SlideShare a Scribd company logo
1 of 97
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kuliah Kerja Nyata ( KKN ) adalah aset Nasional yang lahir dari saham
mahasiswa dalam pembangunan. Konsep ini muncul dari kesadaran mahasiswa
sebagai calon sarjana untuk dapat memanfaatkan kegiatan ini sebagai waktu
belajarnya diruang kuliah dan perpustakaan dengan bekerja untuk mengembangkan
pengetahuan dan ilmu yang telah didapatkan secara langsung dalam memecahkan
dan melaksanakan pembangunan ditengah masyarakat.
Pada tahun 1971, Universitas Gajah Mada, Universitas Hasanuddin dan
Universitas Andalas, telah melaksanakan kegiatan yang pada saat itu masih
merupakan proyek perintis dengan nama “Pengabdian Mahasiswa Kepada
Masyarakat”.
Kemudian kegiatan pengabdian mahasiswa tersebut mempunyai makna dan
arti lebih penting lagi setelah Presiden Republik Indonesia dalam pidato Dies
Natalis, Universitas Gajah Mada pada bulan februari 1972 antara lain mengatakan
“Agar setiap mahasiswa belajar di desa dalam jangka waktu tertentu, tinggal dan
bekerja membantu masyarakat pelaksanaan, memecahkan persoalan pembangunan
sebagai bagian dari kurikulumnya”.
Berdasarkan pemikiran, pengalaman dan informasi tersebut, Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi sampai pada kesimpulan untuk mengembangkan salah
satu kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh mahasiswa di Perguruan Tinggi
secara nasional. Sehubungan dengan itu pada tanggal 17 sampai 18 November 1972
telah diselenggarakan suatu seminar nasional di Yogyakarta, diikuti oleh 13
Perguruan Tinggi Negeri yang terdiri dari Universitas pelaksana proyek perintis
ditambah dengan 10 perguruan tinggi yang akan diikut sertakan dalam proyek
perintis “Pengabdian Mahasiswa Kepada Masyarakat” diberi nama “Kuliah Kerja
Nyata” disingkat KKN.
Untuk pertama kalinya program KKN dilaksanakan pada tahun akademik
1973/1974 oleh 13 Perguruan Tinggi peserta seminar kemudian pada tahun +-
2
1974/1975 diperluas menjadi 15 Perguruan Tinggi, dan tahun 1975/1976 menjadi
29 Perguruan Tinggi. Mulai tahun akademik 1976/1977 semua perguruan tinggi
negeri, dan sebagai perguruan tinggi swasta di Indonesia telah menyelenggarakan
KKN meskipun belum merata di semua fakultas.
Keberadaan KKN sebagai salah satu Mata Kuliah Intrakokurikuler didukung
pula oleh ketentuan didalam buka Repelita II Bab 22 dan Repealita IV Buku II
halaman 566 yang merupakan keputusan Pemerintah Republik Indonesia No. 21
Tahun 1984. KKN merupakan program Pendidikan Tinggi yang merealisasikan
filsafat pendidikan tinggi di Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang –
Undang No. 2 Tahun 1989 tentang system Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerintah RI nomor 30 tahun 1990 tentang pendidikan tinggi yang dilaksanakan
dalam bentuk pengintegrasian antara kegiatan – kegiatan pendidikan dan
pengajaran penelitian serta pengabdian kepada masyarakat secara interdisiplinar.
1.2 Tujuan, Sasaran Dan Status KKN
1. Tujuan KKN
KKN adalah program intrakokuler dengan tujuan utama untuk memberikan
pendidikan kepada mahasiswa. Namun demikian, karena pelaksanaannya
mengambil lokasi di masyarakat, maka realisasinya di lapangan harus
sekaligus bisa memberikan manfaat bagi masyarakat yang bersangkutan.
Karenanya KKN memiliki arah yang ganda yaitu :
a. Memberikan pendidikan pelengkap kepada mahasiswa
b. Membantu karyawan / pegawai untuk melancarkan pembangunan pada
sebuah instansi / perusahaan. Dengan demikian, melalui KKN akan terlibat
bahwa perguruan tinggi bukan merupakan salah satu kelembagaan yang
terpisah dari masyarakat, akan terjadi keterkaitan dan saling ketergantungan
baik secara fisik maupun emosional antara perguruan tinggi dan
masyarakat, sehingga pada gilirannya akan terasa bahwa peranan perguruan
tinggi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
menjadi lebih nyata.
3
2. Sasaran KKN
Atas dasar hal – hal yang sudah dikemukakan, maka KKN mempunyai tiga
kelompok sasaran yaitu maha Pitumpanua, masyarakat bersama pemerintah
daerah dan perguruan tinggi. Masing – masing akan memperoleh manfaat dari
pelaksanaan KKN sebagai berikut :
a. Mahasiswa
1. Memperdalam pengetahuan mahasiswa tentang cara berfikir dan
bekerja secara interdisipliner, sehingga dapat menghayati adanya
ketergantungan kaitan dan kerjasama antara sektor.
2. Memperdalam pengertian dan penghayatan mahasiswa tentang
pemanfaatan ilmu, teknologi dan seni yang dipelajarinya bagi
pelaksanaan pembangunan.
3. Melalui pengalaman bekerja dalam melakukan penelaah, merumuskan
dan memecahkan masalah secara langsung, akan lebih menumbuhkan
sifat onalisme dan kepedulian sosial dalam diri mahasiswa dalam arti
peningkatan keahlian, tanggungjawab maupun rasa kesejawatan.
b. Masyarakat dan Pemerintah Daerah
1. Memperoleh bantuan pemikiran dan tenaga, serta ilmu, teknologi dan
seni dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan.
2. Memperoleh cara – cara baru yang dibutuhkan untuk merencanakan,
merumuskan dan melaksanakan pembangunan.
3. Memperoleh pengaman dan menggali serta menumbuhkan potensi
swadaya masyarakat sehingga mampu berpartisipasi aktif dalam
pembangunan.
4. Terbentuknya kader–kader penerus pembangunan didalam masyarakat
sehingga terjamin kelanjutan upaya pembangunan .
5. Memperoleh manfaat dari bantuan tenaga mahasiswa dalam
melaksanakan program dan proyek pembangunan yang berada dibawah
tanggung jawabnya.
4
c. Perguruan Tinggi
1. Memperoleh umpan balik sebagai hasil pengintegrasian mahasiswanya
dengan proses pembangunan ditengah – tengah masyarakat sehingga
kurikulum, materi perkuliahan dan pengembangan ilmu yang diasuh
diperguruan tinggi dapat lebih disesuaikan dengan tuntutan nyata dari
pembangunan.
2. Memperoleh berbagai kasus yang berharga, yang dapat digunakan
sebagai contoh dalam memberikan materi perkuliahan dan menemukan
berbagai masalah untuk pengembangan penelitian.
3. Melakukan kegiatan mahasiswa, dapat menelaah dan merumuskan
keadaan / kondisi nyata masyarakat yang berguna bagi pembangunan
ilmu, teknologi dan seni serta dapat mendiagnosa secra tepat kebutuhan
masyarakat sehingga ilmu, teknologi dan seni yang diamalkan dapat
disesuaikan dengan tuntunan nyata.
4. Meningkatkan, memperluas dan mempererat kerjasama dengan
instansi serta departemen lain melalui rintisan kerja sama dari
mahasiswa yang melaksanakan KKN.
3. Status KKN
KKN merupakan bagian dari proses pendidikan yang berhubungan erat
dengan pembinaan mahasiswa secara utuh, serta pembangunan dan
meningkatkan kemampuan masyarakat. Dengan demikian KKN menjadi
bagian integral dari kurikulum perguruan tinggi dan merupakan persyaratan
bagi setiap mahasiswa program Strata Satu (S1).
Status KKN yang intrakulikuler ini antara lain karena:
a. Program yang terstruktur
b. Mempunyai bobot akademik (SKS)
c. Mempunyai status/kedudukan yang jelas dalam kurikulum
d. KKN diprogram dalam kartu rencana studi (KRS)
e. Melakukan bimbingan, pembinaan dan evaluasi.
5
BAB II
DASAR PELAKSANAAN KKN
2.1 Pengertian KKN
Kuliah Kerja Nyata adalah suatu bentuk pendidikan dengan cara memberikan
pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup di tengah-tengah masyarakat
diluar kampus, dan secara langsung mengidentifikasi serta menangani masalah-
masalah pembangunan yang dihadapi. KKN dilaksanakan oleh perguruan tinggi
dalam upaya meningkatkan isi dan bobot pendidikan bagi mahasiswa, dan untuk
mendapatkan nilai tambah yang lebih besar pada pendidikan tinggi.
Kuliah Kerja Nyata dilaksanakan dalam masyarakat diluar kampus dengan
maksud meningkatkan relevansi pendidikkan tinggi dengan perkembangan dan
kebutuhan masyarakat akan ilmu pengetahuan, teknologi, serta seni untuk
melaksanakan pembangunan yang makin meningkat, serta meningkatkan persepsi
mahasiswa tentang relevansi antara materi kurikulum yang mereka pelajari di
kampus denga realita pembangunan di dalam masyarakat. Bagi mahasiswa kegiatan
KKN haruslah dirasakan sebagai pengalaman belajar yang baru, yang tidak akan
pernah diperoleh didalam kampus. Dengan selesainyai ber-KKN mahasiswa harus
merasa memiliki pengetahuan baru tentang masyarakat, bangsa, tanah air, serta
tentang dirinya sendiri, yang akan sangat berguna bagi bekal hidup sebelum
menjadi sarjana. Dengan demikian nyatalah bahwa KKN merupakan suatu kegiatan
intrakulikuler bagi mahasiswa / mahasiswi program sarjana pada tingkat tertentu
dan dalam jangka waktu tertentu. KKN merupakan perpaduan antara kegiatan
pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengalaman ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni (IPTEK).
2.2 Falsafah dan Pengabdian KKN
Kuliah Kerja Nyata adalah bagian internal dari proses pendidikan yang
mempunyai ciri-ciri khusus. Karnanya system penyelenggaraannya memerlukan
landasan idil yang secara filosofis akan memberikan gambaran serta pengetian yang
utuh tentang apa, bagaimana, serta apa tujuan KKN itu diselenggarakan. Landasan
idil ini secara filosofis akan memberikan petunjuk serta mengendalikan pola fikir
6
dan pola tindakan dalam setiap proses penyelenggaraan KKN yang pada gilirannya
akan membedakannya dari bentuk-bentuk kegiatan lain yang bukan KKN.
KKN sekurang-kurangnya mengandung lima aspek yang bernilai fundamental
dan berwawasan filosofis yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya,
yaitu:
1. Keterpaduan pelaksanaan tridarma perguruan tinggi
2. Pendekatan interdisiplinar dan komprehensif
3. Lintas sektoral
BAB III
7
SEJARAH SINGKAT PLTU BARRU
3.1 Latar Belakang
Tenaga listrik merupakan salah satu kebutuhan yang paling pokok untuk
menunjang kehidupan manusia saat ini. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
dalam rumah tangga maupun bisnis, manusia memerlukan tenaga listrik. Secara
umum dapat dikatakan bahwa tenaga listrik merupakan salah satu prasyarat
kehidupan manusia, dan perkembangan kehidupan manusia memerlukan tambahan
penyediaan tenaga listrik. Banyak orang yang mengatakan bahwa untuk
pertumbuhan ekonomi, diperlukan pertumbuhan kemampuan penyediaan tenaga
listrik.
Mengingat kebutuhan masyarakat akan energi listrik yang cukup tinggi pada
masa sekarang ini maka sangat dibutuhkan pusat-pusat tenaga listrik (Power Plant)
untuk menyediakan energi listrik yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Pusat tenaga listrik tersebut dapat berupa Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU),
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
(PLTD), Pembangkit Listrik Tenaga Angin/Bayu (PLTB), Pembangkit Listrik
Tenaga Gas (PLTG), Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU), Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), dan lain-lain.
PT PLN (Persero) Pembangkitan Tello Unit PLTU Barru yang merupakan
badan usaha milik negara (BUMN) yang menyediakan sebagian besar energi listrik
pada sistem interkoneksi Sulawesi Selatan dan Barat. Pembangkit tenaga listrik
yang berlokasi di Barru merupakan tempat penulis untuk melihat secara langsung
proses pembangkitan energi listrik. Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Barru
yang memiliki 2 unitdengan daya yang terpasang pada masing-masing unit sebesar
50 MW.
3.2 Sejarah Singkat PLTU Barru
8
Kebutuhan akan energi listrik di Indonesia, khususnya diwilayah Sulawesi
Selatan dan sekitarnya cenderung meningkat terutama untuk masyarakat setempat.
Salah satu kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut
adalah program percepatan 10000 MW dengan membangun PLTU Barru (Sulawesi
Selatan) 2x50 MW. Sementara itu ketersediaan energi listrik yang dihasilkan oleh
PLTD, PLTG/GU dan PLTA yang menyuplai kebutuhan listrik di wilayah Sulawesi
Selatan, belum mampu memenuhi permintaan masyarakat yang semakin
meningkat. Sehingga diharapkan dengan dibangunnya pembangkit ini, maka PLN
akan mampu memenuhi kebutuhan listrik di wilayah Sulawesi Selatan dan
sekitarnya.
Secara geografis PLTU Barru terletak S 4º 17’ 872” dan E 119º 37’ 753’’ atau
tepatnya di dusun Bawasalo, desa Lampoko, kecamatan Balusu 2 km dari jalan
utama trans Sulawesi Makassar-Parepare, kira-kira 15 km dari kota Barru dan 110
km dari kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Design untuk turbin generator (gross) output untuk masing-masing unit adalah
60 MW. Adapun owner untuk PLTU Barru adalah PT.PLN (Persero)dengan alamat
di Jl.Trunujoyo Blok M I/135, kebayoran Baru, Jakarta 12160, Indonesia.
PLTU Barru yang dibangun menggunakan bahan bakar batubara berkalori
rendah (LHV: 3800 - 4100 kcal/kg) memerlukan batubara per tahun sebesar
564.000 ton dan diangkut menggunakan barge/tongkang menuju ke PLTU melalui
jetty sebagai sarana pelabuhan khusus bongkar muat batubara dan energi listrik
yang dihasilkan PLTU disalurkan melalui Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
150 kV ke Gardu Induk (GI) 150 kV Parepare sepanjang ± 40 Km dan Gardu Induk
150 kV Pangkep sepanjang ± 50 Km.
PLTU Barru sendiri mulai dibangun pada tahun 2008 dan pada saat ini sedang
dalam tahap sertifikasi dan komisioning.
3.3 Kontrak PLTU Barru
9
Lingkup Pekerjaan Pembangunan PLTU 2X50 MW (EPC
CONTRACT)
Kontraktor Pelaksana CONSORTIUM OF HUBEI
HONGYUAN POWER
ENGINERING CO. LTD AND PT.
BAGUS KARYA
No. & Tanggal Kontrak 458.PJ/041/DIR/2008
21 JULI 2008
Nilai Kontrak USD. 76,747,856. – (incl. VAT)
IDR. 491,657,32,692. – (incl. VAT)
Effective Date 17 NOVEMBER 2008
Commercial Operation Date UNIT #1
- 30 APRIL 2012
UNIT #2
- 30 JUNI 2012
Konsultan Supervisi Enginering PT. Prima Layanan Nasional
Enjiniring
Konsultan Supervisi Kontruksi PT. PLN (Persero) Jasa Manajemen
Konstruksi
Sertifikasi dan Komisioning PT. PLN (Persero) Jasa Sertifikasi
Lokasi Proyek Dusun Bawasalo, Desa Lampoko, Kec.
Balusu, Kab. Barru. Propinsi Sulawesi
Selatan.
Koordinat Geografis : S 4º 17’ 872”
dan E 119º 37’ 753’’
Luas Area 39,7 Ha
Kapasitas Daya 2 x 50 MW
Spek. Bahan Bakar Batubara kalori rendah
Kebutuhan Batubara 564.000 ton/tahun
Kapasitas Jetty 10.000 DWT
10
3.4 Visi dan Misi
 Visi
1. Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumpu kembang, unggul
dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.
2. Menjadi unit pembangkitan yang andal, efisien dan berwawasan
lingkungan.
 Misi
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lainnya yang terkait,
berorientasi kepada pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang
saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
5. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia.
6. Melaksanakan pemeliharaan yang berorientasi kepada ”On Condition
Base Maintenance” serta selalu mengikuti dan memperlihatkan buku
petunjuk pabrik dan pengalaman operasi.
7. Memantau dan mengendalikan secara terus menerus pengaruh operasi
pembangkitan terhadap mutu.
8. Kecelakaan nihil.
11
3.5 Struktur Organisasi
12
BAB IV
PRINSIP KERJA PADA PLTU
4.1 Prinsip Kerja PLTU
PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan,
karena efisiensinya baik dan bahan bakarnya mudah didapat sehingga
menghasilkan energi listrik yang ekonomis. PLTU merupakan mesin konversi
energi yang merubah energi kimia dalam bahan bakar menjadi energi listrik. Proses
konversi energi pada PLTU berlangsung melalui 3 (tiga) tahapan yaitu :
1. Energi kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energi panas dalam bentuk uap
bertekanan dan temperatur tinggi.
2. Energi panas (uap) diubah menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran.
3. Energi mekanik diubah menjadi energi listrik.
Gambar 4.1Proses Konversi Energi pada PLTU
Dibanding jenis pembangkit lainnya PLTU memiliki beberapa keunggulan.
Keunggulan tersebut antara lain :
 Dapat dioperasikan dengan menggunakan berbagai jenis bahan bakar (padat,
cair, gas).
 Dapat dibangun dengan kapasitas yang bervariasi.
 Dapat dioperasikan dengan berbagai mode pembebanan.
13
 Kontinyuitas operasinya tinggi.
 Usia pakai (life time) relatif lama
Namun PLTU mempunyai bebrapa kelemahan yang harus dipertimbangkan dalam
memilih jenis pembangkit termal. Kelemahan itu adalah:
 Sangat tergantung pada tersedianya pasokan bahan bakar.
 Tidak dapat dioperasikan (start) tanpa pasok listrik dari luar.
 Memerlukan tersedianya air pendingin yang sangat banyak dan kontinyu.
 Investasi awalnya mahal.
Gambar 4.2 Tata letak PLTU Batubara
4.2 Siklus Rankine
Siklus dasar yang praktis untuk sistem PLTU adalah siklus Rankine. Secara
sederhana siklus Rankine yang ideal dapat diperlihatkan pada gambar a dan b.
Sedangkan untuk diagram aliran siklus Rankine dalam suatu pembangkitan dapat
dilihat pula pada gambar 3.2.
14
Gambar 4.3 Siklus Rankine Ideal, (a)T-s, (b) h-s
Pada siklus Rankine, untuk proses 1 – 2 merupakan proses yang terjadi pada
turbin uap, dimana kondisi uap yang masuk ke turbin adalah bertekanan tinggi (P1)
dan bertemperatur tinggi atau merupakan uap kering (superheated vapor). Dengan
asumsi bahwa proses yang berlangsung di dalam turbin adalah proses isentropik,
maka uap yang keluar dari turbin akan menjadi uap jenuh. Proses 1 – 2 (isentropik)
dimana energi potensial uap akan menghasilkan energi putaran poros turbin,
sehingga pada proses ini merupakan proses yang menghasilkan daya luaran (Wout)
Gambar 4.4Diagram Aliran Siklus Rankine
Pada proses 2 – 3 merupakan proses yang berlangsung di dalam kondensor
pada tekanan konstan (isobarik). Kondensor berguna untuk mengembunkan uap
jenuh yang berasal dari turbin menjadi air (cair jenuh). Untuk memudahkan proses
15
kondensasi, tekanan pada kondensor diusahakan dibawah tekanan atmosfer. Pada
kondensor terjadi proses pelepasan kalor (Qout).
Proses 3 – 4 merupakan proses pemompaan untuk menaikan tekanan fluida
(cair jenuh) secara isentropik. Pada proses ini terjadi proses pemasukan kerja ke
dalam (Win) sistem karena proses pemompaan air yang dihasilkan dari proses
kondensasi oleh kondensor. Tekanan yang dihasilkan sama dengan tekanan uap
yang masuk ke turbin.
Proses 4 – 1 merupakan proses untuk menghasilkan uap sesuai dengan
kebutuhan turbin. Proses ini berlangsung pada boiler secara isobarik, dimana untuk
menguapkan air tersebut dibutuhkan masukan panas tertentu (Qin). Pada proses 4
– 5 memperlihatkan percampuran antara liquid bertemperatur rendah dengan
bertemperatur tinggi. Sedangkan pada titik 4 menunjukan keadaan cair (liquid)
yang tak berubah massa jenisnya karena ditingkatkan tekanannya. Nilai efisiensi
dari siklus ini merupakan perbandingan antara energi keluaran dengan energi
masukan. Energi keluarannya merupakan jumlah bersih pengurangan energi yang
dihasilkan turbin dikurangi energi yang diberikan ke pompa. Maka nilai efisiensi
siklus ini adalah sebagai berikut :
di mana, Q1,2 = Energi yang dihasilkan oleh turbin (kJ)
Q3,4 = Energi yang diberikan oleh pompa ke sistem (kJ)
Q4,1 = Energi yang dibutuhkan oleh boiler (kJ)
H1 = Enthalpy pada saat uap memasuki turbin (kJ/kg)
H2 = Enthalpy pada saat uap meninggalkan turbin (kJ/kg)
H3 = Enthalpy pada saat uap memasuki pompa (kJ/kg)
H4 = Enthalpy pada saat uap meninggalkan pompa (kJ/kg)
4.3 Bagian-bagian PLTU
PLTU adalah mesin pembangkit yang terdiri dari komponen utama dan instalasi
peralatan penunjang. Komponen utama PLTU terdiri dari empat, yaitu :
 Boiler
16
 Turbin uap
 Kondensor
 Generator
Sedangkan peralatan penunjang terdiri dari :
 Water Treatment Plant (WTP)
 Auxiliary Boiler.
 Auxiliary Turbin.
 Coal and Ash Handling
Tiap-tiap komponen utama dan peralatan penunjang dilengkapi dengan sistem-
sistem dan alat bantu yang mendukung kerja komponen tersebut. Gangguan atau
malfunction dari salah satu bagian komponen utama akan dapat menyebabkan
terganggunya seluruh sistem PLTU.
17
BAB V
TINJAUAN PUSTAKA
5.1 Boiler CFB dan Alat Bantunya
5.1.1 Pengertian Boiler CFB
Boiler adalah salah satu peralatan utama suatu PLTU yang berfungsi untuk
mengubah air menjadi uap dengan memanfaatkan energi panas yang diperoleh dari
hasil pembakaran bahan bakar seperti batu bara, HSD, Gas, MFO, dll. Berikut ada
beberapa jenis boiler :
Gambar 5.1 Jenis-jenis Boiler
1. Boiler Stoker Mekanik
Jenis boiler ini menggunakan rantai berjalan sebagai tempat pembakaran
terjadi. Udara panas ditiupkan dari bawah rantai sehingga batu bara terbakar.
Boiler jenis ini dapat membakar berbagai jenis batu bara, limbah kayu, kulit
kayu, bahkan sampah anorganik.2. Boiler Pulverized
Jenis boiler ini yang paling banyak digunakan pada saat ini, menggunakan mill
untuk menggiling batu bara menjadi serbuk sebelum diumpankan ke ruang
bakar.
Stoker Firing
(Fixed Bed)
Fluidized Bed Firing
BFB CFB
Gas
Fuel
Air Ash
Velocity 8 - 10 ft/sec
(2.3 - 3.0 m/s)
4 - 10 ft/sec
(1.2 - 3.0 m/s)
Average Bed
Particle Size
6,000 m
Pulverized Firing
(Entrained Bed)
Gas
Fuel
Air
Ash
15 - 33 ft/sec
(4.6 - 10.0 m/s)
50 m
Gas
Fuel &
Sorbent
Air Ash
1,000 m 100 - 300 m
Gas
Fuel &
Sorbent
Air Ash
15 - 23 ft/sec
(4.6 - 7.0 m/s)
Air
18
3. Boiler CFB (Circulating Fluidized Bed)
Prinsip kerjanya hampir sama dengan boiler stoker mekanik, tidak
menggunakan rantai, udara dengan tekanan dan kecepatan tinggi dihembuskan
dari dasar furnace sehingga batu bara melayang dan terbakar.
Pada PLTU Barru mengunakan boiler jenis CFB yang merupakan hasil
repowering dan redesign dari boiler unggun fluidisasi.
Circulating : terjadinya sirkulasi batubara yang belum habis terbakar dari furnace
ke cyclone kemudian masuk ke sealpot dan kembali ke furnace.
Fluidized : penghembusan udara primer untuk menjaga material bed dan batubara
tetap melayang.
Bed : material berupa partikel—partikel kecil (pasir kuarsa) yang digunakan
sebagai media transfer panas dari pembakaran HSD ke pembakaran batubara.
Gambar 5.2Konsep Boiler CFB
Bagian-bagian utama dari boiler CFB adalah :
1. Furnace yang berfungsi sebagai tempat terjadinya pembakaran bahan bakar.
Komponen yang terdapat di Furnace: Wall tube, Panel Evaporator, Panel
Superheater.
Final
Supe
rhea
ter
LT
Superheater
Economizer
Air Heater
coal,
40 t/h
primary air, 60000 Nm3/h, 235
o
Cbottom ash
fluidized air, 2500Nm3/h
Fly Ash
Fly Ash +
Unburned Coal
Unburned
Coal
Fl
ue
Ga
s
secondary air, 7000Nm3/h, 250
o
C
ES
Stack
19
2. Cyclone yang berfungsi untuk memisahkan batubara yang belum terbakar
dengan abu (ash) sisa pembakaran dan mengembalikannya ke Furnace.
Komponen utama Cyclone: Cyclone, SealPot, Seal Pot Duct.
3. Backpass yang berfungsi sebagai ruang pemanfaatan kalor yang terdapat dalam
flue gas. Komponen utama di Backpass: Finishing Superheater, Low
Temperature Superheater, Economizer, Tubular Air Heater.
Gambar 5.3 Bagian-bagian Boiler CFB
SEALPOT
SU
BURNER
COAL
BUNKER
GRAVITY
FEEDER
COLD
PA
FA
BLOWER
LIMESTONE
FEEDING
BOILER
DRUM
DESUPERHEATER 2
D
O
W
N
C
O
M
E
R
PANEL SUPER
HEATER &
EVAPORATOR
REFRACTORY
ECONOMIZER
LOW TEMP.
SUPERHEATER
FINISHING
SUPERHEATER
DESUPERHEATER 1
MAIN
STEAM
FROM
BFP
FURNACE
CYCLONE
TO
BAGHOUSE
TO
FLYASH
SILO
BACK PASS
NOZZLES
ASH SCREWS
TO
BOTTOM
ASH SILO
LOWER SA
TUBULAR
AIR
HEATER
PA/SA FAN
HOT PA
HOT PA
COLD
SA/PA
HOT
SA/PA
UPPER SA
H
O
T
S
E
C
O
N
D
A
R
Y
A
I
R
H
O
T
S
E
C
O
N
D
A
R
Y
A
I
R
20
Gambar 5.4 Boiler CFB PLTU Barru
Spesifikasi Boiler CFB PLTU Barru:
Manufacture : Hangzhou Boiler Group Co. Ltd. (RRC)
Boiler MCR Steam Flow : 220 t/h
Boiler Peak Steam Flow : 242 t/h (Intermediate Peak Loading)
Main Steam Outlet Temperature : 540 ºC
Main Steam Outlet Pressure(g) : 9.8MPa
Feed Water Inlet Temperature : 224 ºC
Exhaust Gas Temperature : ±145 ºC
5.1.2 Siklus Air
21
Air sebagai fluida kerja diisikan ke boiler menggunakan pompa air pengisi
(BFP) dengan melalui economiser dan ditampung didalam steam drum. Economiser
adalah bagian dari boiler yang merupakan pemanas air terakhir sebelum masuk ke
steam drum. Didalam economiser air menyerap panas gas buang yang keluar dari
furnace sebelum dibuang ke atmosfir melalui cerobong.
Gambar 5.5 Siklus Air pada Boiler
Siklus air diboiler adalah air dari steam drum turun melalui pipa-pipa
downcomer ke header bawah (bottom header). Dari header bawah air
didistribusikan ke pipa-pipa pemanas (riser) yang tersusun membentuk dinding
ruang bakar boiler. Didalam riser air mengalami pemanasan sehingga mendidih dan
naik ke drum kembali. Peralatan yang dilalui dalam sirkit air adalah drum boiler,
down comer,header bawah (bottom header), dan riser.
Perpindahan panas dari api/gas ke air didalam pipa-pipa boiler terjadi secara
radiasi, konveksi dan konduksi. Akibat pemanasan selain temperatur naik hingga
mendidih juga terjadi sirkulasi air secara alami dari drum turun melalui down comer
ke header bawah dan naik kembali ke drum melalui pipa-pipa riser. Adanya
22
sirkulasi ini sangat diperlukan agar terjadi pendinginan terhadap pipa-pipa pemanas
dan mempercepat proses perpindahan panas. Kecepatan sirkulasi akan berpengaruh
terhadap produksi uap dan kenaikan tekanan serta temperaturnya.
5.1.3 Siklus Uap
Uap yang ada di dalam steam drum dalam kondisi jenuh kemudian dialirkan ke
Superheater I, Superhaeter II, Kemudian Finishing Superheater. Uap dari keluaran
dari Finishing Superheater kemudian masuk ke Turbin yang digunakan untuk
memutar Turbin. Pada Superheater, uap dipanaskan dengan menggunakan gas sisa
pembakaran didalam Furnice.
Apabila suhu uap melebihi batas suhu kerjanya, maka desuperheater kerja
menyemprotkan air untuk menurunkan suhu sehingga sesuai harga yang
diinginkan. Desuperheater terletak diantara Superheater I dan Superheater II.
Gambar 5.6 Siklus Uap pada Boiler
5.1.4 Sistem Udara Pembakaran
Udara diperlukan didalam proses pembakaran bahan bakar didalam furnice.
Udara tersebut berasal dari atmosfir yang di hisap oleh Secondary Air Fan (S.A.F)
dan Primary Air Fan (P.A.F). Kemudian di alirkan ke Tabular Air Heater dan di
distribusikan ke Furnice untuk proses pembakaran. P.A.F berfungsi sebagai udara
Primer yang digunakan untuk menjaga agar material bed dan Batubara tetap
23
melayang dalam Furnice. S.A.F berfungsi untuk pemasok udara pembakaran dan
sebagai sealing pada dinding furnice agar material tidak menempel pada dinding
furnice.
Gambar 5.7 Primary Air Fan
Gambar 5.8 Secondary Air Fan
24
Gambar 5.9 Inlet P.A.F dan S.A.F
Sedangkan untuk mendorong material yang belum habis terbakar dalam Furnice
dari Cyclone masuk ke Furnice kembali agar pembakaran lebih sempurna maka
digunakan Fluidize Air Fan (F.A.F).
Gambar 5.10 Fliudize Air Fan
5.1.5 Sistem Gas Buang
25
Gas panas hasil pembakaran atau disebut gas buang (Flue gas) berfungsi sebagai
sumber energi panas/kalor yang dialirkan dari ruang bakar (Furnice) ke pipa-pipa
Superheater kemudian ke Economizer dan Tabular Air Heater. Dari air heater gas
masuk ke Electro Static Pericitator (ESP) kemudian dihisap oleh Include Draf Fan
(I.D.F) untuk selanjutnya dibuang ke atmosfer melalui Stack/Chimney berfungsi
sebagai pendispersi flue gas sehingga batas emisi flue gas yang dibuang keLingkungan
sesuai dengan peraturan mengenai baku mutu emisi untuk PLTU Berbahan BakarBatubara.
Gambar5.11 Electro Static Precipitator (ESP)
26
Gambar 5.12 Induced Draught Fan
27
Gambar5.13 Stack/Chimney
5.1.6 Sistem Bahan Bakar
PLTU Barru menggunakan batubara sebagai bahan bakar utamanya. HSD Oil
atau Solar hanya digunakan pada awal pembakaran (Firing), proses pembakaran
awal menggunakan HSD Oil/solar ini dilakukan dengan menggunakan burner.
Apabila temperature dalam furnice telah mencapai ± 500ºC maka dilakukan
peralihan bahan bakar dari HSD ke batubara secara perlahan, kemudian semua
burner akan mati pada saat temperature furnace mencapai 600 C.
Gambar 5.14 In-bed Igniter Burner HSD
Gambar 5.15 Under-bed Igniter Burner HSD
28
Pada PLTU Barru jumlah burner tiap unitnya 8 burner (4 In-bed dan 4 Under-
bed Burner)
Pada PLTU Barru yang menggunakan sistem CFB Boiler selain menggunakan
batubara, PLTU ini juga menggunakan Inert Bed (Pasir). Inert Bed merupakan
material partikel-partikel pasir yang digunakan sebagai media transfer panas dari
pembakaran HSD kepembakaran Batubara. Persediaan batubara tiap boiler ditampung
di coal bunker untuk melayani kebutuhan pembakaran di boiler. Pemasukan
batubara dari bunker ke ruang bakar/furnice dilakukan melalui coal feeder.
Gambar 516 Coal Bunker
Jumlah coal bunker tiap unitnya pada PLTU Barru sebanyak 2 coal bunker
dan tiap coal bunker memiliki 2 coal feeder.
29
Gambar 5.17 Coal Feeder
5.1.7Air Heater
Air heateradalah suatu alat yang digunakan untuk memanaskan udara
pembakaran dengan media pemanas kalor gas bekas yang akan dibuang ke
cerobong. Air heater dikonstruksikan dari suatu lempengan lempengan penghantar
panas yang baik dan tersusun dalam suatu lingkaran yang memungkinkan untuk
diputar dengan tujuan mengambil panas dari gas bekas dan memberikan panas
terhadap lempengan penghantar panas sehingga udara bakar yang lewat air heater
akan menjadi panas.
5.1.8Economizer
Economizeradalah alat yang digunakan untuk memanaskan air pengisi ketel
dengan media pemanas energi kalor yang terkandung didalam gas bekas. Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan air pengisi ketel yang suhunya tidak jauh berbeda
dengan air yang terdapat pada boiler drum, serta untuk menaikkan efisiensi boiler.
5.1.9Steam Drum
Steam drum berfungsi untuk menampung dan mengontrol kebutuhan air di
boiler. Fungsi lain yang tidak kalah pentingnya adalah memisahkan uap dan air.
Untuk mengontrol kebutuhan air boiler, maka level air di drum harus dijaga konstan
30
pada level normalnya. Level ini dapat dilihat di kontrol room maupun di lokal.
Kualitas air di boiler juga harus dipantau dengan mengambil sampelnya dari air
didrum.
5.1.10Superheater
Uap yang dihasilkan boiler drum ada yang masih berupa uap basah , dan untuk
mendapatkan uap yang betul-betul kering. Uap basah yang berasal dari boiler drum
perlu dipanaskan lagi pada super heater sehingga uap kering yang dihasilkkan naik
ke steam drum dan memutar sudu – sudu turbin uap. Setiap boiler biasanya
dilengkapi dengan dua buah super heater yaitu primary dan secondary super heater
yang dipasang pada bagian atas dari ruang pembakarn (furnace ).
5.1.11Desuperheater
Desuper Heater merupakan spray water yang digunakan untuk mengatur
temperatur uap yang dialirkan ke turbin. Alat sudah dibuat sedemikian rupa
sehingga bila temperatur uap melebihi ketentuan, maka desuper heater ini akan
menyemprotkan air yang berasal dari discharge boiler feed pump sampai
temperaturnya normal kembali.
5.1.12Soot Blower
Fungsi soot blower adalah untuk membersihkan abu atau jelaga yang menempel
pada bagian boiler yang dilewati gas buang. Hasil reaksi pembakaran bahan bakar
dan udara selain api dan gas panas adalah abu dan jelaga. Abu ini terbawa gas dan
akan menempel pada pipa-pipa dan saluran yang dilewati gas buang sehingga
menimbulkan slaging dan fouling (pengotoran). Apabila hal pengotoran ini
dibiarkan menempel pada pipa-pipa (peralatan pemindah panas) akan menghambat
perpindahan panas dari gas ke air, uap atau udara yang dipanaskan. Oleh karena itu
abu dan jelaga ini harus dibersihkan dan dibuang. Bagian yang di soot blowing
adalah:
• Pipa-pipa superheater
• Pipa-pipa economiser
• Elemen-elemen air heater
31
Soot blower PLTU Barru dioperasikan pada saat boiler beroperasi dengan
menggunakan media uap.
5.2 Turbin Uap dan Alat Bantunya
5.2.1 Prinsip Kerja Turbin Uap
Suatu turbin dapat terdiri dari satu dua atau banyak silinder yang merupakan
mesin rotasi berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi mekanik.Tiap
silinder memiliki sebuah rotor yang disangga oleh bantalan-bantalan.Rotor-rotor
tersebut disambung menjadi satu termasuk rotor generator.Ruang diantara rotor
dengan rumah turbin (casing) terdiri dari rangkaian sudu-sudu tetap dan sudu-sudu
gerak yang dijajarkan berselang-seling.
Sudu-sudu tetap dipasang disekeliling bagian dalam rumah turbin, sedang
rangkaian sudu gerak dipasang pada rotor. Bila kedalam turbin dialirkan uap, maka
energi panas yang dikandung uap akan diubah menjadi energi mekanik dalam
bentuk putaran poros.
Mula-mula energi panas dalam uap diubah terlebih dahulu menjadi energi
kinetik (kecepatan) dengan cara melewatkan uap melalui nosel-nosel. Uap
berkecepatan tinggi kemudian diarahkan ke sudu-sudu sehingga menghasilkan
putaran poros turbin dimana energi mekanik ini selanjutnya dapat digunakan untuk
menggerakkan generator, pompa dan sebagainya.
Perubahan energi panas menjadi energi kinetik terjadi didalam nosel (sudu
diam) turbin, sedangkan perubahan energi kinetik menjadi energi mekanik dalam
bentuk putaran rotor turbin terjadi pada sudu jalan turbin.
Gambar 5.18Konversi Energi didalam Turbin
32
Gambar 5.19 Prinsip kerja Turbin Uap 1 tingkat
Jadi didalam turbin, uap mengalami proses ekspansi yaitu penurunan tekanan
dan mengalir secara kontinyu. Akibat pengurangan tekanan uap didalam rangkaian
sudu-sudu, maka kecepatan uap meningkat sangat tinggi. Kecepatan aliran uap
tersebut akan bergantung pada selisih banyaknya panas uap sebelum dan sesudah
ekspansi. Selisih banyaknya panas uap sebelum dan sesudah ekspansi didalam
turbin dinamakan penurunan panas/heat drop.
5.2.2 Jenis Sudu Turbin
Berdasarkan azas tekanan uap yang digunakan untuk menggerakkan roda/rotor
turbin sebelum masuk dan setelah keluar dari sudu-sudu yang terpasang pada roda
tersebut, maka dikenal sudu impuls dan sudu reaksi.Turbin uap untuk pembangkit
listrik saat ini umumnya terdiri dari kombinasi kedua macam sudu tersebut.
33
Gambar 5.20 Prinsip Sudu Reaksi dan Sudu Impuls
5.2.3 Sudu Impuls
Sudu impuls juga disebut sudu aksi atau sudu tekanan tetap, adalah sudu dimana
uap mengalami ekspansi hanya dalam sudu-sudu tetap. Sudu-sudu tetap berfungsi
sebagai nosel (saluran pancar) sehingga uap yang melewati akan mengalami
peningkatan energi kinetik.
Uap dengan kecepatan tinggi selanjutnya akan membentur (impuls) sudu-sudu
gerak. Benturan antara uap dengan sudu gerak ini menimbulkan gaya yang
mengakibatkan poros turbin berputar.
Setelah memutar sudu gerak, selanjutnya uap diarahkan masuk ke dalam sudu
tetap baris berikutnya.Selama melintasi sudu gerak tekanan dan entalpi uap tidak
berubah.Dengan demikian pada sudu impuls penurunan tekanan dan energi panas
uap hanya terjadi pada sudu-sudu tetap atau nosel.
34
5.2.4 Sudu Reaksi
Dalam suatu turbin yang terdiri dari 100 % sudu-sudu reaksi, maka sudu-sudu
gerak juga berfungsi sebagai nosel-nosel sehingga uap yang melewatinya akan
mengalami peningkatan kecepatan dan penurunan tekanan. Peningkatan kecepatan
ini akan menimbulkan gaya reaksi yang arahnya berlawanan dengan arah kecepatan
uap.
Gambar 4.21 Profil dan karakteristik Sudu Reaksi dan Impuls
Gaya reaksi pada sudu gerak inilah yang akan memutar poros turbin. Uap
selanjutnya dialirkan ke sudu tetap yang berfungsi untuk mengarahkan uap ke sudu
gerak baris berikutnya.
Sudut dan profil sudu-sudu dibuat sedemikian rupa sehingga apabila turbin
berputar pada kecepatan rancangannya uap akan mengalir dengan mulus melewati
sudu-sudu tersebut sehingga dapat menurunkan erosi sampai pada tingkat
minimum. Pada sebuah roda/poros turbin sudu-sudu yang terpasang pada roda
tersebut bisa terdiri dari satu baris sudu atau beberapa baris sudu. Setiap baris sudu
terdiri dari sudu yang disusun melingkari roda turbin masing-masing dengan bentuk
dan ukuran yang sama. Turbin dengan hanya satu baris sudu yang terpasang pada
rotornya dinamai turbin bertingkat tunggal.Sedangkan turbin dengan beberapa baris
35
sudu-sudu yang terpasang pada rotornya dinamai turbin bertingkat banyak (multi
stages).
5.2.5 Klasifikasi Turbin Uap
 Klasifikasi Turbin berdasarkan Prinsip Kerjanya
1. Turbin Impuls
Turbin impuls atau turbin tahapan impuls adalah turbin sederhana berrotor
satu atau banyak (gabungan ) yang mempunyai sudu-sudu pada rotor itu.
Sudu biasanya simetris dan mempunyai sudut masuk dan sudut keluar.
2. Turbin Reaksi
Turbin reaksi mempunyai tiga tahap, yaitu masing-masingnya terdiri dari
baris sudu tetap dan dua baris sudu gerak. Sudu bergerrak turbin reaksi dapat
dibedakan dengan mudah dari sudu impuls karena tidak simetris, karena
berfungsi sebagai nossel bentuknya sama dengan sudu tetap walaupun
arahnya lengkungnya berlawanan.
 Klasifikasi turbin berdasarkan Proses Penurunan Tekanan Uap
1. Turbin Kondensasi.
Tekanan keluar turbin kurang dari 1 atm dan uap keluaran turbin
dimasukkan kedalam kondensor.
2. Turbin Back Pressure.
Apabila tekanan sisi keluar turbin masih besar dari 1 atm sehingga masih
dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin lain.
3. Turbin Ekstraksi.
Turbin ekstraksi (extraction turbine) adalah turbin yang mengekstrak
sebagian uap yang mengalir dalam turbin.Pengekstraksian uap ini dapat
dilakukan di beberapa tempat disepanjang casing turbin. Uap yang
diekstrak kemudian dialirkan ke pemanas awal air pengisi untuk
memanaskan air pengisi. Tekanan dan aliran uap ekstraksi sangat
tergantung pada beban.
36
Gambar 5.22 Turbin Ekstraksi
 Klasifikasi turbin uap berdasarkan kondisi uap pada sisi masuk :
1. Turbin bertekanan rendah (LP), 1.176 - 1.47MPa.
2. Turbin bertekanan menengah (MP), 1.96 - 3.92MPa.
3. Turbin bertekanan tinggi (HP), 5.88 - 9.8MPa.
4. Turbin bertekanan sangat tinggi, 11.76 - 13.72MPa.
5. Turbin sub-critical steam, menggunakan uap bertekanan 15.68-17.64MPa.
6. Turbin super-critical steam, menggunakan uap bertekanan diatas
22.06MPa.
 Klasifikasi turbin uap berdasarkan pada tingkat penurunan Tekanan
Dalam Turbin
1. Turbin Tunggal ( Single Stage )
Dengan kecepatan satu tingkat atau lebih turbin ini cocok untuk untuk
daya kecil, misalnya penggerak kompresor, blower, pompa, dll.
37
2. Turbin Bertingkat (Aksi dan Reaksi ).
Disini sudu-sudu turbin dibuat bertingkat, biasanya cocok untuk daya
besar. Pada turbin bertingkat terdapat deretan sudu 2 atau lebih. Sehingga
turbin tersebut terjadi distribusi kecepatan / tekanan.
5.2.6 Konstruksi dan Bagian Utama Turbin Uap
Sebagai mesin rotasi turbin uap terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian yang
diam disebut stator dan bagian yang berputar disebut rotor.Pada tiap bagian utama
ini dilengkapi komponen yang mendukung kerja sistem turbin.
 Stator
Stator turbin pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu casing dan sudu
diam (fixed blade). Namun untuk tempat kedudukan sudu-sudu diam yang
pendek dipasang diafragma.
 Casing
Casing atau shell adalah suatu wadah berbentuk menyerupai sebuah tabung
dimana rotor ditempatkan.Casing juga berfungsi sebagai sungkup pembatas
yang memungkinkan uap mengalir melewati sudu-sudu turbin. Pada ujung
casing terdapat ruang besar mengelilingi poros turbin disebut exhaust hood, dan
diluar casing dipasang bantalan yang berfungsi untuk menyangga rotor.
Pada casing terdapat sudu-sudu diam yang dipasang melingkar dan berjajar
terdiri dari beberapa baris yang merupakan pasangan dari sudu gerak pada
rotor.Sudu diam berfungsi untuk mengarahkan aliran uap agar tepat dalam
mendorong sudu gerak pada rotor.
Pedestal yang berfungsi untuk menempatkan bantalan sebagai penyangga
rotor juga dipasangkan pada casing. Umumnya salah satu pedestal diikat
(anchored) mati kepondasi. Sedang yang lain ditempatkan diatas rel peluncur
(Sliding feet) sehinggga casing dapat bergerak bebas akibat pengaruh pemuaian
maupun penyusutan (contraction).
38
Gambar 5.23 Casing Turbin
 Konfigurasi Casing
Casing turbin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
1. Casing Utuh
Seluruh bagian casing merupakan satu kesatuan.Casing berbentuk seperti
drum yang utuh tidak dapat diurai atau dibelah.Umumnya diterapkan pada
konstruksi turbin-turbin kecil.
2. Casing Terpisah (Split Casing)
Casing turbin merupakan 2 bagian yang terpisah secara horizontal dan
disambungkan menjadi satu dengan baut-baut pengikat. Kedua bagian
casing tersebut masing-masing disebut casing bagian atas (Top half) dan
casing bagian bawah (Bottom half). Konstruksi ini lebih banyak dipakai
karena pembongkaran dan pemasangannya yang relatif lebih mudah.
 Sudu Tetap (fixed blade)
39
Sudu merupakan bagian dari turbin dimana konversi energi terjadi.Sudu
terdiri dari bagian akar sudu, badan sudu dan ujung sudu.Sudu seperti terlihat
pada gambar 1, kemudian dirangkai sehingga membentuk satu lingkaran penuh.
Rangkaian sudu tersebut ada yang difungsikan sebagai sudu jalan dan ada
yang difungsikan menjadi suhu tetap. Rangkaian sudu jalan dipasang
disekeliling rotor sedang rangkaian sudu tetap dipasang disekeliling casing
bagian dalam.
Gambar 5.24 Sudu Tetap/Stationary Blade
Sudu-sudu tetap dipasang melingkar pada dudukan berbentuk piringan yang
disebut diafragma.Pemasangan sudu-sudu tetap ini pada diapragma
menggunakan akar berbentuk T sehingga memberi posisi yang kokoh pada
sudu.
Diafragma terdiri dari dua bagian (atas dan bawah) dan dipasang pada alur-
alur yang ada didalam casing. Setiap baris dari rangkaian sudu-sudu tetap ini
membentuk suatu lingkaran penuh dan ditempatkan langsung didepan setiap
baris dari sudu-sudu gerak. Gambar 1. memperlihatkan diapragma dan sudu
tetap.
40
 Rotor
Adalah bagian dari turbin yang berputar akibat pengaruh gerakan uap
terhadap sudu-sudu gerak. Rotor turbin juga terdiri dari dua bagian, yaitu poros
dan sudu jalan ( moving blade).
 Tipe Rotor
Secara umum ada 2 macam tipe rotor turbin yaitu rotor tipe cakra (disk) dan
rotor tipe drum (silinder).
 Rotor Tipe Disk
Pada rotor tipe ini, piringan-piringan (disk) dipasangkan pada poros
sehingga membentuk jajaran piringan seperti terlihat pada gambar 14.
 Rotor Tipe Drum
Pada rotor tipe ini, poros dicor dan dibentuk sesuai yang dikehendaki dan
rangkaian sudu-sudu langsung dipasang pada poros. Rotor tipe drum sangat
fleksibel dan dapat dipakai hampir untuk semua jenis turbin.
41
Gambar 5.25 Rotor Disc dan Drum
 Poros
Poros dapat berupa silinder panjang yang solid (pejal) atau berongga
(hollow).Pada umumnya poros turbin sekarang terdiri dari silinder panjang
yang solid.Pada kebanyakan turbin, didekat ujung poros sisi tekanan tinggi
dibuat collar untuk keperluan bantalan aksial (thrust bearing).
Sepanjang poros dibuat alur-alur melingkar yang biasa disebut akar (root)
untuk tempat dudukan, sudu-sudu gerak (moving blade).
 Sudu Gerak (Moving Blades)
Adalah sudu-sudu yang dipasang di sekeliling rotor membentuk suatu
piringan. Dalam suatu rotor turbin terdiri dari beberapa baris piringan dengan
diameter yang berbeda-beda, banyaknya baris sudu gerak biasanya disebut
banyaknya tingkat.
42
Gambar 5.26 Sudu Gerak
5.2.7 Bantalan
Bantalan berfungsi sebagai penyangga rotor sehingga membuat rotor dapat
stabil/lurus pada posisinya didalam casing dan rotor dapat berputar dengan aman
dan bebas.Adanya bantalan yang menyangga turbin selain bermanfaat untuk
menjaga rotor turbin tetap pada posisinya juga menimbulkan kerugian mekanik
karena gesekan.
Sebagai bagian yang berputar, rotor memiliki kecenderungan untuk bergerak
baik dalam arah radial maupun dalam arah aksial.Karena itu rotor harus ditumpu
secara baik agar tidak terjadi pergeseran radial maupun aksial yang
berlebihan.Komponen yang dipakai untuk keperluan ini disebut bantalan (bearing).
Turbin uap umumnya dilengkapi oleh bantalan jurnal (journal bearing) dan
bantalan aksial (Thrust bearing) untuk menyangga rotor maupun untuk membatasi
pergeseran rotor.
43
Gambar 5.27 Posisi Bantalan
 Bantalan Luncur ( Journal Bearing )
Bantalan ini digunakan untuk menyangga poros turbin generator.Terdapat
satu bantalan pada tiap sisi turbin.Semua bantalan ini dilapisi dengan babbit
pada bagian dalamnya, dimana ini adalah material yang lebih lunak dibanding
poros turbin.Hal ini untuk mencegah poros turbin aus akibat gesekan atau
vibrasi tinggi. Selain itu babbit mempunyai kemampuan untuk menahan
pelumasan pada metal sehingga membantu mencegah gesekan antara bantalan
dan jurnal pada saat poros mulai berputar.
44
Gambar 5.28 Bantalan Journal
 Bantalan aksial ( Thrust Bearing)
Sehubungan dengan toleransi arah aksial rotor turbin sangat kecil, maka
digunakan bantalan aksial untuk menyerap dan membatasi gerakan aksial poros
turbin. Kebanyakan turbin menggunakan bantalan aksial kingsbury atau tapered
land. Bantalan aksial tepered land terdiri dari thrust runner yang tak lain adalah
dua collar kaku yang dipasang pada poros turbin dan ikut berputar.
Diantara kedua collar ini dipasang thrust plate yang dilapis babbit dan di
sangga oleh bantalan aksial itu sendiri. Dudukan bantalan didalam rumah
penyangga dan dipasang pada penyangga turbin. Tapered land berhubungan
dengan pad lapisan babbit yang akan menyerap gaya aksial. Pad (dudukan) ini
berbentuk tapered dalam arah melingkar dan radial. Thrust wear (keausan) pada
bantalan ini dibatasi oleh thrust wear detector.
45
Gambar 5.29 Bantalan Aksial
5.2.8 Sistem Pelumasan
Pelumasan bantalan sangatlah penting sehingga turbin tidak boleh diputar tanpa
adanya pelumasan. Parameter utama dari sistem pelumasan adalah tekanan. Untuk
menjamin tekanan minyak pelumas yang konstan disediakan beberapa pompa
minyak pelumas
 Oil Tank
Tangki yang dapat menampung sejumlah besar minyak pelumas.Oil tank ini
harus cukup besar agar minyak pelumas dapat diam / berhenti sesaat didalam
tangki untuk mengedapkan kotoran-kotoran dan membuang gasnya, sebelum
dipompakan lagi.
46
 Main oil pump (MOP)
Main oil pump adalah pompa pelumas utama yang digerakan oleh poros turbin
sehingga baru berfungsi ketika putaran turbin telah mencapai lebih besar 95 %.
 Auxiliary oil pump (AOP).
Auxiliary oil pump adalah pompa yang digerakkan dengan motor listrik AC.
Pompa ini berfungsi pada start up dan shut down turbin serta sebagai back bila
tekanan minyak pelumas dari MOP turun.
 Emergency oil pump (EOP)
Emergency oil pump adalah pompa yang digerakkan dengan motor listrik DC
dan digunakan sebagai cadangan atau darurat ketika pasok listrik AC hilang.
Gambar 5.30DiagramSistem Pelumasan Turbin
5.2.9 Sistem Jacking Oil
Pada turbin kapasitas besar, berat rotor juga besar sehingga dalam keadaan diam
rotor tersebut akan menyingkirkan lapisan minyak pelumas dari permukaan poros
dan bantalan. Dalam keadaan seperti ini bantalan atau poros akan rusak bila diputar.
Untuk menghindari kerusakan akibat tiadanya pelumasan diantara poros dan
47
bantalan, maka digunakan sistem jacking oil. Jacking oil berfungsi untuk
mengangkat poros dengan minyak tekanan tinggi.
5.2.10 Turning Gear
Rotor turbin yang berat dan panjang apabila dibiarkan dalam keadaan diam
dalam waktu yang lama dapat melendut. Pelendutan menjadi lebih nyata apabila
dari kondisi operasi yang panas langsung berhenti. Untuk mencegah terjadinya
pelendutan, maka rotor harus diputar perlahan secara kontinyu atau berkala.
Gambar 5.31 Turning Gear
Alat untuk memutar rotor turbin ini disebut turning gear atau barring gear.
Turning gear digerakkan dengan motor listrik melalui roda gigi dengan kecepatan
putar antara 3 - 40 rpm. Turning gear juga memberikan torsi pemutar awal turbin
ketika turbin start. Turning gear biasanya dipasang pada sisi turbin tekanan rendah
atau diantara turbin dan generator.
5.2.11 Sistem Perapat poros (Gland Steam)
Celah diantara casing (bagian yang diam) dan rotor (bagian yang berputar)
turbin menyebabkan terjadinya kebocoran uap keluar atau udara masuk turbin.
Untuk mencegah kebocoran pada celah tersebut dipasang perapat. Sistem perapat
dilakukan dengan memasang labirin (sirip-sirip) pada casing maupun rotor secara
berderet. Tetapi perapat yang hanya menggunakan labirin masih memungkinkan
48
terjadinya kebocoran. Untuk itu pada labirin diberikan fluida uap sebagai media
perapat (gland seal steam).
Gambar 5.32 Gland Seal Steam dan Perapat Labirin
5.2.12 Katup Utama Turbin
Katup utama turbin terdiri dari dua, yaitu main atau turbin steam valve (MSV/TSV)
dan governor valve (GV).
 Main Steam Valve (MSV)
Katup ini berfungsi sebagai katup penutup cepat jika turbin trip atau katup
pengisolasi turbin terhadap uap masuk.MSV bekerja dalam dua posisi, yaitu
menutup penuh atau membuka penuh.
 Governor Valve (GV)
Turbin harus dapat beroperasi dengan putaran yang konstan pada beban yang
berubah ubah. Untuk membuat agar putaran turbin selalu tetap digunakan
governor valve.
49
Gambar 5.33 Main Steam Valve dan Governor Valve
5.2.13 Kondensor
Kondensor adalah peralatan untuk merubah uap menjadi air. Proses
perubahannya dilakukan dengan cara mengalirkan uap kedalam suatu ruangan yang
berisi pipa-pipa (tubes). Uap mengalir diluar pipa-pipa sedangkan air sebagai
pendingin mengalir didalam pipa-pipa. Kondensor seperti ini disebut kondensor
tipe surface (permukaan). Kebutuhan air untuk pendingin di kondensor sangat besar
sehingga dalam perencanaan biasanya sudah diperhitungkan. Air pendingin diambil
dari sumber yang cukup persediannya, yaitu dari danau, sungai atau laut.
Gambar 5.34 Kondensor
50
5.2.14 Sistem Air Pendingin Utama
Fungsi sistem air pendingin utama adalah menyediakan pasokan air pendingin
untuk mendinginkan uap di kondensor. Kebutuhan air pendingin yang banyak dan
terus menerus hanya dapat dipenuhi dari sumber air yang berlimpah yaitu air laut,
danau atau sungai. Sistem air pendingin utama selain mendinginkan kondensor juga
digunakan untuk mendinginkan sistem pendingin bantu (auxiliary/close cooling
water).
Gambar 5.35 Sistem Air Pendingin Utama
5.2.15 Sistem Air Pendingin Bantu
Sistem air pendingin bantu merupakan pemasok kebutuhan air pendingin untuk
alat-alat bantu pembangkit termal. Sistem ini menggunakan air tawar atau air demin
sebagai media pendinginnya. Sirkulasi air pendingin bantu merupakan siklus
tertutup sehingga sering disebut dengan sistem air pendingin siklus tertutup (closed
cycle atau closed loop). Karena menggunakan air demin, maka airnya bersih,
sehingga biasanya hanya dipasang satu saringan.
5.2.16 Sistem Air Pengisi
Air pengisi berfungsi untuk memasok kebutuhan air ke boiler dengan
spesifikasi dan kualitas air sesuai dengan yang ada diboiler. Didalam lintasannya
dari tangki hotwell kondensor hingga masuk boiler (economiser), air ini mengalami
pemanasan dan dijaga kualitasnya agar sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.
51
Gambar 5.36 Sistem Air Pengisi
5.2.17 Turbin Uap N50-8.83/535 PLTU Barru
Pada PLTU Barru menggunakan turbin uap N50-8.83/535 dengan daya 55 MW.
52
Gambar 5.37 Turbin Uap 55 MW PLTU Barru
Berikut Spesifikasi turbin uap N50-8.83/535 :
Tipe : Condensing Steam Turbine
Manufacture : Nanjing Machine dan Electric Co. Ltd.
Rated Power : 55 MW
Steam Pressure : 9.8 Mpa
Steam Temperature : 535 ºC
Rated Speed : 3000 rpm
Critical speed : 1562.3 rpm (design)
Feedwater Temperature : 224 ºC
Cooling water temperature :30 ºC
5.3 Generator
Tujuan utama dari kegiatan di PLTU adalah menghasilkan energi
listrik.Produksi energi listrik merupakan target dari proses konversi energi di
PLTU.Generator yang dikopel langsung dengan turbin akan menghasilkan
teganganlistrik manakala turbin berputar.
53
Proses konversi energi didalam generator adalah dengan memutar medan
magnetdidalam kumparan. Rotor generator sebagai medan magnet
menginduksikumparan yang dipasang pada stator sehingga timbul tegangan
diantara keduaujung kumparan generator. Untuk membuat rotor agar menjadi
medan magnet,maka dialirkan arus DC ke kumparan rotor. Sistem pemberian arus
DC kepadarotor agar menjadi magnet ini disebut eksitasi.
5.3.1 Konstruksi dan Bagian-bagian Generator
Generator terdiri dari bagian yang diam disebut stator dan bagianberputar
disebut rotor. Stator terdiri dari casing yang berisi kumparan dan rotoryang
merupakan medan magnet listrik terdiri dari inti yang berisi kumparanInti ini
terbentuk dari susunan plat-plat baja silikon yang mempunyaisifat kemagnetan
yang baik dikompres dengan rapat sekali, tetapi diisolasi satusama lain dengan
pernis atau kertas berisolasi (impregnated paper).
Susunan plat baja silikon yang membentuk inti ini biasanya disebut
laminasi.Laminasi-laminasi ini membentuk saluran yang baik sekali bagi flux
magnetyang dihasilkan oleh rotor. Isolasi pada laminasi mengurangi besarnya
aruspusar (Eddy current), sehingga mengurangi kerugian panas yang timbul.
Bentuk rotor dari generator besar yang diputar dengan turbin uap biasanya
tipesilinder dengan 2 atau 4 kutub magnet. Rotor ini dibuat dari metal
tempaberbentuk silinder sepanjang generator. Untuk mesin-mesin berkutub 4
yanglebih besar diameternya sampai 1,5 meter. Kedua ujung rotor yang
merupakanporos dibuat berdiameter lebih kecil untuk dipasang bantalan journal
54
Gambar 5.38 Konstruksi Generator
 Rotor
Merupakan bagian yang berputar dari generator. Kumparan rotor diberikan
eksitasi dengan tegangan arus DC kemudian dengan bantuan tenaga uap melalui
turbin yang di kopel langsung dengan rotor maka rotor berputar dan terjadilah
tegangan induksi ke stator.
Gambar 5.39 Rotor Generator
 Stator
Merupakan bagian yang tidak bergerak yang sekaligus menjadi body
generator.Stator berupa kumparan jangkar yang mengeluarkan tegangan hasil
dari GGL.
55
Gambar 5.40 Stator Generator
Adapum bagian-bagian pada stator antara lain :
1. Winding dimana kumparan stator ditempatkan pada alur – alur yang
terbentuk pada core / inti stator. Semua lilitan akan digulung dalam 3 group
yang berbeda yang disebut fasa. Salah satu ujung dari setiap group
dihubungkan bersama sehingga membentuk titik bintang, sedang ujung
yang lainnya merupakan terminal keluar 3 fasa yang dihubungkan ke
Transformer.
56
Gambar 5.41 Winding Generator
2. Stator Core dimana Inti / Core stator terbentuk dari susunan plat – plat baja
silikon yang mempunyai sifat kemagnetan yang baik.Laminasi ( susunan
plat baja silicon pada stator ) akan membentuk saluran yang baik sekali bagi
flux magnet yang dihasilkan rotor.Isolasi pada laminasi akan mengurangi
besarnya arus pusar ( Eddy Current ) sehingga dapat mengurangi kerugian
panas.
Gambar 5.42 Stator Core Generator
57
3. Frame stator terbuat dari baja ringan untuk menopang inti stator dan
kumparannya.Frame dirancang mampu menahan tekanan dan ledakan
hydrogen yang mungkin terjadi.
Gambar 5.43 Frame Stator
5.3.2 Sistem Excitasi Generator
Eksitasi adalah sistem mengalirkan pasok listrik DC untuk penguat medan rotor
alternator. Dalam keadaan start atau beroperasi sendiri tegangan alternator
tergantung pada besarnya arus eksitasi. Apabila arus eksitasi berubah tegangan
alternator juga berubah.Tetapi alternator yang beroperasi paralel dengan sistem
jaringan, tegangannya relatif konstan. Perubahan arus eksitasi tidak merubah
tegangan tetapi menyebabkan berubahnya faktor kerja ( Cos ϕ ) dan daya reaktif (
Var ).
Terdapat dua cara mengalirkan arus eksitasi ke rotor alternator, yaitu :
1. Sistem eksitasi dengan sikat (brush excitation)
2. Sistem eksitasi tanpa sikat (brushless excitation)
 Eksitasi Dengan Sikat
Sistem eksitasi dengan sikat terdiri dari alternator DC atau alternator AC
yang arusnya disearahkan yang berfungsi sebagai main eksiter, slipring, pilot
eksiter atau generator frekuensi tinggi, penyearah dan pengatur tegangan
otomatis. Didalam sistem ini pilot eksiter atau permanen magnet generator
58
(PMG), medan magnetnya adalah magnet permanen. Banyaknya kutub
biasanya 16, sehingga menghasilkan frekuensi 400 Hz. Keluaran dari pilot
exsiter adalah AC dan dialirkan lemari penyearah.Didalam lemari ini tegangan
diubah menjadi DC dan digunakan untuk mengontrol kumparan medan eksiter
utama (main exciter).Gambar berikut memperlihatkan konfigurasi sistem
eksitasi dengan sikat.
Gambar 5.44 Sistem Eksitasi Dengan Sikat
Didalam sistem ini eksitasi untuk alternator diproduksi melalui tiga tahap,
yaitu pilot eksiter, main eksiter, dan alternator.Untuk mengalirkan arus eksiter
dari main eksiter ke rotor alternator digunakan slipring dan sikat arang.
Demikian pula penyaluran arus dari pilot eksiter ke main eksiter.
 Eksitasi Tanpa Sikat
Penggunaan sikat dan slipring untuk menyalurkan arus eksiter kerotor
alternator mempunyai kelemahan, karena besarnya arus yang dapat dialirkan
oleh sikat arang relatif kecil.Oleh karena itu alternator dengan kapasitas yang
besar tidak mampu lagi mengalirkan arus eksitasi dengan sikat dan slipring,
sehingga digunakan sitem eksitasi tanpa sikat.
Sistem eksitasi tanpa sikat pada dasarnya terdiri atas komponen yang sama
dengan sistem eksitasi dengan sikat, tetapi penyearah arus dilakukan dengan
59
peralatan yang berputar (rotary). Gambar berikut memperlihatkan konfigurasi
sitem eksitasi tanpa sikat.Pengontrolan arus eksitasi tetap dilakukan pada sisi
