Al-ijarah (sewa-menyewa) merupakan akad yang sah dalam Islam yang membolehkan pemilik barang atau jasa untuk disewakan atau diupahkan kepada pihak lain dengan imbalan tertentu selama periode waktu yang disepakati. Akad ini memiliki rukun, syarat, dan ketentuan yang harus dipenuhi oleh para pihak. Akad ini berakhir apabila masa sewanya habis atau terjadi kerusakan pada barang yang disewakan
2. “Sesungguhnya Rosulullah SAW pernah berbekam kepada
seseorang dan beliau memberi upah kepada tukang bekam itu.
(Riwayat Bukhari dan Muslim)
Al-Ijarah berasal dari kata Al-Ajru yang berarti menurut bahasanya
ialah Al-Iwadh yang arti dalam bahasa Indonesia ialah ganti dan
upah.
Sedangkan menurut istilah para ulama mendefinisikan ijarah sebagai
berikut:
Menurut Hanafiyah bahwa Ijarah adalah akad untuk membolehkan
pemilikan manfaat yang diketahui dan disengaja dari suatu zat yang
disewa dengan imbalan.
3. HUKUM AKAD SEWA-MENYEWA
Ahli fiqih dalam berbagai madzhab telah menegaskan bahwa akad sewa-
menyewa adalah akad yang dibenarkan dalam syari’at. Dan bahkan ia
termasuk satu akad yang telah dijalankan oleh para nabi sejak zaman dahulu
kala. Sebagai buktinya simaklah firman Allah Ta’ala berikut :
“Berkatalah dia (Syu'aib): "Sesungguhnya Aku bermaksud menikahkan kamu dengan
salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku
delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun Maka itu adalah (suatu
kebaikan) dari kamu, Maka Aku tidak hendak memberati kamu. dan kamu insya Allah
akan mendapatiku termasuk orang- orang yang baik".[Al-Qashash ; 27]
4. KETENTUAN UANG SEWA
•
• "Hanzhalah bin Qais al-Anshari mengisahkan: Aku pernah berrtanya
kepada Rafi’ bin Khadij Radhiyallahu anhu perihal hukum menyewakan
ladang dengan uang sewa berupa emas dan perak (dinar dan dirham).
Maka beliau menjawab, “Tidak mengapa. Sejatinya dahulu semasa hidup
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masyarakat menyewakan ladang
‘sewa uang’ berupa hasil tanaman yang tumbuh di dekat sungai, parit, dan
hasil tumbuhan tertentu. Dan ketika musim panen tiba, bisa jadi tanaman
bagian ini rusak sedangkan bagian ini utuh sedangkan bagian itu rusak.
Kala itu tidak ada penyewaan ladang kecuali dengan cari ini, karena itu
mereka dilarang menyewakan ladangnya. Adapun menyewakan ladang
dengan ‘uang sewa’ yang telah jelas nan pasti maka tidak mengapa.”
5. BEBERAPA HUKUM DALAM SEWA-
MENYEWA
Hukum Pertama: Akad Sewa Akad Yang Mengikat
Diantara konsekuensi hukum yang harus Anda ingat selalu dalam akad sewa-menyewa
ialah yang berkaitan dengan karakternya.
Hukum kedua: Kepemilikan Uang Sewa Dan Hak Guna
Barang
Sebagai kelanjutan logis dari hukum pertama adalah
kepemilikan pemilik barang atas “uang sewa”
6. Hukum Ketiga: Pemanfaatan Barang Sewa
Telah dijelaskan di muka bahwa akad sewa-menyewa sejatinya adalah akad jual
beli kegunaan suatu barang dalam tempo waktu tertentu
Hukum Keempat: Kerusakan Ditanggung Pemilik Barang
Pepatah yang menyatakan “tiada gading yang tak retak” berlaku dalam segala
aspek kehidupan manusia, tanpa terkecuali pada barang yang menjadi objek
akad sewa-menyewa mereka..
7. Hukum Kelima: Kesepakatan Masa Sewa
Diantara poin utama yang membedakan akad sewa dari akad jual beli ialah
adanya lpembatasan masa
8. Apa saja rukun dan syarat sewa menyewa
Ada yang menyewa dan ada
yang mempersewakan. Barang yang disewa
Syaratnya
a. Berakal a. Jenisnya
b. Kehendak sendiri (bukan dipaksa) b. Kadarnya
c. Baligh
c. Sifatnya
d. Saling meridhai
d. Mempunyai manfaat
e. Bersifat kekal
9. Kapan berakhirnya akad ijarah?
a. Terjadi cacat pada barang sewaan yang tejadi
pada tangan penyewa
b. Rusaknya barang yang disewakan
c. Rusaknya barang yang diupahkan
d. Berakhirnya masa yang telah ditentukan dan
selesainya pekerjaan
10. Apa saja macam-macam ijarah?
Ijarah al’mafaah (sewa) yaitu akad ijarah yang objeknya berupa
manfaat suatu barang.
. Ijarah ‘alal ‘amal (upah)
Yaitu akad ijarah yang objeknya berupa mamfaat tenaga
kerja/jasa..