SlideShare a Scribd company logo
1 of 77
Download to read offline
BAB I
                              PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang

             Dengan semakin berkembangnya suatu perusahaan menuntut pula

      perkembangan di bidang pemeriksaan. Pemeriksaan yang dilakukan tidak

      hanya pemeriksaan keuangan saja tetapi juga pemeriksaan yang menekankan

      penilaian sistematis dan objektif serta berorientasi pada tujuan untuk

      memperoleh keyakinan tentang keefektifan dan memberikan pendapat atas

      kewajaran    laporan   keuangan       yang   diperiksa.   Pimpinan   perusahaan

      memerlukan audit operasional yang menyajikan informasi mengenai aktivitas

      operasional perusahaan dan tidak terbatas pada informasi keuangan dan

      akuntansi saja.

             Audit operasional merupakan evaluasi atas berbagai kegiatan

      operasional perusahaan sedangkan sasarannya adalah untuk menilai apakah

      pelaksanaan kegiatan operasional telah dilaksanakan secara ekonomis, efektif

      dan efisien. Apabila belum dilaksanakan seperti seharusnya, maka auditor

      akan memberikan rekomendasi atau saran agar pada masa yang akan datang

      menjadi lebih baik.

             Salah satu bagian dalam perusahaan yang perlu dilakukan audit

      operasional adalah masalah pengelolaan persedian barang dagangan karena

      persediaan barang dagangan merupakan bagian utama dalam neraca dan

                                        1
2




seringkali   merupakan   perkiraan   yang   nilainya   cukup   besar   serta

membutuhkan modal kerja yang besar pula. Dengan besarnya jumlah uang

yang ditanamkan pada persediaan barang dagangan suatu perusahaan, jelaslah

bahwa persediaan barang dagangan merupakan aktiva yang sangat penting

untuk dilindungi.

       Setiap perusahaan dalam melaksanakan kegiatan pemasaran tidak

terlepas akan kebutuhan akan barang-barang dagangan yang menjadi faktor

utama dalam menunjang jalannya aktivitas pemasaran perusahaan. Dengan

terpenuhinya akan barang tepat pada waktunya, maka kegiatan suatu

perusahaan akan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai. Tanpa adanya persediaan barang dagangan, perusahaan akan

menghadapi resiko dimana pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan

dari para pelanggannya. Tentu saja kenyataan ini dapat berakibat buruk bagi

perusahaan, karena secara tidak langsung perusahaan menjadi kehilangan

kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang seharusnya didapatkan.

       PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) Palembang atau yang lebih dikenal

sebagai PT PUSRI adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri pupuk.

Persediaan barang dagangan yang terdapat pada PT Pusri (Persero)

Palembang terdiri dari persediaan urea dan hasil produksi sampingannya.

Untuk memenuhi kebutuhan barang-barang tersebut dan untuk menunjang

kegiatan pemasaran, maka perusahaan perlu mengadakan suatu persediaan

barang dagangan dalam jumlah tertentu yang disimpan dalam gudang untuk
3




selanjutnya dikeluarkan ke truk, kapal atau alat angkut lainnya dan kemudian

dikirim ke gudang unit pemasaran masing-masing daerah.

       Audit operasional atas persediaan barang dagangan perlu dilakukan

untuk menentukan apakah nilai persediaan yang diajukan sesuai dengan

keadaan yang sebenarnya dan apakah prosedur pengelolaan persediaan barang

dagangan tersebut telah dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Audit atas

persediaan adalah bagian yang paling kompleks dan memerlukan waktu yang

cukup banyak untuk melakukan suatu pemeriksaan, karena pemeriksaan

terdiri dari berbagai macam jenis dan tersebar di beberapa lokasi.

       Audit operasional atas persediaan barang dagangan pada PT Pupuk

Sriwidjaja (Persero) Palembang dilaksanakan oleh Tim Pengawasan

Operasional selaku internal auditor yang ditunjuk oleh Kepala satuan

Pengawasan Intern yang merupakan departemen tersendiri. Audit operasional

tersebut dilakukan secara periodik, yaitu setahun sekali pemeriksaan (per

tahun), tentu saja ketentuan ini sudah ditetapkan terlebih dahulu oleh

perusahaan dan tercantum dalam PKPT (Program Kerja Pemeriksaan

tahunan).

       Dalam melakukan audit, auditor ini mengadakan pemeriksaan ke

lokasi gudang untuk melakukan pemeriksaan fisik atas persediaan barang,

kemudian membandingkannya dengan laporan persediaan dan menilai

pelaksanaan prosedur pengelolaan persediaan yang dilakukan oleh Dinas

Pengantongan Urea dan Ekspedisi.
4




             Pengelolaan persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat

      penting, karena pemeriksaan fisik atas persediaan ini banyak melibatkan

      investasi rupiah dan mempengaruhi efektifitas dan efisiensi kegiatan

      perusahaan. Oleh sebab itu, audit operasional atas persediaan barang sangat

      diperlukan   untuk   mengurangi     resiko   terjadinya   selisih,   kehilangan,

      mengantisipasi kemungkinan terjadinya kecurangan dan memastikan bahwa

      prosedur telah dilakukan dengan baik sehingga kemudian dapat dibuatlah

      suatu usulan perbaikan. Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas, maka

      penulis tertarik untuk memilih judul:

             “HUBUNGAN AUDIT OPERASIONAL DAN PENGELOLAAN

      PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN TERHADAP PENINGKATAN

      LABA PADA PT PUSRI (PERSERO) PALEMBANG BULAN MEI 2007”



1.2. Rumusan Masalah

             Setiap perusahaan, termasuk PT Pupuk Sriwidjaja, dalam menjalankan

      usahanya bertujuan untuk mencapai tujuan perusahaan seperti maksimalisasi

      laba, mengembangkan perusahaan, maupun mempertahankan kelangsungan

      hidupnya.

             Dari uraian di atas, peneliti dapat mengemukakan beberapa

      permasalahan sebagai berikut:
5




     1. Apakah ada hubungan audit operasional dan pengelolaan persediaan barang

        dagangan secara simultan terhadap peningkatan laba pada PT.PUSRI

        (PERSERO) PALEMBANG ?.

     2. Apakah ada hubungan audit operasional secara parsial terhadap pningkatan

        laba pada PT.Pusri (Persero) Palembang?

     3. Apakah ada hubungan pengelolaan persediaan barang dagangan secara

        parsial terhadap peningkatan laba pada PT. Pusri (Persero) palembang?



1.3. Tujuan Penelitian

     1.3.1. Tujuan Umum

            Untuk mengetahui hubungan audit operasional dan pengelolaan

            persediaan barang dagangan secara simultan terhadap peningkatan laba

            di PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) Palembang

     1.3.2. Tujuan Khusus

            1. Diketahuinya hubungan audit operasional secara parsial terhadap

               peningkatan laba pada PT.Pusri (Persero) Palembang

            2. Diketahuinya hubungan pengelolaan persediaan barang dagangan

               pada PT. Pusri (Persero) Palembang
6




1.4. Manfaat Penelitian

                   Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

            berikut:

            1. Bagi Peneliti

               Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kesempatan bagi peneliti

               untuk menerapkan teori-teori yang diperoleh di bangku kuliah dan

               membandingkannya dengan praktek yang terjadi dalam perusahaan.

            2. Bagi PT. Pusri (Persero) Palembang

               Dapat memberikan informasi dan masukan kepada pihak perusahaan

               mengenai hubungan audit operasional dan pengelolaan persediaan

               barang dagangan terhadap peningkatan laba perusahaan..

            3. Bagi Universitas Kader Bangsa Palembang

               Sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan mengenai

               konsep,    prosedur   dan   teknik-teknik   audit   operasional   dan

               pengelolaan persediaan barang dagangan.
7




                                 BAB II
                             LANDASAN TEORI



2.1.    Gambaran Umum Auditing

       2.1.1. Pengertian Auditing

                    Untuk mengetahui dengan jelas pengertian auditing, maka

             berikut ini akan dikemukakan definisi-definisi pengauditan yang diambil

             dari beberapa sumber yaitu:

             1. Menurut (Sukrisno Agoes , 2004), auditing adalah

                 “Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh

                 pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah

                 disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan

                 bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan

                 pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.”

             2. Menurut (Arens dan Loebbecke, 2003), auditing sebagai:

                 “Suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang

                 informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang

                 dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat

                 menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dengan kriteria-

                 kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh

                 seorang yang independen dan kompeten.”



                                           7
8




3. Menurut (Mulyadi , 2002), auditing merupakan:

   “Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti

   secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan

   dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat

   kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria

   yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada

   pemakai yang berkepentingan.”

       Menurut(Mulyadi, 2002), berdasarkan beberapa pengertian

auditing di atas maka audit mengandung unsur-unsur:

1. suatu proses sistematis, artinya audit merupakan suatu langkah atau

   prosedur yang logis, berkerangka dan terorganisasi. Auditing

   dilakukan dengan suatu urutan langkah yang direncanakan,

   terorganisasi dan bertujuan.

2. untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif, artinya

   proses sistematik ditujukan untuk memperoleh bukti yang

   mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu atau badan usaha

   serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka

   terhadap bukti-bukti tersebut.

3. pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi, artinya

   pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi merupakan

   hasil proses akuntansi.
9




       4. menetapkan    tingkat   kesesuaian,   artinya   pengumpulan      bukti

          mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan

          bukti   tersebut   dimaksudkan     untuk   menetapkan       kesesuaian

          pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tingkat

          kesesuaian antara pernyataan dengan kriteria tersebut kemungkinan

          dapat dikuantifikasikan, kemungkinan pula bersifat kualitatif.

       5. kriteria yang telah ditetapkan, artinya kriteria atau standar yang

          dipakai sebagai dasar untuk menilai pernyataan (berupa hasil

          akuntansi) dapat berupa:

          a. peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislatif

          b. anggaran atau ukuran prestasi yang ditetapkan oleh manajemen

          c. prinsip akuntansi berterima umum (PABU) di indonesia

       6. Penyampaian hasil (atestasi), dimana penyampaian hasil dilakukan

          secara tertulis dalam bentuk laporan audit (audit report)

       7. pemakai yang berkepentingan, pemakai yang berkepentingan

          terhadap laporan audit adalah para pemakai informasi keuangan,

          misalnya pemegang saham, manajemen, kreditur, calon investor,

          organisasi buruh dan kantor pelayanan pajak

2.1.2. Jenis-Jenis Pengauditan

             Pengauditan dapat dibagi dalam beberapa jenis. Pembagian ini

      dimaksudkan untuk menentukan tujuan atau sasaran yang ingin dicapai

      dengan adanya pengauditan tersebut.
10




       Menurut (Sukrisno Agoes, 2004), ditinjau dari luasnya

pemeriksaan, maka audit dapat dibedakan atas:

1. Pemeriksaan Umum (General Audit), yaitu suatu pemeriksaan

    umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan

    Publik (KAP) yang independen dengan maksud untuk memberikan

    opini mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.

2. Pemeriksaan     Khusus     (Special   Audit),   yaitu   suatu    bentuk

    pemeriksaan yang hanya terbatas pada permintaan auditee yang

    dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan memberikan

    opini terhadap bagian dari laporan keuangan yang diaudit, misalnya

    pemeriksaan terhadap penerimaan kas perusahaan.

       Masih menurut sumber yang sama, menurut (Sukrisno Agoes ,

2004), ditinjau dari jenis pemeriksaan maka audit dapat dibedakan atas:

1. Audit Operasional (Management Audit), yaitu suatu pemeriksaan

    terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan

    akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditetapkan oleh

    manajemen dengan maksud untuk mengetahui apakah kegiatan

    operasi telah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.

2. Pemeriksaan Ketaatan (Complience Audit), yaitu suatu pemeriksaan

    yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan telah mentaati

    peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik
11




          yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan maupun pihak ekstern

          perusahaan.

      3. Pemeriksaan Intern (Internal Audit), yaitu pemeriksaan yang

          dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan yang mencakup

          laporan   keuangan   dan     catatan   akuntansi   perusahaan   yang

          bersangkutan serta ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang

          telah ditentukan.

      4. Audit Komputer (Computer Audit), yaitu pemeriksaan yang

          dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap perusahaan

          yang melakukan proses data akuntansi dengan menggunakan sistem

          Elektronic Data Processing (EDP).

2.1.3. Standar Audit yang Berlaku Umum

             Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam

      menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Ikatan Akuntan Indonesia

      (IAI) dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 1 telah menetapkan

      dan mengesahkan sepuluh standar auditing yang dibagi menjadi tiga

      kelompok, yaitu:

      a. Standar Umum, berfungsi untuk mengatur syarat-syarat diri auditor.

          Standar umum terdiri dari:

          1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki

             keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor
12




   2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,

      independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh

      auditor

   3. Dalam pelaksanaan audit dan pelaporannya, auditor wajib

      menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan

      seksama

b. Standar Pekerjaan lapangan, berfungsi untuk mengatur mutu

   pelaksanaan auditing. Standar pekerjaan lapangan terdiri dari:

   1. pekerjaan harus dilaksanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan

      sistem harus disupervisi dengan semestinya

   2. pemahaman memadai atas Struktur Pengendalian Intern (SPI)

      harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan

      sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan

   3. bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui

      inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi

      sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan

      keuangan yang diaudit

c. Standar Pelaporan, berfungsi sebagai panduan bagi auditor dalam

   mengkomunikasikan hasil audit melalui laporan audit kepada

   pemakai informasi keuangan. Standar pelaporan terdiri dari:
13




1. laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan

   telah disusun sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku

   Umum (PABU) di Indonesia

2. laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada

   ketidakkonsistenan   penerapan    prinsip   akuntansi   dalam

   menyusun laporan keuangan periode berjalan dibandingkan

   dengan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya

3. pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus

   dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan

   auditor

4. laporan auditor, harus memuat suatu pernyataan pendapat

   mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi

   bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat

   secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus

   memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang

   dilaksanakan, jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikul

   oleh auditor
14




2.2.    Struktur Pengendalian Intern

       2.2.1. Pengertian Strukur Pengendalian Intern

                      (Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Profesional Akuntan

             Publik dalam Standar Pekerjaan lapangan kedua,2001), menyebutkan

             bahwa:

             “Pemahaman memadai atas struktur pengendalian intern harus

             diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan

             lingkup pengujian yang akan dilakukan.”

                      (Ikatan Akuntan Indonesia , 2001) mendefinisikan strukur

             pengendalian intern sebagai:

             Suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan

             personil lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan

             memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini:

              a. kehandalan pelaporan keuangan

              b. efektivitas dan efisiensi operasi

              c. kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

                      Menurut (Mulyadi, 2002), dari definisi struktur pengendalian

             intern tersebut terdapat beberapa konsep berikut ini:

              1. struktur pengendalian intern merupakan suatu proses untuk

                 mencapai tujuan tertentu. Struktur pengendalian intern merupakan

                 suatu rangkaian yang bersifat pervasive dan menjadi bagian yang

                 tidak terpisahkan.
15




      2. struktur pengendalian intern dijalankan oleh orang dari setiap

          jenjang organisasi, yang mencakup dewan komisaris, manajemen

          dan personil lain.

      3. struktur pengendalian intern diharapkan mampu memberikan

          keyakinan memadai bagi manajemen dan dewan komisaris, entitas,

          bukan keyakinan mutlak.

      4. struktur pengendalian intern ditujukan untuk mencapai tujuan yang

          saling berkaitan: pelaporan keuangan, kepatuhan dan operasi.

             Struktur pengendalian intern memegang peranan penting dalam

      organisasi perusahaan untuk dapat merencanakan, mengkoordinasikan

      dan menguasai atau mengontrol berbagai aktivitas-aktivitas yang

      dilaksanakan. Pengendalian intern mencakup kebijakan dan prosedur-

      prosedur yang ditetapkan untuk memberikan jaminan tercapainya tujuan

      tertentu perusahaan. Konsep struktur pengendalian intern didasarkan

      atas tanggung jawab manajemen dan jaminan yang memadai untuk

      menetapkan dan menyelenggarakan struktur pengendalian intern dan

      dikaitkan dengan manfaat dan biaya pengendalian.

2.2.2. Tujuan Struktur Pengendalian Intern

             Berdasarkan definisi struktur pengendalian intern yang telah

      diuraikan sebelumnya, maka menurut (Ikatan Akuntan Indonesia,(2001),

      tujuan struktur pengendalian intern adalah untuk memberikan keyakinan

      memadai dalam mencapai tiga golongan tujuan, yaitu:
16




              1. keandalan laporan keuangan

              2. kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

              3. efektivitas dan efisiensi operasi



2.3.    Audit Operasional

       2.3.1. Pengertian Audit Operasional

                    Banyak definisi dari audit operasional yang mencakup

             penyebutan efficiency (pengeluaran yang minimum dari sumber daya),

             effectiveness (pencapaian hasil yang diinginkan) dan economy (kinerja

             dari suatu entitas). Dalam artikulasi yang berbeda, audit operasional

             dikenal sebagai audit manajemen. Perbedaan antara kedua istilah

             tersebut tidak jelas dan sering digunakan secara bergantian.

                     Menurut (Amin Wijaya Tunggal, 2001), ada beberapa definisi

             audit operasional yang dikemukakan oleh para ahli auditing, antara lain:

             1. (Dale L. Flesher dan Steward Siewert, 2001)

                 “An operational audit is an organized search for ways of improving

                 efficiency and effectiveness. It can be considered a form of

                 constructive critism.” (Audit operasional merupakan pencarian cara-

                 cara untuk memperbaiki efisiensi dan efektivitas. Audit operasional

                 dapat dipertimbangkan sebagai suatu bentuk kecaman yang

                 konstruktif).
17




2. (Casler dan Crochet, 1999)

   “Operational auditing is a sistematic process of evaluating and

   organization’s effectiveness, efficiency and economy of operation

   under management’s control and reporting to appropriate person

   the result of the evaluating along with recommendation for

   improvement.”     (Audit operasional adalah suatu proses yang

   sistematis untuk menilai efektivitas organisasi, efisiensi dan

   ekonomi     operasi   di   bawah   pengendalian   manajemen   dan

   melaporkan kejadian kepada orang yang tepat hasil dari penilaian

   bersama dengan disertai rekomendasi untuk perbaikan).

3. (Leslie R. Howard, 2000)

   “Management audit is an investigation of a business from the

   highest level downword in order to ascertain whether sound

   management prevals throughout, this facilitating in most effective

   relationship with the outside world and the most efficient

   organization and smooth running of internal organization”. (Audit

   manajemen merupakan penyelidikan suatu usaha dari tingkat yang

   tinggi ke bawah untuk meyakinkan bahwa manajemen yang sehat

   berjalan sesuai dengan prosedur, dengan demikian memudahkan

   hubungan yang paling efektif dengan dunia luar dan organisasi

   lainnya).
18




4. (William P. Leonard , 2002)

    “Management audit as a comprehensive and constructive

    examinitation of an organizational structure of a company,

    institution or branch of goverment or of any component there of ,

    such as division or departement, and its plans and objectives, it

    means of operations, and its use of human and physical fasilities.”

