga diperlakukan rute pengangkutan khusus selain juga adanya kewajiban
kelengkapan Material Safety Data Sheets (MSDS) yang ada di setiap truk dan di dinas
pemadam kebarakan.
 Upaya pemanfaatan dapat dilakukan melalui kegiatan daur ulang (recycle),
perolehan kembali (recovery) dan penggunaan kembali (reuse) limbah B3 yang
dlihasilkan ataupun bentuk pemanfaatan lainnya.
 Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara thermal, stabilisasi,
solidifikasi secara fisika, kimia, maupun biologi dengan cara teknologi bersih atau
ramah lingkungan.
 Kegiatan penimbunan limbah B3 wajib memenuhi persyaratan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999.
Beberapa metode penanganan limbah B3 yang umum diterapkan adalah sebagai
berikut:
 Metode Pengolahan secara Kimia,
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-
partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan
zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan
tergantung jenis dan kadar limbahnya.
Proses pengolahan limbah B3 secara kimia yang umum dilakukan adalah stabilisasi/
solidifikasi. Stabilisasi/ solidifikasi adalah proses mengubah bentuk fisik dan/atau
senyawa kimia dengan menambahkan bahan pengikat atau zat pereaksi tertentu untuk
memperkecil/membatasi kelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya racun limbah,
sebelum dibuang. Definisi stabilisasi adalah proses pencampuran limbah dengan bahan
tambahan dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta
untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Solidifikasi didefinisikan sebagai proses
pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut
seringkali terkait sehingga sering dianggap mempunyai arti yang sama. Contoh bahan
yang dapat digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi adalah semen, kapur, dan
bahan termoplastik.
Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur (CaOH2), dan
bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum mixing,
in-situ mixing, dan plant mixing. Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi diatur oleh
BAPEDAL berdasarkan Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.
Apabila konsentrasi logam berat di dalam air limbah cukup tinggi, maka logam dapat
dipisahkan dari limbah dengan jalan pengendapan menjadi bentuk hidroksidanya. Hal ini
dilakukan dengan larutan kapur (Ca(OH)2) atau natrium hidroksida (NaOH) dengan
memperhatikan kondisi pH akhir dari larutan. Pengendapan optimal akan terjadi pada
kondisi pH dimana hidroksida logam tersebut mempunyai nilai kelarutan minimum.
Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan
elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar
terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan.
Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan
alkali misalnya air kapur, sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut
atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air >
10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum
diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduks i menjadi krom
trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5).
Presipitasi adalah pengurangan bahan-bahan terlarut dengan cara menambahkan
senyawa kimia tertentu yang larut dan dapat menyebabkan terbentuknya padatan.
Dalam pengolahan air limbah, presipitasi digunakan untuk menghilangkan logam berat,
sufat, fluoride, dan fosfat. Senyawa kimia yang biasa digunakan adalah lime,
dikombinasikan dengan kalsium klorida, magnesium klorida, alumunium klorida, dan
garam – garam besi. Adanya complexing agent, misalnya NTA (Nitrilo Triacetic Acid)
atau EDTA (Ethylene Diamine Tetraacetic Acid), menyebabkan presipitasi tidak dapat
terjadi. Oleh karena itu, kedua senyawa tersebut harus dihancurkan sebelum proses
presipitasi akhir dari seluruh aliran, dengan penambahan garam besi dan polimer khusus
atau gugus sulfida yang memiliki karakteristik pengendapan yang baik. Pengendapan
fosfat, terutama pada limbah domestik, dilakukan untuk mencegah eutrophicationdari
permukaan. Presipitasi fosfat dari sewage dapat dilakukan dengan beberapa metode,
yaitu penambahan slaked lime, garam besi, atau garam alumunium.
Koagulasi dan Flokulasi digunakan untuk memisahkan padatan tersuspensi dari cairan
jika kecepatan pengendapan secara alami padatan tersebut lambat atau tidak efisien.
Proses koagulasi dan flokulasi adalah konversi dari polutan-polutan yang tersuspensi
koloid yang sangat halus didalam air limbah, menjadi gumpalan-gumpalan yang dapat
diendapkan, disaring, atau diapungkan.
Beberapa kelebihan proses pengolahan kimia antara lain dapat menangani hampir
seluruh polutan anorganik, tidak terpengaruh oleh polutan yang beracun atau toksik,
dan tidak tergantung pada perubahan konsentrasi. Pengolahan kimia dapat
meningkatkan jumlah garam pada effluent, meningkatkan jumlah lumpur sehingga
memerlukan bahan kimia tambahan akibatnya biaya pengolahan menjadi mahal.
 Metode Pengolahan secara Fisik
Sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, dilakukan penyisihan
terhadap bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau
bahan-bahan yang terapung. Penyaringan atau screening merupakan cara yang efisien
dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan
tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses
pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah
kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.
Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung
seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya. Flotasi
juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification)
atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara
ke atas (air flotation).
Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk mendahului
proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan
sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses
adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa.
Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa
aromatik misalnya fenol dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan
untuk menggunakan kembali air buangan tersebut.
Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit
pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air
yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal.
Evaporasi pada umumnya dilakukan untuk menguapkan pelarut yang tercampur dalam
limbah, sehingga pelarut terpisah dan dapat diisolasi kembali. Evaporasi didasarkan
pada sifat pelarut yang memiliki titik didih yang berbeda dengan senyawa lainnya.
Metode insinerasi atau pembakaran dapat diterapkan untuk memperkecil volume limbah
B3. Namun saat melakukan pembakaran perlu dilakukan pengendalian agar gas beracun
hasil pembakaran tidak mencemari udara. Pengolahan secara insinerasi bertujuan untuk
menghancurkan senyawa B3 yang terkandung di dalamnya menjadi senyawa yang tidak
mengandung B3. Insinerator adalah alat untuk membakar sampah padat, terutama
untuk mengolah limbah B3 yang perlu syarat teknis pengolahan dan hasil olahan yang
sangat ketat. Ukuran, desain dan spesifikasi insinerator yang digunakan disesuaikan
dengan karakteristik dan jumlah limbah yang akan diolah. Insinerator dilengkapi dengan
alat pencegah pencemar udara untuk memenuhi standar emisi.
Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75%
(berat). Teknologi ini bukan solusi terakhir dari sistem pengolahan limbah padat karena
pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke
bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk
panas.
Kelebihan metode pembakaran adalah metode ini merupakan metode hemat uang di
bidang transportasi dan tidak menghasilkan jejak karbon yang dihasilka n transport
seperti pembuangan darat. Menghilangkan 10% dari jumlah limbah cukup banyak
membantu mengurangi beban tekanan pada tanah. Rencana pembakaran waste-to-
energy (WTE) juga memberikan keuntungan yang besar dimana limbah normal maupun
limbah B3 yang dibakar mampu menghasilkan listrik yang dapat berkontribusi pada
penghematan ongkos. Pembakaran 250 ton limbah per hari dapat memproduksi 6.5
megawatt listrik sehari (berharga $3 juta per tahun).
Kerugian metode pembakaran adalah adanya biaya tambahan dalam pembangunan
instalasi pembakaran limbah. Selain itu pembakaran limbah juga menghasilkan emisi gas
yang memberikan efek rumah kaca.
Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi atau heating
value limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya
proses pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat
diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk
membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open
pit, single chamber, multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit.
Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat
tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan.
 Metode Pengolahan secara Biologi
Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang berkembang dewasa saat ini dikenal
dengan istilah bioremediasi dan fitoremediasi. Bioremediasi adalah penggunaan bakteri
dan mikroorganisme lain untuk mendegradasi/ mengurai limbah B3. Sedangkan
fitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi
bahan-bahan beracun dari tanah. Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam mengatasi
pencemaran oleh limbah B3 dan biaya yang diperlukan lebih murah dibandingkan
metode kimia atau fisik. Namun, proses ini juga masih memiliki kelemahan. Proses
bioremediasi dan fitoremediasi merupakan proses alami sehingga membutuhkan waktu
yang relatif lama untuk membersihkan limbah B3, terutama dalam skala besar. Selain
itu, karena menggunakan makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan dapat membawa
senyawa-senyawa beracun ke dalam rantai makanan di dalam ekosistem.
Metode Pembuangan Limbah B3
 Sumur dalam atau sumur injeksi (deep well injection)
Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah
dengan memompakan limbah tersebut melalui pipa ke lapisan batuan yang dalam, di
bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara teori, limbah
B3 ini akan terperangkap di lapisan itu sehingga tidak akan mencemari tanah maupun
air.
Pembuangan limbah B3 melalui metode ini masih mejadi kontroversi dan masih
diperlukan pengkajian yang integral terhadap dampak yang mungkin ditimbulkan. Data
menunjukkan bahwa pembuatan sumur injeksi di Amerika Serikat paling banyak
dilakukan antara tahun 1965-1974 dan hampir tidak ada sumur baru yang dibangun
setelah tahun 1980.
Pembuangan limbah ke sumur dalam merupakan suatu usaha membuang limbah B3 ke
dalam formasi geologi yang berada jauh di bawah permukaan bumi yang memiliki
kemampuan mengikat limbah, sama halnya formasi tersebut memiliki kemampuan
menyimpan cadangan minyak dan gas bumi. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam
pemilihan tempat ialah strktur dan kestabilan geologi serta hidrogeologi wilayah
setempat.
 Kolam penyimpanan atau Surface Impoundments
Limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang diperuntukkan khusus bagi
limbah B3. Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat mencegah perembesan
limbah. Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan terkonsentrasi dan mengendap di
dasar. Kelemahan metode ini adalah memakan lahan karena limbah akan semakin
tertimbun dalam kolam, ada kemungkinan kebocoran lapisan pelindung, dan ikut
menguapnya senyawa B3 bersama air limbah sehingga mencemari udara.
 Landfilluntuk limbah B3 atau Secure Landfills
Limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus dengan pengamanan tingkat
tinggi. Pada metode pembuangan secure landfill, limbah B3 dimasukkan kedalam drum
atau tong-tong, kemudian dikubur dalamlandfill yang didesain khusus untuk mencegah
pencemaran limbah B3. Landfill harus dilengkapi peralatan monitoring yang lengkap
untuk mengontrol kondisi limbah B3 dan harus selalu dipantau. Metode ini jika
diterapkan dengan benar dapat menjadi cara penanganan limbah B3 yang efektif.
Metode secure landfillmerupakan metode yang memiliki biaya operasi tinggi, masih ada
kemungkinan terjadi kebocoran, dan tidak memberikan solusi jangka panjang karena
limbah akan semakin menumpuk.
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tidak dapat begitu saja ditimbun, dibakar
atau dibuang ke lingkungan , karena mengandung bahan yang dapat membahayakan
manusia dan makhluk hidup lain. Limbah ini memerlukan cara penanganan yang lebih
khusus dibanding limbah yang bukan B3. Limbah B3 perlu diolah, baik secara fisik,
biologi, maupun kimia sehingga menjadi tidak berbahaya atau berkurang daya
racunnya. Setelah diolah limbah B3 masih memerlukan metode pembuangan yang
khusus untuk mencegah resiko terjadi pencemaran. Beberapa metode penanganan
limbah B3 yang umumnya diterapkan adalah sebagai berikut.
1. Metode pengolahan secara kimia, fisik dan biologi
Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara kimia, fisik, atau biologi. Proses
pengolahan limbah B3 secara kimia atau fisik yang umumnya dilakukan adalah
stabilisasi/ solidifikasi . stabilisasi/solidifikasi adalah proses pengubahan bentuk fisik dan
sifat kimia dengan menambahkan bahan peningkat atau senyawa pereaksi tertentu
untuk memperkecil atau membatasi pelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya racun
limbah, sebelum dibuang. Contoh bahan yang dapat digunakan untuk proses
stabilisasi/solidifikasi adalah semen, kapur (CaOH2), dan bahan termoplastik.
Metode insinerasi (pembakaran) dapat diterapkan untuk memperkecil volume B3 namun
saat melakukan pembakaran perlu dilakukan pengontrolan ketat agar gas beracun hasil
pembakaran tidak mencemari udara.
Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang telah cukup berkembang saat ini
dikenal dengan istilah bioremediasi dan viktoremediasi. Bioremediasi adalah penggunaan
bakteri dan mikroorganisme lain untuk mendegradasi/ mengurai limbah B3, sedangkan
Vitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi
bahan-bahan beracun dari tanah. Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam mengatasi
pencemaran oleh limbah B3 dan biaya yang diperlukan lebih muran dibandingkan
dengan metode Kimia atau Fisik. Namun, proses ini juga masih memiliki kelemahan.
Proses Bioremediasi dan Vitoremediasi merupakan proses alami sehingga membutuhkan
waktu yang relatif lama untuk membersihkan limbah B3, terutama dalam skala besar.
Selain itu, karena menggunakan makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan dapat
membawa senyawa-senyawa beracun ke dalam rantai makanan di ekosistem.
2. Metode Pembuangan Limbah B3
3. Sumur dalam/ Sumur Injeksi (deep well injection)
Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah
dengan cara memompakan limbah tersebut melalui pipa kelapisan batuan yang dalam,
di bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara teori,
limbah B3 ini akan terperangkap dilapisan itu sehingga tidak akan mencemari tanah
maupun air. Namun, sebenarnya tetap ada kemungkinan terjadinya kebocoran atau
korosi pipa atau pecahnya lapisan batuan akibat gempa sehingga limbah merembes
kelapisan tanah.
1. Kolam penyimpanan (surface impoundments)
limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang memang dibuat untuk limbah
B3. Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat mencegah perembesan
limbah. Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan terkosentrasi dan mengendap di
dasar. Kelemahan metode ini adalah memakan lahan karena limbah akan semakin
tertimbun dalam kolam, ada kemungkinan kebocoran lapisan pelindung, dan ikut
menguapnya senyawa B3 bersama air limbah sehingga mencemari udara.
1. Landfill untuk limbah B3 (secure landfils)
limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus pengamanan tinggi. Pada metode
pembuangan secure landfills, limbah B3 ditempatkan dalam drum atau tong-tong,
kemudian dikubur dalam landfill yang didesain khusus untuk mencegah pencemaran
limbah B3. Landffill ini harus dilengkapi peralatan moditoring yang lengkap untuk
mengontrol kondisi limbah B3 dan harus selalu dipantau. Metode ini jika diterapkan
dengan benar dapat menjadi cara penanganan limbah B3 yang efektif. Namun, metode
secure landfill merupakan metode yang memliki biaya operasi tinggi, masih ada
kemungkinan terjadi kebocoran, dan tidak memberikan solusi jangka panjang karena
limbah akan semakin menumpuk
Pertemuan 14
Masyarakat perlu disadarkan akan pentingnya kesehatan lingkungan yang baik jika ingin
menciptakan komunitas yang sehat dan bahagia. Apabila mereka mampu menjaga
lingkungan dengan baik secara tanggung jawab, munculnya banyak penyakit, yang
umumnya dikarenakan adanya lingkungan kotor, dapat dihindari. Saat melakukan
proses inisiasi pengenalan kesehatan lingkungan, dibutukan kesadaran segenap elemen
masyarakat sehingga tujuan dari terciptanya kesehatan secara menyeluruh dapat
dirasakan oleh semua pihak yang nantinya manfaat dari kesehatan lingkungan juga
dapat menguntungkan segenap masyarakat. Komitmen kuat dari dalam diri masing-
masing orang di satu lingkungan tersebut menjadi proses awal yang harus dibangun.
Tanpa adanya kesepakatan dan komitmen bersama, mustahil kesehatan lingkungan
dapat tercipta mengingat jika lingkungan satu tidak terjaga kebersihannya, maka hal ini
akan mempengaruhi buruknya kebersihan daerah lainnya.Terciptanya masyarakat sehat
yang mandiri dan berkemampuan akan menjadi harapan tersendiri saat mereka berhasil
mengaplikasikan kesehatan lingkungan dengan baik. Jika masyarakat sehat, maka hal
ini akan menciptakan generasi yang mandiri terutama secara finansial karena jiwa dan
badan yang sehat tentunya akan memberikan semangat tersendiri serta rasa fokus bagi
mereka dalam bekerja. Mereka tidak akan terbebani untuk berobat ke dokter sehingga
konsentrasi dalam bekerja akan semakin meningkat. Ketika mereka sudah mandiri
secara finansial, maka mereka berkemampuan untuk mengaktulisasikan diri dalam
kehidupan masing-masing. Saat menggerakkan masyarakat agar sadar pentingnya
kebersihan bagi kehidupan, mereka memerlukan contoh konkret yang bisa dilihat dari
program pemerintah dalam mendukung kesehatan lingkungan juga menjadi bentuk
dukungan pemerintah agar masyarakatnya tetap berfokus pada penciptaan lingkungan
yang lebih baik. Pelaksanaan beberapa aktivitas dalam menggalang kesadaran
masyarakat untuk menjaga lingkungannya tetap bersih dapat dilakukan dengan program
pembersihan massal di daerah yang memungkinkan tempat berkumpulnya sumber
penyakit seperti tempat pembuangan sampah akhir, sungai, gorong-gorong, hingga
rumah masing-masing warga dapat mewujudkan terbangunnya komunitas pecinta
kebersihan.
Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan,
yaitu:
1. Penyediaan Air Minum
2. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan Sampah Padat
4. Pengendalian Vektor
5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesling dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah,
bencana alam dan perpindahan penduduk 17. Tindakan pencegahan yang diperlukan
untuk menjamin lingkungan. Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan
diterangkan dalam Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8,
yaitu :
1. Penyehatan Air dan Udara
2. Pengamanan Limbah padat/sampah
3. Pengamanan Limbah cair
4. Pengamanan limbah gas
5. Pengamanan radiasi
6. Pengamanan kebisingan
7. Pengamanan vektor penyakit
8. Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana1. Air Bersih Air
bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum
adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut : Syarat
Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna Syarat Kimia : Kadar Besi :
maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan (maks 500 mg/l) Syarat
Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air).
Menjaga Kesehatan Lingkungan merupakan suatu kewajiban bagi setiap individu, selain
merupakan anugerah yang diberikan sang pencipta kepada hamba-
Nya, Kesehatan Lingkungan harus tetap dijaga agar keluarga kita terhindar penyakit.
Karena kesehatan tidak ternilai harganya. Terkadang pada saat kita sehat, kita lupa
akan nikmat tersebut dan ketika sakit kita baru sadar dan merasakan betapa kesehatan
itu sungguh sangat berharga.
Tubuh yang sehat bisa didapatkan dari berolahraga secara teratur, mengkomsumsi
makananan bergizi dan lingkungan yang sehat serta bersih. Lingkungan yang sehat
terkadang sering tidak kita perhatikan karena kesibukan dalam bekerja sehingga
lingkungan sekitar tidak dijaga kebersihannya. Akibat dari lingkungan yang tidak sehat
dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, salah satu yang mengkhawatirkan
adalah deman berdarah (DBD) karena dapat menyebabkan kematian.
Kebersihan lingkungan merupakan keadaan bebas dari kotoran, termasuk di dalamnya,
debu, sampah dan bau. Di Indonesia, masalah kebersihan lingkungan selalu menjadi
perdebatan dan masalah yang berkembang. Kasus-kasus yang menyangkut
masalah kebersihan lingkungan setiap tahunnya terus meningkat.
Kita harus tahu tentang manfaat menjaga kebersihan lingkungan, karena menjaga
kebersihan lingkungan sangatlah berguna untuk kita semua karena dapat menciptakan
kehidupan yang aman, bersih, sejuk dan sehat.
Manfaat menjaga kebersihan lingkungan antara lain:
1. Terhindar dari penyakit yang disebabkan lingkungan yang tidak sehat.
2. Lingkungan menjadi lebih sejuk.
3. Bebas dari polusi udara.
4. Air menjadi lebih bersih dan aman untuk di minum.
5. Lebih tenang dalam menjalankan aktifitas sehari hari.
Masih banyak lagi manfaat menjaga kebersihan lingkungan, maka dari itu kita harus
menyadari akan pentingnya kebersihan lingkungan mulai dari rumah kita sendiri
misalnya rajin menyapu halaman rumah, rajin membersihkan selokan rumah kita,
membuang sampah pada tempatnya, pokoknya masih banyak lagi.
Lingkungan akan lebih baik jika semua orang sadar dan bertanggungjawab akan
kebersihan lingkungan, karena hal itu harus ditanamkan sejak dini, di sekolah pun kita
diajarkan untuk selalu hidup bersih.
Di agama Islam pun kita di ajarkan untuk selalu hidup bersih, karena kebersihan adalah
sebagaian dari iman.
Selain hal yang disampaikan diatas kita juga harus saling mendukung agar tercapainya
tujuan kita dalam menjaga kesehatan lingkungan bersama, agar tidak terjadi penyakit
ataupun hal-hal yang tidak diinginkan dimasa mendatang, serta agar lingkungan kita
tetap bias dinikmati hingga anak cucu kita kelak.
Berikut Tips dan trik menjaga kebersihan lingkungan:
1. Dimulai dari diri sendiri dengan cara memberi contoh kepada masyarakat
bagaimana menjaga kebersihan lingkungan.
2. Selalu Libatkan tokoh masyarakat yang berpengaruh untuk memberikan
pengarahan kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan
lingkungan.
3. Sertakan para pemuda untuk ikut aktif menjaga kebersihan lingkungan.
4. Perbanyak tempat sampah di sekitar lingkungan anda;
5. Pekerjakan petugas kebersihan lingkungan dengan memberi imbalan yang sesuai
setiap bulannya.
6. Sosialisakan kepada masyarakat untuk terbiasa memilah sampah rumah tangga
menjadi sampah organik dan non organik.
7. Pelajari teknologi pembuatan kompos dari sampah organik agar dapat
dimanfaatkan kembali untuk pupuk;
8. Kreatif, Dengan membuat souvenir atau kerajinan tangan dengan memanfaatkan
sampah.
9. Atur jadwal untuk kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan. (diambil dari
berbagai sumber).

