SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Bulan Bahasa dan Sastra
Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki keragaman etnik dan budaya. Salah satu di
antaranya adalah keragaman bahasa dan sastra. Keragaman bahasa dan sastra di Indonesia menjadi
kekayaan yang tidak ternilai harganya. Peta Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia (2008)
telah mengidentifikasi 442 bahasa daerah di Indonesia. Bertolak dari keragaman itu, bangsa
Indonesia menjadi lebih paham akan arti persatuan. Meskipun beragam latar bahasanya, bangsa
Indonesia terhubung melalui bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Meskipun penggunaan
bahasa Indonesia cenderung tergusur oleh pemakaian bahasa asing, bahasa Indonesia masih tetap
memegang fungsinya sebagai sarana komunikasi yang menyatukan bangsa Indonesia. Oleh karena
itu, pengutamaan bahasa Indonesia sebagai identitas nasional bukan hanya tugas Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (BPPB), melainkan juga tugas seluruh rakyat Indonesia.
Kegiatan Bulan Bahasa dan Sastra yang diselenggarakan setiap tahun adalah upaya BPPB untuk
membina dan mengembangkan bahasa dan sastra Indonesia, serta bertekad memelihara semangat
dan meningkatkan peran serta masyarakat luas dalam menangani masalah bahasa dan sastra itu.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam acara Bulan Bahasa dan Sastra terdiri dari beberapa kegiatan.
Ada kegiatan yang diadakan sebagai ajang berkarya atau berekspresi, ada kegiatan yang diadakan
sebagai ajang peningkatan kualitas berbahasa Indonesia, dan ada kegiatan yang diadakan sebagai
ajang perlombaan.
Bulan Bahasa dan Sastra melibatkan masyarakat luas, tidak hanya siswa, mahasiswa, guru, dan
dosen, tetapi juga orang asing yang berada di luar negeri (lomba keterampilan berbahasa Indonesia
bagi peserta BIPA).
Bulan Oktober seakan menjadi bulan spesial bagi bangsa Indonesia. Mungkin tidak banyak yang
tahu kalau bulan Oktober adalah hari di mana bangsa Indonesia secara de jure mengakui bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan.
Tentunya kita tidak lupa dengan sepotong kalimat ini, “Kami putra-putri Indonesia mengaku
berbahasa satu, bahasa Indonesia”. Kalimat itu merupakan sepenggal dari tiga poin yang terdapat
dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Singkat, namun merupakan suatu tonggak baru, bahwa
bangsa Indonesia sudah mempunyai “tali” yang menyatukan ratusan suku bangsa dengan ratusan
bahasa itu: bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia merupakan salah satu varian bahasa Melayu dan telah digunakan di Nusantara
sejak berabad-abad yang lalu. Dalam bukunya, Collins (2005:8) menulis bahwa teks tertua dalam
bahasa Melayu selesai ditulis di atas sebuah batu di Sumatera bertanggal 682. Hal ini juga
menunjukkan bahwa bahasa Melayu telah digunakan di Nusantara jauh sebelum masa itu.
Ramainya pedagang asing yang datang dari China, Portugis, Spayol, Belanda, Inggris, dan lain-
lain, memaksa mereka untuk mencari bahasa pengantar agar bisa berkomunikasi satu sama lain.
Karena itu, mereka menggunakan bahasa Melayu. Bahasa Melayu yang mereka gunakan ini
merupakan cabang bahasa lisan yang dengan sendirinya terus berubah dan berkembang
berdasarkan perubahan-perubahan historisnya. Bahasa Melayu lisan inilah yang kemudian dikenal
sebagai bahasa Melayu Pasar atau bahasa Melayu Rendah. Adapun bahasa Melayu tulis hanya
dikenal di lingkungan pengguna bahasa Melayu itu sendiri, dan lazim disebut sebagai bahasa
Melayu Riau atau bahasa Melayu Tinggi (Sumardjo, 2004:253).
Untuk melihat perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, diperlukan periodisasi
perkembangan bahasa Melayu. Kridalaksana menggunakan pendekatan sejarah, yaitu bukti-bukti
tertulis untuk membagi perkembangan bahasa Melayu ke dalam beberapa periode. Kridalaksana
(1991:5) membagi periodisasi sejarah bahasa Melayu atas:
1) bahasa Melayu Kuna yang meliputi kurun abad ke-7 sampai abad ke-14
2) bahasa Melayu Tengahan yang mencakup bahasa Melayu Klasik dalam kurun waktu abad ke-14
sampai abad ke-18
3) bahasa Melayu Peralihan yang mencakup kurun abad ke-19
4) bahasa Melayu Baru yang dipergunakan sejak awal abad ke-20.
Seiring dengan meluasnya pengaruh dan penggunaan bahasa Melayu di Tanah Air, rasa persatuan
dan persatuan penduduk di Nusantara pun tumbuh. Melihat itu, para pemuda Indonesia lalu
berinisiatif secara sadar menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia. Tak hanya itu,
bahasa Indonesia juga dijadikan bahasa persatuan yang digunakan di seluruh wilayah Indonesia.
Hal ini dibuktikan dengan lahirnya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 yang mengiikrarkan
satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa yang semuanya dengan nama Indonesia.
Isi Sumpah Pemuda adalah sebagai berikut:
1.Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia.
2.Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
3.Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Demikian, bahasa Indonesia tidak hanya digunakan sebagai bahasa persatuan, tapi juga sebagai
bahasa resmi, bahasa pemerintahan, dan bahasa pengantar pendidikan. Tak hanya itu, bahasa
Indonesia juga digunakan sebagai bahasa pergaulan, di mana bahasa Indonesia bersifat terbuka.
Artinya, bahasa Indonesia bisa dan sanggup menerima pengaruh dari bahasa lain, antara lain Arab,
Belanda, Portugis, Inggris, bahkan Yunani. Contohnya: musyawarah dan doa (Arab); internet dan
telepon (Inggris), kulkas (Belanda), Minggu (Portugis).
