Dokumen tersebut membahas perkembangan bahasa Indonesia sejak masa pra-kolonial hingga masa kemerdekaan, termasuk peristiwa penting seperti pendirian Taman Bacaan Rakyat pada 1908, berdirinya majalah Pujangga Baru pada 1933, dan diselenggarakannya Kongres Bahasa Indonesia di Solo pada 1938."
2. 1. LINGUA PRANCA
2. STRUKTUR YANG SEDERHANA
3. BAHASA SASRTA
4. BAHASA FERS
5. KEDEWASAAN BANGSA INDONESIA
MENGAPA
?
Bahasa Melayu - Bahasa Indonesia
3. 1. LINGUA FRANCA
PRASASATI
PRASASATI
Berhuruf Pallawa
1. Kedukan Bukit, Palembang (638 M)
2. Talang Ruwo, dekat Palembang (684 M)
3. Kota Kapur, Pulau Bangka (686 M)
4. Karang Berahi, Meringin, Daerah Hulu
Jambi (686 M)
Berhuruf Nagari
Gandasuli, Jawa Tengah (832 M)
Berhuruf Arab
Kuala Berang, Trengganu (1303-1387)
4. LINGUA FRANCA
BERITA CINA
A. Pendeta I Tsing atau I Ching (義淨; Pinyin
Yì Jìng)
1. Nan-hai Chi-kuei Nei-fa Chuan
(Catatan Ajaran Buddha yang
dikirimkan dari Laut Selatan)
2. Ta-T’ang Hsi-yu Ch’iu-fa Kao-seng Chuan
(Catatan Pendeta-pendeta yang
menuntut ilmu di India zaman Dinasti
Tang)
B. Wang p’u dalam T'ang-Hui-Yao (kisah
kerajaan Melayu mengirimkan utusan ke
Cina)
5. 2. STRUKTUR SEDERHANA
Struktur Sederhana
1. Mudah dipelajari
2.Mudah dikembang
3.Mudah mendapat pengaruh
Demokratis
1. Bahasa Jawa: ngoko, madyo, inggil
2. Bahasa Sunda: halus, sedeung, kasar
3. Bahasa Bali:
Brahmana, Ksatria, Waisya, Sudra
6. 3. BAHASA SASTRA
1. Raja Ali Haji: Gurindam XII
2. Abdullah Bin Abdul Kadir Munsyi
3. Hamzah Fansuri
Contoh: Pasal Kesepuluh
1. Dengan bapa jangan durhaka,
supaya Allah tidak murka.
2. Dengan ibu hendaklah hormat,
supaya badan dapat selamat.
3. Dengan anak janganlah lalai,
supaya boleh naik ke tengah balai.
4. Dengan isteri dan gundik janganlah alpa,
supaya kemaluan jangan menerpa.
5. Dengan kawan hendaklah adil
supaya tangannya jadi kafill.
8. 5. KEDEWASAN BANGSA INDONESIA: POLITIK
16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo
menggunakan bahasa Indonesia dalam
pidatonya. Hal ini untuk pertamakalinya
dalam sidang Volksraad, seseorang berpidato
menggunakan bahasa Indonesia
28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad
Yamin mengusulkan agar bahasa Melayu
menjadi bahasa persatuan Indonesi
18 Agustus 1945 ditandatangani Undang-
Undang Dasar 1945, yang salah satu pasalnya
(Pasal 36) menetapkan bahasa Melayu
sebagai bahasa negara
9. KEDEWASAN BANGSA INDONESIA: SASTRA
Tahun 1908 pemerintah kolonial
mendirikan sebuah badan penerbit buku-
buku bacaan yang diberi nama Commissie
voor de Volkslectuur (Taman Bacaan
Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917
diubah menjadi Balai Pustaka.
Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan
sastrawan muda yang menamakan dirinya
sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh
Sutan Takdir Alisyahbana.
