Dokumen tersebut merangkum hasil pemetaan geologi di Daerah Warung Kiara, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Teridentifikasi beberapa satuan batuan yang mencakup lava andesit tertua berumur Miosen awal, batugamping dan batupasir karbonatan berumur Miosen tengah, serta breksi vulkanik dan endapan aluvium kuarter.
4. D A ERA H PEM ETAA N
Secara geografis, pemetaan dilakukan pada
koordinat 106°40'59.8368'' BT -
106°44'35.8476'' BT dan 6°59'27.1752'' LS
- 7°2'33.3528'' LS .
Secara administratif terletak pada Daerah
Warung Kiara, Kabupaten Sukabumi,
Provinsi Jawa Barat, dengan luar kurang
lebih 38km2
5. RUMUSAN MASALAH & TUJUAN
1.Bagaimana kondisi geomorfologi serta
proses-proses geologi apa sajayang
mempengaruhi terbentuknya bentang alam
pada daerah pemetaan?
2.Bagaimana persebaran litologi,pembagian
satuan litologi serta stratigrafi pada daerah
pemetaan?
3.Bagaimana struktur geologi yang
berkembang pada daerah pemetaan?
Mempelajari kondisi geomorfologi daerah
pemetaan meliputi unsur-unsur geomorfologi,
penentuan satuan geomorfologi serta proses-
proses geomorfologi yang mempengaruhinya.
Mengetahui jenislitologi, persebaran litologi,
karakter fisik batuan (baik secara megaskopis di
lapangan maupun secara mikroskopis di
laboratorium),lingkungan pengendapan serta
stratigrafi daerah pemetaan.
Mempelajari dan menganalisis strukutur
geologi yang berkembang pada daerah
pemetaan,serta pola struktur dan sejarah
tektoniknya.
4.Bagaimana sejarah geologi yang
terjadi pada daerah pemetaan?
Mempelajari dan menganalisis sejarah geologi
pada daerah pemetaan berdasarkan data-data
yang diperoleh.
5.Apa saja potensi geologi pada daerah pemetaan
baik itu sumberdaya (positif) maupun
kebencanaan (negatif)?
Mengidentifikasi potensi daerah pemetaan
baik potensi positif mauapun potensi
negatifnya.
8. MORFOGRAFI
Adapun bentuk lahan yang ditemui pada daerah pemetaan
mengikuti Klasifikasi Van Zuidam (1985) yaitu Hubungan
Ketinggian Absolut dengan Morfografi dengan ketinggian berkisar
dari 46 mdpl hingga ketinggian yang tertinggi yaitu 651 mdpl
9. MORFOGRAFI
Adapun pola pengaliran yang ditemukan pada daerah Pemetaan
disesuaikan dengan klasifikasi menurut Howard (1967) dalam
Van Zuidam (1985) berdasarkan analisis peta topografi
10. MORFOMETRI
Maka berdasarkan hasil analisis tersebut kemiringan lereng
pada daerah pemetaan didominasi kategori agak curam-sangat
curam (KlasifikasiVan Zuidam 1985)
17. SATUAN LAVA ANDESIT
• Secara mikroskopis memiliki
karakteristik warna coklat kekuningan
dengan bintik hitam (// nicol atau PPL),
hitam (x nicol atau XPL), derajat
kristalisasi hipokristalin, tekstur porfiritik,
bentuk butir subhedral- bedral, kemas
inequigranular
, hubungan antar butir
hipidiomorf. T
ersusun atas fenokris (45%)
plagioklas, biotit, feldspar
, piroksen, dan
massa dasar (53%) berupa gelas vulkanik
dan mikrolit plagioklas seperti pada
Berdasarkan analisis petrografi yang
dilakukan lava tersebut termasuk dalam
jenis Porfiri Andesit (Streckeisen,
1976).
