1. 1
LINTAS WAKTU BUDAYA BETAWI
Siapa sih sekarang ini yang engga tahu betawi ?
Yaa…
Betawi atau Suku Betawi adalah sebuah suku bangsa di Indonesia yang
penduduknya umumnya bertempat tinggal di Jakarta.
Sejumlah pihak berpendapat bahwa Suku Betawi berasal dari hasil
perkawinan antaretnis dan bangsa pada masa lalu. Secara biologis, mereka
yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah
campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke
Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya
terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari
perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di
Jakarta, seperti orang Sunda, Melayu, Jawa, Arab, Bali, Bugis, Makassar,
Ambon, dan Tionghoa
Setiap suku pasti memiliki bahasa tersendiri. Bahasa Betawi memiliki
keunikan tersendiri. Seperti yang kita ketahui, Bahasa Betawi memiliki
dialek yang unik. Terdapat dua jenis dialek berdasarkan dua daerah, seperti
di daerah Betawi Tengah yang memiliki dialek yang umumnya
menggunakan huruf " E " dan di daerah pinggir memiliki dialek dengan
huruf " A ". Contohnya, jika mengucapkan kata " Apa ", di daerah tengah
mengucapkannya dengan kata " Ape " sedangkan dibagian pinggir
mengucapkannya dengan kata " Apa "
seorang anggota Dewan Pakar Lembaga Kebudayaan Betawi, Ridwan Saidi,
sambil mengutip pendapat Bern Nothover (1995), mencatat bahwa, apa
yang dikenal kini sebagai Bahasa Betawi adalah bahasa Melayu dialek Nusa
Kalapa (bersama Pakuan merupakan dua kota penting pada jaman kerajaan
2. 2
Pajajaran di bawah Prabu Siliwangi yang kemudian namanya berganti
menjadi Jakarta) yang telah dipergunakan di Jakarta paling sedikit sejak
abad 10 (Babad Tanah Betawi, 2002). Penduduk Nusa Kalapa sendiri
sebelum abad 10, sebagaimana halnya seluruh penduduk Nusa Jawa, besar
kemungkinan berbahasa Kawi atau Jawi. Memang, tidak semua kosa kata
Betawi lama berasal dari bahasa Kawi/Jawi, karena juga terdapat
campuran bahwa Melayu Polinesia, dan kemudian pada abad 16 mendapat
pengaruh Portugis, di samping juga pengaruh bahasan Sunda pada abad
14, ketika kekuasaan Sunda memfungsikan pelabuhan
Kalapa, dan bahasa-bahasa lain pada masa-masa berikutnya.
Sifat campur-aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan
Betawi secara umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam
kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara.
3. 3
ASAL USUL KATA BETAWI ?
Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku asli yang menghuni
Jakarta dan bahasa Melayu Kreol yang digunakannya, dan juga
kebudayaan Melayunya. Mengenai asal mula kata Betawi, menurut para
ahli dan sejarahwan[siapa?] ada beberapa acuannya:
Kemungkinan nama Betawi yang berasal dari jenis tanaman pepohonan ada
kemungkinan benar. Menurut Sejarahwan Ridwan Saidi Pasalnya, beberapa
nama jenis flora selama ini memang digunakan pada pemberian nama
tempat atau daerah yang ada di Jakarta, seperti Gambir, Krekot, Bintaro,
Grogol dan banyak lagi. "Seperti Kecamatan Makasar, nama ini tak ada
hubungannya dengan orang Makassar, melainkan diambil dari jenis
rerumputan"[5]
Sehinga Kata "Betawi" bukanlah berasal dari kata "Batavia" (nama lama
kota Jakarta pada masa Hindia Belanda), dikarenakan nama Batavia lebih
merujuk kepada wilayah asal nenek moyang orang Belanda.
Batavia merupakan nama Latin untuk tanah Batavia pada zaman Romawi.
Perkiraan kasarnya berada sekitar kota Nijmegen, Belanda, dalam
Kekaisaran Romawi. Sisa lahan ini kini dikenal sebagai Betuwe. Selama
Renaisans, sejarawan Belanda mencoba untuk mempromosikan Batavia
menjadi sebuah status "nenek moyang" dari orang-orang Belanda.
