SlideShare a Scribd company logo
1 of 36
SISTEM PENCERNAAN
KOLELITIASIS
Disusun Oleh :
Kolelitiasis adalah adanya batu yang terdapat didalam kandung
empedu atau saluran empedu (duktus koledokus) atau keduanya
(Muttaqin dan Sari, 2011).
Batu empedu bisa terdapat pada kantung empedu, saluran empedu
ekstra hepatik, atau saluran empedu intra hepatik. Bila terletak di
dalam kantung empedu saja disebut kolesistolitiasis, dan yang terletak
di dalam saluran empedu ekstra hepatik (duktus koleduktus) disebut
koledokolitiasis, sedang bila terdapat di dalam saluran empedu intra
hepatik disebelah proksimal duktus hepatikus kanan dan kiri disebut
hepatolitiasis. Kolesistolitiasis dan koledokolitiasis disebut dengan
kolelitiasis.
Definisi
 Berdasarkan komposisi kimiawi dan gambaran
mikroskopiknya, batu empedu dibagi menjadi tiga
tipe utama oleh Suzuki dan Sato, yaitu batu
kolesterol (batu kolesterol murni, batu kombinasi,
batu campuran), batu pigmen (batu kasium
bilirubinat, batu hitam atau pigmen murni), dan
batu empedu yang jarang (batu kalsium karbonat,
dan batu kalsium asam lemak).
Klasifikasi
 a. Batu Kolesterol
 b. Batu pigmen
 c. Batu Campuran
Menurut Hadi (2002), batu empedu terbagi
menjadi tiga tipe yaitu:
 a). Soliter (single cholesterol stone) atau batu kolesterol tunggal
Tipe batu ini mengandung kristal kasar kekuning-kuningan,
pada foto rontgen terlihat intinya. Bentuknya bulat dengan
diameter 4 cm, dengan permukaan licin atau noduler. Batu ini
tidak mengandung kalsium sehingga tidak dapat dilihat pada
pemotretan sinar X biasa.
 b). Batu kolesterol campuran
Batu ini terbentuk bilamana terjadi infeksi sekunder pada
kandung empedu yaitu mengandung batu empedu kolesterol yang
soliter dimana pada permukaannya terdapat endapan pigmen
kalsium.
 c). Batu kolesterol ganda
Jenis batu ini jarang ditemui dan bersifat radio transulen.
a. Batu Kolesterol
 Pigmen kalkuli mengandung pigmen empedu dan
berbagai macam kalsium dan matriks dari bahan
organik. Batu ini biasanya berganda, kecil, keras,
amorf, bulat, berwarna hitam atau hijau tua.
Alasannya ± 10 % radioopaque.
b. Batu pigmen
 Batu ini adalah jenis yang paling banyak dijumpai (± 80
%), dan terdiri atas kolesterol, pigmen empedu, berbagai
garam kalsium dan matriks protein. Biasanya berganda
dan sedikit mengandung kalsium sehingga bersifat
radioopaque.
c. Batu Campuran
 Menurut Sjamsuhidajat (1997), Batu kolesterol
mengandung paling sedikit 70% kolesterol, dan sisanya
adalah kalsium karbonat, kalsium palmitit dan kalsium
bilirubinat. Bentuknya lebih bervariasi dibandingkan
bentuk batu pigmen. Dapat berupa batu soliter atau
multiple. Permukaanya mungkin licin atau multifaset,
bulat, berduri, da nada yang seperti buah murbei.
 Batu pigmen mengandung kurang dari 25% kolesterol,
sering ditemukan kecil-kecil, dapat berjumlah banyak,
warnanya bervariasi antara coklat, kemerahan, sampai
hitam, dan berbentuk seperti lumpur atau tanah yang
rapuh.
 Etiologi batu empedu masih belum diketahui
secara pasti. Kolelitiasis dapat terjadi dengan
atau tanpa faktor resiko dibawah ini. Namun,
semakin banyak faktor resiko yang dimiliki
seseorang, semakin besar kemungkinan untuk
terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko tersebut
antara lain:
Etiologi
 Jenis Kelamin
 Usia
 Obesitas
 Statis bilier
 Obat-obatan
 Diet
 Infeksi bilier
 Gangguan intestinal
 Aktifitas fisik
 Nutrisi intravena jangka lama
Faktor resiko terjadinya kolelitiasis :
 Batu empedu terdapat di dalam kandung empedu atau dapat bergerak
kearea lain dari system empedu. Pada saat pengososngan kandung
empedu atau pengisian kandung empedu batu dapat pindah dan terjebak
dalam leher kandung empedu. Selain leher cysticduct (saluran cyste),
atau saluran empedu menyebabkan bebuntuan. Ketika empedu tidak bias
mengalir dari kandung empedu. Terjadi bendungan dan iritasi lokakl dari
batu empedu menyebabkan radang batu empedu (cholecystitis)
 Faktor yang mendukung :
 1. Kadar kolesterol yang tinggi pada empedu
 2. Pengeluaran empedu yang berkurang
 3. Kecepatan pengosongan kandung empedu yang menurun
 4. Perubahan pada konsentrasi empedu atau bendungan empedu pada
kandung empedu
Patofisiologi
 a. Pemeriksaan Laboratorium
 1. Leukosit : 12.000 - 15.000 /iu (N : 5000 -
10.000 iu).
 2. Bilirubin : meningkat ringan, (N : < 0,4 mg/dl).
 3. Amilase serum meningkat.( N: 17 - 115
unit/100ml).
 4. Protrombin menurun, bila aliran dari empedu
intestin menurun karena obstruksi sehingga
menyebabkan penurunan absorbsi vitamin K.(cara
Kapilar : 2 - 6 mnt).
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan sinar-X abdomen bisa dilakukan