10. KEDEWASAN BANGSA INDONESIA atau
Kelahiran Bahasa Indonesia
KONGRES BAHASA INDONESIA
Pemuda-pemudi Indonesia pada masa
pergerakan berhasil menyelenggarakan
Kongres Pemuda Indonesia. Dalam kongres
tersebut tercetuslah ikrar bersama yang lebih
dikenal dengan Sumpah Pemuda. Ikrar
Sumpah Pemuda yang dikumandangkan
pada tanggal 28 Oktober 1928 itu salah satu
butirnya adalah menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia. Adapun bunyi
ikrar lengkap pemuda Indonesia yang dikenal
dengan sebutan Sumpah Pemuda itu adalah
sebagai beriku
13. PENGEMBANGAN BAHASA
Dari masa:
- Raja Ali Haji: Gurindam XII
- Abdullah Bin Abdul Kadir Munsyi
- Hamzah Fansuri
Taman Bacaan Rakyat atau Balai Pustaka
Tanggal 14 September 1908 yang bertugas:
1. mengumpulkan dan membukukan cerita-cerita
rakyat atau dongeng-dongeng yang tersebar di
kalangan rakyat, serta menerbitkannya dalam
bahasa Melayu setelah diubah dan
disempurnakan;
2. menerjemahkan atau menyadur hasil sastra Eropa;
3. menerima karangan pengarang-pengarang muda
yang isinya sesuai dengan keadaan hidup di
sekitarnya.
14. .
Kelahiran Bahasa Indonesia
Bangsa Indonesia yang terdiri atas
berbagai suku bangsa dengan berbagai
ragam bahasa daerah yang dimilikinya
memerlukan adanya satu bahasa persatuan
guna menggalang semangat kebangsaan.
Semangat kebangsaan ini sangat penting
dalam perjuangan mengusir penjajah dari
bumi Indonesia. Kesadaran politis semacam
inilah yang memunculkan ide pentingnya
bahasa yang satu, bahasa persatuan, bahasa
yang dapat menjembatani keinginan
pemuda-pemudi dari berbagai suku bangsa
dan budaya di Indonesia saat itu.
15. .
Alasan dipilihnya bahasa Melayu sebagai
bahasa nasional adalah sebagai berikut:
Bahasa Melayu telah berabad-abad lamanya dipakai sebagai
lingua franca (bahasa perantara atau bahasa pergaulan di
bidang perdagangan) di seluruh wilayah Nusantara.
Bahasa Melayu mempunyai struktur sederhana sehingga
mudah dipelajari, dikembangkan pemakaiannya, dan mudah
menerima pengaruh luar untuk memerkaya dan
menyempurnakan fungsinya.
Bahasa Melayu bersifat demokratis, tidak memperlihatkan
adanya perbedaan tingkatan bahasa berdasarkan perbedaan
status sosial, sehingga tidak menimbulkan perasaan
sentimen dan perpecahan.
Adanya semangat kebangsaan yang besar dari pemakai
bahasa daerah lain untuk menerima bahasa Melayu sebagai
bahasa persatuan, demi tujuan yang mulia.
Secara historis bahasa Indonesia berakar pada bahasa Melayu Riau sebab bahasa yang
dipilih sebagai bahasa nasional itu adalah bahasa Melayu, yang sudah menjadi lingua
franca di pelabuhan-pelabuhan perniagaan yang tersebar di wilayah Nusantara.
16. .
Perkembangan Bahasa Indonesia Sebelum Masa Kolonial
Meskipun bukti-bukti autentik tidak ditemukan, bahasa yang
digunakan pada masa kejayaan kerajaan Sriwijaya pada abad
VII adalah bahasa Melayu. Sementara itu, bukti-bukti yang
tertulis mengenai pemakaian bahasa Melayu dapat ditemukan
pada tahun 680 Masehi, yakni digunakannya bahasa Melayu
untuk penulisan batu prasasti, di antaranya sebagai berikut.
1. Prasasti yang ditemukan di Kedukan Bukit berangka tahun 683
Masehi.
2. Prasasti yang ditemukan di Talang Tuwo (dekat Palembang)
berangka tahun 686 Masehi.
3. Prasasti yang ditemukan di Kota Kapur (Bangka Barat) berangka
tahun 686 Masehi.
4. Prasasti yang ditemukan di Karang Brahi (antara Jambi dan Sungai
Musi) berangka tahun 686 Masehi.
5. Prasasti dengan nama Inskripsi Gandasuli yang ditemukan di
daerah Kedu dan berasal dari tahun 832 Masehi.
6. Pada tahun 1356 ditemukan lagi sebuah prasasti yang bahasanya
berbentuk prosa diselingi puisi (?).
