SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
1
2
3
4
5
Pendahuluan
Metode Penelitian
Tinjauan Pustaka
Hasil & Pembahasan
Kesimpulan & Saran
KARAKTERISTIK DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT
PADA SINGKAPAN (OUTCROP) DI DESA PONJONG,
KECAMATAN PONJONG, KABUPATEN GUNUNG KIDUL,
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SEMINAR GEOLOGI
TIPE IA
Oleh :
Jhon Richard Rahayaan
NIM. 410017029
Dosen Pembimbing :
Herning Dyah Kusuma W., S.T.,M.Eng
NIK. 1973 0285
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batuan karbonat cenderung memiliki porositas primer dan porositas
sekunder. Porositas primer terbentuk pada saat proses terbentuknya batuan itu
sendiri sedangkan porositas sekunder terbentuk ketika batuan karbonat
mengalami diagenesis sehingga hasil dari diagenesis tersebut berpengaruh
terhadap kuantitas dan kualitas reservoir minyak dan gas bumi yang
tersimpan di batuan tersebut. Hal inilah yang mendasari pembuatan karya
tulis ini sebagai media analog studi batuan karbonat terhadap kualitas
reservoir.
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan seminar ini adalah untuk menyelesaikan mata
kuliah seminar sebagai syarat akademik tingkat sarjana pada Jurusan Teknik
Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Institut Teknologi Nasional
Yogyakarta.
Tujuannya yaitu untuk mengetahui hubungan diagenesis batuan
karbonat di Desa Ponjong, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sehingga dapat dijadikan studi analog
sebagai penentuan kualitas reservoir pada daerah lain yang memiliki
karakteristik sama ataupun menyerupai melalui analisis stragirgrafi terukur,
analisis petrografi, dan analisis diagenesis batuan karbonat.
C. Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian
Secara administratif daerah penelitian berada di Desa
Ponjong, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara astronomis
daerah penelitian terletak pada koordinat -7.9521563455425195
BT dengan 110.6926394301853 LS
Gambar 1. Peta kesampaian daerah penelitian (Google Maps, 2020)
2
1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
2. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode penelitian untuk menyelesaikan permasalahan geologi yang penulis angkat
sebagai bahan seminar geologi ini. Berikut ini adalah diagram penjabaran dari metode yang penulis gunakan, meliputi:
Gambar 2. Diagram Flowchart metode penelitian.
3
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
3. TINJAUAN PUSTAKA
a. Fisiografi Regional
Secara regional, lokasi penelitian berada pada zona regional Pegunungan Selatan,
daerahnya mulai dari Pantai Parangtritis, Daerah Istimewa Yogyakarta sampai dengan Teluk
Pacitan, Jawa Timur ypang biasa dikenal sebagai kawasan Gunungsewu. Secara fisiografi,
Pegunungan Selatan mencerminkan sejarah proses endogeniik dan eksogenik yang kompleks
(Husein dan Srijono, 2015).
Gambar 3. Fisiografi Pegunungan Selatan Jawa Timur
bagian Barat. (Husein dan Srijono, 2015)
b. Stratigrafi Regional
Stratigrafi regional Pegunungan Selatan didominasi oleh batuan- batuan vulkanik
klastik, vulkanik dan karbonat. Lokasi penelitian masuk dalam Formasi Wonosari zona
Pegunungan Selatan. Formasi Wonosari berumur Miosen Tengah-Pliosen terdiri dari
batugamping, batugamping napal-tufan, batugamping konglomerat, batupasir tufan, dan
batulanau serta batugamping berlapis dan batugamping terumbu (Surono dkk, 1992).
Tabel 1. Stratigrafi Pegunungan Selatan (Sudarno, 1997)
4
1 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
c. Klasifikasi Batuan Karbonat
Penyusun menggunakan beberapa klasifikasi,
klasifikasi yang penyusun gunakan yaitu klasifikasi Batuan
Karbonat menurut Dunham (1962) Semakin sedikit mikrit
pada batuan karbonat, maka semakin besar energi yang
mempengaruhi pengendapannya. Klasifikasi batuan karbonat
menurut Dunham (1962) dikategorikan berdasarkan tekstur
pengendapannya.
A. Butiran didukung oleh lumpur
- Jika jumlah butiran kurang dari 10%: Mudstone
- Jika jumlah butiran lebih dari 10%: Wackstone
B. Butiran saling menyangga
- Dengan matriks: Packstone
- Sedikit atau tanpa matriks: Grainstone
C. Komponen yang saling terkait pada waktu
pengendapan,dicirikan dengan adanya struktur tumbuh:
Boundstone
D. Tekstur pengendapan yang tidak teramati dengan jelas
karena rekristalisasi sangat lanjut: crystalline
Gambar 4. Klasifikasi batuan karbonat berdasarkan tekstur
pengendapannya menurut Dunham (1962)
d. Diagenesis Batugamping
Diagenesis merupakan proses yang terjadi setelah proses sedimentasi
pada suatu batuan meliputi proses kimiawi maupun fisika. Enam proses
utama yang terdapat dalam proses diagenesis yaitu: pelarutan, sementasi,
neomorfisme, dolomitisasi, mikritisasi mikobial dan kompaksi.
Proses ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tekanan,
temperatur, stabilitas mineral, kondisi kesetimbangan, rate of water influx,
waktu dan control strukur. Tiga proses utama dalam proses diagenesis adalah
pelarutan (dissolution), sementasi dan penggantian (replacement). Setiap
proses dicirikan oleh kenampakan yang berbeda-beda yang
menginterpretasikan kondisi pembentukan batuan karbonat.
5
1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
e. Lingkungan Diagenesis
Lingkungan diagenesis merupakan daerah dimana
pola diagenesis yang sama muncul, lingkungan diagenesis
ini dapat saja tidak ada kaitannya dengan lingkungan
pengendapan dan dapat berubah sepanjang waktu.
Mempelajari produk- produk diagenesis yang hadir pada
lingkungan tertentu merupakan kunci penting untuk
memprediksi kecenderungan porositas pada batuan
karbonat. Longman (1980) membagi menjadi lima
lingkungan diagenesis, yakni:
- Zona Marine Phreatic
- Zona Mixing
- Zona Meteoric Phreatic
- Zona Burial
Gambar 5. Lingkungan Diagenesis (Tucker dan Wright, 1990)
6
1 2 3 4 5 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada pengamatan lapangan dijumpai sebuah singkapan (outcrop)
berupa batugamping klastik yang berukuran sedang sampai halus dan memiliki
dimensi yaitu tinggi singkapan mencapai 7 meter dan lebar singkapan
mencapai 12.3 meter. Singkapan ini terbagi menjadi 3 layer. Lapisan bawah
dengan tebal 95 cm, lapisan tengah dengan tebal 3.1 meter, dan lapisan atas
dengan tebal 2.95 meter. Pada singkapan dapat dilihat menunjukan
kesan/struktur perlapisan dengan nilai Strike/Dip yaitu N 163⁰ E/15⁰.
12.3 M
• Lapisan Bawah
Lapisan bawah memilliki ketebalan ± 95 cm, deskripsi dilakukan
secara handspacement berupa warna segar putih kekuningan, warna lapuk
putih kecokelatan, ukuran butir matrik <1mm, dan fragmen 2-3 mm, bentuk
butir planar dan melensa, kemas matriks supported, dengan komposisi :
lumpur karbonat (60%), skeletal fragmen (30%) dan semen karbonat (10%).
Gambar 7. Sampel handspacemet lapisan bawah
Gambar 6. Kenampakan outcrop daerah penelitian
7
1 2 3 4 5 6 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
• Lapisan Tengah
Lapisan tengah memilliki ketebalan ± 3.1 meter,
deskripsi dilakukan secara handspacement berupa warna
segar putih kekuningan dan warna lapuk cokelat kusam,
ukuran butir matrik <1mm, dan fragmen 2 mm, bentuk butir
planar dan melensa, kemas matriks supported, dengan
komposisi : lumpur karbonat (60%), skeletal fragmen (30%)
dan Semen (10%).
• Lapisan Atas
ketebalan ± 2.95 meter, deskripsi dilakukan secara
handspacement berupa warna segar putih kekuningan, warna lapuk
putih kecokelatan, ukuran butir matrik <1mm, dan fragmen 2-5 mm,
bentuk butir lenses, memanjang dengan tepi runcing, kemas matriks
supported, dengan komposisi : lumpur karbonat (80%), skeletal
fragmen (10%) dan semen karbonat (10%).
Gambar 9. Sampel handspacemet lapisan atas
Gambar 8. Sampel handspacemet lapisan tengah
8
1 2 3 4 5 6 7 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Tabel 3. Penampang Stratigrafi Terukur Daerah Penelitian
Penampang startigrafi pada daerah penelitian masuk dalam Formasi
Wonosari. Batuan pada lokasi pengamatan terendapkan pada lingkungan
Restricted Cirulation Shelf & Tidal Flats (Wilson, 1975) yang didasarkan
pada jenis litologi, warna, tekstur, struktur, dan kandungan fosil atau
komposisinya.
A. Analisa Penampang Stratigrafi Terukur
Tabel 2. Model Ideal untuk Standar Sabuk Fasies (Wilson, 1975)
9
1 2 3 4 5 6 7 8 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Batuan memiliki warna coklat pada pengamatan PPL dan berwarna
abu-abu kecoklatan pada pengamatan XPL, batuan memiliki ukuran butir 0.1
hingga 4 mm, dengan hubungan antar butir matriks supported. Batuan disusun
oleh Skeletal grain (42%), ooid (1%), pisoid (3%), mikrit (45%) dan semen
(10%), tipe porositas terdiri dari intrapartikel, moldic dan vuggy, serta tipe
semen yaitu blocy dan equant. Mineral pengisi berupa dolomit. Berdasarkan
penyusunnya batuan ini dinamakan Batugamping Packstone (Dunham, 1962)
B. Analisis Petrografi
• Sayatan Petrografi Lapisan Bawah
Gambar 10. Sayatan petrografi sampel lapisan bawah Gambar 11. Batugamping Packstone (Dunham, 1962)
10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Batuan memiliki warna coklat pada pengamatan PPL dan berwarna
abu-abu pada pengamatan XPL, batuan memiliki ukuran butir 0.1 hingga > 4,
dengan hubungan antar butir matriks supported. Batuan disusun oleh skletal
grain (25%), pisoid (10%), intraklas (10%), mikrit (30%) dan semen karbonat
(25%), tipe porositas terdiri dari intrapartikel, moldic dan vuggy, serta tipe
semen yaitu blocy, equant, dan fibrous. Mineral pengisi berupa dolomit.
Berdasarkan penyusunnya batuan ini dinamakan Batugamping Packstone
(Dunham, 1962)
• Sayatan Petrografi Lapisan Tengah
Gambar 13. Batugamping Wackstone (Dunham, 1962)
Gambar 12. Sayatan petrografi sampel lapisan tengah
11
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 13 14 15 16 17 18 19 20
• Sayatan Petrografi Lapisan Atas
Batuan memiliki warna coklat pada pengamatan PPL dan berwarna abu-
abu kecoklataan pada pengamatan XPL, batuan memiliki ukuran butir 0.1
hingga > 4 mm dengan hubungan antar butir matriks supported. Batuan disusun
oleh skeletal grain (20%), mikrit (75%) dan semen (5%), tipe porositas terdiri
dari intrapartikel, moldic dan vuggy, serta tipe semen yaitu blocy, equant, dan
pendant. Mineral pengisi berupa dolomit. Berdasarkan penyusunnya batuan ini
dinamakan Batugamping Wackestone (Dunham, 1962).
Gambar 15. Batugamping Wackstone (Dunham, 1962)
Gambar 14. Sayatan petrografi sampel lapisan atas
12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 13 14 15 16 17 18 19 20
C. Analisis Diagenesis
• Mikritisasi mikrobial
Mikritisasi mikrobial yang terjadi pada tahap awal di lingkungan
marine phreatic zone (Longman, 1980). Produk ini umumnya terlihat
pada semua sampel. Mikritisasi mikrobial merupakan selaput mikrit
(micrite envelopes) yang dibentuk oleh organisme pembor yang
melubangi bagian pinggir cangkang fosil yang kemudian terisi oleh
mikrit. Selaput tersebut lebih tahan terhadap perubahan kondisi
lingkungan sehingga ketika cangkang yang berkomposisi mineral kalsit
terlarutkan, selaput tersebut tetap melindungi cangkang. Bagian
cangkang yang telah terlarut apabila tidak terisi akan membentuk
porositas moldic.
• Pelarutan
Proses pelarutan terjadi jika ada perbedaan lingkungan diagenesis
yang menyebabkan mineral yang tidak stabil larut dan membentuk
mineral lain yang lebih stabil pada kondisi lingkungan diagenesis yang
baru. Pada sampel sayatan yang telah dianalisis diperkirakan terjadi dua
kali pelarutan. Proses pelarutan pertama menghasilkan porositas moldic
yang terjadi pada lingkungan diagenesis marine phreatic zone. Pelarutan
kedua ditandai dengan adanya pelarutan lanjut dimana adanya rongga
yang lebih besar vuggy. Porositas ini memotong butiran dan semen yang
ada. Pelarutan ini terjadi pada lingkungan marine vadose.
bladed
• Sementasi
Semen yang terdapat pada batuan disusun oleh mineral dolomit
yang menggantikan mineral kalsit. Semen ini berkembang pada butir-
butir dan rongga yang terbentuk dari hasil pelarutan. Pada sampel ini,
semen yang hadir berbentuk bladed yang terbentuk pada lingkungan
diagenesis marine phreatic.
Gambar 16. Mikritisasi mikrobial (mi),
porositas moldic (mo) porositas vuggy (vu) Gambar 17. Semen bladed
13
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 14 15 16 17 18 19 20
• Neomorfisme
Dari hasil pengamatan sayatan tipis, yang dihasilkan dari
proses ini adalah aggrading neomorphism yaitu rekristalisasi mikrit
menjadi kristal-kristal yang berukuran lebih besar yaitu mikrospar
dan spar. Kristal-kristal yang terbentuk memiliki kenampakan yang
lebih keruh daripada semen mikrospar biasa. Hal ini disebabkan
karena kristal-kristal tersebut berasal dari rekristalisasi mikrit yang
berasal dari lumpur karbonat. Proses ini terdapat di beberapa sampel
sayatan.
Tucker dan Wright (1980) menyatakan bahwa neomorfisme
terjadi pada lingkungan diagenesis burial.
neomorfisme
• Dolomitisasi
Produk dari proses ini adalah mineral dolomit yang
menggantikan mineral kalsit. Morrow (1982) menggunakan dua
model pembentukan dolomit, yaitu model mixed water atau mixing
zone dan model burial compaction yang dicirikan oleh dolomit Fe
dengan besar mineral kasar.
Kristal dolomit dijumpai pada sebagian contoh sayatan batuan
mengalami proses dolomitisasi dengan ukuran kristal yang relatif
sedang. Proses dolomitasasi dicirikan oleh mineral yang berbentuk
rhombic dan berwarna merah muda dikarenakan adanya pemberian
cairan alizalrin red. Berdasarkan model dari Marrow (1982)
mengenai model pembentukkan dolomit terjadi di lingkungan
diagenesis mixing zone.
dolomit
Gambar 18. Neomorfisme
Gambar 19. Dolomitisasi
14
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 15 16 17 18 19 20
D. Tahapan Diagenesis
1. Diagenesis tahap awal (eogenetik)
Diagenesis yang pertama terjadi dalam lingkungan
marine phreatic yang ditandai oleh adanya mikrisasi dan
sementasi.
Mikritisasi mikrobial yang terjadi pada tahap awal di
lingkungan marine phreatic zone (Longman, 1980). Produk ini
umumnya terlihat pada semua sampel. Mikritisasi mikrobial
merupakan selaput mikrit (micrite envelopes) yang dibentuk
oleh organisme pembor yang melubangi bagian pinggir
cangkang fosil yang kemudian terisi oleh mikrit. Selaput
tersebut lebih tahan terhadap perubahan kondisi lingkungan
sehingga ketika cangkang fosil terlarutkan, selaput tersebut
tetap melindungi cangkang. Bagian cangkang yang telah
terlarut apabila tidak terisi akan membentuk porositas moldic.
Semen yang terdapat pada batuan disusun oleh mineral
dolomit yang berkembang pada butir butir dan rongga yang
terbentuk dari hasil pelarutan.
2. Diagenesis kedua (mesogenetik)
Diagenesis yang kedua terjadi dalam lingkungan burial yang
ditandai oleh adanya neomorfisme mikrit menjadi mikrosparit dan
kompaksi yang ditandai oleh adanya proses pembentukan mineral
dolomit yang menggantikan mineral kalsit.
Dari hasil pengamatan sayatan tipis, yang dihasilkan dari proses
ini adalah aggrading neomorphism yaitu rekristalisasi mikrit menjadi
kristal-kristal yang berukuran lebih besar yaitu mikrospar dan spar.
Kristal-kristal yang terbentuk memiliki kenampakan yang lebih keruh
daripada semen mikrospar biasa. Hal ini disebabkan karena kristal-
kristal tersebut berasal dari rekristalisasi mikrit yang berasal dari lumpur
karbonat.
3. Diagenesis tahap akhir (telogenetik)
Diagenesis yang ketiga terjadi dalam lingkungan vadose zone
yang diisi oleh pelarutan membentuk porositas vuggy dan moldic.
15
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 16 17 18 19 20
1
2
3
Gambar 20. Skema perubahan lingkungan diagenesis yang terjadi
pada daerah penelitian (Tucker dan Wright, 1990)
Gambar 21. Skema lingkungan diagenesis yang terjadi
pada daerah penelitian (Tucker dan Wright, 1990)
16
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 17 18 19 20
E. Analisis Porositas
Untuk mengetahui kualitas porositas batugamping pada
tiap-tiap layer, penulis melakukan analisis porositas melalui hasil
sayatan tipis dengan menggunakan software image j. Dalam
analisis ini, porositas diasumsikan sebagai gambar dengan warna
hitam di sayatan petrografi pada pengamatan XPL
• Lapisan Atas
Hasil analisis porositas pada sampel sayatan tipis
wackstone pada lapisan atas didapatkan hasil analisis persentase
area berjumlah 16.643 atau sama dengan 16.6%.
Gambar 22. Kenampakan pori pada sayatan petrografi
pada salah satu sampel penelitian
Gambar 23. Analisis porositas pada sampel lapisan atas
17
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 18 19 20
• Lapisan Bawah
Hasil analisis porositas pada sampel sayatan tipis packstone
pada lapisan bawah didapatkan hasil analisis persentase area
berjumlah 22.560 atau sama dengan 22.5%.
• Lapisan Tengah
Hasil analisis porositas pada sampel sayatan tipis
packstone pada lapisan tengah didapatkan hasil analisis
persentase area berjumlah 18,087 atau sama dengan 18%.
Gambar 24. Analisis porositas pada sampel lapisan tengah Gambar 25. Analisis porositas pada sampel lapisan bawah
18
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 19 20
F. Kualitas reservoir
Pengamatan kualitas reservoir pada penelitian ini mengacu pada klasifikasi kualitas reservoir menurut Koesomadinata (1980)
dengan nilai porositas yang berbeda-beda.
Berdasarkan perhitungan porositas pada sampel sayatan tipis petrografi pada lapisan atas, tengah, dan bawah yang didapatkan
dengan menggunakan software image j, maka didapatkan hasil analisis pada tabel 4.3.
Table 4. Persentase Porositas
19
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 20
5. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil pengamatan lapangan, karakteristik
batuan pada singkapan daerah penelitian meliputi bagian atas, tengah
dan bawah umumnya dijumpai lumpur karbonat, skeletal fragmen dan
semen karbonat dengan persentase kehadiran yang berebeda-beda
yang sudah dijelaskan pada slide pengamatan lapangan. Berdasarkan
hasil analisis petrografi, karakteristik batuan pada singkapan daerah
penelitian meliputi bagian atas, tengah dan bawah umumnya dijumpai
skeletal fragmen, mikrit, butiran karbonat dan semen dengan
persentase kehadiran yang berbeda-beda. Berdasarkan karakteristik
yang sudah dijelaskan tersebut maka batuan pada singkapan daerah
penelitian dinamakan Batugamping Packstone pada lapisan bawah dan
tengah, dan bagian atas merupakan Batugamping Wackstone.
Penamaan batuan ini mengacu pada klasifikasi Dunham (1962).
Pada data penampang stratigrafi terukur dijumpai Batugamping
Karbonatan dengan warna cerah, berstruktur berlapis, dan komposisi
berupa fosil dan beberapa fosillnya telah hancur. Berdasarkan
karakteristik tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa lingkungan
pengendapan awal batuan berada pada lingkungan Restricted
Cirulation Shelf & Tidal Flats (Wilson, 1975). Kemudian pada data
hasil analisis diagenesis bahwa Batugamping Formasi Wonosari pada
daerah penelitian berada pada lingkungan diagenesis Vadose Zone
(Tucker dan Wright, 1990), hal ini ditandai dengan adanya proses
diagenesis yang mempengaruhi yaitu mikritisasi mikrobial, sementasi,
pelarutan dan neomorfisme.
Analisis perhitungan porositas dilakukan dengan menggunakan
software image j, didapatkan hasil nilai porositas sampel lapisan atas
yaitu 16,6% (baik), sampel lapisan tengah yaitu 18% (baik) dan
sampel lapisan bawah yaitu 22,5% (sangat baik). Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa porositas yang terbentuk pada outrcrop
daerah penelitian mempunyai kualitas baik sampai sangat baik yang
mengacu pada klasifikasi kualitas reservoir Koesoemadinata, 1980.
Porositas yang terbentuk pada Batugamping di daerah penelitian
cenderung merupakan porositas sekunder yang terbentuk setelah
proses litifikasi yang ditandai dengan adanya porositas jenis vuggy,
moldic dan intrapartikel yang merupakan hasil dari pemboran dan
pelarutan.
B. Saran
Pada penelitian ini, penulis hanya meneliti sebuah outcrop pada
daerah penelitian. Perlunya analisis yang lebih rinci perlu dilakukan
seperti penelitian terhadap singkapan-singkapan lainnya yang berada
di sekitar daerah penelitian, analisis porositas menggunakan metode
yang berbeda seperti metode porositas fisik yang bertujuan untuk
meningkatkan akurasi hasil penelitian sehingga keterkaitan antara
pengaruh diagenesis terhadap kualitas reservoir lebih mudah untuk
dipahami.
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, Indi, 2011. Geologi dan Diagenesis Batugamping Formasi
Tendeantu Daerah Gunung Antu dan Sekitarnya, Desa Tanjung
Mangkalihat, Kecamatan Sandaran, Kabupaten Kutai Timur,
Kalimantan Timur. (Tidak dipublikasikan)
Asy’ari, Muhamad Rizki, 2016. Hubungan antara Evolusi Porositas dengan
Karakteristik Diagenesa Batuan Karbonat Formasi Wonosari di
Daerah Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa
Yogyakarta. (Tidak dipublikasikan)
Bemmelen, R.W. Van. 1949. The Geology of Indonesia, Vol 1A. General
Geology of Indonesia and Adjacent Archpelago. Martinus Nijjhoff
: The Hauge.
Dunham, R. J. 1962. Classifcation of Carbonate Rocks According to
Depositional Texture. The America Association of Petroleum
Geologists Bulletin.
Embry, A. F. And Klovan, J. E., 1971, A late Devonia reef trect on
northeastern Bank Island Northwest Territories. Bulletin Canadania
Petroleum Geologists.
Flugel, Erik, 2009, Microfacies of Carbonate Rock 2nd edition, Analysis,
Interpretation and Application. Springer. Netherlands.
Husein, S., dan Srijono, 2015. Tinjauan Geomorfologi Pegunungan Selatan
DIY/Jawa Tengah: telaah peran faktor endogenic dan eksogenik
dalam proses pembentukan pegunungan. Teknik Geologi, UGM.
Yogyakarta.
Koesoemadinata, R, P. 1980. Geologi minyak dan Gas Bumi, Jilid 1, Edisi
kedua. ITB. Bandung.
Kusumawardhana, Radix, 2016. Geologi Dan Studi Fasies Batugamping
Formasi Wonosari Pada Daerah Panggung Duwet dan Sekitarnya,
Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur.
(Tidak dipublikasikan)
Larikiansyah, 2015. Analisis Diagenesis Batuan Karbonat dengan Metode
Petrografi Studi Kasus Batugamping Formasi Wonosari di Desa
Monggol, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogyakarta. (Tidak dipublikasikan)
Longman, M. W. 1980. Carbonate Diagenetic Textures from Nearsurface
Diagenetic Environment. Bulletin AAPG, v. 63, hal. 461-486
Marrow, D. W. 1982. Diagenesis 2: Dolomite, Part 2. The Geological
Association of Canada, v. 9, hal 95-107.
Muhamad Rizki Asy’ari, 2016. Hubungan antara evolusi porositas dengan
karakteristik diagenesa batuan karbonat Formasi Wonosari di
Daerah Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Membahas tentang pengaruh diagenesa
batuan karbonat formasi daerah penelitian terhadap reservoir.
(Tidak dipublikasikan)
Jangan ragu untuk mengambil tantangan
yang menurutmu paling sulit, karena
ketika kamu berhasil menyelesaikan
tantangan tersebut maka hal itu
akan menjadi tolak ukur seberapa jauh
kemampuan yang kamu miliki saat ini
~ Ricko Rahayaan~

More Related Content

Similar to Ppt seminar Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptx

DOC-20161010-WA000.ppt
DOC-20161010-WA000.pptDOC-20161010-WA000.ppt
DOC-20161010-WA000.pptHitamKaktus
 
325644418 eksplorasi-sumbermanjing
325644418 eksplorasi-sumbermanjing325644418 eksplorasi-sumbermanjing
325644418 eksplorasi-sumbermanjingRifai Ramli
 
Ppt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptx
Ppt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptxPpt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptx
Ppt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptxCorazonDeatpoll
 
005. bab 3. survey pendahuluan
005. bab 3. survey pendahuluan005. bab 3. survey pendahuluan
005. bab 3. survey pendahuluanHandaka Sugito
 
FASIES & LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN KARBONAT FORMASI WONOSARI-LOKASI GOA P...
FASIES & LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN KARBONAT FORMASI WONOSARI-LOKASI GOA P...FASIES & LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN KARBONAT FORMASI WONOSARI-LOKASI GOA P...
FASIES & LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN KARBONAT FORMASI WONOSARI-LOKASI GOA P...wisnu saputra aji
 
GEOLOGI DAERAH WARUNG KIARA, KECAMATAN WARUNG KIARA_1.pptx
GEOLOGI DAERAH WARUNG KIARA, KECAMATAN WARUNG KIARA_1.pptxGEOLOGI DAERAH WARUNG KIARA, KECAMATAN WARUNG KIARA_1.pptx
GEOLOGI DAERAH WARUNG KIARA, KECAMATAN WARUNG KIARA_1.pptxRainCollapse
 
Tugas Komputer Nufail Ahmad Fauzan
Tugas Komputer Nufail Ahmad FauzanTugas Komputer Nufail Ahmad Fauzan
Tugas Komputer Nufail Ahmad Fauzanopelnufail
 
12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptx
12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptx12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptx
12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptxAnshariMatin
 
Andrew hidayat 91387-id-evaluasi-kesesuaian-tambak-garam-ditinja
 Andrew hidayat   91387-id-evaluasi-kesesuaian-tambak-garam-ditinja Andrew hidayat   91387-id-evaluasi-kesesuaian-tambak-garam-ditinja
Andrew hidayat 91387-id-evaluasi-kesesuaian-tambak-garam-ditinjaAndrew Hidayat
 
33366-114418-1-PB.pdf
33366-114418-1-PB.pdf33366-114418-1-PB.pdf
33366-114418-1-PB.pdfUCAHFO1
 
POTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUD
POTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUDPOTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUD
POTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUDYOHANIS SAHABAT
 
Teknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsung
Teknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsungTeknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsung
Teknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsungheny novi
 

Similar to Ppt seminar Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptx (20)

hlLaporran lapangan prinsip ku
hlLaporran lapangan prinsip kuhlLaporran lapangan prinsip ku
hlLaporran lapangan prinsip ku
 
Konsep tanah
Konsep tanahKonsep tanah
Konsep tanah
 
Proposalku01
Proposalku01Proposalku01
Proposalku01
 
DOC-20161010-WA000.ppt
DOC-20161010-WA000.pptDOC-20161010-WA000.ppt
DOC-20161010-WA000.ppt
 
325644418 eksplorasi-sumbermanjing
325644418 eksplorasi-sumbermanjing325644418 eksplorasi-sumbermanjing
325644418 eksplorasi-sumbermanjing
 
Ppt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptx
Ppt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptxPpt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptx
Ppt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptx
 
005. bab 3. survey pendahuluan
005. bab 3. survey pendahuluan005. bab 3. survey pendahuluan
005. bab 3. survey pendahuluan
 
FASIES & LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN KARBONAT FORMASI WONOSARI-LOKASI GOA P...
FASIES & LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN KARBONAT FORMASI WONOSARI-LOKASI GOA P...FASIES & LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN KARBONAT FORMASI WONOSARI-LOKASI GOA P...
FASIES & LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUAN KARBONAT FORMASI WONOSARI-LOKASI GOA P...
 
GEOLOGI DAERAH WARUNG KIARA, KECAMATAN WARUNG KIARA_1.pptx
GEOLOGI DAERAH WARUNG KIARA, KECAMATAN WARUNG KIARA_1.pptxGEOLOGI DAERAH WARUNG KIARA, KECAMATAN WARUNG KIARA_1.pptx
GEOLOGI DAERAH WARUNG KIARA, KECAMATAN WARUNG KIARA_1.pptx
 
Tugas Komputer Nufail Ahmad Fauzan
Tugas Komputer Nufail Ahmad FauzanTugas Komputer Nufail Ahmad Fauzan
Tugas Komputer Nufail Ahmad Fauzan
 
12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptx
12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptx12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptx
12019052 - Copy of Presentasi Kolokium.pptx
 
Leo tbt
Leo tbtLeo tbt
Leo tbt
 
Andrew hidayat 91387-id-evaluasi-kesesuaian-tambak-garam-ditinja
 Andrew hidayat   91387-id-evaluasi-kesesuaian-tambak-garam-ditinja Andrew hidayat   91387-id-evaluasi-kesesuaian-tambak-garam-ditinja
Andrew hidayat 91387-id-evaluasi-kesesuaian-tambak-garam-ditinja
 
KOLOKIUM | AHMAD FAIRUZ APRISNA
KOLOKIUM | AHMAD FAIRUZ APRISNAKOLOKIUM | AHMAD FAIRUZ APRISNA
KOLOKIUM | AHMAD FAIRUZ APRISNA
 
33366-114418-1-PB.pdf
33366-114418-1-PB.pdf33366-114418-1-PB.pdf
33366-114418-1-PB.pdf
 
FIX.pdf
FIX.pdfFIX.pdf
FIX.pdf
 
POTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUD
POTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUDPOTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUD
POTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUD
 
Teknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsung
Teknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsungTeknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsung
Teknik eksplorasi_chapter 1_eksplorasi langsung
 
Sidang Hanif wow.pptx
Sidang Hanif wow.pptxSidang Hanif wow.pptx
Sidang Hanif wow.pptx
 
Batuan Beku
Batuan BekuBatuan Beku
Batuan Beku
 

Recently uploaded

Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MAMateri Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MAmasqiqu340
 
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjanacontoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjanaNhasrul
 
384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.ppt
384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.ppt384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.ppt
384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.pptsarassasha
 
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppTPERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppTYudaPerwira5
 
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptxPPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptxAprianiMy
 
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptxBimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptxjannenapitupulu18
 
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.pptKeracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.pptDIGGIVIO2
 
materi konsep dan Model TRIASE Bencana.pptx
materi konsep dan Model TRIASE Bencana.pptxmateri konsep dan Model TRIASE Bencana.pptx
materi konsep dan Model TRIASE Bencana.pptxZullaiqahNurhali2
 
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdfTaufikTito
 
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIFPPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIFFPMJ604FIKRIRIANDRA
 
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdfsonyaawitan
 
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa IndonesiaSalinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesiasdn4mangkujayan
 
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptxAbidinMaulana
 
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdfAlur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdfPemdes Wonoyoso
 
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogorundang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogorritch4
 
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...buktifisikskp23
 
PEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptx
PEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptxPEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptx
PEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptxZullaiqahNurhali2
 

Recently uploaded (20)

Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MAMateri Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
Materi Pajak Untuk BOS tahun 2024 untuk madrasah MI,MTS, dan MA
 
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjanacontoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
 
384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.ppt
384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.ppt384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.ppt
384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.ppt
 
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppTPERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
 
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
 
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptxPPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
 
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptxBimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptx
 
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.pptKeracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
 
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotecAbortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
 
materi konsep dan Model TRIASE Bencana.pptx
materi konsep dan Model TRIASE Bencana.pptxmateri konsep dan Model TRIASE Bencana.pptx
materi konsep dan Model TRIASE Bencana.pptx
 
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
 
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIFPPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
 
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec AsliJual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
 
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
 
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa IndonesiaSalinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
 
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
 
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdfAlur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
 
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogorundang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
 
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
 
PEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptx
PEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptxPEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptx
PEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptx
 

Ppt seminar Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptx

  • 1. 1 2 3 4 5 Pendahuluan Metode Penelitian Tinjauan Pustaka Hasil & Pembahasan Kesimpulan & Saran KARAKTERISTIK DAN DIAGENESIS BATUAN KARBONAT PADA SINGKAPAN (OUTCROP) DI DESA PONJONG, KECAMATAN PONJONG, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEMINAR GEOLOGI TIPE IA Oleh : Jhon Richard Rahayaan NIM. 410017029 Dosen Pembimbing : Herning Dyah Kusuma W., S.T.,M.Eng NIK. 1973 0285
  • 2. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
  • 3. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batuan karbonat cenderung memiliki porositas primer dan porositas sekunder. Porositas primer terbentuk pada saat proses terbentuknya batuan itu sendiri sedangkan porositas sekunder terbentuk ketika batuan karbonat mengalami diagenesis sehingga hasil dari diagenesis tersebut berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas reservoir minyak dan gas bumi yang tersimpan di batuan tersebut. Hal inilah yang mendasari pembuatan karya tulis ini sebagai media analog studi batuan karbonat terhadap kualitas reservoir. B. Maksud dan Tujuan Maksud dari penyusunan seminar ini adalah untuk menyelesaikan mata kuliah seminar sebagai syarat akademik tingkat sarjana pada Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta. Tujuannya yaitu untuk mengetahui hubungan diagenesis batuan karbonat di Desa Ponjong, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sehingga dapat dijadikan studi analog sebagai penentuan kualitas reservoir pada daerah lain yang memiliki karakteristik sama ataupun menyerupai melalui analisis stragirgrafi terukur, analisis petrografi, dan analisis diagenesis batuan karbonat. C. Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian Secara administratif daerah penelitian berada di Desa Ponjong, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara astronomis daerah penelitian terletak pada koordinat -7.9521563455425195 BT dengan 110.6926394301853 LS Gambar 1. Peta kesampaian daerah penelitian (Google Maps, 2020)
  • 4. 2 1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 2. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode penelitian untuk menyelesaikan permasalahan geologi yang penulis angkat sebagai bahan seminar geologi ini. Berikut ini adalah diagram penjabaran dari metode yang penulis gunakan, meliputi: Gambar 2. Diagram Flowchart metode penelitian.
  • 5. 3 1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 3. TINJAUAN PUSTAKA a. Fisiografi Regional Secara regional, lokasi penelitian berada pada zona regional Pegunungan Selatan, daerahnya mulai dari Pantai Parangtritis, Daerah Istimewa Yogyakarta sampai dengan Teluk Pacitan, Jawa Timur ypang biasa dikenal sebagai kawasan Gunungsewu. Secara fisiografi, Pegunungan Selatan mencerminkan sejarah proses endogeniik dan eksogenik yang kompleks (Husein dan Srijono, 2015). Gambar 3. Fisiografi Pegunungan Selatan Jawa Timur bagian Barat. (Husein dan Srijono, 2015) b. Stratigrafi Regional Stratigrafi regional Pegunungan Selatan didominasi oleh batuan- batuan vulkanik klastik, vulkanik dan karbonat. Lokasi penelitian masuk dalam Formasi Wonosari zona Pegunungan Selatan. Formasi Wonosari berumur Miosen Tengah-Pliosen terdiri dari batugamping, batugamping napal-tufan, batugamping konglomerat, batupasir tufan, dan batulanau serta batugamping berlapis dan batugamping terumbu (Surono dkk, 1992). Tabel 1. Stratigrafi Pegunungan Selatan (Sudarno, 1997)
  • 6. 4 1 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 c. Klasifikasi Batuan Karbonat Penyusun menggunakan beberapa klasifikasi, klasifikasi yang penyusun gunakan yaitu klasifikasi Batuan Karbonat menurut Dunham (1962) Semakin sedikit mikrit pada batuan karbonat, maka semakin besar energi yang mempengaruhi pengendapannya. Klasifikasi batuan karbonat menurut Dunham (1962) dikategorikan berdasarkan tekstur pengendapannya. A. Butiran didukung oleh lumpur - Jika jumlah butiran kurang dari 10%: Mudstone - Jika jumlah butiran lebih dari 10%: Wackstone B. Butiran saling menyangga - Dengan matriks: Packstone - Sedikit atau tanpa matriks: Grainstone C. Komponen yang saling terkait pada waktu pengendapan,dicirikan dengan adanya struktur tumbuh: Boundstone D. Tekstur pengendapan yang tidak teramati dengan jelas karena rekristalisasi sangat lanjut: crystalline Gambar 4. Klasifikasi batuan karbonat berdasarkan tekstur pengendapannya menurut Dunham (1962) d. Diagenesis Batugamping Diagenesis merupakan proses yang terjadi setelah proses sedimentasi pada suatu batuan meliputi proses kimiawi maupun fisika. Enam proses utama yang terdapat dalam proses diagenesis yaitu: pelarutan, sementasi, neomorfisme, dolomitisasi, mikritisasi mikobial dan kompaksi. Proses ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tekanan, temperatur, stabilitas mineral, kondisi kesetimbangan, rate of water influx, waktu dan control strukur. Tiga proses utama dalam proses diagenesis adalah pelarutan (dissolution), sementasi dan penggantian (replacement). Setiap proses dicirikan oleh kenampakan yang berbeda-beda yang menginterpretasikan kondisi pembentukan batuan karbonat.
  • 7. 5 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 e. Lingkungan Diagenesis Lingkungan diagenesis merupakan daerah dimana pola diagenesis yang sama muncul, lingkungan diagenesis ini dapat saja tidak ada kaitannya dengan lingkungan pengendapan dan dapat berubah sepanjang waktu. Mempelajari produk- produk diagenesis yang hadir pada lingkungan tertentu merupakan kunci penting untuk memprediksi kecenderungan porositas pada batuan karbonat. Longman (1980) membagi menjadi lima lingkungan diagenesis, yakni: - Zona Marine Phreatic - Zona Mixing - Zona Meteoric Phreatic - Zona Burial Gambar 5. Lingkungan Diagenesis (Tucker dan Wright, 1990)
  • 8. 6 1 2 3 4 5 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada pengamatan lapangan dijumpai sebuah singkapan (outcrop) berupa batugamping klastik yang berukuran sedang sampai halus dan memiliki dimensi yaitu tinggi singkapan mencapai 7 meter dan lebar singkapan mencapai 12.3 meter. Singkapan ini terbagi menjadi 3 layer. Lapisan bawah dengan tebal 95 cm, lapisan tengah dengan tebal 3.1 meter, dan lapisan atas dengan tebal 2.95 meter. Pada singkapan dapat dilihat menunjukan kesan/struktur perlapisan dengan nilai Strike/Dip yaitu N 163⁰ E/15⁰. 12.3 M • Lapisan Bawah Lapisan bawah memilliki ketebalan ± 95 cm, deskripsi dilakukan secara handspacement berupa warna segar putih kekuningan, warna lapuk putih kecokelatan, ukuran butir matrik <1mm, dan fragmen 2-3 mm, bentuk butir planar dan melensa, kemas matriks supported, dengan komposisi : lumpur karbonat (60%), skeletal fragmen (30%) dan semen karbonat (10%). Gambar 7. Sampel handspacemet lapisan bawah Gambar 6. Kenampakan outcrop daerah penelitian
  • 9. 7 1 2 3 4 5 6 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 • Lapisan Tengah Lapisan tengah memilliki ketebalan ± 3.1 meter, deskripsi dilakukan secara handspacement berupa warna segar putih kekuningan dan warna lapuk cokelat kusam, ukuran butir matrik <1mm, dan fragmen 2 mm, bentuk butir planar dan melensa, kemas matriks supported, dengan komposisi : lumpur karbonat (60%), skeletal fragmen (30%) dan Semen (10%). • Lapisan Atas ketebalan ± 2.95 meter, deskripsi dilakukan secara handspacement berupa warna segar putih kekuningan, warna lapuk putih kecokelatan, ukuran butir matrik <1mm, dan fragmen 2-5 mm, bentuk butir lenses, memanjang dengan tepi runcing, kemas matriks supported, dengan komposisi : lumpur karbonat (80%), skeletal fragmen (10%) dan semen karbonat (10%). Gambar 9. Sampel handspacemet lapisan atas Gambar 8. Sampel handspacemet lapisan tengah
  • 10. 8 1 2 3 4 5 6 7 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Tabel 3. Penampang Stratigrafi Terukur Daerah Penelitian Penampang startigrafi pada daerah penelitian masuk dalam Formasi Wonosari. Batuan pada lokasi pengamatan terendapkan pada lingkungan Restricted Cirulation Shelf & Tidal Flats (Wilson, 1975) yang didasarkan pada jenis litologi, warna, tekstur, struktur, dan kandungan fosil atau komposisinya. A. Analisa Penampang Stratigrafi Terukur Tabel 2. Model Ideal untuk Standar Sabuk Fasies (Wilson, 1975)
  • 11. 9 1 2 3 4 5 6 7 8 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Batuan memiliki warna coklat pada pengamatan PPL dan berwarna abu-abu kecoklatan pada pengamatan XPL, batuan memiliki ukuran butir 0.1 hingga 4 mm, dengan hubungan antar butir matriks supported. Batuan disusun oleh Skeletal grain (42%), ooid (1%), pisoid (3%), mikrit (45%) dan semen (10%), tipe porositas terdiri dari intrapartikel, moldic dan vuggy, serta tipe semen yaitu blocy dan equant. Mineral pengisi berupa dolomit. Berdasarkan penyusunnya batuan ini dinamakan Batugamping Packstone (Dunham, 1962) B. Analisis Petrografi • Sayatan Petrografi Lapisan Bawah Gambar 10. Sayatan petrografi sampel lapisan bawah Gambar 11. Batugamping Packstone (Dunham, 1962)
  • 12. 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Batuan memiliki warna coklat pada pengamatan PPL dan berwarna abu-abu pada pengamatan XPL, batuan memiliki ukuran butir 0.1 hingga > 4, dengan hubungan antar butir matriks supported. Batuan disusun oleh skletal grain (25%), pisoid (10%), intraklas (10%), mikrit (30%) dan semen karbonat (25%), tipe porositas terdiri dari intrapartikel, moldic dan vuggy, serta tipe semen yaitu blocy, equant, dan fibrous. Mineral pengisi berupa dolomit. Berdasarkan penyusunnya batuan ini dinamakan Batugamping Packstone (Dunham, 1962) • Sayatan Petrografi Lapisan Tengah Gambar 13. Batugamping Wackstone (Dunham, 1962) Gambar 12. Sayatan petrografi sampel lapisan tengah
  • 13. 11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 13 14 15 16 17 18 19 20 • Sayatan Petrografi Lapisan Atas Batuan memiliki warna coklat pada pengamatan PPL dan berwarna abu- abu kecoklataan pada pengamatan XPL, batuan memiliki ukuran butir 0.1 hingga > 4 mm dengan hubungan antar butir matriks supported. Batuan disusun oleh skeletal grain (20%), mikrit (75%) dan semen (5%), tipe porositas terdiri dari intrapartikel, moldic dan vuggy, serta tipe semen yaitu blocy, equant, dan pendant. Mineral pengisi berupa dolomit. Berdasarkan penyusunnya batuan ini dinamakan Batugamping Wackestone (Dunham, 1962). Gambar 15. Batugamping Wackstone (Dunham, 1962) Gambar 14. Sayatan petrografi sampel lapisan atas
  • 14. 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 13 14 15 16 17 18 19 20 C. Analisis Diagenesis • Mikritisasi mikrobial Mikritisasi mikrobial yang terjadi pada tahap awal di lingkungan marine phreatic zone (Longman, 1980). Produk ini umumnya terlihat pada semua sampel. Mikritisasi mikrobial merupakan selaput mikrit (micrite envelopes) yang dibentuk oleh organisme pembor yang melubangi bagian pinggir cangkang fosil yang kemudian terisi oleh mikrit. Selaput tersebut lebih tahan terhadap perubahan kondisi lingkungan sehingga ketika cangkang yang berkomposisi mineral kalsit terlarutkan, selaput tersebut tetap melindungi cangkang. Bagian cangkang yang telah terlarut apabila tidak terisi akan membentuk porositas moldic. • Pelarutan Proses pelarutan terjadi jika ada perbedaan lingkungan diagenesis yang menyebabkan mineral yang tidak stabil larut dan membentuk mineral lain yang lebih stabil pada kondisi lingkungan diagenesis yang baru. Pada sampel sayatan yang telah dianalisis diperkirakan terjadi dua kali pelarutan. Proses pelarutan pertama menghasilkan porositas moldic yang terjadi pada lingkungan diagenesis marine phreatic zone. Pelarutan kedua ditandai dengan adanya pelarutan lanjut dimana adanya rongga yang lebih besar vuggy. Porositas ini memotong butiran dan semen yang ada. Pelarutan ini terjadi pada lingkungan marine vadose. bladed • Sementasi Semen yang terdapat pada batuan disusun oleh mineral dolomit yang menggantikan mineral kalsit. Semen ini berkembang pada butir- butir dan rongga yang terbentuk dari hasil pelarutan. Pada sampel ini, semen yang hadir berbentuk bladed yang terbentuk pada lingkungan diagenesis marine phreatic. Gambar 16. Mikritisasi mikrobial (mi), porositas moldic (mo) porositas vuggy (vu) Gambar 17. Semen bladed
  • 15. 13 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 14 15 16 17 18 19 20 • Neomorfisme Dari hasil pengamatan sayatan tipis, yang dihasilkan dari proses ini adalah aggrading neomorphism yaitu rekristalisasi mikrit menjadi kristal-kristal yang berukuran lebih besar yaitu mikrospar dan spar. Kristal-kristal yang terbentuk memiliki kenampakan yang lebih keruh daripada semen mikrospar biasa. Hal ini disebabkan karena kristal-kristal tersebut berasal dari rekristalisasi mikrit yang berasal dari lumpur karbonat. Proses ini terdapat di beberapa sampel sayatan. Tucker dan Wright (1980) menyatakan bahwa neomorfisme terjadi pada lingkungan diagenesis burial. neomorfisme • Dolomitisasi Produk dari proses ini adalah mineral dolomit yang menggantikan mineral kalsit. Morrow (1982) menggunakan dua model pembentukan dolomit, yaitu model mixed water atau mixing zone dan model burial compaction yang dicirikan oleh dolomit Fe dengan besar mineral kasar. Kristal dolomit dijumpai pada sebagian contoh sayatan batuan mengalami proses dolomitisasi dengan ukuran kristal yang relatif sedang. Proses dolomitasasi dicirikan oleh mineral yang berbentuk rhombic dan berwarna merah muda dikarenakan adanya pemberian cairan alizalrin red. Berdasarkan model dari Marrow (1982) mengenai model pembentukkan dolomit terjadi di lingkungan diagenesis mixing zone. dolomit Gambar 18. Neomorfisme Gambar 19. Dolomitisasi
  • 16. 14 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 15 16 17 18 19 20 D. Tahapan Diagenesis 1. Diagenesis tahap awal (eogenetik) Diagenesis yang pertama terjadi dalam lingkungan marine phreatic yang ditandai oleh adanya mikrisasi dan sementasi. Mikritisasi mikrobial yang terjadi pada tahap awal di lingkungan marine phreatic zone (Longman, 1980). Produk ini umumnya terlihat pada semua sampel. Mikritisasi mikrobial merupakan selaput mikrit (micrite envelopes) yang dibentuk oleh organisme pembor yang melubangi bagian pinggir cangkang fosil yang kemudian terisi oleh mikrit. Selaput tersebut lebih tahan terhadap perubahan kondisi lingkungan sehingga ketika cangkang fosil terlarutkan, selaput tersebut tetap melindungi cangkang. Bagian cangkang yang telah terlarut apabila tidak terisi akan membentuk porositas moldic. Semen yang terdapat pada batuan disusun oleh mineral dolomit yang berkembang pada butir butir dan rongga yang terbentuk dari hasil pelarutan. 2. Diagenesis kedua (mesogenetik) Diagenesis yang kedua terjadi dalam lingkungan burial yang ditandai oleh adanya neomorfisme mikrit menjadi mikrosparit dan kompaksi yang ditandai oleh adanya proses pembentukan mineral dolomit yang menggantikan mineral kalsit. Dari hasil pengamatan sayatan tipis, yang dihasilkan dari proses ini adalah aggrading neomorphism yaitu rekristalisasi mikrit menjadi kristal-kristal yang berukuran lebih besar yaitu mikrospar dan spar. Kristal-kristal yang terbentuk memiliki kenampakan yang lebih keruh daripada semen mikrospar biasa. Hal ini disebabkan karena kristal- kristal tersebut berasal dari rekristalisasi mikrit yang berasal dari lumpur karbonat. 3. Diagenesis tahap akhir (telogenetik) Diagenesis yang ketiga terjadi dalam lingkungan vadose zone yang diisi oleh pelarutan membentuk porositas vuggy dan moldic.
