SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
BARISAN DAN DERET
PETA KONSEP
BARISAN DAN
DERET
Pola Bilangan
Notasi Sigma
Barisan dan Deret Aritmatika
Barisan dan Deret Geometri
Deret Geometri Tak Hingga
Penerapan Deret Aritmatika dan
Deret Geometri
A. POLA BILANGAN
Perhatikan bentuk-bentuk berikut ini
a. 1, 2, 3, 4, . . . , 50
b. 2, 4, 6, 8, . . . , 100
c. 1, 4, 9, 16, . . . , 100
β€’ Jika diperhatikan Bilangan-bilangan tersebut ditulis berdasarkan pola atau aturan
tertentu.
β€’ Susunan bilangan dengan aturan atau ketentuan-ketentuan tertentu disebut
sebagai barisan.
β€’ Sedangkan apabila barisan itu kita tuliskan dalam bnetuk jumlah disebut deret
bilangan.
Perhatikan contoh deret bilangan berikut.
a. 1 + 2 + 3 + 4 + . . . + 50
b. 2 + 4 + 6 + 8 + . . . + 100
c. 1 + 4 + 9 + 16 + . . . + 100
Secara umum deret suatu bilangan dapat dinyatakan sebagai berikut.
π‘ˆ1 + π‘ˆ2 + π‘ˆ3 + π‘ˆ4+ . . . . +π‘ˆπ‘›
Dengan
π‘ˆ1, π‘ˆ2, π‘ˆ3, . . . . , π‘ˆπ‘› sebagi suku
π‘ˆ1 = suku ke-1.
π‘ˆ2 = suku ke-2, demikian seterusnya.
B. NOTASI SIGMA
β€’ Suatu cara untuk menuliskan penjumlahan berurutan secara singkat dengan
menggunakan tanda βˆ‘ (dibaca sigma) dan dinamakan β€œtanda sigma”.
β€’ Notasi sigma yaitu huruf Yunani untuk S dari perkataan β€œsum” yang berarti
jumlah.
Contoh:
1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 + 9 + 10 =
π‘˜=1
10
π‘˜
1 + 3 + 5 + 7 + 9 + 11 + 13 =
π‘˜=1
7
(2π‘˜ βˆ’ 1)
Misalkan π‘Žπ‘˜ dan π‘π‘˜ merupakan suku ke- π‘˜ dan 𝐢 suatu konstanta.
1. Jika π‘Žπ‘˜ = 𝐢, maka βˆ‘π‘˜=1
𝑛
𝐢 = 𝑛 𝐢
2. βˆ‘π‘˜=1
𝑛
πΆπ‘Žπ‘˜ = 𝐢 βˆ‘π‘˜=1
𝑛
π‘Žπ‘˜
3. βˆ‘π‘˜=1
𝑛
(π‘Žπ‘˜ + π‘π‘˜) = βˆ‘π‘˜=1
𝑛
π‘Žπ‘˜ + βˆ‘π‘˜=1
𝑛
π‘π‘˜
4. βˆ‘π‘˜=1
𝑛
(π‘Žπ‘˜ + π‘π‘˜)2
= βˆ‘π‘˜=1
𝑛
π‘Žπ‘˜
2
+ 2 βˆ‘π‘˜=1
𝑛
π‘Žπ‘˜π‘π‘˜ + βˆ‘π‘˜=1
𝑛
π‘π‘˜
2
5. βˆ‘π‘˜=1
𝑛
π‘Žπ‘˜ = 𝐢 βˆ‘π‘˜=1
π‘›βˆ’1
π‘Žπ‘˜ + π‘Žπ‘›
Kaidah- kaidah Notasi Sigma
C. BARISAN DAN DERET ARITMATIKA
1. Barisan Aritmatika
Perhatikan barisan bilangan berikut ini.
i) 1, 3, 5, 7, . . . ,99
ii) 2, 4, 6, 8, . . . , 100
iii) 16, 13, 10, 7, . . . , -5
Dari beberapa barisan diatas tampak bahwa antara suku-suku pada barisan ini
memiliki pola tertentu, yaitu selisih antara kedua suku yang berurutan selalu sama
(tetap). Barisan bilangan dengan pola tersebut dinamakan barisan aritmatika.
