SlideShare a Scribd company logo
1 of 95
Disklaimer Daftar isi
Matematika
SMP/MTs Kelas VIII
Semester 1
• Powerpoint pembelajaran ini dibuat sebagai alternatif guna
membantu Bapak/Ibu Guru melaksanakan pembelajaran.
• Materi powerpoint ini mengacu pada Kompetensi Inti (KI)
dan Kompetensi Dasar (KD) Kurikulum 2013.
• Dengan berbagai alasan, materi dalam powerpoint ini
disajikan secara ringkas, hanya memuat poin-poin besar
saja.
• Dalam penggunaannya nanti, Bapak/Ibu Guru dapat
mengembangkannya sesuai kebutuhan.
• Harapan kami, dengan powerpoint ini Bapak/Ibu Guru
dapat mengembangkan pembelajaran secara kreatif dan
interaktif.
Disklaimer
Daftar Isi
BAB I Pola Bilangan
BAB II Koordinat Kartesius
BAB III Relasi dan Fungsi
BAB IV Persamaan Garis Lurus
BAB V Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel
BAB
Pola Bilangan
I
A. Pola Barisan
Konfigurasi Objek
B. Pola dan Suku-Suku
Barisan Bilangan
C. Barisan dan Deret
Aritmetika
D. Barisan dan Deret
Geometri
Kembali ke daftar isi
A. Pola Konfigurasi Objek
1. Pengertian Pola Barisan Bilangan
2. Barisan Bilangan Khusus dan Polanya
Gambar 1.1 Susunan
kartu bridge
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
1. Pengertian Pola Barisan Bilangan
Perhatikan pola batang-batang korek api berikut.
Banyak batang korek api yang pada setiap pola adalah 3, 5, 7, 9.
Banyak batang korek api yang dibutuhkan pada pola berikutnya
dapat ditentukan dengan menambahkan 2 batang pada pola
sebelumnya.
3, 5, 7, 9 merupakan salah satu contoh barisan bilangan.
Jadi, barisan bilangan dapat diartikan sebagai susunan bilangan
yang memiliki keteraturan. Setiap bilangan pada pola bilangan
disebut suku yang dapat diperoleh berdasarkan aturan tertentu
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
2. Barisan Bilangan Khusus dan Polanya
a. Barisan Bilangan Asli
Pola barisan bilangan asli sebagai berikut.
Jadi, barisan bilangan asli adalah 1, 2, 3, 4, 5, 6, · · · .
b. Barisan Bilangan Ganjil
Pola barisan bilangan ganjil sebagai berikut.
Jadi, barisan bilangan ganjil adalah 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, · ·
· .
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
c. Barisan Bilangan Genap
Pola barisan bilangan genap sebagai berikut.
Jadi, barisan bilangan genap adalah 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, · · · .
d. Barisan Bilangan Segitiga
Pola barisan bilangan segitiga sebagai berikut.
Jadi, barisan bilangan segitiga adalah 1, 3, 6, 10, 15, · · · .
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
e. Barisan Bilangan Persegi Panjang
Contoh pola barisan bilangan persegi panjang sebagai berikut.
Salah satu barisan bilangan persegi panjang adalah 2, 6, 12, 20, · · · .
f. Barisan Bilangan Persegi/Bilangan Kuadrat
Pola barisan bilangan persegi sebagai berikut.
Jadi, barisan bilangan persegi adalah 1, 4, 9, 16, 25, · · · .
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
g. Pola Segitiga :
Banyak noktah pada susunan segitiga di atas membentuk pola bilangan
1, 3, 6, 10, 15,… yang disebut pola bilangan segitiga
Aturan untuk membentuk pola bilangan segitiga tersebut adalah sebagai berikut
1 3 6 10 15
Rumus pola bilangan segitiga adalah :
+2 +3 +4 +5
)
1
(
2
1

 n
n
Tn
Pada pola segitiga jika terdapat dua pola yang
sama di gabung maka akan membentuk pola
bilagan persegi panjang sehingga dapat
disimpulkan bahwa pola bilangan segitiga
adalah setengah dari pola bilangan persegi
panjang
h. Barisan Bilangan pada Segitiga Pascal
Beberapa sifat barisan bilangan pada segitiga Pascal sebagai berikut.
1) Pada setiap baris diawali dan diakhiri dengan bilangan 1.
2) Setiap bilangan diperoleh dengan menjumlah dua bilangan di atasnya kecuali
bilangan pada baris pertama dan kedua.
3) Bilangan-bilangan dalam satu diagonal membentuk suatu barisan, misalkan:
diagonal pertama: 1, 1, 1, 1, 1, · · · (barisan bilangan konstan)
diagonal kedua: 1, 2, 3, 4, · · · (barisan bilangan asli)
diagonal ketiga: 1, 3, 6, 10, · · · (barisan bilangan segitiga)
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Keistimewaan Segitiga Pascal
1. Terdapat beberapa pola bilagan, sbb:
pola bilagan asli : 1, 2, 3, 4, 5,…
Pola bilagan segitiga : 1, 3, 6, 10,…
2. Bilagan pada setiap baris merupakan koefisien hasil penjabaran dari
pemangkatan suku dua
3. Jumlah bilagan dalam setiap baris menunjukkan banyak himpunan
bagian dari suatu himpunan
CONTOH SOAL
Perhatikan pola noktah berikut.
Berapa noktah pada pola kedelapan belas?
Jawaban:
Dari gambar diperoleh banyak noktah pada:
gambar ke-1 = 1
gambar ke-2 = 1 + 1 × 3 = 4
gambar ke-3 = 1 + 2 × 3 = 7
gambar ke-4 = 1 + 3 × 3 = 10
Dari pola di atas maka:
gambar ke-18 = 1 + 17 × 3 = 1 + 51 = 52
Jadi, banyak noktah pada pola kedelapan belas adalah 52.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
B. Pola dan Suku-Suku Barisan Bilangan
1. Pengertian Barisan Bilangan
2. Beberapa Contoh Aturan
Barisan Bilangan
3. Menemukan Rumus Suku Ke-n
(Un)
Gambar 1.2 Susunan
kaleng susu
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
1. Pengertian Barisan Bilangan
Perhatikan barisan bilangan-bilangan berikut.
a. 1, 3, 5, 7  Memiliki 4 suku
U1 U2 U3 U4  Suku ke-n (Un)
b. 2, 4, 6, 8, 10  Memiliki 5 suku
U1 U2 U3 U4 U5  Suku ke-n (Un)
c. 3, 6, 9, 12, 15, · · ·  Banyak suku tak hingga
U1 U2 U3 U4 U5  Suku ke-n (Un)
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
2. Beberapa Contoh Aturan Barisan Bilangan
a. Barisan dengan Aturan Ditambah
1) Barisan Bertingkat Satu
Barisan bilangan adalah 1, 3, 5, 7, · · ·.
2) Barisan Bertingkat Dua
Barisan bilangan adalah 0, 1, 3, 6, · · ·.
3) Barisan Bertingkat Tiga
Barisan bilangan adalah 0, 1, 3, 8, 18, 35, · · ·.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
b. Barisan dengan Aturan Dikali
d. Barisan fibonacci
1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, . . .
Aturannya: mulai suku ketiga,
setiap suku diperoleh dengan
menjumlahkan dua suku
sebelumnya.
c. Barisan dengan Aturan Dipangkatkan
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
3. Rumus Suku Ke-n (Un) Barisan Bilangan
Prinsip dasar menentukan rumus suku ke-n adalah mencari kaitan
antara bilangan satu dengan suku kesatu, bilangan dua dengan suku
kedua, bilangan tiga dengan suku ketiga, dan seterusnya.
Contoh:
Barisan bilangan 2, 4, 8, 16, · · ·
U1 = 2 = 21
U2 = 4 = 22
U3 = 8 = 23
U4 = 16 = 24, dan seterusnya
Diperoleh rumus suku ke-n adalah Un = 2n .
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
C. Barisan dan Deret Aritmetika
1. Barisan Aritmetika
2. Deret Aritmetika
Gambar 1.3 Reka rajin
menabung
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
1. Barisan Aritmetika
a. Pengertian Barisan Aritmetika
Perhatikan contoh barisan aritmetika berikut.
Barisan 1:
U1 U2 U3 U4 U5  Suku ke-n (Un)
    
1, 8, 15, 22, 29  Barisan aritmetika naik (memiliki b > 0)
+7 +7 +7 +7  Beda (b) positif
Barisan 2:
U1 U2 U3 U4 U5  Suku ke-n (Un)
    
30, 24, 18, 12, 2  Barisan aritmetika naik (memiliki b < 0)
–10 –10 –10 –10  Beda (b) negatif
Dari kedua contoh barisan aritmetika tersebut terlihat setiap dua
suku yang berurutan memiliki beda yang sama. Barisan 1 memiliki
beda b = 7 dan barisan kedua memiliki beda b = –10.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
b. Rumus-Rumus pada Barisan Aritmetika
1) Rumus Suku Ke-n (Un)
Un = a + (n – 1)b
2) Beda (b)
b = Un – (Un – 1)
3) Rumus Suku Tengah (Ut)
 
t 1 n
1
U = U +U
2
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Jika U1, U2, U3, · · · , Un – 1, Un membentuk barisan aritmetika, bentuk
penjumlahan U1 + U2 + U3 + · · · + Un – 1 + Un disebut deret aritmetika.
2. Deret Aritmetika
Rumus penjumlahan n suku pertama deret aritmetika:
Sn adalah jumlah n suku pertama
n adalah banyak suku
a adalah suku pertama
b adalah beda suku
Un adalah suku terakhir
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Contoh Soal
Setiap minggu Dina menyimpan uang di laci. Pada minggu
pertama Dina menyimpan Rp500,00, minggu kedua
Rp700,00, minggu ketiga Rp900,00, minggu keempat
Rp1.100,00, begitu seterusnya setiap minggu bertambah
Rp200,00.
a. Tentukan besar uang yang disimpan Dina pada minggu ke-
20.
b. Tentukan jumlah uang yang disimpan Dina setelah 36
minggu.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Barisan bilangan bertingkat (tingkat) adalah barisan bilangan
yang mempunyai beda yang sama pada tingkat kedua.
Perhatikan baris bilangan berpangkat berikut!
Tentukan !
a. Aturan pembentukan baris bilangan diatas pada tingkat kedua
b. Tiga suku berikutnya pada barisan bilangan tersebut
Rumus suku ke-n baris bilangan berpangkat adalah
Dengan a, b, dan c adalah bilagan real dan
Untuk memperoleh nilai, a, b, dan c menggunakan rumus berikut:
c
bn
an
Un 

 2
0

a
1
1
1
3
2
U
c
b
a
x
b
a
y
a






1
x
1
y
Mengunakan rumus
Contoh :
Suku ke 9 dari baris bilangan 8, 16, 16, 23, 32,… adalah…
Jawab :
Diketahui barisan bilangan bertingkat berikut,
Tentukan :
i). rumus suku ke-n
ii). besar suku ke 10
a). 1, 6, 15, 28
b). 1, 3, 7, 13, 21
c). 1, 5, 12, 22, 35
d). 8, 11, 16, 23, 32
e). 2, 10, 30, 68, 130
a). 1, 6, 15, 28
2 4
2
4
2
a
a
a
 



 

3 5
1
3(2) 5
a b
b
b
  


  
1
0
2 ( 1) 1
a b c
c
c
   


    
2
2
2
).
(2) ( 1) (0)
2
n
n
n
i Rumus U an bn c
U n n
U n n
  
   
 
2
10
2
10
10
10
10
). 2
2(10) (10)
2(100) (10)
200 10
190
ii U n n
U
U
U
U
 
 
 
 

D. Barisan dan Deret Geometri
1. Barisan Geometri
2. Deret Geometri
Gambar 1.4 Pembelahan sel
Amoeba
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
1. Barisan Geometri
a. Pengertian Barisan Geometri
Perhatikan contoh barisan geometri berikut.
Barisan 1:
U1 U2 U3 U4 U5  Suku ke-n (Un)
    
1, 2, 4, 8, 16
×2 ×2 ×2 ×2 Rasio (r)
Barisan 2:
U1 U2 U3 U4 U5 Suku ke-n (Un)
   
162, 54, 8, 6, 2
Rasio (r)
Dari kedua contoh barisan geometri tersebut terlihat setiap dua suku
yang berurutan memiliki rasio yang sama.