  • 17. 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 16 17 18 19 20 1 2 3 Gambar 20. Skema perubahan lingkungan diagenesis yang terjadi pada daerah penelitian (Tucker dan Wright, 1990) Gambar 21. Skema lingkungan diagenesis yang terjadi pada daerah penelitian (Tucker dan Wright, 1990)
  • 18. 16 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 17 18 19 20 E. Analisis Porositas Untuk mengetahui kualitas porositas batugamping pada tiap-tiap layer, penulis melakukan analisis porositas melalui hasil sayatan tipis dengan menggunakan software image j. Dalam analisis ini, porositas diasumsikan sebagai gambar dengan warna hitam di sayatan petrografi pada pengamatan XPL • Lapisan Atas Hasil analisis porositas pada sampel sayatan tipis wackstone pada lapisan atas didapatkan hasil analisis persentase area berjumlah 16.643 atau sama dengan 16.6%. Gambar 22. Kenampakan pori pada sayatan petrografi pada salah satu sampel penelitian Gambar 23. Analisis porositas pada sampel lapisan atas
  • 19. 17 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 18 19 20 • Lapisan Bawah Hasil analisis porositas pada sampel sayatan tipis packstone pada lapisan bawah didapatkan hasil analisis persentase area berjumlah 22.560 atau sama dengan 22.5%. • Lapisan Tengah Hasil analisis porositas pada sampel sayatan tipis packstone pada lapisan tengah didapatkan hasil analisis persentase area berjumlah 18,087 atau sama dengan 18%. Gambar 24. Analisis porositas pada sampel lapisan tengah Gambar 25. Analisis porositas pada sampel lapisan bawah
  • 20. 18 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 19 20 F. Kualitas reservoir Pengamatan kualitas reservoir pada penelitian ini mengacu pada klasifikasi kualitas reservoir menurut Koesomadinata (1980) dengan nilai porositas yang berbeda-beda. Berdasarkan perhitungan porositas pada sampel sayatan tipis petrografi pada lapisan atas, tengah, dan bawah yang didapatkan dengan menggunakan software image j, maka didapatkan hasil analisis pada tabel 4.3. Table 4. Persentase Porositas
  • 21. 19 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 20 5. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data hasil pengamatan lapangan, karakteristik batuan pada singkapan daerah penelitian meliputi bagian atas, tengah dan bawah umumnya dijumpai lumpur karbonat, skeletal fragmen dan semen karbonat dengan persentase kehadiran yang berebeda-beda yang sudah dijelaskan pada slide pengamatan lapangan. Berdasarkan hasil analisis petrografi, karakteristik batuan pada singkapan daerah penelitian meliputi bagian atas, tengah dan bawah umumnya dijumpai skeletal fragmen, mikrit, butiran karbonat dan semen dengan persentase kehadiran yang berbeda-beda. Berdasarkan karakteristik yang sudah dijelaskan tersebut maka batuan pada singkapan daerah penelitian dinamakan Batugamping Packstone pada lapisan bawah dan tengah, dan bagian atas merupakan Batugamping Wackstone. Penamaan batuan ini mengacu pada klasifikasi Dunham (1962). Pada data penampang stratigrafi terukur dijumpai Batugamping Karbonatan dengan warna cerah, berstruktur berlapis, dan komposisi berupa fosil dan beberapa fosillnya telah hancur. Berdasarkan karakteristik tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa lingkungan pengendapan awal batuan berada pada lingkungan Restricted Cirulation Shelf & Tidal Flats (Wilson, 1975). Kemudian pada data hasil analisis diagenesis bahwa Batugamping Formasi Wonosari pada daerah penelitian berada pada lingkungan diagenesis Vadose Zone (Tucker dan Wright, 1990), hal ini ditandai dengan adanya proses diagenesis yang mempengaruhi yaitu mikritisasi mikrobial, sementasi, pelarutan dan neomorfisme. Analisis perhitungan porositas dilakukan dengan menggunakan software image j, didapatkan hasil nilai porositas sampel lapisan atas yaitu 16,6% (baik), sampel lapisan tengah yaitu 18% (baik) dan sampel lapisan bawah yaitu 22,5% (sangat baik). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa porositas yang terbentuk pada outrcrop daerah penelitian mempunyai kualitas baik sampai sangat baik yang mengacu pada klasifikasi kualitas reservoir Koesoemadinata, 1980. Porositas yang terbentuk pada Batugamping di daerah penelitian cenderung merupakan porositas sekunder yang terbentuk setelah proses litifikasi yang ditandai dengan adanya porositas jenis vuggy, moldic dan intrapartikel yang merupakan hasil dari pemboran dan pelarutan. B. Saran Pada penelitian ini, penulis hanya meneliti sebuah outcrop pada daerah penelitian. Perlunya analisis yang lebih rinci perlu dilakukan seperti penelitian terhadap singkapan-singkapan lainnya yang berada di sekitar daerah penelitian, analisis porositas menggunakan metode yang berbeda seperti metode porositas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan akurasi hasil penelitian sehingga keterkaitan antara pengaruh diagenesis terhadap kualitas reservoir lebih mudah untuk dipahami.
  • 22. 20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 DAFTAR PUSTAKA Amrullah, Indi, 2011. Geologi dan Diagenesis Batugamping Formasi Tendeantu Daerah Gunung Antu dan Sekitarnya, Desa Tanjung Mangkalihat, Kecamatan Sandaran, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. (Tidak dipublikasikan) Asy’ari, Muhamad Rizki, 2016. Hubungan antara Evolusi Porositas dengan Karakteristik Diagenesa Batuan Karbonat Formasi Wonosari di Daerah Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. (Tidak dipublikasikan) Bemmelen, R.W. Van. 1949. The Geology of Indonesia, Vol 1A. General Geology of Indonesia and Adjacent Archpelago. Martinus Nijjhoff : The Hauge. Dunham, R. J. 1962. Classifcation of Carbonate Rocks According to Depositional Texture. The America Association of Petroleum Geologists Bulletin. Embry, A. F. And Klovan, J. E., 1971, A late Devonia reef trect on northeastern Bank Island Northwest Territories. Bulletin Canadania Petroleum Geologists. Flugel, Erik, 2009, Microfacies of Carbonate Rock 2nd edition, Analysis, Interpretation and Application. Springer. Netherlands. Husein, S., dan Srijono, 2015. Tinjauan Geomorfologi Pegunungan Selatan DIY/Jawa Tengah: telaah peran faktor endogenic dan eksogenik dalam proses pembentukan pegunungan. Teknik Geologi, UGM. Yogyakarta. Koesoemadinata, R, P. 1980. Geologi minyak dan Gas Bumi, Jilid 1, Edisi kedua. ITB. Bandung. Kusumawardhana, Radix, 2016. Geologi Dan Studi Fasies Batugamping Formasi Wonosari Pada Daerah Panggung Duwet dan Sekitarnya, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur. (Tidak dipublikasikan) Larikiansyah, 2015. Analisis Diagenesis Batuan Karbonat dengan Metode Petrografi Studi Kasus Batugamping Formasi Wonosari di Desa Monggol, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta. (Tidak dipublikasikan) Longman, M. W. 1980. Carbonate Diagenetic Textures from Nearsurface Diagenetic Environment. Bulletin AAPG, v. 63, hal. 461-486 Marrow, D. W. 1982. Diagenesis 2: Dolomite, Part 2. The Geological Association of Canada, v. 9, hal 95-107. Muhamad Rizki Asy’ari, 2016. Hubungan antara evolusi porositas dengan karakteristik diagenesa batuan karbonat Formasi Wonosari di Daerah Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Membahas tentang pengaruh diagenesa batuan karbonat formasi daerah penelitian terhadap reservoir. (Tidak dipublikasikan)
  • 23. Jangan ragu untuk mengambil tantangan yang menurutmu paling sulit, karena ketika kamu berhasil menyelesaikan tantangan tersebut maka hal itu akan menjadi tolak ukur seberapa jauh kemampuan yang kamu miliki saat ini ~ Ricko Rahayaan~