SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Shalawat dan
salam semoga selalu terlimpahkan kepada uswatun hasanah kita, Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam, dan segenap pengikutnya hingga akhir kelak. Tak lupa
pula kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Roy Efendi S.pd selaku dosen kami.
Dalam memenuhi tugas dari mata kuliah Pengembangan Keterampilan
Membaca, kami telah berhasil membuat Laporan ini, yang dimana dalam Laporan ini
bertujuan untuk memaparkan kegiatan pelatihan kami mengenai keterbacaan.
Laporan ini telah kami usahakan sesuai dengan sumber yang ada, namun
demikian kekurangan dan kekhilafan tentu masih ada, karena itu kepada para pembaca
yang memberikan tegur sapa atau saran-saran demi kesempurnaan Laporan ini sangat
kami hargai dan kami sampaikan terima kasih.
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar ....................................................................................................................i
Daftar Isi .............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................................1
B. Tujuan .....................................................................................................................1
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................................2
A. Pengertian Membaca................................................................................................2
B. Pengertian Keterbacaan ..........................................................................................3
C. Formula Keterbacaan Fry dan Grafik Fry................................................................4
BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................................8
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................12
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membaca merupakan sebuah kegiatan interaksi yang dilakukan antara penulis
dan pembaca. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahan bacaan bisa berupa karya
ilmiah, majalah, surat kabar, novel atau yang lainnya tergantung tingkat
kemampuan seseorang. Kegiatan membaca harus sesuai dengan tingkat
kemampuan membaca karena keterbacaan seseorang merupakan ukuran tentang
sesuai atau tidaknya bacaan yang dibaca seorang pembaca. Banyak kasus
mengenai ketidak cocokan bahan bacaan bagi masyarakat. Bagi seorang calon
tenaga pengajar itu diwajibkan untuk memahami materi mengenai keterbacaan,
agar nantinya dalam proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik karena,
buku penunjangnya sesuai. Oleh karena itu, penulis telah melakukan penelitian
mengenai keterbacaan serta berusaha membahas hal-hal yang berkaitan dengan
keterbacaan menggunakan grafik fry sebagai pengukur keterbacaan.
B. Tujuan
1. Membantu mahasiswa dalam menentukan keterbacaan suatu artikel.
2. Memberi tahu mahasiswa bahwa metode keterbacaan merupakan suatu hal
yang harus diketahui bagi calon pengajar.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis
melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar
kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu
pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat
diketahui.kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang tersirat
tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksan
dengan baik (Hodgson 1960 : 43-44).
Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandingan kembali
dan pembacaan sandi (a recording and decoding prosess), berlainan dengan
berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandingan (encoding). Sebuah
aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis
(written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang
menakup pengubahan tulisan/etakan menjadi bunyi yang bermakna. (Anderson
1972 : 209-210 ).
Menyimak dan membaca berhubungan erat karena keduanya merupakan
alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis berhubungan erat
karena keduanya merupakan alat untuk mengutarakan makna, mengemukakan
pendapat, mengekspresikan pesan. (anderson 1972:3)
Disamping pengertian atau batasan yang telah diutarakan di atas,
membaca pun dapat pula diartikan sebagai suatu metode yang kita pergunakan
untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang dengan orang
lain – yaitu mengomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada
lambang-lambang tertulis. Bahkan, ada pula beberapa penulis yang seolah-olah
beranggapan bahwa “membaca” adalah suatu kemampuan untuk melihat
lambang-lambang tertulis serta mengubah lambang-lambang tertulis tersebut
melalui fonik (phonis=suatu metode pengajaran membaca, ucapan, ejaan
3
berdasarkan interpretasi fonetik terhadap ejaan biasa) menjadi/menuju membaca
lisan (oral reading). Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk
memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di
dalam kata-kata yang tertulis. Makna bacaan tidak terletak pada halaman tertulis,
tetapi berada pada pikiran pembaca.demikianlah, makna itu akan berubah karena
setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang dapat
dipergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut
(Anderson 1972 : 211).
Secara singkat dapat dikatakan bahwa reading adalah bringing meaning
to and getting meaning from printed or written material, memetik serta
memahami arti atau makna yang terkandung didalam bahan tertulis (Finochiaro
and Bonomo 1973 :119). Jelaslah bagi kita bahwa membaca adalah suatu poses
yang berrsangkut paut dengan bahasa.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembicaraan di atas adalah bahwa
“membaca ialah memahami pola-pola bahasa dari gambaran tertulisnya” (Lado
1976 : 132).
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh
informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan.
B. Pengertian Keterbacaan
Keterbacaan merupakan alih bahasa dari readability. bentuk readibility
merupakan kata turunan yang dibentuk oleh bentuk dasar readable, artinya
‘dapat dibaca’1. Konfiks ke-an pada bentuk “keterbacaan” mengandung arti hal
yang bekenaan dengan apa yang disebut dalam bentuk dasarnya. Oleh karena
itu, “keterbacaan” dapat didefinisikan sebagai hal atau ikhwal terbaca tidaknya
suatu bahan bacaan tertentu oleh pembacanya. Keterbacaan juga mempersoalkan
tingkat kesulitan atau tingkat kemudahan suatu bahan bacaan tertentu bagi
