1. MAKALAH AIK
“Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan dan Mengamalkannya”
Dosen Pengampu :
Abdillah Ahmad Mattinetta, SS., MA.
Disusun Oleh :
Noran Candrani 21913057
Risna Ladjagang 21913043
Wa Ode Nur Agustin 21913046
Vetriana Aksam 22013052
Sitti Indah Mardia 22013055
ENGLISH EDUCATION DEPARTMENT
FACULTY OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION
UNIVERSITY MUHAMMADIYAH OF KENDARI
2021
2. KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan dan Mengamalkan.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah Kewajiban Menuntut Ilmu,
Mengembangkan dan Mengamalkan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
Kendari,17 Oktober 2021
Penyusun
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI .....................................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I.............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 4
1.1Latar Belakang ................................................................................................................. 4
1.2Rumusan Masalah............................................................................................................ 4
1.3 Tujuan.............................................................................................................................. 4
BAB II............................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 5
2.1 Perintah Menuntut Ilmu .................................................................................................. 5
2.2 Keutamaan Orang yang Berilmu ..................................................................................... 8
2.3 Kedudukan Ulama dalam Islam.................................................................................... 11
BAB III ........................................................................................................................................ 15
PENUTUP ................................................................................................................................... 15
3.1 KESIMPULAN ............................................................................................................. 15
3.2 SARAN ......................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 16
4. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak tegak dan tidak
akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada cara dan jalan untuk mengenal Allah dan sampai
kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah menunjukan jalan yang paling
dekat dan mudah untuk sampai kepada-Nya. Barangsiapa yang menempuh jalan tersebut,
tidak akan menyimpang dari tujuan yang dicita-citakannya.
Mencari ilmu merupakan kewajiban setiap manusia.Tanpa ilmu kita tidak bisa
menjalani hidup ini dengan baik. Orang yang tidak memiliki ilmu biasanya akan di
manfaatkan oleh orang lain. Bahkan, orang yang tak berilmu itu akan dibodohi oleh
orang lain. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang diberi akal dan pikiran carilah
ilmu demi kelangsungan hidup yang lebih baik.Menuntut ilmu dalam Islam hukumnya
wajib (fardhu).Para ahli fiqih mengelompokannya dua bagian, yaitu 1).Fardhu ‘ain; dan
2).Fardhu kifayah. Orang yang berilmu sangat dimuliakan oleh Allah SWT dan akan
diangkat derajatnya oleh Allah SWT.
Sehingga Dengan ilmunya para ulama menjadi tinggi kedudukan dan martabatnya,
menjadi agung dan mulia kehormatannya.Para ulama bagaikan lentera penerang dalam
kegelapan dan menara kebaikan, juga pemimpin yang membawa petunjuk dengan
ilmunya, mereka mencapai kedudukan al-Akhyar (orang-orang yang penuh dengan
kebaikan) serta derajat orang-orang yang bertaqwa.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana perintah menuntut ilmu menurut Al-Qur’an dan hadist?
2) Bagaimana keutamaan orang yang berilmu?
3) Bagaimana kedudukan ulama dalam islam?
1.3 Tujuan
Untuk memahami perintah menuntut ilmu dalam islam, menjelaskan keutamaan
orang yang berilmu dalam islam dan mampu menjelaskan kududukan ulama dalam islam.
5. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perintah Menuntut Ilmu
Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak tegak
dan tidak akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada cara dan jalan untuk mengenal Allah
dan sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah menunjukan jalan
yang paling dekat dan mudah untuk sampai kepada-Nya. Barang siapa yang menempuh
jalan tersebut, tidak akan menyimpang dari tujuan yang dicita-citakannya.
Jumhur ulama sepakat, tidak ada dalil yang lebih tepat, selain wahyu pertama
yang disampaikan Allah SWT kepada Rasul-Nya Nabi Muhammad saw sebagai landasan
utama perintah untuk menuntut ilmu.Dijelaskannya pula sarana untuk mendapatkannya,
disertai bagaimana nikmatnya memiliki ilmu, kemuliaannya, dan urgensinya dalam
mengenal ke-Maha Agung-an Sang Khalik dan mengetahui rahasia penciptaan serta
menunjukkan tentang hakikat ilmiah yang tetap.
Sebagaimana firman-Nya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Paling Pemurah.Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam
(baca tulis).Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.
(Q.S. Al ‘Alaq [96]: 1-5).
