4. Sejarah dan perkembangan Hinduisme di Bali
tidak terlepas dengan perkembangan agama
Hindu di Indonesia. Demikian pula perkembangan
agama Hindu di Indonesia merupakan kelanjutan
dari perkembangan agama Hindu di India. Sejarah
dan perkembangan Hinduisme di Indonesia,
berdasarkan bukti-bukti sejarah telah tiba pada
abad ke 4 dan 5 Masehi, terutama di Kalimantan
Timur (pada beberapa prasasti yang dikeluarkan
oleh raja Mùlavarman dan di Jawa Barat oleh raja
Pùrnavarman) yang datang dari India Selatan.
5. Selanjutnya perkembangan agama Hindu di
Jawa Tengah ditandai dengan pendirian
“Lingga” oleh raja Sanjaya pada tahun 654 Saka
atau 732 Masehi yang dikenal sebagai pendiri
dinasti Matarama Kuno. Sejak berdirinya
kerajaan dari dinasti Sanjaya yang disusul
dengan dinasti Sailendra di Jawa Tengah,
terjadi pula perkembangan Hindusime di Jawa
Timur (berdasarkan prasasti Dinoyo, Malang)
dan di Bali.
6. Di Bali sejarah dan perkembangan agama Hindu diduga
mendapat pengaruh dari Jawa Tangah dan Jawa Timur.
Masuknya agama Hindu di Bali diperkirakan sebelum abad ke-
8 Masehi, karena pada abad ke-8 telah dijumpai fragmen-fragmen
prasasti yang didapatkan di Pejeng berbahasa
Sanskerta. Ditinjau dari segi bentuk hurufnya diduga sejaman
dengan meterai tanah liat yang memuat mantra Buddha yang
dikenal dengan “Ye te mantra”, yang diperkirakan berasal dari
tahun 778 Masehi. Pada baris pertama dari dalam prasasti itu
menyebutkan kata “Sivas.......ddh.......” yang oleh para ahli,
terutama Dr. R. Goris menduga kata yang sudah haus itu
kemungkinan ketika utuh berbunyi: “Siva Siddhanta”.
7. Dengan demikian pada abad ke-8 , Paksa
(Sampradaya atau Sekta) Siva Siddhanta telah
berkembang di Bali. Sampai ditulisnya sebuah prasasti
tentunya menunjukkan agama itu telah berkembang
secara meluas dan mendalam diyakini oleh raja dan
rakyat saat itu. Meluas dan mendalamnya ajaran
agama dianut oleh raja dan rakyat tentunya melalui
proses yang cukup panjang, oleh karena itu
Hinduisme (sekta Siva Siddhanta) sudah masuk secara
perlahan-lahan sebelum abad k2-8 Masehi. Bukti lain
yang merupakan awal penyebaran Hinduisme di Bali
adalah ditemukannya arca Siva di pura Putra Bhatara
Desa di desa Bedaulu, Gianyar. Arca tersebut
merupakan satu tipe (style) dengan arca-arca Siva
dari candi Dieng yang berasal dari abad ke-8 yang
menurut Stutterheim tergolong berasal dari periode
seni arca Hindu Bali
8. Dalam prasasti Sukawana, Bangli yang memuat angka 882
Masehi, menyebutkan adanya tiga tokoh agama yaitu Bhiksu
Sivaprajna, Bhiksu Siwa Nirmala dan Bhiksu Sivakangsita
membangun pertapaan di Cintamani, menunjukkann
kemungkinan telah terjadi sinkretisme antara Siva dan Buddha
di Bali dan bila kita melihat akar perkembangannya kedua
agama tersebut sesungguhnya berasal dari pohon yang sama,
yakni Hinduisme. Berkembangnya dan terjadinya sinkretisme
antara Sivaisme dan Buddhisme di Bali sebenarnya diduga
lebih menampakkan diri pada masa pemerintahan raja besar
Dharma Udayana Varmadeva, karena kedua agama tersebut
menjadi agama negara.
9. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dijelaskan
bahwa kehidupan agama Hindu di Bali sudah
berkembang sejak lama dan karateristik Hindu
Dharma yang universal sejak awalnya tetap
dipertahankan diaplikasikan dalam kehidupan
nyata yang dikenal di Bali dengan ajaran Tri Hita
Karana, yakni hubungan yang harmoni dengan
Tuhan Yang Maha Esa, dengan sesama dan
dengan bumi serta lingkungannya.
10. Bila kita melihat bermacam-macam kebudayaan
daerah yang terdapat di Indonesia, maka nampak jelas
perbedaan antara budaya atau kebudayaan Bali
dengan budaya dan kebudayaan daerah lainnya.
Populernya Bali di seluruh penjuru dunia adalah karena
kebudayaannya yang luhur dan indah itu, tentu pula di
samping potensi alamnya tempat budaya Bali tumbuh
dan berkembang. Bagi pengamat sepintas, sulit pula
membedakan antara agama Hindu dan budaya Bali,
oleh karena itu sering terjadi identifikasi bahwa agama
Hindu sama dengan kebudayaan Bali. Kerancuan ini
perlu dijelaskan, bahwa kedudukan agama Hindu
dalam hubungannya dengan budaya Bali adalah
merupakan jiwa dan nafas hidup dari budaya danm
kebudayaan ini.
11. Agama Hindu dapat disebut sebagai isi, nafas dan dan
jiwa dari budaya Bali sebagai ekspresi atau gerak
aktivitasnya. Agama Hindu sesuai dengan sifat
ajarannya senantiasa mendukung dan mengembangkan
budaya setempat. Agama Hindu ibarat aliran sungai,
kemana sungai mengalir, di sanalah lembah disuburkan.
Budaya dapat pula dibandingkan sebagai wadah dan
agama sebagai air. Warna dan bentuk wadah
menentukan warna dan bentuk air di dalam wadah itu.
Demikianlah hubungannya agama Hindu dengan
budaya atau kebudayaan Bali. Perbedaan budaya tidak
akan menimbulkan perbedaan dalam pengamalan
ajaran agama oleh umatnya, karena agama Hindu di
manapun dianut oleh pemeluknya, ajarannya selalu
sama, univesal dan bersifat abadi.