SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
Media Pembelajaran
MATEMATIKA
Untuk SMP/MTs Kelas VIII
POLA BILANGAN
Sumber: www.shutterstock.com
Pola
Bilangan
Pola Bilangan
Pola barisan bilangan sederhana
Barisan dan deret bilangan
Pemecahan masalah barisan dan deret
Pola Konfigurasi
Konfigurasi objek
Konfigurasi persegi
Konfigurasi lingkaran
Keterkaitan antarsuku
Generalisasi konfigurasi objek
PETA KONSEP
Observasi
Ambillah kalender yang ada di rumahmu dan guntinglah kalender
bulan Januari 2018. Lalu, tuliskan tanggal-tanggal pada hari Senin.
Senin : 1, 8, 15, 22, 29.
Dapatkah kamu jelaskan tentang perubahan tanggal pada
setiap hari yang sama? Tentu kamu akan mendapatkan
kesimpulan bahwa selalu ada perubahan 7 hari pada setiap
tanggal di hari yang sama.
Bilangan-bilangan yang terbentuk pada setiap hari Senin membentuk
sebuah pola, yaitu bilangan berikutnya lebih 7 dari bilangan
sebelumnya.
Bentuk penulisan setiap bilangan
menggunakan tanda koma “,“ seperti 1, 8,
15, 22, 29 selanjutnya disebut barisan
bilangan.
Bagaimana jika kita jumlahkan semua
tanggal pada hari Selasa?
2 + 9 + 16 + 23 + 30 = . . .
Bentuk penulisan setiap bilangan
menggunakan tanda tambah “+” seperti di
atas disebut dengan deret bilangan.
Observasi
Sumber: dokumen penerbit
1.1 MENGENAL POLA BARISAN BILANGAN SEDERHANA
A. Pengertian Bilangan Urutan dan Bilangan Cacahan
Bilangan urutan yang dimulai dari 1, 2, 3, 4, dan seterusnya selanjutnya disebut “bilangan asli”
yang dalam bahasa Inggris disebut “natural numbers”. Di Indonesia, A digunakan sebagai lambang
dari himpunan bilangan asli sehingga A = {1, 2, 3, 4, . . .}.
Sementara di negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, N
digunakan sebagai lambang untuk “himpunan bilangan asli” karena yang dimaksud adalah “the set
of natural numbers”. Jadi dalam bahasa Inggris, himpunan bilangan asli dilambangkan dengan N =
{1, 2, 3, 4, . . .}.
Bilangan Asli
Dalam matematika, “tidak punya” berarti menunjuk pada “himpunan” atau “kumpulan
benda” yang tidak memiliki anggota. Himpunan yang tidak memiliki anggota untuk selanjutnya
disebut “himpunan kosong” dan banyaknya anggota himpunan kosong adalah nol dan ditulis
dengan lambang “0”.
Selanjutnya, keberadaan objek dalam suatu kumpulan benda hanya mungkin “ada” jika
kumpulan itu ada isinya atau “tidak ada”. Jika kumpulan itu tidak ada isinya. Bilangan 1, 2, 3, 4, .
. . , dan seterusnya menyatakan banyaknya anggota untuk kumpulan yang ada isinya dan 0 (nol)
untuk kumpulan yang tak ada isinya. Oleh karena itu, untuk himpunan bilangan cacah adalah C =
{0, 1, 2, 3, 4, . . .}.
Sementara itu, di negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar, C atau
W digunakan sebagai lambang untuk himpunan bilangan cacah yang dikenal dengan istilah
“cardinal numbers” atau “whole numbers”. Dalam bahasa Inggris, himpunan bilangan cacah
dilambangkan dengan C = {0,1, 2, 3, 4, . . .} atau W = {0,1, 2, 3, 4, . . .}.
Bilangan Cacah
1.1 MENGENAL POLA BARISAN BILANGAN SEDERHANA
B. Pengertian Pola dan Barisan Bilangan
Pertanyaannya adalah ″berdasarkan pola huruf L,
berapa petak persegi satuan yang diperlukan
untuk membentuk huruf L yang ke-100″.
Barisan bilangan berhubungan erat dengan bilangan urutan dan bilangan cacahan.
Sebagai bilangan urutan secara umum, urutan suku-sukunya diberi lambang 𝑈1 , 𝑈2 , 𝑈3 ,
𝑈4, . . ., yang bermakna sebagai “urutan pertama, urutan kedua, urutan ketiga, urutan
keempat, dan seterusnya”. Selanjutnya, setiap bilangan yang diurutkan ditulis berjajar dan
sebagai pemisah di antara dua suku yang berurutan digunakan tanda koma (,).
Contoh Masalah
Misalkan disediakan pola susunan huruf-huruf L
seperti berikut (Gambar 1.1).