Dalam ayat yang lain, Allah SWT: berfirman :“Katakanlah:“Adakah sama
orang-orang yang mengetahui (ilmu agama Islam) dengan orang-orang yang tidak
mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.
(Q.S. Az Zumar [39]: 9).
Para mufasir menyimpulkan firman Allah di atas, bahwa : 1). Tidaklah sama
antara hamba Allah yang memahami ilmu agama Allah, yaitu yang menyadari dirinya,
memahami tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mentaati segala perintah dan laranganNya,
dengan orang-orang yang mendustakan nikmat-nikmat Allah, yang tidak mau mempelajari
ilmu agama Allah; 2). Hanya orang-orang yang berakal sehatlah yang dapat mengambil
hikmah atau pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan Allah.
6. Terkait hal tersebut, Rasulullah saw menandaskan bahwa menuntut, memahami
dan mendalami ilmu agama Islam itu, merupakan kewajiban utama setiap muslim.
Sebagaimana hadis yang diriwayatkan Abi Sufyan r.a., ia mendengar Rasulullah Saw telah
bersabda: “siapa yang dikehendaki menjadi orang baik oleh Allah, Allah akan
memberikan kepahaman kepadanya dalam agama Islam”. (H.R. Bukhari, Muslim).
Memahami ilmu agama akan membuat seorang muslim, baik dan benar dalam
beribadah kepada Allah SWT, jauh dari bid’ah atau hal-hal lain yang membatalkan ibadah
kita. Serta mampu membentengi diri dan keluarga dari aqidah berbahaya.
Menuntut ilmu dalam Islam hukumnya wajib (fardhu). Para ahli fiqih
mengelompokannya dalam dua bagian, yaitu: Fardhu ‘ain dan Fardhu kifayah.
1. Fardhu ‘ain : adalah setiap ilmu yang harus dipelajari oleh setiap muslim tentang Ilmu
Agama Islam, agar akidahnya selamat, ibadahnya benar, mu’amalahnya lurus dan sesuai
dengan yang disyariatkan Allah Azza wa Jalla, yang tertuang dalam Al-Qur’an dan
Sunah Nabi-Nya yang sahih. Inilah yang diperintahkan Allah dalam firman-Nya, “Maka
ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang hak) Melainkan Allah”. (Q.S.
Muhammad [47]: 19). Juga yang dimaksudkan oleh Rasulullah Saw dalam haditsnya,
“Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim”. (H.R. Ibnu Majah). Pengertian mencari
ilmu di sini, adalah mencari ilmu agama Islam, hukumnya wajib bagi laki-laki dan
perempuan;
2. Fardhu kifayah : adalah ilmu yang memperdalam ilmu-ilmu syariat dengan mempelajari,
menghafal, dan membahasnya. Misalnya spesialisasi dalam ilmuilmu yang dibutuhkan
umat Islam, seperti sistem pemerintahan, hukum, kedokteran, perekonomian, dan lain-
lain. Tapi jika sebagian dari mereka ada yang mengerjakannya, maka gugurlah kewajiban
dari yang lainnya. Sedangkan jika tidak ada seorang pun yang melakukannya, maka
semua menanggung resikonya.
Inilah yang diserukan Allah SWT dalam firman-Nya, “Tidak sepatutnya bagi orang-
orang mukmin pergi semuanya (ke medan perang).Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap
golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”. (Q.S. At-Taubah [9]:
122).
7. Bahwa tidak ada jalan untuk mengenal Allah, meraih ridha-Nya serta menggapai
keuntungan dan kedekatan dengan-Nya, kecuali dengan ilmu.Ilmu adalah cahaya yang
dengannya Allah mengutus para Rasul, menurunkan kitabkitab, dan dengannya pula
memberi petunjuk dari kesesatan dan kebodohan.Dengan ilmu terungkaplah seluruh
keraguan, khurafat dan kerancuan. (Q.S. Al Maidah [5]: 15-16) dan (Q.S. Al-A’raf [7] :
157).
Allah SWT dan Rasul-Nya telah pula menentukan pedoman bagi kita hingga akhir
zaman, barangsiapa yang berpegang teguh kepada Al Qur’an dan As Sunnah (Hadis)
Sahih, tidak akan sesat selamanya. Sebagaimana firman Allah SWT: “Hai orang-orang
yang beriman, taatilah Allah dan Taatilah Rasul(Nya), dan ulil amri di antara kamu,
kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Qur’an) dan Rosul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah
dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya “.