More Related Content

Similar to SANITASI DAN LINGKUNGAN

MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN.docx
MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN.docxMAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN.docx
MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN.docxDiorayBeslyMalik1
 
255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana
255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana
255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksanaHafiz Duallist
 
Sanitasi dan Kesehatan lingkungan
Sanitasi dan Kesehatan lingkunganSanitasi dan Kesehatan lingkungan
Sanitasi dan Kesehatan lingkunganSepti Ratnasari
 
Makalah kesehatan
Makalah kesehatanMakalah kesehatan
Makalah kesehatanAl Barokah
 
Pertemuan 2_Dasar Kesling (30-03-2023).pdf
Pertemuan 2_Dasar Kesling (30-03-2023).pdfPertemuan 2_Dasar Kesling (30-03-2023).pdf
Pertemuan 2_Dasar Kesling (30-03-2023).pdfRidha400405
 
Materi Sosdes Kegiatan Dana Alokasi Khusus.pptx
Materi Sosdes Kegiatan Dana Alokasi Khusus.pptxMateri Sosdes Kegiatan Dana Alokasi Khusus.pptx
Materi Sosdes Kegiatan Dana Alokasi Khusus.pptxSuprayitno30
 
Pelayanan publik-di-pdam
Pelayanan publik-di-pdamPelayanan publik-di-pdam
Pelayanan publik-di-pdamYuhanna Maurits
 
dampak pencemaran lingkungan air tahu.pdf
dampak pencemaran lingkungan air tahu.pdfdampak pencemaran lingkungan air tahu.pdf
dampak pencemaran lingkungan air tahu.pdfJOJONAGA
 
Pengetahuan lingkungan soft skill
Pengetahuan lingkungan soft skillPengetahuan lingkungan soft skill
Pengetahuan lingkungan soft skillcondro23
 
Makalah hukum lingkungan
Makalah hukum lingkungan Makalah hukum lingkungan
Makalah hukum lingkungan alyanurinayah
 
Hubungan Menjaga Kebersihan Lingkungan dengan HAM
Hubungan Menjaga Kebersihan Lingkungan dengan HAMHubungan Menjaga Kebersihan Lingkungan dengan HAM
Hubungan Menjaga Kebersihan Lingkungan dengan HAMHana Medina
 
Pencemaran lingkungan hidup
Pencemaran lingkungan hidupPencemaran lingkungan hidup
Pencemaran lingkungan hidupdewiffzh
 
Kesehatan Lingkungan
Kesehatan LingkunganKesehatan Lingkungan
Kesehatan LingkunganLidiaSaphira
 

Similar to SANITASI DAN LINGKUNGAN (20)

MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN.docx
MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN.docxMAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN.docx
MAKALAH KESEHATAN LINGKUNGAN.docx
 
255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana
255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana
255254380 md-3-kebijakan-program-penyehatan-lingkungan-terampil-pelaksana
 
Sanitasi dan Kesehatan lingkungan
Sanitasi dan Kesehatan lingkunganSanitasi dan Kesehatan lingkungan
Sanitasi dan Kesehatan lingkungan
 
Makalah kesehatan
Makalah kesehatanMakalah kesehatan
Makalah kesehatan
 
Pengertian
PengertianPengertian
Pengertian
 
4292.pdf
4292.pdf4292.pdf
4292.pdf
 
Pertemuan 2_Dasar Kesling (30-03-2023).pdf
Pertemuan 2_Dasar Kesling (30-03-2023).pdfPertemuan 2_Dasar Kesling (30-03-2023).pdf
Pertemuan 2_Dasar Kesling (30-03-2023).pdf
 
Materi Sosdes Kegiatan Dana Alokasi Khusus.pptx
Materi Sosdes Kegiatan Dana Alokasi Khusus.pptxMateri Sosdes Kegiatan Dana Alokasi Khusus.pptx
Materi Sosdes Kegiatan Dana Alokasi Khusus.pptx
 
Mck
MckMck
Mck
 
Pelayanan publik-di-pdam
Pelayanan publik-di-pdamPelayanan publik-di-pdam
Pelayanan publik-di-pdam
 
dampak pencemaran lingkungan air tahu.pdf
dampak pencemaran lingkungan air tahu.pdfdampak pencemaran lingkungan air tahu.pdf
dampak pencemaran lingkungan air tahu.pdf
 
Bab 1 SSK Jogja
Bab 1 SSK JogjaBab 1 SSK Jogja
Bab 1 SSK Jogja
 
Kelompok 5 (1) (1)
Kelompok 5 (1) (1)Kelompok 5 (1) (1)
Kelompok 5 (1) (1)
 
Pengetahuan lingkungan soft skill
Pengetahuan lingkungan soft skillPengetahuan lingkungan soft skill
Pengetahuan lingkungan soft skill
 
Kesling
KeslingKesling
Kesling
 
Makalah hukum lingkungan
Makalah hukum lingkungan Makalah hukum lingkungan
Makalah hukum lingkungan
 
Hubungan Menjaga Kebersihan Lingkungan dengan HAM
Hubungan Menjaga Kebersihan Lingkungan dengan HAMHubungan Menjaga Kebersihan Lingkungan dengan HAM
Hubungan Menjaga Kebersihan Lingkungan dengan HAM
 
Panduan tentang b3 dan apd
Panduan tentang b3 dan apdPanduan tentang b3 dan apd
Panduan tentang b3 dan apd
 
Pencemaran lingkungan hidup
Pencemaran lingkungan hidupPencemaran lingkungan hidup
Pencemaran lingkungan hidup
 