peringkat pembaca tertentu (finn, 1993; Basuki dan Martutik, 2003). Dalam hal
ini, keterbacaan (readability) merupakan ukuran tentang sesuai-tidaknya suatu
1 Laksono, kisyani.etal.2007.Membaca 2. (Jakarta:Universitas Terbuka),hlm, 4.4 .
4
bacaan bagi pembaca tertentu dilihat dari segi tingkat kesukaran/kemudahan
wacananya.
Meskipun kajian tentang keterbacaan sudah berlangsung berabad-abad,
namun kemajuannya baru tampak setelah statistik mulai ramai digunakan.
Teknik statistik itu memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasikan faktor-
faktor keterbacaan yang penting untuk menyusun formula yang dapat
dipergunakan untuk memperkirakan tingkat kesulitan wacana. Menurut Klare
(1963), kajian-kajian terdahulu menunjukan adanya keterkaitan dengan
keterbacaan. Gray dan Leary mengidentifikasi adanya 289 faktor yang
mempengaruhi keterbacaan, 20 faktor diantaranya dinyatakan signifikan
(Harjasujana dan Mulyati, 1997).
Pada penelitian yang terakhir membuktikan bahwa ada dua faktor yang
berpengaruh terhadap keterbacaan, yakni (a) panjang-pendeknya kalimat, dan
(b) tingkat kesulitan kata. Pada umumnya, semakin panjang kalimat dan semakin
panjang kata-kata maka bahan bacaan dimaksud semakin sukar. Sebaliknya,
apabila kalimat dan katanya pendek-pendek maka wacana dimaksud tergolong
wacana yang mudah. Formula-formula keterbacaan yang mengacu pada kedua
patokan tersebut, misalnya formula keterbacaan yang dibuat Spache, Dale &
Chall, Gunning, Fry, Raygor, Flesh, Klos.
C. Formula Keterbacaan Fry atau Grafik Fry
Formula keterbacaan fry atau grafik fry diperkenalkan oleh Edward Fry.
Grafik keterbacaan yang diperkenalkan oleh fry ini merupakan formula yang
dianggap relatif baru dan mulai dipublikasikan pada tahun 1977 dalam majalah
journal of reading. Grafik yang asli dibuat pada tahun 1968.
Formula grafik fry mendasarkan keterbacaannya pada dua faktor utama,
yakni panjang-pendeknya kata dan tingkat kesulitan kata yang ditandai oleh
jumlah (banyak-sedikitnya) suku kata yang membentuk setiap kata dalam
wacana.
5
GRAFIK FRY
Jika kita perhatikan, pada bagian atas grafik kita jumpai deretan angka-
angka, seperti 108, 112, 116, 120. Angka-angka itu menunjukan data jumlah
suku kata per seratus perkataan. Yakni jumlah kata dari wacana sampel yang
dijadikan sampel pengukuran keterbacaan wacana. Adapun pertimbangan
penghitungan suku kata pada grafik itu merupakan cerminan kata sulit, yang
dalam formula itu merupakan salah satu dari dua faktor utama yang menjadi
landasan bagi terbentuknya formula keterbacaan yang dimaksudkan.
Angka-angka yang tertera dibagian samping kiri grafik, yakni angka
25.0, 20, 18.7, 14.3 dan seterusnya menunjukan rata-rata jumalh kalimat per
seratus perkataan. Hal itu merupakan perwujudan faktor penentu formula
keterbacaan ini, yakni faktor panjang-pendek kalimat.
Angka-angka yang berderet dibagian tengah grafik dan berada diantara
garis penyekat dari grafik teersebut menunjukan perkiraan peringkat keterbacaan
wacana yang diukur. Angka 1 menunjukan peringkat 1, artinya wacana tersebut
cocok untuk pembaca dengan level peringkat baca 1 (kelas 1 SD); angka 2 untuk
peringkat baca 2, angka 3 untuk peringkat baca 3, dan seterusnya hingga
universitas.
Daerah yang diarsir pada grafik yang terletak disudut kanan atas dan di
sudut kiri bawah grafik merupakan wilayah infalid. Maksdunya, apabila hasil
6
pengukuran keterbacaan wacana jatuh pada wilayah tersebut, wacana tersebut
kurang baik karena tidak memiliki peringkat baca untuk peringkat mana pun.
Wacana yang seperti itu sebaiknya tidak digunakan dan diganti dengan wacana
lain.
Selanjutnya, bagaimana prosedur kerja untuk penggunaan formula
keterbacaan dan fry ini? Secara lebih terperinci, langkah demi langkah yang
diterapkan untuk mengukur keterbacaan wacana lewat grafik fry adalah sebagai
berikut.
a. Pilihlah penggalan yang representatif dari wacana standar yang hendak
diukur tingkat keterbacaannya tersebut dengan mengambil 100 buah kata.
Kata dalam hal ini ialah sekelompok lambang yang di kiri dan kanannya
berpembatas. Dengan demikian, lambang-lambang berikut, seperti Tri,
IKIP, 2005, =, masing-masing dianggap dengan satu kata. Adapun yang
dimaksudkan dengan “representatif dalam memilih penggalan wacana” ialah
pemilihan wacana sampel yang benar-benar mencerminkan teks bacaan.
Wacana yang diselingi dengan gambar-gambar, kekosongan-kekosongan
halaman, tabel-tabel, rumus-rumus yang mengandung banyak angka-angka,
dan lain-lain dipandang tidak representatif untuk dijadikan sampel wacana.
b. Hitunglah jumlah kalimat pada wacana yang terdiri atas 100 kata tersebut
hingga perpuluhan terdekat. Dalam perhitungan kalimat ini, sisa kata yyang
termasuk kedalah hitungan 100 itu diperhitungkan dalam bentu desimal
(perpuluhan). Maksudnya, apabila kata yang termasuk kedalam hitungan
100 buah perkataan (sampel wacana) tidak jatuh diujung kalimat maka
perhitungan kalimat tidak akan selalu utuh, melainkan akan ada sisa.
Sisanya itu, tentu berupa sejumlah kata yang merupakan bagian dan deretan
kata-kata yang membentuk kalimat utuh. Sisa katayang termasuk kedalam
hitungan seratus itu diperhitungkan dalam bentuk desimal (perpuluhan).
c. Hitunglah jumlah suku kata dan wacana sampel yyang 100 buah perkataan
tadi. Sebagai konsekuensi dari batasan kata (seperti yng dijelaskan pada
langkah satu diatas) yang memasukan angka dan singkatan sebagai kata
maka untuk angka dan singkatan, setiap lambang diperhitungkan sabagai
7
satu suku kata. Misalnya; 135 terdiri dari 3 suku kata, KTP terdiri atas 3
suku kata.
d. Perhatikan grafik fry. Kolom tegak lurus menunjukan jumlah kalimat per
seratus kata dan baris mendatar menunjukan jumlah suku kata per seratus
kata. Data yang kita peroleh pada langkah (2), yakni rata-rata jumlah
kalimat dan data yang kita peroleh pada langkah (3), yakni rata-rata jumlah
suku kata kita plotkan ke dalam grafik untuk mencari titik temunya.
Pertemuan antara baris vertikal (jumlah suku kata) dan baris horizontal
(jumlah kalimat) menunjukan tingkat-tingkat kelas pembaca yang
diperkirakan mampu membaca wacana yang terpilih itu. Jika persilangan
baris vertikal dan baris horizontal itu berada pada daerah gelap atau daerah
yang diarsir maka wacana tersebut dinyatakan tidak absah. Guru harus
memilih wacana lain dan mengulangi langkah-langkah yang sama seperti
yang telah kita jelaskan tadi. Akan tetapi, apabila hal itu dipraktikan
ternyata tidak ada jumlah suku kata yang lebih dari 200 dalam Grafik Fry.
Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang perlu dicermati dari grafik fry.
Perlu diketahui bahwa grafik fry merupakan hasil penelitian terhadap
wacana bahasa inggris. Padahal, kita tahu bahwa struktur bahasa inggris
sangat berbeda dengan struktur bahasa indonesia, terutama dalam hal sistem
suku katanya. Berdasarkan hal itu, ternyata tampak bahwa grafik fry tidak
bisa digunakan untuk mengukur keterbacaan wacana bahasa Indonesia,
kecuali jika dilakukan modifikasi pada alat tersebut. Dalam hal ini, telah
dilakukan pengamatan dan penelitian kecil oleh Harjasujana dan Mulyati
(1997). Pada akhirnya mereka menemukan bahwa penggunaan formula
grafik fry untuk mengukur keterbacaan wacana bahasa Indonesia, masih
harus ditambah satu langkah yakni mengalikan hasil penghitungan suku kata
dengan angka 0,6 angka ini diperoleh dari hasil penelitian sedehana yang
memperoleh bukti bahwa perbandingan antara jumlah suku kata bahasa
inggris dan jumlah suku kata bahasa indonesia itu 6:10 ( 6 suku kata dalam
bahasa inggris kira-kira sama dengan 10 suku kata dalam bahasa indonesia).
8
BAB III
PEMBAHASAN
Pelatihan Keterbacaan Mengenai Grafik Fry
1. Nama Pemateri : Anissa Ramadhanti.
2. Materi Pembahasan : Keterbacaan *Grafik Fry
3. Waktu dan Tempat : pukul 16.30 – 17.30 , Di Aula FKIP Universitas
Pakuan, Bogor.
4. Tanggal Pelaksanaan : Selasa, 20 Juni 2017
5. Peserta : Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia (Sebanyak 5 orang), Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(sebanyak 5 orang)
Berikut nama-nama peserta pelatihan
No Nama Jurusan
1 Siti Novania Y PBSI
2 Lien Meliawati PBSI
3 Tania Lestari PBSI
4 Shella Restu Utari PBSI
5 Dian Eka Sapti PBSI
6 Bayu Darma N PGSD
7 Rangga Pratama PGSD
8 Egi Nugraha PGSD
9 Angga Muhammad PGSD
10 M. Anwar Ramdani PGSD
6. Teknis Pelaksanaan
1.) Pembukaan serta Perkenalan oleh Pemateri.
2.) Penjelasan mengenai keterbacaan (Grafik Fry) oleh pemateri.
Hal-hal yang dijelaskan :
 Pengertian Keterbacaan.
9
 Formula Keterbacaan.
 Grafik Fry.
 Cara Mengukur Keterbacaan Wacana Melalui Grafik Fry.
 Cara menghitung Kata, Kalimat utuh, dan Suku kata.
 Penjelasan Rumus Keterbacaan.
3.) Pemateri menyiapkan 5 buah artikel. Yang masing-masing berjudul
 Manfaat Buah Pisang
 Kerusakan Lingkungan di Indonesia dan Penyebabnya
 Pendidikan Karakter
 Kebudayaan
 Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Pemateri membagi menjadi 5 kelompok, yang masing-masing kelompok
berjumlah 2 orang mahasiswa (1 PGSD dan 1 PBSI). Berikut daftar
pengelompokannya:
1) Bayu Darma N dan Siti Novania Y (Artikel “manfaat Buah Pisang)
2) Rangga Pratama dan Tania Lestari (Artikel “Kerusakan Lingkungan
Hidup di Indonesia dan Penyebabnya)
3) Egi Nugraha dan Lien Meliawati (Arttikel “Pendidikan Karakter”)
4) Angga Muhammad dan Shella Restu Lestari (Artikel “Kebudayaan”)
5) M. Anwar Ramdani dan Dian Eka Sapti (Artikel “meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa).
4.) Pemateri menyiapkan lembar Kerja untuk mengerjakan Latihan.
Lembar kerja berisi 5 buah pertanyaan, kolom pengerjaan menggunakan
rumus grafik fry dan gambar Grafik Fry. Berikut pertanyaannya:
1) Dugaan mengenai kecocokan artikel untuk jenjang apa?
2) Kata ke-100, terletak pada kata?
3) Berapa jumlah kalimat utuh, per 100 perkataan?
4) Berapa jumlah suku kata, per 100 perkataan?
5) Setelah menghitung menggunakan Grafik Fry, artikel ini cocok untuk
jenjang?
10
5.) Peserta pelatihan mulai mengerjakan latihan yang diberikan oleh pemateri.
dalam pelaksanaan, apabila ada hal yang kurang dimengerti oleh peserta,
peserta dapat menanyakannya kepada pemateri.
6.) Setelah peserta menyelesaikan latihannya, kemudian pemateri mengajak
peserta untuk memeriksa hasil kerja mereka.
7.) Semua peserta telah berhasil mengukur keterbacaan artikel yang mereka
hitung.
8.) Setelah peserta selesai mengerjakan latihan, pemateri membeikan daftar
riwayat hidup kepada masing-masing peserta untuk diisi. Daftar hidup
peserta berisi : nama, tempat tanggal lahir, alamat, jurusan, fakultas,
universitas, NPM, nomor telepon, Kendala yang dialami, Pesan dan kesan
pelatihan).
9.) Penutupan, serta pemberian Souvenir oleh pemateri. Kemudian dilanjutkan
dengan foto bersama dengan peserta pelatihan.
7. Temuan dari Pelatihan
Dari pelatihan yang kami lakukan dengan pembahasan keterbacaan
dengan formula grafik fry. Pada saat pelatihan kebanyakan kendala yang
dihadapi para peserta adalah cara menghitung suku kata. Dibandingkan dengan
menghitung kata dan kalimat utuh, menghitung suku kata merupakan hal yang
cukup sulit. Karena, dalam menghitung suku kata membutuhkan konsentrasi
yang tinggi dan pengejaan yang benar dalam melafalkan setiap kata-kata yang
terdapat di dalam artikel.
Sejauh ini, para peserta sudah cukup mengerti mengenai kata, suku kata
dan kalimat. Peserta sangat antusias ketika mempelajari keterbacaan dengan
formula grafik fry. Ada beberapa peserta yang menganggap grafik fry itu sulit
karena mereka belum memahaminya. Ketika mereka mempelajarinya dengan
baik, mereka merubah anggapan yang tadinya sulit menjadi mudah.
11
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Keterbacaan merupakan sebuah hal mengenai terbaca atau tidaknya
sebuah bacaan dalam peringkat tertentu. Dari keterbacaan pula kita dapat
menilai sebuah bacaan berdasarkan tingkat kesulian bahan bacaan. Untuk
mengukur keterbacaan sebuah bacaan, bisa menggunakan formula grafik fry
yang diperkenalkan oleh Edward fry. Salah satu kendala yang dihadapi saat
menerapkan formula grafik fry adalah menghitung jumlah suku kata.
B. Saran
Sebagai calon pengajar hendaknya memperhatikan buku-buku penunjang
bagi para murid agar tidak salah dalam memilih bahan bacaan. Karena ketidak
cocokan bahan bacaaan akan mempengaruhi prestasi belajar anak. untuk itu kita
sebagai calon pengajar memanfatkan formula keterbacaann grafik fry untuk
mengukur tingkat keterbacaan pada bahan bacaan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Laksono, kisyani. et al. 2007. Membaca 2. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tarigan, henry guntur. 2008. Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung : angkasa.

