3. A. Pengertian Durhaka
Bakti (dalam bahasa arab disebut birrun) adalah kata
yang mencakup kebaikan dunia dan akhirat. Berbakti kepada
kedua orang adalah berbuat baik kepada mereka memenuhi hak-hak
mereka dan menaati mereka dalam hal-hal yang mubah,
bukan hal-hal yang wajib atau maksiat.
Adapun lawan kata bakti adalah durhaka. Durhaka
kepada orang tua adalah berbuat buruk kepada mereka dan
menyia-nyiakan hak mereka. Secara bahasa, kata al -‘uquuq
(durhaka) berasal dari kata al-‘aqqu yang berarti al-qath’u
(memutus, merobek, memotong, membelah). Adapun menurut
syara’ adalah setiap perbuatan atau ucapan anak yang
menyakiti kedua orang tuanya.
5. 1. Menimbulkan gangguan terhadap orang tua baik berupa
perkataan (ucapan) ataupun perbuatan yang membuat
orang tua sedih dan sakit hati.
2. Berkata ‘ah’ dan tidak memenuhi panggilan orang tua.
3. Membentak atau menghardik orang tua.
4. Bakhil, tidak mengurusi orang tuanya bahkan lebih
mementingkan yang lain dari pada mengurusi orang tuanya
padahal orang tuanya sangat membutuhkan. Seandainya
memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh
perhitungan.
5. Merendahkan orang tua, mengatakan bodoh, ‘kolot’ dan
lain-lain.
6. 6. Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan
makanan. Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua,
terutama jika mereka sudah tua atau lemah. Tetapi jika ‘Si Ibu”
melakukan pekerjaan tersebut dengan kemauannya sendiri maka tidak
mengapa dan karena itu anak harus berterima kasih.
7. Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau
mencemarkan nama baik orang tua.
8. Mendahulukan taat kepada istri dari pada orang tua. Bahkan ada
sebagian orang dengan teganya mengusir ibunya demi menuruti
kemauan istrinya. Na’udzubillah.
9. Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan
keberadaan orang tua dan tempat tinggalnya ketika status sosialnya
meningkat. Tidak diragukan lagi, sikap semacam ini adalah sikap yang
amat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.
8. Durhaka kepada kedua orang tua adalah haram dan termasuk
dosa besar. Allah Swt, berfirman:
وقضى ربك الاّ تعبدوا إلا إياه وبالوالدين إحسانا إما يبلغنّ عندك الكبر أحدهما او كلاهم فلا تقل لهما أف
Artinya:dan Tuhanmu menghendaki supaya kamu tidak menyembah
keculai kepada-Nya dan berbakti kepada kedua orang tua, jika salah
seorang diantara keduanya atau kedua-duanya, sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaannmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan
yang mulia.( QS. Al-Isro [17]: 23)
Diriwayatkan dari Abdurohman bin Abi Bakkah, dari ayahnya, dia
berkata: “Rasulullah saw bersabda: Artinya:“Maukah kalian (jika) aku
beritahukan kepada kalian dosa-dosa yang paling besar?” Kami (para
sahabat ) menjawab: ‘Mau, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda:
‘Menyekutukan (sesuatu) dengan Allah dan durhaka kepada kedua orang
tua.” Saat itu beliau bersandar, lalu beliau duduk, kemudian bersabda:
“Ketahuilah (juga) sumpah palsu dan kesaksian palsu. “Ketahuilah (juga)
sumpah palsu dan kesaksian palsu.” Beliau terus mengulang-ngulang
perkataan itu, sehingga aku berkata: “Beliau tidak mau diam.” (Shahih
Bukhori, juz 187, hlm. 372, Hadits No. 5519)
9. Diriwayatkan dari Abdurohman bin Abi Bakkah,
dari ayahnya, dia berkata:
“Rasulullah saw bersabda: Artinya:“Maukah kalian
(jika) aku beritahukan kepada kalian dosa-dosa yang
paling besar?” Kami (para sahabat ) menjawab: ‘Mau,
wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: ‘Menyekutukan
(sesuatu) dengan Allah dan durhaka kepada kedua
orang tua.” Saat itu beliau bersandar, lalu beliau duduk,
kemudian bersabda: “Ketahuilah (juga) sumpah palsu
dan kesaksian palsu. “Ketahuilah (juga) sumpah palsu
dan kesaksian palsu.” Beliau terus mengulang-ngulang
perkataan itu, sehingga aku berkata: “Beliau tidak mau
diam.” (Shahih Bukhori, juz 187, hlm. 372, Hadits No.
5519)
11. 1. Dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla
Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Sesungguhnya yang pertama
kali dicatat oleh Allah di Lawhil mahfuzh adalah kalimat: ‘Aku adalah
Allah, tiada Tuhan kecuali Aku, barangsiapa yang diridhai oleh kedua
orang tuanya, maka Aku meridhainya; dan barangsiapa yang dimurkai
oleh keduanya, maka Aku murka kepadanya.” (Jâmi’us Sa’adât,
penghimpun kebahagiaan, 2: 263).
2. Menghalangi doa dan Menggelapi kehidupan
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “…Dosa yang mempercepat
kematian adalah memutuskan silaturrahmi, dosa yang menghalangi doa
dan menggelapi kehidupan adalah durhaka kepada kedua orang tua.” (Al-
Kafi 2: 447)
3. Celaka di dunia dan akhirat
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Durhaka kepada kedua orang
tua termasuk dosa besar karena Allah Azza wa Jalla menjadikan, dalam
firman-Nya, anak yang durhaka sebagai orang yang sombong dan celaka:
“Berbakti kepada ibuku serta Dia tidak menjadikanku orang yang
sombong dan celaka, (Surat Maryam: 32)” (Man lâ yahdhurul Faqîh 3:
563)
12. 4. Dilaknat oleh Allah swt
Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa): “Wahai Ali,
Allah melaknat kedua orang tua yang melahirkan anak yang durhaka
kepada mereka. Wahai Ali, Allah menetapkan akibat pada kedua orang
tuanya karena kedurhakaan anaknya sebagaimana akibat yang pasti
menimpa pada anaknya karena kedurhakaannya…” (Al-Faqîh 4: 371)
5. Dikeluarkan dari keagungan Allah swt
Imam Ali Ar-Ridha (sa) berkata: “Allah mengharamkan durhaka kepada
kedua orang tua karena durhaka pada mereka telah keluar dari
pengagungan terhadap Allah swt dan penghormatan terhadap kedua
orang tua.” (Al-Faqih 3: 565)
6. Amal kebajikannya tidak diterima oleh Allah swt
Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Demi Ketinggian-Ku,
keagungan-Ku dan kemuliaan kedudukan-Ku, sekiranya anak yang
durhaka kepada kedua orang tuanya mengamalkan amalan semua
para Nabi, niscaya Aku tidak akan menerimanya.” (Jâmi’us Sa’adât 2:
263).
.
13. 7. Shalatnya tidak diterima oleh Allah swt
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang
memandang kedua orang tuanya dengan pandangan benci
ketika keduanya berbuat zalim kepadanya, maka
shalatnya tidak diterima.” (Al-Kafi 2: 349).
8. Tidak melihat Rasulullah saw pada hari kiamat
Rasulullah saw bersabda: “Semua muslimin akan
melihatku pada hari kiamat kecuali orang yang durhaka
kepada kedua orang tuanya, peminum khamer, dan orang
yang disebutkan namaku lalu ia tidak bershalawat
kepadaku.” (Jâmi’us Sa’adât 2: 263).
14. 9. Diancam dimasukkan ke dalam pintu neraka
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membuat
kedua orang tuanya murka, maka baginya akan
dibukakan dua pintu neraka.” (Jâmi’us Sa’adât 2:
262)
10. Tidak akan mencium aroma surga
Rasulullah saw bersabda: “Takutlah kamu berbuat
durhaka kepada kedua orang tuamu, karena bau harum
surga yang tercium dalam jarak perjalanan seribu
tahun, tidak akan tercium oleh orang yang durhaka
kepada kedua orang tuanya, memutuskan silaturahmi,
dan orang lanjut usia yang berzina…” (Al-Wasâil 21: 501
16. Anak durhaka bisa jadi berangkat dari orangtua yang
durhaka pula alias menyepelekan hak-hak anak. Untuk itu, para
orangtua sudah sepatutnya melakukan koreksi diri.
Pertama, hendaknya setiap keluarga terutama bapak dan ibu,
mendalami akidah dengan benar. Mengamalkan syariat Islam dan
menjadikan dirinya teladan yang baik bagi anak-anaknya.
Kedua, orangtua hendaknya istiqamah dalam perkataan dan
perbuatan. Orangtua bukanlah pembuat hukum, sehingga semaunya
sendiri boleh melanggar dan memaksa anak sementara dia sendiri
tidak mampu membuktikan apa yang jadi perintahnya
.
Ketiga, orang tua hendaknya menjaga lisan dan perbuatannya dari
hal yang haram. Berbicara yang baik, penuh dengan kasih sayang
kepada anak. Rasulullah SAW bersabda; “Barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir hendaknya berkata yang baik atau
diam.” (Riwayat Muslim) .
17. Keempat, jika orangtua memperlakukan adil kepada anak, maka akan memberi
kesan dan membendungnya dari kekecewaan dan kedurhakaan. Maka hendaknya
berbuat adil. “…Berbuat adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.” (Al-
Maidah [5]: 8).
Kelima, selalu menasihati anak sebagaimana yang Allah perintahkan; “Hai orang-orang
yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” (At-
Tahrim [66]: 6
Keenam, mendidik anak dengan pendidikan tauhid, menasihati mereka agar selalu
merasa selalu diawasi Allah Ta’ala. Sebagaimana yang dilakukan Luqman kepada
anaknya; “Hai anakku, jika ada perbuatan seberat biji sawi yang berada dalam
batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya balasan.
Sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Maha Mengetahui.” (Luqman [31]: 16).
Ketujuh, orangtua seharusnya memperhatikan pergaulan anak, lingkungan (bi’ah)
yang kondusif memelihara tumbuhnya iman, mengarahkan mereka agar giat
belajar, membiasakan berbuat baik, dan menjauhkan permainan yang merusak
moral.
Kedelapan, orangtua wajib pula mendoakan anak-anaknya agar mendapatkan
hidayah, dan senantiasa dijaga dalam kebaikan.