SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
1
J U R N A L
HADITS TARBAWI
PESERTA DIDIK PERSPEKTIF HADITS
Dosen Pengampu : Dr. H. Syarifatul Marwiyah, M. Pd
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM AL-FALAH ASSUNNIYYAH KENCONG JEMBER
TAHUN AKADEMIK : 2021/2022
Disusun Oleh :
1. FARHAN MAULANA IKHSAN (2144012792)
2. M. MASRUKHIN UBAIDILLAH (2144012857)
3. FATHUR ROSYID (2144012852)
4. AGUS SHOLIHIN (2144012844)
5. NATIJATUL ROHMAH (2144012815)
6. ARDIYATUL MATLUBAH (2144012848)
2
PESERTA DIDIK DALAM PERSPEKTIF HADITS
Abstrak
Artikel ini mengkaji santri dalam perspektif hadits. Hadits memberikan gambaran tentang
pembelajar yang ideal guna mencapai tujuan pendidikan yang di harapkan menjadi ulama’ yang
basthotan fi ‘ilmi dan basthotan fi rizqi. Pendidik, peserta didik dan tujuan pendidikan memiliki
keterkaitan antar komponen satu dengan komponen lainnya, sehingga proses pendidikan harus
merupakan perpaduan yang integral dan serasi untuk menghasilkan pendidikan yang ideal. Oleh
karena itu, pendidikan harus menyampaikan kata kunci : siswa, perspektif hadits.
Hadits sebagai kitab rujukan bagi manusia, banyak memberikan gambaran tentang proses
pendidikan yang terjadi antara pendidik dan peserta didik. Oleh karena itu memahami keberadaan
peserta didik dari isyarat hadits diperlukan untuk mencari format pendidikan bagi peserta didik sesuai
dengan sumber tersebut. Sehingga dalam proses pendidikan akan tercipta keselarasan antara
komponen pendidikan dalam upaya mencapai tujuan yang diharapkan.
Dalam upaya mencari format tersebut, maka perlu dipahami bagaimana pandangan hadits mengenai
peserta didik. Rasulullah SAW, sangat memberikan perhatian terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan. Sehingga ditemukan banyak hadits-hadits Rasulullah SAW yang membicarakan
tentang mencari ilmu pengetahuan.
3
BAB I
PENADHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003, dijelaskan bahwa peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia
pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Abidin nata mengatakan, bahwa peserta didik
diartikan dengan orang yang telah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.
Manusia sejak dalam rahim ibu sampai meninggal dunia mengalami proses tumbuh dan berkembang
tahap demi tahap. Begitu pula kejadian alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan dalam proses
setingkat demi setingkat. Tidak ada satu makhluk ciptaan Tuhan di atas dunia ini dapat mencapai
kesempurnaan dan kematangan hidup tanpa melalui proses.
Demikian pula pendidikan sebagai salah satu usaha untuk membina dan mengembangkan seluruh
aspek kepribadian manusia. Pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi juga di luar
kelas. Pendidikan tidak hanya terbatas pada usaha mengembangkan intelektualitas manusia,
melainkan juga mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia untuk menjadi yang sempurna.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian peserta Didik
 Definisi Peserta Didik
Secara etimologi peserta didik dalam bahasa arab disebut dengan Tilmidz jamaknya
adalah Talamidz, yang artinya adalah “murid”, maksudnya adalah “orang-orang yang
mengingini pendidikan”. Dalam bahasa arab dikenal juga dengan istilah Thalib, jamaknya
adalah Thullab, yang artinya adalah “mencari”, maksudnya adalah “orang-orang yang
mencari ilmu”.1 Ini sesuai dengan sabda Rasulullah Saw:
“Siapa yang menuntut ilmu dan mendapatkannya, maka Allah mencatat baginya dua
bagian”. (HR. Thabrani)
Peserta didik secara terminologi adalah orang yang menuntut ilmu di lembaga
pendidikan, bisa disebut sebagai murid, santri ataupun mahasiswa. Dilihat dari segi
kedudukannya, anak didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses
perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan
bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah optimal kemampuan fitrahnya.
Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003, dijelaskan bahwa peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Abidin nata
mengatakan, bahwa peserta didik diartikan dengan orang yang telah memerlukan
pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.
Namun itu semua tidak terlepas dari keterlibatan pendidik, karena seorang pendidik
harus memahami dan memberikan pemahaman tentang dimensi-dimensi yang terdapat
didalam diri peserta didik terhadap peserta didik itu sendiri, kalau seorang pendidik tidak
mengetahui dimensi-dimensi tersebut, maka potensi yang dimiliki oleh peserta didik
tersebut akan sulit dikembangkan, dan peserta didik pun juga tidak mengenali potensi yang
dimilikinya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah setiap orang yang
meluangkan waktunya untuk belajar kepada seorang pendidik. Peserta didik adalah orang
yang berada dalam fase pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik maupun psikis.
Dengan demikian ia tidak bisa disamakan dengan orang dewasa yang berukuran kecil
karena mempunyai spesifikasi tersendiri.
1. Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalamInteraksi Edukatif: Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 51
5
Pembahasan Hadits
(Takhrij, Syarah, dan hubungan Hadits dengan teori umum yang relevan menjelaskan
implikasi teoritis dan praktis terhadap Pendidikan)
Rosulullah SAW, sangat memberikan perhatian terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
Sehingga ditemukan hadits-hadits yang membicarakan tentang ilmu pengetahuan. Perhatian yang
sangat tinggi , karena rosulullah juga menyatakan dirinya sebagai pendidik. Rosulullah lebih
mengutamakan majelis orang yang belajar ilmu daripada majelis orang ahli ibadah. Diantara hadits
yang membicarakan tentang ilmu dan peserta didik adalah :
 Hadits Pertama
ُ‫ت‬ْ‫ع‬ِ‫م‬َ‫س‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ٍ‫يع‬ِ‫ط‬ُ‫م‬ ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ ُ‫ْن‬‫ب‬‫ا‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ ٌ‫م‬ َّ
‫َّل‬َ‫س‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬ ٍ‫د‬َ‫س‬َ‫أ‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ع‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ر‬َ‫ب‬ْ‫خ‬َ‫أ‬
ُ‫د‬ْ‫غ‬‫ا‬ ٍ‫د‬‫و‬ُ‫ع‬ْ‫س‬َ‫م‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ِ َّ‫اَّلل‬ ُ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ِ‫اك‬َّ‫ح‬َّ‫ض‬‫ال‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫ث‬ِ‫د‬َ‫ح‬ُ‫ي‬ ِ‫َاز‬‫ه‬ْ‫ز‬َ‫ه‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫أ‬
‫ا‬َ‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬ َ‫و‬ِ‫س‬ ‫ا‬َ‫م‬‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ َ
‫َل‬ َ‫و‬ ‫ا‬ً‫م‬ِ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ت‬ُ‫م‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ‫ا‬ً‫م‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬
.
Telah mengabarkan kepada kami Al-Mu’alli bin ;Asad, telah menceritakan kepada kami Salam
Ibnu Abi Muthi’, ia berkata “Aku mendengar Abu Al-Hazhaz menceritakan dari Ad-Dhahak, dia
berkata:Abdullah bin Mas’ud berkata: “Jadilah kamupada waktupagi seorang alim (pengajar ilmu)
atau terpelajar (berburu ilmu), & tak ada kebaikan selain keduanya”.
Takhrij Hadits :
 Abdullah bin Abdurrahman Ad Darimi, Sunan Ad Darimi, Kitabul ilmi, Bab Fadlil Ilmi Wal
‘Alim, No: 363, Darul Basya’ir Al-Islamiyah, Beirut.
 Ibnu Abi Syaibah, Mushonnaf Ibnu Abi Syaibah, Bab Ma Ja’a Fi Tholabil Ilmi Wa Ta’limihi
No: 25603.
 Abul Qosim Sulaiman Bin Ahmad At-Thabrani, Al-Ausath, Bab Man Ismuhu Ahmad,No: 7790-
Sunan Al-Kabir Lid Darimi, Bab Abdullah Bin Mas’ud, No:8680,8666
Berdasarkan kalimat hadits tersebut ditemukan kelengkapan potongan hadits diatas dalam
beberapa kitab, yakni dalam kitab :
1. Sunan Ad-Darimi, kitabul Iilmi, bab Fadlil Ilmi Wal ‘Alim, no: 365
‫و‬ُ‫ع‬ْ‫س‬َ‫م‬ ِ‫ْن‬‫ب‬ ِ َّ‫اَّلل‬ ِ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ،ٍ‫ب‬‫ا‬َ‫ئ‬‫ر‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ُ‫ون‬ُ‫َار‬‫ه‬ ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬ ،ُّ‫ي‬ِ‫ع‬‫ا‬َ‫ز‬ ْ‫و‬َ ْ
‫اْل‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬ ،ِ‫ة‬ َ‫ير‬ِ‫غ‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ُو‬‫ب‬َ‫أ‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ر‬َ‫ب‬ْ‫خ‬َ‫أ‬
:ُ‫ل‬‫و‬ُ‫ق‬َ‫ي‬ َ‫ان‬َ‫ك‬ ُ‫ه‬َّ‫ن‬َ‫أ‬ ،ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ َّ‫اَّلل‬ َ‫ي‬ ِ
‫ض‬ َ‫ر‬ ٍ‫د‬
(
‫ا‬ً‫م‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬ ُ‫د‬ْ‫غ‬‫ا‬
ْ‫ج‬َ‫أ‬ ُ‫ط‬ُ‫س‬ْ‫ب‬َ‫ت‬ َ‫ة‬َ‫ك‬ِ‫ئ‬ َ
‫َّل‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ،ٌ‫ل‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ج‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬ َ‫ْن‬‫ي‬َ‫ب‬ ‫ا‬َ‫م‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ ،َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬ َ‫ْن‬‫ي‬َ‫ب‬ ‫ا‬َ‫م‬‫ي‬ِ‫ف‬ ُ‫د‬ْ‫غ‬َ‫ت‬ َ
‫َل‬ َ‫و‬ ،‫ا‬ً‫م‬ِ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ت‬ُ‫م‬ ْ‫و‬َ‫أ‬
ُ‫ع‬َ‫ن‬ْ‫ص‬َ‫ي‬ ‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ‫ا‬َ‫ض‬ ِ‫الر‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ي‬ِ‫غ‬َ‫ت‬ْ‫ب‬َ‫ي‬ ‫ا‬َ‫د‬َ‫غ‬ ،ِ‫ل‬ُ‫ج‬َّ‫لر‬ِ‫ل‬ ‫ا‬َ‫ه‬َ‫ت‬َ‫ح‬ِ‫ن‬
)
6
Syarah hadits:
Hadits diatas bisa akita tarik kesimpulan bahwa:
1. Bahwa nabi memerintahkan ummatnya untuk menjadi seorang ‘Alim atau seoarang pelajar,
dan madlul hadits ini bisa menjadi wajib dalam beberapa kondidi tertentu.
2. Esensi kemulian ilmu.
3. Tinggianya keutamaan ahli ilmu, sehingga nabi menyatakan tidak ada kebaikan diselainnya.
4. Peserta diidk harusla senantiasa menjauhi kemaksiatan, senada dengan hadits “Allah tidak
memberikan ilmu-Nnya pada ahli maksiat”
5. Peserta didik senantiasa berlomba-lomba dalam ilmu. Bukan untuk sombong tapi meraih
ridlo Allah SWT.
 Hadits Kedua
َ‫م‬‫ال‬ ‫في‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ َ‫و‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬‫لي‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫لى‬َ‫ص‬ َّ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ ُ‫ْت‬‫ي‬َ‫ت‬َ‫أ‬ : َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ َ‫ي‬ ِ
‫ض‬ َ‫ر‬ ‫ي‬ِ‫د‬‫ا‬َ‫ر‬ُ‫م‬‫ال‬ ‫عسال‬ ‫بن‬ َ‫ان‬ َ‫و‬ْ‫ف‬‫ص‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫و‬
، َ‫ر‬َ‫م‬ْ‫ح‬َ‫أ‬ ُ‫ه‬ِ‫ل‬ ٍ‫د‬ْ‫ُر‬‫ب‬ ‫لى‬َ‫ع‬ ٌ‫ء‬‫ي‬ِ‫ك‬َّ‫ت‬ُ‫م‬ ِ‫د‬ ِ‫ج‬ْ‫س‬
ُ‫ت‬ْ‫ئ‬ ِ‫ج‬ ‫ي‬ِ‫ن‬ِ‫إ‬ ِ‫هللا‬ َ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ي‬، ُ‫ه‬َ‫ل‬ ُ‫ت‬ْ‫ل‬ُ‫ق‬َ‫ف‬
: َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ، َ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ب‬ُ‫ل‬ْ‫ط‬َ‫أ‬
«
ُ‫ب‬َ‫ك‬ْ‫ر‬َ‫ي‬ َّ‫م‬ٌ‫ث‬ ، ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ت‬َ‫ح‬ِ‫ن‬ْ‫ج‬َ‫أ‬ِ‫ب‬ ُ‫ة‬َ‫ك‬ِ‫ئ‬‫َّل‬َ‫م‬‫ال‬ ُ‫ه‬ُّ‫ف‬ٌ‫ح‬َ‫ت‬ ِ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ب‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ط‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ، ِ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ب‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ط‬ِ‫ب‬ ً‫ا‬‫ب‬َ‫ح‬ْ‫ر‬َ‫م‬
ُ‫ب‬ُ‫ل‬ْ‫ط‬َ‫ي‬ ‫ما‬ِ‫ل‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬َّ‫ب‬َ‫ح‬َ‫م‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ا‬َ‫ي‬ْ‫ن‬ُّ‫د‬‫ال‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬َّ‫س‬‫ال‬ ‫وا‬ٌ‫غ‬ٌ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ي‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ ً‫ا‬‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬
»
Shofwan ibnu ‘Assal Radhiyallahu ‘Anhu berkata :
Aku mendatangi Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dalam keadaan beliau bertelekan di atas
sebuah kain berwarna merah, makaakupunberkata: “Wahai Rasulullah aku datanguntuk menuntut
ilmu”. Maka Nabi bersabda : "Selamat datang, wahai penuntut ilmu, sesungguhnya penuntut ilmu
akan dikelilingi dan dinaungi oleh para malaikat dengan sayap-sayap mereka. Kemudian sebagian
mereka akan menaiki sebagian yang lain hingga mencapai langit dunia karena kecintaan mereka
terhadap apa yang ia cari.”
Takhrij Hadits : Hadits ini di riwayatkan oleh:
 Ali bin Abu bakar Al-Hatsami, Majma’ Az-Zawa’id Wa Manba’ Al-Fawa’id, bab fi Tholabil
Ilmi Wa Idzharil Basyarlahu, no: 550.
 Ahmad Bin Hanbal, Musnad Ahmad Bin Hanbal, Bab Haditsu Shofwan Bin ‘Assal Al-l
Murody, No: 17840.
 Ahmad Bin Syuaib An-Nasa’i, Sunan An-Nasa’i, Bab Al-Wudlu ‘Alal Ghoith, No: 15.
 Abdullah Muhammad Bin Yazid Bin Majah, Sunan Ibnu Majah, Bab Thulu’u As-Syamsyi Min
Maghribiha, No: 4102.
 Muhammad Bin Isa At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, Bab Al-Mashu ‘Alal Khuffain, No: 96.
7
 Abu Qosim Sulaiman Bin Ahmad At-Thabrani, Mu’Jam Al-Kabir Lit-Thabrani, Bab Shofwan
Bin Mu’atthol, No: 7347.
 Muhammad Bin Hibban Al-Busti, Shohih Ibnu Hibban, Bab Al-Mashu ‘Alal Khuffain, No:
1345.
 Abu Bakr Ahmad Bin Al-Husain Al-Baihaqi, Sunan Al-Kabir Lil Baihaqi, Bab Jima’u
Abwabil Hadats, No: 520.
 Syihabuddin Ahmad Bin Abi Bakr Al-Bushiri, Ithhaful Khiyaroh Al-Maharoh, Bab Ma Ja’a
Fil Ilmi Wa Tholabihi, No: 269
Berdasarkan kalimat hadits tersebut ditemukan kelengkapan potongan hadits diatas dalam
beberapa kitab, yakni dalam kitab :
1. Mu’jam Al-Kabir Lit-Thabrani, Bab Shofwan Bin ‘Assal, No: 7347
َ‫ب‬ْ‫ي‬َ‫ش‬ ‫ثنا‬ : َ
‫اَل‬َ‫ق‬ ،ُّ‫ي‬ِ‫م‬َ‫ر‬ْ‫ض‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫هللا‬ ِ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ُ‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬‫و‬ ،ٍ‫ل‬َ‫ب‬ْ‫ن‬َ‫ح‬ ِ‫ْن‬‫ب‬ َ‫د‬َ‫م‬ْ‫ح‬َ‫أ‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ِ‫هللا‬ ُ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬
ِ‫م‬َ‫ك‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ُّ‫ي‬ِ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ثنا‬ ،ٍ‫ن‬ْ‫ز‬َ‫ح‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ُ‫ق‬ْ‫ع‬َّ‫ص‬‫ال‬ ‫ثنا‬ ،ٍ‫وخ‬ُّ‫ر‬َ‫ف‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ُ‫ان‬
ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ َ‫ي‬ ِ
‫ض‬ َ‫ر‬ ٍ‫د‬‫و‬ُ‫ع‬ْ‫س‬َ‫م‬ ِ‫ْن‬‫ب‬ ِ‫هللا‬ ِ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ، ٍ
‫ْش‬‫ي‬َ‫ب‬ُ‫ح‬ ِ‫ْن‬‫ب‬ ِ‫ر‬ ِ‫ز‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ،‫و‬ ٍ‫ر‬ْ‫م‬َ‫ع‬ ِ‫ْن‬‫ب‬ ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ ،ُّ‫ي‬ِ‫ن‬‫َا‬‫ن‬ُ‫ب‬ْ‫ل‬‫ا‬
ُّ‫ي‬ِ‫د‬‫ا‬َ‫ر‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ٍ‫ل‬‫ا‬َّ‫س‬َ‫ع‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ُ‫ان‬ َ‫و‬ْ‫ف‬َ‫ص‬ َ‫َّث‬‫د‬َ‫ح‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ،
َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬
َ‫ي‬ :ُ‫ه‬َ‫ل‬ ُ‫ت‬ْ‫ل‬ُ‫ق‬َ‫ف‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ٍ‫د‬ْ‫ُر‬‫ب‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ِ‫د‬ ِ‫ج‬ْ‫س‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ٌ‫ئ‬ِ‫ك‬َّ‫ت‬ُ‫م‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ َ‫و‬ ،ْ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ‫هللا‬ َ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ ُ‫ْت‬‫ي‬َ‫ت‬َ‫أ‬ :
:َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ،َ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ب‬ُ‫ل‬ْ‫ط‬َ‫أ‬ ُ‫ت‬ْ‫ئ‬ ِ‫ج‬ ‫ي‬ِ‫ن‬ِ‫إ‬ ،ِ‫هللا‬ َ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ ‫ا‬
«
َ‫ك‬ِ‫ئ‬ َ
‫َّل‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ه‬ُّ‫ف‬ُ‫ح‬َ‫ت‬َ‫ل‬ ِ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ب‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ط‬ ،ِ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ب‬‫بطال‬ ‫ًا‬‫ب‬َ‫ح‬ْ‫ر‬َ‫م‬
‫ا‬َ‫م‬ِ‫ل‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬ُ‫ح‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ا‬َ‫ي‬ْ‫ن‬ُّ‫د‬‫ال‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬َّ‫س‬‫ال‬ ‫وا‬ُ‫غ‬ُ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ي‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ ‫ا‬ً‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ ُ‫ه‬ُ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ ُ‫ب‬َ‫ك‬ْ‫ر‬َ‫ي‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ،‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ت‬َ‫ح‬ِ‫ن‬ْ‫ج‬َ‫أ‬ِ‫ب‬ ُ‫ه‬ُّ‫ل‬ِ‫ظ‬ُ‫ت‬ َ‫و‬ ُ‫ة‬
‫؟‬ُ‫ب‬ُ‫ل‬ْ‫ط‬َ‫ت‬ َ‫ت‬ْ‫ئ‬ ِ‫ج‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫ف‬ ،ُ‫ب‬ُ‫ل‬ْ‫ط‬َ‫ي‬
»
ِ‫ة‬َ‫ن‬‫ي‬ِ‫د‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ َ‫ة‬َّ‫ك‬َ‫م‬ َ‫ْن‬‫ي‬َ‫ب‬ ُ‫ر‬ِ‫ف‬‫ا‬َ‫س‬ُ‫ن‬ ُ‫ل‬‫ا‬َ‫َز‬‫ن‬ َ
‫َل‬ ،ِ‫هللا‬ َ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ي‬ :ُ‫ان‬ َ‫و‬ْ‫ف‬َ‫ص‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ،
ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ،ِ‫ْن‬‫ي‬َّ‫ف‬ُ‫خ‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ِ‫ح‬ْ‫س‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ ‫َا‬‫ن‬ِ‫ت‬ْ‫ف‬َ‫أ‬َ‫ف‬ ،
:ْ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ‫هللا‬ ُ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬
«
ِ‫يم‬ِ‫ق‬ُ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ل‬ ٌ‫ة‬َ‫ل‬ْ‫ي‬َ‫ل‬ َ‫و‬ ٌ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ، ِ‫ر‬ِ‫ف‬‫ا‬َ‫س‬ُ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ل‬ ٍ‫َّام‬‫ي‬َ‫أ‬ ُ‫ة‬َ‫ث‬ َ
‫َّل‬َ‫ث‬
»
Syarah hadits:
Hadits diatas bisa akita tarik kesimpulan bahwa:
1. Peserta didik harus mempunyai Ghiroh/semangat dalam belajar.
2. Peserta didik haruslah lebih dulu memilih kepada siapa dia akan menuntut ilmu.
3. Peserta didik haruslah mendatangi gurunya dan duduk dekat dengan gurunya sebagaimana
dalam hadits Jibril.
4. Peserta didik adalah orang yang sangat mulia. Sehingga guru haruslah mengerti cara
memperlakukan mereka