1
3

1
3 
1
3

1
3
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
b. Rumus-Rumus pada Barisan Aritmetika
1) Rumus Suku Ke-n (Un)
Un = arn – 1
2) Rasio (r)
3) Rumus Suku Tengah (Ut)

 n
n 1
U
r
U
 
t 1 n
U U U
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Jika U1, U2, U3, · · · , Un – 1, Un membentuk barisan geometri, bentuk
penjumlahan U1 + U2 + U3 + · · · + Un – 1 + Un disebut deret geometri.
2. Deret Geometri
Rumus penjumlahan n suku pertama deret geometri:
Sn adalah jumlah n suku pertama
n adalah banyak suku
a adalah suku pertama
r adalah rasio suku
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Contoh Soal
1. Tentukan suku ke-8 dari setiap barisan geometri berikut.
a. 1, 3, 9, 27, · · ·
b. 3, –6, 12, –24, · · ·
2. Berdasarkan suatu pengamatan diketahui bahwa setiap
bakteri berkembang biak menjadi dua kali lipat dalam
waktu dua menit. Semula ada 50 sel bakteri untuk
pengamatan.
a. Berapa banyak bakteri setelah 10 menit?
b. Setelah berapa menit jumlah bakteri menjadi 25.600
sel?
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
BAB
Koordinat Kartesius
II
A. Posisi Titik pada Bidang Koordinat
B. Posisi Titik terhadap Titik Acuan
C. Posisi Garis terhadap Garis Sumbu
Kembali ke daftar isi
A. Posisi Titik pada Bidang Koordinat
1. Membaca Posisi Tempat Menggunakan Bidang Koordinat
2. Membaca dan Menuliskan Posisi Titik pada Bidang Koordinat
3. Jarak Tempat terhadap Garis Sumbu
Gambar 2.1 Denah tempat-tempat di sekitar Jalan Pemuda
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Posisi tempat-tempat pelayanan pada
Gambar 2.2 dapat ditulis sebagai
berikut.
Hotel terletak pada koordinat (C, 5).
Bank terletak pada koordinat (F, 5).
Pasar terletak pada koordinat (F, 10).
Kantor pos terletak pada koordinat (J, 3).
Sekolah terletak pada koordinat (J, 9).
Gambar 2.2 Bidang koordinat
1. Membaca Posisi Tempat Menggunakan Bidang
Koordinat
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Cara membaca letak titik pada sistem
koordinat kartesius sebagai berikut.
a. Gunakan titik asal (0, 0) sebagai titik
acuan untuk menentukan titik A(x, y).
b. Nilai x pada sumbu X menunjukkan
banyak langkah/satuan pada arah
mendatar (arah ke kanan atau arah
ke kiri).
c. Nilai y pada sumbu Y menunjukkan
banyak langkah/satuan pada arah
tegak (arah ke atas atau arah ke
bawah).
Misalnya menentukan koordinat titik A pada Gambar 2.3 . Dari titik (0, 0)
melangkah 5 satuan ke kanan (x = 5), dilanjutkan ke atas 2 satuan (y = 2).
Jadi, koordinat titik A(5, 2).
Gambar 2.3 Letak titik pada bidang
koordinat
2. Membaca dan Menuliskan Letak Titik/Benda
pada Sistem Koordinat Kartesius
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Berikut ini beberapa
informasi yang dapat
diperoleh dari gambar di
atas.
a. SMP Negeri 1 berjarak
3 satuan terhadap jalan
X dan berjarak 5 satuan
terhadap jalan Y.
b. Rumah belajar berjarak
6 satuan terhadap jalan
X dan berjarak 6 satuan
terhadap jalan Y.
c. Pasar berjarak 2 satuan
terhadap jalan X dan
terjarak 4 satuan
terhadap jalan Y. Gambar 2.4 Jarak tempat terhadap garis sumbu
3. Jarak Tempat terhadap Garis Sumbu
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Contoh Soal
1. Gambarkan titik K(2, 1), L(8, 1), M(8, 7), dan N(2, 7)
pada bidang koordinat. Hubungkanlah dengan garis
lurus antara titik K dan titik L, titik L dan titik M, titik M
dan titik N, serta titik N dan titik K. Bangun datar
apakah yang terbentuk?
2. Jajargenjang ABCD ABCD mempunyai koordinat titik
A(–2, –3), C(8, 4), dan D(0, 4). Tentukan koordinat titik
B.
3. Belah ketupat PQRS mempunyai koordinat titik P(–1, 1),
Q(3, –2), R(7, 1), dan S(3, 4).
a. Berapa panjang diagonal-diagonalnya?
b. Tentukan luas bidang belah ketupat tersebut.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
1. Posisi Titik terhadap Titik Asal (0, 0)
2. Posisi Titik terhadap Titik Acuan (a, b)
Gambar 2.5 Denah bangunan di suatu kota
B. Posisi Titik terhadap Titik Acuan
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Gambar 2.6 Posisi titik terhadap
titik asal
1. Posisi Titik terhadap Titik Asal (0, 0)
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Posisi titik terhadap titik C pada Gambar 2.6 sebagai berikut.
2. Posisi Titik terhadap Titik Acuan (a, b)
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Contoh Soal
Perhatikan gambar berikut.
Tentukan koordinat tempat-tempat di
atas dengan titik acuan yang diberikan.
a. Posisi gedung pertemuan dan
sekolah dengan titik acuan tugu
pahlawan.
b. Posisi museum dan stadion dengan
titik acuan gedung pertemuan.
c. Posisi sekolah dan tugu pahlawan
dengan titik acuan stadion.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Gambar 2.7 Denah jalan di suatu kota
1. Posisi Garis Sejajar
2. Posisi Garis Tegak Lurus
3. Posisi Garis Berpotongan
C. Posisi Garis terhadap Garis Sumbu
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Gambar 2.8 Posisi garis sejajar garis
sumbu
Dua garis yang sejajar
tidak akan saling
berpotongan. Garis k dan
garis l sejajar dengan
sumbu X. Garis m dan
garis n sejajar dengan
sumbu Y.
1. Posisi Garis Sejajar
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Dua ruas garis yang saling tegak lurus membentuk sudut 90°.
Pada Gambar 2.8 garis l tegak lurus
dengan sumbu Y. Garis m dan garis n tegak lurus dengan sumbu X.
3. Posisi Garis Berpotongan
Gambar 2.9 Posisi garis berpotongan
Garis k dan garis l memotong
sumbu X dan sumbu Y.
2. Posisi Garis Tegak Lurus
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Contoh Soal
Perhatikan bidang koordinat berikut.
a. Tentukan garis yang
sejajar dengan sumbu X.
b. Tentukan garis yang
sejajar dengan sumbu Y.
c. Tentukan garis yang
memotong sumbu X dan
sumbu Y.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
BAB
A. Relasi
B. Fungsi
Relasi dan Fungsi
III
Kembali ke daftar isi
1. Memahami
Konsep Relasi
Dua Himpunan
2. Menyajikan
Relasi
Gambar 3.1 Membayar buku di kasir
A. Relasi
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Risa, Santi, Adip, dan Bara sedang
membeli buku di toko buku.
Risa dan Santi membeli novel.
Adip membeli buku komputer dan
buku kesehatan.
Bara membeli buku pertanian.
Misalkan:
A = {nama siswa
B = {jenis buku yang dibeli}
Hubungan antara himpunan A dan
himpunan B dapat disajikan seperti
tabel di samping.
1. Memahami Konsep Relasi Dua Himpunan
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Dari himpunan A ke himpunan B terdapat hubungan berikut.
Buku yang dibeli Risa dan Santi adalah novel.
Buku yang dibeli Adip adalah buku komputer dan buku kesehatan.
Buku yang dibeli Bara adalah buku pertanian.
Relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah buku yang dibeli.
Dari himpunan B ke himpunan A terdapat hubungan berikut.
Siswa yang membeli novel adalah Risa dan Santi.
Siswa yang membeli buku komputer dan buku kesehatan adalah Adip.
Siswa yang membeli buku pertanian adalah Bara.
Relasi dari himpunan B ke himpunan A adalah siswa yang membeli.
Anggota
himpunan A
Anggota
himpunan B
Anggota
himpunan A
Anggota
himpunan B
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
a. Sajian Relasi Berbentuk Diagram Panah
b. Sajian Relasi Berbentuk Himpunan Pasangan Berurutan
Relasi buku yang dibeli dari himpunan A ke himpunan B:
R = {(Risa, novel), (Santi, novel), (Adip, buku komputer),
(Adip, buku kesehatan), (bara, Buku pertanian)}.
Relasi siswa yang membaca dari himpunan B ke
himpunan A:
R = {(novel, Risa), (novel, Santi), (buku komputer, Adip),
(buku kesehatan, Adip), (buku pertanian, Bara)}.
2. Menyajikan Relasi
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
c. Sajian Relasi Berbentuk Diagram Kartesius
Sajian relasi buku yang
dibeli dari himpunan A
ke himpunan B:
Sajian relasi buku yang
dibeli dari himpunan B
ke himpunan A:
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Contoh Soal
1. Diketahui A = {1, 2, 3, 4, 5, 6} dan B = {1, 2, 3, 5, 7}. Relasi R dari
himpunan A ke himpunan B adalah x – y = 2 dengan x ∈ A dan y ∈
B.
a. Tentukan R dalam bentuk diagram panah, himpunan
pasangan berurutan, dan diagram kartesius.
b. Tentukan daerah hasil R.
2. Diketahui hasil ulangan Matematika 6 siswa kelas VIIIA sebagai
berikut.
Adi dan Bima memperoleh nilai 8.
Amir dan Dewi memperoleh nilai 7.
Fani memperoleh nilai 6 dan Dion memperoleh nilai 5.
Jika A menyatakan himpunan nama siswa dan B menyatakan
himpunan nilai siswa:
a. tentukan relasi dari himpunan A ke himpunan B;
b. sajikan relasi dari himpunan A ke himpunan B dalam bentuk
diagram panah, himpunan pasangan berurutan, dan diagram
kartesius.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
1. Memahami Konsep
Fungsi
2. Fungsi Korespondensi
Satu-Satu
3. Notasi Fungsi
4. Daerah Asal, Daerah
Kawan, dan Daerah
Hasil Fungsi
5. Fungsi Linear
Gambar 3.2 Membaca
buku di perpustakaan
B. Fungsi
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Setiap anggota A mempunyai
pasangan di B. Setiap anggota A
dipasangkan dengan tepat satu
anggota B.
Ada anggota A yang tidak
mempunyai pasangan di B dan
ada anggota A yang mempunyai
lebih dari satu pasangan di B.
1. Memahami Konsep Fungsi
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
KESIMPULAN:
Sifat-sifat fungsi atau pemetaan dari himpunan A ke himpunan
B:
a. Setiap anggota A mempunyai pasangan di B.
b. Setiap anggota A dipasangkan dengan tepat satu anggota B.
Jika banyak anggota himpunan A = n(A) dan banyak anggota
himpunan B = n(B) maka:
1) banyak fungsi yang mungkin dari A ke B = n(B)n(A) dan
2) banyak fungsi yang mungkin dari B ke A = n(A)n(B) .
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Setiap anggota A mempunyai
pasangan di B.
Setiap anggota A dipasangkan
dengan tepat satu anggota B. Setiap
anggota B dipasangkan dengan
tepat satu anggota A.
2. Fungsi Korespondensi Satu-Satu
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
KESIMPULAN
Suatu fungsi atau pemetaan dari himpunan A ke
himpunan B dikatakan fungsi korespondensi satu-satu
jika memenuhi syarat berikut.
a. Setiap anggota A mempunyai tepat satu pasangan di B.
b. Setiap anggota B mempunyai tepat satu pasangan di A.
Dengan adanya dua syarat tersebut, mengakibatkan
banyak anggota himpunan A harus sama dengan
banyak anggota himpunan B.
Jika terdapat himpunan A dan B dengan n(A) = n(B) = n, banyak
fungsi korespondensi satu-satu yang mungkin dari himpunan A ke
himpunan B adalah n × (n – 1) × (n – 2) × (n – 3) × . . . × 3 × 2 × 1.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Fungsi dinotasikan dengan huruf kecil, seperti f, g, atau h.
Fungsi f yang memetakan himpunan A ke himpunan B dinotasikan
dengan f : A → B.
Fungsi f yang memetakan x anggota himpunan A ke anggota himpunan B
dinotasikan sebagai f: x → y atau f: x → f(x) atau f: x → y = f(x).
f: x → y dibaca f memetakan x ke y.
f: x → f(x) dibaca f memetakan x ke f(x).
f: x → y = f(x) dibaca f memetakan x ke y = f(x).
y merupakan peta atau bayangan x atau nilai fungsi dari x, ditulis y = f(x).
x merupakan prapeta dari f(x) atau x merupakan prapeta dari y.
Prapeta dari y oleh fungsi f dinotasikan dengan f ˉ¹(y).
Jika x merupakan prapeta dari y oleh fungsi f maka f ˉ¹(y) = x.
Himpunan dari nilai y = f(x) disebut daerah hasil atau range f.
3. Notasi Fungsi
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Fungsi f: A → B.
A = {1, 2, 3, 4} disebut daerah asal (domain).
B = {3, 5, 7, 9, 11} disebut daerah kawan
(kodomain).
Dari diagram panah diperoleh:
Bayangan dari 1 adalah 3 ditulis f(1) = 3.
Bayangan dari 2 adalah 5 ditulis f(2) = 5.
Bayangan dari 3 adalah 7 ditulis f(3) = 7.
Bayangan dari 4 adalah 9 ditulis f(4) = 9.
{3, 5, 7, 9} disebut daerah hasil.
a. Fungsi dalam Bentuk Diagram Panah
b. Fungsi dalam Bentuk f: x → f(x)
Jika daerah asal dan daerah kawan tidak didefinisikan, daerah
asal dan daerah kawan berupa bilangan real R. Daerah hasil
fungsi f = {nilai f(x)}.
4. Daerah Asal, Daerah Kawan, dan Daerah Hasil
Fungsi
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Fungsi linear dinyatakan dengan rumus f(x) = ax + b dengan a ≠ 0
dan a, b ∈ bilangan real.
Fungsi linear dapat disajikan dalam bentuk diagram panah,
himpunan pasangan berurutan, persamaan fungsi, tabel, atau grafik.
Grafik fungsi linear f: R → R digambarkan dengan aturan berikut.
5. Fungsi Linear
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Contoh 1
Diketahui fungsi f: A → B dengan A = {1, 2, 3, 4} dan B = { 3, 6, 9, 12, 15}.
Relasi fungsi f dinyatakan dengan tiga kali dari.
a. Sajian fungsi f dalam bentuk diagram panah:
b. Sajian fungsi f dalam bentuk himpunan pasangan berurutan:
f = {(1, 3), (2, 6), (3, 9), (4, 12)}
c. Sajian fungsi f dalam bentuk persamaan fungsi: f(x) = 3x.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
d. Sajian fungsi f dalam bentuk tabel.
e. Sajian fungsi f dalam bentuk grafik:
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Diketahui fungsi f : x → dengan daerah asal {x | –2 ≤ x < 6}.
a. Persamaan fungsi f adalah f(x) = .
b. Tabel fungsi f : x → dengan daerah asal {x | –2 ≤ x < 6} sebagai
berikut.
c. Grafik fungsi f : dengan daerah asal Df = {x | –2 ≤ x < 6} sebagai
berikut.