masuk eksiter utama.Keluaran dari main eksiter adalah tegangan AC tiga fasa
pada sisi rotornya.Tegangan ini disearahkan didalam penyearah berputar
(rotating rectifier) dan disalurkan ke alternator melalui poros.Jadi tidak
diperlukan lagi adanya slipring dan sikat.
Gambar 5.45 Sistem Eksitasi Tanpa Sikat
5.3.3 Pengatur Tegangan Otomatis
Kondisi beban listrik yang selalu berubah menuntut adanya sistem pengatur
beban dan tegangan yang selalu dapat mengikuti perubahan sehingga diperoleh
output frekuensi dan tegangan yang stabil. Alat untuk mengontrol beban ( frekuensi
) adalah governor valve, sedang alat untuk menjaga agar tegangan tetap stabil
adalah pengatur tegangan otomatis (PTO atau AVR ).
Tugas utama dari AVR secara singkat sebagai berikut :
1. Mengontrol tegangan terminal generator dalam batas-batas yang ditetapkan,
yang secara tidak langsung membantu mengontrol tegangan sistem.
2. Mengatur pembagian daya reaktif diantara mesin-mesin yang beroperasi paralel
pada sistem.
3. Mengontrol arus medan untuk mejaga mesin berada dalam sinkronisme dengan
sistem saat beroperasi, terutama sekali pada faktor daya satu atau leading,
tergantung pada pembebanan mesin.
60
4. Menaikkan eksitasi medan ketika sisitem dalam keadaan terganggu untuk
menjaga mesin agar selalu dalam sinkronisme dengan sistem.
Gambar berikut menunjukan skema rangkaian pengatur tegangan otomatis
sederhana.
Gambar 5.46 Diagram Blok AVR
Kumparan stator PMG atau pilot eksiter memasok daya ke AC eksiter (eksiter
utama) melalui rangkaian pengatur tegangan. Besarnya daya (arus eksitasi) ke AC
eksiter ditunjukkan oleh perbedaan antara tegangan terminal alternator dan
tegangan referensi oleh balance meter. Perbedaan ini bisa berharga minus ( - ) dan
( + ).
Apabila perbedaan tersebut berharga minus, maka AVR menghasilkan sinyal
boost, yaitu penambahan arus eksiter ke AC eksiter. Sebaliknya jika perbedaan itu
berharga plus, maka AVR menghasilkan sinyal buck, yaitu pengurangan arus
eksiter ke AC eksiter. Apabila tidak ada perbedaan antara tegangan terminal
alternator dengan tegangan referensi, maka sinyal keluaran AVR menjadi nol,
artinya tidak ada penambahan dan tidak ada pengurangan arus eksitasi ke AC
eksiter.
61
5.3.4 Generator dan Exciter PLTU Barru
Spesifikasi Generator PLTU Barru adalah sebagai berikut:
Manufacture : Nanjing Turbine dan Electric Machinery Group
Type : QFW-60-2C
Rated Power : 60 MW
Rated Output : 70.6 MVA
Rated Voltage : 10.5 kV
Rated Current : 3882 A
Excitation Current : 740 A
Frequency : 50 Hz
Rated Speed : 3000 rpm
Power Factor : 0.85
Insulation Class : F
Connection : ʏ
Weight : 110 t
Gambar 5.47 Generator PLTU Barru
62
Spesifikasi Exciter Generator PLTU Barru :
 Permanent Magnet Generator (PMG)
Manufacture : Nanjing Turbine dan Electric Machinery Group
Type : TFY.85-3000
Frequency : 400Hz
Capability : 2.85 kVA
Excitation Method : PM
Phase Number : 1
Rated Voltage : 190 kV
Rated Current : 15 A
Power Factor : 0.9
Rated Speed : 3000 rpm
Insulation Class : F
 Main Exciter
 Manufacture : Nanjing Turbine dan Electric Machinery Group
 Type : TFLW218-3000A
 Frequency : 150Hz
 Rated Power : 218kW
 Rated Voltage : 251 V
 Rated Current : 872 A
 Rated Speed : 3000 rpm
 Excitation Voltage : 61.2 V
 Excitation Current : 6.65 A
 Insulation Class : F
 Connection : ʏ
 Weight : 1512kg
63
Gambar 5.48 PMG dan Main Exciter Generator PLTU Barru
5.3.5 Transformator
Traformator merupakan alat listrik yang berfungsi untuk menaikkan dan
menurunkan tegangan.
Adapun bagian-bagian trafo antara lain :
 Inti besi, sirkuit magnetic dibuat dari besi silicon (grain oriented Silicon Steel)
dan membentuk rangkaian magnetis tertutup
 Belitan, dibuat dari tembagaberisolasi dan berkonduktivitas tinggi dan
terendam minyak. Antara belitan dan tangki bawah dibatasi dengan sekat
sebagai tumpuan belitan sekaligus sebagai isolator. Bentuk belitan adalah
konsentris
 Sendapan, dilakukan sedemikian rupa sehingga kokoh dan dapat dioperasikan
melalui pengatur-pengatur posisi. Sendapan dipasang dibagian luar tangki trafo
dan dapat dioperasikan dalam keadaan bertegangan tanpa beban. Sendapan
dipasang terendam minyak trafo.
 Bushing, terdiri dari 2 macam yaitu bushing tegangan primer yang dibuat dari
porselen dengan jarak rambat minimum 4,3cm, sedangkan bushing yang lain
yaitu bushing tegangan sekunder yang dibuat dari porselin, dimana dilengkapi
dengan terminal untuk menghubungkan pada bagian sekunder.
 Minyak Trafo, minyak trafo yang digunakan merupakan minyak alami yang
memenuhi standart SPLN 49-1:1982, fungsi minyak tersebut adalah sebagai
pendingin trafo dan isolasi trafo
64
 Sistem pengaman, berfungsi sebagai pemutus tenagan yang dipasang pada sisi
sekunder dan primer didalam tangki (terendam minyak). Pengaman tersebut
berfungsi sebagai pemutus tegangan jika terjadi tegangan berlebih
 Arester. dipasang pada bagian luar tangki yang terhubung dengan terminal
bushing sisi sekunder.
Tenaga listrik yang dihasilkan dari keluaran trafo selanjutnya dihubungkan ke
rangkaian serandang hubung (switch yard).Selanjutnya dilanjutkan ke gardu induk
(GI).
Spesifikasi Transformator Utama PLTU Barru :
Pabrik pembuat : Chongqing AEA Transformator Group
Rated Power : 63 MVA
Rated Voltage : 10,5 kV/150kV
Rated Current : 230,2 A/ 3464 A
Wiring Group : Ynd11
Frequency : 50 Hz
Cooling : ONAN/ONAF
Impedance Uk : 12 %
(a) (b)
Gambar 4.49 Trafo Utama (a) dan Pemakaian Sendiri (b) pada PLTU Barru
65
5.4 Water Treatment Plant (WTP)
Water treatment plant adalah salah satu unit PLTU yang berfungsi untuk
mengubah air laut menjadi air murni (H20) untuk air umpan boiler (Demin Water)
dengan konductivity <0,02 µS/cm. Proses Demineralisasi air tawar ini
memanfaatkan prinsip pengikatan ion-ion menggunakan resin penukar ion.
Air umpan boiler sangat dijaga tingkat kemurniannya karena air ini dalam
tugasnya sebagai fluida kerja maupun fluida pendingin akan melalui bagian-bagian
peralatan pada pembangkit yang terbuat dari logam. Oleh karena sifat logam yang
dapat terkorosi inilah tingkat kemurnian air perlu dijaga.
Parameter-parameter yang perlu diperhatikan dalam produksi Demin Water
dalam Water Treatment Plant ini adalah sebagai berikut :
1. Konductivity (<0,02 µS/cm)
2. pH (± 7-9 )
3. Kadar silika ( 0,02 ppm)
5.4.1 Pentingnya Pengolahan Air di PLTU
Dalam pembangkit listrik, energi panas diubah menjadi energi mekanik untuk
menghasilkan listrik. Air berubah menjadi uap dengan menyerap energi panas, yang
diberikan oleh bahan bakar (batu bara dan minyak ) untuk pembakaran. Uap
dimasukkan ke turbin untuk mengubah energi panas menjadi energi mekanik, yang
diubah menjadi energi listrik oleh generator. Listrik ditransmisikan ke jaringan
listrik. Ini memiliki persyaratan kualitas tinggi air boiler untuk memastikan operasi
boiler dan turbin normal.
Kualitas air dalam sistem termal merupakan salah satu faktor yang paling
penting pada operasi yang aman dan ekonomi peralatan termal seperti boiler dan
turbin. Air baku, yang tidak dimurnikan, tidak diperbolehkan masuk ke lingkaran
sistem air-uap dalam peralatan termal karena mengandung banyak kotoran. Ini
memerlukan perawatan yang tepat untuk memurnikan, menjamin operasi yang
stabil dari peralatan termal keseluruhan.
Proses utama pada water treatment plant ini bisa digambarkan pada flow
diagram berikut :
66
Gambar 5.50 Diagram Proses WTP PLTU Barru
5.4.2 Bagian-bagian WTP PLTU Barru
 Clarifier
Adalah tempat proses pretreatment air baku di mana akan terjadi pengikatan
partikel pada air yang kemudian mengendapkan lumpur/kotoran ke bawah
menggunakan tawas.
Gambar 5.51 Clarifier
 Sea Water Tank
Adalah sebagai penampung air baku, yang sudah di proses di clarifier.
67
Gambar 5.52 Sea Water Tank
 Multimedia Filter
Adalah penyaring pertama yang menyaring kotoran/flok dan partikel pada
air.
Gambar 5.53 Multimedia Filter
 Finesand Filter
Adalah penyaring kedua yang dapat menghilangkan bau dan warna pada air.
68
Gambar 5.54 Finesand Filter
Gambar 5.55 Diagram Logic MMF dan FSF
 Micron Filter
Adalah penyaring ketiga yang menyaring partikel-partikel terkecil pada air
baku.
69
Gambar5.56 Micron Filter
 1st High Pressure Pump
Adalah pompa bertekanan tinggi yang berfungsi memompakan air
laut/baku untuk menekan membrane SWRO yang kemudian menjadi air
fresh/payau.
Gambar 5.57 1st High Pressure Pump
 Sea Water Reverses Osmosis (SWRO)
Reverse osmosis adalah proses pemisahan zat-zat padat terlarut dari
molekul molekul air dalam suatu larutan. Dilakukan dalam proses pemurnian
air dengan cara memberikan tekanan hydrostatic pada air umpan sehingga
70
mampu menembus sel membrane permeable dan menghasilkan air murni.
Metode yang dipergunakan pada proses operasi RO merupakan salah satu tipe
metode penyaringan dalam ukuran yang sangat-sangat kecil (nano filtration),
Proses Sea Water Reverses Osmosis (SWRO)adalah penyaring yang
berfungsi memproses air laut menjadi air fresh/payau, yang dapat menurunkan
conductivity sampai <1000 microsiemen/cm.
Gambar 5.58 Kontruksi Reverse Osmosis
Gambar 5.59 Sea Water Reverses Osmosis (SWRO)
71
 Fresh Water Tank
Adalah penampung air product hasil sea water reverses osmosis
(SWRO).Yang memiliki kapasitas 2 x 800 Ton.
Gambar 5.60 Fresh Water Tank
Gambar 5.61 Diagram Logic SWRO
72
 2nd High Pressure Pump
Adalah pompa bertekanan tinggi yang berfungsi memompakan air
fresh/payau untuk menekan membrane RO pada BWRO yang kemudian
menjadi air pure/ RO product.
Gambar 5.62 2ND High Pressure Pump
 Brackish Water Reverses Osmosis (BWRO)
Adalah penyaring yang berfungsi memproses air fresh/payau menjadi air
pure/ro product,yang dapat menurunkan conductivity sampai 10
microsiemen/cm.
Gambar 5.63 Brackish Water Reverses Osmosis (BWRO)
73
 RO Tank
Adalah penampung air product hasil dari brackish water reverses osmosis
(BWRO) Yang memiliki kapasitas 30 ton.
Gambar 5.64 RO Tank
 MIXED BED
Adalah proses penghilangan kandungan mineral pada air, seperti :na, mg.
k, ca dll. yang sesuai dengan persyaratan standar air pengisi boiler.
Di mixed bed,resin kation dan anion dicampur equably dalam satu
exchanger. Jadi bisa dianggap sebagai sistem bed bertingkat senyawa disusun
oleh banyak resin kation dan resin anion diatur secara bergantian.
Pertukaran kation dan pertukaran anion dilanjutkan secara bersamaan. H +
berasal dari pertukaran model H dan OH- yang berasal dari model pertukaran
OH diakumulasikan bersama-sama dan mereka bereaksi satu sama lain. Reaksi
pertukaran Total berlangsung sepenuhnya. Jadi kualitas air keluar dari mixed
bed campuran jauh lebih baik daripada salah satu tempat bed senyawa utama.
74
Gambar 5.65 Konstruksi Mixed Bed
Gambar5.66 Mixed Bed
 Demin Tank
75
Adalah penampung air product hasil dari mixed bed.yang memiliki kapasitas
2x 400 ton.
Gambar 5.67 Demin Tank
Gambar 5.68 Logic BWRO Dan Mixed Bed
5.5 Coal Handling System
PLTU batubara adalah suatu pembangkit listrik yang menggunakan batu bara
sebagai bahan bakar utamanya. PLTU Barru adalah salah satu pembangkit yang
menggunakan bahan bakar batubara dengan kapasitas pembangkitan 2 X 50 MW.
Untuk mencukupi kapasitas pembangkitan yang cukup besar tersebut dibutuhkan
76
batubara dalam jumlah yang sangat banyak. Oleh karenanya diperlukan suatu
penanganan khusus terhadap bahan bakar batubara tersebut yang dinamakan coal
handling system.
Coal handling system berfungsi menangani mulai dari pembongkaran batubara
dari kapal/tongkang (unloading area), penimbunan/penyimpanan di stock area
atapun pengisian ke bunker (power plant). yang digunakan untuk pembakaran di
Boiler.
Alat transportasi yang digunakan dengan system conveyor, beberapa
keuntungan yang bisa diperoleh dengan system conveyor diantaranya adalah :
1. Menurunkan biaya dan waktu pada saat memindahkan batubara.
2. Menigkatkan efisiensi pemindahan material.
3. Menghemat ruang.
4. Meningkatkan kondisi lingkungan kerja (bersahabat dengan lingkungan).
5. Tidak berisik.
6. Menurunkan tingkat polusi udara
KonsumsiBatubaraPembangkit Listrik
Unit
(MW)
Konsumsibatubara
(t/h)
Konsumsibatubar
a ( t/d)
Konsumsibatubara
(kg/kWh)
2×50 30,6 732.67 0,678
Catatan : Inidihitung dengan24jam perhari.
5.5.1 Coal Handling Area
 Unloading Area
Merupakan tempat yang digunakan oleh kapal tongkang untuk
menyandarkan dan membongkar batubara kurang lebih sebanyak 700 ton. Pada
PLTU Barru menggunakan dermaga khusus tongkang, maka untuk keperluan
kelancaran pembongkaran batubara, dermaga dilengkapi berupa alat berat yaitu
crane dan buldozeer. Batu batubara tersebut akan ditransfer ke coal stok area
menggunakan conveyor.
77
.
Gambar 4.69 Unloading Area
 Coal Stock Area
1. Coal Yard
Merupakan tempat penampungan batubara setelah dari kapal tongkang
untuk stock bulanan sebelum batu bara di transportasikan ke bunker yang
dilengkapi dengan buldozeer dan excavator.
Gambar 5.70 Coal Yard
78
2. Coal Dry
Merupakan tempat penampungan batu bara untuk stock harian atau
sebagai tempat pengeringan batubara sebelum ke Coal bunker. Yang
dilengkapi dengan crane,buldozeer dan excavator.
Gambar 5.71 Coal Dry
5.5.2 Komponen Coal Handling
Secara umum, komponen coal handling sistem dapat dikelompokkan menjadi 2 :
 Belt Conveyor (BC)
Belt Conveyor di dalam Coal handling sistem merupakan peralatan yang
sangat vital dan berfungsi untuk mentransmisikan batubara dari unloading area
(Intake Hopper) sampai Coal Bunker (power plant). Kontruksi dari belt ini
berupa karet memanjang yang digulungkan diantara 2 buah pulley yang terletak
pada ujung Belt Conveyor.Konstruksi dari Belt Conveyor dapat dilihat pada
Gambar dibawah.
79
Gambar 5.72 Konstruksi Belt Conveyor
Gambar 5.73 Belt Conveyor
Bagian bagian dari Belt Conveyor yaitu :
1. Belt Conveyor
Merupakan ban berjalan yang berfungsi untuk membawa material dan
meneruskan gaya.
80
2. Carrying idler
Berfungsi untuk menjaga belt pada bagian yang berbeban atau sebagai
roll penunjang ban bermuatan material. Posisi dari Carrying idler berada di
atas conveyor table. Komposisinya terdiri dari 3 buah roll penggerak
berbentuk V.
3. Impact idler
Posisinya persis di bawah chute. Pada bagian luarnya dilapisi dengan
karet dan jarak antara satu sama lain lebih rapat dari carrying idler.
Fungsinya untuk menahan belt agar tidak sobek/rusak akibat batubara yang
jatuh dari atas.
4. Return idler
Berada di bawah belt pada sisi balik conveyor. Komposisinya hanya
terdiri dari 1 buah roll penyangga dan berfungsi untuk menyangga belt
dengan arah putar balik.
5. Steering idler
Merupakan idler yang berfungsi untuk menjaga kelurusan belt agar
tidakjogging (bergerak ke kiri/kanan). Posisinya di bagian pinggir belt.
6. Motor
Berfungsi sebagai penggerak utama dari Belt Conveyor. Dalam
pengoperasiannya dihubungkan dengan gearbox dan fluid coupling.
7. Reducer
Peralatan yang menggandengkan sumber daya ke pulley dan berfungsi
mereduksi putaran dari motor agar putaran input dari motor dapat dikurangi.
8. Drive pulley
Merupakan pulley yang secara langsung atau tidak langsung terhubung
dengan motor listrik dan dikopling dengan gearbox. Fungsinya untuk
memutar belt menuju ke depan. Posisi drive pulley tidak harus selalu di
depan, bisa dipasang dimana saja yang dianggap memungkinkan
9. Take up pulley
Pulley yang berfungsi untuk menjaga ketegangan belt. Take up pulley
81
terhubung dengan counter weight.
10. Counter weight
Merupakan bandul yang terhubung dengan take up pulley yang
berfungsi untuk memberi/menjaga ketegangan belt.
11. Bend pulley
Pulley yang berfungsi untuk menikungkan atau membelokkan arah belt.
12. Head pulley
Pulley terakhir yang berada pada ujung depan conveyor. Tidak semua
head pulley dapat dipakai sebagai drive pulley. head pulley yang tidak dapat
dihubungkan dengan drive pulley tidak dapat disebut sebagai drive pulley.
13. Snub pulley
Pulley yang digunakan untuk memperbesar sudut illitan kontak antara
pulley dengan belt. Biasanya Snub pulley terletak di dekat drive pulley.
14. Tail pulley
Berada di sisi belakang conveyor. Berfugnsi untuk memutar kembali
Belt Conveyor menuju ke arah drive pulley. Tail pulley dilengkapi dengan
beltcleaner yang berfungsi untuk mencegah batubara agar tidak masuk ke
tail pulley. pada conveyor jenis light duty, tail puley juga sering dijadikan
sebagai take up pulley.
15. Scrapper (pembersih)
Merupakan perangkat yang berfungsi membersihkan material yang
menempel pada belt.
16. Rubber skirt (skirt board)
Merupakan peralatan yang berfungsi mencegah agar material tidak
tumpah keluar dari belt pada saat muat.
17. Plough scrapper
Berfungsi untuk membersihkan material yang tertumpah pada arah balik
belt. Biasanya terdiri dari primary dan v-plough scrapper.
 Common System Belt Conveyor
82
Merupakan peralatan bantu yang digunakan dalam proses pengoperasian
belt conveyor.
1. Helicoid ( Strainer )
Helicoid / strainer ( penyaringan ) merupakan suatu alat yang berfungsi
untuk memisahkan batubara yang kasar dengan yang halus, Batubara yang
kasar masuk ke crusher sedangkan yang halus langsung masuk ke belt
conveyer II
Gambar Helicoid ( strainer )
2. Crusher
Berfungsi untuk menghancurkan batubara yang lewat peralatan tersebut
mempunyai ukuran lebih besar dari 6 mm Peralatan ini dirancang hanya
83
untuk menghancurkan batubara,bukan material lain.
Gambar 5.75 Kontruksi Crusher
Gambar 5.76 Crusher
3. Vibrator
Vibrator adalah suatu alat yang berfungsi untuk menggetarkan hopper
agar batubara yang berada dalam hopper jatuh menuju ke-belt conveyor.
84
Gambar5.77 Vibrator
4. Hopper
Berada di sisi depan conveyor. Memiliki bentuk yang lebih besar dan
berfungsi untuk menampung batubara dengan kuantitas relatif banyak
sebelum diarahkan ke conveyor. Hopper dilengkapi dengan chute yang
memudahkan batubara untuk meluncur, sehinnga tidak menggumpal
maupun terjadi penyumbatan.
Gambar 5.78 Hopper
5. Diverter Gate (DG)
Adalah suatu peralatan untuk mindahkan aliran batubara dari arah yang
satu ke yang lainnya. Diverter Gate ini mempunyai dua posisi pada sisi
85
pengeluaran, dan tidak boleh dipindahkan pada saat ada aliran batubara.
Gambar 5.79 Diverter Gate
6. Scraper Conveyor (SC)
Scrapper conveyor adalah peralatan untuk memasukkan batubara ke
dalam bunker secara otomatis dari control room dan juga secara lokal .
Gambar 5.80 Scrapper Conveyor
7. Magnet separator (MS)
Magnetic separator berfungsi untuk memisahkan logam besi dari
batubara. Prinsip kerja M/S ini berdasarkan induksi elektromagnetik logam
besi yang terbawa pada aliran batubara akan ditarik oleh medan
86
elektromagnetik lalu menempel pada conveyor M/S dan akan jatuh pada sisi
penampungan.
Gambar 5.81 Magnetic Separator
8. Dust Collector (D/C)
Berfungsi untuk mengumpulkan debu batubara dengan sistem vacum,
secara garis besar peralatan ini terdiri dari blower penyedot debu.
Gambar 5.82 Dust Collector
9. Coal Bunker
Adalah tempat penampungan batubara terakhir sebelum digunakan
untuk pembakaran di boiler.
87
Gambar 5.83 Coal Bunker
10. Coal Feeder
Berfungsi untuk mengalirkan batubara yang berasal dari suatu bunker
untuk di transfer ke furnance yang digunakan sebagai bahan bakar. Coal
Feeder ini mempunyai kecepatan rendah dan daya hantar pendek dan dapat
diatur kecepatanya sesuai aliran batubara yang diinginkan.
Gambar 5.84 Coal Feeder
11. Pull Cord/Pull Rope Switch
Berfungsi untuk memberhentikan Belt Conveyor/belt feeder dengan
88
cara menarik tali yang dipasang sepanjang belt sisi kiri dan kanan apabila
ada gangguan atau kelainan peralatan di local. Peralatan pengaman ini
dipakai juaga pada saat ada pekerjaan perbaikan/pemeliharaan.
Gambar 5.85 Pull Cord/Pull Rope Switch
Gambar aliran Coal Handling PLTU Barru secara umum
Gambar5.86 Flow Coal Handling
5.6 Ash Handling System
Ash Handling Plant adalah peralatan bantu dari sebuah PLTU berbahan bakar
batubara untuk menampung abu sisa hasil pembakaran yang kemudian
89
menyalurkannya ketempat pembuangan akhir (Ash Yard). Pada System Ash
Handling abu dibagi menjadi dua yaitu Fly Ash (abu kering) dan Bottom Ash (abu
basah).
Ash Handling Plant mempunyai alat yang berfungsi sebagai penangkap abu sisa
pembakaran, yaitu Electrostatic Precipitator (EP). Batubara yang dialirkan ke
dalam ruang bakar akan menghasilkan gas buang yang mengandung partikel abu.
Sebelum dibuang ke atmosfir, gas buang yang mengandung partikel abu akan
melewati suatu ruang yang di dalamnya terdapat pelat-pelat yang dapat menangkap
partikel abu. Pelat tersebut dialiri listrik searah (DC). Abu hasil tangkapan EP
disalurkan melalui Transporter / Blower maupun Belt Conveyor ke Silo
(Penampungan) atau ditampung di tempat penampungan akhir (Ash Yard) untuk
dimanfaatkan / dijual.
Selain itu, Ash Handling Plant juga mempunyai peralatan yang berfungsi
sebagai penampung dan penyalur abu sisa pembakaran yang berasal dari ruang
bakar (furnace) yaitu SDCC (Slug Dust Chain Conveyer). Batubara (serbuk) yang
dimasukan ke dalam ruang bakar sebagian tidak terbakar dan abu yang tidak
terhisap oleh ID Fan akan jatuh dan ditampung di bagian bawah ruang bakar
(Bottom Ash) dialirkan melalui SDCC menuju Silo Bottom Ash dan kemudian di
tampung di tempat penampungan akhir (Ash Yard).
5.6.1 Fly Ash
 ESP (Electrostatic Precipitator)
Electrostatic Precipitator adalah peralatan yang berfungsi menangkap abu
sisa pembakaran yang berada dalam gas buang yang akan dibuang ke atmosfir
melalui stack, sehinga gas buang yang akan dibuang tidak mengandung
partikel-partikel abu yang dapat mencemari lingkungan. Prinsip kerja
Electrostatic Precipitator (ESP) adalah partikel – partikel abu dari boiler/ruang
bakar (furnace) yang belum bermuatan, akan diberi muatan – ( negative ) oleh
Electroda dan selanjutnya dengan teori Electric magnet akan ditangkap oleh
Collecting Plate. Discharge electroda (wire)/emiting dengan dialiri arus DC
sebagai kutup negatif dan collecting electroda plate sebagai kutup positif. Di
90
dalam daerah penangkapan yang terdiri dari collecting plate dan discharge
electrode (kawat) akan dibangkitkan suatu medan listrik yang cukup besar.
Selain itu juga akan menyebabkan molekul - molekul udara dipercepat
gerakannya sehingga bertabrakan yang mengakibatkan electronnya terlepas
dari orbitnya dan menjadi electron bebas. Bila tegangan yang dibangkitkan
semakin besar maka akan tercipta suatu corona dan electron bebas yang
terbentuk semakin banyak.
Abu terbang yang melewati medan corona ini akan bertabrakan dengan ion
ion dan electron bebas, sehingga partikel abu yang tidak bermuatan akan
menjadi bermuatan. Karena pengaruh medan listrik partikel partikel tersebut
bergerak menuju collecting plate. Partikel abu ini akan jatuh ke bawah karena
gravitasi. Sisa abu yang masih menempel pada collecting plate dan discharge
electroda akan dibersihkan dengan system penghentakan (rapping). Abu pada
Collecting Plate dan Discharge akan jatuh ke Hopper setelah proses rapping.
Mekanisme penghentakan bekerja dalam selang waktu tertentu secara periodik.
Abu yang telah terkumpul ini harus disalurkan agar tidak menimbulkan masalah
pada internal penangkap abu electrostatic precipitator menggunakan blower.
Gambar 5.87ESP
 Blower
Blower berfungsi sebagai pemindah abu hasil tangkapan EP (electrostatic
Precipitator), dari ESP ke Transfer Bin yang selanjutnya di pindahkan lagi ke
91
Penampunan sementara (Silo). Prinsip kerja Blower adalah menyalurkan/
memindahkan abu yang berasal dari ESP ke Silo.
 SiloFly Ash
Di Silo Fly Ash di proses lagi menggunakan Mixer Conveyor / Hidromix
Conditioning, dengan Hidromix Conditioning ini Fly Ash dispray
menggunakan service water sehingga Fly Ash menjadi basah dan jatuh ke Belt
Conveyor (BC 2,3,4) lalu ditampung di Ash Valley. Selain itu ada juga Fly Ash
yang langsung ditransfer ke Truck Capsule menggunakan Dry Unloader (DU).
Jika pada Belt Conveyor mengalami kerusakan maka Abu Basah yang keluar
dari Mixer Conveyor bisa langsung ditampung dump truck lalu ditransfer ke
Ash Valley.
Di Silo Fly Ash di proses lagi menggunakan Mixer Conveyor / Hidromix
Conditioning, dengan Hidromix Conditioning ini Fly Ash dispray
menggunakan service water sehingga Fly Ash menjadi basah. Setelah itu Fly
Ash ditransfer ke Truck untuk di tampung di Ash Yard.
Gambar 5.88 Silo Fly Ash
 Ash Yard
Ash Yard merupakan tempat penampungan terakhir abu yang telah diproses
pada sistem Fly Ash dan Sistem Bottom Ash. Ash Yard ini digunakan apabila
92
level dari Silo sudah terlalu tinggi dan belum ada truck-truck yang akan
menampung abu tersebut maka abu tersebut ditampung di Ash Yard yang
kemudian akan diproses lagi oleh Loader, Exavator dan dump truck atau
dimanfaatkan (dijual).
5.6.2 Bottom Ash
 SDCC ( SlugDust Chain Conveyer )
Merupakan bak penampung abu sisa pembakaran batu bara yang berada di
bagian bawah ruang bakar / furnace juga berfungsi sebagai perapat (seal
trough) ruang bakar, sehingga ruang bakar tidak bertekanan positif, abu yang
terkumpul akan dibuang ke penampungan sementara melalui Conveyor-
conveyor (Ban Berjalan) menuju Silo Bottom Ash.
Gambar 5.89 SDCC
 SiloBottom Ash
Di Silo Bottom Ash berfungsi sebagai penampungan sementara abu sisa
pembakaran dari furnice yang disalurkan melalui SDCC. Setelah mencapai
93
kapasitas tertentu abu dari Silo akan di tampung di tempat penampungan akhir
dengan menggunakan Truck.
BAB VI
PENUTUP
94
6.1 Kesimpulan
1. Unit PLTU Barru merupakan salah satu dari proyek percepatan 10.000
MW tahap pertama yang dicanangkan oleh pemerintah dalam mengatasi
krisis energi di Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan.
2. Unit PLTU Barru memiliki kapasitas terpasang sebesar 100 MW yang
terdiri dari 2 unit dengan kapasitas masing-masing unit 50 MW.
3. Komponen utama PLTU Barru terdiri dari empat, yaitu :
 Boiler CFB 220t/h
 Turbin uap 55 MW
 Generator 60 MW
 Tranformator 63 MVA
Sedangkan peralatan penunjang terdiri dari :
 Water Treatment Plant (WTP)
 Auxiliary Boiler (PAF, SAF, IDF, Boiler Drum,dll).
 Auxiliary Turbin (Kondensor, BFP, HP Heater, LP Heater, dll).
 Coal and Ash Handling
4. Unit PLTU Barru menggunakan teknologi Boiler CFB (Circulation
Fluidize Bed) yang masih tergolong baru dalam dunia coal fired steam
power plant di Indonesia.
5. Sistem Soot Blower sangat penting dalam unit PLTU karena berfungsi
untuk membersihkan abu atau jelaga yang menempel pada bagian boiler
yang dilewati gas buang.Abu ini terbawa gas dan akan menempel pada
pipa-pipa dan saluran yang dilewati gas buang sehingga menimbulkan
slaging dan fouling (pengotoran). Apabila hal pengotoran ini dibiarkan
menempel pada pipa-pipa (peralatan pemindah panas) akan
menghambat perpindahan panas dari gas ke air, uap atau udara yang
dipanaskan. Oleh karena itu abu dan jelaga ini harus dibersihkan dan
dibuang.
Bagian yang di soot blowing adalah:
• Pipa-pipa superheater
• Pipa-pipa economiser
95
• Elemen-elemen air heater
6.1 Saran
1. Menjaga dan menjalin komunikasi yang baik antar Manajemen PLTU Barru
dengan masyarakat sekitar PLTU Barru.
2. Kerja sama dengan lingkungan akademis agar lebih ditingkatkan, dengan
mengadakan berbagai macam kegiatan yang bisa bermanfaat bagi
mahasiswa pada khususnya dan dunia kerja pada umumnya.
3. Sebaiknya peserta kerja praktek diberi pengarahan awal mengenai seluk
beluk pekerjaan yang akan dilaksanakan di tempat kerja dimana peserta
ditempatkan.
DAFTAR PUSTAKA
96
Unit Pendidikan dan Pelatihan Suralaya (PLNJASDIK). 2007. Perkembangan PLTU. PT.
PLN (Persero). Jakarta.
Unit Pendidikan dan Pelatihan Suralaya (PLNJASDIK). 2007. Turbin Uap dan alat
Bantunya. PT. PLN (Persero). Jakarta.
Unit Pendidikan dan Pelatihan Suralaya (PLNJASDIK). 2007. Boiler dan alat bantunya.
PT. PLN (Persero). Jakarta.
Unit Pendidikan dan Pelatihan Suralaya (PLNJASDIK). 2006. Pengoperasian Sistem
Pelumas. PT. PLN (Persero). Jakarta.
…………….2012. Laporan Kerja Praktek Lapangan pada PT PJBUBJ O&M PLTU
Rembang.Universitas 45 Surabaya. Surabaya.
Unit Pendidikan dan Pelatihan Suralaya (PLNJASDIK). 2006. Pengoperasian Sistem
Pelumas. PT. PLN (Persero). Jakarta.
China Guodian. 2011. PLTU Sulawesi Selatan 2×50 MW Coal FiredSteam Power
Plant. Electric Engineering Technical Service Subsidiary of Wuhan
Qingyuan Electric Co., Ltd. Hubei, China.
97
LAMPIRAN

