Teknologi pertanian modern semakin berkembang pesat dengan munculnya konsep pertanian presisi berbasis satelit dan digital. Teknologi ini memungkinkan pengelolaan lahan dan panen yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Program studi pertanian di Instiper telah mengembangkan alat dan aplikasi untuk komoditas seperti kelapa sawit, kopi, dan kakao guna mendukung pertanian modern di Indonesia.
1. TUGAS PENGANTAR INDUSTRI PERKEBUNAN
SOAL:
1. Jelaskan Konsep Pertanian Modern 2.0, 3.0 dan 4.0
2. Jelaskan Defenisi Precision Agriculture dan aplikasinya
3. Jelaskan Teknologi yang diaplikasikan dalam Program Studi SMPKS dan STIP,
terutama dalam produksi dan pengolahan di perkebunan Kopi, Kakao, Sawit dan Karet
4. Berikan Ide atau pemikirin anda tentang " Pertanian Modern" Abad 21
Penyelesaian Soal:
1. Konsep Peratanian Modern
Memahami konsep tentang pertanian tentu saja bukan hanya Soal lahan, alat-alat
yang tersedia dan kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai. Memahami konsep
pertanian berarti menelaah bagaimana Perlakuan dan cara perawatan tanaman dalam
kegiatan pertaniansan kompleksitasnya mulai dari bercocok tanam hingga proses
produksi demi menghasilkan produksi yang mampu mencukupi kebutuhan hidup manusia
dan pelestarian alam demi kelanjutan hidup manusia. Pemikiran dan cara manusia
mengelolah lahan pertanian dari waktu ke waktu terus berkembang. Sejak Revolusi
industri pertama, konsep pertanian berkembang dalam tiga gelombang yakni Pertanian
Mekanis tahun 1900 sampai tahun 1930, Revolusi Hijau (tahun 1960) dan sekarang
Pertanian Presisi, pertanian berbasis Satelit (Information Communications Technology):
pengunaan Satelit, Drono dan internet
A. Konsep Pertanian 2.0
Berkembangnya konsep pertanian beriringan dengan perkembanghan revolusi
Industri. Pertanian 2.0 adalah sistem dan konsep pertanian modern tahap pertama setelah
pertanian secara tradisonal dilewati. Sistem dan cara kerja perkebunan yang sebelumnya
mengandalkan perkebunan rakyat, terus menerus mengintensifkan tenaga kerja tetap
2. tidak mampu meningkatkan kuantitas produksi, maka sistem pertanian mulai beralih.
Konsep pertanian yang awalnya hanya mengandalkan kekuatan fisik manusia beralih
pada bagaimana cara menggunakan alat-alat mesin yang mampu meringankan kerja
manusia dan meningkatkan produksi pertanian secara masif. James Watt (19 January
1736 - 25 Agustus 1819) menemukan mesin uap dan mengembangkan cara
pemanfaatannya menjadi dasar dari Revolusi Industri dan perubahan cara mengolah lahan
perkebunan.
Pada fase pengolahan lahan pertanian mengunakan tenaga mesin belum cukup
memuaskan. Walaupun didukung dengan mesin-mesin bertenaga listrik. tetap saja ada
kendala untuk menghasilkan produksi pertanian yang maksimal. Oleh karena itu para
pegiat pertanian mulai meneliti bahan-bahan yang mampu meningkatkan hasil pertanian
dari segi kuantitas dan kualitas. Pata tahap ini, dikenal dengan era “the green
revolution”. Di Eropa “the green revolution”, terjadi diujung tahun 1950an. Era ini
ditandai dengan penggunaan suplemen nitrogen, pestisida sintetis, pupuk sintetis, dan
penggunaan mesin-mesin pertanian untuk meningkatkan produksi di lahan-lahan
pertanian. jadi boleh dikatakan bahwa ciri khas konsep pertanian pada era agriculture 2.0
adalah peningkatan hasil panen, konsolidasi lahan dan spesialisasi pertanian untuk
mencapai skala ekonomi yang layak.
B. Konsep Pertanian 3.0
Pertanian 3.0 dikenal sebagai pertanian gelombang ketiga. Ditandai dengan
kemunculan pertanian presisi, era agriculture 4.0 diawali dengan penggunaan
GPS-signals yang berasal dari teknologi militer. pertanian presisi adalah
Pertanian presisi dimaksudkan untuk meningkatkan akurasi cara dan tata kerja bercocok
tanam. Intensi pertanian presisi adalah meningkatkan pertumbuhan tanaman untuk
mengoptimalkan hasil panen melalui penggunaan input dan cara kerja yang tepat dan
akurat. Perjalanan perkembangan pertanian presisi fokus pada efisiensi sepenuhnya,
minimalisasi biaya untuk meningkatan laba dengan pengembangan pada obyek kegiatan
tertentu, dan melalui cara-cara yang kreatif dengan penerapan intelegensia pada peralatan
dan prosesnya.
3. B. Konsep Pertanian 4.0
Konsep Pertanian 4.0 adalah kelanjutan dari perkembangan agriculture 3.0 yang
menggunkan teknologi komputer. Konsep Pertanian 4.0 ini dimunculkan di jerman pada
tahun 2015 terinspirasi berkat konsep Industri 4.0 yang lahir pada 2013. Konsep ini
dipadankan dengan konsep Industri 4.0 yang mengedepankan teknologi informasi dalam
proses industri.
Definisi agriculture 4.0 mengacu pada visi industri 4.0, yang berupaya
mengintegrasikan jaringan-jaringan pertanian baik internal maupun eksternal menjadi
satu mata rantai yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. pada Fase 4.0 ini
sektor-sektor pertanian dan berbagai prosesnya mau-tidak mau harus terhubung langsung
dengan pihak eksternal seperti supplier dan konsumen akhir melalui transmisi elektronik
dan digital, dengan transmisi data, dimana setiap proses saling menyambung, berkaitan
dan mendukung dan berlaku otomatis.
Penerapan konsep pertanian 4.0 adalah dengan cara memanfaatkan teknologi yang
lebih canggih, berbasis Information Communications Technology dan digital. Konsep ini
muncul sekitar awal tahun 2010-an. Pada fase ini, dikenal istilah-istilah “Smart
Agriculture” dan “Digital Farming”, teknik pertanian berbasis teknologi pintar, dengan
pengembangan peralatan pintar yang terdiri dari teknologi sensor, aktuartor, kecerdasan
buatan dan teknologi komunikasi, transmisi data dengan kecepatan tinggi.
2. Pertanian Precisi, Pertanian Tepat
Atas dasar pertimbangan kemajuan kompleksitas perangkat teknologi digital. Para
pegiat dan Pemerhati Pertanian mulai melakukan evaluasi. mereka menilai bahwa konsep
pertanian yang sudah menggunakan alat-alat mekanis harus segera disempurnakan.
Pertanyaan yang muncul pada waktu itu adalah bagaimana caranya agar petani-petani
dapat mengolah lahan atau tanah, menanam, merawat, memanen tanaman secara modern
tanpa menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap lingkungan?
Precision agriculture sedikitnya dapat menjawab pertanyaan tersebut. pertanian presisi
adalah salah satu dari 10 inovasi pertanian modern. secara umum presisi pertanian boleh
4. dikatakan sebagai pertanian cermat praktis, pekerja tepat, lokasi tepat, dan waktu tepat,
terukur dan dikerjakan secara intensif
Dimunculkanlah konsep ketepatan Peningkatan kebutuhan hasil pertanian yang
lebih tinggi dengan perlindungan kualitas lingkungan yang lebih baik, telah mendorong
lahirnya gerakan “peningkatan hasil dengan dampak lebih rendah”. Di Eropa, Gerakan ini
dikenal dengan sebutan "Smart Farming” atau pertanian pintar (Pertanian 4.0). Gagasan
Pertanian 4.0 menarik perhatian pelaku pertanian dalam mendukung pengembangan
pertanian modern. Pertanian 4.0 adalah pertanian presisi yang dikombinasikan dengan
teknologi informasi digital yang utamanya didukung oleh big data, mobile internet dan
cloud computing.