1
2
2 x
Contoh 2

1
2
2 x

1
2
2 x

1
2
2 x
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
1) Grafik f(x) = dengan daerah
asal {x | –2 ≤ x < 6, x ∈ bilangan
bulat}

1
2
2 x 2) Grafik f(x) = dengan daerah
asal {x | –2 ≤ x < 6, x ∈ bilangan
real}

1
2
2 x
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Contoh Soal
1. Apakah relasi-relasi berikut merupakan fungsi?
a. Relasi berat badan siswa.
b. Relasi ibu dari.
c. Relasi warna kesukaan.
2. Diketahui P = {1, 2} dan Q = {x, y, z}. Tentukan banyak fungsi yang
mungkin dari himpunan Q ke P? Tunjukkan dengan diagram panah.
3. Diketahui fungsi f(x) = dengan Df ={x | –4 ≤ x ≤ 8, x ∈ bilangan
bulat genap} dan g(x) = 3 – x dengan Dg = {x | x ≤ –1, x ∈ R}. Fungsi f(x)
dan g(x) memetakan setiap nilai x ke bilangan real.
a. Gambarkan grafik fungsi f(x) dan g(x).
b. Tentukan daerah hasil fungsi f(x) dan g(x).
c. Jika gˉ¹(–6) = a + 4, tentukan nilai a.
d. Tentukan gˉ¹(A) jika A = {y | y ≤ 0}.
 
1
2
x 2
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
5. Perusahaan taksi X menentukan besar tarif seperti grafik berikut.
a. Misalkan tarif taksi X dinyatakan dengan h(x) dengan x
menyatakan jarak (dalam km), tentukan persamaan h(x).
b. Amelia pergi ke rumah paman yang berjarak 24 kilometer
menggunakan taksi X. Berapa tarif taksi yang harus dibayar
Amelia?
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
BAB
A. Grafik Garis Lurus
B. Gradien Garis Lurus
C. Persamaan Garis Lurus
D. Kedudukan Dua Garis Lurus
Persamaan Garis Lurus
IV
Kembali ke daftar isi
1. Persamaan Garis Lurus
2. Syarat Titik Terletak pada Garis
3. Menggambar Grafik Garis Lurus
Gambar 4.1 Ketinggian air selama
pengisian bertambah dengan
kecepatan tetap
A. Grafik Garis Lurus
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Bentuk umum persamaan garis lurus dalam variabel x dan y sebagai
berikut.
Persamaan garis berbentuk ax + by = c dapat diubah menjadi y = mx + n dan
sebaliknya.
y = mx + n ax + by = c
atau
Contoh:
y = –2x + 4 dan 4x + 2y = 8
2. Syarat Titik Terletak pada Garis
Titik (x1, y1) terletak pada garis y = mx + n jika y1 = mx1 + n bernilai
benar.
1. Persamaan Garis Lurus
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
1) Menentukan dua titik yang terletak pada garis lurus.
2) Menggambarkan dua titik tersebut pada bidang koordinat
kartesius.
3) Menghubungkan kedua titik dengan garis lurus.
a. Menggambar Grafik Garis Lurus Menggunakan DuaTitik
b. Menggambar Grafik Garis Lurus Menggunakan Pertolongan
Titik Potong Garis dengan Sumbu Koordinat
1) Menentukan titik potong garis dengan sumbu X.
Garis memotong sumbu X di y = 0.
Cara: Substitusikan y = 0 ke dalam persamaan garis.
2) Menentukan titik potong garis dengan sumbu Y.
Garis memotong sumbu Y di x = 0.
Cara: Substitusikan x = 0 ke dalam persamaan garis.
3) Menggambarkan titik potong grafik dengan sumbu X dan sumbu Y
pada bidang koordinat kartesius.
4) Menghubungkan kedua titik dengan garis lurus.
5) Menuliskan persamaan garisnya pada salah satu ujung garis.
3. Menggambar Grafik Garis Lurus
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
1. Gradien Garis
2. Menentukan Gradien Garis
3. Sifat-Sifat Gradien Suatu Garis
Gambar 4.2 Sebuah mobil sedang
melalui jalan menanjak
B. Gradien Garis Lurus
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Gradien garis adalah nilai kemiringan atau kecondongan
suatu garis.
Gradien biasanya dilambangkan dengan huruf m.
2. Menentukan Gradien Garis
a. Menentukan Gradien Garis jika Diketahui Grafiknya
Gradien garis:
m =
1. Gradien Garis
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Contoh
Gradien garis g:
m = =


y
x
2
3
Gradien garis l:
m = = =


y
x
2
3

2
3
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
b. Menentukan Gradien Garis jika Diketahui
Persamaannya
1) Gradien garis dengan persamaan y = mx + n adalah m.
2) Gradien garis dengan persamaan ax + by = c adalah m = .
a
b
c. Menentukan Gradien Garis jika Diketahui Dua Titik
yang Dilalui
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
3. Sifat-Sifat Gradien Suatu Garis
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Contoh Soal
1. Tentukan gradien garis dengan persamaan berikut.
a. y = 3x
b. 2y – x = 5
c. 9x + 6y – 18 = 0
2. Tentukan gradien garis yang melalui titik A(–3, 2) dan
B(4, –5).
3. Grafik perkembangan berat badan seorang bayi selama
setahun berbentuk garis lurus. Diketahui pada usia 1
bulan berat badan bayi tersebut 3.600 gram dan pada
usia 10 bulan 9.000 gram. Tentukan besar kenaikan berat
badan bayi setiap bulan.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
1. Persamaan Garis yang
Diketahui Gradien dan
Salah Satu Titik yang
Dilalui Garis
2. Persamaan Garis yang
Melalui Dua Titik
Gambar 4.3 Tarif taksi A dan taksi B
dinyatakan dalam bentuk grafik
garis lurus
C. Persamaan Garis Lurus
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
a. Persamaan garis yang bergradien m dan memotong
sumbu Y di titik (0, n) adalah y = mx + n.
b. Persamaan garis yang bergradien m dan melalui titik
(x1, y1) adalah y – y1 = m(x – x1).
 