Namun sayang, penghargaan akan bahasa Indonesia kini semakin pudar. Ketertarikan terhadap
bahasa dan kesusastraan Indonesia makin menipis. Kini tak banyak lagi generasi muda tahu novel-
novel lawas yang dulu pernah berjaya di Tanah Air, sebut saja Layar Terkembang, Siti Nurbaya,
dan Bumi Manusia. Karya sastra asing seperti aneka novel chicklit atau teenlit mendominasi
deretan terdepan rak toko buku.
Tak hanya itu, dengan banyaknya sekolah berlabel “internasional”, bahasa Indonesia kini tidak lagi
menjadi bahasa pengantar di institusi pendidikan lagi. Bahasa Inggris kini menjadi “raja” dengan
iming-iming bahasa pergaulan global bagi para pelajar.
Menguasai bahasa asing memang baik, tapi alangkah baiknya bila bahasa dan sastra Indonesia tetap
menjadi tuan rumah di negeri sendiri sehingga penghargaan atas bahasa Indonesia tetap terjaga.
Selamat bulan bahasa!!
Saudaraku semuanya, sebelum berbicara lebih jauh, ingin rasanya saya bercerita tentang
satu pertanyaan yang mengusik saya beberapa hari yang lalu, berkenaan dengan perayaan Bulan
Bahasa kali ini. Mengapa tanggal 28 Oktober? Mengapa bukan tanggal yang lain? Ya, mungkin
sebagian dari saudara – saudara yang hadir di sini mampu memberikan jawaban yang signifikan,
bahwasanya pada tanggal itulah, 83 tahun yang lalu, putera dan puteri Indonesia yang tergabung
dari berbagai suku dan etnis bersatu dan mengikrarkan Sumpah Pemuda
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia
Namun, Saudara – Saudaraku sekalian, masih saja tersisa sebersit pertanyaan berkecamuk
di dalam diri saya sebagai salah satu dari apa yang dinamakan putera dan puteri Indonesia ini :
Masihkah jiwa dan ruh dari semangat persatuan itu berpijar di dalam diri kita, Putera dan Puteri Ibu
Pertiwi, Indonesia? Masihkah tersisa bara api Sang Binatang Jalang Chairil Anwar, misalnya, yang
menghantam nurani kita dengan raungannya,“SEKALI BERARTI, SUDAH ITU MATI”
memenuhi relung hati kita semua? Di sini, di panggung ini? Di ruang – ruang kelas? Di SMA
Negeri 1 Rendang ? Di Bali? Di bumi Indonesia?
Saya skeptis, Saudara – saudara... Ijinkanlah saya mengutarakan alasannya berdasarkan
fakta dan realita, dan bukan karena pendapat maupun opini saya pribadi.
Ya, di dalam hati saya ragu, misalnya, karena sekarang kita menitikberatkan kepada bahasa sebagai
media pemersatu bangsa, sudahkah kita memberi arti kepada Sumpah untuk berbahasa dengan baik
dan benar? Satu contoh sederhana saja, Masihkah sebagian besar dari kita, ketika berpidato,
mengawali sambutan dengan mengatakan “Yang Terhormat”, alih – alih mengatakan “Kepada
yang Terhormat” karena “kepada” yang digabungkan dengan “yang Terhormat” menjadi frase yang
mubazir?
Masih seringkah kita mendengarkan para guru kita menyuruh kita „maju!‟ atau „ke depan!‟
dan bukannya „maju ke depan!‟... karena yang maju pasti ke depan, dan yang ke depan pasti maju?
Kita berhadapan dengan ambiguitas berbahasa semacam ini dari waktu ke waktu, namun luput dari
perhatian kita, seperti juga kita keliru mengatakan „mengejar ketertinggalan‟ ketika seharusnya kita
mengatakan „mengejar kemajuan.‟ Mengatakan „Saya‟ untuk menunjukkan orang pertama tunggal
dan bukannya mengatakan „Kami‟. Anda lihat, saya berdiri di sini, hari ini, di panggung ini berkata
“ Ijinkanlah SAYA menyampaikan beberapa patah – kata” dan bukannya “Ijinkanlah KAMI
menyampaikan beberapa patah kata,” karena saya orang pertama tunggal, bukannya kumpulan
orang – orang!
Saudara – saudaraku, itulah sedikit gambaran betapa menyedihkannya keberbahasa-
Indonesia-an kita setelah sekian kali kita merayakan Bulan Bahasa. Sepertinya bara api yang
pernah dikobarkan para pemuda kita itu tergerus oleh waktu.
Hilang bentuk. Remuk.
Kemudian,hadirin sekalian, pada era sekarang ini, problematika berbahasa Indonesia yang
baik dan benar ini makin diperparah lagi dengan trend – trend prokem serta pengacak – acakan
unsur – unsur bahasa, hingga ke dalam tata – bahasa, bahkan kata – kata. Anak muda sekarang
merasa bangga bisa mengaplikasikan jargon “So what gitu loh”, “Sesuatu banget..”, “E.G.P”, dan
dengan tanpa perasaan bersalah mengubah fungsi angka 4 menjadi huruf A, angka lima menjadi
huruf S, dan seterusnya... sehingga “SAYA PERGI KE SEKOLAH” menjadi “54Y4 P312G1 K3
S3K0L4H”. Kita berkilah itulah bahasa gaul, bahasa yang menunjukkan identitas pemuda – dan
pemudi moderen, kreatif dan panjang akal. Tanpa kita sadari, kita telah memperkosa bahasa
sendiri, melecehkan sumpah yang diliputi oleh rasa kebanggan sebagai satu kesatuan Nusantara.
Perjuangan para pelopor rasa kebangsaan itu menjadi sia – sia. Mereka meratap memanggil sayup –
sayup:
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
(Kutipan dari puisi “Kerawang – Bekasi”, karya Chairil Anwar)
Hadirin yang saya hormati, kiranya tidaklah berlebihan bila saya menghimbau kepada
seluruh pemuda – pemudi Indonesia, sebagai harapan bangsa mulai memaknai Bulan Bahasa kali
ini dengan cara yang sebaik – baiknya dan sebenar – benarnya, seperti juga di dalam berbahasa
hendaklah baik dan benar. Peribahasa mengatakan “Bahasa menunjukkan bangsa.” Apalah artinya
suatu bangsa tanpa bahasa yang baik dan benar? Tinggal wilayah hampa tanpa harga diri dan
kebanggaan, di mata dunia maupun di mata anak – cucu kita nanti.
Semoga Tuhan senantiasa menyertai langkah kita, khususnya para pemuda – ppemudi,
pelajar serta mahasiswa dalam menegakkan kebudayaan berbahasa yang baik dan benar. Semoga
Bahasa Indonesia bertambah jaya, bertambah perkasa dalam mempererat rasa persatuan dan
kesatuan bangsa, negara, masyarakat dan juga keluarga. Amin!