Pertanian Presisi (Precision Agriculture), dalam pengerjaannya mengunkan
satelit. Lokasi pertanian dan tanamannnya diatur dengan sistem manajemen spesifik.
kegiatan pertanian ditata berdasarkan pengamatan, pengukuran, dan respons terhadap
variabilitas dalam dan antar-bidang pada tanaman. Tujuan dari penelitian pertanian presisi
adalah untuk mendefinisikan sistem pendukung keputusan (DSS) untuk seluruh
manajemen pertanian dengan tujuan untuk mengoptimalkan pengembalian input sambil
menjaga sumber daya alam secara efisien dan komprehensif. Pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan fitogeomorfologi yang mengikat stabilitas/karakteristik pertumbuhan
tanaman multi-tahun dengan atribut topologi medan. Ketertarikan pada pendekatan
fitogeomorfologi berasal dari fakta bahwa komponen geomorfologi biasanya menentukan
hidrologi dari lahan pertanian.
Praktik pertanian presisi telah dimungkinkan oleh munculnya GPS (Global
Positioning System) dan GNSS (Global Navigation Satellite System). Kemampuan petani
dan/atau peneliti untuk menemukan posisi mereka yang tepat di lapangan memungkinkan
untuk membuat peta variabilitas spasial dari banyak variabel yang dapat diukur (misalnya
hasil panen, fitur medan/topografi, kandungan bahan organik, tingkat kelembaban, kadar
nitrogen, pH, EC, Mg, K, dan lainnya). Data serupa dikumpulkan oleh jajaran sensor
yang dipasang pada pemanen kombinasi yang dilengkapi GPS. Jajaran ini terdiri dari
sensor waktu nyata yang mengukur segala sesuatu mulai dari level klorofil hingga status
air tanaman, bersama dengan citra multispektral. Data ini digunakan bersama dengan
5. citra satelit dengan teknologi variable rate (VRT) termasuk seeder, penyemprot, dll.
Untuk mendistribusikan sumber daya secara optimal. N-Sensor ALS Yara dipasang pada
kanopi traktor - sistem yang merekam pantulan cahaya tanaman, menghitung
rekomendasi pemupukan dan kemudian memvariasikan jumlah penyebaran pupuk. selain
itu, Pertanian presisi juga dimungkinkan oleh kendaraan udara tak berawak seperti DJI
Phantom yang relatif murah dan dapat dioperasikan oleh pilot pemula. Drone pertanian
ini dapat dilengkapi dengan kamera hiperspektral atau RGB untuk menangkap banyak
gambar bidang yang dapat diproses menggunakan metode fotogrametri untuk membuat
peta ortofoto dan grafic indikator sederhana (NDVI: normalized difference vegetation
index (NDVI). Drone ini mampu menangkap beberapa titik metrik tanah yang nantinya
dapat digunakan untuk menyalurkan air yang layak dan pemupukan ke tanaman.
