2. 1. Hakikat Mata Kuliah Etika Bisnis
Menurut Drs. O.P. Simorangkir bahwa hakikat etika bisnis adalah menganalisis atas
asumsi-asumsi bisnis, baik asumsi moral maupun pandangan dari sudut moral. Karena
bisnis beroperasi dalam rangka suatu sistem ekonomi, maka sebagian dari tugas etika
bisnis hakikatnya mengemukakan pertanyaan-pertanyaan tentang sistem ekonomi
yang umum dan khusus, dan pada gilirannya menimbulkan pertanyaan-pertanyaan
tentang tepat atau tidaknya pemakaian bahasa moral untuk menilai sistem-sistem
ekonomi, struktur bisnis.
Contoh praktek etika bisnis yang dihubungkan dengan moral :
Uang milik perusahaan tidak boleh diambil atau ditarik oleh setiap pejabat perusahaan
untuk dimiliki secara pribadi. Hal ini bertentangan dengan etika bisnis. Memiliki uang
dengan cara merampas atau menipu adalah bertentangan dengan moral. Pejabat
perusahaan yang sadar etika bisnis, akan melarang pengambilan uang perusahaan
untuk kepentingan pribadi, Pengambilan yang terlanjur wajib dikembalikan.
Pejabat yang sadar, disebut memiliki kesadaran moral, yakni keputusan secara sadar
diambil oleh pejabat, karena ia merasa bahwa itu adalah tanggungjawabnya, bukan
saja selaku karyawan melainkan juga sebagai manusia yang bermoral.
3. LANJUTAN
Contoh tidak memiliki kesadaran moral :
Seorang berdarah dingin di jalan juanda, Jakarta yang sangat ramai itu
menodong dengan clurit dan merampas harta milik seseorang. Baginya
menodong itu merupakan kebiasaan dan menjadi profesinya. Apakah
ada kesadaran moral bahwa perbuatan itu bertentangan dan
dilarang oleh ajaran agama, hukum dan adat? Sejak kecil ia
ditinggalkan oleh ibu bapaknya akibat perceraian, ia bergaul dengan
anak gelandangan, pencuri. Sesudah dewasa menjadi penodong ulung.
Ia menodong atau membunuh tanpa mengenal rasa takut atau berdosa,
bahkan sudah merupakan suatu profesi.
4. 2. Definsi Etika dan Bisnis
2.1 Pengertian Etika
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah
“Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan
(custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral
yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam
bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau
cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik
(kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika
dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam
kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau
moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan
etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan
perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh
pikiran manusia.
5. LANJUTAN
2.2 Pengertian Bisnis
Bisnis berasal dari bahasa Inggris business,
mengembangkan kata dasar busy yang berarti “sibuk”
dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat.
Sedangkan dalam kamus lengkap bahasa Inggris
karangan Prof. Drs. S. Wojowasito dan W.J.S
Poerwadarminta, business diterjemahkan menjadi :
pekerjaan; perusahaan; perdagangan; atau urusan. Jadi
bisnis bisa diartikan menjadi suatu kesibukan
atau aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan
keuntungan atau nilai tambah. Dalam ilmu ekonomi,
bisnis merupakan organisasi yang menjual barang atau
jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk
mendapatkan laba. Dalam ekonomi kapitalis, dimana
kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta, bisnis
dibentuk untuk mendapatkan profit dan meningkatkan
kemakmuran para pemiliknya. Pemilik dan operator dari
sebuah bisnis mendapatkan imbalan sesuai dengan
waktu, usaha, atau kapital yang mereka berikan. Namun
6. LANJUTAN
2.3 Pengertian Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan
juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk
nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun
hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang
saham, masyarakat. Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah
bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan
berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika
sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Etika Bisnis dapat
menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk
manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan
pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan
dan sikap yang profesional.
7. 3. Etiket Moral, Hukum dan Agama
3.1 Etiket
Istilah etiket berasal dari kata Prancisetiquette, yang
berarti kartu undangan, yang lazim dipakai oleh raja-raja
Prancis apabila mengadakan pesta. Dalam perkembangan
selanjutnya, istilah etiket berubah bukan lagi berarti kartu
undangan yang dipakai raja-raja dalam mengadakan
pesta. Dewasa ini istilah etiket lebih menitikberatkan
pada cara-cara berbicara yang sopan, cara berpakaian,
cara menerima tamu dirumah maupun di kantor dan
sopan santun lainnya. Jadi, etiket adalah aturan sopan
santun dalam pergaulan.
Dalam pergaulan hidup, etiket merupakan tata cara dan
tata krama yang baik dalam menggunakan bahasa
maupun dalam tingkah laku. Etiket merupakan
sekumpulan peraturan-peraturan kesopanan yang tidak
tertulis, namun sangat penting untuk diketahui oleh
setiap orang yang ingin mencapai sukses dalam
perjuangan hidup yang penuh dengan persaingan.
8. LANJUTAN
Perbedaan Moral dan Hukum :
Sebenarnya atas keduanya terdapat hubungan yang cukup erat.
Karena antara satu dengan yang lain saling mempengaruhi dan
saling membutuhkan. Kualitas hukum ditentukan oleh moralnya.
Karena itu hukum harus dinilai/diukur dengan norma moral.
Undang-undang moral tidak dapat diganti apabila dalam suatu
masyarakat kesadaran moralnya mencapai tahap cukup matang.
Sebaliknya moral pun membutuhkan hukum, moral akan
mengambang saja apabila tidak dikukuhkan, diungkapkan dan
dilembagakan dalam masyarakat. Dengan demikian hukum
dapat meningkatkan dampak social moralitas. Walaupun begitu
tetap saja antara Moral dan Hukum harus dibedakan. Perbedaan
tersebut antara lain :
Hukum bersifat obyektif karena hukum dituliskan dan disusun
dalam kitab undang-undang. Maka hukum lebih memiliki
kepastian yang lebih besar.
Norma bersifat subyektif dan akibatnya seringkali diganggu oleh
pertanyaan atau diskusi yang menginginkan kejelasan tentang
etis dan tidaknya.
Hukum hanya membatasi ruang lingkupnya pada tingkah laku
9. LANJUTAN
Perbedaan Etika dan Agama :
Etika mendukung keberadaan Agama, dimana etika sanggup membantu manusia dalam
menggunakan akal pikiran untuk memecahkan masalah. Perbedaan antara etika dan ajaran
moral agama yakni etika mendasarkan diri pada argumentasi rasional. Sedangkan Agama
menuntut seseorang untuk mendasarkan diri pada Tuhan dan ajaran agama.
Etika dan Moral
Etika lebih condong kearah ilmu tentang baik atau buruk. Selain itu etika lebih sering dikenal
sebagai kode etik. Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan atau nilai yang
berkenaan dengan baik buruk. Dua kaidah dasar moral adalah :
Kaidah Sikap Baik. Pada dasarnya kita mesti bersikap baik terhadap apa saja. Bagaimana sikap
baik itu harus dinyatakan dalam bentuk yang kongkret, tergantung dari apa yang baik dalam
situasi kongkret itu.
Kaidah Keadilan. Prinsip keadilan adalah kesamaan yang masih tetap mempertimbangkan
kebutuhan orang lain. Kesamaan beban yang terpakai harus dipikulkan harus sama, yang
tentu saja disesuaikan dengan kadar angoota masing-masing.
10. 4. Klasifikasi Etika
4.1 Etika Normatif
Etika normatif merupakan cabang etika yang penyelidikannya terkait dengan
pertimbangan-pertimbangan tentang bagaimana seharusnya seseorang bertindak
secara etis. Dengan kata lain, etika normatif adalah sebuah studi tindakan atau
keputusan etis. Di samping itu, etika normatif berhubungan dengan pertimbangan-
pertimbangan tentang apa saja kriteria-kriteria yang harus dijalankan agar sautu
tindakan atau kepusan itu menjadi baik (Kagan, 1997, 2).
Dalam etika normatif ini muncul teori-teori etika, misalnya etika utilitarianisme, etika
deontologis, etika kebajikan dan lain-lain. Suatu teori etika dipahami bahwa hal
tersebut mengajukan suatu kriteria tertentu tentang bagaimana sesorang harus
bertindak dalam situasi-situasi etis (Williams, 2006, 72). Dalam pengajukan kriteria
norma tersebut, teori etika akan memberikan semacam pernyataan yang secara
normatif mengandung makna seperti “Fulan seharusnya melakukan X” atau “Fulan
seharusnya tidak melakukan X”.
11. LANJUTAN
4.2 Etika Terapan
Etika terapan merupakan sebuah penerapan teori-teori etika secara lebih
spesifik kepada topik-topik kontroversial baik pada domain privat atau
publik seperti perang, hak-hak binatang, hukuman mati dan lain-lain.
Etika terapan ini bisa dibagi menjadi etika profesi, etika bisnis dan etika
lingkungan. Secara umum ada dua fitur yang diperlukan supaya sebuah
permasalahan dapat dianggap sebagai masalah etika terapan.
Pertama, permasalahan tersebut harus kontroversial dalam arti bahwa ada
kelompok-kelompok yang saling berhadapan terkait dengan
permasalahan moral. Masalah pembunuhan, misalnya tidak menjadi
masalah etika terapan karena semua orang setuju bahwa praktik tersebut
memang dinilai tidak bermoral. Sebaliknya, isu kontrol senjata akan
menjadi masalah etika terapan karena ada kelompok yang mendukung
dan kelompok yang menolak terhadap isu kontrol senjata.
12. LANJUTAN
4.3 Etika Deskriptif
Etika deskriptif merupakan sebuah studi tentang apa yang dianggap
‘etis’ oleh individu atau masyarakat. Dengan begitu, etika deskriptif bukan
sebuah etika yang mempunyai hubungan langsung dengan filsafat tetapi
merupakan sebuah bentuk studi empiris terkait dengan perilaku-perilaku
individual atau kelompok. Tidak heran jika etika deskriptif juga dikenal
sebagai sebuah etika komparatif yang membandingkan antara apa yang
dianggap etis oleh satu individu atau masyarakat dengan individu atau
masyarakat yang lain serta perbandingan antara etika di masa lalu dengan
masa sekarang. Tujuan dari etika deskriptif adalah untuk menggambarkan
tentang apa yang dianggap oleh seseorang atau masyarakat sebagai
bernilai etis serta apa kriteria etis yang digunakan untuk menyebut
seseorang itu etis atau tidak (Kitchener, 2000, 3).