(Q.S. An Nisa [4] : 59). Dan hadits nabi Saw. “…Sesungguhnya aku telah meninggalkan
sesuatu bagimu, jikalau kamu berpegang teguh dengannya, maka kamu tidak akan sesat
selamanya,(yaitu) Kitab Allah (Al Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya”. (H.R. Hakim; at-
Targhib, 1 : 60).
Banyak jalan untuk menuntut ilmu agama. Antara lain mengikuti majelis taklim yang
istiqomah mengkaji Al Qur’an dan As Sunnah sahih di berbagai tempat dan media. Ilmu
agama ada di Qur’an, Tafsir Qur’an, juga hadis-hadis sahih, yang sudah
diterjemahkan.Jika kita tidak memahami ilmu agama Islam, bagaimana kita bisa tahu
mana perintah dan larangan Allah?Bagaimana kita bisa tahu ibadah yang kita lakukan itu
sah dan diterima Allah?Tapi umat Islam juga jangan sembarangan menimba ilmu. Salah-
salah memilih sumber ilmu, maka kelak ilmu yang dimiliki itu akan tersesat.
8. 2.2 Keutamaan Orang yang Berilmu
Mencari ilmu merupakan kewajiban setiap manusia.Tanpa ilmu kita tidak bisa
menjalani hidup dengaan dengan baik. Orang yang tidak memiliki ilmu biasanya akan di
manfaatkan oleh orang lain. Bahkan, orang yang tak berilmu itu akan dibodohi oleh
orang lain. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang diberi akal dan pikiran carilah
ilmu demi kelangsungan hidup yang lebih baik. Ilmu menurut imam Al Ghazali, dibagi
menjadi 2 yaitu :
1. Ilmu yang bersifat Syariat
2. ilmu yang bersifat Akal
Dari keduanya ada yang berupa Ilmiah Teoritis, dan ada yang ilmiah praktis :
1. Ilmu Syariat
Ilmu syariat dibagi menjadi 2 :
a. Ilmu Ushul (pokok) atau ilmu Tauhid (Merupakan ilmiah Teoritis)
b. Ilmu Furu’ atau Cabang (Merupakan ilmiah Praktis)
Hal ini ada yang menyangkut Allah Ta’ala seperti segala yang terikat ibadah, hak
hamba Allah terkait dengan tata pergaulan manusia yang terdiri 2 aspek, yaitu
Aspek Mu’amalah dan Aspek Mu’aqodah, serta Hak jiwa (Akhlak/Budi pekerti)
sifat/ Akhlak baik harus dibina, dimiliki, dikembangkan dan sifat/akhlak jelek
harus dihindari, dibuang.
2. Ilmu Akal
Ilmu Akal itu bersifat berdiri sendiri, yang melahirkan komposisi keseimbangan.
Ilmu Akal ini menurut beliau dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu
a. Matematika dan Logika
b. ilmu Alamiah (Aksi dan Reaksi Alam)
c. Ilmu teori tentang Realitas, berujung padailmu kenabian, Mukjijat, Teori Jiwa
yang Suci.
Berikut keutamaan menuntut ilmu dalam hadits Nabi SAW:
1. Dimudahkan Jalan ke Surga
َمَنْ سَل كَََْ ِيقً َ َْ َتَم ستَْ س َِل ْلَمْا ِيهسلَ َتَُل سَُهْهسلًْ ِيقً َ َْ ْىْلْا سنْة ِْ
9. Artinya: “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan
baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699).
2. Ditinggikan Derajatnya
Hadis mencari ilmu lain juga menunjukan tingginya derajat orang berilmu dibanding
manusia lainnya. Rasulullah SAW bersabda:
س سنَة بلسنْةع ًْنٍَََل س َِل ساْلس ًْ ذ
ََِِْ َسنمل سنْ ذُ بلسنْةع ًْنٍَََل كْلْ ْعسلَمسَل بلسَِسٍ ًْنٍَََل س َِل ساْلس ًْ َِِْْ ذُُِْْاْا ْعسلَمسَل بلسَِسٍ ًْنٍَََل ِْ سع
ذُُِْْاْتَم
Dari Ibnu Abbas radliallahu anhu: ketika menafsirkan ayat : (Allah meninggikan orang-
orang yang beriman dari kamu sekalian, dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa
derajat. al-mujadalah:11); dia berkata maksudnya adalah "Allah meninggikan orang-
orang yang diberi ilmu atas orang-orang yang beriman beberapa derajat". (HR. Darimi)
No. 356.