More Related Content

What's hot

Makalah Multikuturalisme
Makalah MultikuturalismeMakalah Multikuturalisme
Makalah MultikuturalismeJuwita Yulianto
 
Makalah pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Makalah pancasila sebagai pandangan hidup bangsaMakalah pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Makalah pancasila sebagai pandangan hidup bangsaSeptian Muna Barakati
 
Kedudukan dan fungsi bahasa indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara
Kedudukan dan fungsi bahasa indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negaraKedudukan dan fungsi bahasa indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara
Kedudukan dan fungsi bahasa indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negaraMuhammadIqbal169
 
Peranan bahasa indonesia dalam perkembangan budaya daerah
Peranan bahasa indonesia dalam perkembangan budaya daerahPeranan bahasa indonesia dalam perkembangan budaya daerah
Peranan bahasa indonesia dalam perkembangan budaya daerahHikmah Siti Nazwah
 
PPT kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
PPT kedudukan dan Fungsi Bahasa IndonesiaPPT kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
PPT kedudukan dan Fungsi Bahasa IndonesiaChusnul Khotimah
 
ESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIA
ESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIAESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIA
ESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIAYosi Larasati
 
Pancasila Sebagai Dasar Negara ppt
Pancasila Sebagai Dasar Negara pptPancasila Sebagai Dasar Negara ppt
Pancasila Sebagai Dasar Negara pptAisyah Turidho
 
Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia
Sejarah dan Kedudukan Bahasa IndonesiaSejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia
Sejarah dan Kedudukan Bahasa IndonesiaRizzty Mennelz
 
Kedudukan bahasa indonesia diantara bahasa asing dan bahasa daerah
Kedudukan bahasa indonesia diantara bahasa asing dan bahasa daerahKedudukan bahasa indonesia diantara bahasa asing dan bahasa daerah
Kedudukan bahasa indonesia diantara bahasa asing dan bahasa daerahSiti Farida
 
Implementasi pancasila dalam bidang IPOLEKSOSBUDHANKAM
Implementasi pancasila dalam bidang IPOLEKSOSBUDHANKAMImplementasi pancasila dalam bidang IPOLEKSOSBUDHANKAM
Implementasi pancasila dalam bidang IPOLEKSOSBUDHANKAMKartic Muna
 
Makalah penggunaan bahasa gaul mempengaruhi eksistensi bahasa indonesia
Makalah penggunaan bahasa gaul mempengaruhi eksistensi bahasa indonesiaMakalah penggunaan bahasa gaul mempengaruhi eksistensi bahasa indonesia
Makalah penggunaan bahasa gaul mempengaruhi eksistensi bahasa indonesiariskia_chandra
 
Contoh Artikel Konseptual
Contoh Artikel KonseptualContoh Artikel Konseptual
Contoh Artikel KonseptualUwes Chaeruman
 
Makalah Lengkap Globalisasi
Makalah Lengkap GlobalisasiMakalah Lengkap Globalisasi
Makalah Lengkap GlobalisasiCici Cweety
 
Pengaruh Globalisasi Terhadap Bahasa Indonesia
Pengaruh Globalisasi Terhadap Bahasa IndonesiaPengaruh Globalisasi Terhadap Bahasa Indonesia
Pengaruh Globalisasi Terhadap Bahasa IndonesiaAudria
 
Esai Masyarakat dan teknologi informasi
Esai Masyarakat dan teknologi informasiEsai Masyarakat dan teknologi informasi
Esai Masyarakat dan teknologi informasiIchsan Smith
 

What's hot (20)

Makalah Multikuturalisme
Makalah MultikuturalismeMakalah Multikuturalisme
Makalah Multikuturalisme
 
Makalah pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Makalah pancasila sebagai pandangan hidup bangsaMakalah pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
Makalah pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
 
Sifat bahasa
Sifat bahasaSifat bahasa
Sifat bahasa
 
Kedudukan dan fungsi bahasa indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara
Kedudukan dan fungsi bahasa indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negaraKedudukan dan fungsi bahasa indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara
Kedudukan dan fungsi bahasa indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara
 
Peranan bahasa indonesia dalam perkembangan budaya daerah
Peranan bahasa indonesia dalam perkembangan budaya daerahPeranan bahasa indonesia dalam perkembangan budaya daerah
Peranan bahasa indonesia dalam perkembangan budaya daerah
 
PPT kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
PPT kedudukan dan Fungsi Bahasa IndonesiaPPT kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
PPT kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
 
ESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIA
ESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIAESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIA
ESSAY KEPEMIMPINAN - SATU PEMUDA MENGUBAH DUNIA
 
Pancasila Sebagai Dasar Negara ppt
Pancasila Sebagai Dasar Negara pptPancasila Sebagai Dasar Negara ppt
Pancasila Sebagai Dasar Negara ppt
 
Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia
Sejarah dan Kedudukan Bahasa IndonesiaSejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia
Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia
 
Kedudukan bahasa indonesia diantara bahasa asing dan bahasa daerah
Kedudukan bahasa indonesia diantara bahasa asing dan bahasa daerahKedudukan bahasa indonesia diantara bahasa asing dan bahasa daerah
Kedudukan bahasa indonesia diantara bahasa asing dan bahasa daerah
 
SENI TARI
SENI TARISENI TARI
SENI TARI
 
Implementasi pancasila dalam bidang IPOLEKSOSBUDHANKAM
Implementasi pancasila dalam bidang IPOLEKSOSBUDHANKAMImplementasi pancasila dalam bidang IPOLEKSOSBUDHANKAM
Implementasi pancasila dalam bidang IPOLEKSOSBUDHANKAM
 
Makalah penggunaan bahasa gaul mempengaruhi eksistensi bahasa indonesia
Makalah penggunaan bahasa gaul mempengaruhi eksistensi bahasa indonesiaMakalah penggunaan bahasa gaul mempengaruhi eksistensi bahasa indonesia
Makalah penggunaan bahasa gaul mempengaruhi eksistensi bahasa indonesia
 
Contoh Artikel Konseptual
Contoh Artikel KonseptualContoh Artikel Konseptual
Contoh Artikel Konseptual
 
Contoh Proposal Bulan Bahasa
Contoh Proposal Bulan BahasaContoh Proposal Bulan Bahasa
Contoh Proposal Bulan Bahasa
 
Makalah Lengkap Globalisasi
Makalah Lengkap GlobalisasiMakalah Lengkap Globalisasi
Makalah Lengkap Globalisasi
 
Ragam Lisan Dan Tulisan
Ragam Lisan Dan TulisanRagam Lisan Dan Tulisan
Ragam Lisan Dan Tulisan
 
Kebhinekaan
Kebhinekaan Kebhinekaan
Kebhinekaan
 
Pengaruh Globalisasi Terhadap Bahasa Indonesia
Pengaruh Globalisasi Terhadap Bahasa IndonesiaPengaruh Globalisasi Terhadap Bahasa Indonesia
Pengaruh Globalisasi Terhadap Bahasa Indonesia
 
Esai Masyarakat dan teknologi informasi
Esai Masyarakat dan teknologi informasiEsai Masyarakat dan teknologi informasi
Esai Masyarakat dan teknologi informasi
 

Viewers also liked

Doa hari Sumpah Pemuda 2014
Doa hari Sumpah Pemuda 2014Doa hari Sumpah Pemuda 2014
Doa hari Sumpah Pemuda 2014samrin khan
 