    (Audit manajemen sebagai suatu pengujian yang menyeluruh dan

    konstruktif dari struktur organisasi suatu perusahaan, lembaga atau

    cabang dari pemerintah atau setiap komponen dari padanya, seperti

    suatu divisi atau departemen, dan rencana dan tujuannya, alat

    operasionalnya, dan utilisasi manusia dan fasilitas fisik).

       (Amin Wijaya Tunggal, 2001) juga mendefinisikan berbagai tipe

dari auditing sebagai berikut :

1. Pemeriksaan         manajemen     (management         auditing),    dapat

   didefinisikan sebagai penilaian sistem manajemen perusahaan

   (auditee), apakah sistem tersebut berjalan secara efektif dan resiko

   apa yang mungkin timbul apabila sistem tersebut telah beroperasi

   secara efisien.

2. Pemeriksaan operasional (operational auditing), dapat didefinisikan

   sebagai kerangka yang sama dengan pemeriksaan manajemen,

   kecuali bahwa pemeriksaan operasional lebih berlaku terhadap

   sistem    opresai     auditee   daripada   terhadap     sistem     operasi
19




    manajemennya. Dengan demikian untuk unit operasional tertentu

    seperti departemen pembelian, pemeriksaan manajemen akan

    berfokus pada bagaimana sebaiknya unit tersebut dikelola,

    sedangkan pemeriksaan operasional akan berfokus pada bagaimana

    agar unit tersebut benar-benar beroperasi.

3. Pemeriksaan komprehensif (comprehensive auditing), merupakan

    integrasi   dari    berbagi    unsur      manajemen    operasional   dan

    pemeriksaan keuangan tradisional. Pemeriksaan komprehensif ini

    mencakup penilaian manajemen auditee, operasi, pengendalian

    finansial   dan     sistem    akuntansi    untuk   menentukan    apakah

    pengendalian dan mekanisme akuntabilitas telah memadai dan dapat

    dipertanggungjawabkan pada pemegang sahamnya.

       Menurut        ketetapan    Badan      Pengawasan    Keuangan     dan

Pembangunan dalam Pedoman Pemeriksaan Operasional (1993), audit

operasional adalah:

       “Audit yang sistematis terhadap program, kegiatan/aktivitas

organisasi dan seluruh atau sebagian dari aktivitas dengan tujuan

menilai dan melaporkan apakah sumber daya dan dana telah digunakan

secara ekonomis dan efisien, serta apakah tujuan program dan

kegiatan/aktivitas yang telah direncanakan dapat dicapai dengan tidak

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
20




       Menurut (Mulyadi dan Kanaka Punadireja, 1998), pengertian

audit operasional adalah:

“Audit operasional merupakan suatu review secara sistematis mengenai

kegiatan organisasi atau bagian dari padanya dalam hubungannya

dengan tujuan tertentu”.

Sedangkan menurut (Arens dan Loebbecke, 2000), pengertian audit

operasional adalah:

“Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari

prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi

dan efektifitas.”

       Menurut (Amin Wijaya Tunggal, 2001), meskipun terdapat

beberapa perbedaan dari definisi audit operasional seperti telah

dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa audit operasional

merupakan:

a. Proses yang sistematis

    Seperti dalam audit laporan keuangan, audit operasional juga

    mencakup serangkaian langkah atau prosedur yang terstruktur dan

    terorganisasi. Aspek ini mencakup perencanaan yang tepat,

    mendapatkan dana secara objektif serta menilai bukti yang berkaitan

    dengan aktivitas yang diaudit.

b. Menilai operasi organisasi
21




   Penilaian operasi organisasi didasarkan pada suatu kriteria yang

   ditetapkan atau yang disetujui. Dalam audit operasional, kriteria

   sering dinyatakan dalam standar kinerja (performance standards)

   yang ditetapkan oleh manajemen. Namun dalam beberapa hal,

   standar-standar ini mungkin juga ditetapkan oleh industri. Kriteria

   penilaian organisasi ini sering kali kurang jelas didefinisikan

   dibandingkan kriteria yang digunakan dalam audit laporan

   keuangan.      Pemeriksaan      operasional   mengukur       tingkat

   korespondensi antara kinerja aktual dengan kriteria penilaian yang

   telah ditetapkan.

c. Efektifitas, efisiensi dan ekonomi operasi

   Tujuan utama dari audit operasional adalah membantu manajemen

   organisasi yang diaudit untuk dapat memperbaiki efektivitas,

   efisiensi dan ekonomi operasi organisasinya. Ini berarti bahwa audit

   operasional memfokuskan pada masa yang akan datang dan hal ini

   berlawanan langsung dengan audit laporan keuangan yang

   mempunyai fokus historis.

d. Melaporkan kepada orang yang tepat

   Penerima laporan audit operasional yang tepat adalah manajemen

   atau individual yang meminta diadakannya audit, kecuali kalau

   pelaksanaan audit tersebut diminta oleh pihak ketiga, dan

   pembagian laporan dilakukan tetap dalam entitas bersangkutan.
22




          Dalam kebanyakan hal, dewan komisaris atau panitia audit

          menerima salinan laporan audit operasional.

      e. Rekomendasi atau perbaikan

          Tidak seperti audit laporan keuangan, suatu audit operasional tidak

          berakhir samapai dengan pelaporan hasil temuan audit, melainkan

          diperluas untuk dibuatkannya rekomendasi-rekomendasi yang

          bertujuan untuk perbaikan manajemen organisasi yang diaudit.

2.3.2. Maksud dan Tujuan Audit Operasional

             Audit operasional dimaksudkan terutama untuk mengidentifikasi

      kegiatan,   program,      aktivitas   yang   memerlukan   perbaikan   atau

      penyempurnaan dengan bertujuan untuk menghasilkan perbaikan atas

      pengelolaan struktur dan pencapaian hasil dari objek yang diperiksa

      dengan cara memberikan saran-saran tentang upaya-upaya yang dapat

      ditempuh guna pendayagunaan sumber-sumber secara efisien, efektif

      dan ekonomis. Dalam mengadakan pemeriksaan, titik berat perhatian

      utama diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang diperkirakan dapat

      diperbaiki di masa yang akan datang. Tujuan audit operasional tidak

      hanya ingin mendorong dilakukannya tindakan perbaikan tetapi juga

      untuk menghindari kemungkinan terjadinya kekurangan atau kelemahan

      di masa yang akan datang.

             Menurut (Amin Wijaya Tunggal, 2001), ada beberapa tujuan

      dari audit operasional:
23




1. objek dari audit operasional adalah mengungkapkan kekurangan dan

   ketidakberesan dalam setiap unsur yang diuji oleh auditor dan untuk

   menunjukkan perbaikan apa yang dimungkinkan terjadi untuk

   memperoleh hasil yang terbaik dari operasi yang bersangkutan.

2. untuk membantu manajemen mencapai administrasi operasi yang

   paling efisien.

3. mengusulkan pada manajemen cara-cara dan alat-alat untuk

   mencapai tujuan apabila manajemen organisasi sendiri kurang

   memiliki pengetahuan tentang pengelolaan yang efisien.

4. audit   operasional   bertujuan   untuk   mencapai   efisiensi    dari

   pengelolaan.

5. untuk membantu manajemen, audit atau operasi berhubungan

   dengan fase dari aktivitas usaha yang dapat merupakan dasar

   pelayanan pada manajemen.

6. untuk membantu manajemen pada setiap tingkat dalam pelaksanaan

   yang efektif dan efisien dari tujuan dan tanggung jawab mereka.

       Sasaran audit operasional adalah kegiatan, aktivitas, program

atau bidang-bidang organisasi yang diketahui atau diidentifikasi

memerlukan perbaikan atau peningkatan dalam hal efektifitas, efisiensi

dan ekonomisnya.
24




2.3.3. Tahap-Tahap Audit Operasional

             Suatu audit operasional merupakan pekerjaan besar bagi

      siapapun yang     melaksanakannya. Auditor dalam melaksanakan

      kegiatannya memerlukan kerangka tugas sebagai pedoman. Tanpa

      adanya kerangka yang tersusun baik, auditor akan banyak menghadapi

      kesulitan dalam melaksanakan pekerjaannya, mengingat bahwa struktur

      perusahaan maupun kegiatan sudah semakin maju dan rumit. Melalui

      kerangka ini, auditor akan mempunyai rencana pemeriksaan yang dapat

      dilakukan secara sistematis dan diharapkan akan mendapatkan hasil

      yang memadai.

             Menurut (Arens dan Loebbecke, 2000), ada tiga tahap yang

      dilakukan dalam melakukan audit operasional yaitu:

      1. perencanaan

          perencanaan dalam audit operasional serupa dengan perencanaan

          untuk audit atas laporan keuangan historis. Seperti dalam audit

          laporan keuangan, auditor operasional harus menentukan lingkup

          penugasan dan menyampaikan hal itu kepada unit organisasional,

          juga perlu menentukan staff yang tepat dalam penugasan,

          mendapatkan     informasi    mengenai     latar   belakang   unit

          organisasional, memakai struktur pengendalian intern, serta

          menentukan bahan bukti yang tepat yang harus dikumpulkan.

          Perbedaan utama antara perencanaan audit operasional dengan audit
25




   laporan keuangan adalah sangat banyaknya keragaman dalam audit

   operasional.   Oleh   karena   keragamannya,    seringkali   sulit

   menentukan tujuan khusus pada suatu audit operasional, sehingga

   tujuannnya akan didasarkan pada kriteria yang dikembangkan untuk

   penugasan.

2. pengumpulan dan evaluasi bahan bukti

   dengan cara yang sama seperti pada audit keuangan, auditor

   operasional harus mengumpulkan cukup bahan bukti yang

   kompeten agar dapat menjadi dasar yang layak guna menarik suatu

   kesimpulan mengenai tujuan yang sedang diuji.

3. Pelaporan dan tindak lanjut

   dua perbedaan utama dalam laporan audit operasional dan keuangan

   yang mempengaruhi laporan audit operasional. Pertama, dalam

   audit operasional, laporan biasanya dikirim hanya untuk pihak

   manajemen, dan satu salinan untuk unit yang diperiksa. Tidak

   adanya pemakaian pihak ketiga, mengurangi pembakuan kata-kata

   dalam laporan audit operasional. Kedua, keragaman audit

   operasional memerlukan penyusunan laporan secara khusus untuk

   menyajikan ruang lingkup audit, temuan-temuan dan rekomendasi-

   rekomendasi. Hubungan kedua faktor ini mengakibatkan banyak

   perbedaan dalam laporan audit operasional. Penulisan laporan

   seringkali memakan banyak waktu agar temuan-temuan dan
26




                 rekomendasi disampaikan secara jelas. Tindak lanjut merupakan hal

                 yang biasa dalam audit operasional di saat rekomendasi-

                 rekomendasi disampaikan kepada manajemen, yang tujuannya

                 adalah untuk memastikan apakah perubahan-perubahan yang

                 direkomendasikan telah dilakukan dan jika tidak apakah alasannya.



2.4.    Persediaan

       2.4.1. Pengertian Persediaan

                       Persediaan adalah bagian utama dalam neraca dan seringkali

             merupakan perkiraan yang nilainya cukup besar yang melibatkan modal

             kerja yang besar.

                       Menurut (standar akuntansi keuangan, 1999) persediaan adalah

             aktiva:

             1. yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;

             2. dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau

             3. dalam bentuk bagan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan

                dalam proses produksi atau pemberian jasa

                       Pengertian mengenai persediaan dalam hal ini adalah sebagai

             suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan

             maksud untuk dijual dalam suatu periode waktu tertentu atau persediaan

             barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi,
27




ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam

suatu proses produksi.

          Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar

kegiatan operasi perusahaan, yang harus dilakukan secara berturut-turut

untuk memproduksi barang-barang, serta selanjutnya menyampaikannya

kepada para pelanggan atau konsumen. Adapun alasan diperlukannya

persediaan oleh suatu perusahaan menurut Freddy Rangkuti (1996:2)

adalah:

1. dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi dan

   untuk memindahkan produk dari suatu tingkat proses ke tingkat

   proses lainnya yang disebut persediaan dalam proses dan

   pemindahan

2. alasan organisasi, untuk memungkinkan suatu unit membuat jadwal

   operasinya secara bebas tidak tergantung dari yang lainnya.

          Sedangkan persediaan yang diadakan mulai dari bentuk bahan

mentah sampai barang jadi antara lain berguna untuk dapat:

1. menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-

   bahan yang dibutuhkan perusahaan.

2. menghilangkan resiko dari materi yang dipesan berkualitas atau

   tidak baik sehingga harus dikembalikan.

3. mengantisipasi bahwa bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman

   sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
28




      4. mempertahankan aktivitas operasi perusahaan atau menjamin

          kelancaran arus produksi

      5. mencapai penggunaan mesin yang optimal

      6. memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya

          agar keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi dengan

          memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut

      7. membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan

          penggunaannya atau penjualannya.

2.4.2. Jenis-Jenis Persediaan

             Menurut (Harnanto, 1994), bagi perusahaan dagang yang di

      dalam usahanya adalah membeli dan menjual kembali barang-barang,

      pada umumnya persediaan yang dimiliki adalah:

      1. persediaan barang dagangan, untuk menyatakan barang-barang yang

          dimiliki dengan tujuan akan dijual kembali di masa yang akan

          datang. Barang-barang ini secara fisik tidak akan berubah sampai

          barang tersebut dijual kembali.

      2. lain-lain persediaan, seperti umumnya supplies kantor dan alat-alat

          pembungkus dan lain sebagainya. Barang-barang ini biasanya akan

          dipakai dalam jangka waktu relatif pendek dan akan dibebankan

          sebagai biaya administratif dan umum atau biaya pemasaran.

             Bagi perusahaan manufaktur yang di dalam usahanya mengubah

      bentuk atau menambah nilai kegunaan barang, pada umumnya
29




mengklasifikasikan persediaan ke dalam berbagai kelompok sebagi

berikut:

1. persediaan bahan baku, untuk menyatakan barang-barang yang dibeli

   atau diperoleh dari sumber-sumber alam yang dimiliki dengan tujuan

   untuk diolah menjadi produk jadi. Dalam hal bahan baku yang

   digunakan di dalam proses produksi berupa suku cadang dan harus

   dibeli dari pihak lain, maka barang-barang demikian sering disebut

   sebagai persediaan suku cadang.

2. persediaan produk dalam proses, meliputi barang-barang yang masih

   dalam pengerjaan yang memerlukan pengerjaan lebih lanjut sebelum

   barang itu dijual. Produk dalam proses, pada umumnya dinilai

   berdasarkan jumlah harga pokok bahan baku, biaya tenaga kerja

   langsung dan biaya overhead pabrik yang telah dikeluarkan atau

   terjadi sampai dengan tanggal tertentu.

3. persediaan produk jadi, meliputi semua barang yang diselesaikan

   dari proses produksi dan siap untuk dijual. Seperti halnya produk

   dalam proses, produk jadi pada umumnya dinilai sebesar jumlah

   harga pokok bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya

   overhead pabrik yang diperlukan untuk menghasilkan produk

   tersebut.

4. persediaan bahan penolong, meliputi semua barang-barang yang

   dimiliki untuk keperluan produksi, akan tetapi tidak merupakan
30




   bahan baku yang membentuk produk jadi, yang termasuk dalam

   kelompok persediaan ini antara lain minyak pelumas untuk mesin-

   mesin pabrik, lem, benang untuk menjilid dan buku-buku pada

   perusahaan percetakan.

5. lain-lain persediaan, misalnya supplier kantor, alat-alat pembungkus

   sperti halnya pada perusahaan dagang.
31




                              BAB III
           KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS



3.1 Kerangka Konsep

             Adapun faktor yang berhubungan dengan peningkatan laba adalah

      audit operasional, pengelolaan persediaan barang dagangan dan piutang.

      Namun tidak semua variabel diteliti dalam penelitian ini, dengan

      pertimbangan kepentingan peneliti dilapangan, keterbatasan kemampuan dan

      waktu peneliti. Peneliti hanya meneliti beberapa variabel saja yaitu audit

      operasional dan pengelolaan persediaan barang dagangan, maka kerangka

      konsep serta variabel dalam penelitian ini secara sistematis dapat digambarkan

      sebagai berikut :

    Variabel Independen                                      Variabel dependen

     Audit Operasional

   Pengelolaan Persediaan                                Peningkatan Laba
      Barang dagangan


          Piutang


    Keterangan:

                            : Variabel yang diteliti



                            : Variabel yang tidak diteliti


                                      31
32




3.2 Definisi Operasional

     3.2.1   Variabel Independen

             3.2.1.1 Audit Operasional

                  1. Pengertian    :     Pemeriksaan   untuk   mengetahui      tingkat

                                         efisiensi sebuah kegiatan.
                  2. Cara Ukur     :     Wawancara
                  3. Alat Ukur     :     Kuesioner
                  4. Hasil Ukur    :     a. Pemeriksaan Operasional yang baik :

                                            Pemeriksaan     yang     baik      adalah

                                            pemeriksaan yang dapat menemukan

                                            pemborosan dalam suatu kegiatan.
                                         b. Pemeriksaan Operasional yang tidak baik

                                            Pemeriksaan yang tidak baik adalah

                                            pemeriksaan yang tidak dapat menemukan

                                            pemborosan dalam suatu kegiatan.


                  5. Skala Ukur    :     Ordinal




             3.2.1.2 Pengelolaan persediaan barang dagangan

                  1. Pengertian    :     Menyediakan persediaan barang dagangan
33




                                       dengan tepat waktu dan harga yang murah.
               2. Cara Ukur        :   Wawancara
               3. Alat Ukur        :   Kuesioner
               4. Hasil Ukur       :   a. Pengelolaan persediaan yang baik :

                                          Pengelolaan persediaan yang baik adalah

                                          Menyediakan         persediaan    barang

                                          dagangan dengan tepat waktu dan harga

                                          yang murah
                                       b. Pengelolaan persediaan yang tidak baik :

                                          Pengelolaan persediaan yang tidak baik

                                          adalah Menyediakan persediaan barang

                                          dagangan dengan tidak tepat waktu dan

                                          harga yang mahal.



               5. Skala Ukur       :   Ordinal




3.2.2    Variabel dependen

        3.2.2.1 Peningkatan laba

               a. Pengertian       :    Jumlah laba yang bertambah dari tahun

                                       sebelumnya.
34




                  b. Cara Ukur     : Wawancara

                  c. Alat Ukur     : Kuesioner

                  d. Hasil Ukur    :   1. Terjadi peningkatan laba

                                           Jika laba tahun yang bersangkutan lebih

                                          besar dari tahun sebelumnya.
                                       2. Tidak terjadi peningkatan laba

                                           Jika laba tahun yang bersangkutan lebih

                                           kecil atau sama dengan dari tahun

                                          sebelumnya
                  e. Skala Ukur    :   Ordinal




3.3 Hipotesis

       Hipotesis yang dapat disampaikan penulis adalah sebagai berikut :

            1. Ada hubungan Audit Operasional dan Pengelolaan Persediaan

                 Barang Dagangan secara simultan terhadap peningkatan laba pada

                 PT.Pupuk Sriwijaya Palembang.