3. Dicintai Rasulullah
Rasulullah SAW juga mendoakan orang yang mencari ilmu:
َهْا يٍْ سةل س َِل ْ َتْ سِبسقًْ ْعَلْا ِْ َتسُْلْ س َِل كَلْه َ َِل ِْبسا ْا سلسمَهْا َِِْْ ذلَمِْا َسنم َتسًْ سنْ ستْنَالَْسً كَهْف ستََُِْْْل ِيىًَتْف َِنَة ْا
ٍْ ْبسح سنْة كَََْ ذتسقَل َلَِةْف ََس ْلذتَُقََْم ُْسَُْ ذتسقَل َلَِةْف ََسا ِْ ستسنَة ستْقسل
Dari Zaid bin Tsabit ia berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda: "Semoga Allah memperindah orang yang mendengar hadits dariku lalu
menghafal dan menyampaikannya kepada orang lain, berapa banyak orang
menyampaikan ilmu kepada orang yang lebih berilmu, dan berapa banyak pembawa ilmu
yang tidak berilmu." (HR. Abu Daud) No. 3175.Shahih.
10. 4. Paling Utama
ْلْ س َِل كَلْه نَََِنَل َِِْْ َِِْْ ْ ََِْ َسنم ْ ِْهسىس سنْ ستْهَلْ ِْ ْ عس سقسَل ْعَلْمَْ سنْة سعس ْلْتسلٍْ َ ََ ْعَلْا ِْ َتسُ
Dari Utsman bin Affan ia berkata; Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Orang
yang paling utama di antara kalian adalah seorang yang belajar Al Quran dan
mengajarkannya." (HR. Bukhari) No. 4640. Shahih.
5. Dimintakan Ampun Seisi Bumi dan Langit
Keutamaan lain orang berilmu yakni:
ِْهَََل َِل سنْة َعََِْمسلََ س ََسنْهسََُْْ ستَ ََ سِبسقًْ ْعَلْا ِْ َتسُْلْ س َِل كَلْه َ َِل ِْبسا ْا سلسمَهْا ََِِِْْل سنْة ِْ َُل ِْ َ ِْهُ َُسَل كَهْف َ
ي ساْ س
ِل
َ سَُْسَل َِل
Dari Abu Ad Darda` ia berkata; "Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda: "Sesungguhnya akan memintakan ampun untuk seorang alim makhluk yang di
langit dan di bumi hingga ikan hiu di dasar laut." (HR. Ibnu Majah) No.235. Shahih.
Dengan ilmu juga, akan membawa kebahagiaan bagi seseorang baik di dunia maupun di
akhirat.
6. Bahagia Dunia dan Akhirat
Rasulullah SAW bersabda:
َنِْل ْالْاٍْ سنْة ِْ ,َعسلَمسََِم َتسُْلْمْل ُِْس نتَل ْالْاٍْ سنْةَعسلَمسََِم َتسُْلْمْل ِْهسحْالْاٍْ سنْة ِْ ,َعسلَمسََِم َتسُْلْمْل ْم ْ
“Barang siapa menginginkan kebahagian dunia, maka tuntutlah ilmu dan barang siapa
yang ingin kebahagian akhirat, tuntulah ilmu dan barangsiapa yang menginginkan
keduanya, tuntutlah ilmu pengetahuan.
11. 2.3 Kedudukan Ulama dalam Islam
Tidak lah samar bagi seluruh kaum muslimin akan kedudukan dan derajat yang
tinggi dari para Ulama. Karena mereka berada di dalam kebaikan, mereka adalah seorang
panglima yang diikuti langkahnya, diikuti perbuatannya, diambil pendapat dan persetujuan
mereka.
Para Malaikat meletakkan sayap mereka sebagai bentuk keridhoan atas apa yang mereka
lakukan, seluruh makhluk memintakan ampun kepada Allah untuk mereka, sampai-sampai
ikan di lautan. Ilmu yang mereka miliki telah menyampaikan mereka pada kedudukan
terbaik dan derajat muttaqin, yang dengannya tinggilah kedudukan dan derajat mereka.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
ُحَسْافَف ِ
سِل ٰجَمْلا ىِف ا ُْوحَّسَفَت ْمُكَل َلْيِق اَذِا ا ْٰٓوُنَمٰا َْنيِذَّلا اَهُّيَآٰٰي
ُ هاّٰلل ِعَفْرَي ا ْوُزُشْناَف ا ْوُزُشْنا َلْيِق اَذِا َو ْْۚمُكَل ُ هاّٰلل ِحَسْفَي ا ْو
ْمُكْنِم ا ْوُنَمٰا َْنيِذَّلا
ْريِبَخ َنْوُلَمْعَت اَمِب ُ هاّٰلل َو ٍۗ
ت ٰجََرد َمْلِعْلا واُتْوُا َْنيِذَّلا َو
Artinya : “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah
dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-
Mujadilah:11)
Ulama mempunyai kedudukan yang sangat penting dan strategis dalam masyarakat
Islam.Dikarenakan fungsinya sebagai tempat rujukan masyarakat dam menghadapi
berbagai persoalan keagamaan yang mereka hadapi, dan pada masa lalu tertentu ulama
pun mempunyai peran yang cukup signifikan dalam masalah-masalah sosial, politik,
maupun kenegaraan.
