SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
Download to read offline
BAB VI
Tujuan :
Setelah mempelajari materi pelajaran pada bab VI, diharapkan
mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan arti dari kelurusan, kesikuan, keparalelan dan kedataran.
2. Menyebutkan beberapa alat ukur yang dapat digunakan untuk
mengukur kelurusan, kesikuan, keparalelan dan kedataran.
3. Melakukan pengukuran kelurusan, kesikuan, keparalelan dan
kedataran dengan alat dan cara yang tepat dan benar.
4. Menganalisis hasil-hasil pengukuran kelurusan, kesikuan, keparalelan
dan kedataran.
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 204
Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran

BAB VI
PENGUKURAN KELURUSAN, KESIKUAN,
KEPARALELLAN DAN KEDATARAN
Pada pembahasan sebelumnya telah dibicarakan mengenai
pengukuran dimensi panjang (jarak) dan dimensi sudut dari suatu benda.
Salah satu karakteristik geometris dari suatu komponen adalah
menyangkut bentuk. Beberapa istilah yang ada kaitannya dengan bentuk
dari suatu komponen antara lain adalah kelurusan, kesikuan,
keparalellan, kedataran dan kebulatan.
Pengukuran atau pemeriksaan kelurusan, kesikuan, keparalellan,
kedataran dan kebulatan banyak dijumpai dalam praktek-praktek
pengujian geometris mesin produksi. Akan tetapi, dalam bab ini
pembahasannya tidak hanya dibatasi pada pengujian geometris mesin
saja melainkan dibahas juga pada pemeriksaan kelurusan, kesikuan,
keparalellan, kedataran dari suatu produk yang dihasilkan dari mesinmesin produksi.
Beberapa alat ukur yang bisa digunakan untuk memeriksa
kelurusan, kesikuan, keparalellan, kedataran antara lain adalah mistar
baja, penyiku, jam ukur (dial indicator), penyipat datar (spirit level/water
pass), dan autokolimator.
A. Pemeriksaan Kelurusan (Straightness)
Suatu permukaan benda dikatakan lurus bila bidang permukaan
tersebut berbentuk garis lurus seandainya digambarkan dalam bentuk
garis. Artinya demikian, suatu benda yang diperiksa kelurusan
permukaannya dalam panjang tertentu, ternyata dalam pemeriksaannya
tidak ditemukan adanya penyimpangan bentuk ke arah horizontal atau
vertikal yang berarti, maka dikatakan permukaan benda tersebut adalah
lurus. Dan kalau digambarkan secara grafis maka akan diperoleh bentuk
garis lurus.
Kelurusan dari permukaan suatu komponen sangat penting
perannya dalam permesinan. Meja-meja mesin bubut, mesin skrap,
mesin frais dan mesin gerinda, bekerjanya memerlukan tingkat kelurusan
yang sangat teliti. Ketrampilan untuk membuat permukaan benda kerja
betul-betul lurus juga sangat diperlukan, termasuk di dalamnya cara
memeriksa kelurusan itu sendiri. Dalam pemeriksaan kelurusan ini akan
dibicarakan beberapa contoh pemeriksaan kelurusan benda kerja dan
pemeriksaan kelurusan meja mesin produksi. Beberapa peralatan ukur
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 205
Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran

yang bisa digunakan antara lain adalah mistar baja (steel rule), jam ukur
dan autokolimator.
1. Pemeriksaan Kelurusan dengan Mistar Baja
Pemeriksaan kelurusan dengan menggunakan mistar baja pada
dasarnya tidak untuk mencari berapa besarnya ketidaklurusan suatu
permukaan benda, melainkan hanya untuk melihat apakah permukaan
benda tersebut mempunyai penyimpangan pada dimensi kelurusannya
atau tidak. Oleh karena itu, dalam pemeriksaannya tidak diperhatikan
skala ukurnya. Sebagai contoh, misalnya akan memeriksa kelurusan
benda kerja yang berbentuk balok seperti tampak pada Gambar 6.1.
dibawah ini.

Gambar 6.1 Memeriksa kelurusan permukaan dengan mistar baja.
Dengan meletakkan mistar baja sedemikian rupa di atas permukaan
bidang ukur maka dapat dilihat apakah muka ukur balok tersebut masuk
dalam kategori lurus atau tidak. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada
arah memanjang, melebar dan arah diagonal. Kesimpulan yang diambil
adalah: bila terlihat adanya celah antara muka ukur dan mistar baja maka
dikatakan bahwa permukaan bidang ukur kelurusannya tidak baik.
Pemeriksaan kelurusan yang sederhana ini banyak dilakukan pada
pekerjaan mengikir rata permukaan.
2. Pemeriksaan Kelurusan dengan Jam Ukur (Dial Indicator)
Dengan menggunakan jam ukur maka bisa diketahui besarnya
penyimpangan dari kelurusan suatu permukaan benda ukur. Karena
setiap perubahan jarak yang dialami oleh sensor jam ukur akan
ditunjukkan oleh jarum penunjuk jam ukur tersebut. Pemeriksaan
kelurusan dengan jam ukur ini bisa digunakan untuk melihat kelurusan
dalam arah horizontal (penyimpangan ke kiri atau ke kanan) dan
kelurusan dalam arah vertikal (penyimpangan ke atas atau ke bawah).
Agar pemeriksaan memberikan hasil yang teliti maka
pelaksanaannya harus dilakukan di atas meja rata (surface table). Antara
benda ukur dengan landasan jam ukur harus diberi pelat lurus (straight
edge) atau yang sejenis agar gerakan dari jam ukur tetap stabil sehingga
tidak merubah posisi penekanan sensor terhadap muka ukur. Pada waktu
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 206
Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran

meletakkan sensor pada muka ukur sebaiknya jarum penunjuk
menunjukkan skala pada posisi nol. Seandainya muka ukurnya relatif
panjang maka sebaiknya panjang muka ukur tersebut dibagi dalam
beberapa bagian yang besarnya jarak tiap-tiap bagian tergantung pada
pertimbangan si pengukur sendiri. Antara bagian satu dengan yang lain
diberi tanda titik atau garis pendek/strip. Pada masing-masing titik inilah
nantinya dapat digambarkan besarnya penyimpangan dari kelurusan
muka ukur. Dengan demikian dapat diketahui bagian-bagian mana dari
muka ukur yang tidak lurus. Sebagai contoh dapat dilihat Gambar 6.2a.
dan 6.2b. berikut ini.

Gambar 6.2a Memeriksa kelurusan
untuk arah penyimpangan hori-

Gambar 6.2b Memeriksa kelurusan untuk arah vertikal.

sontal.
Dalam menggambarkan besarnya penyimpangan kelurusan dalam
bentuk grafik biasa dibutuhkan tanda minus (-) untuk penyimpangan
negatif dan tanda plus (+) untuk penyimpangan positif. Untuk
menentukan mana penyimpangan yang bertanda minus dan
penyimpangan yang bertanda plus tergantung pada si pengukurnya
sendiri. Biasanya yang banyak dilakukan oleh orang adalah bahwa kalau
penyimpangan ke arah atas atau ke kanan maka penyimpangan diberi
tanda plus (+) dan sebaliknya bila terjadi penyimpangan ke arah bawah
atau ke kiri maka penyimpangannya diberi tanda minus (-).
Penyimpangan dengan tanda positif atau negatif bukan berarti bertanda
positif (+) lebih baik dari pada yang bertanda negatif (-). Baik
penyimpangan itu bertanda positif atau negatif, pengambilan keputusan
didasarkan pada harga-harga batas yang diijinkan. Apabila hasil
pemeriksaan ternyata melampaui harga-harga batas yang diijinkan maka
dikatakan bahwa tingkat kelurusan dari muka ukur benda ukur adalah
tidak baik atau rendah, tanpa memperhatikan apakah penyimpangannya
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 207
Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran

ke arah yang bertanda plus (positif) atau ke arah yang bertanda minus
(negatif). Secara grafis dapat dilihat sebuah contoh hasil pemeriksaan
kelurusan yang sudah dinyatakan dalam bentuk garis, Gambar 6.3.

Gambar 6.3. Grafik hasil pemeriksaan kelurusan permukaan benda ukur
dengan menggunakan jam ukur.
Dari Gambar 6.3, panjang muka ukur
milimeter yang dibagi menjadi 15 bagian yang
masing-masing bagian 10 milimeter. Dengan
pemeriksaan yang pada tiap-tiap itulah
pengukurannya. Dari harga-harga ini lalu dapat
seperti tampak pada Gambar 6.3. tersebut.

diambil misalnya 150
sama dengan panjang
demikian ada 15 titik
dicantumkan harga
dibuat semacam grafik

Dengan cara di atas nampaknya hanya cocok untuk pemeriksaan
sisi muka ukur yang relatif sempit tanpa arahnya memanjang (bagian sisi
tebal benda ukur). Seandainya muka ukur cukup lebar pada arahnya
memanjangnya maka pemeriksaan kelurusan dapat dilakukan beberapa
kali pada posisi yang berbeda-beda menurut pertimbangan yang lebih
menguntungkan dalam proses pengukuran. Jadi, pemeriksaannya tidak
hanya pada satu garis, melainkan bisa lebih dari satu garis.
Pemeriksaan kelurusan dengan jam ukur tidak saja bisa dilakukan
terhadap benda berbentuk balok, tetapi juga bisa digunakan untuk
memeriksa kelurusan poros. Gambar 6.4. menunjukkan salah satu
contoh pemeriksaan kelurusan poros. Analisis hasil pemeriksaannya bisa
dilakukan seperti yang sudah dibicarakan di atas (Gambar 6.3).
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 208
Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran

Gambar 6.4. Pemeriksaan kelurusan poros dengan menggunakan jam
3. Pemeriksaan Kelurusan dengan Autokolimator
Pemeriksaan kelurusan dengan autokolimator kebanyakan
digunakan untuk memeriksa kelurusan meja-meja mesin produksi, baik
dalam arah memanjang (horizontal) maupun dalam arah tegak lurus
(vertikal). Salah satu contoh misalnya pemeriksaan kelurusan meja mesin
bubut
(kelurusan
lathe-bed
guide
ways)
yaitu
tempat
bergerak/berjalannya pembawa pahat potong (carriage). Gerakan pahat
potong dari mesin bubut sepanjang mejanya harus betul-betul lurus
(seolah-olah berada dalam satu garis lurus). Karena, sedikit saja ada
penyimpangan dari garis lurus akan mengakibatkan perubahan bentuk
dan ukuran dari benda kerja yang diproduksi melalui mesin bubut. Oleh
karena itu, tingkat kelurusan meja mesin bubut (lathe-bed guide ways)
perlu diperiksa untuk menentukan apakah tingkat kelurusannya masih
dalam batas-batas harga yang diijinkan menurut standar yang berlaku
sehingga mesin bubut masih boleh digunakan untuk memproduksi suatu
komponen.
Sebagai ilustrasi dari cara pemeriksaan kelurusan meja mesin
bubut dapat dilihat Gambar 6.5. Sebelum dilakukan pemeriksaan maka
sebaiknya dipasang sebuah pelat lurus atau yang sejenis (straight edge)
di atas meja mesin bubut dengan posisi sedemikian rupa denagn maksud
untuk mendapatkan tempat cermin pantul (reflektor) selalu berada pada
posisi garis lurus. Karena seperti diketahui, pengukuran dengan
autokolimator harus dibantuk dengan sebuah cermin pantul (reflektor)
yang harus dipindah-pindahkan posisinya pada sepanjang muka ukur.

