SlideShare a Scribd company logo
1 of 165
Download to read offline
1
ASUHAN KEBIDANAN TERHADAP NY.E UMUR 23 TAHUN P1A0
3 HARI POST PARTUM DENGAN PUTTING SUSU
LECET DI BPS MEGA, S.ST AKBID ADILA
BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Ahli madya Kebidanan Pada Prodi D III Kebidanan
Akbid Adila Bandar Lampung
DisusunOleh:
Nama : Betha Almyra Grenada Yudina
NIM : 201308006
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
i
2
LEMBAR PERSETUJUAN
Diterima dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di depan
Tim Penguji dalam Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila
Hari :
Tanggal :
Pembimbing
Vionita Gustianto, S.ST
ii
3
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima Dan Disahkan Oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila Pada:
Hari :
Tanggal :
Penguji I Penguji II
Mengetahui:
Direktur
dr. Wazni Adila, MPH
NIK : 2011041008
iii
4
CURICULUM VITAE
Biodata
Nama : BethaAlmyra Grenada Yudina
NIM : 201308006
Tempat/Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 18Januari 1996
Alamat : Jl. Teuku Umar GgKarya 1,No 29. Kel Gunung
Sari, Kec Enggal, Bandar Lampung.
Institusi : Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
Angkatan : Ke-8 (2015/2016)
Biografi
1. TK Yustikarini 2000-2001
2. SDN 1 Kemiling Bandar Lampung Lulus Pada Tahun 2001-2007
3. SMPN Muhammadiyah 3 Bandar Lampung Lulus Tahun 2007-2010
4. SMAN 07 Bandar Lampung Lulus Tahun 2010-2013
5. Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa di Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung sejak tahun 2013 hingga sekarang.
iv
5
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN PUTING SUSU
LECET TERHADAP NY. E UMUR 23 TAHUN P1A0Ah1
3 HARI POST PARTUM DI BPS Mega, S.ST
BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016
Betha Almyra Grenada Yudina,
INTISARI
Pada keadaan ini seorang ibu menghentikan proses menyusuinya karena putingnya sakit .
Komplikasi yang sering terjadi yaitu pada payudara, salah satu satunya yaitu pada payudara adalah
puting susu lecet umumnya menyusui akan menyakitkan dan kadang-kadang mengeluarkan darah.
Puting susu lecet dapat disebabkan oleh menyusuinya yang salah puting susu ibu terpapar oleh
sabun, krim alcohol atau bayi dengan lidah pendek atau mengecek apakah terdapat infeksi candida
(di dalam mulut bayi). Jika gejala berikut ditemui maka berikan nisatin. Biasanya, kulit akan
merah mengkilat, kadang gatal, terasa sakit yang menetap, dan kulit kering bersisik.
(Ambarwati,dkk,2008;h.46)
Tujuan memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas secara komprehensif dan sesuai dengan
manajemen kebidanan varney. Subjek dan objek dalam penelitian ini adalah ibu post partum hari
ke-3 P1 A0 dengan puting susu lecet di BPS Mega, S,ST. Setelah diaplikasikannya manajemen
kebidanan varney di atas, puting susu lecet dapat teratasi dan menganjurkan pada ibu untuk tetap
menyusui bayinya secara on demand.
Kata kunci : Puting susu lecet
Kepustakaan : 15 Refrensi (2009-2014)
Halaman : 157 halaman
v
6
MOTTO
Hidup seperti roda berputar kadang kita berada di
atas dan dibawah, selalu percaya diri ,berusaha
dan berdoa.
vi
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada
penulis, sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dalam bentuk
Studi Kasus Kebidanan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Terhadap Ny.E Umur 23
Tahun P1A0Ah1 3 Hari Post Partum Dengan Puting Susu Lecet Di BPS Mega S.St Bandar
Lampung Tahun 2016”. Dalam penyusunan KTI ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
bantuan pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Wazni Adila, MPH selaku Direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
2. VionitaGustianto, S.ST selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Adila
Bandar Lampung
3. Bidan Mega, S.ST selaku pembimbing lahan praktik
4. Seluruh Dosen dan Staf Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
5. Almamater seperjuangan yang selalu memberikan semangat dalam Karya Tulis Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
pembaca guna perbaikan pada masa yang akan datang. Akhirknya penulis berharap semoga Karya
Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca.
Bandar Lampung, Juli 2016
Penulis
vii
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................ iii
CURICULUM VITAE....................................................................... iv
INTISARI........................................................................................... v
MOTTO………………. ..................................................................... vi
KATA PENGANTAR........................................................................ vii
DAFTAR ISI ..................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang ................................................................... 1
B. RumusanMasalah................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................. 3
D. RuangLingkup ................................................................... 4
E. ManfaatPenelitian ............................................................... 4
F. MetodePengumpulan Data ................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. TinjauanTeoriMedis .......................................................... 7
B. TinjauanTeoriAsuhanKebidanan ...................................... 47
C. LandasanHukum ................................................................. 61
BAB III TINJAUAN KASUS
A.Pengkajian .......................................................................... 70
B. Matriks ................................................................................ 80
BAB IV PEMBAHASAN
A.Pengkajian............................................................................ 98
B. Interprestasi Data................................................................. 125
C. Identifikasidiagnoseataumasalahpotensial. ........................ 128
D. TindakanSegera................................................................... 129
E. Perencanaan......................................................................... 130
F. Pelaksanaan.......................................................................... 133
G. Evaluasi............................................................................... 139
viii
9
BAB V PENUTUPAN
A. Kesimpulan.......................................................................... 145
B. Saran ................................................................................... 147
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
10
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kebijakan program nasionalmasanifas.................................. 13
Tabel 3.1 Matriks................................................................................. 80
x
11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Konsul
Lampiran 2 : SatuanAcaraPenyuluhan (SAP)
Lampiran 3 : Leaflet
Lampiran 4 : Dokumentasi
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ASI Eksklusif menuru World Health Organitation (WHO) adalah pemberian
ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun
makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian
ASI selama 6 bulan dianjurkan oleh pedoman international yaitu didasarkan
pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga, maupun
Negara (Dewi,2011;h.25).
Berdasarkan, pada tahun 2012 SDKI kembali mencatat kenaikan AKI yang
signifikan, yakni dari 228 menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran
hidup.. Oleh karena itu, pada tahun 2012 Kementrian Kesehatan meluncurkan
program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka
menurunkan angka kematian ibu dan neonatal sebesar 25% .
(Profil Kes Indonesia, 2014;h.86).
Kasus Kematian Maternal di Provinsi Lampung pada tahun 2014 dilaporkan
sebanyak 100 kasus, mengalami penurunan cukup signifikan dibanding 2013
yang mencapai 158 kasus. Disebabkan oleh Pendarahan sebanyak 47 kasus,
Eklamsi sebanyak 46 kasus, Infeksi sebanyak 9 kasus, Partus lama sebanyak 1
kasus dan lain-lain sebanyak 54 kasus. Sedangkan pada tahun 2014 yaitu
Perdarahan sebanyak 30 , Eklamsi sebanyak 25, dan Infeksi sebanyak 6.
2
Serta, kasus kematian maternal yang terjadi di Kota Bandar Lampung
sebanyak 6 kasus pada ibu nifas (Dinkes Provinsi Lampung 2015,h:47-48).
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula
(sebelum hamil) masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu.
(Sulistyawati,2009 :h.1) Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah
persalinan. Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi angka
kematian ibu (AKI). ( Dewi dan Sunarsih, 2011;h.109)
Berdasarkan hasil kunjungan di BPS Mega S.ST, dimana didapatkan
seorang ibu yang sedang dalam proses pemeriksaan masa nifas pada tanggal
11 Juni 2016 jam 13.00WIB, Ibu tersebut mengeluh nyeri dan lecet pada
bagian puting sebelah kiri dan belum mengetahui teknik menyusui yang benar
pada bayinya dengan alasan ini merupakan kelahiran anak pertamanya.
Sehingga penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan Kebidanan Masa
Nifas Terhadap Ny.E Usia 23 tahun P1A0 Post Partum hari ke-3 dengan
Puting Susu Lecet .
B. Rumusan Masalah
“Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas Terhadap Ny.E Usia
23 Tahun P1A0 Post Partum Hari Ke-3 Dengan Puting Susu Lecet Di BPS
Mega S.ST Bandar Lampung Tahun 2016?”
3
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diharapkan penulis mampu melakukan Asuhan Kebidanan Pada Masa
Nifas Terhadap Ny.E Usia 23 Tahun P1A0 Post Partum Hari Ke-3
Dengan Puting Susu Lecet Di BPS Mega S.ST Bandar Lampung tahun
2016 dengan pendekatan managemen kebidanan varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian data terhadap Ny.E Usia 23 Tahun
P1A0 Post Partum Hari ke-3, dengan Puting Susu Lecet di BPS Mega
S.ST.
b. Mampu menentukan diagnosa dan menganalisis masalah yang telah
dikumpulkan dari Ny.E Usia 23 Tahun P1A0 Post Partum Hari ke-3
dengan Puting Susu Lecet di BPS Mega S.ST.
c. Mampu menegakkan diagnose dan masalah potensial berdasarkan
diagnose yang telah ditentukan pada Ny.E Usia 23 Tahun P1A0 Post
Partum Hari ke-3 dengan Puting Susu Lecet di BPS Mega S.ST.
d. Mampu melaksanakan tindakan segera berdasarkan kondisi terhadap
Ny.E Usia 23 Tahun P1A0 Post Partum Hari ke-3 dengan Puting Susu
Lecet di BPS Mega S.ST.
e. Mampu merencanakan asuhan terhadap Ny.E Usia 23 Tahun P1A0 Post
Partum Hari ke-3 dengan Puting Susu Lecet di BPS Mega S.ST.
4
f. Mampu melaksanakan tindakan asuhan kebidanan secara langsug pada
Ny.E Usia 23 Tahun P1A0 Post Partum Hari ke-3 dengan Puting Susu
Lecet di BPS Mega S.ST.
g. Mampu mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
pada Ny.E Usia 23 Tahun P1A0 Post Partum Hari ke-3 dengan Puting
Susu Lecet di BPS Mega S.ST.
D. Ruang Lingkup
1. Sasaran
Sasaran Asuhan Kebidanan pada ibu nifas study kasus ini adalah Ny.E
Usia 23 Tahun Post Partum Hari ke-3.
2. Tempat
Dalam penelitian ini penulis mengambil di Di BPS Mega S.ST Bandar
Lampung.
3. Waktu
Study kasus ini dilaksanakan dari tanggal 11 Juni 2016- 16 Juni Tahun
2016.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan bahan bacaan dan salah satu sumber informasi bagi
peneliti selanjutnya dan bagi pendidikan sebagai contoh dan nilai ukur
5
agar yang selanjutnya bisa lebih baik dalam hal melaksanakan program
pendidikan.
2. Bagi Lahan Praktik
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau masukan dalam
penatalaksanaan Puting Susu Lecet, sehingga dapat membantu penurunan
AKI yang disebabkan karena infeksi.
3. Bagi Pasien
Dapat memberikan pengetahuan tentang Puting Susu Lecet dan cara
Teknik Menyusui yang baik dan benar.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi peneliti
selanjutnya, sehingga peneliti mampu memenuhi kebutuhan yang
dibutuhkan pada perawatan puting susu lecet saat masa nifas.
F. Metodelogi dan Teknik Memperoleh Data
1. Metode Penelitian
Metode penelitian menggunakan Studi Kasus. Studi Kasus dilakukan
dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri
dari unit tunggal. Unit tunggal di sini dapat berarti satu orang, sekelompok
penduduk yang terkena suatu masalah. Unit yang menjadi kasus tersebut
secara mendalam dianalisis baik dari segi yang berhubungan dengan
keadaan kasus itu sendiri, faktor-faktor yang mempengaruhi, kejadian-
kejadian khusus yang muncul sehubungan dengan kasus, maupun tindakan
6
dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan atau pemaparan tertentu.
Meskipun di dalam studi kasus ini yang diteliti hanya berbentuk unit
tunggal, namun dianalisis secara mendalam, meliputi berbagai aspek yang
cukup luas, serta penggunaan berbagai teknik secara mendalam
(Notoatmodjo, 2010 ; h. 47).
2. Teknik meperoleh data
Teknik memperoleh data dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah :
a. Data primer, menggunakan :
1) Anamnesis (Pengumpulan data)
2) Observasi (Pengamatan)
3) Pemeriksaan Fisik
b. Data sekunder, menggunakan :
1) Studi Kepustakaan
2) Studi Dokumentasi
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori Medis
1. Masa Nifas
a. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca
persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan
ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan
pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi serta
penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan,
imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.(Prawiroharjo 2012, h ; 356).
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
semula /sebelum hamil /masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu
(Sulistyawati, 2009,h ;1).
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai
alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa
nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Saleha, 2013;h.1).
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.
Lama masa nifas ini 6-8 minggu (Ambarwati & Wulandary 2010,h;1).
7
8
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Rukiyah et all, 2011;h.2).
b. Tujuan asuhan masa nifas
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis baik ibu maupun bayinya, diperkirakan 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi
dalam jam pertama.Kematian BBL terjadi dalam waktu 7 hari setelah
lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi pada
masa nifas berdasarkan sumber yaitu :
1) Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas adalah untuk menghindarkan
atau mendeteksi kemungkinan adanya perdarahan post partum dan
infeksi. Oleh karena itu, penolong persalinan tetap waspada, sekurang-
kurangnya satu jam post partum untuk mengatasi kemungkinan
terjadinya komplikasi persalinan. Umumnya wanita sangat lemah setelah
melahirkan, terlebih bila partus berlangsung lama.
2) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis
harus diberikan oleh penolong persalinan, ibu dianjurkan untuk
menjaga kebersihan seluruh tubuh. Bidan mengajarkan kepada ibu
bersalin bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan
air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah sekitar
vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang dan baru membersihkan
daerah sekitar anus. Sarankan untuk mencuci tangan dengan sabun
9
dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya. Jika
ibu mempunyai luka robekan atau laserasi sarankan ibu untuk
menghindari/tidak menyentuh daerah luka.
3) Melaksanakan skrining secara komprehensif. Melaksanakan skrining
yang komprehensif dengan mendeteksi masalah, mengobati, dan
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. Pada hal
ini seorang bidan bertugas untuk melakukan pengawasan kala IV yang
meliputi pemeriksaan plasenta, pengawasan TFU, pengawasan PPV,
pengawasan konsistensi rahim,dan pengawasan keadaan umum ibu.
Bila ditemukan permasalahan, maka harus melakukan tindakan sesuai
standar pelayanan pada penatalaksanaan pada masa nifas.
4) Memberikan pendidikan kesehatan diri
Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan diri,nutrisi, KB,
menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya, dan perawatan bayi
sehat. Ibu-ibu postpartum harus diberikan pendidikan mengenai
pendidikan gizi ibu menyusui yaitu sebagai berikut :
a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral
dan vitamin yang cukup.
c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari
(anjurkan ibu untuk minum sebelum menyusui)
5) Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan payudara,
yaitu sebagai berikut :
10
a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
b) Menggunakan bra yang menyokong payudara.
c) Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar
pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui
tetap dilakukan mulai dari puting susu yang tidak lecet.
d) Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadinya bendungan ASI.
6) Konseling menggenakan KB, antara lain seperti berikut ini.
a) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali.
b) Biasanya wanita akan menghasilkan ovulasi sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya setelah persalinan. Pada umumnya
metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah persalinan.
c) Sebelum menggunakan KB sebaiknya dijelaskan efektivitasnya,
efek samping, untung ruginya, serta kapan metode tersebut dapat
digunakan.
d) Jika ibu dan pasangan sudah memilih metode KB tertentu dalam 2
minggu ibu dianjurkan untuk kembali.
(Dewi dan Sunarsih, 2011;h,2-3)
11
c. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas
1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas
sesuai dengan kebutuhan ibu untuk ibu untuk mengurangi ketegangan
fisik dan psikologis selama masa nifas.
2) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi, serta keluarga.
3) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.
4) Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu
dan anak, serta mampu melakukan kegiatan administrasi.
5) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi
yang baik, serta mempraktikkan kebersihan yang aman.
7) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnosis dan rencana tindakan juga melaksanakannya
untuk mempercepat proses persalinan, serta mencegah komplikasi
dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
8) Memberikan asuhan secara profesional.
12
d. Tahapan Masa Nifas
1) Tahapan masa nifas
Masa nifas seperti dijelaskan diatas merupakan rangkaian setelah
proses persalinan dilalui oleh seorang wanita, beberapa tahapan masa
nifas yang harus dipahami oleh seorang bidan antara lain:
a) Puerperium dini yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
b) Puerperium intermedial yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat
genital yang lamanya 6-8 minggu.
c) Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki komplikasi
(Rukiyah et. all, 2011; h. 5).
13
Tabel 2.1 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
(Sulistyawati,2009;h.6)
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam
setelah
persalinan
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan, rujuk
bila pendarahan berlanjut
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga mengenai bagaimana cara mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri
d) Pemberian ASI awal
e) Melakukan hubungan antara ibu dengan bayi yang baru lahir
f) Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah
hypotermi
g) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal
dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil
2 6 hari
setelah
persalinan
a) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal :
Uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada
pendarahan abnormal, tidak ada bau
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau pendarahan
abnormal
c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makan, cairan, dan
istirahat
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan memperhatikan
tanda-tanda penyulit
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi
sehari-hari
3 2 minggu
setelah
persalinan
Sama seperti diatas
4 6 minggu
setelah
persalinan
a) Menanyakan pada ibu tentang kesulitan-kesulitan yang ia atau
bayinya alami
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini
14
e. Proses Laktasi dan Menyusui
1) Anatomi payudara
Payudara yang matang adalah salah satu tanda pertumbuhan skunder
dari seorang perempuan dan salah satu organ yang indah dan menarik.
Lebih dari itu, untuk mempertahankan kelangsungan hidup
keturunannya, maka organ ini menjadi sumber utama kehidupan,
karena Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting,
terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan bayi.
Payudara(mammae) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas
otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk
nutrisi bayi. Manusia yang mempunyai sepasang kelenjar payudara,
yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram, dan saat
menyusui 800 gram.
a) Letak : Setiap payudara terletak pada sternum yang meluas setinggi
kosta kedua dan keenam. Payudara ini terletak pada fascia
superficialis dinding rongga dada yang disanggah oleh ligamentum
sospensorium.
b) Bentuk : Bentuk masing-masing payudara berbentuk tonjolan
setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang
meluas keketiak atau aksila.
15
c) Ukuran : Ukuran payudara berbeda pada setiap individu, juga
tergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang
salah satu payudara ukurannya agak lebih besar dari pada yang
lain.
d) Struktur makroskopis
Struktur makroskopis payudara adalah sebagai berikut :
(1) Cauda Aksilaris
Adalah jaringan payudara yang meluas kearah aksila.
(2) Areola
Adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar
dan mengalami pigmentasi. Areola pada masing-masing
payudara memiliki garis tengah kira-kira 2,5 cm. Letaknya
mengelilingi puting susu dan berwarna kegelapan yang
disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada
kulitnya.
(3) Papila Mamae
Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya
variasi bentuk dan ukuran payudara, maka letaknya akan
bervariasi. Pada tempat-tempat ini terdapat lubang-lubang
kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-
ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening,
serat-serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga
bila ada kontraksi duktus laktiferus akan memadat dan
16
menyebabkan puting susu tegang, sedangkan otot-otot yang
longitudinal akan menarik kembali puting susu tersebut bentuk
puting susu ada 4 macam yaitu bentuk yang normal, pendek
/datar, panjang, dan terbenam.
e) Struktur Mikroskopis
(1) Alveoli
Alveolus merupakan unit terkecil yang memproduksi susu.
Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel
plasma, sel otot polos, dan pembuluh darah.
(2) Duktus lactiferus
Adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa
tubulus laktiferus
(3) Ampulla
Bagian dari duktus laktiferus yang melebar, merupakan
tempat menyimpan air susu.Ampula terletak dibawah areola.
(4) Lanjutan setiap duktus laktiferus
Meluas dari ampula sampai muara papilla mammae.
(Dewi dan Sunarsih,2011:h.4-5,7-9)
17
2) Fisiologi laktasi
Selama masa kehamilan, hormon esterogen dan progesteron
menginduksi perkembangan alveoli dan duktus laktiferus di dalam
payudara, serta merangsang produksi kolostrum. Produksi ASI tidak
berlangsung sampai masa sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormon
esterogen menurun. Penurunan kadar esterogen ini memungkinkan
naiknya kadar prolaktin dan produksi ASI. Produksi prolaktin yang
berkesinambungan disebabkan oleh menyusunya bayi pada payudara
ibu.Pelepasan ASI berada dibawah kendali neuro-endokrin.
Rangsangan sentuhan pada payudara (bayi menghisap) akan
merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel
myoepithel. Proses ini disebut sebagai “ reflek prolaktin” atau milk
production reflect yang membuat ASI tersedia bagi bayi. Dalam hari-hari
dini, laktasi reflek ini tidak dipengaruhi oleh keadaan emosi ibu.
Nantinya, reflek ini dapat dihambat oleh keadaan emosi ibu bila ia
merasa takut, lelah, malu, merasa tidak pasti, atau bila merasakan nyeri.
(Sulistyawati, 2009;h.10-11)
3) Pembentukan air susu
Pada ibu yang menyusui memiliki dua reflek yang masing-masing
berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu sebagai
berikut;
18
a) Reflek prolaktin
Pada akhir kehamilan, hormon prolaktin memegang peranan untuk
membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas karena
aktivitas prolaktin dihambat oleh esterogen dan progesteron yang
kadarnya memang tinggi. Setelah partus, lepasnya plasenta dan
kurang berfungsinya korpus luteum membuat esterogen dan
progesteron sangat berkurang, ditambah dengan isapan bayi yang
merangsang puting susu dan kalang payudara yang akan
merangsang ujung-ujung syaraf-syaraf sensoris yang berfungsi
sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini di lanjutkan ke
hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus yang akan
menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi
prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor-faktor
yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofisis anterior
sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel alveoli yang
berfungsi untuk membuat air susu.
b) Reflek let down
Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis anterior,
rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke
hipofisis posterior (neurohipofisis) yang kemudian dikeluarkan
oksitosin. Melalui aliran darah, horomon ini diangkat menuju
uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga
terjadi involusi dari organ tersebut. Kontraksi dari sel akan
19
memeras air susu yang telah di produksi keluar dari alveoli dan
masuk ke dalam system duktus, selanjutnya mengalir melalui
duktus laktiferus masuk ke mulut bayi. Faktor-faktor yang
meningkatkan reflek let down adalah sebagai berikut
(1) Melihat bayi
(2) Mendengar suara bayi
(3) Mencium bayi
(4) Memikirkan untuk menyusui bayi
(Dewi dan Sunarsih 2011;h.11-13)
4) Manfaat pemberian ASI
a) Bagi bayi
(1)Dapat membantu memulai kehidupan dangan baik.
(2)Mengandung antibodi
(3)ASI mengandung komposisi yang tepat
(4)Mengurangi kejadian karies dentis
(5)Memberikan rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya
ikatan antara ibu dan bayi.
(6)Terhindar dari alergi
(7)ASI meningkatkan kecerdasan bayi
(8)Membantu perkembangan rahang dan merangsnag pertumbuhan
gigi.
20
b) Bagi ibu
(1) Aspek kontrasepsi
(2) Aspek kesehatan ibu
(3) Aspek penurunan beraat badan
(4) Aspek psikologis
c) Bagi keluarga
(1) Aspek ekonomi
(2) Aspek psikologi
(3) Aspek kemudahan
d) Bagi Negara
(1) Menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi
(2) Menghemat devisa Negara
(3) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
(4) Peningkatan kualitas generasi penerus
(Walyani dan Purwoastuti, 2015;h.24-27)
5) Komposisi gizi dalam ASI
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi.ASI khusus dibuat untuk bayi
manusia.Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna, serta
sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi.
a) Protein
Keistimewaan protein dalam ASI dapat dilihat dari rasio protein
whey : kasein = 60 : 40, disbanding dengan susu sapi yang rasionya
20 : 80. ASI mengandung alfa – laktabumin, sedangkan air
21
sususapi mengandung beta – laktoglobulin dan bovine serum
albumin. ASI mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi.
Kadar metiolin dalam ASI lebih rendah dari pada susu sapi,
sedangkan sistem lebih tinggi. Kadar tirosin dan fenalanin pada
ASI rendah. Kadar poliamin dan nukleotid yang untuk sinteis
protein pada ASI lebih tinggi dibandingkan air susu sapi.
b) Karbohidrat
ASI mengandung karbohidrat lebih tinggi dari air susu sapi (6,5 – 7
gram). Karbohidrat yang pertama adalah laktosa.
c) Lemak
Bantu emulsi lebih sempurna. Kadar lemak tak jenuh dalam ASI 7-
8 kali lebih besar dari air susu sapi. Asam lemak rantai panjang
berperan dalam perkembangan otak. Kolesterol yang diperlukan
untuk mielinisasi susunan saraf pusat dan diperkirakan juga
berfungsi dalam perkembangan pembentukan enzim.
d) Mineral
ASImengandung mineral lengkap. Total mineral selama laktasi adalah
konstan. Fa dan Ca paling stabil, tidak terpengaruh diet ibu. Garam
organic yang terdapat dalam ASI terutama kalsium, kalium, dan
natrium dari asam klorida dan fosfat. ASI memiliki kalsium, fosfor,
sodium postasium, dalam tingkat yang lebih rendah dibandingkan
dengan susu sapi. Bayi yang diberi ASI tidak akan menerima
22
pemasukan suatu muatan garam yang berlebihan sehingga tidak
memerlukan air tambahan dibawah kondisi-kondisi umum.
e) Air
Kira-kira 88% ASI terdiri atas air yang berguna melarutkan zat-zat
yang terdapat di dalamnya sekaligus juga dapat meredakan
rangsangan haus dari bayi.
f) Vitamin
Kandungan vitamin dalam ASI adalah lengkap, vitamin A, D, dan
C cukup.Sementara itu, golongan vitamin B kecuali riboflavin dan
asam penthothenik lebih kurang.
(1) Vitamin A : air susu manusia yang sudah masak ( dewasa
mengandung 280 IU) vitamin A dan kolostrum mengandung
sejumlah dua kali itu. Susu sapi hanya mengandung 18 IU.
(2) Vitamin D : vitamin D larut dalam air dan lemak, terdalam air
susu manusia.
(3) Vitamin E : Kolostrum manusia kaya akan vitamin E,
fungsinya adalah untuk mencegah hemolitik anemia, akan
tetapi juga membantu melindungi paru-paru dan retina dari
cedera akibat oxide.
(4) Vitamin K : Diperlukan untuk sintesis faktor-faktor
pembekuan darah, bayi yang mendapatkan ASI mendapat
vitamin K lebih banyak .
23
(5) Vitamin B Kompleks : vitamin B ada pada tingkat yang
diyakini memberikan kebutuhan harian yang diperlukan.
(6) Vitamin C : Vitamin C sangat penting dalam sintesis kolagen,
ASI mengandung 43 mg/ 100 ml vitamin C dibandingkan
dengan susu sapi.
6) Stadium ASI
ASI dibedakan menjadi tiga stadium yaitu sebagai berikut :
a) Kolostrum
Cairan pertama yaitu diperoleh bayi pada ibunya adalah kolostrum,
yang mengandung kaya akan protein, mineral, dan antibodi dari
pada ASI yang telah matang. ASI mulai ada kira-kira pada hari ke-
3 atau hari ke-4.
Kolostrum berubah menjadi ASI yang matang kira-kira 15 hari
sesudah bayi lahir kolostrum merupakan cairan dengan viskositas
kental, lengket, dan berwarna kekuningan.
b) ASI transisi / peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai
sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10.
Selama dua minggu, volume air susu bertambah banyak dan
berubah warna, serta komposisinya. Kadar immunoglobulin dan
protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
24
c) ASI matur
ASI matur disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya.ASI matur
tampak berwarna putih.Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak
menggumpal bila dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama kali
atau saat lima menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih
encer, serta mempunyai kandungan rendah lemak, tinggi laktosa,
gula, protein, mineral, air.
7) Tanda bayi cukup ASI
Bayi usia 0-6 bulan, dapat dinilai mendapat kecukupan ASI bila
mencapai kadar berikut .
a) Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal
mendapatkan ASI 8 kali pada 2-3 minggu pertama.
b) Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna
menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir.
c) Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8x sehari.
d) Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI.
e) Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah habis.
f) Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal.
g) Pertumbuhan berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) bayi sesuai
dengan grafik pertumbuhan.
h) Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai
dengan rentang usianya)
25
i) Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu saat lapar akan bangun dan
tidur dengan cukup.
j) Bayi menyusu dengan kuat (rakus), kemudian mengantuk dan
tertidur pulas.
(Dewi dan Sunarsih 2013,h;19-20,24)
8) ASI Eksklusif
a) Pengertian
ASI Eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara
eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, sejak usia 30 menit
post natal (setelah lahir) sampai usia 6 bulan, tanpa tambahan
cairan lain seperto : susu formula, sari buah, air putih, madu, air
teh, dan tanpa tambahan makanan padat seperti buah-buahan,
biskuit, bubur susu, bubur nasi, nasi tim.
b) Manfaat ASI Eksklusif
(1) Manfaat bagi bayi
(a) ASI sebagai nutrisi
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan
komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan
kebutuhan pertumbuhan bayi.ASI adalah makanan bayi
yang paling sempurna baik kualitas maupun kuantitasnya.
Melalui penatalaksanannya menyusui yang benar, ASI
sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi
kebutuhan tubuh bayi normal sampai usia 6 bulan.
26
(b) ASI sebagai kekebalan
Bayi baru lahir secara alamiah mendapat zat kekebalan
dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan
cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir, padahal
bayi sampai usia beberapa bulan tubuh bayi belum dapat
membentuk sendiri zat kekebalan didalam tubuh bayi
menjadi rendah. Hal ini akan tertutupi jika bayi
mengkonsumsi ASI. ASI mengandung zat kekebalan yang
akan melindungi bayi dari bahaya penyakit dan infeksi,
seperti: diare, infeksi telinga, batuk, pilek, dan penyakit
alergi (Roesli,2000;Depkes 2001). Angka morbiditas dan
mortalitas bayi yang diberi ASI eksklusif jauh lebih kecil
disbanding bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif.
(c) ASI meningkatkan kecerdasan bayi
Bulan-bulan pertama kehidupan bayi sampai dengan usia
2 tahun adalah periode dimana terjadi pertumbuhan otak
yang sangat pesat. Oleh karena itu kesempatan ini
hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya agar otak bayi
dapat tumbuh optimal dengan kualitas yang
optimal.Pertumbuhan otak adalah factor utama yang
mempengaruhi perkembangan kecerdasan.Sementara itu
pertumbuhan otak sangat dipengaruhi oleh nutrisi yang
diberikan kepada bayi baik dari segi kualitas maupun
27
kuantitasnya. Nutrisi utama untuk pertumbuhan otak
antara lain :
Taurin, Lactosa, DHA, AA, Asam Omega-3, dan Omega-
6.Semua nutrisi yang dibutuhkan untuk itu, bisa
didapatkan dari ASI.
(d) Meningkatkan jalinan kasih sayang
Pada waktu menyusu, bayi berada sangat dekat dalam
dekapan ibunya. Semakin sering bayi berada dalam
dekapan ibunya, maka bayi akan semakin merasakan kasih
sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman,tentram, dan
nyaman terutama karena masih dapat mendengar detak
jantung ibunya yang telah dikenalnya sejak dalam
kandungan. Perasaan terlindungi dan disayangi inilah yang
akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan
membentuk ikatan yang erat antara ibu dan bayi.
Selain 4 manfaat pokok diatas, ada beberapa manfaat lain
pemberian ASI bagi bayi yaitu ASI mudah dicerna karena
mengandung enzim pencernaan sehingga bayi yang diberi
ASI tidak mengalami obstipasi (sembelit), dan ASI tidak
memberatkan fungsi saluran pencernaan dan ginjal yang
belum sempurna. ASI juga menunjang perkembangan
motorik sehingga bayi ASI eksklusif akan lebih cepat bisa
jalan, membantu pembentukan rahang yang bagus,
28
meningkatkan daya pengelihatandan kepandaian bicara
dan mencegah obesitas (kegemukan) pada bayi, dan
mencegah anemia akibat kekurangan zat besi. ASI juga
mengurangi resiko terkena penyakit diabetes, kanker pada
anak, dan diduga mengurangi kemungkinan menderita
penyakit jantung.
(2) Manfaat menyusui bagi ibu
(a) Mengurangi pendarahan dan anemia setelah melahirkan
serta mempercepat pemulihan rahim kebentuk semula.
Menyusui bayi segera setelah melahirkan dan
meningkatkan kadar oksitosin didalam tubuh ibu.
Oksitosin berguna untuk proses kontriksi/penyempitan
pembulu darah dirahim sehingga pendarahan akan lebih
cepat berhenti sehingga kemungkinan terjadi pendarahan
dapat berkurang. Hal ini juga dapat mengurangi adanya
anemia pada ibu. Selain itu kadar oksitosin yang
meningkat juga sangat membantu mempercepat rahim
kembali mendekati ukuran seperti sebelum hamil.
(b) Menjarangkan kehamilan
Menyusui/memberikan ASI pada bayi merupakan cara
kontrasepsi alamiah yang aman, murah, dan cukup
berhasil.
29
(c) Lebih cepat langsing kembali
Menyusui memerlukan energi yang besar. Tubuh ibu akan
mengambil sumber energi dari lemak-lemak yang
tertimbun selama hamil terutama dibagian paha dan
lengan atas, sehingga berat badan ibu yang menyusui akan
lebih cepat kembali ke berat badan semula.
(d) Mengurangi kemungkinan menderita kanker
Beberapa penelitian menunjukan bahwa menyusui akan
mengurangi terjadinya kanker payudara dan akan
mengurangi resiko ibu terkena penyakit kanker indung
telur.
(e) Lebih ekonomis dan murah
ASI adalah jenis makanan bermutu yang murah dan
sederhana yang tidak memerlukan perlengkapan menyusui
sehingga dapat menghemat pengeluaran. Bayi yang diberi
ASI eksklusif mempunyai daya tahan tubuh yang kuat,
sehingga bayi akan terhindar dari berbagai macam
penyakit dan infeksi. Hal tersebut akan menghemat
pengeluaran untuk berobat kedokter atau rumah sakit.
(f) Tidak merepotkan dan hemat waktu
ASI sangat mudah diberikan tanpa harus menyiapkan atau
memasak air, juga tanpa harus mencuci botol. ASI
mempunyai suhu yang tepat sehingga dapat langsung
30
diminumkan pada bayi, tanpa perlu khawatir terlalu panas
atau dingin. ASI dapat diberikan kapan saja, dimana saja
dan tidak perlu takut persediaan habis.
(g) Portabel dan praktis
ASI mudah dibawa kemana-mana (portable), siap kapan
saja dan dimana saja bila dibutuhkan. Pada saat bepergian
tidak perlu membawa alat listrik untuk memasak atau
menghangatkan susu serta tidak perlu membawa peralatan
untuk membuat susu dan tidak perlu membawa alat listrik
untuk menghangatkan susu serta tidak perlu takut basi
karena ASI didalam payudara ibu tidak akan pernah basi.
(h) Memberi kepuasan kepada ibu
Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasa
puas,bangga dan bahagia yang mendalam.
9) Perawatan payudara
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara
terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk memperlancarkan
pengeluaran ASI. Perawatan payudara adalah perawatan payudara
setelah ibu melahirkan dan menyusui yang merupakan suatu cara yang
dilakukan untuk merawat payudara agar air susu keluar dengan lancar.
Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil sampai
masa menyusui.Hal ini dikarenakan payudara merupakan satu-satu
31
penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir
sehingga harus dilakukan sedini mungkin.
a) Tujuan perawatan payudara
(1) Memelihara kebersihan payudara
(2) Melenturkan dan menguatkan puting susu
(3) Payudara yang terawat akan memproduksi ASI cukup untuk
kebutuhan bayi.
(4) Dengan perawatan payudara yang baik ibu tidak perlu khawatir
bentuk payudaranya akan cepat berubah sehingga kurang
menarik.
(5) Dengan perawatan payudara yang baik puting susu tidak akan
lecet sewaktu dihisap oleh bayi.
(6) Melancarkan aliran ASI
(7) Mengatasi puting susu datar atau terbenam supaya dapat
dikeluarkan sehingga siap untuk disusukan kepada bayinya.
b) Waktu pelaksanaan
(1) Pertama kali dilakukan pada hari kedua setelah melahirkan.
(2) Dilakukan minimal 2x dalam sehari
c) Hal-hal yang perlu diperhatikan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan payudara adalah :
(1) Potong kuku tangan sependek mungkin, serta kikir agar halus
dan tidah melukai payudara.
(2) Cuci bersih tangan dan terutama jari tangan.
32
(3) Lakukan pada suasana santai, misalnya pada waktu mandi sore
atau sebelum berangkat tidur .
d) Persyaratan perawatan payudara
(1) Pengurutan harus dikerjakan secara sistematis dan teratur
minimal 2kali sehari
(2) Memerhatikan makan dengan menu seimbang
(3) Memerhatikan kebersihan sehari-hari
(4) Memakai BH yang bersih dan bentuknya yang menyokong
payudara
(5) Menghindari rokok dan minuman beralkohol
(6) Istirahat yang cukup dan pikiran yang tenang
e) Alat yang digunakan
(1) Minyak kelapa atau baby oil
(2) Handuk kering
(3) Washlap
(4) Baskom
(5) Air hangat dan air dingin
(6) Cawan±
f) Teknik perawatan payudara
(1) Tempelkan kapas yang sudah diberi minyak kelapa atau baby
oil selama ± 5 menit, kemudian puting susu dibersihkan
(2) Tempelkan kedua telapak tangan di antara kedua payudara.
33
(3) Pengurutan dimulai kearah atas, kesamping, lalu kearah
bawah. Dalam pengurutan posisi tangan kiri kearah sisi kiri,
telapak tangan kanan berada disisi sebelah kanan.
(4) Pengurutan diteruskan kebawah, kesamping selanjutnya
melintang, lalu telapak tangan mengurut kedepan kemudian
kedua tangan dilepaskan dari payudara, ulangi gerakan 20-30
kali.
(5) Tangan kiri menopang payudara kiri, lalu tiga jari tangan
kanan membuat gerakan memutar sambil menekan mulai dari
pangkal payudara sampai pada puting susu. Lakukan tahap
yang sama pada payudara kanan, lakukan dua kali gerakan
pada tiap payudara.
(6) Satu tangan menopang payudara, sedangkan tangan yang lain
mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi
kearah puting susu. Lakukan tahap yang sama pada kedua
payudara. Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali.
(7) Selesai pengurutan, payudara disiram dengan air hangat dan
dingin bergantian selama ±5 menit, keringkan payudara
dengan handuk bersih kemudian gunakan BH yang bersih dan
menopang.
(Walyani dan Purwoastuti, 2015;h.24-29)
10) Cara menyusui yang Benar
Cara menyusui yang baik dan benar sebagai berikut .
34
a) Posisi badan ibu dan bayi
(1) Posisi badan ibu dan bayi
(2) Pegang bayi pada belakang bahunya, tudak pada dasar kepala
(3) Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke ibu
(4) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah
payudara
(5) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu
(6) Dengan posisi seperti ini maka telinga bayi akan berada
dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi
(7) Jauhkan hidung bayi pada payudara ibu dengan cara menekan
pantat bayi dengan lengan ibu bagian dalam.
b) Cara menyusui dengan sikap duduk
(1) Duduk dengan posisi santai dan tegak menggunakan kursi
yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu
bersandar pada sandaran kursi.
(2) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian
dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini
mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga
kelembapan puting susu.
(3) Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi
ditidurkan diatas pangkuan ibu dengan cara .
(4) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakan
pada lekungan siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada
35
lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi
ditahan dengan telapak tangan ibu.
(5) Satu tangan bayi diletakan dibelakang badan ibu dan yang
satu didepan.
(6) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap
payudara.
(7) Telinga dan lengan bayi terletak pada garis lurus.
(8) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
(9) Tangan kanan menyangga dengan payudara kiri dan keempat
jari dan ibu jari menekan payudara bagian atas areola.
(10)Bayi diberikan rangsangan untuk membuka mulut ( rooting
reflek ) dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau
menyentuh sisi mulut bayi.
(11)Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi
didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola
dimasukan ke mulut bayi. Usahakan sebagian besar areola
dapat masuk kedalam mulut bayi, sehingga puting susu
berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan
ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak
dibawah areola.
c) Posisi mulut bayi dan puting susu ibu
(1) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain
menopang dibawah (bentuk C) atau dengan menjepit
36
payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk
gunting), dibelakang areola (kalang payudara)
(2) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek)
(3) Posisikan puting susu diatas “bibir atas” bayi dan berhadapan
dengan hidung bayi.
(4) Kemudian masukan puting susu ibu menelusuri langit-langit
mulut bayi.
(5) Setelah bayi menyusu/menghisap payudara dengan baik,
payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.
(6) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk
mengelus-elus bayi.
(7) Posisi menyusui yang benar
d) Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu
(1) Dagu bayi menempel pada payudara
(2) Dagu bayi menempel pada dada ibu yang berada dibawah
payudara
(3) Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan
bayi
(4) Mulut bayi terbuka dengan bibir bawah yang terbuka
(5) Sebagian besar areola tidak nampak
(6) Bayi menghisap dalam dan perlahan
(7) Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu
(8) Terkadang mendengar suara bayi menelan
37
(9) Puting susu tidak terasa sakit atau lecet
(Ambarwati dkk, 2009;h.38-43)
11) Penyimpanan ASI
ASI yang dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat.Ada
perbedaan lamanya disimpan dikaitkan dengan tempat penyimpanan.
a) Diudara terbuka/bebas : 6-8 jam
b) Dilemari es (40℃) : 24 jam
c) Dilemari pendingin/beku :6 bulan (Perinasia,2009)
12) Masalah dalam pemberian ASI
Dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI) terkadang ada beberapa
masalah yang dapat menyebabkan akhirnya ASI yang harusnya
didapatkan bayi dari ibunya akan mengalami hambatan bahkan ada
kalanya bayi tidak dapat sama sekali ASI ibunya, padahal bayi
mempunyai hak penuh terhadap ASI tersebut, terkadang tenaga
kesehatan melupakan hak-hak bayi untuk mendapatkan ASI ibunya,
atau ibunya sendiri melupakan hak anaknya untuk mengkonsumsi
ASI ibunya.
(Rukiyah et all,2011;h.35).
a) Puting susu datar atau terbenam
Tindakan yang paling efisien untuk memperbaiki keadaan ini
adalah isap langsung bayi yang kuat. Oleh karena itu, sebaiknya
tidak dilakukan apa-apa, tunggu saja sampai bayi lahir.(Dewi dan
Sunarsih, 2011; h. 38-39).
38
b) Puting susu lecet (Abaded and or Cracked Nipple)
Puting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat menyusui. Selain
itu, dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah. Retakkan
pada puting susu dapat sembuh sendiri dalam waktu 48 jam.
Beberapa penyebab puting susu lecet adalah sebagai berikut.
(1) Teknik menyusui yang tidak benar.
(2) Puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol, ataupun zat
iritan lain saat ibu membersikan puting susu.
(3) Moniliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu.
(4) Bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue).
(5) Cara menghentikan menyusui yang kurang tepat (Dewi dan
Sunarsih, 2011; h.39).
Saat puting susu dalam keadaan lecet dan kadang retak-retak atau
luka, ibu dapat melakukan beberapa cara, antara lain:
(1) Terus memberikan ASI pada bagian luka yang tidak begitu
sakit.
(2) Mengoles puting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan
sekali-kali memberikan obat lain, seperti krim, salep, dan
lain-lain.
(3) Mengistirahatkan puting susu yang sakit untuk sementara
waktu, kurang lebih 1x24 jam dan biasanya akan sembuh
sendiri dalam waktu 2x24 jam.
39
(4) Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap
dikeluarkan dengan tangan dan tidak dianjurkan dengan alat
pompa karena akan nyeri. Kemudian berikan ASI kepada
bayi dengan menggunakan sendok atau pipet.
(5) Cuci payudara sekali saja dalam sehari dan tidak dibenarkan
menggunakan sabun (Sulistyawati, 2009; h. 32-33).
c) Bendungan ASI
Menurut Prawirohardjo, 2005 : Bendungan Air Susu adalah
terjadinya pembengkakkan pada payudara karena peningkatan
aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan
rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan.
(Manuaba et all, 2014; h. 345-346).
d) Payudara bengkak
Harus dibedakan antara payudara penuh karena berisi ASI dengan
payudara bengkak.Pada payudara penuh terasa berat pada
payudara, panas, dan keras; bila diperiksa ASI keluar dan tidak
ada demam. Sementara pada payudara bengkak; payudara udem,
sakit, puting kencang,kulit mengkilap walau tidak merah, dan bila
diperiksa/diisap ASI tidak keluar. Badan bisa demam setelah 24
jam (Astutik, 2014.hal;116)
40
e) Mastitis
Mastitis adalah radang pada payudara.Penyebabnya adalah
payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat yang
akhirnya terjadi mastitis.
f) Abses payudara
Harus dibedakan anatara abses dan mastitis.Abses payudara
merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis.Hal ini disebabkan
oleh meluasnya peradangan pada payudara tersebut.
(Bahiyatun, 2009; h. 34-35).
f. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
1) Perubahan Sistem Reproduksi
a) Involusi
Pengertian Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses
dimana uterus kembali kekondisi sebelum hamil dengan berat
sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir
akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
b) Lokia
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.Lokia
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari
dalam uterus. Lokia mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat
membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam
yang ada pada vagina normal, proses keluarnya darah nifas atau
lokia terdiri atas 4 tahapan :
41
(1) Lokia Rubra/Merah (hari 1-4)
(2) Lokia Sanguelenta (hari 4-7)
(3) Lokia Serosa (hari 7-14)
(4) Lokia Alba/Putih ( 2-6 minggu)
c) Servik
Servik mengalami involusi bersama-sama dengan uterus.Warna
servik sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembulu
darah.Konsistensinya lunak kadang-kadang terdapat laserasi atau
perlukaan kecil.Karena robekan kecil yang terjadi selama dilatasi,
serviks tidak pernah kembali pada keadaan sebelum hamil.
d) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara
bertahap 6-8minggu post partum.
2) Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak.Hal ini
disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat
tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan
yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan,
haemoroid, laserasi jalan lahir.
42
3) Perubahan Sistem Perkemihan
Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri
secepatnya.Kadang-kadang puerperium mengalami sulit buang air
kecil, karena sfringter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme
oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, juga oleh karena
adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan.
4) Perubahan Sistem Musculoskeletal
Ligamen, Fasia, dan Diafragma Pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut
dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan
menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor.
5) Perubahan Sistem Endokrin
a) Hormon Plasenta
b) Hormon Pituitary
c) Hormon Oksitosin
d) Hormon Pituitary Ovarium
6) Perubahan Tanda-tanda Vital
a) Suhu badan
b) Nadi
c) Tekanan darah
d) Pernafasan
43
7) Perubahan Sistem Kardiovaskular
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400cc. bila
kelahiran melalui Seksio Caesaria kehilangan darah dapat dua kali
lipat.Perubahan terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi.
Apabila pada persalinan pervaginam hemokonsentrasi akan naik dan
pada seksio caesaria hemo konsentrasi cenderung stabil dan kembali
normal setelah 4-6minggu.
8) Perubahan Haematologi
Selama minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta
faktor-faktor pembeku darah meningkat. Pada hari pertama post
partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi
darah lebih mengental dan peningkatan piskositas sehingga
meningkatkan faktor pembekuan darah.
g. Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas
1) Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas
a) Fase taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan.
b) Fase taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.
c) Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
44
2) Post Partum Blues
Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan
bayinya. Keadaan ini disebut dengan baby blues, yang disebabkan
oleh perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit
menerima kehadiran bayinya.
3) Kesedihan dan Duka Cita
a) Kemurungan masa nifas
b) Terciptanya ikatan ibu dan bayi
c) Tanda-tanda dan gejala serta etiologi kemurungan masa nifas dan
klafisikasi atau istilah-istilah lokal yang dipakai untuk
menggambarkannya.
h. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
1) Gizi
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk
keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama
bila menyusui akan meningkat 25%, karena berguna untuk proses
kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air
susu yang cukup untuk menyehatkan bayi.
2) Ambulasi dini
Disebut juga early ambulation.Early ambulation adalah kebijakan
untuk selekas mungkin membimbing klien keluar dari tempat tidurnya
dan membimbingnya selekas mungkin berjalan.
45
Klien sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam
post partum.
3) Eliminasi
a) Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3-4
jam. Ibu diusahakan dapat buang air kecil sendiri.
b) Defekasi biasanya 2-3 hari post partum masih sulit buang air besar.
Jika klien pada hari ketiga belum juga buang air besar maka
diberikan laksan supositoria dan minum air hangat.
4) Kebersihan diri
a) Perawatan perineum apabila setelah buang air besar atau buang air
kecil perineum dibersihkan secara rutin.
b) Perawatan payudara.
5) Istirahat
Kebahagiaan setelah melahirkan membuat sulit istirahat. Seorang ibu
baru akan cemas apakah ia mampu merawat anaknya atau tidak. Hal
ini mengakibatkan sulit tidur. Juga akan terjadi gangguan pola tidur
karena beban kerja bertambah, ibu harus bangun malam untuk
meneteki/mengganti popok yang sebelumnya tidak pernah dilakukan.
6) Seksual
Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomi sudah sembuh maka
koitus bisa dilakukan pada 3-4minggu post partum. Hasrat seksual
pada bulan pertama akan berkurang baik kecepatan maupun lamanya,
juga orgasme pun akan menurun.
46
7) Latihan senam nifas
Banyak diantara senam post partum sebenarnya sama dengan senam
antenatal. Hal yang paling penting bagi ibu adalah agar senam-senam
tersebut hendaknya dilakukan secara perlahan dahulu lalu semakin
lama semakin sering atau kuat.
8) Keluarga Berencana
a) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali.
b) Biasanya ibu post partum tidak akan menghasilkan telur (ovulasi)
sebelum mendapatkan haidnya selama meneteki, oleh karena itu
amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk
mencegah terjadinya kehamilan.
i. Komplikasi masa nifas
1) Infeksi Nifas
Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman dalam alat-alat genital pada waktu
persalinan dan nifas.
2) Kelainan-kelainan Lainnya Dalam Nifas
a) Kelainan pada rahim
(1) Sub involusi uteri
(2) Perdarahan masa nifas
b) Kelainan lain dalam nifas
(1) Flegmasia alba dolens
47
(2) Nekrosis hipofisis lobus anterior post partum
(Ambarwati dan Wulandary,2010: h,73-86,87-92,122-126)
B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
1. Pengertian manajemen kebidanan
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan
dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, dimulai
dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 130).
2. 7 langkah manajemen menurut Helen Varney
I. Pengkajian (Pengumpulan data dasar)
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua
data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien.Merupakan
langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.
a. Data Subjektif
1) Biodata yang mencangkup identitas pasien
a) Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehahari-
hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
b) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti
kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang,
48
mental dan psikisnya belum siap.Sedangkan umur lebih dari 35
tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
c) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
d) Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari
e) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
f) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien
tersebut.
g) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
2) Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan
masa nifas, misalnya pasien merasa mulas, sakit pada jalan lahir
kerena adanya jahitan pada perineum.
49
3) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : Jantung, DM,
Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada
hubungannya dengan masa nifas dan bayinya.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan
pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang
menyertai.
4) Riwayat Perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah
syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas
akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan
mempengaruhi proses nifas.
5) Riwayat obstetrik
a) Riwayat kehamilan, pesalinan dan nifas yang lalu. Berapa kali
ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan
yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu.
50
b) Riwayat persalinan sekarang.
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis persalinan, jenis
kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong
persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah
proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa
berpengaruh pada masa nifas saat ini.
6) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
konsentrasi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini
dan beralih ke kontrasepsi apa.
7) Kehidupan sosial budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat
istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien
khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang
makan.
8) Data psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya.
Wanita mengalami banyak perubahan emosi/psikologis selama
masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu.
Cukup sering ibu menunjukkan depresi ringan beberapa hari
setelah kelahiran.Depresi tersebut sering disebut sebagai
postpartum blues. Postpartum blues sebagian besar merupakan
51
perwujudan fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang
terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal ini sering terjadi sering
diakibatkan oleh sejumlah faktor.
Penyebab yang paling menonjol adalah :
a) Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut
yang dialami kebanyakan wanita selama kehamilan dan
persalinan.
b) Rasa sakit masa nifas awal.
c) Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan
postpartum.
d) Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya
setelah meninggalkan rumah sakit.
e) Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya.
Menjelaskan pengkajian psikologis :
a) Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya
b) Respon ibu terhadap bayinya
c) Respon ibu terhadap dirinya.
9) Data Pengetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang
perawatan setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan
selama masa nifas.
52
10) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
a) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan.
b) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air
besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta
kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah.
c) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam
pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca,
mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur,
menggunakan waktu luang.Istirahat sangat penting bagi ibu
masa nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat
mempercepat pertumbuuhan.
d) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan
tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas
masih mengeluarkan lokia.
e) Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari.Pada pola ini
perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya.
Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses
53
pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu melakukan
ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan
atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 131-137).
f) Seksual
Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka
episiotomi telah sembuh dan lokia telah berhenti.Sebaiknya
hubungan seksual dapat ditunda sedapat mungkin sampai 40 hari
setelah persalinan karena pada saat itu diharapkan organ-organ
tubuh telah pulih kembali (Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 77).
b. Data Obyektif
Dalam menghadapi masa nifas dari seorang klien, seorang bidan
harus mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan klien
dalam keadaan stabil. Yang termasuk dalam komponen-komponen
pengkajian data subyektif ini adalah :
1) Vital sign
Ditunjukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan
kondisi yang di alaminya.
a) Temprature/suhu
Peningkatan suhu badan mencapai 24 jam pertama masa nifas
pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan
oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain itu bisa
juga disebabkan karena istirahat dan tidur yang diperpanjang
54
selama awal persalinan. Tetapi pada umumnya setelah 12 jam
postpartum suhu tubuh kembali normal. Kenaikan suhu yang
mencapai > 380
C adalah mengarah ke tanda-tanda infeksi.
b) Nadi dan pernafasan
(1)Nadi berkisar anatara 60-80 x/menit. Denyut nadi di atas
100 x/menit pada masa nifas adalah mengindentifikasikan
adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan
oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah
yang berlebihan.
(2)Jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan disebabkan
adanya vitium kordis.
(3)Beberapa ibu postpartum kadang-kadang mengalami
bradikardi puerperal, yang denyut nadinya mencapai
serendah-rendahnya 40 sampai 50x/menit, beberapa alasan
telah diberikan sebagai penyebab yang mungkin, tetapi
belum ada penelitian yang membuktikan bahwa hal itu
adalah suatu kelainan.
(4)Pernafasan harus berada dalam rentang yangg normal, yaitu
sekitar 20-30x/menit.
c) Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi
postpartum, tetapi keadaan ini akan menghilang dengan
sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit lain yang
55
menyertainya dalam 2 bulan pengobatan (Ambarwati dan
Wulandari, 2010; h. 137-139).
2) Pemeriksaan fisik
a) Rambut
Bersih atau kotor, pertumbuhan, warna, mudah rontok atau
tidak.Rambut yang mudah dicabut menandakan kurang gizi
atau ada kelainan tertentu.
b) Muka
Tampak cloasma gravidarum sebagai akibat deposit pigment
yang berlebihan, tidak sembab. Bentuk simetris, bila tidak
menunjukan adanya kelumpuhan.
c) Mata
Bentuk simetris, konjungtiva normal warna merah muda, bila
pucat menandakan anemia.Sklera normal berwarna putih, bila
kuning menandakan ibu mungkin terinfeksi hepatitis, bila
merah kemungkinan ada conjungtivitis.Kelopak mata yang
bengkak kemungkinan adanya preeklamsi.
d) Hidung
Normal tidak ada polip, kelainan bentuk, kebersihan cukup.
e) Telinga
Normal tidak ada serumen yang berlebih dan tidak berbau,
bentuk simetris (Romauli, 2011; h. 174).
56
f) Mulut/gigi
Periksa adanya karies, tonsilitis, atau faringitis.Hal tersebut
merupakan sumber infeksi (Walyani, 2015; h. 86).
g) Leher
Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar
tiroid.Pembesaran kelenjar limfe dan ada tidaknya bendungan
pada vena jugularis.
h) Dada
Mengetahui ada tidaknya benjolan atau massa pada payudara
(Romauli, 2011; h. 175).
i) Keadaan abdomen
Uterus
(1) Normal : kokoh, berkontraksi baik, tidak berada
di atas ketinggian fundal saat masa
nifas segera.
(2) Abnormal : Lembek, diatas ketinggian fundal saat
masa post partum segera.
(3) Kandung kemih : Bisa buang air/tak bisa buang air.
j) Keadaan genetalia
(1) Lokia
Normal :
(a) Merah hitam (lokia rubra)
(b) Bau biasa
57
(c) Tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku
(ukuran jeruk kecil)
(d) Jumlah predarahan yang ringan atau sedikit (hanya
perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam).
Abnormal :
(a) Merah terang
(b) Bau busuk
(c) Mengeluarkan darah beku
(d) Perdarahan berat (memerlukan penggantian pembalut
setiap 0-2 jam)
(2) Keadaan perineum : oedema, hematoma, bekas luka
episiotomi/robekan, heating.
(3) Keadaan anus : haemoroid
k) Keadaan ekstremitas
(1) Varices
(2) Oedema
(3) Refleks patella
II. Interpretasi data
Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan.Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan
masalah.Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat
58
diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang
dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah sering
berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh
bidan.
a. Diagnosa kebidanan
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Para, Abortus,
Anak hidup, umur ibu, dan keadaan nifas.
Data dasar meliputi :
1. Data Subyektif
Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah abortus atau
tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang
keluhannya.
2. Data Obyektif
Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil
pemeriksaan tentang pengeluaran pervaginam, hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital.
b. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien.
Data dasar meliputi :
1. Data Subyektif
Data yang didapat dari hasil anamnesa pasien.
59
2. Data Obyektif
Data yang didapat dari hasil pemeriksaan (Ambarwati dan
Wulandari, 2010; h. 139-142).
c. Kebutuhan
Kebutuhan disesuaikan dengan kebutuhan pasien saat itu
misalnya penyuluhan gizi pada ibu hamil (Wildan dan Hidayat,
2012; h. 35).
III. Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin
akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau
diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal
ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan
menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-
benar terjadi.Melakukan asuhan yang aman penting sekali dalam hal
ini.
IV. Antisipasi Masalah
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen
kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera
oleh bidan atau dokter dan atau untuk konsultasikan atau ditangani
bersamaan dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi
pasien.
60
V. Perencanaan
Langkah-langkah ini di tentukan oleh langkah-langkah sebelumnya
yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi atau antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak
hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari
setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka
pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi
berikutnya.
VI. Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan
pada klien dan keluarga.Mengarahkan atau melaksaan rencana
asuhan secara efesien dan aman.
VII. Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna menegtahui apa yang
telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang
diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap
setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau
merencanakan kembali yang belum terlaksanakan. (Ambarwati dan
Wulandari, 2010; h. 142-147).
61
C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan
1. Dalam menjalankan praktiknya bidan berwenang dalam memberikan
pelayanan yang meliputi pelayanan kebidanan, pelayanan keluarga
berencana, dan pelayanan kesehatan masyarakat sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010.
Pelayanan Kebidanan
Beberapa pelayanan kebidanan yang diberikan adalah sebagai berikut.
1. Pelayanan kebidanan kesehatan kepada ibu.
Pelayanan yang diberikan kepada ibu umumnya pada masa pranikah,
prahamil, kehamilan, persalinan, mifas, menyusui, serta masa interval.
Jenis pelayanan yang diberikan antara lain sebagai berikut.
a. Penyuluhan dan konseling.
b. Pemeriksaan fisik.
c. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal.
d. Pertolongan kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil dengan
abortus iminens, hiperemesis gravidarum tingkat 1, pereeklamsia
ringan, dan anemia ringan.
e. Pertolongan persalinan normal.
f. Pertolongan persalinan abnormal yang mencangkup letak sungsang,
partus macet, kepala di dasar panggul, ketuban pecah dini (KPD)
tanpa infeksi, perdarahan postpartum, laserasi jalan lahir, distosia
karena insersia uteri primer, serta postterm dan preterm.
62
g. Pelayanan ibu nifas normal.
h. Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plasenta,
renjatan, dan infeksi ringan.
i. Pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang meliputi
keputihan, perdarahan tidak teratur, dan penundaan haid.
Pada saat memberikan pelayanan di atas, bidan berwenang dalam hal
berikut.
a. Memberikan imunisasi.
b. Memberikan suntikan pada penyakit kehamilan, persalinan dan nifas.
c. Mengeluarkan plasenta secara manual.
d. Bimbingan senam hamil.
e. Pengeluaran sisa jaringan konsepsi.
f. Episiotomi.
g. Penjahitan luka episiotomi dan luka jalan lahir sampai tingkat dua.
h. Amniotomim pada pembukaan servik lebih dari 4 cm.
i. Pemberian infus.
j. Pemberian suntikan IM uterotonika, antibiotika, dan sedatif.
2. Pelayanan kepada anak.
Pelayanan yang diberikan kepada anak terutama pada masa bayi baru
lahir, bayi, anak, anak balita, daan prasekolah. Pelayanan yang diberikan
antara lain sebagai berikut.
63
a. Pemeriksaan bayi baru lahir.
b. Perawatan tali pusat.
c. Perawatan bayi.
d. Resusitasi pada bayi baru lahir.
e. Pemantauan tumbuh kembang anak.
f. Pemberian imunisasi.
g. Pemberian penyuluhan.
Dalam keadaan tidak terdapat dokter yang berwenang pada wilayah
tersebut, bidan dapat memberikan pelayanan pengobatan pada penyakit
ringan bagi ibu dan anak sesuai dengan kemampuannya.
3. Pelayanan Keluarga Berencana
Pada saat memberikan pelayanan keluarga berencana, bidan memiliki
wewenang sebagai berikut.
1) Memberikan penyuluhan/konseling pemakaian kontrasepsi.
2) Memberikan pelayanan alat kontrasepsi oral dan kondom.
Bidan yang melaksanakan program pemerintah berwenang untuk
memberikakn alat kontrasepsi suntikan, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) dan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK).
4. Pelayanan kesehatan masyarakat
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat berwenang
untuk hal berikut.
64
1) Pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak.
2) Memantau tumbuh kembang anak.
3) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas.
4) Melaksanakan deteksi dini, melaksanakan pertolongan pertama,
merujuk dan memberikan penyuluhan infeksi menular (IMS),
penyalahgunaan narkotika psikotropika dan zat adiktif lainnya
(napza), serta penyakit lainnya (Aticeh et. all, 2014; h. 71-73).
5. Kompetensi 5 tentang Masa Nifas
Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu
tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.
a. Pengetahuan Dasar
1) Fisiologis nifas
2) Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan/abortus.
3) Proses laktasi/menyusui dan teknik menyusui yang benar serta
penyimpangan yang lazim terjadi termasuk pembengkakan :
payudara, abses, mastitis, puting susu lecet, puting susu masuk.
4) Nutrisi ibu nifas, kebutuhan istirahat, aktifitas dan kebutuhan
fisiologis lainnya seperti pengosongan kandung kemih.
5) Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir.
6) Adaptasi psikologis ibu sesudah bersalin dan abortus.
7) Bonding & attachment orang tua dan bayi baru lahir untuk
menciptakan hubungan positif.
65
8) Indikator subinvolusi : misalnya perdarahan yang terus menerus,
infeksi.
9) Indikator masalah-masalah laktasi.
10) Tanda dan gejala yang mengancam kehidupan misalnya
perdarahan pervaginam menetap, sisa plasenta, renjatan (shock)
dan pre eklamsi post partum.
11) Indikator pada komplikasi tertentu dalam periode postpartum,
seperti anemia kronis, hematoma vulva, retensi urin dan
inconentia alvi.
12) Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan sesudah abortus.
13) Tanda dan gejala komplikasi abortus.
b. Keterampilan Dasar
1) Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang terfokus,
eltermasuk keterangan rinci tentang kehamilan, persalinan dan
kelahiran.
2) Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada ibu.
3) Pengkajian involusi uterus serta penyembuhan perlukaan/luka
jahitan.
4) Merumuskan diagnosa masa nifas.
5) Menyusun perencanaan.
6) Memulai dan mendukung pemberian ASI eksklusif.
7) Melaksanakan pendidikan kesehatan pada ibu meliputi perawatan
diri sendiri, istirahat, nutrisi, dan asuhan bayi baru lahir.
66
8) Mengidentifiksi hematoma vulva dan melaksanakan rujukan
bilamana perlu.
9) Mengidentifikasi infeksi pada ibu, mengobati sesuai kewenangan
atau merujuk untuk tindakan yang sesuai.
10) Penatalaksanaan ibu post partum abnormal.
11) Melakukan konseling pada ibu tentang seksualitas dan KB pasca
persalinan.
12) Melakukan konseling dan memberi dukungan untuk wanita pasca
aborsi.
13) Melakukan kolaborasi atau rujukan pada komplikasi tertentu.
14) Memberikan antibotika yang sesuai.
15) Mencatat dan mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi
yang dilakukan.
c. Keterampilan Tambahan
Melakukan insisi pada hematoma vulva.
6. Tiga Standar Pelayanan Nifas
a. Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan
pernafasan spontan, mencegah hipoksia sekunder, menemukan
kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan
kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermia
67
b. Standar 14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan.
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya
komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan
tindakan yang diperlukan. Disamping itu, bidan memberikan
penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu,
dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.
c. Standar 15 : Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan
rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah
persalinan , untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui
penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau
rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta
memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan
perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian
ASI, imunisasi dan KB (Karwati et all, 2011 ; h 80).
7. Undang-undang Tentang Praktik Bidan
UU 23 Tahun 1992
a. Pasal 50
1) Tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melaksanakan
kegiatan kesehatan yang sesuai dengan bidang keahlian dan
sesuai dengan kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkutan.
68
2) Ketentuan mengenai kategori, jenis dan klasifikasi tenaga
kesehatan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
b. Pasal 53
1) Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan dalam
melaksanakan tugas sesuai profesinya.
2) Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas berkewajiban
mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.
3) Tenaga kesehatan untuk kepentingan pembuktian dapat
melakukan tindakan medic terhadap seseorang dengan
memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan.
4) Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien
sebagaimana dimaksud ayat 2 ditentukan dengan peraturan
pemerintah.
c. Pasal 54
1) Terhadap tenaga kesehatan yang melaksanakan kesalahan atau
kelalaian dalam melaksanakan profesi dapat dikenakan tindakan
disiplin.
2) Penentuan ada dan tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana
dalam ayat (1) ditentukan oleh majelis disiplin tenaga kesehatan.
3) Ketentuan mengenai pembentukan fungsi, tugas tata kerja majelis
disiplin tenaga kesehatan ditetapkan oleh keputusan Presiden.
69
d. Pasal 55
1) Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian
yang dilakukan tenaga kesehatan.
2) Ganti rugi yang sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(Karwati et all,2011;h 71-7)
70
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY.E UMUR
23 TAHUN P1A0AH1 3 HARI POST PARTUM DENGAN
PUTING SUSU LECET DI AKBID ADILA
BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016
Anamnesa oleh : Betha Almyra Grenada Yudina
Tanggal : 11 Juni 2016
Pukul : 13.00 WIB
A. PENGKAJIAN
1. Data Subjektif
Identitas Istri Suami
a. Biodata
Nama : Ny. E Tn. N
Umur : 23 tahun 28 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa :Jawa/Indonesia Sunda/Indonesia
Pendidikan : SMK SMP
Pekerjaan : IRT Swasta
Alamat : Jl. P. Antasari, Gg.Man No 36
(belakang SD min)
b. Keluhan utama : Ibu mengatakan puting susu terasa perih
dan nyeri
71
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
2) Riwayat kesehatan dahulu
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
3) Riwayat kesehatan keluarga
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
72
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
d. Riwayat Perkawinan
Usia nikah pertama : 22 tahun
Status perkawinan : Syah
Lama pernikahan : 1 Tahun
e. Riwayat obstetric
1) Riwayat menstruasi
Menarche : 14 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 3 hari
Banyak : 2-3 x/hari ganti pembalut
Sifat : encer
Dismenore : tidak ada
2) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
no Tahun
persalinan
Tempat
persalinan
Umur
kehami
lan
Jenis
persalinan
Penolong Penyulit Keadaan ket
nifas anak
H A M I L I N I
3) Riwayat persalinan sekarang
Jenis persalinan : Normal
Tanggal : 08 Juni 2016
Jenis kelamin : Laki-laki
Keadaan bayi : Normal
73
a. Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari
1) Pola nutrisi
Makan
Frekuensi : ibu makan 3 x
Porsi : 1 Porsi sekali makan
Jenis makanan : 1 centong Nasi , 1 mangkuk sop, 1
potong daging ayam dan 2 potong
tempe
Pantangan : tidak ada
Minum
Frekuensi : ±ibu minum 8 gelas dalam sehari
Jumlah : ± 1 gelas setiap kali minum
Jenis minuman : air mineral
2) Pola eliminasi
BAK
Frekuensi : 3 kali dalam sehari
Warna : Jernih
Bau : khas amoniak
BAB
Frekuensi :ibu baru BAB 2 kali setelah
persalinan
3) Pola istirahat : ibu istirahat 7-8 jam dalam sehari
74
4) Pola aktivitas
: Saat pengkajian ibu sudah mampu
melakukan aktivitas ringan seperti
berjalan-jalan.
5) Pola personal hygiene
: Ibu mandi 2 kali dalam sehari,
keramas setiap pagi, mengganti
pembalut 2 kali sehari celana dalam
6) Pola seksual : Tidak dilakukan pengkajian
b. Kehidupan social budaya
Adat istiadat yang berpengaruh pada masa nifas :Tidak ada
c. Psikososial
Tanggapan Ibu Terhadap Kelahiran Bayinya : senang
Tanggapan Suami Terhadap Kelahiran Bayinya : senang
Tanggapan Keluarga Terhadap Kelahiran Bayinya : Baik
Pengambil Keputusan : Bersama
Lingkungan berpengaruh : Tidak ada
d. Data pengetahuan
Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Kondisinya :ibu mengerti
kondisinya setelah melahirkan.
75
2. Data Objektif
1. Pemerikasaan Umum
Keadaan umun : Baik
Kesadaran : Composmetis
Keadaan emosional : Stabil
TTV :
TD : 120/70 mmHg
N : 80 x/memit
R : 20 x/menit
S : 36,7 0
C
B. Pemeriksaan Fisik
Wajah
Pucat : Tidak ada
Oedema : Tidak ada
Mata
Simetris : Ya, simetris
Kelopak mata : Tidak edema
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih
Hidung
Simetris : Ya, simetris
Polip : Tidak ada
Kebersihan : Bersih
76
Mulut
Bibir : Lembab
Lidah : Bersih
Gigi : Tidak ada karies
Gusi : Tidak berdarah
Telinga
Simetris : Ya, simetris
Gangguan pendengaran : Tidak ada
Leher
Tumor : Tidak ada
Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada
Pembesaran vena jugularis : Tidak ada
Dada
Simetris : Ya, simetris
Mengi dan ronchi : Tidak ada
Payudara
Simetris : Ya, simetris
Pembesaran : Ada
Puting : Menonjol dan lecet pada
bagian kiri puting
Hiperpigmentasi : Ada, pada bagian Aerola
dan putting
Benjolan : Tidak ada
77
Pengeluaran : Ada, Kolostrum
Abdomen
Benjolan : Tidak ada
Konsistensi : Lunak
Kandung kemih : Kosong
Uterus TFU : 3 jari dibawah pusat
Kontraksi : Baik
Anogenital
Kelenjar bartholini : Tidak ada
Pengeluaran pervagina : Lokhea rubra
Warna : Merah segar
Bau : Amis
Perineum : Tidak ada laserasi
Infeksi : Tidak ada
Anus : Tidak ada haemoroid
C. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah
HB : Tidak dilakukan
Golongan darah : Tidak dilakukan
2) Urine
Glukosa : Tidak dilakukan
Protein : Tidak dilakukan
78
D. Data Penunjang
a. Riwayat persalinan sekarang
1) Ibu
Tempat persalinan : Di BPS Mega S.ST
Penolong : Bidan
Jenis persalinan : Normal
Lama persalinan : 13 jam 35 menit
Catatan waktu
Kala I : 9 Jam 45 menit
Kala II : 1 Jam 35 menit
Kala III : 0 Jam 15 menit
Kala IV : 2 Jam 0 menit
Lamanya : 13 Jam 35 menit
Ketuban pecah, spontan pukul : 06.50 WIB
Plasenta
Lahir secara : Spontan
Pukul : 05.00 WIB
Berat plasenta : 500 gram
Panjang plasenta : 45 cm
Diameter : 19 cm
Tebal : 3 cm
Perineum : Tidak ada luka jahitan
79
2) Bayi
Lahir tanggal/pukul : 08 juni 2016/ 05.00
Berat badan : 3500 gram
Panjang badan : 49 cm
Jenis kelamin : Laki-laki
Cacat bawaan : Tidak ada cacat
Masa gestasi : Aterm
80
Hari/
Tgl
Pengkajian Interprestasi Data
(Diagnosa, Masalah,
Kebutuhan)
Dx
Potensial/
Masalah
Potensial
Antisipasi/Ti
ndakan
Segera
Intervensi Implementasi Evaluasi
11 Juni
2016,
13.00
wib
Ds:
1. Ibu mengatakan
putting terasa
nyeri pada
bagian kiri saat
menyusui
Do:
1. KU : baik
2. Kesadaran :
Composmentis
1. K. emosional :
stabil
2. TD : 120/70mmHg
3. N : 80x/i
4. RR : 20 x/i
5. T : 36,70
C
6. Payudara: puting
menonjol, nampak
lecet pada bagian
kiri, pengeluaran
ASI Kolustrum
7. Abdomen : TFU 3
jari dibawah pusat
8. Anogenital :
Tidak terdapat
robekan
perineum.,
pengeluaran;
lochea:rubra
9. Pengeluaran
lochea rubra.
Dx : Ny.E umur 23
tahun P1A0 3 hari post
partum
DS :
1. Ibu mengatakan ini
anak pertama dan
belum pernah
keguguran.
2. Ibu mengatakan
bayi lahir tanggal
08 Juni 2016,
pukul. 05.00 wib.
3. Ibu mengatakan
puting susu terasa
nyeri pada bagian
kiri saat menyusui.
DO :
1. Tampak pada
puting susu ibu
lecet dibagian kiri.
2. Pengeluaran ASI
yaitu kolostrum.
3. TFU : 3 jari
dibawah pusat.
4. Pengeluaran lochea
rubra.
Masalah :
Putting susu lecet
Tidak ada Tidak ada 1. Beritahu
kondisi ibu
2. Jelaskan
penyebab
yang
dirasakan ibu
1. Memberitahu kondisi
ibu kepada keluarga tentang
keadaannya saat ini bahwa
dalam keadaan baik sesuai
dengan hasil pemeriksaan TD
: 120/70 mmhg, N : 80x/i, RR
: 20x/i, T : 36,70
c, dan hasil
pemeriksaan head to toe
dalam keadaan normal, TFU
3 jari dibawah pusat,
Kontraksi :baik,
Lochea:rubra, Anogenital :
tidak ada laserasi perineum.
2. Menjelaskan penyebab
terjadinya puting susu lecet,
yaitu :
a) Teknik menyusui yang
tidak benar.
b) Puting susu terpapar oleh
sabun, krim, alkohol,
ataupun zat iritan lain
saat ibu membersihkan
puting susu.
c) Moniliasis pada mulut
bayi yang menular pada
puting susu ibu.
d) Bayi dengan tali lidah
pendek (frenulum
lingue).
e) Cara menghentikan
1. Ibu dan keluarga mengerti
tentang kondisinya saat ini.
2. Setelah dikaji penyebab puting
susu lecet karena teknik
menyusui yang tidak benar.
TABEL 3.1 MATRIKS
MATRIKS
81
Kebutuhan :
1. Perawatan puting
susu lecet
2. Cara teknik
menyusui yang
benar
3. Ajarkan dan
lakukan
perawatan
puting susu
lecet.
4. Ajarkan dan
lakukan teknik
menyusui yang
benar kepada
ibu
menyusui yang kurang
tepat.
3. Mengajarkan dan melakukan
perawatan puting susu lecet
dengan cara :
a) Terus memberikan ASI
pada bagian luka yang
tidak begitu sakit.
b) Mengoles puting susu
dengan ASI akhir.
c) Mengistirahatkan puting
susu yang sakit untuk
sementara waktu.
d) Selama puting susu
diistihatkan, sebaiknya
ASI dikeluarkan dengan
tangan dan tidak
dianjurkan dengan alat
pompa karena akan nyeri.
Kemudian berikan ASI
kepada bayi dengan
menggunakan sendok
atau pipet.
e) Cuci payudara sekali saja
dalam sehari dan tidak
dibenarkan menggunakan
sabun.
4. Mengajarkan dan melakukan
teknik menyusui yang benar
kepada ibu, yaitu :
a. Duduk dengan posisi
santai dan tegak
menggunakan kursi yang
rendah agar kaki ibu
tidak tergantung dan
punggung ibu bersandar
pada sandaran kursi.
3. Ibu mengerti dan melakukan
perawatan puting susu lecet.
4. Ibu mengerti tentang teknik
menyusui yang benar dan ibu
bersedia untuk melakukannya.
82
b. Sebelum menyusui, ASI
dikeluarkan sedikit
kemudian dioleskan pada
puting susu dan areola
sekitarnya.
c. Gunakan bantal atau
selimut untuk menopang
bayi.
d. Tangan kanan
menyangga payudara kiri
dan keempat jari dan ibu
menekan payudara
bagian atas areola.
e. Bayi diberi rangsangan
untuk membuka mulut
(rooting refleks) dengan
cara menyentuh pipi
dengan puting susu atau
menyentuh sisi mulut
bayi.
f. Setelah bayi membuka
mulut, dengan cepat
kepala bayi didekatkan
ke payudara ibu dengan
puting serta areola di
masukkan ke mulut bayi.
Melepaskan isapan
bayi :
g. jari kelingking ibu
dimasukkan ke mulut
bayi melalui sudut mulut.
h. Dagu bayi di tekan ke
bawah.
i. Menyusui berikutnya
dimulai pada payudara
yang belum
terkosongkan.
j. Setelah selesai menyusui,
ASI dikeluarkan sedikit
83
5. Anjurkan ibu
untuk
menyusui
secara on
demand
6. Anjurkan ibu
untuk istirahat
7. Ajarkan ibu
untuk selalu
menjaga
personal
hygene
kemudian dioleskan pada
puting susu dan areola
sekitarnya.
Menyendawakan bayi:
k. Bayi digendong tegak
dengan bersandar pada
bahu ibu kemudian
punggungnya ditepuk
perlahan-lahan.
l. Dengan cara
menelungkupkan bayi di
atas pangkuan ibu, lalu
usap-usap punggung bayi
sampai bayi bersendawa.
5. Menganjurkan ibu untuk
menyusui secara on demand
atau sesuai kebutuhan bayi.
6. Menganjurkan kepada ibu
untuk istirahat yaitu dengan
tidur siang 1 – 2 jam dan
tidur malam 7-8 jam dalam
sehari karena istirahat dan
tidur yang cukup dapat
meningkatkan kesehatan
jasmani dan rohani ibu dan
membantu dalam proses
pemulihan ibu setelah
pesalinan.
7. Mengajarkan kepada ibu
untuk selalu menjaga
personal hygene seperti
mandi 2 kali sehari pagi dan
sore, membersihkan daerah
kelamin dengan sabun dan
air bersih dan mencucinya
dari arah depan kebelakang
5. Ibu mengerti tentang menyusui
secara on demand.
6. Ibu mengerti tentang istirahat
yang cukup.
7. Ibu mengerti dengan yang
ddiajarkan dan akan selalu
menjaga personal hygene.
84
8. Ajarkan ibu
untuk
memenuhi
kebutuhan
nutrisi
9. Beritahu ibu
tentang tanda
bahaya masa
lalu dilap dengan
menggunakan tissue atau
kain bersih, mengganti
pembalut 2 kali sehari atau
bila sudah terasa penuh,
menyarankan ibu untuk
mencuci tangan
dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah
membersihkan daerah
kelaminnya, dan
menganjurkan ibu untuk
tidak sering menyentuh luka
jahitannya.
8. Mengajarkan kepada ibu
untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi dengan makanan
bergizi yang mengandung
karbohidrat untuk tenaga
seperti yang terdapat pada
nasi, jagung, roti, dan
kentang, lalu protein hewani
dan nabati yang terdapat
pada telur, tahu, tempe, ikan,
sayuran hijau yang banyak
mengandung zat besi seperti
bayam, daun pepaya,
kangkung, lalu buah yang
banyak mengandung vitamin
dan serat seperti jeruk,
pepaya, mangga dll, serta
minum 8 gelas perhari untuk
memenuhi kebutuhan ibu
dan proses menyusui.
9. Memberitahu ibu tentang
tanda bahaya masa nifas,
seperti :
8. Ibu mengerti tentang kebutuhan
nutrisi.
9. Ibu mengerti tentang tanda
bahaya masa nifas
85
nifas a. Infeksi nifas : keadaan
yang mencakup semua
peradangan alat-alat
genitalia dalam masa
nifas (vulvitis, vaginitis,
servisitis, endometritis,
septicemia, pyemia,
peritonitis, dan
parametritis).
b. Infeksi saluran kemih :
infeksi bakteri yang
terjadi pada saluran
kemih.
c. Metritis : infeksi uterus
setelah persalinan.
d. Bendungan payudara :
peningkatan aliran vena
dan limfe pada
payudara.
e. Infeksi payudara :
peradangan pada
payudara (mastitis).
f. Abses payudara :
penyakit ini disebabkan
infeksi bakteri.
g. Abses pelvis : radang
panggul yang merujuk
pada suatu infeksi pada
uterus (rahim).
h. Peritonitis : peradangan
pada peritonitis yang
merupakan
pembungkusan visera
dalam rongga perut.
i. Infeksi luka perineum
atau luka abdominal.
j. Pendarahan pervagina
sebanyak 500cc/lebih.
86
10. : 10. Memberitahu ibu untuk
selalu memberikan ASI
ekslusif kepada bayi dengan
memberikan ASI selama 6
bulan pertama tanpa
makanan tambahan, ASI
bermanfaat bagi
pertumbuhan dan
perkembangan bayi dan
sebagai metode kontrasepsi
alami yang tidak
mengganggu proses
menyusui.
10. Ibu mengerti dan akan selalu
memberikan ASI ekslusif
13 Juni
2016,
pukul
16.30
WIB
DS :
Ibu mengatakan rasa
nyeri puting
sususudah mulai
berkurang pada
bagian kiri saat
menyusui.
DO :
1. KU : baik
2. Kesadaran :
composmentis
3. K. emosional :
stabil
4. TD : 120/80
mmHg
5. N : 80 x/i
6. RR : 24 x/i
7. T : 36,60
C
8. Abodomen: TFU
pertengahan pusat
dan simfisis
9. Anogenital:
Pengeluaran
lochea
Dx : Ny. E umur 23
tahun P1A0 6 hari post
partum
DS :
1. Ibu mengatakan ini
anak pertama dan
belum pernah
keguguran.
2. Ibu mengatakan
bayi lahir tanggal
08 Juni 2016,
pukul. 05.00 wib.
3. Ibu mengatakan
rasa nyeri puting
susu sudah mulai
berkurang pada
bagian kiri saat
menyusui.
DO :
1. Lecet pada puting
susu ibu tampak
sudah berkurang.
2. Pengeluaran ASI
Tidak ada Tidak ada 1. Beritahu kepada
ibu kondisinya
saat ini
2. Pastikan ibu
melakukan
perawatan
puting susu
lecet.
1. Memberitahu kepada ibu
kondisinya saat ini bahwa
dalam keadaan baik sesuai
dengan hasil pemeriksaan
TD : 120/80 mmhg, N :
80x/i, RR : 24x/i, T : 36,6cC,
dan hasil pemeriksaan head
to toe ibu juga dalam
keadaan baik. Abdomen:
TFU pertengahan simfisis-
pusat, Anogenital: Tidak ada
laserasi dan lochea
sanguelenta.
2. Memastikan kembali ibu
melakukan perawatan puting
susu lecet yaitu dengan
menanyakan pada ibu secara
langsung sesuai yang telah
dijelaskan.
1. Ibu mengerti tentang kondisinya
saat ini.
2. Ibu mengatakan sudah dapat
melakukan perawatan puting susu
lecet dengan cara :
a) Terus memberikan ASI pada
bagian luka yang tidak begitu
sakit
b) Mengoleskan puting susu
dengan ASI akhir.
c) Mengistirahatkan puting susu
yang sakit untuk sementara
waktu.
87
sangoelenta.
10. Tidak ada tanda-
tanda infeksi.
yaitu ASI Transisi.
3. TFU pertengahan
pusat dan simfisis.
4. Pengeluaran lochea
sangolenta
Masalah :Puting susu
lecet
Kebutuhan :
1) Pastikan
perawatan puting
susu lecet secara
rutin.
3. Pastikan tentang
menyusui yang
benar.
3. Memastikan kembalitentang
teknik menyusui yang benar
d) ASI tetap dikeluarkan dengan
tangan.
3. Ibu dilihat sedang menerapkan
tentang teknik menyusui yang
benar, yaitu :
a. Ibu sudah duduk.
b. ASI ibu dikeluarkan sedikit
kemudian dioleskan pada
puting susu dan areola.
c. Ibu menggunakan bantal
untuk menopang bayi.
d. Tangan kanan ibu menyangga
payudara kiri dan keempat jari
dan ibu menekan payudara
bagian atas areola.
e. Ibu memberikan rangsangan
pada bayi untuk membuka
mulut (rooting refleks)
dengan cara menyentuh pipi
dengan puting susu.
f. Setelah bayi membuka mulut,
dengan cepat kepala bayi
didekatkan ke payudara ibu
dengan puting serta areola di
masukkan ke mulut bayi.
Melepaskan isapan
bayi :
g. jari kelingking ibu
dimasukkan ke mulut bayi
melalui sudut mulut.
h. Dagu bayi di tekan ke bawah.
i. Menyusui berikutnya dimulai
pada payudara yang belum
terkosongkan.
j. Setelah selesai menyusui, ASI
dikeluarkan sedikit kemudian
dioleskan pada puting susu
dan areola sekitarnya.
k. Ibu dapat menyendawakan
88
4. Pastikan ibu
untuk menyusui
secara on
demand
5. Pastikan ibu
tentang pola
istirahatnya
6. Pastikan ibu
tentang personal
hygenenya
7. Pastikan
kembali kepada
ibu tentang
4. Memastikan ibu untuk
menyusui secara on demand
atau sesuai kebutuhan bayi
5. Memastikan ibu tentang pola
istirahatnya saat ini sesuai
dengan penjelasan yang
diberikan.
6. Memastikan kembali kepada
ibu tentang pola kebersihan
dirinya, apakah sudah sesuai
dengan penjelasan yang
diberikan pada hari yang
lalu.
7. Memastikan kembali kepada
ibu tentang pemenuhan
kebutuhan nutrisi sesuai
bayinya setiap selesai
menyusui dengan cara bayi
digendong bersandar pada
bahu ibu kemudian punggung
ditepuk-tepuk perlahan-lahan.
4. Ibu menyusui bayinya secara on
demand
5. Ibu mengatakan ia sudah istirahat
seperti yang dianjurkan kemarin
dengan tidur siang 1-2 jam, tidur
malam 8 jam dan sudah dapat
tidur dengan nyenyak
6. Ibu telah menerapkan tentang
kebersihan dirinya sesuai dengan
penjelasan yang sudah diberikan
kemarin, seperti : mandi 2 kali
sehari, ganti celana dalam 2 kali
sehari atau tiap basah dan
lembab, membersihkan daerah
kelamin dengan sabun dan air
bersih dan mencucinya dari arah
depan kebelakang lalu dilap
dengan menggunakan tissue,
mengganti pembalut 2 kali sehari
atau bila terasa penuh, mencuci
tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah
membersihkan daerah
kelaminnya, dan ibu tidak sering
menyentuh luka jahitannya.
7. Ibu mengatakan telah
mengkonsumsi makanan yang
bergizi seperti ikan, ayam, telur,
89
kebutuhan
nutrisi
8. Pastikan
kembali kepada
ibu untuk
memberikan
ASI eksklusif
dengan yang pernah
dianjurkan
8. Memastikan kembali kepada
ibu untuk memberikan ASI
eksklusif kepada bayi dengan
memberikan ASI selama 6
bulan pertama tanpa makanan
tambahan, ASI bermanfaat
bagi pertumbuhan dan
perkembangan bayi dan
sebagai metode kontrasepsi
alami yang tidak mengganggu
proses menyusui.
sayur-sayuran, dan buah-buahan.
8. Ibu mengerti dengan penjelasan
yang diberikan.
16 juni
2016,
pukul.
16.00
WIB
DS :
1. Ibu mengatakan
puting susunya
tidak terasa nyeri
lagi pada bagian
kiri saat
menyusui.
DO :
1. KU : baik
2. Kesadaran :
composmentis
3. K. emosional :
stabil
4. TD : 110/70
mmHg
5. N : 81 x/i
6. RR : 23 x/i
7. T : 36,60
C
8. TFU tidak teraba
di simfisis
9. Pengeluaran
lochea serosa.
10. Tidak ada tanda-
Dx : Ny. E umur 23
tahun P1A0 9 hari post
partum.
DS :
1. Ibu mengatakan ini
anak pertama dan
belum pernah
keguguran.
2. Ibu mengatakan
bayi lahir tanggal
08 Juni 2016,
pukul. 05.00 wib.
3. Ibu mengatakan
puting susunya
tidak terasa nyeri
lagi pada bagian
kiri saat menyusui.
DO :
1. Tampak puting
susu ibu normal
bagian kanan dan
kiri
Tidak Ada Tidak Ada 1. Beritahu ibu
kondisinya saat
ini.
2. Evaluasi kepada
ibu tentang
perawatan
puting susu
lecet.
3. Evaluasi
kembali tentang
teknik menyusui
yang benar
4. Evaluasi
kembali kepada
ibu tentang
1. Memberitahu pada ibu tentang
kondisinya saat ini dalam
keadaan baik sesuai dengan
hasil pemeriksaan TD : 110/70
mmhg, N : 81x/i, RR : 23x/i, T
: 36,60
C, dan hasil pemeriksaan
head to toe ibu juga dalam
keadaan baik.
2. Mengevaluasi kepada ibu
tentang perawatan puting
susu lecet.
3. Mengevaluasi kembai
tentang teknik menyusui
yang benar.
4. Mengevaluasi kembali
kepada ibu tentang
kebutuhan nutrisi seperti apa
yang telah diberikan
1. Ibu mengerti tentang kondisinya
saat ini.
2. Ibu sudah mengerti tentang
perawatan puting susu lecet hal
ini terlihat bahwa putting ibu
sudah tidak lecet dan dalam
keadaan baik.
3. Ibu sudah mengerti tentang
teknik menyusui yang benar
terlihat daribayi yang cukup ASI
dan tidak rewel.
4. Ibu mengatakan tetap
mengkonsumsi makanan yang
bergizi dengan bervariasi lauk-
90
tanda infeksi. 2. TFU tidak teraba di
simfisis
3. Pengeluaran lochea
serosa.
Masalah :
Tidak Ada
Kebutuhan :
Tidak Ada
kebutuhan
nutrisi.
5. Evaluasi
kembali kepada
ibu tentang pola
istirahatnya
6. Evaluasi
kembali tentang
pola kebersihan
dirinya.
5. Mengevaluasi kembali
kepada ibu tentang pola
istirahatnya saat ini sesuai
dengan penjelasan yang
diberikan.
6. Mengevaluasi kembali
kepada ibu tentang pola
kebersihan dirinya, apakah
sudah sesuai dengan
penjelasan yang diberikan
pada hari yang lalu.
lauk setiap harinya, seperti
dengan ayam, ikan (ikan patin,
gabus, dan lain-lain), telur, sayur-
sayuran (bayam, katuk, dan lain-
lain), buah-buahan (pepaya,
pisang, jeruk, dan lain-lain).
5. Ibu mengatakan ia sudah istirahat
seperti yang dianjurkan kemarin
dengan tidur siang 1-2 jam, tidur
malam 8 jam dan sudah dapat
tidur dengan nyenyak.
6. Ibu telah menerapkan tentang
kebersihan dirinya sesuai dengan
penjelasan yang sudah diberikan
kemarin, seperti : mandi 2 kali
sehari, membersihkan daerah
kelamin dengan sabun dan air
bersih dan mencucinya dari arah
depan kebelakang lalu dilap
dengan menggunakan tissue,
mengganti pembalut 2 kali sehari,
mencuci tangan dengan sabun
dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah
kelaminnya, dan ibu tidak sering
menyentuh luka jahitannya.
91
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian (Pengumpulan data dasar)
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua
data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan
langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien (Ambarwati dan
Wulandari, 2010 ; h. 131).
Pada pengkajian yang dilakukan untuk mengumpulkan data dasar tentang
keadaan pasien pada Ny. E usia 23 tahun post partum dengan puting susu
lecet, didapatkan hasil yaitu sebagai berikut :
1. Data Subjektif
a. Nama
1) Tinjauan teori
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari
agar tidak keliru dalam memberikan penanganan (Ambarwati dan
Wulandari, 2010; h. 131).
2) Tinjauan kasus
Setelah dilakukan pengkajian, nama ibu diberi inisial Ny. E.
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU
ASUHAN PUTING SUSU

More Related Content

What's hot (18)

Kti intan widari
Kti intan widariKti intan widari
Kti intan widari
 
Kti suci nala
Kti suci nalaKti suci nala
Kti suci nala
 
Kti anissa dwi jayanti
Kti anissa dwi jayantiKti anissa dwi jayanti
Kti anissa dwi jayanti
 
Kti linda wati
Kti linda watiKti linda wati
Kti linda wati
 
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaKarya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
 
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaKarya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
 
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaKarya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
 
Kti siti maysaroh
Kti siti maysarohKti siti maysaroh
Kti siti maysaroh
 
Kti propyta sedayu
Kti propyta sedayuKti propyta sedayu
Kti propyta sedayu
 
85805824 asuhan-kebidanan(1)
85805824 asuhan-kebidanan(1)85805824 asuhan-kebidanan(1)
85805824 asuhan-kebidanan(1)
 
Kti armayani
Kti armayaniKti armayani
Kti armayani
 
Kti pdf
Kti pdf Kti pdf
Kti pdf
 
Kti irnawati baco akbid paramata
Kti irnawati baco akbid paramataKti irnawati baco akbid paramata
Kti irnawati baco akbid paramata
 
Kti tia desta andriani
Kti tia desta andrianiKti tia desta andriani
Kti tia desta andriani
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti mitra tanjung
Kti mitra tanjungKti mitra tanjung
Kti mitra tanjung
 
Kti eva seno safitri
Kti eva seno safitriKti eva seno safitri
Kti eva seno safitri
 
Kti eka wahyuni
Kti eka wahyuniKti eka wahyuni
Kti eka wahyuni
 

Viewers also liked

Circular externa
Circular externaCircular externa
Circular externaMichelleok
 
Presentacion de economica politica
Presentacion de economica politicaPresentacion de economica politica
Presentacion de economica politicaabelardoac
 
02 epidemio enf reum
02 epidemio enf reum02 epidemio enf reum
02 epidemio enf reumiloaeza_89
 
Diapositivas 5min
Diapositivas 5min Diapositivas 5min
Diapositivas 5min veritoos
 
Tasawwuf perbandingan IUS 4163 (Al-Khawathir Wal Warid)
Tasawwuf perbandingan IUS 4163 (Al-Khawathir Wal Warid)Tasawwuf perbandingan IUS 4163 (Al-Khawathir Wal Warid)
Tasawwuf perbandingan IUS 4163 (Al-Khawathir Wal Warid)Nurul Syafawany Sabri
 
Animales en peligro de extikncion
Animales en peligro de extikncionAnimales en peligro de extikncion
Animales en peligro de extikncionlosdonkey
 

Viewers also liked (10)

Logística inversa
Logística inversaLogística inversa
Logística inversa
 
Circular externa
Circular externaCircular externa
Circular externa
 
Presentacion de economica politica
Presentacion de economica politicaPresentacion de economica politica
Presentacion de economica politica
 
02 epidemio enf reum
02 epidemio enf reum02 epidemio enf reum
02 epidemio enf reum
 
Diapositivas 5min
Diapositivas 5min Diapositivas 5min
Diapositivas 5min
 
Tasawwuf perbandingan IUS 4163 (Al-Khawathir Wal Warid)
Tasawwuf perbandingan IUS 4163 (Al-Khawathir Wal Warid)Tasawwuf perbandingan IUS 4163 (Al-Khawathir Wal Warid)
Tasawwuf perbandingan IUS 4163 (Al-Khawathir Wal Warid)
 
Didáctica Crítica
Didáctica CríticaDidáctica Crítica
Didáctica Crítica
 
Animales en peligro de extikncion
Animales en peligro de extikncionAnimales en peligro de extikncion
Animales en peligro de extikncion
 
Segundo parcial
Segundo parcialSegundo parcial
Segundo parcial
 
PXBASIC
PXBASICPXBASIC
PXBASIC
 

Similar to ASUHAN PUTING SUSU

Similar to ASUHAN PUTING SUSU (20)

Kti dian sefrina
Kti dian sefrinaKti dian sefrina
Kti dian sefrina
 
Dika anggun sari
Dika anggun sariDika anggun sari
Dika anggun sari
 
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputriKti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
 
Kti efta mayasari
Kti efta mayasariKti efta mayasari
Kti efta mayasari
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti epit desmawati
Kti epit desmawatiKti epit desmawati
Kti epit desmawati
 
Kti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyaniKti wahyu andriyani
Kti wahyu andriyani
 
Kti devi mandasari
Kti devi mandasariKti devi mandasari
Kti devi mandasari
 
Resti fiks fdf
Resti fiks fdfResti fiks fdf
Resti fiks fdf
 
Delima Rahma Wati
Delima Rahma WatiDelima Rahma Wati
Delima Rahma Wati
 
Kti amalia febriyani
Kti amalia febriyaniKti amalia febriyani
Kti amalia febriyani
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti popy
Kti popyKti popy
Kti popy
 
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. I USIA 3 HARI D...
 
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaKarya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
 
Kti warini
Kti wariniKti warini
Kti warini
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti laila maharani
Kti laila maharaniKti laila maharani
Kti laila maharani
 
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata rahaKarya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
Karya tulis ilmiah asri akbid paramata raha
 
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdfLAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
 

Recently uploaded

HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 

Recently uploaded (20)

HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 

ASUHAN PUTING SUSU

  • 1. 1 ASUHAN KEBIDANAN TERHADAP NY.E UMUR 23 TAHUN P1A0 3 HARI POST PARTUM DENGAN PUTTING SUSU LECET DI BPS MEGA, S.ST AKBID ADILA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH Ahli madya Kebidanan Pada Prodi D III Kebidanan Akbid Adila Bandar Lampung DisusunOleh: Nama : Betha Almyra Grenada Yudina NIM : 201308006 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 i
  • 2. 2 LEMBAR PERSETUJUAN Diterima dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di depan Tim Penguji dalam Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Adila Hari : Tanggal : Pembimbing Vionita Gustianto, S.ST ii
  • 3. 3 LEMBAR PENGESAHAN Diterima Dan Disahkan Oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Adila Pada: Hari : Tanggal : Penguji I Penguji II Mengetahui: Direktur dr. Wazni Adila, MPH NIK : 2011041008 iii
  • 4. 4 CURICULUM VITAE Biodata Nama : BethaAlmyra Grenada Yudina NIM : 201308006 Tempat/Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 18Januari 1996 Alamat : Jl. Teuku Umar GgKarya 1,No 29. Kel Gunung Sari, Kec Enggal, Bandar Lampung. Institusi : Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung Angkatan : Ke-8 (2015/2016) Biografi 1. TK Yustikarini 2000-2001 2. SDN 1 Kemiling Bandar Lampung Lulus Pada Tahun 2001-2007 3. SMPN Muhammadiyah 3 Bandar Lampung Lulus Tahun 2007-2010 4. SMAN 07 Bandar Lampung Lulus Tahun 2010-2013 5. Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa di Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung sejak tahun 2013 hingga sekarang. iv
  • 5. 5 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN PUTING SUSU LECET TERHADAP NY. E UMUR 23 TAHUN P1A0Ah1 3 HARI POST PARTUM DI BPS Mega, S.ST BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 Betha Almyra Grenada Yudina, INTISARI Pada keadaan ini seorang ibu menghentikan proses menyusuinya karena putingnya sakit . Komplikasi yang sering terjadi yaitu pada payudara, salah satu satunya yaitu pada payudara adalah puting susu lecet umumnya menyusui akan menyakitkan dan kadang-kadang mengeluarkan darah. Puting susu lecet dapat disebabkan oleh menyusuinya yang salah puting susu ibu terpapar oleh sabun, krim alcohol atau bayi dengan lidah pendek atau mengecek apakah terdapat infeksi candida (di dalam mulut bayi). Jika gejala berikut ditemui maka berikan nisatin. Biasanya, kulit akan merah mengkilat, kadang gatal, terasa sakit yang menetap, dan kulit kering bersisik. (Ambarwati,dkk,2008;h.46) Tujuan memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas secara komprehensif dan sesuai dengan manajemen kebidanan varney. Subjek dan objek dalam penelitian ini adalah ibu post partum hari ke-3 P1 A0 dengan puting susu lecet di BPS Mega, S,ST. Setelah diaplikasikannya manajemen kebidanan varney di atas, puting susu lecet dapat teratasi dan menganjurkan pada ibu untuk tetap menyusui bayinya secara on demand. Kata kunci : Puting susu lecet Kepustakaan : 15 Refrensi (2009-2014) Halaman : 157 halaman v
  • 6. 6 MOTTO Hidup seperti roda berputar kadang kita berada di atas dan dibawah, selalu percaya diri ,berusaha dan berdoa. vi
  • 7. 7 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dalam bentuk Studi Kasus Kebidanan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Terhadap Ny.E Umur 23 Tahun P1A0Ah1 3 Hari Post Partum Dengan Puting Susu Lecet Di BPS Mega S.St Bandar Lampung Tahun 2016”. Dalam penyusunan KTI ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. dr. Wazni Adila, MPH selaku Direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung 2. VionitaGustianto, S.ST selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung 3. Bidan Mega, S.ST selaku pembimbing lahan praktik 4. Seluruh Dosen dan Staf Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung 5. Almamater seperjuangan yang selalu memberikan semangat dalam Karya Tulis Ilmiah. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca guna perbaikan pada masa yang akan datang. Akhirknya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca. Bandar Lampung, Juli 2016 Penulis vii
  • 8. 8 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.......................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN........................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................ iii CURICULUM VITAE....................................................................... iv INTISARI........................................................................................... v MOTTO………………. ..................................................................... vi KATA PENGANTAR........................................................................ vii DAFTAR ISI ..................................................................................... viii DAFTAR TABEL .............................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... x BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang ................................................................... 1 B. RumusanMasalah................................................................. 2 C. Tujuan ................................................................................. 3 D. RuangLingkup ................................................................... 4 E. ManfaatPenelitian ............................................................... 4 F. MetodePengumpulan Data ................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TinjauanTeoriMedis .......................................................... 7 B. TinjauanTeoriAsuhanKebidanan ...................................... 47 C. LandasanHukum ................................................................. 61 BAB III TINJAUAN KASUS A.Pengkajian .......................................................................... 70 B. Matriks ................................................................................ 80 BAB IV PEMBAHASAN A.Pengkajian............................................................................ 98 B. Interprestasi Data................................................................. 125 C. Identifikasidiagnoseataumasalahpotensial. ........................ 128 D. TindakanSegera................................................................... 129 E. Perencanaan......................................................................... 130 F. Pelaksanaan.......................................................................... 133 G. Evaluasi............................................................................... 139 viii
  • 9. 9 BAB V PENUTUPAN A. Kesimpulan.......................................................................... 145 B. Saran ................................................................................... 147 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN ix
  • 10. 10 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Kebijakan program nasionalmasanifas.................................. 13 Tabel 3.1 Matriks................................................................................. 80 x
  • 11. 11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Lembar Konsul Lampiran 2 : SatuanAcaraPenyuluhan (SAP) Lampiran 3 : Leaflet Lampiran 4 : Dokumentasi xi
  • 12. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASI Eksklusif menuru World Health Organitation (WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian ASI selama 6 bulan dianjurkan oleh pedoman international yaitu didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga, maupun Negara (Dewi,2011;h.25). Berdasarkan, pada tahun 2012 SDKI kembali mencatat kenaikan AKI yang signifikan, yakni dari 228 menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup.. Oleh karena itu, pada tahun 2012 Kementrian Kesehatan meluncurkan program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan neonatal sebesar 25% . (Profil Kes Indonesia, 2014;h.86). Kasus Kematian Maternal di Provinsi Lampung pada tahun 2014 dilaporkan sebanyak 100 kasus, mengalami penurunan cukup signifikan dibanding 2013 yang mencapai 158 kasus. Disebabkan oleh Pendarahan sebanyak 47 kasus, Eklamsi sebanyak 46 kasus, Infeksi sebanyak 9 kasus, Partus lama sebanyak 1 kasus dan lain-lain sebanyak 54 kasus. Sedangkan pada tahun 2014 yaitu Perdarahan sebanyak 30 , Eklamsi sebanyak 25, dan Infeksi sebanyak 6.
  • 13. 2 Serta, kasus kematian maternal yang terjadi di Kota Bandar Lampung sebanyak 6 kasus pada ibu nifas (Dinkes Provinsi Lampung 2015,h:47-48). Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil) masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu. (Sulistyawati,2009 :h.1) Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan. Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi angka kematian ibu (AKI). ( Dewi dan Sunarsih, 2011;h.109) Berdasarkan hasil kunjungan di BPS Mega S.ST, dimana didapatkan seorang ibu yang sedang dalam proses pemeriksaan masa nifas pada tanggal 11 Juni 2016 jam 13.00WIB, Ibu tersebut mengeluh nyeri dan lecet pada bagian puting sebelah kiri dan belum mengetahui teknik menyusui yang benar pada bayinya dengan alasan ini merupakan kelahiran anak pertamanya. Sehingga penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan Kebidanan Masa Nifas Terhadap Ny.E Usia 23 tahun P1A0 Post Partum hari ke-3 dengan Puting Susu Lecet . B. Rumusan Masalah “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas Terhadap Ny.E Usia 23 Tahun P1A0 Post Partum Hari Ke-3 Dengan Puting Susu Lecet Di BPS Mega S.ST Bandar Lampung Tahun 2016?”
  • 14. 3 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diharapkan penulis mampu melakukan Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas Terhadap Ny.E Usia 23 Tahun P1A0 Post Partum Hari Ke-3 Dengan Puting Susu Lecet Di BPS Mega S.ST Bandar Lampung tahun 2016 dengan pendekatan managemen kebidanan varney. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melaksanakan pengkajian data terhadap Ny.E Usia 23 Tahun P1A0 Post Partum Hari ke-3, dengan Puting Susu Lecet di BPS Mega S.ST. b. Mampu menentukan diagnosa dan menganalisis masalah yang telah dikumpulkan dari Ny.E Usia 23 Tahun P1A0 Post Partum Hari ke-3 dengan Puting Susu Lecet di BPS Mega S.ST. c. Mampu menegakkan diagnose dan masalah potensial berdasarkan diagnose yang telah ditentukan pada Ny.E Usia 23 Tahun P1A0 Post Partum Hari ke-3 dengan Puting Susu Lecet di BPS Mega S.ST. d. Mampu melaksanakan tindakan segera berdasarkan kondisi terhadap Ny.E Usia 23 Tahun P1A0 Post Partum Hari ke-3 dengan Puting Susu Lecet di BPS Mega S.ST. e. Mampu merencanakan asuhan terhadap Ny.E Usia 23 Tahun P1A0 Post Partum Hari ke-3 dengan Puting Susu Lecet di BPS Mega S.ST.
  • 15. 4 f. Mampu melaksanakan tindakan asuhan kebidanan secara langsug pada Ny.E Usia 23 Tahun P1A0 Post Partum Hari ke-3 dengan Puting Susu Lecet di BPS Mega S.ST. g. Mampu mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan pada Ny.E Usia 23 Tahun P1A0 Post Partum Hari ke-3 dengan Puting Susu Lecet di BPS Mega S.ST. D. Ruang Lingkup 1. Sasaran Sasaran Asuhan Kebidanan pada ibu nifas study kasus ini adalah Ny.E Usia 23 Tahun Post Partum Hari ke-3. 2. Tempat Dalam penelitian ini penulis mengambil di Di BPS Mega S.ST Bandar Lampung. 3. Waktu Study kasus ini dilaksanakan dari tanggal 11 Juni 2016- 16 Juni Tahun 2016. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Pendidikan Dapat dijadikan bahan bacaan dan salah satu sumber informasi bagi peneliti selanjutnya dan bagi pendidikan sebagai contoh dan nilai ukur
  • 16. 5 agar yang selanjutnya bisa lebih baik dalam hal melaksanakan program pendidikan. 2. Bagi Lahan Praktik Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau masukan dalam penatalaksanaan Puting Susu Lecet, sehingga dapat membantu penurunan AKI yang disebabkan karena infeksi. 3. Bagi Pasien Dapat memberikan pengetahuan tentang Puting Susu Lecet dan cara Teknik Menyusui yang baik dan benar. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi peneliti selanjutnya, sehingga peneliti mampu memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan pada perawatan puting susu lecet saat masa nifas. F. Metodelogi dan Teknik Memperoleh Data 1. Metode Penelitian Metode penelitian menggunakan Studi Kasus. Studi Kasus dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal di sini dapat berarti satu orang, sekelompok penduduk yang terkena suatu masalah. Unit yang menjadi kasus tersebut secara mendalam dianalisis baik dari segi yang berhubungan dengan keadaan kasus itu sendiri, faktor-faktor yang mempengaruhi, kejadian- kejadian khusus yang muncul sehubungan dengan kasus, maupun tindakan
  • 17. 6 dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuan atau pemaparan tertentu. Meskipun di dalam studi kasus ini yang diteliti hanya berbentuk unit tunggal, namun dianalisis secara mendalam, meliputi berbagai aspek yang cukup luas, serta penggunaan berbagai teknik secara mendalam (Notoatmodjo, 2010 ; h. 47). 2. Teknik meperoleh data Teknik memperoleh data dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah : a. Data primer, menggunakan : 1) Anamnesis (Pengumpulan data) 2) Observasi (Pengamatan) 3) Pemeriksaan Fisik b. Data sekunder, menggunakan : 1) Studi Kepustakaan 2) Studi Dokumentasi
  • 18. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medis 1. Masa Nifas a. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.(Prawiroharjo 2012, h ; 356). Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula /sebelum hamil /masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009,h ;1). Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Saleha, 2013;h.1). Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini 6-8 minggu (Ambarwati & Wulandary 2010,h;1). 7
  • 19. 8 Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Rukiyah et all, 2011;h.2). b. Tujuan asuhan masa nifas Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya, diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam jam pertama.Kematian BBL terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa nifas berdasarkan sumber yaitu : 1) Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas adalah untuk menghindarkan atau mendeteksi kemungkinan adanya perdarahan post partum dan infeksi. Oleh karena itu, penolong persalinan tetap waspada, sekurang- kurangnya satu jam post partum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan. Umumnya wanita sangat lemah setelah melahirkan, terlebih bila partus berlangsung lama. 2) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis harus diberikan oleh penolong persalinan, ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh. Bidan mengajarkan kepada ibu bersalin bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang dan baru membersihkan daerah sekitar anus. Sarankan untuk mencuci tangan dengan sabun
  • 20. 9 dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka robekan atau laserasi sarankan ibu untuk menghindari/tidak menyentuh daerah luka. 3) Melaksanakan skrining secara komprehensif. Melaksanakan skrining yang komprehensif dengan mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. Pada hal ini seorang bidan bertugas untuk melakukan pengawasan kala IV yang meliputi pemeriksaan plasenta, pengawasan TFU, pengawasan PPV, pengawasan konsistensi rahim,dan pengawasan keadaan umum ibu. Bila ditemukan permasalahan, maka harus melakukan tindakan sesuai standar pelayanan pada penatalaksanaan pada masa nifas. 4) Memberikan pendidikan kesehatan diri Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan diri,nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya, dan perawatan bayi sehat. Ibu-ibu postpartum harus diberikan pendidikan mengenai pendidikan gizi ibu menyusui yaitu sebagai berikut : a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari. b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup. c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum sebelum menyusui) 5) Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan payudara, yaitu sebagai berikut :
  • 21. 10 a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering. b) Menggunakan bra yang menyokong payudara. c) Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan mulai dari puting susu yang tidak lecet. d) Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadinya bendungan ASI. 6) Konseling menggenakan KB, antara lain seperti berikut ini. a) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. b) Biasanya wanita akan menghasilkan ovulasi sebelum ia mendapatkan lagi haidnya setelah persalinan. Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah persalinan. c) Sebelum menggunakan KB sebaiknya dijelaskan efektivitasnya, efek samping, untung ruginya, serta kapan metode tersebut dapat digunakan. d) Jika ibu dan pasangan sudah memilih metode KB tertentu dalam 2 minggu ibu dianjurkan untuk kembali. (Dewi dan Sunarsih, 2011;h,2-3)
  • 22. 11 c. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas 1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas. 2) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi, serta keluarga. 3) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman. 4) Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak, serta mampu melakukan kegiatan administrasi. 5) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan. 6) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktikkan kebersihan yang aman. 7) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosis dan rencana tindakan juga melaksanakannya untuk mempercepat proses persalinan, serta mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas. 8) Memberikan asuhan secara profesional.
  • 23. 12 d. Tahapan Masa Nifas 1) Tahapan masa nifas Masa nifas seperti dijelaskan diatas merupakan rangkaian setelah proses persalinan dilalui oleh seorang wanita, beberapa tahapan masa nifas yang harus dipahami oleh seorang bidan antara lain: a) Puerperium dini yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. b) Puerperium intermedial yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu. c) Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat terutama bila selama hamil atau bersalin memiliki komplikasi (Rukiyah et. all, 2011; h. 5).
  • 24. 13 Tabel 2.1 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas (Sulistyawati,2009;h.6) Kunjungan Waktu Tujuan 1 6-8 jam setelah persalinan a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan, rujuk bila pendarahan berlanjut c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri d) Pemberian ASI awal e) Melakukan hubungan antara ibu dengan bayi yang baru lahir f) Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hypotermi g) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil 2 6 hari setelah persalinan a) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal : Uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada pendarahan abnormal, tidak ada bau b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau pendarahan abnormal c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makan, cairan, dan istirahat d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan memperhatikan tanda-tanda penyulit e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari 3 2 minggu setelah persalinan Sama seperti diatas 4 6 minggu setelah persalinan a) Menanyakan pada ibu tentang kesulitan-kesulitan yang ia atau bayinya alami b) Memberikan konseling untuk KB secara dini
  • 25. 14 e. Proses Laktasi dan Menyusui 1) Anatomi payudara Payudara yang matang adalah salah satu tanda pertumbuhan skunder dari seorang perempuan dan salah satu organ yang indah dan menarik. Lebih dari itu, untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya, maka organ ini menjadi sumber utama kehidupan, karena Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting, terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan bayi. Payudara(mammae) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia yang mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram, dan saat menyusui 800 gram. a) Letak : Setiap payudara terletak pada sternum yang meluas setinggi kosta kedua dan keenam. Payudara ini terletak pada fascia superficialis dinding rongga dada yang disanggah oleh ligamentum sospensorium. b) Bentuk : Bentuk masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas keketiak atau aksila.
  • 26. 15 c) Ukuran : Ukuran payudara berbeda pada setiap individu, juga tergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar dari pada yang lain. d) Struktur makroskopis Struktur makroskopis payudara adalah sebagai berikut : (1) Cauda Aksilaris Adalah jaringan payudara yang meluas kearah aksila. (2) Areola Adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi. Areola pada masing-masing payudara memiliki garis tengah kira-kira 2,5 cm. Letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. (3) Papila Mamae Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara, maka letaknya akan bervariasi. Pada tempat-tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung- ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat-serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi duktus laktiferus akan memadat dan
  • 27. 16 menyebabkan puting susu tegang, sedangkan otot-otot yang longitudinal akan menarik kembali puting susu tersebut bentuk puting susu ada 4 macam yaitu bentuk yang normal, pendek /datar, panjang, dan terbenam. e) Struktur Mikroskopis (1) Alveoli Alveolus merupakan unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos, dan pembuluh darah. (2) Duktus lactiferus Adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus laktiferus (3) Ampulla Bagian dari duktus laktiferus yang melebar, merupakan tempat menyimpan air susu.Ampula terletak dibawah areola. (4) Lanjutan setiap duktus laktiferus Meluas dari ampula sampai muara papilla mammae. (Dewi dan Sunarsih,2011:h.4-5,7-9)
  • 28. 17 2) Fisiologi laktasi Selama masa kehamilan, hormon esterogen dan progesteron menginduksi perkembangan alveoli dan duktus laktiferus di dalam payudara, serta merangsang produksi kolostrum. Produksi ASI tidak berlangsung sampai masa sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormon esterogen menurun. Penurunan kadar esterogen ini memungkinkan naiknya kadar prolaktin dan produksi ASI. Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh menyusunya bayi pada payudara ibu.Pelepasan ASI berada dibawah kendali neuro-endokrin. Rangsangan sentuhan pada payudara (bayi menghisap) akan merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel myoepithel. Proses ini disebut sebagai “ reflek prolaktin” atau milk production reflect yang membuat ASI tersedia bagi bayi. Dalam hari-hari dini, laktasi reflek ini tidak dipengaruhi oleh keadaan emosi ibu. Nantinya, reflek ini dapat dihambat oleh keadaan emosi ibu bila ia merasa takut, lelah, malu, merasa tidak pasti, atau bila merasakan nyeri. (Sulistyawati, 2009;h.10-11) 3) Pembentukan air susu Pada ibu yang menyusui memiliki dua reflek yang masing-masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu sebagai berikut;
  • 29. 18 a) Reflek prolaktin Pada akhir kehamilan, hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas karena aktivitas prolaktin dihambat oleh esterogen dan progesteron yang kadarnya memang tinggi. Setelah partus, lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum membuat esterogen dan progesteron sangat berkurang, ditambah dengan isapan bayi yang merangsang puting susu dan kalang payudara yang akan merangsang ujung-ujung syaraf-syaraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini di lanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus yang akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofisis anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. b) Reflek let down Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke hipofisis posterior (neurohipofisis) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, horomon ini diangkat menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ tersebut. Kontraksi dari sel akan
  • 30. 19 memeras air susu yang telah di produksi keluar dari alveoli dan masuk ke dalam system duktus, selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan reflek let down adalah sebagai berikut (1) Melihat bayi (2) Mendengar suara bayi (3) Mencium bayi (4) Memikirkan untuk menyusui bayi (Dewi dan Sunarsih 2011;h.11-13) 4) Manfaat pemberian ASI a) Bagi bayi (1)Dapat membantu memulai kehidupan dangan baik. (2)Mengandung antibodi (3)ASI mengandung komposisi yang tepat (4)Mengurangi kejadian karies dentis (5)Memberikan rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan bayi. (6)Terhindar dari alergi (7)ASI meningkatkan kecerdasan bayi (8)Membantu perkembangan rahang dan merangsnag pertumbuhan gigi.
  • 31. 20 b) Bagi ibu (1) Aspek kontrasepsi (2) Aspek kesehatan ibu (3) Aspek penurunan beraat badan (4) Aspek psikologis c) Bagi keluarga (1) Aspek ekonomi (2) Aspek psikologi (3) Aspek kemudahan d) Bagi Negara (1) Menurunkan angka kematian dan kesakitan bayi (2) Menghemat devisa Negara (3) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit (4) Peningkatan kualitas generasi penerus (Walyani dan Purwoastuti, 2015;h.24-27) 5) Komposisi gizi dalam ASI ASI adalah makanan terbaik untuk bayi.ASI khusus dibuat untuk bayi manusia.Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna, serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi. a) Protein Keistimewaan protein dalam ASI dapat dilihat dari rasio protein whey : kasein = 60 : 40, disbanding dengan susu sapi yang rasionya 20 : 80. ASI mengandung alfa – laktabumin, sedangkan air
  • 32. 21 sususapi mengandung beta – laktoglobulin dan bovine serum albumin. ASI mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi. Kadar metiolin dalam ASI lebih rendah dari pada susu sapi, sedangkan sistem lebih tinggi. Kadar tirosin dan fenalanin pada ASI rendah. Kadar poliamin dan nukleotid yang untuk sinteis protein pada ASI lebih tinggi dibandingkan air susu sapi. b) Karbohidrat ASI mengandung karbohidrat lebih tinggi dari air susu sapi (6,5 – 7 gram). Karbohidrat yang pertama adalah laktosa. c) Lemak Bantu emulsi lebih sempurna. Kadar lemak tak jenuh dalam ASI 7- 8 kali lebih besar dari air susu sapi. Asam lemak rantai panjang berperan dalam perkembangan otak. Kolesterol yang diperlukan untuk mielinisasi susunan saraf pusat dan diperkirakan juga berfungsi dalam perkembangan pembentukan enzim. d) Mineral ASImengandung mineral lengkap. Total mineral selama laktasi adalah konstan. Fa dan Ca paling stabil, tidak terpengaruh diet ibu. Garam organic yang terdapat dalam ASI terutama kalsium, kalium, dan natrium dari asam klorida dan fosfat. ASI memiliki kalsium, fosfor, sodium postasium, dalam tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi. Bayi yang diberi ASI tidak akan menerima
  • 33. 22 pemasukan suatu muatan garam yang berlebihan sehingga tidak memerlukan air tambahan dibawah kondisi-kondisi umum. e) Air Kira-kira 88% ASI terdiri atas air yang berguna melarutkan zat-zat yang terdapat di dalamnya sekaligus juga dapat meredakan rangsangan haus dari bayi. f) Vitamin Kandungan vitamin dalam ASI adalah lengkap, vitamin A, D, dan C cukup.Sementara itu, golongan vitamin B kecuali riboflavin dan asam penthothenik lebih kurang. (1) Vitamin A : air susu manusia yang sudah masak ( dewasa mengandung 280 IU) vitamin A dan kolostrum mengandung sejumlah dua kali itu. Susu sapi hanya mengandung 18 IU. (2) Vitamin D : vitamin D larut dalam air dan lemak, terdalam air susu manusia. (3) Vitamin E : Kolostrum manusia kaya akan vitamin E, fungsinya adalah untuk mencegah hemolitik anemia, akan tetapi juga membantu melindungi paru-paru dan retina dari cedera akibat oxide. (4) Vitamin K : Diperlukan untuk sintesis faktor-faktor pembekuan darah, bayi yang mendapatkan ASI mendapat vitamin K lebih banyak .
  • 34. 23 (5) Vitamin B Kompleks : vitamin B ada pada tingkat yang diyakini memberikan kebutuhan harian yang diperlukan. (6) Vitamin C : Vitamin C sangat penting dalam sintesis kolagen, ASI mengandung 43 mg/ 100 ml vitamin C dibandingkan dengan susu sapi. 6) Stadium ASI ASI dibedakan menjadi tiga stadium yaitu sebagai berikut : a) Kolostrum Cairan pertama yaitu diperoleh bayi pada ibunya adalah kolostrum, yang mengandung kaya akan protein, mineral, dan antibodi dari pada ASI yang telah matang. ASI mulai ada kira-kira pada hari ke- 3 atau hari ke-4. Kolostrum berubah menjadi ASI yang matang kira-kira 15 hari sesudah bayi lahir kolostrum merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket, dan berwarna kekuningan. b) ASI transisi / peralihan ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10. Selama dua minggu, volume air susu bertambah banyak dan berubah warna, serta komposisinya. Kadar immunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
  • 35. 24 c) ASI matur ASI matur disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya.ASI matur tampak berwarna putih.Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak menggumpal bila dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer, serta mempunyai kandungan rendah lemak, tinggi laktosa, gula, protein, mineral, air. 7) Tanda bayi cukup ASI Bayi usia 0-6 bulan, dapat dinilai mendapat kecukupan ASI bila mencapai kadar berikut . a) Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan ASI 8 kali pada 2-3 minggu pertama. b) Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir. c) Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8x sehari. d) Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI. e) Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah habis. f) Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal. g) Pertumbuhan berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) bayi sesuai dengan grafik pertumbuhan. h) Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai dengan rentang usianya)
  • 36. 25 i) Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu saat lapar akan bangun dan tidur dengan cukup. j) Bayi menyusu dengan kuat (rakus), kemudian mengantuk dan tertidur pulas. (Dewi dan Sunarsih 2013,h;19-20,24) 8) ASI Eksklusif a) Pengertian ASI Eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, sejak usia 30 menit post natal (setelah lahir) sampai usia 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperto : susu formula, sari buah, air putih, madu, air teh, dan tanpa tambahan makanan padat seperti buah-buahan, biskuit, bubur susu, bubur nasi, nasi tim. b) Manfaat ASI Eksklusif (1) Manfaat bagi bayi (a) ASI sebagai nutrisi ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi.ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik kualitas maupun kuantitasnya. Melalui penatalaksanannya menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tubuh bayi normal sampai usia 6 bulan.
  • 37. 26 (b) ASI sebagai kekebalan Bayi baru lahir secara alamiah mendapat zat kekebalan dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir, padahal bayi sampai usia beberapa bulan tubuh bayi belum dapat membentuk sendiri zat kekebalan didalam tubuh bayi menjadi rendah. Hal ini akan tertutupi jika bayi mengkonsumsi ASI. ASI mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari bahaya penyakit dan infeksi, seperti: diare, infeksi telinga, batuk, pilek, dan penyakit alergi (Roesli,2000;Depkes 2001). Angka morbiditas dan mortalitas bayi yang diberi ASI eksklusif jauh lebih kecil disbanding bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif. (c) ASI meningkatkan kecerdasan bayi Bulan-bulan pertama kehidupan bayi sampai dengan usia 2 tahun adalah periode dimana terjadi pertumbuhan otak yang sangat pesat. Oleh karena itu kesempatan ini hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya agar otak bayi dapat tumbuh optimal dengan kualitas yang optimal.Pertumbuhan otak adalah factor utama yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan.Sementara itu pertumbuhan otak sangat dipengaruhi oleh nutrisi yang diberikan kepada bayi baik dari segi kualitas maupun
  • 38. 27 kuantitasnya. Nutrisi utama untuk pertumbuhan otak antara lain : Taurin, Lactosa, DHA, AA, Asam Omega-3, dan Omega- 6.Semua nutrisi yang dibutuhkan untuk itu, bisa didapatkan dari ASI. (d) Meningkatkan jalinan kasih sayang Pada waktu menyusu, bayi berada sangat dekat dalam dekapan ibunya. Semakin sering bayi berada dalam dekapan ibunya, maka bayi akan semakin merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman,tentram, dan nyaman terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah dikenalnya sejak dalam kandungan. Perasaan terlindungi dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk ikatan yang erat antara ibu dan bayi. Selain 4 manfaat pokok diatas, ada beberapa manfaat lain pemberian ASI bagi bayi yaitu ASI mudah dicerna karena mengandung enzim pencernaan sehingga bayi yang diberi ASI tidak mengalami obstipasi (sembelit), dan ASI tidak memberatkan fungsi saluran pencernaan dan ginjal yang belum sempurna. ASI juga menunjang perkembangan motorik sehingga bayi ASI eksklusif akan lebih cepat bisa jalan, membantu pembentukan rahang yang bagus,
  • 39. 28 meningkatkan daya pengelihatandan kepandaian bicara dan mencegah obesitas (kegemukan) pada bayi, dan mencegah anemia akibat kekurangan zat besi. ASI juga mengurangi resiko terkena penyakit diabetes, kanker pada anak, dan diduga mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung. (2) Manfaat menyusui bagi ibu (a) Mengurangi pendarahan dan anemia setelah melahirkan serta mempercepat pemulihan rahim kebentuk semula. Menyusui bayi segera setelah melahirkan dan meningkatkan kadar oksitosin didalam tubuh ibu. Oksitosin berguna untuk proses kontriksi/penyempitan pembulu darah dirahim sehingga pendarahan akan lebih cepat berhenti sehingga kemungkinan terjadi pendarahan dapat berkurang. Hal ini juga dapat mengurangi adanya anemia pada ibu. Selain itu kadar oksitosin yang meningkat juga sangat membantu mempercepat rahim kembali mendekati ukuran seperti sebelum hamil. (b) Menjarangkan kehamilan Menyusui/memberikan ASI pada bayi merupakan cara kontrasepsi alamiah yang aman, murah, dan cukup berhasil.
  • 40. 29 (c) Lebih cepat langsing kembali Menyusui memerlukan energi yang besar. Tubuh ibu akan mengambil sumber energi dari lemak-lemak yang tertimbun selama hamil terutama dibagian paha dan lengan atas, sehingga berat badan ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan semula. (d) Mengurangi kemungkinan menderita kanker Beberapa penelitian menunjukan bahwa menyusui akan mengurangi terjadinya kanker payudara dan akan mengurangi resiko ibu terkena penyakit kanker indung telur. (e) Lebih ekonomis dan murah ASI adalah jenis makanan bermutu yang murah dan sederhana yang tidak memerlukan perlengkapan menyusui sehingga dapat menghemat pengeluaran. Bayi yang diberi ASI eksklusif mempunyai daya tahan tubuh yang kuat, sehingga bayi akan terhindar dari berbagai macam penyakit dan infeksi. Hal tersebut akan menghemat pengeluaran untuk berobat kedokter atau rumah sakit. (f) Tidak merepotkan dan hemat waktu ASI sangat mudah diberikan tanpa harus menyiapkan atau memasak air, juga tanpa harus mencuci botol. ASI mempunyai suhu yang tepat sehingga dapat langsung
  • 41. 30 diminumkan pada bayi, tanpa perlu khawatir terlalu panas atau dingin. ASI dapat diberikan kapan saja, dimana saja dan tidak perlu takut persediaan habis. (g) Portabel dan praktis ASI mudah dibawa kemana-mana (portable), siap kapan saja dan dimana saja bila dibutuhkan. Pada saat bepergian tidak perlu membawa alat listrik untuk memasak atau menghangatkan susu serta tidak perlu membawa peralatan untuk membuat susu dan tidak perlu membawa alat listrik untuk menghangatkan susu serta tidak perlu takut basi karena ASI didalam payudara ibu tidak akan pernah basi. (h) Memberi kepuasan kepada ibu Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasa puas,bangga dan bahagia yang mendalam. 9) Perawatan payudara Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk memperlancarkan pengeluaran ASI. Perawatan payudara adalah perawatan payudara setelah ibu melahirkan dan menyusui yang merupakan suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar air susu keluar dengan lancar. Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil sampai masa menyusui.Hal ini dikarenakan payudara merupakan satu-satu
  • 42. 31 penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin. a) Tujuan perawatan payudara (1) Memelihara kebersihan payudara (2) Melenturkan dan menguatkan puting susu (3) Payudara yang terawat akan memproduksi ASI cukup untuk kebutuhan bayi. (4) Dengan perawatan payudara yang baik ibu tidak perlu khawatir bentuk payudaranya akan cepat berubah sehingga kurang menarik. (5) Dengan perawatan payudara yang baik puting susu tidak akan lecet sewaktu dihisap oleh bayi. (6) Melancarkan aliran ASI (7) Mengatasi puting susu datar atau terbenam supaya dapat dikeluarkan sehingga siap untuk disusukan kepada bayinya. b) Waktu pelaksanaan (1) Pertama kali dilakukan pada hari kedua setelah melahirkan. (2) Dilakukan minimal 2x dalam sehari c) Hal-hal yang perlu diperhatikan Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan payudara adalah : (1) Potong kuku tangan sependek mungkin, serta kikir agar halus dan tidah melukai payudara. (2) Cuci bersih tangan dan terutama jari tangan.
  • 43. 32 (3) Lakukan pada suasana santai, misalnya pada waktu mandi sore atau sebelum berangkat tidur . d) Persyaratan perawatan payudara (1) Pengurutan harus dikerjakan secara sistematis dan teratur minimal 2kali sehari (2) Memerhatikan makan dengan menu seimbang (3) Memerhatikan kebersihan sehari-hari (4) Memakai BH yang bersih dan bentuknya yang menyokong payudara (5) Menghindari rokok dan minuman beralkohol (6) Istirahat yang cukup dan pikiran yang tenang e) Alat yang digunakan (1) Minyak kelapa atau baby oil (2) Handuk kering (3) Washlap (4) Baskom (5) Air hangat dan air dingin (6) Cawan± f) Teknik perawatan payudara (1) Tempelkan kapas yang sudah diberi minyak kelapa atau baby oil selama ± 5 menit, kemudian puting susu dibersihkan (2) Tempelkan kedua telapak tangan di antara kedua payudara.
  • 44. 33 (3) Pengurutan dimulai kearah atas, kesamping, lalu kearah bawah. Dalam pengurutan posisi tangan kiri kearah sisi kiri, telapak tangan kanan berada disisi sebelah kanan. (4) Pengurutan diteruskan kebawah, kesamping selanjutnya melintang, lalu telapak tangan mengurut kedepan kemudian kedua tangan dilepaskan dari payudara, ulangi gerakan 20-30 kali. (5) Tangan kiri menopang payudara kiri, lalu tiga jari tangan kanan membuat gerakan memutar sambil menekan mulai dari pangkal payudara sampai pada puting susu. Lakukan tahap yang sama pada payudara kanan, lakukan dua kali gerakan pada tiap payudara. (6) Satu tangan menopang payudara, sedangkan tangan yang lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi kearah puting susu. Lakukan tahap yang sama pada kedua payudara. Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali. (7) Selesai pengurutan, payudara disiram dengan air hangat dan dingin bergantian selama ±5 menit, keringkan payudara dengan handuk bersih kemudian gunakan BH yang bersih dan menopang. (Walyani dan Purwoastuti, 2015;h.24-29) 10) Cara menyusui yang Benar Cara menyusui yang baik dan benar sebagai berikut .
  • 45. 34 a) Posisi badan ibu dan bayi (1) Posisi badan ibu dan bayi (2) Pegang bayi pada belakang bahunya, tudak pada dasar kepala (3) Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke ibu (4) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara (5) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu (6) Dengan posisi seperti ini maka telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi (7) Jauhkan hidung bayi pada payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu bagian dalam. b) Cara menyusui dengan sikap duduk (1) Duduk dengan posisi santai dan tegak menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. (2) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembapan puting susu. (3) Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan diatas pangkuan ibu dengan cara . (4) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakan pada lekungan siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada
  • 46. 35 lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu. (5) Satu tangan bayi diletakan dibelakang badan ibu dan yang satu didepan. (6) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara. (7) Telinga dan lengan bayi terletak pada garis lurus. (8) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang. (9) Tangan kanan menyangga dengan payudara kiri dan keempat jari dan ibu jari menekan payudara bagian atas areola. (10)Bayi diberikan rangsangan untuk membuka mulut ( rooting reflek ) dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi. (11)Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukan ke mulut bayi. Usahakan sebagian besar areola dapat masuk kedalam mulut bayi, sehingga puting susu berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah areola. c) Posisi mulut bayi dan puting susu ibu (1) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain menopang dibawah (bentuk C) atau dengan menjepit
  • 47. 36 payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting), dibelakang areola (kalang payudara) (2) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek) (3) Posisikan puting susu diatas “bibir atas” bayi dan berhadapan dengan hidung bayi. (4) Kemudian masukan puting susu ibu menelusuri langit-langit mulut bayi. (5) Setelah bayi menyusu/menghisap payudara dengan baik, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi. (6) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus-elus bayi. (7) Posisi menyusui yang benar d) Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu (1) Dagu bayi menempel pada payudara (2) Dagu bayi menempel pada dada ibu yang berada dibawah payudara (3) Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi (4) Mulut bayi terbuka dengan bibir bawah yang terbuka (5) Sebagian besar areola tidak nampak (6) Bayi menghisap dalam dan perlahan (7) Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu (8) Terkadang mendengar suara bayi menelan
  • 48. 37 (9) Puting susu tidak terasa sakit atau lecet (Ambarwati dkk, 2009;h.38-43) 11) Penyimpanan ASI ASI yang dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat.Ada perbedaan lamanya disimpan dikaitkan dengan tempat penyimpanan. a) Diudara terbuka/bebas : 6-8 jam b) Dilemari es (40℃) : 24 jam c) Dilemari pendingin/beku :6 bulan (Perinasia,2009) 12) Masalah dalam pemberian ASI Dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI) terkadang ada beberapa masalah yang dapat menyebabkan akhirnya ASI yang harusnya didapatkan bayi dari ibunya akan mengalami hambatan bahkan ada kalanya bayi tidak dapat sama sekali ASI ibunya, padahal bayi mempunyai hak penuh terhadap ASI tersebut, terkadang tenaga kesehatan melupakan hak-hak bayi untuk mendapatkan ASI ibunya, atau ibunya sendiri melupakan hak anaknya untuk mengkonsumsi ASI ibunya. (Rukiyah et all,2011;h.35). a) Puting susu datar atau terbenam Tindakan yang paling efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah isap langsung bayi yang kuat. Oleh karena itu, sebaiknya tidak dilakukan apa-apa, tunggu saja sampai bayi lahir.(Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 38-39).
  • 49. 38 b) Puting susu lecet (Abaded and or Cracked Nipple) Puting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat menyusui. Selain itu, dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah. Retakkan pada puting susu dapat sembuh sendiri dalam waktu 48 jam. Beberapa penyebab puting susu lecet adalah sebagai berikut. (1) Teknik menyusui yang tidak benar. (2) Puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol, ataupun zat iritan lain saat ibu membersikan puting susu. (3) Moniliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu. (4) Bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue). (5) Cara menghentikan menyusui yang kurang tepat (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.39). Saat puting susu dalam keadaan lecet dan kadang retak-retak atau luka, ibu dapat melakukan beberapa cara, antara lain: (1) Terus memberikan ASI pada bagian luka yang tidak begitu sakit. (2) Mengoles puting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-kali memberikan obat lain, seperti krim, salep, dan lain-lain. (3) Mengistirahatkan puting susu yang sakit untuk sementara waktu, kurang lebih 1x24 jam dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu 2x24 jam.
  • 50. 39 (4) Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena akan nyeri. Kemudian berikan ASI kepada bayi dengan menggunakan sendok atau pipet. (5) Cuci payudara sekali saja dalam sehari dan tidak dibenarkan menggunakan sabun (Sulistyawati, 2009; h. 32-33). c) Bendungan ASI Menurut Prawirohardjo, 2005 : Bendungan Air Susu adalah terjadinya pembengkakkan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Manuaba et all, 2014; h. 345-346). d) Payudara bengkak Harus dibedakan antara payudara penuh karena berisi ASI dengan payudara bengkak.Pada payudara penuh terasa berat pada payudara, panas, dan keras; bila diperiksa ASI keluar dan tidak ada demam. Sementara pada payudara bengkak; payudara udem, sakit, puting kencang,kulit mengkilap walau tidak merah, dan bila diperiksa/diisap ASI tidak keluar. Badan bisa demam setelah 24 jam (Astutik, 2014.hal;116)
  • 51. 40 e) Mastitis Mastitis adalah radang pada payudara.Penyebabnya adalah payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat yang akhirnya terjadi mastitis. f) Abses payudara Harus dibedakan anatara abses dan mastitis.Abses payudara merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis.Hal ini disebabkan oleh meluasnya peradangan pada payudara tersebut. (Bahiyatun, 2009; h. 34-35). f. Perubahan Fisiologis Masa Nifas 1) Perubahan Sistem Reproduksi a) Involusi Pengertian Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali kekondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. b) Lokia Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.Lokia mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lokia mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal, proses keluarnya darah nifas atau lokia terdiri atas 4 tahapan :
  • 52. 41 (1) Lokia Rubra/Merah (hari 1-4) (2) Lokia Sanguelenta (hari 4-7) (3) Lokia Serosa (hari 7-14) (4) Lokia Alba/Putih ( 2-6 minggu) c) Servik Servik mengalami involusi bersama-sama dengan uterus.Warna servik sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembulu darah.Konsistensinya lunak kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil.Karena robekan kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah kembali pada keadaan sebelum hamil. d) Vulva dan vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap 6-8minggu post partum. 2) Perubahan Sistem Pencernaan Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak.Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, haemoroid, laserasi jalan lahir.
  • 53. 42 3) Perubahan Sistem Perkemihan Hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya.Kadang-kadang puerperium mengalami sulit buang air kecil, karena sfringter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. 4) Perubahan Sistem Musculoskeletal Ligamen, Fasia, dan Diafragma Pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor. 5) Perubahan Sistem Endokrin a) Hormon Plasenta b) Hormon Pituitary c) Hormon Oksitosin d) Hormon Pituitary Ovarium 6) Perubahan Tanda-tanda Vital a) Suhu badan b) Nadi c) Tekanan darah d) Pernafasan
  • 54. 43 7) Perubahan Sistem Kardiovaskular Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400cc. bila kelahiran melalui Seksio Caesaria kehilangan darah dapat dua kali lipat.Perubahan terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi. Apabila pada persalinan pervaginam hemokonsentrasi akan naik dan pada seksio caesaria hemo konsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6minggu. 8) Perubahan Haematologi Selama minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembeku darah meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dan peningkatan piskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. g. Proses Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas 1) Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas a) Fase taking in Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. b) Fase taking hold Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. c) Fase letting go Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
  • 55. 44 2) Post Partum Blues Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya. Keadaan ini disebut dengan baby blues, yang disebabkan oleh perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. 3) Kesedihan dan Duka Cita a) Kemurungan masa nifas b) Terciptanya ikatan ibu dan bayi c) Tanda-tanda dan gejala serta etiologi kemurungan masa nifas dan klafisikasi atau istilah-istilah lokal yang dipakai untuk menggambarkannya. h. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas 1) Gizi Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25%, karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi. 2) Ambulasi dini Disebut juga early ambulation.Early ambulation adalah kebijakan untuk selekas mungkin membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan.
  • 56. 45 Klien sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam post partum. 3) Eliminasi a) Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3-4 jam. Ibu diusahakan dapat buang air kecil sendiri. b) Defekasi biasanya 2-3 hari post partum masih sulit buang air besar. Jika klien pada hari ketiga belum juga buang air besar maka diberikan laksan supositoria dan minum air hangat. 4) Kebersihan diri a) Perawatan perineum apabila setelah buang air besar atau buang air kecil perineum dibersihkan secara rutin. b) Perawatan payudara. 5) Istirahat Kebahagiaan setelah melahirkan membuat sulit istirahat. Seorang ibu baru akan cemas apakah ia mampu merawat anaknya atau tidak. Hal ini mengakibatkan sulit tidur. Juga akan terjadi gangguan pola tidur karena beban kerja bertambah, ibu harus bangun malam untuk meneteki/mengganti popok yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. 6) Seksual Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomi sudah sembuh maka koitus bisa dilakukan pada 3-4minggu post partum. Hasrat seksual pada bulan pertama akan berkurang baik kecepatan maupun lamanya, juga orgasme pun akan menurun.
  • 57. 46 7) Latihan senam nifas Banyak diantara senam post partum sebenarnya sama dengan senam antenatal. Hal yang paling penting bagi ibu adalah agar senam-senam tersebut hendaknya dilakukan secara perlahan dahulu lalu semakin lama semakin sering atau kuat. 8) Keluarga Berencana a) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. b) Biasanya ibu post partum tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum mendapatkan haidnya selama meneteki, oleh karena itu amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan. i. Komplikasi masa nifas 1) Infeksi Nifas Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman dalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas. 2) Kelainan-kelainan Lainnya Dalam Nifas a) Kelainan pada rahim (1) Sub involusi uteri (2) Perdarahan masa nifas b) Kelainan lain dalam nifas (1) Flegmasia alba dolens
  • 58. 47 (2) Nekrosis hipofisis lobus anterior post partum (Ambarwati dan Wulandary,2010: h,73-86,87-92,122-126) B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan 1. Pengertian manajemen kebidanan Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, dimulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 130). 2. 7 langkah manajemen menurut Helen Varney I. Pengkajian (Pengumpulan data dasar) Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien.Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. a. Data Subjektif 1) Biodata yang mencangkup identitas pasien a) Nama Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehahari- hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan. b) Umur Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang,
  • 59. 48 mental dan psikisnya belum siap.Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas. c) Agama Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa. d) Suku/bangsa Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari e) Pendidikan Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. f) Pekerjaan Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. g) Alamat Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan. 2) Keluhan Utama Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien merasa mulas, sakit pada jalan lahir kerena adanya jahitan pada perineum.
  • 60. 49 3) Riwayat Kesehatan a) Riwayat kesehatan yang lalu Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : Jantung, DM, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas. b) Riwayat kesehatan sekarang Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya. c) Riwayat kesehatan keluarga Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertai. 4) Riwayat Perkawinan Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas. 5) Riwayat obstetrik a) Riwayat kehamilan, pesalinan dan nifas yang lalu. Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu.
  • 61. 50 b) Riwayat persalinan sekarang. Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini. 6) Riwayat KB Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan konsentrasi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa. 7) Kehidupan sosial budaya Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang makan. 8) Data psikososial Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi/psikologis selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu menunjukkan depresi ringan beberapa hari setelah kelahiran.Depresi tersebut sering disebut sebagai postpartum blues. Postpartum blues sebagian besar merupakan
  • 62. 51 perwujudan fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal ini sering terjadi sering diakibatkan oleh sejumlah faktor. Penyebab yang paling menonjol adalah : a) Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang dialami kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan. b) Rasa sakit masa nifas awal. c) Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan postpartum. d) Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit. e) Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya. Menjelaskan pengkajian psikologis : a) Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya b) Respon ibu terhadap bayinya c) Respon ibu terhadap dirinya. 9) Data Pengetahuan Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan selama masa nifas.
  • 63. 52 10) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari. a) Nutrisi Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan. b) Eliminasi Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah. c) Istirahat Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, menggunakan waktu luang.Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat pertumbuuhan. d) Personal hygiene Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas masih mengeluarkan lokia. e) Aktivitas Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari.Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses
  • 64. 53 pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 131-137). f) Seksual Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka episiotomi telah sembuh dan lokia telah berhenti.Sebaiknya hubungan seksual dapat ditunda sedapat mungkin sampai 40 hari setelah persalinan karena pada saat itu diharapkan organ-organ tubuh telah pulih kembali (Dewi dan Sunarsih, 2011; h. 77). b. Data Obyektif Dalam menghadapi masa nifas dari seorang klien, seorang bidan harus mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan klien dalam keadaan stabil. Yang termasuk dalam komponen-komponen pengkajian data subyektif ini adalah : 1) Vital sign Ditunjukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang di alaminya. a) Temprature/suhu Peningkatan suhu badan mencapai 24 jam pertama masa nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain itu bisa juga disebabkan karena istirahat dan tidur yang diperpanjang
  • 65. 54 selama awal persalinan. Tetapi pada umumnya setelah 12 jam postpartum suhu tubuh kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai > 380 C adalah mengarah ke tanda-tanda infeksi. b) Nadi dan pernafasan (1)Nadi berkisar anatara 60-80 x/menit. Denyut nadi di atas 100 x/menit pada masa nifas adalah mengindentifikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan. (2)Jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan disebabkan adanya vitium kordis. (3)Beberapa ibu postpartum kadang-kadang mengalami bradikardi puerperal, yang denyut nadinya mencapai serendah-rendahnya 40 sampai 50x/menit, beberapa alasan telah diberikan sebagai penyebab yang mungkin, tetapi belum ada penelitian yang membuktikan bahwa hal itu adalah suatu kelainan. (4)Pernafasan harus berada dalam rentang yangg normal, yaitu sekitar 20-30x/menit. c) Tekanan darah Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum, tetapi keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit lain yang
  • 66. 55 menyertainya dalam 2 bulan pengobatan (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 137-139). 2) Pemeriksaan fisik a) Rambut Bersih atau kotor, pertumbuhan, warna, mudah rontok atau tidak.Rambut yang mudah dicabut menandakan kurang gizi atau ada kelainan tertentu. b) Muka Tampak cloasma gravidarum sebagai akibat deposit pigment yang berlebihan, tidak sembab. Bentuk simetris, bila tidak menunjukan adanya kelumpuhan. c) Mata Bentuk simetris, konjungtiva normal warna merah muda, bila pucat menandakan anemia.Sklera normal berwarna putih, bila kuning menandakan ibu mungkin terinfeksi hepatitis, bila merah kemungkinan ada conjungtivitis.Kelopak mata yang bengkak kemungkinan adanya preeklamsi. d) Hidung Normal tidak ada polip, kelainan bentuk, kebersihan cukup. e) Telinga Normal tidak ada serumen yang berlebih dan tidak berbau, bentuk simetris (Romauli, 2011; h. 174).
  • 67. 56 f) Mulut/gigi Periksa adanya karies, tonsilitis, atau faringitis.Hal tersebut merupakan sumber infeksi (Walyani, 2015; h. 86). g) Leher Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid.Pembesaran kelenjar limfe dan ada tidaknya bendungan pada vena jugularis. h) Dada Mengetahui ada tidaknya benjolan atau massa pada payudara (Romauli, 2011; h. 175). i) Keadaan abdomen Uterus (1) Normal : kokoh, berkontraksi baik, tidak berada di atas ketinggian fundal saat masa nifas segera. (2) Abnormal : Lembek, diatas ketinggian fundal saat masa post partum segera. (3) Kandung kemih : Bisa buang air/tak bisa buang air. j) Keadaan genetalia (1) Lokia Normal : (a) Merah hitam (lokia rubra) (b) Bau biasa
  • 68. 57 (c) Tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku (ukuran jeruk kecil) (d) Jumlah predarahan yang ringan atau sedikit (hanya perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam). Abnormal : (a) Merah terang (b) Bau busuk (c) Mengeluarkan darah beku (d) Perdarahan berat (memerlukan penggantian pembalut setiap 0-2 jam) (2) Keadaan perineum : oedema, hematoma, bekas luka episiotomi/robekan, heating. (3) Keadaan anus : haemoroid k) Keadaan ekstremitas (1) Varices (2) Oedema (3) Refleks patella II. Interpretasi data Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah.Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat
  • 69. 58 diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan. a. Diagnosa kebidanan Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Para, Abortus, Anak hidup, umur ibu, dan keadaan nifas. Data dasar meliputi : 1. Data Subyektif Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah abortus atau tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang keluhannya. 2. Data Obyektif Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil pemeriksaan tentang pengeluaran pervaginam, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital. b. Masalah Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien. Data dasar meliputi : 1. Data Subyektif Data yang didapat dari hasil anamnesa pasien.
  • 70. 59 2. Data Obyektif Data yang didapat dari hasil pemeriksaan (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 139-142). c. Kebutuhan Kebutuhan disesuaikan dengan kebutuhan pasien saat itu misalnya penyuluhan gizi pada ibu hamil (Wildan dan Hidayat, 2012; h. 35). III. Diagnosa Potensial Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar- benar terjadi.Melakukan asuhan yang aman penting sekali dalam hal ini. IV. Antisipasi Masalah Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk konsultasikan atau ditangani bersamaan dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien.
  • 71. 60 V. Perencanaan Langkah-langkah ini di tentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya. VI. Pelaksanaan Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien dan keluarga.Mengarahkan atau melaksaan rencana asuhan secara efesien dan aman. VII. Evaluasi Langkah ini merupakan langkah terakhir guna menegtahui apa yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksanakan. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 142-147).
  • 72. 61 C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan 1. Dalam menjalankan praktiknya bidan berwenang dalam memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan kebidanan, pelayanan keluarga berencana, dan pelayanan kesehatan masyarakat sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010. Pelayanan Kebidanan Beberapa pelayanan kebidanan yang diberikan adalah sebagai berikut. 1. Pelayanan kebidanan kesehatan kepada ibu. Pelayanan yang diberikan kepada ibu umumnya pada masa pranikah, prahamil, kehamilan, persalinan, mifas, menyusui, serta masa interval. Jenis pelayanan yang diberikan antara lain sebagai berikut. a. Penyuluhan dan konseling. b. Pemeriksaan fisik. c. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal. d. Pertolongan kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil dengan abortus iminens, hiperemesis gravidarum tingkat 1, pereeklamsia ringan, dan anemia ringan. e. Pertolongan persalinan normal. f. Pertolongan persalinan abnormal yang mencangkup letak sungsang, partus macet, kepala di dasar panggul, ketuban pecah dini (KPD) tanpa infeksi, perdarahan postpartum, laserasi jalan lahir, distosia karena insersia uteri primer, serta postterm dan preterm.
  • 73. 62 g. Pelayanan ibu nifas normal. h. Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plasenta, renjatan, dan infeksi ringan. i. Pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang meliputi keputihan, perdarahan tidak teratur, dan penundaan haid. Pada saat memberikan pelayanan di atas, bidan berwenang dalam hal berikut. a. Memberikan imunisasi. b. Memberikan suntikan pada penyakit kehamilan, persalinan dan nifas. c. Mengeluarkan plasenta secara manual. d. Bimbingan senam hamil. e. Pengeluaran sisa jaringan konsepsi. f. Episiotomi. g. Penjahitan luka episiotomi dan luka jalan lahir sampai tingkat dua. h. Amniotomim pada pembukaan servik lebih dari 4 cm. i. Pemberian infus. j. Pemberian suntikan IM uterotonika, antibiotika, dan sedatif. 2. Pelayanan kepada anak. Pelayanan yang diberikan kepada anak terutama pada masa bayi baru lahir, bayi, anak, anak balita, daan prasekolah. Pelayanan yang diberikan antara lain sebagai berikut.
  • 74. 63 a. Pemeriksaan bayi baru lahir. b. Perawatan tali pusat. c. Perawatan bayi. d. Resusitasi pada bayi baru lahir. e. Pemantauan tumbuh kembang anak. f. Pemberian imunisasi. g. Pemberian penyuluhan. Dalam keadaan tidak terdapat dokter yang berwenang pada wilayah tersebut, bidan dapat memberikan pelayanan pengobatan pada penyakit ringan bagi ibu dan anak sesuai dengan kemampuannya. 3. Pelayanan Keluarga Berencana Pada saat memberikan pelayanan keluarga berencana, bidan memiliki wewenang sebagai berikut. 1) Memberikan penyuluhan/konseling pemakaian kontrasepsi. 2) Memberikan pelayanan alat kontrasepsi oral dan kondom. Bidan yang melaksanakan program pemerintah berwenang untuk memberikakn alat kontrasepsi suntikan, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK). 4. Pelayanan kesehatan masyarakat Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat berwenang untuk hal berikut.
  • 75. 64 1) Pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak. 2) Memantau tumbuh kembang anak. 3) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas. 4) Melaksanakan deteksi dini, melaksanakan pertolongan pertama, merujuk dan memberikan penyuluhan infeksi menular (IMS), penyalahgunaan narkotika psikotropika dan zat adiktif lainnya (napza), serta penyakit lainnya (Aticeh et. all, 2014; h. 71-73). 5. Kompetensi 5 tentang Masa Nifas Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat. a. Pengetahuan Dasar 1) Fisiologis nifas 2) Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan/abortus. 3) Proses laktasi/menyusui dan teknik menyusui yang benar serta penyimpangan yang lazim terjadi termasuk pembengkakan : payudara, abses, mastitis, puting susu lecet, puting susu masuk. 4) Nutrisi ibu nifas, kebutuhan istirahat, aktifitas dan kebutuhan fisiologis lainnya seperti pengosongan kandung kemih. 5) Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir. 6) Adaptasi psikologis ibu sesudah bersalin dan abortus. 7) Bonding & attachment orang tua dan bayi baru lahir untuk menciptakan hubungan positif.
  • 76. 65 8) Indikator subinvolusi : misalnya perdarahan yang terus menerus, infeksi. 9) Indikator masalah-masalah laktasi. 10) Tanda dan gejala yang mengancam kehidupan misalnya perdarahan pervaginam menetap, sisa plasenta, renjatan (shock) dan pre eklamsi post partum. 11) Indikator pada komplikasi tertentu dalam periode postpartum, seperti anemia kronis, hematoma vulva, retensi urin dan inconentia alvi. 12) Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan sesudah abortus. 13) Tanda dan gejala komplikasi abortus. b. Keterampilan Dasar 1) Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang terfokus, eltermasuk keterangan rinci tentang kehamilan, persalinan dan kelahiran. 2) Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada ibu. 3) Pengkajian involusi uterus serta penyembuhan perlukaan/luka jahitan. 4) Merumuskan diagnosa masa nifas. 5) Menyusun perencanaan. 6) Memulai dan mendukung pemberian ASI eksklusif. 7) Melaksanakan pendidikan kesehatan pada ibu meliputi perawatan diri sendiri, istirahat, nutrisi, dan asuhan bayi baru lahir.
  • 77. 66 8) Mengidentifiksi hematoma vulva dan melaksanakan rujukan bilamana perlu. 9) Mengidentifikasi infeksi pada ibu, mengobati sesuai kewenangan atau merujuk untuk tindakan yang sesuai. 10) Penatalaksanaan ibu post partum abnormal. 11) Melakukan konseling pada ibu tentang seksualitas dan KB pasca persalinan. 12) Melakukan konseling dan memberi dukungan untuk wanita pasca aborsi. 13) Melakukan kolaborasi atau rujukan pada komplikasi tertentu. 14) Memberikan antibotika yang sesuai. 15) Mencatat dan mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan. c. Keterampilan Tambahan Melakukan insisi pada hematoma vulva. 6. Tiga Standar Pelayanan Nifas a. Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan, mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermia
  • 78. 67 b. Standar 14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan. Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Disamping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI. c. Standar 15 : Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah persalinan , untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB (Karwati et all, 2011 ; h 80). 7. Undang-undang Tentang Praktik Bidan UU 23 Tahun 1992 a. Pasal 50 1) Tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melaksanakan kegiatan kesehatan yang sesuai dengan bidang keahlian dan sesuai dengan kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkutan.
  • 79. 68 2) Ketentuan mengenai kategori, jenis dan klasifikasi tenaga kesehatan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. b. Pasal 53 1) Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas sesuai profesinya. 2) Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas berkewajiban mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien. 3) Tenaga kesehatan untuk kepentingan pembuktian dapat melakukan tindakan medic terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan. 4) Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien sebagaimana dimaksud ayat 2 ditentukan dengan peraturan pemerintah. c. Pasal 54 1) Terhadap tenaga kesehatan yang melaksanakan kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan profesi dapat dikenakan tindakan disiplin. 2) Penentuan ada dan tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana dalam ayat (1) ditentukan oleh majelis disiplin tenaga kesehatan. 3) Ketentuan mengenai pembentukan fungsi, tugas tata kerja majelis disiplin tenaga kesehatan ditetapkan oleh keputusan Presiden.
  • 80. 69 d. Pasal 55 1) Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan. 2) Ganti rugi yang sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Karwati et all,2011;h 71-7)
  • 81. 70 BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY.E UMUR 23 TAHUN P1A0AH1 3 HARI POST PARTUM DENGAN PUTING SUSU LECET DI AKBID ADILA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 Anamnesa oleh : Betha Almyra Grenada Yudina Tanggal : 11 Juni 2016 Pukul : 13.00 WIB A. PENGKAJIAN 1. Data Subjektif Identitas Istri Suami a. Biodata Nama : Ny. E Tn. N Umur : 23 tahun 28 tahun Agama : Islam Islam Suku/Bangsa :Jawa/Indonesia Sunda/Indonesia Pendidikan : SMK SMP Pekerjaan : IRT Swasta Alamat : Jl. P. Antasari, Gg.Man No 36 (belakang SD min) b. Keluhan utama : Ibu mengatakan puting susu terasa perih dan nyeri
  • 82. 71 c. Riwayat kesehatan 1) Riwayat kesehatan sekarang Hipertensi : Tidak ada DM : Tidak ada Jantung : Tidak ada Asma : Tidak ada Ginjal : Tidak ada Hepatitis : Tidak ada TBC : Tidak ada 2) Riwayat kesehatan dahulu Hipertensi : Tidak ada DM : Tidak ada Jantung : Tidak ada Asma : Tidak ada Ginjal : Tidak ada Hepatitis : Tidak ada TBC : Tidak ada 3) Riwayat kesehatan keluarga Hipertensi : Tidak ada DM : Tidak ada Jantung : Tidak ada Asma : Tidak ada Ginjal : Tidak ada
  • 83. 72 Hepatitis : Tidak ada TBC : Tidak ada d. Riwayat Perkawinan Usia nikah pertama : 22 tahun Status perkawinan : Syah Lama pernikahan : 1 Tahun e. Riwayat obstetric 1) Riwayat menstruasi Menarche : 14 tahun Siklus : 28 hari Lama : 3 hari Banyak : 2-3 x/hari ganti pembalut Sifat : encer Dismenore : tidak ada 2) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu no Tahun persalinan Tempat persalinan Umur kehami lan Jenis persalinan Penolong Penyulit Keadaan ket nifas anak H A M I L I N I 3) Riwayat persalinan sekarang Jenis persalinan : Normal Tanggal : 08 Juni 2016 Jenis kelamin : Laki-laki Keadaan bayi : Normal
  • 84. 73 a. Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari 1) Pola nutrisi Makan Frekuensi : ibu makan 3 x Porsi : 1 Porsi sekali makan Jenis makanan : 1 centong Nasi , 1 mangkuk sop, 1 potong daging ayam dan 2 potong tempe Pantangan : tidak ada Minum Frekuensi : ±ibu minum 8 gelas dalam sehari Jumlah : ± 1 gelas setiap kali minum Jenis minuman : air mineral 2) Pola eliminasi BAK Frekuensi : 3 kali dalam sehari Warna : Jernih Bau : khas amoniak BAB Frekuensi :ibu baru BAB 2 kali setelah persalinan 3) Pola istirahat : ibu istirahat 7-8 jam dalam sehari
  • 85. 74 4) Pola aktivitas : Saat pengkajian ibu sudah mampu melakukan aktivitas ringan seperti berjalan-jalan. 5) Pola personal hygiene : Ibu mandi 2 kali dalam sehari, keramas setiap pagi, mengganti pembalut 2 kali sehari celana dalam 6) Pola seksual : Tidak dilakukan pengkajian b. Kehidupan social budaya Adat istiadat yang berpengaruh pada masa nifas :Tidak ada c. Psikososial Tanggapan Ibu Terhadap Kelahiran Bayinya : senang Tanggapan Suami Terhadap Kelahiran Bayinya : senang Tanggapan Keluarga Terhadap Kelahiran Bayinya : Baik Pengambil Keputusan : Bersama Lingkungan berpengaruh : Tidak ada d. Data pengetahuan Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Kondisinya :ibu mengerti kondisinya setelah melahirkan.
  • 86. 75 2. Data Objektif 1. Pemerikasaan Umum Keadaan umun : Baik Kesadaran : Composmetis Keadaan emosional : Stabil TTV : TD : 120/70 mmHg N : 80 x/memit R : 20 x/menit S : 36,7 0 C B. Pemeriksaan Fisik Wajah Pucat : Tidak ada Oedema : Tidak ada Mata Simetris : Ya, simetris Kelopak mata : Tidak edema Konjungtiva : Merah muda Sklera : Putih Hidung Simetris : Ya, simetris Polip : Tidak ada Kebersihan : Bersih
  • 87. 76 Mulut Bibir : Lembab Lidah : Bersih Gigi : Tidak ada karies Gusi : Tidak berdarah Telinga Simetris : Ya, simetris Gangguan pendengaran : Tidak ada Leher Tumor : Tidak ada Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada Pembesaran vena jugularis : Tidak ada Dada Simetris : Ya, simetris Mengi dan ronchi : Tidak ada Payudara Simetris : Ya, simetris Pembesaran : Ada Puting : Menonjol dan lecet pada bagian kiri puting Hiperpigmentasi : Ada, pada bagian Aerola dan putting Benjolan : Tidak ada
  • 88. 77 Pengeluaran : Ada, Kolostrum Abdomen Benjolan : Tidak ada Konsistensi : Lunak Kandung kemih : Kosong Uterus TFU : 3 jari dibawah pusat Kontraksi : Baik Anogenital Kelenjar bartholini : Tidak ada Pengeluaran pervagina : Lokhea rubra Warna : Merah segar Bau : Amis Perineum : Tidak ada laserasi Infeksi : Tidak ada Anus : Tidak ada haemoroid C. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan laboratorium 1) Darah HB : Tidak dilakukan Golongan darah : Tidak dilakukan 2) Urine Glukosa : Tidak dilakukan Protein : Tidak dilakukan
  • 89. 78 D. Data Penunjang a. Riwayat persalinan sekarang 1) Ibu Tempat persalinan : Di BPS Mega S.ST Penolong : Bidan Jenis persalinan : Normal Lama persalinan : 13 jam 35 menit Catatan waktu Kala I : 9 Jam 45 menit Kala II : 1 Jam 35 menit Kala III : 0 Jam 15 menit Kala IV : 2 Jam 0 menit Lamanya : 13 Jam 35 menit Ketuban pecah, spontan pukul : 06.50 WIB Plasenta Lahir secara : Spontan Pukul : 05.00 WIB Berat plasenta : 500 gram Panjang plasenta : 45 cm Diameter : 19 cm Tebal : 3 cm Perineum : Tidak ada luka jahitan
  • 90. 79 2) Bayi Lahir tanggal/pukul : 08 juni 2016/ 05.00 Berat badan : 3500 gram Panjang badan : 49 cm Jenis kelamin : Laki-laki Cacat bawaan : Tidak ada cacat Masa gestasi : Aterm
  • 91. 80 Hari/ Tgl Pengkajian Interprestasi Data (Diagnosa, Masalah, Kebutuhan) Dx Potensial/ Masalah Potensial Antisipasi/Ti ndakan Segera Intervensi Implementasi Evaluasi 11 Juni 2016, 13.00 wib Ds: 1. Ibu mengatakan putting terasa nyeri pada bagian kiri saat menyusui Do: 1. KU : baik 2. Kesadaran : Composmentis 1. K. emosional : stabil 2. TD : 120/70mmHg 3. N : 80x/i 4. RR : 20 x/i 5. T : 36,70 C 6. Payudara: puting menonjol, nampak lecet pada bagian kiri, pengeluaran ASI Kolustrum 7. Abdomen : TFU 3 jari dibawah pusat 8. Anogenital : Tidak terdapat robekan perineum., pengeluaran; lochea:rubra 9. Pengeluaran lochea rubra. Dx : Ny.E umur 23 tahun P1A0 3 hari post partum DS : 1. Ibu mengatakan ini anak pertama dan belum pernah keguguran. 2. Ibu mengatakan bayi lahir tanggal 08 Juni 2016, pukul. 05.00 wib. 3. Ibu mengatakan puting susu terasa nyeri pada bagian kiri saat menyusui. DO : 1. Tampak pada puting susu ibu lecet dibagian kiri. 2. Pengeluaran ASI yaitu kolostrum. 3. TFU : 3 jari dibawah pusat. 4. Pengeluaran lochea rubra. Masalah : Putting susu lecet Tidak ada Tidak ada 1. Beritahu kondisi ibu 2. Jelaskan penyebab yang dirasakan ibu 1. Memberitahu kondisi ibu kepada keluarga tentang keadaannya saat ini bahwa dalam keadaan baik sesuai dengan hasil pemeriksaan TD : 120/70 mmhg, N : 80x/i, RR : 20x/i, T : 36,70 c, dan hasil pemeriksaan head to toe dalam keadaan normal, TFU 3 jari dibawah pusat, Kontraksi :baik, Lochea:rubra, Anogenital : tidak ada laserasi perineum. 2. Menjelaskan penyebab terjadinya puting susu lecet, yaitu : a) Teknik menyusui yang tidak benar. b) Puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol, ataupun zat iritan lain saat ibu membersihkan puting susu. c) Moniliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu. d) Bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue). e) Cara menghentikan 1. Ibu dan keluarga mengerti tentang kondisinya saat ini. 2. Setelah dikaji penyebab puting susu lecet karena teknik menyusui yang tidak benar. TABEL 3.1 MATRIKS MATRIKS
  • 92. 81 Kebutuhan : 1. Perawatan puting susu lecet 2. Cara teknik menyusui yang benar 3. Ajarkan dan lakukan perawatan puting susu lecet. 4. Ajarkan dan lakukan teknik menyusui yang benar kepada ibu menyusui yang kurang tepat. 3. Mengajarkan dan melakukan perawatan puting susu lecet dengan cara : a) Terus memberikan ASI pada bagian luka yang tidak begitu sakit. b) Mengoles puting susu dengan ASI akhir. c) Mengistirahatkan puting susu yang sakit untuk sementara waktu. d) Selama puting susu diistihatkan, sebaiknya ASI dikeluarkan dengan tangan dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena akan nyeri. Kemudian berikan ASI kepada bayi dengan menggunakan sendok atau pipet. e) Cuci payudara sekali saja dalam sehari dan tidak dibenarkan menggunakan sabun. 4. Mengajarkan dan melakukan teknik menyusui yang benar kepada ibu, yaitu : a. Duduk dengan posisi santai dan tegak menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. 3. Ibu mengerti dan melakukan perawatan puting susu lecet. 4. Ibu mengerti tentang teknik menyusui yang benar dan ibu bersedia untuk melakukannya.
  • 93. 82 b. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. c. Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi. d. Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan ibu menekan payudara bagian atas areola. e. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting refleks) dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi. f. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola di masukkan ke mulut bayi. Melepaskan isapan bayi : g. jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut. h. Dagu bayi di tekan ke bawah. i. Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang belum terkosongkan. j. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit
  • 94. 83 5. Anjurkan ibu untuk menyusui secara on demand 6. Anjurkan ibu untuk istirahat 7. Ajarkan ibu untuk selalu menjaga personal hygene kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Menyendawakan bayi: k. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan. l. Dengan cara menelungkupkan bayi di atas pangkuan ibu, lalu usap-usap punggung bayi sampai bayi bersendawa. 5. Menganjurkan ibu untuk menyusui secara on demand atau sesuai kebutuhan bayi. 6. Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat yaitu dengan tidur siang 1 – 2 jam dan tidur malam 7-8 jam dalam sehari karena istirahat dan tidur yang cukup dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani ibu dan membantu dalam proses pemulihan ibu setelah pesalinan. 7. Mengajarkan kepada ibu untuk selalu menjaga personal hygene seperti mandi 2 kali sehari pagi dan sore, membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air bersih dan mencucinya dari arah depan kebelakang 5. Ibu mengerti tentang menyusui secara on demand. 6. Ibu mengerti tentang istirahat yang cukup. 7. Ibu mengerti dengan yang ddiajarkan dan akan selalu menjaga personal hygene.
  • 95. 84 8. Ajarkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi 9. Beritahu ibu tentang tanda bahaya masa lalu dilap dengan menggunakan tissue atau kain bersih, mengganti pembalut 2 kali sehari atau bila sudah terasa penuh, menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya, dan menganjurkan ibu untuk tidak sering menyentuh luka jahitannya. 8. Mengajarkan kepada ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dengan makanan bergizi yang mengandung karbohidrat untuk tenaga seperti yang terdapat pada nasi, jagung, roti, dan kentang, lalu protein hewani dan nabati yang terdapat pada telur, tahu, tempe, ikan, sayuran hijau yang banyak mengandung zat besi seperti bayam, daun pepaya, kangkung, lalu buah yang banyak mengandung vitamin dan serat seperti jeruk, pepaya, mangga dll, serta minum 8 gelas perhari untuk memenuhi kebutuhan ibu dan proses menyusui. 9. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya masa nifas, seperti : 8. Ibu mengerti tentang kebutuhan nutrisi. 9. Ibu mengerti tentang tanda bahaya masa nifas
  • 96. 85 nifas a. Infeksi nifas : keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genitalia dalam masa nifas (vulvitis, vaginitis, servisitis, endometritis, septicemia, pyemia, peritonitis, dan parametritis). b. Infeksi saluran kemih : infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih. c. Metritis : infeksi uterus setelah persalinan. d. Bendungan payudara : peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara. e. Infeksi payudara : peradangan pada payudara (mastitis). f. Abses payudara : penyakit ini disebabkan infeksi bakteri. g. Abses pelvis : radang panggul yang merujuk pada suatu infeksi pada uterus (rahim). h. Peritonitis : peradangan pada peritonitis yang merupakan pembungkusan visera dalam rongga perut. i. Infeksi luka perineum atau luka abdominal. j. Pendarahan pervagina sebanyak 500cc/lebih.
  • 97. 86 10. : 10. Memberitahu ibu untuk selalu memberikan ASI ekslusif kepada bayi dengan memberikan ASI selama 6 bulan pertama tanpa makanan tambahan, ASI bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi dan sebagai metode kontrasepsi alami yang tidak mengganggu proses menyusui. 10. Ibu mengerti dan akan selalu memberikan ASI ekslusif 13 Juni 2016, pukul 16.30 WIB DS : Ibu mengatakan rasa nyeri puting sususudah mulai berkurang pada bagian kiri saat menyusui. DO : 1. KU : baik 2. Kesadaran : composmentis 3. K. emosional : stabil 4. TD : 120/80 mmHg 5. N : 80 x/i 6. RR : 24 x/i 7. T : 36,60 C 8. Abodomen: TFU pertengahan pusat dan simfisis 9. Anogenital: Pengeluaran lochea Dx : Ny. E umur 23 tahun P1A0 6 hari post partum DS : 1. Ibu mengatakan ini anak pertama dan belum pernah keguguran. 2. Ibu mengatakan bayi lahir tanggal 08 Juni 2016, pukul. 05.00 wib. 3. Ibu mengatakan rasa nyeri puting susu sudah mulai berkurang pada bagian kiri saat menyusui. DO : 1. Lecet pada puting susu ibu tampak sudah berkurang. 2. Pengeluaran ASI Tidak ada Tidak ada 1. Beritahu kepada ibu kondisinya saat ini 2. Pastikan ibu melakukan perawatan puting susu lecet. 1. Memberitahu kepada ibu kondisinya saat ini bahwa dalam keadaan baik sesuai dengan hasil pemeriksaan TD : 120/80 mmhg, N : 80x/i, RR : 24x/i, T : 36,6cC, dan hasil pemeriksaan head to toe ibu juga dalam keadaan baik. Abdomen: TFU pertengahan simfisis- pusat, Anogenital: Tidak ada laserasi dan lochea sanguelenta. 2. Memastikan kembali ibu melakukan perawatan puting susu lecet yaitu dengan menanyakan pada ibu secara langsung sesuai yang telah dijelaskan. 1. Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini. 2. Ibu mengatakan sudah dapat melakukan perawatan puting susu lecet dengan cara : a) Terus memberikan ASI pada bagian luka yang tidak begitu sakit b) Mengoleskan puting susu dengan ASI akhir. c) Mengistirahatkan puting susu yang sakit untuk sementara waktu.
  • 98. 87 sangoelenta. 10. Tidak ada tanda- tanda infeksi. yaitu ASI Transisi. 3. TFU pertengahan pusat dan simfisis. 4. Pengeluaran lochea sangolenta Masalah :Puting susu lecet Kebutuhan : 1) Pastikan perawatan puting susu lecet secara rutin. 3. Pastikan tentang menyusui yang benar. 3. Memastikan kembalitentang teknik menyusui yang benar d) ASI tetap dikeluarkan dengan tangan. 3. Ibu dilihat sedang menerapkan tentang teknik menyusui yang benar, yaitu : a. Ibu sudah duduk. b. ASI ibu dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola. c. Ibu menggunakan bantal untuk menopang bayi. d. Tangan kanan ibu menyangga payudara kiri dan keempat jari dan ibu menekan payudara bagian atas areola. e. Ibu memberikan rangsangan pada bayi untuk membuka mulut (rooting refleks) dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu. f. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola di masukkan ke mulut bayi. Melepaskan isapan bayi : g. jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut. h. Dagu bayi di tekan ke bawah. i. Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang belum terkosongkan. j. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. k. Ibu dapat menyendawakan
  • 99. 88 4. Pastikan ibu untuk menyusui secara on demand 5. Pastikan ibu tentang pola istirahatnya 6. Pastikan ibu tentang personal hygenenya 7. Pastikan kembali kepada ibu tentang 4. Memastikan ibu untuk menyusui secara on demand atau sesuai kebutuhan bayi 5. Memastikan ibu tentang pola istirahatnya saat ini sesuai dengan penjelasan yang diberikan. 6. Memastikan kembali kepada ibu tentang pola kebersihan dirinya, apakah sudah sesuai dengan penjelasan yang diberikan pada hari yang lalu. 7. Memastikan kembali kepada ibu tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi sesuai bayinya setiap selesai menyusui dengan cara bayi digendong bersandar pada bahu ibu kemudian punggung ditepuk-tepuk perlahan-lahan. 4. Ibu menyusui bayinya secara on demand 5. Ibu mengatakan ia sudah istirahat seperti yang dianjurkan kemarin dengan tidur siang 1-2 jam, tidur malam 8 jam dan sudah dapat tidur dengan nyenyak 6. Ibu telah menerapkan tentang kebersihan dirinya sesuai dengan penjelasan yang sudah diberikan kemarin, seperti : mandi 2 kali sehari, ganti celana dalam 2 kali sehari atau tiap basah dan lembab, membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air bersih dan mencucinya dari arah depan kebelakang lalu dilap dengan menggunakan tissue, mengganti pembalut 2 kali sehari atau bila terasa penuh, mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya, dan ibu tidak sering menyentuh luka jahitannya. 7. Ibu mengatakan telah mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti ikan, ayam, telur,
  • 100. 89 kebutuhan nutrisi 8. Pastikan kembali kepada ibu untuk memberikan ASI eksklusif dengan yang pernah dianjurkan 8. Memastikan kembali kepada ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi dengan memberikan ASI selama 6 bulan pertama tanpa makanan tambahan, ASI bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi dan sebagai metode kontrasepsi alami yang tidak mengganggu proses menyusui. sayur-sayuran, dan buah-buahan. 8. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan. 16 juni 2016, pukul. 16.00 WIB DS : 1. Ibu mengatakan puting susunya tidak terasa nyeri lagi pada bagian kiri saat menyusui. DO : 1. KU : baik 2. Kesadaran : composmentis 3. K. emosional : stabil 4. TD : 110/70 mmHg 5. N : 81 x/i 6. RR : 23 x/i 7. T : 36,60 C 8. TFU tidak teraba di simfisis 9. Pengeluaran lochea serosa. 10. Tidak ada tanda- Dx : Ny. E umur 23 tahun P1A0 9 hari post partum. DS : 1. Ibu mengatakan ini anak pertama dan belum pernah keguguran. 2. Ibu mengatakan bayi lahir tanggal 08 Juni 2016, pukul. 05.00 wib. 3. Ibu mengatakan puting susunya tidak terasa nyeri lagi pada bagian kiri saat menyusui. DO : 1. Tampak puting susu ibu normal bagian kanan dan kiri Tidak Ada Tidak Ada 1. Beritahu ibu kondisinya saat ini. 2. Evaluasi kepada ibu tentang perawatan puting susu lecet. 3. Evaluasi kembali tentang teknik menyusui yang benar 4. Evaluasi kembali kepada ibu tentang 1. Memberitahu pada ibu tentang kondisinya saat ini dalam keadaan baik sesuai dengan hasil pemeriksaan TD : 110/70 mmhg, N : 81x/i, RR : 23x/i, T : 36,60 C, dan hasil pemeriksaan head to toe ibu juga dalam keadaan baik. 2. Mengevaluasi kepada ibu tentang perawatan puting susu lecet. 3. Mengevaluasi kembai tentang teknik menyusui yang benar. 4. Mengevaluasi kembali kepada ibu tentang kebutuhan nutrisi seperti apa yang telah diberikan 1. Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini. 2. Ibu sudah mengerti tentang perawatan puting susu lecet hal ini terlihat bahwa putting ibu sudah tidak lecet dan dalam keadaan baik. 3. Ibu sudah mengerti tentang teknik menyusui yang benar terlihat daribayi yang cukup ASI dan tidak rewel. 4. Ibu mengatakan tetap mengkonsumsi makanan yang bergizi dengan bervariasi lauk-
  • 101. 90 tanda infeksi. 2. TFU tidak teraba di simfisis 3. Pengeluaran lochea serosa. Masalah : Tidak Ada Kebutuhan : Tidak Ada kebutuhan nutrisi. 5. Evaluasi kembali kepada ibu tentang pola istirahatnya 6. Evaluasi kembali tentang pola kebersihan dirinya. 5. Mengevaluasi kembali kepada ibu tentang pola istirahatnya saat ini sesuai dengan penjelasan yang diberikan. 6. Mengevaluasi kembali kepada ibu tentang pola kebersihan dirinya, apakah sudah sesuai dengan penjelasan yang diberikan pada hari yang lalu. lauk setiap harinya, seperti dengan ayam, ikan (ikan patin, gabus, dan lain-lain), telur, sayur- sayuran (bayam, katuk, dan lain- lain), buah-buahan (pepaya, pisang, jeruk, dan lain-lain). 5. Ibu mengatakan ia sudah istirahat seperti yang dianjurkan kemarin dengan tidur siang 1-2 jam, tidur malam 8 jam dan sudah dapat tidur dengan nyenyak. 6. Ibu telah menerapkan tentang kebersihan dirinya sesuai dengan penjelasan yang sudah diberikan kemarin, seperti : mandi 2 kali sehari, membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air bersih dan mencucinya dari arah depan kebelakang lalu dilap dengan menggunakan tissue, mengganti pembalut 2 kali sehari, mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya, dan ibu tidak sering menyentuh luka jahitannya.
  • 102. 91 BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian (Pengumpulan data dasar) Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010 ; h. 131). Pada pengkajian yang dilakukan untuk mengumpulkan data dasar tentang keadaan pasien pada Ny. E usia 23 tahun post partum dengan puting susu lecet, didapatkan hasil yaitu sebagai berikut : 1. Data Subjektif a. Nama 1) Tinjauan teori Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 131). 2) Tinjauan kasus Setelah dilakukan pengkajian, nama ibu diberi inisial Ny. E.