            2. Ada     hubungan    Audit   Operasional   secara   parsial   terhadap

                 peningkatan laba pada PT. Pupuk Sriwijaya Palembang.

            3.    Ada hubungan pengelolaan persediaan barang dagangan secara

                 parsial terhadap peningkatan laba pada PT. Pupuk Sriwijaya

                 Palembang
35




                                BAB IV
                           METODE PENELITIAN



4.1 Jenis Penelitian

              Jenis penelitian ini adalah survey analitik menggunakan pendekatan

      cross sectional dimana tentang variable independent dan dependen diambil

      (diukur) dalam waktu bersamaan.
36




4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
     4.3.1   Waktu Penelitian
             Waktu penelitian pada bulan Mei 2007
    4.2.1    Tempat Penelitian

             Lokasi penelitian ini pada    PT. Pupuk Sriwijaya, Jl. Mayor Zen

             Palembang.



4.3 Populasi dan Sampel

    4.3.1    Populasi

             Populasi penelitian ini adalah seluruh staf Akuntansi PT. Pupuk

             Sriwijaya yang diperkirakan 40 orang.

    4.3.2    Sampel

             Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode random dimana

             sampel diambil dari jumlah populasi yang diperlukan 20 orang



4.4 Teknik Pengumpulan Data         36
     Pengumpulan data untuk penelitian ini dengan prosedur sebagai berikut :

     4.4.1Wawancara

             Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan melaksanakan tanya jawab

             langsung   kepada   pegawai   yang      mempunyai   wewenang      untuk

             memberikan data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan
37




     4.4.2Observasi

           Yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan-

           pengamatan secara langsung atau seksama pada pelaksanaan operasi

           perusahaan atau instansi, sejalan dengan judul diatas agar mendapatkan

           data yang objektif dan sistematis

     4.4.3Library Research

           Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara membaca buku-buku,

           referensi dan literature yang berhubungan dengan penyusunan laporan

           akhir.



4.5 Pengumpulan Data dan Analisa Data

     Pengolahan data secara manual dengan cara-cara sebagai berikut :

     4.5.1Coding

           Coding adalah usaha mengklasifikasikan jawaban atau hasil yang ada

           meurut macamnya ke bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan

           kode-kode

     4.5.2Editing (Pengeditan)

           Editing adalah meneliti kembali apakah isian pada lembaran kuisioner

           sudah cukup baik dan dapat diproses editing langsung dilakukan

           ditempat data/lapangan sehingga jika terjadi kesalahan maka upaya

           pembentulan data dapat segera dilaksanakan.

     4.5.3Entry data (Pemasukan Data)
38




              Data yang telah selesai dikoding dan diediting lalu dimasukan ke dalam

              kartu tabulasi.

      4.5.3Cleaning Data (Pembersihan Data)

              Setelah pemakaian data selesai dan sudah benar-benar bebas dari

              kesalahan selanjutnya adalah melakukan pengujian kebenaran data.



4.6   Analisa Data

      1. Analisa Univariat

         Dengan cara menggunakan Analisa data Univariat, guna mengetahui

         hubungan Audit Operasional dan Pengelolaan Persediaan Barang Dagangan

         dalam meningkatkan Laba pada PT. Pusri ( Persero) Palembang Bulan Mei

         2007.

      2. Analisa Bivariat.

         Data hubungan antara Audit Operasional dan Pengelolaan Persediaan

         Barang Dagangan dalam meningkatkan Laba pada PT. Pusri ( Persero)

         Palembang Bulan Mei 2007 dengan menggunakan statistik Chi Square.

         Dengan menggunakan rumus :


                         [ ( AD – BC) – n/2]²
           n =
                    (A +B)(C + D)(A + C)(B + D)


         Dimana :

         X²      = Nilai X² hitung
39




        n      = Jumlah Populasi

        df     = [baris - 1] [kolom - 1]

        α      =5%




                                BAB V
                           HASIL PENELITIAN



5.1. Sejarah Singkat PT PUSRI (Persero) Palembang

             PT. Pupuk Sriwijaja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibawah

     Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia yang didirikan

     pada tanggal 24 Desember 1959, dengan Akte Notaris Eliza Pondang No.177
40




dengan status hukum Perseroan Terbatas (PT). PT. Pupuk Sriwijaja

dicantumkan keberadaannya pada lembar Berita Negara No.46 sebagai Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) yang kegiatan utamanya adalah memproduksi

pupuk urea dengan pemegang saham tunggal yaitu Pemerintah Republik

Indonesia Pemegang sahamnya adalah Meteri Keuangan dan sebagai kuasa

hukum adalah Meteri Perindustrian.

       PT. Pupuk Sriwijaja (Persero) sejak berdirinya telah mengalami

perubahan Badan Usaha sebagai berikut :

1.        Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.20 tahun 1964 sejak bulan Mei

          1964 berubah dari Perseroan Terbatas (PT) menjadi Perusahaan

          Negara (PN).

2.        Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.20 tahun 1969 dengan Akte

          Notaris Soeleman Arjasasmita pada bulan Januari 1976 dikembalikan

          lagi menjadi Perseroan Terbatas (PT).

       Saat ini kantor pusat berlokasi di Palembang di lingkungan area pabrik

pupuk Pusri IB, Pusri II, Pusri III, dan Pusri IV Keempat pabrik tersebut

                                   40
pendiriannya dilakukan secara bertahap, yaitu :

1.       Pada tahun 1963 didirikan pabrik pupuk urea pertama yaitu Pusri I

         dengan kapasitas terpasang sebesar 100.000 ton per tahun.

2.       Pada tahun 1974 didirikan pabrik urea kedua yaitu Pusri II dengan

         kapasitas sebesar 380.000 ton per tahun, sejak tahun 1992

         kapasitasnya bertambah menjadi 570.000 ton per tahun.
41




3.      Pada tahun 1976 didirikan pabrik pupuk urea ketiga yaitu Pusri III

        dengan kapasitas terpasang 570.000 ton per tahun.

4.      Pada tahun 1977 didirikan pabrik pupuk urea keempat yaitu Pusri IV

        dengan kapasitas 570.000 ton per tahun.

5.      Pada tahun 1990 didirikan pabrik pupuk urea kelima yaitu Pusri IB

        dengan kapasitas terpasang 570.000 ton per tahun sebagai pengganti

        Pusri I karena usia teknisnya tidak memungkinkan dan secara efisien

        sudah tidak layak untuk dipergunakan lagi, tetapi Pusri IB ini mulai

        berproduksi tahun 1994.

       Adapun faktor-faktor yang menyebabkan PT. PUSRI berkantor pusat

dan pusat produksi di Palembang adalah :

1.       Faktor bahan dasar yang diperlukan dalam pembuatan pupuk urea

         yang cukup banyak tersedia.

2.       Faktor gas alam dimana untuk penyediaannya disanggupi PT. Stanvac

         Indonesia dengan kontrak selama 20 tahun dan selanjutnya disediakan

         oleh Pertamina.

3.       faktor air sebagai bahan dan pendingin mesin yang tersedia yang

         diperoleh dari sungai Musi, dimana lakoasi Pabrik PT. PUSRI berada

         di tepi sungai Musi.

       Disamping kantor pusat dan pabrik yang berlokasi di Palembang, PT.

Pupuk Sriwijaja juga memiliki Kantor-Kantor Pemasaran Wilayah (KPW) yang

tersebar di seluruh daerah tingkat II di Indonesia serta unit-unit pengantongan
42




Pupuk curah di Belawan, Cilacap, Semarang dan Meneng (Banyuwangi)

berikut kapal-kapal angkutan pupuk curah dan armada kereta apai untuk

mengangkut pupuk ke dalam kantong.

       Akselerasi pembangunan di sektor agroindustri telah membuka peluang

besar bagi industri pupuk di Indonesia. Industri pupuk nasional hampir

dikatakan identik dengan Molding BUMN pupuk, dimana PT. PUSRI

merupakan BUMN dengan pemegang saham tunggal adalah pemerintah

Indonesia. Kemudian menyusul industri pupuk di tanah air antara lain pendirian

PT. Petrokimia Gresik dan PT. Kujang pada tahun 1975, PT. Pupuk Kaltim

tahun 1977, PT. Pupuk Iskandar Muda pada tahun 1982. berdasarkan Peraturan

Pemerintah (PP) No.28 tahun 1997 dan PP no.34 tahun 1998, industri pupuk di

tanah air menjadi satu keluarga (Holding Company) atau satu wadah persatuan

pupuk nasional guna menggalang persatuan diantara produsen-produsen pupuk

dengan ditunjukkannya PT. PUSRI sebagai induk perusahaan (Operating

Holding Company) dengan anak perusahaan yaitu industri pupuk di tanah air.

       Sejalan dengan perkembangan industri pupuk di tanah air, pemerintah

Republik Indonesia melalui Peraturan Pemerintah nomor 17 tanggal 24 Juni

1997 dan nomor 28 tanggal 07 Agustus 1997 dengan akta notaris Imas Fatimah,

SH nomor 47 tanggal 13 Agustus 1997 dan nomor 41 tanggal 14 Oktober 1997,

menetapkan seluruh saham Pemerintah pada Industri pupuk PT. Pupuk Kujang,

PT. Pupuk Iskandar Muda, PT. Pupuk Kalimantan Timur Tbk, dan PT.
43




Petrokimia    Gresk       sejumlah   Rp.    1.829.290.000.000,00   dialihkan

kepemilikannya kepada PT. PUSRI.

       Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 34 tanggal 28 Februari

1998 menetapkan peralihan saham pemerintah sebesar Rp. 6.000.000.000,00 di

PT. Mega Eltra kepada PT. PUSRI dan selanjutnya Menteri Negara Penanaman

Modal dan Pembinaan BUMN dengan keputusan nomor Kep-26/M-

PM/BUMN/2000 tanggal 03 Juni 2000, menyetujui kapitalisasi laba ditahan PT.

Pupuk Kalimantan Timur Tbk. Sebesar Rp. 728.768.000.000,00 menjadi

tambahan modal disetor.

       PT Pupuk Sriwijaya yang lebih dikenal dengan singkatan PT PUSRI

adalah salah satu perusahaan milik negara dengan tugas utama emproduksi

pupuk ke seluruh wilayah Indonesia. Dalam mengembangkan usahanya, PT

PUSRI mempunyai visi dan misi untuk meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat. Adapun visi dan misi tersebut adalah:

Visi

“Menjadi perusahaan kelas dunia dalam industri pupuk, petrokimia dan jasa-

jasa teknik melalui maksimasi nilai untuk perusahaan dan kepuasaan

pelanggan“.

Misi

“Memproduksi dan memsarkan pupuk untuk Ketahanan Pangan Nasional

(Swasembada Pangan), produk-produk kimia dan jasa-jasa teknik di pasar

nasional dan global dengan memperhatikan aspek mutu secara menyeluruh”.
44




       Sebagai BUMN, PT PUSRI mengemban nilai dalam rangka

pembangunan nasional yaitu :

1. Sebagai unit usaha (Economic Unit)

   PT PUSRI harus mampu mengelola modal yang dipercayakan kepadanya

   sehingga mendatangkan untung dan mampu membayar operasinya sendiri

   dan mampu menghasilkan surplus dari perputaran modal tersebut.

2. Sebagai penggerak pembangunan (Agent of Development)

   Sejalan dengan program pemerintah dalam pembangunan perekonomian

   nasional seperti yang tertera dalam UUD 1945, GBHN telah secara jelas

   dan tegas menunjukkan bahwa dalam kegiatan ekonomi termasuk industri

   harus dihindarkan timbulnya “etatisme” dan sistem “free fight lineralism”,

   maka dalam hubungan inilah PT. PUSRI diharapkan kontribusinya yaitu

   sebagai penggerak pembangunan dalam perekonomian industri baik untuk

   wilayah Sumatera Selatan maupun nasional antara lain dengan program

   “Bapak Angkat”.

3. Sebagai Stabilator

   Pengadaan pupuk adalah masalah yang tidak dapat dipisahkan dari masalah

   stabilisasi pengadaan/penyediaan pangan nasional perusahaan mendapat

   kepercayaan untuk ikut serta mengelola pengadaan pupuk nasional, buka

   saja pupuk yang berasal dari produksi sendiri tetapi juga pupuk dari unit-

   unit produksi lainnya serta dari impor dengan prinsip 6 tepat yaitu : tepat

   jumlah, waktu, jenis, tempat, harga, dan pembayaran (PT. PUSRI ditunjuk
45




        sebagai penyalur tunggal dalam pengadaan penyediaan serta penyaluran

        pupuk untuk kebutuhan dalam negeri).

             Adapun tujuan perusahaan adalah untuk turut melaksanakan dan

     menunjang kebijaksanaan program pemerintah di bidang ekonomi dan

     pembangunan pada umumnya, khususnya di bidang industri pupuk dan industri

     kimia    lainnya,   disamping    menyelenggarakan      kegiatan   distribusi   dan

     perdagangan baik dalam maupun di luar negeri yang berhubungan dengan

     produk-produk tersebut diatas.




5.2. Analisis Data

     5.2.1. Analisis Univariat

                     Analisis data ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi

             dan persentase dari variabel independen (Audit Operasional dan

             Pengelolaan Barang Dagangan) dengan variabel dependen ( Peningkatan

             Laba ). Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 58

             orang, data ini disajikan dalam bentuk tabel dan teks.

             a. Audit Operasional
46




        Pada penelitian ini audit operasional dikategorikan menjadi

   dua yaitu cukup dan tidak cukup yang akan diuraikan pada tabel

   dibawah ini.

                       Tabel 5.1
   Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan audit operasional di
   PT.Pusri Palembang Bulan Mei Tahun 2007

Audit Operasional               Jumlah            Presentase
      Cukup                       25                 43,1
  Tidak Cukup                     33                 56,9
     Jumlah                       58                 100

             Dari tebel 5.1 diatas dapat diketahui audit operasional

dengan mendapat audit operasional 43,1% dibandingkan tidak mendapat

kompensasi 56,9%.

b. Pengelolaan Persediaan Barang Dagangan

          Pada    pengelolaan     persediaan   barang    dagangan   ini

   pengelolaan persediaan barang dagangan dikategorikan dalam dua

   kelompok yaitu baik dan tidak baik yang akan diuraikan pada tabel

   dibawah ini.

                        Tabel 5.2
   Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan pengelolaan persedian
   barang dagangan di PT.Pusri Palembang Bulan Mei Tahun 2007

Pengelolaan Persedian           Jumlah            Presentase
Barang Dagangan
         Baik                     28                    48,2
      Tidak Baik                  30                    51,7
        Jumlah                    58                    100
47




                Dari tebel 5.2 diatas dapat diketahui bahwa pengelolaan

          persedian barang dagangan dengan pengelolaan persedian barang

          dagangan baik 48,2% dibandingkan pengelolaan persedian barang

          dagangan tidak baik 51,7%.



5.2.2. Analisis Bivariat

              Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

       variabel Independen (Audit Operasi dan Pengelolaan Persediaan Barang

       Dagangan) dengan variabel dependen (Peningkatan Laba).

              Penelitian ini menggunakan uji statistik Chi-square pada α=0,05

       dan df=1 dengan batas kemaknaan X² tabel > 3,841 bila X² hitung > x²

       tabel yang berarti ada hubungan yang bermakna (signifiken) dan apabila

       X² hitung < dari X² tabel maka tidak ada hubungan yang bermakna.



       a. Hubungan Audit Operasional dengan Peningkatan Laba

                Audit operasional dengan kejadian peningkatan Laba dapat di

          kategorikan menjadi dua kolompok yaitu cukup ( ) dan tidak cukup (

          )dengan jumlah responden 58 orang dapat dilihat pada tabel 5.3

          dibawah ini :

                             Tabel 5.3
          Hubungan Antara Audit Operasional Dengan Peningkatan Laba PT.
          Pusri Palembang Mei Tahun 2007
48




                     Peningkatan Laba
    Variabel        Terjadi  Tidak Terjadi           Jumlah
Audit Operasional Peningkatan Peningkatan                        Kemaknaan

                        n     %      n      %       N       %
     Cukup             19     76     6      24      25     100    X²=13,3
     Kurang             8    24,2   25     75,8     33     100 Bermakna
     Jumlah            27           31              58
                      Dari tabel 5.3 diatas dapat   diketahui bahwa proporsi

              karyawan yang mengalami peningkatan laba yang audit operasional

              tinggi 76% dibandingkan dengan yang audit operasional rendah

              24,2% yang mengalami kenaikan laba.

                   Dari hasil uji Chi-Square pada pada α=0,05 dan df=1 dimana

              X² hitung = 35,9 lebih besar dari X² tabel = 3,841 ini berarti ada

              hubungan yang bermakna antara audit operasional dengan

              peningkatan laba.



         b. Hubungan Pengelolaan Persediaan Barang Dagangan dengan

              Peningkatan Laba

                     Pengelolaan persediaan barang dagangan dengan kejadian

              Peningkatan Laba dapat di kategorikan menjadi dua kolompok yaitu

              baik ( ) dan tidak baik ( ) dengan jumlah responden 58 orang dapat

              dilihat pada tabel 5.4 dibawah ini:

                                  Tabel 5.4
              Hubungan Antara Pengelolaan Persediaan Barang Dagangan Dengan
              Peningkatan Laba PT. Pusri Palembang Mei Tahun 2007
49




                          Peningkatan Laba
     Variabel            Terjadi  Tidak Terjadi         Jumlah
   Pengelolaan         Peningkatan Peningkatan                      Kemaknaan
    Persediaan
                          n       %       n       %       N      %
        Baik             21      75       7      25      28     100     X²=17,6
     Tidak Baik           5     16,7     25     83,3     30     100 Bermakna
       Jumlah            26              32              58
                      Dari tabel 5.4 diatas dapat diketahui bahwa proporsi karyawan

                yang mengalami peningkatan laba yang baik 75% dibandingkan

                dengan yang ytidak baik 16,7% yang mengalami kenaikan laba.

                     Dari hasil uji Chi-Square pada pada α=0,05 dan df=1 dimana

                X² hitung = 35,9 lebih besar dari X² tabel = 3,841 ini berarti ada

                hubungan yang bermakna antara pengelolaan barang dagangan

                dengan peningkatan laba.




                                     BAB VI

                                PEMBAHASAN



       Penelitian ini dilakukan di PT Pusri Palembang bulan Mei – Juni tahun 2007,

sampel penelitian berjumlah 58 responden yaitu sebagian karyawan yang bekerja di

Di PT Pusri Palembang. Sampel ini menurut Arikunto (1998) jika populasi lebih dari

100 maka sampel diambil 10-15 % jika populasi kurang dari 100 maka seluruh

populasi dijadikan sampel.
50




       Selanjutnya data yang telah dikumpulkan dengan chek lists yang terdiri dari

analisis univariat dan analisis bivariat dilakukan uji statistik Chi-Square.

