4. Pada waktu melihat benda, maka lensa mata
membentuk bayangan dari benda itu.
• Bayangan benda harus jatuh tepat pada
retina agar benda tampak dengan jelas.
• Karena letak benda tidak tetap maka fokus
lensa harus berubah dengan cara mengubah
ketebalan lensa mata
• Perubahan ketebalan ini yang dikenal
dengan nama DAYA AKOMODASI
MATA
5. Daya AKOMODASI mata
• Adalah kemampuan mata untuk mengubah ketebalan
lensa mata, karena menyesuaikan jarak bendanya
• Atau kemampuan mata untuk mengubah jarak fokus
lensa mata, karena disesuaikan dengan jarak
bendanya.
Sebagaimana gambar berikut !
6. Benda jauh
Saat melihat benda jauh lensa mata sangat pipih. Hal
ini karena otot siliar tidak bekerja. Dikatakan mata
tidak berakomodasi
7. Benda dekat
Saat melihat benda dekat lensa mata sangat tebal.
Hal ini karena otot siliar bekerja optimal. Dikatakan
mata berakomodasi maksimal
8. Jangkauan penglihatan
Mata akan dapat melihat benda dengan jelas jika
benda berada pada daerah jangkauan penglihatan
Daerah ini dibatasi oleh dua buah titik :
• Titik terjauh (punctum remotum (PR)) adalah titik
paling jauh yang masih dapat dilihat dengan jelas oleh
mata dikatakan mata tidak berakomodasi
• Titik terdekat (punctum proximum (PP)) adalah
titik terdekat yang dapat dilihat paling jelas oleh mata
dikatakan mata berakomodasi maksimum
14. Sifat bayangan
• Jangkauan pernglihatan selalu
berada di ruang III
• Sifat bayangan adalah :
–Nyata
–Terbalik
–diperkecil
15. Cacat mata
Dibedakan berdasarkan kemampuan
optimal daya akomodasinya menjadi :
• Rabun jauh (Myopi)
• Rabun dekat (Hipermetropi)
• Mata Tua (Presbiopi)
16. MIOPI
• Disebut juga rabun
jauh
• Kurang jelas melihat
benda-benda yang
letaknya jauh
• Titik jauhnya terbatas
• Diakibatkan karena
bentuk lensa yang
tidak dapat terlalu
pipih
• Bayangan benda selalu
jatuh di depan retina
jika benda berada di
tempat jauh
19. Dalam perhitungan
Lensa negatif membentuk
bayangan maya di
depan lensa
Benda yang berada pada
jarak tak hingga
(So = ∼) bayangannya
terbentuk pada titik
jauhnya (Si = -PR)
Dengan rumus pembentukan
bayangan
1/f = 1/So + 1/Si
1/f = 1/ ∼ + 1/(-PR)
1/f = 0 + 1/(-PR)
F = - PR
Kekuatan lensa yang digunakan
P = 1/f = 1/(-PR)
20. HIPERMETROPI
• Disebut juga rabun
dekat
• Kurang jelas melihat
benda-benda yang
letaknya dekat
• Titik dekatnya lebih
besar dari 25 cm
• Diakibatkan karena
bentuk lensa yang
tidak dapat terlalu
cembung
• Bayangan benda selalu
jatuh di belakang
retina jika benda
berada di tempat yang
dekat (jarak baca)
23. Dalam perhitungan
Lensa positif membentuk
bayangan maya di
depan lensa
Benda yang berada pada
titik bacanya (So = Sn)
bayangannya terbentuk
pada titik dekatnya (Si =
-PP)
Dengan rumus pembentukan
bayangan
1/f = 1/So + 1/Si
1/f = 1/Sn + 1/(-PP)
Sn = titik baca normal (25
cm)
Kekuatan lensa yang digunakan
P = 1/f
24. PRESBIOPI
• Disebut juga mata tua
• Kurang jelas melihat
benda-benda yang
letaknya jauh maupun
dekat
• Titik dekatnya lebih
besar dari 25 cm dan
titk jauhnya kurang
dari tak hingga
• Diakibatkan karena
melemahnya daya
akomodasi
• Bayangan benda selalu
jatuh di belakang
retina jika benda
berada di tempat yang
dekat (jarak baca) dan
di depan retina jika
melihat jauh.
28. astigmatisma
• Disebut juga mata
silinder
• Benda yang berupa
titik tampak sebagai
ruas garis
• Tidak ada
pengaruhnya dengan
titik dekat atau titik
jauh
• Diakibatkan karena
bentuk lensa seperti
irisan tabung.
• Ditolong dengan kaca
mata silinder.