(Tmla)
Foto oleh Fahmy Sanjaya,2018
18. SATUAN LAVA ANDESIT
• Satuan ini menempati menepati 17%
dari luas daerah pemetaan yang
terletak perbukitan pada Desa
Sirnajaya,dan Desa Mekarasih dan
Desa Bantarkalong dimana terdapat
Sungai Ci Kalang.
• Satuan ini terdiri dari lava andesitik.
• Berdasarkan karakteristik dari batuan
yang terdapat pada satuan ini, maka
satuan ini dapat disebandingan dengan
Formasi Jampang yang berumur relatif
yaitu Miosen Awal dan pada lingkungan
pengendapan laut.
• Satuan ini merupakan satuan tertua
pada daerah
tidak selaras
Batugamping
pemetaan
tertindih
(Tmbg)
yang secara
oleh Satuan
dan Satuan
Batupasir Karbonatan (Tmbpk).
kesebandingan dengan
J
ampang (Tmjv) pada Peta
Lembar Jampang (Sukamto,
• Memiliki
Formasi
Geologi
1975) .
(Tmla)
19. SATUAN BATUGAMPING
• Secara mikroskopis batugamping tersebut
memiliki karakteristik warna abu-abu (PPL)
dan warna abu-abu kecoklatan (XPL).
Teksturnya didominasi mud daripada grain
(lebih dari 10%) serta grain dengan sortasi
buruk - sedang. Komponen terdiri atas
komponen skeletal yang terdiri atas Organic
films, foraminifera bentonik dan fragmen
nonskeletal terdiri atas ooid, fragmen Kristal.
Matriks berupa mikrit dan semen berupa
sparit yang mengisi ruang kosong antar
komponen . Berdasarkan analisis petrografi
yang dilakuakkan batugamping tersebut
termasuk ke dalam jenis Wackstone
(Dunham, 1962).
(Tmbg)
Foto oleh Fahmy Sanjaya,2018
20. SATUAN BATUGAMPING
• Fosil forminifera planktonik yang ditentukan pada ST 19 yaitu,
Globoquadrina dehicens (Chapman & Parr), Globorotalia
siakensis (Leroy), Globigerinoides subquadratus (Bronnimann),
Orbulina universa (d’Orbigny), Globigerina nephentes (Todd),
Globigerina venezuelana (Hedberg), Globigerinoides trilobus
(Reuss). Kemudian dilakukan penarikan umur relatif pada
Foraminidera Plangtonik, dan kisaran umur relatif Satuan
Batugamping (Tmbg) ialah MiosenTengah (N13).
• Fosil foraminifera bentonik yang ditemukan pada ST 19 yaitu, Heterolepa
subhaidingeri (Parr), Uvigerina peregrina (Cushman), Pyrulina albatrossi
(Cushman&Ozawa), Siphogerna raphana (Parker &Jones), Anomalinulla
glabrata (Cushman). Kemudian hasil analisis kisaran paleobatimetri fosil
foraminifera bentonik, didapatkan kedalaman antara ~10 m hingga
35.08 m pada Satuan Batugamping (Tmbg)
• Paleobatimetri dengan kedalam 0 hingga -20 termasuk kedalam kategori
litoral dan antara -20 hingga -50 termasuk kedalam kategori neritik
dalam (Phleger
, 1951). Oleh karena itu pada lingkungan pengendapan
Satuan Batugamping (Tmbg) berada pada zona laut litoral-
neritik dama (laut dangkal).
(Tmbg)
21. SATUAN BATUGAMPING
(Tmbg)
• Hasil rekonstruksi penampang stratigrafi dan didukung
oleh kajian peneliti terdahalu makan hubungan
stratigrafi pada Satuan Batugamping (Tmbg) bersifat
menjemari dengan Satuan Batupasir Karbonatan
(Tmbpk),kemudian secara tidak selaras menindih
Satuan LavaAndesit (Tmla) .
• Satuan ini memiliki kesebandingan dengan Anggota
Bojonglopang Formasi Cimandiri (Tmcb) pada Peta
Geologi Lembar Jampang oleh Sukamto, 1975 seperti
pada .
• Satuan ini menempati menempati 30% dari luas daerah
pemetaan yang terletak perbukitan pada Desa
Bantarkalong dimana terdapat Sungai Ci Bojong. Satuan
ini terdiri dari batugamping dan batugamping tufan.
22. • Secara mikroskopis batupasir tersebut
memiliki karakteristik berwarna putih
kecoklatan (PPL) dan berwarna abu-abu
kecoklatan (XPL). Saat XPL adalah
persentasi matriks 15% dan fragmen 80%
dengan jenis semen lempung. Morfologi
batuan ini membundar tanggung. Derajat
kebundaran medium sphericity. Terpilah
buruk dan grain supported. Berdasarkan
analisis petrografi yang dilakukan maka
batupasir tersebut termasuk ke dalam
jenis Arkosic Arenite
(Pettijohn,1975).
SATUAN BATUPASIR KARBONATAN
(Tmbpk)
Foto oleh Fahmy Sanjaya,2018
23. SATUAN BATUPASIR KARBONATAN
(Tmbpk)
• Fosil foraminifera planktonik yang terdapat pada ST 33
antara lain, Orbulina universa (d’Orbigny), Globorotalia
scitula (Bolli), Globigerinoides subquadratus (Bronniman),
Globigerinoides trilobus (Reuss), Globigerina praebulloides
(Blow), Globigerina venezuelana (Hedberg), dan
Globigerinoides immaturus (Leroy). Kemudian dilakukan
analisis penarikan umur realtif pada foraminifera planktonic
didapatkan kisaran umur relatif pada Satuan Batupasir
Karbonatan (Tmbpk) ialah MiosenTengah (N9-N 13).
• Kemudian untuk analisis paleobatimetri (lingkungan
pengendapan) pada sampel Foraminifera Bentonik kecil yang
ditemukan pada ST 20 ialah Lenticulina altolimbata
(Lamarck), Parafissurina lateralis (Cushman), Homalohedra
acuticosta (Reuss), dan Pseudonodosaria discreta (Reuss).
Kemudian dilakukan analisis kisaran paleobatimetri fosil
foraminifera bentonik pada,didapatkan kedalaman
dengan
kategori
88.39m hingga 190.24m. Paleobatimetri
kedalaman -100 hingga-200 termasuk ke dalam
neritik tengah - neritik luar (Phleger ,1951)
24. • Hasil rekonstruksi penampang stratigrafi dan
didukung oleh kajian terdahalu maka
peneliti
hubungan stratigrafi pada Satuan Batupasir
Karbonatan (Tmbpk) bersifat menjemari (pada kotak
hitam) dengan Satuan Batugamping (Tmbg), dan
secara tidak selaras tertindih (pada kotak merah)
Satuan BreksiVulkanik (Qbv).
• Satuan ini memiliki kesebandingan dengan Formasi
Cimandiri (Tmcm) pada Peta Geologi Lembar
J
ampang oleh Sukamto,1975
SATUAN BATUPASIR KARBONATAN
(Tmbpk)
• Satuan ini menempati menempati 21% dari luas
daerah pemetaan yang terletak perbukitan pada Desa
Bantarkalong, Desa Sukamaju dan Desa Mekarjaya
dimana terdapat Sungai Ci Mandiri. Satuan ini terdiri
dari batupasir dan batulempung .
25. SATUAN BREKSI VULKANIK
• Secara mikroskopis fragmen breksi vulkani
(Streckeisen, 1967)
berupa
berwarna
Andesit
putih keabu-abuan (PPL) dan
berwarna hitam kecokelatan (XPL). Terdiri atas
fenokris 47% dan massa dasar 50%, granulitas
profiritik, derajat kristalisasi holokristalin,
kemas inequigranular
, dominasi bentuk mineral
hipidiomorf. Fenokris terdiri atas plagioklas, k-
feldspar
, kuarsa, dan piroksen. T
erdapat mineral
sekunder berupa mineral opak sebanyak 3%.