5. Rasulallah gembira akan ummatnya yang semangat dalam menuntut ilmu.
6. Peserta didik haruslah ikhlas dalam menuntut ilmu.
7. Peserta didik harus rela berkorban waktu, tenaga, dan hartanya dalam proses menuntut ilmu.
 Hadits ketiga
َ‫ع‬ُ‫م‬ ُ‫ت‬ْ‫ع‬ِ‫م‬َ‫س‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ،ٌ‫د‬ْ‫ي‬َ‫م‬ُ‫ح‬ ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ر‬َ‫ب‬ْ‫خ‬َ‫أ‬ ،ٍ‫ب‬‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ش‬ ِ‫ْن‬‫ب‬‫ا‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ ، َ‫س‬ُ‫ن‬‫ُو‬‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ،ٍ‫ب‬ْ‫ه‬ َ‫و‬ ُ‫ْن‬‫ب‬‫ا‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬ ،ُ‫ل‬‫ي‬ِ‫ع‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫س‬ِ‫إ‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬
ُ‫ت‬ْ‫ع‬ِ‫م‬َ‫س‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ُ‫ب‬ُ‫ط‬ْ‫خ‬َ‫ي‬ َ‫ان‬َ‫ي‬ْ‫ف‬ُ‫س‬ ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ َ‫ْن‬‫ب‬ َ‫ة‬َ‫ي‬ِ‫و‬‫ا‬
ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ َّ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬
‫ا‬ ‫ي‬ِ‫ط‬ْ‫ع‬ُ‫ي‬ َ‫و‬ ٌ‫م‬ِ‫س‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ،ِ‫ين‬ِ‫الد‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ُ‫ه‬ْ‫ه‬ِ‫ق‬َ‫ف‬ُ‫ي‬ ‫ا‬ً‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ُ َّ‫اَّلل‬ ِ‫د‬ ِ‫ُر‬‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ " :ُ‫ل‬‫و‬ُ‫ق‬َ‫ي‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬
َ‫ت‬ْ‫س‬ُ‫م‬ ِ‫ة‬َّ‫م‬ُ‫اْل‬ ِ‫ه‬ِ‫ذ‬َ‫ه‬ ُ‫ر‬ْ‫م‬َ‫أ‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ز‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫ل‬ َ‫و‬ ،ُ َّ‫َّلل‬
‫ا‬ً‫م‬‫ي‬ِ‫ق‬
" ِ َّ‫اَّلل‬ ُ‫ر‬ْ‫م‬َ‫أ‬ َ‫ي‬ِ‫ت‬ْ‫أ‬َ‫ي‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ :ْ‫و‬َ‫أ‬ ،ُ‫ة‬َ‫ع‬‫ا‬َّ‫س‬‫ال‬ َ‫م‬‫و‬ُ‫ق‬َ‫ت‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬
8
Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu ia berkata,
“Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, Barang siapa yang
Allah inginkan menjadi orang baik, Allah jadikan dirinya paham agama. Aku hanyalah yang
membagi-bagikan sedang Allah yang memberi. Dan senantiasa umat ini akan tegak diatas perintah
Allah sehingga datangnya hari qiyamat atau hingga datang keputusan Allah”.
Takhrij Hadits :
Hadits ini diriwayatkan oleh :
 Muhammad Bin Ismail Al-Bukhori, Shohih Al-Bukhari, Bab: Man Yuridillahu Bihi Khoiron
No:71,7312, 6768, Dar Ibnu Katsir, Beirut
 Muslim Bin Al-Hajjaj Al Naisaburi, Shohih Muslim, Bab: An-Nahyu ‘Anil Mas’alah No:1037,
Darul Kutub Al-Ilmiyah, Beirut
 Abdullah Muhammad Bin Yazid Bin Majah, Sunan Ibnu majah, Bab: Fadlul ‘Ulama’, No:
220
 Abdullah Bin Abdurrahman Ad-Darim, Bab : Al-Iqtida’ Bil ‘Ulama No: 231
 Sulaiman bin Dawud, Musnad Abi Dawud At-Thoyalisi, bab Mu’awiyah bin Abi Sufyan, no:
1059
 Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, Bab Haditsi Mu’awiyah Bin Abi Sufyan, No: 16839
 Abdullah Bin Abdurrahman Ad-Darimi, Sunan Ad-Darimi, Kitabul Ilmi, Bab Al-Iqtida’ Bil
Ulama’, No: 230.
 Sulaiman Bin Ahmad At-Thabrani, Mu’jam Al-Ausath, Bab Man Ismuhu Mathlab, No: 8766.
Berdasarkan kalimat hadits tersebut ditemukan kelengkapan potongan dan tambahan redaksi
hadits diatas dalam beberapa kitab, yakni dalam kitab :
1. Shohih Muslim, No: 175
‫َا‬‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬ ،َ‫ان‬َ‫ق‬ْ‫ُر‬‫ب‬ ُ‫ْن‬‫ب‬‫ا‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ َ‫و‬ ٌ‫ر‬َ‫ف‬ْ‫ع‬َ‫ج‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬ ،ٍ‫َام‬‫ش‬ِ‫ه‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ُ‫ير‬ِ‫ث‬َ‫ك‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ر‬َ‫ب‬ْ‫خ‬َ‫أ‬ ، ٍ‫ور‬ُ‫ص‬ْ‫ن‬َ‫م‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ُ‫اق‬َ‫ح‬ْ‫س‬ِ‫إ‬ ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬
ُ‫م‬ ُ‫ت‬ْ‫ع‬ِ‫م‬َ‫س‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ،ِ‫م‬َ‫ص‬َ ْ
‫اْل‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ُ‫د‬‫ي‬ ِ‫ز‬َ‫ي‬
ْ‫ب‬ َ‫ة‬َ‫ي‬ِ‫و‬‫ا‬َ‫ع‬
‫ي‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ َ‫ن‬
َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ ‫ى‬ َ‫و‬َ‫ر‬ ُ‫ه‬ْ‫ع‬َ‫م‬ْ‫س‬َ‫أ‬ ْ‫م‬َ‫ل‬ ،َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫ه‬‫ا‬ َ‫و‬َ‫ر‬ ‫ا‬ً‫ث‬‫ي‬ِ‫د‬َ‫ح‬ َ‫ر‬َ‫ك‬َ‫ذ‬ ،َ‫ان‬َ‫ي‬ْ‫ف‬ُ‫س‬
َ‫ق‬ ،ُ‫ه‬ َ‫ْر‬‫ي‬َ‫غ‬ ‫ا‬ً‫ث‬‫ي‬ِ‫د‬َ‫ح‬ ِ‫ه‬ ِ‫ر‬َ‫ب‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬
:َ‫ل‬‫ا‬
ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ‫هللا‬ ُ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬
:َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬
«
َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ون‬ُ‫ل‬ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ق‬ُ‫ي‬ َ‫ين‬ِ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ٌ‫ة‬َ‫ب‬‫ا‬َ‫ص‬ِ‫ع‬ ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ز‬َ‫ت‬ َ
‫َل‬ َ‫و‬ ،ِ‫ين‬ِ‫الد‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ُ‫ه‬ْ‫ه‬ِ‫ق‬َ‫ف‬ُ‫ي‬ ‫ا‬ً‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ُ‫هللا‬ ِ‫د‬ ِ‫ُر‬‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬
ِ‫ق‬
ِ‫ة‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ي‬ِ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ،ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫أ‬ َ‫َاو‬‫ن‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ين‬ ِ‫ر‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ظ‬
»
2. Mu’jam Al-Ausath, Bab Man Ismuhu Mathlab, No: 8766
ْ‫ن‬َ‫ع‬ ،ٍ‫ب‬‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ش‬ ِ‫ْن‬‫ب‬‫ا‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ ،ِ‫ب‬‫ا‬َّ‫ه‬ َ‫و‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ،ِ‫د‬‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ْن‬‫ب‬ ِ َّ‫اَّلل‬ ِ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ُ‫د‬‫ي‬ ِ‫ز‬َ‫ي‬ ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬ ،ُ‫ْث‬‫ي‬َّ‫ل‬‫ال‬ ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬
‫ي‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ ِ‫ْن‬‫ب‬ َ‫ة‬َ‫ي‬ِ‫و‬‫ا‬َ‫ع‬ُ‫م‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ،ِ‫ن‬َ‫م‬ْ‫ح‬َّ‫الر‬ ِ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ِ‫ْن‬‫ب‬ ِ‫د‬ْ‫ي‬َ‫م‬ُ‫ح‬
ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ َّ‫اَّلل‬ َ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ ُ‫ت‬ْ‫ع‬ِ‫م‬َ‫س‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ َ‫ان‬َ‫ي‬ْ‫ف‬ُ‫س‬
:ُ‫ل‬‫و‬ُ‫ق‬َ‫ي‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬
«
ْ‫ن‬َ‫ل‬ َ‫و‬ ،ُ َّ‫اَّلل‬ ‫ي‬ِ‫ط‬ْ‫ع‬ُ‫ي‬ َ‫و‬ ،ُ‫م‬‫ا‬َ‫س‬ْ‫ق‬َ ْ
‫اْل‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬ ‫ا‬َ‫م‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ،ِ‫ين‬ِ‫الد‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ُ‫ه‬ْ‫ه‬ِ‫ق‬َ‫ف‬ُ‫ي‬ ‫ا‬ً‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ُ َّ‫اَّلل‬ ِ‫د‬ ِ‫ُر‬‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬
َ‫أ‬ َ‫ي‬ِ‫ت‬ْ‫أ‬َ‫ي‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ف‬َ‫ل‬‫َا‬‫خ‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُّ‫ر‬ُ‫ض‬َ‫ي‬ َ
‫َل‬ ،ِ َّ‫اَّلل‬ ِ‫ر‬ْ‫م‬َ‫أ‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ٌ‫ة‬َ‫م‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ق‬ ٌ‫ة‬َ‫م‬َ‫أ‬ ِ‫ة‬َّ‫م‬ُ ْ
‫اْل‬ ِ‫ه‬ِ‫ذ‬َ‫ه‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ز‬َ‫ت‬
ِ
‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ون‬ُ‫ر‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ظ‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫و‬ ِ َّ‫اَّلل‬ ُ‫ر‬ْ‫م‬
»
Syarah hadits:
9
Hadits diatas bisa akita tarik kesimpulan bahwa:
1. Peserta didik hendaknya menata niat dalam menuntu ilmu karena Allah.
2. Peserta didik hendaknya mempunyai Ghiroh/semangat belajar.
3. Peserta didik hendaknya perhatian dengan tia-tiap ilmu yang ia pelajari, agar dapat
mengetahui tujuan masing-masing
4. Peserta didik hendaknya mencari ilmu yang bermanfaat baginya, dapat mengantarkannya
pada kebaikan.
5. Allah ridlo akan hambanya yang senantiasa menuntut ilmu dijalannya.
6. Allah akan merubah nasib hamban-Nya yang senantiasa mendekatkan diri dengan-Nya.
7. Semua kebaikan dan kemanfaatan akan mendatangkan keridloan Allah SWT.
8. Peserta didik/Santri adalah pemegang estafet kenabian dan ajaran-ajaran agama, maka
dengan merekalah ummat akan selalu dalam kelurusan dan ketentraman.
9. Peserta didik tidak boleh sombong, kerena hakikatnya ilmu yang dia milliki adalah dari
Allah bukan murni usahanya.
 Hadits Keempat
ْ‫م‬َ‫ل‬ ِ‫ار‬َ‫ص‬ْ‫ن‬َ‫ْل‬‫ا‬ ُ‫ء‬‫ا‬َ‫س‬ِ‫ن‬ ُ‫ء‬‫ا‬َ‫س‬ِ‫الن‬ َ‫م‬ْ‫ع‬ِ‫ن‬ ُ‫ة‬َ‫ش‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ع‬ ْ‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ َ‫و‬
ِ‫ين‬ِ‫الد‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ َ‫ن‬ْ‫ه‬َّ‫ق‬َ‫ف‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ُ‫ء‬‫ا‬َ‫ي‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬ْ‫ع‬َ‫ن‬ْ‫م‬َ‫ي‬
Aisyah berkata : ‘Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshor, tidak menghalangi mereka rasa
malu untuk mempelajari agamanya’.
Takhrij Hadits
Hadits ini diriwayatkan oleh :
 Muhammad bin Ismail Al-Bukhori, Kitabul Ilmi, bab Al-Haya’ Fil Ilmi, hal: 28, dari Ibnu Jauzi,
Mesir.
 Muslim bin A-Hajjaj Al-Naisaburi, Shohih Muslim, Bab Istihbabu Isti’malil Mughtasalah, no :
332.
 Sulaiman bin Al-Asy’as Al-Azdi, Sunan Abi Dawud, Bab Ightisal Minal Haid, no: 316
 Muhammad bin Yazid bin Majah, Sunan Ibnu Majah, Bab Fil Haid Kaifa Taghtasil, No: 642
 Shohih Ibni Khuzaimah, Bab Ightisalil Mar’ah Minal Jinabah, No: 248
Berdasarkan kalimat hadits tersebut ditemukan kelengkapan potongan hadits diatas dalam
beberapa kitab, yakni dalam kitab :
1. Shohih Muslim, Bab Istihbabu Isti’malil Mughtasalah, No: 332
َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬ ، ٍ‫ر‬َ‫ف‬ْ‫ع‬َ‫ج‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ُ‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬ :‫ى‬َّ‫ن‬َ‫ث‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ْن‬‫ب‬‫ا‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ، ٍ‫ار‬َّ‫ش‬َ‫ب‬ ُ‫ْن‬‫ب‬‫ا‬ َ‫و‬ ،‫ى‬َّ‫ن‬َ‫ث‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ُ‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬
ُ‫ت‬ْ‫ع‬ِ‫م‬َ‫س‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ، ِ‫ر‬ ِ‫اج‬َ‫ه‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ْن‬‫ب‬ َ‫م‬‫ي‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ْر‬‫ب‬ِ‫إ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ،ُ‫ة‬َ‫ب‬ْ‫ع‬ُ‫ش‬ ‫َا‬‫ن‬
‫ال‬ ِ‫ت‬َ‫ل‬َ‫أ‬َ‫س‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫س‬َ‫أ‬ َّ‫ن‬َ‫أ‬ ،َ‫ة‬َ‫ش‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫ث‬ِ‫د‬َ‫ح‬ُ‫ت‬ ،َ‫ة‬َّ‫ي‬ِ‫ف‬َ‫ص‬
:َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ‫؟‬ ِ
‫يض‬ ِ‫ح‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫غ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ َّ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬
«
،‫ا‬َ‫ه‬َ‫ت‬َ‫ْر‬‫د‬ِ‫س‬ َ‫و‬ ‫َا‬‫ه‬َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ َّ‫ن‬ُ‫ك‬‫ا‬َ‫د‬ْ‫ح‬ِ‫إ‬ ُ‫ذ‬ُ‫خ‬ْ‫أ‬َ‫ت‬
ِ‫س‬ْ‫أ‬َ‫ر‬ َ‫ون‬ُ‫ؤ‬ُ‫ش‬ َ‫غ‬ُ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ت‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ ‫ًا‬‫د‬‫ي‬ِ‫د‬َ‫ش‬ ‫ا‬ً‫ك‬ْ‫ل‬َ‫د‬ ُ‫ه‬ُ‫ك‬ُ‫ل‬ْ‫د‬َ‫ت‬َ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫س‬ْ‫أ‬َ‫ر‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُّ‫ب‬ُ‫ص‬َ‫ت‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ،َ‫ور‬ُ‫ه‬ُّ‫ط‬‫ال‬ ُ‫ن‬ِ‫س‬ْ‫ح‬ُ‫ت‬َ‫ف‬ ُ‫ر‬َّ‫ه‬َ‫ط‬َ‫ت‬َ‫ف‬
َّ‫م‬ُ‫ث‬ ،‫ا‬َ‫ه‬
ً‫ة‬َ‫ص‬ ْ‫ر‬ِ‫ف‬ ُ‫ذ‬ُ‫خ‬ْ‫أ‬َ‫ت‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ،َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُّ‫ب‬ُ‫ص‬َ‫ت‬
‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬ ُ‫ر‬َّ‫ه‬َ‫ط‬َ‫ت‬َ‫ف‬ ً‫ة‬َ‫ك‬َّ‫س‬َ‫م‬ُ‫م‬
»
:َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ‫ا؟‬َ‫ه‬ِ‫ب‬ ُ‫ر‬َّ‫ه‬َ‫ط‬َ‫ت‬ َ‫ْف‬‫ي‬َ‫ك‬ َ‫و‬ :ُ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫س‬َ‫أ‬ ْ‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬
«
‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬ َ‫ين‬ ِ‫ر‬َّ‫ه‬َ‫ط‬َ‫ت‬ ،ِ‫هللا‬ َ‫ان‬َ‫ح‬ْ‫ب‬ُ‫س‬
»
َ‫ر‬َ‫ث‬َ‫أ‬ َ‫ين‬ِ‫ع‬َّ‫ب‬َ‫ت‬َ‫ت‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ْ‫خ‬ُ‫ت‬ ‫ا‬َ‫ه‬َّ‫ن‬َ‫أ‬َ‫ك‬ :ُ‫ة‬َ‫ش‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ع‬ ْ‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬
10
َ‫و‬ ،ِ‫َّم‬‫د‬‫ال‬
:َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ‫؟‬ِ‫ة‬َ‫ب‬‫َا‬‫ن‬َ‫ج‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫غ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫ه‬ْ‫ت‬َ‫ل‬َ‫أ‬َ‫س‬
«
‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ ُ‫ه‬ُ‫ك‬ُ‫ل‬ْ‫د‬َ‫ت‬َ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫س‬ْ‫أ‬َ‫ر‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُّ‫ب‬ُ‫ص‬َ‫ت‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ،َ‫ور‬ُ‫ه‬ُّ‫ط‬‫ال‬ ُ‫غ‬ِ‫ل‬ْ‫ب‬ُ‫ت‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ َ‫ور‬ُ‫ه‬ُّ‫ط‬‫ال‬ ُ‫ن‬ِ‫س‬ْ‫ح‬ُ‫ت‬َ‫ف‬ ُ‫ر‬َّ‫ه‬َ‫ط‬َ‫ت‬َ‫ف‬ ً‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ ُ‫ذ‬ُ‫خ‬ْ‫أ‬َ‫ت‬
َ‫غ‬ُ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ت‬
َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫يض‬ِ‫ف‬ُ‫ت‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ،‫ا‬َ‫ه‬ِ‫س‬ْ‫أ‬َ‫ر‬ َ‫ون‬ُ‫ؤ‬ُ‫ش‬
»
" :ُ‫ة‬َ‫ش‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ع‬ ْ‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬
ِ‫ين‬ِ‫الد‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ن‬ْ‫ه‬َّ‫ق‬َ‫ف‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ُ‫ء‬‫ا‬َ‫ي‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬ُ‫ع‬َ‫ن‬ْ‫م‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬ُ‫ك‬َ‫ي‬ ْ‫م‬َ‫ل‬ ِ‫ار‬َ‫ص‬ْ‫ن‬َ ْ
‫اْل‬ ُ‫ء‬‫ا‬َ‫س‬ِ‫ن‬ ُ‫ء‬‫ا‬َ‫س‬ِ‫الن‬ َ‫م‬ْ‫ع‬ِ‫ن‬
2. Sunan Abi Dawud, Bab Ightisal Minal Haid, No: 316
ْ‫ن‬َ‫ع‬ ،َ‫ة‬َ‫ب‬ْ‫ع‬ُ‫ش‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ،‫ي‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ر‬َ‫ب‬ْ‫خ‬َ‫أ‬ ،ُّ‫ي‬ ِ‫ر‬َ‫ب‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ٍ‫ذ‬‫ا‬َ‫ع‬ُ‫م‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ِ َّ‫اَّلل‬ ُ‫د‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ُ‫ع‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬
َّ‫ن‬َ‫أ‬ ،َ‫ة‬َ‫ش‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ،َ‫ة‬َ‫ب‬ْ‫ي‬َ‫ش‬ ِ‫ت‬ْ‫ن‬ِ‫ب‬ َ‫ة‬َّ‫ي‬ِ‫ف‬َ‫ص‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ، ٍ‫ر‬ ِ‫اج‬َ‫ه‬ُ‫م‬ َ‫ْن‬‫ب‬‫ا‬ ‫ي‬ِ‫ن‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ َ‫م‬‫ي‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ْر‬‫ب‬ِ‫إ‬
:َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ُ‫ه‬‫َا‬‫ن‬ْ‫ع‬َ‫م‬ِ‫ب‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ َّ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ ِ‫ت‬َ‫ل‬َ‫أ‬َ‫س‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫س‬َ‫أ‬
«
ً‫ة‬َ‫ك‬َّ‫س‬َ‫م‬ُ‫م‬ ً‫ة‬َ‫ص‬ ْ‫ر‬ِ‫ف‬
.»
:َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬ ُ‫ر‬َّ‫ه‬َ‫ط‬َ‫ت‬َ‫أ‬ َ‫ْف‬‫ي‬َ‫ك‬ :ْ‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬
«
ِ َّ‫اَّلل‬ َ‫ان‬َ‫ح‬ْ‫ب‬ُ‫س‬
‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬ ‫ي‬ ِ‫ر‬َّ‫ه‬َ‫ط‬َ‫ت‬
ٍ‫ب‬ ْ‫و‬َ‫ث‬ِ‫ب‬ ‫ي‬ ِ‫ر‬ِ‫ت‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬ َ‫و‬
»
:َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ِ‫ة‬َ‫ب‬‫َا‬‫ن‬َ‫ج‬‫ال‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫غ‬ْ‫ل‬‫ا‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫ه‬ْ‫ت‬َ‫ل‬َ‫أ‬َ‫س‬ َ‫و‬ َ‫د‬‫ا‬َ‫ز‬ َ‫و‬ ،
«
ِ‫ك‬ِ‫س‬ْ‫أ‬َ‫ر‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ين‬ِ‫ب‬ُ‫ص‬َ‫ت‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ،ُ‫ه‬َ‫غ‬َ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫أ‬ َ‫و‬ ِ‫ور‬ُ‫ه‬ُّ‫ط‬‫ال‬ َ‫ن‬َ‫س‬ْ‫ح‬َ‫أ‬ َ‫ين‬ ِ‫ر‬َّ‫ه‬َّ‫ط‬َ‫ت‬َ‫ف‬ ِ‫ك‬َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬ُ‫خ‬ْ‫أ‬َ‫ت‬
ُ‫ؤ‬ُ‫ش‬ َ‫غ‬ُ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ي‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ ُ‫ه‬َ‫ن‬‫ي‬ِ‫ك‬ُ‫ل‬ْ‫د‬َ‫ت‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ،َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬
َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ْك‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ين‬ ِ
‫يض‬ِ‫ف‬ُ‫ت‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ،ِ‫ك‬ِ‫س‬ْ‫أ‬َ‫ر‬ َ‫ون‬
»
:ُ‫ة‬َ‫ش‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ع‬ ْ‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ َ‫و‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬
«
َّ‫ن‬ُ‫ه‬ُ‫ع‬َ‫ن‬ْ‫م‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬ُ‫ك‬َ‫ي‬ ْ‫م‬َ‫ل‬ ِ‫ار‬َ‫ص‬ْ‫ن‬َ ْ
‫اْل‬ ُ‫ء‬‫ا‬َ‫س‬ِ‫ن‬ ُ‫ء‬‫ا‬َ‫س‬ِ‫الن‬ َ‫م‬ْ‫ع‬ِ‫ن‬
ِ‫ه‬‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ن‬ْ‫ه‬َّ‫ق‬َ‫ف‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬ ،ِ‫ين‬ِ‫الد‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫ن‬ْ‫ل‬َ‫أ‬ْ‫س‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ُ‫ء‬‫ا‬َ‫ي‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬
3. Shohih Ibni Khuzaimah, Bab Ightisalil Mar’ah Minal Jinabah, No: 248
َّ‫ل‬َ‫ص‬ َّ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ ِ‫ت‬ْ‫ل‬َ‫أ‬َ‫س‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫س‬َ‫أ‬ َّ‫ن‬َ‫أ‬ ،َ‫ة‬َ‫ش‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ،ُ‫ث‬ِ‫د‬َ‫ح‬ُ‫ت‬ َ‫ة‬َّ‫ي‬ِ‫ف‬َ‫ص‬ ُ‫ت‬ْ‫ع‬ِ‫م‬َ‫س‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ٍ‫ر‬ ِ‫اج‬َ‫ه‬ُ‫م‬ ِ‫ْن‬‫ب‬ َ‫م‬‫ي‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ْر‬‫ب‬ِ‫إ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬
، ِ
‫يض‬ ِ‫ح‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫غ‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬
ِ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫ه‬ُ‫ت‬ْ‫ل‬َ‫أ‬َ‫س‬ َ‫و‬ ،ِ‫ث‬‫ي‬ِ‫د‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ َ‫ر‬َ‫ك‬َ‫ذ‬َ‫ف‬
:َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ِ‫ة‬َ‫ب‬‫َا‬‫ن‬َ‫ج‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫غ‬ْ‫ل‬‫ا‬
«
‫ا‬َ‫ه‬ِ‫س‬ْ‫أ‬َ‫ر‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُّ‫ب‬ُ‫ص‬َ‫ت‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ،َ‫ور‬ُ‫ه‬ُّ‫ط‬‫ال‬ ُ‫ن‬ِ‫س‬ْ‫ح‬ُ‫ت‬َ‫ف‬ َ‫ر‬ُ‫ه‬ْ‫ط‬َ‫ت‬َ‫ف‬ ‫َا‬‫ه‬َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ َّ‫ن‬ُ‫ك‬‫ا‬َ‫د‬ْ‫ح‬ِ‫إ‬ ُ‫ذ‬ُ‫خ‬ْ‫أ‬َ‫ت‬
‫ا‬َ‫ه‬ِ‫س‬ْ‫أ‬َ‫ر‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫يض‬ِ‫ف‬ُ‫ت‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ،‫ا‬َ‫ه‬ِ‫س‬ْ‫أ‬َ‫ر‬ َ‫ون‬ُ‫ؤ‬ُ‫ش‬ َ‫غ‬ُ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ي‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ ُ‫ه‬ُ‫ك‬ُ‫ل‬ْ‫د‬َ‫ت‬َ‫ف‬
»
:ُ‫ة‬َ‫ش‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ع‬ ْ‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬
«
ْ‫ع‬ِ‫ن‬
َ‫ن‬ْ‫ه‬َّ‫ق‬َ‫ف‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ُ‫ء‬‫ا‬َ‫ي‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬ْ‫ع‬َ‫ن‬ْ‫م‬َ‫ي‬ ْ‫م‬َ‫ل‬ ِ‫ار‬َ‫ص‬ْ‫ن‬َ ْ
‫اْل‬ ُ‫ء‬‫ا‬َ‫س‬ِ‫ن‬ ُ‫ء‬‫ا‬َ‫س‬ِ‫الن‬ َ‫م‬
ِ‫ين‬ِ‫الد‬ ‫ي‬ِ‫ف‬
Syarah hadits:
Hadits diatas bisa akita tarik kesimpulan bahwa:
1. Peserta didik tidak boleh memiliki sifat malu, tidak menjadikan malu sebagai penghalang
antara dirinya dengan ilmu.
2. Peserta didik haruslah aktif dalam bertanya aka napa yang tidak dia ketahui.
3. Perempuan boleh keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu.
4. Peserta didik harus bertanya dan mengkaji ilmu pada orang yang tepat.
5. Peserta didik hendaknya diam dan tenang saat belajar, karena dapat mangurangi ketenangan
dan mengganggu konsentrasi guru.
Pemahaman Hadits lain berkaitan dengan Peserta Didik
Jika ditelusuri dengan baik, hadits yang berkaitan atau memiliki hubungan dengan peserta didik
dari semua aspek yang bersentuhan dengannya sangat banyak dijumpai dalam beberapa kitab hadits
yang otoritasnya diakui, seperti halnya kutub Al-Tis’ah. Penjelasan hadits tersebut memiliki redaksi
yang berbeda-beda, sehingga harus ada ketelitian bagi yang menelusurinya. Oleh karena itu, makanya
penulis merasa agak kesulitan untuk mendeteksi secara pasti berapa jumlah hadits yang berkaitan
dengan peserta didik secara umum, baik dari kecerdasannya maupun karakteristiknya ketika
melakukan proses belajar mengajar atau menuntut ilmu pengetahuan.
Demikian penting seorang peserta didik, maka begitu banyak hadits-hadits yang berkenaan dengan
keutamaan, karakteristik serta syarat yang dimiliki peserta didik diantaranya :
11
1. Terhindar Dari Kutukan Allah.
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya
dunia dan isinya terkutuk, kecuali Dzikrullah dan hal-hal terkait dengannya, alim (guru), dan
peserta didik”. Dari hadits di atas jelaslah bahwa salah satu yang tidak terhindar dari kutukan
Allah adalah peserta didik, hal ini karena peserta didik merupakan sosok yang sedang mencari
kebenaran yaitu dengan menuntut ilmu, sehingga ketika pendidik telah memiliki ilmu
derajatnya akan diangkat oleh Allah swt. Sebagai pendidik harus bisa memahami dan
menghargai keutamaan pada peserta didik tersebut, agar terjadinya dalam proses pembelajaran
rasa saling menghargai, menghormati serta saling menyayangi.
2. Menempati Posisi Terbaik.
Dari Abi Umamah, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : “Hendaklah kamu ambil ilmu ini,
Orang alim (pendidik) dan muta'allim (peserta didik) berserikat dalam pahala dan tidak ada
manusia yang lebih baik dari padanya”. Dalam hadits tersebut, dapat dipahami bahwa pendidik
dan peserta didik merupakan manusia yang lebih baik. Hal ini perlu diperhatikan oleh pendidik
agar tidak terjadinya otoriter dalam mengajar, serta guru merasa lebih sombong di depan peserta
didiknya. Terdapat juga dalam hadits lain yaitu : Usman Ibn Affan berkata, Rasulullah saw
Bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling utama di antara kamu adalah orang yang
mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”. Hadits ini menjelaskan orang yang paling
utama adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.
3. Peserta Didik Harus Ikhlas.
Dari Mu'az ibn Jabal, Rasulullah saw bersabda : “Siapa yang menuntut ilmu karena ingin
merasa bangga sebagai ulama, menipu orang bodoh di majelis tidak akan mencium aroma
surga”. Dari Malik, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah saw bersabda : “Siapa yang
menuntut ilmu karena ingin bangga sebagai alim atau menipu orang-orang bodoh atau
menarik perhatian orang, Allah swt akan memasukkannya ke dalam neraka”. Dari dua hadits
itu dapat dipahami bahwa, begitu pentingnya keikhlasan yang harus dimiliki oleh peserta didik,
sehingga pada hadits pertama menyebutkan peserta didik yang tidak ikhlas dalam menuntut
ilmu tidak akan mencium aroma surga dan pada hadits kedua dia akan di masukkan ke dalam
api neraka.
4. Menghormati Guru.
Guru merupakan orang tua kedua setelah yang melahirkan kita, karena dialah yang mendidik
kita dengan penuh kesabaran sehingga kita menjadi orang yang berilmu, maka sebagai peserta
didik haruslah menghargai dan menghormati pendidiknya. Keharusan menghormati pendidik
tersebut tergambar dalam hadits Rasulullah saw yaitu : Ubadah Ibn Samit meriwayatkan bahwa
12
Rasulullah saw bersabda : “Tidaklah termasuk umatku orang yang tidak memuliakan orang-
orang dewasa, tidak menyayangi yang kecil dan tidak mengenal hak-hak orang alim (guru)”.
Peserta didik harus menghormati pendidiknya, sehingga Rasulullah saw mengatakan bahwa
peserta didik yang tidak menghargai dan menghormati pendidiknya bukanlah umatnya.
5. Memiliki Potensi.
Semua manusia di lahirkan dalam keadaan fitrah yaitu suci, sebagian ulama mengatakan bahwa
fitrah tersebut adalah potensi beragama. Sebagaimana hadits Rasulullah saw yang berbunyi :
Abi Hurairah r.a meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda : “Setiap anak dilahirkan menurut
fitrah (potensi beragama Islam). Selanjutnya, kedua orang tuanyalah yang membelokkannya
menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi bagaikan binatang melahirkan binatang, apakah kamu
melihat kekurangan padanya?”
6. Memiliki Kemuliaan (Martabat).
Sehubungan dengan ini ditemukan hadits antara lain : Dari Anas, saya mendengarkan
Rasulullah saw bersabda : “Muliakanlah anak-anakmu dan baguskanlah pendidikannya”.
Hadits tersebut memang perintah kepada orang tua untuk memuliakan dan mendidik anaknya
dengan bagus, akan tetapi dapat juga kita pahami dari hadits tersebut tertuju kepada peserta
didik, di mana seorang peserta didik harus memiliki kemulian atau martabat. Adapun di antara
membaguskan pendidikan anak pada hadits di atas menurut hemat penulis yaitu : memberikan
pemahaman-pemahaman kepada anak, memberikan teladan, memilihkan lembaga pendidikan
yang baik bagi perkembangan anaknya serta memilihkan teman sebaya yang tidak akan
menjerumuskan anaknya pada jalan yang tidak baik.
7. Memiliki Kesamaan Derajat.
Adapun kesamaan derajat yang di maksud di sini adalah tidak adanya perbedaan antara jenis
kelamin, perbedaan suku, warna kulit dan lain-lain dalam menuntut ilmu. Setiap manusia sama
hanya saja perbedaannya pada tingkat ketaqwaannya. Sebagaimana hadits Rasulullah saw yaitu
Jabir Ibn Abdullah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw berkhutbah di depan kami pada
pertengahan hari tasyri', beliau bersabda : “Wahai manusia ! Ketahuilah sesungguhnya
Tuhanmu Esa, nenek moyangmu satu. Ketahuilah bahwa tidak ada kelebihan bagi orang Arab
dari orang non Arab, tidak pula ada kelebihan orang non Arab dari orang Arab, tidak ada
kelebihan orang yang berkulit merah dari yang berkulit hitam dan tidak pula sebaliknya,
kecuali karena taqwanya”.
8. Memiliki Perbedaan Kecerdasan.
13
Diriwayatkan dari Abu Musa r.a, bahwa Rasulullah saw pernah berkata : “Sesungguhnya
perumpamaan hidayah (petunjuk) dan ilmu Allah swt, yang menjadikan aku sebagai utusan itu
seperti hujan yang turun ke Bumi. Di antara bumi itu terdapat sebidang tanah subur yang
menyerap air dan sebidang tanah itu rumput hijau tumbuh subur. Ada juga sebidang tanah
yang tidak menumbuhkan apa-apa, walaupun tanah itu penuh dengan air. Padahal Allah swt,
menurunkan air itu agar manusia dapat meminumnya, menghilangkan rasa haus dan
menanam. Ada juga sekelompok orang yang mempunyai tanah gersang yang tidak ada air dan
tidak tumbuh apa pun di tanah itu. Gambaran tersebut seperti orang yang mempunyai ilmu
agama Allah swt dan mau memanfaatkan sesuatu yang telah menyebabkan aku diutus oleh
Allah swt, kemudian orang itu mempelajari dan mengerjakannya. Seperti orang yang
sedikitpun tidak tertarik dengan apa yang telah menyebabkan aku diutus oleh Allah swt, Ia
tidak mendapat petunjuk dari Allah swt yang karenanya aku menjadi utusan-Nya”. Hadits ini
menggambarkan perbedaan antara manusia dalam kemampuan belajar, memahami dan
mengingatnya. Menurut Muhammad Usman Najati, ketiga kemampuan ini tergolong dalam
pengertian intelektualitas.
Berdasarkan hadits ini maka dapat dipahami bahwa intelektualitas manusia dapat
dikualifikasikan dalam tiga golongan yaitu : seperti tanah subur, yang berarti orang dalam
golongan ini mampu belajar, menghafal dan mengajarkan ilmu yang ia miliki kepada orang
lain. Seperti tanah gersang, yang berarti orang dalam golongan ini mampu menjaga dan
mengajarkannya kepada orang lain, tetapi ilmu yang dia miliki tidak bermanfaat pada dirinya
sendiri. Seperti tanah tandus, orang dalam golongan ini tidak tertarik, apalagi menghafal dan
mengajarkan kepada orang lain. Dengan demikian sebagai seorang pendidik memang harus
bisa memahami perbedaan kecerdasaan peserta didik, sehingga pendidik dapat memilih
metode, pendekatan dan media yang tepat sehingga semua peserta didik dapat mencerna materi
pelajaran dengan baik. Hal ini dapat dilakukan oleh pendidik dengan mengaplikasikan metode
pembelajaran yang bervariasi dan media yang beragam.
9. Memiliki Perbedaan Emosional.
Dari Abi Sa'id Al-Khudriy ia berkata, Rasulullah saw bersabda : “Ingatlah, di antara anak Nabi
Adam AS itu ada yang lambat marah dan cepat terkendali. Ada pula yang cepat marah dan
cepat pula terkendali. Ingatlah, di antara anak Nabi Adam AS itu ada yang cepat marah dan
lambat terkendali. Ingatlah, sebaik-baik mereka ialah yang lambat marahnya dan cepat
terkendalinya. Ingatlah, seburuk-buruk anak Nabi Adam ialah yang cepat marahnya dan
lambat terkendalinya”. Berdasarkan hadits tersebut, Muhammad Usman Najasi
mengelompokkan tingkat emosi kemarahan manusia ke dalam tiga tingkatan.
14
 Pertama, orang yang emosi kemarahannya lambat, jarang mengekspresikan
kemarahannya, kalaupun marah ia akancepat mengendalikan emosi kemarahannya.Orang
semacam ini dikategorikan sebagai manusia yang sangat mulia.
 Kedua, orang yang emosi kemarahannya terlalu cepat tetapi ia juga cepat
mengendalikannya.
 Ketiga, orang yang emosi kemarahannya terlalu cepat muncul, dia sulit mengendalikannya
kecuali dalam waktu yang lama. Orang semacam inilah dikategorikan sebagai manusia
yang paling buruk.
Metode penelitian berupa Living Hadits atau Library Research
15
Penutup
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
 Peserta didik adalah setiap orang yang meluangkan waktunya untuk belajar kepada seorang
pendidik. Peserta didik adalah orang yang berada dalam fase pertumbuhan dan
perkembangan, baik secara fisik maupun psikis. Dengan demikian ia tidak bisa disamakan
dengan orang dewasa yang berukuran kecil karena mempunyai spesifikasi tersendiri.
 Peserta didik hendaknya bersungguh-sungguh atau tekun dalam mencari ilmu baik ilmu
agama maupun ilmu umum. Apabila peserta didik telah mendapatkan ilmu, maka
hendaknya ilmu tersebut dipergunakannya dengan baik dan diajarkannya kepada orang
lain. Dari uraian hadits diatas, untuk mewujudkan peserta didik yang berkualitas
berdasarkan tinjauan hadits dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Rasulullah saw, menjelaskan bahwa ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar.
2. Peserta didik diperbolehkan iri hati kepada orang lain yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas,
sebagai cambuk untuk rakus dalam menuntut ilmu pengetahuan.
3. Peserta didik hendaknya selalu menghafal dan mengulangi pelajarannya, sehingga betul-betul
menguasai materi yang telah disampaikan oleh pendidik.
4. Peserta didik yang hadir menuntut ilmu tidak boleh kikir, untuk menyampaikan ilmu kepada
orang-orang yang tidak hadir.
5. Peserta didik hendaknya menuliskan ilmu yang disampaikan oleh pendidik, sehingga terjaga.
6. Peserta didik hendaknya menyadari bahwa dalam menuntut ilmu tersebut, ia berada dalam ridha
Allah swt dan mempermudah baginya jalan menuju surga.
7. Peserta didik hendaknya berniat untuk mengajarkan ilmu yang diperolehnya untuk disebarkan dan
diajarkan kepada orang lain agar bermanfaat bagi dirinya serta bagi orang lain.
8. Peserta didik tidak boleh malu belajar, karena orang yang malu dan sombong tidak akan dapat
mempelajari ilmu agama.
9. Peserta didik hendaknya diam dan tenang, tidak ribut pada saat belajar.
16
Daftar Pustaka
(Beirut : Darul Fikr, t.t.). -----, Sahih Muslim Bi-Syarh Al-Nawawi, (Beirut : Dar Al-Fikr, 1981).
1982.
1991.
Hamd, Ibrahim, Muhammad. Maal Muallimîn, terj. Ahmad Syaikhu. Jakarta : Dârul Haq,
2002.
Abdul Aziz Al-Qussy. 1974. Pokok-Pokok Kesehatan Jiwa Mental I. Jakarta : Bulan Bintang.
Widodo Supriyono. 1996. Filsafat Manusia dalam Islam, Reformasi Filsafat Pendidikan
Abudin Nata. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Logos.
Ahmad bin Hanbal, Abu ‘Abd Al-Lah Al-Syaibani, Musnad Al-Imam Ahmad bin Hanbal,
(Beirut : Dar Sadir, t.t.) .
Ahmad Tafsir. 1999. Hadits Tarbawi. Bandung: Program Pascasarjana IAIN Sunan Gunung
Al Kutub At-Tis’ah. 2000. Sembilan Kitab Hadits, CD Room, Windiows 98-2000-ME.
Al-‘Aini, Abu Muhammad Mahmud bin Ahmad Badr Al-Din, Al-Syaikh, Al-Imam, Al-
‘Allamah,‘Umdat Al-Qari Syarh Sahih Al-Bukhari, (Beirut : Dar Ihya’ Turas Al-‘Arabi, t.t.) .
Al-Bukhari, Abu ‘Abd Al-Lah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin
Bardzibah Al-Ju’fi, Al-Imam, Sahih Al-Bukhari, (t.p. : Dar Al-Fikr, 1994).
Al-Hakim, Abu ‘Abd Al-Lah Muhammad bin ‘Abd Al-Lah Al-Naisa buri, Al-Hafiz, Al-
Mustadrak ‘Ala Al-Shahihain, (Beirut : Maktabul Mathbu’at Al-Islamiyyah, t.t.).
Al-Khatib, Muhammad ‘Ajjaj, Usul Al-Hadits : ‘Ulumuhu Wa Mustalahuhu, (Beirut : Dar Al-
Fikr, 1989).
Al-Nawawi, Muhy Al-Din Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf, Al-Majmu’ Syarhul Muhazzab,
Al-Zahabi, Abu ‘Abd Al-Lah Muhammad bin Ahmad, Mizan Al-I’tidal fi Naqdir Rijal (Beirut :
Dar Al-Ma’rifah, t.t.) .
Al-Zuhaily, Wahbah, Fiqh Imam Syafi’I : Mengupas Masalah Fiqhiyah Berdasarkan Al-Qur’an
dan Hadits, terj. Muhammad Afifi dan Abdul Hafiz, (Jakarta : Al-Mahira, 2010).
Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara, 1996.
17
Ash-Shiddieqiy, M. Hasby, Koleksi Hadits-Hadits Hukum, (Semarang : Pustaka Rizki Utama,
2011).
Asqalani, Ahmad Ibn Ali Ibn Hajar Abu Al-Fadhil. Fathul Bari Syarah Shahih Al-Bukhari.
Badawi, A. Zaki, Mu’jam Musthalahat Al-‘Ulum Al-Ijtima’iyat, Beirut : Maktabah Libnan,
Baihaqi, H., Mendidik Anak Dalam Kandungan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996.
Beirut : Daral-Ma’rifah, 1379.
Dâud. Beirut : Dâral-Kutub Al-’Ilmiyah, cet 1, 1401 H.
Djati Bandung.
Grendler, Bell E. Margaret. Belajar dan Membelajarkan, terj. Munandir. Jakarta : Rajawali,
H. Bukhari, Abu Abdullah bin Muhammad Ismail Al-Jami’ Al-Shahih Al-Mukhtasar, Juz 1.
Beirut : Dar Ibnu Katsir Al-Yamamah, 198.
Hasan, A. Qadir, Ilmu Musthalah Hadits, (Bandung : Diponegoro, 1994).
Ibnu Abu Hatim, Abu Muhammad ‘Abd Al-Rahman bin Abu Hatim Muhammad bin Idris bin
Al-Munzir Al-Razi, Al-Imam, Al-Hafiz, Syaikh Al-Islam, Al-Jarhu Wa Al-Ta’dil, (Beirut : Dar Al-
Kutub Al-‘Ilmiyyah, 1952).
Ibnu Hajar, Abul Fadil Ahmad bin ‘Ali Al-‘Asqalani, Fath Al-Bari, (Beirut : Dar Al-Fikr, tt). -
----, Tahzib Al-Tahzib, (India : Dairah Al-Ma’arif, 1366 H). -----, Taqrib Al-Tahdzib, (t.p : Dar al-
Fikr, 1995).
Ibnu Majah, Abu ‘Abd Al-Lah Muhammad bin Yazid Al-Qazwaini, Sunan Ibn Majah, (t.p. : Dar
Al-Fikr, t.t.).
Imam Nawawi. 2001. Syarah Hadits Arbain. Yogyakarta : Media Hidayah.
Islam. Yogyakarta : Pustaka pelajar.
Lathîb, Muhammad Syamsy Al-Hâq Al-’Azhîm ‘Abadi. ‘Aunu Al-Ma’būd Syarh Sunan Abi
Moh. Uzer Usman. 1990. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaha Rosdakarya.
Muslim, Abu Al-Husain Muslim bin Hajjaj Al-Qusyairi Al-Naisaburi, Al-Jami’ Al-Sahih,
(Beirut : Dar al-Fikr, 1994).
Persada.
Ramaliyus. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia. Departeman Agama RI.
1992. Al-Qur’an dan Terjemahannya.
Rogger J. Havigurst. 1964. Society and Education. Boston : Allyn & Bacon.
Sardiman AM. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Suatari Eman Barnadib. 1989. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta : Budi
Offset.
18
Zakiah Darajat. 1994. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta : Ruhama.
Miska Muhammad Amin. 1983. Epistemologi Islam. Jakarta : Penerbit UI.