 

1 1
2 1 2 1
y y x x
y y x x
2. Persamaan Garis yang Melalui Dua Titik
Persamaan garis yang melalui titik (x1, y1) dan (x2, y2) adalah
1. Persamaan Garis yang Diketahui Gradien dan Salah Satu
Titik yang Dilalui Garis
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
CONTOH SOAL
1. Tentukan persamaan garis berikut.
a. Garis g melalui titik (2, –3) dan bergradien .
b. Garis h melalui titik (2, –3) dan (–4, 5).
2. Perhatikan gambar berikut.
Tentukan koordinat titik A.

1
2
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
1. Dua Garis Sejajar
2. Dua Garis Berimpit
3. Dua Garis Berpotongan
Gambar 4.4 Desain rumah menggunakan
beberapa tiang sejajar
D. Kedudukan Dua Garis Lurus
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Dua garis dengan persamaan y = m1x + n1 dan y = m2x + n2 dikatakan
sejajar jika gradien kedua garis sama, yaitu m1 = m2.
2. Dua Garis Berimpit
Dua garis dengan persamaan y = m1x + n1 dan y = m2x + n2 dikatakan
berimpit jika m1 = m2 dan n1 = n2.
3. Dua Garis Berpotongan
a. Dua garis dengan persamaan y = m1x + n1 dan y = m2x + n2 dikatakan
berpotongan tegak lurus jika m1 ≠ m2 dan m1 × m2 = –1.
b. Dua garis dengan persamaan y = m1x + n1 dan y = m2x + n2 dikatakan
berpotongan tidak tegak lurus jika m1 ≠ m2 dan m1 × m2 ≠ –1.
c. Titik Potong Dua Garis Berpotongan
Titik potong dua garis berpotongan adalah titik yang dilalui oleh grafik
kedua garis tersebut.
1. Dua Garis Sejajar
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
CONTOH SOAL
1. Diketahui persamaan garis g adalah y = 3x – 10. Garis l
sejajar dengan garis g sedangkan garis k tegak lurus dengan
garis g. Tentukan gradien garis l dan garis k.
2. Tentukan persamaan garis yang tegak lurus dengan garis y =
–2x – 5 dan melalui titik (3, 4).
3. Apakah garis dengan persamaan y = –3x + 14 akan
berpotongan dengan garis –4y + 3x – 4 = 0?
Jika berpotongan, tentukan titik potongnya.
4. Jika persamaan garis p adalah 5x + 3y + 2 = 0, garis q adalah y
= , dan garis r adalah 10x + 6y + 4 = 0, tentukan:
a. kedudukan garis p dan q;
b. kedudukan garis p dan r.

3
5 x 1
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
BAB
SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA
VARIAVEL
V
A. Persamaan dan Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel
(SPLDV)
B. Menyelesaikan Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel
C. Menyelesaikan Masalah
Menggunakan Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel
Kembali ke daftar isi
A. Persamaan dan Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel (SPLDV)
1. Konsep Persamaan Linear
2. Konsep Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel
Gambar 5.1 Harga tiket masuk kebun
binatang
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
a. Bentuk Persamaan Linear Dua Variabel (PLDV)
Bentuk umum persamaan linear dua variabel adalah ax + by = c
dengan a dan b bilangan real.
a adalah koefisien x.
b adalah koefien y.
x dan y adalah variabel.
c adalah konstanta.
b. Penyelesaian Persamaan Linear Dua Variabel
(x1, y1) penyelesaian persamaan linear dua variabel ax + by = c jika
ax1 + by1 = c bernilai benar.
1. Konsep Persamaan Linear
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
b. Penyelesaian SPLDV
(x1, y1) penyelesaian SPLDV ax + by = c dan dx + ey = f jika ax1 + by1 = c
dan dx1 + ey1 = f bernilai benar.
a. Bentuk Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
Bentuk umum sistem persamaan linear dua variabel:
ax + by = c
dx + ey = f
Keterangan:
a, b, d, dan e adalah koefisien;
x dan y adalah variabel;
c dan f adalah konstanta.
2. Konsep Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
CONTOH SOAL
1. Tentukan nilai a dan b jika diketahui dua persamaan linear dua variabel
berikut.
a. (a + 2)x + 5y = a – 3 dengan penyelesaian (–4, 3);
b. dengan penyelesaian (b + 1, b – 2).
2. Sinta mempunyai sejumlah buku tulis ukuran besar dan buku tulis ukuran
kecil. Banyak halaman isi setiap buku tulis ukuran besar adalah 58
lembar. Banyak halaman isi setiap buku tulis ukuran kecil adalah 38
lembar. Jumlah halaman isi buku-buku tulis itu 250 lembar. Tentukan:
a. persamaan linear dua variabel yang menyatakan jumlah halaman isi
buku-buku Sinta;
b. banyak buku tulis ukuran kecil yang mungkin.
3. Apakah a = 6 dan b = 9 merupakan penyelesaian SPLDV berikut?
Selidikilah.
a. 8a – 3b = 21
2a + 5b = –57
b. 3a + 4b = 54
5a – 4b = –6



 2y 3
x 3
4
2 1
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
B. Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
1. Metode Grafik
2. Metode Eliminasi
3. Metode Substitusi
Gambar 5.2 Grafik dua garis lurus
yang saling berpotongan.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Penyelesaian SPLDV menggunakan metode grafik dilakukan dengan
menggambar grafik dari kedua persamaan yang diketahui pada satu bidang
kartesius. Koordinat titik potong kedua grafik merupakan penyelesaian dari
sistem persamaan tersebut.
2. Metode Eliminasi (Penghilangan)
Penyelesaian SPLDV dengan metode eliminasi dilakukan dengan cara
menghilangkan salah satu variabelnya.
3. Metode Substitusi
Penyelesaian SPLDV menggunakan metode substitusi dilakukan dengan cara
berikut.
a. Ambil satu variabel pada salah satu persamaan. Selanjutnya, nyatakan
variabel tersebut dalam variabel lain. Dengan begitu akan diperoleh
persamaan dalam bentuk baru.
b. Substitusikan persamaan baru tersebut ke persamaan yang lain
kemudian persamaan tersebut diselesaikan.
1. Metode Grafik
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Tentukan penyelesaian SPLDV berikut.
2x – 3y = –10 . . . (1)
x + 2y = 2 . . . (2)
Jawaban:
1) Menggunakan metode grafik
Dari grafik terlihat kedua garis tersebut berpotongan di titik (–2, 2).
Jadi, penyelesaiannya adalah (–2, 2).
Contoh
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Substitusikan y = 2 ke dalam
persamaan (3).
x = 2 – 2y
 x = 2 – 2(2)
 x = –2
Jadi, penyelesaiannya (–2, 2).
Cara 1: mensubstitusikan x
Nyatakan variabel x dalam y pada
persamaan (2).
x + 2y = 2  x = 2 – 2y . . . (3)
Substitusikan persamaan (3) ke
dalam persamaan (1).
2x – 3y = –10
 2(2 – 2y) – 3y = –10
 4 – 4y – 3y = –10
 4 – 7y = –10
 –7y = –14
 y = 2
Jadi, penyelesaiannya adalah (–2, 2).
2) Menggunakan metode eliminasi
3) Menggunakan metode substitusi
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
C. Menyelesaikan Masalah Menggunakan Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel
Langkah-langkah menyelesaian permasalahan menggunakan
SPLDV sebagai berikut.
1. Menentukan variabel-variabelnya, lalu melakukan
pemisalan.
2. Menerjemahkan permasalahan tersebut ke dalam model
matematika berbentuk SPLDV.
3. Menyelesaikan model matematika yang diperoleh pada
langkah 2.
4. Membuat kesimpulan.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Contoh Soal
1. Diketahui segitiga sama kaki ABC dengan AB merupakan
alas segitiga. Keliling segitiga ABC 16 cm. Sisi alas segitiga
tersebut lebih panjang dari kaki segitiga. Jika selisih
panjang alas dan salah satu kaki segitiga 1 cm, tentukan
ukuran sisisisi segitiga tersebut.
2. Bu Sita mempunyai persediaan 4 kotak penghapus dan 15
rautan. Setiap kotak berisi 12 buah penghapus. Jika terjual
semua, Bu Sita akan memperoleh uang Rp59.400,00. Pada
suatu hari terjual 10 buah penghapus dan 3 rautan. Hasil
penjualan tersebut Rp12.200,00. Tentukan hasil penjualan
jika terjual 8 penghapus dan 10 rautan.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab

More Related Content

Similar to Power Point PR Matematika 8A Ed. 2019 Jos.ppt

1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
radietaradeia2
 
BAB 1 - Pola Bilangan.pptx
BAB 1 - Pola Bilangan.pptxBAB 1 - Pola Bilangan.pptx
BAB 1 - Pola Bilangan.pptx
aulia486903
 
Bab iv baris dan deret
Bab iv    baris dan deretBab iv    baris dan deret
Bab iv baris dan deret
Tajus Yamani
 
Barisan dan deret
Barisan dan deretBarisan dan deret
Barisan dan deret
zianlaily
 

Similar to Power Point PR Matematika 8A Ed. 2019 Jos.ppt (20)

153642-1600778848.pdf
153642-1600778848.pdf153642-1600778848.pdf
153642-1600778848.pdf
 
Barisan dan deret
Barisan dan deretBarisan dan deret
Barisan dan deret
 
1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
 
BAB 1 - Pola Bilangan.pptx
BAB 1 - Pola Bilangan.pptxBAB 1 - Pola Bilangan.pptx
BAB 1 - Pola Bilangan.pptx
 