Doa pembukaan mos 2013
Doa pembukaan mos 2013Doa pembukaan mos 2013
Doa pembukaan mos 2013Masduqi Ahmad
 
Kumpulan do’a acara formal mufdil's weblog
Kumpulan do’a acara formal   mufdil's weblogKumpulan do’a acara formal   mufdil's weblog
Kumpulan do’a acara formal mufdil's weblogAhsan Habib
 
Doa pembukaan majlis
Doa pembukaan majlisDoa pembukaan majlis
Doa pembukaan majlisKalam Kitab
 
Contoh aktiviti minggu bahasa melayu panitia bm
Contoh aktiviti minggu bahasa melayu panitia bmContoh aktiviti minggu bahasa melayu panitia bm
Contoh aktiviti minggu bahasa melayu panitia bmNorazelin Mat Isa
 

Viewers also liked (8)

Doa Lengkap 2
Doa Lengkap 2Doa Lengkap 2
Doa Lengkap 2
 
Doa hari Sumpah Pemuda 2014
Doa hari Sumpah Pemuda 2014Doa hari Sumpah Pemuda 2014
Doa hari Sumpah Pemuda 2014
 
Doa pembukaan mos 2013
Doa pembukaan mos 2013Doa pembukaan mos 2013
Doa pembukaan mos 2013
 
Doa penutup
Doa penutupDoa penutup
Doa penutup
 
Kumpulan do’a acara formal mufdil's weblog
Kumpulan do’a acara formal   mufdil's weblogKumpulan do’a acara formal   mufdil's weblog
Kumpulan do’a acara formal mufdil's weblog
 
TEKS DO'A
TEKS DO'A TEKS DO'A
TEKS DO'A
 
Doa pembukaan majlis
Doa pembukaan majlisDoa pembukaan majlis
Doa pembukaan majlis
 
Contoh aktiviti minggu bahasa melayu panitia bm
Contoh aktiviti minggu bahasa melayu panitia bmContoh aktiviti minggu bahasa melayu panitia bm
Contoh aktiviti minggu bahasa melayu panitia bm
 

Similar to BAHASA_PERSATUAN

BAB I SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA.pptx
BAB I SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA.pptxBAB I SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA.pptx
BAB I SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA.pptxAhmadBayu15
 
Tugas makalah b. ind
Tugas makalah b. indTugas makalah b. ind
Tugas makalah b. indtampulu
 
Sejarah perkembangan
Sejarah perkembanganSejarah perkembangan
Sejarah perkembanganMeil Da
 
Sejarah perkembangan
Sejarah perkembanganSejarah perkembangan
Sejarah perkembanganMeil Da
 
3. Sejarah Bahasa Indonesia 1.pptx
3. Sejarah Bahasa Indonesia 1.pptx3. Sejarah Bahasa Indonesia 1.pptx
3. Sejarah Bahasa Indonesia 1.pptxVm1988
 
Fenomena peng bi
Fenomena peng biFenomena peng bi
Fenomena peng biInha Salwa
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiasaint Corpino
 
Sejarah perkembangan bahasa indonesia
Sejarah perkembangan bahasa indonesiaSejarah perkembangan bahasa indonesia
Sejarah perkembangan bahasa indonesiaariefwahyudi12
 
Bahasa indonesia
Bahasa indonesiaBahasa indonesia
Bahasa indonesiaasdammantap
 
makalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasional
makalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasionalmakalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasional
makalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasionalManshur Changean
 
makalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasional
makalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasionalmakalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasional
makalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasionalManshur Changean
 
ppt bahasa indonesia.pptx
ppt bahasa indonesia.pptxppt bahasa indonesia.pptx
ppt bahasa indonesia.pptxNicholasGmarzai
 
vdocuments.mx_mata-kuliah-bahasa-indonesia-56b9085e5fe73.pptx
vdocuments.mx_mata-kuliah-bahasa-indonesia-56b9085e5fe73.pptxvdocuments.mx_mata-kuliah-bahasa-indonesia-56b9085e5fe73.pptx
vdocuments.mx_mata-kuliah-bahasa-indonesia-56b9085e5fe73.pptxSahlanJerfatin
 
Sejarah bahasa indonesia
Sejarah bahasa indonesiaSejarah bahasa indonesia
Sejarah bahasa indonesiaAdama Dijaklu
 
196027744 sejarah-bahasa-indonesia-pdf
196027744 sejarah-bahasa-indonesia-pdf196027744 sejarah-bahasa-indonesia-pdf
196027744 sejarah-bahasa-indonesia-pdfKhaeril El Soca
 
2. sejarah dan perkembangan bahasa indonesia
2. sejarah dan perkembangan bahasa indonesia2. sejarah dan perkembangan bahasa indonesia
2. sejarah dan perkembangan bahasa indonesiabusitisahara
 

Similar to BAHASA_PERSATUAN (20)

BAB I SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA.pptx
BAB I SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA.pptxBAB I SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA.pptx
BAB I SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA.pptx
 
Tugas makalah b. ind
Tugas makalah b. indTugas makalah b. ind
Tugas makalah b. ind
 
Sejarah perkembangan
Sejarah perkembanganSejarah perkembangan
Sejarah perkembangan
 
Sejarah perkembangan
Sejarah perkembanganSejarah perkembangan
Sejarah perkembangan
 
Dian i
Dian iDian i
Dian i
 
Bahan ajar bhs. indonesia
Bahan ajar bhs. indonesiaBahan ajar bhs. indonesia
Bahan ajar bhs. indonesia
 
3. Sejarah Bahasa Indonesia 1.pptx
3. Sejarah Bahasa Indonesia 1.pptx3. Sejarah Bahasa Indonesia 1.pptx
3. Sejarah Bahasa Indonesia 1.pptx
 
Fenomena peng bi
Fenomena peng biFenomena peng bi
Fenomena peng bi
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesia
 
Sejarah perkembangan bahasa indonesia
Sejarah perkembangan bahasa indonesiaSejarah perkembangan bahasa indonesia
Sejarah perkembangan bahasa indonesia
 
Bahasa indonesia
Bahasa indonesiaBahasa indonesia
Bahasa indonesia
 
Makalah ade
Makalah adeMakalah ade
Makalah ade
 
makalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasional
makalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasionalmakalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasional
makalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasional
 
makalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasional
makalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasionalmakalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasional
makalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasional
 
ppt bahasa indonesia.pptx
ppt bahasa indonesia.pptxppt bahasa indonesia.pptx
ppt bahasa indonesia.pptx
 
BAB I (1) (1).pdf
BAB I (1) (1).pdfBAB I (1) (1).pdf
BAB I (1) (1).pdf
 
vdocuments.mx_mata-kuliah-bahasa-indonesia-56b9085e5fe73.pptx
vdocuments.mx_mata-kuliah-bahasa-indonesia-56b9085e5fe73.pptxvdocuments.mx_mata-kuliah-bahasa-indonesia-56b9085e5fe73.pptx
vdocuments.mx_mata-kuliah-bahasa-indonesia-56b9085e5fe73.pptx
 
Sejarah bahasa indonesia
Sejarah bahasa indonesiaSejarah bahasa indonesia
Sejarah bahasa indonesia
 
196027744 sejarah-bahasa-indonesia-pdf
196027744 sejarah-bahasa-indonesia-pdf196027744 sejarah-bahasa-indonesia-pdf
196027744 sejarah-bahasa-indonesia-pdf
 
2. sejarah dan perkembangan bahasa indonesia
2. sejarah dan perkembangan bahasa indonesia2. sejarah dan perkembangan bahasa indonesia
2. sejarah dan perkembangan bahasa indonesia
 