More Related Content

What's hot

Pengertian akhlak dan tasawuf
Pengertian akhlak dan tasawufPengertian akhlak dan tasawuf
Pengertian akhlak dan tasawuf
Abu Rijal
 
Metode pendidikan islam surat ibrahim ayat 24 27
Metode pendidikan islam surat ibrahim ayat 24 27Metode pendidikan islam surat ibrahim ayat 24 27
Metode pendidikan islam surat ibrahim ayat 24 27
Adeng Supriatna
 
Tasyri' syiah khawarij
Tasyri' syiah khawarijTasyri' syiah khawarij
Tasyri' syiah khawarij
Marhamah Saleh
 

What's hot (20)

Kurikulum pendidikan islam
Kurikulum pendidikan islamKurikulum pendidikan islam
Kurikulum pendidikan islam
 
Aqidah Ahli Sunnah Wal Jamaah
Aqidah Ahli Sunnah Wal JamaahAqidah Ahli Sunnah Wal Jamaah
Aqidah Ahli Sunnah Wal Jamaah
 
Pengertian akhlak dan tasawuf
Pengertian akhlak dan tasawufPengertian akhlak dan tasawuf
Pengertian akhlak dan tasawuf
 
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARITAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
 
Ta'lim Mutaalim - Bab 1 - Hakikat Ilmu, Fiqih dan Keutamaannya - Bagian 2
Ta'lim Mutaalim - Bab 1 - Hakikat Ilmu, Fiqih dan Keutamaannya - Bagian 2Ta'lim Mutaalim - Bab 1 - Hakikat Ilmu, Fiqih dan Keutamaannya - Bagian 2
Ta'lim Mutaalim - Bab 1 - Hakikat Ilmu, Fiqih dan Keutamaannya - Bagian 2
 
zawil arham
zawil arhamzawil arham
zawil arham
 
KD 5 - Komponen Pendidikan Islam
KD 5 - Komponen Pendidikan IslamKD 5 - Komponen Pendidikan Islam
KD 5 - Komponen Pendidikan Islam
 
KD 2 - Ruang Lingkup, Fungsi dan Metode pendidikan islam
KD 2 - Ruang Lingkup, Fungsi dan Metode pendidikan islamKD 2 - Ruang Lingkup, Fungsi dan Metode pendidikan islam
KD 2 - Ruang Lingkup, Fungsi dan Metode pendidikan islam
 
Tafsir surah al kahfi
Tafsir surah al kahfiTafsir surah al kahfi
Tafsir surah al kahfi
 
Proposal ptk ddy
Proposal ptk ddyProposal ptk ddy
Proposal ptk ddy
 
RPS/Rencana Pembelajaran Semester Hadist Tarbawi
RPS/Rencana Pembelajaran Semester Hadist TarbawiRPS/Rencana Pembelajaran Semester Hadist Tarbawi
RPS/Rencana Pembelajaran Semester Hadist Tarbawi
 
Imam Bukhari
Imam BukhariImam Bukhari
Imam Bukhari
 
Metode pendidikan islam surat ibrahim ayat 24 27
Metode pendidikan islam surat ibrahim ayat 24 27Metode pendidikan islam surat ibrahim ayat 24 27
Metode pendidikan islam surat ibrahim ayat 24 27
 
Ajaran Syiah
Ajaran SyiahAjaran Syiah
Ajaran Syiah
 
Pendidik dan Peserta Didik dalam Islam
Pendidik dan Peserta Didik dalam IslamPendidik dan Peserta Didik dalam Islam
Pendidik dan Peserta Didik dalam Islam
 
Ulum hadis - Pengenalan
Ulum hadis - PengenalanUlum hadis - Pengenalan
Ulum hadis - Pengenalan
 