More Related Content

What's hot

Makalah Bahasa Indonesia - Diksi, Idiom, Peribahasa dan Majas
Makalah Bahasa Indonesia - Diksi, Idiom, Peribahasa dan MajasMakalah Bahasa Indonesia - Diksi, Idiom, Peribahasa dan Majas
Makalah Bahasa Indonesia - Diksi, Idiom, Peribahasa dan MajasNasruddin Asnah
 
Kalimat efektif baru
Kalimat efektif baruKalimat efektif baru
Kalimat efektif baruRezaKene
 
Bahasa dalam Surat Menyurat
Bahasa dalam Surat MenyuratBahasa dalam Surat Menyurat
Bahasa dalam Surat MenyuratSunarti Narti
 
Kata dan-diksi
Kata dan-diksiKata dan-diksi
Kata dan-diksiIjank Gaul
 
Tgs b.i ..
Tgs b.i ..Tgs b.i ..
Tgs b.i ..taufiq99
 
Makalah bahasa bugis
Makalah bahasa bugisMakalah bahasa bugis
Makalah bahasa bugissyukursalman
 
Tik. makalah indo_melinda[1]
Tik. makalah indo_melinda[1]Tik. makalah indo_melinda[1]
Tik. makalah indo_melinda[1]MelindaTriA
 
Aditya hadi s
Aditya hadi sAditya hadi s
Aditya hadi staufiq99
 
Siska yuliana
Siska yulianaSiska yuliana
Siska yulianataufiq99
 
Kisi Kisi Soal Inggris VIII sem 1 2015
Kisi Kisi Soal Inggris VIII sem 1 2015Kisi Kisi Soal Inggris VIII sem 1 2015
Kisi Kisi Soal Inggris VIII sem 1 2015Aji Subekti
 
Kisi2 kls 7. b 2013
Kisi2 kls 7. b 2013Kisi2 kls 7. b 2013
Kisi2 kls 7. b 2013totok aris
 
Mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan pidato
Mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan pidatoMengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan pidato
Mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan pidatoDhea Yulia Ningsih
 
Makalah clauses n refer to
Makalah clauses n refer toMakalah clauses n refer to
Makalah clauses n refer toZaenurRahman1
 
Tugas soft skill ke 4
Tugas soft skill ke 4Tugas soft skill ke 4
Tugas soft skill ke 4Mira Erviana
 

What's hot (19)

Makalah Bahasa Indonesia - Diksi, Idiom, Peribahasa dan Majas
Makalah Bahasa Indonesia - Diksi, Idiom, Peribahasa dan MajasMakalah Bahasa Indonesia - Diksi, Idiom, Peribahasa dan Majas
Makalah Bahasa Indonesia - Diksi, Idiom, Peribahasa dan Majas
 
Tugas1
Tugas1Tugas1
Tugas1
 
Kalimat efektif baru
Kalimat efektif baruKalimat efektif baru
Kalimat efektif baru
 
Bahasa dalam Surat Menyurat
Bahasa dalam Surat MenyuratBahasa dalam Surat Menyurat
Bahasa dalam Surat Menyurat
 
Kata dan-diksi
Kata dan-diksiKata dan-diksi
Kata dan-diksi
 
Tgs b.i ..
Tgs b.i ..Tgs b.i ..
Tgs b.i ..
 
Makalah bahasa bugis
Makalah bahasa bugisMakalah bahasa bugis
Makalah bahasa bugis
 
Makalah kalimat efektiff
Makalah kalimat efektiffMakalah kalimat efektiff
Makalah kalimat efektiff
 
Tik. makalah indo_melinda[1]
Tik. makalah indo_melinda[1]Tik. makalah indo_melinda[1]
Tik. makalah indo_melinda[1]
 
Aditya hadi s
Aditya hadi sAditya hadi s
Aditya hadi s
 
Siska yuliana
Siska yulianaSiska yuliana
Siska yuliana
 
231223517 kkm
231223517 kkm231223517 kkm
231223517 kkm
 
Kisi Kisi Soal Inggris VIII sem 1 2015
Kisi Kisi Soal Inggris VIII sem 1 2015Kisi Kisi Soal Inggris VIII sem 1 2015
Kisi Kisi Soal Inggris VIII sem 1 2015
 
Kisi2 kls 7. b 2013
Kisi2 kls 7. b 2013Kisi2 kls 7. b 2013
Kisi2 kls 7. b 2013
 
062 bahasa bugis
062 bahasa bugis062 bahasa bugis
062 bahasa bugis
 
Mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan pidato
Mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan pidatoMengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan pidato
Mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan pidato
 
Makalah clauses n refer to
Makalah clauses n refer toMakalah clauses n refer to
Makalah clauses n refer to
 
Kisi2 kls 7
Kisi2 kls 7Kisi2 kls 7
Kisi2 kls 7
 
Tugas soft skill ke 4
Tugas soft skill ke 4Tugas soft skill ke 4
Tugas soft skill ke 4
 

Similar to Tugas tik 5

pengembangan keterampilan membaca
pengembangan keterampilan membacapengembangan keterampilan membaca
pengembangan keterampilan membacafarahahae
 
Makalah Bahasa Indonesia Menulis Alinea
Makalah Bahasa Indonesia Menulis AlineaMakalah Bahasa Indonesia Menulis Alinea
Makalah Bahasa Indonesia Menulis AlineaFAJAR MENTARI
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaSTMIK Sumedang
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaSTMIK Sumedang
 
MAKALAH BAHASA INDONESIA KEILMUAN
MAKALAH BAHASA INDONESIA KEILMUANMAKALAH BAHASA INDONESIA KEILMUAN
MAKALAH BAHASA INDONESIA KEILMUANNur Arifaizal Basri
 
08cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-308cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-3Laila Mohd Sarjan
 
08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)
08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)
08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)Laila Mohd Sarjan
 
08cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-308cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-3Oh Jenny
 
Proposal Penelitian "Kemampuan Membaca Tabel dan Diagram" Bab ii
Proposal Penelitian "Kemampuan Membaca Tabel dan Diagram" Bab iiProposal Penelitian "Kemampuan Membaca Tabel dan Diagram" Bab ii
Proposal Penelitian "Kemampuan Membaca Tabel dan Diagram" Bab iiMul Yadi
 
Pengertian wacana
Pengertian wacanaPengertian wacana
Pengertian wacanafebrino
 
Tulisan dalam aktivitas kebahasaan
Tulisan dalam aktivitas kebahasaanTulisan dalam aktivitas kebahasaan
Tulisan dalam aktivitas kebahasaanmdrrizaldy
 
Keterampilan dlm Berbahasa.pdf
Keterampilan dlm Berbahasa.pdfKeterampilan dlm Berbahasa.pdf
Keterampilan dlm Berbahasa.pdfMiskiLimit
 
E book pengantar_ilmu_menerjemah_rudi_hartono_2017
E book pengantar_ilmu_menerjemah_rudi_hartono_2017E book pengantar_ilmu_menerjemah_rudi_hartono_2017
E book pengantar_ilmu_menerjemah_rudi_hartono_2017Jepri Nainggolan
 
makalah keterampilan menulis
makalah keterampilan menulismakalah keterampilan menulis
makalah keterampilan menulistyaarahman
 

Similar to Tugas tik 5 (20)

pengembangan keterampilan membaca
pengembangan keterampilan membacapengembangan keterampilan membaca
pengembangan keterampilan membaca
 
Iif l.q
Iif l.qIif l.q
Iif l.q
 
Relasi makna
Relasi maknaRelasi makna
Relasi makna
 
Makalah Bahasa Indonesia Menulis Alinea
Makalah Bahasa Indonesia Menulis AlineaMakalah Bahasa Indonesia Menulis Alinea
Makalah Bahasa Indonesia Menulis Alinea
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesia
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesia
 
MAKALAH BAHASA INDONESIA KEILMUAN
MAKALAH BAHASA INDONESIA KEILMUANMAKALAH BAHASA INDONESIA KEILMUAN
MAKALAH BAHASA INDONESIA KEILMUAN
 
08cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-308cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-3
 
08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)
08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)
08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)
 
08cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-308cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-3
 
Proposal Penelitian "Kemampuan Membaca Tabel dan Diagram" Bab ii
Proposal Penelitian "Kemampuan Membaca Tabel dan Diagram" Bab iiProposal Penelitian "Kemampuan Membaca Tabel dan Diagram" Bab ii
Proposal Penelitian "Kemampuan Membaca Tabel dan Diagram" Bab ii
 
Pengertian wacana
Pengertian wacanaPengertian wacana
Pengertian wacana
 
Tulisan dalam aktivitas kebahasaan
Tulisan dalam aktivitas kebahasaanTulisan dalam aktivitas kebahasaan
Tulisan dalam aktivitas kebahasaan
 
Keterampilan dlm Berbahasa.pdf
Keterampilan dlm Berbahasa.pdfKeterampilan dlm Berbahasa.pdf
Keterampilan dlm Berbahasa.pdf
 
E book pengantar_ilmu_menerjemah_rudi_hartono_2017
E book pengantar_ilmu_menerjemah_rudi_hartono_2017E book pengantar_ilmu_menerjemah_rudi_hartono_2017
E book pengantar_ilmu_menerjemah_rudi_hartono_2017
 
Makalah Bahasa baku dan bahasa nonbaku
Makalah Bahasa baku dan bahasa nonbakuMakalah Bahasa baku dan bahasa nonbaku
Makalah Bahasa baku dan bahasa nonbaku
 
Makalah BING kel 3.docx
Makalah BING kel 3.docxMakalah BING kel 3.docx
Makalah BING kel 3.docx
 
makalah keterampilan menulis
makalah keterampilan menulismakalah keterampilan menulis
makalah keterampilan menulis
 
Majas.pdf
Majas.pdfMajas.pdf
Majas.pdf
 
Majas.docx
Majas.docxMajas.docx
Majas.docx
 

Recently uploaded

Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfAkhyar33
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...Kanaidi ken
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxfitriaoskar
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaharnosuharno5
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxsalmnor
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...nuraji51
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxriscacriswanda
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 

Recently uploaded (20)

Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

Tugas tik 5

  • 1. i KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada uswatun hasanah kita, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, dan segenap pengikutnya hingga akhir kelak. Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Roy Efendi S.pd selaku dosen kami. Dalam memenuhi tugas dari mata kuliah Pengembangan Keterampilan Membaca, kami telah berhasil membuat Laporan ini, yang dimana dalam Laporan ini bertujuan untuk memaparkan kegiatan pelatihan kami mengenai keterbacaan. Laporan ini telah kami usahakan sesuai dengan sumber yang ada, namun demikian kekurangan dan kekhilafan tentu masih ada, karena itu kepada para pembaca yang memberikan tegur sapa atau saran-saran demi kesempurnaan Laporan ini sangat kami hargai dan kami sampaikan terima kasih.
  • 2. ii Daftar Isi Kata Pengantar ....................................................................................................................i Daftar Isi .............................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1 A. Latar Belakang ........................................................................................................1 B. Tujuan .....................................................................................................................1 BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................................2 A. Pengertian Membaca................................................................................................2 B. Pengertian Keterbacaan ..........................................................................................3 C. Formula Keterbacaan Fry dan Grafik Fry................................................................4 BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................................8 BAB IV SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................11 DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................12
  • 3. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membaca merupakan sebuah kegiatan interaksi yang dilakukan antara penulis dan pembaca. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahan bacaan bisa berupa karya ilmiah, majalah, surat kabar, novel atau yang lainnya tergantung tingkat kemampuan seseorang. Kegiatan membaca harus sesuai dengan tingkat kemampuan membaca karena keterbacaan seseorang merupakan ukuran tentang sesuai atau tidaknya bacaan yang dibaca seorang pembaca. Banyak kasus mengenai ketidak cocokan bahan bacaan bagi masyarakat. Bagi seorang calon tenaga pengajar itu diwajibkan untuk memahami materi mengenai keterbacaan, agar nantinya dalam proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik karena, buku penunjangnya sesuai. Oleh karena itu, penulis telah melakukan penelitian mengenai keterbacaan serta berusaha membahas hal-hal yang berkaitan dengan keterbacaan menggunakan grafik fry sebagai pengukur keterbacaan. B. Tujuan 1. Membantu mahasiswa dalam menentukan keterbacaan suatu artikel. 2. Memberi tahu mahasiswa bahwa metode keterbacaan merupakan suatu hal yang harus diketahui bagi calon pengajar.
  • 4. 2 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui.kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksan dengan baik (Hodgson 1960 : 43-44). Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandingan kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding prosess), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandingan (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang menakup pengubahan tulisan/etakan menjadi bunyi yang bermakna. (Anderson 1972 : 209-210 ). Menyimak dan membaca berhubungan erat karena keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis berhubungan erat karena keduanya merupakan alat untuk mengutarakan makna, mengemukakan pendapat, mengekspresikan pesan. (anderson 1972:3) Disamping pengertian atau batasan yang telah diutarakan di atas, membaca pun dapat pula diartikan sebagai suatu metode yang kita pergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain – yaitu mengomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis. Bahkan, ada pula beberapa penulis yang seolah-olah beranggapan bahwa “membaca” adalah suatu kemampuan untuk melihat lambang-lambang tertulis serta mengubah lambang-lambang tertulis tersebut melalui fonik (phonis=suatu metode pengajaran membaca, ucapan, ejaan
  • 5. 3 berdasarkan interpretasi fonetik terhadap ejaan biasa) menjadi/menuju membaca lisan (oral reading). Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis. Makna bacaan tidak terletak pada halaman tertulis, tetapi berada pada pikiran pembaca.demikianlah, makna itu akan berubah karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut (Anderson 1972 : 211). Secara singkat dapat dikatakan bahwa reading adalah bringing meaning to and getting meaning from printed or written material, memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung didalam bahan tertulis (Finochiaro and Bonomo 1973 :119). Jelaslah bagi kita bahwa membaca adalah suatu poses yang berrsangkut paut dengan bahasa. Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembicaraan di atas adalah bahwa “membaca ialah memahami pola-pola bahasa dari gambaran tertulisnya” (Lado 1976 : 132). Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. B. Pengertian Keterbacaan Keterbacaan merupakan alih bahasa dari readability. bentuk readibility merupakan kata turunan yang dibentuk oleh bentuk dasar readable, artinya ‘dapat dibaca’1. Konfiks ke-an pada bentuk “keterbacaan” mengandung arti hal yang bekenaan dengan apa yang disebut dalam bentuk dasarnya. Oleh karena itu, “keterbacaan” dapat didefinisikan sebagai hal atau ikhwal terbaca tidaknya suatu bahan bacaan tertentu oleh pembacanya. Keterbacaan juga mempersoalkan tingkat kesulitan atau tingkat kemudahan suatu bahan bacaan tertentu bagi peringkat pembaca tertentu (finn, 1993; Basuki dan Martutik, 2003). Dalam hal ini, keterbacaan (readability) merupakan ukuran tentang sesuai-tidaknya suatu 1 Laksono, kisyani.etal.2007.Membaca 2. (Jakarta:Universitas Terbuka),hlm, 4.4 .
  • 6. 4 bacaan bagi pembaca tertentu dilihat dari segi tingkat kesukaran/kemudahan wacananya. Meskipun kajian tentang keterbacaan sudah berlangsung berabad-abad, namun kemajuannya baru tampak setelah statistik mulai ramai digunakan. Teknik statistik itu memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasikan faktor- faktor keterbacaan yang penting untuk menyusun formula yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan tingkat kesulitan wacana. Menurut Klare (1963), kajian-kajian terdahulu menunjukan adanya keterkaitan dengan keterbacaan. Gray dan Leary mengidentifikasi adanya 289 faktor yang mempengaruhi keterbacaan, 20 faktor diantaranya dinyatakan signifikan (Harjasujana dan Mulyati, 1997). Pada penelitian yang terakhir membuktikan bahwa ada dua faktor yang berpengaruh terhadap keterbacaan, yakni (a) panjang-pendeknya kalimat, dan (b) tingkat kesulitan kata. Pada umumnya, semakin panjang kalimat dan semakin panjang kata-kata maka bahan bacaan dimaksud semakin sukar. Sebaliknya, apabila kalimat dan katanya pendek-pendek maka wacana dimaksud tergolong wacana yang mudah. Formula-formula keterbacaan yang mengacu pada kedua patokan tersebut, misalnya formula keterbacaan yang dibuat Spache, Dale & Chall, Gunning, Fry, Raygor, Flesh, Klos. C. Formula Keterbacaan Fry atau Grafik Fry Formula keterbacaan fry atau grafik fry diperkenalkan oleh Edward Fry. Grafik keterbacaan yang diperkenalkan oleh fry ini merupakan formula yang dianggap relatif baru dan mulai dipublikasikan pada tahun 1977 dalam majalah journal of reading. Grafik yang asli dibuat pada tahun 1968. Formula grafik fry mendasarkan keterbacaannya pada dua faktor utama, yakni panjang-pendeknya kata dan tingkat kesulitan kata yang ditandai oleh jumlah (banyak-sedikitnya) suku kata yang membentuk setiap kata dalam wacana.
  • 7. 5 GRAFIK FRY Jika kita perhatikan, pada bagian atas grafik kita jumpai deretan angka- angka, seperti 108, 112, 116, 120. Angka-angka itu menunjukan data jumlah suku kata per seratus perkataan. Yakni jumlah kata dari wacana sampel yang dijadikan sampel pengukuran keterbacaan wacana. Adapun pertimbangan penghitungan suku kata pada grafik itu merupakan cerminan kata sulit, yang dalam formula itu merupakan salah satu dari dua faktor utama yang menjadi landasan bagi terbentuknya formula keterbacaan yang dimaksudkan. Angka-angka yang tertera dibagian samping kiri grafik, yakni angka 25.0, 20, 18.7, 14.3 dan seterusnya menunjukan rata-rata jumalh kalimat per seratus perkataan. Hal itu merupakan perwujudan faktor penentu formula keterbacaan ini, yakni faktor panjang-pendek kalimat. Angka-angka yang berderet dibagian tengah grafik dan berada diantara garis penyekat dari grafik teersebut menunjukan perkiraan peringkat keterbacaan wacana yang diukur. Angka 1 menunjukan peringkat 1, artinya wacana tersebut cocok untuk pembaca dengan level peringkat baca 1 (kelas 1 SD); angka 2 untuk peringkat baca 2, angka 3 untuk peringkat baca 3, dan seterusnya hingga universitas. Daerah yang diarsir pada grafik yang terletak disudut kanan atas dan di sudut kiri bawah grafik merupakan wilayah infalid. Maksdunya, apabila hasil
  • 8. 6 pengukuran keterbacaan wacana jatuh pada wilayah tersebut, wacana tersebut kurang baik karena tidak memiliki peringkat baca untuk peringkat mana pun. Wacana yang seperti itu sebaiknya tidak digunakan dan diganti dengan wacana lain. Selanjutnya, bagaimana prosedur kerja untuk penggunaan formula keterbacaan dan fry ini? Secara lebih terperinci, langkah demi langkah yang diterapkan untuk mengukur keterbacaan wacana lewat grafik fry adalah sebagai berikut. a. Pilihlah penggalan yang representatif dari wacana standar yang hendak diukur tingkat keterbacaannya tersebut dengan mengambil 100 buah kata. Kata dalam hal ini ialah sekelompok lambang yang di kiri dan kanannya berpembatas. Dengan demikian, lambang-lambang berikut, seperti Tri, IKIP, 2005, =, masing-masing dianggap dengan satu kata. Adapun yang dimaksudkan dengan “representatif dalam memilih penggalan wacana” ialah pemilihan wacana sampel yang benar-benar mencerminkan teks bacaan. Wacana yang diselingi dengan gambar-gambar, kekosongan-kekosongan halaman, tabel-tabel, rumus-rumus yang mengandung banyak angka-angka, dan lain-lain dipandang tidak representatif untuk dijadikan sampel wacana. b. Hitunglah jumlah kalimat pada wacana yang terdiri atas 100 kata tersebut hingga perpuluhan terdekat. Dalam perhitungan kalimat ini, sisa kata yyang termasuk kedalah hitungan 100 itu diperhitungkan dalam bentu desimal (perpuluhan). Maksudnya, apabila kata yang termasuk kedalam hitungan 100 buah perkataan (sampel wacana) tidak jatuh diujung kalimat maka perhitungan kalimat tidak akan selalu utuh, melainkan akan ada sisa. Sisanya itu, tentu berupa sejumlah kata yang merupakan bagian dan deretan kata-kata yang membentuk kalimat utuh. Sisa katayang termasuk kedalam hitungan seratus itu diperhitungkan dalam bentuk desimal (perpuluhan). c. Hitunglah jumlah suku kata dan wacana sampel yyang 100 buah perkataan tadi. Sebagai konsekuensi dari batasan kata (seperti yng dijelaskan pada langkah satu diatas) yang memasukan angka dan singkatan sebagai kata maka untuk angka dan singkatan, setiap lambang diperhitungkan sabagai
  • 9. 7 satu suku kata. Misalnya; 135 terdiri dari 3 suku kata, KTP terdiri atas 3 suku kata. d. Perhatikan grafik fry. Kolom tegak lurus menunjukan jumlah kalimat per seratus kata dan baris mendatar menunjukan jumlah suku kata per seratus kata. Data yang kita peroleh pada langkah (2), yakni rata-rata jumlah kalimat dan data yang kita peroleh pada langkah (3), yakni rata-rata jumlah suku kata kita plotkan ke dalam grafik untuk mencari titik temunya. Pertemuan antara baris vertikal (jumlah suku kata) dan baris horizontal (jumlah kalimat) menunjukan tingkat-tingkat kelas pembaca yang diperkirakan mampu membaca wacana yang terpilih itu. Jika persilangan baris vertikal dan baris horizontal itu berada pada daerah gelap atau daerah yang diarsir maka wacana tersebut dinyatakan tidak absah. Guru harus memilih wacana lain dan mengulangi langkah-langkah yang sama seperti yang telah kita jelaskan tadi. Akan tetapi, apabila hal itu dipraktikan ternyata tidak ada jumlah suku kata yang lebih dari 200 dalam Grafik Fry. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang perlu dicermati dari grafik fry. Perlu diketahui bahwa grafik fry merupakan hasil penelitian terhadap wacana bahasa inggris. Padahal, kita tahu bahwa struktur bahasa inggris sangat berbeda dengan struktur bahasa indonesia, terutama dalam hal sistem suku katanya. Berdasarkan hal itu, ternyata tampak bahwa grafik fry tidak bisa digunakan untuk mengukur keterbacaan wacana bahasa Indonesia, kecuali jika dilakukan modifikasi pada alat tersebut. Dalam hal ini, telah dilakukan pengamatan dan penelitian kecil oleh Harjasujana dan Mulyati (1997). Pada akhirnya mereka menemukan bahwa penggunaan formula grafik fry untuk mengukur keterbacaan wacana bahasa Indonesia, masih harus ditambah satu langkah yakni mengalikan hasil penghitungan suku kata dengan angka 0,6 angka ini diperoleh dari hasil penelitian sedehana yang memperoleh bukti bahwa perbandingan antara jumlah suku kata bahasa inggris dan jumlah suku kata bahasa indonesia itu 6:10 ( 6 suku kata dalam bahasa inggris kira-kira sama dengan 10 suku kata dalam bahasa indonesia).
  • 10. 8 BAB III PEMBAHASAN Pelatihan Keterbacaan Mengenai Grafik Fry 1. Nama Pemateri : Anissa Ramadhanti. 2. Materi Pembahasan : Keterbacaan *Grafik Fry 3. Waktu dan Tempat : pukul 16.30 – 17.30 , Di Aula FKIP Universitas Pakuan, Bogor. 4. Tanggal Pelaksanaan : Selasa, 20 Juni 2017 5. Peserta : Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Sebanyak 5 orang), Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (sebanyak 5 orang) Berikut nama-nama peserta pelatihan No Nama Jurusan 1 Siti Novania Y PBSI 2 Lien Meliawati PBSI 3 Tania Lestari PBSI 4 Shella Restu Utari PBSI 5 Dian Eka Sapti PBSI 6 Bayu Darma N PGSD 7 Rangga Pratama PGSD 8 Egi Nugraha PGSD 9 Angga Muhammad PGSD 10 M. Anwar Ramdani PGSD 6. Teknis Pelaksanaan 1.) Pembukaan serta Perkenalan oleh Pemateri. 2.) Penjelasan mengenai keterbacaan (Grafik Fry) oleh pemateri. Hal-hal yang dijelaskan :  Pengertian Keterbacaan.
  • 11. 9  Formula Keterbacaan.  Grafik Fry.  Cara Mengukur Keterbacaan Wacana Melalui Grafik Fry.  Cara menghitung Kata, Kalimat utuh, dan Suku kata.  Penjelasan Rumus Keterbacaan. 3.) Pemateri menyiapkan 5 buah artikel. Yang masing-masing berjudul  Manfaat Buah Pisang  Kerusakan Lingkungan di Indonesia dan Penyebabnya  Pendidikan Karakter  Kebudayaan  Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pemateri membagi menjadi 5 kelompok, yang masing-masing kelompok berjumlah 2 orang mahasiswa (1 PGSD dan 1 PBSI). Berikut daftar pengelompokannya: 1) Bayu Darma N dan Siti Novania Y (Artikel “manfaat Buah Pisang) 2) Rangga Pratama dan Tania Lestari (Artikel “Kerusakan Lingkungan Hidup di Indonesia dan Penyebabnya) 3) Egi Nugraha dan Lien Meliawati (Arttikel “Pendidikan Karakter”) 4) Angga Muhammad dan Shella Restu Lestari (Artikel “Kebudayaan”) 5) M. Anwar Ramdani dan Dian Eka Sapti (Artikel “meningkatkan Motivasi Belajar Siswa). 4.) Pemateri menyiapkan lembar Kerja untuk mengerjakan Latihan. Lembar kerja berisi 5 buah pertanyaan, kolom pengerjaan menggunakan rumus grafik fry dan gambar Grafik Fry. Berikut pertanyaannya: 1) Dugaan mengenai kecocokan artikel untuk jenjang apa? 2) Kata ke-100, terletak pada kata? 3) Berapa jumlah kalimat utuh, per 100 perkataan? 4) Berapa jumlah suku kata, per 100 perkataan? 5) Setelah menghitung menggunakan Grafik Fry, artikel ini cocok untuk jenjang?
  • 12. 10 5.) Peserta pelatihan mulai mengerjakan latihan yang diberikan oleh pemateri. dalam pelaksanaan, apabila ada hal yang kurang dimengerti oleh peserta, peserta dapat menanyakannya kepada pemateri. 6.) Setelah peserta menyelesaikan latihannya, kemudian pemateri mengajak peserta untuk memeriksa hasil kerja mereka. 7.) Semua peserta telah berhasil mengukur keterbacaan artikel yang mereka hitung. 8.) Setelah peserta selesai mengerjakan latihan, pemateri membeikan daftar riwayat hidup kepada masing-masing peserta untuk diisi. Daftar hidup peserta berisi : nama, tempat tanggal lahir, alamat, jurusan, fakultas, universitas, NPM, nomor telepon, Kendala yang dialami, Pesan dan kesan pelatihan). 9.) Penutupan, serta pemberian Souvenir oleh pemateri. Kemudian dilanjutkan dengan foto bersama dengan peserta pelatihan. 7. Temuan dari Pelatihan Dari pelatihan yang kami lakukan dengan pembahasan keterbacaan dengan formula grafik fry. Pada saat pelatihan kebanyakan kendala yang dihadapi para peserta adalah cara menghitung suku kata. Dibandingkan dengan menghitung kata dan kalimat utuh, menghitung suku kata merupakan hal yang cukup sulit. Karena, dalam menghitung suku kata membutuhkan konsentrasi yang tinggi dan pengejaan yang benar dalam melafalkan setiap kata-kata yang terdapat di dalam artikel. Sejauh ini, para peserta sudah cukup mengerti mengenai kata, suku kata dan kalimat. Peserta sangat antusias ketika mempelajari keterbacaan dengan formula grafik fry. Ada beberapa peserta yang menganggap grafik fry itu sulit karena mereka belum memahaminya. Ketika mereka mempelajarinya dengan baik, mereka merubah anggapan yang tadinya sulit menjadi mudah.
  • 13. 11 BAB IV SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Keterbacaan merupakan sebuah hal mengenai terbaca atau tidaknya sebuah bacaan dalam peringkat tertentu. Dari keterbacaan pula kita dapat menilai sebuah bacaan berdasarkan tingkat kesulian bahan bacaan. Untuk mengukur keterbacaan sebuah bacaan, bisa menggunakan formula grafik fry yang diperkenalkan oleh Edward fry. Salah satu kendala yang dihadapi saat menerapkan formula grafik fry adalah menghitung jumlah suku kata. B. Saran Sebagai calon pengajar hendaknya memperhatikan buku-buku penunjang bagi para murid agar tidak salah dalam memilih bahan bacaan. Karena ketidak cocokan bahan bacaaan akan mempengaruhi prestasi belajar anak. untuk itu kita sebagai calon pengajar memanfatkan formula keterbacaann grafik fry untuk mengukur tingkat keterbacaan pada bahan bacaan.
  • 14. 12 DAFTAR PUSTAKA Laksono, kisyani. et al. 2007. Membaca 2. Jakarta: Universitas Terbuka. Tarigan, henry guntur. 2008. Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung : angkasa.