Rumus suku ke-n
Misalkan π‘ˆ1, π‘ˆ2, π‘ˆ3, . . . . , π‘ˆπ‘› adalah barisan aritmatika dengan selisih dua suku yang
berurutan adalah b dan suku pertama π‘Ž, maka
π‘ˆ1 = π‘Ž
π‘ˆ2 = π‘ˆ1 + b = π‘Ž + b
π‘ˆ3 = π‘ˆ2 + b = (π‘Ž + b) + b = π‘Ž + 2b
π‘ˆπ‘› = π‘ˆπ‘›βˆ’1 + b
= ( π‘Ž + (n – 2) b ) + b
= π‘Ž + ( n – 1 ) b
π‘ˆπ‘› = π‘Ž + ( n – 1 ) b
2. Deret Aritmatika
Rumus jumlah n suku pertama dari deret aritmatika
Karena π‘ˆπ‘› = π‘Ž + ( n – 1 ) b, maka dapat juga ditentukan dengan rumus:
𝑆𝑛 =
𝑛(π‘Ž+π‘ˆπ‘›)
2
=
𝑛
2
(π‘Ž + π‘ˆπ‘›)
𝑆𝑛 =
𝑛
2
2π‘Ž + (𝑛 βˆ’ 1)b
Diketahui rumus suku ke – n deret aritmatika adalah π‘ˆπ‘› = 5 βˆ’ 3𝑛. Hitunglah jumlah
15 suku pertama.
Solusi:
π‘ˆ1 = 5 βˆ’ 3 1 = 2
π‘ˆ15 = 5 βˆ’ 3 15 = βˆ’40
𝑆15 =
15
2
2 + βˆ’40 = βˆ’285
Jadi, jumlah 15 suku pertama deret aritmatika itu adalah -285
π‘ˆπ‘› = 𝑆𝑛 βˆ’ π‘†π‘›βˆ’1
3. Menuliskan Deret Aritmatika dengan Notasi Sigma
Untuk menghitung nilai sigma dapat menggunakan rumus jumlah n suku pertama
deret aritmatika berikut.
𝑆𝑛 =
𝑛
2
2π‘Ž + 𝑛 βˆ’ 1 𝑏 atau 𝑆𝑛 =
𝑛
2
π‘Ž + π‘ˆπ‘›
Suatu deret aritmatika dapat ditulis secara singkat menggunakan notasi sigma.
Misal diberikan deret aritmatika berikut.
2 + 5 + 8 + 11 + 14 + 17 + 20 + 23
Suku pertama U1 = a = 2
Beda = b = U2 – U1 = 5 – 2 = 3
Banyak suku = n = 8
Rumus suku ke- n (Un) = a + (n – 1)b
= 2 + (n – 1)3
= 2 + 3n – 3 = 3n – 1
Jadi, 2 + 5 + 8 + 11 + 14 + 17 + 20 + 23 = βˆ‘π‘›=1
8
(3𝑛 βˆ’ 1)
D. BARISAN DAN DERET GEOMETRI
1. Barisan Geometri
Perhatikan barisan berikut.
a. 2, 4, 8, 16, . . . , 256
b. 128, 64, 32, 1, . . . ,
1
32
c. (1,03), 1,03 2
, 1,03 3
, . . . , 1,03 8
Ketiga barisan tersebut disusun dengan mengalikan suatu bilangan tertentu ke
bilangan sebelumnya untuk memperoleh suku berikutnya. Barisan yang disusun
dengan cara seperti itu disebut barisan geometri.