Kemudian mereka mulai menyebut diri Orang-orang atau penduduk
Batavia, kemudian hal tersebut mengakibatkan munculnya Republik
Batavia, dan mengambil nama "Batavia" untuk koloni mereka seperti Hindia
Belanda, di mana mereka mengganti nama menjadi dari Kota Jayakarta
menjadi Batavia dari 1619 sampai sekitar 1942, ketika namanya diubah
menjadi Djakarta (ini adalah kependekan dari nama mantan Jayakarta,
kemudian diubah kembali ejaannya menjadi Jakarta). Nama itu (Batavia)
juga digunakan di Suriname, di mana mereka mendirikan Batavia,
Suriname, dan di Amerika Serikat di mana mereka mendirikan kota dan
kota Batavia, New York. Nama ini menyebar lebih jauh ke barat di Amerika
4. 4
Serikat untuk tempat-tempat seperti Batavia, Illinois, dekat Chicago, dan
Batavia, Ohio.
Kemudian penggunaan kata Betawi sebagai sebuah suku yang pada masa
hindia belanda, diawali dengan pendirian sebuah organisasi yang bernama
Pemoeda Kaoem Betawi yang lahir pada tahun 1923.
KEPERCAYAAN
Orang Betawi sebagian besar menganut agama Islam, tetapi yang menganut
agama Kristen; Protestan dan Katholik juga ada namun hanya sedikit
sekali. Di antara suku Betawi yang beragama Kristen, ada yang
menyatakan bahwa mereka adalah keturunan campuran antara penduduk
lokal dengan bangsa Portugis. Hal ini wajar karena pada awal abad ke-16,
Surawisesa, raja Sunda mengadakan perjanjian dengan Portugis yang
membolehkan Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan
Sunda Kalapa sehingga terbentuk komunitas Portugis di Sunda Kalapa.
Komunitas Portugis ini sekarang masih ada dan menetap di daerah
Kampung Tugu, Jakarta Utara.
PROFESI
Di Jakarta, orang Betawi sebelum era pembangunan orde baru, terbagi atas
beberapa profesi menurut lingkup wilayah (kampung) mereka masing-
masing. Semisal di kampung Kemanggisan dan sekitaran Rawabelong
banyak dijumpai para petani kembang (anggrek, kemboja jepang, dan lain-
lain). pedagang, pembatik juga banyak dilakoni oleh kaum betawi. Petani
dan pekebun juga umum dilakoni oleh warga Kemanggisan.
Warga Tebet aslinya adalah orang-orang Betawi gusuran Senayan, karena
saat itu Ganefonya Bung Karno menyebabkan warga Betawi eksodus ke
Tebet dan sekitarnya untuk "terpaksa" memuluskan pembuatan kompleks
olahraga Gelora Bung Karno yang kita kenal sekarang ini. Karena asal-
muasal bentukan etnis mereka adalah multikultur (orang Nusantara,
Tionghoa, India, Arab, Belanda, Portugis, dan lain-lain), profesi masing-
masing kaum disesuaikan pada cara pandang bentukan etnis dan bauran
etnis dasar masing-masing.
PERILAKU DAN SIFAT
Asumsi kebanyakan orang tentang masyarakat Betawi ini jarang yang
berhasil, baik dalam segi ekonomi, pendidikan, dan teknologi. Padahal tidak
sedikit orang Betawi yang berhasil. Beberapa dari mereka adalah
Muhammad Husni Thamrin, Benyamin Sueb, dan Fauzi Bowo yang menjadi
Gubernur Jakarta saat ini .
Ada beberapa hal yang positif dari Betawi antara lain Jiwa sosial mereka
sangat tinggi, walaupun terkadang dalam beberapa hal terlalu berlebih dan
cenderung tendensius. orang betawi juga sangat menjaga nilai-nilai agama
5. 5
yang tercermin dari ajaran orangtua (terutama yang beragama islam),
kepada anak-anaknya. Masyarakat betawi sangat menghargai pluralisme.
hal ini terlihat dengan hubungan yang baik antara masyarakat betawi dan
pendatang dari luar Jakarta.