Pemecahan Masalah
Misalkan pola yang dapat kita amati dari
Gambar 1.1 adalah seperti berikut
(Gambar 1.2).
Berdasarkan pola yang dapat diamati dari Gambar 1.2, banyaknya petak persegi
satuan yang diperlukan untuk membentuk suku (unit) pertama, kedua, ketiga,
keempat, dan seterusnya adalah
Dengan melihat pola dari 𝑈1 hingga 𝑈4 tersebut, maka
𝑈𝑛 = n + (n + 2) = 2n + 2 = 2(n + 1).
𝑈1 = 1 + 3 = 1 + (1 + 2)
𝑈2 = 2 + 4 = 2 + (2 + 2)
𝑈3 = 3 + 5 = 3 + (3 + 2)
𝑈4 = 4 + 6 = 4 + (4 + 2)
Dari barisan bilangan tersebut, urutan suku-sukunya adalah 𝑈1 = 4, 𝑈2 = 6, 𝑈3 = 8,
𝑈4 = 10, . . ., 𝑈100 = 202, dan 𝑈𝑛 = 2(n + 1).
Oleh karena rumus suku ke-n dari barisan bilangan tersebut, adalah 𝑈𝑛 = 2(n + 1),
maka dengan mengganti nilai n = 100 pada 𝑈𝑛 = 2(n + 1) diperoleh
→ 𝑈100 = 2(100 + 1)
= 2(101)
= 202
Dengan demikian, banyaknya petak persegi satuan yang diperlukan untuk
membentuk huruf L yang ke-100 adalah 202.
Lebih lanjut, barisan bilangan n suku yang dihasilkan pada pemecahan masalah
tersebut adalah
Kerjakan Latihan 1 halaman 11 – 12
1.2 MENENTUKAN RUMUS SUKU KE-n BARISAN BILANGAN
A. Dengan Tuntunan Pola
Hal yang penting untuk diketahui adalah:
Selanjutnya, dengan diketahuinya rumus suku ke-n dari barisan tersebut, kita
dapat menentukan secara cepat sembarang suku yang ditanyakan.
B. Secara Intuitif
Secara intuitif (kata hati) artinya jika kita menebak
rumus suku ke-n sesuai dengan apa yang kita angankan dan
setelah dicoba ternyata benar, maka rumus yang kita
angankan itu benar. Sebaliknya, jika setelah dicoba ternyata
salah, maka rumus yang kita angankan itu salah.
C. Dengan Prosedur Matematika
Prosedur matematika dapat dilakukan dengan cara mengamati pola selisih suku-suku
yang berurutan pada barisan bilangan yang bersangkutan. Apabila hingga satu tingkat
penyelidikan selisih tetapnya belum ditemukan, maka penyelidikan dilanjutkan ke
tingkat kedua. Jika hingga dua tingkat penyelidikan selisih tetapnya juga belum
ditemukan, maka penyelidikan diteruskan ke tingkat yang ketiga. Begitu seterusnya.
Bentuk umum suku ke-n barisan bilangan berderajat dua (B3D) berupa polinom
berderajat dua 𝑈𝑛 = 𝑎𝑛2
+ 𝑏𝑛 + 𝑐 dengan perolehan hasil selengkapnya seperti
berikut.
Bentuk umum suku ke-n barisan bilangan berderajat tiga (B3T) juga berupa
polinom berderajat 3, yakni 𝑈𝑛 = 𝑎𝑛3
+ 𝑏𝑛2
+ 𝑐𝑛 + 𝑑 dengan perolehan hasil
selengkapnya seperti berikut.
ContohSoal
Tentukan suku ke-100 dari suatu barisan bilangan yang rumus umumnya
adalah 𝑈𝑛 = 𝑛(𝑛 + 3).
Jawab:
𝑈𝑛= n (n + 3) ⇒ 𝑈100 = 100 (100 + 3)
= 100(103)
= 10.300
Jadi, suku ke-100 dari barisan tersebut adalah 10.300.
Kerjakan Latihan 2 halaman 21 – 22
A. Pola Genap
Bentuk umum pola genap adalah
B. Pola Ganjil
Bentuk umum pola ganjil adalah
1.3 MENGENAL POLA-POLA KHUSUS
C. Pola Persegi
D. Pola Persegi Panjang
Bentuk umum pola persegi adalah
Bentuk umum pola persegi panjang adalah
E. Pola Segitiga
F. Pola Aritmetika
Bentuk umum pola segitiga adalah
Bentuk umum pola aritmetika adalah
Jumlah hingga suku ke-n pola aritmetika adalah
atau
G. Pola Geometri
Jumlah hingga suku ke-n pola geometri adalah
𝑆𝑛 =
𝑎(1−𝑟𝑛)
1−𝑟
, jika r < 1
atau
𝑆𝑛 =
𝑎(𝑟𝑛−1)
𝑟−1
, jika r > 1.
Bentuk umum pola geometri adalah
Seutas tali dipotong menjadi lima bagian dengan panjang masing-masing
bagian membentuk barisan geometri. Jika potongan tali yang terpendek
5 cm dan potongan tali yang terpanjang 80 cm, tentukan panjang tali
semula.
Jawab:
ContohSoal
𝑎 = 5
𝑈𝑛 = 𝑎 × 𝑟𝑛−1
⇒ 𝑈5 = 5 × 𝑟5−1
= 80
⇒ 5 × 𝑟4
= 80
⇒ 𝑟4
=
80
5
⇒ 𝑟4
= 16
⇒ 𝑟 = 2
𝑆𝑛 =
𝑎(𝑟𝑛−1)
𝑟−1
⇒ 𝑆5 =
5 25−1
2−1
𝑆5 =
5 32−1
1
𝑆5 = 5 × 31
Jadi, panjang tali semula adalah 155 cm.
Kerjakan Latihan Ulangan Bab 1
halaman 35– 38
Kerjakan Latihan 3 halaman 32 – 33