Rumus suku ke-n
Misalkan π‘ˆ1, π‘ˆ2, π‘ˆ3, . . . . , π‘ˆπ‘› adalah barisan geometri dengan pembanding dua suku
yang berurutan adalah r dan suku pertama π‘Ž, maka
π‘ˆ1 = π‘Ž = π‘Žπ‘Ÿ0 = π‘Žπ‘Ÿ1βˆ’1
π‘ˆ2 = π‘ˆ1π‘Ž = π‘Žπ‘Ÿ = π‘Žπ‘Ÿ2βˆ’1
π‘ˆ3 = π‘ˆ2π‘Ž = π‘Žπ‘Ÿ2 = π‘Žπ‘Ÿ3βˆ’1
π‘ˆπ‘› = π‘ˆπ‘›βˆ’1π‘Ÿ = π‘Žπ‘Ÿπ‘›βˆ’1
π‘ˆπ‘› = π‘Žπ‘Ÿπ‘›βˆ’1 , dengan π‘Ÿ =
π‘ˆπ‘›
π‘ˆπ‘›βˆ’1
2. Deret Geometri
Rumus Jumlah n suku pertama dari deret geometri
Atau dapat juga ditentukan dengan rumus:
𝑆𝑛 =
π‘Ž(π‘Ÿπ‘›βˆ’1)
π‘Ÿβˆ’1
untuk π‘Ÿ β‰  1, π‘Ÿ > 1
𝑆𝑛 =
π‘Ž(1βˆ’π‘Ÿπ‘›)
1βˆ’π‘Ÿ
untuk π‘Ÿ β‰  1, π‘Ÿ < 1
π‘ˆπ‘› = 𝑆𝑛 βˆ’ π‘†π‘›βˆ’1
Dari suatu geometri π‘Ž = 7 , π‘Ÿ = 3 , dan 𝑆𝑛 = 847, tentukan banyak suku deret itu.
Solusi:
𝑆𝑛 =
π‘Ž(π‘Ÿπ‘›
βˆ’ 1)
π‘Ÿ βˆ’ 1
847 =
7(3𝑛 βˆ’ 1)
3 βˆ’ 1
847 =
7
2
(3𝑛
βˆ’ 1)
⟺ 3𝑛
βˆ’ 1 = 847 .
7
2
⟺ 3𝑛 = 242 + 1
⟺ 3𝑛
= 243
⟺ 𝑛 = 5
Jadi banyaknya suku ke βˆ’ 𝑛 deret geometri tersebut adalah 5
3. Menuliskan Deret Geometri dengan Notasi Sigma
Seperti deret aritmatika, deret geometri dapat pula dinyatakan dengan menggunakan
notasi sigma dengan cara mencari suku umum deret tersebut.
Contoh:
Nyatakan deret geometri berikut dalam notasi sigma.
2 + 4 + 8 + 16 + 32 + 64 + 128
Solusi:
Suku pertama ( π‘ˆ1 ) = a = 2
rasio (π‘Ÿ) =
π‘ˆ2
π‘ˆ1
=
4
2
= 2
Banyak suku (n) = 7
Rumus suku ke-n (π‘ˆπ‘›) = π‘Žπ‘Ÿπ‘›βˆ’1
= 2 . 2π‘›βˆ’1
= 2n
Jadi, deret tersebut adalah
𝑛=1
7
2𝑛
E. DERET GEOMETRI TAK HINGGA
Perhatikan contoh deret geometri
a. 128 + 64 + 32 + 1 + . . . .
b. 1 + 4 + 16 + 64 + . . . .
c. 20 + 10 + 5 +
5
2
+
5
4
+ . . . .
Deret geometri dengan banyak sukunya tak terhingga (tak terbatas) disebut deret
geometri tak hingga. Biasanya untuk menyatakkan suatu deret geometri tak hingga,
suku-sukunya dituliskan dengan titik-titik pada akhir deret.
Secara umum, jumlah deret geometri tak hingga dapat ditentukan oleh rumus:
𝑆 =
π‘Ž
1βˆ’π‘Ÿ
dengan π‘Ÿ β‰  1
Hitunglah jumlah dari 20 + 10 + 5 +
5
2
+
5
4
+ . . . .
