Presentasi ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Budaya Nusantara. Berisikan tentang unsur-unsur dalam kebudayaan betawi. Dijelaskan secara singkat, tetapi cukup bermanfaat. Selamat membaca...
4. Asal Mula Nama “Betawi”
Menurut Sejarahwan Ridwan Saidi, beberapa nama jenis
flora selama ini digunakan pada pemberian nama tempat
atau daerah yang ada di Jakarta, seperti
Gambir, Krekot, Bintaro, Grogol dan banyak lagi.
"Seperti Kecamatan Makasar, nama ini tak ada
hubungannya dengan orang Makassar, melainkan diambil
dari jenis rerumputan".
Sehinga Kata "Betawi" bukanlah berasal dari kata
"Batavia“. Dikarenakan nama Batavia lebih merujuk kepada
wilayah asal nenek moyang orang Belanda.
5. Masyarakat Betawi
Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok
etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti
orang Sunda, Jawa, Arab, Bali, Sumbawa, Ambon, Melayu
dan Tionghoa.
Antropolog Universitas Indonesia, Dr. Yasmine Zaki
Shahab, MA memperkirakan, etnis Betawi baru terbentuk
sekitar seabad lalu, antara tahun 1815-1893. Sedangkan
sejarahwan Sagiman MD berpendapat bahwa Suku Betawi
telah ada serta mendiami Jakarta dan sekitarnya sejak
zaman batu baru (Neoliticum).
6. •Kebudayaan dan suku betawi terletakdi di
Jakarta, sebuah kota kecil yang berada
bagian utara Pulau Jawa.
•Kota Jakarta sendiri merupakan dataran
rendah dengan ketinggian kira-kira 7
meter di atas permukaan laut, terletak
pada posisi 6.12’ LS dan 106.48’ BT.
•Luas provinsi Jakarta yang berupa
daratan adalah 661,52 kilometer
persegi, sedang yang berupa lautan
seluas 6.997,5 km persegi.
7. •Di Jakarta, terdapat tidak kurang dari 110
pulau yang tersebar di kepulauan seribu dan
terdapat 27 sungai atau saluran.
•Di sebelah utarayang menjadi tempatpantai
sepanjang 35 km
Jakarta, terbentang
bermuaranya 9 sungai dan 2 kanal.
•Sementara berbatasan dengan Provinsi Jawa
kota Jakarta
itu, sebelah selatan dan Timur
Barat, sebelah barat dengan Banten, dan
sebelah utara dengan Laut Jawa.
8. Mata Pencaharian
Tempo dulu, masyarakat Betawi asli mencari nafkah dalam
beberapa profesi berdasarkan wilayah masing-masing. Misalnya:
1. Di kampung Kemanggisan dan sekitar Rawabelong banyak
dijumpai petani kembang.
2. Kampung Kuningan adaalah tempat para peternak sapi perah.
3. Kampung Kemandoran banyak dijumpai mandor dan jagoan
silat.
4. Di kampung Paseban banyak warganya yang bekerja di kantor-
kantor sejak zaman Belanda dahulu.
Karena asal muasal bentuk etnis mereka yang multikultur (orang
Nusantara, Tionghoa, India, Arab, Belanda, Portugis, dan lain-
lain), profesi mereka disesuaikan dengan cara pandang dan bauran
etnis dasar masing-masing.
9. Sifat campur aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari
kebudayaan
Betawi secara umum, yang merupakan hasil perkawinan
berbagai macam kebudayaan.
Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta
adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal atau bahasa
percakapan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia
dialek Betawi.
Dialek Betawi sendiri terbagi atas dua jenis, yaitu dialek
Betawi tengah dan dialek Betawi pinggir.
10. Betawi Tengah Betawi Pinggir
•Umumnya berbunyi "é“ •Umumnya berbunyi “a“
(kenape) (kenapa)
•Seringkali dianggap sebagai •Meiliputi daerah dari
dialek Betawi sejati Jatinegara ke
•Meliuti daerah Jakarta Selatan, Condet, Jagakarsa, D
Kota, Sawah epok, Rawa Belong, Ciputat
Besar, Tugu, Cilincing, Kemay hingga ke pinggir selatan
oran, Senen, Kramat, hingga hingga Jawa Barat.
batas paling selatan di •Contoh penuturnya: Mandra
Meester (Jatinegara) dan Pak Tile
•Contoh penuturnya:
Benyamin S., Ida Royani dan
Aminah Cendrakasih
11. Kekerabatan
Dalam kaitannya dengan sistem kekerabatan, mereka mengikuti
prinsip bilineal.
Anak laki-laki akan diperkenalkan pada pekerjaan
bapaknya, sedangkan anak perempuan pada ibunya.
Adat menetap nikah sangat bergantung pada perjanjian kedua
pihak sebelum perpisahan berlangsung. Ada pengantin baru yang
sesudah menikah menetap di sekitar kediaman kerabat suami
(patrilokal) dan ada pula yang menetap di sekitar lingkungan
kerabat istri (matrilokal).
12. Ada beberapa hal yang positif yang dimiliki oleh masyarakat
Betawi antara lain, jiwa sosial mereka tergolong sangat
tinggi, walaupun terkadang dalam beberapa hal terlalu
berlebih dan cenderung tendensius atau fanatik.
Masyarakat Betawi sangat menghargai pluralisme. Hal ini
terlihat dengan hubungan yang baik antara masyarakat
Betawi dan pendatang dari luar Jakarta. Orang Betawi sangat
menghormati budaya yang mereka warisi. Terbukti dari
perilaku kebanyakan warga yang mesih memainkan lakon
atau kebudayaan yang diwariskan dari masa ke masa seperti
lenong, ondel-ondel, gambang kromong, dan lain-lain.
13. Islam sebagai Agama Mayoritas
Sebagian besar Orang Betawi menganut agama Islam.
Ajaran islam di betawi berasal dari perpaduan unsur-unsur
Arab, India Selatan, dan unsur lokal.
Orang betawi yang memeluk islam dapat dibagi menjadi dua
golongan, yaitu golongan mu’alim dan golongan biasa.
Dengan fanatisme yang terlalu tinggi, hal ini menghambat
kemajuan masyarakat Betawi. Mereka menganggap
pendidikan formal, yang diajarkan oleh Belanda, dianggap
kafir sehingga mereka hanya mendapat pendidikan agama di
madrasah, sedangkan pendidikan umum tidak.
14. Ada yang menyatakan bahwa masyarakat betawi yang
beragama kristen adalah keturunan campuran antara
penduduk lokal dengan bangsa Portugis.
Hal ini wajar karena pada awal abad ke-16, Surawisesa, raja
Pajajaran mengadakan perjanjian dengan Portugis yang
membolehkan Portugis membangun benteng dan gudang di
pelabuhan Sunda Kalapa sehingga terbentuk komunitas
Portugis di Sunda Kalapa.
Komunitas Portugis ini sekarang masih ada dan menetap di
daerah Kampung Tugu, Jakarta Utara.
15. Musik Tarian Cerita Rakyat
•Gambang Kromong •Tari Samrah
Si Pitung
•Rebana •Tari Cokek
Si Jampang Tu Jagoan Tulen
•Kroncong Tugu •Tari Yapong
Nyai Dasima
•Tanjidor •Tari Zapin
•Samrah •Tari Blantek
•Tari Topeng
Teater Rumah Adat Permainan Anak
•Lenong •Rumah tipe gudang •Gudu Kusir
•Topeng Betawi dan bapang •Gudu Lobang
•Topeng Jantuk •Rumah tipe kebaya •Gasing
•Topeng Blantek •Rumah tipe joglo •Bola Gebok
•Wayang Klitik
•Wayang Kulit Betawi
17. Pakaian Adat Sehari-Hari
Laki-Laki Perempuan
•Baju koko (sadariah), biasanya •Baju kurung berlengan pendek.
berwarna polos. •Kain sarung batik, biasanya
•Celana batik, dengan warna yang bercorak geometri dengan warna-
tidak terlalu ramai, dalam motif- warna yang cerah
motifnya. •Kerudung, yaitu selendang yang
•Kain pelekat, bentuknya seperti dikenakan pada kepala. Warnanya
selendang yang ditempatkan sebelah serasi dengan baju kurung yang
pundak atau diselempangkan pada mereka kenakan.
leher.
•Peci, umumnya berwarna hitam
berbahan beludru
19. Pakaian Adat Pengantin
Laki-Laki Perempuan
•Disebut Dandanan care haji. •Disebut Rias besar dandanan care
•Meliputi jubah dan tutup kepala. none pengantin cine.
•Jubah terbuat dari bahan beludru •Baju yang dikenakan blus bergaya
yang berwarna cerah. Jubah Cina dengan bahan satin yang
dalamnya terbuat dari kain berwarna berwarna cerah.
putih yang halus. •Bawahannya menggunakan rok yang
•Tutup kepala terbuat dari sorban berwarna gelap dengan model
disebut juga Alpie. duyung.
•Sebagai pelengkap dipergunakan •Bagian kepala digunakan kembang
selendang bermotif benang emas atau goyang dengan motif burung hong
manik-manik yang warnanya cerah. dengan sanggul palsu.