       Pada penelitian yang dilakukan di PT. Pusri Palembang Bulan Mei – Juni

tahun 2006 peneliti hanya membahas variabel Biaya Operasional dan Pengelolaan

Persedian.

6.1.    Biaya Operasional

               Dari hasil penelitian yang dilakukan di PT Pusri Palembang bulan

       Mei – Juni tahun 2007 didapatkan analisis univariat dari 58 responden. Dari

       hasil analisis bivariat tidak terdapat hubungan yang bermakna antara Audit

       operasional      dengan       Peningkatan       laba     dengan         nilai   X2

       hitung =13.3 > X2 tabel = 3,481.

               Dengan demikian hipotesa yang menyatakan bahwa ada hubungan

       yang bermakna antara Audit Operasional dengan Peningkatan laba yang tepat

       terbukti.

6.2.   Pengelolaan Persediaan

               Dari hasil penelitian dilakukan di PT. Pusri Palembang bulan Mei –

       Juni tahun 2007 didapatkan analisis univariat dari 58 responden.

               Dari hasil analisis bivariat terdapat hubungan yang bermakna antara

       keturunan ibu dengan kejadian kehamilan kembar dengan nilai X2 hitung =

       17,6> X2 tabel = 3,841.

               Dengan demikian hipotesa yang menyatakan bahwa ada hubungan

       antara Pengelolaan Persediaan dengan Peningkatan laba yang tepat terbukti.
51




                                BAB VII

                       KESIMPULAN DAN SARAN



7.1. Kesimpulan

   1. Karyawan yang mengatakan Audit Operasional cukup maka terjadi

      peningkatan laba 76 % dan Audit Operasional cukup maka tidak terjadi

      peningkatan laba 24 %.
52




   2. Karyawan yang mengatakan Audit Operasional kurang maka terjadi

      peningkatan laba 24,2% dan Audit Operasional kurang maka tidak terjadi

      peningkatan laba 75,8%.

   3. Karyawan yang mengatakan Pengelolaan Persediaan baik maka terjadi

      peningkatan laba 75 % dan Pengelolaan Persediaan baik maka tidak terjadi

      peningkatan laba 25%

   4. Karyawan yang mengatakan Pengelolaan persediaan tidak baik maka terjadi

      peningkatan laba 16,7% dan Pengelolaan persediaan tidak baik maka tidak

      terjadi peningkatan laba 83,3%.

   5. Adanya hubungan yang bermakna antara Audit Operasional dengan

      Peningkatan laba di PT. Pusri Palembang tahun 2007 dengan X2 =13,3

   6. Adanya hubungan yang bermakna antara Pengelolaan Persediaan dengan

      Peningkatan laba di PT. Pusri Palembang tahun 2007 dengan X2 = 17,6




7.2. Saran

   1. Bagi Pimpinan PT. Pusri

      a. Agar melaksanakan Audit Operasional dengan lebih baik lagi untuk

        meningkatan laba.

      b. Agar mengelola persediaan dengan lebih baik untuk meningkatkan laba.


   2. Bagi Peneliti
53




             Pada penelitian yang akan datang agar dapat meneliti variabel-variabel

     yang belum diteliti sesuaikan dengan kondisi perusahaan yang diteliti.




Lampiran 1

                      CHEK LIST
HUBUNGAN AUDIT OPERASIONAL DAN PENELOLAHAN PERSEDIAAN
  BARANG DAGANGAN TERHADAP PENINGKATAN LABA PADA PT
         PUSRI PALEMBANG BULAN MEI TAHUN 2007

                                           Pengelolaan
                      Audit Operasional                       Peningkatan Laba
                                            Persediaan
No       Nama
                                                   Tidak                  Tidak
                      Cukup     Kurang    Baik             Meningkat
                                                   Baik                 Meningkat
1.    Ainal Farhan
54




2.       Yulita Sari
3.     Meli Yanita T
4.       Nur fitria
5.     Dhana Rizka
6.     Devi Noviani
7.       M. Taupan
8.       Abi Ubaid
9.           Yuli
10.       Susiana
11.    Didi Setiawan
12.     Permata Sari
13.    Dini Wahyuni
14.    Reksi Yulistha
15.    Ayu Febriani
16.      Puria Asih
17.    Maria Fadillah
18.    Vevy Karlina
19.     Engga Kela
20.      Evi Efriani
21.     Dwi Puspita
22.     Ria Oktarina
23.       Dahniar
24.   Ade Lia Sepriani
25.    Arema Yuana
26.      Fitria Yanti
27.    Melati Desiria
28.    Deci indrawati
29.    Yeni Wahyuni
30.    Eva Oktarina
31.    Astri Ningrum
32.     Muhammad
33.         Farid
34.     Aini Meilita
35.    Wenti Aisyah
36.     Raden Ayu
37.          Sari
38.     Rica Savitri
39.         Tenni
40.    Mira Febrianti
41.     Nyayu Atika
42.    Erlis Kristian
43.        Wiwin
44.    Ridha Ferlani
45.      M. Rizky
46.     Lina Yatina
47.    Budi Nugroho
48.     Rika Oktaria
55




49.    Soni Oktopin
50.    Puspita Sari
51.      M. Idrus
52.    Kartika Sari
53.     R. Akmad
54.      Anasiska
55.   Dewi Puspita
56.       Husna
57.        Yudi
58.    Santi Apriani
59.     Karlina S.
60.      Gustina
61.    Elva asmanti
62.        Rita
63.     Heryanina
64.      Anggra
65.        Dona
66.   Linda Marinda
67.      Wenny
68.    Arieo irawan
69.       Febri
70.   Achmad Padjri
56




Lampiran 2

                                       Tabel 5.5
                   Hubungan Antara Audit Opersional Dengan Peningkatan Laba PT.
                   Pusri Palembang Mei Tahun 2007

                     Peningkatan Laba
    Variabel        Terjadi  Tidak Terjadi              Jumlah
Audit Operasional Peningkatan Peningkatan                          Kemaknaan

                               n    %        n    %     N     %
          Cukup               19    76       6    24    25   100    X²=13,3
          Kurang               8   24,2     25   75,8   33   100   Bermakna
          Jumlah              27            31          58

                   (AD – BC) – n/2    ²
X² = n
          (A + B) (C + D) (A + C) (B + D)

                   (19.25 – 6.8) – 58/2 ²
X² = 58
          (19 + 6) (8 + 25) (19 + 8) (6 + 25)

            (475 – 48) – 29    ²
  = 58
           (25) (33) (27) (31)

              (398) ²
  = 58
             690525

           (158404)
  = 58
            690525

           9187432
  =
           690525

  = 13,3
57




Lampiran 3

                                      Tabel 5.8
                   Hubungan Antara Pengelolaan barang dagangan           Dengan
                   Peningkatan Laba PT. Pusri Palembang Mei Tahun 2007

                             Peningkatan Laba
        Variabel            Terjadi  Tidak Terjadi      Jumlah
      Pengelolaan         Peningkatan Peningkatan                  Kemaknaan
       Persediaan
                               n    %        n    %     N     %
          Baik                21    75       7    25    28   100    X²=17,6
       Tidak Baik              5   16,7     25   83,3   30   100   Bermakna
         Jumlah               26            32          58

                   (AD – BC) – n/2    ²
X² = n
          (A + B) (C + D) (A + C) (B + D)

                   (21.25 – 7.5) – 58/2 ²
X² = 58
          (21 + 7) (5 + 25) (21 + 5) (7 + 25)

            (525 – 35) – 29    ²
  = 58
           (28) (30) (26) (32)

              (461) ²
  = 58
             698880

           (212521)
  = 58
            698880

          12326218
  =
           698880


  =         17,6
58




3.1.    Struktur Organisasi, Pembagian Fungsi dan Tanggung           Jawab      PT

        PUSRI (Persero) Palembang

       3.1.1. Struktur Organisasi

                    Sebagai komporat organisasi PT. PUSRI dipimpin oleh seorang

             direktur utama bersama lima orang direktur lainnya yang diawasi oleh

             Dewan Komisaris sebagai wakil pemegang saham Organisasi PT.

             PUSRI terdiri dari Direktorat Utama, Direktorat Produksi, Direktorat

             Komersil, Direktorat Teknis dan Perekayasaan. Direktorat Keuangan,

             dan Direktorat Litbang. Dibawah Direktorat dibentuk subdirektorat

             pada unit penunjang (fungsional) dan kompartemen pada unit

             operasional dengan tugas sebagai koordinator aktivitas kepala biro atau

             kepala divisi.

                    Oleh karena itu dikeluarkan Surat Keputusan (SK) Direksi tahun

             1994 tentang struktur organisasi PT. PUSRI Berdasarkan SK tersebut

             yang disesuaikan dengan struktur BUMN di seluruh Indonesia. Struktur

             organisasi dipimpin oleh Direksi dan diawasai oleh Dewan Komisaris

             yang ditetapkan oleh Meteri Keuangan selaku pemegang saham

             Struktur organisasi PT. PUSRI terbagi dalam enam direktorat, yaitu

             direktorat utama, produksi, komersial, teknik dan perekayasaan,

             keuangan, dan limbang yang masing-masing membawahi unit-unit atau

             operasional, subdirektorat sebagai koordinator dan pengawasan
59




terhadap biro yang membawahi unit-unit pendukung operasional.

Hirarki jabatan tersebut adalah :

1. Tingkat Direksi

2. Tingkat Kepala Sub Direktorat

3. Tingkat Kepala Departemen (Kadep)

4. Tingkat Kepala Divisi (Kadiv)

5. Tingkat Kepala Dinas (Kadis)

6. Tingkat Kepala Bidang (Kabid)

7. Tingkat Kepala Urusan (Kaur)

8. Tingkat Staff

9. Tingkat Pelaksana



       Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Direksi tahun 2002, nomor

SK/DIR/020/2002 tanggal 1 April 2002 tentang Penyempurnaan

Organisasi PT. PUSRI, setelah dilakukan perubahan organisasi yang

mendasar sebagai tindak lanjut dari program Restrukturisasi Organisasi

dan SDM Dalam Surat Keputusan itu dilakukan perubahan organisasi

dan informasi tenaga kerja di beberapa tempat kerja dengan berprinsip

pada efisiensi penggunaan tenaga kerja organik dan penggunaan jasa

borongan kerja.
60




           Adapun beberapa penyesuaian yang dilakukan adalah sebagai

berikut.

1.           Peran Sekretaris Perusahaan ditambah dengan masalah

             hukum bisnis (menggabungkan Dinas Hukum) untuk

             mendukung aspek compliance officer.

2.           Perubahan tanggung jawab pemeliharaan tahunan pabrik

             (turnaround pada fungsi Jasa Teknik (plan service) Dengan

             demikian unit-unit perbengkelan telah dipindahkan dari

             Departemen Pemeliharaan ke Departemen Jasa Teknik unit

             Pemasaran Produk Samping dialihkan ke Unit Pemasaran

             sebagai salah satu dicersifikasi pemasaran dan pemusatan

             pemasaran ke satu tangan.

3.           Fungsi Departemen Pelatihan dan SDM dan Departemen

             Teknologi Informasi beralih ke Direktorat Litbang, dengan

             demikian fungsi manajemen dipusatkan ke Dinas Sistem

             Manajemen yang semula akan dilakukan oleh unit BP-PMT,

             Sekretariat ISO dan juga pengelolaan Sistem dan Prosedur

             serta untuk meningkatkan peran Teknik Informasi sebagai

             supporting    dalam     perencanaan     pengembangan   dan

             pengelolaan data untuk seluruh unit kerja.

4.           Fungsi pengelolaan administrasi kesejahteraan karyawan

             yang semula juga dilakukan oleh Yayasan Karyawan, Dana
61




         Pensiun   Karyawan      dan   Rumah Sakit   dipusatkan   ke

         Departemen Ketenagakerjaan.

       Hal ini dilakukan dalam rangka melakukan efisiensi dan

meningkatakan kinerja perusahaan untuk menghadapi persaingan yang

semakin ketat. Langkah yang dilakukan oleh PT. PUSRI adalah melalui

program assesment untuk mendapatkan karyawan dengan kualifikasi

kompetensi dan motivasi tinggi. Untuk keperluan tersebut perusahaan

menawarkan kepada karyawan untuk mengikuti Program Pensiun Dini :

(PADINI) atau Golden Shake Hand (GST). Dalam tahun 2001 realisasi

program PADINI sebanyak 1.079 orang dan PT. PUSRI menerima

sebanyak 200 orang karyawan tamatan SMU dan Diploma (D3) untuk

ditempatkan sebagai karyawan pabrik.

       Dalam rangka memacu produktivitas karyawan PT. PUSRI

mengupayakan peningkatan kualitas SDM secara berkesinambungan

malalui program pendidikan dan pelatihan yang dirancang sistematis.

Program pendidikan dan pelatihan ini diselenggarakan sesuai dengan

kebutuhan dan disiplin dalam profesi masing-masing berupa pendidikan

dan pelatihan teknis dan umum.

       Sebagai bagian dari hubungan industrial yang harmonis,

pembinaan SDM juga mencakup aspek kesejahteraan karyawan Dalam

hal ini perusahaan memberikan beberapa insentif pendapatan serta

menyediakan berbagai fasilitas kesejahteraan karyawan yang berupa
62




                    sarana kesehatan, rumah dinas, fasilitas rekreasi, olah raga, tempat

                    ibadah, serta pendidikan sekolah untuk anak atau keluarga serta

                    program pensiun



                                            DIREKTORAT




                                             DIREKTORAT
   DIREKTORAT             DIREKTORAT                               DIREKTORAT      DIREKTORAT
                                               TEKNIK &
    PRODUKSI               KOMERSIL                                 KEUANGAN         LITBANG
                                            PEREKAYASAAN



 KOMPAREMEN             KOMPAREMEN          KOMPAREMEN          KOMPAREMEN         KOMPAREMEN
 PRODUKSI               NIAGA               TEKNIK & JASA       ADM & Keuangan     LITBANG

                        Dep. Pengadaan      Dep. Jasa Rancang
 Dep. Operasil                                                  Dep. Keuangan      Dep. Litbang
                             & Produksi     Bangan
                        Dep. SAR            Dep. Pekumpulan                        Dep. Pelatihan &
 Dep. PKJ                                                       Dep. Akuntasi
                             & Wilayah I    & Penggotongan                         Perkembang SDAN
 Dep.Teknik             Dep. SAR            Dep. Jasa - jasa
                                                                Dep. Umum          Dep.Perencanaan
      Produksi              & Wilayah III        Teknik

 Dep.Operasi III                                                Dep. Pembangunan   Dep. Teknalogi
                                            Dep. Logistik
                                                                & Lingkungan             Infarmasih
 Dep.Pemeliharaan
Sumber: Humas PT PUSRI


       3.1.2. Pembagian Fungsi dan Tanggung Jawab

                            Dilihat dari struktur organisasi dari PT. PUSRI Palembang dapat

                    disimpulkan bahwa struktur organisasi yang digunakan adalah struktur

                    organisasi fungsional, ciri-cirinya bahwa setiap manajer adalah seorang

                    ahli dan masing-masing atasan mempunyai bawahan Struktur organisasi

                    itu sangat cocok untuk organisasi produksi.
63




       Secara singkat akan diuraikan tugas dari masing-masing

departemen :



1. Direktorat Utama

   -   Menjalankan perusahaan sesuai dengan prinsip-prinsip bisnis

       peraturan daerah dan perundang-undangan yang berlaku.

   -   Mengkoordinasi, mengendalikan membina dan mengawasi

       semua kegiatan perusahaan.

   -   Mengadakan konsultasi dan kerjasama dengan industri terkait

       baik pemerintah dan swasta.

   -   Membuat laporan kegiatan perusahaan secara berkala

2. Direktorat Produksi

   -   Membantu dan melaksanakan garis kebijaksanaan yang

       ditetapkan oleh Direktur Utama

   -   Mengawasi, mengendalikan, mengkoordinasi dan memberikan

       petunjuk/pembinaan dalam pelaksanaan produksi yang terdiri

       dari beberapa departemen antara lain:

       a. Departemen Operasi I

       b. Departemen PKL

       c. Departemen Teknik Produksi

       d. Departemen Operasi III

       e. Departemen Pemeliharaan
64




3. Direktorat Komersil

   -   Membantu dan melaksanakan garis kebijaksanaan yang

       ditetapkan Direktur Utama.

   -   Melindungi instansi pemerintah dan swasta dalam usaha

       mendapatkan order.

   -   Mengawasi, mengendalikan, mengkoordinasi dan memberikan

       petunjuk/pembinaan pada lingkungan komersal, yaitu :

       a. Departemen Pengadaan dan Produksi

       b. Departemen SAR Wilayah I

       c. Departemen SAR Wilayah II

       d. Departemen SAR Wilayah III

4. Direktorat Teknik dan Perekayasaan

   -   Membantu dan melaksanakan garis kebijaksanaan yang

       ditetapkan Direktur Utama.

   -   Mengawasi, mengendalikan, mengkoordinasi dan memberikan

       petunjuk/pembinaan pada bagian dalam lingkungan teknik dan

       perekayasaan, yaitu :

       a. Departemen Jasa Rancang Bangun

       b. Departemen Perkapalan dan Pengantongan

       c. Departemen Jasa-jasa Teknik

       d. Departemen Logistik
65




5. Direktorat Keuangan

   -   Membantu dan melaksanakan garis kebijaksanaan yang

       ditetapkan Direktur Utama

   -   Mengawasi, mengendalikan, mengkoordinasi dan memberikan

       petunjuk dalam melaksanakan kegiatan pada bagian keuangan,

       yaitu

       a. Departemen Keuangan

       b. Departemen Akuntansi

       c. Departemen Umum

       d. Departemen Pembinaan Lingkungan

       Departemen Akuntansi Terdiri dari 2 bagian yaitu :

       1). Dinas Akuntansi Biaya, terdiri dari

           a. Bagian Akuntansi Biaya

               -   Menyelenggarakan seluruh kas akuntansi biaya

                   produksi

               -   Menyelenggarakan administrasi proyek

               -   Menyiapkan data untuk kebutuhan perhitungan

                   harga pupuk.

           b. Bagian Akuntansi Persediaan

               -   Menyiapkan dan memperoses data persediaan pupuk

                   dan material pabrik pupuk, UPP, dan PKW menjadi

                   jurnal material
66




                -   Membukukan biaya distribusi sampai lini III lengkap

                    dengan adjustmentnya

                -   Mengecek kebenaran fisik dan administrasi barang

                    yang akan dimusnakan atau dilelang

                -   Memonitor    pelaksanaan   rekonsiliasi persediaan

                    pupuk dan material

         2). Dinas Akuntansi Umum, terdiri dari :

            -   Menyelenggarakan kegiatan akuntansi umum

            -   Mengelola, memproses, menyusun dan menganalisa

                laporan keuangan.