Kesehatan Lingkungan
Kesehatan LingkunganKesehatan Lingkungan
Kesehatan Lingkungan
 

Recently uploaded

Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 

Recently uploaded (20)

Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 

SANITASI DAN LINGKUNGAN

  • 1. Materi Teknologi Lingkungan Perkuliahan Minggu 9 – 15 Perkuliahan 9 Forum 1 (Dukungan Kualitas Sanitasi DKI) Untuk mengatasi masalah sanitasi dan air limbah di DKI Jakarta, salah satunya pencemaran air sungai akibat sampah dan masih adanya praktik buang air besar sembarangan (BABS), Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) membantu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah mempersiapkan pembangunan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) atau yang sering disebut dengan Jakarta Sewerage Development Project (JSDP). Untuk mengatasi masalah sanitasi dan air limbah di DKI Jakarta, salah satunya pencemaran air sungai akibat sampah dan masih adanya praktik buang air besar sembarangan (BABS), Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) membantu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah mempersiapkan pembangunan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) atau yang sering disebut dengan Jakarta Sewerage Development Project (JSDP). Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan masalah sanitasi bukan semata masalah ketersediaan infrastruktur, namun juga sangat bergantung pada pola perilaku hidup sehat dan menjaga kebersihan. Diharapkan dengan pembangunan ini, dapat meningkatkan akses sanitasi di DKI Jakarta dan melindungi kualitas air dari pencemaran limbah domestik seperti mandi, cuci, kakus dan aktivitas rumah tangga lainnya."Persepsi masyarakat untuk menjaga kesehatan lingkungan masih belum menjadi kebutuhan. Praktik buang air besar sembarangan (BABS) juga masih terjadi di beberapa tempat," kata Menteri Basuki beberapa waktu lalu. Di wilayah perkotaan seperti Jakarta yang memiliki jumlah dan kepadatan penduduk lebih tinggi dibandingkan wilayah perkotaan lainnya dibutuhkan sistem sanitasi yang baik. Berdasarkan hasil review master plan Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia, tahun 2012, telah ditetapkan 15 zona wilayah pembangunan dimana prioritas pembangunan pertama yang akan dibangun Kementerian PUPR adalah Zona 1 dan Zona 6 yang meliputi wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara. Pembangunan sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Domestik di DKI Jakarta Zona 1 direncanakan akan dikerjakan Kementerian PUPR melalui bantuan Pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA) dan juga didukung pembiayaan APBD Pemprov DKI serta Untuk pembangunan Zona 1, saat ini sedang berjalan paket perencanaan sebesar Rp185miliar. Konstruksi Zona 1 ditargetkan untuk dimulai pada tahun 2023 dan akan diselesaikan tahun 2027. Pekerjaan di Zona 1 meliputi konstruksi stasiun pompa, IPALD, dan pelatihan operasional pemeliharaan selama 2 tahun setelah konstruksi IPALD selesai. Kemudian juga pembangunan jaringan perpipaan meliputi trunk sewer, pipa lateral, fasilitasi interseptor, dan Sambungan Rumah untuk pilot area. IPAL dan stasiun pompa Zona 1 akan dibangun di Kawasan Waduk Pluit di atas lahan seluas 3,9 hektar dengan kapasitas 240.000 m3/hari dan dapat melayani 989.389 jiwa atau 220.000 Sambungan Rumah (SR) yang tersebar di 8 kecamatan di Jakarta, yaitu Menteng, Tanah Abang, Gambir, Sawah Besar, Taman Sari, Tambora, Pademangan, dan Penjaringan seluas 4.901 hektar. IPALD Zona 1 dirancang menggunakan proses A2O (anoxic, anaerobic dan oxic) yang dikombinasikan dengan system MBR (Membrane Bio Reactor). Untuk Zona 6 (Fase 1) akan dibangun IPALD di kawasan Duri Kosambi seluas 7,13 hektar dengan kapasitas IPAL 47.500m3/hari. JSDP
  • 2. Zona 6 (Fase 1) ini ditargetkan akan melayani 4 Kota Administrasi yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Utara dan Jakarta Selatan yang terdiri dari 12 kecamatan dengan jumlah penduduk terlayani sebanyak 180.800 jiwa atau 36.000 SR. Untuk pembangunan Zona 6, saat ini sedang berjalan paket perencanaan dan supervisi sebesar Rp381 miliar. Konstruksi Zona 6 ditargetkan untuk dimulai pada tahun 2024 dan akan diselesaikan tahun 2026. (jay) Forum 2 (Manfaat bagi Kehidupan) Sebagai masyarakat yang baik, Anda harus turut menjaga kondisi lingkungan dengan baik. Menjaga lingkungan sekitar merupakan sebuah kegiatan yang perlu dilakukan secara rutin untuk menghasilkan sebuah lingkungan tempat tinggal dengan sanitasi yang baik. Perlu diperhatikan bahwa apabila sanitasi dari lingkungan tempat tinggal Anda tidak terjaga dengan baik maka bisa mengakibatkan banyak sekali masalah, terutama masalah kesehatan di kemudian hari. Supaya Anda bisa lebih paham tentang masalah sanitasi dan beberapa manfaatnya bagi lingkungan, maka artikel kali ini akan membahas mengenai: 1. Apa itu Sanitasi Apakah Anda memiliki rencana untuk membeli sebuah hunian dalam waktu dekat? Pastikan terlebih dahulu bahwa lingkungan sekitar di perumahan yang hendak Anda beli memiliki kondisi kebersihan yang terjaga. Sebuah hunian dengan sanitasi yang baik tentu akan membuat Anda dan keluarga bisa tinggal dengan nyaman dan berada dalam kondisi yang menyehatkan. Sebenarnya, apakah yang dimaksud dengan sanitasi itu? Secara umum, makna dari sanitasi adalah suatu bentuk usaha manusia untuk menjamin agar kondisi lingkungan lebih sehat. Hal tersebut berlaku untuk lingkungan tanah, fisik, air, dan juga udara. Kondisi tersebut meliputi persediaan air minum bersih dan tempat pembuangan limbah. Dengan adanya sanitasi yang baik dapat mencegah munculnya berbagai macam penyakit karena bisa mengontrol faktor lingkungan fisik yang berkaitan dengan penularan rantai penyakit. Menurut para ahli, sanitasi itu sendiri memiliki banyak arti. Maka dari itu di bawah ini adalah beberapa pengertian dari sanitasi secara lengkap yang perlu Anda ketahui:  Edward Scott Hopkins (1983), menyebutkan bila hal tersebut merupakan tindakan untuk mengawasi faktor lingkungan yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan.  Azrul Azwar MPH menyebutkan bila hal tersebut merupakan proses pengawasan faktor lingkungan yang bisa mengganggu kesehatan manusia.  Richard Sihite menyebutkan bila sanitasi adalah usaha pencegahan terhadap berbagai macam masalah kesehatan dengan melakukan tindakan tertentu.  WHO mengatakan bila ini adalah bentuk pengendalian faktor lingkungan fisik manusia yang bisa berakibat buruk terhadap kehidupan fisik dan mental manusia.  KBBI mengartikan sanitasi sebagai cara untuk menciptakan sekaligus membina kondisi yang lebih baik di dalam masyarakat, khususnya di bidang kesehatan. 2. Jenis sanitasi dan manfaatnya Jika dilihat berdasarkan lingkungan, di bawah ini adalah beberapa jenis sanitasi yang perlu Anda ketahui : - Sanitasi air
  • 3. Air merupakan sebuah aspek paling penting dalam kehidupan manusia. Oleh karena itulah menjaga kondisi sanitasi air bisa memiliki dampak yang sangat panjang bagi kehidupan. - Sanitasi Makanan Hal ini bisa dilihat dan diketahui berdasarkan dari cara bakteri tumbuh pada makanan hingga kandungan bahan kimia yang terdapat di dalam makanan apakah berbahaya bagi kesehatan atau tidak - Sanitasi Pengolahan Sampah enis ini merupakan jenis terakhir yang didalamnya meliputi sistem dan tata pengelolaan sampah dan limbah yang ada. Manfaatnya : Sanitasi tidak boleh dianggap remeh karena hal tersebut adalah salah satu aspek penting yang harus dijaga dengan benar. Di bawah ini adalah beberapa manfaat sanitasi yang bisa Anda rasakan dengan menjaga sanitasi lingkungan dengan benar:  Bisa menciptakan lingkungan yang lebih sehat, bersih, dan nyaman. Lingkungan tempat tinggal yang sehat bisa membuat penyebaran penyakit menular dapat dicegah sejak dini. Penularan penyakit berbahaya juga bisa dapat ditekan secara maksimal dan menghindari wabah yang menyerang.  Mengurangi kemungkinan terjadinya malnutrisi yang menyerang dan membahayakan bagi lingkungan.  Mengembalikan kondisi dari air di dalam tanah supaya menjadi lebih layak untuk digunakan. 3. Dampak Sanitasi yang buruk di lingkungan rumah Mengabaikan kondisi lingkungan tempat tinggal akan memberikan dampak yang sangat berbahaya bagi siapa saja yang tinggal di dalamnya. Dampak tersebut bisa terjadi dalam waktu yang singkat atau bisa saja datang dalam waktu yang lama dan membahayakan satu lingkungan tempat tinggal Anda. Di bawah ini adalah contoh beberapa dampak sanitasi yang buruk di lingkungan rumah tinggal Anda:  Penyakit yang satu ini bisa ditularkan dari media air yang sudah terkontaminasi bakteri. Kolera pernah menjadi epidemi di beberapa negara berkembang di kawasan Asia dan Afrika dengan sistem sanitasi yang buruk. Penderita kolera dapat merasakan diare parah yang akan sangat berbahaya sekali karena penderita bisa mengalami kekurangan cairan tubuh dengan sangat cepat.  Penyakit ini adalah salah satu dampak dari lingkungan yang kotor, dimana penyakit ini disebabkan oleh parasit mematikan yang telah menginfeksi seseorang. Penyakit ini berasal dari salah satu jenis cacing pipih yang bisa menembus ke dalam kulit manusia dan kemudian ditularkan lewat feses manusia yang sudah terkontaminasi.  Infeksi pernafasan akut. Ada sebanyak 4,2 juta jiwa yang telah meninggal dunia setiap tahun dan 1,6 juta anak di bawah 5 tahun karena mengalami infeksi pernafasan akut di negara berkembang. Kondisi sanitasi lingkungan yang buruk akan berdampak pada terganggunya sistem pernapasan. Infeksi pernapasan akut sangatlah berbahaya dan bisa mengakibatkan kematian dalam waktu yang cepat.  Demam tifoid juga merupakan salah satu penyakit yang terjadi disebabkan dari kondisi lingkungan yang buruk. Penyakit demam tifoid bisa terjadi apabila seseorang yang berada di lingkungan kotor dan sudah terinfeksi oleh bakteri salmonella typhi.
  • 4. Forum 3 (Pengertian Sanitasi) Pengertian Sanitasi adalah lingkungan cara menyehatkan lingkungan hidup manusia terutama lingkungan fisik, yaitu tanah, air, dan udara. Sanitasi adalah sebuah perilaku yang disengaja untuk membudayakan hidup dengan bersih dan bermaksud untuk mencegah manusia bersentuhan secara langsung dengan bahanbahan kotor dan berbahaya yang mana perilaku ini menjadi usaha yang diharapkan bisa menjaga serta meningkatkan kesehatan manusia. Jadi, dengan kata lain pengertian dari sanitasi ini merupakan upaya yang dilakukan demi menjamin dan mewujudkan kondisi yang sudah memenuhi syarat kesehatan (Rocket, 2017). Selain itu, ada beberapa pengertian sanitasi menurut para ahli yang di antaranya adalah menurut Hopkins bahwa sanitasi merupakan cara pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh pada lingkungan. Tak jauh berbeda, Azrul Anwar mengatakan bahwa sanitasi merupakan cara pengawasan oleh masyarakat terhadap faktor-faktor lingkungan yang mungkin berpengaruh pada kesehatan masyarakat. Selain itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia juga dikatakan bahwa sanitasi adalah usaha dalam membina serta menciptakan suatu kondisi yang baik dalam bidang kesehatan, terutama untuk kesehatan masyarakat. Persyaratan kesehatan warung makan dalam tulisan ini mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003 (Kesmas, 2015). Tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran. Termasuk dalam persyaratan lokasi dan bangunan warung makan antara lain : 1. Lokasi. Warung makan terletak pada lokasi yang terhindar dari pencemaran yang diakibatkan oleh debu, asap, serangga dan tikus. Tidak berdekatan dengan sumber pencemar antara lain tempat pembuangan sampah umum, WC umum dan pengolahan limbah yang dapat diduga mencemari hasil produksi makanan. 2. Konstruksi bangunan. Bangunan dan rancang bangun harus dibuat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, terpisah dengan tempat tinggal. Pembangunan ruang minimal terdiri dari dapur, gudang, ruang makan, toilet, ruang karyawan dan ruang administrasi. Setiap ruangan mempunyai batas dinding serta ruangan satu dan lainnya dihubungkan dengan pintu. Ruangan harus ditata sesuai dengan fungsinya, sehingga memudahkan arus tamu, arus karyawan, arus bahan makanan dan makanan jadi, serta barang-barang lainnya yang dapat mencemari terhadap makanan. a. Lantai. Lantai dibuat kedap air, rata, tidak licin dan mudah dibersihkan. Pertemuan lantai dengan dinding tidak boleh membuat sudut mati. b. Dinding. Permukaan dinding sebelah dalam harus rata, mudah dibersihkan. Konstruksi dinding tidak boleh dibuat rangkap, permukaan dinding yang terkena percikan harus dibuat kedap air atau dilapisi dengan bahan kedap air dan mudah dibersihkan seperti porselin dan sejenisnya setinggi dua meter dari lantai. c. Ventilasi. Ventilasi alam harus cukup menjamin peredaran udara dengan baik, dapat menghilangkan uap, gas, asap, bau dan debu dalam ruangan. Ventilasi buatan diperlukan bila ventilasi alam tidak dapat memenuhi persyaratan. d. Pencahayaan. Intesnsitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk melakukan pekerjaan pengolahan makanan secara efektif dan kegiatan pembersihan ruang. Disetiap ruang kerja seperti gudang, dapur, tempat cuci peralatan dan tempat pencuci tangan, intensitas pencahayaan sedikitnya 10 foot candle. Pencahayaan/penerangan harus tidak menyilaukan dan tersebar merata sehingga sedapat mungkin tidak menimbulkan bayangan yang nyata. e. Atap. Tidak bocor, cukup landai dan tidak menjadi sarang tikus dan serangga lainnya. f. Langit-langit. Permukaan rata, bewarna terang serta mudah dibersihkan. Tidak terdapat lubang-lubang, tinggi langit-langit dari lantai sekurangkurangnya 2,4 meter. g. Pintu. Pintu dibuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan, dapat ditutup dengan baik dan membuka ke arah luar. Setiap bagian bawah pintu setinggi 36 cm dilapisi logam, jarak antara pintu dan lantai tidak lebih dari 1 cm.