jika ada kecurigaan akan penyakit kandung
empedu dan untuk menyingkirkan penyebab
gejala yang lain. Namun demikian, hanya 15-20%
batu empedu yang mengalami cukup kalsifikasi
untuk dapat tampak melalui pemeriksaan sinar-
X.
b. Pemeriksaan sinar-X abdomen
hasil sinar-x pada kolelitiasis
 Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan
gambaran yang khas karena hanya sekitar 10-15% batu
kandung empedu yang bersifat radioopak. Kadang
kandung empedu yang mengandung cairan empedu
berkadar kalsium tinggi dapat dilihat dengan foto
polos. Pada peradangan akut dengan kandung empedu
yang membesar atau hidrops, kandung empedu kadang
terlihat sebagai massa jaringan lunak di kuadran kanan
atas yang menekan gambaran udara dalam usus besar
di fleksura hepatika. Walaupun teknik ini murah,
tetapi jarang dilakukan pada kolik bilier sebab nilai
diagnostiknya rendah.
c. Foto polos abdomen
Hasil foto polos abdomen pada kolelitiasis
 Pemeriksaan USG telah menggantikan
kolesistografi oral sebagai prosedur diagnostik
pilihan karena pemeriksaan ini dapat dilakukan
dengan cepat dan akurat, dan dapat digunakan
pada pendrita disfungsi hati dan icterus.
Disamping itu, pemerikasaan USG tidak membuat
pasien terpajan radiasi ionisasi. Prosedur ini akan
memberikan hasil paling akurat jika pasien sudah
berpuasa pada malam harinya sehingga kandung
empedunya dalam keadaan distensi. Penggunaan
ultra sound berdasarkan pada gelombang suara
yang dipantulkan kembali.
Ultrasonografi (USG)
hasil USG pada kolelitiasis
 Meskipun sudah digantikan dengan USG sebagai pilihan
utama, namun untuk penderita tertentu, kolesistografi
dengan kontras cukup baik karena relatif murah,
sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu
radiolusen sehingga dapat dihitung jumlah dan ukuran
batu.
e. Kolesistografi
Hasil pemeriksaan kolesistografi
 Pemeriksaan ERCP memungkinkan visualisasi struktur
secara langsung yang hanya dapat dilihat pada saat
melakukan laparotomi. Pemeriksaan ini meliputi insersi
endoskop serat-optik yang fleksibel ke dalam
esophagus hingga mencapai duodenum pasrs
desenden.Sebuah kanula dimasukkan ke dalam duktus
koledokus dan duktus pankreatikus, kemudian bahan
kontras disuntikkan ke dalam duktus tersebut untuk
memungkinkan visualisasi serta evaluasi percabangan
bilier. ERCP juga memungkinkan visualisasi langsung
struktur ini dan memudahkan akses ke dalam duktus
koledokus bagian distal untuk mengambil batu empedu.
f. Endoscopic Retrograde Cholangiopnacreatography
(ERCP)
hasil ERCP pada kolelitiasis
 CT scan juga merupakan metode pemeriksaan
yang akurat untuk menentukan adanya batu
empedu, pelebaran saluran empedu dan
koledokolitiasis. Walaupun demikian, teknik ini
jauh lebih mahal dibanding US.
h. Computed Tomografi (CT)
Hasil CT pada kolelitiasis
i. Magnetic resonance imaging (MRI) with magnetic resonance
cholangiopancreatography (MRCP)
 a. Penatalaksanaan Non-Pembedahan
Sasaran utama terapi medikal adalah untuk mengurangi
insiden serangan akut nyeri kandung empedu dan kolesistitis
dengan penatalaksanaan suportif dan diit, dan jika
memungkinkan, untuk menyingkirkan penyebab dengan
farmakoterapi, prosedur-prosedur endoskopi, atau intervensi
pembedahan.
 b. Penatalaksanaan Supotif dan Diet
Sekitar 80% pasien dengan inflamasi akut kandung empedu
sembuh dengan istirahat, cairan infus, pengisapan nasogastric,
analgesic dan antibiotik. Intervensi bedah harus ditunda sampai
gejala akut mereda dan evaluasi yang lengkap dapat dilaksanakan,
kecuali jika kondisi pasien semakin memburuk.
Penatalaksanaan
 Asam Kenodeoksikolat. Dosisnya 12-15 mg/kg/hari
pada orang yang tidak mengalami kegemukan.
Kegemukan jelas telah meningkatkan kolesterol
bilier, sehingga diperlukan dosis 18-20
mg/kg/hari. Dosis harus ditingkatkan bertahap
yang dimulai dari 500 mg/hari. Efek samping pada
pemberian asam kenodeoksikolat adalah diare.
Farmakoterapi
 Proses Keperawatan adalah pendekatan penyelesaian masalah yang sistematik untuk
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan yang melalui lima fase berikut
yaitu pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, implementasi, evaluasi.
 a. Pengkajian
 Data yang dikumpulkan meliputi :
 a). Identitas
 Ø Identitas klien
 Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data
mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.
 Ø Identitas penanggung jawab
 Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
Rencana Asuhan Keperawatan
 Ø Keluhan utama
 Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri abdomen pada
kuadran kanan atas.

 Ø Riwayat kesehatan sekarang
 Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST,
paliatif atau provokatif (P) yaitu fokus utama keluhan klien, quality atau kualitas
(Q) yaitu bagaimana nyeri/gatal dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu nyeri/gatal
menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi
nyeri/gatal atau klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien
merasakan nyeri/gatal tersebut.

 (P): Nyeri setelah makan, terutama makanan yang berlemak
 (Q): Nyeri dirasakan hebat
 (R): Nyeri dirasakan pada abdomen kuadran kanan atas dan menjalar ke punggung
atau bahu kanan.
 (S): Nyeri terasa saat melakukan inspirasi
 (T): Nyeri dirasakan sejak dua hari yang lalu
b). Riwayat Kesehatan
 Ø Riwayat kesehatan yang lalu
 Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayat sebelumnya.
 Ø Riwayat kesehatan keluarga
 Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit kolelitiasis.
 c). Pemeriksaan fisik
 Pendekatan dengan metode 6B:
 Ø B1-Breath
 Pernapasan tertekan ditandai dengan napas pendek dan dangkal, terjadi peningkatan frekuensi
pernapasan sebagai kompensasi.
 Ø B2-Blood
 Takikardi dan berkeringat karena peningkatan suhu akibat respon inflamasi.
 Ø B3-Brain
-
 Ø B4-Bladder
 Urine pekat dan berwarna gelap, akibat dari pigmen empedu.
 Ø B5-Bowel
 Feses berwarna kelabu “clay colored” akibat obstruksi duktus biliaris sehingga pigmen empedu tidak
dibuang melalui feses.
 Ø B6-Bone
 Ø Nyeri Akut b.b Agen Cedera Biologis: Obstruksi Kandung Empedu
 Ø Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b.d
Ketidakmampuan Pemasukan Nutrisi
 Ø Mual b.d Iritasi Lambung
 Ø Kekurangan Volume Cairan b.d Kehilangan Volume Cairan Aktif
 Ø Insomnia b.d Ketidaknyamanan Fisik: Nyeri
 Ø Hambatan Mobilitas Fisik b.d Nyeri
 Ø Ketidakefektifan Pola Nafas b.d Nyeri
 Ø Ansietas b.d Ancaman Kematian
 Ø Kerusakan Integritas Kulit b.d Faktor mekanik
 Ø Risiko Perdarahan
 Ø Risiko Infeksi b.d Kerusakan Integritas Kulit: Prosedur Invasif
b. Diagnosa--NANDA 2012-2014
No Prioritas Diagnosa
1 Nyeri Akut b.b Agen Cedera Biologis: Obstruksi Kandung Empedu.
2 Ketidakefektifan Pola Nafas b.d Nyeri
3 Kekurangan Volume Cairan b.d Kehilangan Volume Cairan Aktif
4 Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b.d
Ketidakmampuan Menelan Makanan
5 Mual b.d Iritasi Lambung
6 Ansietas b.d Ancaman Kematian
7 Insomnia b.d Ketidaknyamanan Fisik: Nyeri
8 Hambatan Mobilitas Fisik b.d Nyeri
9 Kerusakan Integritas Kulit
10 Risiko Perdarahan
11 Risiko Infeksi b.d Kerusakan Integritas Kulit: Prosedur Invasif
c. Prioritas Diagnosa
DATA MASALAH ETIOLOGI
Ds : klien mengatakan nyeri pada abdomen atas
dapat menyebar kepunggung atau bahu kanan
Nyeri mulai tiba-tiba dan biasanya memuncak
dalam 30 menit.
Do :
 Klien tampak gelisah.
 Klien tampak memegangi perut bagian
atas.
 Skala nyeri klien 3
Gangguan rasa nyaman nyeri. Obstruksi dan proses pembedahan.
Ds : klien mengatakan tidak nafsu makan.
Do :
 Berat badan menurun.
 Klien hanya menghabiskan ½ porsi
makanan.
 Klien tampak lemah.
Ketidakseimbangan nutrisi di dalam
tubuh.
Tidak adekuatnya dalam mengingesti dan
mengarbsorpsi makanan.
Ds : klien mengatakan sering mual dan muntah
serta berkeringat.
Do :
 Muntah > 4x
 Mukosa kering
 Turgor kulit tidak elastis.
Defisit volume cairan didalam tubuh. Kehilangan cairan yang berlebihan
(mual,muntah,berkeringat).
 Thank You~ 