Yang dinamakan ulama Menurut Al-Qur'an adalah mereka yang mempunyai
pengetahuan tentang ayat-ayat Allah SWT, baik yang bersifat qauniyah maupun
quraniyah , dan dengan pengetahuan tersebut mereka mempunyai sifat khosyyah dan
taqwa.
12. Para ulama bagaikan lentera penerang dalam kegelapan dan menara kebaikan juga
pemimpin yang membawa petunjuk dengan ilmunya, mereka mencapai kedudukan al-
Akhyar (orang-orang yang penuh kebaikan) serta derajat orang-orang yang bertakwa.
Dengan ilmunya para ulama menjadi tinggi kedudukan dan martabatnya, menjadi agung,
dan mulai kehormatannya.
Jika seorang ulama memiliki kedudukan dan derajat yang tinggi maka wajib bagi
orang-orang yang selain mereka untuk menjaga kehormatan dan mengetahui kedudukan
dan derajat mereka. Sebagaimana yang terdapat dalam hadits, “bukanlah bagian dari
ummatku, seseorang yang tidak menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih
muda, dan mengetahui hak-hak para ulama” Riwayat Ahmad dengan sanad jayyid.
Seseorang wajib menjaga hak-hak para ulama baik ketika mereka masih hidup
maupun sudah meninggal, baik ketika mereka ada maupun tidak ada dengan hati yang
penuh cinta dan penghormatan, dengan lisan yang penuh dengan pujian dan sanjungan,
dengan semangat berbekal ilmu mereka dan mengambil faidah dari ilmu mereka dan
beradab dengan adab dan akhlak mereka. Seorang yang mencaci-maki, mencela, dan
memfitnah mereka, maka mereka telah melakukan sebesar-besar dosa dan seburuk-buruk
penghinaan.Para ulama adalah nahkoda di dalam perahu keselamatan, pemandu di pantai
yang tenang, dan penerang di tengah gelap gulita.
اَنِتاَيآِب واُنَاكَو ۖ واُرَبَص اَّمَل اَن ِر ََْمأِب َونُدْهَي ًةَّمِئَأ ْمُهْنِم اَنْلَعَجَو
َونُنِقُوي
Artinya :“kami jadikan di antara mereka pemimpin-pemimpin yang memberikan
petunjuk dengan perintah Kami selama mereka bersabar. Dan mereka adalah
orangorang yang yakin terhadap ayat-ayat kami” (QS.As-Sajdah : 24).
Mereka adalah hujjah Allah di atas muka bumi, mereka lebiih mengetahui ilmu yang
dapat membuat manusia cinta kepada Allah dan perkara yang dapat memperbaiki urusan
dunia dan akhirat seorang muslim dengan apa yang datang dari Allah berupa ilmu, dan
dengan apa yang dapat menumbuhkan kecintaan mereka kepada Allah melalui pemikiran
dan pemahaman. Dengan ilmu yang mendalam mereka memberikan fatwa, dengan
13. pemikiran yang jitu mereka memutuskan sebuah perkara, dan dengan pandangan yang
tajam mereka memberikan hukum. Hukum-hukum tersebut tidak dijatuhkan secara
serampangan, mereka tidak menggoncangkan barisan kaum muslimin sehingga tercerai-
berai, mereka tidak tergesa-gesa mengeluarkan fatwa tanpa penelitian dan pengkajian
lebih dalam, dan tidak pula meremehkannya ataupun melampaui batas, mereka tidak
menyembunyikan kebenaran dari manusia dengan cara menyombongkan diri dihadapan
mereka.