Orang betawi sangat menghormati budaya yang mereka warisi. terbukti dari
perilaku kebanyakan warga yang mesih memainkan lakon atau kebudayaan
yang diwariskan dari masa ke masa seperti lenong, ondel-ondel, gambang
kromong, dan lain-lain.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan sebagian besar
masyarakat betawi masa kini agak terpinggirkan oleh modernisasi di lahan
lahirnya sendiri. namun tetap ada optimisme dari masyarakat betawi
generasi mendatang yang justreu akan menopang modernisasi tersebut.
Cerita rakyat
Cerita rakyat yang berkembang di Jakarta selain cerita rakyat yang sudah
dikenal seperti Si Pitung, juga dikenal cerita rakyat lain seperti serial
Jagoan Tulen atau si jampang yang mengisahkan jawara-jawara Betawi
baik dalam perjuangan maupun kehidupannya yang dikenal "keras". Selain
mengisahkan jawara atau pendekar dunia persilatan, juga dikenal cerita
Nyai Dasima yang menggambarkan kehidupan zaman kolonial. cerita
lainnya ialah Mirah dari Marunda, Murtado Macan Kemayoran, Juragan
Boing dan yang lainnya.
6. 6
Senjata tradisional
Senjata khas Jakarta adalah bendo atau golok yang bersarungkan dari
kayu.
Rumah tradisional
Rumah tradisional/adat Betawi adalah rumah kebaya
7. 7
Gambang Kromong
Gambang keromong (sering pula ditulis gambang kromong) adalah sejenis
orkes yang memadukan gamelan dengan alat musik umum. Sebutan
gambang keromong diambil dari nama dua buah alat perkusi, yaitu
gambang dan keromong. Awal mula terbentuknya orkes gambang keromong
tidak lepas dari seorang pimpinan golongan Cina yang bernama Nie Hu-
kong.
Bilahan gambang yang berjumlah 18 buah, biasa terbuat dari kayu
suangking, huru batu atau kayu jenis lain yang empuk bunyinya bila
dipukul. Keromong biasanya dibuat dari perunggu atau besi, berjumlah 10
buah (sepuluh pencon). Tangga nada yang digunakan dalam gambang
keromong adalah tangga nada pentatonik Cina. Instrumen pada gambang
keromong terdiri atas gong, gendang, suling, bonang, kecrek, dan rebab
atau biola sebagai pembawa melodi.
Orkes gambang keromong merupakan perpaduan yang serasi antara unsur-
unsur pribumi dengan unsur Tionghoa. Secara fisik unsur Tionghoa
tampak pada alat-alat musik gesek yaitu Tehyan, Kongahyan dan Sukong.
Perpaduan kedua unsur kebudayaan tersebut tampak pula pada
perbendarahaan lagu-lagunya. Di samping lagu-lagu yang menunjukan sifat
pribumi seperti Jali-jali, Surilang, Persi, Balo-balo, Lenggang-lenggang
Kangkung, Onde-onde, Gelatik Ngunguk dan sebagainya, terdapat pula
lagu-lagu yang jelas bercorak Tionghoa, baik nama lagu, alur melodi
maupun liriknya seperti Kong Jilok, Sipatmo, Phe Pantaw, Citnosa,
Macuntay, Gutaypan, dan sebagainya.
8. 8
Lagu-lagu yang dibawakan pada musik gambang keromong adalah lagu-
lagu yang isinya bersifat humor, penuh gembira, dan kadangkala bersifat
ejekan atau sindiran. Pembawaan lagunya dinyanyikan secara bergilir
antara laki-laki dan perempuan sebagai lawannya.
Gambang keromong merupakan musik Betawi yang paling merata
penyebarannya di wilayah budaya Betawi, baik di wilayah DKI Jakarta
sendiri maupun di daerah sekitarnya
Dewasa ini juga terdapat istilah "gambang keromong kombinasi". Gambang
keromong kombinasi adalah orkes gambang keromong yang alat-alatnya
ditambah atau dikombinasikan dengan alat-alat musik Barat modern
seperti gitar melodis, bas, gitar, organ, saksofon, drum dan sebagainya,
yang mengakibatkan terjadinya perubahan dari laras pentatonik menjadi
diatonik tanpa terasa mengganggu. Hal tersebut tidak mengurangi ke-
khasan suara gambang keromong sendiri, dan lagu-lagu yang dimainkan
berlangsung secara wajar dan tidak dipaksakan.
LENONG
L e-
19 atau awal abad ke-20. Kesenian teatrikal tersebut mungkin merupakan
9. 9
adaptasi oleh masyarakat Betawi atas kesenian serupa seperti “komedi
bangsawan” dan “teater stambul” yang sudah ada saat itu. Selain itu,
Firman Muntaco, seniman Betawi, menyebutkan bahwa lenong berkembang
dari proses teaterisasi musik gambang kromong dan sebagai tontonan
sudah dikenal sejak tahun 1920-an.
Lakon-lakon lenong berkembang dari lawakan-lawakan tanpa plot cerita
yang dirangkai-rangkai hingga menjadi pertunjukan semalam suntuk
dengan lakon panjang dan utuh.
Pada mulanya kesenian ini dipertunjukkan dengan mengamen dari
kampung ke kampung. Pertunjukan diadakan di udara terbuka tanpa
panggung. Ketika pertunjukan berlangsung, salah seorang aktor atau aktris
mengitari penonton sambil meminta sumbangan secara sukarela.
Selanjutnya, lenong mulai dipertunjukkan atas permintaan pelanggan
dalam acara-acara di panggung hajatan seperti resepsi pernikahan. Baru di
awal kemerdekaan, teater rakyat ini murni menjadi tontonan panggung.
Setelah sempat mengalami masa sulit, pada tahun 1970-an kesenian
lenong yang dimodifikasi mulai dipertunjukkan secara rutin di panggung
Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Selain menggunakan unsur teater modern
dalam plot dan tata panggungnya, lenong yang direvitalisasi tersebut
menjadi berdurasi dua atau tiga jam dan tidak lagi semalam suntuk.
Selanjutnya, lenong juga menjadi populer lewat pertunjukan melalui
televisi, yaitu yang ditayangkan oleh Televisi Republik Indonesia mulai
tahun 1970-an. Beberapa seniman lenong yang menjadi terkenal sejak saat
itu misalnya adalah Bokir, Nasir, Siti, dan Anen.
Jenis lenong
Terdapat dua jenis lenong yaitu lenong denes dan lenong preman. Dalam
lenong denes (dari kata denes dalam dialek Betawi yang berarti “dinas” atau
“resmi”), aktor dan aktrisnya umumnya mengenakan busana formal dan
kisahnya ber-seting kerajaan atau lingkungan kaum bangsawan, sedangkan
dalam lenong preman busana yang dikenakan tidak ditentukan oleh
sutradara dan umumnya berkisah tentang kehidupan sehari-hari. Selain
itu, kedua jenis lenong ini juga dibedakan dari bahasa yang digunakan;
lenong denes umumnya menggunakan bahasa yang halus (bahasa Melayu
tinggi), sedangkan lenong preman menggunakan bahasa percakapan sehari-
hari.
10. 10
ONDEL-ONDEL
Ondel-ondel merupakan salah satu kebudayaan dari Betawi, saat kota
Jakarta berulang tahun sosok yang satu ini tidak akan pernah ketinggalan,
bentuk yang unik dan berwarna warni membuat acara tersebut semakin
meriah, ondel-ondel bisa di bilang sebagai maskotnya kota Jakarta,yang
mayoritas penduduknya suku Betawi, meskipun perkembangan jaman yang
sudah serba canggih sosok ini tidak akan pernah lekang oleh jaman, setiap
orang selalu menunggu kehadirannya.
Ondel-ondel ini terbuat dari kertas dengan ukuran tingginya sekitar dua
setengah meter, dengan diameter garis tengah delapan puluh centimeter,
bentuknya yang berwarna warni dan selalu berpasangan, kerangka ondel-
ondel ini terbuat dari anyaman bambu sehingga mudah untuk di pikul,
bagian kepalanya buiat topeng sedangkan rambutnya terbuat dari ijuk atau
yang biasa untuk membuat sapu, ijuk dibalut dengan kertas berwarna
warni sehingga mirip dengan rambut.
Bukan hanya kota jakarta saja yang mempunyai sejarah akan tetapi ondel-
ondel ini juga mempunyai sejarah, ondel-ondel ini sudah ada sejak jaman
pejajahan, pada jaman dulu ondel-ondel sering di gunakan sebagai penolak
bala, tujuannya adalah agar roh-roh halus yang bergentayangan sering
mengganggu manusia bisa diusir, bentuk wajah yang menyeram dan
matanya yang melotot dipercaya mampu untuk mengusir roh-roh
halus,selain itu ondel-ondel juga berfungsi sebagai pengusir wabah di suatu
desa.
11. 11
Tetapi pada jaman pemerintahan Gubernur Ali Sadikin pada tahun 1966-
1977 ondel-ondel mulai diangkat sebagai kesenian rakyat, akan tetapi
penampilan sosok ini belum menarik seperti sekarang, sebelumnya ondel-
ondel ini mirip dengan orang-orangan sawah sangat menyeramkan, namun
oleh Ali Sadikin sedikit demi sedikit tampilan ondel-ondel ini mulai di
permak hingga penampilannya menarik hingga saat ini
Ondel-ondel juga sering di iringi dengan musik gambang kromong yaitu
kesenian musik khas Betawi yang dimainkannya secara berkelompok,
selain ondel-ondel musik ini juga sering mengiringi pertunjukan lenong
betawi,
Ondel-ondel adalah bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang sering
ditampilkan dalam pesta-pesta rakyat. Nampaknya ondel-ondel
memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa menjaga anak
cucunya atau penduduk suatu desa.
Di Pasundan dikenal dengan sebutan Badawang, di Jawa Tengah disebut
Barongan Buncis, sedangkan di Bali lebih dikenal dengan nama Barong
Landung. Menurut perkiraan jenis pertunjukan itu sudah ada sejak
sebelum tersebarnya agama Islam di Pulau Jawa.
Semula ondel-ondel berfungsi sebagai penolak bala atau gangguan roh
halus yang gentayangan. Dewasa ini ondel-ondel biasanya digunakan untuk
menambah semarak pesta- pesta rakyat atau untuk penyambutan tamu
terhormat, misainya pada peresmian gedung yang baru selesai dibangun.
Betapapun derasnya arus modernisasi, ondel-ondel ternyata masih tetap
bertahan dan menjadi penghias wajah kota metropolitan Jakarta.
TANJIDOR
12. 12
Tanjidor adalah sebuah kesenian Betawi yang berbentuk orkes. Kesenian
ini sudah dimulai sejak abad ke-19. Alat-alat musik yang digunakan
biasanya terdiri dari penggabungan alat-alat musik tiup, alat-alat musik
gesek dan alat-alat musik perkusi. Biasanya kesenian ini digunakan untuk
mengantar pengantin atau dalam acara pawai daerah. Tapi pada umumnya
kesenian ini diadakan di suatu tempat yang akan dihadiri oleh masyarakat
Betawi secara luas layaknya sebuah orkes. Kesenian Tanjidor juga terdapat
di Kalimantan Barat, sementara di Kalimantan Selatan sudah punah.
MUSIK SAMRAH
Samrah adalah salah satu budaya Betawi. Orkes samrah berasal dari
Melayu sebagaimana tampak dari lagu-lagu yang dibawakan seperti lagu
Burung Putih, Pulo Angsa Dua, Sirih Kuning, dan Cik Minah dengan corak
Melayu, disamping lagu lagu khas Betawi, seperti Kicir-kicir, Jali-jali,
Lenggang-lenggangKangkung dan sebagainya. Tarian yang biasa di iringi
orkes ini disebut Tari Samrah.