More Related Content

What's hot

Model atom bohr(eksitasi elektron)
Model atom bohr(eksitasi elektron)Model atom bohr(eksitasi elektron)
Model atom bohr(eksitasi elektron)SMA Negeri 9 KERINCI
 
PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)
PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)
PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)Yohanes Sangkang
 
Fluks Listrik dan Hukum Gauss
Fluks Listrik dan Hukum GaussFluks Listrik dan Hukum Gauss
Fluks Listrik dan Hukum Gaussanggundiantriana
 
Makalah teknik tenaga listrik part 1
Makalah teknik tenaga listrik part 1Makalah teknik tenaga listrik part 1
Makalah teknik tenaga listrik part 1Dewi Izza
 
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)Ali Hasimi Pane
 
Kelebihan dan Kekurangan PLT GEOLOMBANG LAUT
Kelebihan dan Kekurangan PLT GEOLOMBANG LAUTKelebihan dan Kekurangan PLT GEOLOMBANG LAUT
Kelebihan dan Kekurangan PLT GEOLOMBANG LAUTYOHANIS SAHABAT
 
Pertemuan ke 6dan-7_neraca_massa
Pertemuan ke 6dan-7_neraca_massaPertemuan ke 6dan-7_neraca_massa
Pertemuan ke 6dan-7_neraca_massaKhoridatun Nafisah
 
Termodinamika1
Termodinamika1Termodinamika1
Termodinamika1APRIL
 
Perencanaan turbin air
Perencanaan turbin airPerencanaan turbin air
Perencanaan turbin airKhairul Fadli
 
Belajar kontrol
Belajar kontrolBelajar kontrol
Belajar kontrolketutjuan
 
Kimia fisika II Viskositas
Kimia fisika II ViskositasKimia fisika II Viskositas
Kimia fisika II Viskositasmery gita
 
Tegangan permukaan
Tegangan permukaanTegangan permukaan
Tegangan permukaanIin Khoerani
 

What's hot (20)

Model atom bohr(eksitasi elektron)
Model atom bohr(eksitasi elektron)Model atom bohr(eksitasi elektron)
Model atom bohr(eksitasi elektron)
 
PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)
PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)
PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)
 
Alat alat ukur
Alat alat ukurAlat alat ukur
Alat alat ukur
 
Viskositas 1
Viskositas 1Viskositas 1
Viskositas 1
 
Hukum Termodinamika
Hukum TermodinamikaHukum Termodinamika
Hukum Termodinamika
 
Fluks Listrik dan Hukum Gauss
Fluks Listrik dan Hukum GaussFluks Listrik dan Hukum Gauss
Fluks Listrik dan Hukum Gauss
 
Makalah teknik tenaga listrik part 1
Makalah teknik tenaga listrik part 1Makalah teknik tenaga listrik part 1
Makalah teknik tenaga listrik part 1
 
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
 
generator-ac-dc
generator-ac-dcgenerator-ac-dc
generator-ac-dc
 
Kelebihan dan Kekurangan PLT GEOLOMBANG LAUT
Kelebihan dan Kekurangan PLT GEOLOMBANG LAUTKelebihan dan Kekurangan PLT GEOLOMBANG LAUT
Kelebihan dan Kekurangan PLT GEOLOMBANG LAUT
 
Bab ii ok
Bab ii okBab ii ok
Bab ii ok
 
4.hukum gauss
4.hukum gauss4.hukum gauss
4.hukum gauss
 
Pertemuan ke 6dan-7_neraca_massa
Pertemuan ke 6dan-7_neraca_massaPertemuan ke 6dan-7_neraca_massa
Pertemuan ke 6dan-7_neraca_massa
 
Termodinamika1
Termodinamika1Termodinamika1
Termodinamika1
 
Makalah yoga
Makalah yogaMakalah yoga
Makalah yoga
 
Perencanaan turbin air
Perencanaan turbin airPerencanaan turbin air
Perencanaan turbin air
 
Belajar kontrol
Belajar kontrolBelajar kontrol
Belajar kontrol
 
Kimia fisika II Viskositas
Kimia fisika II ViskositasKimia fisika II Viskositas
Kimia fisika II Viskositas
 
Tegangan permukaan
Tegangan permukaanTegangan permukaan
Tegangan permukaan
 
Dinamika Fluida
Dinamika FluidaDinamika Fluida
Dinamika Fluida
 

Similar to Contoh Laporan Kuliah Kerja Nyata

Laporan kkn xviii UGR DEsa TOYA
Laporan kkn xviii UGR DEsa TOYALaporan kkn xviii UGR DEsa TOYA
Laporan kkn xviii UGR DEsa TOYAilmanbakri
 
kurikulum pembelajaran vokasional
kurikulum pembelajaran  vokasionalkurikulum pembelajaran  vokasional
kurikulum pembelajaran vokasionalKhalifahIsnaini
 
Materi satu Persiapan Implementasi Projek penguatan profil pelajar Pancasila....
Materi satu Persiapan Implementasi Projek penguatan profil pelajar Pancasila....Materi satu Persiapan Implementasi Projek penguatan profil pelajar Pancasila....
Materi satu Persiapan Implementasi Projek penguatan profil pelajar Pancasila....RulisonMbolik
 