            -   Melakukan verifikasi atas tagihan-tagihan

            -   Mengembangkan sistem dan prosedur akuntansi umum

                serta laporan keuangan

6. Direktorat Litbang

     -   Membantu dan melaksanakan garis kebijaksanaan yang

         ditetapkan Direktur Utama

     -   Mengawasi, mengendalikan, mengkoordinasi dan memberi

         petunjuk/pembinaan dalam pelaksanaan kegiatan perencanaan

         dan pengembangan, yaitu :

         a. Departemen Litbang

         b. Departemen Pelatihan dan Pengembangan SDM

         c. Departemen Perencanaan
67




                       d. Departemen Teknologi Informasi



3.2.    Aktivitas Operasional PT PUSRI (Persero) Palembang

              Untuk mencapai tujuan perusahaan, perseroan menjalankan usaha-usaha

       sebagai berikut :

       1. Produksi

           Mengelola bahan-bahan mentah tertentu menjadi bahan-bahan pokok yang

           digunakan dalam pembuatan pupuk terutama pupuk urea dan bahan kimia

           lainnya, serta megelola bahan-bahan pokok tersebut menjadi berbagai jenis

           pupuk dan hasil barang kimia lainnya.

       2. Perdagangan

           Menyelenggarakan kegiatan distribusi dan perdagangan baik dalam maupun

           luar negeri yang berhubungan dengan produk-produk tersebut diatas dan

           produk-produk lainnya serta kegiatan impor barang-barang yang antara lain

           beberapa bahan baku, bahan penolong/pembantu, peralatan produksi dan

           bahan kimia lainnya.

       3. Pemberian Jasa

           Melaksanakan studi penelitian dan pengembangan, design engineering,

           pengantongan (bagging station), konstruksi manajemen, pengoperasian

           pabrik, perbaikan/reparasi, pemeliharaan, latihan dan pendidikan, konsultasi

           (kecuali konsultasi bidang hukum) dan jasa teknis lainnya, ekspedisi dan

           pergudangan serta kegiatan lainnya.
68




4. Usaha Lainnya

   Menjalankan kegiatan-kegiatan usaha dalam bidang angkutan laut dan

   angkutan lainnya, ekspedisi da pergudangan serta kegiatan lainnya yang

   merupakan sarana dan perlengkapan guna kelancaran pelaksanaan kegiatan

   usaha tersebut.

       Strategi PT. PUSRI dalam mengembangkan usahanya tersebut dapat

dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

1). Pengembangan Usaha Pokok

   a. Evaluasi hasil optimalisasi pabrik (peningkatan kapasitas pabrik)

   b. Pengkajian dan penggantian pabrik lama

2). Pengembangan Usaha Lain

   a. Rancangan bangun dan perekayasaan

   b. Plat service yang memberikan jasa pelayanan

   c. Pelayanan kesehatan (rumah sakit)

   d. Telah dilakukan pengkajian batubara sebagai bahan baku pengganti

       Bidang usaha yang dilakukan oleh PT. PUSRI mencakup tigal hal yaitu:

1. Produksi

   Secara nasional jumlah kapasitas terpasang produksi pupuk dan amoniak

   sebesar.

   -   Urea          : 6.322.000 ton/tahun

   -   SP-36         : 1.000.000 ton/tahun

   -   ZA            : 660.000 ton/tahun
69




   -   Amoniak : 4.144.000 ton/tahun

   Pupuk dan amoniak tersebut diproduksi dari pabrik pupuk dalam negeri

   yang merupakan anak perusahaan PUSRI dan disamping itu memproduksi

   juga beberapa produksi kimia yaitu :

    1). PT. Pupuk Sriwijaya di Palembang Sumatera Selatan

    2). PT.Petrokimia Gresik Jawa Timur

    3). PT. Pupuk Kujang di Cikampek Jawa Barat

    4). PT. Pupuk Kalimatan di Timur Bontang Kalimatan Timur

    5). PT. Iskandar Muda di Lhokseumawe, Aceh

    6). PT. Rekayasa Industri di Jakarta

    7). PT. Mega Eltra di Jakarta

2. Distribusi dan Pemasaran

   a. Penyaluran Pupuk

       − Sejak tahun 1979 PT. PUSRI ditunjuk pemerintah sebagai

           penanggung jawab pengadaan seluruh jenis pupuk bersubsidi, antara

           lain urea, TSP, ZA, KCL dan KNO3. mulai dari lini 1 sampai

           dengan lini IV untuk memenuhi progam intensifikasi pertanian.

       − Terhitung tanggal 1 Desember 1988 pemerintah menghapuskan

           subsidi pupuk dan membebaskan seluruh jenis pupuk dengan

           demikian pupuk menjadi komoditi bebas untuk dipasarkan.
70




   − Melalui SK Mendagri No.182/KP/VIII/1995 tanggal 26 Agustus

       1995 pemerintah mengubah pola penyaluran pupuk di dalam negeri

       yaitu menunjuk PT. PUSRI sebagai penanggung jawab pengadaan

       dan penyaluran pupuk bersubsidi (urea) dan PT. Petrokimia Gresik

       sebagai penanggung jawab dan penyaluran pupuk ISP dan ZA di

       subsektor tanaman pangan.

   − Dalam melaksanakan tugas sebagai penanggung jawab penyediaan

       dan penyaluran pupuk nasional. PT. PUSRI menggunakan sistem

       distribusi yang dikenal dengan sebutan “Pipe Line Distribution

       System”, yaitu sistem yang mengalir dari lini 1 (produsen) sampai

       ke lini IV (tangan petani).

b. Sarana Distribusi dan Pemasaran

   Sarana distribusi yang dimiliki oleh PT. PUSRI terdiri dari :

   − Satu unit kapal motor amoniak dengan kapasitas 5.700 ton

   − Tiga unit kapal motor curah dengan kapasitas 7.300 ton per kapal.

   − Satu unit kapal motor curah dengan kapasitas 7.800 ton.

   − Tiga unit kapal motor curah dengan kapasitas 8.000 ton per kapal.

   − PT. PUSRI mengelola empat unit pengantongan pupuk (di Belawan,

       Cilacap, Surabaya, dan Banyuwangi) dan satu unit UPP sewa di

       semarang, dengan total kapasitas pengantongan sebesar 2.520.000

       ton per tahun.
71




      − Memiliki 595 buah gerbong kereta api, dengan kapasitas daya

          angkutan 30 ton per gerbong.

      − 109 unit gudang persediaan pupuk (GPP) dengan kapasitas 529.165

          ton.

      − 105 unit gudang sewa dengan kapasitas 330.385 ton

      − 24 unit kantor Pemasaran Pusri Daerah (PPD)

      − 176 unit motor Pemasaran PUSRI Kabupaten (PKK).

3. Rancang Bangun dan Perekayasaan

   a. Lingkup layanannya adalah melakukan kegiatan EPC (Engmeering,

      Procurement, and Construction) untuk pembangunan industri kimia,

      minyak     dan gas bumi, semen dan mineral, dan power plant,

      mengerjakan jasa pemeliharaan pabrik dan perbaikan tahunan

      (turnaround) dengan pabrikasi peralatan pabrik, Heat Exchanger

      (HE),Pressure    Vessel,    Tangki,   Mechanical    Seals,   Valves,   dan

      sebagainya.

   b. Perusahaan industri yang telah menerima jasa teknik yaitu pabrik-pabrik

      pupuk di dalam negeri, Pertamina, dan pabrik pupuk di luar negeri

      seperti Bangladesh, Malaysia, Algeria, dan India.

   c. Sarana bengkel jasa pemeliharaan dan pabrikase peralatan pabrik seperti

      bengkel    reparasi   dan   unit   pabrikase.   Disamping    itu   mampu

      memproduksi bejana dan penukar gas tekanan menengah dan rendah,
72




              roda gigi, rollers dan kontruksi baja, alat-alat berat dan alat-alat bantu

              pemeliharaan pabrik serta peralatan inspeksi dan monitoring mesin

              pabrik.



3.3.    Pengelolaan Persediaan Barang Dagangan PT PUSRI (Persero)

        Palembang



              Prosedur Penerimaan Pupuk Urea dari Tower Pabrik ke Gudang, yaitu:

       1. Butiran pupuk urea (prill) yang telah selesai selesai diproduksi diserahkan

          oleh Departemen Operasi ke Bagian Pengantongan Pupuk Urea (PPU).

          Penyerahan urea ini dilakukan pada akhir jam shift kerja, yaitu pada pukul

          07.00, 15.00 dan 23.00. Penyerahan ini dibuatkan berita acaranya (B.A.).

          Berita acara per per shift dikumpulkan untuk membuat laporan harian

          produksi urea. Laporan harian ini kemudian diinput ke dalam komputer. Hal

          ini berguna untuk mengetahui berapa persediaan urea yang telah selesai

          diproduksi.

       2. Bagian Pengantongan Pupuk Urea (PPU) mengolah butiran pupuk urea

          (prill) tersebut sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan

          (RKAP). Ada yang dikantongi dan ada yang disimpan ke dalam gudang

          dalam bentuk curah (in bulk).

       3. Urea curah tersebut disimpan ke dalam gudang urea curah (in bulk storage),

          penyimpanan ini dicatat oleh checker gudang ke dalam buku gudang. Setiap
73




     akhir jam shift kerja ketiga, yaitu pukul 07.00, dibuat laporan penerimaan

     urea curah per hari. Laporan ini kemudian diinput ke dalam komputer.

4. Jika tidak disimpan dalam bentuk curah, maka urea tersebut akan

     dikantongi sesuai dengan jenisnya. Ada dua jenis urea kantong (in Bag),

     yaitu urea bersubsidi dan urea non subsidi. Pengantongan urea ini dilakukan

     dengan melihat ketersediaan kantong dan alas pallet.

5. Setelah selesai dikantongi, urea kantong tersebut langsung diserahkan ke

     Bagian Ekspedisi dan Dermaga Khusus. Oleh bagian ini urea kantong

     tersebut disimpan di gudang urea kantong (in bag storage). Serah terima ini

     juga dibuatkan berita acara serah terimanya dan dicatat oleh checker

     gudang.

6.   Pada setiap akhir jam shift kerja ketiga, yaitu pukul 07.00, dibuat laporan

     harian penerimaan urea kantong. Kemudian laporan ini diinput ke dalam

     komputer untuk mengetahui berapa persediaan urea kantong pada saat

     tertentu.

7. Urea tersebut disimpan berdasarkan jenisnya, yaitu bersubsidi dan non

     subsidi.



        Prosedur Pengeluaran Pupuk Urea dari Gudang ke Truk, yaitu:

1. Pemasaran Pusri Daerah (PPD) mengeluarkan memo dan Surat Pengantar

     Angkutan Pupuk (SPAP)
74




2. Memo dan SPAP ini diserahkan kepada ekspeditur. Ekspeditur adalah

   perusahaan ekspedisi yang bertugas membawa pupuk urea dari gudang

   Kantor Pusat PT Pusri (Persero) ke gudang Pemasaran Pusri Daerah.

3. Ekspeditur membawa Memo dan SPAP ke Dinas Perbendaharaan PT Pusri

   (Persero) di Kantor Pusat Palembang.

4. Setelah menerima memo dan SPAP, Dinas Perbendaharaan mengkonfirmasi

   ke Pemasaran Pusri Daerah, kemudian Dinas Perbendaharaan membuat

   Delivery Order.

5. SPAP dan Delivery Order diserahkan kembali ke Ekspeditur, sedangkan

   memo disimpan oleh Dinas Perbendaharaan.

6. Ekspeditur membawa SPAP dan Delivery Order ke Bagian Eskpedisi yang

   berlokasi di area Gudang Kantor Pusat PT Pusri (Persero) Palembang.

   Sebelum memasuki area gudang, truk milik ekspeditur ditimbang terlebih

   dahulu dalam keadaan kosong di jembatan timbang.

7. Bagian Ekspedisi kemudian membuat Surat Perintah Kerja (SPK) untuk:

    a. Koperasi Karyawan PT Pusri

        Koperasi Karyawan PT Pusri adalah pihak ketiga yang terikat kontrak

        dengan PT Pusri (Persero) untuk menyediakan tenaga kerja/buruh

        angkut untuk mengangkut pupuk dari gudang ke truk

    b. Surveyor/appraisal

        Surveyor adalah pihak ketiga yang terikat kontrak dengan PT Pusri

        untuk menilai pelaksanaan kegiatan pengangkutan pupuk dari gudang
75




        ke truk, apakah sesuai dengan peraturan yang berlaku dan tidak

        merugikan pihak ekspeditur dan PT Pusri (Persero). Appraisal yang

        terikat kontrak dengan PT Pusri (Persero) saat ini adalah PT

        Superintending Company of Indonesia (Sucofindo) dan PT Proteknika.

    c. Perusahaan Bongkar Muat

        Perusahaan Bongkar Muat adalah pihak ketiga yang terikat kontrak

        dengan PT Pusri (Persero) untuk menyediakan alat–alat bongkar muat

        seperti Portal Scrapper, Bags Ship Loader, Quadran Loader, Forklift,

        dan Loading Arm. Perusahaan Bongkar Muat yang terikat kontrak

        dengan PT Pusri (Persero) saat ini adalah PT SAK.

    d. Checker Gudang

        Checker gudang adalah karyawan yang berugas mencatat keluar dan

        masukknya pupuk urea dari dan keluar gudang. Checker gudang

        berjumlah empat orang yang bertugas bergantian setiap shift kerja.

        Setiap shift ada satu orang yang bertugas menjaga dan memonitor

        persediaan pupuk urea di tiga buah gudang.

8. Setelah membuat SPK, pengeluaran urea dari gudang dilaksanakan. Setiap

   urea yang keluar dicatat ke dalam time sheet dan tally sheet. Pengeluaran

   urea ini juga dibuat berita acaranya.

9. Setelah selesai pemuatan urea ke truk, truk yang telah penuh menuju

   timbangan untuk ditimbang kembali dalam keadaan berisi urea.
76




10. Jika truk yang ditimbang sesuai dengan seharusnya maka truk boleh keluar,

   tetapi jika truk lebih berat dari seharusnya maka truk harus kembali ke

   gudang untuk mengurangi berat urea yang dibawa.

11. Jika pengangkutan urea ke truk telah selesai, pihak surveyor (Sucofindo

   atau Proteknika) akan mengeluarkan sertifikat yang menyatakan bahwa

   pengangkutan urea telah berjalan sebagaimana mestinya.



       Prosedur Pengeluaran Pupuk Urea ke Kapal Laut, yaitu:

1. Pemasaran Pusri Daerah (PPD) mengeluarkan memo dan Surat Perintah

   Angkutan Pupuk yang ditujukan kepada Departemen Pemasaran Wilayah

   (Sarwil) yang meminta pengiriman pupuk urea.

2. Berbeda dengan pengiriman melalui truk, kapal laut bisa mengangkut dua

   jenis pupuk urea, yaitu pupuk urea kantong (in bag) dan pupuk urea curah

   (in bulk).

3. Departemen Sarwil akan menyiapkan kapal laut untuk membawa urea dari

   Gudang Kantor Pusat PT Pusri (Persero) ke Pemasaran Pusri Daerah yang

   memesan urea.

4. Jika masih tersedia kapal laut milik PT Pusri (Persero) sendiri, maka kapal

   tersebut akan dikirim ke Pelabuhan Kantor Pusat PT Pusri (Persero).

5. Jika tidak tersedia kapal laut milik sendiri, maka Departemen Sarwil akan

   mencari kapal milik pihak ketiga untuk disewa. Pihak ketiga ini harus

   memiliki agen di Palembang.
Hubungan audit operasional dan pengelolaan

More Related Content

What's hot

ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG
ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANGANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG
ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANGUofa_Unsada
 
Utang dagang (account payable)
Utang dagang (account payable) Utang dagang (account payable)
Utang dagang (account payable) Anna Septiyani
 
Makalah audit manajemen (audit manufaktur) jiantari c 301 09 013
Makalah audit manajemen (audit manufaktur) jiantari c 301 09 013Makalah audit manajemen (audit manufaktur) jiantari c 301 09 013
Makalah audit manajemen (audit manufaktur) jiantari c 301 09 013Jiantari Marthen
 
Penerimaan perikatan dan perencanaan audit
Penerimaan perikatan dan perencanaan auditPenerimaan perikatan dan perencanaan audit
Penerimaan perikatan dan perencanaan auditCecylia Preketeg
 
Contoh kasus audit etika profesi
Contoh kasus audit etika profesiContoh kasus audit etika profesi
Contoh kasus audit etika profesiWahyu Hidayat
 
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses audit
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses auditKonsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses audit
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses auditDian Rahmah
 
AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGASI
AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGASIAKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGASI
AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGASIdyna septiani
 
Buku besar dan buku pembantu ppt
Buku besar dan buku pembantu pptBuku besar dan buku pembantu ppt
Buku besar dan buku pembantu pptDewi Fibonacci
 
Kuliah 4 audit laporan keuangan dan tanggungjawab auditor
Kuliah 4 audit laporan keuangan dan tanggungjawab auditorKuliah 4 audit laporan keuangan dan tanggungjawab auditor
Kuliah 4 audit laporan keuangan dan tanggungjawab auditorRose Meea
 
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja Subsidi
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja SubsidiPengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja Subsidi
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja SubsidiMuhammad Rafi Kambara
 
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti audit
Hubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti auditHubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti audit
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti auditSyafdinal Ncap
 
AKUNTANSI PERUBAHAN HARGA
AKUNTANSI PERUBAHAN HARGAAKUNTANSI PERUBAHAN HARGA
AKUNTANSI PERUBAHAN HARGADesy Ratna
 

What's hot (20)

Kewajiban Hukum Auditor
Kewajiban Hukum AuditorKewajiban Hukum Auditor
Kewajiban Hukum Auditor
 
Auditing 1
Auditing 1Auditing 1
Auditing 1
 
ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG
ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANGANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG
ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN BARANG DAGANG
 
Utang dagang (account payable)
Utang dagang (account payable) Utang dagang (account payable)
Utang dagang (account payable)
 
Subsequent events
Subsequent eventsSubsequent events
Subsequent events
 
Makalah audit manajemen (audit manufaktur) jiantari c 301 09 013
Makalah audit manajemen (audit manufaktur) jiantari c 301 09 013Makalah audit manajemen (audit manufaktur) jiantari c 301 09 013
Makalah audit manajemen (audit manufaktur) jiantari c 301 09 013
 
Fraud auditing
Fraud auditingFraud auditing
Fraud auditing
 
Penerimaan perikatan dan perencanaan audit
Penerimaan perikatan dan perencanaan auditPenerimaan perikatan dan perencanaan audit
Penerimaan perikatan dan perencanaan audit
 
Contoh kasus audit etika profesi
Contoh kasus audit etika profesiContoh kasus audit etika profesi
Contoh kasus audit etika profesi
 
PROSEDUR AUDIT
PROSEDUR AUDITPROSEDUR AUDIT
PROSEDUR AUDIT
 
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses audit
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses auditKonsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses audit
Konsep materialitas dan penerapan materialitas terhadap proses audit
 
AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGASI
AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGASIAKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGASI
AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGASI
 