Gerak tariannya menunjukkan persamaan dengan umumnya tari Melayu
yang mengutamakan langkah langkah dan lenggang lenggok berirama,
ditambah dengan gerak-gerak pencak silat, seperti pukulan, tendangan,
dan tangkisan yang diperhalus. Biasanya penari samrah turun berpasang-
pasangan. Mereka menari diiringi nyanyian biduan yang melagukan
pantun-pantun bertherna percintaan dengan ungkapan kata-kata
merendahkan diri seperti orang buruk rupa hina papa tidak punya apa-apa.
13. 13
PERKAWINAN BETAWI
Perkawinan Adat Pengantin Betawi ditandai dengan serangkaian prosesi.
Didahului masa perkenalan melalui Mak Comblang. Dilanjutkan lamaran.
Pingitan. Upacara siraman. Prosesi potong cantung atau ngerik bulu kalong
dengan uang logam yang diapit lalu digunting. Malam pacar, mempelai
memerahkan kuku kaki dan kuku tangannya dengan pacar.
Puncak adat Betawi adalah Akad Nikah. Mempelai wanita memakai baju
kurung dengan teratai dan selendang sarung songket. Kepala mempelai
wanita dihias sanggul sawi asing serta kembang goyang sebanyak 5 buah,
serta hiasan sepasang burung Hong. Dahi mempelai wanita diberi tanda
merah berupa bulan sabit menandakan masih gadis saat menikah.
Mempelai pria memakai jas Rebet, kain sarung plakat, Hem, Jas, serta
kopiah. Ditambah baju Gamis berupa Jubah Arab yang dipakai saat resepsi
dimulai. Jubah, Baju Gamis, Selendang yang memanjang dari kiri ke kanan
serta topi model Alpie menandai agar rumah tangga selalu rukun dan
damai.
Prosesi Akad Nikah Mempelai pria dan keluarganya datang naik andong
atau delman hias. Disambut Petasan. Syarat mempelai pria diperbolehkan
masuk menemui orang tua mempelai wanita adalah prosesi ‘Buka Palang
Pintu’. Yakni, dialog antara jagoan pria dan jagoan wanita, kemudian
ditandai pertandingan silat serta dilantunkan tembang Zike atau lantunan
ayat-ayat Al Quran. Pada akad nikah, rombongan mempelai pria membawa
hantaran berupa:
1. Sirih, gambir, pala, kapur dan pinang. Artinya segala pahit, getir,
manisnya kehidupan rumah tangga harus dijalani bersama antara
suami istri.
14. 14
2. Maket Masjid, agar tidak lupa pada agama dan harus menjalani
ibadah shalat serta mengaji.
3. Kekudang, berupa barang kesukaan mempelai wanita misalnya salak
condet, jamblang, dan sebagainya.
4. Mahar atau mas kawin.
5. Pesalinan berupa pakaian wanita seperti kebaya encim, kain batik,
lasem, kosmetik, sepasang roti buaya. Buaya merupakan pasangan
yang abadi dan tidak berpoligami serta selalu mencari makan
bersama-sama.
6. Petisie yang berisi sayur mayur atau bahan mentah untuk pesta,
misalnya wortel, kentang, telur asin, bihun, buncis dan sebagainya.
INI YANG UNIK DALAM PERKAWINAN ADAT BETAWI…
Roti buaya adalah hidangan Betawi berupa roti manis berbentuk buaya.
Roti buaya senantiasa hadir dalam upacara pernikahan dan kenduri
tradisional Betawi.
Makna
Suku Betawi percaya bahwa buaya hanya kawin sekali dengan
pasangannya; karena itu roti ini dipercaya melambangkan kesetiaan dalam
perkawinan. Pada saat pernikahan, roti diletakkan di sisi mempelai
perempuan dan para tamu kondisi roti ini melambangkan karakter dan
sifat mempelai laki-laki.Buaya secara tradisional dianggap bersifat sabar
(dalam menunggu mangsa).Selain kesetiaan, buaya juga melambangkan
kemapanan.Akan tetapi kini dalam simbolisme budaya modern, makna
buaya berubah menjadi hal yang buruk, misalnya buaya judi, buaya minum
(pemabuk) dan buaya darat (orang yang mata keranjang).
15. 15
PALANG PINTU
Palang Pintu Betawi merupakan upacara adat Betawi yang biasanya
dilaksanakan untuk pernikahan adat betawi.
Palang dalam bahasa berati menghalangi dan pintu berati tempat masuk,
palang pintu berarti menghalangi sesuatu yang ingin masuk . Palang Pintu
Betawi sendiri yaitu upacara adat betawi dimana pada saat rombongan
mempelai laki – laki sampe di tempat mempelai wanita, mempelai laki – laki
tidak diperkenankan masuk sebelum menyelesaikan syarat -syarat yang
diminta oleh pihak besan mempelai wanita. Syaratnya biasanya adu dua ,
yang pertama pihak mempelai laki – laki harus bisa maen silat
(mengalahlan tukang pukul pihak mempelai wanita). Syarat kedua yaitu
sikeh, mempelai laki – laki dituntut untuk bisa mengaji.
Kaedah yang terkandung dari upacara palang pintu adalah penganten laki –
laki dituntut bisa maen silat agar dapat melindungi calon istrinya dari
orang – orang yang ingin berbuah jahat. dan juga penganten laki – laki
dituntut harus bisa mengaji agar nantinya bisa menjadi imam yang baik
dalam segi agama islam dan mencontohkan hal – hal baik kepada anak dan
istrinya.
16. 16
COKEK
Tari Cokek merupakan tarian yang berasal dari budaya Betawi Tempo
Doloe. Dewasa ini orkes gambang kromong biasa digunakan untuk
mengiringi tari pertunjukan kreasi baru, pertunjukan kreasi baru, seperti
tari Sembah Nyai, Sirih Kuning dan sebagainya, disamping sebagai
pengiring tari pergaulan yang disebut tari cokek. Tari cokek ditarikan
berpasangan antara laki-laki dan perempuan. Tarian khas Tanggerang ini
diwarnai budaya etnik China. Penarinya mengenakan kebaya yang disebut
cokek
Jenis tarian ini diduga kuat merupakan kebudayaan yang berasal dari
Tiongkok dan telah dikenal oleh masyarakat pesisir pada kisaran abad XIX.
Adalah Tan Sio Kek seorang pedagang dari daratan China yang pertama kali
mengenalkan tarian ini pada masa lalu.
Masyarakat pesisir khususnya di daerah Teluk Naga yang secara langsung
berinteraksi dengan para pedagang dari negara lain lambat laun mengenal
baik tarian yang awalnya dibawakan oleh para wanita ini. Perlahan tarian
yang identik dengan gerakan melenggok ini menyebar di berbagai wilayah
hingga ke Banten dan Betawi. Namun demikian masyarakat setempat tidak
serta merta mengikuti gerakan tari yang dikenalkan oleh Tan Sio Kek
melainkan telah menambahkan kebudayaan setempat yakni Banten dan
Betawi dalam gerakan dan properti yang digunakan para penarinya.
Menurut beberapa sumber sejarah tari cokek betawi mulanya
dipertunjukan oleh 3 wanita selaku penarinya. Dari awal kelahirannya
tarian ini memang sudah terlihat sebagai tarian kelompok yang dimainkan
oleh lebih dari satu penari. Namun demikian pertunjukan tari cokek
modern kerap disajikan oleh lebih dari 3 penari.
Pada masa lalu selain dipertunjukkan dalam acara pernikahan dan acara
17. 17
adat lainnya tarian ini juga kerap dijadikan sebagai bentuk sambutan
terhadap tamu undangan
DAFTAR PUSTAKA :
Saidi, Ridwan. Profil Orang Betawi: Asal Muasal, Kebudayaan, dan Adat
Istiadatnya
jakartakuliner2.blogspot.com/2013/06/sejarah-ondel-ondel
hahab, Alwi (2004). Junaidi, Irfan, ed. Saudagar Baghdad dari Betawi
(dalam Indonesia). Jakarta: Penerbit Republika