Laporan akhir kkn unusida berdaya. siti robiatul adawiyah D24180122 docx
Laporan akhir kkn unusida berdaya. siti robiatul adawiyah D24180122 docxLaporan akhir kkn unusida berdaya. siti robiatul adawiyah D24180122 docx
Laporan akhir kkn unusida berdaya. siti robiatul adawiyah D24180122 docxrobiatuladawiyah63
 
Panduan kkn-tematik-unram
Panduan kkn-tematik-unramPanduan kkn-tematik-unram
Panduan kkn-tematik-unramSulis Tiyana
 
Laporan akhir kkn unusida berdaya. moch suyuti docx
Laporan akhir kkn unusida berdaya. moch suyuti docxLaporan akhir kkn unusida berdaya. moch suyuti docx
Laporan akhir kkn unusida berdaya. moch suyuti docxrobiatuladawiyah63
 
Bahan Tayang-Modul Projek(1)(1).pptx
Bahan Tayang-Modul Projek(1)(1).pptxBahan Tayang-Modul Projek(1)(1).pptx
Bahan Tayang-Modul Projek(1)(1).pptxregisukaisih
 
LAPORAN KKN REGULER 2023 DESA WONUA.docx
LAPORAN KKN REGULER 2023 DESA WONUA.docxLAPORAN KKN REGULER 2023 DESA WONUA.docx
LAPORAN KKN REGULER 2023 DESA WONUA.docxZainal90
 
08. Bahan Tayang-Modul Projek Webinar 9 .pptx
08. Bahan Tayang-Modul Projek Webinar 9 .pptx08. Bahan Tayang-Modul Projek Webinar 9 .pptx
08. Bahan Tayang-Modul Projek Webinar 9 .pptxSriHandayani905353
 
Sosialisasi P5_Sijunjung.pptx
Sosialisasi P5_Sijunjung.pptxSosialisasi P5_Sijunjung.pptx
Sosialisasi P5_Sijunjung.pptxzenskRZ
 
PPT_PROJEK PROFIL PELAJAR PANCASILA.pptx
PPT_PROJEK PROFIL PELAJAR PANCASILA.pptxPPT_PROJEK PROFIL PELAJAR PANCASILA.pptx
PPT_PROJEK PROFIL PELAJAR PANCASILA.pptxLSPSMKPEMBANGUNANJAY
 
LAPORAN AKHIR KEGIATAN PROFESI INTEGRAL MELALUI PENDEKATAN PEMBERDAYAAN KELUA...
LAPORAN AKHIR KEGIATAN PROFESI INTEGRAL MELALUI PENDEKATAN PEMBERDAYAAN KELUA...LAPORAN AKHIR KEGIATAN PROFESI INTEGRAL MELALUI PENDEKATAN PEMBERDAYAAN KELUA...
LAPORAN AKHIR KEGIATAN PROFESI INTEGRAL MELALUI PENDEKATAN PEMBERDAYAAN KELUA...Mohamad Khaidir
 
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.pptx
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.pptxProjek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.pptx
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.pptxreska7
 
2. panduan program hibah bina desa
2. panduan program hibah bina desa2. panduan program hibah bina desa
2. panduan program hibah bina desaterenyoo
 

Similar to Contoh Laporan Kuliah Kerja Nyata (20)

Panduan kkn 2014
Panduan kkn 2014Panduan kkn 2014
Panduan kkn 2014
 
Laporan kkn xviii UGR DEsa TOYA
Laporan kkn xviii UGR DEsa TOYALaporan kkn xviii UGR DEsa TOYA
Laporan kkn xviii UGR DEsa TOYA
 
Laporan desa kebon cau
Laporan desa kebon cauLaporan desa kebon cau
Laporan desa kebon cau
 
Filosofi kkn
Filosofi kknFilosofi kkn
Filosofi kkn
 
Filosofi kkn
Filosofi kknFilosofi kkn
Filosofi kkn
 
kurikulum pembelajaran vokasional
kurikulum pembelajaran  vokasionalkurikulum pembelajaran  vokasional
kurikulum pembelajaran vokasional
 
Materi satu Persiapan Implementasi Projek penguatan profil pelajar Pancasila....
Materi satu Persiapan Implementasi Projek penguatan profil pelajar Pancasila....Materi satu Persiapan Implementasi Projek penguatan profil pelajar Pancasila....
Materi satu Persiapan Implementasi Projek penguatan profil pelajar Pancasila....
 
Laporan akhir kkn unusida berdaya. siti robiatul adawiyah D24180122 docx
Laporan akhir kkn unusida berdaya. siti robiatul adawiyah D24180122 docxLaporan akhir kkn unusida berdaya. siti robiatul adawiyah D24180122 docx
Laporan akhir kkn unusida berdaya. siti robiatul adawiyah D24180122 docx
 
Laporan kkn gemel
Laporan kkn gemelLaporan kkn gemel
Laporan kkn gemel
 
Panduan kkn-tematik-unram
Panduan kkn-tematik-unramPanduan kkn-tematik-unram
Panduan kkn-tematik-unram
 
Laporan akhir kkn unusida berdaya. moch suyuti docx
Laporan akhir kkn unusida berdaya. moch suyuti docxLaporan akhir kkn unusida berdaya. moch suyuti docx
Laporan akhir kkn unusida berdaya. moch suyuti docx
 
Bahan Tayang-Modul Projek(1)(1).pptx
Bahan Tayang-Modul Projek(1)(1).pptxBahan Tayang-Modul Projek(1)(1).pptx
Bahan Tayang-Modul Projek(1)(1).pptx
 
PPT KELOMPOK 6 NEW.pptx
PPT KELOMPOK 6 NEW.pptxPPT KELOMPOK 6 NEW.pptx
PPT KELOMPOK 6 NEW.pptx
 
LAPORAN KKN REGULER 2023 DESA WONUA.docx
LAPORAN KKN REGULER 2023 DESA WONUA.docxLAPORAN KKN REGULER 2023 DESA WONUA.docx
LAPORAN KKN REGULER 2023 DESA WONUA.docx
 
08. Bahan Tayang-Modul Projek Webinar 9 .pptx
08. Bahan Tayang-Modul Projek Webinar 9 .pptx08. Bahan Tayang-Modul Projek Webinar 9 .pptx
08. Bahan Tayang-Modul Projek Webinar 9 .pptx
 
Sosialisasi P5_Sijunjung.pptx
Sosialisasi P5_Sijunjung.pptxSosialisasi P5_Sijunjung.pptx
Sosialisasi P5_Sijunjung.pptx
 
PPT_PROJEK PROFIL PELAJAR PANCASILA.pptx
PPT_PROJEK PROFIL PELAJAR PANCASILA.pptxPPT_PROJEK PROFIL PELAJAR PANCASILA.pptx
PPT_PROJEK PROFIL PELAJAR PANCASILA.pptx
 
LAPORAN AKHIR KEGIATAN PROFESI INTEGRAL MELALUI PENDEKATAN PEMBERDAYAAN KELUA...
LAPORAN AKHIR KEGIATAN PROFESI INTEGRAL MELALUI PENDEKATAN PEMBERDAYAAN KELUA...LAPORAN AKHIR KEGIATAN PROFESI INTEGRAL MELALUI PENDEKATAN PEMBERDAYAAN KELUA...
LAPORAN AKHIR KEGIATAN PROFESI INTEGRAL MELALUI PENDEKATAN PEMBERDAYAAN KELUA...
 
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.pptx
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.pptxProjek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.pptx
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.pptx
 
2. panduan program hibah bina desa
2. panduan program hibah bina desa2. panduan program hibah bina desa
2. panduan program hibah bina desa
 

Recently uploaded

Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 

Recently uploaded (20)

Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 

Contoh Laporan Kuliah Kerja Nyata

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuliah Kerja Nyata ( KKN ) adalah aset Nasional yang lahir dari saham mahasiswa dalam pembangunan. Konsep ini muncul dari kesadaran mahasiswa sebagai calon sarjana untuk dapat memanfaatkan kegiatan ini sebagai waktu belajarnya diruang kuliah dan perpustakaan dengan bekerja untuk mengembangkan pengetahuan dan ilmu yang telah didapatkan secara langsung dalam memecahkan dan melaksanakan pembangunan ditengah masyarakat. Pada tahun 1971, Universitas Gajah Mada, Universitas Hasanuddin dan Universitas Andalas, telah melaksanakan kegiatan yang pada saat itu masih merupakan proyek perintis dengan nama “Pengabdian Mahasiswa Kepada Masyarakat”. Kemudian kegiatan pengabdian mahasiswa tersebut mempunyai makna dan arti lebih penting lagi setelah Presiden Republik Indonesia dalam pidato Dies Natalis, Universitas Gajah Mada pada bulan februari 1972 antara lain mengatakan “Agar setiap mahasiswa belajar di desa dalam jangka waktu tertentu, tinggal dan bekerja membantu masyarakat pelaksanaan, memecahkan persoalan pembangunan sebagai bagian dari kurikulumnya”. Berdasarkan pemikiran, pengalaman dan informasi tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi sampai pada kesimpulan untuk mengembangkan salah satu kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh mahasiswa di Perguruan Tinggi secara nasional. Sehubungan dengan itu pada tanggal 17 sampai 18 November 1972 telah diselenggarakan suatu seminar nasional di Yogyakarta, diikuti oleh 13 Perguruan Tinggi Negeri yang terdiri dari Universitas pelaksana proyek perintis ditambah dengan 10 perguruan tinggi yang akan diikut sertakan dalam proyek perintis “Pengabdian Mahasiswa Kepada Masyarakat” diberi nama “Kuliah Kerja Nyata” disingkat KKN. Untuk pertama kalinya program KKN dilaksanakan pada tahun akademik 1973/1974 oleh 13 Perguruan Tinggi peserta seminar kemudian pada tahun +-
  • 2. 2 1974/1975 diperluas menjadi 15 Perguruan Tinggi, dan tahun 1975/1976 menjadi 29 Perguruan Tinggi. Mulai tahun akademik 1976/1977 semua perguruan tinggi negeri, dan sebagai perguruan tinggi swasta di Indonesia telah menyelenggarakan KKN meskipun belum merata di semua fakultas. Keberadaan KKN sebagai salah satu Mata Kuliah Intrakokurikuler didukung pula oleh ketentuan didalam buka Repelita II Bab 22 dan Repealita IV Buku II halaman 566 yang merupakan keputusan Pemerintah Republik Indonesia No. 21 Tahun 1984. KKN merupakan program Pendidikan Tinggi yang merealisasikan filsafat pendidikan tinggi di Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang No. 2 Tahun 1989 tentang system Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI nomor 30 tahun 1990 tentang pendidikan tinggi yang dilaksanakan dalam bentuk pengintegrasian antara kegiatan – kegiatan pendidikan dan pengajaran penelitian serta pengabdian kepada masyarakat secara interdisiplinar. 1.2 Tujuan, Sasaran Dan Status KKN 1. Tujuan KKN KKN adalah program intrakokuler dengan tujuan utama untuk memberikan pendidikan kepada mahasiswa. Namun demikian, karena pelaksanaannya mengambil lokasi di masyarakat, maka realisasinya di lapangan harus sekaligus bisa memberikan manfaat bagi masyarakat yang bersangkutan. Karenanya KKN memiliki arah yang ganda yaitu : a. Memberikan pendidikan pelengkap kepada mahasiswa b. Membantu karyawan / pegawai untuk melancarkan pembangunan pada sebuah instansi / perusahaan. Dengan demikian, melalui KKN akan terlibat bahwa perguruan tinggi bukan merupakan salah satu kelembagaan yang terpisah dari masyarakat, akan terjadi keterkaitan dan saling ketergantungan baik secara fisik maupun emosional antara perguruan tinggi dan masyarakat, sehingga pada gilirannya akan terasa bahwa peranan perguruan tinggi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni menjadi lebih nyata.
  • 3. 3 2. Sasaran KKN Atas dasar hal – hal yang sudah dikemukakan, maka KKN mempunyai tiga kelompok sasaran yaitu maha Pitumpanua, masyarakat bersama pemerintah daerah dan perguruan tinggi. Masing – masing akan memperoleh manfaat dari pelaksanaan KKN sebagai berikut : a. Mahasiswa 1. Memperdalam pengetahuan mahasiswa tentang cara berfikir dan bekerja secara interdisipliner, sehingga dapat menghayati adanya ketergantungan kaitan dan kerjasama antara sektor. 2. Memperdalam pengertian dan penghayatan mahasiswa tentang pemanfaatan ilmu, teknologi dan seni yang dipelajarinya bagi pelaksanaan pembangunan. 3. Melalui pengalaman bekerja dalam melakukan penelaah, merumuskan dan memecahkan masalah secara langsung, akan lebih menumbuhkan sifat onalisme dan kepedulian sosial dalam diri mahasiswa dalam arti peningkatan keahlian, tanggungjawab maupun rasa kesejawatan. b. Masyarakat dan Pemerintah Daerah 1. Memperoleh bantuan pemikiran dan tenaga, serta ilmu, teknologi dan seni dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan. 2. Memperoleh cara – cara baru yang dibutuhkan untuk merencanakan, merumuskan dan melaksanakan pembangunan. 3. Memperoleh pengaman dan menggali serta menumbuhkan potensi swadaya masyarakat sehingga mampu berpartisipasi aktif dalam pembangunan. 4. Terbentuknya kader–kader penerus pembangunan didalam masyarakat sehingga terjamin kelanjutan upaya pembangunan . 5. Memperoleh manfaat dari bantuan tenaga mahasiswa dalam melaksanakan program dan proyek pembangunan yang berada dibawah tanggung jawabnya.
  • 4. 4 c. Perguruan Tinggi 1. Memperoleh umpan balik sebagai hasil pengintegrasian mahasiswanya dengan proses pembangunan ditengah – tengah masyarakat sehingga kurikulum, materi perkuliahan dan pengembangan ilmu yang diasuh diperguruan tinggi dapat lebih disesuaikan dengan tuntutan nyata dari pembangunan. 2. Memperoleh berbagai kasus yang berharga, yang dapat digunakan sebagai contoh dalam memberikan materi perkuliahan dan menemukan berbagai masalah untuk pengembangan penelitian. 3. Melakukan kegiatan mahasiswa, dapat menelaah dan merumuskan keadaan / kondisi nyata masyarakat yang berguna bagi pembangunan ilmu, teknologi dan seni serta dapat mendiagnosa secra tepat kebutuhan masyarakat sehingga ilmu, teknologi dan seni yang diamalkan dapat disesuaikan dengan tuntunan nyata. 4. Meningkatkan, memperluas dan mempererat kerjasama dengan instansi serta departemen lain melalui rintisan kerja sama dari mahasiswa yang melaksanakan KKN. 3. Status KKN KKN merupakan bagian dari proses pendidikan yang berhubungan erat dengan pembinaan mahasiswa secara utuh, serta pembangunan dan meningkatkan kemampuan masyarakat. Dengan demikian KKN menjadi bagian integral dari kurikulum perguruan tinggi dan merupakan persyaratan bagi setiap mahasiswa program Strata Satu (S1). Status KKN yang intrakulikuler ini antara lain karena: a. Program yang terstruktur b. Mempunyai bobot akademik (SKS) c. Mempunyai status/kedudukan yang jelas dalam kurikulum d. KKN diprogram dalam kartu rencana studi (KRS) e. Melakukan bimbingan, pembinaan dan evaluasi.
  • 5. 5 BAB II DASAR PELAKSANAAN KKN 2.1 Pengertian KKN Kuliah Kerja Nyata adalah suatu bentuk pendidikan dengan cara memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup di tengah-tengah masyarakat diluar kampus, dan secara langsung mengidentifikasi serta menangani masalah- masalah pembangunan yang dihadapi. KKN dilaksanakan oleh perguruan tinggi dalam upaya meningkatkan isi dan bobot pendidikan bagi mahasiswa, dan untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih besar pada pendidikan tinggi. Kuliah Kerja Nyata dilaksanakan dalam masyarakat diluar kampus dengan maksud meningkatkan relevansi pendidikkan tinggi dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat akan ilmu pengetahuan, teknologi, serta seni untuk melaksanakan pembangunan yang makin meningkat, serta meningkatkan persepsi mahasiswa tentang relevansi antara materi kurikulum yang mereka pelajari di kampus denga realita pembangunan di dalam masyarakat. Bagi mahasiswa kegiatan KKN haruslah dirasakan sebagai pengalaman belajar yang baru, yang tidak akan pernah diperoleh didalam kampus. Dengan selesainyai ber-KKN mahasiswa harus merasa memiliki pengetahuan baru tentang masyarakat, bangsa, tanah air, serta tentang dirinya sendiri, yang akan sangat berguna bagi bekal hidup sebelum menjadi sarjana. Dengan demikian nyatalah bahwa KKN merupakan suatu kegiatan intrakulikuler bagi mahasiswa / mahasiswi program sarjana pada tingkat tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. KKN merupakan perpaduan antara kegiatan pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengalaman ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEK). 2.2 Falsafah dan Pengabdian KKN Kuliah Kerja Nyata adalah bagian internal dari proses pendidikan yang mempunyai ciri-ciri khusus. Karnanya system penyelenggaraannya memerlukan landasan idil yang secara filosofis akan memberikan gambaran serta pengetian yang utuh tentang apa, bagaimana, serta apa tujuan KKN itu diselenggarakan. Landasan idil ini secara filosofis akan memberikan petunjuk serta mengendalikan pola fikir
  • 6. 6 dan pola tindakan dalam setiap proses penyelenggaraan KKN yang pada gilirannya akan membedakannya dari bentuk-bentuk kegiatan lain yang bukan KKN. KKN sekurang-kurangnya mengandung lima aspek yang bernilai fundamental dan berwawasan filosofis yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya, yaitu: 1. Keterpaduan pelaksanaan tridarma perguruan tinggi 2. Pendekatan interdisiplinar dan komprehensif 3. Lintas sektoral BAB III
  • 7. 7 SEJARAH SINGKAT PLTU BARRU 3.1 Latar Belakang Tenaga listrik merupakan salah satu kebutuhan yang paling pokok untuk menunjang kehidupan manusia saat ini. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangga maupun bisnis, manusia memerlukan tenaga listrik. Secara umum dapat dikatakan bahwa tenaga listrik merupakan salah satu prasyarat kehidupan manusia, dan perkembangan kehidupan manusia memerlukan tambahan penyediaan tenaga listrik. Banyak orang yang mengatakan bahwa untuk pertumbuhan ekonomi, diperlukan pertumbuhan kemampuan penyediaan tenaga listrik. Mengingat kebutuhan masyarakat akan energi listrik yang cukup tinggi pada masa sekarang ini maka sangat dibutuhkan pusat-pusat tenaga listrik (Power Plant) untuk menyediakan energi listrik yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pusat tenaga listrik tersebut dapat berupa Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), Pembangkit Listrik Tenaga Angin/Bayu (PLTB), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU), Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), dan lain-lain. PT PLN (Persero) Pembangkitan Tello Unit PLTU Barru yang merupakan badan usaha milik negara (BUMN) yang menyediakan sebagian besar energi listrik pada sistem interkoneksi Sulawesi Selatan dan Barat. Pembangkit tenaga listrik yang berlokasi di Barru merupakan tempat penulis untuk melihat secara langsung proses pembangkitan energi listrik. Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Barru yang memiliki 2 unitdengan daya yang terpasang pada masing-masing unit sebesar 50 MW. 3.2 Sejarah Singkat PLTU Barru
  • 8. 8 Kebutuhan akan energi listrik di Indonesia, khususnya diwilayah Sulawesi Selatan dan sekitarnya cenderung meningkat terutama untuk masyarakat setempat. Salah satu kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut adalah program percepatan 10000 MW dengan membangun PLTU Barru (Sulawesi Selatan) 2x50 MW. Sementara itu ketersediaan energi listrik yang dihasilkan oleh PLTD, PLTG/GU dan PLTA yang menyuplai kebutuhan listrik di wilayah Sulawesi Selatan, belum mampu memenuhi permintaan masyarakat yang semakin meningkat. Sehingga diharapkan dengan dibangunnya pembangkit ini, maka PLN akan mampu memenuhi kebutuhan listrik di wilayah Sulawesi Selatan dan sekitarnya. Secara geografis PLTU Barru terletak S 4º 17’ 872” dan E 119º 37’ 753’’ atau tepatnya di dusun Bawasalo, desa Lampoko, kecamatan Balusu 2 km dari jalan utama trans Sulawesi Makassar-Parepare, kira-kira 15 km dari kota Barru dan 110 km dari kota Makassar, Sulawesi Selatan. Design untuk turbin generator (gross) output untuk masing-masing unit adalah 60 MW. Adapun owner untuk PLTU Barru adalah PT.PLN (Persero)dengan alamat di Jl.Trunujoyo Blok M I/135, kebayoran Baru, Jakarta 12160, Indonesia. PLTU Barru yang dibangun menggunakan bahan bakar batubara berkalori rendah (LHV: 3800 - 4100 kcal/kg) memerlukan batubara per tahun sebesar 564.000 ton dan diangkut menggunakan barge/tongkang menuju ke PLTU melalui jetty sebagai sarana pelabuhan khusus bongkar muat batubara dan energi listrik yang dihasilkan PLTU disalurkan melalui Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV ke Gardu Induk (GI) 150 kV Parepare sepanjang ± 40 Km dan Gardu Induk 150 kV Pangkep sepanjang ± 50 Km. PLTU Barru sendiri mulai dibangun pada tahun 2008 dan pada saat ini sedang dalam tahap sertifikasi dan komisioning. 3.3 Kontrak PLTU Barru
  • 9. 9 Lingkup Pekerjaan Pembangunan PLTU 2X50 MW (EPC CONTRACT) Kontraktor Pelaksana CONSORTIUM OF HUBEI HONGYUAN POWER ENGINERING CO. LTD AND PT. BAGUS KARYA No. & Tanggal Kontrak 458.PJ/041/DIR/2008 21 JULI 2008 Nilai Kontrak USD. 76,747,856. – (incl. VAT) IDR. 491,657,32,692. – (incl. VAT) Effective Date 17 NOVEMBER 2008 Commercial Operation Date UNIT #1 - 30 APRIL 2012 UNIT #2 - 30 JUNI 2012 Konsultan Supervisi Enginering PT. Prima Layanan Nasional Enjiniring Konsultan Supervisi Kontruksi PT. PLN (Persero) Jasa Manajemen Konstruksi Sertifikasi dan Komisioning PT. PLN (Persero) Jasa Sertifikasi Lokasi Proyek Dusun Bawasalo, Desa Lampoko, Kec. Balusu, Kab. Barru. Propinsi Sulawesi Selatan. Koordinat Geografis : S 4º 17’ 872” dan E 119º 37’ 753’’ Luas Area 39,7 Ha Kapasitas Daya 2 x 50 MW Spek. Bahan Bakar Batubara kalori rendah Kebutuhan Batubara 564.000 ton/tahun Kapasitas Jetty 10.000 DWT
  • 10. 10 3.4 Visi dan Misi  Visi 1. Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumpu kembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani. 2. Menjadi unit pembangkitan yang andal, efisien dan berwawasan lingkungan.  Misi 1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lainnya yang terkait, berorientasi kepada pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham. 2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. 3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi. 4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan. 5. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia. 6. Melaksanakan pemeliharaan yang berorientasi kepada ”On Condition Base Maintenance” serta selalu mengikuti dan memperlihatkan buku petunjuk pabrik dan pengalaman operasi. 7. Memantau dan mengendalikan secara terus menerus pengaruh operasi pembangkitan terhadap mutu. 8. Kecelakaan nihil.
  • 12. 12 BAB IV PRINSIP KERJA PADA PLTU 4.1 Prinsip Kerja PLTU PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan, karena efisiensinya baik dan bahan bakarnya mudah didapat sehingga menghasilkan energi listrik yang ekonomis. PLTU merupakan mesin konversi energi yang merubah energi kimia dalam bahan bakar menjadi energi listrik. Proses konversi energi pada PLTU berlangsung melalui 3 (tiga) tahapan yaitu : 1. Energi kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energi panas dalam bentuk uap bertekanan dan temperatur tinggi. 2. Energi panas (uap) diubah menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran. 3. Energi mekanik diubah menjadi energi listrik. Gambar 4.1Proses Konversi Energi pada PLTU Dibanding jenis pembangkit lainnya PLTU memiliki beberapa keunggulan. Keunggulan tersebut antara lain :  Dapat dioperasikan dengan menggunakan berbagai jenis bahan bakar (padat, cair, gas).  Dapat dibangun dengan kapasitas yang bervariasi.  Dapat dioperasikan dengan berbagai mode pembebanan.
  • 13. 13  Kontinyuitas operasinya tinggi.  Usia pakai (life time) relatif lama Namun PLTU mempunyai bebrapa kelemahan yang harus dipertimbangkan dalam memilih jenis pembangkit termal. Kelemahan itu adalah:  Sangat tergantung pada tersedianya pasokan bahan bakar.  Tidak dapat dioperasikan (start) tanpa pasok listrik dari luar.  Memerlukan tersedianya air pendingin yang sangat banyak dan kontinyu.  Investasi awalnya mahal. Gambar 4.2 Tata letak PLTU Batubara 4.2 Siklus Rankine Siklus dasar yang praktis untuk sistem PLTU adalah siklus Rankine. Secara sederhana siklus Rankine yang ideal dapat diperlihatkan pada gambar a dan b. Sedangkan untuk diagram aliran siklus Rankine dalam suatu pembangkitan dapat dilihat pula pada gambar 3.2.
  • 14. 14 Gambar 4.3 Siklus Rankine Ideal, (a)T-s, (b) h-s Pada siklus Rankine, untuk proses 1 – 2 merupakan proses yang terjadi pada turbin uap, dimana kondisi uap yang masuk ke turbin adalah bertekanan tinggi (P1) dan bertemperatur tinggi atau merupakan uap kering (superheated vapor). Dengan asumsi bahwa proses yang berlangsung di dalam turbin adalah proses isentropik, maka uap yang keluar dari turbin akan menjadi uap jenuh. Proses 1 – 2 (isentropik) dimana energi potensial uap akan menghasilkan energi putaran poros turbin, sehingga pada proses ini merupakan proses yang menghasilkan daya luaran (Wout) Gambar 4.4Diagram Aliran Siklus Rankine Pada proses 2 – 3 merupakan proses yang berlangsung di dalam kondensor pada tekanan konstan (isobarik). Kondensor berguna untuk mengembunkan uap jenuh yang berasal dari turbin menjadi air (cair jenuh). Untuk memudahkan proses
  • 15. 15 kondensasi, tekanan pada kondensor diusahakan dibawah tekanan atmosfer. Pada kondensor terjadi proses pelepasan kalor (Qout). Proses 3 – 4 merupakan proses pemompaan untuk menaikan tekanan fluida (cair jenuh) secara isentropik. Pada proses ini terjadi proses pemasukan kerja ke dalam (Win) sistem karena proses pemompaan air yang dihasilkan dari proses kondensasi oleh kondensor. Tekanan yang dihasilkan sama dengan tekanan uap yang masuk ke turbin. Proses 4 – 1 merupakan proses untuk menghasilkan uap sesuai dengan kebutuhan turbin. Proses ini berlangsung pada boiler secara isobarik, dimana untuk menguapkan air tersebut dibutuhkan masukan panas tertentu (Qin). Pada proses 4 – 5 memperlihatkan percampuran antara liquid bertemperatur rendah dengan bertemperatur tinggi. Sedangkan pada titik 4 menunjukan keadaan cair (liquid) yang tak berubah massa jenisnya karena ditingkatkan tekanannya. Nilai efisiensi dari siklus ini merupakan perbandingan antara energi keluaran dengan energi masukan. Energi keluarannya merupakan jumlah bersih pengurangan energi yang dihasilkan turbin dikurangi energi yang diberikan ke pompa. Maka nilai efisiensi siklus ini adalah sebagai berikut : di mana, Q1,2 = Energi yang dihasilkan oleh turbin (kJ) Q3,4 = Energi yang diberikan oleh pompa ke sistem (kJ) Q4,1 = Energi yang dibutuhkan oleh boiler (kJ) H1 = Enthalpy pada saat uap memasuki turbin (kJ/kg) H2 = Enthalpy pada saat uap meninggalkan turbin (kJ/kg) H3 = Enthalpy pada saat uap memasuki pompa (kJ/kg) H4 = Enthalpy pada saat uap meninggalkan pompa (kJ/kg) 4.3 Bagian-bagian PLTU PLTU adalah mesin pembangkit yang terdiri dari komponen utama dan instalasi peralatan penunjang. Komponen utama PLTU terdiri dari empat, yaitu :  Boiler
  • 16. 16  Turbin uap  Kondensor  Generator Sedangkan peralatan penunjang terdiri dari :  Water Treatment Plant (WTP)  Auxiliary Boiler.  Auxiliary Turbin.  Coal and Ash Handling Tiap-tiap komponen utama dan peralatan penunjang dilengkapi dengan sistem- sistem dan alat bantu yang mendukung kerja komponen tersebut. Gangguan atau malfunction dari salah satu bagian komponen utama akan dapat menyebabkan terganggunya seluruh sistem PLTU.
  • 17. 17 BAB V TINJAUAN PUSTAKA 5.1 Boiler CFB dan Alat Bantunya 5.1.1 Pengertian Boiler CFB Boiler adalah salah satu peralatan utama suatu PLTU yang berfungsi untuk mengubah air menjadi uap dengan memanfaatkan energi panas yang diperoleh dari hasil pembakaran bahan bakar seperti batu bara, HSD, Gas, MFO, dll. Berikut ada beberapa jenis boiler : Gambar 5.1 Jenis-jenis Boiler 1. Boiler Stoker Mekanik Jenis boiler ini menggunakan rantai berjalan sebagai tempat pembakaran terjadi. Udara panas ditiupkan dari bawah rantai sehingga batu bara terbakar. Boiler jenis ini dapat membakar berbagai jenis batu bara, limbah kayu, kulit kayu, bahkan sampah anorganik.2. Boiler Pulverized Jenis boiler ini yang paling banyak digunakan pada saat ini, menggunakan mill untuk menggiling batu bara menjadi serbuk sebelum diumpankan ke ruang bakar. Stoker Firing (Fixed Bed) Fluidized Bed Firing BFB CFB Gas Fuel Air Ash Velocity 8 - 10 ft/sec (2.3 - 3.0 m/s) 4 - 10 ft/sec (1.2 - 3.0 m/s) Average Bed Particle Size 6,000 m Pulverized Firing (Entrained Bed) Gas Fuel Air Ash 15 - 33 ft/sec (4.6 - 10.0 m/s) 50 m Gas Fuel & Sorbent Air Ash 1,000 m 100 - 300 m Gas Fuel & Sorbent Air Ash 15 - 23 ft/sec (4.6 - 7.0 m/s) Air
  • 18. 18 3. Boiler CFB (Circulating Fluidized Bed) Prinsip kerjanya hampir sama dengan boiler stoker mekanik, tidak menggunakan rantai, udara dengan tekanan dan kecepatan tinggi dihembuskan dari dasar furnace sehingga batu bara melayang dan terbakar. Pada PLTU Barru mengunakan boiler jenis CFB yang merupakan hasil repowering dan redesign dari boiler unggun fluidisasi. Circulating : terjadinya sirkulasi batubara yang belum habis terbakar dari furnace ke cyclone kemudian masuk ke sealpot dan kembali ke furnace. Fluidized : penghembusan udara primer untuk menjaga material bed dan batubara tetap melayang. Bed : material berupa partikel—partikel kecil (pasir kuarsa) yang digunakan sebagai media transfer panas dari pembakaran HSD ke pembakaran batubara. Gambar 5.2Konsep Boiler CFB Bagian-bagian utama dari boiler CFB adalah : 1. Furnace yang berfungsi sebagai tempat terjadinya pembakaran bahan bakar. Komponen yang terdapat di Furnace: Wall tube, Panel Evaporator, Panel Superheater. Final Supe rhea ter LT Superheater Economizer Air Heater coal, 40 t/h primary air, 60000 Nm3/h, 235 o Cbottom ash fluidized air, 2500Nm3/h Fly Ash Fly Ash + Unburned Coal Unburned Coal Fl ue Ga s secondary air, 7000Nm3/h, 250 o C ES Stack
  • 19. 19 2. Cyclone yang berfungsi untuk memisahkan batubara yang belum terbakar dengan abu (ash) sisa pembakaran dan mengembalikannya ke Furnace. Komponen utama Cyclone: Cyclone, SealPot, Seal Pot Duct. 3. Backpass yang berfungsi sebagai ruang pemanfaatan kalor yang terdapat dalam flue gas. Komponen utama di Backpass: Finishing Superheater, Low Temperature Superheater, Economizer, Tubular Air Heater. Gambar 5.3 Bagian-bagian Boiler CFB SEALPOT SU BURNER COAL BUNKER GRAVITY FEEDER COLD PA FA BLOWER LIMESTONE FEEDING BOILER DRUM DESUPERHEATER 2 D O W N C O M E R PANEL SUPER HEATER & EVAPORATOR REFRACTORY ECONOMIZER LOW TEMP. SUPERHEATER FINISHING SUPERHEATER DESUPERHEATER 1 MAIN STEAM FROM BFP FURNACE CYCLONE TO BAGHOUSE TO FLYASH SILO BACK PASS NOZZLES ASH SCREWS TO BOTTOM ASH SILO LOWER SA TUBULAR AIR HEATER PA/SA FAN HOT PA HOT PA COLD SA/PA HOT SA/PA UPPER SA H O T S E C O N D A R Y A I R H O T S E C O N D A R Y A I R
  • 20. 20 Gambar 5.4 Boiler CFB PLTU Barru Spesifikasi Boiler CFB PLTU Barru: Manufacture : Hangzhou Boiler Group Co. Ltd. (RRC) Boiler MCR Steam Flow : 220 t/h Boiler Peak Steam Flow : 242 t/h (Intermediate Peak Loading) Main Steam Outlet Temperature : 540 ºC Main Steam Outlet Pressure(g) : 9.8MPa Feed Water Inlet Temperature : 224 ºC Exhaust Gas Temperature : ±145 ºC 5.1.2 Siklus Air
  • 21. 21 Air sebagai fluida kerja diisikan ke boiler menggunakan pompa air pengisi (BFP) dengan melalui economiser dan ditampung didalam steam drum. Economiser adalah bagian dari boiler yang merupakan pemanas air terakhir sebelum masuk ke steam drum. Didalam economiser air menyerap panas gas buang yang keluar dari furnace sebelum dibuang ke atmosfir melalui cerobong. Gambar 5.5 Siklus Air pada Boiler Siklus air diboiler adalah air dari steam drum turun melalui pipa-pipa downcomer ke header bawah (bottom header). Dari header bawah air didistribusikan ke pipa-pipa pemanas (riser) yang tersusun membentuk dinding ruang bakar boiler. Didalam riser air mengalami pemanasan sehingga mendidih dan naik ke drum kembali. Peralatan yang dilalui dalam sirkit air adalah drum boiler, down comer,header bawah (bottom header), dan riser. Perpindahan panas dari api/gas ke air didalam pipa-pipa boiler terjadi secara radiasi, konveksi dan konduksi. Akibat pemanasan selain temperatur naik hingga mendidih juga terjadi sirkulasi air secara alami dari drum turun melalui down comer ke header bawah dan naik kembali ke drum melalui pipa-pipa riser. Adanya
  • 22. 22 sirkulasi ini sangat diperlukan agar terjadi pendinginan terhadap pipa-pipa pemanas dan mempercepat proses perpindahan panas. Kecepatan sirkulasi akan berpengaruh terhadap produksi uap dan kenaikan tekanan serta temperaturnya. 5.1.3 Siklus Uap Uap yang ada di dalam steam drum dalam kondisi jenuh kemudian dialirkan ke Superheater I, Superhaeter II, Kemudian Finishing Superheater. Uap dari keluaran dari Finishing Superheater kemudian masuk ke Turbin yang digunakan untuk memutar Turbin. Pada Superheater, uap dipanaskan dengan menggunakan gas sisa pembakaran didalam Furnice. Apabila suhu uap melebihi batas suhu kerjanya, maka desuperheater kerja menyemprotkan air untuk menurunkan suhu sehingga sesuai harga yang diinginkan. Desuperheater terletak diantara Superheater I dan Superheater II. Gambar 5.6 Siklus Uap pada Boiler 5.1.4 Sistem Udara Pembakaran Udara diperlukan didalam proses pembakaran bahan bakar didalam furnice. Udara tersebut berasal dari atmosfir yang di hisap oleh Secondary Air Fan (S.A.F) dan Primary Air Fan (P.A.F). Kemudian di alirkan ke Tabular Air Heater dan di distribusikan ke Furnice untuk proses pembakaran. P.A.F berfungsi sebagai udara Primer yang digunakan untuk menjaga agar material bed dan Batubara tetap
  • 23. 23 melayang dalam Furnice. S.A.F berfungsi untuk pemasok udara pembakaran dan sebagai sealing pada dinding furnice agar material tidak menempel pada dinding furnice. Gambar 5.7 Primary Air Fan Gambar 5.8 Secondary Air Fan
  • 24. 24 Gambar 5.9 Inlet P.A.F dan S.A.F Sedangkan untuk mendorong material yang belum habis terbakar dalam Furnice dari Cyclone masuk ke Furnice kembali agar pembakaran lebih sempurna maka digunakan Fluidize Air Fan (F.A.F). Gambar 5.10 Fliudize Air Fan 5.1.5 Sistem Gas Buang
  • 25. 25 Gas panas hasil pembakaran atau disebut gas buang (Flue gas) berfungsi sebagai sumber energi panas/kalor yang dialirkan dari ruang bakar (Furnice) ke pipa-pipa Superheater kemudian ke Economizer dan Tabular Air Heater. Dari air heater gas masuk ke Electro Static Pericitator (ESP) kemudian dihisap oleh Include Draf Fan (I.D.F) untuk selanjutnya dibuang ke atmosfer melalui Stack/Chimney berfungsi sebagai pendispersi flue gas sehingga batas emisi flue gas yang dibuang keLingkungan sesuai dengan peraturan mengenai baku mutu emisi untuk PLTU Berbahan BakarBatubara. Gambar5.11 Electro Static Precipitator (ESP)
  • 26. 26 Gambar 5.12 Induced Draught Fan
  • 27. 27 Gambar5.13 Stack/Chimney 5.1.6 Sistem Bahan Bakar PLTU Barru menggunakan batubara sebagai bahan bakar utamanya. HSD Oil atau Solar hanya digunakan pada awal pembakaran (Firing), proses pembakaran awal menggunakan HSD Oil/solar ini dilakukan dengan menggunakan burner. Apabila temperature dalam furnice telah mencapai ± 500ºC maka dilakukan peralihan bahan bakar dari HSD ke batubara secara perlahan, kemudian semua burner akan mati pada saat temperature furnace mencapai 600 C. Gambar 5.14 In-bed Igniter Burner HSD Gambar 5.15 Under-bed Igniter Burner HSD
  • 28. 28 Pada PLTU Barru jumlah burner tiap unitnya 8 burner (4 In-bed dan 4 Under- bed Burner) Pada PLTU Barru yang menggunakan sistem CFB Boiler selain menggunakan batubara, PLTU ini juga menggunakan Inert Bed (Pasir). Inert Bed merupakan material partikel-partikel pasir yang digunakan sebagai media transfer panas dari pembakaran HSD kepembakaran Batubara. Persediaan batubara tiap boiler ditampung di coal bunker untuk melayani kebutuhan pembakaran di boiler. Pemasukan batubara dari bunker ke ruang bakar/furnice dilakukan melalui coal feeder. Gambar 516 Coal Bunker Jumlah coal bunker tiap unitnya pada PLTU Barru sebanyak 2 coal bunker dan tiap coal bunker memiliki 2 coal feeder.