BAHASA_PERSATUAN

  • 1. Bulan Bahasa dan Sastra Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki keragaman etnik dan budaya. Salah satu di antaranya adalah keragaman bahasa dan sastra. Keragaman bahasa dan sastra di Indonesia menjadi kekayaan yang tidak ternilai harganya. Peta Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia (2008) telah mengidentifikasi 442 bahasa daerah di Indonesia. Bertolak dari keragaman itu, bangsa Indonesia menjadi lebih paham akan arti persatuan. Meskipun beragam latar bahasanya, bangsa Indonesia terhubung melalui bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Meskipun penggunaan bahasa Indonesia cenderung tergusur oleh pemakaian bahasa asing, bahasa Indonesia masih tetap memegang fungsinya sebagai sarana komunikasi yang menyatukan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pengutamaan bahasa Indonesia sebagai identitas nasional bukan hanya tugas Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (BPPB), melainkan juga tugas seluruh rakyat Indonesia. Kegiatan Bulan Bahasa dan Sastra yang diselenggarakan setiap tahun adalah upaya BPPB untuk membina dan mengembangkan bahasa dan sastra Indonesia, serta bertekad memelihara semangat dan meningkatkan peran serta masyarakat luas dalam menangani masalah bahasa dan sastra itu. Kegiatan yang dilaksanakan dalam acara Bulan Bahasa dan Sastra terdiri dari beberapa kegiatan. Ada kegiatan yang diadakan sebagai ajang berkarya atau berekspresi, ada kegiatan yang diadakan sebagai ajang peningkatan kualitas berbahasa Indonesia, dan ada kegiatan yang diadakan sebagai ajang perlombaan. Bulan Bahasa dan Sastra melibatkan masyarakat luas, tidak hanya siswa, mahasiswa, guru, dan dosen, tetapi juga orang asing yang berada di luar negeri (lomba keterampilan berbahasa Indonesia bagi peserta BIPA). Bulan Oktober seakan menjadi bulan spesial bagi bangsa Indonesia. Mungkin tidak banyak yang tahu kalau bulan Oktober adalah hari di mana bangsa Indonesia secara de jure mengakui bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Tentunya kita tidak lupa dengan sepotong kalimat ini, “Kami putra-putri Indonesia mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia”. Kalimat itu merupakan sepenggal dari tiga poin yang terdapat dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Singkat, namun merupakan suatu tonggak baru, bahwa bangsa Indonesia sudah mempunyai “tali” yang menyatukan ratusan suku bangsa dengan ratusan bahasa itu: bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan salah satu varian bahasa Melayu dan telah digunakan di Nusantara sejak berabad-abad yang lalu. Dalam bukunya, Collins (2005:8) menulis bahwa teks tertua dalam bahasa Melayu selesai ditulis di atas sebuah batu di Sumatera bertanggal 682. Hal ini juga menunjukkan bahwa bahasa Melayu telah digunakan di Nusantara jauh sebelum masa itu. Ramainya pedagang asing yang datang dari China, Portugis, Spayol, Belanda, Inggris, dan lain- lain, memaksa mereka untuk mencari bahasa pengantar agar bisa berkomunikasi satu sama lain. Karena itu, mereka menggunakan bahasa Melayu. Bahasa Melayu yang mereka gunakan ini merupakan cabang bahasa lisan yang dengan sendirinya terus berubah dan berkembang berdasarkan perubahan-perubahan historisnya. Bahasa Melayu lisan inilah yang kemudian dikenal sebagai bahasa Melayu Pasar atau bahasa Melayu Rendah. Adapun bahasa Melayu tulis hanya dikenal di lingkungan pengguna bahasa Melayu itu sendiri, dan lazim disebut sebagai bahasa Melayu Riau atau bahasa Melayu Tinggi (Sumardjo, 2004:253). Untuk melihat perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, diperlukan periodisasi perkembangan bahasa Melayu. Kridalaksana menggunakan pendekatan sejarah, yaitu bukti-bukti tertulis untuk membagi perkembangan bahasa Melayu ke dalam beberapa periode. Kridalaksana (1991:5) membagi periodisasi sejarah bahasa Melayu atas: 1) bahasa Melayu Kuna yang meliputi kurun abad ke-7 sampai abad ke-14
  • 2. 2) bahasa Melayu Tengahan yang mencakup bahasa Melayu Klasik dalam kurun waktu abad ke-14 sampai abad ke-18 3) bahasa Melayu Peralihan yang mencakup kurun abad ke-19 4) bahasa Melayu Baru yang dipergunakan sejak awal abad ke-20. Seiring dengan meluasnya pengaruh dan penggunaan bahasa Melayu di Tanah Air, rasa persatuan dan persatuan penduduk di Nusantara pun tumbuh. Melihat itu, para pemuda Indonesia lalu berinisiatif secara sadar menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia. Tak hanya itu, bahasa Indonesia juga dijadikan bahasa persatuan yang digunakan di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan lahirnya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 yang mengiikrarkan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa yang semuanya dengan nama Indonesia. Isi Sumpah Pemuda adalah sebagai berikut: 1.Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia. 2.Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. 3.Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Demikian, bahasa Indonesia tidak hanya digunakan sebagai bahasa persatuan, tapi juga sebagai bahasa resmi, bahasa pemerintahan, dan bahasa pengantar pendidikan. Tak hanya itu, bahasa Indonesia juga digunakan sebagai bahasa pergaulan, di mana bahasa Indonesia bersifat terbuka. Artinya, bahasa Indonesia bisa dan sanggup menerima pengaruh dari bahasa lain, antara lain Arab, Belanda, Portugis, Inggris, bahkan Yunani. Contohnya: musyawarah dan doa (Arab); internet dan telepon (Inggris), kulkas (Belanda), Minggu (Portugis). Namun sayang, penghargaan akan bahasa Indonesia kini semakin pudar. Ketertarikan terhadap bahasa dan kesusastraan Indonesia makin menipis. Kini tak banyak lagi generasi muda tahu novel- novel lawas yang dulu pernah berjaya di Tanah Air, sebut saja Layar Terkembang, Siti Nurbaya, dan Bumi Manusia. Karya sastra asing seperti aneka novel chicklit atau teenlit mendominasi deretan terdepan rak toko buku. Tak hanya itu, dengan banyaknya sekolah berlabel “internasional”, bahasa Indonesia kini tidak lagi menjadi bahasa pengantar di institusi pendidikan lagi. Bahasa Inggris kini menjadi “raja” dengan iming-iming bahasa pergaulan global bagi para pelajar. Menguasai bahasa asing memang baik, tapi alangkah baiknya bila bahasa dan sastra Indonesia tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri sehingga penghargaan atas bahasa Indonesia tetap terjaga. Selamat bulan bahasa!!
  • 3. Saudaraku semuanya, sebelum berbicara lebih jauh, ingin rasanya saya bercerita tentang satu pertanyaan yang mengusik saya beberapa hari yang lalu, berkenaan dengan perayaan Bulan Bahasa kali ini. Mengapa tanggal 28 Oktober? Mengapa bukan tanggal yang lain? Ya, mungkin sebagian dari saudara – saudara yang hadir di sini mampu memberikan jawaban yang signifikan, bahwasanya pada tanggal itulah, 83 tahun yang lalu, putera dan puteri Indonesia yang tergabung dari berbagai suku dan etnis bersatu dan mengikrarkan Sumpah Pemuda Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia Namun, Saudara – Saudaraku sekalian, masih saja tersisa sebersit pertanyaan berkecamuk di dalam diri saya sebagai salah satu dari apa yang dinamakan putera dan puteri Indonesia ini : Masihkah jiwa dan ruh dari semangat persatuan itu berpijar di dalam diri kita, Putera dan Puteri Ibu Pertiwi, Indonesia? Masihkah tersisa bara api Sang Binatang Jalang Chairil Anwar, misalnya, yang menghantam nurani kita dengan raungannya,“SEKALI BERARTI, SUDAH ITU MATI” memenuhi relung hati kita semua? Di sini, di panggung ini? Di ruang – ruang kelas? Di SMA Negeri 1 Rendang ? Di Bali? Di bumi Indonesia? Saya skeptis, Saudara – saudara... Ijinkanlah saya mengutarakan alasannya berdasarkan fakta dan realita, dan bukan karena pendapat maupun opini saya pribadi. Ya, di dalam hati saya ragu, misalnya, karena sekarang kita menitikberatkan kepada bahasa sebagai media pemersatu bangsa, sudahkah kita memberi arti kepada Sumpah untuk berbahasa dengan baik dan benar? Satu contoh sederhana saja, Masihkah sebagian besar dari kita, ketika berpidato, mengawali sambutan dengan mengatakan “Yang Terhormat”, alih – alih mengatakan “Kepada yang Terhormat” karena “kepada” yang digabungkan dengan “yang Terhormat” menjadi frase yang mubazir? Masih seringkah kita mendengarkan para guru kita menyuruh kita „maju!‟ atau „ke depan!‟ dan bukannya „maju ke depan!‟... karena yang maju pasti ke depan, dan yang ke depan pasti maju? Kita berhadapan dengan ambiguitas berbahasa semacam ini dari waktu ke waktu, namun luput dari perhatian kita, seperti juga kita keliru mengatakan „mengejar ketertinggalan‟ ketika seharusnya kita mengatakan „mengejar kemajuan.‟ Mengatakan „Saya‟ untuk menunjukkan orang pertama tunggal dan bukannya mengatakan „Kami‟. Anda lihat, saya berdiri di sini, hari ini, di panggung ini berkata “ Ijinkanlah SAYA menyampaikan beberapa patah – kata” dan bukannya “Ijinkanlah KAMI menyampaikan beberapa patah kata,” karena saya orang pertama tunggal, bukannya kumpulan orang – orang! Saudara – saudaraku, itulah sedikit gambaran betapa menyedihkannya keberbahasa- Indonesia-an kita setelah sekian kali kita merayakan Bulan Bahasa. Sepertinya bara api yang pernah dikobarkan para pemuda kita itu tergerus oleh waktu. Hilang bentuk. Remuk.
  • 4. Kemudian,hadirin sekalian, pada era sekarang ini, problematika berbahasa Indonesia yang baik dan benar ini makin diperparah lagi dengan trend – trend prokem serta pengacak – acakan unsur – unsur bahasa, hingga ke dalam tata – bahasa, bahkan kata – kata. Anak muda sekarang merasa bangga bisa mengaplikasikan jargon “So what gitu loh”, “Sesuatu banget..”, “E.G.P”, dan dengan tanpa perasaan bersalah mengubah fungsi angka 4 menjadi huruf A, angka lima menjadi huruf S, dan seterusnya... sehingga “SAYA PERGI KE SEKOLAH” menjadi “54Y4 P312G1 K3 S3K0L4H”. Kita berkilah itulah bahasa gaul, bahasa yang menunjukkan identitas pemuda – dan pemudi moderen, kreatif dan panjang akal. Tanpa kita sadari, kita telah memperkosa bahasa sendiri, melecehkan sumpah yang diliputi oleh rasa kebanggan sebagai satu kesatuan Nusantara. Perjuangan para pelopor rasa kebangsaan itu menjadi sia – sia. Mereka meratap memanggil sayup – sayup: Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu Kenang, kenanglah kami Kami sudah coba apa yang kami bisa Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa Kami sudah beri kami punya jiwa (Kutipan dari puisi “Kerawang – Bekasi”, karya Chairil Anwar) Hadirin yang saya hormati, kiranya tidaklah berlebihan bila saya menghimbau kepada seluruh pemuda – pemudi Indonesia, sebagai harapan bangsa mulai memaknai Bulan Bahasa kali ini dengan cara yang sebaik – baiknya dan sebenar – benarnya, seperti juga di dalam berbahasa hendaklah baik dan benar. Peribahasa mengatakan “Bahasa menunjukkan bangsa.” Apalah artinya suatu bangsa tanpa bahasa yang baik dan benar? Tinggal wilayah hampa tanpa harga diri dan kebanggaan, di mata dunia maupun di mata anak – cucu kita nanti. Semoga Tuhan senantiasa menyertai langkah kita, khususnya para pemuda – ppemudi, pelajar serta mahasiswa dalam menegakkan kebudayaan berbahasa yang baik dan benar. Semoga Bahasa Indonesia bertambah jaya, bertambah perkasa dalam mempererat rasa persatuan dan kesatuan bangsa, negara, masyarakat dan juga keluarga. Amin!