Buku besar dan buku pembantu ppt
Buku besar dan buku pembantu pptBuku besar dan buku pembantu ppt
Buku besar dan buku pembantu ppt
 
Bab 8 materialitas dan risiko audit
Bab 8 materialitas dan risiko auditBab 8 materialitas dan risiko audit
Bab 8 materialitas dan risiko audit
 
Kuliah 4 audit laporan keuangan dan tanggungjawab auditor
Kuliah 4 audit laporan keuangan dan tanggungjawab auditorKuliah 4 audit laporan keuangan dan tanggungjawab auditor
Kuliah 4 audit laporan keuangan dan tanggungjawab auditor
 
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja Subsidi
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja SubsidiPengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja Subsidi
Pengujian atas pengendalian internal (Test of Controls) - Belanja Subsidi
 
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti audit
Hubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti auditHubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti audit
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti audit
 
Bab 15 intangiable asset
Bab 15 intangiable assetBab 15 intangiable asset
Bab 15 intangiable asset
 
AKUNTANSI PERUBAHAN HARGA
AKUNTANSI PERUBAHAN HARGAAKUNTANSI PERUBAHAN HARGA
AKUNTANSI PERUBAHAN HARGA
 
Aset tak berujud
Aset tak berujudAset tak berujud
Aset tak berujud
 

Similar to Hubungan audit operasional dan pengelolaan

Audit manajemen ppt
Audit manajemen pptAudit manajemen ppt
Audit manajemen pptFerina Upi
 
Audit bab 1 konsep dasar audit
Audit bab 1 konsep dasar auditAudit bab 1 konsep dasar audit
Audit bab 1 konsep dasar auditsugeng1990
 
KONSEP DASAR AUDIT MANAJEMEN.pdf
KONSEP DASAR AUDIT MANAJEMEN.pdfKONSEP DASAR AUDIT MANAJEMEN.pdf
KONSEP DASAR AUDIT MANAJEMEN.pdfanin51
 
Makalah audit internal
Makalah audit internalMakalah audit internal
Makalah audit internalnaaziqah
 
Analisis audit manajemen terhadap efektifitas penjualan dan penerimaan kas pa...
Analisis audit manajemen terhadap efektifitas penjualan dan penerimaan kas pa...Analisis audit manajemen terhadap efektifitas penjualan dan penerimaan kas pa...
Analisis audit manajemen terhadap efektifitas penjualan dan penerimaan kas pa...irlan_fery81
 
Konsep Audit Manajemen
Konsep Audit ManajemenKonsep Audit Manajemen
Konsep Audit ManajemenSintiaFarach46
 
Audit kepatuhan pekerjaan lapangan1
Audit kepatuhan pekerjaan lapangan1Audit kepatuhan pekerjaan lapangan1
Audit kepatuhan pekerjaan lapangan1ElangArtaPratama
 
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, audit...
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, audit...Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, audit...
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, audit...Nadiatur Rakhma
 
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, ethic...
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, ethic...Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, ethic...
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, ethic...Nadiatur Rakhma
 
Audit bab 2 langkah langkah audit
Audit bab 2 langkah langkah auditAudit bab 2 langkah langkah audit
Audit bab 2 langkah langkah auditsugeng1990
 
fremwork bab 1- 14 evaluasi kinerja dan kompensasi
fremwork bab 1- 14 evaluasi kinerja dan kompensasifremwork bab 1- 14 evaluasi kinerja dan kompensasi
fremwork bab 1- 14 evaluasi kinerja dan kompensasirikanoviyanti2
 
FRAMEWORK BAB 1-14 EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASI
FRAMEWORK BAB 1-14 EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASIFRAMEWORK BAB 1-14 EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASI
FRAMEWORK BAB 1-14 EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASIbebynovianti
 
FRAMEWORK BAB 1-14 EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASI
FRAMEWORK BAB 1-14 EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASIFRAMEWORK BAB 1-14 EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASI
FRAMEWORK BAB 1-14 EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASIfaeshallutfi
 
MAKALAH INTERNAL AUDIT.docx
MAKALAH INTERNAL AUDIT.docxMAKALAH INTERNAL AUDIT.docx
MAKALAH INTERNAL AUDIT.docxSWINDANGGEA
 
BMP EKMA4476 Audit SDM
BMP EKMA4476 Audit SDMBMP EKMA4476 Audit SDM
BMP EKMA4476 Audit SDMMang Engkus
 
Kedudukan dan fungsi internal auditor pada pt. citra bangun, medan
Kedudukan dan fungsi internal auditor pada pt. citra bangun, medanKedudukan dan fungsi internal auditor pada pt. citra bangun, medan
Kedudukan dan fungsi internal auditor pada pt. citra bangun, medanyogieardhensa
 
Be &amp; gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, audit dan internal con...
Be &amp; gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, audit dan internal con...Be &amp; gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, audit dan internal con...
Be &amp; gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, audit dan internal con...Serafinus Octavia Puspitasari
 
Perencanaan audit
Perencanaan auditPerencanaan audit
Perencanaan audityopiyunanto
 

Similar to Hubungan audit operasional dan pengelolaan (20)

Audit manajemen ppt
Audit manajemen pptAudit manajemen ppt
Audit manajemen ppt
 
Audit bab 1 konsep dasar audit
Audit bab 1 konsep dasar auditAudit bab 1 konsep dasar audit
Audit bab 1 konsep dasar audit
 
KONSEP DASAR AUDIT MANAJEMEN.pdf
KONSEP DASAR AUDIT MANAJEMEN.pdfKONSEP DASAR AUDIT MANAJEMEN.pdf
KONSEP DASAR AUDIT MANAJEMEN.pdf
 
Makalah audit internal
Makalah audit internalMakalah audit internal
Makalah audit internal
 
Analisis audit manajemen terhadap efektifitas penjualan dan penerimaan kas pa...
Analisis audit manajemen terhadap efektifitas penjualan dan penerimaan kas pa...Analisis audit manajemen terhadap efektifitas penjualan dan penerimaan kas pa...
Analisis audit manajemen terhadap efektifitas penjualan dan penerimaan kas pa...
 
Konsep Audit Manajemen
Konsep Audit ManajemenKonsep Audit Manajemen
Konsep Audit Manajemen
 
audit
auditaudit
audit
 
Audit kepatuhan pekerjaan lapangan1
Audit kepatuhan pekerjaan lapangan1Audit kepatuhan pekerjaan lapangan1
Audit kepatuhan pekerjaan lapangan1
 
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, audit...
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, audit...Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, audit...
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, audit...
 
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, ethic...
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, ethic...Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, ethic...
Be & gg, nadiatur rakhma, prof. dr. ir. h. hapzi ali pre m sc, mm. cma, ethic...
 
Audit internal
Audit internalAudit internal
Audit internal
 
Audit bab 2 langkah langkah audit
Audit bab 2 langkah langkah auditAudit bab 2 langkah langkah audit
Audit bab 2 langkah langkah audit
 
fremwork bab 1- 14 evaluasi kinerja dan kompensasi
fremwork bab 1- 14 evaluasi kinerja dan kompensasifremwork bab 1- 14 evaluasi kinerja dan kompensasi
fremwork bab 1- 14 evaluasi kinerja dan kompensasi
 
FRAMEWORK BAB 1-14 EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASI
FRAMEWORK BAB 1-14 EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASIFRAMEWORK BAB 1-14 EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASI
FRAMEWORK BAB 1-14 EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASI
 
FRAMEWORK BAB 1-14 EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASI
FRAMEWORK BAB 1-14 EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASIFRAMEWORK BAB 1-14 EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASI
FRAMEWORK BAB 1-14 EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASI
 
MAKALAH INTERNAL AUDIT.docx
MAKALAH INTERNAL AUDIT.docxMAKALAH INTERNAL AUDIT.docx
MAKALAH INTERNAL AUDIT.docx
 
BMP EKMA4476 Audit SDM
BMP EKMA4476 Audit SDMBMP EKMA4476 Audit SDM
BMP EKMA4476 Audit SDM
 
Kedudukan dan fungsi internal auditor pada pt. citra bangun, medan
Kedudukan dan fungsi internal auditor pada pt. citra bangun, medanKedudukan dan fungsi internal auditor pada pt. citra bangun, medan
Kedudukan dan fungsi internal auditor pada pt. citra bangun, medan
 
Be &amp; gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, audit dan internal con...
Be &amp; gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, audit dan internal con...Be &amp; gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, audit dan internal con...
Be &amp; gg, serafinus octavia puspitasari, hapzi ali, audit dan internal con...
 
Perencanaan audit
Perencanaan auditPerencanaan audit
Perencanaan audit
 

More from yogieardhensa

Skripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariah
Skripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariahSkripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariah
Skripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariahyogieardhensa
 
Perimbangan keuangan pusat dan daerah
Perimbangan keuangan pusat dan daerahPerimbangan keuangan pusat dan daerah
Perimbangan keuangan pusat dan daerahyogieardhensa
 
Penyelesaian sengketa ekonomi syariah
Penyelesaian sengketa ekonomi syariahPenyelesaian sengketa ekonomi syariah
Penyelesaian sengketa ekonomi syariahyogieardhensa
 
Pengungkapan laporan keuangan
Pengungkapan laporan keuanganPengungkapan laporan keuangan
Pengungkapan laporan keuanganyogieardhensa
 
Pengumuman dividen trhdp saham
Pengumuman dividen trhdp sahamPengumuman dividen trhdp saham
Pengumuman dividen trhdp sahamyogieardhensa
 
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barang
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barangPengembangan prototipe sistem pengadaan barang
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barangyogieardhensa
 
Pengeluaran pemda jatim
Pengeluaran pemda jatimPengeluaran pemda jatim
Pengeluaran pemda jatimyogieardhensa
 
Pengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadapPengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadapyogieardhensa
 
Penerapan balanced scorecard sebagai
Penerapan balanced scorecard sebagaiPenerapan balanced scorecard sebagai
Penerapan balanced scorecard sebagaiyogieardhensa
 
Pedomanskripsijurakuntansi
PedomanskripsijurakuntansiPedomanskripsijurakuntansi
Pedomanskripsijurakuntansiyogieardhensa
 
Kinerja bank dan asuransi
Kinerja bank dan asuransiKinerja bank dan asuransi
Kinerja bank dan asuransiyogieardhensa
 
Kemampuan keuangan otda
Kemampuan keuangan otdaKemampuan keuangan otda
Kemampuan keuangan otdayogieardhensa
 
Ios dan pertumbuhan perusahaan
Ios dan pertumbuhan perusahaanIos dan pertumbuhan perusahaan
Ios dan pertumbuhan perusahaanyogieardhensa
 
Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...
Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...
Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...yogieardhensa
 
Faktor faktor yang mempengaruhi keinginan
Faktor faktor yang mempengaruhi keinginanFaktor faktor yang mempengaruhi keinginan
Faktor faktor yang mempengaruhi keinginanyogieardhensa
 
Faktor faktor pertumbuhan ekonomi
Faktor faktor pertumbuhan ekonomiFaktor faktor pertumbuhan ekonomi
Faktor faktor pertumbuhan ekonomiyogieardhensa
 

More from yogieardhensa (20)

Skripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariah
Skripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariahSkripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariah
Skripsi analisis kinerja keuangan pada bank syariah
 
Situs skripsi
Situs skripsiSitus skripsi
Situs skripsi
 
Pma di indonesia
Pma di indonesiaPma di indonesia
Pma di indonesia
 
Perimbangan keuangan pusat dan daerah
Perimbangan keuangan pusat dan daerahPerimbangan keuangan pusat dan daerah
Perimbangan keuangan pusat dan daerah
 
Penyelesaian sengketa ekonomi syariah
Penyelesaian sengketa ekonomi syariahPenyelesaian sengketa ekonomi syariah
Penyelesaian sengketa ekonomi syariah
 
Pengungkapan laporan keuangan
Pengungkapan laporan keuanganPengungkapan laporan keuangan
Pengungkapan laporan keuangan
 
Pengumuman dividen trhdp saham
Pengumuman dividen trhdp sahamPengumuman dividen trhdp saham
Pengumuman dividen trhdp saham
 
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barang
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barangPengembangan prototipe sistem pengadaan barang
Pengembangan prototipe sistem pengadaan barang
 
Pengeluaran pemda jatim
Pengeluaran pemda jatimPengeluaran pemda jatim
Pengeluaran pemda jatim
 
Pengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadapPengaruh biaya kualitas terhadap
Pengaruh biaya kualitas terhadap
 
Penerapan balanced scorecard sebagai
Penerapan balanced scorecard sebagaiPenerapan balanced scorecard sebagai
Penerapan balanced scorecard sebagai
 
Pedomanskripsijurakuntansi
PedomanskripsijurakuntansiPedomanskripsijurakuntansi
Pedomanskripsijurakuntansi
 
Nasabahbanksyariah
NasabahbanksyariahNasabahbanksyariah
Nasabahbanksyariah
 
Kinerja bank dan asuransi
Kinerja bank dan asuransiKinerja bank dan asuransi
Kinerja bank dan asuransi
 
Kemampuan keuangan otda
Kemampuan keuangan otdaKemampuan keuangan otda
Kemampuan keuangan otda
 
Ipo dan underpriced
Ipo dan underpricedIpo dan underpriced
Ipo dan underpriced
 
Ios dan pertumbuhan perusahaan
Ios dan pertumbuhan perusahaanIos dan pertumbuhan perusahaan
Ios dan pertumbuhan perusahaan
 
Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...
Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...
Hubungan antara penerapan akuntansi pertanggungjawaban dengan efektivitas pen...
 
Faktor faktor yang mempengaruhi keinginan
Faktor faktor yang mempengaruhi keinginanFaktor faktor yang mempengaruhi keinginan
Faktor faktor yang mempengaruhi keinginan
 
Faktor faktor pertumbuhan ekonomi
Faktor faktor pertumbuhan ekonomiFaktor faktor pertumbuhan ekonomi
Faktor faktor pertumbuhan ekonomi
 

Hubungan audit operasional dan pengelolaan

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya suatu perusahaan menuntut pula perkembangan di bidang pemeriksaan. Pemeriksaan yang dilakukan tidak hanya pemeriksaan keuangan saja tetapi juga pemeriksaan yang menekankan penilaian sistematis dan objektif serta berorientasi pada tujuan untuk memperoleh keyakinan tentang keefektifan dan memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang diperiksa. Pimpinan perusahaan memerlukan audit operasional yang menyajikan informasi mengenai aktivitas operasional perusahaan dan tidak terbatas pada informasi keuangan dan akuntansi saja. Audit operasional merupakan evaluasi atas berbagai kegiatan operasional perusahaan sedangkan sasarannya adalah untuk menilai apakah pelaksanaan kegiatan operasional telah dilaksanakan secara ekonomis, efektif dan efisien. Apabila belum dilaksanakan seperti seharusnya, maka auditor akan memberikan rekomendasi atau saran agar pada masa yang akan datang menjadi lebih baik. Salah satu bagian dalam perusahaan yang perlu dilakukan audit operasional adalah masalah pengelolaan persedian barang dagangan karena persediaan barang dagangan merupakan bagian utama dalam neraca dan 1
  • 2. 2 seringkali merupakan perkiraan yang nilainya cukup besar serta membutuhkan modal kerja yang besar pula. Dengan besarnya jumlah uang yang ditanamkan pada persediaan barang dagangan suatu perusahaan, jelaslah bahwa persediaan barang dagangan merupakan aktiva yang sangat penting untuk dilindungi. Setiap perusahaan dalam melaksanakan kegiatan pemasaran tidak terlepas akan kebutuhan akan barang-barang dagangan yang menjadi faktor utama dalam menunjang jalannya aktivitas pemasaran perusahaan. Dengan terpenuhinya akan barang tepat pada waktunya, maka kegiatan suatu perusahaan akan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Tanpa adanya persediaan barang dagangan, perusahaan akan menghadapi resiko dimana pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan dari para pelanggannya. Tentu saja kenyataan ini dapat berakibat buruk bagi perusahaan, karena secara tidak langsung perusahaan menjadi kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang seharusnya didapatkan. PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) Palembang atau yang lebih dikenal sebagai PT PUSRI adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri pupuk. Persediaan barang dagangan yang terdapat pada PT Pusri (Persero) Palembang terdiri dari persediaan urea dan hasil produksi sampingannya. Untuk memenuhi kebutuhan barang-barang tersebut dan untuk menunjang kegiatan pemasaran, maka perusahaan perlu mengadakan suatu persediaan barang dagangan dalam jumlah tertentu yang disimpan dalam gudang untuk
  • 3. 3 selanjutnya dikeluarkan ke truk, kapal atau alat angkut lainnya dan kemudian dikirim ke gudang unit pemasaran masing-masing daerah. Audit operasional atas persediaan barang dagangan perlu dilakukan untuk menentukan apakah nilai persediaan yang diajukan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan apakah prosedur pengelolaan persediaan barang dagangan tersebut telah dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Audit atas persediaan adalah bagian yang paling kompleks dan memerlukan waktu yang cukup banyak untuk melakukan suatu pemeriksaan, karena pemeriksaan terdiri dari berbagai macam jenis dan tersebar di beberapa lokasi. Audit operasional atas persediaan barang dagangan pada PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) Palembang dilaksanakan oleh Tim Pengawasan Operasional selaku internal auditor yang ditunjuk oleh Kepala satuan Pengawasan Intern yang merupakan departemen tersendiri. Audit operasional tersebut dilakukan secara periodik, yaitu setahun sekali pemeriksaan (per tahun), tentu saja ketentuan ini sudah ditetapkan terlebih dahulu oleh perusahaan dan tercantum dalam PKPT (Program Kerja Pemeriksaan tahunan). Dalam melakukan audit, auditor ini mengadakan pemeriksaan ke lokasi gudang untuk melakukan pemeriksaan fisik atas persediaan barang, kemudian membandingkannya dengan laporan persediaan dan menilai pelaksanaan prosedur pengelolaan persediaan yang dilakukan oleh Dinas Pengantongan Urea dan Ekspedisi.
  • 4. 4 Pengelolaan persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting, karena pemeriksaan fisik atas persediaan ini banyak melibatkan investasi rupiah dan mempengaruhi efektifitas dan efisiensi kegiatan perusahaan. Oleh sebab itu, audit operasional atas persediaan barang sangat diperlukan untuk mengurangi resiko terjadinya selisih, kehilangan, mengantisipasi kemungkinan terjadinya kecurangan dan memastikan bahwa prosedur telah dilakukan dengan baik sehingga kemudian dapat dibuatlah suatu usulan perbaikan. Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk memilih judul: “HUBUNGAN AUDIT OPERASIONAL DAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN TERHADAP PENINGKATAN LABA PADA PT PUSRI (PERSERO) PALEMBANG BULAN MEI 2007” 1.2. Rumusan Masalah Setiap perusahaan, termasuk PT Pupuk Sriwidjaja, dalam menjalankan usahanya bertujuan untuk mencapai tujuan perusahaan seperti maksimalisasi laba, mengembangkan perusahaan, maupun mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dari uraian di atas, peneliti dapat mengemukakan beberapa permasalahan sebagai berikut:
  • 5. 5 1. Apakah ada hubungan audit operasional dan pengelolaan persediaan barang dagangan secara simultan terhadap peningkatan laba pada PT.PUSRI (PERSERO) PALEMBANG ?. 2. Apakah ada hubungan audit operasional secara parsial terhadap pningkatan laba pada PT.Pusri (Persero) Palembang? 3. Apakah ada hubungan pengelolaan persediaan barang dagangan secara parsial terhadap peningkatan laba pada PT. Pusri (Persero) palembang? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan audit operasional dan pengelolaan persediaan barang dagangan secara simultan terhadap peningkatan laba di PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) Palembang 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Diketahuinya hubungan audit operasional secara parsial terhadap peningkatan laba pada PT.Pusri (Persero) Palembang 2. Diketahuinya hubungan pengelolaan persediaan barang dagangan pada PT. Pusri (Persero) Palembang
  • 6. 6 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kesempatan bagi peneliti untuk menerapkan teori-teori yang diperoleh di bangku kuliah dan membandingkannya dengan praktek yang terjadi dalam perusahaan. 2. Bagi PT. Pusri (Persero) Palembang Dapat memberikan informasi dan masukan kepada pihak perusahaan mengenai hubungan audit operasional dan pengelolaan persediaan barang dagangan terhadap peningkatan laba perusahaan.. 3. Bagi Universitas Kader Bangsa Palembang Sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan mengenai konsep, prosedur dan teknik-teknik audit operasional dan pengelolaan persediaan barang dagangan.
  • 7. 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Gambaran Umum Auditing 2.1.1. Pengertian Auditing Untuk mengetahui dengan jelas pengertian auditing, maka berikut ini akan dikemukakan definisi-definisi pengauditan yang diambil dari beberapa sumber yaitu: 1. Menurut (Sukrisno Agoes , 2004), auditing adalah “Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.” 2. Menurut (Arens dan Loebbecke, 2003), auditing sebagai: “Suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dengan kriteria- kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independen dan kompeten.” 7
  • 8. 8 3. Menurut (Mulyadi , 2002), auditing merupakan: “Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.” Menurut(Mulyadi, 2002), berdasarkan beberapa pengertian auditing di atas maka audit mengandung unsur-unsur: 1. suatu proses sistematis, artinya audit merupakan suatu langkah atau prosedur yang logis, berkerangka dan terorganisasi. Auditing dilakukan dengan suatu urutan langkah yang direncanakan, terorganisasi dan bertujuan. 2. untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif, artinya proses sistematik ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu atau badan usaha serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti-bukti tersebut. 3. pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi, artinya pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi merupakan hasil proses akuntansi.
  • 9. 9 4. menetapkan tingkat kesesuaian, artinya pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tingkat kesesuaian antara pernyataan dengan kriteria tersebut kemungkinan dapat dikuantifikasikan, kemungkinan pula bersifat kualitatif. 5. kriteria yang telah ditetapkan, artinya kriteria atau standar yang dipakai sebagai dasar untuk menilai pernyataan (berupa hasil akuntansi) dapat berupa: a. peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislatif b. anggaran atau ukuran prestasi yang ditetapkan oleh manajemen c. prinsip akuntansi berterima umum (PABU) di indonesia 6. Penyampaian hasil (atestasi), dimana penyampaian hasil dilakukan secara tertulis dalam bentuk laporan audit (audit report) 7. pemakai yang berkepentingan, pemakai yang berkepentingan terhadap laporan audit adalah para pemakai informasi keuangan, misalnya pemegang saham, manajemen, kreditur, calon investor, organisasi buruh dan kantor pelayanan pajak 2.1.2. Jenis-Jenis Pengauditan Pengauditan dapat dibagi dalam beberapa jenis. Pembagian ini dimaksudkan untuk menentukan tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dengan adanya pengauditan tersebut.
  • 10. 10 Menurut (Sukrisno Agoes, 2004), ditinjau dari luasnya pemeriksaan, maka audit dapat dibedakan atas: 1. Pemeriksaan Umum (General Audit), yaitu suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang independen dengan maksud untuk memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. 2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit), yaitu suatu bentuk pemeriksaan yang hanya terbatas pada permintaan auditee yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan memberikan opini terhadap bagian dari laporan keuangan yang diaudit, misalnya pemeriksaan terhadap penerimaan kas perusahaan. Masih menurut sumber yang sama, menurut (Sukrisno Agoes , 2004), ditinjau dari jenis pemeriksaan maka audit dapat dibedakan atas: 1. Audit Operasional (Management Audit), yaitu suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditetapkan oleh manajemen dengan maksud untuk mengetahui apakah kegiatan operasi telah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis. 2. Pemeriksaan Ketaatan (Complience Audit), yaitu suatu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan telah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik
  • 11. 11 yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan maupun pihak ekstern perusahaan. 3. Pemeriksaan Intern (Internal Audit), yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan yang mencakup laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan yang bersangkutan serta ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan. 4. Audit Komputer (Computer Audit), yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap perusahaan yang melakukan proses data akuntansi dengan menggunakan sistem Elektronic Data Processing (EDP). 2.1.3. Standar Audit yang Berlaku Umum Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 1 telah menetapkan dan mengesahkan sepuluh standar auditing yang dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: a. Standar Umum, berfungsi untuk mengatur syarat-syarat diri auditor. Standar umum terdiri dari: 1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor
  • 12. 12 2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor 3. Dalam pelaksanaan audit dan pelaporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama b. Standar Pekerjaan lapangan, berfungsi untuk mengatur mutu pelaksanaan auditing. Standar pekerjaan lapangan terdiri dari: 1. pekerjaan harus dilaksanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan sistem harus disupervisi dengan semestinya 2. pemahaman memadai atas Struktur Pengendalian Intern (SPI) harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan 3. bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit c. Standar Pelaporan, berfungsi sebagai panduan bagi auditor dalam mengkomunikasikan hasil audit melalui laporan audit kepada pemakai informasi keuangan. Standar pelaporan terdiri dari:
  • 13. 13 1. laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) di Indonesia 2. laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam menyusun laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya 3. pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor 4. laporan auditor, harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor
  • 14. 14 2.2. Struktur Pengendalian Intern 2.2.1. Pengertian Strukur Pengendalian Intern (Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Profesional Akuntan Publik dalam Standar Pekerjaan lapangan kedua,2001), menyebutkan bahwa: “Pemahaman memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.” (Ikatan Akuntan Indonesia , 2001) mendefinisikan strukur pengendalian intern sebagai: Suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personil lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. kehandalan pelaporan keuangan b. efektivitas dan efisiensi operasi c. kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku Menurut (Mulyadi, 2002), dari definisi struktur pengendalian intern tersebut terdapat beberapa konsep berikut ini: 1. struktur pengendalian intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu. Struktur pengendalian intern merupakan suatu rangkaian yang bersifat pervasive dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan.
  • 15. 15 2. struktur pengendalian intern dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi, yang mencakup dewan komisaris, manajemen dan personil lain. 3. struktur pengendalian intern diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai bagi manajemen dan dewan komisaris, entitas, bukan keyakinan mutlak. 4. struktur pengendalian intern ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan: pelaporan keuangan, kepatuhan dan operasi. Struktur pengendalian intern memegang peranan penting dalam organisasi perusahaan untuk dapat merencanakan, mengkoordinasikan dan menguasai atau mengontrol berbagai aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan. Pengendalian intern mencakup kebijakan dan prosedur- prosedur yang ditetapkan untuk memberikan jaminan tercapainya tujuan tertentu perusahaan. Konsep struktur pengendalian intern didasarkan atas tanggung jawab manajemen dan jaminan yang memadai untuk menetapkan dan menyelenggarakan struktur pengendalian intern dan dikaitkan dengan manfaat dan biaya pengendalian. 2.2.2. Tujuan Struktur Pengendalian Intern Berdasarkan definisi struktur pengendalian intern yang telah diuraikan sebelumnya, maka menurut (Ikatan Akuntan Indonesia,(2001), tujuan struktur pengendalian intern adalah untuk memberikan keyakinan memadai dalam mencapai tiga golongan tujuan, yaitu:
  • 16. 16 1. keandalan laporan keuangan 2. kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku 3. efektivitas dan efisiensi operasi 2.3. Audit Operasional 2.3.1. Pengertian Audit Operasional Banyak definisi dari audit operasional yang mencakup penyebutan efficiency (pengeluaran yang minimum dari sumber daya), effectiveness (pencapaian hasil yang diinginkan) dan economy (kinerja dari suatu entitas). Dalam artikulasi yang berbeda, audit operasional dikenal sebagai audit manajemen. Perbedaan antara kedua istilah tersebut tidak jelas dan sering digunakan secara bergantian. Menurut (Amin Wijaya Tunggal, 2001), ada beberapa definisi audit operasional yang dikemukakan oleh para ahli auditing, antara lain: 1. (Dale L. Flesher dan Steward Siewert, 2001) “An operational audit is an organized search for ways of improving efficiency and effectiveness. It can be considered a form of constructive critism.” (Audit operasional merupakan pencarian cara- cara untuk memperbaiki efisiensi dan efektivitas. Audit operasional dapat dipertimbangkan sebagai suatu bentuk kecaman yang konstruktif).
  • 17. 17 2. (Casler dan Crochet, 1999) “Operational auditing is a sistematic process of evaluating and organization’s effectiveness, efficiency and economy of operation under management’s control and reporting to appropriate person the result of the evaluating along with recommendation for improvement.” (Audit operasional adalah suatu proses yang sistematis untuk menilai efektivitas organisasi, efisiensi dan ekonomi operasi di bawah pengendalian manajemen dan melaporkan kejadian kepada orang yang tepat hasil dari penilaian bersama dengan disertai rekomendasi untuk perbaikan). 3. (Leslie R. Howard, 2000) “Management audit is an investigation of a business from the highest level downword in order to ascertain whether sound management prevals throughout, this facilitating in most effective relationship with the outside world and the most efficient organization and smooth running of internal organization”. (Audit manajemen merupakan penyelidikan suatu usaha dari tingkat yang tinggi ke bawah untuk meyakinkan bahwa manajemen yang sehat berjalan sesuai dengan prosedur, dengan demikian memudahkan hubungan yang paling efektif dengan dunia luar dan organisasi lainnya).
  • 18. 18 4. (William P. Leonard , 2002) “Management audit as a comprehensive and constructive examinitation of an organizational structure of a company, institution or branch of goverment or of any component there of , such as division or departement, and its plans and objectives, it means of operations, and its use of human and physical fasilities.” (Audit manajemen sebagai suatu pengujian yang menyeluruh dan konstruktif dari struktur organisasi suatu perusahaan, lembaga atau cabang dari pemerintah atau setiap komponen dari padanya, seperti suatu divisi atau departemen, dan rencana dan tujuannya, alat operasionalnya, dan utilisasi manusia dan fasilitas fisik). (Amin Wijaya Tunggal, 2001) juga mendefinisikan berbagai tipe dari auditing sebagai berikut : 1. Pemeriksaan manajemen (management auditing), dapat didefinisikan sebagai penilaian sistem manajemen perusahaan (auditee), apakah sistem tersebut berjalan secara efektif dan resiko apa yang mungkin timbul apabila sistem tersebut telah beroperasi secara efisien. 2. Pemeriksaan operasional (operational auditing), dapat didefinisikan sebagai kerangka yang sama dengan pemeriksaan manajemen, kecuali bahwa pemeriksaan operasional lebih berlaku terhadap sistem opresai auditee daripada terhadap sistem operasi
  • 19. 19 manajemennya. Dengan demikian untuk unit operasional tertentu seperti departemen pembelian, pemeriksaan manajemen akan berfokus pada bagaimana sebaiknya unit tersebut dikelola, sedangkan pemeriksaan operasional akan berfokus pada bagaimana agar unit tersebut benar-benar beroperasi. 3. Pemeriksaan komprehensif (comprehensive auditing), merupakan integrasi dari berbagi unsur manajemen operasional dan pemeriksaan keuangan tradisional. Pemeriksaan komprehensif ini mencakup penilaian manajemen auditee, operasi, pengendalian finansial dan sistem akuntansi untuk menentukan apakah pengendalian dan mekanisme akuntabilitas telah memadai dan dapat dipertanggungjawabkan pada pemegang sahamnya. Menurut ketetapan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dalam Pedoman Pemeriksaan Operasional (1993), audit operasional adalah: “Audit yang sistematis terhadap program, kegiatan/aktivitas organisasi dan seluruh atau sebagian dari aktivitas dengan tujuan menilai dan melaporkan apakah sumber daya dan dana telah digunakan secara ekonomis dan efisien, serta apakah tujuan program dan kegiatan/aktivitas yang telah direncanakan dapat dicapai dengan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
  • 20. 20 Menurut (Mulyadi dan Kanaka Punadireja, 1998), pengertian audit operasional adalah: “Audit operasional merupakan suatu review secara sistematis mengenai kegiatan organisasi atau bagian dari padanya dalam hubungannya dengan tujuan tertentu”. Sedangkan menurut (Arens dan Loebbecke, 2000), pengertian audit operasional adalah: “Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektifitas.” Menurut (Amin Wijaya Tunggal, 2001), meskipun terdapat beberapa perbedaan dari definisi audit operasional seperti telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa audit operasional merupakan: a. Proses yang sistematis Seperti dalam audit laporan keuangan, audit operasional juga mencakup serangkaian langkah atau prosedur yang terstruktur dan terorganisasi. Aspek ini mencakup perencanaan yang tepat, mendapatkan dana secara objektif serta menilai bukti yang berkaitan dengan aktivitas yang diaudit. b. Menilai operasi organisasi
  • 21. 21 Penilaian operasi organisasi didasarkan pada suatu kriteria yang ditetapkan atau yang disetujui. Dalam audit operasional, kriteria sering dinyatakan dalam standar kinerja (performance standards) yang ditetapkan oleh manajemen. Namun dalam beberapa hal, standar-standar ini mungkin juga ditetapkan oleh industri. Kriteria penilaian organisasi ini sering kali kurang jelas didefinisikan dibandingkan kriteria yang digunakan dalam audit laporan keuangan. Pemeriksaan operasional mengukur tingkat korespondensi antara kinerja aktual dengan kriteria penilaian yang telah ditetapkan. c. Efektifitas, efisiensi dan ekonomi operasi Tujuan utama dari audit operasional adalah membantu manajemen organisasi yang diaudit untuk dapat memperbaiki efektivitas, efisiensi dan ekonomi operasi organisasinya. Ini berarti bahwa audit operasional memfokuskan pada masa yang akan datang dan hal ini berlawanan langsung dengan audit laporan keuangan yang mempunyai fokus historis. d. Melaporkan kepada orang yang tepat Penerima laporan audit operasional yang tepat adalah manajemen atau individual yang meminta diadakannya audit, kecuali kalau pelaksanaan audit tersebut diminta oleh pihak ketiga, dan pembagian laporan dilakukan tetap dalam entitas bersangkutan.
  • 22. 22 Dalam kebanyakan hal, dewan komisaris atau panitia audit menerima salinan laporan audit operasional. e. Rekomendasi atau perbaikan Tidak seperti audit laporan keuangan, suatu audit operasional tidak berakhir samapai dengan pelaporan hasil temuan audit, melainkan diperluas untuk dibuatkannya rekomendasi-rekomendasi yang bertujuan untuk perbaikan manajemen organisasi yang diaudit. 2.3.2. Maksud dan Tujuan Audit Operasional Audit operasional dimaksudkan terutama untuk mengidentifikasi kegiatan, program, aktivitas yang memerlukan perbaikan atau penyempurnaan dengan bertujuan untuk menghasilkan perbaikan atas pengelolaan struktur dan pencapaian hasil dari objek yang diperiksa dengan cara memberikan saran-saran tentang upaya-upaya yang dapat ditempuh guna pendayagunaan sumber-sumber secara efisien, efektif dan ekonomis. Dalam mengadakan pemeriksaan, titik berat perhatian utama diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang diperkirakan dapat diperbaiki di masa yang akan datang. Tujuan audit operasional tidak hanya ingin mendorong dilakukannya tindakan perbaikan tetapi juga untuk menghindari kemungkinan terjadinya kekurangan atau kelemahan di masa yang akan datang. Menurut (Amin Wijaya Tunggal, 2001), ada beberapa tujuan dari audit operasional:
  • 23. 23 1. objek dari audit operasional adalah mengungkapkan kekurangan dan ketidakberesan dalam setiap unsur yang diuji oleh auditor dan untuk menunjukkan perbaikan apa yang dimungkinkan terjadi untuk memperoleh hasil yang terbaik dari operasi yang bersangkutan. 2. untuk membantu manajemen mencapai administrasi operasi yang paling efisien. 3. mengusulkan pada manajemen cara-cara dan alat-alat untuk mencapai tujuan apabila manajemen organisasi sendiri kurang memiliki pengetahuan tentang pengelolaan yang efisien. 4. audit operasional bertujuan untuk mencapai efisiensi dari pengelolaan. 5. untuk membantu manajemen, audit atau operasi berhubungan dengan fase dari aktivitas usaha yang dapat merupakan dasar pelayanan pada manajemen. 6. untuk membantu manajemen pada setiap tingkat dalam pelaksanaan yang efektif dan efisien dari tujuan dan tanggung jawab mereka. Sasaran audit operasional adalah kegiatan, aktivitas, program atau bidang-bidang organisasi yang diketahui atau diidentifikasi memerlukan perbaikan atau peningkatan dalam hal efektifitas, efisiensi dan ekonomisnya.
  • 24. 24 2.3.3. Tahap-Tahap Audit Operasional Suatu audit operasional merupakan pekerjaan besar bagi siapapun yang melaksanakannya. Auditor dalam melaksanakan kegiatannya memerlukan kerangka tugas sebagai pedoman. Tanpa adanya kerangka yang tersusun baik, auditor akan banyak menghadapi kesulitan dalam melaksanakan pekerjaannya, mengingat bahwa struktur perusahaan maupun kegiatan sudah semakin maju dan rumit. Melalui kerangka ini, auditor akan mempunyai rencana pemeriksaan yang dapat dilakukan secara sistematis dan diharapkan akan mendapatkan hasil yang memadai. Menurut (Arens dan Loebbecke, 2000), ada tiga tahap yang dilakukan dalam melakukan audit operasional yaitu: 1. perencanaan perencanaan dalam audit operasional serupa dengan perencanaan untuk audit atas laporan keuangan historis. Seperti dalam audit laporan keuangan, auditor operasional harus menentukan lingkup penugasan dan menyampaikan hal itu kepada unit organisasional, juga perlu menentukan staff yang tepat dalam penugasan, mendapatkan informasi mengenai latar belakang unit organisasional, memakai struktur pengendalian intern, serta menentukan bahan bukti yang tepat yang harus dikumpulkan. Perbedaan utama antara perencanaan audit operasional dengan audit
  • 25. 25 laporan keuangan adalah sangat banyaknya keragaman dalam audit operasional. Oleh karena keragamannya, seringkali sulit menentukan tujuan khusus pada suatu audit operasional, sehingga tujuannnya akan didasarkan pada kriteria yang dikembangkan untuk penugasan. 2. pengumpulan dan evaluasi bahan bukti dengan cara yang sama seperti pada audit keuangan, auditor operasional harus mengumpulkan cukup bahan bukti yang kompeten agar dapat menjadi dasar yang layak guna menarik suatu kesimpulan mengenai tujuan yang sedang diuji. 3. Pelaporan dan tindak lanjut dua perbedaan utama dalam laporan audit operasional dan keuangan yang mempengaruhi laporan audit operasional. Pertama, dalam audit operasional, laporan biasanya dikirim hanya untuk pihak manajemen, dan satu salinan untuk unit yang diperiksa. Tidak adanya pemakaian pihak ketiga, mengurangi pembakuan kata-kata dalam laporan audit operasional. Kedua, keragaman audit operasional memerlukan penyusunan laporan secara khusus untuk menyajikan ruang lingkup audit, temuan-temuan dan rekomendasi- rekomendasi. Hubungan kedua faktor ini mengakibatkan banyak perbedaan dalam laporan audit operasional. Penulisan laporan seringkali memakan banyak waktu agar temuan-temuan dan
  • 26. 26 rekomendasi disampaikan secara jelas. Tindak lanjut merupakan hal yang biasa dalam audit operasional di saat rekomendasi- rekomendasi disampaikan kepada manajemen, yang tujuannya adalah untuk memastikan apakah perubahan-perubahan yang direkomendasikan telah dilakukan dan jika tidak apakah alasannya. 2.4. Persediaan 2.4.1. Pengertian Persediaan Persediaan adalah bagian utama dalam neraca dan seringkali merupakan perkiraan yang nilainya cukup besar yang melibatkan modal kerja yang besar. Menurut (standar akuntansi keuangan, 1999) persediaan adalah aktiva: 1. yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; 2. dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau 3. dalam bentuk bagan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa Pengertian mengenai persediaan dalam hal ini adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode waktu tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi,
  • 27. 27 ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar kegiatan operasi perusahaan, yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang, serta selanjutnya menyampaikannya kepada para pelanggan atau konsumen. Adapun alasan diperlukannya persediaan oleh suatu perusahaan menurut Freddy Rangkuti (1996:2) adalah: 1. dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi dan untuk memindahkan produk dari suatu tingkat proses ke tingkat proses lainnya yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan 2. alasan organisasi, untuk memungkinkan suatu unit membuat jadwal operasinya secara bebas tidak tergantung dari yang lainnya. Sedangkan persediaan yang diadakan mulai dari bentuk bahan mentah sampai barang jadi antara lain berguna untuk dapat: 1. menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan- bahan yang dibutuhkan perusahaan. 2. menghilangkan resiko dari materi yang dipesan berkualitas atau tidak baik sehingga harus dikembalikan. 3. mengantisipasi bahwa bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
  • 28. 28 4. mempertahankan aktivitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi 5. mencapai penggunaan mesin yang optimal 6. memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya agar keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi dengan memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut 7. membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaannya atau penjualannya. 2.4.2. Jenis-Jenis Persediaan Menurut (Harnanto, 1994), bagi perusahaan dagang yang di dalam usahanya adalah membeli dan menjual kembali barang-barang, pada umumnya persediaan yang dimiliki adalah: 1. persediaan barang dagangan, untuk menyatakan barang-barang yang dimiliki dengan tujuan akan dijual kembali di masa yang akan datang. Barang-barang ini secara fisik tidak akan berubah sampai barang tersebut dijual kembali. 2. lain-lain persediaan, seperti umumnya supplies kantor dan alat-alat pembungkus dan lain sebagainya. Barang-barang ini biasanya akan dipakai dalam jangka waktu relatif pendek dan akan dibebankan sebagai biaya administratif dan umum atau biaya pemasaran. Bagi perusahaan manufaktur yang di dalam usahanya mengubah bentuk atau menambah nilai kegunaan barang, pada umumnya
  • 29. 29 mengklasifikasikan persediaan ke dalam berbagai kelompok sebagi berikut: 1. persediaan bahan baku, untuk menyatakan barang-barang yang dibeli atau diperoleh dari sumber-sumber alam yang dimiliki dengan tujuan untuk diolah menjadi produk jadi. Dalam hal bahan baku yang digunakan di dalam proses produksi berupa suku cadang dan harus dibeli dari pihak lain, maka barang-barang demikian sering disebut sebagai persediaan suku cadang. 2. persediaan produk dalam proses, meliputi barang-barang yang masih dalam pengerjaan yang memerlukan pengerjaan lebih lanjut sebelum barang itu dijual. Produk dalam proses, pada umumnya dinilai berdasarkan jumlah harga pokok bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang telah dikeluarkan atau terjadi sampai dengan tanggal tertentu. 3. persediaan produk jadi, meliputi semua barang yang diselesaikan dari proses produksi dan siap untuk dijual. Seperti halnya produk dalam proses, produk jadi pada umumnya dinilai sebesar jumlah harga pokok bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang diperlukan untuk menghasilkan produk tersebut. 4. persediaan bahan penolong, meliputi semua barang-barang yang dimiliki untuk keperluan produksi, akan tetapi tidak merupakan
  • 30. 30 bahan baku yang membentuk produk jadi, yang termasuk dalam kelompok persediaan ini antara lain minyak pelumas untuk mesin- mesin pabrik, lem, benang untuk menjilid dan buku-buku pada perusahaan percetakan. 5. lain-lain persediaan, misalnya supplier kantor, alat-alat pembungkus sperti halnya pada perusahaan dagang.
  • 31. 31 BAB III KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep Adapun faktor yang berhubungan dengan peningkatan laba adalah audit operasional, pengelolaan persediaan barang dagangan dan piutang. Namun tidak semua variabel diteliti dalam penelitian ini, dengan pertimbangan kepentingan peneliti dilapangan, keterbatasan kemampuan dan waktu peneliti. Peneliti hanya meneliti beberapa variabel saja yaitu audit operasional dan pengelolaan persediaan barang dagangan, maka kerangka konsep serta variabel dalam penelitian ini secara sistematis dapat digambarkan sebagai berikut : Variabel Independen Variabel dependen Audit Operasional Pengelolaan Persediaan Peningkatan Laba Barang dagangan Piutang Keterangan: : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti 31
  • 32. 32 3.2 Definisi Operasional 3.2.1 Variabel Independen 3.2.1.1 Audit Operasional 1. Pengertian : Pemeriksaan untuk mengetahui tingkat efisiensi sebuah kegiatan. 2. Cara Ukur : Wawancara 3. Alat Ukur : Kuesioner 4. Hasil Ukur : a. Pemeriksaan Operasional yang baik : Pemeriksaan yang baik adalah pemeriksaan yang dapat menemukan pemborosan dalam suatu kegiatan. b. Pemeriksaan Operasional yang tidak baik Pemeriksaan yang tidak baik adalah pemeriksaan yang tidak dapat menemukan pemborosan dalam suatu kegiatan. 5. Skala Ukur : Ordinal 3.2.1.2 Pengelolaan persediaan barang dagangan 1. Pengertian : Menyediakan persediaan barang dagangan
  • 33. 33 dengan tepat waktu dan harga yang murah. 2. Cara Ukur : Wawancara 3. Alat Ukur : Kuesioner 4. Hasil Ukur : a. Pengelolaan persediaan yang baik : Pengelolaan persediaan yang baik adalah Menyediakan persediaan barang dagangan dengan tepat waktu dan harga yang murah b. Pengelolaan persediaan yang tidak baik : Pengelolaan persediaan yang tidak baik adalah Menyediakan persediaan barang dagangan dengan tidak tepat waktu dan harga yang mahal. 5. Skala Ukur : Ordinal 3.2.2 Variabel dependen 3.2.2.1 Peningkatan laba a. Pengertian : Jumlah laba yang bertambah dari tahun sebelumnya.
  • 34. 34 b. Cara Ukur : Wawancara c. Alat Ukur : Kuesioner d. Hasil Ukur : 1. Terjadi peningkatan laba Jika laba tahun yang bersangkutan lebih besar dari tahun sebelumnya. 2. Tidak terjadi peningkatan laba Jika laba tahun yang bersangkutan lebih kecil atau sama dengan dari tahun sebelumnya e. Skala Ukur : Ordinal 3.3 Hipotesis Hipotesis yang dapat disampaikan penulis adalah sebagai berikut : 1. Ada hubungan Audit Operasional dan Pengelolaan Persediaan Barang Dagangan secara simultan terhadap peningkatan laba pada PT.Pupuk Sriwijaya Palembang. 2. Ada hubungan Audit Operasional secara parsial terhadap peningkatan laba pada PT. Pupuk Sriwijaya Palembang. 3. Ada hubungan pengelolaan persediaan barang dagangan secara parsial terhadap peningkatan laba pada PT. Pupuk Sriwijaya Palembang
  • 35. 35 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah survey analitik menggunakan pendekatan cross sectional dimana tentang variable independent dan dependen diambil (diukur) dalam waktu bersamaan.
  • 36. 36 4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 4.3.1 Waktu Penelitian Waktu penelitian pada bulan Mei 2007 4.2.1 Tempat Penelitian Lokasi penelitian ini pada PT. Pupuk Sriwijaya, Jl. Mayor Zen Palembang. 4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi Populasi penelitian ini adalah seluruh staf Akuntansi PT. Pupuk Sriwijaya yang diperkirakan 40 orang. 4.3.2 Sampel Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode random dimana sampel diambil dari jumlah populasi yang diperlukan 20 orang 4.4 Teknik Pengumpulan Data 36 Pengumpulan data untuk penelitian ini dengan prosedur sebagai berikut : 4.4.1Wawancara Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan melaksanakan tanya jawab langsung kepada pegawai yang mempunyai wewenang untuk memberikan data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan
  • 37. 37 4.4.2Observasi Yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan- pengamatan secara langsung atau seksama pada pelaksanaan operasi perusahaan atau instansi, sejalan dengan judul diatas agar mendapatkan data yang objektif dan sistematis 4.4.3Library Research Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara membaca buku-buku, referensi dan literature yang berhubungan dengan penyusunan laporan akhir. 4.5 Pengumpulan Data dan Analisa Data Pengolahan data secara manual dengan cara-cara sebagai berikut : 4.5.1Coding Coding adalah usaha mengklasifikasikan jawaban atau hasil yang ada meurut macamnya ke bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode-kode 4.5.2Editing (Pengeditan) Editing adalah meneliti kembali apakah isian pada lembaran kuisioner sudah cukup baik dan dapat diproses editing langsung dilakukan ditempat data/lapangan sehingga jika terjadi kesalahan maka upaya pembentulan data dapat segera dilaksanakan. 4.5.3Entry data (Pemasukan Data)
  • 38. 38 Data yang telah selesai dikoding dan diediting lalu dimasukan ke dalam kartu tabulasi. 4.5.3Cleaning Data (Pembersihan Data) Setelah pemakaian data selesai dan sudah benar-benar bebas dari kesalahan selanjutnya adalah melakukan pengujian kebenaran data. 4.6 Analisa Data 1. Analisa Univariat Dengan cara menggunakan Analisa data Univariat, guna mengetahui hubungan Audit Operasional dan Pengelolaan Persediaan Barang Dagangan dalam meningkatkan Laba pada PT. Pusri ( Persero) Palembang Bulan Mei 2007. 2. Analisa Bivariat. Data hubungan antara Audit Operasional dan Pengelolaan Persediaan Barang Dagangan dalam meningkatkan Laba pada PT. Pusri ( Persero) Palembang Bulan Mei 2007 dengan menggunakan statistik Chi Square. Dengan menggunakan rumus : [ ( AD – BC) – n/2]² n = (A +B)(C + D)(A + C)(B + D) Dimana : X² = Nilai X² hitung
  • 39. 39 n = Jumlah Populasi df = [baris - 1] [kolom - 1] α =5% BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Sejarah Singkat PT PUSRI (Persero) Palembang PT. Pupuk Sriwijaja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibawah Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia yang didirikan pada tanggal 24 Desember 1959, dengan Akte Notaris Eliza Pondang No.177
  • 40. 40 dengan status hukum Perseroan Terbatas (PT). PT. Pupuk Sriwijaja dicantumkan keberadaannya pada lembar Berita Negara No.46 sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang kegiatan utamanya adalah memproduksi pupuk urea dengan pemegang saham tunggal yaitu Pemerintah Republik Indonesia Pemegang sahamnya adalah Meteri Keuangan dan sebagai kuasa hukum adalah Meteri Perindustrian. PT. Pupuk Sriwijaja (Persero) sejak berdirinya telah mengalami perubahan Badan Usaha sebagai berikut : 1. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.20 tahun 1964 sejak bulan Mei 1964 berubah dari Perseroan Terbatas (PT) menjadi Perusahaan Negara (PN). 2. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.20 tahun 1969 dengan Akte Notaris Soeleman Arjasasmita pada bulan Januari 1976 dikembalikan lagi menjadi Perseroan Terbatas (PT). Saat ini kantor pusat berlokasi di Palembang di lingkungan area pabrik pupuk Pusri IB, Pusri II, Pusri III, dan Pusri IV Keempat pabrik tersebut 40 pendiriannya dilakukan secara bertahap, yaitu : 1. Pada tahun 1963 didirikan pabrik pupuk urea pertama yaitu Pusri I dengan kapasitas terpasang sebesar 100.000 ton per tahun. 2. Pada tahun 1974 didirikan pabrik urea kedua yaitu Pusri II dengan kapasitas sebesar 380.000 ton per tahun, sejak tahun 1992 kapasitasnya bertambah menjadi 570.000 ton per tahun.
  • 41. 41 3. Pada tahun 1976 didirikan pabrik pupuk urea ketiga yaitu Pusri III dengan kapasitas terpasang 570.000 ton per tahun. 4. Pada tahun 1977 didirikan pabrik pupuk urea keempat yaitu Pusri IV dengan kapasitas 570.000 ton per tahun. 5. Pada tahun 1990 didirikan pabrik pupuk urea kelima yaitu Pusri IB dengan kapasitas terpasang 570.000 ton per tahun sebagai pengganti Pusri I karena usia teknisnya tidak memungkinkan dan secara efisien sudah tidak layak untuk dipergunakan lagi, tetapi Pusri IB ini mulai berproduksi tahun 1994. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan PT. PUSRI berkantor pusat dan pusat produksi di Palembang adalah : 1. Faktor bahan dasar yang diperlukan dalam pembuatan pupuk urea yang cukup banyak tersedia. 2. Faktor gas alam dimana untuk penyediaannya disanggupi PT. Stanvac Indonesia dengan kontrak selama 20 tahun dan selanjutnya disediakan oleh Pertamina. 3. faktor air sebagai bahan dan pendingin mesin yang tersedia yang diperoleh dari sungai Musi, dimana lakoasi Pabrik PT. PUSRI berada di tepi sungai Musi. Disamping kantor pusat dan pabrik yang berlokasi di Palembang, PT. Pupuk Sriwijaja juga memiliki Kantor-Kantor Pemasaran Wilayah (KPW) yang tersebar di seluruh daerah tingkat II di Indonesia serta unit-unit pengantongan
  • 42. 42 Pupuk curah di Belawan, Cilacap, Semarang dan Meneng (Banyuwangi) berikut kapal-kapal angkutan pupuk curah dan armada kereta apai untuk mengangkut pupuk ke dalam kantong. Akselerasi pembangunan di sektor agroindustri telah membuka peluang besar bagi industri pupuk di Indonesia. Industri pupuk nasional hampir dikatakan identik dengan Molding BUMN pupuk, dimana PT. PUSRI merupakan BUMN dengan pemegang saham tunggal adalah pemerintah Indonesia. Kemudian menyusul industri pupuk di tanah air antara lain pendirian PT. Petrokimia Gresik dan PT. Kujang pada tahun 1975, PT. Pupuk Kaltim tahun 1977, PT. Pupuk Iskandar Muda pada tahun 1982. berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.28 tahun 1997 dan PP no.34 tahun 1998, industri pupuk di tanah air menjadi satu keluarga (Holding Company) atau satu wadah persatuan pupuk nasional guna menggalang persatuan diantara produsen-produsen pupuk dengan ditunjukkannya PT. PUSRI sebagai induk perusahaan (Operating Holding Company) dengan anak perusahaan yaitu industri pupuk di tanah air. Sejalan dengan perkembangan industri pupuk di tanah air, pemerintah Republik Indonesia melalui Peraturan Pemerintah nomor 17 tanggal 24 Juni 1997 dan nomor 28 tanggal 07 Agustus 1997 dengan akta notaris Imas Fatimah, SH nomor 47 tanggal 13 Agustus 1997 dan nomor 41 tanggal 14 Oktober 1997, menetapkan seluruh saham Pemerintah pada Industri pupuk PT. Pupuk Kujang, PT. Pupuk Iskandar Muda, PT. Pupuk Kalimantan Timur Tbk, dan PT.
  • 43. 43 Petrokimia Gresk sejumlah Rp. 1.829.290.000.000,00 dialihkan kepemilikannya kepada PT. PUSRI. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 34 tanggal 28 Februari 1998 menetapkan peralihan saham pemerintah sebesar Rp. 6.000.000.000,00 di PT. Mega Eltra kepada PT. PUSRI dan selanjutnya Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN dengan keputusan nomor Kep-26/M- PM/BUMN/2000 tanggal 03 Juni 2000, menyetujui kapitalisasi laba ditahan PT. Pupuk Kalimantan Timur Tbk. Sebesar Rp. 728.768.000.000,00 menjadi tambahan modal disetor. PT Pupuk Sriwijaya yang lebih dikenal dengan singkatan PT PUSRI adalah salah satu perusahaan milik negara dengan tugas utama emproduksi pupuk ke seluruh wilayah Indonesia. Dalam mengembangkan usahanya, PT PUSRI mempunyai visi dan misi untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Adapun visi dan misi tersebut adalah: Visi “Menjadi perusahaan kelas dunia dalam industri pupuk, petrokimia dan jasa- jasa teknik melalui maksimasi nilai untuk perusahaan dan kepuasaan pelanggan“. Misi “Memproduksi dan memsarkan pupuk untuk Ketahanan Pangan Nasional (Swasembada Pangan), produk-produk kimia dan jasa-jasa teknik di pasar nasional dan global dengan memperhatikan aspek mutu secara menyeluruh”.
  • 44. 44 Sebagai BUMN, PT PUSRI mengemban nilai dalam rangka pembangunan nasional yaitu : 1. Sebagai unit usaha (Economic Unit) PT PUSRI harus mampu mengelola modal yang dipercayakan kepadanya sehingga mendatangkan untung dan mampu membayar operasinya sendiri dan mampu menghasilkan surplus dari perputaran modal tersebut. 2. Sebagai penggerak pembangunan (Agent of Development) