Dokumen ini memberikan rekomendasi untuk membantu mencegah kekerasan seksual terhadap anak, seperti komunikasi terbuka dengan anak, mengajarkan tentang privasi tubuh, dan mengajarkan anak cara berteriak atau melapor jika merasa tidak aman.
3. Sadari bahwa pada saat ini,
data dokumentasi kasus menunjukkan
bahwa kekerasaan seksual bisa terjadi
di berbagai tempat dan kondisi.
4. Anak perlu dibekali
dengan kemampuan menghadapi risiko kekerasan
seksual, tanpa menyampaikan pesan yang menakut-
nakuti.
5. Komunikasi yang terbuka antara anak dengan orangtua,
pendidikan seksualitas, dan hubungan interpersonal
yang dilakukan sejak dini sangat diperlukan.
6. Bantu anak memahami
bahwa mereka boleh menolak kontak fisik,
seperti sentuhan, berpelukan, ciuman, dengan siapa
pun, bahkan oleh orang yang mereka kenal dekat.
7. Jadilah contoh yang baik bahwa kita mendengarkan
dan menghargai kata "tidak" dari anak,
misalnya berhenti mencium saat anak menolak
walaupun kita gemas atau kangen.
8. Hindari menggunakan teknik disiplin yang tidak tepat,
seperti mengancam anak: "Jangan nakal, nanti polisi marah".
Anak yang terbiasa dihukum dan ditakut-takuti
akan lebih rentan pada ancaman orang lain.
9. Ajarkan sejak dini tentang yang dinamakan area tubuh
privat yang tidak boleh dilihat dan disentuh oleh orang lain.
10. Sejak anak kecil, ajarkan untuk:
Membedakan sentuhan yang tepat dan tidak tepat
Jangan menyentuh dan jangan mau disentuh area yang
dilarang
Jangan menyentuh dan jangan mau disentuh dengan
keras, dst.
11. Bergantung usia dan tingkat kematangan anak,
biasanya di atas 3 tahun,
bantu anak untuk bisa mandiri beraktivitas di toilet:
pipis/pup/mandi sendiri tanpa bantuan orang lain.
13. Jika anak masih perlu didampingi ke toilet,
pastikan oleh orang tertentu saja
Dan pembatasan ini dipahami dengan baik oleh anak
maupun orang dewasa di sekitarnya.
14. Agar anak mandiri dalam beraktivitas di toilet
diperlukan tahapan toilet training dan proses peralihan
dari didampingi hingga mandiri
yang dilakukan konsisten oleh orang-orang terdekat anak.
15. Tidak pernah terlalu dini mengajarkan ke anak
bahwa mereka harus menjaga tubuh mereka
meski kita merasa anak belum mengerti.
16. Ajarkan anak tentang kebersihan diri,
mengenali kondisi tubuh (rasa sakit, bengkak, dll)
serta cara mengecek dan mengkomunikasikannya.
17. Amati kegiatan harian anak,
dan jeli saat melihat ada perubahan, misalnya: pola tidur,
frekuensi buang air, motivasi sekolah, dll.
18. Bangun rutinitas kegiatan bersama anak
yang membantu kita mengidentifikasi masalah dengan cepat.
Misalnya, olahraga pagi bersama anak, memijat anak,
berbagi tentang kegiatan saat makan malam bersama
atau membaca cerita sebelum tidur.
19. Ajarkan anak untuk membedakan
rahasia baik dan rahasia buruk,
mana yang apabila kita tahu akan membuat kita senang,
dan mana yang akan membuat kita sedih atau khawatir.
20. Rahasia buruk harus diceritakan
dan bukan bagian dari privasi, serta bukan berarti mengadu,
karena berbagi mengenai ini membantu anak,
orangtua dan pihak lain.
21. Ajarkan anak tentang apa yang harus dilakukan
bila berada dalam kondisi yang tidak nyaman dan tidak
aman.
Misalnya, berteriak atau lari dan melapor kepada orang
dewasa
di rumah DAN sekolah.
23. Pastikan anak punya hubungan yang baik dan terbuka
dengan beberapa orang dewasa lain yang dapat kita percaya,
misalnya kakek-nenek atau om dan tante.
25. Bahas ekspektasi dan pola pengasuhan kita dengan
sekolah, tempat les, juga pengasuh di rumah.
Pastikan kita memahami bahwa filosofi dan prosedur
masing-masing pihak sejalan dengan kita.