Solusi:
π‘Ž = 20, π‘Ÿ =
1
2
𝑆 =
π‘Ž
1βˆ’π‘Ÿ
=
20
1βˆ’
1
2
= 40
Jadi jumlah dari 20 + 10 + 5 +
5
2
+
5
4
+ . . . adalah 40
F. PENERAPAN DERET ARITMATIKA
DAN DERET GEOMETRI
Setelah mempelajari tentang deret aritmatika dan geometri, tentunya banyak
masalah dalam mata pelajaran lain seperti ekonomi dan dalam kehidupan nyata yang
dapat dengan cepat kita selesaikan menggunakan kaidah-kaidah kedua deret
tersebut.
Contoh:
Jumlah penduduk kota adalah 6.000 orang. Setiap tahun penduduk kota itu bertambah 3%.
Tentukan jumlah penduduk pada kahir tahun ke-10
Solusi:
π‘ˆ1 = 6.000
π‘ˆ2 = 6.000 +
3
100
βˆ™ 6.000 = 6000(1 +
3
100
)
π‘ˆ3 = π‘ˆ2 +
3
100
βˆ™ π‘ˆ2 = π‘ˆ2 (1 +
3
100
) = 6.000 1 +
3
100
1 +
3
100
= 6.000(1 +
3
100
)
2
Tampak bahwa π‘ˆ1 , π‘ˆ2 , π‘ˆ3 merupakan suku-suku geometri dengan
π‘Ž = 6.000
π‘Ÿ = (1 +
3
100
)
π‘ˆ11 = π‘Žπ‘Ÿ11βˆ’1
= 6.000 (1 +
3
100
)
10
= 8.063,5 = 8.063 orang

More Related Content

Similar to 1-BARISAN-DAN-DERET-pptx.pptx

Barisan dan Deret.ppt
Barisan dan Deret.pptBarisan dan Deret.ppt
Barisan dan Deret.ppt
ssuser3c2896
Β 
Mathehaha 141122072859-conversion-gate01
Mathehaha 141122072859-conversion-gate01Mathehaha 141122072859-conversion-gate01
Mathehaha 141122072859-conversion-gate01
lissura chatami
Β 
latihan soal dan pembahsan barisan dan deret
latihan soal dan pembahsan barisan dan deretlatihan soal dan pembahsan barisan dan deret
latihan soal dan pembahsan barisan dan deret
Mohamad Nur Fauzi
Β 
Barisan dan Deret kelompok 2 RS11H
Barisan dan Deret kelompok 2 RS11HBarisan dan Deret kelompok 2 RS11H
Barisan dan Deret kelompok 2 RS11H
dwiharsaya
Β 
Buku panduan-ujian-tulis-keterampilan-snmptn2011
Buku panduan-ujian-tulis-keterampilan-snmptn2011Buku panduan-ujian-tulis-keterampilan-snmptn2011
Buku panduan-ujian-tulis-keterampilan-snmptn2011
Budi Arto
Β 

Similar to 1-BARISAN-DAN-DERET-pptx.pptx (20)

Barisan aritmatika dan geometri (nisa fitriani 18205063)
Barisan aritmatika dan geometri (nisa fitriani 18205063)Barisan aritmatika dan geometri (nisa fitriani 18205063)
Barisan aritmatika dan geometri (nisa fitriani 18205063)
Β 
Barisan dan Deret.ppt
Barisan dan Deret.pptBarisan dan Deret.ppt
Barisan dan Deret.ppt
Β 
barisan dan deret (sma)
barisan dan deret (sma)barisan dan deret (sma)
barisan dan deret (sma)
Β 
Barisan dan deret
Barisan dan deretBarisan dan deret
Barisan dan deret
Β 
Mathehaha 141122072859-conversion-gate01
Mathehaha 141122072859-conversion-gate01Mathehaha 141122072859-conversion-gate01
Mathehaha 141122072859-conversion-gate01
Β 
Mathe haha
Mathe hahaMathe haha
Mathe haha
Β 
Barisan dan deret aritmatika
Barisan dan deret aritmatikaBarisan dan deret aritmatika
Barisan dan deret aritmatika
Β 
Barisan dan deret tak hingga
Barisan dan deret tak hinggaBarisan dan deret tak hingga
Barisan dan deret tak hingga
Β 
3. BARIS _ DERET.pdf
3. BARIS _ DERET.pdf3. BARIS _ DERET.pdf
3. BARIS _ DERET.pdf
Β 
Barisan dan Deret (Aritmatika, Geometri, Tak hingga) beserta contoh soal dan ...
Barisan dan Deret (Aritmatika, Geometri, Tak hingga) beserta contoh soal dan ...Barisan dan Deret (Aritmatika, Geometri, Tak hingga) beserta contoh soal dan ...
Barisan dan Deret (Aritmatika, Geometri, Tak hingga) beserta contoh soal dan ...
Β 
latihan soal dan pembahsan barisan dan deret
latihan soal dan pembahsan barisan dan deretlatihan soal dan pembahsan barisan dan deret
latihan soal dan pembahsan barisan dan deret
Β 
C. 3. deret geomteri
C. 3.  deret geomteriC. 3.  deret geomteri
C. 3. deret geomteri
Β 
BAB 2 BARISAN DAN DERET kelas x kurikulum merdeka
BAB 2 BARISAN DAN DERET kelas x kurikulum merdekaBAB 2 BARISAN DAN DERET kelas x kurikulum merdeka
BAB 2 BARISAN DAN DERET kelas x kurikulum merdeka
Β 
Barisan dan deret
Barisan dan deretBarisan dan deret
Barisan dan deret
Β 
BARISAN DAN DERET.pptx
BARISAN DAN DERET.pptxBARISAN DAN DERET.pptx
BARISAN DAN DERET.pptx
Β 
Bab i pola bilangan (pertemuan ke 2)
Bab i pola bilangan (pertemuan ke 2)Bab i pola bilangan (pertemuan ke 2)
Bab i pola bilangan (pertemuan ke 2)
Β 
Pola bilangan
Pola bilanganPola bilangan
Pola bilangan
Β 
Barisan dan Deret kelompok 2 RS11H
Barisan dan Deret kelompok 2 RS11HBarisan dan Deret kelompok 2 RS11H
Barisan dan Deret kelompok 2 RS11H
Β 
ppt barisan.ppt
ppt barisan.pptppt barisan.ppt
ppt barisan.ppt
Β 
Buku panduan-ujian-tulis-keterampilan-snmptn2011
Buku panduan-ujian-tulis-keterampilan-snmptn2011Buku panduan-ujian-tulis-keterampilan-snmptn2011
Buku panduan-ujian-tulis-keterampilan-snmptn2011
Β 

Recently uploaded

Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
Β 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
SusanSanti20
Β 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
AndreRangga1
Β 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
Β 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
Β 

Recently uploaded (20)

Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Β 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
Β 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
Β 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
Β 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Β 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
Β 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Β 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
Β 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Β 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Β 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
Β 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Β 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Β 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Β 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
Β 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Β 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Β 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Β 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Β 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Β 

1-BARISAN-DAN-DERET-pptx.pptx

  • 2. PETA KONSEP BARISAN DAN DERET Pola Bilangan Notasi Sigma Barisan dan Deret Aritmatika Barisan dan Deret Geometri Deret Geometri Tak Hingga Penerapan Deret Aritmatika dan Deret Geometri
  • 3. A. POLA BILANGAN Perhatikan bentuk-bentuk berikut ini a. 1, 2, 3, 4, . . . , 50 b. 2, 4, 6, 8, . . . , 100 c. 1, 4, 9, 16, . . . , 100 β€’ Jika diperhatikan Bilangan-bilangan tersebut ditulis berdasarkan pola atau aturan tertentu. β€’ Susunan bilangan dengan aturan atau ketentuan-ketentuan tertentu disebut sebagai barisan. β€’ Sedangkan apabila barisan itu kita tuliskan dalam bnetuk jumlah disebut deret bilangan.
  • 4. Perhatikan contoh deret bilangan berikut. a. 1 + 2 + 3 + 4 + . . . + 50 b. 2 + 4 + 6 + 8 + . . . + 100 c. 1 + 4 + 9 + 16 + . . . + 100 Secara umum deret suatu bilangan dapat dinyatakan sebagai berikut. π‘ˆ1 + π‘ˆ2 + π‘ˆ3 + π‘ˆ4+ . . . . +π‘ˆπ‘› Dengan π‘ˆ1, π‘ˆ2, π‘ˆ3, . . . . , π‘ˆπ‘› sebagi suku π‘ˆ1 = suku ke-1. π‘ˆ2 = suku ke-2, demikian seterusnya.