More Related Content

Similar to kolelitiasis.pptx

Advances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptx
Advances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptxAdvances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptx
Advances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptxSombolayukPriska
 
Kelompok 5 NRA/lll
Kelompok 5 NRA/lllKelompok 5 NRA/lll
Kelompok 5 NRA/lllAgnes Putri
 
Kelompok 5 NRA/lll
Kelompok 5 NRA/lllKelompok 5 NRA/lll
Kelompok 5 NRA/lllAgnes Putri
 
Pembentukan batu kemih 2013
Pembentukan batu kemih 2013Pembentukan batu kemih 2013
Pembentukan batu kemih 2013Regi Septian
 
MANAGEMEN-MASALAH-UROLOGI-YANG-SERING-DIJUMPAI-PADA...BATU-SALURAN-KEMIH.pdf
MANAGEMEN-MASALAH-UROLOGI-YANG-SERING-DIJUMPAI-PADA...BATU-SALURAN-KEMIH.pdfMANAGEMEN-MASALAH-UROLOGI-YANG-SERING-DIJUMPAI-PADA...BATU-SALURAN-KEMIH.pdf
MANAGEMEN-MASALAH-UROLOGI-YANG-SERING-DIJUMPAI-PADA...BATU-SALURAN-KEMIH.pdfdhimaspermana1
 
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTAOBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTANindi Yulianti
 
129849345 batu-saluran-kemih-1
129849345 batu-saluran-kemih-1129849345 batu-saluran-kemih-1
129849345 batu-saluran-kemih-1homeworkping8
 
Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptx
Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptxKelainan_GastroIntestinal_GIT.pptx
Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptxnandananda776342
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan batu ginjal
Asuhan keperawatan pada klien dengan batu ginjalAsuhan keperawatan pada klien dengan batu ginjal
Asuhan keperawatan pada klien dengan batu ginjalChristian Paomey
 
Renal calculi
Renal calculiRenal calculi
Renal calculikutens
 
Makalah batu ginjal
Makalah batu ginjalMakalah batu ginjal
Makalah batu ginjalWarnet Raha
 
Askep batu ginjal
Askep batu ginjalAskep batu ginjal
Askep batu ginjalf' yagami
 

Similar to kolelitiasis.pptx (20)

