1. Dokumen menjelaskan prinsip kerja dan keselamatan las busur listrik (SMAW). Prinsipnya melibatkan penciptaan busur listrik antara elektroda dan benda kerja untuk melelehkan logam. Peralatan utama dan keselamatan diperlukan.
2. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
A. Syarat-syarat Keselamatan Kerja
peraturan perundang-undangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
4. Memberi pertolongan pada kecelakaan
5. Memberi alat perlindungan diri kepada para pekerja.
6. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,debu, kotoran, asap,
uap, gas, hembusan angin, cuaca. sinar atau radiasi.
7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun phychis, peracunan,
infeksi dan penularan.
8. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
9. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
10. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara danproses kerjanya
11. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman ataubarang
12. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
13. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
3. Alat batu las SMAW antara lain:
1. Meja las
2. Palu terak
3. Palu 1konde
4. Gerinda tangan
5. Mistar baja
6. Sikat baja
7. Ragum
8. Kikir
9. Penjepit benda kerja
Alat keselamatan kerja las antara lain :
1. Helm las (topeng las)
2. Kaca las hitam
3. Kaca las putih
4. Apron (pelindung dada)
5. Baju kerja
6. Sarung tangan
7. Sepatu kulit kapasitas 2ton
8. Masker
PERLENGKAPAN PENGELASAN BUSUR LISTRIK
Alat-alat las SMAW dibedakan menjadi 3 kelompok:
1. alat utama
2. alat bantu dan
3. alat keselamatan kerja
Alat utama las SMAW yaitu :
o Kabel tenaga
o Trafo las (generator)
o Kabel massa
o Kabel elektroda
o Pemegang elektroda
o Penjepit massa
4. 1. Tujuan
Memahami prinsip kerja dari las SMAW (Shileded Metal Arc Welding) dan fungsi bagian-bagian dari perlatan las SMAW serta
keselamatan kerja las SMAW dengan benar dan aman.
2. Dasar Teori
a. Proses Las SMAW
Proses pengelasan SMAW yang umummnya disebut Las Listrik adalah proses pengelasan yang menggunakan panas untuk
mencairkan material dasar dan elektroda. Panas tersebut ditimbulkan oleh lompatan ion listrik yang terjadi antara katoda dan anoda
(ujung elektroda dan permukaan plat yang akan dilas). Panas yang timbul dari lompatan ion listrik ini besarnya dapat mencapai 4000o
sampai 4500o Celcius. Sumber tegangan yang digunakan ada dua macam yaitu listrik AC (Arus bolak balik) dan listrik DC (Arus searah).
Proses terjadinya pengelasan karena adanya kontak antara ujung elektroda dan material dasar sehingga terjadi hubungan pendek dan
saat terjadi hubungan pendek tersebut tukang las (welder) harus menarik elektrode sehingga terbentuk busur listrik yaitu lompatan ion
yang menimbulkan panas. Panas akan mencairkan elektrode dan material dasar sehingga cairan elektrode dan cairan material dasar
menyatu membentuk logam lasan (weld metal). Untuk menghasilkan busur yang baik dan konstan tukang las harus menjaga jarak
elektroda dan permukaan material dasar tetap sama. Adapun jarak yang paling baik adalah sama dengan diameter elektroda yang
dipakai.
Adapun besarnya panas/temperatur (H) yang dapat melelehkan sebagian bahan merupakan perkalian antara tegangan listrik (E)
kuat arus (I) dan waktu (t) yang dinyatakan dalam satuan panas joule seperti rumus dibawah ini :
dimana :
H = panas (joule)
E = tegangan listrik (volt)
I = kuat arus (amper)
t = waktu (detik)
H = E x I x t
5. b. Peralatan
Perlengkapan yang diperlukan untuk proses pengelasan SMAW adalah peralatan yang paling sederhana dibandingkan dengan proses
pengelasan listrik yang lainnya. Adapun perlengkapan las SMAW adalah: transformator DC/AC, elektroda, kabel massa, kabel
connectors, palu cipping, sikat kawat dan alat perlindungan diri yang sesuai.
Skema Peralatan las SMAW
Sumber Tegangan (power source)
Sumber tegangan diklasifikasikan sebagai mesin las AC dan mesin las DC, mesin las AC biasanya berupa trafo las, sedangkam mesin
DC selain trafo juga ada yang dilengkapi dengan rectifier atau diode (perubah arus bolak balik menjadi arus searah) biasanya
menggunakan motor penggerak baik mesin diesel, motor bensin dan motor listrik. Gambar 3. adalah mesin las DC, saat ini banyak
digunakan mesin las DC karena DC mempunyai beberapa kelebihan dari pada mesin las AC yaitu busur stabil dan polaritas dapat
menggunakan transformator atau trafo las.
Mesin Las AC Mesin Las DC
6. - Kabel masa dan kabel elektoda (ground cable and electrode cable)
Kabel masa dan kabel elektroda berfungsi menyalurkan aliran listrik dari mesin las ke material las dan kembali lagi ke mesin las.
Ukuran kabel masa dan kabel elektroda ini harus cukup besar untuk mengalirkan arus listrik, apabila kurang besar akan menimbulkan
panas pada kabel dan merusak isolasi kabel yang akhirnya membahayakan pengelasan.
Sesuai dengan peraturan, kabel di antara mesin dan tempat kerja sebaiknya sependek mungkin. Menggunakan satu kabel (tanpa
sambungan) jika jaraknya kurang dari 35 kaki. Jika memakai lebih dari satu kabel, sambungannya harus baik dengan menggunakan lock-
type cable connectors. Sambungan kabel minimal 10 kaki menjauhi operator.
Kabel Elektroda
- Pemegang elektroda dan klem masa (holder and claim masa)
Pemegang elektrode berguna untuk mengalirkan arus listrik dari kabel elektrode ke elektrode serta sebagai pegangan elektrode
sehingga tukang las tidak merasa panas pada saat mengelas. Klem masa berguna untuk menghubungan kabel masa dari mesin las
dengan material biasanya klem masa mempunyai per untuk penjepitnya. Klem ini sangat penting karena apabila klem longgar arus yang
dihasilkan tidak stabil sehingga pengelasan tidak dapat berjalan dengan baik.
7. Pemegang Elektroda dan Klem Masa
- Palu las dan sikat kawat (chipping hammer and wire brush)
Palu Ias digunakan untuk melepaskan dan mengeluarkan terak las pada logam Ias (weld metal) dengan jalan memukulkan atau
menggoreskan pada daerah lasan. Berhati-hatilah membersihkan terak Ias dengan palu Ias karena kemungkinan akan memercik ke mata
atau ke bagian badan lainnya. Jangan membersihkan terak las sewaktu terak las masih panas/merah. Sikat kawat dipergunakan untuk:
1. membersihkan benda kerja yang akan dilas
2. membersihkan terak las yang sudah lepas dari jalur las oleh pukulan palu las.
8. Palu Las Sikat Kawat
c. Karakteristik Listrik (Electrical Characteristic )
Sumber arus listrik dinyatakan dalam arus AC atau DC. Jika DC, polaritasnya juga harus ditentukan. Untuk menentukan sumber arus listrik
apa dan polaritas yang mana yang dipakai perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut.
Arus DC (direct current)
- Aliran : Continue pada satu arah, jadi busur nyala steady.
- Voltage drop : Sensitif terhadap panjang kabel, kabel sependek mungkin.
- Current : Dapat dipakai untuk arus kecil dengan diameter elektrode kecil.
- Elektrode : Semua jenis elektrode dapat dipakai.
- Arc Starting: Lebih mudah, terutama untuk arus kecil.
- Pole : Dapat dipertukarkan.
- Arc bow : Sensitif terhahap bagian-bagian pada ujung-ujung, sudut-sudut atau bagian yang banyak lekuknya.
Arus AC (Alternating Current)
- Voltage drop : Panjang kabel tidak banyak pengaruhnya.
- Current : Kurang cocok untuk low current
- Elektrode : Tidak semua jenis elektrode dapat dipakai
- Arc Starting: Lebih Sulit terutama untuk diameter elektrode kecil.
- Pole : Tidak dapat dipertukarkan.
- Arc bow : Tidak merupakan masalah.
9. Polaritas Lurus
Apabila material dasar atau material yang akan dilas disambung kan dengan kutup positip (+) dan elektrodenya disambungkan
dengan kutup negatip (-) pada mesin las DC maka cara ini disebut pengelasan polaritas lurus atau DCSP (Direct Current Straight
ada juga yang menyebutkan DCEN. Dengan cara ini busur listrik bergerak dari elektrode ke material dasar sehingga tumbukan
berada di material dasar yang berakibat 2/3 panas berada di material dasar dan 1/3 panas berada di elektroda.
Cara ini akan menghasilkan pencairan material dasar lebih banyak dibanding elektrodenya sehingga hasil las mempunyai penetrasi
dalam, sehingga baik digunakan pada pengelasan yang lambat serta manik las yang sempit dan untuk pelat yang tebal.
Polaritas Balik
Dengan proses pengelasan cara ini material dasar disambungkan dengan kutup negatip (-) dan elektrodenya disambungkan
dengan kutup positip (+) dari mesin las DC, dan disebut DCRP (Direct Current Reversed Polarity) ada juga yang menyebutkan DCEP
.
Busur listrik bergerak dari material dasar ke elektrode dan tumbukan elektron berada di elektrode yang berakibat 2/3 panas berada di
elektroda dan 1/3 panas berada di material dasar. Cara ini akan menghasilkan pencairan elektrode lebih banyak sehingga hasil las
mempunyai penetrasi dangkal, serta baik digunakan pada pengelasan pelat tipis dengan manik las yang lebar.
Polaritas lurus dan balik pada las SMAW
10. d. Elektroda (electrode)
Sebagian besar elektrode las SMAW dilapisi oleh lapisan flux, yang berfungsi sebagai pembentuk gas yang melindungi cairan
logam dari kontaminasi udara sekelilingnya. Selain itu fluk berguna juga untuk membentuk terak las yang juga berfungsi melindungi
cairan las dari udara sekelilingnya. Lapisan elektrode ini merupakan campuran kimia yang komposisisnya sesuai dengan kebutuhan
pengelasan. Menurut AWS (American Welding Society) elektrode diklasifikasikan dengan huruf E dan diikuti empat atau lima digit
sebagai berikut E xxxx (x).
Dua digit yang pertama atau tiga digit menunjukan kuat tarik hasil las tiga digit menunjukan kuat tarik lebih dari 100.000 psi sedangkan
dua digit menunjukan kuat tarik hasil lasan kurang dari 100.000 psi.
Sebagai contoh elektrode E 6013 mempunyai kuat tarik 60.000 psi (42 Kg/mm2). Sedangkan angka digit ketiga atau keempat bagi yang
kuat tariknya lebih besar 100.000 psi ( 70 Kg/mm2 ) digit selanjutnya menujukan posisi pengelasan, apabila angkanya 1 berarti untuk
segala posisi.pengelasan, angka 2 berarti las datar atau horizonta l dan angka 3 menunjukan untuk pengelasan datar saja. Digit yang
terakhir menunjukan jenis dari campuran kimia dari lapisan electrode.
Angka
Keempat
Jenis Selaput (Fluks) Arus
Pengelasan
0 Natrium selulosa, Oksida besi
tinggi
DC+
1 Kaliunm – Selulosa tinggi AC,DC+
2 Natrium – Titania tinggi AC,DC-
3 Kalium – Titania tinggi AC,DC+
4 Serbuk besi, Titinia AC,DC
5 Natrium – Hydrogrn rendah DC+
6 Kalium – Hydrogen rendah AC,DC+
7 Serbuk besi, Oksida besi AC,DC+
8 Serbuk besi, Hydrogen rendah AC,DC+
Tabel 1. Macam-macam jenis selaput (fluks)
11. e. Penyalaan Busur
Ada dua metode dasar yang dipergunakan untuk memulai pnyalaan busur yaitu metode menggores (striking) dan metode
memuku (tapping). Penyalaan busur dimulai dengan dengan adanya hubungan pendek antara ujung elektroda dan permukaan benda
kerja.
Penyalaan busur dengan metode menggores (striking)
Pada metode striking elektroda disentukan ke permukaan benda kerja dengan menggores yang gerakannya mirip seperti
penyalaan korek api. Begitu elektroda menyentuh permukaan kerja menggasilkan busur yang tidak stabil, oleh karena itu harus dijaga
jarak antara ujung elektroda dan permukaan benda kerja sama dengan diameter elektroda yang dipakai.
12. Penyalaan busur dengan metode mengetuk (tapping)
Pada metode mengetuk elektroda di posisi vertikal tegak lurus dengan permukaan benda kerja. Penyalaan busur dimulai dengan
mengetuk atau melambungkannya di atas permukaan benda kerja, begitu elektroda menyentuh permukaan kerja menggasilkan busur
yang tidak stabil, oleh karena itu harus dijaga jarak antara ujung elektroda dan permukaan benda kerja sama dengan diameter elektroda
yang dipakai.
Jika penarikan elektroda untuk membuat jarak antara elektroda dan benda kerja terlambat maka cairan logam akan cepat membeku
sehingga elektroda lengket pada benda kerja. Apabila elektroda sulit dilepas dari benda kerja maka segera matikan mesin dan lepaskan
elektroda dari benda kerja. Jangan pernah lepaskan helm atau topeng las selama ada kemungkinan elektroda bisa menghasilkan busur.
13. f. Parameter pengelasan
Diameter elektroda
Diameter elektroda yang dipakai dalam pengelasan SMAW sangat mempengaruhi besar kecilnya amper yang dipakai. Hal
berhubungan dengan laju peleburan atau laju penimbunan (fusion rate/deposition rate) dan kedalaman penetrasi (penetration).
pada elektrode yang akan dipakai sudah direkomendasikan batasan besarnya amper, posisi pengelasan dan polaritas yang dipakai.
Amper
Penggunaan amper selama proses pengelasan sangat bergantung pada besar kecilnya diamter elektroda yang dipakai.
Perusahaan pembuat elektroda sudah menetapkan besar kecilnya amper yang dipakai, informasi besarnya amper yang dipakai
ditemukan pada bungkus elektroda.
Misalnya, amaper yang dianjurkan untuk elektroda tertentu adalah 90-100 ampere, pada pelaksanaan latihan biasanya akan
menetapkan besarnya amper di pertengahan antara kedua batas tersebut, yaitu di 95 ampere. Sesudah mulai mengelas, pengeturan
amper kembali dilakukan sampai hasilnya baik.
Amper yang terlalu besar dapat mengakibatkan:
· Elektroda terlalu panas, dapat merusak kestabilan fluks
· Lebar cairan las terlalu besar
· Perlindungan cairan las tidak maksimal, dapat mengakibatkan logam lasan berpori (porosity)
· Besar kumungkinannya terjadi undercut
· Terak (slag) sukar dibersihkan
Amper yang terlalu kecil dapat mengakibatkan:
· Penyalaan busur sulit dan lenket-lengket
· Peleburan terputus-putus akibat dari busur yang tidak stabil.
· Peleburan base metal dan elektrode jelek dan terjadi slag incluision
14. Kecepatan pengelasan (welding speed)
Kecepatann pengelasan adalah laju dari elektroda pada waktu proses pengelasan. Kecepatan maksimum mengelas sangat
bergantung pada ketrampilan juru las (welder), posisi, jenis elektroda dan bentuk sambungan.
Biasanya, kalau kecepatan pengelasan terlalu cepat, logam lasan menjadi dingin terlalu cepat, menyebabkan bentuk deposit las menjadi
kecil dengan puncak yang runcing. Sebaliknya, jika kecepatan perjalanan terlalu lambat, deposit las bertumpuk-tumpuk menjadi terlalu
tinggi dan lebar. Kecepatan yang sesuai adalah bila menghasilkan deposit las baik, dengan tinggi maksimal sama dengan diameter
elektoda dan lebar tiga kali diameter elektroda.
Bentuk-bentuk deposit las dan penyebabnya
Sudut elektroda (Electrode angle)
Sudut elektroda adalah sudut posisi/kedudukan elektroda terhadap benda kerja pada saat pengelasan. Perubahan sudut elektroda
yang sangat ekstrim mempengaruhi bentuk deposit las, oleh karena itu sudut elektroda sangat penting dalam proses pengelasan. Sudut
elektroda terdiri atas dua posisi, yaitu sudut kerja (work angle) dan sudut arah pengelasan (travel angle).
Sudut kerja adalah sudut yang terbentuk dari garis horisontal tegak lurus terhadap arah pengelasan. Sudut arah pengelasan
adalah sudut pada arah pengelasan terhadap garis vertikal dan mungkin berubah dari 15 hingga 30 derajat.
15. Sudut elektroda
g. Keselamatan kerja las SMAW
Busur listrik bukan merupakan barang yang berbahaya asal aturan keamanannya di taati. Berikut ini aturan keselamatan kerja yang
harus diketahui dan ditaati oleh pemraktekkan:
Radiasi dari busur sangat berbahaya terhadap mata, busur mengeluarkan sinar infra merah dan ultra violet yang dapat:
1. merusak mata dan kulit. Helm las yang dilengkapi dengan kaca gelap dapat melindungi mata dan Apron
melindungi kulit dari sengatan sinar.
2. Percikan las yang panas akan berbahaya bila kena tangan dan kaki terbuka begitu juga dengan sepatu yang
mudah terbakar. Oleh sebab itu sarung tangan dari kulit, dan penutup dada dari kulit serta sepatu dari kulit dianjurkan
dipakai pada waktu mengelas.
3. Hindari menggoreskan elektrode pada material yang akan dilas apabila didekat kita ada orang lain yang tidak
menggunakan penutup mata penahan sinar busur listrik.
4. Asap pengelasan dapat membahayakan orang yang menghirupnya oleh sebab itu ventilasai pada waktu
mengelas harus terbuka.
5. Tersengat listrik kemungkinan dapat terjadi, hati hati jangan sampai lantai, sarung tangan basah dan gunakan
peralatan yang terisolasi.
6. Bahaya tersengat panas juga merupakan hal yang harus dihindari oleh karena itu hindari memegang benda yang dilas
dengan tangantanpa sarung tangan.
16. h. Peralatan keselamatan kerja las SMAW
Pengunaan alat perlindungan diri untuk pekerjaan las wajib dipakai setiap praktikan, adapun peralatan keselamatan kerja las
SMAW yang sesuai adalah:
1. Helm Las / Topeng Las dengan kaca
2. Sarung tangan kulit panjang
3. Penutup dada (apron)
4. Sepatu k ulit (safety shoes)
Perlindungan maksimum untuk pekerjaan las SMAW
17. MACAM- MACAM SAMBUNGAN LAS
Sebuah struktur baja harus dapat menunjukan performa yang diharapkan,dengan memenuhi kekuatan struktur yang
dan kekakuan. Kinerja struktur las sering tergantung pada kualitas las, yang ditentukan oleh desain pengelasan dan produksi
Dalam desain pengelasan, berbagai macam hal seperti pemilihan
material, pemilihan proses pengelasan dan kondisi pengelasan, desain struktur las, pemilihan tipe sambungan dan desain sambungan
harus dipelajari dan instruksi dibuat untuk fabrikasi.
Bagian ini menjelaskan item-item dasar untuk desain sambungan las yang diperlukan untuk membuat pengertian yang baik
desainer las dan personil yang terlibat dalam produksi pengelasan.
A. Klasifikasi jenis las dan bentuk alur dan bagian sambungan
1. Alur (groove) Las
Groove weld adalah las yang dilakukan setelah suatu alur yang sesuai disusun di tepi dua bagian yang akan dilas. Hal ini
diterapkan untuk butt joints (sambungan butt), T-joints (sambungan T), corner joints (sambungan sudut) dan edge joints (sambungan
tepi).
2. Las Fillet
Las Fillet adalah las di mana bead diletakkan di dua sudut permukaan bagian part yang ortogonal sehingga penampang dari
adalah segitiga. Hal ini diterapkan pada T-joint, cross joint, lap joint, dll. Dapat diklasifikasikan menurut bentuk penampang dari bead
menjadi convex filled weld (las filet cembung), concave fillet weld (las filet
cekung) dan concave-convex mixed fillet weld (las filet campuran cembung-cekung) pada gambar di bawah ini :
18. 3. Plug weld (las Plug) dan slot weld (las slot)
Sambungan tumpang (lap joint) dimana salah satu part atau bagian memiliki ketebalan melalui lubang yang diisi dengan deposit
logam untuk menyambung dengan bagian part lainnya seperti yang ditunjukkan pada gambar. 4.8 disebut las plug (plug weld).Bila
lubang yang memanjang menjadi slot, hal itu disebut las slot. Dalam las slot dimana lubang yang memanjang membuat panjang lasan
yang lebih besar, bagian dalam lubang filet dilas ketika seluruh bagian dalam lubang tidak perlu diisi dengan logam las. Hal ini digunakan
untuk baja lembaran atau sebagai lasan bantu ketika
kekuatan las filet saja tidak cukup.
Las filet dapat diklasifikasikan menurut arah pembebanan yang diterapkan ke sambungan berikut: front fillet weld (las filet depan), side
fillet weld (las filet sampingdan oblique fillet weld (las fillet miring)
19. 4. Las Seam
Pengelasan di mana dua bagian pelat dilas sepanjang permukaan luar dari kedua logam
tersebut. Pengelasan dipakai untuk menyambungkan dua pelat dengan menggunakan pancaran elektron
atau laser. Pengelasan berlapis sepanjang pelat secara kontinyu dengan mesin las titik
tahan listrik disebut pengelasan tahanan listrik seam.
20. 5. Las pelapisan Permukaan (surfacing)
Las permukaan adalah las yang dibentuk dari bead (bead adalah logam las yang dibuat dengan single pass) pada
permukaan logam induk tetapi tidak untuk menyambung bagian-bagian logam.
Pengelasan umumnya digunakan untuk proses perbaikan (ripair) dan pengerasan pada permukaan logam induk, bead
yang terbentuk akan meningkatkan ketahanan korosi dan keausan permukaan logam induk. Pengelasan Permukaan dilakukan
pada groove surface sehingga komposisi kimia dari logam induk bercampur dan mempengaruhi deposit logam dari lasan ketika
groove weld terbentuk. Pengelasn seperti ini disebut juga buttering karena prosesnya seperti mengoleskan mentega pada
sepotong roti.
B. Jenis-jenis sambungan las
1. Sambungan Buntu (Butt joint). Butt joint terdiri dari dua bagian logam yang disusun sejajar. Pada pengelasan baja,
sambungan dengan penetrasi penuh di celah sambungan disebut juga butt joint walaupun posisi dua logam tidak sejajar
pada bidang yang sama.
21. 2. Sambungan T atau T-joint dan cruciform joint Sambungan T atau T-joint terdiri dari dua bagian yang disambung
membentuk huruf T. Penambahan sambungan lain pada T-joint sehingga membentuk palang disebut
cruciform joint. Sambungan ini dapat menggunakan pengelasan fillet weld, grove weld, plug weld, seam weld.
3. Sambungan Sudut (Corner joint ) Sambungan sudut atau Corner joint terdiri dari dua bagian yang
sambungannya membentuk huruf L dan pengelasan dilakukan pada pinggir sudutnya. Sambungan ini digunakan untuk
membuat konstruksi kotak. Sambungan ini dapat menggunakan tipe pengelasan fillet weld, groove weld, plug weld, seam weld.
22. 4. Lap joint dan joggled lap joint. Sambungan tumpang atau lap joint terdiri dari dua bagian ditumpuk pada bidang
sejajar, kemudian dilas pada kedua ujung masing-masing. Lap joint dimana tiap sisi bagian yang disambung terletak pada
bidang yang sama disebut joggled lap joint. Sambungan tumpang ini dapat menggunakan tipe pengelasan fillet weld, groove
plug weld, seam weld.
POSISI PENGELASAN
Penempatan benda kerja disesuaikan dengan permintaan, dalam hal ini adalah menyesuaikan
posisi pengelasan. Penempatannya apakah posisi
1F, 2F, 3F, 4F, 5F, 6F
1G, 2G, 3G, 4G plate
1G, 2G, 5G, 6G, 6GR (pipa)
contoh posisi-posisi pengelasan seperti gambar berikut :
fillet joint (T-joint) :
23. butt joint :
Posisi pengelasan 1G pipa, pada pengelasan pipa 1G ini, pipa diputar dan pengelasan tetap
memposisikan elektroda di atas material.
Pengelasan 2G pipa, Pipa diam, juru las mengelas mengitari pipa :
24. Pengelasan 5G pipa, pipa diam, juru las mengelas diawali dari bagian bawah terus melingkan berhenti di pipa bagian atas pada sisi
sebelahnya. pada sisi lain dilakukan dengan cara yang sama yaitu diawali dari bawah terus melingkar dan berhenti di atas. pengelasan ini
disebut dengan posisi pengelasan 5G up Hill.
Posisi pengelasan di atas adalah posisi 6G. pemasangan pipa dimiringkan 45 derajat terhadap sumbu horizontal. pengelasan
dilakukan dari pipa bagian bawah terus melingkar ke arah kanan/kiri dan berhenti di atas. dilanjutkan dengan pengelasan sebaliknya
diawali dari bawah dan terus melingkar berhenti di bagian atas. Cara pengelasan seperti ini disebut 6G up hill.Angka-angka pada posisi-
posisi pengelasan tersebut di atas menunjukkan tingkatan-tingkatan posisi pengelasan. Angka yang semakin tinggi berarti menujukkan
kwalifikasi yang tinggi pula.Posisi-posisi pengelasan di atas menunjukkan kwalifikasi juru las yang berhak mengelasnya. jika juru las
memiliki sertifikat kwalifikasi 6G, maka juru las tersebut
diperbolehkan untuk mengelas semua posisi. Tetapi jika juru las tersebut memiliki sertifikat 4G plate, maka juru las tersebut tidak boleh
menglas pipa posisi apapun, tetapi bileh mengelas posisi pengelasan 1F, 2F, 3F, 4F maupun 1G, 2G, 3G dan 4G.
25. JENIS JENIS CACAT LAS
1. Crack : adanya keretakan las akibat dari tegangan bahan 4. Undercut : takik – takik las yang terjadi ke
arah memanjang las
diantara bahan dasar dengan tepi las.
2. Slag: adanya terak las yang terperangkap di dalam endapan las,
akibat pembersihan yang tidak
sempurna pada waktu pengelasan.
3. Porosity : terdapat pori – pori di dalam las atau pada permukaan las.
26. Kesimpulan
SMAW adalah las busur listrik dengan menggunakan elektroda berselaput (fluks). Fungsi fluks pada
pengelasan ini adalah membentuk slag diatas hasil lasan yang berfungsi sebagai pelindung hasil
dari udara(Oksigen, hidrogen,dsb) selama proses las berlangsung.
Keuntungan Las SMAW
1.Dapat dipakai dimana saja, diluar, dibengkel & didalam air.
2.Satu set dapat mengelas berbagai macam tipe dari material mild steel ke copper
alloy dengan rectifier.
3.Set-up yang cepat dan sangat mudah untuk diatur.
4.Pengelasan dengan segala posisi.
5.Elektroda tersedia dengan mudah dalam banyak ukuran dan diameter.
6.Perlatan yang digunakan sederhana, murah dan mudah dibawa kemana-mana.
7.Tingkat kebisingan rendah.
8.Tidak terlalu sensitif terhadap korosi, oli & gemuk.
Kerugian Las SMAW
1.Pengelasan terbatas hanya sampai sepanjang elektoda dan harus melakukan
penyambungan.
2.Setiap akan melakukan pengelasan berikutnya slag harus dibersihkan.
3.Tidak dapat digunakan untuk pengelasan bahan baja non - ferrous.
4.Mudah terjadi Oksidasi akibat pelindung logam cair hanya busur las dari fluks.
5.Diameter elektroda tergantung dari tebal pelat dan posisi pengelasan.