  • 5. B. NOTASI SIGMA β€’ Suatu cara untuk menuliskan penjumlahan berurutan secara singkat dengan menggunakan tanda βˆ‘ (dibaca sigma) dan dinamakan β€œtanda sigma”. β€’ Notasi sigma yaitu huruf Yunani untuk S dari perkataan β€œsum” yang berarti jumlah. Contoh: 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 + 9 + 10 = π‘˜=1 10 π‘˜ 1 + 3 + 5 + 7 + 9 + 11 + 13 = π‘˜=1 7 (2π‘˜ βˆ’ 1)
  • 6. Misalkan π‘Žπ‘˜ dan π‘π‘˜ merupakan suku ke- π‘˜ dan 𝐢 suatu konstanta. 1. Jika π‘Žπ‘˜ = 𝐢, maka βˆ‘π‘˜=1 𝑛 𝐢 = 𝑛 𝐢 2. βˆ‘π‘˜=1 𝑛 πΆπ‘Žπ‘˜ = 𝐢 βˆ‘π‘˜=1 𝑛 π‘Žπ‘˜ 3. βˆ‘π‘˜=1 𝑛 (π‘Žπ‘˜ + π‘π‘˜) = βˆ‘π‘˜=1 𝑛 π‘Žπ‘˜ + βˆ‘π‘˜=1 𝑛 π‘π‘˜ 4. βˆ‘π‘˜=1 𝑛 (π‘Žπ‘˜ + π‘π‘˜)2 = βˆ‘π‘˜=1 𝑛 π‘Žπ‘˜ 2 + 2 βˆ‘π‘˜=1 𝑛 π‘Žπ‘˜π‘π‘˜ + βˆ‘π‘˜=1 𝑛 π‘π‘˜ 2 5. βˆ‘π‘˜=1 𝑛 π‘Žπ‘˜ = 𝐢 βˆ‘π‘˜=1 π‘›βˆ’1 π‘Žπ‘˜ + π‘Žπ‘› Kaidah- kaidah Notasi Sigma
  • 7. C. BARISAN DAN DERET ARITMATIKA 1. Barisan Aritmatika Perhatikan barisan bilangan berikut ini. i) 1, 3, 5, 7, . . . ,99 ii) 2, 4, 6, 8, . . . , 100 iii) 16, 13, 10, 7, . . . , -5 Dari beberapa barisan diatas tampak bahwa antara suku-suku pada barisan ini memiliki pola tertentu, yaitu selisih antara kedua suku yang berurutan selalu sama (tetap). Barisan bilangan dengan pola tersebut dinamakan barisan aritmatika.