7. Pada tahun 1380 di Minye Tujoh, Aceh, ditemukan batu nisan yang
berisi suatu model syair tertua.
17. .
Perkembangan Bahasa Indonesia di Masa Kolonial
mereka sudah mendapati bahasa Melayu sebagai
bahasa pergaulan dan bahasa perantara dalam kegiatan
perdagangan. Bukti lain yang Pada abad XVI, ketika
orang-orang Eropa datang ke Nusantara dapat
dipaparkan adalah naskah/daftar kata yang disusun
oleh Pigafetta pada tahun 1522. Di samping
itu, pengakuan orang Belanda, Danckaerts, pada tahun
1631 yang mendirikan sekolah di Nusantara terbentur
dengan bahasa pengantar. Oleh karena itu, pemerintah
kolonial Belanda mengeluarkan surat keputusan: K.B.
1871 No. 104 yang menyatakan bahwa pengajaran di
sekolah-sekolah bumiputera diberi dalam bahasa
Daerah, kalau tidak dipakai bahasa Melayu.
18. .
Perkembangan Bahasa Indonesia di Masa Pergerakan
Setelah Sumpah
Pemuda, perkembangan Bahasa
Indonesia tidak berjalan dengan
mulus. Belanda sebagai penjajah
melihat pengakuan pada bahasa
Indonesia itu sebagai kerikil tajam.
Oleh karena itu, dimunculkanlah
seorang ahli pendidik Belanda
bernama Dr. G.J. Niewenhuis dengan
politik bahasa kolonialnya lebih
kurang isinya sebagai berikut:
19. .
Perkembangan Bahasa Indonesia di Masa Pergerakan
Pengaruh politik bahasa yang dicetuskan
Niewenhuis itu tentu saja menghambat perkembangan
bahasa Indonesia. Banyak pemuda pelajar berlomba-
lomba mempelajari bahasa Belanda, bahkan ada yang
meminta pengesahan agar diakui sebagai orang
Belanda (seperti yang dilukiskan Abdul Muis dalam
roman Salah Asuhan pada tokoh Hanafi).
Sebaliknya, pada masa pendudukan Dai Nippon,
bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang
pesat. Tentara pendudukan Jepang sangat membenci
semua yang berbau Belanda; sementara itu orang-
orang bumiputera belum bisa berbahasa Jepang. Oleh
karena itu, digunakanlah bahasa Indonesia untuk
memperlancar tugas-tugas administrasi dan
membantu tentara Dai Nippon melawan tentara
Belanda dan sekutu-sekutunya.
20. .
Bahasa Indonesia mempunyai dua
kedudukan yang sangat penting, yaitu (1)
sebagai bahasa nasional, dan (2) sebagai
bahasa resmi/negara.
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional diperoleh sejak awal
kelahirannya, yaitu tanggal 28 Oktober 1928
dalam Sumpah Pemuda. Bahasa Indonesia
dalam kedudukannya sebagai bahasa
nasional sekaligus merupakan bahasa
persatuan.
Kedudukan Bahasa Indonesia
21. .
Kedudukan Bahasa Indonesia
Adapun dalam kedudukannya sebagai
bahasa nasional, bahasa Indonesia
mempunyai fungsi sebagai berikut:
Lambang jati diri (identitas).
Lambang kebanggaan bangsa.
Alat pemersatu berbagai masyarakat
yang mempunyai latar belakang etnis
dan sosial-budaya, serta bahasa daerah
yang berbeda.
Alat penghubung antarbudaya dan
antardaerah.
22. .
Kedudukan Bahasa Indonesia
Kedudukan bahasa Indonesia yang kedua adalah
sebagai bahasa resmi/negara; kedudukan ini
mempunyai dasar yuridis konstitusional, yakni Bab XV
pasal 36 UUD 1945. Dalam kedudukannya sebagai
bahasa resmi/negara, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai berikut:
Bahasa resmi negara.
Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga
pendidikan.
Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional
untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan serta pemerintahan.
Bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan
dan pemanfaatan ilmu dan teknologi.
24. Pada tahun 1908 Pemerintah Hindia Belanda
mendirikan Commissie voor de Volkslectuur
(Komisi untuk Bacaan Rakyat) melalui Surat
Ketetapan Gubernemen tanggal 14 September
1908 yang bertugas:
1. mengumpulkan dan membukukan cerita-cerita
rakyat atau dongeng-dongeng yang tersebar di
kalangan rakyat, serta menerbitkannya dalam
bahasa Melayu setelah diubah dan disempurnakan;
2. menerjemahkan atau menyadur hasil sastra Eropa;
3. menerima karangan pengarang-pengarang muda
yang isinya sesuai dengan keadaan hidup di
sekitarnya.
PERISTIWA-PERISTIWA PENTING
1
25. 2
PERISTIWA-PERISTIWA PENTING
Tahun 1933 terbit majalah Pujangga Baru
yang diasuh oleh Sutan Takdir Alisyahbana,
Amir Hamzah, dan Armijn Pane. Pengasuh
majalah ini adalah sastrawan yang banyak
memberi sumbangan terhadap
perkembangan bahasa dan sastra Indonesia.
Pada masa Pujangga Baru bahasa yang
digunakan untuk menulis karya sastra
adalah bahasa Indonesia yang dipergunakan
oleh masyarakat dan tidak lagi dengan
batasan-batasan yang pernah dilakukan oleh
Balai Pustaka.
26. 3
PERISTIWA-PERISTIWA PENTING
Tahun 1938, dalam rangka memperingati sepuluh
tahun Sumpah Pemuda, diselenggarakan Kongres
Bahasa Indonesia di Solo, Jawa Tengah. Kongres ini
dihadiri oleh bahasawan dan budayawan terkemuka
pada saat itu, seperti Prof. Dr. Hoesein
Djajadiningrat, Prof. Dr. Poerbatjaraka, dan Ki Hajar
Dewantara.
Dalam kongres tersebut dihasilkan beberapa
keputusan yang sangat besar artinya bagi
pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia.
Keputusan tersebut, antara lain:
mengganti Ejaan van Ophuysen, mendirikan Institut
Bahasa Indonesia, dan menjadikan bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengantar dalam Badan Perwakilan.
27. 4
PERISTIWA-PERISTIWA PENTING
Tahun 1942-1945 (masa pendudukan
Jepang), Jepang melarang pemakaian bahasa
Belanda yang dianggapnya sebagai bahasa
musuh. Penguasa Jepang terpaksa
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
resmi untuk kepentingan penyelenggaraan
administrasi pemerintahan dan sebagai bahasa
pengantar di lembaga pendidikan, sebab bahasa
Jepang belum banyak dimengerti oleh bangsa
Indonesia. Hal yang demikian menyebabkan
bahasa Indonesia mempunyai peran yang
semakin penting.
28. 5
PERISTIWA-PERISTIWA PENTING
6
18 Agustus 1945 bahasa
Indonesia dinyatakan
secara resmi sebagai
bahasa negara sesuai
dengan bunyi UUD 1945,
Bab XV pasal 36: Bahasa
negara adalah bahasa
Indonesia.
19 Maret 1947 (SK No.
264/Bhg. A/47) Menteri
Pendidikan Pengajaran dan
Kebudayaan Mr. Soewandi
meresmikan Ejaan Republik
sebagai penyempurnaan atas
ejaan sebelumnya. Ejaan
Republik ini juga dikenal
dengan sebutan Ejaan
Soewandi.
29. 7
PERISTIWA-PERISTIWA PENTING
8
Tahun 1948 terbentuk sebuah
lembaga yang menangani
pembinaan bahasa dengan
nama Balai Bahasa. Lembaga
ini, pada tahun 1968, diubah
namanya menjadi Lembaga
Bahasa Nasional dan pada
tahun 1972 diubah menjadi
Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa yang
selanjutnya lebih dikenal
dengan sebutan Pusat
Bahasa.
28 Oktober s.d. 1
November 1954
terselenggara Kongres
Bahasa Indonesia II di
Medan, Sumatera Utara.
Kongres ini terselenggara
atas prakarsa Menteri
Pendidikan Pengajaran
dan Kebudayaan, Mr.
Mohammad Yamin.
30. 9
PERISTIWA-PERISTIWA PENTING
10 - 14
Berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 57 tahun
1972 diresmikan ejaan
baru yang berlaku mulai
17 Agustus 1972, yang
dinamakan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD)
dan Tap.MPR No. 2/197
1. 25 s.d. 28 Februari 1975 di Jakarta
diselenggarakan Seminar Politik
Bahasa Indonesia.