13. 5. Konsepsi Etika
Terminologi etika berasal dari bahasa Yunani “ethos”. Artinya: “custom” atau kebiasaan yang
berkaitan dengan tindakan atau tingkah laku manusia. Etika berbeda dengan etiket. Jika etika
berkaitan dengan moral, etiket hanya bersentuhan dengan urusan sopan santun. Belajar etiket
berarti belajar bagaimana bertindak dalam cara-cara yang sopan; sebaliknya belajar etika
berarti belajar bagaimana bertindak baik.( Fr. Yohanes Agus Setyono CM).
Kata etiket berasal dari kata Perancis etiquette yang diturunkan dari kata Perancis estiquette
(= label tiket ; estiqu [ I ] er = melekat). Etiket didefinisikan sebagai cara-cara yang diterima
dalam suatu masyarakat atau kebiasaan sopan-santun yang disepakati dalam lingkungan
pergaulan antar manusia. Etiket yang menyangkut tata cara kenegaraan disebut protokol
(protocol [ Prancis ] ; protocollum [ Latin ]). Etiket antara lain menyangkut cara berbicara,
berpakaian, makan, menonton, berjalan, melayat, menelpon dan menerima telepon, bertamu,
dan berkenalan.( Mintarsih Adimihardja) Konsep-konsep dasar etika antara lain adalah
(Bertens, 2002): (i) ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia serta azas-azas akhlak
(moral) serta kesusilaan hati seseorang untuk berbuat baik dan juga untuk menentukan
kebenaran atau kesalahan dan tingkah laku seseorang terhadap orang lain.
14. Teori – teori etika
1. Utilitarianisme
Utilitarianisme menyatakan bahwa suatu tindakan dianggap baik bila tindakan ini
meningkatkan derajat manusia. Penekanan dalam utilitarianisme bukan pada memaksimalkan
derajat pribadi, tetapi memaksimalkan derajat masyarakat secara keseluruhan. Dalam
implementasinya sangat tergantung pada pengetahuan kita akan hal mana yang dapat
memberikan kebaikan terbesar. Seringkali, kita tidak mungkin benar-benar mengetahui
konsekuensi tindakan kita sehingga ada resiko bahwa perkiraan terbaik bisa saja salah.
2. Analisis Biaya-Keuntungan (Cost-Benefit Analysis)
Pada dasarnya, tipe analisis ini hanyalah satu penerapan utilitarianisme. Dalam analisis biaya
keuntungan, biaya suatu proyek dinilai, demikian juga keuntungannya. Hanya proyek-proyek
yang perbandingan keuntungan terhadap biayanya paling tinggi saja yang akan diwujudkan.
Bila dilihat dari teorinya, sangatlah mudah untuk menghitung biaya dan keuntungan, namun
dalam penerapannya bukan hanya hal-hal yang bersifat materi saja yang perlu diperhitungkan
melainkan hal-hal lahir juga perlu diperhatikan dalam mengambil keputusan.
15. LANJUTAN
3. Etika Kewajiban dan Etika Hak
Etika kewajiban (duty ethics) menyatakan bahwa ada tugas-tugas
yang harus dilakukan tanpa mempedulikan apakah tindakan ini
adalah tindakan terbaik. Sedangkan, etika hak (right-ethics)
menekankan bahwa kita semua mempunyai hak moral, dan semua
tindakan yang melanggar hak ini tidak dapat diterima secara etika.
Etika kewajiban dan etika hak sebenarnya hanyalah dua sisi yang
berbeda dari satu mata uang yang sama. Kedua teori ini mencapai
akhir yang sama; individu harus dihormati, dan tindakan dianggap
etis bila tindakan itu mempertahankan rasa hormat kita kepada
orang lain. Kelemahan dari teori ini adalah terlalu bersifat individu,
hak dan kewajiban bersifat individu. Dalam penerapannya sering
terjadi bentrok antara hak seseorang dengan orang lain.
16. LANJUTAN
4. Etika Moralitas
Pada dasarnya, etika moralitas berwacana untuk
menentukan kita sebaiknya menjadi orang seperti apa.
Dalam etika moralitas, suatu tindakan dianggap benar
jika tindakan itu mendukung perilaku karakter yang baik
(bermoral) dan dianggap salah jika tindakan itu
mendukung perilaku karakter yang buruk (tidak
bermoral). Etika moral lebih bersifat pribadi, namun moral
pribadi akan berkaitan erat dengan moral bisnis. Jika
perilaku seseorang dalam kehidupan pribadinya
bermoral, maka perilakunya dalam kehidupan bisnis juga
akan bermoral.