More Related Content

Similar to POLAPOLABIL

Bab I teori bilangan
Bab I teori bilanganBab I teori bilangan
Bab I teori bilanganHaryono Yono
 
Buku Siswa Barisan dan Deret
Buku Siswa Barisan dan DeretBuku Siswa Barisan dan Deret
Buku Siswa Barisan dan Deretarvinefriani
 
POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptxPOLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptxOdhirArt
 
49826663 barisan-deret
49826663 barisan-deret49826663 barisan-deret
49826663 barisan-deretWayan Sudiarta
 
Modul matematika materi barisan dan deret
Modul matematika materi barisan dan deretModul matematika materi barisan dan deret
Modul matematika materi barisan dan deretDhurotul Khamidah
 
Pola Bilangan.pptx
Pola Bilangan.pptxPola Bilangan.pptx
Pola Bilangan.pptxfbryraa1
 
barisan dan deret bilangan kompleks
barisan dan deret bilangan kompleksbarisan dan deret bilangan kompleks
barisan dan deret bilangan kompleksNurmini RuddiaNa
 
1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptxradietaradeia2
 
Bab i pola bilangan (pertemuan ke 2)
Bab i pola bilangan (pertemuan ke 2)Bab i pola bilangan (pertemuan ke 2)
Bab i pola bilangan (pertemuan ke 2)muhammadmuiz2511
 
Pola dan barisan bilangan
Pola dan barisan bilanganPola dan barisan bilangan
Pola dan barisan bilanganHeri Cahyono
 
Barisan & deret persamaan kuadrat (kelompok 14)
Barisan & deret persamaan kuadrat (kelompok 14)Barisan & deret persamaan kuadrat (kelompok 14)
Barisan & deret persamaan kuadrat (kelompok 14)Umam SemogaJadi Khair
 
Materi Kuliah CALCULUS -- Barisan dan Deret ARITMATIKA dan GEOMETRI.ppt
Materi Kuliah CALCULUS -- Barisan dan Deret ARITMATIKA dan GEOMETRI.pptMateri Kuliah CALCULUS -- Barisan dan Deret ARITMATIKA dan GEOMETRI.ppt
Materi Kuliah CALCULUS -- Barisan dan Deret ARITMATIKA dan GEOMETRI.pptsandihermawan12
 
Modul pola dan barisan bilangan
Modul pola dan barisan bilanganModul pola dan barisan bilangan
Modul pola dan barisan bilanganAbdul Karim
 
Barisan bilangan
Barisan bilanganBarisan bilangan
Barisan bilanganhafidz248
 
Latihan olimpiade
Latihan olimpiadeLatihan olimpiade
Latihan olimpiadeErni Gusti
 

Similar to POLAPOLABIL (20)

Barisan dan Deret Bilangan ppt
Barisan dan Deret Bilangan pptBarisan dan Deret Bilangan ppt
Barisan dan Deret Bilangan ppt
 
Bab I teori bilangan
Bab I teori bilanganBab I teori bilangan
Bab I teori bilangan
 
3. BARIS _ DERET.pdf
3. BARIS _ DERET.pdf3. BARIS _ DERET.pdf
3. BARIS _ DERET.pdf
 
Buku Siswa Barisan dan Deret
Buku Siswa Barisan dan DeretBuku Siswa Barisan dan Deret
Buku Siswa Barisan dan Deret
 
Nadia
NadiaNadia
Nadia
 
POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptxPOLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
 
49826663 barisan-deret
49826663 barisan-deret49826663 barisan-deret
49826663 barisan-deret
 
Modul matematika materi barisan dan deret
Modul matematika materi barisan dan deretModul matematika materi barisan dan deret
Modul matematika materi barisan dan deret
 
229515136-Makalah-Mat.docx
229515136-Makalah-Mat.docx229515136-Makalah-Mat.docx
229515136-Makalah-Mat.docx
 
Pola Bilangan.pptx
Pola Bilangan.pptxPola Bilangan.pptx
Pola Bilangan.pptx
 
barisan dan deret bilangan kompleks
barisan dan deret bilangan kompleksbarisan dan deret bilangan kompleks
barisan dan deret bilangan kompleks
 
1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
1 POLA BILANGAN DAN BARISAN BILANGAN.pptx
 
Bab i pola bilangan (pertemuan ke 2)
Bab i pola bilangan (pertemuan ke 2)Bab i pola bilangan (pertemuan ke 2)
Bab i pola bilangan (pertemuan ke 2)
 
Pola dan barisan bilangan
Pola dan barisan bilanganPola dan barisan bilangan
Pola dan barisan bilangan
 
Barisan & deret persamaan kuadrat (kelompok 14)
Barisan & deret persamaan kuadrat (kelompok 14)Barisan & deret persamaan kuadrat (kelompok 14)
Barisan & deret persamaan kuadrat (kelompok 14)
 
Barisan dan deret
Barisan dan deretBarisan dan deret
Barisan dan deret
 
Materi Kuliah CALCULUS -- Barisan dan Deret ARITMATIKA dan GEOMETRI.ppt
Materi Kuliah CALCULUS -- Barisan dan Deret ARITMATIKA dan GEOMETRI.pptMateri Kuliah CALCULUS -- Barisan dan Deret ARITMATIKA dan GEOMETRI.ppt
Materi Kuliah CALCULUS -- Barisan dan Deret ARITMATIKA dan GEOMETRI.ppt
 
Modul pola dan barisan bilangan
Modul pola dan barisan bilanganModul pola dan barisan bilangan
Modul pola dan barisan bilangan
 
Barisan bilangan
Barisan bilanganBarisan bilangan
Barisan bilangan
 
Latihan olimpiade
Latihan olimpiadeLatihan olimpiade
Latihan olimpiade
 

POLAPOLABIL

  • 3. Pola Bilangan Pola Bilangan Pola barisan bilangan sederhana Barisan dan deret bilangan Pemecahan masalah barisan dan deret Pola Konfigurasi Konfigurasi objek Konfigurasi persegi Konfigurasi lingkaran Keterkaitan antarsuku Generalisasi konfigurasi objek PETA KONSEP
  • 4. Observasi Ambillah kalender yang ada di rumahmu dan guntinglah kalender bulan Januari 2018. Lalu, tuliskan tanggal-tanggal pada hari Senin. Senin : 1, 8, 15, 22, 29. Dapatkah kamu jelaskan tentang perubahan tanggal pada setiap hari yang sama? Tentu kamu akan mendapatkan kesimpulan bahwa selalu ada perubahan 7 hari pada setiap tanggal di hari yang sama. Bilangan-bilangan yang terbentuk pada setiap hari Senin membentuk sebuah pola, yaitu bilangan berikutnya lebih 7 dari bilangan sebelumnya.
  • 5. Bentuk penulisan setiap bilangan menggunakan tanda koma “,“ seperti 1, 8, 15, 22, 29 selanjutnya disebut barisan bilangan. Bagaimana jika kita jumlahkan semua tanggal pada hari Selasa? 2 + 9 + 16 + 23 + 30 = . . . Bentuk penulisan setiap bilangan menggunakan tanda tambah “+” seperti di atas disebut dengan deret bilangan. Observasi Sumber: dokumen penerbit
  • 6. 1.1 MENGENAL POLA BARISAN BILANGAN SEDERHANA A. Pengertian Bilangan Urutan dan Bilangan Cacahan Bilangan urutan yang dimulai dari 1, 2, 3, 4, dan seterusnya selanjutnya disebut “bilangan asli” yang dalam bahasa Inggris disebut “natural numbers”. Di Indonesia, A digunakan sebagai lambang dari himpunan bilangan asli sehingga A = {1, 2, 3, 4, . . .}. Sementara di negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, N digunakan sebagai lambang untuk “himpunan bilangan asli” karena yang dimaksud adalah “the set of natural numbers”. Jadi dalam bahasa Inggris, himpunan bilangan asli dilambangkan dengan N = {1, 2, 3, 4, . . .}. Bilangan Asli
  • 7. Dalam matematika, “tidak punya” berarti menunjuk pada “himpunan” atau “kumpulan benda” yang tidak memiliki anggota. Himpunan yang tidak memiliki anggota untuk selanjutnya disebut “himpunan kosong” dan banyaknya anggota himpunan kosong adalah nol dan ditulis dengan lambang “0”. Selanjutnya, keberadaan objek dalam suatu kumpulan benda hanya mungkin “ada” jika kumpulan itu ada isinya atau “tidak ada”. Jika kumpulan itu tidak ada isinya. Bilangan 1, 2, 3, 4, . . . , dan seterusnya menyatakan banyaknya anggota untuk kumpulan yang ada isinya dan 0 (nol) untuk kumpulan yang tak ada isinya. Oleh karena itu, untuk himpunan bilangan cacah adalah C = {0, 1, 2, 3, 4, . . .}. Sementara itu, di negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar, C atau W digunakan sebagai lambang untuk himpunan bilangan cacah yang dikenal dengan istilah “cardinal numbers” atau “whole numbers”. Dalam bahasa Inggris, himpunan bilangan cacah dilambangkan dengan C = {0,1, 2, 3, 4, . . .} atau W = {0,1, 2, 3, 4, . . .}. Bilangan Cacah
  • 8. 1.1 MENGENAL POLA BARISAN BILANGAN SEDERHANA B. Pengertian Pola dan Barisan Bilangan Pertanyaannya adalah ″berdasarkan pola huruf L, berapa petak persegi satuan yang diperlukan untuk membentuk huruf L yang ke-100″. Barisan bilangan berhubungan erat dengan bilangan urutan dan bilangan cacahan. Sebagai bilangan urutan secara umum, urutan suku-sukunya diberi lambang 𝑈1 , 𝑈2 , 𝑈3 , 𝑈4, . . ., yang bermakna sebagai “urutan pertama, urutan kedua, urutan ketiga, urutan keempat, dan seterusnya”. Selanjutnya, setiap bilangan yang diurutkan ditulis berjajar dan sebagai pemisah di antara dua suku yang berurutan digunakan tanda koma (,). Contoh Masalah Misalkan disediakan pola susunan huruf-huruf L seperti berikut (Gambar 1.1).
  • 9. Pemecahan Masalah Misalkan pola yang dapat kita amati dari Gambar 1.1 adalah seperti berikut (Gambar 1.2). Berdasarkan pola yang dapat diamati dari Gambar 1.2, banyaknya petak persegi satuan yang diperlukan untuk membentuk suku (unit) pertama, kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya adalah Dengan melihat pola dari 𝑈1 hingga 𝑈4 tersebut, maka 𝑈𝑛 = n + (n + 2) = 2n + 2 = 2(n + 1). 𝑈1 = 1 + 3 = 1 + (1 + 2) 𝑈2 = 2 + 4 = 2 + (2 + 2) 𝑈3 = 3 + 5 = 3 + (3 + 2) 𝑈4 = 4 + 6 = 4 + (4 + 2)
  • 10. Dari barisan bilangan tersebut, urutan suku-sukunya adalah 𝑈1 = 4, 𝑈2 = 6, 𝑈3 = 8, 𝑈4 = 10, . . ., 𝑈100 = 202, dan 𝑈𝑛 = 2(n + 1). Oleh karena rumus suku ke-n dari barisan bilangan tersebut, adalah 𝑈𝑛 = 2(n + 1), maka dengan mengganti nilai n = 100 pada 𝑈𝑛 = 2(n + 1) diperoleh → 𝑈100 = 2(100 + 1) = 2(101) = 202 Dengan demikian, banyaknya petak persegi satuan yang diperlukan untuk membentuk huruf L yang ke-100 adalah 202. Lebih lanjut, barisan bilangan n suku yang dihasilkan pada pemecahan masalah tersebut adalah Kerjakan Latihan 1 halaman 11 – 12
  • 11. 1.2 MENENTUKAN RUMUS SUKU KE-n BARISAN BILANGAN A. Dengan Tuntunan Pola Hal yang penting untuk diketahui adalah: Selanjutnya, dengan diketahuinya rumus suku ke-n dari barisan tersebut, kita dapat menentukan secara cepat sembarang suku yang ditanyakan.
  • 12. B. Secara Intuitif Secara intuitif (kata hati) artinya jika kita menebak rumus suku ke-n sesuai dengan apa yang kita angankan dan setelah dicoba ternyata benar, maka rumus yang kita angankan itu benar. Sebaliknya, jika setelah dicoba ternyata salah, maka rumus yang kita angankan itu salah.
  • 13. C. Dengan Prosedur Matematika Prosedur matematika dapat dilakukan dengan cara mengamati pola selisih suku-suku yang berurutan pada barisan bilangan yang bersangkutan. Apabila hingga satu tingkat penyelidikan selisih tetapnya belum ditemukan, maka penyelidikan dilanjutkan ke tingkat kedua. Jika hingga dua tingkat penyelidikan selisih tetapnya juga belum ditemukan, maka penyelidikan diteruskan ke tingkat yang ketiga. Begitu seterusnya.
  • 14. Bentuk umum suku ke-n barisan bilangan berderajat dua (B3D) berupa polinom berderajat dua 𝑈𝑛 = 𝑎𝑛2 + 𝑏𝑛 + 𝑐 dengan perolehan hasil selengkapnya seperti berikut. Bentuk umum suku ke-n barisan bilangan berderajat tiga (B3T) juga berupa polinom berderajat 3, yakni 𝑈𝑛 = 𝑎𝑛3 + 𝑏𝑛2 + 𝑐𝑛 + 𝑑 dengan perolehan hasil selengkapnya seperti berikut.
  • 15. ContohSoal Tentukan suku ke-100 dari suatu barisan bilangan yang rumus umumnya adalah 𝑈𝑛 = 𝑛(𝑛 + 3). Jawab: 𝑈𝑛= n (n + 3) ⇒ 𝑈100 = 100 (100 + 3) = 100(103) = 10.300 Jadi, suku ke-100 dari barisan tersebut adalah 10.300. Kerjakan Latihan 2 halaman 21 – 22
  • 16. A. Pola Genap Bentuk umum pola genap adalah B. Pola Ganjil Bentuk umum pola ganjil adalah 1.3 MENGENAL POLA-POLA KHUSUS
  • 17. C. Pola Persegi D. Pola Persegi Panjang Bentuk umum pola persegi adalah Bentuk umum pola persegi panjang adalah
  • 18. E. Pola Segitiga F. Pola Aritmetika Bentuk umum pola segitiga adalah Bentuk umum pola aritmetika adalah Jumlah hingga suku ke-n pola aritmetika adalah atau
  • 19. G. Pola Geometri Jumlah hingga suku ke-n pola geometri adalah 𝑆𝑛 = 𝑎(1−𝑟𝑛) 1−𝑟 , jika r < 1 atau 𝑆𝑛 = 𝑎(𝑟𝑛−1) 𝑟−1 , jika r > 1. Bentuk umum pola geometri adalah
  • 20. Seutas tali dipotong menjadi lima bagian dengan panjang masing-masing bagian membentuk barisan geometri. Jika potongan tali yang terpendek 5 cm dan potongan tali yang terpanjang 80 cm, tentukan panjang tali semula. Jawab: ContohSoal 𝑎 = 5 𝑈𝑛 = 𝑎 × 𝑟𝑛−1 ⇒ 𝑈5 = 5 × 𝑟5−1 = 80 ⇒ 5 × 𝑟4 = 80 ⇒ 𝑟4 = 80 5 ⇒ 𝑟4 = 16 ⇒ 𝑟 = 2 𝑆𝑛 = 𝑎(𝑟𝑛−1) 𝑟−1 ⇒ 𝑆5 = 5 25−1 2−1 𝑆5 = 5 32−1 1 𝑆5 = 5 × 31 Jadi, panjang tali semula adalah 155 cm. Kerjakan Latihan Ulangan Bab 1 halaman 35– 38 Kerjakan Latihan 3 halaman 32 – 33