3. Teknologi Yang Diaplikasikan Dalam Program Studi SMPKS dan STIP,
Terutama Dalam Produksi dan Pengolahan di Perkebunan Kopi, Kakao, Sawit dan
Karet
1. Crane Grabber, alat untuk memanen Kelapa sawit
Alat ini memiliki spesifikasi seperti tangan robot, yang bisa memindahkan tandan
buah segar (TBS) kelapa sawit dari tempat pengumpulan hasil (TPH) ke scissor lift untuk
menampung TBS. Teknologi ini akan sangat membantu karena jika SDM panen terbatas,
alat ini akan menggantikan tenaga manusia untuk mengangkat TBS bisa mencapai berat
20-50 kg. Efisiensi dan efektifitas kerja panen akan meningkat dengan adanya alat ini.
walaupun perlu diakui bahwa Crane grabber yang ada di lapangan saat ini adalah
produksi luar negeri yang belum disesuaikan kebutuhan di kebun kelapa sawit di
Indonesia, sedangkan crane grabber Instiper telah disesuaikan kebutuhan di kebun-kebun
kelapa sawit di Indonesia.
2. Aplikasi Precipalm
Di universitas yang lain Misalnya IPB bogor berhasil menciptakan PreciPalm,
sebuah aplikasi yang bisa memberikan informasi kebutuhan hara pada perkebunan kelapa
sawit dengan memanfaatkan citra satelit sentinel dan drone.
6. 3. Mesin Pengolah Biji Kopi
Mesin untuk mengolah Biji kopi telah banyak beredar di masyarkat. Mesin ini
telah banyak digunakan para pengusaha dan dinas pemerintah di beberapa kota di
Indonesia. Instiper telah mengerjakan program untuk menciptakan Mesin Sangrai Biji
Kopi. Mesin yang Terkendali Mikrokontroler Berbasis Fuzzy Logic dengan Dilengkapi
Kamera Thermal untuk Mempertahankan Mutu dan Aroma Kopi Prinsip kerja dari mesin
sangrai ini adalah : Produk dipanaskan dengan suhu terkontrol otomatis, sambil diputar,
sehingga pemanasan bisa merata dan terkontrol
4. Pemikiran saya tentang Pertanian Modern Abad 21
Setelah menyimak perkembangan pertanian yang pesat. Saya sadar bahwa
peralihan sistem pertanian tidak bisa kita bendung. Teknologi yang maju di satu sisi
memudahkan namun di sisi yang lain ada keprihatinan. Perkembangan teknologi
memudahkan namun yang saya alami lebih banyak menyulitkan karena sulit diakses, sulit
dijangkau oleh masyarakat kecil. Sampai saat ini saya masih bergelut bagaimana caranya
agar masyarakat saya (orang NTT) yang puluhan ribu jumlahnya bekerja sebagai buru
kelapa sawit di Kalimantan, Sumatra, Papua bahkan di luar negeri Malaysia ini mampu
pulang kembali menggarap lahan-lahan pertanian yang ada di pulau Timor yang masih
sangat Luas
Saya Berasal dari daerah yang belum mampu menciptakan alat teknologi. Namun
saya terus di desak untuk menyesuaikan pemahaman saya atas konsep dan praktek
pertanian sesuai perkembangan penemuan-penemuan di ilmu yang lain. Saya akui bahwa
perkembangan pertanian modern yang sudah mencapai gelombang ketiga, pengalaman
saya masih di gelombang ke dua. kami baru menggunakan mesin traktor, mesin
pemanen,. Sementara mesin pengolah masih dalam taraf kecil. Saya berpikir bagimana
caranya agar saya mampu memiliki konsep pertanian yang mandiri. mandiri dalam hal
tidak tergantung pada Supplier. Khususnya dalam hal ketergantungan pada Supply bibit,
supply kelengkapan peralatan, mesin pengolah, mesin produksi. bahkan termasuk supply
aplikasi. di Indonesia saya melihat, bahwa sistem pertanian yang kita kembangkan masih
banyak bergantung pada supplier. hal ini yang perlu saya tekuni untuk bagaimana caranya
agar saya bergaul dengan para suplier saya mampu mengantongi
7. pengetahuan-pengetahuan yang suatu saat saya sudah berada di lapangan saya mampu
menciptakan sendiri bahan-bahan, metode metode dan alat-alat yang saya butuhkan untuk
pertanian. Demikian pendapat saya.