  • 5. Perkuliahan 10 Forum 1 (Karakteristik Air Limbah) Selain untuk penggunaan mandi (shower), toilet dan wastafel untuk keperluan tamu dan karyawan, pemakaian air di sebuah hotel juga dilihat dari fasilitas-fasilitas pendukung lain. Fasilitas yang dimaksud berupa kolam renang, restoran/café/ dapur, musholla, bath up, spa, layanan laundry, lounge (menyediakan minuman untuk tamu hotel), perawatan tanaman di dalam dan luar hotel, hydrant dan sprinkler untuk pencegahan kebakaran, ketersediaan kolam ikan, air mancur, atau properti-properti serupa yang memakai air secara terus menerus (Ridwan, 2014). Air limbah hotel dapat dikategorikan sebagai air limbah domestik karena air limbah bersumber dari kegiatan seharihari manusia. Kuantitas dan kualitas air limbah dipengaruhi oleh banyaknya pengunjung hotel yang menginap, jumlah karyawan, dan fasilitas-fasilitas penunjang yang disediakan. Air limbah domestik terdiri dari 99,9% air dan 0,1% padatan. 70% padatan tersebut merupakan material organik seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Sedangan sisanya merupakan material anorganik seperti grit, logam dan garam (Mara, 2004). Air limbah dibedakan sebagai blackwater dan greywater. Blackwater adalah campuran urin, faces, dan air flushing toilet. Blackwater mengandung bakteri pathogen dari faces dan nutrient dari urin. Sedangkan greywater adalah total volume air yang dihasilkan dari pencucian makanan, baju, maupun mandi, namun tidak dari toilet (Tilleyet al., 2014). Forum 2 (Contoh Perhitungan) Contoh perhitungan berikut menggunakan debit untuk small hotel dengan jumlah kamar sebanyak 150 kamar (Debit 37,5 m3 /hari). Kualitas influen air limbah yang diolah ditunjukkan pada Tabel 4.1. Tabel 4. 1 Karakteristik Air Limbah Konsentrasi Rendah Parameter Satuan Konsentrasi Baku Mutu pH - 6 – 9 6 – 9 BOD mg/L 110 21,5 COD mg/L 250 71,7 TSS mg/L 120 21,5 Minyak & Lemak mg/L 50 3,6 Amoniak (NH3-N) mg/L 12 7,2 Total Coliform Jml/100mL 106 -108 2.152 Sumber: Tchobanoglous et al,. 2004 ; Hasil Diketahui: Q in = 37,5 m3 /hari [Minyak dan Lemak] in = 50 mg/L ρ minyak = 0,8 g/cm3 Direncanakan: Hydraulic Retention Time (HRT) = 30 menit Interval pengurasan (IP) = 7 hari Panjang bak (P) = 50 cm Lebar bak (L) = 30 cm Perhitungan: Removal Minyak dan Lemak = 95% [Minyak dan Lemak] out = 50 mg/L × (1 – 95%) = 2,5 mg/L Asumsi air limbah dapur = 5% dari total air limbah Debit air limbah dapur (Q) = 5% × Q in = 5% × 37,5 m3 /hari = 1,88 m3 /hari Massa minyak = [Minyak dan Lemak] in × Q × IP = 50 mg/L × 1,88 m3 /hari × 7 hari = 656,25 g Volume minyak = Massa minyak / ρ minyak = 656,25 g / 0,8 g/cm3 = 820,31cm3 H minyak = Volume minyak / (P × L) = 820,31 cm3 / (50 cm × 30 cm) = 0,55 cm Volume air = Q × HRT = 1,88 m3 /hari × 30 menit / 1.440 menit = 0,039 m3 = 39.062,5 cm3 H air = Volume air / (P × L) = 39.062,5 cm3 / (50 cm × 30 cm) = 26,04 cm H bak = H minyak + H air = 0,55 cm + 26,04 cm = 26,6 cm ≈ 40 cm (dengan freeboard) Volume bak = P × L × H bak = 50 cm × 30 cm
  • 6. × 30 cm = 45.000 cm3 = 45 L Dimensi grease trap yang harus dipasang di dapur sesuai hasil perhitungan adalah: Panjang = 50 cm; Lebar= 30 cm; Tinggi = 40 cm 31 Dimensi tersebut dapat disesuaikan dengan greas Dimensi tersebut dapat disesuaikan dengan grease trap yang tersedia di pasaran, dengan catatan bahwa volume bak > jumlah volume minyak dan air. Forum 3 (Pengolahan Anaerobik) Pengolahan anaerobik menghasilkan biogas, dimana 55% hingga 75% berupa metana (CH4), 25% hingga 45% berupa karbon dioksida (CO2), dan sebagian kecil berupa H2S, H, NH3. Material organik yang dikonversi menjadi metana terdiri dari 34% karbohidrat, 33% protein, dan 33% lemak. Ketiga komponen ini kemudian dihidrolisis menjadi komponen sederhana, dimana 34% karbohidrat menjadi 34% monosakarida, 33% protein menjadi 33% asam amino, dan 33% lemak menjadi 33% Low Carbon Fatty Acids (LCFAs). Kemudian 14% monosakarida dan 18% asam amino akan mengalami proses fermentasi menjadi 32% Intermediate VFAs. Pada proses asetogenesis, 20% monosakarida dikonversi menjadi asam asetat dan 6% menjadi hidrogen, 13% asam amino dikonversi menjadi asam asetat dan 2% menjadi hidrogen, 23% LCFAs dikonversi menjadi asam asetat dan 10% menjadi hidrogen, sementara 32% Intermediate VFAs dikonversi menjadi 22% asam asetat dan 10% hidrogen. Sehingga akan dihasilkan 72% asam asetat dan 28% hidrogen. Kedua komponen ini akan menghasilkan 100% metana dalam proses metanogenesis. Menurut Tchobanoglous et al,. (2014), tiga tahap dasar yang terlibat dalam keseluruhan oksidasi anaerobik air limbah : (1) hirolisis, (2) asidogenesis (juga dikenal dengan fermentasi atau oksidasi anaerobik), dan (3) methanogenesis. 1. Hidrolisis Merupakan tahap pertama, dimana material partikulat dikonversi menjadi senyawa terlarut yang kemudian dapat dihidrolisis menjadi monomer sederhana yang digunakan oleh bakteri dalam proses fermentasi. Lemak dipecah menjadi long chain fatty acids (LCFAs) oleh lipase yang dihasilkan oleh bakteri yang termasuk Butyrivibrio sp., Clostridium sp., dan Anaerovibrio lipolytica. Peptida dan asam amino dihasilkan dari aktivitas ekstraselular bakteri protease yang termasuk Clostridium proteolyticum, Eubacterium sp., dan Peptococcus anaerobicus. 2. Asidogenesis Tahap kedua, yang dilakukan oleh bakteri adalah asidogenesis (fermentasi) dan menghasilkan volatile fatty acids (VFAs), CO2, dan hidrogen. Dalam proses fermentasi, substrat bertindak sebagai donor elektron dan elektron akseptor. Hasil fermentasi dari gula dan asam amino adalah asetat, propionat, butirat, CO2, dan hidrogen. Fermentasi LCFAs menghasilkan asetat, CO2, dan hidrogen. 3. Asetogenesis Asetogenesis merupakan fermentasi lanjutan oleh bakteria untuk mengkonversi produk setengah jadi dari asidogenesis (propionat dan butirat) agar menghasilkan asetat, CO2, dan hidrogen. Sehingga produk akhir dari fermentasi adalah asetat, CO2, dan hidrogen yang memjadi awal terbentuknya metana. 4. Metanogenesis Dilakukan oleh kelompok organisme Archaea yang diketahui sebagai metanogen. Dua kelompok organisme metanogen terlibat dalam produksi metana. Kelompok pertama, disebut sebagai aceticlastic methanogens, memecah asetat menjadi karbon dan karbon dioksida. Kelompok kedua, disebut sebagai metanogen yang menggunakan hidrogen atau hydrogenotrophic methanogenic, menggunakan hidrogen sebagai donor elektron dan CO2 sebagai elektrop akseptor untuk menghasilkan metana. Seperti dilhat pada Gambar 2.1, sekitar 72 persen metana dihasilkan dalam pengolahan anaerobik dari bentuk asetat.
  • 7. Pertemuan 11 Forum 1 (Penjernihan Air) Pendahuluan Kebutuhan akan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk air minum, memasak, mencuci dan sebagainya harus diperhatikan. Cara penjernihan air perlu diketahui karena semakin banyak sumber air yang tercemar limbah rumah tangga maupun limbah industri. Cara penjernihan air baik secara alami maupun kimiawi akan diuraikan dalam tulisan ini. Cara-cara yang disajikan dapat digunakan di desa karena bahan dan alatnya mudah didapat. Bahan-bahannya anatara lain batu, pasir, kerikil, arang tempurung kelapa, arang sekam padi, tanah liat, ijuk, kaporit, kapur, tawas, biji kelor dan lain-lain. Uraian : Penjernihan air ini memakai teknologi penjernihan dengan cara kimia dan proses penyaringan. Bahan mimia yang digunakan adalah kaporit, bubuk kapur dan tawas. Bahan- bahan ini mudah didapat di daerah pedesaan atau kota-kota kecil di seluruh Indonesia. Bahan penyaring yang dibutuhkan adalah kerikil, pasir, ijuk dan arang aktif. Bahan dan peralatan : a. 2 (dua) kg arang aktif b. 3 (tiga) kg ijuk c. Pasir halus d. Batu kerikil e. Bubuk kapur 10 gram f. Tawas 10 gram g. Kaporit 2,5 gram h. 2 (dua) buah drum bekas i. 2 (dua) buah kran ukuran 1/2 cm Pembuatan : a. Lubangi kedua drum 5 cm dari bagian bawah, dan diberi kran. Drum I untuk bak pengendapan, drum II untuk bak penyaring. b. Letakkan drum I lebih tinggi dari drum II hubungkan kedua drum tersebut, lihat gambar.
  • 8. c. Isilah drum II (bak penyaringan) berturut-turut dengan batu kerikil setebal 5 cm; arang setebal 5 cm; ijuk setebal 5 cm dan pasir halus setebal 15 cm (lihat Gambar 1 dibawah) d. Isilah drum I (bak pengendapan) dengan air yang akan dijernihkan. Bubuhi dengan 10 gram tawas (untuk 100 liter air) kemudian aduk selama 5 menit. Tambahkan bubuk kapur sebanyak 10 gram dan kaporit 2,5 gram, kemudian aduk perlahan-lahan selama 2-3 menit. Tujuan mengaduk, agar butir-butir lumpur menjadi besar dan mengendap e. Lubangi kedua drum 5 cm dari bagian bawah, dan diberi kran. Drum I untuk bak pengendapan, drum II untuk bak penyaring. f. Letakkan drum I lebih tinggi dari drum II hubungkan kedua drum tersebut, lihat gambar. g. Isilah drum II (bak penyaringan) berturut-turut dengan batu kerikil setebal 5 cm; arang setebal 5 cm; ijuk setebal 5 cm dan pasir halus setebal 15 cm (lihat Gambar 1 dibawah) h. Isilah drum I (bak pengendapan) dengan air yang akan dijernihkan. Bubuhi dengan 10 gram tawas (untuk 100 liter air) kemudian aduk selama 5 menit. Tambahkan bubuk kapur sebanyak 10 gram dan kaporit 2,5 gram, kemudian aduk perlahan-lahan selama 2-3 menit. Tujuan mengaduk, agar butir-butir lumpur menjadi besar dan mengendap. Penggunaan :  Lakukan proses pengendapan ini pada waktu malam hari sehingga pada waktu pagu hari, air dapat dialirkan ke bak penyaringan dan siap untuk dipakai.  Buka kran pada bak penyaringan untuk mendapatkan air yang bersih. Pemeliharaan :  Bersihkan endapan lumpur pada bak pengendapan sesering mungkin.  Apabila jalan air pada drum / bak penyaringan kurang lancar, cucilah pasir kerikil dan ijuk sampai bersih.  Apabila air bersih yang dihasilkan berbau kaporit sangat tajam, gantilah arang aktif dengan yang baru. Keuntungan :  Dapat digunakan untuk air sungai, rawa, sumur, sawah dan telaga.  Menghasilkan air yang jernih, tidak berbau, tidak asam, tidak payau. Kerugian :  Air tidak dapat dialirkan secara teratur.  Hanya dapat menjernihkan air dengan jumlah tertentu saja.  Bak harus sering dibersihkan.  Cara ini tidak dibenarkan untuk air yang tercemar bahan kimia buangan air pabrik.
  • 9. Forum 2 (Cara Penjernihan Air) 1. Direbus Air mentah harus direbus dulu supaya kuman yang ada di dalamnya mati dan air aman dikonsumsi. 2. Disaring atau Filter Air yang tidak jernih harus disaring dulu agar bisa digunakan. Penyaringan air sederhana bisa dilakukan dengan bahan berikut ini: - Pasir halus; - Kerikil; - Batu alam; - Arang dari batok kelapa; - Sabut kelapa. Bahan-bahan itu tumpuk secara berurutan dalam botol plastik terbalik atau pipa. Air yang tidak jernih dialirkan dari atas melewati filter pasir halus hingga sabut kelapa. Materi larut dalam air akan tersaring dan air akan jauh lebih jernih. 3. Disuling Penyulingan air atau distilasi adalah proses penjernihan air dengan memanaskan air terlebih dulu di tangki khusus. 4. Menggunakan Tawas Salah satu bahan yang umum digunakan dalam proses penjernihan air secara kimiawi adalah tawas. Biasanya tawas digunakan untuk menjernihkan air sungai untuk keperluan sehari-hari agar warnanya tidak terlalu keruh. Tawas yang dibutuhkan untuk menjernihkan 1.000 liter air adalah sekitar 3-5 sendok makan untuk air yang tidak terlalu keruh dan 5-8 sendok makan untuk air yang sangat keruh. Caranya, campurkan tawas pada tempat penampungan air dan aduk hingga rata, lalu diamkan hingga keesokan harinya atau hingga air terlihat jernih. 5. Menggunakan Klorin Selain tawas, klorin juga digunakan dalam proses penjernihan air secara kimiawi yang disebut dengan klorinisasi. Klorin adalah pembasmikuman yang ampuh dan bisa mengurangi organisme penyebab penyakit dalam air minum. Klorin membantu menghilangkan zat besi dan mangan terlarut dari air mentah. Caranya, larutkan tablet klorin di dalam penampungan air. Klorin bisa menjerinihkan air dan mematikan kuman, tapi klorin dalam menimbulkan bahaya kesehatan pada orang yang memiliki penyakit tertentu. 6. Penjernihan Air dengan Teknologi UV Seiring berjalannya waktu, teknologi penjernihan air pun semakin baik dan berkembang. Sekarang sudah ada teknologi penjernihan air menggunakan filter berteknologi sinar ultraviolet (UV). Penjernihan air yang menggunakan filter UV disebut sangat aman, sebab tidak menggunakan bahan kimia sama sekali dan dijamin kuman di dalam air akan mati. Pertama, air akan dialirkan di dalam pipa dan penampungan khusus. Di dalam pipa, akan ada lampu khusus sinar UV yang dipancarkan ke arah air. Gelombang UV yang dipancarkan dapat membunuh 99 persen kuman yang terkandung di dalam air, sebab sinar UV dapat menganggu proses pembelahan diri kuman dan menyebabkan kuman mati. Organisme berbahaya lainnya seperti spora, virus, dan bakteri pun bisa mati dengan paparan gelombang UV.
  • 10. Forum 3 (Cara Pembuatan Penjernihan Air) Bahan dan Alat Penjernih Air dengan Bahan Buatan Selain bahan alam, bahan penyaring ada yang buatan atau hasil rekayasa. Paresti dan kawan-kawan menyebutkan terdapat beberapa bahan buatan yang dapat digunakan untuk menyaring air sebagai berikut: Klorin tablet digunakan untuk membunuh kuman, virus, dan bakteri yang hidup di dalam air. Pasir aktif biasanya berwarna hitam dan digunakan untuk menyaring air sumur bor dan sejenisnya. Resin softener berguna untuk menurunkan kandungan kapur dalam air. Resin kation biasa digunakan untuk industri air minum, baik usaha air minum isi ulang maupun Pabrik Air Minum Dalam Kemasan (PAMDK). Pasir zeolit berfungsi untuk penyaringan air dan mampu menambah oksigen dalam air. Pasir mangan berwarna merah digunakan untuk menurunkan kadar zat besi atau logam berat dalam air. Pasir silika digunakan untuk menyaring lumpur, tanah, dan partikel besar atau kecil dalam air dan biasa digunakan untuk penyaringan tahap awal. Karbon aktif atau arang aktif adalah jenis karbon yang memiliki luas permukaan yang besar sehingga dapat menyerap kotoran dalam air. Tawas dan kaporit yang sering digunakan di kolam renang. Polyaluminium clorida (PAC) untuk mengendapkan lumpur dalam air. Alat dan bahan yang akan digunakan perlu terlebih dahulu dipelajari agar tidak menimbulkan masalah karena sifat bahan kimia sedikit banyak akan berpengaruh. Ketersediaan bahan kimia yang digunakan bergantung daerah masing-masing. Teknik Membuat Alat Penjernih Air dengan Bahan Buatan Paresti dan kawan-kawan menjelaskan pembuatan alat penjernih air buatan sebenarnya lebih mudah, yaitu menyiapkan bak atau tempat penampung air kotor yang memadaidan diberi pengaduk bahan kimia. Selanjutnya, menyiapkan bak pengendap dan penampung air bersih. Diperlukan teknik melubangi, menyambung, dan memotong saat membuat bak. T eknik tersebut harus diterapkan dengan baik agar alat penjernih air tidak bocor. Prosedur Membuat Alat Penjernih Air dengan Bahan Buatan Prosedur pembuatan alat penjernih air bahan buatan harus melalui tahapan survei bahan baku air yang akan dijernihkan sehingga dapat digunakan bahan kimia yang tepat. Penggunaan bahan buatan atau kimia cukup dengan kuantitas yang sedikit dicampurkan pada tempat penampungan yang besar sehingga lebih hemat dan aman. Penggunaan bahan kimia penjernih yang berlebihan tidak dianjurkan untuk masalah kesehatan dan keamanan penggunaan air. Bahan kimia yang digunakan untuk menjernihkan air tidak menimbulkan gangguan kesehatan apabila terminum asalkan sesuai dengan petunjuk penggunaan bahan. Beberapa bahan buatan yang sering dan banyak digunakan di masyarakat seperti tawas, kaporit, dan batu gamping atau batu kapur, polyaluminium chlorida (PAC). Salah satu efek bahan kimia pada proses penjernihan air bisa dikenali ketika kita berenang di kolam renang. Biasanya, kolam renang umum memiliki bau dan rasa air yang berbeda. Bau tersebut berasal dari bahan kimia bernama kaporit yang berfungsi untuk menjernihkan air. Tawas dan batu gamping berfungsi untuk mengendapkan kotoran yang ada di air, tetapi tidak membunuh kuman atau zat kimia lain. Kaporit berfungsi untuk membunuh kuman, virus, dan bakteri di dalam air, tetapi tidak dapat mengendapkan kotoran. Arang tempurung atau batok kelapa berfungsi untuk menghilangkan bau, rasa tidak enak, dan menjernihkan air. Bahan buatan lain yang juga dapat digunakan, contohnya filter ultraviolet dan keramik. Cara Membuat Alat Penjernih Air Alat penjernih air harus memerhatikan bahan yang digunakan karena akan menentukan kualitas air yang diperoleh. Bahan penyaring buat alat penjernih harus berupa material yang
  • 11. memiliki sifat menyerap berbagai kotoran, zat kimia, dan polutan. Dikutip dari Prakarya (2017), ada beberapa prosedur atau tahapan yang dilakukan untuk membuat alat penjernih air sebagai berikut: 1. Menentukan model alat penjernih air Menentukan atau memutuskan model bentuk dan ukuran alat penjernih air yang akan dibuat, bisa dilakukan usai mengamati alur cara kerja peralatan itu, baik melalui pelatihan, internet, atau sumber informasi lainnya. 2. Membuat sketsa alat penjernih air Membuat sketsa gambar benda yang akan dibuat dan gambar teknik yang dilengkapi dengan ukuran. 3. Menyiapkan peralatan dan bahan Menentukan dan menyiapkan alat (hand tools) yang akan digunakan dan bahan apa saja yang diperlukan sebagai penyaring serta sebagai wadah air, saluran penghubung pipa, selang atau bambu maupun keran yang dibutuhkan. 4. Merencanakan langkah membuat alat penjernih air Menentukan langkah membuat alat penjernih air, yaitu menentukan bagian mana yang akan dibuat terlebih dulu, dan urutan pelaksanaannya. 5. Perakitan alat penjernih air Membuat dan merakit alat penjernih air disesuaikan dengan rencana yang sudah disusun. 6. Pengujian alat penjernih air Pengujian menjadi bagian penting dalam pembuatan alat penjernih air dan dilanjutkan dengan tahap penyempurnaan. Pertemuan 12 Forum 1 (Contoh-contoh Limbah Industri) Limbah adalah sisa dari suatu usaha maupun kegiatan yang mengandung bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat, konsentrasi, dan jumlahnya, baik yang secara langsung maupun tidak langsung dapat membahayakan lingkungan, kesehatan, kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Bahan yang sering ditemukan dalam limbah antara lain senyawa organik yang dapat terbiodegradasi, senyawa organik yang mudah menguap, senyawa organik yang sulit terurai, logam berat yang toksik, padatan tersuspensi, nutrien, mikrobia pathogen, dan parasit. Perkembangan sektor industri di Indonesia semakin pesat saat ini, turut memberikan dampak pada sector lain, baik dampak positif maupun negatif. Dampak positif dari perkembangan industri ini begitu terasa pada sektor perekonomian yang mana begitu banyak lapangan pekerjaan tercipta, tidak hanya itu, banyak pula pemanfaatan teknologi baru yang akhrnya diaplikasikan di berbagai bidang. Adapun dampak negatif yang begitu dirasakan berasal dari limbah industri yang di buang berupa, limbah cair yang mengandung zat-zat yang merugikan pada masyarakat sekitar. Karena adanya dampak negatif yang berasal dari limbah industri, maka setiap perusahaan perlu melakukan pengelolaan limbah industri. Jenis Limbah Industri 1. Limbah padat Limbah padat merupakan buangan dari hasil- hasil industri yang tidak terpakai lagi yang berbentuk padatan, lumpur maupun bubur yang berasal dari suatu proses pengolahan, ataupun sampah yang dihasilkan dari kegiatan- kegiatan industri, serta dari tempat- tempat
  • 12. umum. Limbah padat seperti ini apabila dibuang di dalam air (baca: jenis air) pastinya akan mencemari air tersebut dan dapat menyebabkan makhluk hidup yang tinggal di dalamnya akan mati. Sementara apabila dibuang di wilayah daratan (baca: ekosistem darat) tanpa adanya proses pengolahan, maka akan mencemari tanah di wilayah tersebut. Beberapa contoh dari limbah industri padat antara lain adalah plastik, kantong, sisa pakaian, sampah kertas, kabel, listrik, bubur- bubur sisa semen, lumpur- lumpur sisa industri, dan lain sebagainya. 2. Limbah cair Limbah cair dikenal sebagai entitas pencemar air. Sesuai dengan namanya, yang disebut sebagai limbah cair adalah limbah yang mempuyai bentuk cair. Biasanya limbah industri cair ini akan dibuang langsung ke saluran air seperti selokan, sungai bahkan lautan. Limbah cair ini sifatnya ada yang berbahaya dan ada pula yang dapat dinetralisir secara cepat. Limbah industri yang berbahaya yang dibuang langsung ke saluran seperti sungai (baca: ekosistem sungai), laut, maupun selokan tanpa dinetralisir terlebih dahulu pada akhirnya akan mencemari saluran- saluran tersebut sehingga akan menyebabkan ekosistem air menjadi rusak, bahkan banyak makhluk hidup yang akan mati dibuatnya. Contoh limbah cair dari industri ini antara lain adalah sisa pewarna pakaian cair, sisa pengawet cair, limbah tempe, limbah tahu, kandungan besi pada air, kebocoran minyak di laut, serta sisa- sisa bahan kimia lainnya. 3. Limbah gas Limbah gas merupakan limbah yang disebabkan oleh sumber alami maupun sebagai hasil aktivitas manusia yang berbentuk molekul- molekul gas dan pada umumnya memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan makhluk hidup yang ada di Bumi. Limbah gas ini tentu saja berbentuk gas. Oleh karena bentuknya gas, maka limbah pabrik gas ini biasanya mencemari udara. Beberapa contoh limbah gas ini antara lain adalah kebocoran gas, pembakaran pabrik, asap pabrik sisa produksi dan lain sebagainya. 4. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Selain limbah padat, cair dan juga gas, ada satu lagi jenis limbah yang dikategorikan sebagai limbah B3, yakni limbah bahan berbahaya dan beracun. Limbah B3 yang dimaksud adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan-bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifatnya, konsentrasinya, maupun jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan, merusak, dan dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia dan juga makhluk hidup lainnya. Forum 2 (Pengolahan Limbah Industri) Setelah mengetahui contoh-contoh dari limbah industri yang umum dihasilkan oleh industri, tahap selanjutnya adalah kita harus mengetahui bagaimana cara mereka mengelolanya. Suatu syarat wajib dari Pemerintah Indonesia yang harus dimiliki oleh setiap pelaku industri adalah memiliki suatu rencana pengolahan limbah. Setiap keuntungan yang didapatkan dari proses industri haruslah dibarengi dengan pengolahan limbah supaya tidak merugikan bagi lingkungan maupun bagi makhluk hidup yang lainnya. Adapun pengolahan limbah ini ada banyak sekali macamnya sesuai dengan masing- masing jenis limbah. Agar lebih jelas, kita akan membahasnya sebagai berikut mengenai pengolahan limbah industri : 1. Pengolahan limbah padat Proses industrialisasi memang banyak sekali menimbulkan limbah. salah satu jenis limbah yang dapat dihasilkan dari proses industri adalah limbah yang berbentuk padat. Untuk
  • 13. mengatasi limbah padat cara yang dapat kita lakukan antara lain sebagai berikut: - Penimbunan terbuka Penimbunan terbuka merupakan solusi atau pengolahan pertama yang bisa dilakukan pada limbah padat. Limbah padat dibagi menjadi organik dan juga non organik. Limbah padat organik akan lebih baik ditimbun, karena akan diuraikan oleh organisme-organisme pengurai sehingga akan membuat tanah menjadi lebih subur. - Sanitary landfill Sanitary landfill ini menggunakan lubang yang sudah dilapisi tanah liat dan juga plastik untuk mencegah pembesaran di tanah dan gas metana yang terbentuk dapat digunakan untuk menghasilkan listrik. - Insenerasi Insenerasi atau pembakaran sampah adalah teknologi pengolahan sampah yang melibatkan pembakaran bahan organik. Insinerasi dan pengolahan sampah bertemperatur tinggi lainnya didefinisikan sebagai pengolahan termal. Insinerasi material sampah mengubah sampah menjadi abu, gas sisa hasil pembakaran, partikulat, dan panas - Membuat kompos padat Seperti halnya penimbunan, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwasannya limbah padat yang bersifat organik akan lebih bermanfaat apabila dibuat menjadi kompos. Kompos ini bisa dijadikan sebagai usaha masyarakat yang sangat bermanfaat bagi banyak orang. - Daur ulang Limbah padat yang bersifat non organik bisa dipilah- pilah kembali. Limbah padat yang masih bisa diproses kembali bisa di daur ulang menjadi barang yang baru atau dibuat barang lain yang bermanfaat atau bernilai jual tinggi. sebagai contoh adalah kerajinan dari barang- barang bekas. 2. Pengolahan limbah cair Selain limbah padat, industri juga akan menghasilkan limbah cair. Limbah cair penanganannya berbeda dengan limbah padat, tentu saja hal ini karena bentuknya yang berbeda. Untuk limbah cair sendiri, pengolahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : - Pengolahan primer dengan proses penyaringan, pengolahan awal, pengendapan dan pengapungan. Pengolahan ini efektif untuk polutan minyak dan juga lemak - Pengolahan sekunder, menggunakan mikroorganisme untuk menguraikan bahan - Pengolahan tersier yang bersifat khusus - Desinfeksi - Slude treatment atau pengolahan lumpur - Pengolahan limbah gas Pengolahan limbah gas pada bidang industri dapat dilakukan sebagai berikut: - Mengontrol emisi gas buang - Menghilangkan materi partikulat dari udara pembuangan - Pengolahan limbah B3 Limbah B3 yang sangat berbahaya apabila dibiarkan saja tentu akan menimbulkan dampak yang buruk. Oleh karena itulah kita harus bisa mengolahnya supaya tidak berbahaya. Pengelolaan Limbah B3 dapat dilakukan dengan: - Metode pengolahan secara fisika, kima dan biologi - Metode pembuangan limbah B3, yang terdiri atas sumur dalam/ sumur injeksi, kolam penyimpanan, dan landfill.
  • 14. Itulah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk pengolahan limbah industri. Cara- cara tersebut dapat dilakukan untuk mengurangi polutan yang berasal dari limbah sisa industri agar lingkungan tetap terjaga dan lestari. Adakah contoh limbah industri lain yang ingin kalian ketahui cara pengelolaannya? Forum 3 (Penanganan dan Pengolahan Limbah Kimia LAB) Banyak hal yang mendasari kelayakan digunakannya laboratorium sebagai tempat untuk pembelajaran dan penelitian. Salah satunya, laboratorium harus didesign sedemikian rupa sehingga limbah yang dihasilkan tidak membahayakan pekerja lab dan aman untuk dibuang ke lingkungan. Peneliti atau pekerja lab biasanya menyepelekan keselamatan kerja di laboratorium. Beberapa kecelakaan serius terjadi di laboratorium selama pembersihan usai praktikum. Hal ini diakibatkan karena orang-orang lebih fokus pada keperluan yang akan dilakukan berikutnya, seperti: makan, ingin buru-buru cepat pulang, dan istirahat. Sehingga mereka tidak menyadari akan bahaya bahan kimia yang menempel di tubuh mereka. Oleh karena itu, diperlukan adanya aturan, kebijakan, dan pengawasan dalam menggunakan laboratorium, terlebih dalam penanganan dan pengolahan limbah. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penanganan Limbah Kimia : 1. Labelisasi botol/wadah limbah Semua wadah limbah kimia harus diberi label dengan warna yang mecolok. Label tersebut diberi keterangan terkait nama lengkap bahan (tunggal atau campuran), mulai penyimpanan, tanggal pembuangan dan informasi penting lainnya. Jangan sampai label pada wadah tersebut rusak atau hilang, sehingga menyebabkan isi dalam wadah tidak diketahui secara pasti, dan dikhawatirlan terjadi pencampuran bahan yang semestinya tidak bercampur. Pastikan juga tulisan “limbah berbahaya” tidak hilang. Jangan melabeli dengan kata-kata lain untuk limbah, juga jangan melabeli limbah kalau bahan tersebut bukanlah limbah. Jika menggunakan wadah bekas, bersihkan terlebih dahulu label yang menempel sebelumnya (jika ada), sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman dalam menafsirkan isi wadah. Pastikan juga hanya ada satu label limbah pada satu wadah. 2. Tempat penyimpanan limbah Beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih tempat untuk menyimpan limbah, diantaranya: - Jangan menyimpan limbah di lemari asam di mana reaksi kimia sering dilakukan. - Wadah untuk menyimpan limbah harus disesuaikan. Biasanya wadah yang sering dipakai untuk menyimpan limbah terbuat dari gelas (kaca) atau polietilen. - Jangan menggunakan wadah yang terbuat dari kaleng logam jika limbah bersifat asam dan basa kuat karena dapat merusak wadah dengan cepat. - Jangan menyimpan wadah limbah di dekat air atau westafel. 3. Kondisi tutup penutup wadah Tutup wadah hanya dibuka pada saat memasukkan limbah ke dalam botol. Jika dikhawatirkan terjadi tekanan yang kuat pada wadah, maka tutupnya agak dilonggarkan. Jangan meninggalkan corong di wadah penyimpanan limbah. Corong yang digunakan pindah-pindah dari satu botol ke botol lain dapat menghasilkan gas atau ledakan, karena terjadi pencampuran limbah melalui corong yang tidak dicuci.
  • 15. 4. Pemisahan tempat penyimpanan wadah  Penyimpanan asam dan basa dilakukan di tempat/lemari yang berbeda. Pastikan wadah tidak bocor, karena kebocoran wadah dapat menyebabkan reaksi yang hebat, sehingga menimbulkan gas beracun.  Pisahkan tempat penyimpanan limbah asam dan bahan organik.  Tidak melakukan pencampuran bahan kimia tidak kompatibel dalam satu wadah limbah. Misalnya, pencampuran antara asam nitrat dan etanol dapat membentuk senyawa yang mudah meledak. 5. Penimbunan/pengolahan limbah Idealnya, tidak lebih dari satu wadah untuk masing-masing jenis limbah berada di laboratorium. Jangan sampai ada empat wadah limbah organik dalam satu lab. Jika terjadi kebakaran, akan sangat berbahaya. Jika satu wadah tempat limbah penuh dengan limbah organik, segera pindahkan ke ruang preparasi untuk dibuang atau diolah. Pengolahan limbah ini, bisa dilakukan oleh manajemen laboratorium sendiri, atau juga bisa minta bantuan pihak ketiga untuk diolahkan. Tentunya ini membutuhkan biaya yang cukup mahal untuk mengolahnya agar aman dibuang ke lingkungan. Pada industri pengolahan limbah modern seperti saat ini, banyak digunakan mikroorganisme sebagai agen biodegradasi bahan kimia berbahaya menjadi lebih ramah lingkungan melalui proses yang cukup panjang. Pertemuan 13 Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, limbah B3 dapat dibedakan berdasarkan kategori bahayanya dan sumbernya. Berdasarkan bahayanya, limbah B3 dibedakan atas dua kategori. Kategori 2 memiliki tingkat bahaya yang lebih besar daripada kategori 1. Contoh zat pencemar yang termasuk dalam kategori 1 adalah aseton, tetrakloroetilen, metanol, kresol, benzena, dan sebagainya. Ada pula zat pencemar kategori 1 yang tidak spesifik seperti aki/baterai bekas.
  • 16. Contoh zat pencemar yang termasuk dalam kategori 2 adalah debu dan fiber asbes putih (chrysotile), kemasan bekas B3, minyak pelumas bekas, limbah resin atau penukar ion, limbah elektronik, filter bekas dari fasilitas pengendalian pencemaran udara, dan sebagainya. Berdasarkan sumbernya, jenis limbah B3 dapat dibedakan atas industri yang menghasilkannya. Ada banyak industri yang menghasilkan limbah B3 dalam proses produksinya, di antaranya pupuk dan bahan senyawa nitrogen, pestisida dan produk agrokimia, petrokimia, kilang minyak dan gas bumi, pengawetan kayu, peleburan besi dan baja, peleburan nikel, dan sebagainya. Karakteristik Limbah B3 Suatu zat disebut sebagai limbah B3 jika memiliki karakteristik mudah meledak, mudah menyala, reaktif, infeksius, korosif, dan beracun. Nah, untuk menentukan apakah suatu zat memiliki salah satu atau beberapa karakteristik tersebut, harus dilakukan uji karakteristik. Untuk limbah yang mudah meledak, misalnya, disebut berbahaya jika meledak pada suhu dan tekanan 25 derajat Celcius atau 760 mmHg. Untuk limbah yang mudah menyala dapat diuji dengan seta closed tester atau pensky martens closed cup. Sementara itu, karakteristik beracun pada limbah B3 dapat diuji melalui TCLP dan Uji Toksikologi LD50. Cara Menangani dan Mengolah Limbah B3
  • 17. Menurut Peraturan Pemerintah yang berlaku, tiap orang yang menghasilkan limbah B3 berkewajiban untuk mengolah limbah tersebut. Nah, ada beberapa tahap yang bisa dilakukan dalam penanganan dan pengelolaan limbah B3, yaitu:  Mengurangi Limbah B3 Salah satu tahap yang bisa dilakukan adalah mengurangi jumlah limbah B3 yang dihasilkan. Caranya antara lain dengan menggunakan bahan substitusi, melakukan modifikasi proses, dan menggunakan teknologi ramah lingkungan. Substitusi bahan bisa dilakukan dengan memilih bahan baku yang tidak mengandung B3. Modifikasi proses bisa dilakukan dengan memilih dan menerapkan proses yang lebih efisien.  Menyimpan Limbah B3 Dalam melakukan penyimpanan limbah B3 yang dihasilkan, ada aturan yang harus dipenuhi. Pertama, limbah B3 tidak dicampur dengan limbah lainnya. Kedua, penghasil limbah harus memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan penyimpanan. Izin tersebut bisa didapatkan dengan syarat memiliki izin dari lingkungan dan telah mengajukan permohonan tertulis kepada bupati. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan limbah B3 adalah syarat lokasi yang bebas banjir serta tidak rawan bencana alam. Jika hal ini tidak terpenuhi, lokasi penyimpanan harus bisa direkayasa menggunakan teknologi sehingga limbah B3 tidak
  • 18. mencemari lingkungan hidup. Adapun fasilitas penyimpanan yang harus tersedia adalah bangunan, tangki, silo, tempat tumpukan limbah, dan waste impoundment. Apabila limbah B3 dikemas, kemasan yang digunakan harus memenuhi sejumlah kriteria, yaitu terbuat dari bahan yang sesuai dengan karakteristik limbah B3 yang akan disimpan, dapat menahan limbah B3 dalam kemasan, memiliki penutup yang kuat, dan berada dalam kondisi baik atau tidak rusak.  Mengumpulkan Limbah B3 Pengumpulan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara segregasi dan penyimpanan. Ini juga merupakan kewajiban perusahaan penghasil limbah B3. Kemudian, limbah akan dikumpulkan oleh pengumpul limbah yang telah memiliki izin pengelolaan limbah B3.  Mengangkut Limbah B3 Untuk melakukan pengangkutan limbah B3, alat angkut yang digunakan harus tertutup. Pihak pengangkut limbah B3 juga harus sudah memiliki izin pengelolaan limbah B3.  Memanfaatkan Limbah B3 Pemanfaatan limbah B3 bisa dilakukan oleh perusahaan penghasil limbah B3 atau pemanfaat limbah B3 jika tidak bisa sendiri. Beberapa bentuk manfaat limbah B3 adalah sebagai substitusi bahan baku, substitusi sumber energi, dan bahan baku. Sebelumnya, bisa dilakukan uji coba pemanfaatan limbah B3. Uji coba tersebut harus dilengkapi dengan persetujuan dari pihak yang berwenang.  Mengolah Limbah B3 Untuk mengolah limbah B3, cara yang bisa dilakukan adalah termal, stabilisasi dan solidifikasi, atau cara lain berdasarkan teknologi yang terkait. Standar yang harus dipenuhi jika menggunakan pengolahan cara termal adalah emisi udara, efisiensi pembakaran, serta efisiensi penghancuran dan penghilangan senyawa POHCs.  Menimbun Limbah B3 Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menimbun limbah B3, yaitu menggunakan penimbusan akhir, sumur injeksi, penempatan kembali di area bekas tambang, dam tailing, atau fasilitas lain. Untuk memilih lokasi penimbunan limbah B3, ada beberapa syarat yang harus terpenuhi, yaitu bebas banjir, permeabilitas tanah, daerah aman secara geologis, stabil, dan tidak rawan bencana, serta berada di luar kawasan lindung. Lokasi tersebut juga bukan merupakan daerah yang digunakan sebagai resapan air tanah, khususnya untuk kebutuhan air minum.  Membuang Limbah B3 Untuk melakukan pembuangan limbah B3, harus ada izin dari Menteri terkait. Izin tersebut dibutuhkan untuk keperluan pembuangan limbah yang dilakukan di media
  • 19. lingkungan hidup seperti tanah atau laut. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi telah tercantum dalam peraturan pemerintah yang berlaku. Menanggulangi Pencemaran Lingkungan Hidup Tahap-tahap yang dilakukan mulai dari pengurangan hingga pembuangan limbah B3 merupakan tanggung jawab industri yang menghasilkan limbah tersebut. Namun, untuk melakukannya harus berdasarkan izin dari Menteri terkait. Jika tidak bisa dilakukan sendiri, tanggung jawab tersebut dapat diambil alih oleh pihak lain yang berfungsi sama. Namun, kewajiban pemilik usaha penghasil limbah bukan hanya itu saja. Kewajiban lain adalah melakukan penanggulangan pencemaran lingkungan hidup hingga pemulihan fungsi lingkungan hidup. Langkah penanggulangan bisa dilakukan dengan memberi peringatan adanya pencemaran lingkungan hidup, melakukan isolasi, atau menghentikan sumber pencemaran. Sementara itu, yang dimaksud dengan pemulihan fungsi lingkungan hidup adalah dengan melakukan tahap-tahap mulai dari menghentikan sumber pencemaran, remediasi, rehabilitasi, restorasi, atau cara lain yang sesuai perkembangan teknologi. Pengelolaan Limbah B3 merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang mencakup penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, dan pengolahan limbah B3 termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan pelaku pengelolaan limbah B3 antara lain :  Penghasil Limbah B3  Pengumpul Limbah B3  Pengangkut Limbah B3  Pemanfaat Limbah B3  Pengolah Limbah B3  Penimbun Limbah B3 Mayoritas pabrik tidak menyadari, bahwa limbah yang dihasilkan termasuk dalam kategori limbah B3, sehingga limbah dibuang begitu saja ke sistem perairan tanpa adanya proses pengolahan. Pada dasarnya prinsip pengolahan limbah adalah upaya untuk memisahkan zat pencemar dari cairan atau padatan. Walaupun volumenya kecil, konsentrasi zat pencemar yang telah dipisahkan itu sangat tinggi. Selama ini, zat pencemar yang sudah dipisahkan atau konsentrat belum tertangani dengan baik, sehingga terjadi akumulasi bahaya yang setiap saat mengancam kesehatan manusia dan keselamatan lingkungan hidup. Untuk itu limbah B3 perlu dikelola antara lain melalui pengolahan limbah B3. Upaya pengelolaan limbah B3 dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:  Reduksi limbah dengan mengoptimalkan penyimpanan bahan baku dalam proses kegiatan atau house keeping, substitusi bahan, modifikasi proses, maupun upaya reduksi lainnya.
  • 20.  Kegiatan pengemasan dilakukan dengan penyimbolan dan pelabelan yang menunjukkan karakteristik dan jenis limbah B3 berdasarkan acuan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep- 05/Bapedal/09/1995. Pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah yang bersangkutan. Secara umum dapat dikatakan bahwa kemasan limbah B3 harus memiliki kondisi yang baik, bebas dari karat dan kebocoran, serta harus dibuat dari bahan yang tidak bereaksi dengan limbah yang disimpan di dalamnya. Untuk limbah yang mudah meledak, kemasan harus dibuat rangkap di mana kemasan bagian dalam harus dapat menahan agar zat tidak bergerak dan mampu menahan kenaikan tekanan dari dalam atau dari luar kemasan. Limbah yang bersifat self-reactive dan peroksida organik juga memiliki persyaratan khusus dalam pengemasannya. Pembantalan kemasan limbah jenis tersebut harus dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak mengalami penguraian atau dekomposisi saat berhubungan dengan limbah. Jumlah yang dikemas pun terbatas sebesar maksimum 50 kg per kemasan sedangkan limbah yang memiliki aktivitas rendah biasanya dapat dikemas hingga 400 kg per kemasan.  Penyimpanan dapat dilakukan di tempat yang sesuai dengan persyaratan yang berlaku acuan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: Kep-01l/Bapedal/09/1995. Limbah B3 yang diproduksi dari sebuah unit produksi dalam sebuah pabrik harus disimpan dengan perlakuan khusus sebelum akhirnya diolah di unit pengolahan limbah. Penyimpanan harus dilakukan dengan sistem blok dan tiap blok terdiri atas 2×2 kemasan. Limbah-limbah harus diletakkan dan harus dihindari adanya kontak antara limbah yang tidak kompatibel. Bangunan penyimpan limbah harus dibuat dengan lantai kedap air, tidak bergelombang, dan melandai ke arah bak penampung dengan kemiringan maksimal 1%. Bangunan juga harus memiliki ventilasi yang baik, terlindung dari masuknya air hujan, dibuat tanpa plafon, dan dilengkapi dengan sistem penangkal petir. Limbah yang bersifat reaktif atau korosif memerlukan bangunan penyimpan yang memiliki konstruksi dinding yang mudah dilepas untuk memudahkan keadaan darurat dan dibuat dari bahan konstruksi yang tahan api dan korosi.  Pengumpulan dapat dilakukan dengan memenuhi persyaratan pada ketentuan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: Kep-- 01/Bapedal/09/1995 yang menitikberatkan pada ketentuan tentang karakteristik limbah, fasilitas laboratorium, perlengkapan penanggulangan kecelakaan, maupun lokasi.  Kegiatan pengangkutan perlu dilengkapi dengan dokumen pengangkutan dan ketentuan teknis pengangkutan. Mengenai pengangkutan limbah B3, Pemerintah Indonesia belum memiliki peraturan pengangkutan limbah B3 hingga tahun 2002. Peraturan pengangkutan yang menjadi acuan adalah peraturan pengangkutan di Amerika Serikat. Peraturan tersebut terkait dengan hal pemberian label, analisa karakter limbah, pengemasan khusus, dan sebagainya. Persyaratan yang harus dipenuhi kemasan di antaranya ialah apabila terjadi kecelakaan dalam kondisi pengangkutan yang normal, tidak terjadi kebocoran limbah ke lingkungan dalam jumlah yang berarti. Selain itu, kemasan harus memiliki kualitas yang cukup agar efektifitas kemasan tidak berkurang selama pengangkutan. Limbah gas yang
  • 21. mudah terbakar harus dilengkapi dengan head shields pada kemasannya sebagai pelindung dan tambahan pelindung panas untuk mencegah kenaikan suhu yang cepat. Di Amerika juga diperlakukan rute pengangkutan khusus selain juga adanya kewajiban kelengkapan Material Safety Data Sheets (MSDS) yang ada di setiap truk dan di dinas pemadam kebarakan.  Upaya pemanfaatan dapat dilakukan melalui kegiatan daur ulang (recycle), perolehan kembali (recovery) dan penggunaan kembali (reuse) limbah B3 yang dlihasilkan ataupun bentuk pemanfaatan lainnya.  Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara thermal, stabilisasi, solidifikasi secara fisika, kimia, maupun biologi dengan cara teknologi bersih atau ramah lingkungan.  Kegiatan penimbunan limbah B3 wajib memenuhi persyaratan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999. Beberapa metode penanganan limbah B3 yang umum diterapkan adalah sebagai berikut:  Metode Pengolahan secara Kimia, Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel- partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan tergantung jenis dan kadar limbahnya. Proses pengolahan limbah B3 secara kimia yang umum dilakukan adalah stabilisasi/ solidifikasi. Stabilisasi/ solidifikasi adalah proses mengubah bentuk fisik dan/atau senyawa kimia dengan menambahkan bahan pengikat atau zat pereaksi tertentu untuk memperkecil/membatasi kelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya racun limbah, sebelum dibuang. Definisi stabilisasi adalah proses pencampuran limbah dengan bahan tambahan dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga sering dianggap mempunyai arti yang sama. Contoh bahan yang dapat digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi adalah semen, kapur, dan bahan termoplastik. Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur (CaOH2), dan bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum mixing, in-situ mixing, dan plant mixing. Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi diatur oleh BAPEDAL berdasarkan Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995. Apabila konsentrasi logam berat di dalam air limbah cukup tinggi, maka logam dapat dipisahkan dari limbah dengan jalan pengendapan menjadi bentuk hidroksidanya. Hal ini dilakukan dengan larutan kapur (Ca(OH)2) atau natrium hidroksida (NaOH) dengan memperhatikan kondisi pH akhir dari larutan. Pengendapan optimal akan terjadi pada kondisi pH dimana hidroksida logam tersebut mempunyai nilai kelarutan minimum. Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan
  • 22. elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali misalnya air kapur, sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduks i menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5). Presipitasi adalah pengurangan bahan-bahan terlarut dengan cara menambahkan senyawa kimia tertentu yang larut dan dapat menyebabkan terbentuknya padatan. Dalam pengolahan air limbah, presipitasi digunakan untuk menghilangkan logam berat, sufat, fluoride, dan fosfat. Senyawa kimia yang biasa digunakan adalah lime, dikombinasikan dengan kalsium klorida, magnesium klorida, alumunium klorida, dan garam – garam besi. Adanya complexing agent, misalnya NTA (Nitrilo Triacetic Acid) atau EDTA (Ethylene Diamine Tetraacetic Acid), menyebabkan presipitasi tidak dapat terjadi. Oleh karena itu, kedua senyawa tersebut harus dihancurkan sebelum proses presipitasi akhir dari seluruh aliran, dengan penambahan garam besi dan polimer khusus atau gugus sulfida yang memiliki karakteristik pengendapan yang baik. Pengendapan fosfat, terutama pada limbah domestik, dilakukan untuk mencegah eutrophicationdari permukaan. Presipitasi fosfat dari sewage dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu penambahan slaked lime, garam besi, atau garam alumunium. Koagulasi dan Flokulasi digunakan untuk memisahkan padatan tersuspensi dari cairan jika kecepatan pengendapan secara alami padatan tersebut lambat atau tidak efisien. Proses koagulasi dan flokulasi adalah konversi dari polutan-polutan yang tersuspensi koloid yang sangat halus didalam air limbah, menjadi gumpalan-gumpalan yang dapat diendapkan, disaring, atau diapungkan. Beberapa kelebihan proses pengolahan kimia antara lain dapat menangani hampir seluruh polutan anorganik, tidak terpengaruh oleh polutan yang beracun atau toksik, dan tidak tergantung pada perubahan konsentrasi. Pengolahan kimia dapat meningkatkan jumlah garam pada effluent, meningkatkan jumlah lumpur sehingga memerlukan bahan kimia tambahan akibatnya biaya pengolahan menjadi mahal.  Metode Pengolahan secara Fisik Sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, dilakukan penyisihan terhadap bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung. Penyaringan atau screening merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap. Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification)
  • 23. atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation). Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa. Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik misalnya fenol dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut. Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal. Evaporasi pada umumnya dilakukan untuk menguapkan pelarut yang tercampur dalam limbah, sehingga pelarut terpisah dan dapat diisolasi kembali. Evaporasi didasarkan pada sifat pelarut yang memiliki titik didih yang berbeda dengan senyawa lainnya. Metode insinerasi atau pembakaran dapat diterapkan untuk memperkecil volume limbah B3. Namun saat melakukan pembakaran perlu dilakukan pengendalian agar gas beracun hasil pembakaran tidak mencemari udara. Pengolahan secara insinerasi bertujuan untuk menghancurkan senyawa B3 yang terkandung di dalamnya menjadi senyawa yang tidak mengandung B3. Insinerator adalah alat untuk membakar sampah padat, terutama untuk mengolah limbah B3 yang perlu syarat teknis pengolahan dan hasil olahan yang sangat ketat. Ukuran, desain dan spesifikasi insinerator yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik dan jumlah limbah yang akan diolah. Insinerator dilengkapi dengan alat pencegah pencemar udara untuk memenuhi standar emisi. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini bukan solusi terakhir dari sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Kelebihan metode pembakaran adalah metode ini merupakan metode hemat uang di bidang transportasi dan tidak menghasilkan jejak karbon yang dihasilka n transport seperti pembuangan darat. Menghilangkan 10% dari jumlah limbah cukup banyak membantu mengurangi beban tekanan pada tanah. Rencana pembakaran waste-to- energy (WTE) juga memberikan keuntungan yang besar dimana limbah normal maupun limbah B3 yang dibakar mampu menghasilkan listrik yang dapat berkontribusi pada penghematan ongkos. Pembakaran 250 ton limbah per hari dapat memproduksi 6.5 megawatt listrik sehari (berharga $3 juta per tahun). Kerugian metode pembakaran adalah adanya biaya tambahan dalam pembangunan instalasi pembakaran limbah. Selain itu pembakaran limbah juga menghasilkan emisi gas yang memberikan efek rumah kaca. Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi atau heating value limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya
  • 24. proses pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan.  Metode Pengolahan secara Biologi Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang berkembang dewasa saat ini dikenal dengan istilah bioremediasi dan fitoremediasi. Bioremediasi adalah penggunaan bakteri dan mikroorganisme lain untuk mendegradasi/ mengurai limbah B3. Sedangkan fitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-bahan beracun dari tanah. Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam mengatasi pencemaran oleh limbah B3 dan biaya yang diperlukan lebih murah dibandingkan metode kimia atau fisik. Namun, proses ini juga masih memiliki kelemahan. Proses bioremediasi dan fitoremediasi merupakan proses alami sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk membersihkan limbah B3, terutama dalam skala besar. Selain itu, karena menggunakan makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan dapat membawa senyawa-senyawa beracun ke dalam rantai makanan di dalam ekosistem. Metode Pembuangan Limbah B3  Sumur dalam atau sumur injeksi (deep well injection) Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah dengan memompakan limbah tersebut melalui pipa ke lapisan batuan yang dalam, di bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara teori, limbah B3 ini akan terperangkap di lapisan itu sehingga tidak akan mencemari tanah maupun air. Pembuangan limbah B3 melalui metode ini masih mejadi kontroversi dan masih diperlukan pengkajian yang integral terhadap dampak yang mungkin ditimbulkan. Data menunjukkan bahwa pembuatan sumur injeksi di Amerika Serikat paling banyak dilakukan antara tahun 1965-1974 dan hampir tidak ada sumur baru yang dibangun setelah tahun 1980. Pembuangan limbah ke sumur dalam merupakan suatu usaha membuang limbah B3 ke dalam formasi geologi yang berada jauh di bawah permukaan bumi yang memiliki kemampuan mengikat limbah, sama halnya formasi tersebut memiliki kemampuan menyimpan cadangan minyak dan gas bumi. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pemilihan tempat ialah strktur dan kestabilan geologi serta hidrogeologi wilayah setempat.  Kolam penyimpanan atau Surface Impoundments Limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang diperuntukkan khusus bagi limbah B3. Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat mencegah perembesan limbah. Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan terkonsentrasi dan mengendap di dasar. Kelemahan metode ini adalah memakan lahan karena limbah akan semakin
  • 25. tertimbun dalam kolam, ada kemungkinan kebocoran lapisan pelindung, dan ikut menguapnya senyawa B3 bersama air limbah sehingga mencemari udara.  Landfilluntuk limbah B3 atau Secure Landfills Limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus dengan pengamanan tingkat tinggi. Pada metode pembuangan secure landfill, limbah B3 dimasukkan kedalam drum atau tong-tong, kemudian dikubur dalamlandfill yang didesain khusus untuk mencegah pencemaran limbah B3. Landfill harus dilengkapi peralatan monitoring yang lengkap untuk mengontrol kondisi limbah B3 dan harus selalu dipantau. Metode ini jika diterapkan dengan benar dapat menjadi cara penanganan limbah B3 yang efektif. Metode secure landfillmerupakan metode yang memiliki biaya operasi tinggi, masih ada kemungkinan terjadi kebocoran, dan tidak memberikan solusi jangka panjang karena limbah akan semakin menumpuk. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tidak dapat begitu saja ditimbun, dibakar atau dibuang ke lingkungan , karena mengandung bahan yang dapat membahayakan manusia dan makhluk hidup lain. Limbah ini memerlukan cara penanganan yang lebih khusus dibanding limbah yang bukan B3. Limbah B3 perlu diolah, baik secara fisik, biologi, maupun kimia sehingga menjadi tidak berbahaya atau berkurang daya racunnya. Setelah diolah limbah B3 masih memerlukan metode pembuangan yang khusus untuk mencegah resiko terjadi pencemaran. Beberapa metode penanganan limbah B3 yang umumnya diterapkan adalah sebagai berikut. 1. Metode pengolahan secara kimia, fisik dan biologi Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara kimia, fisik, atau biologi. Proses pengolahan limbah B3 secara kimia atau fisik yang umumnya dilakukan adalah stabilisasi/ solidifikasi . stabilisasi/solidifikasi adalah proses pengubahan bentuk fisik dan sifat kimia dengan menambahkan bahan peningkat atau senyawa pereaksi tertentu untuk memperkecil atau membatasi pelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya racun limbah, sebelum dibuang. Contoh bahan yang dapat digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi adalah semen, kapur (CaOH2), dan bahan termoplastik. Metode insinerasi (pembakaran) dapat diterapkan untuk memperkecil volume B3 namun saat melakukan pembakaran perlu dilakukan pengontrolan ketat agar gas beracun hasil pembakaran tidak mencemari udara.
  • 26. Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang telah cukup berkembang saat ini dikenal dengan istilah bioremediasi dan viktoremediasi. Bioremediasi adalah penggunaan bakteri dan mikroorganisme lain untuk mendegradasi/ mengurai limbah B3, sedangkan Vitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-bahan beracun dari tanah. Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam mengatasi pencemaran oleh limbah B3 dan biaya yang diperlukan lebih muran dibandingkan dengan metode Kimia atau Fisik. Namun, proses ini juga masih memiliki kelemahan. Proses Bioremediasi dan Vitoremediasi merupakan proses alami sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk membersihkan limbah B3, terutama dalam skala besar. Selain itu, karena menggunakan makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan dapat membawa senyawa-senyawa beracun ke dalam rantai makanan di ekosistem. 2. Metode Pembuangan Limbah B3 3. Sumur dalam/ Sumur Injeksi (deep well injection) Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah dengan cara memompakan limbah tersebut melalui pipa kelapisan batuan yang dalam, di bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara teori, limbah B3 ini akan terperangkap dilapisan itu sehingga tidak akan mencemari tanah maupun air. Namun, sebenarnya tetap ada kemungkinan terjadinya kebocoran atau korosi pipa atau pecahnya lapisan batuan akibat gempa sehingga limbah merembes kelapisan tanah. 1. Kolam penyimpanan (surface impoundments) limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang memang dibuat untuk limbah B3. Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat mencegah perembesan limbah. Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan terkosentrasi dan mengendap di dasar. Kelemahan metode ini adalah memakan lahan karena limbah akan semakin tertimbun dalam kolam, ada kemungkinan kebocoran lapisan pelindung, dan ikut menguapnya senyawa B3 bersama air limbah sehingga mencemari udara. 1. Landfill untuk limbah B3 (secure landfils) limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus pengamanan tinggi. Pada metode pembuangan secure landfills, limbah B3 ditempatkan dalam drum atau tong-tong, kemudian dikubur dalam landfill yang didesain khusus untuk mencegah pencemaran limbah B3. Landffill ini harus dilengkapi peralatan moditoring yang lengkap untuk mengontrol kondisi limbah B3 dan harus selalu dipantau. Metode ini jika diterapkan dengan benar dapat menjadi cara penanganan limbah B3 yang efektif. Namun, metode secure landfill merupakan metode yang memliki biaya operasi tinggi, masih ada kemungkinan terjadi kebocoran, dan tidak memberikan solusi jangka panjang karena limbah akan semakin menumpuk
  • 27. Pertemuan 14 Masyarakat perlu disadarkan akan pentingnya kesehatan lingkungan yang baik jika ingin menciptakan komunitas yang sehat dan bahagia. Apabila mereka mampu menjaga lingkungan dengan baik secara tanggung jawab, munculnya banyak penyakit, yang umumnya dikarenakan adanya lingkungan kotor, dapat dihindari. Saat melakukan proses inisiasi pengenalan kesehatan lingkungan, dibutukan kesadaran segenap elemen masyarakat sehingga tujuan dari terciptanya kesehatan secara menyeluruh dapat dirasakan oleh semua pihak yang nantinya manfaat dari kesehatan lingkungan juga dapat menguntungkan segenap masyarakat. Komitmen kuat dari dalam diri masing- masing orang di satu lingkungan tersebut menjadi proses awal yang harus dibangun. Tanpa adanya kesepakatan dan komitmen bersama, mustahil kesehatan lingkungan dapat tercipta mengingat jika lingkungan satu tidak terjaga kebersihannya, maka hal ini akan mempengaruhi buruknya kebersihan daerah lainnya.Terciptanya masyarakat sehat yang mandiri dan berkemampuan akan menjadi harapan tersendiri saat mereka berhasil mengaplikasikan kesehatan lingkungan dengan baik. Jika masyarakat sehat, maka hal ini akan menciptakan generasi yang mandiri terutama secara finansial karena jiwa dan badan yang sehat tentunya akan memberikan semangat tersendiri serta rasa fokus bagi mereka dalam bekerja. Mereka tidak akan terbebani untuk berobat ke dokter sehingga konsentrasi dalam bekerja akan semakin meningkat. Ketika mereka sudah mandiri secara finansial, maka mereka berkemampuan untuk mengaktulisasikan diri dalam kehidupan masing-masing. Saat menggerakkan masyarakat agar sadar pentingnya kebersihan bagi kehidupan, mereka memerlukan contoh konkret yang bisa dilihat dari program pemerintah dalam mendukung kesehatan lingkungan juga menjadi bentuk dukungan pemerintah agar masyarakatnya tetap berfokus pada penciptaan lingkungan yang lebih baik. Pelaksanaan beberapa aktivitas dalam menggalang kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungannya tetap bersih dapat dilakukan dengan program pembersihan massal di daerah yang memungkinkan tempat berkumpulnya sumber penyakit seperti tempat pembuangan sampah akhir, sungai, gorong-gorong, hingga rumah masing-masing warga dapat mewujudkan terbangunnya komunitas pecinta kebersihan. Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan, yaitu: 1. Penyediaan Air Minum 2. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran 3. Pembuangan Sampah Padat 4. Pengendalian Vektor 5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia 6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
  • 28. 7. Pengendalian pencemaran udara 8. Pengendalian radiasi 9. Kesehatan kerja 10. Pengendalian kebisingan 11. Perumahan dan pemukiman 12. Aspek kesling dan transportasi udara 13. Perencanaan daerah dan perkotaan 14. Pencegahan kecelakaan 15. Rekreasi umum dan pariwisata 16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk 17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan. Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu : 1. Penyehatan Air dan Udara 2. Pengamanan Limbah padat/sampah 3. Pengamanan Limbah cair 4. Pengamanan limbah gas 5. Pengamanan radiasi 6. Pengamanan kebisingan 7. Pengamanan vektor penyakit 8. Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana1. Air Bersih Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut : Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan (maks 500 mg/l) Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air).
  • 29. Menjaga Kesehatan Lingkungan merupakan suatu kewajiban bagi setiap individu, selain merupakan anugerah yang diberikan sang pencipta kepada hamba- Nya, Kesehatan Lingkungan harus tetap dijaga agar keluarga kita terhindar penyakit. Karena kesehatan tidak ternilai harganya. Terkadang pada saat kita sehat, kita lupa akan nikmat tersebut dan ketika sakit kita baru sadar dan merasakan betapa kesehatan itu sungguh sangat berharga. Tubuh yang sehat bisa didapatkan dari berolahraga secara teratur, mengkomsumsi makananan bergizi dan lingkungan yang sehat serta bersih. Lingkungan yang sehat terkadang sering tidak kita perhatikan karena kesibukan dalam bekerja sehingga lingkungan sekitar tidak dijaga kebersihannya. Akibat dari lingkungan yang tidak sehat dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, salah satu yang mengkhawatirkan adalah deman berdarah (DBD) karena dapat menyebabkan kematian. Kebersihan lingkungan merupakan keadaan bebas dari kotoran, termasuk di dalamnya, debu, sampah dan bau. Di Indonesia, masalah kebersihan lingkungan selalu menjadi perdebatan dan masalah yang berkembang. Kasus-kasus yang menyangkut masalah kebersihan lingkungan setiap tahunnya terus meningkat. Kita harus tahu tentang manfaat menjaga kebersihan lingkungan, karena menjaga kebersihan lingkungan sangatlah berguna untuk kita semua karena dapat menciptakan kehidupan yang aman, bersih, sejuk dan sehat. Manfaat menjaga kebersihan lingkungan antara lain: 1. Terhindar dari penyakit yang disebabkan lingkungan yang tidak sehat. 2. Lingkungan menjadi lebih sejuk. 3. Bebas dari polusi udara. 4. Air menjadi lebih bersih dan aman untuk di minum. 5. Lebih tenang dalam menjalankan aktifitas sehari hari. Masih banyak lagi manfaat menjaga kebersihan lingkungan, maka dari itu kita harus menyadari akan pentingnya kebersihan lingkungan mulai dari rumah kita sendiri misalnya rajin menyapu halaman rumah, rajin membersihkan selokan rumah kita, membuang sampah pada tempatnya, pokoknya masih banyak lagi. Lingkungan akan lebih baik jika semua orang sadar dan bertanggungjawab akan kebersihan lingkungan, karena hal itu harus ditanamkan sejak dini, di sekolah pun kita diajarkan untuk selalu hidup bersih. Di agama Islam pun kita di ajarkan untuk selalu hidup bersih, karena kebersihan adalah sebagaian dari iman. Selain hal yang disampaikan diatas kita juga harus saling mendukung agar tercapainya tujuan kita dalam menjaga kesehatan lingkungan bersama, agar tidak terjadi penyakit ataupun hal-hal yang tidak diinginkan dimasa mendatang, serta agar lingkungan kita tetap bias dinikmati hingga anak cucu kita kelak. Berikut Tips dan trik menjaga kebersihan lingkungan:
  • 30. 1. Dimulai dari diri sendiri dengan cara memberi contoh kepada masyarakat bagaimana menjaga kebersihan lingkungan. 2. Selalu Libatkan tokoh masyarakat yang berpengaruh untuk memberikan pengarahan kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. 3. Sertakan para pemuda untuk ikut aktif menjaga kebersihan lingkungan. 4. Perbanyak tempat sampah di sekitar lingkungan anda; 5. Pekerjakan petugas kebersihan lingkungan dengan memberi imbalan yang sesuai setiap bulannya. 6. Sosialisakan kepada masyarakat untuk terbiasa memilah sampah rumah tangga menjadi sampah organik dan non organik. 7. Pelajari teknologi pembuatan kompos dari sampah organik agar dapat dimanfaatkan kembali untuk pupuk; 8. Kreatif, Dengan membuat souvenir atau kerajinan tangan dengan memanfaatkan sampah. 9. Atur jadwal untuk kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan. (diambil dari berbagai sumber).