3. A. Kajian Q.S. Al-Ḥujurāt/49: 12 tentang Ḥusnuẓẓan
Sumber: www.pixabay.com/Pixaneidel
4. Kajian Tajwid Q.S. Al-Ḥujurāt/49: 12
No. Kalimat Bacaan Sebab
1. Idgam bigunnah Tanwin bertemu م
2. Idgam bigunnah ْ
ن bertemu ي
3. Ikhfa’
Tanwin bertemu
ف
4. Idgam bilagunnah Tanwin bertemu ر
5. Asbābun Nuzūl
Menurut Ibnu Munzir dan Ibnu
Juraij, ayat ini turun berkaitan
dengan kebiasaan Salman Al-Farisi
yang makan lalu tidur dengan
mendengkur. Sebagian orang
membicarakannya, maka turunlah
ayat ini yang melarang umat Islam
untuk menggunjing dan
mengumpat.
Sumber: www.pixabay.com/ReinerKnudsen
6. Makna Kata
Kata Makna Kata Makna
Jauhilah oleh kalian sebagian
banyak dosa
prasangka
kalian mencari-cari kesalahan (orang
lain)
menggunjing yang mati
makan maka (tentu kalian) merasa jijik
daging Maha Penerima Taubat
7. Terjemah Q.S. Al-Ḥujurāt/49: 12 tentang Husnuẓẓan
• “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak
dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka
itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara
kamu yang menggunjing sebagian yang lain.
Apakah ada di antara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu
merasa jijik. Dan bertaqwalah kepada Allah,
sungguh Allah Maha Penerima taubat, Maha
penyayang.”
(Q.S. Al-Ḥujurāt/49: 12)
Sumber:
www.pixabay.com/Micheledocimo
8. Makna Kosakata
Kata Makna
Mengesampingkan, menjauhkan dari jangkauan (tangan), atau ikhtiar yang
sungguh-sungguh menghindari prasangka buruk atau curiga.
Banyak, bukan kebanyakan. Banyak prasangka buruk atau dugaan adalah
dosa dan banyak pula yang bukan dosa (prasangka baik).
Mencari tahu secara tersembunyi semacam spionase atau mata-mata. Jika
pelakunya ingin menutupinya, kenapa kita berupaya menyingkap rahasia
tersebut?
Berasal dari kata ًابِيغ Maknanya adalah menyebut atau membicarakan orang
lain yang tidak hadir tentang sesuatu yang tidak disenanginya.
9. Isi kandungan Q.S. Al-Ḥujurāt/49: 12
• Ayat ini menganjurkan kita agar
berakhlak baik.
• Akhlak mulia merupakan fondasi
bagi komunitas (umat) Islam.
• Salah satu akhlak tercela yang harus
dihindari adalah prasangka buruk
(su’uẓẓan) terhadap orang lain.
• Perilaku yang harus sungguh-
sungguh juga untuk dijauhi;
menggunjing, membuka rahasia,
atau membicarakan aib satu dengan
yang lain.
• Ayat ini mengantarkan pada tatanan,
aturan, atau norma kemasyarakatan
yang damai, tenang, dan sejahtera.
• Ayat ini mengukuhkan prinsip dalam
tatanan hukum di Indonesia dengan
istilah Praduga Tak Bersalah.
• Perilaku lain yang wajib dijauhi, yakni
gibah dan tajassus.
10. Sikap dan Perilaku yang Mencerminkan Ayat
• Menjauhi dan menghindari curiga atau
prasangka buruk, sebaliknya
mengedepankan sikap berpikir positif.
• Tidak mencari-cari kesalahan orang lain,
sebaliknya sibuk memperbaiki diri
dengan cara muḥāsabah atau
introspeksi diri.
• Tidak membuka rahasia atau aib orang
lain yang semestinya itu harus ditutupi.
• Memerankan diri dengan baik dalam tata
pergaulan dengan masyarakat sehingga
setiap pribadi selalu dapat menyebarkan
energi positif dan terhindar dari sikap
dan perilaku yang sia-sia.
• Tidak membiasakan diri bertindak
sebagai spionase atau mata-mata saat
melihat sikap dan perilaku orang lain.
• Sangat besar manfaat yang ditimbulkan,
jika kita lebih banyak berpikir positif
(positive thinking), dibanding
berprasangka buruk.
11. B. Kajian Hadits tentang Ḥusnuẓẓan
Sumber: www.pixabay.com/qimono
12. Makna Kata
Kata Makna Kata Makna
Allah Maha mulia dan
Maha agung
mendekat
Menurut, saat sejengkal
bersamanya sehasta
(dia) mengingat-Ku sedepa
Lebih senang,
gembira
Berjalan kaki
Barangnya yang
hilang (yang dicari)
Berjalan cepat
13. Terjemah Hadits
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda: “Allah Yang Maha Mulia dan
Maha Agung berfirman, “Ketentuan-Ku sangat bergantung pada perasaan
hamba-Ku terhadap-Ku. Aku akan selalu bersamanya jika dia mengingat-
Ku. Demi Allah, sungguh Allah lebih bergembira atas taubat hamba-Nya
dibandingkan kegembiraan salah seorang dari kalian yang menemukan
barangnya yang hilang. Jika dia mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku
akan mendekat kepadanya sejauh sehasta. Jika dia mendekat kepada-Ku
sejauh sehasta, maka Aku akan mendekatinya sejauh sedepa. Jika dia
datang kepada-Ku sambil berjalan kaki, maka Aku akan mendatanginya
sambil berjalan cepat.” (H.R. Ahmad)
14. Isi Kandungan Hadits
• Selalu berpikir positif (ḥusnuẓẓan) saat
menghadapi segala rintangan dan problem
yang datang.
• Pertolongan Allah swt. hanya diberikan kepada
siapa saja yang menjadikan Allah swt. sebagai
sandaran hidup dan tempat menggantungkan
cita dan harapan.
• Allah swt. selalu memberikan harapan dan
kabar gembira kepada siapa saja yang
berkubang dalam kemaksiatan dan dosa agar
bertaubat dan jangan berputus asa.
Sumber: www.pixabay.com/avi_acl
15. Hadits kedua
Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw. bersabda: “Hati-hati kalian
dari ẓann/prasangka, karena ẓann/prasangka itu adalah ucapan
paling dusta, dan janganlah kalian memata-matai sesama kalian…..
” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Sumber: www.pixabay.com/avi_acl
16. Makna Kata
Kata Makna Kata Makna
Hati-hati,
jauhi, hindari
Dan jangan
Paling dusta
Memata-
matai
Perkataan,
ucapan
prasangka
17. Isi Kandungan Hadits kedua
• Berhati-hati, hindari dengan
sangat, bahkan jauhi dengan
kematangan berpikir agar tidak
melakukan ẓann/prasangka.
• Dasar atau landasan
dilarangnya sikap ini karena ia
merupaan ucapan yang
buruk/jelek.
Sumber: www.pixabay.com/EjupLila
18. C. Hikmah dan Manfaat Ḥusnuẓẓan
• Mampu untuk menahan dan mengendalikan diri serta tidak
mudah memberi penilaian yang salah atau negatif terhadap sifat
dan tingkah laku orang lain.
• Hidupnya selalu diliputi oleh ketenangan dan ketentraman serta
kedamaian, jauh dari perasaan gelisah, was-was dan khawatir.
• Terhindar dari malapetaka duniawi dan kufur kepada Allah swt.
19. D. Perbedaan Ḥusnuẓẓan, Gibah, Buhtān dan fitnah
• Gibah; membicarakan kejelekan orang
lain di belakang orang yang bersangkutan,
walaupun yang disebut itu cocok dengan
pelaku.
• Buhtān; menyebutkan kejelakan orang
lain yang tidak disandang olek pelaku
(yang dibicarakan).
• Fitnah; perkataan bohong atau tanpa
berdasarkan kebenaran dengan maksud
menjelekan orang lain.
Sumber: www.pixabay.com/Abdullah_Shakoor
20. Gibah yang Diperbolehkan
• Terkait dengan fatwa/hukum
• Menyebut keburukan seseorang
yang suka memamerkan
keburukannya di depan umum
• Menyampaikan keburukan
seseorang kepada pihak yang
berwenang dengan tujuan
mencegah terjadinya
kemungkaran.
• Menyampaikan keburukan
kepada seseorang yang sangat
membutuhkan informasi
tersebut.
• Memperkenalkan seseorang
yang tidak dapat dikenal, kecuali
menyebut aib/kekurangannya.
21. Cara Menghindari Gibah
• Selalu mengingat bahwa
gibah menjadi penyebab
kemarahan dan
kemurkaan Allah swt.
• Selalu mengingat bahwa
timbangan kebaikan
pelaku gibah akan pindah
kepada orang yang
digunjingkannya.
• Mengingat terlebih
dahulu aib dirinya sendiri
dan segera berusaha
memperbaikinya .
• Menjauhi faktor-faktor
yang dapat menimbulkan
terjadinya gibah.
• Senantiasa mengingatkan
atau memberi nasihat
kepada mereka yang
melakukan gibah.
Sumber: www.pixabay.com/Abdullah_Shakoor
22. Ikhtisar
• Allah swt. dalam Q.S. Al-Ḥujurāt/49: 12
dan Rasul-Nya menjelaskan kepada
umat Islam tentang larangan ber-
su’uẓẓan, ber-tajassus, dan ber-gibah.
• Menghindari perilaku su’uẓẓan artinya
tidak melakukan pikiran negatif atau
berpikiran buruk terhadap apa dan
siapa pun.
• Menghindari tajassus artinya menjauhi
perbuatan yang senang mencari-cari
keburukan atau kesalahan orang lain
• Menghindari perilaku gibah yang
artinya tidak melakukan pergunjingan
tentang kejelekkan seseorang.
• Manfaat menghindari perilaku
su’uẓẓan, tajassus, dan gibah antara
lain terhindar dari perbuatan dosa dan
terjaga hubungan silaturahim
antarsesama.