  • 8. Rumus suku ke-n Misalkan π‘ˆ1, π‘ˆ2, π‘ˆ3, . . . . , π‘ˆπ‘› adalah barisan aritmatika dengan selisih dua suku yang berurutan adalah b dan suku pertama π‘Ž, maka π‘ˆ1 = π‘Ž π‘ˆ2 = π‘ˆ1 + b = π‘Ž + b π‘ˆ3 = π‘ˆ2 + b = (π‘Ž + b) + b = π‘Ž + 2b π‘ˆπ‘› = π‘ˆπ‘›βˆ’1 + b = ( π‘Ž + (n – 2) b ) + b = π‘Ž + ( n – 1 ) b π‘ˆπ‘› = π‘Ž + ( n – 1 ) b
  • 9. 2. Deret Aritmatika Rumus jumlah n suku pertama dari deret aritmatika Karena π‘ˆπ‘› = π‘Ž + ( n – 1 ) b, maka dapat juga ditentukan dengan rumus: 𝑆𝑛 = 𝑛(π‘Ž+π‘ˆπ‘›) 2 = 𝑛 2 (π‘Ž + π‘ˆπ‘›) 𝑆𝑛 = 𝑛 2 2π‘Ž + (𝑛 βˆ’ 1)b Diketahui rumus suku ke – n deret aritmatika adalah π‘ˆπ‘› = 5 βˆ’ 3𝑛. Hitunglah jumlah 15 suku pertama. Solusi: π‘ˆ1 = 5 βˆ’ 3 1 = 2 π‘ˆ15 = 5 βˆ’ 3 15 = βˆ’40 𝑆15 = 15 2 2 + βˆ’40 = βˆ’285 Jadi, jumlah 15 suku pertama deret aritmatika itu adalah -285 π‘ˆπ‘› = 𝑆𝑛 βˆ’ π‘†π‘›βˆ’1
  • 10. 3. Menuliskan Deret Aritmatika dengan Notasi Sigma Untuk menghitung nilai sigma dapat menggunakan rumus jumlah n suku pertama deret aritmatika berikut. 𝑆𝑛 = 𝑛 2 2π‘Ž + 𝑛 βˆ’ 1 𝑏 atau 𝑆𝑛 = 𝑛 2 π‘Ž + π‘ˆπ‘› Suatu deret aritmatika dapat ditulis secara singkat menggunakan notasi sigma. Misal diberikan deret aritmatika berikut. 2 + 5 + 8 + 11 + 14 + 17 + 20 + 23 Suku pertama U1 = a = 2 Beda = b = U2 – U1 = 5 – 2 = 3 Banyak suku = n = 8 Rumus suku ke- n (Un) = a + (n – 1)b = 2 + (n – 1)3 = 2 + 3n – 3 = 3n – 1 Jadi, 2 + 5 + 8 + 11 + 14 + 17 + 20 + 23 = βˆ‘π‘›=1 8 (3𝑛 βˆ’ 1)
  • 11. D. BARISAN DAN DERET GEOMETRI 1. Barisan Geometri Perhatikan barisan berikut. a. 2, 4, 8, 16, . . . , 256 b. 128, 64, 32, 1, . . . , 1 32 c. (1,03), 1,03 2 , 1,03 3 , . . . , 1,03 8 Ketiga barisan tersebut disusun dengan mengalikan suatu bilangan tertentu ke bilangan sebelumnya untuk memperoleh suku berikutnya. Barisan yang disusun dengan cara seperti itu disebut barisan geometri.
  • 12. Rumus suku ke-n Misalkan π‘ˆ1, π‘ˆ2, π‘ˆ3, . . . . , π‘ˆπ‘› adalah barisan geometri dengan pembanding dua suku yang berurutan adalah r dan suku pertama π‘Ž, maka π‘ˆ1 = π‘Ž = π‘Žπ‘Ÿ0 = π‘Žπ‘Ÿ1βˆ’1 π‘ˆ2 = π‘ˆ1π‘Ž = π‘Žπ‘Ÿ = π‘Žπ‘Ÿ2βˆ’1 π‘ˆ3 = π‘ˆ2π‘Ž = π‘Žπ‘Ÿ2 = π‘Žπ‘Ÿ3βˆ’1 π‘ˆπ‘› = π‘ˆπ‘›βˆ’1π‘Ÿ = π‘Žπ‘Ÿπ‘›βˆ’1 π‘ˆπ‘› = π‘Žπ‘Ÿπ‘›βˆ’1 , dengan π‘Ÿ = π‘ˆπ‘› π‘ˆπ‘›βˆ’1
  • 13. 2. Deret Geometri Rumus Jumlah n suku pertama dari deret geometri Atau dapat juga ditentukan dengan rumus: 𝑆𝑛 = π‘Ž(π‘Ÿπ‘›βˆ’1) π‘Ÿβˆ’1 untuk π‘Ÿ β‰  1, π‘Ÿ > 1 𝑆𝑛 = π‘Ž(1βˆ’π‘Ÿπ‘›) 1βˆ’π‘Ÿ untuk π‘Ÿ β‰  1, π‘Ÿ < 1 π‘ˆπ‘› = 𝑆𝑛 βˆ’ π‘†π‘›βˆ’1