Massa dasarnya berupa mikrolit plagioklas.
(Qbv)
Foto oleh Fahmy Sanjaya,2018
26. SATUAN BREKSI VULKANIK
• Secara mikroskopis matriks tuf memiliki
karakteristik berwarna cokelat keabuan pada
(PPL) dan cokelat kehitaman pada (XPL),
kemas tertutup, sortasi menengah. Komposisi
terdiri dari (gelas) vitrix sejumlah 55%, dan
fragmen lithik 10% kristal 30%, dan mineral
lain 5% berupa mineral opak.Berdasarkan hasil
analisis tersebut tuf tersebut berjenis Vitric
T
uf (Schimdt,1981)
(Qbv)
Foto oleh Fahmy Sanjaya,2018
27. SATUAN BREKSI VULKANIK
• Hasil rekonstruksi penampang stratigrafi dan
didukung oleh kajian peneliti terdahalu maka
hubungan stratigrafi pada Satuan Breksi
Vulkanik (Qbv) bersifat tidak selaras tertindih
(pada kotak hitam) dengan Satuan Batupasir
Karbonatan (Tmbpk).
• Berdasarkan karakteristik dari batuan yang
terdapat pada satuan ini, maka satuan ini dapat
disebandingan dengan Breksi Gunungapi (Qpv)
pada Peta Geologi Lembar J
ampang oleh
Sukamto, 1975 yang berumur kuarter dan
pada lingkungan pengendapan darat.
(Qbv)
• Satuan ini menempati menempati 20% dari
luas daerah pemetaan yang terletak perbukitan
pada Desa Warung Kiara, dan Desa
Bojongkerta dimana terdapat Sungai Ci Landak
dan Sungai Ci Sirnajaya. Satuan ini terdiri dari
breksi vulkanik
28. ENDAPAN ALLUVIUM
• Satuan ini terdapat pada Desar Sinarjaya dan
Mekarasih dengan menempati 7% daerah
pemetaan.
• Secara megaskopis fragmen batuan lepas,
ukuran fragmen dari kerikil-bongkah, bentuk
subangular-subrounded, fragmen
fragmen
batuan
andesitik
lepas terdiri daru batuan beku
dan lapukannya, batuan sedimen
seperti batupasir dan batulempung ditemukan
pada sungai Ci Mandiri.
• Satuan ini disebandingankan dengan Endapan
Undak Muda (Qpyt) pada Peta Geologi
Lembar Jampang (Sukamto, 1975) dengan
umur Kuarter dengan lingkungan pengendapan
darat. Secara tidak selaras, satuan ini menindih
Satuan Batupasir Karbonatan (Tmbpk.)
(Qa)
30. STRUKTUR GEOLOGI DAERAH
PEMETAAN
• Pengamatan struktur geologi yang dilakukan memlaui analisis kelurusan pada peta topografi/ DEM, rekonstruksi
peta pola jurus dan kajian peneliti terdahulu maka dalam daerah pemetaan terdapat struktur geologi berupa
sesar
.Pada daerah pemetaan sendiri tidak ditemukan bukti lapangan berupa cermin sesar yang mungkin saja
disebabkan cermin sesar sudah tertutupi tanah atau vegetasi atau sudah terlapukkan. Berikut merupakan
struktu geologi yang terdapat pada daerah pemetaan,antara lain :
1. Sesar Mendatar Dekstal Ci Mandiri
2. Sesar Mendatar Sinistral Ci Mandiri
3. Sesar Normal Ci Mandiri
31. ANALISIS KELURUSAN
P U N G G U N G A N D A N
LEMBAHAN
Analisis pada kelurusan pada daerah pemetaan dilakukan
dengan menggunakan data DEMNAS.
Secara umum pada daerah pemetaan memiliki kelurusan
yang berarah tenggara-baratlaut dan timurlaut-baratdaya.
Akan tetapi arah tenggara-baratlaut menjadi yang dominan
pada daearh pemetaan dibuktikan juga dengan representasi
dari diagram rossette
Kelurusan Punggungan
Kelurusan Lembahan
32. SESAR MENDATAR
DEKSTRAL CIMANDIRI
Jenisnya merupakan sesar mendatar dekstral dengan pola
sesear relatif berarah tenggara-baratlaut. Sesar ini diduga
berumur Kuarter (Pliosen-Plistosen).
33. SESAR MENDATAR
SINISTRAL CIMANDIRI
Jenisnya merupakan sesar mendatar sinistral dengan pola
sesar relatif berarah timurlaut-baratdaya. Sesar ini diduga
berumur Kuarter (Pliosen-Plistosen) dan bersamaan dengan
Sesar Mendatar Ci Mandiri.
34. SESAR MENDATAR
SINISTRAL CIMANDIRI
Jenisnya merupakan sesar normal dengan pola sesar relatif berarah
timurlaut-baratdaya. Sesar ini diduga berumur Kuarter (Pliosen-
Plistosen) dan berdasarkan kajian pustakan terbentuk setelah
pembentukan Sesar Mendatar Ci Mandiri akibat berkurangnya tektonik
kompresi saat pembentukan sesar mendatar tersebut (Bersamaan
dengan pembentukan sesar naik saat tektonik kompresi pada Akhir
Tersier).
Dengan dilakukannya kajian dari peneliti terdahulu yakni menurut
Haryanto,dkk (2017) bahwa pada Lembah Cimandiri (pada zona sesar)
terbentuk sesar normal pada awal kuarter akibat berkurangnya tektonik
kompresi). Kemudian disepanjang Lembah Cimandiri tersebut ditemukan
triangular facet dan kekar yang menunjukkan bukti keterdapatan sesar
normal (Fahmy Sanjaya,2018).
36. GEOLOGI SEJARAH
•
•
• Diawali dengan terbentuknya Satuan LavaAndesit (Tmla) pada Miosen awal akibat aktivitas vulkanik berupa
erupsi efusif yang menghasilkan produk endapan aliran lava andesit yang merupakan bagian dari Formasi Jampang
pada lingkungan laut (Sukamto,1975). Kemudian pada secara tidak selaras diatasnya terendapkan Satuan
Batugamping (Tmbg) yang menjemari dengan Satuan Batupasir Karbonatan (Tmbpk) pada MiosenTengah pada
lingkungan pengendapan lautdangkal..TerbentuknyaTmbg dengan Tmbpk mememilikipola pengendapan yang realtif
berarah selatan menuju utara.
Kemudian padaAkhir Awal Kuarter (Pliosen-Plistosen) merupakan puncak tektonik kompresi berarah utara-
selatan antara lempeng eurasia dengan lempeng hindia-australia yang menyebabkan terbentuknya Sesar Mendatar
Dekstal Ci Mandiri (tenggara-baratlaut) dan Sesar Mendatar Sinistral Ci Mandiri (baratdaya-timurlaut).Kemudian
masih pada masa yang sama secara berangsur-angsur tektonik kompresi semakin berkurang dan menyebabkan
kesetimbangan.Hasil dari berkurangnya tektonik kompresi tersebut menyebabkan terbentuknya Sesar Normal
Cimandiri yang relatif berarah tenggara-baratlaut.
Terjadinya puncak tektonik kompresi padaAwal Kuarter (Pliosen-Plistosen) menyebabkan berubahnya
lingkungan pengendapan yang semulanya laut dangkal menjadi daratan .Perubahan lingkungan pengendapan tersebut
diikuti oleh terendapkannya Satuan BreksiVulkanik (Qbv) pada masa yang sama.