KURIKULUM AL FARABI
KURIKULUM AL FARABIKURIKULUM AL FARABI
KURIKULUM AL FARABI
 
Tasyri' syiah khawarij
Tasyri' syiah khawarijTasyri' syiah khawarij
Tasyri' syiah khawarij
 
Konsep Pendidikan Islam
Konsep Pendidikan Islam Konsep Pendidikan Islam
Konsep Pendidikan Islam
 
Konsep Syahadah
Konsep SyahadahKonsep Syahadah
Konsep Syahadah
 

Similar to JURNAL_HADITS_TARBAWI_KELOMPOK_8 asli.docx

Kelompok 1 spai pend. geografi jurnal
Kelompok 1 spai pend. geografi jurnalKelompok 1 spai pend. geografi jurnal
Kelompok 1 spai pend. geografi jurnal
Ricky Ramadhan
 
Adab adab menuntut ilmu
Adab adab menuntut ilmuAdab adab menuntut ilmu
Adab adab menuntut ilmu
ozaiton
 

Similar to JURNAL_HADITS_TARBAWI_KELOMPOK_8 asli.docx (20)

Tugasan Projek Akhir Falsafah Pendidikan Islam
Tugasan Projek Akhir Falsafah Pendidikan IslamTugasan Projek Akhir Falsafah Pendidikan Islam
Tugasan Projek Akhir Falsafah Pendidikan Islam
 
Keawajian menuntut ilmu
Keawajian menuntut ilmuKeawajian menuntut ilmu
Keawajian menuntut ilmu
 
Kacamata prestasi
Kacamata prestasiKacamata prestasi
Kacamata prestasi
 
Modul hadis tarbawy
Modul hadis tarbawyModul hadis tarbawy
Modul hadis tarbawy
 
kewajiban belajar sudah di takhrij hadist-1.docx
kewajiban belajar sudah di takhrij hadist-1.docxkewajiban belajar sudah di takhrij hadist-1.docx
kewajiban belajar sudah di takhrij hadist-1.docx
 
kewajiban belajar sudah di takhrij hadist-1.docx
kewajiban belajar sudah di takhrij hadist-1.docxkewajiban belajar sudah di takhrij hadist-1.docx
kewajiban belajar sudah di takhrij hadist-1.docx
 
Hadist Pendekatan Pendidikan Islam.docx
Hadist Pendekatan Pendidikan Islam.docxHadist Pendekatan Pendidikan Islam.docx
Hadist Pendekatan Pendidikan Islam.docx
 
MAKALAH AIK V_KELOMPOK 3.docx
MAKALAH AIK V_KELOMPOK 3.docxMAKALAH AIK V_KELOMPOK 3.docx
MAKALAH AIK V_KELOMPOK 3.docx
 
Hadist Pendekatan Pendidikan Islam.pdf
Hadist Pendekatan Pendidikan Islam.pdfHadist Pendekatan Pendidikan Islam.pdf
Hadist Pendekatan Pendidikan Islam.pdf
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Makalah Pendidikan Agama Islam
Makalah Pendidikan Agama IslamMakalah Pendidikan Agama Islam
Makalah Pendidikan Agama Islam
 
Modul 13 kb 1
Modul 13 kb 1Modul 13 kb 1
Modul 13 kb 1
 
Kelompok 1 spai pend. geografi jurnal
Kelompok 1 spai pend. geografi jurnalKelompok 1 spai pend. geografi jurnal
Kelompok 1 spai pend. geografi jurnal
 
Adab adab menuntut ilmu
Adab adab menuntut ilmuAdab adab menuntut ilmu
Adab adab menuntut ilmu
 
ISLAM DAN PENDIDIKAN
ISLAM DAN PENDIDIKANISLAM DAN PENDIDIKAN
ISLAM DAN PENDIDIKAN
 
Isi Makalah Akhlak Sarjana Muslim
Isi Makalah Akhlak Sarjana MuslimIsi Makalah Akhlak Sarjana Muslim
Isi Makalah Akhlak Sarjana Muslim
 
Ipi
IpiIpi
Ipi
 
Mkalah Hadist tarbawi kelompok 2
Mkalah Hadist tarbawi kelompok 2Mkalah Hadist tarbawi kelompok 2
Mkalah Hadist tarbawi kelompok 2
 
Keutamaan menuntut ilmu
Keutamaan menuntut ilmuKeutamaan menuntut ilmu
Keutamaan menuntut ilmu
 
PPT.KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM.pptx
PPT.KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM.pptxPPT.KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM.pptx
PPT.KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM.pptx
 

Recently uploaded

.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
furqanridha
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
FitriaSarmida1
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
subki124
 

Recently uploaded (20)

PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Teks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugas
Teks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugasTeks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugas
Teks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugas
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerakMateri Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
Materi Modul 1.4_Fitriani Program guru penggerak
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 

JURNAL_HADITS_TARBAWI_KELOMPOK_8 asli.docx

  • 1. 1 J U R N A L HADITS TARBAWI PESERTA DIDIK PERSPEKTIF HADITS Dosen Pengampu : Dr. H. Syarifatul Marwiyah, M. Pd JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM AL-FALAH ASSUNNIYYAH KENCONG JEMBER TAHUN AKADEMIK : 2021/2022 Disusun Oleh : 1. FARHAN MAULANA IKHSAN (2144012792) 2. M. MASRUKHIN UBAIDILLAH (2144012857) 3. FATHUR ROSYID (2144012852) 4. AGUS SHOLIHIN (2144012844) 5. NATIJATUL ROHMAH (2144012815) 6. ARDIYATUL MATLUBAH (2144012848)
  • 2. 2 PESERTA DIDIK DALAM PERSPEKTIF HADITS Abstrak Artikel ini mengkaji santri dalam perspektif hadits. Hadits memberikan gambaran tentang pembelajar yang ideal guna mencapai tujuan pendidikan yang di harapkan menjadi ulama’ yang basthotan fi ‘ilmi dan basthotan fi rizqi. Pendidik, peserta didik dan tujuan pendidikan memiliki keterkaitan antar komponen satu dengan komponen lainnya, sehingga proses pendidikan harus merupakan perpaduan yang integral dan serasi untuk menghasilkan pendidikan yang ideal. Oleh karena itu, pendidikan harus menyampaikan kata kunci : siswa, perspektif hadits. Hadits sebagai kitab rujukan bagi manusia, banyak memberikan gambaran tentang proses pendidikan yang terjadi antara pendidik dan peserta didik. Oleh karena itu memahami keberadaan peserta didik dari isyarat hadits diperlukan untuk mencari format pendidikan bagi peserta didik sesuai dengan sumber tersebut. Sehingga dalam proses pendidikan akan tercipta keselarasan antara komponen pendidikan dalam upaya mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam upaya mencari format tersebut, maka perlu dipahami bagaimana pandangan hadits mengenai peserta didik. Rasulullah SAW, sangat memberikan perhatian terhadap pengembangan ilmu pengetahuan. Sehingga ditemukan banyak hadits-hadits Rasulullah SAW yang membicarakan tentang mencari ilmu pengetahuan.
  • 3. 3 BAB I PENADHULUAN A. Latar Belakang Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003, dijelaskan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Abidin nata mengatakan, bahwa peserta didik diartikan dengan orang yang telah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan. Manusia sejak dalam rahim ibu sampai meninggal dunia mengalami proses tumbuh dan berkembang tahap demi tahap. Begitu pula kejadian alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan dalam proses setingkat demi setingkat. Tidak ada satu makhluk ciptaan Tuhan di atas dunia ini dapat mencapai kesempurnaan dan kematangan hidup tanpa melalui proses. Demikian pula pendidikan sebagai salah satu usaha untuk membina dan mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia. Pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas. Pendidikan tidak hanya terbatas pada usaha mengembangkan intelektualitas manusia, melainkan juga mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia untuk menjadi yang sempurna.
  • 4. 4 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian peserta Didik  Definisi Peserta Didik Secara etimologi peserta didik dalam bahasa arab disebut dengan Tilmidz jamaknya adalah Talamidz, yang artinya adalah “murid”, maksudnya adalah “orang-orang yang mengingini pendidikan”. Dalam bahasa arab dikenal juga dengan istilah Thalib, jamaknya adalah Thullab, yang artinya adalah “mencari”, maksudnya adalah “orang-orang yang mencari ilmu”.1 Ini sesuai dengan sabda Rasulullah Saw: “Siapa yang menuntut ilmu dan mendapatkannya, maka Allah mencatat baginya dua bagian”. (HR. Thabrani) Peserta didik secara terminologi adalah orang yang menuntut ilmu di lembaga pendidikan, bisa disebut sebagai murid, santri ataupun mahasiswa. Dilihat dari segi kedudukannya, anak didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah optimal kemampuan fitrahnya. Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003, dijelaskan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Abidin nata mengatakan, bahwa peserta didik diartikan dengan orang yang telah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan. Namun itu semua tidak terlepas dari keterlibatan pendidik, karena seorang pendidik harus memahami dan memberikan pemahaman tentang dimensi-dimensi yang terdapat didalam diri peserta didik terhadap peserta didik itu sendiri, kalau seorang pendidik tidak mengetahui dimensi-dimensi tersebut, maka potensi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut akan sulit dikembangkan, dan peserta didik pun juga tidak mengenali potensi yang dimilikinya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah setiap orang yang meluangkan waktunya untuk belajar kepada seorang pendidik. Peserta didik adalah orang yang berada dalam fase pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik maupun psikis. Dengan demikian ia tidak bisa disamakan dengan orang dewasa yang berukuran kecil karena mempunyai spesifikasi tersendiri. 1. Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalamInteraksi Edukatif: Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 51
  • 5. 5 Pembahasan Hadits (Takhrij, Syarah, dan hubungan Hadits dengan teori umum yang relevan menjelaskan implikasi teoritis dan praktis terhadap Pendidikan) Rosulullah SAW, sangat memberikan perhatian terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Sehingga ditemukan hadits-hadits yang membicarakan tentang ilmu pengetahuan. Perhatian yang sangat tinggi , karena rosulullah juga menyatakan dirinya sebagai pendidik. Rosulullah lebih mengutamakan majelis orang yang belajar ilmu daripada majelis orang ahli ibadah. Diantara hadits yang membicarakan tentang ilmu dan peserta didik adalah :  Hadits Pertama ُ‫ت‬ْ‫ع‬ِ‫م‬َ‫س‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ٍ‫يع‬ِ‫ط‬ُ‫م‬ ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ ُ‫ْن‬‫ب‬‫ا‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ ٌ‫م‬ َّ ‫َّل‬َ‫س‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬ ٍ‫د‬َ‫س‬َ‫أ‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ع‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ر‬َ‫ب‬ْ‫خ‬َ‫أ‬ ُ‫د‬ْ‫غ‬‫ا‬ ٍ‫د‬‫و‬ُ‫ع‬ْ‫س‬َ‫م‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ِ َّ‫اَّلل‬ ُ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ِ‫اك‬َّ‫ح‬َّ‫ض‬‫ال‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫ث‬ِ‫د‬َ‫ح‬ُ‫ي‬ ِ‫َاز‬‫ه‬ْ‫ز‬َ‫ه‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬ُ‫ه‬‫ا‬ َ‫و‬ِ‫س‬ ‫ا‬َ‫م‬‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ َ ‫َل‬ َ‫و‬ ‫ا‬ً‫م‬ِ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ت‬ُ‫م‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ‫ا‬ً‫م‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬ . Telah mengabarkan kepada kami Al-Mu’alli bin ;Asad, telah menceritakan kepada kami Salam Ibnu Abi Muthi’, ia berkata “Aku mendengar Abu Al-Hazhaz menceritakan dari Ad-Dhahak, dia berkata:Abdullah bin Mas’ud berkata: “Jadilah kamupada waktupagi seorang alim (pengajar ilmu) atau terpelajar (berburu ilmu), & tak ada kebaikan selain keduanya”. Takhrij Hadits :  Abdullah bin Abdurrahman Ad Darimi, Sunan Ad Darimi, Kitabul ilmi, Bab Fadlil Ilmi Wal ‘Alim, No: 363, Darul Basya’ir Al-Islamiyah, Beirut.  Ibnu Abi Syaibah, Mushonnaf Ibnu Abi Syaibah, Bab Ma Ja’a Fi Tholabil Ilmi Wa Ta’limihi No: 25603.  Abul Qosim Sulaiman Bin Ahmad At-Thabrani, Al-Ausath, Bab Man Ismuhu Ahmad,No: 7790- Sunan Al-Kabir Lid Darimi, Bab Abdullah Bin Mas’ud, No:8680,8666 Berdasarkan kalimat hadits tersebut ditemukan kelengkapan potongan hadits diatas dalam beberapa kitab, yakni dalam kitab : 1. Sunan Ad-Darimi, kitabul Iilmi, bab Fadlil Ilmi Wal ‘Alim, no: 365 ‫و‬ُ‫ع‬ْ‫س‬َ‫م‬ ِ‫ْن‬‫ب‬ ِ َّ‫اَّلل‬ ِ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ،ٍ‫ب‬‫ا‬َ‫ئ‬‫ر‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ُ‫ون‬ُ‫َار‬‫ه‬ ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬ ،ُّ‫ي‬ِ‫ع‬‫ا‬َ‫ز‬ ْ‫و‬َ ْ ‫اْل‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬ ،ِ‫ة‬ َ‫ير‬ِ‫غ‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ُو‬‫ب‬َ‫أ‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ر‬َ‫ب‬ْ‫خ‬َ‫أ‬ :ُ‫ل‬‫و‬ُ‫ق‬َ‫ي‬ َ‫ان‬َ‫ك‬ ُ‫ه‬َّ‫ن‬َ‫أ‬ ،ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ َّ‫اَّلل‬ َ‫ي‬ ِ ‫ض‬ َ‫ر‬ ٍ‫د‬ ( ‫ا‬ً‫م‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬ ُ‫د‬ْ‫غ‬‫ا‬ ْ‫ج‬َ‫أ‬ ُ‫ط‬ُ‫س‬ْ‫ب‬َ‫ت‬ َ‫ة‬َ‫ك‬ِ‫ئ‬ َ ‫َّل‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ،ٌ‫ل‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ج‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬ َ‫ْن‬‫ي‬َ‫ب‬ ‫ا‬َ‫م‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ ،َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬ َ‫ْن‬‫ي‬َ‫ب‬ ‫ا‬َ‫م‬‫ي‬ِ‫ف‬ ُ‫د‬ْ‫غ‬َ‫ت‬ َ ‫َل‬ َ‫و‬ ،‫ا‬ً‫م‬ِ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ت‬ُ‫م‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ ُ‫ع‬َ‫ن‬ْ‫ص‬َ‫ي‬ ‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ‫ا‬َ‫ض‬ ِ‫الر‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ي‬ِ‫غ‬َ‫ت‬ْ‫ب‬َ‫ي‬ ‫ا‬َ‫د‬َ‫غ‬ ،ِ‫ل‬ُ‫ج‬َّ‫لر‬ِ‫ل‬ ‫ا‬َ‫ه‬َ‫ت‬َ‫ح‬ِ‫ن‬ )
  • 6. 6 Syarah hadits: Hadits diatas bisa akita tarik kesimpulan bahwa: 1. Bahwa nabi memerintahkan ummatnya untuk menjadi seorang ‘Alim atau seoarang pelajar, dan madlul hadits ini bisa menjadi wajib dalam beberapa kondidi tertentu. 2. Esensi kemulian ilmu. 3. Tinggianya keutamaan ahli ilmu, sehingga nabi menyatakan tidak ada kebaikan diselainnya. 4. Peserta diidk harusla senantiasa menjauhi kemaksiatan, senada dengan hadits “Allah tidak memberikan ilmu-Nnya pada ahli maksiat” 5. Peserta didik senantiasa berlomba-lomba dalam ilmu. Bukan untuk sombong tapi meraih ridlo Allah SWT.  Hadits Kedua َ‫م‬‫ال‬ ‫في‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ َ‫و‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬‫لي‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫لى‬َ‫ص‬ َّ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ ُ‫ْت‬‫ي‬َ‫ت‬َ‫أ‬ : َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ َ‫ي‬ ِ ‫ض‬ َ‫ر‬ ‫ي‬ِ‫د‬‫ا‬َ‫ر‬ُ‫م‬‫ال‬ ‫عسال‬ ‫بن‬ َ‫ان‬ َ‫و‬ْ‫ف‬‫ص‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫و‬ ، َ‫ر‬َ‫م‬ْ‫ح‬َ‫أ‬ ُ‫ه‬ِ‫ل‬ ٍ‫د‬ْ‫ُر‬‫ب‬ ‫لى‬َ‫ع‬ ٌ‫ء‬‫ي‬ِ‫ك‬َّ‫ت‬ُ‫م‬ ِ‫د‬ ِ‫ج‬ْ‫س‬ ُ‫ت‬ْ‫ئ‬ ِ‫ج‬ ‫ي‬ِ‫ن‬ِ‫إ‬ ِ‫هللا‬ َ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ي‬، ُ‫ه‬َ‫ل‬ ُ‫ت‬ْ‫ل‬ُ‫ق‬َ‫ف‬ : َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ، َ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ب‬ُ‫ل‬ْ‫ط‬َ‫أ‬ « ُ‫ب‬َ‫ك‬ْ‫ر‬َ‫ي‬ َّ‫م‬ٌ‫ث‬ ، ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ت‬َ‫ح‬ِ‫ن‬ْ‫ج‬َ‫أ‬ِ‫ب‬ ُ‫ة‬َ‫ك‬ِ‫ئ‬‫َّل‬َ‫م‬‫ال‬ ُ‫ه‬ُّ‫ف‬ٌ‫ح‬َ‫ت‬ ِ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ب‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ط‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ، ِ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ب‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ط‬ِ‫ب‬ ً‫ا‬‫ب‬َ‫ح‬ْ‫ر‬َ‫م‬ ُ‫ب‬ُ‫ل‬ْ‫ط‬َ‫ي‬ ‫ما‬ِ‫ل‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬َّ‫ب‬َ‫ح‬َ‫م‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ا‬َ‫ي‬ْ‫ن‬ُّ‫د‬‫ال‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬َّ‫س‬‫ال‬ ‫وا‬ٌ‫غ‬ٌ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ي‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ ً‫ا‬‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ » Shofwan ibnu ‘Assal Radhiyallahu ‘Anhu berkata : Aku mendatangi Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dalam keadaan beliau bertelekan di atas sebuah kain berwarna merah, makaakupunberkata: “Wahai Rasulullah aku datanguntuk menuntut ilmu”. Maka Nabi bersabda : "Selamat datang, wahai penuntut ilmu, sesungguhnya penuntut ilmu akan dikelilingi dan dinaungi oleh para malaikat dengan sayap-sayap mereka. Kemudian sebagian mereka akan menaiki sebagian yang lain hingga mencapai langit dunia karena kecintaan mereka terhadap apa yang ia cari.” Takhrij Hadits : Hadits ini di riwayatkan oleh:  Ali bin Abu bakar Al-Hatsami, Majma’ Az-Zawa’id Wa Manba’ Al-Fawa’id, bab fi Tholabil Ilmi Wa Idzharil Basyarlahu, no: 550.  Ahmad Bin Hanbal, Musnad Ahmad Bin Hanbal, Bab Haditsu Shofwan Bin ‘Assal Al-l Murody, No: 17840.  Ahmad Bin Syuaib An-Nasa’i, Sunan An-Nasa’i, Bab Al-Wudlu ‘Alal Ghoith, No: 15.  Abdullah Muhammad Bin Yazid Bin Majah, Sunan Ibnu Majah, Bab Thulu’u As-Syamsyi Min Maghribiha, No: 4102.  Muhammad Bin Isa At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, Bab Al-Mashu ‘Alal Khuffain, No: 96.
  • 7. 7  Abu Qosim Sulaiman Bin Ahmad At-Thabrani, Mu’Jam Al-Kabir Lit-Thabrani, Bab Shofwan Bin Mu’atthol, No: 7347.  Muhammad Bin Hibban Al-Busti, Shohih Ibnu Hibban, Bab Al-Mashu ‘Alal Khuffain, No: 1345.  Abu Bakr Ahmad Bin Al-Husain Al-Baihaqi, Sunan Al-Kabir Lil Baihaqi, Bab Jima’u Abwabil Hadats, No: 520.  Syihabuddin Ahmad Bin Abi Bakr Al-Bushiri, Ithhaful Khiyaroh Al-Maharoh, Bab Ma Ja’a Fil Ilmi Wa Tholabihi, No: 269 Berdasarkan kalimat hadits tersebut ditemukan kelengkapan potongan hadits diatas dalam beberapa kitab, yakni dalam kitab : 1. Mu’jam Al-Kabir Lit-Thabrani, Bab Shofwan Bin ‘Assal, No: 7347 َ‫ب‬ْ‫ي‬َ‫ش‬ ‫ثنا‬ : َ ‫اَل‬َ‫ق‬ ،ُّ‫ي‬ِ‫م‬َ‫ر‬ْ‫ض‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫هللا‬ ِ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ُ‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬‫و‬ ،ٍ‫ل‬َ‫ب‬ْ‫ن‬َ‫ح‬ ِ‫ْن‬‫ب‬ َ‫د‬َ‫م‬ْ‫ح‬َ‫أ‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ِ‫هللا‬ ُ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬ ِ‫م‬َ‫ك‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ُّ‫ي‬ِ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ثنا‬ ،ٍ‫ن‬ْ‫ز‬َ‫ح‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ُ‫ق‬ْ‫ع‬َّ‫ص‬‫ال‬ ‫ثنا‬ ،ٍ‫وخ‬ُّ‫ر‬َ‫ف‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ُ‫ان‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ َ‫ي‬ ِ ‫ض‬ َ‫ر‬ ٍ‫د‬‫و‬ُ‫ع‬ْ‫س‬َ‫م‬ ِ‫ْن‬‫ب‬ ِ‫هللا‬ ِ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ، ٍ ‫ْش‬‫ي‬َ‫ب‬ُ‫ح‬ ِ‫ْن‬‫ب‬ ِ‫ر‬ ِ‫ز‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ،‫و‬ ٍ‫ر‬ْ‫م‬َ‫ع‬ ِ‫ْن‬‫ب‬ ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ ،ُّ‫ي‬ِ‫ن‬‫َا‬‫ن‬ُ‫ب‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُّ‫ي‬ِ‫د‬‫ا‬َ‫ر‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ٍ‫ل‬‫ا‬َّ‫س‬َ‫ع‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ُ‫ان‬ َ‫و‬ْ‫ف‬َ‫ص‬ َ‫َّث‬‫د‬َ‫ح‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ، َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ َ‫ي‬ :ُ‫ه‬َ‫ل‬ ُ‫ت‬ْ‫ل‬ُ‫ق‬َ‫ف‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ٍ‫د‬ْ‫ُر‬‫ب‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ِ‫د‬ ِ‫ج‬ْ‫س‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ٌ‫ئ‬ِ‫ك‬َّ‫ت‬ُ‫م‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ َ‫و‬ ،ْ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ‫هللا‬ َ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ ُ‫ْت‬‫ي‬َ‫ت‬َ‫أ‬ : :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ،َ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ب‬ُ‫ل‬ْ‫ط‬َ‫أ‬ ُ‫ت‬ْ‫ئ‬ ِ‫ج‬ ‫ي‬ِ‫ن‬ِ‫إ‬ ،ِ‫هللا‬ َ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ ‫ا‬ « َ‫ك‬ِ‫ئ‬ َ ‫َّل‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ه‬ُّ‫ف‬ُ‫ح‬َ‫ت‬َ‫ل‬ ِ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ب‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ط‬ ،ِ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ب‬‫بطال‬ ‫ًا‬‫ب‬َ‫ح‬ْ‫ر‬َ‫م‬ ‫ا‬َ‫م‬ِ‫ل‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬ُ‫ح‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ا‬َ‫ي‬ْ‫ن‬ُّ‫د‬‫ال‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬َّ‫س‬‫ال‬ ‫وا‬ُ‫غ‬ُ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ي‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ ‫ا‬ً‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ ُ‫ه‬ُ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ ُ‫ب‬َ‫ك‬ْ‫ر‬َ‫ي‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ،‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ت‬َ‫ح‬ِ‫ن‬ْ‫ج‬َ‫أ‬ِ‫ب‬ ُ‫ه‬ُّ‫ل‬ِ‫ظ‬ُ‫ت‬ َ‫و‬ ُ‫ة‬ ‫؟‬ُ‫ب‬ُ‫ل‬ْ‫ط‬َ‫ت‬ َ‫ت‬ْ‫ئ‬ ِ‫ج‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫ف‬ ،ُ‫ب‬ُ‫ل‬ْ‫ط‬َ‫ي‬ » ِ‫ة‬َ‫ن‬‫ي‬ِ‫د‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ َ‫ة‬َّ‫ك‬َ‫م‬ َ‫ْن‬‫ي‬َ‫ب‬ ُ‫ر‬ِ‫ف‬‫ا‬َ‫س‬ُ‫ن‬ ُ‫ل‬‫ا‬َ‫َز‬‫ن‬ َ ‫َل‬ ،ِ‫هللا‬ َ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ي‬ :ُ‫ان‬ َ‫و‬ْ‫ف‬َ‫ص‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ، ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ،ِ‫ْن‬‫ي‬َّ‫ف‬ُ‫خ‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ِ‫ح‬ْ‫س‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ ‫َا‬‫ن‬ِ‫ت‬ْ‫ف‬َ‫أ‬َ‫ف‬ ، :ْ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ‫هللا‬ ُ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ « ِ‫يم‬ِ‫ق‬ُ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ل‬ ٌ‫ة‬َ‫ل‬ْ‫ي‬َ‫ل‬ َ‫و‬ ٌ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ َ‫و‬ ، ِ‫ر‬ِ‫ف‬‫ا‬َ‫س‬ُ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ل‬ ٍ‫َّام‬‫ي‬َ‫أ‬ ُ‫ة‬َ‫ث‬ َ ‫َّل‬َ‫ث‬ » Syarah hadits: Hadits diatas bisa akita tarik kesimpulan bahwa: 1. Peserta didik harus mempunyai Ghiroh/semangat dalam belajar. 2. Peserta didik haruslah lebih dulu memilih kepada siapa dia akan menuntut ilmu. 3. Peserta didik haruslah mendatangi gurunya dan duduk dekat dengan gurunya sebagaimana dalam hadits Jibril. 4. Peserta didik adalah orang yang sangat mulia. Sehingga guru haruslah mengerti cara memperlakukan mereka 5. Rasulallah gembira akan ummatnya yang semangat dalam menuntut ilmu. 6. Peserta didik haruslah ikhlas dalam menuntut ilmu. 7. Peserta didik harus rela berkorban waktu, tenaga, dan hartanya dalam proses menuntut ilmu.  Hadits ketiga َ‫ع‬ُ‫م‬ ُ‫ت‬ْ‫ع‬ِ‫م‬َ‫س‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ،ٌ‫د‬ْ‫ي‬َ‫م‬ُ‫ح‬ ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ر‬َ‫ب‬ْ‫خ‬َ‫أ‬ ،ٍ‫ب‬‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ش‬ ِ‫ْن‬‫ب‬‫ا‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ ، َ‫س‬ُ‫ن‬‫ُو‬‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ،ٍ‫ب‬ْ‫ه‬ َ‫و‬ ُ‫ْن‬‫ب‬‫ا‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬ ،ُ‫ل‬‫ي‬ِ‫ع‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫س‬ِ‫إ‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬ ُ‫ت‬ْ‫ع‬ِ‫م‬َ‫س‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ُ‫ب‬ُ‫ط‬ْ‫خ‬َ‫ي‬ َ‫ان‬َ‫ي‬ْ‫ف‬ُ‫س‬ ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ َ‫ْن‬‫ب‬ َ‫ة‬َ‫ي‬ِ‫و‬‫ا‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ َّ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ ‫ا‬ ‫ي‬ِ‫ط‬ْ‫ع‬ُ‫ي‬ َ‫و‬ ٌ‫م‬ِ‫س‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ،ِ‫ين‬ِ‫الد‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ُ‫ه‬ْ‫ه‬ِ‫ق‬َ‫ف‬ُ‫ي‬ ‫ا‬ً‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ُ َّ‫اَّلل‬ ِ‫د‬ ِ‫ُر‬‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ " :ُ‫ل‬‫و‬ُ‫ق‬َ‫ي‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ت‬ْ‫س‬ُ‫م‬ ِ‫ة‬َّ‫م‬ُ‫اْل‬ ِ‫ه‬ِ‫ذ‬َ‫ه‬ ُ‫ر‬ْ‫م‬َ‫أ‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ز‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫ل‬ َ‫و‬ ،ُ َّ‫َّلل‬ ‫ا‬ً‫م‬‫ي‬ِ‫ق‬ " ِ َّ‫اَّلل‬ ُ‫ر‬ْ‫م‬َ‫أ‬ َ‫ي‬ِ‫ت‬ْ‫أ‬َ‫ي‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ :ْ‫و‬َ‫أ‬ ،ُ‫ة‬َ‫ع‬‫ا‬َّ‫س‬‫ال‬ َ‫م‬‫و‬ُ‫ق‬َ‫ت‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬
  • 8. 8 Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, Barang siapa yang Allah inginkan menjadi orang baik, Allah jadikan dirinya paham agama. Aku hanyalah yang membagi-bagikan sedang Allah yang memberi. Dan senantiasa umat ini akan tegak diatas perintah Allah sehingga datangnya hari qiyamat atau hingga datang keputusan Allah”. Takhrij Hadits : Hadits ini diriwayatkan oleh :  Muhammad Bin Ismail Al-Bukhori, Shohih Al-Bukhari, Bab: Man Yuridillahu Bihi Khoiron No:71,7312, 6768, Dar Ibnu Katsir, Beirut  Muslim Bin Al-Hajjaj Al Naisaburi, Shohih Muslim, Bab: An-Nahyu ‘Anil Mas’alah No:1037, Darul Kutub Al-Ilmiyah, Beirut  Abdullah Muhammad Bin Yazid Bin Majah, Sunan Ibnu majah, Bab: Fadlul ‘Ulama’, No: 220  Abdullah Bin Abdurrahman Ad-Darim, Bab : Al-Iqtida’ Bil ‘Ulama No: 231  Sulaiman bin Dawud, Musnad Abi Dawud At-Thoyalisi, bab Mu’awiyah bin Abi Sufyan, no: 1059  Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, Bab Haditsi Mu’awiyah Bin Abi Sufyan, No: 16839  Abdullah Bin Abdurrahman Ad-Darimi, Sunan Ad-Darimi, Kitabul Ilmi, Bab Al-Iqtida’ Bil Ulama’, No: 230.  Sulaiman Bin Ahmad At-Thabrani, Mu’jam Al-Ausath, Bab Man Ismuhu Mathlab, No: 8766. Berdasarkan kalimat hadits tersebut ditemukan kelengkapan potongan dan tambahan redaksi hadits diatas dalam beberapa kitab, yakni dalam kitab : 1. Shohih Muslim, No: 175 ‫َا‬‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬ ،َ‫ان‬َ‫ق‬ْ‫ُر‬‫ب‬ ُ‫ْن‬‫ب‬‫ا‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ َ‫و‬ ٌ‫ر‬َ‫ف‬ْ‫ع‬َ‫ج‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬ ،ٍ‫َام‬‫ش‬ِ‫ه‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ُ‫ير‬ِ‫ث‬َ‫ك‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ر‬َ‫ب‬ْ‫خ‬َ‫أ‬ ، ٍ‫ور‬ُ‫ص‬ْ‫ن‬َ‫م‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ُ‫اق‬َ‫ح‬ْ‫س‬ِ‫إ‬ ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬ ُ‫م‬ ُ‫ت‬ْ‫ع‬ِ‫م‬َ‫س‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ،ِ‫م‬َ‫ص‬َ ْ ‫اْل‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ُ‫د‬‫ي‬ ِ‫ز‬َ‫ي‬ ْ‫ب‬ َ‫ة‬َ‫ي‬ِ‫و‬‫ا‬َ‫ع‬ ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ َ‫ن‬ َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ ‫ى‬ َ‫و‬َ‫ر‬ ُ‫ه‬ْ‫ع‬َ‫م‬ْ‫س‬َ‫أ‬ ْ‫م‬َ‫ل‬ ،َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫ه‬‫ا‬ َ‫و‬َ‫ر‬ ‫ا‬ً‫ث‬‫ي‬ِ‫د‬َ‫ح‬ َ‫ر‬َ‫ك‬َ‫ذ‬ ،َ‫ان‬َ‫ي‬ْ‫ف‬ُ‫س‬ َ‫ق‬ ،ُ‫ه‬ َ‫ْر‬‫ي‬َ‫غ‬ ‫ا‬ً‫ث‬‫ي‬ِ‫د‬َ‫ح‬ ِ‫ه‬ ِ‫ر‬َ‫ب‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬ :َ‫ل‬‫ا‬ ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ‫هللا‬ ُ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ :َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ « َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ون‬ُ‫ل‬ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ق‬ُ‫ي‬ َ‫ين‬ِ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ٌ‫ة‬َ‫ب‬‫ا‬َ‫ص‬ِ‫ع‬ ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ز‬َ‫ت‬ َ ‫َل‬ َ‫و‬ ،ِ‫ين‬ِ‫الد‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ُ‫ه‬ْ‫ه‬ِ‫ق‬َ‫ف‬ُ‫ي‬ ‫ا‬ً‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ُ‫هللا‬ ِ‫د‬ ِ‫ُر‬‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ ِ‫ق‬ ِ‫ة‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ي‬ِ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ،ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫أ‬ َ‫َاو‬‫ن‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ين‬ ِ‫ر‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ظ‬ » 2. Mu’jam Al-Ausath, Bab Man Ismuhu Mathlab, No: 8766 ْ‫ن‬َ‫ع‬ ،ٍ‫ب‬‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ش‬ ِ‫ْن‬‫ب‬‫ا‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ ،ِ‫ب‬‫ا‬َّ‫ه‬ َ‫و‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ،ِ‫د‬‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ْن‬‫ب‬ ِ َّ‫اَّلل‬ ِ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ُ‫د‬‫ي‬ ِ‫ز‬َ‫ي‬ ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬ ،ُ‫ْث‬‫ي‬َّ‫ل‬‫ال‬ ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬ ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ ِ‫ْن‬‫ب‬ َ‫ة‬َ‫ي‬ِ‫و‬‫ا‬َ‫ع‬ُ‫م‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ،ِ‫ن‬َ‫م‬ْ‫ح‬َّ‫الر‬ ِ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ِ‫ْن‬‫ب‬ ِ‫د‬ْ‫ي‬َ‫م‬ُ‫ح‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ َّ‫اَّلل‬ َ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ ُ‫ت‬ْ‫ع‬ِ‫م‬َ‫س‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ َ‫ان‬َ‫ي‬ْ‫ف‬ُ‫س‬ :ُ‫ل‬‫و‬ُ‫ق‬َ‫ي‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ « ْ‫ن‬َ‫ل‬ َ‫و‬ ،ُ َّ‫اَّلل‬ ‫ي‬ِ‫ط‬ْ‫ع‬ُ‫ي‬ َ‫و‬ ،ُ‫م‬‫ا‬َ‫س‬ْ‫ق‬َ ْ ‫اْل‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬ ‫ا‬َ‫م‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ،ِ‫ين‬ِ‫الد‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ُ‫ه‬ْ‫ه‬ِ‫ق‬َ‫ف‬ُ‫ي‬ ‫ا‬ً‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ُ َّ‫اَّلل‬ ِ‫د‬ ِ‫ُر‬‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ َ‫أ‬ َ‫ي‬ِ‫ت‬ْ‫أ‬َ‫ي‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ف‬َ‫ل‬‫َا‬‫خ‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُّ‫ر‬ُ‫ض‬َ‫ي‬ َ ‫َل‬ ،ِ َّ‫اَّلل‬ ِ‫ر‬ْ‫م‬َ‫أ‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ٌ‫ة‬َ‫م‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ق‬ ٌ‫ة‬َ‫م‬َ‫أ‬ ِ‫ة‬َّ‫م‬ُ ْ ‫اْل‬ ِ‫ه‬ِ‫ذ‬َ‫ه‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ز‬َ‫ت‬ ِ ‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ون‬ُ‫ر‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ظ‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ َ‫و‬ ِ َّ‫اَّلل‬ ُ‫ر‬ْ‫م‬ » Syarah hadits:
  • 9. 9 Hadits diatas bisa akita tarik kesimpulan bahwa: 1. Peserta didik hendaknya menata niat dalam menuntu ilmu karena Allah. 2. Peserta didik hendaknya mempunyai Ghiroh/semangat belajar. 3. Peserta didik hendaknya perhatian dengan tia-tiap ilmu yang ia pelajari, agar dapat mengetahui tujuan masing-masing 4. Peserta didik hendaknya mencari ilmu yang bermanfaat baginya, dapat mengantarkannya pada kebaikan. 5. Allah ridlo akan hambanya yang senantiasa menuntut ilmu dijalannya. 6. Allah akan merubah nasib hamban-Nya yang senantiasa mendekatkan diri dengan-Nya. 7. Semua kebaikan dan kemanfaatan akan mendatangkan keridloan Allah SWT. 8. Peserta didik/Santri adalah pemegang estafet kenabian dan ajaran-ajaran agama, maka dengan merekalah ummat akan selalu dalam kelurusan dan ketentraman. 9. Peserta didik tidak boleh sombong, kerena hakikatnya ilmu yang dia milliki adalah dari Allah bukan murni usahanya.  Hadits Keempat ْ‫م‬َ‫ل‬ ِ‫ار‬َ‫ص‬ْ‫ن‬َ‫ْل‬‫ا‬ ُ‫ء‬‫ا‬َ‫س‬ِ‫ن‬ ُ‫ء‬‫ا‬َ‫س‬ِ‫الن‬ َ‫م‬ْ‫ع‬ِ‫ن‬ ُ‫ة‬َ‫ش‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ع‬ ْ‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ َ‫و‬ ِ‫ين‬ِ‫الد‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ َ‫ن‬ْ‫ه‬َّ‫ق‬َ‫ف‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ُ‫ء‬‫ا‬َ‫ي‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬ْ‫ع‬َ‫ن‬ْ‫م‬َ‫ي‬ Aisyah berkata : ‘Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshor, tidak menghalangi mereka rasa malu untuk mempelajari agamanya’. Takhrij Hadits Hadits ini diriwayatkan oleh :  Muhammad bin Ismail Al-Bukhori, Kitabul Ilmi, bab Al-Haya’ Fil Ilmi, hal: 28, dari Ibnu Jauzi, Mesir.  Muslim bin A-Hajjaj Al-Naisaburi, Shohih Muslim, Bab Istihbabu Isti’malil Mughtasalah, no : 332.  Sulaiman bin Al-Asy’as Al-Azdi, Sunan Abi Dawud, Bab Ightisal Minal Haid, no: 316  Muhammad bin Yazid bin Majah, Sunan Ibnu Majah, Bab Fil Haid Kaifa Taghtasil, No: 642  Shohih Ibni Khuzaimah, Bab Ightisalil Mar’ah Minal Jinabah, No: 248 Berdasarkan kalimat hadits tersebut ditemukan kelengkapan potongan hadits diatas dalam beberapa kitab, yakni dalam kitab : 1. Shohih Muslim, Bab Istihbabu Isti’malil Mughtasalah, No: 332 َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬ ، ٍ‫ر‬َ‫ف‬ْ‫ع‬َ‫ج‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ُ‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬ :‫ى‬َّ‫ن‬َ‫ث‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ْن‬‫ب‬‫ا‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ، ٍ‫ار‬َّ‫ش‬َ‫ب‬ ُ‫ْن‬‫ب‬‫ا‬ َ‫و‬ ،‫ى‬َّ‫ن‬َ‫ث‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ُ‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬ ُ‫ت‬ْ‫ع‬ِ‫م‬َ‫س‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ، ِ‫ر‬ ِ‫اج‬َ‫ه‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ْن‬‫ب‬ َ‫م‬‫ي‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ْر‬‫ب‬ِ‫إ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ،ُ‫ة‬َ‫ب‬ْ‫ع‬ُ‫ش‬ ‫َا‬‫ن‬ ‫ال‬ ِ‫ت‬َ‫ل‬َ‫أ‬َ‫س‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫س‬َ‫أ‬ َّ‫ن‬َ‫أ‬ ،َ‫ة‬َ‫ش‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫ث‬ِ‫د‬َ‫ح‬ُ‫ت‬ ،َ‫ة‬َّ‫ي‬ِ‫ف‬َ‫ص‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ‫؟‬ ِ ‫يض‬ ِ‫ح‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫غ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ َّ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬ « ،‫ا‬َ‫ه‬َ‫ت‬َ‫ْر‬‫د‬ِ‫س‬ َ‫و‬ ‫َا‬‫ه‬َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ َّ‫ن‬ُ‫ك‬‫ا‬َ‫د‬ْ‫ح‬ِ‫إ‬ ُ‫ذ‬ُ‫خ‬ْ‫أ‬َ‫ت‬ ِ‫س‬ْ‫أ‬َ‫ر‬ َ‫ون‬ُ‫ؤ‬ُ‫ش‬ َ‫غ‬ُ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ت‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ ‫ًا‬‫د‬‫ي‬ِ‫د‬َ‫ش‬ ‫ا‬ً‫ك‬ْ‫ل‬َ‫د‬ ُ‫ه‬ُ‫ك‬ُ‫ل‬ْ‫د‬َ‫ت‬َ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫س‬ْ‫أ‬َ‫ر‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُّ‫ب‬ُ‫ص‬َ‫ت‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ،َ‫ور‬ُ‫ه‬ُّ‫ط‬‫ال‬ ُ‫ن‬ِ‫س‬ْ‫ح‬ُ‫ت‬َ‫ف‬ ُ‫ر‬َّ‫ه‬َ‫ط‬َ‫ت‬َ‫ف‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ،‫ا‬َ‫ه‬ ً‫ة‬َ‫ص‬ ْ‫ر‬ِ‫ف‬ ُ‫ذ‬ُ‫خ‬ْ‫أ‬َ‫ت‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ،َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُّ‫ب‬ُ‫ص‬َ‫ت‬ ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬ ُ‫ر‬َّ‫ه‬َ‫ط‬َ‫ت‬َ‫ف‬ ً‫ة‬َ‫ك‬َّ‫س‬َ‫م‬ُ‫م‬ » :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ‫ا؟‬َ‫ه‬ِ‫ب‬ ُ‫ر‬َّ‫ه‬َ‫ط‬َ‫ت‬ َ‫ْف‬‫ي‬َ‫ك‬ َ‫و‬ :ُ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫س‬َ‫أ‬ ْ‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ « ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬ َ‫ين‬ ِ‫ر‬َّ‫ه‬َ‫ط‬َ‫ت‬ ،ِ‫هللا‬ َ‫ان‬َ‫ح‬ْ‫ب‬ُ‫س‬ » َ‫ر‬َ‫ث‬َ‫أ‬ َ‫ين‬ِ‫ع‬َّ‫ب‬َ‫ت‬َ‫ت‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ْ‫خ‬ُ‫ت‬ ‫ا‬َ‫ه‬َّ‫ن‬َ‫أ‬َ‫ك‬ :ُ‫ة‬َ‫ش‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ع‬ ْ‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬
  • 10. 10 َ‫و‬ ،ِ‫َّم‬‫د‬‫ال‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ‫؟‬ِ‫ة‬َ‫ب‬‫َا‬‫ن‬َ‫ج‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫غ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫ه‬ْ‫ت‬َ‫ل‬َ‫أ‬َ‫س‬ « ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ ُ‫ه‬ُ‫ك‬ُ‫ل‬ْ‫د‬َ‫ت‬َ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫س‬ْ‫أ‬َ‫ر‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُّ‫ب‬ُ‫ص‬َ‫ت‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ،َ‫ور‬ُ‫ه‬ُّ‫ط‬‫ال‬ ُ‫غ‬ِ‫ل‬ْ‫ب‬ُ‫ت‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ َ‫ور‬ُ‫ه‬ُّ‫ط‬‫ال‬ ُ‫ن‬ِ‫س‬ْ‫ح‬ُ‫ت‬َ‫ف‬ ُ‫ر‬َّ‫ه‬َ‫ط‬َ‫ت‬َ‫ف‬ ً‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ ُ‫ذ‬ُ‫خ‬ْ‫أ‬َ‫ت‬ َ‫غ‬ُ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ت‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫يض‬ِ‫ف‬ُ‫ت‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ،‫ا‬َ‫ه‬ِ‫س‬ْ‫أ‬َ‫ر‬ َ‫ون‬ُ‫ؤ‬ُ‫ش‬ » " :ُ‫ة‬َ‫ش‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ع‬ ْ‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ِ‫ين‬ِ‫الد‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ن‬ْ‫ه‬َّ‫ق‬َ‫ف‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ُ‫ء‬‫ا‬َ‫ي‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬ُ‫ع‬َ‫ن‬ْ‫م‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬ُ‫ك‬َ‫ي‬ ْ‫م‬َ‫ل‬ ِ‫ار‬َ‫ص‬ْ‫ن‬َ ْ ‫اْل‬ ُ‫ء‬‫ا‬َ‫س‬ِ‫ن‬ ُ‫ء‬‫ا‬َ‫س‬ِ‫الن‬ َ‫م‬ْ‫ع‬ِ‫ن‬ 2. Sunan Abi Dawud, Bab Ightisal Minal Haid, No: 316 ْ‫ن‬َ‫ع‬ ،َ‫ة‬َ‫ب‬ْ‫ع‬ُ‫ش‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ،‫ي‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫ر‬َ‫ب‬ْ‫خ‬َ‫أ‬ ،ُّ‫ي‬ ِ‫ر‬َ‫ب‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ٍ‫ذ‬‫ا‬َ‫ع‬ُ‫م‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ِ َّ‫اَّلل‬ ُ‫د‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ُ‫ع‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬ َّ‫ن‬َ‫أ‬ ،َ‫ة‬َ‫ش‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ،َ‫ة‬َ‫ب‬ْ‫ي‬َ‫ش‬ ِ‫ت‬ْ‫ن‬ِ‫ب‬ َ‫ة‬َّ‫ي‬ِ‫ف‬َ‫ص‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ، ٍ‫ر‬ ِ‫اج‬َ‫ه‬ُ‫م‬ َ‫ْن‬‫ب‬‫ا‬ ‫ي‬ِ‫ن‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ َ‫م‬‫ي‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ْر‬‫ب‬ِ‫إ‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ُ‫ه‬‫َا‬‫ن‬ْ‫ع‬َ‫م‬ِ‫ب‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ َّ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ ِ‫ت‬َ‫ل‬َ‫أ‬َ‫س‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫س‬َ‫أ‬ « ً‫ة‬َ‫ك‬َّ‫س‬َ‫م‬ُ‫م‬ ً‫ة‬َ‫ص‬ ْ‫ر‬ِ‫ف‬ .» :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬ ُ‫ر‬َّ‫ه‬َ‫ط‬َ‫ت‬َ‫أ‬ َ‫ْف‬‫ي‬َ‫ك‬ :ْ‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ « ِ َّ‫اَّلل‬ َ‫ان‬َ‫ح‬ْ‫ب‬ُ‫س‬ ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬ ‫ي‬ ِ‫ر‬َّ‫ه‬َ‫ط‬َ‫ت‬ ٍ‫ب‬ ْ‫و‬َ‫ث‬ِ‫ب‬ ‫ي‬ ِ‫ر‬ِ‫ت‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬ َ‫و‬ » :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ِ‫ة‬َ‫ب‬‫َا‬‫ن‬َ‫ج‬‫ال‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫غ‬ْ‫ل‬‫ا‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫ه‬ْ‫ت‬َ‫ل‬َ‫أ‬َ‫س‬ َ‫و‬ َ‫د‬‫ا‬َ‫ز‬ َ‫و‬ ، « ِ‫ك‬ِ‫س‬ْ‫أ‬َ‫ر‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ين‬ِ‫ب‬ُ‫ص‬َ‫ت‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ،ُ‫ه‬َ‫غ‬َ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫أ‬ َ‫و‬ ِ‫ور‬ُ‫ه‬ُّ‫ط‬‫ال‬ َ‫ن‬َ‫س‬ْ‫ح‬َ‫أ‬ َ‫ين‬ ِ‫ر‬َّ‫ه‬َّ‫ط‬َ‫ت‬َ‫ف‬ ِ‫ك‬َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬ُ‫خ‬ْ‫أ‬َ‫ت‬ ُ‫ؤ‬ُ‫ش‬ َ‫غ‬ُ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ي‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ ُ‫ه‬َ‫ن‬‫ي‬ِ‫ك‬ُ‫ل‬ْ‫د‬َ‫ت‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ،َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ْك‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ين‬ ِ ‫يض‬ِ‫ف‬ُ‫ت‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ،ِ‫ك‬ِ‫س‬ْ‫أ‬َ‫ر‬ َ‫ون‬ » :ُ‫ة‬َ‫ش‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ع‬ ْ‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ َ‫و‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ « َّ‫ن‬ُ‫ه‬ُ‫ع‬َ‫ن‬ْ‫م‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬ُ‫ك‬َ‫ي‬ ْ‫م‬َ‫ل‬ ِ‫ار‬َ‫ص‬ْ‫ن‬َ ْ ‫اْل‬ ُ‫ء‬‫ا‬َ‫س‬ِ‫ن‬ ُ‫ء‬‫ا‬َ‫س‬ِ‫الن‬ َ‫م‬ْ‫ع‬ِ‫ن‬ ِ‫ه‬‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ن‬ْ‫ه‬َّ‫ق‬َ‫ف‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫و‬ ،ِ‫ين‬ِ‫الد‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫ن‬ْ‫ل‬َ‫أ‬ْ‫س‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ُ‫ء‬‫ا‬َ‫ي‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ 3. Shohih Ibni Khuzaimah, Bab Ightisalil Mar’ah Minal Jinabah, No: 248 َّ‫ل‬َ‫ص‬ َّ‫ي‬ِ‫ب‬َّ‫ن‬‫ال‬ ِ‫ت‬ْ‫ل‬َ‫أ‬َ‫س‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫س‬َ‫أ‬ َّ‫ن‬َ‫أ‬ ،َ‫ة‬َ‫ش‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ،ُ‫ث‬ِ‫د‬َ‫ح‬ُ‫ت‬ َ‫ة‬َّ‫ي‬ِ‫ف‬َ‫ص‬ ُ‫ت‬ْ‫ع‬ِ‫م‬َ‫س‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ٍ‫ر‬ ِ‫اج‬َ‫ه‬ُ‫م‬ ِ‫ْن‬‫ب‬ َ‫م‬‫ي‬ِ‫ه‬‫ا‬َ‫ْر‬‫ب‬ِ‫إ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ، ِ ‫يض‬ ِ‫ح‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫غ‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫ه‬ُ‫ت‬ْ‫ل‬َ‫أ‬َ‫س‬ َ‫و‬ ،ِ‫ث‬‫ي‬ِ‫د‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ َ‫ر‬َ‫ك‬َ‫ذ‬َ‫ف‬ :َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ِ‫ة‬َ‫ب‬‫َا‬‫ن‬َ‫ج‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫غ‬ْ‫ل‬‫ا‬ « ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫س‬ْ‫أ‬َ‫ر‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُّ‫ب‬ُ‫ص‬َ‫ت‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ،َ‫ور‬ُ‫ه‬ُّ‫ط‬‫ال‬ ُ‫ن‬ِ‫س‬ْ‫ح‬ُ‫ت‬َ‫ف‬ َ‫ر‬ُ‫ه‬ْ‫ط‬َ‫ت‬َ‫ف‬ ‫َا‬‫ه‬َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ َّ‫ن‬ُ‫ك‬‫ا‬َ‫د‬ْ‫ح‬ِ‫إ‬ ُ‫ذ‬ُ‫خ‬ْ‫أ‬َ‫ت‬ ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫س‬ْ‫أ‬َ‫ر‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫يض‬ِ‫ف‬ُ‫ت‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ ،‫ا‬َ‫ه‬ِ‫س‬ْ‫أ‬َ‫ر‬ َ‫ون‬ُ‫ؤ‬ُ‫ش‬ َ‫غ‬ُ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ي‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ ُ‫ه‬ُ‫ك‬ُ‫ل‬ْ‫د‬َ‫ت‬َ‫ف‬ » :ُ‫ة‬َ‫ش‬ِ‫ئ‬‫ا‬َ‫ع‬ ْ‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ « ْ‫ع‬ِ‫ن‬ َ‫ن‬ْ‫ه‬َّ‫ق‬َ‫ف‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ُ‫ء‬‫ا‬َ‫ي‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬ْ‫ع‬َ‫ن‬ْ‫م‬َ‫ي‬ ْ‫م‬َ‫ل‬ ِ‫ار‬َ‫ص‬ْ‫ن‬َ ْ ‫اْل‬ ُ‫ء‬‫ا‬َ‫س‬ِ‫ن‬ ُ‫ء‬‫ا‬َ‫س‬ِ‫الن‬ َ‫م‬ ِ‫ين‬ِ‫الد‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ Syarah hadits: Hadits diatas bisa akita tarik kesimpulan bahwa: 1. Peserta didik tidak boleh memiliki sifat malu, tidak menjadikan malu sebagai penghalang antara dirinya dengan ilmu. 2. Peserta didik haruslah aktif dalam bertanya aka napa yang tidak dia ketahui. 