  • 14. Dari suatu geometri π‘Ž = 7 , π‘Ÿ = 3 , dan 𝑆𝑛 = 847, tentukan banyak suku deret itu. Solusi: 𝑆𝑛 = π‘Ž(π‘Ÿπ‘› βˆ’ 1) π‘Ÿ βˆ’ 1 847 = 7(3𝑛 βˆ’ 1) 3 βˆ’ 1 847 = 7 2 (3𝑛 βˆ’ 1) ⟺ 3𝑛 βˆ’ 1 = 847 . 7 2 ⟺ 3𝑛 = 242 + 1 ⟺ 3𝑛 = 243 ⟺ 𝑛 = 5 Jadi banyaknya suku ke βˆ’ 𝑛 deret geometri tersebut adalah 5
  • 15. 3. Menuliskan Deret Geometri dengan Notasi Sigma Seperti deret aritmatika, deret geometri dapat pula dinyatakan dengan menggunakan notasi sigma dengan cara mencari suku umum deret tersebut. Contoh: Nyatakan deret geometri berikut dalam notasi sigma. 2 + 4 + 8 + 16 + 32 + 64 + 128 Solusi: Suku pertama ( π‘ˆ1 ) = a = 2 rasio (π‘Ÿ) = π‘ˆ2 π‘ˆ1 = 4 2 = 2 Banyak suku (n) = 7 Rumus suku ke-n (π‘ˆπ‘›) = π‘Žπ‘Ÿπ‘›βˆ’1 = 2 . 2π‘›βˆ’1 = 2n Jadi, deret tersebut adalah 𝑛=1 7 2𝑛
  • 16. E. DERET GEOMETRI TAK HINGGA Perhatikan contoh deret geometri a. 128 + 64 + 32 + 1 + . . . . b. 1 + 4 + 16 + 64 + . . . . c. 20 + 10 + 5 + 5 2 + 5 4 + . . . . Deret geometri dengan banyak sukunya tak terhingga (tak terbatas) disebut deret geometri tak hingga. Biasanya untuk menyatakkan suatu deret geometri tak hingga, suku-sukunya dituliskan dengan titik-titik pada akhir deret.
  • 17. Secara umum, jumlah deret geometri tak hingga dapat ditentukan oleh rumus: 𝑆 = π‘Ž 1βˆ’π‘Ÿ dengan π‘Ÿ β‰  1 Hitunglah jumlah dari 20 + 10 + 5 + 5 2 + 5 4 + . . . . Solusi: π‘Ž = 20, π‘Ÿ = 1 2 𝑆 = π‘Ž 1βˆ’π‘Ÿ = 20 1βˆ’ 1 2 = 40 Jadi jumlah dari 20 + 10 + 5 + 5 2 + 5 4 + . . . adalah 40
  • 18. F. PENERAPAN DERET ARITMATIKA DAN DERET GEOMETRI Setelah mempelajari tentang deret aritmatika dan geometri, tentunya banyak masalah dalam mata pelajaran lain seperti ekonomi dan dalam kehidupan nyata yang dapat dengan cepat kita selesaikan menggunakan kaidah-kaidah kedua deret tersebut.
  • 19. Contoh: Jumlah penduduk kota adalah 6.000 orang. Setiap tahun penduduk kota itu bertambah 3%. Tentukan jumlah penduduk pada kahir tahun ke-10 Solusi: π‘ˆ1 = 6.000 π‘ˆ2 = 6.000 + 3 100 βˆ™ 6.000 = 6000(1 + 3 100 ) π‘ˆ3 = π‘ˆ2 + 3 100 βˆ™ π‘ˆ2 = π‘ˆ2 (1 + 3 100 ) = 6.000 1 + 3 100 1 + 3 100 = 6.000(1 + 3 100 ) 2 Tampak bahwa π‘ˆ1 , π‘ˆ2 , π‘ˆ3 merupakan suku-suku geometri dengan π‘Ž = 6.000 π‘Ÿ = (1 + 3 100 ) π‘ˆ11 = π‘Žπ‘Ÿ11βˆ’1 = 6.000 (1 + 3 100 ) 10 = 8.063,5 = 8.063 orang