3. Kerajaan Kalingga
• Kerajaan Kalingga adalah kerajaan bercorak Buddha
di Jawa Tengah sekitar abad ke-6 Masehi.
• Lokasi tepatnya kerajaan ini berada masih belum
terlalu jelas dan masih diperdebatkan, kemungkinan
besar berada di Blora dan Cepu (Jawa Tengah).
4.
5. Sumber Sejarah Kerajaan Kalingga
Sumber sejarah kerajaan ini kebanyakan diperoleh
dari:
• Sumber Cina
• Kisah setempat
• Carita Parahyangan
6. Sumber Cina
Sumber-sumber manuskrip Cina ditulis pada masa
Dinasti Tang, oleh I-Tsing yang menyebut kerajaan ini
dengan nama Ho-ling dan berlokasi di Cho-po (Jawa).
Catatan tersebut berisikan tentang:
1. Kalingga disebutkan terletak di Jawa di daerah Laut
Selatan. Kerajaan ini berada di antara Kamboja di
sebelah Utara, Bali di sebelah Timur, dan Sumatera
di sebelah Barat.
2. Ibu kota kerajaan pada waktu itu dikelilingi benteng
yang terbuat dari tonggak kayu.
7. 3. Raja tinggal di istana kerajaan yang tersusun atas
bangunan bertingkat yang besar, mempunyai atap
dari pohon aren, serta singgasana dari gading
gajah.
4. Penduduknya pandai membuat arak dari nira pohon
kelapa.
5. Kerajaan ini menghasilkan banyak barang tambang
berupa perak dan emas, juga gading gajah dan
cula.
8. Pada tahun 664 M di Ho-ling (Kalingga) datang
seorang pendeta Cina yang bernama Hwining yang
bermaksud menerjemahkan kitab suci agama Buddha.
Sesampainya disana, ia mendapat bantuan dari
seorang
pendeta
Kalingga
yang
bernama
Jnanabadhra.
9. Kisah Setempat/Lokal
Terdapat kisah yang berkembang di Jawa Tengah
utara mengenai seorang Maharani legendaris bernama
ratu Sima yang menjunjung tinggi prinsip keadilan dan
kebenaran dengan keras tanpa pandang bulu.
Ia menerapkan hukuman yang keras bagi pencuri, yaitu
pemotongan tangan.
10. Pada suatu hari ketika seorang raja dari seberang
lautan mendengar mengenai kemahsyuran rakyat
kerajaan Kalingga yang terkenal jujur dan taat pada
hukum.
Untuk mengujinya ia meletakkan sekantung emas di
persimpangan jalan dekat pasar. Tak seorangpun
berani menyentuhnya, apalagi mengambilnya. Hingga
tiga tahun kemudian kantung itu tersentuh kaki putra
mahkota.
Untuk menjunjung tinggi hukum, ratu Sima
menjatuhkan hukum kepada anaknya, namun dewan
menteri memohonkan ampun baginya. Hukumannya
pun dikurangi dengan hanya dipotong kakinya.
11. Carita Parahyangan
• Berdasarkan naskah Carita Parahyangan yang
berasal dari abad ke-16 M, putri Maharani Sima,
Parwati, menikah dengan putera mahkota Kerajaan
Galuh yang bernama Mandiminyak, yang kemudian
menjadi raja kedua dari Kerajaan Galuh.
• Maharani Sima memiliki cucu yang bernama
Sanaha yang menikah dengan raja ketiga Kerajaan
Galuh, yaitu Bratasenawa.
• Sanaha dan Bratasenawa memiliki anak yang
bernama Sanjaya yang kelak menjadi raja Kerajaan
Kalingga Utara yang kemudian disebut dengan Bumi
Mataram, kemudian mendirikan Dinasti Sanjaya dan
Kerajaan Mataram Kuno.
14. Prasati Tukmas
• Prasati ini ditemukan di lereng barat Gunung Merapi,
di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag,
Magelang-Jawa Tengah.
• Prasasti ini bertuliskan huruf Pallawa dan berbahasa
Sansekerta.
• Prasasti ini menyebutkan tentang mata air yang
sangat bersih dan jernih. Sungai yang mengalir dari
sumber air tersebut disamakan dengan Sungai
Gangga di India.
• Pada prasati itu terdapat gambar-gambar seperti
trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra dan bunga
teratai yang merupakan lambang keeratan hubungan
manusia dengan dewa-dewa Hindu.
15.
16. Prasasti Sojomerto
• Prasasti ini ditemukan di Desa Sojomerto,
Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa
Tengah.
• Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa melayu
kuno.
• Prasasti ini memuat tentang keluarga dari Dapunta
Selendra yang merupakan cikal-bakal raja-raja
keturunan Wangsa Syailendra yang berkuasa di
Kerajaan Mataram Kuno.
17.
18. Candi Angin
• Candi ini terdapat di desa Tempur, Kecamatan
Keling, Kabupaten Jepara.
• Dinamakan Candi Angin karena letaknya yang tinggi
tapi tidak roboh terkena angin.
19. Candi BUbrah
• Candi ini terdapat di desa Tempur, Kecamatan
Keling, Kabupaten Jepara.