  • 29. 29 Gambar 5.17 Coal Feeder 5.1.7Air Heater Air heateradalah suatu alat yang digunakan untuk memanaskan udara pembakaran dengan media pemanas kalor gas bekas yang akan dibuang ke cerobong. Air heater dikonstruksikan dari suatu lempengan lempengan penghantar panas yang baik dan tersusun dalam suatu lingkaran yang memungkinkan untuk diputar dengan tujuan mengambil panas dari gas bekas dan memberikan panas terhadap lempengan penghantar panas sehingga udara bakar yang lewat air heater akan menjadi panas. 5.1.8Economizer Economizeradalah alat yang digunakan untuk memanaskan air pengisi ketel dengan media pemanas energi kalor yang terkandung didalam gas bekas. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan air pengisi ketel yang suhunya tidak jauh berbeda dengan air yang terdapat pada boiler drum, serta untuk menaikkan efisiensi boiler. 5.1.9Steam Drum Steam drum berfungsi untuk menampung dan mengontrol kebutuhan air di boiler. Fungsi lain yang tidak kalah pentingnya adalah memisahkan uap dan air. Untuk mengontrol kebutuhan air boiler, maka level air di drum harus dijaga konstan
  • 30. 30 pada level normalnya. Level ini dapat dilihat di kontrol room maupun di lokal. Kualitas air di boiler juga harus dipantau dengan mengambil sampelnya dari air didrum. 5.1.10Superheater Uap yang dihasilkan boiler drum ada yang masih berupa uap basah , dan untuk mendapatkan uap yang betul-betul kering. Uap basah yang berasal dari boiler drum perlu dipanaskan lagi pada super heater sehingga uap kering yang dihasilkkan naik ke steam drum dan memutar sudu – sudu turbin uap. Setiap boiler biasanya dilengkapi dengan dua buah super heater yaitu primary dan secondary super heater yang dipasang pada bagian atas dari ruang pembakarn (furnace ). 5.1.11Desuperheater Desuper Heater merupakan spray water yang digunakan untuk mengatur temperatur uap yang dialirkan ke turbin. Alat sudah dibuat sedemikian rupa sehingga bila temperatur uap melebihi ketentuan, maka desuper heater ini akan menyemprotkan air yang berasal dari discharge boiler feed pump sampai temperaturnya normal kembali. 5.1.12Soot Blower Fungsi soot blower adalah untuk membersihkan abu atau jelaga yang menempel pada bagian boiler yang dilewati gas buang. Hasil reaksi pembakaran bahan bakar dan udara selain api dan gas panas adalah abu dan jelaga. Abu ini terbawa gas dan akan menempel pada pipa-pipa dan saluran yang dilewati gas buang sehingga menimbulkan slaging dan fouling (pengotoran). Apabila hal pengotoran ini dibiarkan menempel pada pipa-pipa (peralatan pemindah panas) akan menghambat perpindahan panas dari gas ke air, uap atau udara yang dipanaskan. Oleh karena itu abu dan jelaga ini harus dibersihkan dan dibuang. Bagian yang di soot blowing adalah: • Pipa-pipa superheater • Pipa-pipa economiser • Elemen-elemen air heater
  • 31. 31 Soot blower PLTU Barru dioperasikan pada saat boiler beroperasi dengan menggunakan media uap. 5.2 Turbin Uap dan Alat Bantunya 5.2.1 Prinsip Kerja Turbin Uap Suatu turbin dapat terdiri dari satu dua atau banyak silinder yang merupakan mesin rotasi berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi mekanik.Tiap silinder memiliki sebuah rotor yang disangga oleh bantalan-bantalan.Rotor-rotor tersebut disambung menjadi satu termasuk rotor generator.Ruang diantara rotor dengan rumah turbin (casing) terdiri dari rangkaian sudu-sudu tetap dan sudu-sudu gerak yang dijajarkan berselang-seling. Sudu-sudu tetap dipasang disekeliling bagian dalam rumah turbin, sedang rangkaian sudu gerak dipasang pada rotor. Bila kedalam turbin dialirkan uap, maka energi panas yang dikandung uap akan diubah menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran poros. Mula-mula energi panas dalam uap diubah terlebih dahulu menjadi energi kinetik (kecepatan) dengan cara melewatkan uap melalui nosel-nosel. Uap berkecepatan tinggi kemudian diarahkan ke sudu-sudu sehingga menghasilkan putaran poros turbin dimana energi mekanik ini selanjutnya dapat digunakan untuk menggerakkan generator, pompa dan sebagainya. Perubahan energi panas menjadi energi kinetik terjadi didalam nosel (sudu diam) turbin, sedangkan perubahan energi kinetik menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran rotor turbin terjadi pada sudu jalan turbin. Gambar 5.18Konversi Energi didalam Turbin
  • 32. 32 Gambar 5.19 Prinsip kerja Turbin Uap 1 tingkat Jadi didalam turbin, uap mengalami proses ekspansi yaitu penurunan tekanan dan mengalir secara kontinyu. Akibat pengurangan tekanan uap didalam rangkaian sudu-sudu, maka kecepatan uap meningkat sangat tinggi. Kecepatan aliran uap tersebut akan bergantung pada selisih banyaknya panas uap sebelum dan sesudah ekspansi. Selisih banyaknya panas uap sebelum dan sesudah ekspansi didalam turbin dinamakan penurunan panas/heat drop. 5.2.2 Jenis Sudu Turbin Berdasarkan azas tekanan uap yang digunakan untuk menggerakkan roda/rotor turbin sebelum masuk dan setelah keluar dari sudu-sudu yang terpasang pada roda tersebut, maka dikenal sudu impuls dan sudu reaksi.Turbin uap untuk pembangkit listrik saat ini umumnya terdiri dari kombinasi kedua macam sudu tersebut.
  • 33. 33 Gambar 5.20 Prinsip Sudu Reaksi dan Sudu Impuls 5.2.3 Sudu Impuls Sudu impuls juga disebut sudu aksi atau sudu tekanan tetap, adalah sudu dimana uap mengalami ekspansi hanya dalam sudu-sudu tetap. Sudu-sudu tetap berfungsi sebagai nosel (saluran pancar) sehingga uap yang melewati akan mengalami peningkatan energi kinetik. Uap dengan kecepatan tinggi selanjutnya akan membentur (impuls) sudu-sudu gerak. Benturan antara uap dengan sudu gerak ini menimbulkan gaya yang mengakibatkan poros turbin berputar. Setelah memutar sudu gerak, selanjutnya uap diarahkan masuk ke dalam sudu tetap baris berikutnya.Selama melintasi sudu gerak tekanan dan entalpi uap tidak berubah.Dengan demikian pada sudu impuls penurunan tekanan dan energi panas uap hanya terjadi pada sudu-sudu tetap atau nosel.
  • 34. 34 5.2.4 Sudu Reaksi Dalam suatu turbin yang terdiri dari 100 % sudu-sudu reaksi, maka sudu-sudu gerak juga berfungsi sebagai nosel-nosel sehingga uap yang melewatinya akan mengalami peningkatan kecepatan dan penurunan tekanan. Peningkatan kecepatan ini akan menimbulkan gaya reaksi yang arahnya berlawanan dengan arah kecepatan uap. Gambar 4.21 Profil dan karakteristik Sudu Reaksi dan Impuls Gaya reaksi pada sudu gerak inilah yang akan memutar poros turbin. Uap selanjutnya dialirkan ke sudu tetap yang berfungsi untuk mengarahkan uap ke sudu gerak baris berikutnya. Sudut dan profil sudu-sudu dibuat sedemikian rupa sehingga apabila turbin berputar pada kecepatan rancangannya uap akan mengalir dengan mulus melewati sudu-sudu tersebut sehingga dapat menurunkan erosi sampai pada tingkat minimum. Pada sebuah roda/poros turbin sudu-sudu yang terpasang pada roda tersebut bisa terdiri dari satu baris sudu atau beberapa baris sudu. Setiap baris sudu terdiri dari sudu yang disusun melingkari roda turbin masing-masing dengan bentuk dan ukuran yang sama. Turbin dengan hanya satu baris sudu yang terpasang pada rotornya dinamai turbin bertingkat tunggal.Sedangkan turbin dengan beberapa baris
  • 35. 35 sudu-sudu yang terpasang pada rotornya dinamai turbin bertingkat banyak (multi stages). 5.2.5 Klasifikasi Turbin Uap  Klasifikasi Turbin berdasarkan Prinsip Kerjanya 1. Turbin Impuls Turbin impuls atau turbin tahapan impuls adalah turbin sederhana berrotor satu atau banyak (gabungan ) yang mempunyai sudu-sudu pada rotor itu. Sudu biasanya simetris dan mempunyai sudut masuk dan sudut keluar. 2. Turbin Reaksi Turbin reaksi mempunyai tiga tahap, yaitu masing-masingnya terdiri dari baris sudu tetap dan dua baris sudu gerak. Sudu bergerrak turbin reaksi dapat dibedakan dengan mudah dari sudu impuls karena tidak simetris, karena berfungsi sebagai nossel bentuknya sama dengan sudu tetap walaupun arahnya lengkungnya berlawanan.  Klasifikasi turbin berdasarkan Proses Penurunan Tekanan Uap 1. Turbin Kondensasi. Tekanan keluar turbin kurang dari 1 atm dan uap keluaran turbin dimasukkan kedalam kondensor. 2. Turbin Back Pressure. Apabila tekanan sisi keluar turbin masih besar dari 1 atm sehingga masih dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin lain. 3. Turbin Ekstraksi. Turbin ekstraksi (extraction turbine) adalah turbin yang mengekstrak sebagian uap yang mengalir dalam turbin.Pengekstraksian uap ini dapat dilakukan di beberapa tempat disepanjang casing turbin. Uap yang diekstrak kemudian dialirkan ke pemanas awal air pengisi untuk memanaskan air pengisi. Tekanan dan aliran uap ekstraksi sangat tergantung pada beban.
  • 36. 36 Gambar 5.22 Turbin Ekstraksi  Klasifikasi turbin uap berdasarkan kondisi uap pada sisi masuk : 1. Turbin bertekanan rendah (LP), 1.176 - 1.47MPa. 2. Turbin bertekanan menengah (MP), 1.96 - 3.92MPa. 3. Turbin bertekanan tinggi (HP), 5.88 - 9.8MPa. 4. Turbin bertekanan sangat tinggi, 11.76 - 13.72MPa. 5. Turbin sub-critical steam, menggunakan uap bertekanan 15.68-17.64MPa. 6. Turbin super-critical steam, menggunakan uap bertekanan diatas 22.06MPa.  Klasifikasi turbin uap berdasarkan pada tingkat penurunan Tekanan Dalam Turbin 1. Turbin Tunggal ( Single Stage ) Dengan kecepatan satu tingkat atau lebih turbin ini cocok untuk untuk daya kecil, misalnya penggerak kompresor, blower, pompa, dll.
  • 37. 37 2. Turbin Bertingkat (Aksi dan Reaksi ). Disini sudu-sudu turbin dibuat bertingkat, biasanya cocok untuk daya besar. Pada turbin bertingkat terdapat deretan sudu 2 atau lebih. Sehingga turbin tersebut terjadi distribusi kecepatan / tekanan. 5.2.6 Konstruksi dan Bagian Utama Turbin Uap Sebagai mesin rotasi turbin uap terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian yang diam disebut stator dan bagian yang berputar disebut rotor.Pada tiap bagian utama ini dilengkapi komponen yang mendukung kerja sistem turbin.  Stator Stator turbin pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu casing dan sudu diam (fixed blade). Namun untuk tempat kedudukan sudu-sudu diam yang pendek dipasang diafragma.  Casing Casing atau shell adalah suatu wadah berbentuk menyerupai sebuah tabung dimana rotor ditempatkan.Casing juga berfungsi sebagai sungkup pembatas yang memungkinkan uap mengalir melewati sudu-sudu turbin. Pada ujung casing terdapat ruang besar mengelilingi poros turbin disebut exhaust hood, dan diluar casing dipasang bantalan yang berfungsi untuk menyangga rotor. Pada casing terdapat sudu-sudu diam yang dipasang melingkar dan berjajar terdiri dari beberapa baris yang merupakan pasangan dari sudu gerak pada rotor.Sudu diam berfungsi untuk mengarahkan aliran uap agar tepat dalam mendorong sudu gerak pada rotor. Pedestal yang berfungsi untuk menempatkan bantalan sebagai penyangga rotor juga dipasangkan pada casing. Umumnya salah satu pedestal diikat (anchored) mati kepondasi. Sedang yang lain ditempatkan diatas rel peluncur (Sliding feet) sehinggga casing dapat bergerak bebas akibat pengaruh pemuaian maupun penyusutan (contraction).
  • 38. 38 Gambar 5.23 Casing Turbin  Konfigurasi Casing Casing turbin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu 1. Casing Utuh Seluruh bagian casing merupakan satu kesatuan.Casing berbentuk seperti drum yang utuh tidak dapat diurai atau dibelah.Umumnya diterapkan pada konstruksi turbin-turbin kecil. 2. Casing Terpisah (Split Casing) Casing turbin merupakan 2 bagian yang terpisah secara horizontal dan disambungkan menjadi satu dengan baut-baut pengikat. Kedua bagian casing tersebut masing-masing disebut casing bagian atas (Top half) dan casing bagian bawah (Bottom half). Konstruksi ini lebih banyak dipakai karena pembongkaran dan pemasangannya yang relatif lebih mudah.  Sudu Tetap (fixed blade)
  • 39. 39 Sudu merupakan bagian dari turbin dimana konversi energi terjadi.Sudu terdiri dari bagian akar sudu, badan sudu dan ujung sudu.Sudu seperti terlihat pada gambar 1, kemudian dirangkai sehingga membentuk satu lingkaran penuh. Rangkaian sudu tersebut ada yang difungsikan sebagai sudu jalan dan ada yang difungsikan menjadi suhu tetap. Rangkaian sudu jalan dipasang disekeliling rotor sedang rangkaian sudu tetap dipasang disekeliling casing bagian dalam. Gambar 5.24 Sudu Tetap/Stationary Blade Sudu-sudu tetap dipasang melingkar pada dudukan berbentuk piringan yang disebut diafragma.Pemasangan sudu-sudu tetap ini pada diapragma menggunakan akar berbentuk T sehingga memberi posisi yang kokoh pada sudu. Diafragma terdiri dari dua bagian (atas dan bawah) dan dipasang pada alur- alur yang ada didalam casing. Setiap baris dari rangkaian sudu-sudu tetap ini membentuk suatu lingkaran penuh dan ditempatkan langsung didepan setiap baris dari sudu-sudu gerak. Gambar 1. memperlihatkan diapragma dan sudu tetap.
  • 40. 40  Rotor Adalah bagian dari turbin yang berputar akibat pengaruh gerakan uap terhadap sudu-sudu gerak. Rotor turbin juga terdiri dari dua bagian, yaitu poros dan sudu jalan ( moving blade).  Tipe Rotor Secara umum ada 2 macam tipe rotor turbin yaitu rotor tipe cakra (disk) dan rotor tipe drum (silinder).  Rotor Tipe Disk Pada rotor tipe ini, piringan-piringan (disk) dipasangkan pada poros sehingga membentuk jajaran piringan seperti terlihat pada gambar 14.  Rotor Tipe Drum Pada rotor tipe ini, poros dicor dan dibentuk sesuai yang dikehendaki dan rangkaian sudu-sudu langsung dipasang pada poros. Rotor tipe drum sangat fleksibel dan dapat dipakai hampir untuk semua jenis turbin.
  • 41. 41 Gambar 5.25 Rotor Disc dan Drum  Poros Poros dapat berupa silinder panjang yang solid (pejal) atau berongga (hollow).Pada umumnya poros turbin sekarang terdiri dari silinder panjang yang solid.Pada kebanyakan turbin, didekat ujung poros sisi tekanan tinggi dibuat collar untuk keperluan bantalan aksial (thrust bearing). Sepanjang poros dibuat alur-alur melingkar yang biasa disebut akar (root) untuk tempat dudukan, sudu-sudu gerak (moving blade).  Sudu Gerak (Moving Blades) Adalah sudu-sudu yang dipasang di sekeliling rotor membentuk suatu piringan. Dalam suatu rotor turbin terdiri dari beberapa baris piringan dengan diameter yang berbeda-beda, banyaknya baris sudu gerak biasanya disebut banyaknya tingkat.
  • 42. 42 Gambar 5.26 Sudu Gerak 5.2.7 Bantalan Bantalan berfungsi sebagai penyangga rotor sehingga membuat rotor dapat stabil/lurus pada posisinya didalam casing dan rotor dapat berputar dengan aman dan bebas.Adanya bantalan yang menyangga turbin selain bermanfaat untuk menjaga rotor turbin tetap pada posisinya juga menimbulkan kerugian mekanik karena gesekan. Sebagai bagian yang berputar, rotor memiliki kecenderungan untuk bergerak baik dalam arah radial maupun dalam arah aksial.Karena itu rotor harus ditumpu secara baik agar tidak terjadi pergeseran radial maupun aksial yang berlebihan.Komponen yang dipakai untuk keperluan ini disebut bantalan (bearing). Turbin uap umumnya dilengkapi oleh bantalan jurnal (journal bearing) dan bantalan aksial (Thrust bearing) untuk menyangga rotor maupun untuk membatasi pergeseran rotor.
  • 43. 43 Gambar 5.27 Posisi Bantalan  Bantalan Luncur ( Journal Bearing ) Bantalan ini digunakan untuk menyangga poros turbin generator.Terdapat satu bantalan pada tiap sisi turbin.Semua bantalan ini dilapisi dengan babbit pada bagian dalamnya, dimana ini adalah material yang lebih lunak dibanding poros turbin.Hal ini untuk mencegah poros turbin aus akibat gesekan atau vibrasi tinggi. Selain itu babbit mempunyai kemampuan untuk menahan pelumasan pada metal sehingga membantu mencegah gesekan antara bantalan dan jurnal pada saat poros mulai berputar.
  • 44. 44 Gambar 5.28 Bantalan Journal  Bantalan aksial ( Thrust Bearing) Sehubungan dengan toleransi arah aksial rotor turbin sangat kecil, maka digunakan bantalan aksial untuk menyerap dan membatasi gerakan aksial poros turbin. Kebanyakan turbin menggunakan bantalan aksial kingsbury atau tapered land. Bantalan aksial tepered land terdiri dari thrust runner yang tak lain adalah dua collar kaku yang dipasang pada poros turbin dan ikut berputar. Diantara kedua collar ini dipasang thrust plate yang dilapis babbit dan di sangga oleh bantalan aksial itu sendiri. Dudukan bantalan didalam rumah penyangga dan dipasang pada penyangga turbin. Tapered land berhubungan dengan pad lapisan babbit yang akan menyerap gaya aksial. Pad (dudukan) ini berbentuk tapered dalam arah melingkar dan radial. Thrust wear (keausan) pada bantalan ini dibatasi oleh thrust wear detector.
  • 45. 45 Gambar 5.29 Bantalan Aksial 5.2.8 Sistem Pelumasan Pelumasan bantalan sangatlah penting sehingga turbin tidak boleh diputar tanpa adanya pelumasan. Parameter utama dari sistem pelumasan adalah tekanan. Untuk menjamin tekanan minyak pelumas yang konstan disediakan beberapa pompa minyak pelumas  Oil Tank Tangki yang dapat menampung sejumlah besar minyak pelumas.Oil tank ini harus cukup besar agar minyak pelumas dapat diam / berhenti sesaat didalam tangki untuk mengedapkan kotoran-kotoran dan membuang gasnya, sebelum dipompakan lagi.
  • 46. 46  Main oil pump (MOP) Main oil pump adalah pompa pelumas utama yang digerakan oleh poros turbin sehingga baru berfungsi ketika putaran turbin telah mencapai lebih besar 95 %.  Auxiliary oil pump (AOP). Auxiliary oil pump adalah pompa yang digerakkan dengan motor listrik AC. Pompa ini berfungsi pada start up dan shut down turbin serta sebagai back bila tekanan minyak pelumas dari MOP turun.  Emergency oil pump (EOP) Emergency oil pump adalah pompa yang digerakkan dengan motor listrik DC dan digunakan sebagai cadangan atau darurat ketika pasok listrik AC hilang. Gambar 5.30DiagramSistem Pelumasan Turbin 5.2.9 Sistem Jacking Oil Pada turbin kapasitas besar, berat rotor juga besar sehingga dalam keadaan diam rotor tersebut akan menyingkirkan lapisan minyak pelumas dari permukaan poros dan bantalan. Dalam keadaan seperti ini bantalan atau poros akan rusak bila diputar. Untuk menghindari kerusakan akibat tiadanya pelumasan diantara poros dan
  • 47. 47 bantalan, maka digunakan sistem jacking oil. Jacking oil berfungsi untuk mengangkat poros dengan minyak tekanan tinggi. 5.2.10 Turning Gear Rotor turbin yang berat dan panjang apabila dibiarkan dalam keadaan diam dalam waktu yang lama dapat melendut. Pelendutan menjadi lebih nyata apabila dari kondisi operasi yang panas langsung berhenti. Untuk mencegah terjadinya pelendutan, maka rotor harus diputar perlahan secara kontinyu atau berkala. Gambar 5.31 Turning Gear Alat untuk memutar rotor turbin ini disebut turning gear atau barring gear. Turning gear digerakkan dengan motor listrik melalui roda gigi dengan kecepatan putar antara 3 - 40 rpm. Turning gear juga memberikan torsi pemutar awal turbin ketika turbin start. Turning gear biasanya dipasang pada sisi turbin tekanan rendah atau diantara turbin dan generator. 5.2.11 Sistem Perapat poros (Gland Steam) Celah diantara casing (bagian yang diam) dan rotor (bagian yang berputar) turbin menyebabkan terjadinya kebocoran uap keluar atau udara masuk turbin. Untuk mencegah kebocoran pada celah tersebut dipasang perapat. Sistem perapat dilakukan dengan memasang labirin (sirip-sirip) pada casing maupun rotor secara berderet. Tetapi perapat yang hanya menggunakan labirin masih memungkinkan
  • 48. 48 terjadinya kebocoran. Untuk itu pada labirin diberikan fluida uap sebagai media perapat (gland seal steam). Gambar 5.32 Gland Seal Steam dan Perapat Labirin 5.2.12 Katup Utama Turbin Katup utama turbin terdiri dari dua, yaitu main atau turbin steam valve (MSV/TSV) dan governor valve (GV).  Main Steam Valve (MSV) Katup ini berfungsi sebagai katup penutup cepat jika turbin trip atau katup pengisolasi turbin terhadap uap masuk.MSV bekerja dalam dua posisi, yaitu menutup penuh atau membuka penuh.  Governor Valve (GV) Turbin harus dapat beroperasi dengan putaran yang konstan pada beban yang berubah ubah. Untuk membuat agar putaran turbin selalu tetap digunakan governor valve.
  • 49. 49 Gambar 5.33 Main Steam Valve dan Governor Valve 5.2.13 Kondensor Kondensor adalah peralatan untuk merubah uap menjadi air. Proses perubahannya dilakukan dengan cara mengalirkan uap kedalam suatu ruangan yang berisi pipa-pipa (tubes). Uap mengalir diluar pipa-pipa sedangkan air sebagai pendingin mengalir didalam pipa-pipa. Kondensor seperti ini disebut kondensor tipe surface (permukaan). Kebutuhan air untuk pendingin di kondensor sangat besar sehingga dalam perencanaan biasanya sudah diperhitungkan. Air pendingin diambil dari sumber yang cukup persediannya, yaitu dari danau, sungai atau laut. Gambar 5.34 Kondensor
  • 50. 50 5.2.14 Sistem Air Pendingin Utama Fungsi sistem air pendingin utama adalah menyediakan pasokan air pendingin untuk mendinginkan uap di kondensor. Kebutuhan air pendingin yang banyak dan terus menerus hanya dapat dipenuhi dari sumber air yang berlimpah yaitu air laut, danau atau sungai. Sistem air pendingin utama selain mendinginkan kondensor juga digunakan untuk mendinginkan sistem pendingin bantu (auxiliary/close cooling water). Gambar 5.35 Sistem Air Pendingin Utama 5.2.15 Sistem Air Pendingin Bantu Sistem air pendingin bantu merupakan pemasok kebutuhan air pendingin untuk alat-alat bantu pembangkit termal. Sistem ini menggunakan air tawar atau air demin sebagai media pendinginnya. Sirkulasi air pendingin bantu merupakan siklus tertutup sehingga sering disebut dengan sistem air pendingin siklus tertutup (closed cycle atau closed loop). Karena menggunakan air demin, maka airnya bersih, sehingga biasanya hanya dipasang satu saringan. 5.2.16 Sistem Air Pengisi Air pengisi berfungsi untuk memasok kebutuhan air ke boiler dengan spesifikasi dan kualitas air sesuai dengan yang ada diboiler. Didalam lintasannya dari tangki hotwell kondensor hingga masuk boiler (economiser), air ini mengalami pemanasan dan dijaga kualitasnya agar sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.
  • 51. 51 Gambar 5.36 Sistem Air Pengisi 5.2.17 Turbin Uap N50-8.83/535 PLTU Barru Pada PLTU Barru menggunakan turbin uap N50-8.83/535 dengan daya 55 MW.
  • 52. 52 Gambar 5.37 Turbin Uap 55 MW PLTU Barru Berikut Spesifikasi turbin uap N50-8.83/535 : Tipe : Condensing Steam Turbine Manufacture : Nanjing Machine dan Electric Co. Ltd. Rated Power : 55 MW Steam Pressure : 9.8 Mpa Steam Temperature : 535 ºC Rated Speed : 3000 rpm Critical speed : 1562.3 rpm (design) Feedwater Temperature : 224 ºC Cooling water temperature :30 ºC 5.3 Generator Tujuan utama dari kegiatan di PLTU adalah menghasilkan energi listrik.Produksi energi listrik merupakan target dari proses konversi energi di PLTU.Generator yang dikopel langsung dengan turbin akan menghasilkan teganganlistrik manakala turbin berputar.
  • 53. 53 Proses konversi energi didalam generator adalah dengan memutar medan magnetdidalam kumparan. Rotor generator sebagai medan magnet menginduksikumparan yang dipasang pada stator sehingga timbul tegangan diantara keduaujung kumparan generator. Untuk membuat rotor agar menjadi medan magnet,maka dialirkan arus DC ke kumparan rotor. Sistem pemberian arus DC kepadarotor agar menjadi magnet ini disebut eksitasi. 5.3.1 Konstruksi dan Bagian-bagian Generator Generator terdiri dari bagian yang diam disebut stator dan bagianberputar disebut rotor. Stator terdiri dari casing yang berisi kumparan dan rotoryang merupakan medan magnet listrik terdiri dari inti yang berisi kumparanInti ini terbentuk dari susunan plat-plat baja silikon yang mempunyaisifat kemagnetan yang baik dikompres dengan rapat sekali, tetapi diisolasi satusama lain dengan pernis atau kertas berisolasi (impregnated paper). Susunan plat baja silikon yang membentuk inti ini biasanya disebut laminasi.Laminasi-laminasi ini membentuk saluran yang baik sekali bagi flux magnetyang dihasilkan oleh rotor. Isolasi pada laminasi mengurangi besarnya aruspusar (Eddy current), sehingga mengurangi kerugian panas yang timbul. Bentuk rotor dari generator besar yang diputar dengan turbin uap biasanya tipesilinder dengan 2 atau 4 kutub magnet. Rotor ini dibuat dari metal tempaberbentuk silinder sepanjang generator. Untuk mesin-mesin berkutub 4 yanglebih besar diameternya sampai 1,5 meter. Kedua ujung rotor yang merupakanporos dibuat berdiameter lebih kecil untuk dipasang bantalan journal
  • 54. 54 Gambar 5.38 Konstruksi Generator  Rotor Merupakan bagian yang berputar dari generator. Kumparan rotor diberikan eksitasi dengan tegangan arus DC kemudian dengan bantuan tenaga uap melalui turbin yang di kopel langsung dengan rotor maka rotor berputar dan terjadilah tegangan induksi ke stator. Gambar 5.39 Rotor Generator  Stator Merupakan bagian yang tidak bergerak yang sekaligus menjadi body generator.Stator berupa kumparan jangkar yang mengeluarkan tegangan hasil dari GGL.
  • 55. 55 Gambar 5.40 Stator Generator Adapum bagian-bagian pada stator antara lain : 1. Winding dimana kumparan stator ditempatkan pada alur – alur yang terbentuk pada core / inti stator. Semua lilitan akan digulung dalam 3 group yang berbeda yang disebut fasa. Salah satu ujung dari setiap group dihubungkan bersama sehingga membentuk titik bintang, sedang ujung yang lainnya merupakan terminal keluar 3 fasa yang dihubungkan ke Transformer.
  • 56. 56 Gambar 5.41 Winding Generator 2. Stator Core dimana Inti / Core stator terbentuk dari susunan plat – plat baja silikon yang mempunyai sifat kemagnetan yang baik.Laminasi ( susunan plat baja silicon pada stator ) akan membentuk saluran yang baik sekali bagi flux magnet yang dihasilkan rotor.Isolasi pada laminasi akan mengurangi besarnya arus pusar ( Eddy Current ) sehingga dapat mengurangi kerugian panas. Gambar 5.42 Stator Core Generator
  • 57. 57 3. Frame stator terbuat dari baja ringan untuk menopang inti stator dan kumparannya.Frame dirancang mampu menahan tekanan dan ledakan hydrogen yang mungkin terjadi. Gambar 5.43 Frame Stator 5.3.2 Sistem Excitasi Generator Eksitasi adalah sistem mengalirkan pasok listrik DC untuk penguat medan rotor alternator. Dalam keadaan start atau beroperasi sendiri tegangan alternator tergantung pada besarnya arus eksitasi. Apabila arus eksitasi berubah tegangan alternator juga berubah.Tetapi alternator yang beroperasi paralel dengan sistem jaringan, tegangannya relatif konstan. Perubahan arus eksitasi tidak merubah tegangan tetapi menyebabkan berubahnya faktor kerja ( Cos ϕ ) dan daya reaktif ( Var ). Terdapat dua cara mengalirkan arus eksitasi ke rotor alternator, yaitu : 1. Sistem eksitasi dengan sikat (brush excitation) 2. Sistem eksitasi tanpa sikat (brushless excitation)  Eksitasi Dengan Sikat Sistem eksitasi dengan sikat terdiri dari alternator DC atau alternator AC yang arusnya disearahkan yang berfungsi sebagai main eksiter, slipring, pilot eksiter atau generator frekuensi tinggi, penyearah dan pengatur tegangan otomatis. Didalam sistem ini pilot eksiter atau permanen magnet generator
  • 58. 58 (PMG), medan magnetnya adalah magnet permanen. Banyaknya kutub biasanya 16, sehingga menghasilkan frekuensi 400 Hz. Keluaran dari pilot exsiter adalah AC dan dialirkan lemari penyearah.Didalam lemari ini tegangan diubah menjadi DC dan digunakan untuk mengontrol kumparan medan eksiter utama (main exciter).Gambar berikut memperlihatkan konfigurasi sistem eksitasi dengan sikat. Gambar 5.44 Sistem Eksitasi Dengan Sikat Didalam sistem ini eksitasi untuk alternator diproduksi melalui tiga tahap, yaitu pilot eksiter, main eksiter, dan alternator.Untuk mengalirkan arus eksiter dari main eksiter ke rotor alternator digunakan slipring dan sikat arang. Demikian pula penyaluran arus dari pilot eksiter ke main eksiter.  Eksitasi Tanpa Sikat Penggunaan sikat dan slipring untuk menyalurkan arus eksiter kerotor alternator mempunyai kelemahan, karena besarnya arus yang dapat dialirkan oleh sikat arang relatif kecil.Oleh karena itu alternator dengan kapasitas yang besar tidak mampu lagi mengalirkan arus eksitasi dengan sikat dan slipring, sehingga digunakan sitem eksitasi tanpa sikat. Sistem eksitasi tanpa sikat pada dasarnya terdiri atas komponen yang sama dengan sistem eksitasi dengan sikat, tetapi penyearah arus dilakukan dengan
  • 59. 59 peralatan yang berputar (rotary). Gambar berikut memperlihatkan konfigurasi sitem eksitasi tanpa sikat.Pengontrolan arus eksitasi tetap dilakukan pada sisi masuk eksiter utama.Keluaran dari main eksiter adalah tegangan AC tiga fasa pada sisi rotornya.Tegangan ini disearahkan didalam penyearah berputar (rotating rectifier) dan disalurkan ke alternator melalui poros.Jadi tidak diperlukan lagi adanya slipring dan sikat. Gambar 5.45 Sistem Eksitasi Tanpa Sikat 5.3.3 Pengatur Tegangan Otomatis Kondisi beban listrik yang selalu berubah menuntut adanya sistem pengatur beban dan tegangan yang selalu dapat mengikuti perubahan sehingga diperoleh output frekuensi dan tegangan yang stabil. Alat untuk mengontrol beban ( frekuensi ) adalah governor valve, sedang alat untuk menjaga agar tegangan tetap stabil adalah pengatur tegangan otomatis (PTO atau AVR ). Tugas utama dari AVR secara singkat sebagai berikut : 1. Mengontrol tegangan terminal generator dalam batas-batas yang ditetapkan, yang secara tidak langsung membantu mengontrol tegangan sistem. 2. Mengatur pembagian daya reaktif diantara mesin-mesin yang beroperasi paralel pada sistem. 3. Mengontrol arus medan untuk mejaga mesin berada dalam sinkronisme dengan sistem saat beroperasi, terutama sekali pada faktor daya satu atau leading, tergantung pada pembebanan mesin.
  • 60. 60 4. Menaikkan eksitasi medan ketika sisitem dalam keadaan terganggu untuk menjaga mesin agar selalu dalam sinkronisme dengan sistem. Gambar berikut menunjukan skema rangkaian pengatur tegangan otomatis sederhana. Gambar 5.46 Diagram Blok AVR Kumparan stator PMG atau pilot eksiter memasok daya ke AC eksiter (eksiter utama) melalui rangkaian pengatur tegangan. Besarnya daya (arus eksitasi) ke AC eksiter ditunjukkan oleh perbedaan antara tegangan terminal alternator dan tegangan referensi oleh balance meter. Perbedaan ini bisa berharga minus ( - ) dan ( + ). Apabila perbedaan tersebut berharga minus, maka AVR menghasilkan sinyal boost, yaitu penambahan arus eksiter ke AC eksiter. Sebaliknya jika perbedaan itu berharga plus, maka AVR menghasilkan sinyal buck, yaitu pengurangan arus eksiter ke AC eksiter. Apabila tidak ada perbedaan antara tegangan terminal alternator dengan tegangan referensi, maka sinyal keluaran AVR menjadi nol, artinya tidak ada penambahan dan tidak ada pengurangan arus eksitasi ke AC eksiter.
  • 61. 61 5.3.4 Generator dan Exciter PLTU Barru Spesifikasi Generator PLTU Barru adalah sebagai berikut: Manufacture : Nanjing Turbine dan Electric Machinery Group Type : QFW-60-2C Rated Power : 60 MW Rated Output : 70.6 MVA Rated Voltage : 10.5 kV Rated Current : 3882 A Excitation Current : 740 A Frequency : 50 Hz Rated Speed : 3000 rpm Power Factor : 0.85 Insulation Class : F Connection : ʏ Weight : 110 t Gambar 5.47 Generator PLTU Barru
  • 62. 62 Spesifikasi Exciter Generator PLTU Barru :  Permanent Magnet Generator (PMG) Manufacture : Nanjing Turbine dan Electric Machinery Group Type : TFY.85-3000 Frequency : 400Hz Capability : 2.85 kVA Excitation Method : PM Phase Number : 1 Rated Voltage : 190 kV Rated Current : 15 A Power Factor : 0.9 Rated Speed : 3000 rpm Insulation Class : F  Main Exciter  Manufacture : Nanjing Turbine dan Electric Machinery Group  Type : TFLW218-3000A  Frequency : 150Hz  Rated Power : 218kW  Rated Voltage : 251 V  Rated Current : 872 A  Rated Speed : 3000 rpm  Excitation Voltage : 61.2 V  Excitation Current : 6.65 A  Insulation Class : F  Connection : ʏ  Weight : 1512kg
  • 63. 63 Gambar 5.48 PMG dan Main Exciter Generator PLTU Barru 5.3.5 Transformator Traformator merupakan alat listrik yang berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan tegangan. Adapun bagian-bagian trafo antara lain :  Inti besi, sirkuit magnetic dibuat dari besi silicon (grain oriented Silicon Steel) dan membentuk rangkaian magnetis tertutup  Belitan, dibuat dari tembagaberisolasi dan berkonduktivitas tinggi dan terendam minyak. Antara belitan dan tangki bawah dibatasi dengan sekat sebagai tumpuan belitan sekaligus sebagai isolator. Bentuk belitan adalah konsentris  Sendapan, dilakukan sedemikian rupa sehingga kokoh dan dapat dioperasikan melalui pengatur-pengatur posisi. Sendapan dipasang dibagian luar tangki trafo dan dapat dioperasikan dalam keadaan bertegangan tanpa beban. Sendapan dipasang terendam minyak trafo.  Bushing, terdiri dari 2 macam yaitu bushing tegangan primer yang dibuat dari porselen dengan jarak rambat minimum 4,3cm, sedangkan bushing yang lain yaitu bushing tegangan sekunder yang dibuat dari porselin, dimana dilengkapi dengan terminal untuk menghubungkan pada bagian sekunder.  Minyak Trafo, minyak trafo yang digunakan merupakan minyak alami yang memenuhi standart SPLN 49-1:1982, fungsi minyak tersebut adalah sebagai pendingin trafo dan isolasi trafo
  • 64. 64  Sistem pengaman, berfungsi sebagai pemutus tenagan yang dipasang pada sisi sekunder dan primer didalam tangki (terendam minyak). Pengaman tersebut berfungsi sebagai pemutus tegangan jika terjadi tegangan berlebih  Arester. dipasang pada bagian luar tangki yang terhubung dengan terminal bushing sisi sekunder. Tenaga listrik yang dihasilkan dari keluaran trafo selanjutnya dihubungkan ke rangkaian serandang hubung (switch yard).Selanjutnya dilanjutkan ke gardu induk (GI). Spesifikasi Transformator Utama PLTU Barru : Pabrik pembuat : Chongqing AEA Transformator Group Rated Power : 63 MVA Rated Voltage : 10,5 kV/150kV Rated Current : 230,2 A/ 3464 A Wiring Group : Ynd11 Frequency : 50 Hz Cooling : ONAN/ONAF Impedance Uk : 12 % (a) (b) Gambar 4.49 Trafo Utama (a) dan Pemakaian Sendiri (b) pada PLTU Barru
  • 65. 65 5.4 Water Treatment Plant (WTP) Water treatment plant adalah salah satu unit PLTU yang berfungsi untuk mengubah air laut menjadi air murni (H20) untuk air umpan boiler (Demin Water) dengan konductivity <0,02 µS/cm. Proses Demineralisasi air tawar ini memanfaatkan prinsip pengikatan ion-ion menggunakan resin penukar ion. Air umpan boiler sangat dijaga tingkat kemurniannya karena air ini dalam tugasnya sebagai fluida kerja maupun fluida pendingin akan melalui bagian-bagian peralatan pada pembangkit yang terbuat dari logam. Oleh karena sifat logam yang dapat terkorosi inilah tingkat kemurnian air perlu dijaga. Parameter-parameter yang perlu diperhatikan dalam produksi Demin Water dalam Water Treatment Plant ini adalah sebagai berikut : 1. Konductivity (<0,02 µS/cm) 2. pH (± 7-9 ) 3. Kadar silika ( 0,02 ppm) 5.4.1 Pentingnya Pengolahan Air di PLTU Dalam pembangkit listrik, energi panas diubah menjadi energi mekanik untuk menghasilkan listrik. Air berubah menjadi uap dengan menyerap energi panas, yang diberikan oleh bahan bakar (batu bara dan minyak ) untuk pembakaran. Uap dimasukkan ke turbin untuk mengubah energi panas menjadi energi mekanik, yang diubah menjadi energi listrik oleh generator. Listrik ditransmisikan ke jaringan listrik. Ini memiliki persyaratan kualitas tinggi air boiler untuk memastikan operasi boiler dan turbin normal. Kualitas air dalam sistem termal merupakan salah satu faktor yang paling penting pada operasi yang aman dan ekonomi peralatan termal seperti boiler dan turbin. Air baku, yang tidak dimurnikan, tidak diperbolehkan masuk ke lingkaran sistem air-uap dalam peralatan termal karena mengandung banyak kotoran. Ini memerlukan perawatan yang tepat untuk memurnikan, menjamin operasi yang stabil dari peralatan termal keseluruhan. Proses utama pada water treatment plant ini bisa digambarkan pada flow diagram berikut :
  • 66. 66 Gambar 5.50 Diagram Proses WTP PLTU Barru 5.4.2 Bagian-bagian WTP PLTU Barru  Clarifier Adalah tempat proses pretreatment air baku di mana akan terjadi pengikatan partikel pada air yang kemudian mengendapkan lumpur/kotoran ke bawah menggunakan tawas. Gambar 5.51 Clarifier  Sea Water Tank Adalah sebagai penampung air baku, yang sudah di proses di clarifier.
  • 67. 67 Gambar 5.52 Sea Water Tank  Multimedia Filter Adalah penyaring pertama yang menyaring kotoran/flok dan partikel pada air. Gambar 5.53 Multimedia Filter  Finesand Filter Adalah penyaring kedua yang dapat menghilangkan bau dan warna pada air.
  • 68. 68 Gambar 5.54 Finesand Filter Gambar 5.55 Diagram Logic MMF dan FSF  Micron Filter Adalah penyaring ketiga yang menyaring partikel-partikel terkecil pada air baku.
  • 69. 69 Gambar5.56 Micron Filter  1st High Pressure Pump Adalah pompa bertekanan tinggi yang berfungsi memompakan air laut/baku untuk menekan membrane SWRO yang kemudian menjadi air fresh/payau. Gambar 5.57 1st High Pressure Pump  Sea Water Reverses Osmosis (SWRO) Reverse osmosis adalah proses pemisahan zat-zat padat terlarut dari molekul molekul air dalam suatu larutan. Dilakukan dalam proses pemurnian air dengan cara memberikan tekanan hydrostatic pada air umpan sehingga
  • 70. 70 mampu menembus sel membrane permeable dan menghasilkan air murni. Metode yang dipergunakan pada proses operasi RO merupakan salah satu tipe metode penyaringan dalam ukuran yang sangat-sangat kecil (nano filtration), Proses Sea Water Reverses Osmosis (SWRO)adalah penyaring yang berfungsi memproses air laut menjadi air fresh/payau, yang dapat menurunkan conductivity sampai <1000 microsiemen/cm. Gambar 5.58 Kontruksi Reverse Osmosis Gambar 5.59 Sea Water Reverses Osmosis (SWRO)
  • 71. 71  Fresh Water Tank Adalah penampung air product hasil sea water reverses osmosis (SWRO).Yang memiliki kapasitas 2 x 800 Ton. Gambar 5.60 Fresh Water Tank Gambar 5.61 Diagram Logic SWRO
  • 72. 72  2nd High Pressure Pump Adalah pompa bertekanan tinggi yang berfungsi memompakan air fresh/payau untuk menekan membrane RO pada BWRO yang kemudian menjadi air pure/ RO product. Gambar 5.62 2ND High Pressure Pump  Brackish Water Reverses Osmosis (BWRO) Adalah penyaring yang berfungsi memproses air fresh/payau menjadi air pure/ro product,yang dapat menurunkan conductivity sampai 10 microsiemen/cm. Gambar 5.63 Brackish Water Reverses Osmosis (BWRO)
  • 73. 73  RO Tank Adalah penampung air product hasil dari brackish water reverses osmosis (BWRO) Yang memiliki kapasitas 30 ton. Gambar 5.64 RO Tank  MIXED BED Adalah proses penghilangan kandungan mineral pada air, seperti :na, mg. k, ca dll. yang sesuai dengan persyaratan standar air pengisi boiler. Di mixed bed,resin kation dan anion dicampur equably dalam satu exchanger. Jadi bisa dianggap sebagai sistem bed bertingkat senyawa disusun oleh banyak resin kation dan resin anion diatur secara bergantian. Pertukaran kation dan pertukaran anion dilanjutkan secara bersamaan. H + berasal dari pertukaran model H dan OH- yang berasal dari model pertukaran OH diakumulasikan bersama-sama dan mereka bereaksi satu sama lain. Reaksi pertukaran Total berlangsung sepenuhnya. Jadi kualitas air keluar dari mixed bed campuran jauh lebih baik daripada salah satu tempat bed senyawa utama.
  • 74. 74 Gambar 5.65 Konstruksi Mixed Bed Gambar5.66 Mixed Bed  Demin Tank
  • 75. 75 Adalah penampung air product hasil dari mixed bed.yang memiliki kapasitas 2x 400 ton. Gambar 5.67 Demin Tank Gambar 5.68 Logic BWRO Dan Mixed Bed 5.5 Coal Handling System PLTU batubara adalah suatu pembangkit listrik yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakar utamanya. PLTU Barru adalah salah satu pembangkit yang menggunakan bahan bakar batubara dengan kapasitas pembangkitan 2 X 50 MW. Untuk mencukupi kapasitas pembangkitan yang cukup besar tersebut dibutuhkan
  • 76. 76 batubara dalam jumlah yang sangat banyak. Oleh karenanya diperlukan suatu penanganan khusus terhadap bahan bakar batubara tersebut yang dinamakan coal handling system. Coal handling system berfungsi menangani mulai dari pembongkaran batubara dari kapal/tongkang (unloading area), penimbunan/penyimpanan di stock area atapun pengisian ke bunker (power plant). yang digunakan untuk pembakaran di Boiler. Alat transportasi yang digunakan dengan system conveyor, beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dengan system conveyor diantaranya adalah : 1. Menurunkan biaya dan waktu pada saat memindahkan batubara. 2. Menigkatkan efisiensi pemindahan material. 3. Menghemat ruang. 4. Meningkatkan kondisi lingkungan kerja (bersahabat dengan lingkungan). 5. Tidak berisik. 6. Menurunkan tingkat polusi udara KonsumsiBatubaraPembangkit Listrik Unit (MW) Konsumsibatubara (t/h) Konsumsibatubar a ( t/d) Konsumsibatubara (kg/kWh) 2×50 30,6 732.67 0,678 Catatan : Inidihitung dengan24jam perhari. 5.5.1 Coal Handling Area  Unloading Area Merupakan tempat yang digunakan oleh kapal tongkang untuk menyandarkan dan membongkar batubara kurang lebih sebanyak 700 ton. Pada PLTU Barru menggunakan dermaga khusus tongkang, maka untuk keperluan kelancaran pembongkaran batubara, dermaga dilengkapi berupa alat berat yaitu crane dan buldozeer. Batu batubara tersebut akan ditransfer ke coal stok area menggunakan conveyor.
  • 77. 77 . Gambar 4.69 Unloading Area  Coal Stock Area 1. Coal Yard Merupakan tempat penampungan batubara setelah dari kapal tongkang untuk stock bulanan sebelum batu bara di transportasikan ke bunker yang dilengkapi dengan buldozeer dan excavator. Gambar 5.70 Coal Yard
  • 78. 78 2. Coal Dry Merupakan tempat penampungan batu bara untuk stock harian atau sebagai tempat pengeringan batubara sebelum ke Coal bunker. Yang dilengkapi dengan crane,buldozeer dan excavator. Gambar 5.71 Coal Dry 5.5.2 Komponen Coal Handling Secara umum, komponen coal handling sistem dapat dikelompokkan menjadi 2 :  Belt Conveyor (BC) Belt Conveyor di dalam Coal handling sistem merupakan peralatan yang sangat vital dan berfungsi untuk mentransmisikan batubara dari unloading area (Intake Hopper) sampai Coal Bunker (power plant). Kontruksi dari belt ini berupa karet memanjang yang digulungkan diantara 2 buah pulley yang terletak pada ujung Belt Conveyor.Konstruksi dari Belt Conveyor dapat dilihat pada Gambar dibawah.
  • 79. 79 Gambar 5.72 Konstruksi Belt Conveyor Gambar 5.73 Belt Conveyor Bagian bagian dari Belt Conveyor yaitu : 1. Belt Conveyor Merupakan ban berjalan yang berfungsi untuk membawa material dan meneruskan gaya.
  • 80. 80 2. Carrying idler Berfungsi untuk menjaga belt pada bagian yang berbeban atau sebagai roll penunjang ban bermuatan material. Posisi dari Carrying idler berada di atas conveyor table. Komposisinya terdiri dari 3 buah roll penggerak berbentuk V. 3. Impact idler Posisinya persis di bawah chute. Pada bagian luarnya dilapisi dengan karet dan jarak antara satu sama lain lebih rapat dari carrying idler. Fungsinya untuk menahan belt agar tidak sobek/rusak akibat batubara yang jatuh dari atas. 4. Return idler Berada di bawah belt pada sisi balik conveyor. Komposisinya hanya terdiri dari 1 buah roll penyangga dan berfungsi untuk menyangga belt dengan arah putar balik. 5. Steering idler Merupakan idler yang berfungsi untuk menjaga kelurusan belt agar tidakjogging (bergerak ke kiri/kanan). Posisinya di bagian pinggir belt. 6. Motor Berfungsi sebagai penggerak utama dari Belt Conveyor. Dalam pengoperasiannya dihubungkan dengan gearbox dan fluid coupling. 7. Reducer Peralatan yang menggandengkan sumber daya ke pulley dan berfungsi mereduksi putaran dari motor agar putaran input dari motor dapat dikurangi. 8. Drive pulley Merupakan pulley yang secara langsung atau tidak langsung terhubung dengan motor listrik dan dikopling dengan gearbox. Fungsinya untuk memutar belt menuju ke depan. Posisi drive pulley tidak harus selalu di depan, bisa dipasang dimana saja yang dianggap memungkinkan 9. Take up pulley Pulley yang berfungsi untuk menjaga ketegangan belt. Take up pulley
  • 81. 81 terhubung dengan counter weight. 10. Counter weight Merupakan bandul yang terhubung dengan take up pulley yang berfungsi untuk memberi/menjaga ketegangan belt. 11. Bend pulley Pulley yang berfungsi untuk menikungkan atau membelokkan arah belt. 12. Head pulley Pulley terakhir yang berada pada ujung depan conveyor. Tidak semua head pulley dapat dipakai sebagai drive pulley. head pulley yang tidak dapat dihubungkan dengan drive pulley tidak dapat disebut sebagai drive pulley. 13. Snub pulley Pulley yang digunakan untuk memperbesar sudut illitan kontak antara pulley dengan belt. Biasanya Snub pulley terletak di dekat drive pulley. 14. Tail pulley Berada di sisi belakang conveyor. Berfugnsi untuk memutar kembali Belt Conveyor menuju ke arah drive pulley. Tail pulley dilengkapi dengan beltcleaner yang berfungsi untuk mencegah batubara agar tidak masuk ke tail pulley. pada conveyor jenis light duty, tail puley juga sering dijadikan sebagai take up pulley. 15. Scrapper (pembersih) Merupakan perangkat yang berfungsi membersihkan material yang menempel pada belt. 16. Rubber skirt (skirt board) Merupakan peralatan yang berfungsi mencegah agar material tidak tumpah keluar dari belt pada saat muat. 17. Plough scrapper Berfungsi untuk membersihkan material yang tertumpah pada arah balik belt. Biasanya terdiri dari primary dan v-plough scrapper.  Common System Belt Conveyor
  • 82. 82 Merupakan peralatan bantu yang digunakan dalam proses pengoperasian belt conveyor. 1. Helicoid ( Strainer ) Helicoid / strainer ( penyaringan ) merupakan suatu alat yang berfungsi untuk memisahkan batubara yang kasar dengan yang halus, Batubara yang kasar masuk ke crusher sedangkan yang halus langsung masuk ke belt conveyer II Gambar Helicoid ( strainer ) 2. Crusher Berfungsi untuk menghancurkan batubara yang lewat peralatan tersebut mempunyai ukuran lebih besar dari 6 mm Peralatan ini dirancang hanya
  • 83. 83 untuk menghancurkan batubara,bukan material lain. Gambar 5.75 Kontruksi Crusher Gambar 5.76 Crusher 3. Vibrator Vibrator adalah suatu alat yang berfungsi untuk menggetarkan hopper agar batubara yang berada dalam hopper jatuh menuju ke-belt conveyor.
  • 84. 84 Gambar5.77 Vibrator 4. Hopper Berada di sisi depan conveyor. Memiliki bentuk yang lebih besar dan berfungsi untuk menampung batubara dengan kuantitas relatif banyak sebelum diarahkan ke conveyor. Hopper dilengkapi dengan chute yang memudahkan batubara untuk meluncur, sehinnga tidak menggumpal maupun terjadi penyumbatan. Gambar 5.78 Hopper 5. Diverter Gate (DG) Adalah suatu peralatan untuk mindahkan aliran batubara dari arah yang satu ke yang lainnya. Diverter Gate ini mempunyai dua posisi pada sisi
  • 85. 85 pengeluaran, dan tidak boleh dipindahkan pada saat ada aliran batubara. Gambar 5.79 Diverter Gate 6. Scraper Conveyor (SC) Scrapper conveyor adalah peralatan untuk memasukkan batubara ke dalam bunker secara otomatis dari control room dan juga secara lokal . Gambar 5.80 Scrapper Conveyor 7. Magnet separator (MS) Magnetic separator berfungsi untuk memisahkan logam besi dari batubara. Prinsip kerja M/S ini berdasarkan induksi elektromagnetik logam besi yang terbawa pada aliran batubara akan ditarik oleh medan
  • 86. 86 elektromagnetik lalu menempel pada conveyor M/S dan akan jatuh pada sisi penampungan. Gambar 5.81 Magnetic Separator 8. Dust Collector (D/C) Berfungsi untuk mengumpulkan debu batubara dengan sistem vacum, secara garis besar peralatan ini terdiri dari blower penyedot debu. Gambar 5.82 Dust Collector 9. Coal Bunker Adalah tempat penampungan batubara terakhir sebelum digunakan untuk pembakaran di boiler.
  • 87. 87 Gambar 5.83 Coal Bunker 10. Coal Feeder Berfungsi untuk mengalirkan batubara yang berasal dari suatu bunker untuk di transfer ke furnance yang digunakan sebagai bahan bakar. Coal Feeder ini mempunyai kecepatan rendah dan daya hantar pendek dan dapat diatur kecepatanya sesuai aliran batubara yang diinginkan. Gambar 5.84 Coal Feeder 11. Pull Cord/Pull Rope Switch Berfungsi untuk memberhentikan Belt Conveyor/belt feeder dengan
  • 88. 88 cara menarik tali yang dipasang sepanjang belt sisi kiri dan kanan apabila ada gangguan atau kelainan peralatan di local. Peralatan pengaman ini dipakai juaga pada saat ada pekerjaan perbaikan/pemeliharaan. Gambar 5.85 Pull Cord/Pull Rope Switch Gambar aliran Coal Handling PLTU Barru secara umum Gambar5.86 Flow Coal Handling 5.6 Ash Handling System Ash Handling Plant adalah peralatan bantu dari sebuah PLTU berbahan bakar batubara untuk menampung abu sisa hasil pembakaran yang kemudian
  • 89. 89 menyalurkannya ketempat pembuangan akhir (Ash Yard). Pada System Ash Handling abu dibagi menjadi dua yaitu Fly Ash (abu kering) dan Bottom Ash (abu basah). Ash Handling Plant mempunyai alat yang berfungsi sebagai penangkap abu sisa pembakaran, yaitu Electrostatic Precipitator (EP). Batubara yang dialirkan ke dalam ruang bakar akan menghasilkan gas buang yang mengandung partikel abu. Sebelum dibuang ke atmosfir, gas buang yang mengandung partikel abu akan melewati suatu ruang yang di dalamnya terdapat pelat-pelat yang dapat menangkap partikel abu. Pelat tersebut dialiri listrik searah (DC). Abu hasil tangkapan EP disalurkan melalui Transporter / Blower maupun Belt Conveyor ke Silo (Penampungan) atau ditampung di tempat penampungan akhir (Ash Yard) untuk dimanfaatkan / dijual. Selain itu, Ash Handling Plant juga mempunyai peralatan yang berfungsi sebagai penampung dan penyalur abu sisa pembakaran yang berasal dari ruang bakar (furnace) yaitu SDCC (Slug Dust Chain Conveyer). Batubara (serbuk) yang dimasukan ke dalam ruang bakar sebagian tidak terbakar dan abu yang tidak terhisap oleh ID Fan akan jatuh dan ditampung di bagian bawah ruang bakar (Bottom Ash) dialirkan melalui SDCC menuju Silo Bottom Ash dan kemudian di tampung di tempat penampungan akhir (Ash Yard). 5.6.1 Fly Ash  ESP (Electrostatic Precipitator) Electrostatic Precipitator adalah peralatan yang berfungsi menangkap abu sisa pembakaran yang berada dalam gas buang yang akan dibuang ke atmosfir melalui stack, sehinga gas buang yang akan dibuang tidak mengandung partikel-partikel abu yang dapat mencemari lingkungan. Prinsip kerja Electrostatic Precipitator (ESP) adalah partikel – partikel abu dari boiler/ruang bakar (furnace) yang belum bermuatan, akan diberi muatan – ( negative ) oleh Electroda dan selanjutnya dengan teori Electric magnet akan ditangkap oleh Collecting Plate. Discharge electroda (wire)/emiting dengan dialiri arus DC sebagai kutup negatif dan collecting electroda plate sebagai kutup positif. Di
  • 90. 90 dalam daerah penangkapan yang terdiri dari collecting plate dan discharge electrode (kawat) akan dibangkitkan suatu medan listrik yang cukup besar. Selain itu juga akan menyebabkan molekul - molekul udara dipercepat gerakannya sehingga bertabrakan yang mengakibatkan electronnya terlepas dari orbitnya dan menjadi electron bebas. Bila tegangan yang dibangkitkan semakin besar maka akan tercipta suatu corona dan electron bebas yang terbentuk semakin banyak. Abu terbang yang melewati medan corona ini akan bertabrakan dengan ion ion dan electron bebas, sehingga partikel abu yang tidak bermuatan akan menjadi bermuatan. Karena pengaruh medan listrik partikel partikel tersebut bergerak menuju collecting plate. Partikel abu ini akan jatuh ke bawah karena gravitasi. Sisa abu yang masih menempel pada collecting plate dan discharge electroda akan dibersihkan dengan system penghentakan (rapping). Abu pada Collecting Plate dan Discharge akan jatuh ke Hopper setelah proses rapping. Mekanisme penghentakan bekerja dalam selang waktu tertentu secara periodik. Abu yang telah terkumpul ini harus disalurkan agar tidak menimbulkan masalah pada internal penangkap abu electrostatic precipitator menggunakan blower. Gambar 5.87ESP  Blower Blower berfungsi sebagai pemindah abu hasil tangkapan EP (electrostatic Precipitator), dari ESP ke Transfer Bin yang selanjutnya di pindahkan lagi ke
  • 91. 91 Penampunan sementara (Silo). Prinsip kerja Blower adalah menyalurkan/ memindahkan abu yang berasal dari ESP ke Silo.  SiloFly Ash Di Silo Fly Ash di proses lagi menggunakan Mixer Conveyor / Hidromix Conditioning, dengan Hidromix Conditioning ini Fly Ash dispray menggunakan service water sehingga Fly Ash menjadi basah dan jatuh ke Belt Conveyor (BC 2,3,4) lalu ditampung di Ash Valley. Selain itu ada juga Fly Ash yang langsung ditransfer ke Truck Capsule menggunakan Dry Unloader (DU). Jika pada Belt Conveyor mengalami kerusakan maka Abu Basah yang keluar dari Mixer Conveyor bisa langsung ditampung dump truck lalu ditransfer ke Ash Valley. Di Silo Fly Ash di proses lagi menggunakan Mixer Conveyor / Hidromix Conditioning, dengan Hidromix Conditioning ini Fly Ash dispray menggunakan service water sehingga Fly Ash menjadi basah. Setelah itu Fly Ash ditransfer ke Truck untuk di tampung di Ash Yard. Gambar 5.88 Silo Fly Ash  Ash Yard Ash Yard merupakan tempat penampungan terakhir abu yang telah diproses pada sistem Fly Ash dan Sistem Bottom Ash. Ash Yard ini digunakan apabila
  • 92. 92 level dari Silo sudah terlalu tinggi dan belum ada truck-truck yang akan menampung abu tersebut maka abu tersebut ditampung di Ash Yard yang kemudian akan diproses lagi oleh Loader, Exavator dan dump truck atau dimanfaatkan (dijual). 5.6.2 Bottom Ash  SDCC ( SlugDust Chain Conveyer ) Merupakan bak penampung abu sisa pembakaran batu bara yang berada di bagian bawah ruang bakar / furnace juga berfungsi sebagai perapat (seal trough) ruang bakar, sehingga ruang bakar tidak bertekanan positif, abu yang terkumpul akan dibuang ke penampungan sementara melalui Conveyor- conveyor (Ban Berjalan) menuju Silo Bottom Ash. Gambar 5.89 SDCC  SiloBottom Ash Di Silo Bottom Ash berfungsi sebagai penampungan sementara abu sisa pembakaran dari furnice yang disalurkan melalui SDCC. Setelah mencapai
  • 93. 93 kapasitas tertentu abu dari Silo akan di tampung di tempat penampungan akhir dengan menggunakan Truck. BAB VI PENUTUP
  • 94. 94 6.1 Kesimpulan 1. Unit PLTU Barru merupakan salah satu dari proyek percepatan 10.000 MW tahap pertama yang dicanangkan oleh pemerintah dalam mengatasi krisis energi di Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan. 2. Unit PLTU Barru memiliki kapasitas terpasang sebesar 100 MW yang terdiri dari 2 unit dengan kapasitas masing-masing unit 50 MW. 3. Komponen utama PLTU Barru terdiri dari empat, yaitu :  Boiler CFB 220t/h  Turbin uap 55 MW  Generator 60 MW  Tranformator 63 MVA Sedangkan peralatan penunjang terdiri dari :  Water Treatment Plant (WTP)  Auxiliary Boiler (PAF, SAF, IDF, Boiler Drum,dll).  Auxiliary Turbin (Kondensor, BFP, HP Heater, LP Heater, dll).  Coal and Ash Handling 4. Unit PLTU Barru menggunakan teknologi Boiler CFB (Circulation Fluidize Bed) yang masih tergolong baru dalam dunia coal fired steam power plant di Indonesia. 5. Sistem Soot Blower sangat penting dalam unit PLTU karena berfungsi untuk membersihkan abu atau jelaga yang menempel pada bagian boiler yang dilewati gas buang.Abu ini terbawa gas dan akan menempel pada pipa-pipa dan saluran yang dilewati gas buang sehingga menimbulkan slaging dan fouling (pengotoran). Apabila hal pengotoran ini dibiarkan menempel pada pipa-pipa (peralatan pemindah panas) akan menghambat perpindahan panas dari gas ke air, uap atau udara yang dipanaskan. Oleh karena itu abu dan jelaga ini harus dibersihkan dan dibuang. Bagian yang di soot blowing adalah: • Pipa-pipa superheater • Pipa-pipa economiser
  • 95. 95 • Elemen-elemen air heater 6.1 Saran 1. Menjaga dan menjalin komunikasi yang baik antar Manajemen PLTU Barru dengan masyarakat sekitar PLTU Barru. 2. Kerja sama dengan lingkungan akademis agar lebih ditingkatkan, dengan mengadakan berbagai macam kegiatan yang bisa bermanfaat bagi mahasiswa pada khususnya dan dunia kerja pada umumnya. 3. Sebaiknya peserta kerja praktek diberi pengarahan awal mengenai seluk beluk pekerjaan yang akan dilaksanakan di tempat kerja dimana peserta ditempatkan. DAFTAR PUSTAKA
  • 96. 96 Unit Pendidikan dan Pelatihan Suralaya (PLNJASDIK). 2007. Perkembangan PLTU. PT. PLN (Persero). Jakarta. Unit Pendidikan dan Pelatihan Suralaya (PLNJASDIK). 2007. Turbin Uap dan alat Bantunya. PT. PLN (Persero). Jakarta. Unit Pendidikan dan Pelatihan Suralaya (PLNJASDIK). 2007. Boiler dan alat bantunya. PT. PLN (Persero). Jakarta. Unit Pendidikan dan Pelatihan Suralaya (PLNJASDIK). 2006. Pengoperasian Sistem Pelumas. PT. PLN (Persero). Jakarta. …………….2012. Laporan Kerja Praktek Lapangan pada PT PJBUBJ O&M PLTU Rembang.Universitas 45 Surabaya. Surabaya. Unit Pendidikan dan Pelatihan Suralaya (PLNJASDIK). 2006. Pengoperasian Sistem Pelumas. PT. PLN (Persero). Jakarta. China Guodian. 2011. PLTU Sulawesi Selatan 2×50 MW Coal FiredSteam Power Plant. Electric Engineering Technical Service Subsidiary of Wuhan Qingyuan Electric Co., Ltd. Hubei, China.