Matematika Wajib 11A.pptx
Matematika Wajib 11A.pptxMatematika Wajib 11A.pptx
Matematika Wajib 11A.pptx
 
matematika
matematikamatematika
matematika
 
Nadia
NadiaNadia
Nadia
 
Bab i pola bilangan (pertemuan ke 2)
Bab i pola bilangan (pertemuan ke 2)Bab i pola bilangan (pertemuan ke 2)
Bab i pola bilangan (pertemuan ke 2)
 
Pola dan barisan bilangan
Pola dan barisan bilanganPola dan barisan bilangan
Pola dan barisan bilangan
 
Barisan aritmatika
Barisan aritmatikaBarisan aritmatika
Barisan aritmatika
 
ppt barisan.ppt
ppt barisan.pptppt barisan.ppt
ppt barisan.ppt
 
Matematika Kelas 8 BAB 1 - www.ilmuguru.org.pptx
Matematika Kelas 8 BAB 1 - www.ilmuguru.org.pptxMatematika Kelas 8 BAB 1 - www.ilmuguru.org.pptx
Matematika Kelas 8 BAB 1 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Barisan aritmetika
Barisan aritmetikaBarisan aritmetika
Barisan aritmetika
 
Bab iv baris dan deret
Bab iv    baris dan deretBab iv    baris dan deret
Bab iv baris dan deret
 
Bab iv baris dan deret
Bab iv    baris dan deretBab iv    baris dan deret
Bab iv baris dan deret
 
Modul matematika materi barisan dan deret
Modul matematika materi barisan dan deretModul matematika materi barisan dan deret
Modul matematika materi barisan dan deret
 
Pola bilangan
Pola bilanganPola bilangan
Pola bilangan
 
Bahan Ajar Pola biliangan, Barisan dan Deret
Bahan Ajar Pola biliangan, Barisan dan DeretBahan Ajar Pola biliangan, Barisan dan Deret
Bahan Ajar Pola biliangan, Barisan dan Deret
 
1-BARISAN-DAN-DERET-pptx.pptx
1-BARISAN-DAN-DERET-pptx.pptx1-BARISAN-DAN-DERET-pptx.pptx
1-BARISAN-DAN-DERET-pptx.pptx
 
Barisan dan deret
Barisan dan deretBarisan dan deret
Barisan dan deret
 

Recently uploaded

1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
MetalinaSimanjuntak1
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
dheaprs
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
NurindahSetyawati1
 

Recently uploaded (20)

MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 

Power Point PR Matematika 8A Ed. 2019 Jos.ppt

  • 2. • Powerpoint pembelajaran ini dibuat sebagai alternatif guna membantu Bapak/Ibu Guru melaksanakan pembelajaran. • Materi powerpoint ini mengacu pada Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) Kurikulum 2013. • Dengan berbagai alasan, materi dalam powerpoint ini disajikan secara ringkas, hanya memuat poin-poin besar saja. • Dalam penggunaannya nanti, Bapak/Ibu Guru dapat mengembangkannya sesuai kebutuhan. • Harapan kami, dengan powerpoint ini Bapak/Ibu Guru dapat mengembangkan pembelajaran secara kreatif dan interaktif. Disklaimer
  • 3. Daftar Isi BAB I Pola Bilangan BAB II Koordinat Kartesius BAB III Relasi dan Fungsi BAB IV Persamaan Garis Lurus BAB V Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
  • 4. BAB Pola Bilangan I A. Pola Barisan Konfigurasi Objek B. Pola dan Suku-Suku Barisan Bilangan C. Barisan dan Deret Aritmetika D. Barisan dan Deret Geometri Kembali ke daftar isi
  • 5. A. Pola Konfigurasi Objek 1. Pengertian Pola Barisan Bilangan 2. Barisan Bilangan Khusus dan Polanya Gambar 1.1 Susunan kartu bridge Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 6. 1. Pengertian Pola Barisan Bilangan Perhatikan pola batang-batang korek api berikut. Banyak batang korek api yang pada setiap pola adalah 3, 5, 7, 9. Banyak batang korek api yang dibutuhkan pada pola berikutnya dapat ditentukan dengan menambahkan 2 batang pada pola sebelumnya. 3, 5, 7, 9 merupakan salah satu contoh barisan bilangan. Jadi, barisan bilangan dapat diartikan sebagai susunan bilangan yang memiliki keteraturan. Setiap bilangan pada pola bilangan disebut suku yang dapat diperoleh berdasarkan aturan tertentu Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 7. 2. Barisan Bilangan Khusus dan Polanya a. Barisan Bilangan Asli Pola barisan bilangan asli sebagai berikut. Jadi, barisan bilangan asli adalah 1, 2, 3, 4, 5, 6, · · · . b. Barisan Bilangan Ganjil Pola barisan bilangan ganjil sebagai berikut. Jadi, barisan bilangan ganjil adalah 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, · · · . Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 8. c. Barisan Bilangan Genap Pola barisan bilangan genap sebagai berikut. Jadi, barisan bilangan genap adalah 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, · · · . d. Barisan Bilangan Segitiga Pola barisan bilangan segitiga sebagai berikut. Jadi, barisan bilangan segitiga adalah 1, 3, 6, 10, 15, · · · . Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 9. e. Barisan Bilangan Persegi Panjang Contoh pola barisan bilangan persegi panjang sebagai berikut. Salah satu barisan bilangan persegi panjang adalah 2, 6, 12, 20, · · · . f. Barisan Bilangan Persegi/Bilangan Kuadrat Pola barisan bilangan persegi sebagai berikut. Jadi, barisan bilangan persegi adalah 1, 4, 9, 16, 25, · · · . Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 10. g. Pola Segitiga : Banyak noktah pada susunan segitiga di atas membentuk pola bilangan 1, 3, 6, 10, 15,… yang disebut pola bilangan segitiga Aturan untuk membentuk pola bilangan segitiga tersebut adalah sebagai berikut 1 3 6 10 15 Rumus pola bilangan segitiga adalah : +2 +3 +4 +5 ) 1 ( 2 1   n n Tn Pada pola segitiga jika terdapat dua pola yang sama di gabung maka akan membentuk pola bilagan persegi panjang sehingga dapat disimpulkan bahwa pola bilangan segitiga adalah setengah dari pola bilangan persegi panjang
  • 11. h. Barisan Bilangan pada Segitiga Pascal Beberapa sifat barisan bilangan pada segitiga Pascal sebagai berikut. 1) Pada setiap baris diawali dan diakhiri dengan bilangan 1. 2) Setiap bilangan diperoleh dengan menjumlah dua bilangan di atasnya kecuali bilangan pada baris pertama dan kedua. 3) Bilangan-bilangan dalam satu diagonal membentuk suatu barisan, misalkan: diagonal pertama: 1, 1, 1, 1, 1, · · · (barisan bilangan konstan) diagonal kedua: 1, 2, 3, 4, · · · (barisan bilangan asli) diagonal ketiga: 1, 3, 6, 10, · · · (barisan bilangan segitiga) Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 12. Keistimewaan Segitiga Pascal 1. Terdapat beberapa pola bilagan, sbb: pola bilagan asli : 1, 2, 3, 4, 5,… Pola bilagan segitiga : 1, 3, 6, 10,… 2. Bilagan pada setiap baris merupakan koefisien hasil penjabaran dari pemangkatan suku dua 3. Jumlah bilagan dalam setiap baris menunjukkan banyak himpunan bagian dari suatu himpunan
  • 13. CONTOH SOAL Perhatikan pola noktah berikut. Berapa noktah pada pola kedelapan belas? Jawaban: Dari gambar diperoleh banyak noktah pada: gambar ke-1 = 1 gambar ke-2 = 1 + 1 × 3 = 4 gambar ke-3 = 1 + 2 × 3 = 7 gambar ke-4 = 1 + 3 × 3 = 10 Dari pola di atas maka: gambar ke-18 = 1 + 17 × 3 = 1 + 51 = 52 Jadi, banyak noktah pada pola kedelapan belas adalah 52. Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 14. B. Pola dan Suku-Suku Barisan Bilangan 1. Pengertian Barisan Bilangan 2. Beberapa Contoh Aturan Barisan Bilangan 3. Menemukan Rumus Suku Ke-n (Un) Gambar 1.2 Susunan kaleng susu Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 15. 1. Pengertian Barisan Bilangan Perhatikan barisan bilangan-bilangan berikut. a. 1, 3, 5, 7  Memiliki 4 suku U1 U2 U3 U4  Suku ke-n (Un) b. 2, 4, 6, 8, 10  Memiliki 5 suku U1 U2 U3 U4 U5  Suku ke-n (Un) c. 3, 6, 9, 12, 15, · · ·  Banyak suku tak hingga U1 U2 U3 U4 U5  Suku ke-n (Un) Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 16. 2. Beberapa Contoh Aturan Barisan Bilangan a. Barisan dengan Aturan Ditambah 1) Barisan Bertingkat Satu Barisan bilangan adalah 1, 3, 5, 7, · · ·. 2) Barisan Bertingkat Dua Barisan bilangan adalah 0, 1, 3, 6, · · ·. 3) Barisan Bertingkat Tiga Barisan bilangan adalah 0, 1, 3, 8, 18, 35, · · ·. Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 17. b. Barisan dengan Aturan Dikali d. Barisan fibonacci 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, . . . Aturannya: mulai suku ketiga, setiap suku diperoleh dengan menjumlahkan dua suku sebelumnya. c. Barisan dengan Aturan Dipangkatkan Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 18. 3. Rumus Suku Ke-n (Un) Barisan Bilangan Prinsip dasar menentukan rumus suku ke-n adalah mencari kaitan antara bilangan satu dengan suku kesatu, bilangan dua dengan suku kedua, bilangan tiga dengan suku ketiga, dan seterusnya. Contoh: Barisan bilangan 2, 4, 8, 16, · · · U1 = 2 = 21 U2 = 4 = 22 U3 = 8 = 23 U4 = 16 = 24, dan seterusnya Diperoleh rumus suku ke-n adalah Un = 2n . Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 19. C. Barisan dan Deret Aritmetika 1. Barisan Aritmetika 2. Deret Aritmetika Gambar 1.3 Reka rajin menabung Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 20. 1. Barisan Aritmetika a. Pengertian Barisan Aritmetika Perhatikan contoh barisan aritmetika berikut. Barisan 1: U1 U2 U3 U4 U5  Suku ke-n (Un)      1, 8, 15, 22, 29  Barisan aritmetika naik (memiliki b > 0) +7 +7 +7 +7  Beda (b) positif Barisan 2: U1 U2 U3 U4 U5  Suku ke-n (Un)      30, 24, 18, 12, 2  Barisan aritmetika naik (memiliki b < 0) –10 –10 –10 –10  Beda (b) negatif Dari kedua contoh barisan aritmetika tersebut terlihat setiap dua suku yang berurutan memiliki beda yang sama. Barisan 1 memiliki beda b = 7 dan barisan kedua memiliki beda b = –10. Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 21. b. Rumus-Rumus pada Barisan Aritmetika 1) Rumus Suku Ke-n (Un) Un = a + (n – 1)b 2) Beda (b) b = Un – (Un – 1) 3) Rumus Suku Tengah (Ut)   t 1 n 1 U = U +U 2 Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 22. Jika U1, U2, U3, · · · , Un – 1, Un membentuk barisan aritmetika, bentuk penjumlahan U1 + U2 + U3 + · · · + Un – 1 + Un disebut deret aritmetika. 2. Deret Aritmetika Rumus penjumlahan n suku pertama deret aritmetika: Sn adalah jumlah n suku pertama n adalah banyak suku a adalah suku pertama b adalah beda suku Un adalah suku terakhir Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 23. Contoh Soal Setiap minggu Dina menyimpan uang di laci. Pada minggu pertama Dina menyimpan Rp500,00, minggu kedua Rp700,00, minggu ketiga Rp900,00, minggu keempat Rp1.100,00, begitu seterusnya setiap minggu bertambah Rp200,00. a. Tentukan besar uang yang disimpan Dina pada minggu ke- 20. b. Tentukan jumlah uang yang disimpan Dina setelah 36 minggu. Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 24. Barisan bilangan bertingkat (tingkat) adalah barisan bilangan yang mempunyai beda yang sama pada tingkat kedua. Perhatikan baris bilangan berpangkat berikut! Tentukan ! a. Aturan pembentukan baris bilangan diatas pada tingkat kedua b. Tiga suku berikutnya pada barisan bilangan tersebut
  • 25. Rumus suku ke-n baris bilangan berpangkat adalah Dengan a, b, dan c adalah bilagan real dan Untuk memperoleh nilai, a, b, dan c menggunakan rumus berikut: c bn an Un    2 0  a 1 1 1 3 2 U c b a x b a y a       1 x 1 y
  • 26. Mengunakan rumus Contoh : Suku ke 9 dari baris bilangan 8, 16, 16, 23, 32,… adalah… Jawab :
  • 27. Diketahui barisan bilangan bertingkat berikut, Tentukan : i). rumus suku ke-n ii). besar suku ke 10 a). 1, 6, 15, 28 b). 1, 3, 7, 13, 21 c). 1, 5, 12, 22, 35 d). 8, 11, 16, 23, 32 e). 2, 10, 30, 68, 130
  • 28. a). 1, 6, 15, 28 2 4 2 4 2 a a a         3 5 1 3(2) 5 a b b b         1 0 2 ( 1) 1 a b c c c            2 2 2 ). (2) ( 1) (0) 2 n n n i Rumus U an bn c U n n U n n          2 10 2 10 10 10 10 ). 2 2(10) (10) 2(100) (10) 200 10 190 ii U n n U U U U         
  • 29. D. Barisan dan Deret Geometri 1. Barisan Geometri 2. Deret Geometri Gambar 1.4 Pembelahan sel Amoeba Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 30. 1. Barisan Geometri a. Pengertian Barisan Geometri Perhatikan contoh barisan geometri berikut. Barisan 1: U1 U2 U3 U4 U5  Suku ke-n (Un)      1, 2, 4, 8, 16 ×2 ×2 ×2 ×2 Rasio (r) Barisan 2: U1 U2 U3 U4 U5 Suku ke-n (Un)     162, 54, 8, 6, 2 Rasio (r) Dari kedua contoh barisan geometri tersebut terlihat setiap dua suku yang berurutan memiliki rasio yang sama.  1 3  1 3  1 3  1 3 Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 31. b. Rumus-Rumus pada Barisan Aritmetika 1) Rumus Suku Ke-n (Un) Un = arn – 1 2) Rasio (r) 3) Rumus Suku Tengah (Ut)   n n 1 U r U   t 1 n U U U Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 32. Jika U1, U2, U3, · · · , Un – 1, Un membentuk barisan geometri, bentuk penjumlahan U1 + U2 + U3 + · · · + Un – 1 + Un disebut deret geometri. 2. Deret Geometri Rumus penjumlahan n suku pertama deret geometri: Sn adalah jumlah n suku pertama n adalah banyak suku a adalah suku pertama r adalah rasio suku Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 33. Contoh Soal 1. Tentukan suku ke-8 dari setiap barisan geometri berikut. a. 1, 3, 9, 27, · · · b. 3, –6, 12, –24, · · · 2. Berdasarkan suatu pengamatan diketahui bahwa setiap bakteri berkembang biak menjadi dua kali lipat dalam waktu dua menit. Semula ada 50 sel bakteri untuk pengamatan. a. Berapa banyak bakteri setelah 10 menit? b. Setelah berapa menit jumlah bakteri menjadi 25.600 sel? Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 34. BAB Koordinat Kartesius II A. Posisi Titik pada Bidang Koordinat B. Posisi Titik terhadap Titik Acuan C. Posisi Garis terhadap Garis Sumbu Kembali ke daftar isi
  • 35. A. Posisi Titik pada Bidang Koordinat 1. Membaca Posisi Tempat Menggunakan Bidang Koordinat 2. Membaca dan Menuliskan Posisi Titik pada Bidang Koordinat 3. Jarak Tempat terhadap Garis Sumbu Gambar 2.1 Denah tempat-tempat di sekitar Jalan Pemuda Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 36. Posisi tempat-tempat pelayanan pada Gambar 2.2 dapat ditulis sebagai berikut. Hotel terletak pada koordinat (C, 5). Bank terletak pada koordinat (F, 5). Pasar terletak pada koordinat (F, 10). Kantor pos terletak pada koordinat (J, 3). Sekolah terletak pada koordinat (J, 9). Gambar 2.2 Bidang koordinat 1. Membaca Posisi Tempat Menggunakan Bidang Koordinat Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 37. Cara membaca letak titik pada sistem koordinat kartesius sebagai berikut. a. Gunakan titik asal (0, 0) sebagai titik acuan untuk menentukan titik A(x, y). b. Nilai x pada sumbu X menunjukkan banyak langkah/satuan pada arah mendatar (arah ke kanan atau arah ke kiri). c. Nilai y pada sumbu Y menunjukkan banyak langkah/satuan pada arah tegak (arah ke atas atau arah ke bawah). Misalnya menentukan koordinat titik A pada Gambar 2.3 . Dari titik (0, 0) melangkah 5 satuan ke kanan (x = 5), dilanjutkan ke atas 2 satuan (y = 2). Jadi, koordinat titik A(5, 2). Gambar 2.3 Letak titik pada bidang koordinat 2. Membaca dan Menuliskan Letak Titik/Benda pada Sistem Koordinat Kartesius Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 38. Berikut ini beberapa informasi yang dapat diperoleh dari gambar di atas. a. SMP Negeri 1 berjarak 3 satuan terhadap jalan X dan berjarak 5 satuan terhadap jalan Y. b. Rumah belajar berjarak 6 satuan terhadap jalan X dan berjarak 6 satuan terhadap jalan Y. c. Pasar berjarak 2 satuan terhadap jalan X dan terjarak 4 satuan terhadap jalan Y. Gambar 2.4 Jarak tempat terhadap garis sumbu 3. Jarak Tempat terhadap Garis Sumbu Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 39. Contoh Soal 1. Gambarkan titik K(2, 1), L(8, 1), M(8, 7), dan N(2, 7) pada bidang koordinat. Hubungkanlah dengan garis lurus antara titik K dan titik L, titik L dan titik M, titik M dan titik N, serta titik N dan titik K. Bangun datar apakah yang terbentuk? 2. Jajargenjang ABCD ABCD mempunyai koordinat titik A(–2, –3), C(8, 4), dan D(0, 4). Tentukan koordinat titik B. 3. Belah ketupat PQRS mempunyai koordinat titik P(–1, 1), Q(3, –2), R(7, 1), dan S(3, 4). a. Berapa panjang diagonal-diagonalnya? b. Tentukan luas bidang belah ketupat tersebut. Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 40. 1. Posisi Titik terhadap Titik Asal (0, 0) 2. Posisi Titik terhadap Titik Acuan (a, b) Gambar 2.5 Denah bangunan di suatu kota B. Posisi Titik terhadap Titik Acuan Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 41. Gambar 2.6 Posisi titik terhadap titik asal 1. Posisi Titik terhadap Titik Asal (0, 0) Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 42. Posisi titik terhadap titik C pada Gambar 2.6 sebagai berikut. 2. Posisi Titik terhadap Titik Acuan (a, b) Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 43. Contoh Soal Perhatikan gambar berikut. Tentukan koordinat tempat-tempat di atas dengan titik acuan yang diberikan. a. Posisi gedung pertemuan dan sekolah dengan titik acuan tugu pahlawan. b. Posisi museum dan stadion dengan titik acuan gedung pertemuan. c. Posisi sekolah dan tugu pahlawan dengan titik acuan stadion. Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 44. Gambar 2.7 Denah jalan di suatu kota 1. Posisi Garis Sejajar 2. Posisi Garis Tegak Lurus 3. Posisi Garis Berpotongan C. Posisi Garis terhadap Garis Sumbu Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 45. Gambar 2.8 Posisi garis sejajar garis sumbu Dua garis yang sejajar tidak akan saling berpotongan. Garis k dan garis l sejajar dengan sumbu X. Garis m dan garis n sejajar dengan sumbu Y. 1. Posisi Garis Sejajar Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 46. Dua ruas garis yang saling tegak lurus membentuk sudut 90°. Pada Gambar 2.8 garis l tegak lurus dengan sumbu Y. Garis m dan garis n tegak lurus dengan sumbu X. 3. Posisi Garis Berpotongan Gambar 2.9 Posisi garis berpotongan Garis k dan garis l memotong sumbu X dan sumbu Y. 2. Posisi Garis Tegak Lurus Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 47. Contoh Soal Perhatikan bidang koordinat berikut. a. Tentukan garis yang sejajar dengan sumbu X. b. Tentukan garis yang sejajar dengan sumbu Y. c. Tentukan garis yang memotong sumbu X dan sumbu Y. Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 48. BAB A. Relasi B. Fungsi Relasi dan Fungsi III Kembali ke daftar isi
  • 49. 1. Memahami Konsep Relasi Dua Himpunan 2. Menyajikan Relasi Gambar 3.1 Membayar buku di kasir A. Relasi Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 50. Risa, Santi, Adip, dan Bara sedang membeli buku di toko buku. Risa dan Santi membeli novel. Adip membeli buku komputer dan buku kesehatan. Bara membeli buku pertanian. Misalkan: A = {nama siswa B = {jenis buku yang dibeli} Hubungan antara himpunan A dan himpunan B dapat disajikan seperti tabel di samping. 1. Memahami Konsep Relasi Dua Himpunan Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 51. Dari himpunan A ke himpunan B terdapat hubungan berikut. Buku yang dibeli Risa dan Santi adalah novel. Buku yang dibeli Adip adalah buku komputer dan buku kesehatan. Buku yang dibeli Bara adalah buku pertanian. Relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah buku yang dibeli. Dari himpunan B ke himpunan A terdapat hubungan berikut. Siswa yang membeli novel adalah Risa dan Santi. Siswa yang membeli buku komputer dan buku kesehatan adalah Adip. Siswa yang membeli buku pertanian adalah Bara. Relasi dari himpunan B ke himpunan A adalah siswa yang membeli. Anggota himpunan A Anggota himpunan B Anggota himpunan A Anggota himpunan B Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 52. a. Sajian Relasi Berbentuk Diagram Panah b. Sajian Relasi Berbentuk Himpunan Pasangan Berurutan Relasi buku yang dibeli dari himpunan A ke himpunan B: R = {(Risa, novel), (Santi, novel), (Adip, buku komputer), (Adip, buku kesehatan), (bara, Buku pertanian)}. Relasi siswa yang membaca dari himpunan B ke himpunan A: R = {(novel, Risa), (novel, Santi), (buku komputer, Adip), (buku kesehatan, Adip), (buku pertanian, Bara)}. 2. Menyajikan Relasi Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 53. c. Sajian Relasi Berbentuk Diagram Kartesius Sajian relasi buku yang dibeli dari himpunan A ke himpunan B: Sajian relasi buku yang dibeli dari himpunan B ke himpunan A: Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 54. Contoh Soal 1. Diketahui A = {1, 2, 3, 4, 5, 6} dan B = {1, 2, 3, 5, 7}. Relasi R dari himpunan A ke himpunan B adalah x – y = 2 dengan x ∈ A dan y ∈ B. a. Tentukan R dalam bentuk diagram panah, himpunan pasangan berurutan, dan diagram kartesius. b. Tentukan daerah hasil R. 2. Diketahui hasil ulangan Matematika 6 siswa kelas VIIIA sebagai berikut. Adi dan Bima memperoleh nilai 8. Amir dan Dewi memperoleh nilai 7. Fani memperoleh nilai 6 dan Dion memperoleh nilai 5. Jika A menyatakan himpunan nama siswa dan B menyatakan himpunan nilai siswa: a. tentukan relasi dari himpunan A ke himpunan B; b. sajikan relasi dari himpunan A ke himpunan B dalam bentuk diagram panah, himpunan pasangan berurutan, dan diagram kartesius. Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 55. 1. Memahami Konsep Fungsi 2. Fungsi Korespondensi Satu-Satu 3. Notasi Fungsi 4. Daerah Asal, Daerah Kawan, dan Daerah Hasil Fungsi 5. Fungsi Linear Gambar 3.2 Membaca buku di perpustakaan B. Fungsi Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 56. Setiap anggota A mempunyai pasangan di B. Setiap anggota A dipasangkan dengan tepat satu anggota B. Ada anggota A yang tidak mempunyai pasangan di B dan ada anggota A yang mempunyai lebih dari satu pasangan di B. 1. Memahami Konsep Fungsi Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 57. KESIMPULAN: Sifat-sifat fungsi atau pemetaan dari himpunan A ke himpunan B: a. Setiap anggota A mempunyai pasangan di B. b. Setiap anggota A dipasangkan dengan tepat satu anggota B. Jika banyak anggota himpunan A = n(A) dan banyak anggota himpunan B = n(B) maka: 1) banyak fungsi yang mungkin dari A ke B = n(B)n(A) dan 2) banyak fungsi yang mungkin dari B ke A = n(A)n(B) . Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 58. Setiap anggota A mempunyai pasangan di B. Setiap anggota A dipasangkan dengan tepat satu anggota B. Setiap anggota B dipasangkan dengan tepat satu anggota A. 2. Fungsi Korespondensi Satu-Satu Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 59. KESIMPULAN Suatu fungsi atau pemetaan dari himpunan A ke himpunan B dikatakan fungsi korespondensi satu-satu jika memenuhi syarat berikut. a. Setiap anggota A mempunyai tepat satu pasangan di B. b. Setiap anggota B mempunyai tepat satu pasangan di A. Dengan adanya dua syarat tersebut, mengakibatkan banyak anggota himpunan A harus sama dengan banyak anggota himpunan B. Jika terdapat himpunan A dan B dengan n(A) = n(B) = n, banyak fungsi korespondensi satu-satu yang mungkin dari himpunan A ke himpunan B adalah n × (n – 1) × (n – 2) × (n – 3) × . . . × 3 × 2 × 1. Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 60. Fungsi dinotasikan dengan huruf kecil, seperti f, g, atau h. Fungsi f yang memetakan himpunan A ke himpunan B dinotasikan dengan f : A → B. Fungsi f yang memetakan x anggota himpunan A ke anggota himpunan B dinotasikan sebagai f: x → y atau f: x → f(x) atau f: x → y = f(x). f: x → y dibaca f memetakan x ke y. f: x → f(x) dibaca f memetakan x ke f(x). f: x → y = f(x) dibaca f memetakan x ke y = f(x). y merupakan peta atau bayangan x atau nilai fungsi dari x, ditulis y = f(x). x merupakan prapeta dari f(x) atau x merupakan prapeta dari y. Prapeta dari y oleh fungsi f dinotasikan dengan f ˉ¹(y). Jika x merupakan prapeta dari y oleh fungsi f maka f ˉ¹(y) = x. Himpunan dari nilai y = f(x) disebut daerah hasil atau range f. 3. Notasi Fungsi Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 61. Fungsi f: A → B. A = {1, 2, 3, 4} disebut daerah asal (domain). B = {3, 5, 7, 9, 11} disebut daerah kawan (kodomain). Dari diagram panah diperoleh: Bayangan dari 1 adalah 3 ditulis f(1) = 3. Bayangan dari 2 adalah 5 ditulis f(2) = 5. Bayangan dari 3 adalah 7 ditulis f(3) = 7. Bayangan dari 4 adalah 9 ditulis f(4) = 9. {3, 5, 7, 9} disebut daerah hasil. a. Fungsi dalam Bentuk Diagram Panah b. Fungsi dalam Bentuk f: x → f(x) Jika daerah asal dan daerah kawan tidak didefinisikan, daerah asal dan daerah kawan berupa bilangan real R. Daerah hasil fungsi f = {nilai f(x)}. 4. Daerah Asal, Daerah Kawan, dan Daerah Hasil Fungsi Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 62. Fungsi linear dinyatakan dengan rumus f(x) = ax + b dengan a ≠ 0 dan a, b ∈ bilangan real. Fungsi linear dapat disajikan dalam bentuk diagram panah, himpunan pasangan berurutan, persamaan fungsi, tabel, atau grafik. Grafik fungsi linear f: R → R digambarkan dengan aturan berikut. 5. Fungsi Linear Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 63. Contoh 1 Diketahui fungsi f: A → B dengan A = {1, 2, 3, 4} dan B = { 3, 6, 9, 12, 15}. Relasi fungsi f dinyatakan dengan tiga kali dari. a. Sajian fungsi f dalam bentuk diagram panah: b. Sajian fungsi f dalam bentuk himpunan pasangan berurutan: f = {(1, 3), (2, 6), (3, 9), (4, 12)} c. Sajian fungsi f dalam bentuk persamaan fungsi: f(x) = 3x. Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 64. d. Sajian fungsi f dalam bentuk tabel. e. Sajian fungsi f dalam bentuk grafik: Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 65. Diketahui fungsi f : x → dengan daerah asal {x | –2 ≤ x < 6}. a. Persamaan fungsi f adalah f(x) = . b. Tabel fungsi f : x → dengan daerah asal {x | –2 ≤ x < 6} sebagai berikut. c. Grafik fungsi f : dengan daerah asal Df = {x | –2 ≤ x < 6} sebagai berikut.  1 2 2 x Contoh 2  1 2 2 x  1 2 2 x  1 2 2 x Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 66. 1) Grafik f(x) = dengan daerah asal {x | –2 ≤ x < 6, x ∈ bilangan bulat}  1 2 2 x 2) Grafik f(x) = dengan daerah asal {x | –2 ≤ x < 6, x ∈ bilangan real}  1 2 2 x Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 67. Contoh Soal 1. Apakah relasi-relasi berikut merupakan fungsi? a. Relasi berat badan siswa. b. Relasi ibu dari. c. Relasi warna kesukaan. 2. Diketahui P = {1, 2} dan Q = {x, y, z}. Tentukan banyak fungsi yang mungkin dari himpunan Q ke P? Tunjukkan dengan diagram panah. 3. Diketahui fungsi f(x) = dengan Df ={x | –4 ≤ x ≤ 8, x ∈ bilangan bulat genap} dan g(x) = 3 – x dengan Dg = {x | x ≤ –1, x ∈ R}. Fungsi f(x) dan g(x) memetakan setiap nilai x ke bilangan real. a. Gambarkan grafik fungsi f(x) dan g(x). b. Tentukan daerah hasil fungsi f(x) dan g(x). c. Jika gˉ¹(–6) = a + 4, tentukan nilai a. d. Tentukan gˉ¹(A) jika A = {y | y ≤ 0}.   1 2 x 2 Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 68. 5. Perusahaan taksi X menentukan besar tarif seperti grafik berikut. a. Misalkan tarif taksi X dinyatakan dengan h(x) dengan x menyatakan jarak (dalam km), tentukan persamaan h(x). b. Amelia pergi ke rumah paman yang berjarak 24 kilometer menggunakan taksi X. Berapa tarif taksi yang harus dibayar Amelia? Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 69. BAB A. Grafik Garis Lurus B. Gradien Garis Lurus C. Persamaan Garis Lurus D. Kedudukan Dua Garis Lurus Persamaan Garis Lurus IV Kembali ke daftar isi