Oleh karena itu, Allah memerintahkan untuk menjawab seruan dan bertanya kepada
mereka bukan pada selainnya. Hal ini banyak terdapat di dalam Al-Qur’an,
ِ
رْكِالذ َلْهَا آْٰوُلَْٔـساَف ْمِهْيَلِا ْٰٓي ِح ْوُّن ً
َاَّلج ِ
ر َّ
َِّلا َكِلْبَق ْ
نِم اَنْلَس ْرَا ٰٓاَمَو
َن ْوُمَلْعَت َ
َّل ْمُتْنُك ْ
ِنا
Artinya : “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang
Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” (QS.An-Nahl: 43).
Dan firman Allah,
ىِلوُا ىِٰٓلاَو ِل ْ
وُسَّالر ىَلِا ُه ْ
وُّدَر ْ
وَلَو ۗ ٖ
هِب ا ْ
وُعاَذَا ِف ْ
َوخْال ِوَا ِنْمَ ْ
اْل َنِِّم ٌرْمَا ْمُهَءۤاَج اَذِاَو
َلَو ۗ ْمُهْنِم ٗهَن ْ
وُطِبْْۢنَتْسَي َْنيِذَّال ُهَمِلَعَل ْمُهْنِم ِ
رْمَ ْ
اْل
َ
ْل ْ
و
ٗهُتَمْحَرَو ْمُكْيَلَع ِ هاّٰلل ُل ْضَف
ً
ْليِلَق َّ
ِْلا َنْطيَّشال ُمُتْعَبَّت َ
ْل
Artinya : “Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan
ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya
kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin
mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil
Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu
mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu)” (QS.An Nisa: 83).
Di dalam ayat ini terdapat pelajaran tentang adab bagi seorang mu’min, bahwa
bila datang perkara yang penting, maslahat umum, yang berkaitan dengan rasa aman,
keburukan yang ditimbulkan orang lain, dan ketakutan yang berbentuk musibah, wajib
14. bagi mereka untuk mengokohkan hati kaum mu’minin, tidak terburu-buru
menyebarkannya, namun mereka harus menceritakan hal tersebut kepada Rasulallah
Shalallahu’alaihi wa Sallam dan ulil amri diantara mereka yang di dalamnya terdapat
ulama, penasehat, cendekiawan, dan orang bijak yang mengetahui berbagai perkara dan
kemaslahatan bagi orang lain serta kemadharatan bagi mereka. Siapa yang bersandar
kepada pendapat mereka, akan selamat. Dan siapa yang menentang mereka, akan
tertimpa madharat dan dosa. Ibnu Mas’ud Radiyallahu’anhu berkata,
“akan datang perkara-perkara syubhat, maka kalian wajib mempersiapkan diri untuk
melawannya. Jika kalian menjadi pengikut perkara yang baik, maka kalian akan
menjadi seorang yang baik. Begitu pula sebaliknya.”
Di antara tanda-tanda rusaknya seseorang adalah jauhnya dari para ulama yang
berilmu, meninggalkan fatwa-fatwa para ulama yang berkompeten, dan tidak percaya
dengan para ahli fikih yang ahli di bidangnya. Ketika sekelompok umat meninggalkan
para ulama, mereka seakan-akan sekelompok manusia yang berada di padang pasir yang
tandus dan tanah yang gersang tanpa seorangpun pemimpin yang menasehati dan seorang
pembimbing yang menunjukkan jalan. Maka perkara mereka akan hancur dan berakhirlah
perkara tersebut kepada kerugian.
Para ulama adalah sandaran umat, tempat meminta nasehat dan petunjuk. Bila
mereka tidak ada, manusia akan menjadikan orang-orang bodoh sebagai panutan, padahal
mereka berfatwa tanpa ilmu dan menunjuki manusia tanpa pemahaman yang benar.
15. BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ilmu adalah salah satu ibadah.Allah SWT memberikan manusia kelebihan yaitu
akal.Dengan akal maka manusia dapat berpikir dan mempergunakan pikirannya untuk
memperoleh dan mengamalkan ilmu.Menuntut ilmu bukan hanya kewajiban tetapi
kebutuhan asasi yang sangat penting untuk mengembangkan pola pikir seseorang
sehingga memudahkan dalam menjalani hidupnya. Dan ilmu akan menjadi bekal bagi
kita didunia dan diakhirat.
3.2 SARAN
Untuk menuntut dan mengamalkan Ilmu Pengetahuan harus kita dasar dengan
keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt.Agar dapat memberikan jaminan
kemaslahatan bagi kehidupan serta lingkungan sekitar kita.