Advances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptx
Advances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptxAdvances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptx
Advances in The Study of Acute Acalculous Cholecystitis.pptx
 
Kelompok 5 NRA/lll
Kelompok 5 NRA/lllKelompok 5 NRA/lll
Kelompok 5 NRA/lll
 
Kelompok 5 NRA/lll
Kelompok 5 NRA/lllKelompok 5 NRA/lll
Kelompok 5 NRA/lll
 
Pembentukan batu kemih 2013
Pembentukan batu kemih 2013Pembentukan batu kemih 2013
Pembentukan batu kemih 2013
 
MANAGEMEN-MASALAH-UROLOGI-YANG-SERING-DIJUMPAI-PADA...BATU-SALURAN-KEMIH.pdf
MANAGEMEN-MASALAH-UROLOGI-YANG-SERING-DIJUMPAI-PADA...BATU-SALURAN-KEMIH.pdfMANAGEMEN-MASALAH-UROLOGI-YANG-SERING-DIJUMPAI-PADA...BATU-SALURAN-KEMIH.pdf
MANAGEMEN-MASALAH-UROLOGI-YANG-SERING-DIJUMPAI-PADA...BATU-SALURAN-KEMIH.pdf
 
Koledokolitiasis
KoledokolitiasisKoledokolitiasis
Koledokolitiasis
 
Makalah batu ginjal
Makalah batu ginjalMakalah batu ginjal
Makalah batu ginjal
 
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTAOBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
OBSTRUKSI BILIARIS/POLTEKKES SURAKARTA
 
129849345 batu-saluran-kemih-1
129849345 batu-saluran-kemih-1129849345 batu-saluran-kemih-1
129849345 batu-saluran-kemih-1
 
lapkas soft tissue
lapkas soft tissuelapkas soft tissue
lapkas soft tissue
 
Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptx
Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptxKelainan_GastroIntestinal_GIT.pptx
Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptx
 
LP CHOLELIALITIASIS.doc
LP CHOLELIALITIASIS.docLP CHOLELIALITIASIS.doc
LP CHOLELIALITIASIS.doc
 
Husna 1
Husna 1Husna 1
Husna 1
 
Urolithiasis
UrolithiasisUrolithiasis
Urolithiasis
 
Askep nefrolitiasis dan urolitiasi1
Askep nefrolitiasis dan urolitiasi1Askep nefrolitiasis dan urolitiasi1
Askep nefrolitiasis dan urolitiasi1
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan batu ginjal
Asuhan keperawatan pada klien dengan batu ginjalAsuhan keperawatan pada klien dengan batu ginjal
Asuhan keperawatan pada klien dengan batu ginjal
 
Renal calculi
Renal calculiRenal calculi
Renal calculi
 
Makalah batu ginjal
Makalah batu ginjalMakalah batu ginjal
Makalah batu ginjal
 
Makalah batu ginjal
Makalah batu ginjalMakalah batu ginjal
Makalah batu ginjal
 
Askep batu ginjal
Askep batu ginjalAskep batu ginjal
Askep batu ginjal
 

Recently uploaded

TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfAyundaHennaPelalawan
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 

Recently uploaded (20)

TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 

kolelitiasis.pptx

  • 2. Kolelitiasis adalah adanya batu yang terdapat didalam kandung empedu atau saluran empedu (duktus koledokus) atau keduanya (Muttaqin dan Sari, 2011). Batu empedu bisa terdapat pada kantung empedu, saluran empedu ekstra hepatik, atau saluran empedu intra hepatik. Bila terletak di dalam kantung empedu saja disebut kolesistolitiasis, dan yang terletak di dalam saluran empedu ekstra hepatik (duktus koleduktus) disebut koledokolitiasis, sedang bila terdapat di dalam saluran empedu intra hepatik disebelah proksimal duktus hepatikus kanan dan kiri disebut hepatolitiasis. Kolesistolitiasis dan koledokolitiasis disebut dengan kolelitiasis. Definisi
  • 3.
  • 4.  Berdasarkan komposisi kimiawi dan gambaran mikroskopiknya, batu empedu dibagi menjadi tiga tipe utama oleh Suzuki dan Sato, yaitu batu kolesterol (batu kolesterol murni, batu kombinasi, batu campuran), batu pigmen (batu kasium bilirubinat, batu hitam atau pigmen murni), dan batu empedu yang jarang (batu kalsium karbonat, dan batu kalsium asam lemak). Klasifikasi
  • 5.  a. Batu Kolesterol  b. Batu pigmen  c. Batu Campuran Menurut Hadi (2002), batu empedu terbagi menjadi tiga tipe yaitu:
  • 6.  a). Soliter (single cholesterol stone) atau batu kolesterol tunggal Tipe batu ini mengandung kristal kasar kekuning-kuningan, pada foto rontgen terlihat intinya. Bentuknya bulat dengan diameter 4 cm, dengan permukaan licin atau noduler. Batu ini tidak mengandung kalsium sehingga tidak dapat dilihat pada pemotretan sinar X biasa.  b). Batu kolesterol campuran Batu ini terbentuk bilamana terjadi infeksi sekunder pada kandung empedu yaitu mengandung batu empedu kolesterol yang soliter dimana pada permukaannya terdapat endapan pigmen kalsium.  c). Batu kolesterol ganda Jenis batu ini jarang ditemui dan bersifat radio transulen. a. Batu Kolesterol
  • 7.  Pigmen kalkuli mengandung pigmen empedu dan berbagai macam kalsium dan matriks dari bahan organik. Batu ini biasanya berganda, kecil, keras, amorf, bulat, berwarna hitam atau hijau tua. Alasannya ± 10 % radioopaque. b. Batu pigmen
  • 8.  Batu ini adalah jenis yang paling banyak dijumpai (± 80 %), dan terdiri atas kolesterol, pigmen empedu, berbagai garam kalsium dan matriks protein. Biasanya berganda dan sedikit mengandung kalsium sehingga bersifat radioopaque. c. Batu Campuran
  • 9.  Menurut Sjamsuhidajat (1997), Batu kolesterol mengandung paling sedikit 70% kolesterol, dan sisanya adalah kalsium karbonat, kalsium palmitit dan kalsium bilirubinat. Bentuknya lebih bervariasi dibandingkan bentuk batu pigmen. Dapat berupa batu soliter atau multiple. Permukaanya mungkin licin atau multifaset, bulat, berduri, da nada yang seperti buah murbei.  Batu pigmen mengandung kurang dari 25% kolesterol, sering ditemukan kecil-kecil, dapat berjumlah banyak, warnanya bervariasi antara coklat, kemerahan, sampai hitam, dan berbentuk seperti lumpur atau tanah yang rapuh.
  • 10.
  • 11.  Etiologi batu empedu masih belum diketahui secara pasti. Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini. Namun, semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko tersebut antara lain: Etiologi
  • 12.  Jenis Kelamin  Usia  Obesitas  Statis bilier  Obat-obatan  Diet  Infeksi bilier  Gangguan intestinal  Aktifitas fisik  Nutrisi intravena jangka lama Faktor resiko terjadinya kolelitiasis :
  • 13.  Batu empedu terdapat di dalam kandung empedu atau dapat bergerak kearea lain dari system empedu. Pada saat pengososngan kandung empedu atau pengisian kandung empedu batu dapat pindah dan terjebak dalam leher kandung empedu. Selain leher cysticduct (saluran cyste), atau saluran empedu menyebabkan bebuntuan. Ketika empedu tidak bias mengalir dari kandung empedu. Terjadi bendungan dan iritasi lokakl dari batu empedu menyebabkan radang batu empedu (cholecystitis)  Faktor yang mendukung :  1. Kadar kolesterol yang tinggi pada empedu  2. Pengeluaran empedu yang berkurang  3. Kecepatan pengosongan kandung empedu yang menurun  4. Perubahan pada konsentrasi empedu atau bendungan empedu pada kandung empedu Patofisiologi
  • 14.  a. Pemeriksaan Laboratorium  1. Leukosit : 12.000 - 15.000 /iu (N : 5000 - 10.000 iu).  2. Bilirubin : meningkat ringan, (N : < 0,4 mg/dl).  3. Amilase serum meningkat.( N: 17 - 115 unit/100ml).  4. Protrombin menurun, bila aliran dari empedu intestin menurun karena obstruksi sehingga menyebabkan penurunan absorbsi vitamin K.(cara Kapilar : 2 - 6 mnt). Pemeriksaan Penunjang
  • 15.  Pemeriksaan sinar-X abdomen bisa dilakukan jika ada kecurigaan akan penyakit kandung empedu dan untuk menyingkirkan penyebab gejala yang lain. Namun demikian, hanya 15-20% batu empedu yang mengalami cukup kalsifikasi untuk dapat tampak melalui pemeriksaan sinar- X. b. Pemeriksaan sinar-X abdomen
  • 16. hasil sinar-x pada kolelitiasis
  • 17.  Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang khas karena hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak. Kadang kandung empedu yang mengandung cairan empedu berkadar kalsium tinggi dapat dilihat dengan foto polos. Pada peradangan akut dengan kandung empedu yang membesar atau hidrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai massa jaringan lunak di kuadran kanan atas yang menekan gambaran udara dalam usus besar di fleksura hepatika. Walaupun teknik ini murah, tetapi jarang dilakukan pada kolik bilier sebab nilai diagnostiknya rendah. c. Foto polos abdomen
  • 18. Hasil foto polos abdomen pada kolelitiasis
  • 19.  Pemeriksaan USG telah menggantikan kolesistografi oral sebagai prosedur diagnostik pilihan karena pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat dan akurat, dan dapat digunakan pada pendrita disfungsi hati dan icterus. Disamping itu, pemerikasaan USG tidak membuat pasien terpajan radiasi ionisasi. Prosedur ini akan memberikan hasil paling akurat jika pasien sudah berpuasa pada malam harinya sehingga kandung empedunya dalam keadaan distensi. Penggunaan ultra sound berdasarkan pada gelombang suara yang dipantulkan kembali. Ultrasonografi (USG)
  • 20. hasil USG pada kolelitiasis
  • 21.  Meskipun sudah digantikan dengan USG sebagai pilihan utama, namun untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik karena relatif murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat batu radiolusen sehingga dapat dihitung jumlah dan ukuran batu. e. Kolesistografi
  • 23.  Pemeriksaan ERCP memungkinkan visualisasi struktur secara langsung yang hanya dapat dilihat pada saat melakukan laparotomi. Pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop serat-optik yang fleksibel ke dalam esophagus hingga mencapai duodenum pasrs desenden.Sebuah kanula dimasukkan ke dalam duktus koledokus dan duktus pankreatikus, kemudian bahan kontras disuntikkan ke dalam duktus tersebut untuk memungkinkan visualisasi serta evaluasi percabangan bilier. ERCP juga memungkinkan visualisasi langsung struktur ini dan memudahkan akses ke dalam duktus koledokus bagian distal untuk mengambil batu empedu. f. Endoscopic Retrograde Cholangiopnacreatography (ERCP)
  • 24. hasil ERCP pada kolelitiasis
  • 25.  CT scan juga merupakan metode pemeriksaan yang akurat untuk menentukan adanya batu empedu, pelebaran saluran empedu dan koledokolitiasis. Walaupun demikian, teknik ini jauh lebih mahal dibanding US. h. Computed Tomografi (CT)
  • 26. Hasil CT pada kolelitiasis
  • 27. i. Magnetic resonance imaging (MRI) with magnetic resonance cholangiopancreatography (MRCP)
  • 28.  a. Penatalaksanaan Non-Pembedahan Sasaran utama terapi medikal adalah untuk mengurangi insiden serangan akut nyeri kandung empedu dan kolesistitis dengan penatalaksanaan suportif dan diit, dan jika memungkinkan, untuk menyingkirkan penyebab dengan farmakoterapi, prosedur-prosedur endoskopi, atau intervensi pembedahan.  b. Penatalaksanaan Supotif dan Diet Sekitar 80% pasien dengan inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan istirahat, cairan infus, pengisapan nasogastric, analgesic dan antibiotik. Intervensi bedah harus ditunda sampai gejala akut mereda dan evaluasi yang lengkap dapat dilaksanakan, kecuali jika kondisi pasien semakin memburuk. Penatalaksanaan
  • 29.  Asam Kenodeoksikolat. Dosisnya 12-15 mg/kg/hari pada orang yang tidak mengalami kegemukan. Kegemukan jelas telah meningkatkan kolesterol bilier, sehingga diperlukan dosis 18-20 mg/kg/hari. Dosis harus ditingkatkan bertahap yang dimulai dari 500 mg/hari. Efek samping pada pemberian asam kenodeoksikolat adalah diare. Farmakoterapi
  • 30.  Proses Keperawatan adalah pendekatan penyelesaian masalah yang sistematik untuk merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan yang melalui lima fase berikut yaitu pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, implementasi, evaluasi.  a. Pengkajian  Data yang dikumpulkan meliputi :  a). Identitas  Ø Identitas klien  Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.  Ø Identitas penanggung jawab  Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat. Rencana Asuhan Keperawatan
  • 31.  Ø Keluhan utama  Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri abdomen pada kuadran kanan atas.   Ø Riwayat kesehatan sekarang  Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu fokus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri/gatal dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu nyeri/gatal menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi nyeri/gatal atau klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri/gatal tersebut.   (P): Nyeri setelah makan, terutama makanan yang berlemak  (Q): Nyeri dirasakan hebat  (R): Nyeri dirasakan pada abdomen kuadran kanan atas dan menjalar ke punggung atau bahu kanan.  (S): Nyeri terasa saat melakukan inspirasi  (T): Nyeri dirasakan sejak dua hari yang lalu b). Riwayat Kesehatan
  • 32.  Ø Riwayat kesehatan yang lalu  Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayat sebelumnya.  Ø Riwayat kesehatan keluarga  Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit kolelitiasis.  c). Pemeriksaan fisik  Pendekatan dengan metode 6B:  Ø B1-Breath  Pernapasan tertekan ditandai dengan napas pendek dan dangkal, terjadi peningkatan frekuensi pernapasan sebagai kompensasi.  Ø B2-Blood  Takikardi dan berkeringat karena peningkatan suhu akibat respon inflamasi.  Ø B3-Brain -  Ø B4-Bladder  Urine pekat dan berwarna gelap, akibat dari pigmen empedu.  Ø B5-Bowel  Feses berwarna kelabu “clay colored” akibat obstruksi duktus biliaris sehingga pigmen empedu tidak dibuang melalui feses.  Ø B6-Bone
  • 33.  Ø Nyeri Akut b.b Agen Cedera Biologis: Obstruksi Kandung Empedu  Ø Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b.d Ketidakmampuan Pemasukan Nutrisi  Ø Mual b.d Iritasi Lambung  Ø Kekurangan Volume Cairan b.d Kehilangan Volume Cairan Aktif  Ø Insomnia b.d Ketidaknyamanan Fisik: Nyeri  Ø Hambatan Mobilitas Fisik b.d Nyeri  Ø Ketidakefektifan Pola Nafas b.d Nyeri  Ø Ansietas b.d Ancaman Kematian  Ø Kerusakan Integritas Kulit b.d Faktor mekanik  Ø Risiko Perdarahan  Ø Risiko Infeksi b.d Kerusakan Integritas Kulit: Prosedur Invasif b. Diagnosa--NANDA 2012-2014
  • 34. No Prioritas Diagnosa 1 Nyeri Akut b.b Agen Cedera Biologis: Obstruksi Kandung Empedu. 2 Ketidakefektifan Pola Nafas b.d Nyeri 3 Kekurangan Volume Cairan b.d Kehilangan Volume Cairan Aktif 4 Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b.d Ketidakmampuan Menelan Makanan 5 Mual b.d Iritasi Lambung 6 Ansietas b.d Ancaman Kematian 7 Insomnia b.d Ketidaknyamanan Fisik: Nyeri 8 Hambatan Mobilitas Fisik b.d Nyeri 9 Kerusakan Integritas Kulit 10 Risiko Perdarahan 11 Risiko Infeksi b.d Kerusakan Integritas Kulit: Prosedur Invasif c. Prioritas Diagnosa
  • 35. DATA MASALAH ETIOLOGI Ds : klien mengatakan nyeri pada abdomen atas dapat menyebar kepunggung atau bahu kanan Nyeri mulai tiba-tiba dan biasanya memuncak dalam 30 menit. Do :  Klien tampak gelisah.  Klien tampak memegangi perut bagian atas.  Skala nyeri klien 3 Gangguan rasa nyaman nyeri. Obstruksi dan proses pembedahan. Ds : klien mengatakan tidak nafsu makan. Do :  Berat badan menurun.  Klien hanya menghabiskan ½ porsi makanan.  Klien tampak lemah. Ketidakseimbangan nutrisi di dalam tubuh. Tidak adekuatnya dalam mengingesti dan mengarbsorpsi makanan. Ds : klien mengatakan sering mual dan muntah serta berkeringat. Do :  Muntah > 4x  Mukosa kering  Turgor kulit tidak elastis. Defisit volume cairan didalam tubuh. Kehilangan cairan yang berlebihan (mual,muntah,berkeringat).