Gambar 6.5. Pemeriksaan kelurusan meja mesin bubut (lathe-bed guide
ways) dengan menggunakan autolimator.
Apabila arah pemindahan ini tidak pada satu garis lurus maka hasil
pengukurannya sudah tentu banyak penyimpangan, khususnya
penyimpangan dari kelurusan. Landasan dari cermin pantul biasanya
mempunyai panjang tertentu yang besarnya panjang ini digunakan
sebagai dasar untuk perhitungan hasil pengukuran. Biasanya landasan
tersebut mempunyai panjang 103.5 mm. Hal ini berarti jarak selang
pemindahan cermin pantul juga 103.5 mm.
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 209
Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran

2
radian, sehingga untuk panjang
360 x60
2
103.5 mm =
landasan 103.5 mm maka 1 menitnya kira-kira =
360 x 60
1 menit dari arc sudut =

0.03 mm. Dengan kata lain adalah setiap perubahan kemiringan 1 menit
dari cermin pantul berarti terjadi penyimpangan dari kelurusan (naik
turunnya permukaan meja mesin bubut) sebesar 0.03 mm. Jadi, setiap
harga yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk mikrometer dari
autokolimator harus dikalikan dengan 0.03 mm untuk menentukan
besarnya harga penyimpangan.
Seperti halnya pada pemeriksaan dengan jam ukur, setiap titik
ujung dari landasan cermin pantul yang terletak di atas meja harus diberi
tanda agar pemindahan cermin pantul tersebut ditunjukkan oleh A – B, B
– C, C – D, D – E, dan seterusnya sampai panjang muka ukur selesai
diperiksa. Dengan mencatat setiap harga yang ditunjukkan oleh
mikrometer pada setiap kali perpindahan cermin pantul maka dapat
dibuat tabulasi data hasil pengukuran seperti tampak pada Tabel 20.
Tabel 20. Tabulasi hasil pemeriksaan kelurusan dengan autokolimator.
1

2

3

Posisi

Pembacaan
Mnt. dt

Selisih dari
pembacaan
pertama

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

20
20
22
25
27
28
27
25
23
9
22
24
26

0 dt
0
+ 2
+ 5
+ 7
+ 8
+ 7
+ 5
+ 3
- 1
+ 2
+ 4
+ 6

4

5

6

Koreksi nol
Penyimpang
Penyimpang
kedua
an dalam
an kumulatif
ujung
0.001 mm

0
0
+ 1.0
+ 2.5
+ 3.5
+ 4.0
+ 3.5
+ 2.5
+ 1.5
- 0.5
+ 1.0
+ 2.0
+ 3.0

0
0
+ 1.0
+ 3.5
+ 7.0
+ 11.0
+ 14.5
+ 17.0
+ 18.5
+ 18.0
+ 19.0
+ 21.0
+ 24.0

0
- 2.0
- 4.0
- 6.0
- 8.0
- 10.0
- 12.0
- 14.0
- 16.0
- 18.0
- 20.0
- 22.0
- 24.0

7
Penyimpangan
terhadap
garis lurus

0
- 2.0
- 3.0
- 2.5
- 1.0
+ 1.0
+ 2.0
+ 3.0
+ 2.5
+0
- 1.0
- 1.0
0
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 210
Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran

Pada kolom 1, menunjukkan posisi pemeriksaan yaitu sebanyak 12
kali perpindahan cermin datar, Ini berarti panjang muka adalah 12 x 103.5
mm= 1232 mm, atau kira-kira 1¼ meter. Kolom 2 menunjukkan hasil
pembacaan mikrometer autokolimator dalam menit dan detik. Kolom 3
menunjukkan perbedaan harga tiap pemeriksaan dengan harga
pemeriksaan pertama. Kolom 4 menunjukkan perbedaan naik turunnya
didapat dari perkalian harga kolom 3 dengan 0.0005 mm. Angka 0.0005
mm diperoleh dari: 1 menit= 0.03 mm, berarti 1 detik=

1
x 0.03 mm=
60

0.0005 mm. Kolom 5 menunjukkan harga naik turunnya muka ukur
secara kumulatif. Jumlah total harga naik turum secara kumulatif adalah
24 mm. Berarti, untuk 12 kali pemeriksaan maka proporsi tiap
pemeriksaan mempunyai perbedaan (increment) kenaikan sebesar

24
=
12

2 mm. Kolom 7 menunjukkan harga penyimpangan terhadap garis lurus
yang besarnya didapat dari hasil pengurangan antara harga-harga pada
kolom 5 dengan harga-harga pada kolom 6.
Selanjutnya dengan melihat harga-harga pada kolom 5, 6, dan 7
maka dapat dibuat suatu grafik penyimpangan terhadap kelurusan secara
kumulatif. Pada grafik penyimpangan secara kumulatif terlihat sebuah
garis lurus yang ditarik dari kedua ujung pemeriksaan. Garis lurus ini
menunjukkan garis bidang ukur dari meja mesin bubut yang diperiksa
kelurusannya. Lihat gambar 6.6.

Gambar 6.6, Grafik penyimpangan kumulatif dan penyimpangan
sesungguhnya dari pemeriksaan kelurusan meja mesin bubut dengan
menggunakan autokolimator.
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 211
Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran

B. Pemeriksaan Kesikuan
Kesikuan merupakan salah satu bagian dimensi bentuk dari suatu
komponen yang sangat penting artinya terutama sekali bagi komponenkomponen suatu mesin produksi. Misalnya ketegak lurusan antara meja
mesin dengan spindle utama untuk mesin-mesin frais tegak (vertical
milling machine) dan mesin-mesin tusuk (slotting machine) serta mesin
bor (drilling machine). Ketegak lurusan (kesikuan) yang lain misalnya
kesikuan antara meja mesin dengan sisi tegak dari batang tempat
lewatnya meja mesin (column guides) untuk mesin frais, mesin skrap,
mesin bor dan mesin gerinda permukaan. Tingkat kesikuan dari mesin ini
sangat mempengaruhi tingkat kesikuan dari benda-benda yang
diproduksi melalui mesin-mesin tersebut di atas. Oleh karena itu,
pemeriksaan terhadap kesikuan perlu diketahui baik oleh teknisi
laboratorium pengukuran maupun operator bengkel mesin.
Pemeriksaan terhadap kesikuan bisa dilakukan dengan bermacammacam cara. Cara yang paling adalah dengan penyiku. Cara yang lebih
teliti lagi adalah dengan menggunakan blok ukur, jam ukur dan
autokolimator.
1. Pemeriksaan Kesikuan dengan Penyiku
Pemeriksaan kesikuan dengan menggunakan penyiku tidak untuk
mengetahui besarnya ketidaksikuan suatu komponen, melainkan hanya
untuk mengetahui apakah kesikuan dari suatu komponen sudah betulbetul siku menurut alat ukur kesikuan yang digunakan, dalam hal ini
adalah penyiku (square). Ada dua macm penyiku yang bisa digunakan
yaitu penyiku biasa (square) dan penyiku kombinasi (combination
square). Gambar kedua alat ukur siku tersebut dapat dilihat pada Gambar
6.7.

Penyiku biasa

Penyiku kombinasi
Gambar 6.7. Penyiku

Pemeriksaan kesikuan dengan penyiku ini kebanyakan dilakukan
pada pemeriksaan benda ukur yang berbentuk balok atau persegi
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 212
Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran

panjang yang dihasilkan dari proses pengerjaan mesin produksi maupun
hasil kerja bangku. Sebelum melakukan pemeriksaan sebaiknya muka
ukur harus dibersihkan dulu agar tidak terjadi kekeliruan dalam
pengukurannya. Kesimpulan yang bisa diambil dari pemeriksaan
kesikuan dengan penyiku ini adalah: bila terdapat celah antara muka ukur
dengan muka penyiku maka dikatakan benda ukur tidak mempunyai
kesikuan yang baik. Sebaliknya, tidak terlihat adanya celah berarti benda
ukur memiliki kesikuan yang baik.
Sebagai contoh dapat dilihat Gambar 6.8 dan Gambar 6.9. Gambar
6.8 menunjukkan cara meletakkan penyiku yang baik pada permukaan
benda ukur. Gambar 6.9a dan 6.9b menunjukkan contoh dari kesikuan
benda ukur yang tidak baik dan kesikuan benda ukur yang tepat (baik).
Jadi, berapa derajat besarnya ketidaksikuan dari benda ukur tersebut
tidak diketahui. Akan tetapi, dengan cara seperti diatas dapat diketahui
kesikuan dari benda ukur yang tepat dan mana kesikuan yang tidak tepat,
seperti yang ditunjukkan oleh gambar 6.9a dan gambar 6.9b. Sedangkan
untuk pemeriksaan kesikuan dengan penyiku kombinasi caranya sama
saja dengan penyiku biasa.

Gambar 6.8 Cara meletakkan penyiku pada muka ukur
dalam memeriksa kesikuan.

Gambar 6.9a. Benda ukur tidak siku Gambar 6.9b. Benda ukur memiliki
kesikuan yang baik.
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 213
Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran

2. Pemeriksaan Kesikuan dengan Blok Ukur
Blok ukur merupakan alat ukur standar yang presisi yang
mempunyai kesikuan dan keparalellan yang sangat baik. Dengan
bantuan blok ukur ini kita dapat mengecek kesikuan dari benda ukur.
Secara sederhana, cara pemeriksaan kesikuan benda ukur dengan
menggunakan blok ukur dapat dilihat pada Gambar 6.10.
Dari Gambar 6.10 tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Benda
ukur diletakkan di atas meja rata (surface table) karena pelaksanaan
pengukurannya harus di atas meja rata. Ambil pelat paralel (parallel strip)
dan pelat sudut (angle plate), kemudian pelat paralel kita pasangkan
pada pelat sudut dengan menggunakan pengunci (klem) sehingga posisi
dari pelat parallel berhadapan dengan muka ukur benda ukur. Antara
pelat parallel ukurannya sehingga terdapat titik kontak antara blok ukur
dengan muka ukur benda ukur.

