SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Raja Priyayi dan Kawula
Bab I
Pengantar

Mengenai raja, priyayi, dan kawula di Kasunanan Surakarta (19001915) pada waktu itu tidak ada perang dan tidak ada orang besar pembuat
sejarah,

jadi

kita

tidak

bisa

menulis

sejarah

konvensional

yang

mengandalkan adanya peristiwa spektakuler atau orang besar. Masuknya
kapitalisme yang berupa penyewaan tanah itu mula-mula hanya mengenai
tanah yang yang dikhususkan untuk raja (Sunan mendapat uang sewa).
Disusul dengan reorganisasi tradisional agraria dan penghapusan sistem
apanage secara menyeluruh pada 1918. Sejarah yang ditulis ini bukan
sejarah konvensional tetapi tentang kehidupan sehari-hari, yaitu sejarah
kejiwaan, sejarah mentalitas, dan sejarah sensibilitas.
Dalam memerintah Surakarta, Kasunanan tidak sendirian. Ada dua
kekuasaan pribumi, yaitu kasunanan dan kadipaten mangkunegaran.
Tahun 1900 kekuasaan sunan meliputi enam kabupaten, yaitu Surakarta,
Kartasura, Klaten, boyolali, ampel, dan Sragen. Kadipaten Mangkunegaran
meliputi tiga kawedanan yaitu Wonogiri, Karanganyar, dan Kota. Untuk
memerintah kerajaan, sunan dibantu seorang patih yang diangkat dengan
persetujuan Belanda. Patih lah yang sebenarnya mengurusi kerajaan yang
disebut Kanjeng Parentah Ageng. Raja hanya berdaulat penuh di istana.
Urusan keluar harus lewat Residen Belanda. Walau kedaulatan raja sangat
terbatas dan kekuasaan ekonomi juga menyurut, namun Pakubuwana X
(PB X) dianggap sebagai raja besar. Hubungan raja dengan priyayi dituntut
untuk mengikuti aturan-aturan (simbol-simbol budaya) yang ketat dan tak
berubah. Bagi para priyayi kesetiaan raja begitu mendarah daging.
Kekuasaan raja dan perilaku priyayi menimbulkan hasrat untuk
melawan secara diam-diam, lalu terbentuklah impian melawan dalam
wujud budaya tandingan. Karena itu, sejarah mentalitas mempelajari

1
gejala-gejala bawah sadar adalah pendekatan yang paling sesuai untuk
kawula. Tulisan mengenai raja, priyayi dan kawula di Surakarta, 19001915 akan menghasilkan sejarah sensibilitas (sensibility sensitivity) sejarah
tentang kehidupan emosional manusia dimasa lalu.

Sejarah hanya

mengurus perkara yang ada hubungannya dengan masyarakat, mempunyai
makna kemasyarakatan (societal significance). Karenanya memilih data-data
yang mempunyai makna kemasyarakatan.

Bab II
Pakubuwana X, Sang Raja: Simbol Personal dan Simbol Publik

Raja mempunyai wewenang pada rakyat berdasar hubungan Kawula
Gusti. Raja adalah wewenang keliling Pangeran Kang Ageng (wakil tuhan
Yang Maha Besar) yang jumlahnya tiga, yaitu: wahyu nurbuwah atau
wahyu untuk menjadi raja seluruh jagat raya, wahyu khukumah raja
semesta, wahyu wilayah menjadi wakil tuhan menjadi teladan semua
kawula. Yang dipakai raja waktu bertahta di bangsal Pangrawit Pagelaran
dalam upacara pemberian payung Srinugraha sebanyak lima belas macam.
Atas berupa mahkota kanigara (kuluk) intan sampai bersepatu beledu
hitam dengan kaos kaki biru tua. Pakaian untuk abdi dalem metengan
(polisi), yaitu jagawesi dan jagalatri harus pakai bebed dan kuluk.
Setiap bulan Maulud, Sunan akan memberikan hadiah pada orang
Arab, Begal, Koja, Banjar, dan para haji yang berdzikir di masjid. Tiap orang
mendapat dua gulden. Tahun 1905 di Surakarta telah berdiri sekolah Islam
dengan nama Mambaul Ulum, sementara gedungnya memakai Pabongan
yang terletak di sebelah utara masjid. Sekolah itu untuk menampung anakanak abdi dalem pemutihan, khatib, ulama, perdikan, juru kunci, suranata,
termasuk anak-anak bukan pejabat. PB X memakai juga adat Eropa, pada
hari ulang tahun atau pesta pernikahan karena Sunan tak pernah
menerapkan etikat Jawa yang kaku untuk orang Eropa. Contoh perkawinan
itu ialah yang diadakan 18 Mei 1905 untuk ke-40 hari perkawinan saudarasaudara dan anak-anak Sunan. Tamu diharuskan datang dengan aneka

2
ragam kostum dan Sunan juga akan berdansa. Sebagai raja Jawa, pewaris
tahta Mataram dia harus meladeni kehidupan panembahan Senapati yang
diajarkan oleh Mangkunegaran IV dalam wedhatama yang suka prihatin.

Bab III
PRIYAYI:
Abdi Dalem Raja dan Abdi Dalem Kerajaan

Dibawah kepimimpinan PB X ada tiga jenis priyayi, yaitu priyayi
yang bekerja pada raja, priyayi yang bekerja untuk kerajaan (parentah
ageng), dan priyayi terpelajar (bangsawan pikiran). Sekitar tahun 1907 di
Mangkunegaran bagian dari Surakarta juga didirikan sebuah organisasi
priyayi. Oraganisasi itu, Mardi Taya adalah sebuah asosiasi budaya yang
didirikan guna memajukan seni musik dan tari Jawa.
Pada waktu itu priyayi merupakan kedudukan yang dicitacitakan.