2. Tahun 1978, bulan November, di
Jakarta diselenggarakan Kongres
Bahasa Indonesia III.
3. Tanggal 21 s.d. 26 November 1983
berlangsung Kongres Bahasa
Indonesia IV di Jakarta.
4. Tanggal 27 Oktober s.d. 3 November
1988 berlangsung Kongres Bahasa
Indonesia V di Jakarta.
5. Tanggal 28 Oktober – 2 November
1993 berlangsung Kongres Bahasa
Indonesia VI di Jakarta.
31. .
PERISTIWA-PERISTIWA PENTING
Sebenarnya ada usaha-usaha bersama dari
pemerintah Republik Indonesia dan
pemerintah Diraja Malaysia untuk
mengadakan satu ejaan dengan mengingat
antara bahasa Indonesia dan bahasa Melayu
yang dipergunakan sebagai bahasa resmi
pemerintah Diraja Malaysia masih satu
rumpun atau memiliki kesamaan. Usaha itu
antara lain pemufakatan ejaan Melindo
(Melayu-Indonesia), namun usaha ini
akhirnya kandas karena situasi politik antara
Indonesia dan Malaysia yang sempat
memanas pada tahun 1963.
32. .
FUNGSI DAN PERANAN BAHASA INDONESIA:
- Bahasa Negara
- Bahasa Nasional
Berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 57 tahun 1972 diresmikan ejaan
baru yang berlaku mulai 17 Agustus
1972, yang dinamakan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) dan Tap.MPR
No. 2/1972
PERISTIWA-PERISTIWA PENTING
33. .
Ejaan Soewandi/Ejaan Republik dan
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ruang Lingkup
1. Penulisan Huruf
2. Pemakaian Huruf
3. Penulisan Kata
4. Penulisan Unsur Serapan
5. Tanda Baca
34. .
Perbedaan Ejaan Republik dengan EYD
Hurup yang Digunakan
Ejaan Republik
1. tj – tjari
2. dj – djarang
3. j – sajang
4. nj – njaring
5. sj – sjukur
6. ch – chusus
EYD
1. c – cari
2. j – jarang
3. y – sayang
4. ny – nyaring
5. sy – syukur
6. kh – khusus
35. Nama Huruf
Ejaan Republik
1. c disebut se
2. j disebut ye
3. q disebut kuw
4. y disebut ey
Jadi :
- 100 cc dibaca seratus sese
- ABC dibaca a-be-se
36. Nama Khas Geografi
Ejaan Republik
1. danau Toba
2. gunung Kawi
3. selat Sunda
4. teluk Tomini
EYD
1. Danau Toba
2. Gunung Kawi
3. Selat Sunda
4. Teluk Tomini
37. Kata Sapaan
Ejaan Republik
- Atas perhatian bapak,
kami ucapkan….
EYD
- Atas perhatian Bapak,
kami ucapkan….
38. Kata atau Bentuk Ulang
Ejaan Republik
1. Rumah2
2. Anak2an
3. Bermain2
EYD
1. Rumah-rumah
2. Anak-anakan
3. Bermain-main
39. .
Kata Ganti Tuhan
Ejaan Republik
- Kepadamu, oh Tuhan
- Hanya kepadanya
EYD
- Kepada-Mu
- Hanya kepada-Nya
40. .
Kata Depan di- dan ke-
Ejaan Republik
1. disini
2. disana
3. kesana
EYD
1. di sini
2. di sana
3. ke sana
41. .
Penulisa Pun
Ejaan Republik
1. Diapun pergilah.
2. Haripun malamlah.
3. Diberipun aku tak mau.
EYD
1. Dia pun pergilah.
2. Hari pun malamlah.
3. Diberi pun aku tak ma
42. .
Serapan Bahasa Asing
Ejaan Republik
1. i : sistim, apotik, atlit
2. w : akwarium, kwitansi, kwartal
3. a : metoda
4. x : taxi, extra
5. il : Formil, tradisionil, rasionil
6. oir : trotoir, dresoir
7. oi : repertoir
8. pro: prosentase
EYD
1. i : sistem, apotek, atlet
2. w : akuarium, kuitansi, kuartal
3. a : metode
4. x : taksi, ektra
43. .
Huruf Kapital
Huruf Kapital digunakan untuk
huruf pertama awal kalimat dan
petikan langsung:
1. Dia menangis.
2. Apa yang dimintanya?
3. Kamu harus pergi!
4. Ibu bertanya, “Kapan kamu pergi?”
44. .
Huruf Kapital
Yang berhubungan dengan
keagamaan (peristiwa agama, kitab
suci, nama Tuhan termasuk kata
gantinya)
- Allah. Nabi Sulaiman. Kepada-Nya.
Gelar
(akademis, keturunan, kegaaman)
Jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang
- Sultan Hasanudin. Haji Agus Salim.
45. .
Nama
1. Nama orang, nama
bangsa, suku, dan bahasa
2. Nama tahun, bulan, hari raya, dan
peristiwa sejarah
3. Nama geografi
4. Nama resmi badan, lembaga
pemerintahan, ketatanegaraan, ser
ta nama dokumen resmi
5. Nama buku, majalah, surat
kabar, dan judul karangan
6. Nama gelar, dan sapaan
7. Nama kekerabatan yang digunakan
sapaan
46. .
Huruf Miring
Nama buku, majalah, surat kabar yang
dikutip dalam karangan.
- Tempo. Bobo. Gadis.
Menegaskan sesuatu (kata, huruf, atau
frase).
- Ia bukan ditembak, melainkan tertebak
Nama ilmiah atau ungkapan asing
kecuali yang sudah disesuaikan dengan
ejaannya.
- Politik divide et impera alat utama
memecah belah
47. Penulisan Kata
1. Penulisan kata dasar
2. Penulisan kata turunan
3. Penulisan bentuk ulang
4. Penulisan gabungan kata
5. Kata majemuk
6. Gabungan yang menjadi rancu
diberi tanda hubung
7. Gabungan yang sudah satu
ditulis serangkai
8. Kata ganti
9. Kata depan
48. Penulisan Kata
1. Kata sandang
2. Partikel
3. Singkatan dan akronim
4. Akronim
5. Nama diri ditulis huruf besar
awalnya
6. Sespa, Akabri,
7. Bukan nama diri tidak ditulis
huruf besar
8. Radio Detection and Ranging
(radar), tilang
49. Singkatan dan Akronim
Singkata
1. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan
atau pangkat diikuti titik
- S.Pd. S.S. S.E. M.Hum. MBA.
2. Singkatan nama lembaga atau organisasi
tidak menggunakan tanda titik
- MPR DPR AL AL AD
3. Singkatan yang lazim terdiri atas tiga huruf
menggunakan satu titik
- dkk. yth. dst.
4. Singkatan yang lazim terdiri atas dua huruf
menggunakan dua titik
- s.d. u.p. c.q
5. Lambang kimia atau ukuran tidak
menggunakan tanda titik
- cm Rp km kpm
50. Penulisan Angka Bilangan
Bilangan tingkat
- Sultan Hamangkubowono IX
- Paku Buwono ke-10
Lambang bilangan pada awal kalimat di tulis
dengan huruf
- Sepuluh tersangka perampok ditangkap
Bukan
- 10 tersangka perampokan ditangkap
Kecuali dalam dokumen resmi angka dan huruf
tidak perlu ditulis sekaligus
- Rp 5.000.000, 00 (lima juta rupiah)
51. Buku Sumber
1. A. Gani, Ramlan dan Mahmudah Fitriyah ZA. Gemar Berbahasa
Indonesia. Jakarta: FITK Press, 2010.
2. Akhadiah, Sabarti dan Sakura Ridwan. Pembinaan Kemampuan
Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga, 1999.
3. Arifin, Zainal. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Akademika Presindo 2010.
4. Henry, Guntur Tarigan. Pengajaran Semantik. Bandung:
Angkasa 1983.
5. Keraf, Gorys. Komposisi. Ende, Flores: Nusa Indah, 1995.
6. Nasuhi, Hamid. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta:
CeQDA, 2007.
7. Razak, Abdul. Kalimat Efektif Setruktur, Gaya, dan Variasi. Jakarta:
PT Gramedia, 19985.
8. Sahara, Siti dan Mahmuda Fitriyah, E Kusnadi. Keterampilan
Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK UIN, 2008.
9. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1990.