Gambar 6.10. Pemeriksaan kesikuan dengan menggunakan blok ukur.
Posisi benda ukur diputar 180° sehingga blok ukur A berada pada
posisi sebelah atas dan blok ukur B1 pada bagian bawah dari benda
ukur. Sebagai dasar perhitungan kemiringan atau ketidak sikuannya
adalah besarnya ukuran blok ukur B dan B1 untuk jarak ukur yang tetap
yaitu L. Jadi, besarnya kemiringan dari benda ukur tersebut adalah
:

1
B  B1 / L
2

3. Pemeriksaan Kesikuan dengan Jam Ukur
Pemeriksaan kesikuan dengan jam ukur menitik beratkan pada
perubahan skala ukur yang ditunjukkan oleh jarum penunjuknya. Gambar
6.11 menunjukkan salah satu cara memeriksa kesikuan benda ukur
dengan jam ukur. Posisi benda ukur dan jam ukur diletakkan sedemikian
rupa sehingga memudahkan untuk melakukan pengukuran. Antara
landasan jam ukur dengan muka ukur diberi rol atau bola baja untuk
mendapatkan jarak ukur yang tetap pada waktu benda ukur diputar 180°.
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 214
Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran

Sebelum benda ukur diputar, sebaiknya posisi jarum penunjuk jam ukur
berada pada posisi nol guna memudahkan pembacaan selanjutnya.
Setelah benda ukur diputar 180° maka dapat dilihat perubahan harga
yang ditunjukkan oleh jarum. Misalnya pembacaan skala ukur jam ukur
sebelum benda ukur diputar adalah X1 yang sama dengan nol. Setelah
diputar skala ukur menunjukkan harga X2. Untuk panjang pemeriksaan
yang tetap yaitu L, maka kemiringan benda ukur adalah :

1
X1  X2 / L
2

Gambar 6.11. Pemeriksaan kesikuan dengan jam ukur.
4. Pemeriksaan Kesikuan dengan Silinder Siku dan Jam Ukur
Pemeriksaan kesikuan di sini hanyalah membandingkan kesikuan
dari benda ukur dengan silinder siku sebagai master siku dan dibantu
dengan jam ukur. Secara sederhana pemeriksaan kesikuan dengan
perbandingan silinder siku dapat dilihat pada Gambar 6.12. berikut ini.

Gambar 6.12 Pemeriksaan kesikuan dengan silinder siku dan jam ukur.
Semua peralatan ukur dan benda ukur diletakkan di atas meja rata.
Jam ukur diletakkan sedemikian rupa terhadap silinder siku dengan
perantara sebuah rol atau bola baja. Posisi jarum penunjuk sebaiknya
pada posisi nol. Kemudian silinder siku dipindahkan dan digantikan
dengan benda ukur. Dilihat perubahan yang ditunjukkan oleh jarum
penunjuk jam ukur, misalnya menunjukkan harga X. Berarti selisih
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 215
Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran

pembacaan jam ukur pada waktu sensor menyentuh silinder siku dengan
sensor menyentuh muka ukur benda ukur adalah : (X – 0) = X mm. Untuk
panjang pemeriksaan sejauh L, maka kemiringan benda ukur adalah

X
.
L

5. Pemeriksaan Kesikuan dengan Autokolimator
Pemeriksaan kesikuan di sini adalah berdasarkan prinsip optis.
Secara sederhana, cara pemeriksaan kesikuan dengan autokolimator ini
dapat dilihat pada Gambar 6.13. Pada gambar ini hanya ditunjukkan
contoh pemeriksaan alat ukur siku (penyiku).

Gambar 6.13.Pemeriksaan kesikuan dengan autokolimator terhadap
penyiku (square).
Pelaksanaan pemeriksaan dilakukan di atas meja rata. Pada posisi
pertama dicatat pembacaan yang ditunjukkan oleh mikrometer
autokolimator. Pada posisi penyiku yang kedua, yaitu penyiku berada di
sebelah kanan, batang yang dilengkapi dengan cermin pantul (reflektor)
didekatkan/dikontakkan terhadap sisi dari penyiku. Pada posisi kedua ini
dicatat lagi pembacaan yang ditunjukkan oleh mikrometer autokolimator.
Misalnya pembacaan pada posisi pertama adalah X1 dan pembacaan
pada posisi kedua adalah X2, maka penyimpangan kesikuan penyiku
tersebut :

1
x X1  X2  .
2
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 216
Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran

6. Pemeriksaan Kesikuan Meja Mesin Produksi terhadap Sumbu
Utama (Spindle) dengan menggunakan Jam Ukur
Sebagai contoh adalah pemeriksaan kesikuan posisi sumbu putar
dengan meja pada mesin bor. Jam ukur yang digunakan harus ditentukan
dulu jarak radius yang bisa dijangkaunya sesuai dengan panjang bidang
ukur. Dengan peralatan bantu, jam ukur dipasangkan pada sumbu putar
(spindle) sedemikian rupa sehingga posisinya memudahkan untuk
melakukan pengukuran, seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 6.14.

Gambar 6.14. Memeriksa kesikuan poros putar (spindle) terhadap meja
dari mesin bor.
Posisi pertama, jarum penunjuk jam ukur sebaiknya menunjukkan
posisi nol. Jam ukur kemudian diputar dengan perlahan-lahan sampai
360°. Akan tetapi, setiap menempuh perputaran sebesar 90° sebaiknya
dicatat perubahan ukuran yang terjadi. Dengan demikian ada empat
posisi yang dapat diketahui kemiringan (ketidak sikuan) nya antara kedua
bidang ukur tersebut. Dengan cara ini maka dapat ditentukan apakah
mesin bor masih bisa digunakan untuk membuat lubang yang tegak lurus
bidang datar atau tidak. Masih banyak posisi kesikuan dari elemenelemen mesin produksi yang bisa diperiksa dengan cara seperti di atas.
7. Pemeriksaan Kesikuan Meja dengan Sisi Tegak dari Mesin
(Column) dengan Menggunakan Autokolimator
Salah satu contoh yang dikemukakan di sini adalah pemeriksaan
kesikuan meja dengan sisi tegak (column) dai mesin frais. Peralatan yang
diperlukan adalah autokolimator dengan cermin pantul (reflektor) dan
cermin segi empat (optical square) yang dilengkapi dengan prisma di
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 217
Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran

dalamnya. Dengan prisma inilah, sinar datang akan dipantulkan kembali
dengan membentuk sudut 90°. Secara sederhana, pemeriksaan kesikuan
meja dengan sisi tegak (column) yang menggunakan autokolimator dan
cermin segi empat ditunjukkan oleh Gambar 6.15.

Gambar 6.15. Pemeriksaan kesikuan meja dengan sisi tegak (column)
mesin frais.
Dengan bantuan penyangga (support), posisi autokolimator diatur
sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk melihat bayangan pada
cermin pantul. Cermin pantul (reflektor) diletakkan pada posisi A, lalu
dicatat pembacaan mikrometer dari autokolimator. Lalu cermin pantul
diletakkan pada posisi B dan dicatat harga yang ditunjukkan oleh
mikrometer autokolimator. Dengan demikian ada dua hasil pembacaan
yaitu pada posisi A dan pada posisi B. Dengan melihat perbedaan dari
kedua hasil pembacaan itu maka dapat diketahui kemiringan atau
ketidaksikuan meja mesin frais dengan sisi tegaknya (column).
C. Pemeriksaan Keparalellan
Secara umum sebetulnya ada dua elemen keparalellan yang perlu
diperhatikan dalam pengukuran (metrologi industri) yaitu keparalellan
antara bidang dan keparalellan antara gerakan. Akan tetapi, cara
pemeriksaan keparalellan untuk kedua elemen keparalellan tersebut
diatas pada dasarnya adalah sama. Salah satu peralatan ukur yang
sesuai untuk memeriksa keparalellan ini adalah jam ukur (dial indicator)
atau pupitas. Sebagai contoh pemeriksaan keparalellan bisa dilihat
gambar-gambar pada gambar 6.16 berikut. Prinsip pembacaan skala
ukur jam ukur adalah sama dengan yang telah dibicarakan sebelumnya,
baik mengenai jam ukur itu sendiri maupun pada pembahasan mengnai
pemeriksaan kelurusan dan kesikuan. Gambar 6.16a dan 6.16b
menunjukkan pemeriksaan keparalellan antara bidang. Gambar 6.16c
dan 6.16d menunjukkan pemeriksaan keparalellan antara bidang dan
poros. Gambar 6.16e menunjukkan pemeriksaan keparalellan antara dua
poros.
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 218
Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran

Gambar a

Gambar c

Gambar b

Gambar d

Gambar e
Gambar 6.16. Pemeriksaan keparalellan dengan jam ukur.
Contoh-contoh pada gambar 6.16. adalah untuk pemeriksaan
keparalellan dari elemen-elemen yang sifatnya tetap (statis). Untuk
pemeriksaan keparelallan elemen-elemen yang bergerak dapat dilakukan
dengan cara yang sama. Yang perlu diperhatikan adalah landasan
penyangga jam ukur harus betul-betul rata, halus dan bersih guna
menghindari terjadiya kekeliruan dalam pengukuran.
D. Pemeriksaan Kedataran
Pemeriksaan kedataran bisa dilakukan dengan menggunakan
peralatan penyipat datar (spirit level/waterpass) dan autokolimator. Untuk
pemeriksaan kedataran dengan autokolimator bisa dengan cara yang
sama seperti pada pemeriksaan kelurusan yang telah dibicarakan pada
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 219
Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran

bagian A no. 3. Pada bagian ini hanya akan dibicarakan mengenai
pemeriksaan kedataran dengan menggunakan penyipat datar. Untuk itu,
perlu dibicarakan terlebih dulu mengenai penyipat datar.
1. Penyipat Datar (Spirit Level/Waterpass)
Secara umum, penyipat datar pada dasarnya hanya terdiri dari
landasan yang mempunyai permukaan yang halus dan rata dengan
panjang tertentu dan pada landasan itu dipasang sebuah tabung kaca
yang melengkung. Pada tabung kaca yang melengkung ini terdapat
cairan (biasanya spiritus) dan gelembung udara. Perpindahan gelembung
udara inilah yang dijadikan dasar prinsip pengukuran kedataran dengan
penyipat datar. Karena, gelembung udara ini akan berpindah tempat bila
posisinya menyimpang dari kedataran. Oleh karena itu, bagian yang
paling penting dari penyipat datar adalah pipa kaca yang melengkung
yang berisi cairan dan gelembung udara tersebut. Besar kecilnya radius
dari pipa kaca sangat mempengaruhi kepekaan dari penyipat datar.
Makin besar radiusnya maka makin peka penyipat datar tersebut. Pipa
kaca yang lengkung ini dpasangkan pada landasan dengan posisi
sedemikian rupa dan dilengkapi dengan baut pengunci. Baut ini fungsinya
untuk menyetel posisi nol (posisi datar) dari gelembung udara. Secara
sederhana, gambar dari penyipat datar dapat dilihat pada gambar 6.17.
Permukaan dari landasan biasanya berbentuk V dan ada pula yang datar.
Pada sisi melintang dari landasan biasanya dilengkapi dengan pipa kaca
yang kecil juga melengkung dan berisi gelembung udara. Fungsi dari pipa
kaca kecil (penyipat datar kecil) adalah untuk menyetel posisi penyipat
datar besar apabila terjadi kemiringan. Adanya kemiringan dari landasan
pada muka ukur akan mengakibatkan kekeliruan dalam pengukuran.

Gambar 6.17. Penyipat datar
Dari Gambar 6.17. dapat dijelaskan sebagai berikut. Bila salah satu
ujung dari landasan naik atau turun maka gelembung udara akan
berpindah posisi. Dengan menghitung banyaknya skala perpindahan
gelembung udara yang kemudian dibandingkan dengan tingkat
kecermatan alat ukurnya maka dapat diketahui besarnya ketidakdataran
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 220
Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran

dari muka ukur. Jadi, bila ujung B naik sebesar h yaitu menjadi B’, maka
gelembung udara pada pipa kaca akan bergeser (pindah) sejauh d, yaitu
dari C ke D. Sudut yang dibentuk oleh perubahan posisi ujung landasan
B dan posisi gelembung udara adalah sama yaitu  . Bila R adalah jarijari pipa kaca dan L adalah panjang landasan penyipat datar maka dapat
dihitung hubungan antara h dan d sebagai berikut :

d
h
  (radian), dan   (radian)
R
L
d h
h.R
 , d
Jadi,
R L
L
Seandainya, R = 200 m, panjang alas 400 mm, diinginkan suatu
kecermatan sebesar 0.01 mm, maka:

d

200 x1000 x0.01
 5mm
400

Untuk tingkat kecermatan ini biasanya pada penyipat datar hanya
dicantumkan angka tinggi angkat pada setiap jarak ukur satu meter.
Angka ini merupakan angka dari setiap satu skala (divisi) pada pipa kaca.
Jadi, kalau pada penyipat datar tercantum angka 0.01 mm/m ini berarti
pada jarak ukur 1 meter tinggi angkat maksimum dari penyipat datar
adalah 0.01 milimeter.
Tingkat-tingkat kecermatan atau kepekaan dari penyipat datar
antara lain adalah 1 derajat, 1 menit, 2, 5, 10, 20, 30 detik; dan 0.3
mm/m, 0.1 mm/m, 0.02 mm/m, 0.01 mm/m, 0.04 mm/m. Sedangkan
panjang landasannya antara lain : 160 mm, 200 mm, 300 mm, 400 mm,
dan 500 mm.
2. Contoh Pemeriksaan Kedataran dengan Penyipat Datar
Salah satu contoh yang akan dibicarakan di sini adalah
pemeriksaan kedataran dari posisi meja mesin produksi, misalnya meja
mesin bubut. Lihat gambar 6.18 berikut ini.

Gambar 6.18. Pemeriksaan kedataran meja mesin bubut dengan
penyipat datar.
DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 221
Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran

Pemeriksaannya dilakukan pada arah memanjang dan pada
melintang. Untuk arah memanjang bisa diberi batas-batas dengan tanda
garis atau titik yang jaraknya sesuai dengan panjang alas dari penyipat
datar. Untuk arah melintang diperlukan alat bantu lain yaitu sejenis pelat
paralel yang cukup tebal. Gunanya adalah sebagai landasan tempat
meletakkan penyipat datar untuk memudahkan pemeriksaan pada
masing-masing ujung dari meja mesin untuk arah melintang. Setiap posisi
pemeriksaan harus dicatat perubahan yang dialami oleh gelembung
udara dari pipa kaca. Dengan melihat data hasil pemeriksaan maka dapat
diketahui bagian-bagian mana dari meja yang belum datar (level). Dan
dengan menyetel baut pengatur yang ada pada keempat ujung dasar
mesin maka bagian yang belum datar tersebut bisa disetel posisinya.
Tingkat kedataran yang paling baik untuk posisi meja mesin adalah 0.02
mm/m.
E. Pertanyaan-pertanyaan
1. Jelaskan secara ringkas arti dari kelurusan.
2. Ada berapa cara yang bisa dilakukan untuk mengukur kelurusan
benda ukur.
3. Buatlah sebuah contoh pemeriksaan kelurusan poros dengan
menggunakan jam ukur (dial indicator).
4. Sebutkan beberapa cara pemeriksaan kesikuan dari benda ukur.
5. Buatlah sebuah contoh pemeriksaan kesikuan benda ukur dengan
menggunakan blok ukur (gauge block).
6. Jelaskan secara singkat dengan gambar cara pemeriksaan kesikuan
meja dengan sisi tegak (column) dari suatu mesin perkakas, alat
yang digunakan autokolimator.
7. Buatlah sebuah contoh pemeriksaan keparalellan antara bidang dan
poros.
8. Apakah prinsip yang digunakan oleh alat ukur penyipat datar (spirit
level)?
9. Analisislah hubungan antara perubahan kedataran dengan
bergeraknya gelembung udara pada pipa kaca dari penyipat datar,
dengan gambar.
10. Bila pada penyipat datar tercantum ketentuan 0.02 mm/m, apakah
artinya angka tersebut?
11. Buatlah
sebuah
contoh
pemeriksaan
kelurusan
dengan
menggunakan autokolimator lengkap dengan gambar dan analisis
perhitungannya.
12. Buatlah
sebuah
contoh
pemeriksaan
kedataran
dengan
menggunakan penyipat datar lengkap dengan gambar dan
analisisnya.

More Related Content

What's hot

Ppt aturan proyeksi orthogonal dan gambar potong
Ppt aturan proyeksi orthogonal dan gambar potongPpt aturan proyeksi orthogonal dan gambar potong
Ppt aturan proyeksi orthogonal dan gambar potongIrwanWitono
 
Jenis jenis-pengukuran-2
Jenis jenis-pengukuran-2Jenis jenis-pengukuran-2
Jenis jenis-pengukuran-2Arief Efendi
 
Presentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin BubutPresentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin BubutEssyKarundeng
 
ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBAR
ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBARATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBAR
ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBARMOSES HADUN
 
Proses pemotongan (milling dan grinda)
Proses pemotongan (milling dan grinda)Proses pemotongan (milling dan grinda)
Proses pemotongan (milling dan grinda)Muhamad Amirudin
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINDwi Ratna
 
Proses pengecoran
Proses pengecoranProses pengecoran
Proses pengecoranChache Go
 
Ukuran etiket dan garis tepi menurut standar iso
Ukuran etiket dan garis tepi menurut standar isoUkuran etiket dan garis tepi menurut standar iso
Ukuran etiket dan garis tepi menurut standar isoThoharudin Hanafi
 
05 momen inersia 2
05   momen inersia 205   momen inersia 2
05 momen inersia 2tekpal14
 
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalModul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalAli Hasimi Pane
 
Metode numerik pada persamaan diferensial (new)
Metode numerik pada persamaan diferensial (new)Metode numerik pada persamaan diferensial (new)
Metode numerik pada persamaan diferensial (new)Khubab Basari
 
Cmm ( coordinate measuring machine )
Cmm ( coordinate measuring machine )Cmm ( coordinate measuring machine )
Cmm ( coordinate measuring machine )Agung O
 
Penting skaliaaaa
Penting skaliaaaaPenting skaliaaaa
Penting skaliaaaaAlen Pepa
 
Metode numerik pertemuan 7 (interpolasi lagrange)
Metode numerik pertemuan 7 (interpolasi lagrange)Metode numerik pertemuan 7 (interpolasi lagrange)
Metode numerik pertemuan 7 (interpolasi lagrange)Nerossi Jonathan
 
03 statika fluida
03 statika fluida03 statika fluida
03 statika fluidapraptome
 

What's hot (20)

Ppt aturan proyeksi orthogonal dan gambar potong
Ppt aturan proyeksi orthogonal dan gambar potongPpt aturan proyeksi orthogonal dan gambar potong
Ppt aturan proyeksi orthogonal dan gambar potong
 
Jenis jenis-pengukuran-2
Jenis jenis-pengukuran-2Jenis jenis-pengukuran-2
Jenis jenis-pengukuran-2
 
Presentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin BubutPresentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin Bubut
 
Konduksi linear
Konduksi linearKonduksi linear
Konduksi linear
 
ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBAR
ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBARATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBAR
ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBAR
 
Proses pemotongan (milling dan grinda)
Proses pemotongan (milling dan grinda)Proses pemotongan (milling dan grinda)
Proses pemotongan (milling dan grinda)
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
 
Proses pengecoran
Proses pengecoranProses pengecoran
Proses pengecoran
 
kalkulus dasar
kalkulus dasarkalkulus dasar
kalkulus dasar
 
Ukuran etiket dan garis tepi menurut standar iso
Ukuran etiket dan garis tepi menurut standar isoUkuran etiket dan garis tepi menurut standar iso
Ukuran etiket dan garis tepi menurut standar iso
 
05 momen inersia 2
05   momen inersia 205   momen inersia 2
05 momen inersia 2
 
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalModul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
 
Metode numerik pada persamaan diferensial (new)
Metode numerik pada persamaan diferensial (new)Metode numerik pada persamaan diferensial (new)
Metode numerik pada persamaan diferensial (new)
 
Laporan Praktikum Kerja Bangku
Laporan Praktikum Kerja BangkuLaporan Praktikum Kerja Bangku
Laporan Praktikum Kerja Bangku
 
Cmm ( coordinate measuring machine )
Cmm ( coordinate measuring machine )Cmm ( coordinate measuring machine )
Cmm ( coordinate measuring machine )
 
Penting skaliaaaa
Penting skaliaaaaPenting skaliaaaa
Penting skaliaaaa
 
RUMUS INTERPOLASI A.ppt
RUMUS INTERPOLASI A.pptRUMUS INTERPOLASI A.ppt
RUMUS INTERPOLASI A.ppt
 
Metode numerik pertemuan 7 (interpolasi lagrange)
Metode numerik pertemuan 7 (interpolasi lagrange)Metode numerik pertemuan 7 (interpolasi lagrange)
Metode numerik pertemuan 7 (interpolasi lagrange)
 
03 statika fluida
03 statika fluida03 statika fluida
03 statika fluida
 
Gambar teknik
Gambar teknikGambar teknik
Gambar teknik
 

Similar to OPTIMALKAN KELURUSAN

Dasar dasar metrologi industri pengukuran sudut
Dasar dasar metrologi industri  pengukuran sudutDasar dasar metrologi industri  pengukuran sudut
Dasar dasar metrologi industri pengukuran sudutnettiherlina1
 
kebulatan-pengukuran-kebulatan.pptx
kebulatan-pengukuran-kebulatan.pptxkebulatan-pengukuran-kebulatan.pptx
kebulatan-pengukuran-kebulatan.pptxyogiherdianto
 
metrologi-industri-12120409101
metrologi-industri-12120409101metrologi-industri-12120409101
metrologi-industri-12120409101anggah12
 
31808835 mesin-sekrap
31808835 mesin-sekrap31808835 mesin-sekrap
31808835 mesin-sekrapAlen Pepa
 

Similar to OPTIMALKAN KELURUSAN (6)

Dasar dasar metrologi industri pengukuran sudut
Dasar dasar metrologi industri  pengukuran sudutDasar dasar metrologi industri  pengukuran sudut
Dasar dasar metrologi industri pengukuran sudut
 
Materi pengukuran
Materi pengukuranMateri pengukuran
Materi pengukuran
 
REVISI LAPORAN ASSYFA.docx
REVISI LAPORAN ASSYFA.docxREVISI LAPORAN ASSYFA.docx
REVISI LAPORAN ASSYFA.docx
 
kebulatan-pengukuran-kebulatan.pptx
kebulatan-pengukuran-kebulatan.pptxkebulatan-pengukuran-kebulatan.pptx
kebulatan-pengukuran-kebulatan.pptx
 
metrologi-industri-12120409101
metrologi-industri-12120409101metrologi-industri-12120409101
metrologi-industri-12120409101
 
31808835 mesin-sekrap
31808835 mesin-sekrap31808835 mesin-sekrap
31808835 mesin-sekrap
 

More from LAZY MAGICIAN

Buku pegangan-kuliah-dasar-mikroprosesor-lengkap
Buku pegangan-kuliah-dasar-mikroprosesor-lengkapBuku pegangan-kuliah-dasar-mikroprosesor-lengkap
Buku pegangan-kuliah-dasar-mikroprosesor-lengkapLAZY MAGICIAN
 
Dasar dasar mikroprosesor
Dasar dasar mikroprosesorDasar dasar mikroprosesor
Dasar dasar mikroprosesorLAZY MAGICIAN
 
Basic avr-microcontroller-tutorial 8535
Basic avr-microcontroller-tutorial 8535Basic avr-microcontroller-tutorial 8535
Basic avr-microcontroller-tutorial 8535LAZY MAGICIAN
 
Membuat robot-tidak-susah
Membuat robot-tidak-susahMembuat robot-tidak-susah
Membuat robot-tidak-susahLAZY MAGICIAN
 
Pengukuran roda gigi bab5
Pengukuran roda gigi bab5Pengukuran roda gigi bab5
Pengukuran roda gigi bab5LAZY MAGICIAN
 
Pengukuran linier bab2
Pengukuran linier bab2Pengukuran linier bab2
Pengukuran linier bab2LAZY MAGICIAN
 
Pengukuran kekasaran permukaan bab7
Pengukuran kekasaran permukaan bab7Pengukuran kekasaran permukaan bab7
Pengukuran kekasaran permukaan bab7LAZY MAGICIAN
 
Materi perkuliahan metrologi industri bab1
Materi perkuliahan  metrologi industri bab1Materi perkuliahan  metrologi industri bab1
Materi perkuliahan metrologi industri bab1LAZY MAGICIAN
 
Pengukuran ulir bab4
Pengukuran ulir bab4Pengukuran ulir bab4
Pengukuran ulir bab4LAZY MAGICIAN
 
landasan pendidikan.pip .05
landasan pendidikan.pip .05landasan pendidikan.pip .05
landasan pendidikan.pip .05LAZY MAGICIAN
 

More from LAZY MAGICIAN (11)

Buku pegangan-kuliah-dasar-mikroprosesor-lengkap
Buku pegangan-kuliah-dasar-mikroprosesor-lengkapBuku pegangan-kuliah-dasar-mikroprosesor-lengkap
Buku pegangan-kuliah-dasar-mikroprosesor-lengkap
 
Dasar dasar mikroprosesor
Dasar dasar mikroprosesorDasar dasar mikroprosesor
Dasar dasar mikroprosesor
 
Basic avr-microcontroller-tutorial 8535
Basic avr-microcontroller-tutorial 8535Basic avr-microcontroller-tutorial 8535
Basic avr-microcontroller-tutorial 8535
 
Membuat robot-tidak-susah
Membuat robot-tidak-susahMembuat robot-tidak-susah
Membuat robot-tidak-susah
 
Pengukuran roda gigi bab5
Pengukuran roda gigi bab5Pengukuran roda gigi bab5
Pengukuran roda gigi bab5
 
Pengukuran linier bab2
Pengukuran linier bab2Pengukuran linier bab2
Pengukuran linier bab2
 
Pengukuran kekasaran permukaan bab7
Pengukuran kekasaran permukaan bab7Pengukuran kekasaran permukaan bab7
Pengukuran kekasaran permukaan bab7
 
Pendahuluan bab1
Pendahuluan bab1Pendahuluan bab1
Pendahuluan bab1
 
Materi perkuliahan metrologi industri bab1
Materi perkuliahan  metrologi industri bab1Materi perkuliahan  metrologi industri bab1
Materi perkuliahan metrologi industri bab1
 
Pengukuran ulir bab4
Pengukuran ulir bab4Pengukuran ulir bab4
Pengukuran ulir bab4
 
landasan pendidikan.pip .05
landasan pendidikan.pip .05landasan pendidikan.pip .05
landasan pendidikan.pip .05
 

Recently uploaded

Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 

Recently uploaded (20)

Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 

OPTIMALKAN KELURUSAN

  • 1. BAB VI Tujuan : Setelah mempelajari materi pelajaran pada bab VI, diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menjelaskan arti dari kelurusan, kesikuan, keparalelan dan kedataran. 2. Menyebutkan beberapa alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kelurusan, kesikuan, keparalelan dan kedataran. 3. Melakukan pengukuran kelurusan, kesikuan, keparalelan dan kedataran dengan alat dan cara yang tepat dan benar. 4. Menganalisis hasil-hasil pengukuran kelurusan, kesikuan, keparalelan dan kedataran.
  • 2. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 204 Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran BAB VI PENGUKURAN KELURUSAN, KESIKUAN, KEPARALELLAN DAN KEDATARAN Pada pembahasan sebelumnya telah dibicarakan mengenai pengukuran dimensi panjang (jarak) dan dimensi sudut dari suatu benda. Salah satu karakteristik geometris dari suatu komponen adalah menyangkut bentuk. Beberapa istilah yang ada kaitannya dengan bentuk dari suatu komponen antara lain adalah kelurusan, kesikuan, keparalellan, kedataran dan kebulatan. Pengukuran atau pemeriksaan kelurusan, kesikuan, keparalellan, kedataran dan kebulatan banyak dijumpai dalam praktek-praktek pengujian geometris mesin produksi. Akan tetapi, dalam bab ini pembahasannya tidak hanya dibatasi pada pengujian geometris mesin saja melainkan dibahas juga pada pemeriksaan kelurusan, kesikuan, keparalellan, kedataran dari suatu produk yang dihasilkan dari mesinmesin produksi. Beberapa alat ukur yang bisa digunakan untuk memeriksa kelurusan, kesikuan, keparalellan, kedataran antara lain adalah mistar baja, penyiku, jam ukur (dial indicator), penyipat datar (spirit level/water pass), dan autokolimator. A. Pemeriksaan Kelurusan (Straightness) Suatu permukaan benda dikatakan lurus bila bidang permukaan tersebut berbentuk garis lurus seandainya digambarkan dalam bentuk garis. Artinya demikian, suatu benda yang diperiksa kelurusan permukaannya dalam panjang tertentu, ternyata dalam pemeriksaannya tidak ditemukan adanya penyimpangan bentuk ke arah horizontal atau vertikal yang berarti, maka dikatakan permukaan benda tersebut adalah lurus. Dan kalau digambarkan secara grafis maka akan diperoleh bentuk garis lurus. Kelurusan dari permukaan suatu komponen sangat penting perannya dalam permesinan. Meja-meja mesin bubut, mesin skrap, mesin frais dan mesin gerinda, bekerjanya memerlukan tingkat kelurusan yang sangat teliti. Ketrampilan untuk membuat permukaan benda kerja betul-betul lurus juga sangat diperlukan, termasuk di dalamnya cara memeriksa kelurusan itu sendiri. Dalam pemeriksaan kelurusan ini akan dibicarakan beberapa contoh pemeriksaan kelurusan benda kerja dan pemeriksaan kelurusan meja mesin produksi. Beberapa peralatan ukur
  • 3. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 205 Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran yang bisa digunakan antara lain adalah mistar baja (steel rule), jam ukur dan autokolimator. 1. Pemeriksaan Kelurusan dengan Mistar Baja Pemeriksaan kelurusan dengan menggunakan mistar baja pada dasarnya tidak untuk mencari berapa besarnya ketidaklurusan suatu permukaan benda, melainkan hanya untuk melihat apakah permukaan benda tersebut mempunyai penyimpangan pada dimensi kelurusannya atau tidak. Oleh karena itu, dalam pemeriksaannya tidak diperhatikan skala ukurnya. Sebagai contoh, misalnya akan memeriksa kelurusan benda kerja yang berbentuk balok seperti tampak pada Gambar 6.1. dibawah ini. Gambar 6.1 Memeriksa kelurusan permukaan dengan mistar baja. Dengan meletakkan mistar baja sedemikian rupa di atas permukaan bidang ukur maka dapat dilihat apakah muka ukur balok tersebut masuk dalam kategori lurus atau tidak. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada arah memanjang, melebar dan arah diagonal. Kesimpulan yang diambil adalah: bila terlihat adanya celah antara muka ukur dan mistar baja maka dikatakan bahwa permukaan bidang ukur kelurusannya tidak baik. Pemeriksaan kelurusan yang sederhana ini banyak dilakukan pada pekerjaan mengikir rata permukaan. 2. Pemeriksaan Kelurusan dengan Jam Ukur (Dial Indicator) Dengan menggunakan jam ukur maka bisa diketahui besarnya penyimpangan dari kelurusan suatu permukaan benda ukur. Karena setiap perubahan jarak yang dialami oleh sensor jam ukur akan ditunjukkan oleh jarum penunjuk jam ukur tersebut. Pemeriksaan kelurusan dengan jam ukur ini bisa digunakan untuk melihat kelurusan dalam arah horizontal (penyimpangan ke kiri atau ke kanan) dan kelurusan dalam arah vertikal (penyimpangan ke atas atau ke bawah). Agar pemeriksaan memberikan hasil yang teliti maka pelaksanaannya harus dilakukan di atas meja rata (surface table). Antara benda ukur dengan landasan jam ukur harus diberi pelat lurus (straight edge) atau yang sejenis agar gerakan dari jam ukur tetap stabil sehingga tidak merubah posisi penekanan sensor terhadap muka ukur. Pada waktu
  • 4. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 206 Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran meletakkan sensor pada muka ukur sebaiknya jarum penunjuk menunjukkan skala pada posisi nol. Seandainya muka ukurnya relatif panjang maka sebaiknya panjang muka ukur tersebut dibagi dalam beberapa bagian yang besarnya jarak tiap-tiap bagian tergantung pada pertimbangan si pengukur sendiri. Antara bagian satu dengan yang lain diberi tanda titik atau garis pendek/strip. Pada masing-masing titik inilah nantinya dapat digambarkan besarnya penyimpangan dari kelurusan muka ukur. Dengan demikian dapat diketahui bagian-bagian mana dari muka ukur yang tidak lurus. Sebagai contoh dapat dilihat Gambar 6.2a. dan 6.2b. berikut ini. Gambar 6.2a Memeriksa kelurusan untuk arah penyimpangan hori- Gambar 6.2b Memeriksa kelurusan untuk arah vertikal. sontal. Dalam menggambarkan besarnya penyimpangan kelurusan dalam bentuk grafik biasa dibutuhkan tanda minus (-) untuk penyimpangan negatif dan tanda plus (+) untuk penyimpangan positif. Untuk menentukan mana penyimpangan yang bertanda minus dan penyimpangan yang bertanda plus tergantung pada si pengukurnya sendiri. Biasanya yang banyak dilakukan oleh orang adalah bahwa kalau penyimpangan ke arah atas atau ke kanan maka penyimpangan diberi tanda plus (+) dan sebaliknya bila terjadi penyimpangan ke arah bawah atau ke kiri maka penyimpangannya diberi tanda minus (-). Penyimpangan dengan tanda positif atau negatif bukan berarti bertanda positif (+) lebih baik dari pada yang bertanda negatif (-). Baik penyimpangan itu bertanda positif atau negatif, pengambilan keputusan didasarkan pada harga-harga batas yang diijinkan. Apabila hasil pemeriksaan ternyata melampaui harga-harga batas yang diijinkan maka dikatakan bahwa tingkat kelurusan dari muka ukur benda ukur adalah tidak baik atau rendah, tanpa memperhatikan apakah penyimpangannya
  • 5. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 207 Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran ke arah yang bertanda plus (positif) atau ke arah yang bertanda minus (negatif). Secara grafis dapat dilihat sebuah contoh hasil pemeriksaan kelurusan yang sudah dinyatakan dalam bentuk garis, Gambar 6.3. Gambar 6.3. Grafik hasil pemeriksaan kelurusan permukaan benda ukur dengan menggunakan jam ukur. Dari Gambar 6.3, panjang muka ukur milimeter yang dibagi menjadi 15 bagian yang masing-masing bagian 10 milimeter. Dengan pemeriksaan yang pada tiap-tiap itulah pengukurannya. Dari harga-harga ini lalu dapat seperti tampak pada Gambar 6.3. tersebut. diambil misalnya 150 sama dengan panjang demikian ada 15 titik dicantumkan harga dibuat semacam grafik Dengan cara di atas nampaknya hanya cocok untuk pemeriksaan sisi muka ukur yang relatif sempit tanpa arahnya memanjang (bagian sisi tebal benda ukur). Seandainya muka ukur cukup lebar pada arahnya memanjangnya maka pemeriksaan kelurusan dapat dilakukan beberapa kali pada posisi yang berbeda-beda menurut pertimbangan yang lebih menguntungkan dalam proses pengukuran. Jadi, pemeriksaannya tidak hanya pada satu garis, melainkan bisa lebih dari satu garis. Pemeriksaan kelurusan dengan jam ukur tidak saja bisa dilakukan terhadap benda berbentuk balok, tetapi juga bisa digunakan untuk memeriksa kelurusan poros. Gambar 6.4. menunjukkan salah satu contoh pemeriksaan kelurusan poros. Analisis hasil pemeriksaannya bisa dilakukan seperti yang sudah dibicarakan di atas (Gambar 6.3).
  • 6. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 208 Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran Gambar 6.4. Pemeriksaan kelurusan poros dengan menggunakan jam 3. Pemeriksaan Kelurusan dengan Autokolimator Pemeriksaan kelurusan dengan autokolimator kebanyakan digunakan untuk memeriksa kelurusan meja-meja mesin produksi, baik dalam arah memanjang (horizontal) maupun dalam arah tegak lurus (vertikal). Salah satu contoh misalnya pemeriksaan kelurusan meja mesin bubut (kelurusan lathe-bed guide ways) yaitu tempat bergerak/berjalannya pembawa pahat potong (carriage). Gerakan pahat potong dari mesin bubut sepanjang mejanya harus betul-betul lurus (seolah-olah berada dalam satu garis lurus). Karena, sedikit saja ada penyimpangan dari garis lurus akan mengakibatkan perubahan bentuk dan ukuran dari benda kerja yang diproduksi melalui mesin bubut. Oleh karena itu, tingkat kelurusan meja mesin bubut (lathe-bed guide ways) perlu diperiksa untuk menentukan apakah tingkat kelurusannya masih dalam batas-batas harga yang diijinkan menurut standar yang berlaku sehingga mesin bubut masih boleh digunakan untuk memproduksi suatu komponen. Sebagai ilustrasi dari cara pemeriksaan kelurusan meja mesin bubut dapat dilihat Gambar 6.5. Sebelum dilakukan pemeriksaan maka sebaiknya dipasang sebuah pelat lurus atau yang sejenis (straight edge) di atas meja mesin bubut dengan posisi sedemikian rupa denagn maksud untuk mendapatkan tempat cermin pantul (reflektor) selalu berada pada posisi garis lurus. Karena seperti diketahui, pengukuran dengan autokolimator harus dibantuk dengan sebuah cermin pantul (reflektor) yang harus dipindah-pindahkan posisinya pada sepanjang muka ukur. Gambar 6.5. Pemeriksaan kelurusan meja mesin bubut (lathe-bed guide ways) dengan menggunakan autolimator. Apabila arah pemindahan ini tidak pada satu garis lurus maka hasil pengukurannya sudah tentu banyak penyimpangan, khususnya penyimpangan dari kelurusan. Landasan dari cermin pantul biasanya mempunyai panjang tertentu yang besarnya panjang ini digunakan sebagai dasar untuk perhitungan hasil pengukuran. Biasanya landasan tersebut mempunyai panjang 103.5 mm. Hal ini berarti jarak selang pemindahan cermin pantul juga 103.5 mm.
  • 7. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 209 Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran 2 radian, sehingga untuk panjang 360 x60 2 103.5 mm = landasan 103.5 mm maka 1 menitnya kira-kira = 360 x 60 1 menit dari arc sudut = 0.03 mm. Dengan kata lain adalah setiap perubahan kemiringan 1 menit dari cermin pantul berarti terjadi penyimpangan dari kelurusan (naik turunnya permukaan meja mesin bubut) sebesar 0.03 mm. Jadi, setiap harga yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk mikrometer dari autokolimator harus dikalikan dengan 0.03 mm untuk menentukan besarnya harga penyimpangan. Seperti halnya pada pemeriksaan dengan jam ukur, setiap titik ujung dari landasan cermin pantul yang terletak di atas meja harus diberi tanda agar pemindahan cermin pantul tersebut ditunjukkan oleh A – B, B – C, C – D, D – E, dan seterusnya sampai panjang muka ukur selesai diperiksa. Dengan mencatat setiap harga yang ditunjukkan oleh mikrometer pada setiap kali perpindahan cermin pantul maka dapat dibuat tabulasi data hasil pengukuran seperti tampak pada Tabel 20. Tabel 20. Tabulasi hasil pemeriksaan kelurusan dengan autokolimator. 1 2 3 Posisi Pembacaan Mnt. dt Selisih dari pembacaan pertama 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 20 22 25 27 28 27 25 23 9 22 24 26 0 dt 0 + 2 + 5 + 7 + 8 + 7 + 5 + 3 - 1 + 2 + 4 + 6 4 5 6 Koreksi nol Penyimpang Penyimpang kedua an dalam an kumulatif ujung 0.001 mm 0 0 + 1.0 + 2.5 + 3.5 + 4.0 + 3.5 + 2.5 + 1.5 - 0.5 + 1.0 + 2.0 + 3.0 0 0 + 1.0 + 3.5 + 7.0 + 11.0 + 14.5 + 17.0 + 18.5 + 18.0 + 19.0 + 21.0 + 24.0 0 - 2.0 - 4.0 - 6.0 - 8.0 - 10.0 - 12.0 - 14.0 - 16.0 - 18.0 - 20.0 - 22.0 - 24.0 7 Penyimpangan terhadap garis lurus 0 - 2.0 - 3.0 - 2.5 - 1.0 + 1.0 + 2.0 + 3.0 + 2.5 +0 - 1.0 - 1.0 0
  • 8. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 210 Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran Pada kolom 1, menunjukkan posisi pemeriksaan yaitu sebanyak 12 kali perpindahan cermin datar, Ini berarti panjang muka adalah 12 x 103.5 mm= 1232 mm, atau kira-kira 1¼ meter. Kolom 2 menunjukkan hasil pembacaan mikrometer autokolimator dalam menit dan detik. Kolom 3 menunjukkan perbedaan harga tiap pemeriksaan dengan harga pemeriksaan pertama. Kolom 4 menunjukkan perbedaan naik turunnya didapat dari perkalian harga kolom 3 dengan 0.0005 mm. Angka 0.0005 mm diperoleh dari: 1 menit= 0.03 mm, berarti 1 detik= 1 x 0.03 mm= 60 0.0005 mm. Kolom 5 menunjukkan harga naik turunnya muka ukur secara kumulatif. Jumlah total harga naik turum secara kumulatif adalah 24 mm. Berarti, untuk 12 kali pemeriksaan maka proporsi tiap pemeriksaan mempunyai perbedaan (increment) kenaikan sebesar 24 = 12 2 mm. Kolom 7 menunjukkan harga penyimpangan terhadap garis lurus yang besarnya didapat dari hasil pengurangan antara harga-harga pada kolom 5 dengan harga-harga pada kolom 6. Selanjutnya dengan melihat harga-harga pada kolom 5, 6, dan 7 maka dapat dibuat suatu grafik penyimpangan terhadap kelurusan secara kumulatif. Pada grafik penyimpangan secara kumulatif terlihat sebuah garis lurus yang ditarik dari kedua ujung pemeriksaan. Garis lurus ini menunjukkan garis bidang ukur dari meja mesin bubut yang diperiksa kelurusannya. Lihat gambar 6.6. Gambar 6.6, Grafik penyimpangan kumulatif dan penyimpangan sesungguhnya dari pemeriksaan kelurusan meja mesin bubut dengan menggunakan autokolimator.
  • 9. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 211 Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran B. Pemeriksaan Kesikuan Kesikuan merupakan salah satu bagian dimensi bentuk dari suatu komponen yang sangat penting artinya terutama sekali bagi komponenkomponen suatu mesin produksi. Misalnya ketegak lurusan antara meja mesin dengan spindle utama untuk mesin-mesin frais tegak (vertical milling machine) dan mesin-mesin tusuk (slotting machine) serta mesin bor (drilling machine). Ketegak lurusan (kesikuan) yang lain misalnya kesikuan antara meja mesin dengan sisi tegak dari batang tempat lewatnya meja mesin (column guides) untuk mesin frais, mesin skrap, mesin bor dan mesin gerinda permukaan. Tingkat kesikuan dari mesin ini sangat mempengaruhi tingkat kesikuan dari benda-benda yang diproduksi melalui mesin-mesin tersebut di atas. Oleh karena itu, pemeriksaan terhadap kesikuan perlu diketahui baik oleh teknisi laboratorium pengukuran maupun operator bengkel mesin. Pemeriksaan terhadap kesikuan bisa dilakukan dengan bermacammacam cara. Cara yang paling adalah dengan penyiku. Cara yang lebih teliti lagi adalah dengan menggunakan blok ukur, jam ukur dan autokolimator. 1. Pemeriksaan Kesikuan dengan Penyiku Pemeriksaan kesikuan dengan menggunakan penyiku tidak untuk mengetahui besarnya ketidaksikuan suatu komponen, melainkan hanya untuk mengetahui apakah kesikuan dari suatu komponen sudah betulbetul siku menurut alat ukur kesikuan yang digunakan, dalam hal ini adalah penyiku (square). Ada dua macm penyiku yang bisa digunakan yaitu penyiku biasa (square) dan penyiku kombinasi (combination square). Gambar kedua alat ukur siku tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.7. Penyiku biasa Penyiku kombinasi Gambar 6.7. Penyiku Pemeriksaan kesikuan dengan penyiku ini kebanyakan dilakukan pada pemeriksaan benda ukur yang berbentuk balok atau persegi
  • 10. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 212 Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran panjang yang dihasilkan dari proses pengerjaan mesin produksi maupun hasil kerja bangku. Sebelum melakukan pemeriksaan sebaiknya muka ukur harus dibersihkan dulu agar tidak terjadi kekeliruan dalam pengukurannya. Kesimpulan yang bisa diambil dari pemeriksaan kesikuan dengan penyiku ini adalah: bila terdapat celah antara muka ukur dengan muka penyiku maka dikatakan benda ukur tidak mempunyai kesikuan yang baik. Sebaliknya, tidak terlihat adanya celah berarti benda ukur memiliki kesikuan yang baik. Sebagai contoh dapat dilihat Gambar 6.8 dan Gambar 6.9. Gambar 6.8 menunjukkan cara meletakkan penyiku yang baik pada permukaan benda ukur. Gambar 6.9a dan 6.9b menunjukkan contoh dari kesikuan benda ukur yang tidak baik dan kesikuan benda ukur yang tepat (baik). Jadi, berapa derajat besarnya ketidaksikuan dari benda ukur tersebut tidak diketahui. Akan tetapi, dengan cara seperti diatas dapat diketahui kesikuan dari benda ukur yang tepat dan mana kesikuan yang tidak tepat, seperti yang ditunjukkan oleh gambar 6.9a dan gambar 6.9b. Sedangkan untuk pemeriksaan kesikuan dengan penyiku kombinasi caranya sama saja dengan penyiku biasa. Gambar 6.8 Cara meletakkan penyiku pada muka ukur dalam memeriksa kesikuan. Gambar 6.9a. Benda ukur tidak siku Gambar 6.9b. Benda ukur memiliki kesikuan yang baik.
  • 11. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 213 Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran 2. Pemeriksaan Kesikuan dengan Blok Ukur Blok ukur merupakan alat ukur standar yang presisi yang mempunyai kesikuan dan keparalellan yang sangat baik. Dengan bantuan blok ukur ini kita dapat mengecek kesikuan dari benda ukur. Secara sederhana, cara pemeriksaan kesikuan benda ukur dengan menggunakan blok ukur dapat dilihat pada Gambar 6.10. Dari Gambar 6.10 tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Benda ukur diletakkan di atas meja rata (surface table) karena pelaksanaan pengukurannya harus di atas meja rata. Ambil pelat paralel (parallel strip) dan pelat sudut (angle plate), kemudian pelat paralel kita pasangkan pada pelat sudut dengan menggunakan pengunci (klem) sehingga posisi dari pelat parallel berhadapan dengan muka ukur benda ukur. Antara pelat parallel ukurannya sehingga terdapat titik kontak antara blok ukur dengan muka ukur benda ukur. Gambar 6.10. Pemeriksaan kesikuan dengan menggunakan blok ukur. Posisi benda ukur diputar 180° sehingga blok ukur A berada pada posisi sebelah atas dan blok ukur B1 pada bagian bawah dari benda ukur. Sebagai dasar perhitungan kemiringan atau ketidak sikuannya adalah besarnya ukuran blok ukur B dan B1 untuk jarak ukur yang tetap yaitu L. Jadi, besarnya kemiringan dari benda ukur tersebut adalah : 1 B  B1 / L 2 3. Pemeriksaan Kesikuan dengan Jam Ukur Pemeriksaan kesikuan dengan jam ukur menitik beratkan pada perubahan skala ukur yang ditunjukkan oleh jarum penunjuknya. Gambar 6.11 menunjukkan salah satu cara memeriksa kesikuan benda ukur dengan jam ukur. Posisi benda ukur dan jam ukur diletakkan sedemikian rupa sehingga memudahkan untuk melakukan pengukuran. Antara landasan jam ukur dengan muka ukur diberi rol atau bola baja untuk mendapatkan jarak ukur yang tetap pada waktu benda ukur diputar 180°.
  • 12. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 214 Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran Sebelum benda ukur diputar, sebaiknya posisi jarum penunjuk jam ukur berada pada posisi nol guna memudahkan pembacaan selanjutnya. Setelah benda ukur diputar 180° maka dapat dilihat perubahan harga yang ditunjukkan oleh jarum. Misalnya pembacaan skala ukur jam ukur sebelum benda ukur diputar adalah X1 yang sama dengan nol. Setelah diputar skala ukur menunjukkan harga X2. Untuk panjang pemeriksaan yang tetap yaitu L, maka kemiringan benda ukur adalah : 1 X1  X2 / L 2 Gambar 6.11. Pemeriksaan kesikuan dengan jam ukur. 4. Pemeriksaan Kesikuan dengan Silinder Siku dan Jam Ukur Pemeriksaan kesikuan di sini hanyalah membandingkan kesikuan dari benda ukur dengan silinder siku sebagai master siku dan dibantu dengan jam ukur. Secara sederhana pemeriksaan kesikuan dengan perbandingan silinder siku dapat dilihat pada Gambar 6.12. berikut ini. Gambar 6.12 Pemeriksaan kesikuan dengan silinder siku dan jam ukur. Semua peralatan ukur dan benda ukur diletakkan di atas meja rata. Jam ukur diletakkan sedemikian rupa terhadap silinder siku dengan perantara sebuah rol atau bola baja. Posisi jarum penunjuk sebaiknya pada posisi nol. Kemudian silinder siku dipindahkan dan digantikan dengan benda ukur. Dilihat perubahan yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk jam ukur, misalnya menunjukkan harga X. Berarti selisih
  • 13. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 215 Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran pembacaan jam ukur pada waktu sensor menyentuh silinder siku dengan sensor menyentuh muka ukur benda ukur adalah : (X – 0) = X mm. Untuk panjang pemeriksaan sejauh L, maka kemiringan benda ukur adalah X . L 5. Pemeriksaan Kesikuan dengan Autokolimator Pemeriksaan kesikuan di sini adalah berdasarkan prinsip optis. Secara sederhana, cara pemeriksaan kesikuan dengan autokolimator ini dapat dilihat pada Gambar 6.13. Pada gambar ini hanya ditunjukkan contoh pemeriksaan alat ukur siku (penyiku). Gambar 6.13.Pemeriksaan kesikuan dengan autokolimator terhadap penyiku (square). Pelaksanaan pemeriksaan dilakukan di atas meja rata. Pada posisi pertama dicatat pembacaan yang ditunjukkan oleh mikrometer autokolimator. Pada posisi penyiku yang kedua, yaitu penyiku berada di sebelah kanan, batang yang dilengkapi dengan cermin pantul (reflektor) didekatkan/dikontakkan terhadap sisi dari penyiku. Pada posisi kedua ini dicatat lagi pembacaan yang ditunjukkan oleh mikrometer autokolimator. Misalnya pembacaan pada posisi pertama adalah X1 dan pembacaan pada posisi kedua adalah X2, maka penyimpangan kesikuan penyiku tersebut : 1 x X1  X2  . 2
  • 14. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 216 Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran 6. Pemeriksaan Kesikuan Meja Mesin Produksi terhadap Sumbu Utama (Spindle) dengan menggunakan Jam Ukur Sebagai contoh adalah pemeriksaan kesikuan posisi sumbu putar dengan meja pada mesin bor. Jam ukur yang digunakan harus ditentukan dulu jarak radius yang bisa dijangkaunya sesuai dengan panjang bidang ukur. Dengan peralatan bantu, jam ukur dipasangkan pada sumbu putar (spindle) sedemikian rupa sehingga posisinya memudahkan untuk melakukan pengukuran, seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 6.14. Gambar 6.14. Memeriksa kesikuan poros putar (spindle) terhadap meja dari mesin bor. Posisi pertama, jarum penunjuk jam ukur sebaiknya menunjukkan posisi nol. Jam ukur kemudian diputar dengan perlahan-lahan sampai 360°. Akan tetapi, setiap menempuh perputaran sebesar 90° sebaiknya dicatat perubahan ukuran yang terjadi. Dengan demikian ada empat posisi yang dapat diketahui kemiringan (ketidak sikuan) nya antara kedua bidang ukur tersebut. Dengan cara ini maka dapat ditentukan apakah mesin bor masih bisa digunakan untuk membuat lubang yang tegak lurus bidang datar atau tidak. Masih banyak posisi kesikuan dari elemenelemen mesin produksi yang bisa diperiksa dengan cara seperti di atas. 7. Pemeriksaan Kesikuan Meja dengan Sisi Tegak dari Mesin (Column) dengan Menggunakan Autokolimator Salah satu contoh yang dikemukakan di sini adalah pemeriksaan kesikuan meja dengan sisi tegak (column) dai mesin frais. Peralatan yang diperlukan adalah autokolimator dengan cermin pantul (reflektor) dan cermin segi empat (optical square) yang dilengkapi dengan prisma di
  • 15. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 217 Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran dalamnya. Dengan prisma inilah, sinar datang akan dipantulkan kembali dengan membentuk sudut 90°. Secara sederhana, pemeriksaan kesikuan meja dengan sisi tegak (column) yang menggunakan autokolimator dan cermin segi empat ditunjukkan oleh Gambar 6.15. Gambar 6.15. Pemeriksaan kesikuan meja dengan sisi tegak (column) mesin frais. Dengan bantuan penyangga (support), posisi autokolimator diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk melihat bayangan pada cermin pantul. Cermin pantul (reflektor) diletakkan pada posisi A, lalu dicatat pembacaan mikrometer dari autokolimator. Lalu cermin pantul diletakkan pada posisi B dan dicatat harga yang ditunjukkan oleh mikrometer autokolimator. Dengan demikian ada dua hasil pembacaan yaitu pada posisi A dan pada posisi B. Dengan melihat perbedaan dari kedua hasil pembacaan itu maka dapat diketahui kemiringan atau ketidaksikuan meja mesin frais dengan sisi tegaknya (column). C. Pemeriksaan Keparalellan Secara umum sebetulnya ada dua elemen keparalellan yang perlu diperhatikan dalam pengukuran (metrologi industri) yaitu keparalellan antara bidang dan keparalellan antara gerakan. Akan tetapi, cara pemeriksaan keparalellan untuk kedua elemen keparalellan tersebut diatas pada dasarnya adalah sama. Salah satu peralatan ukur yang sesuai untuk memeriksa keparalellan ini adalah jam ukur (dial indicator) atau pupitas. Sebagai contoh pemeriksaan keparalellan bisa dilihat gambar-gambar pada gambar 6.16 berikut. Prinsip pembacaan skala ukur jam ukur adalah sama dengan yang telah dibicarakan sebelumnya, baik mengenai jam ukur itu sendiri maupun pada pembahasan mengnai pemeriksaan kelurusan dan kesikuan. Gambar 6.16a dan 6.16b menunjukkan pemeriksaan keparalellan antara bidang. Gambar 6.16c dan 6.16d menunjukkan pemeriksaan keparalellan antara bidang dan poros. Gambar 6.16e menunjukkan pemeriksaan keparalellan antara dua poros.
  • 16. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 218 Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran Gambar a Gambar c Gambar b Gambar d Gambar e Gambar 6.16. Pemeriksaan keparalellan dengan jam ukur. Contoh-contoh pada gambar 6.16. adalah untuk pemeriksaan keparalellan dari elemen-elemen yang sifatnya tetap (statis). Untuk pemeriksaan keparelallan elemen-elemen yang bergerak dapat dilakukan dengan cara yang sama. Yang perlu diperhatikan adalah landasan penyangga jam ukur harus betul-betul rata, halus dan bersih guna menghindari terjadiya kekeliruan dalam pengukuran. D. Pemeriksaan Kedataran Pemeriksaan kedataran bisa dilakukan dengan menggunakan peralatan penyipat datar (spirit level/waterpass) dan autokolimator. Untuk pemeriksaan kedataran dengan autokolimator bisa dengan cara yang sama seperti pada pemeriksaan kelurusan yang telah dibicarakan pada
  • 17. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 219 Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran bagian A no. 3. Pada bagian ini hanya akan dibicarakan mengenai pemeriksaan kedataran dengan menggunakan penyipat datar. Untuk itu, perlu dibicarakan terlebih dulu mengenai penyipat datar. 1. Penyipat Datar (Spirit Level/Waterpass) Secara umum, penyipat datar pada dasarnya hanya terdiri dari landasan yang mempunyai permukaan yang halus dan rata dengan panjang tertentu dan pada landasan itu dipasang sebuah tabung kaca yang melengkung. Pada tabung kaca yang melengkung ini terdapat cairan (biasanya spiritus) dan gelembung udara. Perpindahan gelembung udara inilah yang dijadikan dasar prinsip pengukuran kedataran dengan penyipat datar. Karena, gelembung udara ini akan berpindah tempat bila posisinya menyimpang dari kedataran. Oleh karena itu, bagian yang paling penting dari penyipat datar adalah pipa kaca yang melengkung yang berisi cairan dan gelembung udara tersebut. Besar kecilnya radius dari pipa kaca sangat mempengaruhi kepekaan dari penyipat datar. Makin besar radiusnya maka makin peka penyipat datar tersebut. Pipa kaca yang lengkung ini dpasangkan pada landasan dengan posisi sedemikian rupa dan dilengkapi dengan baut pengunci. Baut ini fungsinya untuk menyetel posisi nol (posisi datar) dari gelembung udara. Secara sederhana, gambar dari penyipat datar dapat dilihat pada gambar 6.17. Permukaan dari landasan biasanya berbentuk V dan ada pula yang datar. Pada sisi melintang dari landasan biasanya dilengkapi dengan pipa kaca yang kecil juga melengkung dan berisi gelembung udara. Fungsi dari pipa kaca kecil (penyipat datar kecil) adalah untuk menyetel posisi penyipat datar besar apabila terjadi kemiringan. Adanya kemiringan dari landasan pada muka ukur akan mengakibatkan kekeliruan dalam pengukuran. Gambar 6.17. Penyipat datar Dari Gambar 6.17. dapat dijelaskan sebagai berikut. Bila salah satu ujung dari landasan naik atau turun maka gelembung udara akan berpindah posisi. Dengan menghitung banyaknya skala perpindahan gelembung udara yang kemudian dibandingkan dengan tingkat kecermatan alat ukurnya maka dapat diketahui besarnya ketidakdataran
  • 18. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 220 Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran dari muka ukur. Jadi, bila ujung B naik sebesar h yaitu menjadi B’, maka gelembung udara pada pipa kaca akan bergeser (pindah) sejauh d, yaitu dari C ke D. Sudut yang dibentuk oleh perubahan posisi ujung landasan B dan posisi gelembung udara adalah sama yaitu  . Bila R adalah jarijari pipa kaca dan L adalah panjang landasan penyipat datar maka dapat dihitung hubungan antara h dan d sebagai berikut : d h   (radian), dan   (radian) R L d h h.R  , d Jadi, R L L Seandainya, R = 200 m, panjang alas 400 mm, diinginkan suatu kecermatan sebesar 0.01 mm, maka: d 200 x1000 x0.01  5mm 400 Untuk tingkat kecermatan ini biasanya pada penyipat datar hanya dicantumkan angka tinggi angkat pada setiap jarak ukur satu meter. Angka ini merupakan angka dari setiap satu skala (divisi) pada pipa kaca. Jadi, kalau pada penyipat datar tercantum angka 0.01 mm/m ini berarti pada jarak ukur 1 meter tinggi angkat maksimum dari penyipat datar adalah 0.01 milimeter. Tingkat-tingkat kecermatan atau kepekaan dari penyipat datar antara lain adalah 1 derajat, 1 menit, 2, 5, 10, 20, 30 detik; dan 0.3 mm/m, 0.1 mm/m, 0.02 mm/m, 0.01 mm/m, 0.04 mm/m. Sedangkan panjang landasannya antara lain : 160 mm, 200 mm, 300 mm, 400 mm, dan 500 mm. 2. Contoh Pemeriksaan Kedataran dengan Penyipat Datar Salah satu contoh yang akan dibicarakan di sini adalah pemeriksaan kedataran dari posisi meja mesin produksi, misalnya meja mesin bubut. Lihat gambar 6.18 berikut ini. Gambar 6.18. Pemeriksaan kedataran meja mesin bubut dengan penyipat datar.
  • 19. DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI 221 Bab VI – Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran Pemeriksaannya dilakukan pada arah memanjang dan pada melintang. Untuk arah memanjang bisa diberi batas-batas dengan tanda garis atau titik yang jaraknya sesuai dengan panjang alas dari penyipat datar. Untuk arah melintang diperlukan alat bantu lain yaitu sejenis pelat paralel yang cukup tebal. Gunanya adalah sebagai landasan tempat meletakkan penyipat datar untuk memudahkan pemeriksaan pada masing-masing ujung dari meja mesin untuk arah melintang. Setiap posisi pemeriksaan harus dicatat perubahan yang dialami oleh gelembung udara dari pipa kaca. Dengan melihat data hasil pemeriksaan maka dapat diketahui bagian-bagian mana dari meja yang belum datar (level). Dan dengan menyetel baut pengatur yang ada pada keempat ujung dasar mesin maka bagian yang belum datar tersebut bisa disetel posisinya. Tingkat kedataran yang paling baik untuk posisi meja mesin adalah 0.02 mm/m. E. Pertanyaan-pertanyaan 1. Jelaskan secara ringkas arti dari kelurusan. 2. Ada berapa cara yang bisa dilakukan untuk mengukur kelurusan benda ukur. 3. Buatlah sebuah contoh pemeriksaan kelurusan poros dengan menggunakan jam ukur (dial indicator). 4. Sebutkan beberapa cara pemeriksaan kesikuan dari benda ukur. 5. Buatlah sebuah contoh pemeriksaan kesikuan benda ukur dengan menggunakan blok ukur (gauge block). 6. Jelaskan secara singkat dengan gambar cara pemeriksaan kesikuan meja dengan sisi tegak (column) dari suatu mesin perkakas, alat yang digunakan autokolimator. 7. Buatlah sebuah contoh pemeriksaan keparalellan antara bidang dan poros. 8. Apakah prinsip yang digunakan oleh alat ukur penyipat datar (spirit level)? 9. Analisislah hubungan antara perubahan kedataran dengan bergeraknya gelembung udara pada pipa kaca dari penyipat datar, dengan gambar. 10. Bila pada penyipat datar tercantum ketentuan 0.02 mm/m, apakah artinya angka tersebut? 11. Buatlah sebuah contoh pemeriksaan kelurusan dengan menggunakan autokolimator lengkap dengan gambar dan analisis perhitungannya. 12. Buatlah sebuah contoh pemeriksaan kedataran dengan menggunakan penyipat datar lengkap dengan gambar dan analisisnya.