Kepriyayian

pada

saat

itu

sangat

dihormati

ketika

pusat

kekuasaan, raja, dan birokrasi kolonial memonopoli kekayaan-kekayaan
simbolik maupun aktual. Sastra sebagai bentuk simbolik menekankan
hierarki sosial.
Dalam surat kabar Perilaku priyayi yang baik itu termasuk
kepandaian

berbahasa,

gerak-gerik

tubuh,

air

muka,

kemampuan

berbicara, dan moral yang baik. Perilaku menyimpang merupakan dosa
besar terhadap raja, sang amurbeng bumi. Terdapat laporan mengenai
kejahatan-kejahatan yang dilakukan priyayi misalnya mengadu dan berjudi
walau pemerintah Surakarta telah melarang semua bagi para priyayi. Pada
suatu hari sekitar 55 priyayi mengadakan pesta tayub pada tahun 1909
guna merayakan pernikahan empat putri Sunan disalah satu rumah priyayi
itu, para tamu minum terlalu banyak sehingga mabuk dan pesta menjadi
kacau. Tetapi ada juga hal-hal baik dari priyayi, yaitu sering mendengarkan

3
ceramah-ceramah mengenai pendidikan, kemajuan, dan kondisi ekonomi
rakyat Jawa.
Kultus raja telah disosialisasikan dirumah tangga seorang calon
priyayi yang berstatus sebagai wong cilik, priyayi rendah, maupun priyayi
tinggi. Atas perkenan raja seorang bisa langsung diangkat jadi kliwon,
pangkat peralihan dari priyayi rendah ke priyayi tinggi. Priyayi tinggi ialah
bupati dan patih. Kepentingan raja juga kepentingan priyayi. Priyayi juga
mengambil jarak dengan kawula, karena kawula adalah wong cilik yang
tidak paham simbol-simbol kehalusan priyayi. Priyayi jenis inilah yang
bercita-cita mati mulia sebagai abdi dalem raja.

Bab IV
KAWULA:
Sumur Ajaib Sebagai Budaya Tandingan

Suatu malam, pertengahan februari 1914 perempuan di kampung
Bratan Laweyan Surakarta mimpi ditemui kakek tua yang mengatakan
dhemit (jin) penjaga kampung Gajahan akan menunjukan permainan
gambar hidup di sumur yang terletak dihalaman rumahnya. Anak itu
menyatakan bahwa dalam sumur ada api dan seekor harimau, kemudian
sumur itu ditutup polisi. Sejarah sebagai ilmu empiris-rasional tentu tidak
akan menyatakan laporan itu mempunyai kebenaran ontologis artinya apa
yang dilihat orang-orang itu sungguh terjadi.
Laweyan adalah kemantren (onder distrik) yang terletak dibagian
paling Barat. Laweyan tercatat dalam tradisi lisan sebagai tempat
pelaksanaan hukuman bagi mereka yang bersalah terhadap kerajaan dan
tubuh mereka yang terhukum dilemparkan kedalam sungai di Laweyan.
Laweyan adalah pusat budaya santri dan dikenal sebagai poros kaum
santri. Gajahan adalah kampung disebelah barat alun-alun Selatan,
mendapat nama kampung karena disitulah gajah raja dikandangkan, dekat
dengan kandang Badak. Biasanya gajah milik raja memperoleh gelar kiai

4
dan

ditunggu

oleh

abdi

dalem

(srati).

Gajah

milik

raja

disimpan

dikandangnya atau di Taman Sriwedari.

Bab V
PERKAWINAN KEDUA PB X, 1915
Budaya Afirmatif dan Budaya Kritis

PB X sudah lama kawin, sudah punya beberapa anak laki-laki
dan istri lain, tetapi sang permaisuri belum melahirkan anak laki-laki calon
raja, maka tahun 1915 raja memutuskan mencari permaisuri baru, yaitu
putri Sultan Hamengkubuwana VII dari keraton Yogyakarta. Meskipun tahu
kedudukan akan tersaingi sebagai permaisuri (lama) masih menyertai
suaminya pergi dengan mobil ke alun-alun Selatan memeriksa para ahli
dalem yang sedang berpesta dengan tarian nayuban yang amat ramai. Pesta
dimulai dengan kunjungan Residen Keraton disertai Paku Alam, kemudian
Residen dan Sunan pergi ke Sasana Parasdia. Ijab qobul dimulai, penghulu
membaca doa yang diikuti oleh para rokhaniwan.
Hubungan antara raja dengan priyayi terpelajar dan kawula persis
seperti hubungan raja dengan BO dan SI. Hubungan itu nampak dari
perkawinan raja yang kedua pada 1915 sekaligus peristiwa itu menunjukan
bagaimana sikap priyayi dan kawula pada pemerintah kolonial. BO dan Si
sebenarnya mempunyai karakteristik berbeda tapi sama-sama menyambut
dengan bersemangat perkawinanya sebagai tanda kesetiaan mereka kepada
nasionalisme Jawa

5
Analisis

A.

Menurut saya buku karangan Kuntowijoyo yang berjudul “Raja,

Priyayi dan Kawula” merupakan kategori sejarah lokal secara subyektif
karena khusus menceritakan atau membahas tentang Kasunanan (Paku
Buwana X) dan hubungannya dengan priyayi, kawula serta pemerintah
kolonial Belanda. PB X diangkat sebagai putra mahkota kasunanan sejak
berusia 3 tahun dan diangkat sebagai raja surakarta adiningrat pada 30
maret 1893, meninggal pada 20 Februari 1939. PB X waktu masih muda
bertubuh

langsing

dengan

kumis

dan

bentuk

bibir

yang

bagus,

diumpamakan sebagai kresna titisan dewa wisnu. namun makin lama PB
X menjadi gemuk karena banyak makan makanan enak, suka alkohol dan
merokok, suka berpakaian kebesaran yang bagus, punya banyak istri dan
selir (4 istri resmi, 20 selir, 63 anak), suka berpelesir keluar kota dan
berdansa

di

societiet,

hedonisme

dan

interkultural

lekat

dengan

kehidupan PB X.
Raja melihat priyayi dan kawula sebagai abdi yang harus duduk di
lantai, sementara kekuasaan raja ditunjukkan dengan gelarnya yang sangat
panjang. Priyayi dan kawula melihat raja sebagai pemilik sah kerajaan
melalui kepercayaan akan adanya wahyu yaitu bahwa raja mempunyai
kekuasaan territorial, birokrasi dan hukum. Priyayi melihat kawula sebagi
wong cilik yang tidak mempunyai simbol kekuasaan oleh karenanya
rendah, kasar dan tidak terpelajar. Kawula akan memandang priyayi
melalui jumlah sembah yang berhak diterima, pakaian yang dikenakan dan
bahasa yang diucapkan. Cara kawula memahami simbol berbeda dengan
priyayi, sebab ketika sampai di bawah simbol meluntur. Berbeda dengan
priyayi yang sehari-hari harus berhadapan dengan simbol, kawula hampir
tidak berhadapan dengan simbol raja secara langsung. Mereka berhadapan
dengan simbol raja secara langsung hanya pada waktu tertentu misal
prosesi kematian, pernikahan atau sekaten. Terhadap priyayilah sehari-hari
kawula berurusan dengan simbol. Kekuasaan raja dan perilaku priyayi ini

6
diam-diam menimbulkan hasrat untuk melawan dalam wujud budaya
tandingan.
B.

Buku

ini

menggunakan

aspek

penulisan

tematis

karena

menggunakan tema khusus yaitu secara politik dan hukum, PB X berada
dibawah kuasa pemerintah hindia belanda, jadi PB X sangat terbatas ruang
geraknya. berdasarkan pendidikannya sebagai bangsawan PB X mempunyai
emotional

intelligence

yang

tinggi

maka

dia

memelihara

dan

mengeksploitasi simbol-simbol untuk kepentingan kekuasaannya. PB X
memiliki IQ yang rendah, dia bodoh dalam matematika dan bahasa (PB X
hanya menguasai bahasa jawa dan melayu) tapi dia memiliki kepekaan
yang tinggi terhadap kesenian. PB X dicintai oleh rakyatnya karena
menunjukkan nasionalisme jawa sekaligus pemberontakan yang halus
terhadap kolonial dengan mengutus orang ke ambon pada tahun 1915
untuk berziarah ke makam PB VI dan puncaknya pada perkawinan
keduanya dengan puteri sultan

hamengkubuwana VII

dari keraton

yogyakarta yang menjadi pesta kolosal bagi seluruh keluarga raja, priyayi,
dan kawula. Meskipun kedaulatan politik Sunan terbatas dan kekuasaan
ekonominya juga menyurut namun Pakubuwana X, yang memerintah pada
masa itu, dapat dianggap sebagai raja besar. Walaupun telah kehilangan
kekuasaan politik dan ekonomi juga mundur, bukan berarti Sunan
kehilangan segala-galanya. Sunan masih menguasai simbol-simbol budaya
yang dapat memperkuat kedudukannya sebagai penguasa. Simbol-simbol
itu sangat efektif bagi masyarakat tradisional. Pakubuwana X adalah
seorang yang mempunyai EI (emotional intelegence) atau kecerdasan
emosional tinggi, tetapi IQ (Intelegence Quality) rendah. Sunan sangat
lemah dalam hal linguistic dan matematika, tetapi dengan EI lah Sunan
menjadi raja besar. Dalam kehidupan sehari-hari ia sadar sebagai raja
sehingga

tidak

ragu-ragu

menggunakan

simbol-simbol

(meskipun

ketinggalan jaman) untuk menegaskan kekuasaannya. Simbol tersebut
antara lain melalui pakaian, penghormatan, bahasa, payung kebesaran dan
lain-lain yang dibuat sangat cermat dan rinci.

7
C.

Corak pada buku ini adalah stratifikasi sosial yang ada di dalam

masyarakat

dilihat

menggunakan

bantuan

dari

ilmu

sosiologi

dan

antropologi. Stratifikasi sosial ini tidak terlihat secara langsung tetapi
dirasakan lewat hubungan-hubungan yang terjalin. Dilihat dari cara
penggunaan pakaian, bahasa dan sembah. Dimana rakyat biasa dan abdi
dalem dilarang menggunakan kereta di alun-alun.
Rakyat dan priyayi harus menaati simbol-simbol yang ada. Adanya
budaya tandingan muncul karena dominasi kebudayaan keraton dimana
rakyat hanya dianggap sebagai penonton saja bukan pemerannya. Maka
muncul pemikiran-pemikiran aneh dalam masyarakat yang biasa disebut
“soemoer elok”. Struktur ini mencapai puncak saat pernikahan PB X yang
kedua dimana semua lapisan termasuk priyayi, kawula, boedi Utomo dan SI
ikut berpartisipasi untuk nasionalisme Jawa.

8

More Related Content

What's hot

Kerajaan Kalingga/Holing
Kerajaan Kalingga/HolingKerajaan Kalingga/Holing
Kerajaan Kalingga/Holingtafffana
 
Kerajaan kalingga
Kerajaan kalinggaKerajaan kalingga
Kerajaan kalinggaADHP
 
Sistem penguasaan tanah, pajak, tenaga kerja
Sistem penguasaan tanah, pajak, tenaga kerjaSistem penguasaan tanah, pajak, tenaga kerja
Sistem penguasaan tanah, pajak, tenaga kerjaAndri Yantomi
 
Kelompok 7 - Kerajaan Kalinnga
Kelompok 7 - Kerajaan KalinngaKelompok 7 - Kerajaan Kalinnga
Kelompok 7 - Kerajaan KalinngaX-MIPA1 SMANCIL
 
Tugas makalah kerajaan kalingga dan mataram kuno
Tugas makalah kerajaan kalingga dan mataram kunoTugas makalah kerajaan kalingga dan mataram kuno
Tugas makalah kerajaan kalingga dan mataram kunoMyOs Supardi
 
Kerajaan kalingga power point
Kerajaan kalingga power pointKerajaan kalingga power point
Kerajaan kalingga power pointSiti Nur Khotimah
 
Kerajaan holing (kalingga)
Kerajaan holing (kalingga)Kerajaan holing (kalingga)
Kerajaan holing (kalingga)Kasa Rambe
 
Kerajaan Kutai, Tulang Bawang, Kota Kapur
Kerajaan Kutai, Tulang Bawang, Kota KapurKerajaan Kutai, Tulang Bawang, Kota Kapur
Kerajaan Kutai, Tulang Bawang, Kota KapurNaufal AR
 
Presentasi sejarah-kerajaan kaliingga
Presentasi sejarah-kerajaan kaliinggaPresentasi sejarah-kerajaan kaliingga
Presentasi sejarah-kerajaan kaliinggaMaria Knight
 
12. kisah para pendekar pulau es
12. kisah para pendekar pulau es12. kisah para pendekar pulau es
12. kisah para pendekar pulau esDody Irawan
 
Kelompok 9 - Kerajaan Bali
Kelompok 9 - Kerajaan BaliKelompok 9 - Kerajaan Bali
Kelompok 9 - Kerajaan BaliX-MIPA1 SMANCIL
 

What's hot (19)

Kerajaan Kalingga/Holing
Kerajaan Kalingga/HolingKerajaan Kalingga/Holing
Kerajaan Kalingga/Holing
 
Kerajaan Kalingga
Kerajaan KalinggaKerajaan Kalingga
Kerajaan Kalingga
 
KERAJAAN KALINGGA
KERAJAAN KALINGGAKERAJAAN KALINGGA
KERAJAAN KALINGGA
 
Kerajaan Kalingga atau Holing
Kerajaan Kalingga atau HolingKerajaan Kalingga atau Holing
Kerajaan Kalingga atau Holing
 
Kerajaan kalingga
Kerajaan kalinggaKerajaan kalingga
Kerajaan kalingga
 
Makalah perkembangan islam di muna
Makalah perkembangan islam di munaMakalah perkembangan islam di muna
Makalah perkembangan islam di muna
 
Sistem penguasaan tanah, pajak, tenaga kerja
Sistem penguasaan tanah, pajak, tenaga kerjaSistem penguasaan tanah, pajak, tenaga kerja
Sistem penguasaan tanah, pajak, tenaga kerja
 
Kelompok 7 - Kerajaan Kalinnga
Kelompok 7 - Kerajaan KalinngaKelompok 7 - Kerajaan Kalinnga
Kelompok 7 - Kerajaan Kalinnga
 
Kerajaan Kalingga (Sejarah Peminatan) KELAS X
Kerajaan Kalingga (Sejarah Peminatan) KELAS XKerajaan Kalingga (Sejarah Peminatan) KELAS X
Kerajaan Kalingga (Sejarah Peminatan) KELAS X
 
Tugas makalah kerajaan kalingga dan mataram kuno
Tugas makalah kerajaan kalingga dan mataram kunoTugas makalah kerajaan kalingga dan mataram kuno
Tugas makalah kerajaan kalingga dan mataram kuno
 
Kerajaan kalingga power point
Kerajaan kalingga power pointKerajaan kalingga power point
Kerajaan kalingga power point
 
Kerajaan holing (kalingga)
Kerajaan holing (kalingga)Kerajaan holing (kalingga)
Kerajaan holing (kalingga)
 
Makalah sejarah kabupaten muna
Makalah sejarah kabupaten munaMakalah sejarah kabupaten muna
Makalah sejarah kabupaten muna
 
Kerajaan Kutai, Tulang Bawang, Kota Kapur
Kerajaan Kutai, Tulang Bawang, Kota KapurKerajaan Kutai, Tulang Bawang, Kota Kapur
Kerajaan Kutai, Tulang Bawang, Kota Kapur
 
Presentasi sejarah-kerajaan kaliingga
Presentasi sejarah-kerajaan kaliinggaPresentasi sejarah-kerajaan kaliingga
Presentasi sejarah-kerajaan kaliingga
 
Kerajaan Kalingga (3)
Kerajaan Kalingga (3)Kerajaan Kalingga (3)
Kerajaan Kalingga (3)
 
12. kisah para pendekar pulau es
12. kisah para pendekar pulau es12. kisah para pendekar pulau es
12. kisah para pendekar pulau es
 
Kelompok 9 - Kerajaan Bali
Kelompok 9 - Kerajaan BaliKelompok 9 - Kerajaan Bali
Kelompok 9 - Kerajaan Bali
 
Template
TemplateTemplate
Template
 

Viewers also liked (20)

Elektrolisis h cl
Elektrolisis h clElektrolisis h cl
Elektrolisis h cl
 
Candi Mendut
Candi MendutCandi Mendut
Candi Mendut
 
Mozgókép készítés fázisai dia
Mozgókép készítés fázisai diaMozgókép készítés fázisai dia
Mozgókép készítés fázisai dia
 
Månedens medarbejder
Månedens medarbejderMånedens medarbejder
Månedens medarbejder
 
Reformasi merah
Reformasi  merahReformasi  merah
Reformasi merah
 
2 a
2 a2 a
2 a
 
Maalim fi ath thariq sayyid quthb
Maalim fi ath thariq   sayyid quthbMaalim fi ath thariq   sayyid quthb
Maalim fi ath thariq sayyid quthb
 
Web Guruh Digital Marketing p ltd
Web Guruh Digital Marketing p ltdWeb Guruh Digital Marketing p ltd
Web Guruh Digital Marketing p ltd
 
Bq lanjutan puasa
Bq lanjutan puasaBq lanjutan puasa
Bq lanjutan puasa
 
Efisiensi pasar
Efisiensi pasarEfisiensi pasar
Efisiensi pasar
 
Perkecambahan
PerkecambahanPerkecambahan
Perkecambahan
 
Rute angkutan-umum Jakarta
Rute angkutan-umum JakartaRute angkutan-umum Jakarta
Rute angkutan-umum Jakarta
 
Flisafatilmu
FlisafatilmuFlisafatilmu
Flisafatilmu
 
Materi ekis (1)
Materi ekis (1)Materi ekis (1)
Materi ekis (1)
 
Arane kembang
Arane kembangArane kembang
Arane kembang
 
PASCAL ( MODUL 12)
PASCAL ( MODUL 12)PASCAL ( MODUL 12)
PASCAL ( MODUL 12)
 
Daftar Antonim P6
Daftar Antonim P6Daftar Antonim P6
Daftar Antonim P6
 
Bab 1 (1)
Bab 1 (1)Bab 1 (1)
Bab 1 (1)
 
Rpp logaritma 1
Rpp logaritma 1Rpp logaritma 1
Rpp logaritma 1
 
Lirik lagu gemuruh suara
Lirik lagu gemuruh suaraLirik lagu gemuruh suara
Lirik lagu gemuruh suara
 

Similar to Raja priyayi dan kawula

IPS SEJARAH WAJIB- KERAJAAN KALINGGA KELAS X
IPS SEJARAH WAJIB- KERAJAAN KALINGGA KELAS XIPS SEJARAH WAJIB- KERAJAAN KALINGGA KELAS X
IPS SEJARAH WAJIB- KERAJAAN KALINGGA KELAS XCakra Bhirawa
 
Tugas Sejarah Presentasi
Tugas Sejarah PresentasiTugas Sejarah Presentasi
Tugas Sejarah PresentasiAkifKholili
 
Makalah kerajaan kota kapur dam tulang bawang
Makalah kerajaan kota kapur dam tulang bawangMakalah kerajaan kota kapur dam tulang bawang
Makalah kerajaan kota kapur dam tulang bawangAndi Uli
 
Kerajaan tulang bawang
Kerajaan tulang bawangKerajaan tulang bawang
Kerajaan tulang bawangAkbarul Umam
 
Presentasi sejarah mataram di jawa timur
Presentasi sejarah mataram di jawa timurPresentasi sejarah mataram di jawa timur
Presentasi sejarah mataram di jawa timurAndi Rahim
 
kerajaankalinggapowerpoint-131230063007-phpapp01.pdf
kerajaankalinggapowerpoint-131230063007-phpapp01.pdfkerajaankalinggapowerpoint-131230063007-phpapp01.pdf
kerajaankalinggapowerpoint-131230063007-phpapp01.pdfpancaparhusip1
 
kerajaan hindu buddha
kerajaan hindu buddhakerajaan hindu buddha
kerajaan hindu buddhassuserc37784
 
KERAJAAN_ISLAM_DI_NTB.pptx
KERAJAAN_ISLAM_DI_NTB.pptxKERAJAAN_ISLAM_DI_NTB.pptx
KERAJAAN_ISLAM_DI_NTB.pptxRADWSELONG
 
Kerajaan -Kediri, Singasari, Majapahit, Buleleng, Tulang Bawang, dan Kota Kapur
Kerajaan -Kediri, Singasari, Majapahit, Buleleng, Tulang Bawang, dan Kota KapurKerajaan -Kediri, Singasari, Majapahit, Buleleng, Tulang Bawang, dan Kota Kapur
Kerajaan -Kediri, Singasari, Majapahit, Buleleng, Tulang Bawang, dan Kota KapurNurrachman Budi Mulya
 
TATANAN POLITIK DAN BIROKRASI KERAJAAN HINDU – BUDDHA DI INDONESIA Kehidupan ...
TATANAN POLITIK DAN BIROKRASI KERAJAAN HINDU – BUDDHA DI INDONESIA Kehidupan ...TATANAN POLITIK DAN BIROKRASI KERAJAAN HINDU – BUDDHA DI INDONESIA Kehidupan ...
TATANAN POLITIK DAN BIROKRASI KERAJAAN HINDU – BUDDHA DI INDONESIA Kehidupan ...Sintia Rahmawati
 

Similar to Raja priyayi dan kawula (20)

IPS SEJARAH WAJIB- KERAJAAN KALINGGA KELAS X
IPS SEJARAH WAJIB- KERAJAAN KALINGGA KELAS XIPS SEJARAH WAJIB- KERAJAAN KALINGGA KELAS X
IPS SEJARAH WAJIB- KERAJAAN KALINGGA KELAS X
 
Tugas Sejarah Presentasi
Tugas Sejarah PresentasiTugas Sejarah Presentasi
Tugas Sejarah Presentasi
 
Tugas Sejarah
Tugas  SejarahTugas  Sejarah
Tugas Sejarah
 
Makalah kerajaan kota kapur dam tulang bawang
Makalah kerajaan kota kapur dam tulang bawangMakalah kerajaan kota kapur dam tulang bawang
Makalah kerajaan kota kapur dam tulang bawang
 
Kerajaan tulang bawang
Kerajaan tulang bawangKerajaan tulang bawang
Kerajaan tulang bawang
 
Presentasi sejarah mataram di jawa timur
Presentasi sejarah mataram di jawa timurPresentasi sejarah mataram di jawa timur
Presentasi sejarah mataram di jawa timur
 
Kerajaan Kalingga
Kerajaan KalinggaKerajaan Kalingga
Kerajaan Kalingga
 
kerajaankalinggapowerpoint-131230063007-phpapp01.pdf
kerajaankalinggapowerpoint-131230063007-phpapp01.pdfkerajaankalinggapowerpoint-131230063007-phpapp01.pdf
kerajaankalinggapowerpoint-131230063007-phpapp01.pdf
 
PPT SEJARAH.pptx
PPT SEJARAH.pptxPPT SEJARAH.pptx
PPT SEJARAH.pptx
 
Tugas pkl
Tugas pklTugas pkl
Tugas pkl
 
Kerajaan Sunda
Kerajaan SundaKerajaan Sunda
Kerajaan Sunda
 
Makala peradapan cina
Makala peradapan cinaMakala peradapan cina
Makala peradapan cina
 
Kerajaan kalingga
Kerajaan kalinggaKerajaan kalingga
Kerajaan kalingga
 
kerajaan hindu buddha
kerajaan hindu buddhakerajaan hindu buddha
kerajaan hindu buddha
 
Planet saturnus
Planet saturnusPlanet saturnus
Planet saturnus
 
KERAJAAN_ISLAM_DI_NTB.pptx
KERAJAAN_ISLAM_DI_NTB.pptxKERAJAAN_ISLAM_DI_NTB.pptx
KERAJAAN_ISLAM_DI_NTB.pptx
 
KERAJAAN MATARAM KUNO
KERAJAAN MATARAM KUNOKERAJAAN MATARAM KUNO
KERAJAAN MATARAM KUNO
 
Kerajaan -Kediri, Singasari, Majapahit, Buleleng, Tulang Bawang, dan Kota Kapur
Kerajaan -Kediri, Singasari, Majapahit, Buleleng, Tulang Bawang, dan Kota KapurKerajaan -Kediri, Singasari, Majapahit, Buleleng, Tulang Bawang, dan Kota Kapur
Kerajaan -Kediri, Singasari, Majapahit, Buleleng, Tulang Bawang, dan Kota Kapur
 
KERAJAAN KALINGGA
KERAJAAN KALINGGAKERAJAAN KALINGGA
KERAJAAN KALINGGA
 
TATANAN POLITIK DAN BIROKRASI KERAJAAN HINDU – BUDDHA DI INDONESIA Kehidupan ...
TATANAN POLITIK DAN BIROKRASI KERAJAAN HINDU – BUDDHA DI INDONESIA Kehidupan ...TATANAN POLITIK DAN BIROKRASI KERAJAAN HINDU – BUDDHA DI INDONESIA Kehidupan ...
TATANAN POLITIK DAN BIROKRASI KERAJAAN HINDU – BUDDHA DI INDONESIA Kehidupan ...
 

Recently uploaded

Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 

Raja priyayi dan kawula

  • 1. Raja Priyayi dan Kawula Bab I Pengantar Mengenai raja, priyayi, dan kawula di Kasunanan Surakarta (19001915) pada waktu itu tidak ada perang dan tidak ada orang besar pembuat sejarah, jadi kita tidak bisa menulis sejarah konvensional yang mengandalkan adanya peristiwa spektakuler atau orang besar. Masuknya kapitalisme yang berupa penyewaan tanah itu mula-mula hanya mengenai tanah yang yang dikhususkan untuk raja (Sunan mendapat uang sewa). Disusul dengan reorganisasi tradisional agraria dan penghapusan sistem apanage secara menyeluruh pada 1918. Sejarah yang ditulis ini bukan sejarah konvensional tetapi tentang kehidupan sehari-hari, yaitu sejarah kejiwaan, sejarah mentalitas, dan sejarah sensibilitas. Dalam memerintah Surakarta, Kasunanan tidak sendirian. Ada dua kekuasaan pribumi, yaitu kasunanan dan kadipaten mangkunegaran. Tahun 1900 kekuasaan sunan meliputi enam kabupaten, yaitu Surakarta, Kartasura, Klaten, boyolali, ampel, dan Sragen. Kadipaten Mangkunegaran meliputi tiga kawedanan yaitu Wonogiri, Karanganyar, dan Kota. Untuk memerintah kerajaan, sunan dibantu seorang patih yang diangkat dengan persetujuan Belanda. Patih lah yang sebenarnya mengurusi kerajaan yang disebut Kanjeng Parentah Ageng. Raja hanya berdaulat penuh di istana. Urusan keluar harus lewat Residen Belanda. Walau kedaulatan raja sangat terbatas dan kekuasaan ekonomi juga menyurut, namun Pakubuwana X (PB X) dianggap sebagai raja besar. Hubungan raja dengan priyayi dituntut untuk mengikuti aturan-aturan (simbol-simbol budaya) yang ketat dan tak berubah. Bagi para priyayi kesetiaan raja begitu mendarah daging. Kekuasaan raja dan perilaku priyayi menimbulkan hasrat untuk melawan secara diam-diam, lalu terbentuklah impian melawan dalam wujud budaya tandingan. Karena itu, sejarah mentalitas mempelajari 1
  • 2. gejala-gejala bawah sadar adalah pendekatan yang paling sesuai untuk kawula. Tulisan mengenai raja, priyayi dan kawula di Surakarta, 19001915 akan menghasilkan sejarah sensibilitas (sensibility sensitivity) sejarah tentang kehidupan emosional manusia dimasa lalu. Sejarah hanya mengurus perkara yang ada hubungannya dengan masyarakat, mempunyai makna kemasyarakatan (societal significance). Karenanya memilih data-data yang mempunyai makna kemasyarakatan. Bab II Pakubuwana X, Sang Raja: Simbol Personal dan Simbol Publik Raja mempunyai wewenang pada rakyat berdasar hubungan Kawula Gusti. Raja adalah wewenang keliling Pangeran Kang Ageng (wakil tuhan Yang Maha Besar) yang jumlahnya tiga, yaitu: wahyu nurbuwah atau wahyu untuk menjadi raja seluruh jagat raya, wahyu khukumah raja semesta, wahyu wilayah menjadi wakil tuhan menjadi teladan semua kawula. Yang dipakai raja waktu bertahta di bangsal Pangrawit Pagelaran dalam upacara pemberian payung Srinugraha sebanyak lima belas macam. Atas berupa mahkota kanigara (kuluk) intan sampai bersepatu beledu hitam dengan kaos kaki biru tua. Pakaian untuk abdi dalem metengan (polisi), yaitu jagawesi dan jagalatri harus pakai bebed dan kuluk. Setiap bulan Maulud, Sunan akan memberikan hadiah pada orang Arab, Begal, Koja, Banjar, dan para haji yang berdzikir di masjid. Tiap orang mendapat dua gulden. Tahun 1905 di Surakarta telah berdiri sekolah Islam dengan nama Mambaul Ulum, sementara gedungnya memakai Pabongan yang terletak di sebelah utara masjid. Sekolah itu untuk menampung anakanak abdi dalem pemutihan, khatib, ulama, perdikan, juru kunci, suranata, termasuk anak-anak bukan pejabat. PB X memakai juga adat Eropa, pada hari ulang tahun atau pesta pernikahan karena Sunan tak pernah menerapkan etikat Jawa yang kaku untuk orang Eropa. Contoh perkawinan itu ialah yang diadakan 18 Mei 1905 untuk ke-40 hari perkawinan saudarasaudara dan anak-anak Sunan. Tamu diharuskan datang dengan aneka 2
  • 3. ragam kostum dan Sunan juga akan berdansa. Sebagai raja Jawa, pewaris tahta Mataram dia harus meladeni kehidupan panembahan Senapati yang diajarkan oleh Mangkunegaran IV dalam wedhatama yang suka prihatin. Bab III PRIYAYI: Abdi Dalem Raja dan Abdi Dalem Kerajaan Dibawah kepimimpinan PB X ada tiga jenis priyayi, yaitu priyayi yang bekerja pada raja, priyayi yang bekerja untuk kerajaan (parentah ageng), dan priyayi terpelajar (bangsawan pikiran). Sekitar tahun 1907 di Mangkunegaran bagian dari Surakarta juga didirikan sebuah organisasi priyayi. Oraganisasi itu, Mardi Taya adalah sebuah asosiasi budaya yang didirikan guna memajukan seni musik dan tari Jawa. Pada waktu itu priyayi merupakan kedudukan yang dicitacitakan. Kepriyayian pada saat itu sangat dihormati ketika pusat kekuasaan, raja, dan birokrasi kolonial memonopoli kekayaan-kekayaan simbolik maupun aktual. Sastra sebagai bentuk simbolik menekankan hierarki sosial. Dalam surat kabar Perilaku priyayi yang baik itu termasuk kepandaian berbahasa, gerak-gerik tubuh, air muka, kemampuan berbicara, dan moral yang baik. Perilaku menyimpang merupakan dosa besar terhadap raja, sang amurbeng bumi. Terdapat laporan mengenai kejahatan-kejahatan yang dilakukan priyayi misalnya mengadu dan berjudi walau pemerintah Surakarta telah melarang semua bagi para priyayi. Pada suatu hari sekitar 55 priyayi mengadakan pesta tayub pada tahun 1909 guna merayakan pernikahan empat putri Sunan disalah satu rumah priyayi itu, para tamu minum terlalu banyak sehingga mabuk dan pesta menjadi kacau. Tetapi ada juga hal-hal baik dari priyayi, yaitu sering mendengarkan 3
  • 4. ceramah-ceramah mengenai pendidikan, kemajuan, dan kondisi ekonomi rakyat Jawa. Kultus raja telah disosialisasikan dirumah tangga seorang calon priyayi yang berstatus sebagai wong cilik, priyayi rendah, maupun priyayi tinggi. Atas perkenan raja seorang bisa langsung diangkat jadi kliwon, pangkat peralihan dari priyayi rendah ke priyayi tinggi. Priyayi tinggi ialah bupati dan patih. Kepentingan raja juga kepentingan priyayi. Priyayi juga mengambil jarak dengan kawula, karena kawula adalah wong cilik yang tidak paham simbol-simbol kehalusan priyayi. Priyayi jenis inilah yang bercita-cita mati mulia sebagai abdi dalem raja. Bab IV KAWULA: Sumur Ajaib Sebagai Budaya Tandingan Suatu malam, pertengahan februari 1914 perempuan di kampung Bratan Laweyan Surakarta mimpi ditemui kakek tua yang mengatakan dhemit (jin) penjaga kampung Gajahan akan menunjukan permainan gambar hidup di sumur yang terletak dihalaman rumahnya. Anak itu menyatakan bahwa dalam sumur ada api dan seekor harimau, kemudian sumur itu ditutup polisi. Sejarah sebagai ilmu empiris-rasional tentu tidak akan menyatakan laporan itu mempunyai kebenaran ontologis artinya apa yang dilihat orang-orang itu sungguh terjadi. Laweyan adalah kemantren (onder distrik) yang terletak dibagian paling Barat. Laweyan tercatat dalam tradisi lisan sebagai tempat pelaksanaan hukuman bagi mereka yang bersalah terhadap kerajaan dan tubuh mereka yang terhukum dilemparkan kedalam sungai di Laweyan. Laweyan adalah pusat budaya santri dan dikenal sebagai poros kaum santri. Gajahan adalah kampung disebelah barat alun-alun Selatan, mendapat nama kampung karena disitulah gajah raja dikandangkan, dekat dengan kandang Badak. Biasanya gajah milik raja memperoleh gelar kiai 4
  • 5. dan ditunggu oleh abdi dalem (srati). Gajah milik raja disimpan dikandangnya atau di Taman Sriwedari. Bab V PERKAWINAN KEDUA PB X, 1915 Budaya Afirmatif dan Budaya Kritis PB X sudah lama kawin, sudah punya beberapa anak laki-laki dan istri lain, tetapi sang permaisuri belum melahirkan anak laki-laki calon raja, maka tahun 1915 raja memutuskan mencari permaisuri baru, yaitu putri Sultan Hamengkubuwana VII dari keraton Yogyakarta. Meskipun tahu kedudukan akan tersaingi sebagai permaisuri (lama) masih menyertai suaminya pergi dengan mobil ke alun-alun Selatan memeriksa para ahli dalem yang sedang berpesta dengan tarian nayuban yang amat ramai. Pesta dimulai dengan kunjungan Residen Keraton disertai Paku Alam, kemudian Residen dan Sunan pergi ke Sasana Parasdia. Ijab qobul dimulai, penghulu membaca doa yang diikuti oleh para rokhaniwan. Hubungan antara raja dengan priyayi terpelajar dan kawula persis seperti hubungan raja dengan BO dan SI. Hubungan itu nampak dari perkawinan raja yang kedua pada 1915 sekaligus peristiwa itu menunjukan bagaimana sikap priyayi dan kawula pada pemerintah kolonial. BO dan Si sebenarnya mempunyai karakteristik berbeda tapi sama-sama menyambut dengan bersemangat perkawinanya sebagai tanda kesetiaan mereka kepada nasionalisme Jawa 5
  • 6. Analisis A. Menurut saya buku karangan Kuntowijoyo yang berjudul “Raja, Priyayi dan Kawula” merupakan kategori sejarah lokal secara subyektif karena khusus menceritakan atau membahas tentang Kasunanan (Paku Buwana X) dan hubungannya dengan priyayi, kawula serta pemerintah kolonial Belanda. PB X diangkat sebagai putra mahkota kasunanan sejak berusia 3 tahun dan diangkat sebagai raja surakarta adiningrat pada 30 maret 1893, meninggal pada 20 Februari 1939. PB X waktu masih muda bertubuh langsing dengan kumis dan bentuk bibir yang bagus, diumpamakan sebagai kresna titisan dewa wisnu. namun makin lama PB X menjadi gemuk karena banyak makan makanan enak, suka alkohol dan merokok, suka berpakaian kebesaran yang bagus, punya banyak istri dan selir (4 istri resmi, 20 selir, 63 anak), suka berpelesir keluar kota dan berdansa di societiet, hedonisme dan interkultural lekat dengan kehidupan PB X. Raja melihat priyayi dan kawula sebagai abdi yang harus duduk di lantai, sementara kekuasaan raja ditunjukkan dengan gelarnya yang sangat panjang. Priyayi dan kawula melihat raja sebagai pemilik sah kerajaan melalui kepercayaan akan adanya wahyu yaitu bahwa raja mempunyai kekuasaan territorial, birokrasi dan hukum. Priyayi melihat kawula sebagi wong cilik yang tidak mempunyai simbol kekuasaan oleh karenanya rendah, kasar dan tidak terpelajar. Kawula akan memandang priyayi melalui jumlah sembah yang berhak diterima, pakaian yang dikenakan dan bahasa yang diucapkan. Cara kawula memahami simbol berbeda dengan priyayi, sebab ketika sampai di bawah simbol meluntur. Berbeda dengan priyayi yang sehari-hari harus berhadapan dengan simbol, kawula hampir tidak berhadapan dengan simbol raja secara langsung. Mereka berhadapan dengan simbol raja secara langsung hanya pada waktu tertentu misal prosesi kematian, pernikahan atau sekaten. Terhadap priyayilah sehari-hari kawula berurusan dengan simbol. Kekuasaan raja dan perilaku priyayi ini 6
  • 7. diam-diam menimbulkan hasrat untuk melawan dalam wujud budaya tandingan. B. Buku ini menggunakan aspek penulisan tematis karena menggunakan tema khusus yaitu secara politik dan hukum, PB X berada dibawah kuasa pemerintah hindia belanda, jadi PB X sangat terbatas ruang geraknya. berdasarkan pendidikannya sebagai bangsawan PB X mempunyai emotional intelligence yang tinggi maka dia memelihara dan mengeksploitasi simbol-simbol untuk kepentingan kekuasaannya. PB X memiliki IQ yang rendah, dia bodoh dalam matematika dan bahasa (PB X hanya menguasai bahasa jawa dan melayu) tapi dia memiliki kepekaan yang tinggi terhadap kesenian. PB X dicintai oleh rakyatnya karena menunjukkan nasionalisme jawa sekaligus pemberontakan yang halus terhadap kolonial dengan mengutus orang ke ambon pada tahun 1915 untuk berziarah ke makam PB VI dan puncaknya pada perkawinan keduanya dengan puteri sultan hamengkubuwana VII dari keraton yogyakarta yang menjadi pesta kolosal bagi seluruh keluarga raja, priyayi, dan kawula. Meskipun kedaulatan politik Sunan terbatas dan kekuasaan ekonominya juga menyurut namun Pakubuwana X, yang memerintah pada masa itu, dapat dianggap sebagai raja besar. Walaupun telah kehilangan kekuasaan politik dan ekonomi juga mundur, bukan berarti Sunan kehilangan segala-galanya. Sunan masih menguasai simbol-simbol budaya yang dapat memperkuat kedudukannya sebagai penguasa. Simbol-simbol itu sangat efektif bagi masyarakat tradisional. Pakubuwana X adalah seorang yang mempunyai EI (emotional intelegence) atau kecerdasan emosional tinggi, tetapi IQ (Intelegence Quality) rendah. Sunan sangat lemah dalam hal linguistic dan matematika, tetapi dengan EI lah Sunan menjadi raja besar. Dalam kehidupan sehari-hari ia sadar sebagai raja sehingga tidak ragu-ragu menggunakan simbol-simbol (meskipun ketinggalan jaman) untuk menegaskan kekuasaannya. Simbol tersebut antara lain melalui pakaian, penghormatan, bahasa, payung kebesaran dan lain-lain yang dibuat sangat cermat dan rinci. 7
  • 8. C. Corak pada buku ini adalah stratifikasi sosial yang ada di dalam masyarakat dilihat menggunakan bantuan dari ilmu sosiologi dan antropologi. Stratifikasi sosial ini tidak terlihat secara langsung tetapi dirasakan lewat hubungan-hubungan yang terjalin. Dilihat dari cara penggunaan pakaian, bahasa dan sembah. Dimana rakyat biasa dan abdi dalem dilarang menggunakan kereta di alun-alun. Rakyat dan priyayi harus menaati simbol-simbol yang ada. Adanya budaya tandingan muncul karena dominasi kebudayaan keraton dimana rakyat hanya dianggap sebagai penonton saja bukan pemerannya. Maka muncul pemikiran-pemikiran aneh dalam masyarakat yang biasa disebut “soemoer elok”. Struktur ini mencapai puncak saat pernikahan PB X yang kedua dimana semua lapisan termasuk priyayi, kawula, boedi Utomo dan SI ikut berpartisipasi untuk nasionalisme Jawa. 8