3. Perempuan boleh keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu. 4. Peserta didik harus bertanya dan mengkaji ilmu pada orang yang tepat. 5. Peserta didik hendaknya diam dan tenang saat belajar, karena dapat mangurangi ketenangan dan mengganggu konsentrasi guru. Pemahaman Hadits lain berkaitan dengan Peserta Didik Jika ditelusuri dengan baik, hadits yang berkaitan atau memiliki hubungan dengan peserta didik dari semua aspek yang bersentuhan dengannya sangat banyak dijumpai dalam beberapa kitab hadits yang otoritasnya diakui, seperti halnya kutub Al-Tis’ah. Penjelasan hadits tersebut memiliki redaksi yang berbeda-beda, sehingga harus ada ketelitian bagi yang menelusurinya. Oleh karena itu, makanya penulis merasa agak kesulitan untuk mendeteksi secara pasti berapa jumlah hadits yang berkaitan dengan peserta didik secara umum, baik dari kecerdasannya maupun karakteristiknya ketika melakukan proses belajar mengajar atau menuntut ilmu pengetahuan. Demikian penting seorang peserta didik, maka begitu banyak hadits-hadits yang berkenaan dengan keutamaan, karakteristik serta syarat yang dimiliki peserta didik diantaranya :
  • 11. 11 1. Terhindar Dari Kutukan Allah. Dari Abu Hurairah, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya dunia dan isinya terkutuk, kecuali Dzikrullah dan hal-hal terkait dengannya, alim (guru), dan peserta didik”. Dari hadits di atas jelaslah bahwa salah satu yang tidak terhindar dari kutukan Allah adalah peserta didik, hal ini karena peserta didik merupakan sosok yang sedang mencari kebenaran yaitu dengan menuntut ilmu, sehingga ketika pendidik telah memiliki ilmu derajatnya akan diangkat oleh Allah swt. Sebagai pendidik harus bisa memahami dan menghargai keutamaan pada peserta didik tersebut, agar terjadinya dalam proses pembelajaran rasa saling menghargai, menghormati serta saling menyayangi. 2. Menempati Posisi Terbaik. Dari Abi Umamah, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : “Hendaklah kamu ambil ilmu ini, Orang alim (pendidik) dan muta'allim (peserta didik) berserikat dalam pahala dan tidak ada manusia yang lebih baik dari padanya”. Dalam hadits tersebut, dapat dipahami bahwa pendidik dan peserta didik merupakan manusia yang lebih baik. Hal ini perlu diperhatikan oleh pendidik agar tidak terjadinya otoriter dalam mengajar, serta guru merasa lebih sombong di depan peserta didiknya. Terdapat juga dalam hadits lain yaitu : Usman Ibn Affan berkata, Rasulullah saw Bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling utama di antara kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”. Hadits ini menjelaskan orang yang paling utama adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya. 3. Peserta Didik Harus Ikhlas. Dari Mu'az ibn Jabal, Rasulullah saw bersabda : “Siapa yang menuntut ilmu karena ingin merasa bangga sebagai ulama, menipu orang bodoh di majelis tidak akan mencium aroma surga”. Dari Malik, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah saw bersabda : “Siapa yang menuntut ilmu karena ingin bangga sebagai alim atau menipu orang-orang bodoh atau menarik perhatian orang, Allah swt akan memasukkannya ke dalam neraka”. Dari dua hadits itu dapat dipahami bahwa, begitu pentingnya keikhlasan yang harus dimiliki oleh peserta didik, sehingga pada hadits pertama menyebutkan peserta didik yang tidak ikhlas dalam menuntut ilmu tidak akan mencium aroma surga dan pada hadits kedua dia akan di masukkan ke dalam api neraka. 4. Menghormati Guru. Guru merupakan orang tua kedua setelah yang melahirkan kita, karena dialah yang mendidik kita dengan penuh kesabaran sehingga kita menjadi orang yang berilmu, maka sebagai peserta didik haruslah menghargai dan menghormati pendidiknya. Keharusan menghormati pendidik tersebut tergambar dalam hadits Rasulullah saw yaitu : Ubadah Ibn Samit meriwayatkan bahwa
  • 12. 12 Rasulullah saw bersabda : “Tidaklah termasuk umatku orang yang tidak memuliakan orang- orang dewasa, tidak menyayangi yang kecil dan tidak mengenal hak-hak orang alim (guru)”. Peserta didik harus menghormati pendidiknya, sehingga Rasulullah saw mengatakan bahwa peserta didik yang tidak menghargai dan menghormati pendidiknya bukanlah umatnya. 5. Memiliki Potensi. Semua manusia di lahirkan dalam keadaan fitrah yaitu suci, sebagian ulama mengatakan bahwa fitrah tersebut adalah potensi beragama. Sebagaimana hadits Rasulullah saw yang berbunyi : Abi Hurairah r.a meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda : “Setiap anak dilahirkan menurut fitrah (potensi beragama Islam). Selanjutnya, kedua orang tuanyalah yang membelokkannya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi bagaikan binatang melahirkan binatang, apakah kamu melihat kekurangan padanya?” 6. Memiliki Kemuliaan (Martabat). Sehubungan dengan ini ditemukan hadits antara lain : Dari Anas, saya mendengarkan Rasulullah saw bersabda : “Muliakanlah anak-anakmu dan baguskanlah pendidikannya”. Hadits tersebut memang perintah kepada orang tua untuk memuliakan dan mendidik anaknya dengan bagus, akan tetapi dapat juga kita pahami dari hadits tersebut tertuju kepada peserta didik, di mana seorang peserta didik harus memiliki kemulian atau martabat. Adapun di antara membaguskan pendidikan anak pada hadits di atas menurut hemat penulis yaitu : memberikan pemahaman-pemahaman kepada anak, memberikan teladan, memilihkan lembaga pendidikan yang baik bagi perkembangan anaknya serta memilihkan teman sebaya yang tidak akan menjerumuskan anaknya pada jalan yang tidak baik. 7. Memiliki Kesamaan Derajat. Adapun kesamaan derajat yang di maksud di sini adalah tidak adanya perbedaan antara jenis kelamin, perbedaan suku, warna kulit dan lain-lain dalam menuntut ilmu. Setiap manusia sama hanya saja perbedaannya pada tingkat ketaqwaannya. Sebagaimana hadits Rasulullah saw yaitu Jabir Ibn Abdullah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw berkhutbah di depan kami pada pertengahan hari tasyri', beliau bersabda : “Wahai manusia ! Ketahuilah sesungguhnya Tuhanmu Esa, nenek moyangmu satu. Ketahuilah bahwa tidak ada kelebihan bagi orang Arab dari orang non Arab, tidak pula ada kelebihan orang non Arab dari orang Arab, tidak ada kelebihan orang yang berkulit merah dari yang berkulit hitam dan tidak pula sebaliknya, kecuali karena taqwanya”. 8. Memiliki Perbedaan Kecerdasan.
  • 13. 13 Diriwayatkan dari Abu Musa r.a, bahwa Rasulullah saw pernah berkata : “Sesungguhnya perumpamaan hidayah (petunjuk) dan ilmu Allah swt, yang menjadikan aku sebagai utusan itu seperti hujan yang turun ke Bumi. Di antara bumi itu terdapat sebidang tanah subur yang menyerap air dan sebidang tanah itu rumput hijau tumbuh subur. Ada juga sebidang tanah yang tidak menumbuhkan apa-apa, walaupun tanah itu penuh dengan air. Padahal Allah swt, menurunkan air itu agar manusia dapat meminumnya, menghilangkan rasa haus dan menanam. Ada juga sekelompok orang yang mempunyai tanah gersang yang tidak ada air dan tidak tumbuh apa pun di tanah itu. Gambaran tersebut seperti orang yang mempunyai ilmu agama Allah swt dan mau memanfaatkan sesuatu yang telah menyebabkan aku diutus oleh Allah swt, kemudian orang itu mempelajari dan mengerjakannya. Seperti orang yang sedikitpun tidak tertarik dengan apa yang telah menyebabkan aku diutus oleh Allah swt, Ia tidak mendapat petunjuk dari Allah swt yang karenanya aku menjadi utusan-Nya”. Hadits ini menggambarkan perbedaan antara manusia dalam kemampuan belajar, memahami dan mengingatnya. Menurut Muhammad Usman Najati, ketiga kemampuan ini tergolong dalam pengertian intelektualitas. Berdasarkan hadits ini maka dapat dipahami bahwa intelektualitas manusia dapat dikualifikasikan dalam tiga golongan yaitu : seperti tanah subur, yang berarti orang dalam golongan ini mampu belajar, menghafal dan mengajarkan ilmu yang ia miliki kepada orang lain. Seperti tanah gersang, yang berarti orang dalam golongan ini mampu menjaga dan mengajarkannya kepada orang lain, tetapi ilmu yang dia miliki tidak bermanfaat pada dirinya sendiri. Seperti tanah tandus, orang dalam golongan ini tidak tertarik, apalagi menghafal dan mengajarkan kepada orang lain. Dengan demikian sebagai seorang pendidik memang harus bisa memahami perbedaan kecerdasaan peserta didik, sehingga pendidik dapat memilih metode, pendekatan dan media yang tepat sehingga semua peserta didik dapat mencerna materi pelajaran dengan baik. Hal ini dapat dilakukan oleh pendidik dengan mengaplikasikan metode pembelajaran yang bervariasi dan media yang beragam. 9. Memiliki Perbedaan Emosional. Dari Abi Sa'id Al-Khudriy ia berkata, Rasulullah saw bersabda : “Ingatlah, di antara anak Nabi Adam AS itu ada yang lambat marah dan cepat terkendali. Ada pula yang cepat marah dan cepat pula terkendali. Ingatlah, di antara anak Nabi Adam AS itu ada yang cepat marah dan lambat terkendali. Ingatlah, sebaik-baik mereka ialah yang lambat marahnya dan cepat terkendalinya. Ingatlah, seburuk-buruk anak Nabi Adam ialah yang cepat marahnya dan lambat terkendalinya”. Berdasarkan hadits tersebut, Muhammad Usman Najasi mengelompokkan tingkat emosi kemarahan manusia ke dalam tiga tingkatan.
  • 14. 14  Pertama, orang yang emosi kemarahannya lambat, jarang mengekspresikan kemarahannya, kalaupun marah ia akancepat mengendalikan emosi kemarahannya.Orang semacam ini dikategorikan sebagai manusia yang sangat mulia.  Kedua, orang yang emosi kemarahannya terlalu cepat tetapi ia juga cepat mengendalikannya.  Ketiga, orang yang emosi kemarahannya terlalu cepat muncul, dia sulit mengendalikannya kecuali dalam waktu yang lama. Orang semacam inilah dikategorikan sebagai manusia yang paling buruk. Metode penelitian berupa Living Hadits atau Library Research
  • 15. 15 Penutup Kesimpulan Dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :  Peserta didik adalah setiap orang yang meluangkan waktunya untuk belajar kepada seorang pendidik. Peserta didik adalah orang yang berada dalam fase pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik maupun psikis. Dengan demikian ia tidak bisa disamakan dengan orang dewasa yang berukuran kecil karena mempunyai spesifikasi tersendiri.  Peserta didik hendaknya bersungguh-sungguh atau tekun dalam mencari ilmu baik ilmu agama maupun ilmu umum. Apabila peserta didik telah mendapatkan ilmu, maka hendaknya ilmu tersebut dipergunakannya dengan baik dan diajarkannya kepada orang lain. Dari uraian hadits diatas, untuk mewujudkan peserta didik yang berkualitas berdasarkan tinjauan hadits dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Rasulullah saw, menjelaskan bahwa ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar. 2. Peserta didik diperbolehkan iri hati kepada orang lain yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas, sebagai cambuk untuk rakus dalam menuntut ilmu pengetahuan. 3. Peserta didik hendaknya selalu menghafal dan mengulangi pelajarannya, sehingga betul-betul menguasai materi yang telah disampaikan oleh pendidik. 4. Peserta didik yang hadir menuntut ilmu tidak boleh kikir, untuk menyampaikan ilmu kepada orang-orang yang tidak hadir. 5. Peserta didik hendaknya menuliskan ilmu yang disampaikan oleh pendidik, sehingga terjaga. 6. Peserta didik hendaknya menyadari bahwa dalam menuntut ilmu tersebut, ia berada dalam ridha Allah swt dan mempermudah baginya jalan menuju surga. 7. Peserta didik hendaknya berniat untuk mengajarkan ilmu yang diperolehnya untuk disebarkan dan diajarkan kepada orang lain agar bermanfaat bagi dirinya serta bagi orang lain. 8. Peserta didik tidak boleh malu belajar, karena orang yang malu dan sombong tidak akan dapat mempelajari ilmu agama. 9. Peserta didik hendaknya diam dan tenang, tidak ribut pada saat belajar.
  • 16. 16 Daftar Pustaka (Beirut : Darul Fikr, t.t.). -----, Sahih Muslim Bi-Syarh Al-Nawawi, (Beirut : Dar Al-Fikr, 1981). 1982. 1991. Hamd, Ibrahim, Muhammad. Maal Muallimîn, terj. Ahmad Syaikhu. Jakarta : Dârul Haq, 2002. Abdul Aziz Al-Qussy. 1974. Pokok-Pokok Kesehatan Jiwa Mental I. Jakarta : Bulan Bintang. Widodo Supriyono. 1996. Filsafat Manusia dalam Islam, Reformasi Filsafat Pendidikan Abudin Nata. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Logos. Ahmad bin Hanbal, Abu ‘Abd Al-Lah Al-Syaibani, Musnad Al-Imam Ahmad bin Hanbal, (Beirut : Dar Sadir, t.t.) . Ahmad Tafsir. 1999. Hadits Tarbawi. Bandung: Program Pascasarjana IAIN Sunan Gunung Al Kutub At-Tis’ah. 2000. Sembilan Kitab Hadits, CD Room, Windiows 98-2000-ME. Al-‘Aini, Abu Muhammad Mahmud bin Ahmad Badr Al-Din, Al-Syaikh, Al-Imam, Al- ‘Allamah,‘Umdat Al-Qari Syarh Sahih Al-Bukhari, (Beirut : Dar Ihya’ Turas Al-‘Arabi, t.t.) . Al-Bukhari, Abu ‘Abd Al-Lah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardzibah Al-Ju’fi, Al-Imam, Sahih Al-Bukhari, (t.p. : Dar Al-Fikr, 1994). Al-Hakim, Abu ‘Abd Al-Lah Muhammad bin ‘Abd Al-Lah Al-Naisa buri, Al-Hafiz, Al- Mustadrak ‘Ala Al-Shahihain, (Beirut : Maktabul Mathbu’at Al-Islamiyyah, t.t.). Al-Khatib, Muhammad ‘Ajjaj, Usul Al-Hadits : ‘Ulumuhu Wa Mustalahuhu, (Beirut : Dar Al- Fikr, 1989). Al-Nawawi, Muhy Al-Din Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf, Al-Majmu’ Syarhul Muhazzab, Al-Zahabi, Abu ‘Abd Al-Lah Muhammad bin Ahmad, Mizan Al-I’tidal fi Naqdir Rijal (Beirut : Dar Al-Ma’rifah, t.t.) . Al-Zuhaily, Wahbah, Fiqh Imam Syafi’I : Mengupas Masalah Fiqhiyah Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits, terj. Muhammad Afifi dan Abdul Hafiz, (Jakarta : Al-Mahira, 2010). Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara, 1996.
  • 17. 17 Ash-Shiddieqiy, M. Hasby, Koleksi Hadits-Hadits Hukum, (Semarang : Pustaka Rizki Utama, 2011). Asqalani, Ahmad Ibn Ali Ibn Hajar Abu Al-Fadhil. Fathul Bari Syarah Shahih Al-Bukhari. Badawi, A. Zaki, Mu’jam Musthalahat Al-‘Ulum Al-Ijtima’iyat, Beirut : Maktabah Libnan, Baihaqi, H., Mendidik Anak Dalam Kandungan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996. Beirut : Daral-Ma’rifah, 1379. Dâud. Beirut : Dâral-Kutub Al-’Ilmiyah, cet 1, 1401 H. Djati Bandung. Grendler, Bell E. Margaret. Belajar dan Membelajarkan, terj. Munandir. Jakarta : Rajawali, H. Bukhari, Abu Abdullah bin Muhammad Ismail Al-Jami’ Al-Shahih Al-Mukhtasar, Juz 1. Beirut : Dar Ibnu Katsir Al-Yamamah, 198. Hasan, A. Qadir, Ilmu Musthalah Hadits, (Bandung : Diponegoro, 1994). Ibnu Abu Hatim, Abu Muhammad ‘Abd Al-Rahman bin Abu Hatim Muhammad bin Idris bin Al-Munzir Al-Razi, Al-Imam, Al-Hafiz, Syaikh Al-Islam, Al-Jarhu Wa Al-Ta’dil, (Beirut : Dar Al- Kutub Al-‘Ilmiyyah, 1952). Ibnu Hajar, Abul Fadil Ahmad bin ‘Ali Al-‘Asqalani, Fath Al-Bari, (Beirut : Dar Al-Fikr, tt). - ----, Tahzib Al-Tahzib, (India : Dairah Al-Ma’arif, 1366 H). -----, Taqrib Al-Tahdzib, (t.p : Dar al- Fikr, 1995). Ibnu Majah, Abu ‘Abd Al-Lah Muhammad bin Yazid Al-Qazwaini, Sunan Ibn Majah, (t.p. : Dar Al-Fikr, t.t.). Imam Nawawi. 2001. Syarah Hadits Arbain. Yogyakarta : Media Hidayah. Islam. Yogyakarta : Pustaka pelajar. Lathîb, Muhammad Syamsy Al-Hâq Al-’Azhîm ‘Abadi. ‘Aunu Al-Ma’būd Syarh Sunan Abi Moh. Uzer Usman. 1990. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaha Rosdakarya. Muslim, Abu Al-Husain Muslim bin Hajjaj Al-Qusyairi Al-Naisaburi, Al-Jami’ Al-Sahih, (Beirut : Dar al-Fikr, 1994). Persada. Ramaliyus. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia. Departeman Agama RI. 1992. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Rogger J. Havigurst. 1964. Society and Education. Boston : Allyn & Bacon. Sardiman AM. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Suatari Eman Barnadib. 1989. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta : Budi Offset.
  • 18. 18 Zakiah Darajat. 1994. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta : Ruhama. Miska Muhammad Amin. 1983. Epistemologi Islam. Jakarta : Penerbit UI.