Mata kuliah ini membahas tentang etika dalam administrasi publik, mulai dari definisi, jenis, konteks, hingga prinsip-prinsip etika utilitarianisme. Topik yang dibahas antara lain etika birokrasi, korupsi, dan kasus-kasus nyata."
2. DESKRIPSI MATA KULIAH
Memberikan pemahaman tentang etika dalam
organisasi publik:
Mengajarkan ketentuan dan prinsip-prinsip etika
dalam tugas-tugas administrasi publik
Mendiskusikan berbagai masalah moral dan etis
yang muncul dalam kebijakan publik dan
pelayanan publik
5. Beberapa Definisi
Etika, dari bahasa Yunani ethos, artinya:
kebiasaan atau watak
Moral, dari bahasa Latin mos (jamak: mores),
artinya: cara hidup atau kebiasaan.
Norma, dalam bahasa Latin, norma berarti
penyiku atau pengukur, dalam bahasa Inggris,
norm, berarti aturan atau kaidah.
Nilai, dalam bhs Inggris value, berarti konsep
tentang baik dan buruk baik yang berkenaan
dengan proses (instrumental) atau hasil
(terminal)
6. Pengertian
Pertama, etika berasal dari kata Yunani ethos,
yang dalam bentuk jamaknya (ta etha) berarti
“adat istiadat” atau ‘kebiasaan’.
Dalam pengertian ini etika berkaitan dengan
kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri
seseorang maupun pada suatu masyarakat atau
kelompok masyarakat.
7. Dalam pengertian ini etika justru persis sama
dengan pengertian moralitas.
Moralitas berasal dari kata Latin mos, yang dalam
bentuk jamaknya (mores) berarti ‘adat istiadat’
atau ‘kebiasaan’.
Jadi, dalam pengertian pertama ini, yaitu
pengertian harfiahnya etika dan moralitas, sama-
sama berarti sistem nilai tentang bagaimana
manusia harus hidup baik sebagai manusia yang
telah diinstitusionalisasikan dalam sebuah adat
kebiasaan yang kemudian terwujud dalam pola
perilaku yang tetap dan terulang dalam kurun
waktu yang lama sebagaimana laiknya sebuah
kebiasaan.
8. Kedua, etika juga dipahami dalam pengertian
yang sekaligus berbeda dengan moralitas.
Dalam pengertian kedua ini, etika mempunyai
pengertian yang jauh lebih luas dari moralitas dan
etika dalam pengertian pertama.
Etika dalam pengertian kedua ini dimengerti
sebagai filsafat moral, atau ilmu yang membahas
dan mengkaji nilai dan norma yang diberikan oleh
moralitas dan etika dalam pengertian pertama
diatas.
9. Dengan demikian, etika dalam pengertian
pertama, sebagaimana halnya moralitas,
berisikan nilai dan norma-norma konkret yang
menjadi pedoman dan pegangan hidup
manusia dalam seluruh kehidupannya. Maka,
etika dalam pengertian ini lebih normatif dan
karena itu lebih mengikat setiap pribadi
manusia.
10. Karena etika adalah refleksi terhadap moralitas,
maka etika tidak bermaksud membuat manusia
bertindak sesuai dengan moralitas begitu saja.
Etika memang pada akhirnya mengharapkan agar
orang bertindak sesuai dengan nilai dan norma
moral yang berlaku, tetapi kesesuaian itu bukan
semata-mata karena tindakannya yang baik itu
diperintahkan oleh moralitas (oleh nenek moyang,
oleh orang tua, oleh guru, bahkan oleh Tuhan),
melainkan karena ia sendiri tahu dan sadar
bahwa hal itu memang baik, bagi dirinya dan baik
bagi orang lain.
11. Etika sebagai ilmu menuntut orang untuk
berperilaku moral secara kritis dan rasional.
Dengan menggunakan bahasa Nietzsche,
etika sebagai ilmu menghimbau orang untuk
memiliki moralitas tuan dan bukan moralitas
hamba.
12. Dengan demikian, etika dalam pengertian
kedua dapat dirumuskan sebagai refleksi kritis
dan rasional mengenai
(a) nilai dan norma yang menyangkut bagaimana
manusia harus hidup baik sebagai manusia, dan
mengenai
(b) masalah-masalah kehidupan manusia dengan
mendasarkan diri pada nilai dan norma-norma
moral yang umum diterima.
14. ETIKA DESKRIPTIF ETIKA NORMATIF
Menggambarkan,
mendeskripsikan,
melukiskan
sesuatu, TANPA
MEMBERIKAN
PENILAIAN
Menggambarkan,
mendeskripsikan,
melukiskan
sesuatu,
DENGAN
MEMBERIKAN
PENILAIAN atau
PANDANGAN
15. Etika Umum:
Berlaku bagi semua orang, di manapun berada
Contoh: norma hukum, norma sopan santun, norma moral
Etika Khusus:
Hanya berlaku di suatu tempat atau untuk ruang lingkup tertentu
saja
Contoh: etika bisnis, etika politik, etika medik, etika
komunikasi, etika akuntan publik, etika lingkungan hidup,
dan lain-lain
16. Pengertian Administrasi
Administration can be defined as the activities
of groups cooperating ti accomplish common
goals (Herbert A. Simon:1959)
Administration can be defined as the activities
of group efforts, public or private, civil or
military (Leonard B. White:1955)
17. Definisi Etika Administrasi
Publik
Ethics is the rules or standards governing, the
moral conduct of the members of an
organization or management profession
(Chandler & Plano, The Public Administration Dictionary,
1982)
Aturan atau standar pengelolaan, arahan moral
bagi anggota organisasi atau pekerjaan
manajemen
Aturan atau standar pengelolaan yang
merupakan arahan moral bagi administrator
publik dalam melaksanakan tugasnya melayani
masyarakat
18. Posisi Etika dalam Studi Administrasi Publik
Teori administrasi publik klasik (Wilson,
Weber, Gulick, Urwick) kurang memberi
tempat pada pilihan-pilihan moral (etika).
Kebutuhan moral administrator hanyalah
keharusan untuk menjalankan tugas sehari-
hari secara efisien.
Dengan diskresi yang dimiliki, administrator
publik tidak hanya harus efisien, tapi juga
harus dapat mendefinisikan kepentingan
publik, barang publik dan menentukan pilihan-
pilihan kebijakan atau tindakan secara
bertanggungjawab.
18
19. 4 aliran pemikiran etika
Teori Empiris: etika diambil dari
pengalaman dan dirumuskan sebagai
kesepakatan
Teori Rasional: manusia menentukan
apa yang baik dan buruk berdasar
penalaran atau logika.
Teori Intuitif: Manusia secara naluriah
atau otomatis mampu membedakan hal
yang baik dan buruk.
Teori Wahyu: Ketentuan baik dan
buruk datang dari Yang Maha Kuasa.
19
21. Hukum dan Etika
Keduanya mengatur perilaku individu
Terdapat perbedaan: ilegalitas tidak selalu
berarti tidak etis
Hukum bersifat eksternal dan dapat ditegakkan
tanpa melibatkan perasaan, atau kepercayaan
orang (sasaran hukum), sementara etika
bersifat internal, subyektif, digerakkan oleh
keyakinan dan kesadaran individu.
21
22. Hukum dalam konteks administrasi adalah
soal pemberian otoritas atau instrumen
kekuasaan
Basis dari hukum adalah etika, dan ketika
hukum diterapkan harus dikembalikan pada
prinsip-prinsip etika
Banyak kasus, secara hukum dibenarkan tapi
secara etika dipermasalahkan [trend anak
politisi yang jadi calon anggota legislatif]
22
23. Debat Herman Finer Vs. Carl Friedrich
Finer (1936): Untuk menjamin birokrasi yang
bertanggungjawab yang diperlukan adalah
penegakan sistem kontrol melalui undang-
undang dan peraturan yang dapat
mendisiplinkan para pelanggar hukum.
Friedrich (1940): Birokrasi yang
bertanggungjawab hanya bisa ditegakkan
dengan dengan menseleksi orang yang benar
dengan kriteria profesionalisme yang jelas, dan
mensosialisasikannya ke dalam nilai-nilai
pelayanan publik.
23
24. Perilaku tidak etis di birokrasi pemerintah
Bohong kepada publik
Korupsi, kolusi, nepotisme
Melanggar nilai-nilai publik: responsibilitas,
akuntabilitas, transparansi, keadilan, dan
lain-lain
Melanggar sumpah jabatan
Mengorbankan, mengabaikan, atau
merugikan kepentingan publik
24
26. Moralitas Pribadi
Konsep baik-buruk, benar-salah yang telah
terinternalisasi dalam diri individu
Produk dari sosialisasi nilai masa lalu
Moralitas pribadi adalah superego atau hati
nurani yang hidup dalam jiwa dan menuntun
perilaku individu
Konsistensi pada nilai mencerminkan kualitas
kepribadian individu
Moralitas pribadi menjadi basis penting dalam
kehidupan sosial dan organisasi
26
27. Etika profesi
Nilai benar-salah dan baik-buruk yang terkait
dengan pekerjaan profesional
Nilai-nilai tersebut terkait dengan prinsip-
prinsip profesionalisme (kapabilitas teknis,
kualitas kerja, komitmen pada profesi)
Dapat dirumuskan ke dalam kode etik
profesional yang berlaku secara universal
Penegakan etika profesi melalui sanksi profesi
(pencabutan lisensi)
27
28. Etika Organisasi
Konsep baik-buruk dan benar-salah yang terkait
dengan kehidupan organisasi
Nilai tersebut terkait dengan prinsip-prinsip
pengelolaan organisasi modern (efisiensi,
efektivitas, keadilan, transparansi, akuntabilitas,
demokrasi)
Dapat dirumuskan ke dalam kode etik organisasi
yang berlaku secara universal
Dalam praktek penegakan kode etik organisasi
dipengaruhi oleh kepentingan sempit organisasi,
kepentingan birokrat, atau kepentingan politik dari
politisi yang membawahi birokrat
Penegakan etika organisasi melalui sanksi
organisasi 28
29. Etika Sosial
Konsep benar-salah dan baik-buruk yang terkait
dengan hubungan-hubungan sosial
Nilai bersumber dari agama, tradisi, dan dinamika
sosial
Pada umumnya etika sosial tidak tertulis, tetapi
hidup dalam memori publik, dan terinternalisasi
melalui sosialisasi nilai di masyarakat
Etika sosial menjadi basis tertib sosial [Jepang,
tidak boleh mengganggu dan merepotkan orang
lain]
Masyarakat memiliki mekanisme penegakan etika
sosial, yaitu melalui penerapan sanksi-sanksi sosial
[diberitakan sebagai tersangka] 29
30. Kenapa diperlukan peraturan etika?
Untuk meredam kecenderungan kepentingan
pribadi.
Etika bersifat kompleks, dalam banyak kasus
bersifat dilematis, karena itu diperlukan yang
bisa memberikan kepastian tentang mana
yang benar dan salah, baik dan buruk.
Penerapan peraturan etika dapat membuat
perilaku etis menimbulkan efek reputasi.
Organisasi publik sekarang banyak dicemooh
karena kinerjanya dinilai buruk, karena itu
perlu etika.
30
31. Faktor yang mempengaruhi
etika
Faktor –faktor yang
mempengaruhi etika
Faktor individu
• Pengetahuan individu
• Nilai pribadi
• Tujuan pribadi
Faktor sosial
• Norma-norma budaya
• Rekan kerja
• Orang lain yang berpengaruh
• Penggunaan internet
Faktor peluang/ kesempatan
• Adanya peluang
• Kode etik
• Penegakan 11/10/2014
Resista Vikaliana, S.Si. MM
31
32. Kenapa perilaku tidak etis
terjadi?
Kecenderungan mengedepankan etika
personal ketimbang etika yang lebih besar
(sosial).
Kecenderungan mengedepankan kepentingan
diri sendiri
Tekanan dari luar untuk berbuat tidak etis.
32
35. Prinsip satu
Prinsip
kedua
Prinsip
ketiga
• suatu kebijaksanaan atau
tindakan adalah baik dan tepat
secara moral jika dan hanya jika
kebijaksanaan atau tindakan itu
mendatangkan manfaat atau
keuntungan.
• diantara berbagai kebijaksanaan
dan tindakan yang sama
baiknya, kebijaksanaan atau
tindakan yang mempunyai
manfaat terbesar adalah
tindakan yang paling baik.
• diantara kebijaksanaan atau
tindakan yang sama-sama
mendatangkan manfaat terbesar
bagi paling banyak orang adalah
tindakan yang paling baik.
36. Secara padat ketiga prinsip itu dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Bertindaklah sedemikian rupa sehingga
tindakanmu itu mendatangkan keuntungan
sebesar mungkin bagi sebanyak mungkin
orang.
38. Utilitarianisme sebagai Proses dan
sebagai Standar Penilaian
Etika utilitarianisme dipakai sebagai proses untuk
mengambil sebuah keputusan, kebijaksanaan,
ataupun untuk bertindak. Dengan kata lain, etika
utilitarianisme dipakai sebagai prosedur untuk
mengambil keputusan. Ia menjadi sebuah metode
untuk bisa mengambil keputusan yang tepat
tentang tindakan atau kebijaksanaan yang akan
dilakukan.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN
MENGGUNAKAN KRITERIA PADA ETIKA
UTILITARIANISME
39. Kedua, etika utilitarianisme juga dipakai
sebagai standar bagi tindakan atau
kebijaksanaan yang telah dilakukaN/ FUNGSI
EVALUASI.
Dalam hal ini, ketiga kriteria di atas lalu benar-
benar dipakai sebagai kriteria untuk menilai
apakah suatu tindakan atau kebijaksanaan
yang telah dilakukan memang baik atau tidak.
40. Ini berarti, pada wujud yang kedua, etika
utilitarianisme sangat tepat untuk eValuasi
kebijaksanaan atau proyek yang sudah
dijalankan. Terlepas dari apapun pertimbangan
yang dipakai
41. Analisis keuntungan kerugian
Analisis keuntungan kerugian banyak dipakai,
secara sadar atau tidak, dalam: kebijaksanaan-
kebijaksanaan
politik
ekonomi
sosial
dan semacamnya yang menyangkut kepentingan
umum.
Dalam industri:
peningkatan ekspor
pemberian monopoli
42. Kepentingan banyak orang ini dirumuskan
dalam berbagai bentuk sesuai dengan lingkup
kebijaksanaan itu: peningkatan devisa negara,
penciptaan lapangankerja, penurunan harga,
dan sebagainya.
43. Dalam bidang ekonomi, etika utilitarianisme
punya relevansi yang kuat dan dapat
ditemukan dalam beberapa teori ekonomi
yang populer.
pasar misalnya dianggap paling baik karena
memungkinkan konsumen memperoleh
keuntungan secara maksimal.
44. Dalam ekonomi, etika utilitarianisme juga relevan
dalam konsep efisiensi ekonomi. Prinsip efisiensi
menekankan agar dengan menggunakan sumber
daya (input) sekecil mungkin dapat dihasilkan
produk (output) sebesar mungkin.
Ini prinsip dasar etika utilitarianisme.
Sumber
daya kecil
Hasil
maksimal
45. Cost and benefit analysis
1.Keuntungan dan
kerugian yang
dianalisis jangan
semata-mata
dipusatkan pada
keuntungan dan
kerugian bagi
perusahaan, /
pendekatan
stakehold
2.Sering kali
terjadi bahwa
analisis
keuntungan dan
kerugian
ditempatkan
dalam kerangka
uang (satuan yang
sangat mudah
dikalkulasi).
3.analisis
keuntungan dan
kerugian adalah
keuntungan dan
kerugian dalam
jangka panjang.
46. Aspek moral biasanya terlihat menguntungkan
dalam jangka panjang, sedangkan dalam
jangka pendek dirasakan sebagai merugikan.
Membangun nama
Reputasi
Citra
Brand
47. Hanya dalam jangka panjang menempatkan
kejujuran
mutu
pelayanan
disiplin dan semacamnya sebagai keunggulan suatu
perusahaan baik kedalam maupun ke luar,
Masyarakat lalu mempercayai perusahaan tersebut
sebagai perusahaan yang hebat dan punya nama
yang dipertaruhkan.
48. Kelemahan etika utilitarianisme
Pertama, manfaat merupakan sebuah konsep yang begitu
luas sehingga dalam kenyataan praktis malah menimbulkan
kesulitan yang tidak sedikit
Kedua, persoalan klasik yang lebih filosofis sifatnya adalah
bahwa etika utilitarianisme tidak pernah menganggap serius
nilai suatu tindakan pada dirinya sendiri, dan hanya
memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh berkaitan dengan
akibatnya..
Ketiga, etika utilitarianisme tidak pernah menganggap serius
kemauan atau motivasi baik seseorang.
Padahal dalam banyak kasus, kita sering tidak bisa
meramalkan dan menduga secara persis konsekuensi atau
akibat dari suatu tindakan.
49. Keempat, variabel yang dinilai tidak semuanya bisa
dikuantifikasi. Polusi udara, hilangnya air bersih, kenyamanan
dan keselamatan kerja, kenyamanan produk, dan
seterusnya, termasuk nyawa manusia, tidak bisa
dikuantifikasi dan sulit untuk bisa dipakai dalam menilai baik
buruknya suatu tindakan berdasarkan manfaat-manfaat ini.
Kelima, seandainya ketiga kriteria dan etika utilitarianisme
saling bertentangan, ada kesulitan cukup besar untuk
menentukan prioritasdiantara ketiganya.
Misalkan saja, tindakan A mempunyai manfaat 40 persen dan
dinikmati oleh 60 persen orang. Sedangkan tindakan B
mendatangkan manfaat 60persen tapi di nikmati hanya oleh
50 sampai 40 persen orang. Manakah yang harus
diprioritaskan; manfaat terbesar ataukah jumlah terbesar dari
orang-orang yang menkmati manfaat itu kendati manfaatnya
lebih kecil/.
50. Telaah kasus
Semangat pemberantasan korupsi di
Indonesia yang menggelora saat ini, seakan
tercederai dengan adanya pejabat bekas
terpidana kasus korupsi dipromosikan bahkan
kembali menjabat di struktural pemerintah
daerah.
Walaupun memang pejabat
yang bersangkutan, telah selesai
melaksanakan masa hukuman yang diberikan
atas dakwaan korupsi yang dilakukannya.
Namun hal ini tentunya memberi noda hitam
pemberantasan korupsi di negeri ini dan juga
51. Jika terus terjadi, karena seyogyanya aparat
birokrasi harus memiliki nilai moral yang baik
untuk menciptakan pemerintahan yang bersih.
Sampai saat ini, berdasarkan catatan
Kemendagri di daerah ada 153 PNS
yangstatusnya bekas terpidana korupsi
(Kompas, 6/11/12). Para PNS itu termasuk
mereka yang menduduki atau dipromosikan
dalam jabatan tertentu.
Tentunya hal ini menjadikan sebuah persoalan
dalam etika administrasi publik, terutama
terkait dengan moral para pejabat sebagai
teladan dalam birokrasi dan bagi aparatnya
dalam hal ini PNS di daerah.
52. Sebagaimana salah satu contoh adalah di
Kabupaten Riau, memberikan promosi jabatan
kepada terpidana korupsi alih guna lahan hutan
lindung, Azirwan. Hal ini menunjukkan adanya
pembangkangan atas nilai-nilai moral birokrasi.
Dengan begitu kemudian birokrasi menjadi semakin
tercerabut dari masyarakat,setelah menurunya
kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi pada
pelayanan publik.
Jika hal ini terus dibiarkan bisa jadi adanya
pembangkangan masyarakat terhadap birokrasi
dan program-programnya. Apakah kemudian hal ini
menjadi tujuan dari birokrasi kita?
dalam prosesnya semakin memisahkan diri dari
pihak yang semestinya dilayaninya, masyarakat.
53. Pertanyaan Kasus
Bagaimana etika memandang persoalan
tersebut ?
Kaitkan dengan moralitas!
Ditinjau dari teori utilitarianisme, telaah kasus
tersebut!
54. Referensi
Wahyudi, Kumorotomo, Etika Administrasi Negara. 2004. Rajawali
Press, Jakarta.
Sonny Keraf, Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya. 1998.
Penerbit Kanisius, Jakarta