  • 70. 1. Persamaan Garis Lurus 2. Syarat Titik Terletak pada Garis 3. Menggambar Grafik Garis Lurus Gambar 4.1 Ketinggian air selama pengisian bertambah dengan kecepatan tetap A. Grafik Garis Lurus Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 71. Bentuk umum persamaan garis lurus dalam variabel x dan y sebagai berikut. Persamaan garis berbentuk ax + by = c dapat diubah menjadi y = mx + n dan sebaliknya. y = mx + n ax + by = c atau Contoh: y = –2x + 4 dan 4x + 2y = 8 2. Syarat Titik Terletak pada Garis Titik (x1, y1) terletak pada garis y = mx + n jika y1 = mx1 + n bernilai benar. 1. Persamaan Garis Lurus Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 72. 1) Menentukan dua titik yang terletak pada garis lurus. 2) Menggambarkan dua titik tersebut pada bidang koordinat kartesius. 3) Menghubungkan kedua titik dengan garis lurus. a. Menggambar Grafik Garis Lurus Menggunakan DuaTitik b. Menggambar Grafik Garis Lurus Menggunakan Pertolongan Titik Potong Garis dengan Sumbu Koordinat 1) Menentukan titik potong garis dengan sumbu X. Garis memotong sumbu X di y = 0. Cara: Substitusikan y = 0 ke dalam persamaan garis. 2) Menentukan titik potong garis dengan sumbu Y. Garis memotong sumbu Y di x = 0. Cara: Substitusikan x = 0 ke dalam persamaan garis. 3) Menggambarkan titik potong grafik dengan sumbu X dan sumbu Y pada bidang koordinat kartesius. 4) Menghubungkan kedua titik dengan garis lurus. 5) Menuliskan persamaan garisnya pada salah satu ujung garis. 3. Menggambar Grafik Garis Lurus Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 73. 1. Gradien Garis 2. Menentukan Gradien Garis 3. Sifat-Sifat Gradien Suatu Garis Gambar 4.2 Sebuah mobil sedang melalui jalan menanjak B. Gradien Garis Lurus Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 74. Gradien garis adalah nilai kemiringan atau kecondongan suatu garis. Gradien biasanya dilambangkan dengan huruf m. 2. Menentukan Gradien Garis a. Menentukan Gradien Garis jika Diketahui Grafiknya Gradien garis: m = 1. Gradien Garis Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 75. Contoh Gradien garis g: m = =   y x 2 3 Gradien garis l: m = = =   y x 2 3  2 3 Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 76. b. Menentukan Gradien Garis jika Diketahui Persamaannya 1) Gradien garis dengan persamaan y = mx + n adalah m. 2) Gradien garis dengan persamaan ax + by = c adalah m = . a b c. Menentukan Gradien Garis jika Diketahui Dua Titik yang Dilalui Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 77. 3. Sifat-Sifat Gradien Suatu Garis Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 78. Contoh Soal 1. Tentukan gradien garis dengan persamaan berikut. a. y = 3x b. 2y – x = 5 c. 9x + 6y – 18 = 0 2. Tentukan gradien garis yang melalui titik A(–3, 2) dan B(4, –5). 3. Grafik perkembangan berat badan seorang bayi selama setahun berbentuk garis lurus. Diketahui pada usia 1 bulan berat badan bayi tersebut 3.600 gram dan pada usia 10 bulan 9.000 gram. Tentukan besar kenaikan berat badan bayi setiap bulan. Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 79. 1. Persamaan Garis yang Diketahui Gradien dan Salah Satu Titik yang Dilalui Garis 2. Persamaan Garis yang Melalui Dua Titik Gambar 4.3 Tarif taksi A dan taksi B dinyatakan dalam bentuk grafik garis lurus C. Persamaan Garis Lurus Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 80. a. Persamaan garis yang bergradien m dan memotong sumbu Y di titik (0, n) adalah y = mx + n. b. Persamaan garis yang bergradien m dan melalui titik (x1, y1) adalah y – y1 = m(x – x1).      1 1 2 1 2 1 y y x x y y x x 2. Persamaan Garis yang Melalui Dua Titik Persamaan garis yang melalui titik (x1, y1) dan (x2, y2) adalah 1. Persamaan Garis yang Diketahui Gradien dan Salah Satu Titik yang Dilalui Garis Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 81. CONTOH SOAL 1. Tentukan persamaan garis berikut. a. Garis g melalui titik (2, –3) dan bergradien . b. Garis h melalui titik (2, –3) dan (–4, 5). 2. Perhatikan gambar berikut. Tentukan koordinat titik A.  1 2 Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 82. 1. Dua Garis Sejajar 2. Dua Garis Berimpit 3. Dua Garis Berpotongan Gambar 4.4 Desain rumah menggunakan beberapa tiang sejajar D. Kedudukan Dua Garis Lurus Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 83. Dua garis dengan persamaan y = m1x + n1 dan y = m2x + n2 dikatakan sejajar jika gradien kedua garis sama, yaitu m1 = m2. 2. Dua Garis Berimpit Dua garis dengan persamaan y = m1x + n1 dan y = m2x + n2 dikatakan berimpit jika m1 = m2 dan n1 = n2. 3. Dua Garis Berpotongan a. Dua garis dengan persamaan y = m1x + n1 dan y = m2x + n2 dikatakan berpotongan tegak lurus jika m1 ≠ m2 dan m1 × m2 = –1. b. Dua garis dengan persamaan y = m1x + n1 dan y = m2x + n2 dikatakan berpotongan tidak tegak lurus jika m1 ≠ m2 dan m1 × m2 ≠ –1. c. Titik Potong Dua Garis Berpotongan Titik potong dua garis berpotongan adalah titik yang dilalui oleh grafik kedua garis tersebut. 1. Dua Garis Sejajar Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 84. CONTOH SOAL 1. Diketahui persamaan garis g adalah y = 3x – 10. Garis l sejajar dengan garis g sedangkan garis k tegak lurus dengan garis g. Tentukan gradien garis l dan garis k. 2. Tentukan persamaan garis yang tegak lurus dengan garis y = –2x – 5 dan melalui titik (3, 4). 3. Apakah garis dengan persamaan y = –3x + 14 akan berpotongan dengan garis –4y + 3x – 4 = 0? Jika berpotongan, tentukan titik potongnya. 4. Jika persamaan garis p adalah 5x + 3y + 2 = 0, garis q adalah y = , dan garis r adalah 10x + 6y + 4 = 0, tentukan: a. kedudukan garis p dan q; b. kedudukan garis p dan r.  3 5 x 1 Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 85. BAB SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIAVEL V A. Persamaan dan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) B. Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel C. Menyelesaikan Masalah Menggunakan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kembali ke daftar isi
  • 86. A. Persamaan dan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) 1. Konsep Persamaan Linear 2. Konsep Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Gambar 5.1 Harga tiket masuk kebun binatang Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 87. a. Bentuk Persamaan Linear Dua Variabel (PLDV) Bentuk umum persamaan linear dua variabel adalah ax + by = c dengan a dan b bilangan real. a adalah koefisien x. b adalah koefien y. x dan y adalah variabel. c adalah konstanta. b. Penyelesaian Persamaan Linear Dua Variabel (x1, y1) penyelesaian persamaan linear dua variabel ax + by = c jika ax1 + by1 = c bernilai benar. 1. Konsep Persamaan Linear Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 88. b. Penyelesaian SPLDV (x1, y1) penyelesaian SPLDV ax + by = c dan dx + ey = f jika ax1 + by1 = c dan dx1 + ey1 = f bernilai benar. a. Bentuk Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) Bentuk umum sistem persamaan linear dua variabel: ax + by = c dx + ey = f Keterangan: a, b, d, dan e adalah koefisien; x dan y adalah variabel; c dan f adalah konstanta. 2. Konsep Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 89. CONTOH SOAL 1. Tentukan nilai a dan b jika diketahui dua persamaan linear dua variabel berikut. a. (a + 2)x + 5y = a – 3 dengan penyelesaian (–4, 3); b. dengan penyelesaian (b + 1, b – 2). 2. Sinta mempunyai sejumlah buku tulis ukuran besar dan buku tulis ukuran kecil. Banyak halaman isi setiap buku tulis ukuran besar adalah 58 lembar. Banyak halaman isi setiap buku tulis ukuran kecil adalah 38 lembar. Jumlah halaman isi buku-buku tulis itu 250 lembar. Tentukan: a. persamaan linear dua variabel yang menyatakan jumlah halaman isi buku-buku Sinta; b. banyak buku tulis ukuran kecil yang mungkin. 3. Apakah a = 6 dan b = 9 merupakan penyelesaian SPLDV berikut? Selidikilah. a. 8a – 3b = 21 2a + 5b = –57 b. 3a + 4b = 54 5a – 4b = –6     2y 3 x 3 4 2 1 Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 90. B. Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel 1. Metode Grafik 2. Metode Eliminasi 3. Metode Substitusi Gambar 5.2 Grafik dua garis lurus yang saling berpotongan. Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 91. Penyelesaian SPLDV menggunakan metode grafik dilakukan dengan menggambar grafik dari kedua persamaan yang diketahui pada satu bidang kartesius. Koordinat titik potong kedua grafik merupakan penyelesaian dari sistem persamaan tersebut. 2. Metode Eliminasi (Penghilangan) Penyelesaian SPLDV dengan metode eliminasi dilakukan dengan cara menghilangkan salah satu variabelnya. 3. Metode Substitusi Penyelesaian SPLDV menggunakan metode substitusi dilakukan dengan cara berikut. a. Ambil satu variabel pada salah satu persamaan. Selanjutnya, nyatakan variabel tersebut dalam variabel lain. Dengan begitu akan diperoleh persamaan dalam bentuk baru. b. Substitusikan persamaan baru tersebut ke persamaan yang lain kemudian persamaan tersebut diselesaikan. 1. Metode Grafik Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 92. Tentukan penyelesaian SPLDV berikut. 2x – 3y = –10 . . . (1) x + 2y = 2 . . . (2) Jawaban: 1) Menggunakan metode grafik Dari grafik terlihat kedua garis tersebut berpotongan di titik (–2, 2). Jadi, penyelesaiannya adalah (–2, 2). Contoh Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 93. Substitusikan y = 2 ke dalam persamaan (3). x = 2 – 2y  x = 2 – 2(2)  x = –2 Jadi, penyelesaiannya (–2, 2). Cara 1: mensubstitusikan x Nyatakan variabel x dalam y pada persamaan (2). x + 2y = 2  x = 2 – 2y . . . (3) Substitusikan persamaan (3) ke dalam persamaan (1). 2x – 3y = –10  2(2 – 2y) – 3y = –10  4 – 4y – 3y = –10  4 – 7y = –10  –7y = –14  y = 2 Jadi, penyelesaiannya adalah (–2, 2). 2) Menggunakan metode eliminasi 3) Menggunakan metode substitusi Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 94. C. Menyelesaikan Masalah Menggunakan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Langkah-langkah menyelesaian permasalahan menggunakan SPLDV sebagai berikut. 1. Menentukan variabel-variabelnya, lalu melakukan pemisalan. 2. Menerjemahkan permasalahan tersebut ke dalam model matematika berbentuk SPLDV. 3. Menyelesaikan model matematika yang diperoleh pada langkah 2. 4. Membuat kesimpulan. Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
  • 95. Contoh Soal 1. Diketahui segitiga sama kaki ABC dengan AB merupakan alas segitiga. Keliling segitiga ABC 16 cm. Sisi alas segitiga tersebut lebih panjang dari kaki segitiga. Jika selisih panjang alas dan salah satu kaki segitiga 1 cm, tentukan ukuran sisisisi segitiga tersebut. 2. Bu Sita mempunyai persediaan 4 kotak penghapus dan 15 rautan. Setiap kotak berisi 12 buah penghapus. Jika terjual semua, Bu Sita akan memperoleh uang Rp59.400,00. Pada suatu hari terjual 10 buah penghapus dan 3 rautan. Hasil penjualan tersebut Rp12.200,00. Tentukan hasil penjualan jika terjual 8 penghapus dan 10 rautan. Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab