1. MAKALAH
KONSEP KESEHATAN LINGKUNGAN
DISUSUN OLEH :
KURNIAWA DWI REZKI P01730222075
SERLI MARTSELA P01730222093
PUTRA HENDRI PRATAMA P01730222085
MUHAMMAD ERYA EKA SAPUTRA P01730222080
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KEMENKES BENGKULU
JURUSAN GIZI
TAHUN 2022
2. KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “kesehatan lingkungan”.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu
dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, tim
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati
dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan
makalah ini. Dan semoga sengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca dan teman-teman. Amin…
Bengkulu, 31 Juli 2022
Penulis
3. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau determinan dalam
kesejahteraan penduduk. Di mana lingkungan yang sehat sangat dibutuhkan bukan
hanya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk
kenyamanan hidup dan meningkatkan efisiensi kerja dan belajar. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingginya angka kematian bayi pada suatu daerah disebabkan
karena faktor perilaku (perilaku perawatan pada saat hamil dan perawatan bayi, serta
perilaku kesehatan lingkungan ) dan faktor kesehatan lingkungan.
Pada masa yang datang pemerintah lebih fokus pada pelaksanaan
pembangunan yang berkelanjutan dan pengembangan wilayah yang berkesadaran
lingkungan, sementara pihak pengguna infrastruktur dalam hal ini masyarakat secara
keseluruhan harus disiapkan dengan kesadaran lingkungan yang lebih baik (tahu
sesuatu atau tahu bersikap yang semestinya) Masa datang kita dihadapkan dengan
penggunaan IPTEK yang lebih maju dan lebih kompleks yang memerlukan
profesionalisme yang lebih baik dengan jenjang pendidikan yang memadai. Di
samping itu dalam proses pembangunan masa datang, diperlukan adanya teknologi
kesehatan lingkungan yang menitik beratkan upayanya pada metodologi mengukur
dampak kesehatan dari pencemaran yang ditimbulkan oleh adanya pembangunan,
Indikator ini harus mudah, murah untuk diukur juga sensitif menunjukkan adanya
perubahan kualitas lingkungan.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Kesehatan Lingkungan
2. Syarat-syarat Lingkungan Yang Sehat
3. Cara-cara Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan
4. Tujuan Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan
5. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan
4. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesehatan Lingkungan
Pengertian Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun
1948 menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai “suatu keadaan fisik,
mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau
kelemahan”.
Kesehatan lingkungan adalah kesehatan yang sangat penting bagi kelancaran
kehidupan dibumi, karena lingkungan adalah tempat dimana pribadi itu tinggal.
Lingkungan yang sehat dapat dikatakan sehat bila sudah memenuhi syarat-syarat
lingkungan yang sehat.
Kesehatan lingkungnan yaitu bagian integral ilmu kesehatan masyarakat yang
khusus menangani dan mempelajari hubungan manusia dengan lingkungan dalam
keseimbangan ekologis.Jadi kesehatan lingkungan merupakan bagian dari ilmu
kesehatan mayarakat
Ada 3 pengertian yang dikemukakan para ahli tentang kesehatan lingkungan,
masing-masing pengertian lahir dalam upaya memecahkan masalah kesehatan sesuai
jaman dan kebutuhannya. Ketiga pengertian tersebut adalah :
1. Pengertian Kesehatan Lingkungan sebagai suatu upaya, dikemukakan
olehP.Halton Purdon (1971). Purdon menyatakan bahwa “ Kesehatan
Lingkungan merupakan bagian dari dasar-dasar kesehatan bagi masyarakat
modern, kesehatan lingkungan adalah aspek kesehatan masyarakat yang meliputi
semua aspek kesehatan manusia dalam hubungannya dengan lingkungan.
Tujuannya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat pada tingkat yang setinggi-tingginya dengan jalan memodifikasi
factor social, factor fisik lingkungan, sifat-sifat dan kelakuan lingkungan yang
dapat berpengaruh terhadap kesehatan.
2. Pengertian kesehatan Lingkungan sebagai Kondisi dikemukakan oleh Organisasi
Kesehatan se Dunia (World Health Organization). WHO menyatakan
Environment health refers to ecological balance that must exist beetwen man
and his environment in order to ensure his weel being. Kesehatan Lingkungan
5. merupakan terwujudnya keseimbangan ekologis antara manusia dan lingkungan
harus ada, agar masyarakat menjadi sehat dan sejahtera. Sehingga Kesehatan
Lingkungan menurut WHO adalah : Those aspects of human health and disease
that are determined by factors in the environment. It also refers to the theory and
practice of assessing and controlling factors in the environment that can
potentially affect health. Atau bila disimpulkan "Suatu keseimbangan ekologi
yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan
sehat dari manusia ". Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan
Indonesia) kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu
menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat
dan bahagia. Dalam pengertian ini titik pusat pandang dari Kesehatan
Lingkungan adalah bahwa tercapainya tujuan kesehatan yaitu masyarakat sehat
dan sejahtera apabila kondisi lingkungan sehat.
3. Kesehatan Lingkungan adalah ilmu dan seni dalam mencapai keseimbangan
lingkungan dan manusia, ilmu dan seni dalam pengelolaan lingkungan sehingga
dicapai kondisi yang bersih, sehat, aman dan nyaman dan terhindar dari
gangguan penyakit. Pengertian Kesehatan Lingkungan sebagai suatu ilmu, seni
dan teknologi dikemukakan oleh beberapa ahli diantaranya dikemukakan oleh
Umar Fahmi Achmadi. Menurut Umar Fahmi Achmadi (1991), Kesehatan
Lingkungan adalah ilmu yang mempelajari keterkaitan antara kualitas
lingkungan dengan kondisi kesehatan suatu masyarakat. Ilmu Kesehatan
Lingkungan mempelajari dinamika hubungan interaktif antara kelompok
penduduk dengan segala macam perubahan komponen lingkungan hidup yang
menimbulkan ancaman atau berpotensi mengganggu kesehatan masyarakat.
B. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan
Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal
yang essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan
faktor keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya
masalah kesehatan masyarakat.
6. Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan
lingkungan, yaitu :
1. Penyediaan Air Minum
2. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan Sampah Padat
4. Pengendalian Vektor
5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesling dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah,
bencana alam dan perpindahan penduduk.
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal
22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu :
1. Penyehatan Air dan Udara
2. Pengamanan Limbah padat/sampah
3. Pengamanan Limbah cair
4. Pengamanan limbah gas
5. Pengamanan radiasi
6. Pengamanan kebisingan
7. Pengamanan vektor penyakit
8. Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana
7. C. Tujuan Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan
1. Mengurangi Pemanasan Global. Dengan menanam tumbuhan sebanyak-
banyaknya pada lahan kosong, maka kita juga ikut serta mengurangi pemanasan
global, karbon, zat O2 (okseigen) yang dihasilkan tumbuh-tumbuhan dan zat
tidak langsung zat CO2 (carbon) yang menyebabkan atmosfer bumi berlubang
ini terhisap oleh tumbuhan dan secara langsung zat O2 yang dihasilkan tersebut
dapat dinikmati oleh manusia tersebut untuk bernafas.
2. Menjaga Kebersihan LingkunganDengan lingkungan yang sehat maka kita harus
menjaga kebersihannya, karena lingkungan yang sehat adalah lingkungan yang
bersih dari segala penyakit dan sampah.Sampah adalah mush kebersihan yang
paling utama. Sampah dapat dibersihkan dengan cara-cara sebagai berikut ;
a. Membersihkan Sampah OrganikSampah organik adalah sampah yang dapat
dimakan oleh zat-zat organik di dalam tanah, maka sampah organik dapat
dibersihkan dengan mengubur dalam-dalam sampah organik tersebut, contoh
sampah organik :
1) Daun-daun tumbuhan
2) Ranting-ranting tumbuhan
3) Akar-akar tumbuhan
b. Membersihkan Sampah Non OrganikSampah non organik adalah sampah
yang tidak dapat hancur (dimakan oleh zat organik) dengan sendirinya, maka
sampah non organik dapat dibersihkan dengan membakar sampah tersebut
dan lalu menguburnya.
Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan dapat dibagi menjadi 2,secara
umum dan secara khusus.
Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan secara umum, antara lain :
1. Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada
kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
2. Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber lingkungan
dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
3. Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara masyarakat
dan institusi pemerintah serta lembaga non pemerintah dalam menghadapi
bencana alam atau wabah penyakit menular.
8. Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan secara khusus, antara lain:
1. Menyediakan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan.
2. Makanan dan minuman yang di produksi dalam skala besar dan di konsumsi
secara luas oleh masyarakat.
3. Pencemaran udara akibat sisa pembakaran BBM, batu bara, kebakaran hutan,
dan gas beracun yang berbahaya bagi kesehatan dan makhluk hidup lain dan
menjadi penyebab terjadinya perubahan ekosistem.
4. Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian, peternakan,
industri, rumah sakit, dan lain-lain.
5. Kontrol terhadap arthropoda dan rodent yang menjadi vektor penyakit dan cara
memutuskan rantai penularan penyakitnya.
6. Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat kesehatan.
7. Kebisingan, radiasi, dan kesehatan kerja.
8. Survei sanitasi untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program kesehatan
lingkungan.
D. Pengaruh Lingkungan yang Tidak Sehat terhadap Individu, Keluarga, dan
Masyarakat
1. Pengaruh Lingkungan yang Tidak Sehat terhadap Individu
Apabila lingkungan bersih berpengaruh individu, khususnya pada
kualitas kerja (produktivitas) individu tersebut. Sedangkan individu yang berada
pada lingkungan yang tidak sehat, akan berada pada produktivitas yang
cenderung menurun.
Udara, air, makanan, sandang, papan, dan seluruh kebutuhannya di ambil
dari lingkungan. Akan tetapi, berpengaruh terhadap individu baik positif
maupun negatif. Lingkungan sehat dan gizi yang cukup dapat menghindarkan
seseorang dari penyakit.
2. Pengaruh Lingkungan yang Tidak Sehat terhadap Keluarga
Keluarga yang sehat berasal dari lingkungan rumah yang sehat, maka
kesehatan keluarga dapat meningkat. Rumah yang cukup bersih dapat
memberikan kenyamanan bagi penghuninya. Rumah yang ventilasinya cukup,
9. dapat menghindarkan keluarga dari resiko terjadinya penyakit atau gangguan
saluran pernapasan.
Persentase kepemilikan rumah sehat yang cenderung meningkat
mengindikasikan bahwa telah terjadi perubahan perilaku yang bisa memperbaiki
tingkat kesehatan lingkungan. Karena bagi mayoritas masyarakat kita, rumah
tidak hanya sebagai tempat istirahat, tetapi juga sebagai tempat berkumpul
anggota keluarga, tetangga, bahkan keluarga yang jauh. Dengan demikian,
dalam sebuah rumah yang tidak sehat dapat menjadi tempat saling menularnya
penyakit dan menjadi indikasi negatif terhadap upaya meningkatkan kesehatan
lingkungan.
3. Pengaruh Lingkungann yanng Tidak Sehat Terhadap Msyarakat
Lingkungan sehat akan membuat masyarakat terhindar dari penyakit.
Tindakan masyarakat membuang limbah sembarangan, akan berakibat terhadap
kesehatan dan kelangsungan hidup, timbulnya penyakit terhadap masyarakat
yang tidak sehat, dan timbulnya bencana akibat perbuatan tangan jahil
masyarakat yang tidak terkontrol.
E. Faktor-Faktor Kesehatan Lingkungan
Lingkungan yang memiliki potensi dan daya dukung untuk menciptakan
masyarakat yang terbebas dari segala macam penyakit.
Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan lingkungan,
yaitu :
1. Faktor Fisik
Faktor fisik berupa biotik dan abiotik, dimana faktor tersebut berperan
penting bagi masyarakat dalam memperhatikan di mana tempat tinggal mereka
akan dibangun. Jika suatu rumah dibangun di pedesaan, sudah tentu disesuaikan
dengan kondisi di pedesaan itu. Misalnya, keadaan air yang bersih terhindar dari
pencemaran akan membawa dampak yang baiik bagi kesehatan masyarakat di
pedesaan itu.
2. Faktor Sosial
Faktor sosial berupa tingkah laku, kepandaian, adat istiadat, di mana
faktor tersebut berperan dalam hubungan masyarakat dan lingkungannya.
10. Misalnya masyarakat yang tinggal di kawasan rawan gempa, maka rumah yang
mereka bangun di kawasan tersebut harus dibuat dari bahan-bahan yang ringan
namun kokoh. Disamping itu masyarakat juga berupaya untuk menciptakan
lingkungan yang sehat dengan usaha-usaha tertentu. Misalnya masyarakat
membuat bak penampungan sampah.
3. Faktor Ekonomi
Faktor Ekonomi berupa pekerjaan, pendapatan, kemiskinan, di mana
pada umumnya di lingkungan tersebut diduduki sebagian besar orang yang tidak
mampu, maka secara tidak langsung berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan
tempat tinggalnya. Misalnya di daerah pemukiman kumuh, karena kondisi
keuangan mereka tidak memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang
sehat dan baik.
F. Prinsip Pengendalian Lingkungan
Prinsip pendekatan/ pengendalian lingkungan sebagai pendekatan ekologis
dapat dikelompokkan menjadi 5 yaitu :
1. Isolation (isolasi)
Isolasi adalah usaha membuat jarak antara manusia dengan faktor lingkungan
yang berbahaya. Usaha ini meliputi pengadaan tempat sampah, membuat septic
tank, drainase, ruang khusus untuk listrik, pompa, generator, obat dan lain-lain
2. Subtitution (subtitusi)
Subtitusi adalah pengganti berbgai zat, energi, alat atau komponen lain yang
dianggap sebagai sumber berbahaya. Misalnya mengganti knalpot mobil,
mengganti kabel yang tua, mengganti lantai yang retak, mengganti dinding kaca
yang rusak, mengganti ion atau senyawa kimia yang menimbulkan polusi dan
lain-lain.
3. Shielding
Shielding adalah menggunakan alat pelindung bahan untuk menghadapi faktor
lingkungan berbahaya, seperti memakai pakaian kerja, masker, sarung tangan,
kaca mata, helm dan lain-lain
4. Traetment (pengolahan)
Treatment adalah proses pengolahan lingkungan yang meliputi removal,
11. destruction inhibition dan conversion.
a. Removal (pengurangan)
Removal adalah usaha menghilangkan atau mengurangi polutan fisika dan
kimia pada faktor lingkungan yang sangat dibutuhkan manusia.
b. Destruction (detruki)
Destruksi adalah uaha merusak atau membunuh faktor lingkungan biologis,
seperti mikroba pathogen dan vector penyakit. Usaha ini sering disebut
sebagai usaha disinfeksi dan strilisasi.
Destruksi dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Destruksi animate
Destruksi yang ditujuan kepada anggota badan antara lain tangan, badan
dan rambut dengan jalan mencuci memakai anti septic, seperti sabun
anti septic atau disinfektan iodopher, chlorhexi dine gluconat atau hexa
chlorophen.
2) Destruksi in animate
Destruksi yang ditujukan kepada benda/peralatan. Semua peralatan
untuk pelayanan kesehatan harus dalam keadaan steril. Sterilisasi dapat
dilakukan dengan autoclave, air mendidh atau disinfektan kuat.
Mengelola air bersih mennjadi air minum dapat dilakukan dengan
disinfeksi seperti merebus, chlorinasi atau radiasi ultraviolet.
3) Inhibition (inhibisi)
Inhibisi adalah merubah kebiasaan lingkungan hidup bakteri. Contoh :
menambah kadar garam dan gula pada makanan, merubah suhu pada
makanan sehingga menghambat pertumbuhan bakteri (misalnya
menyimpan bahan makanan dalam lemari pendingin)
4) Conversion
Konvenrsio adalah perubahan subtitusi yang bersifat mengganggu
menjadi kurang mengganggu. Contoh : asam kuat dicampur dengan
basa kuat sehingga menjadi larutan yang netral.
5. Prevention (prevensi)
Prevensi adalah suatu upaya mencegah supaya individu terhindar dari infeksi
penyakit atau gangguan kesehatan. Contohnya imunisasi terhadap penyakit
12. tertentu, propilaksi untuk menghindari infeksi, penggunaan air bersih yang
dimasak terlebih dahulu dan sebagainya.
G. Upaya Pengelolaan Kualitas Lingkungan
1. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Upaya pengelolaan lingkungan hidup meliputi ekosistem daratan, kawasan
pesisir, dan ekosistem laut.
2. Upaya Pengelolaan Lingkungan Buatan
Upaya pengelolaan lingkungan buatan meliputi pengendalian pencemaran yang
berkaitan dengan perlindungan air, tanah, udara, dan pengelolaan limbah.
3. Upaya Pengelolaan Lingkungan Sosial
Upaya pengelolaan lingkungan sosial meliputi pembangunan kualitas hidup
penduduk dan pembangunan kualitas lingkungan.
4. Upaya Pengembangan Modal Sosial
Upaya pengembangan modal sosial meliputi kearifan lingkungan, etika
lingkungan, dan pembangunan jiwa sosial yang tinggi.
H. Hygiene dan Sanitasi
Pengertian hygiene menurut Depkes RI (2004), hygiene adalah upaya
kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subjeknya seperti
mencuci tangan dangan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan tangan,
mencuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan
yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan. Penanganan
makanan secara hygiene bertujuan untuk mengendalikan keberadaan patogen
dalam makanan. Menurut Widyawati (2002), hygiene adalah suatu pencegahan
penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia
beserta lingkungan tempat orang tersebut berada.
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitikberatkan
kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari
segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan, mulai dari
sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan,
pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap
13. untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen. Menurut (Widyawati,
2002) sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan
kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia. Sedangkan (Depkes RI,
2004) Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan lingkungan dari subjeknya. Misalnya, menyediakan air yang bersih
untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi
sampah agar sampah tidak dibuang sembarangan.
Sanitasi makanan ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian
makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan yang akan
merugikan pembeli, mengurahi kerusakan/pemborosan makanan.
1. Upaya Sanitasi
Upaya sanitasi makanan ini, terdapat beberapa tahapan yang harus diperhatikan
seperti berikut: (Yuliana, 2010)
a. Keamanan dan kebersihan produk makanan yang diproduksi
b. Kebersihan individu dalam pengolahan produk makanan
b. Keamanan terhadap penyediaan air, penglolaan pembuangan air limbah dan
kotoran
c. Perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama proses pengolahan,
penyajian dan penyimpanan
d. Pencucian dan pembersihan alat perlengkapan
2. Tujuan Penyehatan Makanan
Upaya sanitasi meliputi tindakan-tindakan saniter yang ditunjukkan pada
semua tingkatan, sejak makanan mulai dibeli, disimpan, diolah dan disajikan
untuk melindungi agar konsumen tidak dirugikan kesehatannya. Dengan
demikian tujuan sebenarnya dari upaya sanitasi makanan, antara lain:
a. Menjamin keamanan dan kebersihan makanan
b. Mencegah penularan wabah penyakit
c. Mencegah beredarnya produk makanan yang merugikan masyarakat d.
Mengurangi tingkat kerusakan atau pembusukan pada makanan
14. I. Manajemen Berbasis Wilayah
Manajemen penyakit dapat dilakukan dengan berdasar pada teori simpul.
Teori simpul terdiri dari 4 simpul yaitu, simpul 1, simpul 2, simpul 3 dan simpul 4.
Simpul 1 atau sumber penyakit, merupakan titk yang secara konstan maupun
sporadis berpotensi menular pada manusia. Prinsip penanggulangan yang utama
tentu saja memberantas bibit penyakit, baik pada binatang maupun manusia,
dengan berbagai upaya. Tanpa pemberantasan ini, potensi penularan tetap ada dan
sewaktu-waktu akan menimbulkan masalah. Terhadap sumber penyakit yang
berasal dari binatang, tentu saja dengan pemberantasan penyakit pada binatang
tersebut, pemusnahan binatang yang bersangkutan jika dianggap perlu, sperti pada
kasus flu burung, tetapi juga menghindarkan manusia dari kontak dengan binatang
pembawa (Anies, 2006).
Apabila manajemen pada simpul 1 gagal dilakukan, atau tidak dapat
dilakukan, atau tidak dapat dilakukan karena adanya keterbatasan-keterbatasan,
seyogianya segara melaksanakan manajemen pada simpul 2, yaitu berupa
pengendalian pada media penularan atau media transmisi. Media transmisi,
sebenarnya tidak memiliki potensi penyakit, apabila media ini tidak mendapat
muatan bibit penyakit. Manajemen pada simpul ini antara lain dapat berupa
pengendalian nyamuk penular malaria, penular penyakit DBD dan lain-lain.
Manajemen pada simpul 3 pada hakekatnya adalah pengendalian proses
pajanan pada komunitas. Upaya yang dapat dilakukann di sini dapat menyangkut
teknologi, sosial budaya dan sebagainya.
Manajemen pada simpul 4 atau pengobatan pada penderita, merupakan upaya
terakhir yang pada hakikatnya sebagai upaya terahir dari rangkaian teori simpul ini.
Upaya yang dapat dilakukan pada simpul ini antara lain, berupa pengobatan pada
kelainan fungsi maupun morfologi organ tubuh. Tujuan manajemen pada simpul
ini tentu saja penyembuhan dari penyakit atau gangguan kesehatan yang dialami
oleh seseorang atau sekelompok orang (Anies, 2006).
15. 1. Penyakit Lingkungan
Lingkungan tidak mungkin mampu mendukung jumlah kehidupan yang
tanpa batas dengan segala aktifitasnya. Karena itu, apabila lingkungan sudah
tidak mampu lagi mendukung kehidupan manusia, manusia akan menuai
berbagai kesulitan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
berdampak pada kualitas daya dukung lingkungan, yang pada akhirnya akan
merusak lingkungan itu sendiri. Eksploitasi sumber daya alam yang
berlebihaan akan berdampak buruk pada manusia (Anies, 2006).
Menurut Depkes RI tahun 2002, beberapa penyakit yang timbul akibat
lingkungan yang buruk seperti ISPA, TBC, diare, DBD, malaria, kecacingan
dan penyakit kulit.
2. Pengendalian Wabah atau KLB
Wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) yaitu munculnya penyakit di
luar kebiasaan (base line condition) yang terjadi dalam waktu relatif singkat
serta memerlukan upaya penanggulangan secepat mungkin, karena
dikhawatirkan akan meluas, baik dari segi jumlah kasus maupun wilayah yang
terkena persebaran penyakit tersebut (Direktorat Kesehatan dan Gizi
Masyarakat, 2006).
Menurut PP 40, tahun 1991, Bab 1, Pasal 1 Ayat 7, KLB adalah
timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna
secara epidemologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan
merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.
Penanggungjawab operasional pelaksanaan penanggulangan KLB adalah
Bupati/Walikota. Sedangkan penanggugjawab teknis adalah Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Bila KLB terjadi lebih dari satu wilayah
kabupaten/kota maka penanggulangannya dikoordinasikan oleh Gubernur.
Penetapan wabah atau KLB, dapat juga ditetapkan pada faktor risiko
penyakit seperti bila terjadi ledakan gas beracun, ledakan industri, atau suhu
yang meningkat sehingga menimbulkan populasi nyamuk atau ledakan gas,
memang tidak lazim disebut sebagai KLB, namun terminologi ini digunakan
untuk tujuan atau rumusan upaya antisipatif, prediktif, dan akhirnya berupa
pencegahan. Apabila kita mencermati proses kejadiannya, KLB merupakan
16. kejadian proses awal, pencermatan ini dikenal sebagai pencermatan pra-KLB.
Misalnya, adanya indikasi peningkatan jumlah dan kepadatan vektor penular
penyakit, terjadinya kerusakan hutan secara terus menerus, pemantauan kondisi
kualitas lingkungan tertentu yang menurun, dan sebagainya (Direktorat
Kesehatan dan Gizi Masyarakat, 2006).
Manajemen pra-KLB termasuk sistem kewaspadaan dini, amat penting,
tidak hanya mencegah terjadinya KLB, penanganan saat kejadian KLB dan
pasca- KLB, informasi pra-KLB menjadi penting. Gempa bumi di sebuah
wilayah endemik malaria memerlukan peta dimana pengungsi akan
ditempatkan (Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, 2006).
Mengacu kepada teori simpul atau mengacu kepada patogenesis
kejadian penyakit, KLB pada dasarnya merupakan suatu kejadian baik pada
sumber penyakit (penyebab) dengan dinamika transmisi, serta korban kejadian
penyakit yang berlangsung dalam tempo yang relatif singkat.
Manajemen KLB secara terintegrasi berbasis wilayah adalah juga
manajemen dua bagian penting yang tak terpisahkan, dan harus dilakukan
secara simultan dalam waktu relatif singkat, yakni manajemen kasus dan
manajemen public health (manajemen faktor risiko).
J. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan untuk
merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan
metode pemicuan. STBM menjadi acuan nasional untuk program sanitasi berbasis
masyarakat sejak lahirnya Kepmenkes No 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang
Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis masyarakat.
STBM memiliki 6 (enam) strategi nasional, yaitu:
1. Penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment)
2. Peningkatan kebutuhan sanitasi (demand creation)
3. Peningkatan penyediaan sanitasi (supply improvement)
4. Pengelolaan pengetahuan (knowledge management)
5. Pembiayaan
6. Pemantauan dan evaluasi
17. Keunggulan program :
1. Satu-satunya program yang mengusung non subsidi untuk pembangunan sarana
jamban tingkat rumah tangga.
2. Sampai saat ini masih menjadi program sanitasi yang terbukti paling cepat
meningkatkan akses sanitasi dan perubahan perilaku higiene di Indonesia.
3. STBM adalah satu-satunya program sanitasi yang menyasar langsung ke tingkat
rumah tangga.
4. STBM berfokus pada perubahan perilaku, bukan pembangunan sarana
K. Masalah-Masalah Kesehtan Lingkungan Di Indonesia
Masalah Kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang untuk
mengatasinya dibutuhkan integrasi dari berbagai sector terkait. Di Indonesia
permasalah dalam kesehatan lingkungan antara lain :
1. Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
b. Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l.
c. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0.00000000002
per 100 ml air).
2. Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat
sebagai berikut :
a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki
mata air atau sumur
c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
18. e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benar-benar
diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin
f. Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang
g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
3. Kesehatan Pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut.
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang
gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu
b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi
yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah
c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah
dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga,
bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan,
cukup sinar matahari pagi, terlindungnya Makanan dan minuman dari
pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis
sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar,
dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
4. Pembuangan Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus memperhatikan
faktor-faktor /unsur, berikut.
a. Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah
adalah jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola
kehidupan/tk sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan
teknologi
b. Penyimpanan sampah
c. Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
d. Pengangkutan
e. Pembuangan
19. Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat
mengetahui hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita
dapat memecahkan masalah-masalah ini secara efisien.
5. Serangga dan Binatang Pengganggu
Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang
kemudian disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit
pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp
untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki
Gajah/Filariasis. Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya
dengan merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat
tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan
Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat
penampungan air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang
angin di rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan
usaha-usaha sanitasi.
Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing
dapat menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi
perantara perpindahan bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare.
Tikus dapat menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang
telah terinfeksi bakteri penyebab.
6. Makanan dan Minuman
Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah
makan, jasa boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di
tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual
bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel).
Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan
makanan meliputi :
a. Persyaratan lokasi dan bangunan
b. Persyaratan fasilitas sanitasi
c. Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
d. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
e. Persyaratan pengolahan makanan
20. f. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
g. Persyaratan peralatan yang digunakan
h. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah,
pencemaran udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air
pollution dan out door air pollution. Indoor air pollution merupakan problem
perumahan/pemukiman serta gedung umum, bis kereta api, dll. Masalah ini lebih
berpotensi menjadi masalah kesehatan yang sesungguhnya, mengingat manusia
cenderung berada di dalam ruangan ketimbang berada di jalanan. Diduga akibat
pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga lainnya merupakan salah
satu faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi anak balita.
Mengenai masalah out door pollution atau pencemaran udara di luar rumah,
berbagai analisis data menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan.
Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan resiko dampak
pencemaran pada beberapa kelompok resiko tinggi penduduk kota dibanding
pedesaan. Besar resiko relatif tersebut adalah 12,5 kali lebih besar. Keadaan ini,
bagi jenis pencemar yang akumulatif, tentu akan lebih buruk di masa
mendatang. Pembakaran hutan untuk dibuat lahan pertanian atau sekedar
diambil kayunya ternyata membawa dampak serius, misalnya infeksi saluran
pernafasan akut, iritasi pada mata, terganggunya jadual penerbangan,
terganggunya ekologi hutan.
21. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan lingkungnan yaitu bagian integral ilmu kesehatan masyarakat yang
khusus menangani dan mempelajari hubungan manusia dengan lingkungan dalam
keseimbangan ekologis.
Cara-cara Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan
1. Tidak mencemari air dengan membuang sampah disungai
2. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor
3. Mengolah tanah sebagaimana mestinya
4. Menanam tumbuhan pada lahan-lahan kosong
Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal
yang essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan
faktor keturunan
22. DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/14974253/Makalah-Kesehatan
http://www.docstoc.com/docs/34033756/prospek-kesehatan-lingkungan
World Health Organization (WHO). Environmental Health. Disitasi dari :
http://www.WHO.int. Last Update : Januari 2008
Setiyabudi R. Dasar Kesehatan Lingkungan. Disitasi dari :
http://www.ajago.blogspot.htm. Last Update : Desember 2007
Departemen Kesehatan Repubik Indonesia.. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992
tentang Kesehatan.
Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan No 416 tahun 1990 tentang Syarat-
syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
Soeparman dan Suparmin. 2001.Pembuangan Tinja dan Limbah Cair : Suatu Pengantar.
Jakarta : EGC.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/MENKES
/SK/VII/2003 tentangPersyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan
Restoran