Dokumen tersebut membahas tentang analisis potensi produk unggulan di Kabupaten Kediri. Beberapa hasil analisis adalah sebagai berikut:
Produk unggulan wilayah merupakan produk yang memiliki peluang pemasaran tinggi dan menguntungkan bagi masyarakat desa. Contohnya adalah padi, jagung, kedelai, kelapa, kopi, tebu, ternak dan buah-buahan. Pengembangan produk unggulan dapat dilakukan mel
1. AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999
109
ANALISIS POTENSI PRODUK UNGGULAN BIDANG AGROKOMPLEKS DI
WILAYAH KABUPATEN KEDIRI
Oleh:
Sri Sulastri1, Hasyim1, Sofwani1, dan Soemarno2
1) Fakultas Pertanian, IPM, Malang
2) Fakultas Pertanian UNiversitas Brawijaya
ABSTRAK
Kajian potensi ekonomi Produk Unggulan di wilayah Dati II Kabupaten Kediri ini
dimaksudkan untuk memberikan arah, pedoman, dan landasan dalam rangka
pembangunan ekonomi rakyat yang maju, efisien dan tangguh, dengan membentuk
sentra-sentra produk unggulan di masing-masing wilayah pada Dati I Kabupaten
Kediri. Tujuan kegiatan ini adalah: (1). Identifikasinya potensi, kondisi dan
permasalahan produk/ komoditas unggulan yang sudah berkembang, sedang
berkembang dan akan dikembangkan pada suatu wilayah; (2). Peningkatkan kualitas
dan kuantitas produk unggulan pada sentra produksi daerah setempat, melalui upaya-
upaya peningkatkan budidaya /teknologi produksi komoditas unggulan pada masing-
masing wilayah; dan (3). Inventarisasi teknologi Produksi / budidaya maupun teknologi
produksi komoditas unggulan, serta peningkatkan pengembangan sistem informasi
bisnis dan informasi pasar komoditas unggulan.
Beberapa hasil kajian diabstraksikan sbb:
Produk unggulan wilayah merupakan produk hasil usaha masyarakat desa yang
memiliki peluang pemasaran yang tinggi dan menguntungkan bagi masyarakat desa.
Berdasarkan pada kriteria ini, beberapa produk unggulan pertanian adalah: Padi
sawah; Padi Gogo; Jagung; Kedelai; Kacang Tanah; Kelapa; Kopi; Tebu; Sapi perah;
Sapi Potong; Kambing/ Domba; Ayam Buras; Ayam ras; Pisang; Mangga; Rambutan;
Jambu air; Semangka/Melon/Ketimun; Melinjo; Pepaya; Durian; Nangka; Cabe; dan
Sukun.
Pengembangan produk-produk unggulan wilayah dalam rangka untuk
memberdayakan ekonomi rakyat setempat dapat dilakukan melalui pendekatan
pemberdayaan Koperasi Pengelola Produk Unggulan sebagai “LEMBAGA EKONOMI
RAKYAT YANG MENGAKAR & MANDIRI”. Koperasi seperti ini dapat dikembangkan
dari lembaga-lembaga ekonomi tradisional yang telah ada, atau melalui rekayasa
sosial yang sesuai.
Beberapa macam kendala dalam pemberdayaan ekonomi rakyat di wilayah
pedesaan ialah (1) keterbatasan kapabilitas sumberdaya alam, (2) masih adanya
lokasi yang terisolir dan terbatasnya sarana dan prasarana fisik, (3) keterbatasan
penguasaan modal dan teknologi, (4) lemahnya kemampuan kelembagaan penunjang
pembangunan di tingkat perdesaan, dan (5) masih rendahnya akses masyarakat
terhadap peluang-peluang bisnis yang ada. Berdasarkan faktor pembatas dan kendala
yang ditemukan disusunlah konsep strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat
melalui pengembangah usaha produk unggulan wilayah.
Kelompok sasaran strategis dalam pengembangan produk unggulan
wilayah adalah : (a) Kelembagaan sosial -tradisional yang ada di masyarakat,
seperti koperasi, kelompok tani, kelompok peternak, Paguyuban dan lainnya; (b)
2. AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999
110
Lembaga Kelompok tani komoditas yang telah ada; (c). Warung pengecer bahan
pokok, baik milik perorangan, kelompok (pra koperasi), maupun waserda milik
koperasi untuk diberdayakan / dikembangkan usahanya; (d). Pengusaha dan
Pengusaha Kecil, baik perorangan maupun kelompok, terutama jama'ah
masjid/Kopontren yang bersangkutan yang bergerak di bidang produksi
agribisnis/agroindustri dan sektor lainnya untuk diberdayakan/dikembangkan, sehingga
pada gilirannya dapat memperluas kesempatan kerja (menyerap tenaga kerja); dan
(e) Tenaga Kerja Terampil untuk dilatih dan ditempatkan sebagai pendamping dan
atau tenaga profesional / pengelola unit-unit usaha.
Penerapan teknologi tepat guna diharapkan dapat membantu pengembangan
usaha produksi produk unggulan di wilayah pedesaan dan sekaligus meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa. Keberadaan “POSYANTEKDES” (PUSAT
PELAYANAN TEKNOLOGI PEDESAAN) di bawah kendali Koperasi Produk Unggulan
dan bermitra dengan Perguruan Tinggi mampu menjadi wahana yang efektif dalam
proses alih teknologi tepat guna di wilayah pedesaan. Kebun Teknologi ini dapat
berfungsi ganda sebagai: (1). Pusat Pendidikan dan Pelatihan Teknologi Tepat-guna,
yang dapat diakses oleh para santri dan oleh masyarakat; (2) Pusat Penyuluhan,
DEMOPLOT Ujicoba Penerapan Teknologi, dan Kaji Tindak ; (3). Pusat Pelayanan
dan Informasi IPTEK yang mampu menjalin hubungan dengan jaringan informasi
IPTEk yang lebih luas..
---------------
Kata kunci: Produk Unggulan Wilayah
PENDAHULUAN
Pembangunan daerah hingga
Pelita VI saat ini telah membuktikan
bahwa kebutuhan sumberdaya alam
semakin banyak dan senantiasa
menghadapi berbagai kendala yang
semakin serius, terutama di wilayah
perdesaan. Dalam kondisi seperti ini
sangat diperlukan penajaman prioritas
pemanfaatan sumberdaya alam dan
pembinaan sumberdaya wilayah lain-
nya dengan melibatkan secara penuh
segenap warga setempat, terutama di
daerah-daerah yang potensi sumber
daya alamnya sangat terbatas dan
kondisi pembangunan wilayahnya
masih tertinggal dibandingkan dengan
daerah lainnya. Dalam kondisi seperti
ini diperlukan mekanisme perenca-
naan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi proyek-proyek pembangunan
ekonomi secara cepat, tepat dan akurat.
Wilayah Kabupaten Kediri terbagi
menjadi beberapa wilayah kecamatan
yang masing-masing mempunyai
karakteristik dan potensi wilayah yang
berbeda-beda, baik potensi sumber
daya manusia, sumberdaya alam, serta
infrastruktur penunjang pembangunan.
Hal ini mengisyaratkan adanya berbagai
produk unggulan wilayah yang secara
potensial dapat dikembankan. Potensi
sumberdaya ini tampaknya masih
belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan
dan dikembangkan secara optimal,
terutama karena terbatasnya modal dan
teknologi. Beberapa kendala yang
dihadapi antara lain karena masih
terbatasnnya informasi teknologi dan
informasi pasar yang diperlukan untuk
mengembang kan wilayah tersebut,
3. AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999
111
serta lemahnya akses masyarakat
terhadap peluang-peluang bisnis yang
ada.
Suatu bentuk kelembagaan
dengan ikatan-ikatan dan hubungan
sosial-ekonomi berdasarkan kebutuhan
masyarakat diperlukan dalam memba
ngun Sentra Pengembangan Komo
ditas Unggulan (SPAKU), sehingga
memberikan manfaat dan memung
kinkan keterlibatan penuh anggota-
anggotanya. Langkah awal dalam
upaya rekayasa dan peningkatan fungsi
kelembagaan tersebut adalah mene
mukan lembaga-lembaga tradisional
yang tumbuh dalam komunitas perde
saan khususnya dalam pengusahaan
komoditas andalan, sejak penanaman,
pertanahan, pengerahan tenaga kerja,
perkreditan, panen dan pengolahan
serta pemasaran hasil. Selanjutnya,
keberhasilan sistem produksi menuntut
adanya bentuk-bentuk kelembagaan
yang lebih besar dan berorientasi
ekonomis sehingga mampu mengelola
sistem pertanian secara lebih efektif
dan mampu meningkatkan kesejateran
masyarakat. Dalam rangka pengem
bangan komoditas unggulan yang
berwawasan agroekosistem, dan
mendukung upaya-upaya pemberda
yaan ekonomi masyarakat, maka
dipandang perlu untuk dilakukan
identifikasi potensi komoditas UNGGUL
AN wilayah serta strategi pengem
bangannya.
Salah satu upaya di wilayah Jawa
Timur untuk mengentas kemiskinan
masyarakat desa dan mencegah
terjadinya kesenjangan antara desa-
kota yang semakin melebar, ialah
Gerakan Kembali ke Desa (GKD).
Dengan GKD ini diharapkan
pembangunan wilayah perdesaan dapat
diselaraskan dengan wilayah lainnya
yang lebih maju. Hal seperti ini dapat
dicapai kalau pertumbuhan desa dapat
dipacu sedemikian rupa sehinggga
lebih cepat. GKD pada hakekatnya
merupakan upaya teren-cana yang
melibatkan kerjasama pemerintah ,
suasta dan segenap masyarakat untuk
memberdayakan ekonomi masyarkat di
wilayah perde-saan. Tujuan GKD
secara lebih rinci adalah: (1). mening-
katkan kesejah teraan masyarakat,
pertumbuhan ekonomi dan perluasan
kesempatan kerja di perdesaan, (2)
menciptakan pemerataan, mempersem-
pit kesen-jangan, dan memperbaiki
hubungan desa-kota, (3) meng gali
potensi unggulan ekonomi lokal dan
merang sang tumbuhnya peluang kerja
dan kesempatan kerja dan berusaha,
(4) mengeliminasi urbanisasi desa ke
kota, (5) mendorong hubungan kerja
yang harmonis antara pemerintah,
suasta dan masya rakat, (6)
menumbuhkan suasana kondusif bagi
segenar masya rakat desa.
Salah satu upaya di Jawa Timur
untuk mengentas kemiskinan masya-
rakat desa dan mencegah terjadinya
kesenjangan antara desa-kota yang
semakin melebar, ialah Gerakan
Kembali ke Desa (GKD). Dengan GKD
ini diharapkan pembangunan wilayah
perdesaan dapat diselaraskan dengan
wilayah lainnya yang lebih maju. Hal
seperti ini dapat dicapai kalau
pertumbuhan desa dapat dipacu
sedemikian rupa sehinggga lebih cepat.
GKD pada hakekatnya meru pakan
upaya terencana yang meli batkan
kerjasama pemerintah , suasta dan
segenap masyarakat untuk memba
ngun wilayah perdesaan. Tujuan GKD
secara lebih rinci adalah: (1). mening-
katkan kesejahteraan masyarakat,
pertumbuhan ekonomi dan perluasan
kesempatan kerja di perdesaan, (2)
menciptakan pemerataan, memper
sempit kesenjangan, dan memperbaiki
hubungan desa-kota, (3) menggali
4. AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999
112
potensi unggulan ekonomi lokal dan
merangsang tumbuhnya peluang kerja
dan kesempatan kerja dan berusaha,
(4) mengeliminasi urbanisasi desa ke
kota, (5) mendorong hubungan kerja
yang harmonis antara pemerintah,
suasta dan masyarakat, (6) menum
buhkan suasana kondusif bagi segenar
masyarakat desa.
Beberapa program prioritas yang
harus dikembangkan dalam GKD ialah:
(1). Satu wilayah perdesaan
satu produk unggulan
Produk unggulan merupakan
produk hasil usaha masyarakat desa
yang memiliki peluang pemasaran yang
tinggi dan menguntungkan bagi
masyarakat desa. Beberapa kriteria dari
produk unggulan adalah (a) mempunyai
daya saing yang tinggi di pasaran
(keunikan /ciri spesifik, kuali tas bagus,
harga murah); (b) memanfaatkan
potensi sumberdaya lokal yang
potensial dapat dikembangkan; (c)
mempunyai nilai tambah tinggi bagi
masyarakat perdesaan; (d) secara eko
nomi menguntungkan dan bermanfaat
untuk meningkatkan pendapatan dan
kemampuan sumberdaya manusia; (e)
secara administrasi layak didukung oleh
modal bantuan atau kredit.
(2). Teknologi Masuk Desa
Teknologi masuk desa meliputi
upaya pengenalan, proses transformasi
dan pelatihan masyarakat desa dengan
tujuan meningkatkan ketrampilan dan
nilai produk masyarakat desa.
Beberapa kriteria teknologi ini ialah: (a)
mendu kung upaya peningkatan nilai
tambah produk lokal; (b) mampu
meningkatkan jumlah produksi dan
efisiensi; (c) tidak merugikan eksistensi
tenagakerja lokal; (d) murah; mudah
dipelajari; mudah perawatannya dan
menjanjikan keuntungan; (e) dapat
berupa teknologi material ataupun
teknologi sosial.
(3). Pengusaha masuk desa
Beberapa hal yang harus
diperhatikan adalah (a) menjalin hubun-
gan kemitraan yang saling
menguntungkan dan adil; (b) pembata-
san pengaruh negatif penetrasi modal
dari luar; (c) produsen lokal harus
didukung fasilitas kredit murah dan
berkelanjutan; (d) diciptakan iklim
kondusif bagi tumbuh-kembangnya
pengusaha lokal yang mandiri (individu
atau kelompok); (e) mengoptimalkan
peranserta lembaga-lembaga yang ada.
(4). Pasar Desa
Pasar desa yang dimaksud ialah
kegiatan untuk mendorong tumbuhnya
media yang mendukung kelancaran
proses pemasaran produk dan transaksi
usaha di antara masyarakat desa itu
sendiri atau dengan pihak luar desa.
Beberapa macam kendala utama
yang dihadapi dalam pengembangan
wilayah perdesaan di Jawa Timur ialah
(1) keterbatasan kapabilitas sumber
daya alam, (2) masih adanya lokasi
yang terisolir dan terbatasnya sarana
dan prasarana fisik, (3) keterbatasan
penguasaan modal dan teknologi, (4)
lemahnya kemampuan kelembagaan
(formal dan non-formal) penunjang
pembangunan di tingkat perdesaan,
dan (5) masih rendahnya akses masya-
rakat terhadap peluang-peluang bisnis
yang ada.
Tujuan kegiatan Kajian potensi
ekonomi Produk Unggulan wilayah ini
adalah identifikasinya potensi, kondisi
dan permasalahan produk/ komoditas
unggulan yang sudah berkembang,
sedang berkembang dan akan dikem-
bangkan pada suatu wilayah.
METODE PENELITIAN
5. AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999
113
1. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pekerjaan
identifilkasi/ Pewilayahan komoditas
/produk unggulan pada DATI I
Kabupaten Kediri adalah sbb:
1. Pengumpulan data sekunder dan
primer atas sektor-sektor ekonomi
2. Identifikasi potensi dan kondisi
sumberdaya (alam dan manusia),
agroekosistem, agroklimat, agro-
sosio-teknologi, sosial ekonomi dan
budaya masing-masing DATI II pada
DATI II Kediri, pada subsektor
industri, pertanian tanaman pangan,
kehutanan dan perkebunan,
perikanan dan peternakan.
3. Analisis /observasi Lapangan
seperlunya
4. Analisis data sekunder dan primer
5. Penyusunan peta pewilayahan
komoditas /produk unggulan
subsektor pertanian mencakup
lokasi, komoditas dan kegiatan
6. Penyusunan kesesuaian lokasi
epengembangan sentra komoditas
/produk unggulan
7. Penyusunan prioritas komoditas
unggulan pada daerah setempat
8. Pembentukan sentra-sentra
pengembangan produksi subsektor
pertanian tanaman pangan,
perkebunan, perikanan darat dan
peternakan.
2. Batasan Konsep
2.1. Sistem Usaha Produktif
Menurut Mosher (l968) usahatani
adalah suatu organisasi produksi,
petani sebagai pelaksana untuk
mengorganisasi tanah (alam), tenaga
kerja dan modal yang ditujukan kepada
produksi di lapangan pertanian baik
yang didasarkan atas pencaharian laba
atau tidak. Usahatani dikatakan berhasil
apabila usahatani tersebut dapat
menghasilkan pendapatan untuk
membayar semua biaya dan alat yang
diperlukan, dengan kata lain
keberhasilan suatu usahatani berkaitan
erat dengan pendapatan dan biaya
yang dikeluarkan (Hadi Saputro, 1979).
Kemampuan menghasilkan produk
pertanian pangan ditentukan oleh
berbagai faktor, termasuk biofisik,
sosial, ekonomi dan politik. Beberapa
faktor bio-fisik penting yang
berpengaruh terhadp keberhasilan usa-
hatani adalah sumberdaya lahan dan
air, kondisi agroklimat, teknologi
pengelolaan tanaman, varietas
tanaman yang memberikan respon
tinggi terhadap pengelolaan, dan
penyediaan sarana produksi.
Di dalam sistem pertanian, lahan
merupakan alat produksi yang
mempunyai peran ganda, yaitu sebagai
temapat pertumbuhan tanaman,
menyediakan unsur hara, sumber air,
tempat peredaran udara, dan tampat
berlangsungnya berbagai macam
kegiatan pengelolaan. Oleh karena itu
pengetahuan tentang sifat-sifat dan
karakteristik lahan merupakan dasar
dari usaha pengembangan komoditi
secara intensif. Di samping faktor lahan,
pengetahuan tentang kondisi agroklimat
juga memegang peranan penting.
Beberapa unsur agroklimat seperti
suhu, curah hujan , kelembaban, radiasi
matahari dan angin, merupakan dasar
pertimbangan penting untuk
menentukan jenis tanaman yang akan
dibudidayakan dan periode
pengusahaannya. Kesalahan dalam
menentukan syarat iklim bagi tanaman
akan mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tidak normal,
sehingga produktivitasnya akan jauh
menyim pang dari potensi sebenarnya.
6. AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999
114
2.2. Wilayah Pengembangan
Produk Unggulan Agro
kompleks
Dinamika pembangunan pertanian
hingga saat ini telah membuktikan
bahwa kebutuhan sumberdaya eko
nomi semakin banyak dan senantiasa
menghadapi berbagai kendala yang
semakin serius, terutama ketersediaan
sumberdaya lahan yang layak. Dalam
kondisi seperti ini mutlak diperlukan
pentajaman prioritas pemanfaatan sum
berdaya lahan dan sekaligus penge
tatan pengawasan konversi lahan.
Salah satu kebijakan pemerintah dalam
hal ini adalah Tata Guna Lahan.
Kebijakan umum ini telah berupaya
membatasi penggunaan lahan sesuai
dengan kapabilitasnya. Namun
demikian kebijakan umum ini masih
harus didukung dengan kebijakan-
kebijakan yang lebih rinci di setiap
kawasan penggunaan lahan pertanian.
Akhir-akhir ini telah diperkenalkan
konsepsi Pewilayahan Produk Unggul
an untuk mendukung kebijakan pemba
ngunan pertanian yang berkelanjutan
dan secara lebih luas lagi untuk lebih
memantapkan pendekatan pewila
yahan pembangungan pada umumnya.
Pada hakekatnya konsepsi pewila
yahan komoditi ini ingin membatasi
upaya pengembangan suatu komoditi
pertanian pada lokasi yang memenuhi
persyaratan agroekologis, memenuhi
kelayakan agroekonomi dan agro-sosio-
teknologi, aksesibilitas lokasi memadai,
dan diseconomic-externality yang
ditimbulkannya dapat dikenda likan.
Persesuaian syarat agroekologis
menjadi landasan pokok dalam
pengembangan komoditi. Penyimpang
an dari persyaratan ini bukan hanya
akan menimbulkan kerugian finansial
dan ekonomi, tetapi juga akan
mengakibatkan biaya-sosial yang
berupa degradasi dan kemerosotan
kualitas sumberdaya lahan. Di lokasi-
lokasi tertentu, seperti lahan kering di
bagian hulu DAS, biaya sosial tersebut
bisa bersifat internal seperti
kemunculan tanah-tanah kritis dan
bersifat eksternal seperti sedimentasi di
berbagai fasilitas perairan, serta
merosotnya kualitas perairan di daerah
bawahnya. Atas dasar inilah maka
evaluasi kesesuaian agroekologis
merupakan bottle neck dalam
kerangka metodologi pewilayahan
komoditi. Beberapa metode dan
prosedur dapat digunakan untuk
kepentingan ini.
Evaluasi kesesuaian komoditi
secara agroekologis dilakukan pada
satuan analisis sistem-lahan dengan
melibatkan berbagai jenis komoditi.
Dengan demikian suatu wilayah akan
terbagi ke dalam sejumlah sistem-lahan
dan setiap sistem-lahan dimungkinkan
adanya beberapa komoditi yang
sesuai. Penyusunan skala prioritas
bagi pengembangan sistem-lahan
dapat dilakukan berdasarkan
pertimbangan location-value yang
merupakan fungsi dari tingkat
aksesibilitasnya. Sedangkan prioritas
komoditi dapat disusun berdasarkan
keunggulan komparatif dan daya
dukung agro-sosio-teknologinya.
Dalam kebijakan pembangunan
pertanian secara nasional dan regional,
pendekatan pengembangan wilahay
tersebut dijabarkan dalam bentuk
Kebijakan Pewilayahan Komoditas.
Pewilayahan komoditas ini dianggap
menjadi suatu sarana yang sangat
penting dalam mengamankan
produktivitas komoditi strategis,
mengingat semakin besarnya intensitas
persaingan antar komoditas dan
persaingan antar sektor pembangunan.
Persaingan-persaingan ini pada
akhirnya akan terjelma kepada
tingginya tekanan atas lahan dan
7. AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999
115
tingginya laju konversi penggunaan
lahan. Hal ini selanjutnya akan
berdampak sangat luas, baik terhadap
pengembangan komoditas itu sendiri
maupun terhadap kelestarian sumber-
daya lahan dan kualitas lingkungan
hidup secara luas.
2.3. Pendekatan Agribisnis /
Agro-industri
Sistem usaha pertanian yang
mengintegrasikan faktor produksi lahan,
tenagakerja, modal dan
teknologi/manajemen sangat
dipengaruhi oleh kondisi spesifik
wilayah, yang mencakup bio-fisik,
ekonomi, dan sosial. Sektor pertanian
hingga saat ini masih diartikan sebagai
"sistem usaha pertanian" yang sangat
berkaitan erat dengan sistem lainnya
seperti industri hulu, industri hilir,
pemasraan/perdagangan dan
permintaan datri konsumen.
Keseluruhan aspek-aspek ini terinte-
grasi dalam pengertian makna yang
luas lazim disebut "Sistem Agribisnis" .
Keseluruhan sistem yang berkaitan
dengan sektor pertanian tersebut
sangat dipengaruhi oleh kondisi
sumberdaya, kelembagaan, dan
kebijaksanaan pembangunan pertanian.
Dari keseluruhan sistem agribisnis
seperti yang di-abstraksikan di atas,
dapat diambil beberapa aspek atau
bidang kajian epenting, yaitu:
(a). Sistem Agribisnis dan Perda-
gangan / pemasaran
(b). Sumberdaya manusia dan kelem
bagaan
(c). Pengelolaan sumberdaya alam
(d). Sistem usaha pertanian (atau usa-
hatani)
(e). Pengembangan agroindustri
(f). Rintisan dan pengembangan
produk.
Dengan demikian "agribisnis" meli
puti seluruh sektor yang terlibat dalam
pengadaan bahan masukan /input
usahatani; terlibat dalam proses produk
si bio-ekonomik; menangani pemro
sesan hasil-hasil usahatani; penye
baran, dan penjualan produk-produk
pemrosesan tersebut kepada konsu-
men. Dalam kaitannya dengan komo
ditas di suatu wilayah , sebagian be-
sar aktivitas ekonomi dapat dilakukan
oleh petani dan penduduk pedesaan
dengan skala ekonomi yang berbeda-
beda.
3. Jenis dan Sumber Data
Data dan informasi yang dikum
pulkan diarahkan untuk dapat membe
rikan gambaran tentang tata ruang dan
potensi sumberdaya wilayah DATI II
Kabupaten Kediri serta peruntukannya
untuk pengembangan pertanian. Iden
tifikasi komoditas yang dapat diusaha
kan pada kawasan pertanian tersebut
juga penting sebagai bahan pertim
bangan untuk penyusunan rencana
pengembangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. DESKRIPSI KONDISI DAN PO-
TENSI WILAYAH
1.1. Letak dan Luas
Kabupaten Kediri yang, terletak di
bagian tengah Jawa Timur, yang secara
geografis terletak antara 111o.47'-
112.o.18.'BT dan 7.o.36.'- 8.o.0' LS..
Wilayah Kabupaten Kediri terbagi ke
dalam 21 wilayah kecamatan. Luas
wilayahnya secara keseluruhan adalah
sekitar 138.605 ha dengan luas lahan
sawah 48.631ha dan sekitar 89.974 ha
merupakan lahan tegalan dan kebun
campuran .
1.2. Sumberdaya Lahan
8. AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999
116
Sistem pertanian lahan kering
merupakan penggunaan terluas dan
dikelola oleh penduduk setempat untuk
menanam tanaman pangan dengan
pola tanam yang melibatkan padi gogo,
jagung, ubikayu, kacang tanah dan
kedelai. Sebagian lahan merupakan
lahan sawah setengah teknis dan
sawah irigasi sederhana dengan pola
tanam padi-padi-palawija dan sawah
tadah hujan dengan pola tanam padi-
palawija.
Tabel 1. Sebaran luas lahan kering menurut wilayah Kecamatan
Kecamatan Pekara-
ngan
Tegalan Perkebun
an
Hutan
negara
Lainnya Jumlah
Mojo 1784 4472 382 1093 999 8730
Semen 627 1616 4017 131 6391
Ngadiluwih 1545 1185 299 3029
Keras 1826 822 96 2744
Kandat 3129 2672 15 2 5818
Wates 1971 2403 576 324 5274
Ngancar 1172 1879 3044 2209 279 8583
Plosoklaten 1736 1103 3147 699 6685
Gurah 1545 761 222 2528
Puncu 1176 1727 1829 1680 6412
Kepoung 1450 2317 368 3638 753 8526
Kandangan 697 771 804 7 2279
Pare 3361 947 4328
Kunjang 538 103 641
Palemahan 1026 106 86 1220
Purwoasri 775 228 157 1160
Papar 992 102 60 1154
Pagu 1336 522 86 1944
Gampengrejo 1188 193 238 1619
Grogol 1739 2308 2759 985 7791
Tarokan 993 1313 515 209 3030
Jumlah 30.608 27447 9464 16.715 5489 89.886
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kediri.
1.2. Sumberdaya Manusia
Pertumbuhan dan Kepadatan
Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk
dengan rataan sebesar 0.10 - 1.84
%/tahun, nilai tertinggi terjadi pada
tahun 1980/1981. Jumlah penduduk
pada tahun 1992 sebanyak 1.305.675
9. AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999
118
jiwa yang teridri dari 640.124 jiwa laki-
laki dan 665.441 jiwa perempuan,
dalam 292.658 rumah tangga.
Kepadatan penduduk secara geografis
sebesar 500 - 1800 jiwa/Km2, wilayah
yang padat penduduknya ialah
Gampengrejo, Ngadiluwih, Pare, Papar,
Purwoasri dan Gurah.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin.
Jumlah penduduk (jiwa)
Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
Anak-anak 266.172 273.720 539.892
Dewasa 373.952 391.721 765.673
Jumlah 640.124 665.441
Sumber : Kabupaten Kediri dalam Angka 1995/96
Penduduk Menurut Tingkat
Pendidikan
Sistem pendidikan masyarakat
secara fungsional dilayani oleh berba-
gai kelembagaan pendidikan formal
baik negeri maupun swasta umum,
maupun yang berkaitan dengan
keagamaan khususnya yang ada di
Kabupaten Kediri adalah kelembagaan
pendidikan formal keislaman, dan
pendidikan non-formal. Peranan
lembaga non-formal belum banyak
berkembang walaupun mempunyai
peluang untuk dikembangkan lebih
jauh, untuk dapat lebih mendukung
program-program pembangunan pede-
saan. Tingkat pendidikan penduduk
di masa-masa yang akan datang
diantaranya masih dipengaruhi oleh
kondisi ekonomi dan pendidikan orang
tuanya, motivasi bersekolah dari anak-
anak, serta adanya sarana dan
prasarana pendidikan, khususnya yang
berada didaerah ini.
Disamping pendidikan formal,
pendidikan non-formal khususnya
dalam bentuk Pondok Pesantren, belum
banyak berkembang di wilayah ini.
Walaupun demikian pendidikan
keagamaan Islam di langgar/masjid
atau pengajian- pengajian cukup
berkembang, sesuai dengan besarnya
pemeluk agama Islam di wilayah ini (
>90% jumlah penduduk beragama
Islam). Bahkan berbagai penyampaian
informasi tentang pembangunan
banyak memanfaatkan forum-forum
pengajian ini.
Tabel 3. Jumlah penduduk, dan kepadatannya
Kecamatan Jumlah
Penduduk
(jiwa)
Jumlah rumah
tangga
Kepadatan
(jiwa/km2)
Luas wilayah
(ha)
10. AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999
118
Mojo 57.431 13.287 559 10273
Semen 42.477 9.479 528 8042
Ngadiluwih 60.096 15.383 1436 4185
Keras 60.581 14.060 1155 5243
Kandat 87.857 20.151 1013 8672
Wates 76.068 18.010 993 7658
Ngancar 36.617 8.688 389 9405
Plosoklaten 60.916 14.206 688 8859
Gurah 67.675 15.596 1331 5083
Puncu 48.171 11.169 706 6825
Kepoung 70.134 15.556 664 10565
Kandangan 44.337 10.269 1064 4167
Pare 133.978 25.917 1550 8642
Kunjang 33.148 7.407 1106 2998
Palemahan 48.628 11.633 1016 4788
Purwoasri 54.833 11.925 1290 4250
Papar 46.225 9.592 1276 3622
Pagu 73.605 15.823 1218 6044
Gampengrejo 69.130 14.415 1791 3859
Grogol 84.040 19.265 785 10705
Tarokan 49.728 10.827 1054 4720
Jumlah 1.305.675 292.658 138605
Sumber: Kabupaten Kediri dalam Angka, 1997.
Matapencaharian Penduduk dan
Ketenagakerjaan
Sebagian besar penduduk
Kabupaten arjosari mempunyai
matapencaharian dalam bidang
pertanian, sedangkan lainnya dalam
bidang-bidang peternakan, industri/
pengrajin, buruh-buruh, perdagangan
dan berbagai bidang jasa lainnya
seperti kesehatan, angkutan.
Dari total penduduk usia produktif
yang ada , ternyata belum seluruhnya
bekerja. Hal ini khususnya sebagai
akibat sebagian besar ibu rumah
tangga yang tidak bekerja mencari
penghasilan, termasuk umur produktif
yang masih sekolah, umur dibawah 64
tahun yang sudah tidak mampu bekerja
lagi, serta tenaga kerja yang sedang
mencari pekerjaan. Banyak terdapat
angkatan muda putus sekolah yang
enggan bekerja disektor pertanian, dan
tidak mendapatkan pekerjaan diluar
sektor pertanian, sehingga masih
menganggur.
Tingkat Gizi dan Kesehatan
Masyarakat
Gambaran tentang gizi masyarakat
dikaji dari informasi kesehatan yang
tersedia di Puskemas,dari pola
konsumsi harian oleh masyarakat dan
persepsi masyarakat tentang makan
dan bahan pangan, serta keadaan
sanitasi lingkungan pemukiman. Bahan
makanan pokok di wilayah Kabupaten
Kediri adalah beras. walaupun
demikian dari segi lauk-pauknya masih
sangat terbatas, apalagi kebutuhan
buah-buahan/sayuran yang dikonsumsi,
hanya mengandalkan dari tanaman
yang dimiliki. Rataan penduduk di
wilayah Kabupaten Kediri
menggunakan 70-80% total pendapatan
11. AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999
119
digunakan untuk makan dan minum,
dan hanya 20-30% untuk keperluan non
makanan dan minum. Oleh sebab itu
persepsi tentang makan lebih
mengutamakan kenyang dahulu baru
kemudian gizi adalah wajar mengingat
kondisi perekonomian yang masih
terbatas.
Tempat pembuangan khususnya
sampah padat dilakukan di belakang
rumah atau di pekarangan, begitu juga
sampah cair juga dibuang begitu saja di
belakang rumah dengan jarak rataan 5
M atau dibuang disaluran air limbah
yang dibuat secara sederhana yang
kondisinya menunjukkan tidak difungsi-
kan. Pemilikan sumur untuk mandi,cuci
dan memasak juga masih terbatas,
setiap sumur digunakan sekitar 5-10
RT.
1.3. Sistem Produksi Pertanian
di Wilayah Pedesaan
(1). Potensi Produksi Komoditi
Perkebunan
Potensi produksi komoditi
perkebunan di wilayah Kabupaten
Kediri ini disajikan berikut ini.
Tabel 4. Luas Areal dan Produksi Komoditi Perkebunan
No Komoditas Luas Areal (ha) Total Produksi (ton)
1 Tebu Rakyat Intensifikasi 18.785,60 1.672.963,60
2 Kopi 1.375,95 492,839
3 Cengkeh 671,70 117,175
4 Kapok Randu 2.003,17 272,75
5 Kelapa 8.042,86 7.037,22
6 Jambu Mete 444,26 282,830
7 Melinjo 18,712 11,224
Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995.
A. Tanaman Tebu
Sentra produksi tebu pada saat
sekarang ialah Kecamatan Kandat,
Ngadiluwih, dan Wates. Budidaya
tanaman ini telah dikenal dengan baik
hampir oleh seluruh masyarakat,
terutama petani lahan kering. Namun
demikian masih tampak bahwa
keragaman sistem produksinya masih
sangat tinggi, dan produktivitasnya
masih relatif rendah.
Tabel 5. Potensi Produksi Tebu Menurut Kecamatan
Kecamatan Luas areal (ha) Total Produksi
(ton)
Kandat 2.581,30 215.097,50
Ngadiluwih 1.984,30 179.212,30
12. AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999
120
Wates 1.600,20 147.238,60
Gurah 1.330,50 130.272,90
Purwoasri 1.239,00 121.278,20
Pagu 922.00 106.207,10
Ploso Klaten 1.047,50 94.763,00
Pare 986,50 84.585,70
Ngancar 1.006,20 79.673,00
Papar 732,80 77.032,70
Gampengrejo 766,20 72.055,50
Pelemahan 791,10 62.598,90
Kunjang 632,50 54.842,50
Puncu 664,00 48.970,20
Kandangan 485,70 44.692,30
Kepung 515,70 42.165,40
Grogol 422,00 36.812,90
Keras 585,00 35.031,20
Tarokan 299,80 24.853,70
Semen 123,10 10.870,50
Mojo 61,20 4.609,50
Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995.
B. Tanaman Kapok Randu
Tanaman kapok randu biasanya
ditanam di batas lahan tegalan /
pekarangan sebagai tanaman pagar
atau tanaman pembatas. Sumbangan
penghasilan petani dari tanaman kapok
randu ini cukup memadai mengingat
biaya produksinya hampir tidak ada.
Tanaman ini dapat berfungsi sebagai
pohon rambatan bagi aneka tanaman
menjalar.
C. Tanaman Jambu Mete
Tanaman jambu mete banyak
dijumpai di wilayah Kecamatan Ploso-
klaten dan mampu memberikan
tambahan penghasilan pada petani.
Tanaman ini merupakan salah satu dari
beberapa jenis tanaman yang mempu
bertahan terhadap gejolak kondisi
agroekologi setempat. Pohonnya dapat
berfungsi sebagai rambatan bagi
tanaman merambat lainnya..
Tabel 6. Produksi Kapok Randu Menurut Kecamatan
Kecamatan Luas areal (ha) Total Produksi
(ton)
Pare 390,51 60,80
Kandangan 179,93 24,10
13. AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999
121
Tarokan 168,95 22,70
Pelemahan 159,37 22,20
Semen 114,90 17,90
Ploso Klaten 109,77 16,80
Kepung 98,12 16,60
Keras 84,40 12,70
Mojo 91,50 12,30
Gurah 90,36 10,60
Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995.
Tabel 7. Sentra Produksi Jambu Mete di Kabupaten Kediri
Kecamatan Luas areal (ha) Total Produksi
(ton)
Ploso Klaten 306,67 228,300
Tarokan 56,56 27,900
Kepung 16,58 5,600
Mojo 15,51 5,200
Pare 13,29 4,700
Grogol 8,33 3,600
Kunjang 5,59 3,400
Semen 9,32 3,250
Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995
D. Tanaman Kelapa
Tanaman kelapa dapat digunakan
sebagai tanaman naungan bagi
tanaman pekarangan.
E. Tanaman Kopi Rakyat
Sentra produkci kopi rakyat pada
saat sekarang ialah Kecamatan
Kepung. Budidaya tanaman ini telah
dikenal dengan baik hampir oleh
seluruh masyarakat, terutama petani
lahan kering. Namun demikian masih
tampak bahwa keragaman sistem
produksinya masih sangat tinggi, dan
produktivitasnya masih relatif rendah.
Diperkirakan upaya intensifikasi masih
mampu meningkatkan produksi.
Kendala yang dihadapi oleh petani
untuk menambah populasi tanamannya
ialah bibit /tanaman muda yang mati
akibat kemarau panjang.
Tabel 8. Sentra Produksi Kelapa Menurut Kecamatan
Kecamatan Luas areal (ha) Total Produksi
(ton)
Ngadiluwih 790,90 793,79
Grogol 716,95 657,80
Keras 614,90 609,59
14. AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999
122
Ngancar 373,01 577,24
Kandat 642,39 490,35
Wates 517,88 483,75
Ploso Klaten 456.92 424.85
Papar 437,43 396,14
Pagu 388,40 309,69
Tarokan 282,46 273,59
Gurah 391,20 254,55
Gampengrejo 290,78 249,11
Mojo 467,45 247,89
Semen 267,40 247,89
Pare 340,55 242,40
Kepung 286,80 207,42
Pelemahan 229,02 204,96
Purwoasri 181,59 131,90
Puncu 160,88 125,03
Kunjang 121,15 88,60
Kandangan 85,70 31,64
Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995
Tabel 9. Potensi Produksi Kopi Rakyat Menurut Kecamatan
Kecamatan Luas areal (ha) Total Produksi
(ton)
Kepung 688,52 291,110
Kandangan 188,73 61,570
Ngancar 195,62 53,043
Puncu 143,43 50,119
Ploso Klaten 55,98 13,627
Mojo 21,29 5,616
Kandat 20,21 4,396
Wates 17,91 3,998
Semen 10,36 2,295
Pare 9,87 2,448
Sumber: Kabupaten Kediri dalam Angka, 1995
F. Tanaman Melinjo
Sentra produkci melinjo pada saat
sekarang ialah Kecamatan Pare dan
Puncu. Budidaya tanaman ini telah
dikenal dengan baik hampir oleh
seluruh masyarakat, terutama petani
lahan kering. Namun demikian masih
tampak bahwa keragaman sistem
produksinya masih sangat tinggi, dan
produktivitasnya masih relatif rendah.
Diperkirakan upaya intensifikasi masih
mampu meningkatkan produksi.
Kendala yang dihadapi oleh petani
untuk menambah populasi tanamannya
ialah bibit /tanaman muda yang mati
akibat kemarau panjang.
15. AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999
2
Tabel 10. Potensi Produksi Melinjo Menurut Kecamatan
Kecamatan Luas areal (ha) Total Produksi
(kw)
Pare 8000 4800
Puncu 5838 3501
Ngadiluwih 3188 1912
Grogol 1010 606
Kunjang 676 405
Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1994
(2). Potensi Produksi Tanaman
Pangan
A. Komoditas Padi
Tanaman padi sawah dan padi
ladang (gogo) mempunyai prospek
yang snagat baik untuk dikembangkan
di beberapa wilayah kecamatan. Jenis-
jenis tanaman padi ladang sesuai untuk
diusahakan sebagai tanaman
monokultur maupun sebagai tanaman
sela dalam sistem tumpangsari .
Potensi produksi dan luas panen
disajikan dalam Tabel 11.
B. Komoditi Palawija
Tanaman pangan di lahan kering
yang menonjol produksinya di wilayah
ini ialah jagung, ubikayu, kacangtanah,
kacang hijau dan kedelai. Jenis-jenis
tanaman palawija ini sangat sesuai
untuk diusahakan sebagai tanaman
monokultur maupun sebagai tanaman
sela dalam sistem tumpangsari .
Potensi produksi dan luas panen
tanaman palawija ini disajikan dalam
Tabel 12.
C. Hortikultura Sayuran
Tanaman hortikultura sayuran ini
yang menonjol produksinya di wilayah
ini meliputi sayuran dataran tinggi dan
dataran rendah. Jenis-jenis tanaman
palawija ini sangat sesuai untuk
diusahakan sebagai tanaman
monokultur maupun sebagai tanaman
sela dalam sistem tumpangsari .
Potensi produksi dan luas panen
tanaman ini disajikan dalam Tabel 13.
Tabel 11. Produksi Tanaman Padi sawah dan Padi Ladang
Kecamatan Padi sawah Padi ladang
Luas (ha) Produksi (kwt) Luas (ha) Produksi (ton)
Mojo 2038 118068 1618 73693
Semen 1772 95796 118 4889
Ngadiluwih 621 36372
Keras 865 54638
Kandat 889 53442
16. AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999
124
Wates 3161 187550
Ngancar 1136 66526
Plosoklaten 3802 220712
Gurah 3398 218772
Puncu 683 38625
Kepoung 3794 207655
Kandangan 3021 193678
Pare 6813 447465
Kunjang 2442 142711
Palemahan 4747 290956
Purwoasri 2838 169269
Pagu 4155 260078
Gampngrejo 2177 125321
Grogol 3902 233263 72 3239
Tarokan 2118 133601 65 2932
Jumlah 56084 3402456 1873 84753
Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995
Tabel 12. Total Produksi Tanaman Pangan Palawija
Kecamatan Total Produksi (kwt)
Jagung Ubikayu Kedelai Kacang-
tanah
Kacang-
hijau
Mojo 46679 653576 620 1099 22
Semen 27450 402581 167 8725 497
Gurah 84404 20580 797
Puncu 195844 9965 672 2467 25
Kunjang 101669 10386 502 130
Palemahan 238108 42855 14607 1528 485
Purwoasri 73576 10437 1856 963
Papar 146591 9473 3009 542 927
Pagu 300879 14625 1795 6668
Gampengrejo 96621 7071 741 1187
Grogol 244259 762279 4438 8478
Tarokan 76210 525574 4237 1285 72
Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995
Tabel 13. Total Produksi Tanaman Sayuran Menurut Kecamatan
Kecamatan Total Produksi (kwt)
Cabai K.panjang B.merah Terong Tomat
Mojo 71 247 100
Semen 769 2482
Wates 348 296 13 102
Plosoklaten 344 600 390 920
Gurah 6342 277 594 288
Puncu 1448 16442
17. AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999
125
Kandangan 365 1910
Pare 5956 148 79790 748 476
Kunjang 887 722
Palemahan 4080 511 54167 925 471
Pagu 10808 4593 18886 9792
Gampengrejo 288 202 13
Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995
D. Buah-buahan
Tanaman hortikultura buah-buahan
ini yang menonjol produksinya di
wilayah ini meliputi buah dataran tinggi
dan buah dataran rendah. Jenis-jenis
tanaman ini sangat sesuai untuk
diusahakan sebagai tanaman
monokultur maupun sebagai tanaman
sela dalam sistem tumpangsari .
Potensi produksi dan luas panen
tanaman ini disajikan dalam Tabel 14.
Tabel 14. Total Produksi Tanaman Buah-buahan Menurut Kecamatan
Kecamatan Total Produksi (kw)
Mangga Nanas Pisang Pepaya Rambutan
Mojo 13640 1077 14682 315
Semen 145088 144 21 3
Ngadiluwih 6456 1592 2526 1449
Kandat 2653 45532 1691 17841 3776
Ngancar 269 411191 3640 4946 2573
Plosoklaten 655 6800 50000 212622 701
Gurah 2922 223 13552 4515 1503
Puncu 1710 1778 2255 8490 264
Kandangan 3000 62 3040 2400 9000
Pare 71 15401 2012 1920
Kunjang 1350 446 518 70
Purwoasri 908 743 114
Papar 5283 11 10888 115 77
Pagu 590 3083 5269 599
Grogol 101739 607 339
Tarokan 6860 1007 53
Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995
(3). Potensi Produksi Peternakan
A. Ternak Besar
Tabel 15. Populasi Ternak Ruminansia Menurut Kecamatan
Kecamatan Total Populasi (ekor):
Sapi Potong Sapi Perah Kambing Kerbau Kelinci
Mojo 5330 6 4583 254 425
19. AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999
1
B. Unggas
Penyebaran populasi unggas
disajikan dalam Tabel 16 berikut.
Konsentrasi populasi terdapat di
wilayah Kecamatan Kandat, Ngadi-
luwih, Keras, Puncu dan Kepung untuk
ayam buras; sedangkan ayam ras
terpusat di Kecamatan Keras, Wates,
dan Pare.
Tabel 16. Populasi Ternak Unggas menurut Kecamatan
Kecamatan Total Populasi (ekor):
Ayam Kampung Ayam Ras Itik
Mojo 49850 15500 7150
Semen 69500 22600 10850
Ngadiluwih 89328 48500 9725
Keras 89125 125750 7740
Kandat 112550 72500 11705
Wates 61295 131900 8160
Ngancar 51950 21750 8790
Plosoklaten 49800 51200 10420
Gurah 54525 50750 14800
Puncu 80625 64576 10370
Kepoung 84150 15730 7150
Kandangan 66750 22900 8449
Pare 59750 155500 5075
Kunjang 65789 26925 9375
Palemahan 77970 11750 12825
Purwoasri 71650 16500 7270
Papar 60700 19550 17545
Pagu 89950 40500 16350
Gampengrejo 70870 50960 8190
Grogol 85760 11750 10375
Tarokan 41750 7250 6405
Jumlah 1483637 984341 205719
Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1995.
1.4. Pendapatan Wilayah
PDRB Kabupaten Kediri tahun
1995 sekitar Rp 996 079,84 juta; dua
sektor yang dominan ialah Sektor
Pertanian (43%) dan Sektor
Perdagangan (26%)
20. AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999
128
Tabel 17. PDRB Kabupaten Kediri Tahun 1992 atas Dasar Harga Konstan
(Juta rupiah)
Lapangan Usaha % Rp
01. PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN
DAN PERIKANAN
54.19 202.220,66
1.1. Tanaman Bahan Makanan
1.2. Tanaman Perkebunan
1.3. Peternakan dan hasilnya
1.4. Kehutanan
1.5. Perikanan
02. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 0.93 4.459,91
2.1. Pertambangan tanpa Migas
2.2. Penggalian
03. INDUSTRI 8.38 40.679,70
04. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 0.27 1.445,55
4.1. Listrik
4.1. Air Bersih
05. BANGUNAN 1.07 5.340,06
06. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 15.13 71.025,67
6.1. Perdagangan, Besar/Eceran
6.2. Restoran
07. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 2.30 12.247,00
7.1. PENGANGKUTAN
7.1.1. Angkutan Rel
7.1.2. Angkutan Jalan Raya
7.1.3. Jasa Penunjang Angkutan
7.2. Komunikasi
7.2.1. Pos dan Telekomunikasi
7.2.2. Jasa Penunjang Komunikasi
08. KEUANGAN PERSEWAAN DAN JASA PERU-
SAHAAN
2.56 12.033,07
09. Sewa Bangunan 4.81 28.357,76
10. JASA-JASA 2.51 12.383,11
11. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 7.85 40.630,57
PDRB 100.00 430.823,06
Sumber: Kabupaten Kediri dalam Angka, 1994/95.
21. AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999
129
2. Analisis Kendala Pengem-
bangan Pertanian Lahan
kering
2.1. Sumberdaya Alam
2.1.1. Lahan dan Penggunaan
Lahan
(1). Analisis Bentang Lahan
Tabel 18 berikut ini mengikh
tisarkan kondisi bentang lahan secara
garis besar di wilayah Kabupaten Kediri.
Pengamatan lapangan dilaku kan di
beberapa lokasi yang mewakili tipe
bentuk lahan.
Tabel 18. Ikhtisar Kondisi Bentang Lahan di Wilayah Kediri
No. U r a i a n Datar
1. Slope% 5 - > 40 %
2. Teras Bangku dan Gulud
3. Jenis Tanah Aluvial, Regosol , Mediteran
Solum Sebagian besar < 30 cm
4. Textur Lempung liat berdebu
5. Warna Coklat Kekuningan
Merah Kekuningan
6. Erosi Aktual Berat
Sesuai dengan kemiringan lahan
dan tebalnya solum tanah, sebagian
besar lahan mempunyai masalah serius
untuk budidaya tanaman pertani an
secara intensif. Kendala kimia yang
dijumpai adalah rendahnya kandungan
bahan organik tanah dan nitrogen,
sehingga seringkali merupakan faktor
penyebab rendahnya produksi akibat
tanaman kekurangan unsur. Untuk
mengatasi diperlukan tindakan pemu-
pukan atau penambahan unsur organik.
(2). Pola Penggunaan Lahan
Sekarang
Ikhtisar umum tentang pola
penggunaan lahan sekarang di wilayah
Kabupaten Kediri disajikan dalam Tabel
19. Lahan kering merupakan tipe yang
dominan, dan lahan ini dikelola sebagai
tegalan, kebun campuran, dan
pekarangan. Kecuali lahan kering
terdapat pula sawah setengah
teknis/sederhana dan sawah tadah
hujan.
Pengelolaan lahan tegalan dengan
pola tumpanggilir dan tumpangsari,
secara keseluruhan produktivitas yang
dihasilkan masih rendah, khususnya
jagung hanya berkisar 10-15 Ku/Ha,
dan ubikayu 5-10 ton/Ha. Pada lahan
kebun dan pekarangan dengan pola
tanam campuran, secara umum
intensitas perawatannya masih rendah,
sehingga produktivitasnya juga rendah.
Produktivitas pada sawah juga masih
rendah khususnya akibat dosis
pemupukan yang masih di bawah
anjuran dan terjadinya stress air.
Tabel 19. Ikhtisar Pola Penggunaan Lahan di Wilayah Kabupaten Kediri
22. AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999
130
Land POLA JENIS PENGOLAHAN HAMA KETER- HASIL
Use TANAM TANAMAN Penya sediaan
SEMUSIM Tahunan Gulud TERAS kit air
Tegal- Tmpang Ubi kayu - Gulud - - Cukup Uk=124
an Gilir Jagung Tikus Cukup J =22
Padi Gogo Tikus Sedang Pg=38.5
Kactanah Cukup Kc= 9.5
Tmpang Jagung - Gulud - Tikus I.Cukup J =23.5
sari Kac.tanah II.Krang Kd=10
Kebun Campur Ubi kayu Cengkeh Gulud Teras - Cukup Ck= 0.45
campu
r
an Kopi Seder- Cukup Kp= 6.80
an Kelapa hana Cukup K = 9.90
Hibrida Cukup Kh=12
Mlinjo Cukup Mlj:
Pekara Campur Ubi kayu Cengkeh Gulud - Cukup Ck= 0.45
ngan an Lengkuas Kopi Cukup Kp= 6.8
Jahe Mlinjo Cukup Mlj:
Kunyit Kp randu Cukup Kpr:
Temu Kelapa Cukup K = 9.9
lawak Pisang Cukup Ps=
Jati Cukup Lg=37.4
Sengon Cukup Jh=50
Mangga Cukup Mg=
Sawah Padi-Pa Padi - Gulud - Tikus Cukup P =43.6
di-Pala Jagung Tikus Cukup J =23.9
wija Kac.tanah Cukup Kc=
Kacang hi- Cukup Kj= 7.3
jau
Keterangan: P = Padi Uk = Ubi kayu Kc = Kac.tanah Ck = Cengkeh Mlj= Mlinjo
K = Kelapa Dalam; Pg = Padi Gogo J = Jagung Kj = Kacang hijau Kp =
Kopi Ps = Pisang Kh = Kelapa Hibrida; Lg = Lengkuas Jh = Jahe
Ky = Kunyit Tl = Temu lawak
Intensitas polatanam tumpangsari
di lahan tegalan yang hanya dua
kali/tahun, masih dapat ditingkatkan
menjadi tiga kali/tahun dengan penga
turan pola tanam secara tumpanggilir
dan varietas genjah. Dengan cara
tumpanggilir dengan ubikayu, maka
luas tanaman ubikayu dapat bertambah
dan produksi totalnya juga bertambah.
Produktivitas pada lahan kering
maupun sawah masih dapat ditingkat-
kan dengan peningkatan jumlah
pemupukan sampai seperti anjuran,
serta peningkatan pemanfaatan air
sungai dan air hujan melalui pembuatan
chek- dam dengan saluran irigasi atau
bak penampung air hujan untuk mengisi
kekurangan pada waktu terjadi defisit,
khususnya sekitar bulan Mei- Juli.
(3). Neraca lengas lahan dan
kalender pertanaman
Gambaran umum tentang kondisi
lengas lahan dan pola tanam dominan
tampak bahwa defisit air terjadi selama
empat-lima bulan dalam musim
pertumbuhan tanaman yang berlang
sung selama 12 bulan, yaitu dari bulan
Januari hingga bulan Desember.
Adanya defisit lengas tanah
selama lima bulan (Juni - Oktober) di
musim kemarau, untuk lahan kering
nampaknya sudah diantisipasi oleh
petani dengan pola tanam khusus,
23. AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999
131
yaitu pada bulan Oktober secara
tumpang sari Jagung+ Ubi kayu, dan
pertengahan Februari panen jagung,
kemudian awal Mei tanam lagi
kacangtanah dan pertengahan Juni
dipanen. Selanjutnya di lapangan
tinggal ada ubikayu yang dipanen pada
akhir september atau awal Oktober.
Kendala yang dihadapi adalah pada
waktu tanaman baru berumur satu-dua
bulan ternyata mengalami defisit air,
sehingga produktivitas pada musim
tanam ke dua umumnya lebih rendah
dibandingkan pada musim tanam I.
Sedangkan untuk padi gogo (MT I)
pada waktu tanaman menginjak umur
tiga bulan ternyata mengalami defisit air
sehinnga mengganggu pertumbuh an
dan produksi.
2.1.2. Sumberdaya Air dan
Ekosistem Perairan
Pengadaan air bersih bagi
kepentingan penduduk sehari-hari
dilakukan melalui sumur galian, pompa
air dalam maupun yang dangkal,
selama ini belum merupakan kendala
penting di wilayah kecamatan ini.
Sumur-sumur galian penduduk
umumnya kekurangan air di musim
kemarau, debitnya mengalami
penurunan yang tajam. Walaupun
demikian keberadaan sumur dalam
maupun dangkal ini sangat diperlukan,
khususnya untuk menanggulangi
kemungkinan penurunan yang tajam di
musim kemarau serta mengantisipasi
meningkatnya kebutuhan air rumah
tangga. Kebutuhan air untuk keperluan
pertanian, peternakan dan lainnya
mengandalkan air hujan. Air sungai
yang karena letaknya cukup curam
sehingga belum dapat dimanfaatkan
secara optimal. Dari gambaran neraca
lengas lahan diketahui bahwa di
Kabupaten Kediri terjadi surplus air
hujan pada bulan-bulan Januari,
Februari, Maret, April, Nopember dan
Desember, dan defisit air hanya terjadi
pada bulan Mei dan Juli. Perkiraan
surplus air hujan sepanjang tahun
disajikan dalam Tabel 20. Kondisi yang
ada sekarang ialah bahwa seba gian
surplus air hujan tersebut mengalir di
permukaan tanah menuju ke sungai-
sungai dan hanya sebagian dapat
dimanfaatkan oleh penduduk setempat.
Oleh sebab itu jika pembuatan chek-
dam dapat terlaksana, dan air sungai
yang ada dapat dimanfaatkan seoptimal
mungkin melalui pembuatan jaringan
irigasi sederhana karena memang debit
sungai juga tidak besar, maka defisit air
akan dapat teratasi.
24. AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999
132
Tabel.20. Hasil Perkiraan Neraca Lengas Lahan
No. Bulan Curah hujan Surplus Defisit
............... ... mm ........ ............
1. Januari 336 +
2. Februari 574 +
3. Maret 316 +
4. April 250 +
5. M e i 87 0
6. J u n i 18 -
7. J u l i 21 -
8. Agustus 54 -
9. September 52 -
10.Oktober 53 -
11.Nopember 199 0
12.Desember 292 +
Total 2252
Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka, 1997.
2.2. Komoditas Unggulan Wilayah
(1). Komoditas Unggulan Wilayah kecamatan adalah sbb:
No Kecamatan Komoditas Andalan Komoditas
Unggulan
1 Gampengrejo Padi, Jagung, Melinjo, Sapi perah
2 Grogol Padi,Gogo, Jagung, Kc.tanah, kedelai,
Mangga, kelapa, Sapi potong, Kambing/
domba, Ayam buras
Ubikayu
3 Gurah Padi, Jagung, Kc.tanah, Cabai, Melinjo
Rambutan, Jambu air, Pisang, Salak, Kelapa,
Sukun, Nangka, Tebu, Sapi potong, Kambing
Itik
4 Kandangan Padi, Rambutan, Durian, Kopi, ayam, buras Sapi perah
5 Kandat Ubikayu, Ubijalar, Cabai, Mangga, Pepaya,
Pisang, Melinjo, Kelapa , Sukun, Nangka,
Tebu, Sapi potong
Rambutan
Durian,
Salak
Kambing
6 Kepung Padi, Bw.merah, Durian, melinjo, Sukun, Ayam
buras
Kopi
7 Keras kc.tanah, Kelapa, Tebu, Sapi potong, Ayam
buras
Ketimun
Pisang
8 Kunjang Padi, Jagung, kedelai. kc.hijau, Cabai, Melinjo,
Nangka
9 Mojo Padi, Ubikayu, Kc.tanah, Kedelai, Mangga, Gogo
27. AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999
135
(3). Komoditas Buah-buahan
Buah-buahan Lokasi SPAKU Daerah Pengembangan
Pisang Keras Pare, Kandat, Plosoklaten, Ngancar, Wates, Gurah,
Pagu
Mangga Semen Tarokan, Grogol, Mojo, Ngadiluwih, Kandat
Rambutan Kandat Ngadiluwih, Wates, Gurah, Pagu, Kandangan
Jambu: air Pagu Purwoasri, Pare, Tarokan, Gurah
Salak Kandat Wates, Gurah, Ngancar, Papar
Semangka/
Melon/Ketimun
Keras Plosoklaten, Kandat, Gurah
Melinjo Plosoklaten Kandat, Gurah, Ngadiluwih, kunjang, Pare, Puncu,
Gampengrejo, Kepung, Ngancar, Plemahan
Pepaya Puncu Ngancar, Plosoklaten, Kandat, Mojo, Pagu
Durian Kandat Kandangan, Kepung, Ngadiluwih, puncu, Wates
Nangka Ngadiluwih Kandat, Gurah, Puncu, Pagu, Tarokan, Kunjang
Cabe Pagu Puncu, Ngancar, Kunjang, Gurah, Kandat, Wates,
Plosoklaten, Pare, Pelemahan
Sukun Ngadiluwih Kandat, Ngancar, Kepung, Gurah
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Produk Unggulan Wilayah
Kecamatan
Produk unggulan wilayah merupa
kan produk hasil usaha masyarakat desa
yang memiliki peluang pemasaran yang
tinggi dan menguntungkan bagi
masyarakat desa. Berdasarkan pada
kriteria ini, beberapa produk unggulan
pertanian adalah: Padi sawah; Padi
Gogo; Jagung; Kedelai; Kacang Tanah;
Kelapa; Kopi; Tebu; Sapi perah; Sapi
Potong; Kambing/ Domba; Ayam Buras;
Ayam ras; Pisang; Mangga; Rambutan;
Jambu air; Semangka/Melon/Ketimun;
Melinjo; Pepaya; Durian; Nangka; Cabe;
dan Sukun.
2. Koperasi Pengelola Produk
Unggulan
Pengembangan produk-produk
unggulan wilayah dalam rangka untuk
memberdayakan ekonomi rakyat
setempat dapat dilakukan melalui
pendekatan pemberdayaan Koperasi
Pengelola Produk Unggulan sebagai
“LEMBAGA EKONOMI RAKYAT YANG
MENGAKAR & MANDIRI”. Koperasi
seperti ini dapat dikembangkan dari
lembaga-lembaga ekonomi tradisional
yang telah ada, atau melalui rekayasa
sosial yang sesuai.
3. Strategi Pengembangan
Sentra Produk Unggulan
Beberapa macam kendala dalam
pemberdayaan ekonomi rakyat di
wilayah pedesaan ialah (1) keterba
tasan kapabilitas sumberdaya alam, (2)
masih adanya lokasi yang terisolir dan
terbatasnya sarana dan prasarana fisik,
(3) keterbatasan penguasaan modal
dan teknologi, (4) lemahnya kemam
puan kelembagaan penunjang pemba
ngunan di tingkat perdesaan, dan (5)
masih rendahnya akses masyarakat
terhadap peluang-peluang bisnis yang
28. AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999
136
ada. Berdasarkan faktor pembatas dan
kendala yang ditemukan disusunlah
konsep strategi pemberdayaan eko
nomi masyarakat melalui pengem
bangan usaha produk unggulan
wilayah.
4. Kelompok sasaran dan
Lingkup Kegiatan
Kelompok sasaran strategis dalam
pengembangan produk unggulan
wilayah adalah :
a. Kelembagaan sosial -tradisional
yang ada di masyarakat, seperti
koperasi, kelompok tani, kelompok
peternak, Paguyuban dan lainnya
b. Lembaga Kelompok tani komo
ditas yang telah ada.
c. Warung pengecer bahan pokok,
baik milik perorangan, kelompok
(pra koperasi), maupun waserda
milik koperasi untuk diberdayakan /
dikembangkan usahanya.
d. Pengusaha dan Pengusaha Kecil,
baik perorangan maupun kelom
pok, terutama jama'ah masjid /
Kopontren yang bersangkutan
yang bergerak di bidang produksi
agribisnis/agroindustri dan sektor
lainnya untuk diberdayakan /
dikembangkan, sehingga pada
gilirannya dapat memperluas
kesempatan kerja (menyerap
tenaga kerja).
e. Tenaga Kerja Terampil untuk
dilatih dan ditempatkan sebagai
pendamping dan atau tenaga
profesional / pengelola unit-unit
usaha.
5. RANCANGAN KEBUN TEKNO
LOGI: PUSAT INFORMASI
DAN PELAYANAN TEKNOLO
GI DESA (POSYANTEKDES)
Penerapan teknologi tepat guna
diharapkan dapat membantu pengem
bangan usaha produksi produk unggul
an di wilayah pedesaan dan sekaligus
meningkatkan kesejahteraan masyara
kat desa. Proses alih teknologi yang
efektif mensyaratkan beberapa hal
penting, a.l.:
1. Peran-serta secara aktif semua
instansi terkait dan masyarakat
penerima/pengguna untuk mengha-
dapi dan mengatasi kendala yang
ada
2. Kerjasama dan komunikasi yang
terprogram dalam suatu forum
dialogis yang melibatkan semua
komponen yang terkait
3. Tersedianya wadah bagi forum
dialogis antara masyarakat, pemba-
wa, dan sumber teknologi yang
berada dekat dengan masyarakat
dan mudah diakses oleh segenap
masyarakat (POSYANTEKDES).
4. Adanya kelembagaan yang akomo
datif dan partisipatif, didukung oleh
adanya iklim inovatif dan tenaga
yang terlatih, serta dilengkapi
dengan fasilitas penunjang dan
sistem informasi yang memadai.
5. Adanya tokoh panutan masyarakat
yang mampu menggalang segenap
potensi masyarakat untuk diarahkan
dan disiapkan untuk mengadopsi
teknologi.
Keberadaan “POSYANTEKDES” di
bawah kendali Koperasi Produk Unggul
an dan bermitra dengan Perguruan
Tinggi mampu menjadi wahana yang
efektif dalam proses alih teknologi tepat
guna di wilayah pedesaan. Kebun
Teknologi ini dapat berfungsi ganda
sebagai:
(1). Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Teknologi Tepat-guna, yang dapat
diakses oleh para santri dan oleh
masyarakat sekitar PONPES
29. AGRITEK VOL.7 NO. 4 SEPTEMBER 1999
137
(2). Pusat Penyuluhan, DEMOPLOT
Ujicoba Penerapan Teknologi, dan
Kaji Tindak
(3). Pusat Pelayanan dan Informasi
IPTEK yang mampu menjalin
hubungan dengan jaringan
informasi IPTEk yang lebih luas..
DAFTAR PUSTAKA
BPS 1995. Kabupaten Kediri Dalam
Angka 1995. Kantor Statistik
Kabupaten Dati II Kediri.
BPS 1996. Kabupaten Kediri Dalam
Angka 1996. Kantor Statistik
Kabupaten Dati II Kediri.
BPS 1997. Kabupaten Kediri Dalam
Angka 1997. Kantor Statistik
Kabupaten Dati II Kediri.
BPS. 1998. Potensi Desa Kabupaten
Kediri Tahun 1996. Kantor
Statistik Kabupaten Dati II Kediri.
DIPERTA 1995. Laporan Tahunan
1995. Cabang Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Kabupaten
Dati II Kediri
DIPERTA 1996. Laporan Tahunan
1996. Cabang Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Kabupaten
Dati II Kediri
DIPERTA 1997. Laporan Tahunan
1997. Cabang Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Kabupaten
Dati II Kediri
DISBUN 1996. Laporan Tahunan 1996.
Cabang Dinas Perkebunan
Daerah Kabupaten Dati II Kediri
DISBUN 1997. Laporan Tahunan 1997.
Cabang Dinas Perkebunan
Daerah Kabupaten Dati II Kediri
DISNAK 1996. Laporan Tahunan 1996.
Cabang Dinas Peternakan
Daerah Kabupaten Dati II Kediri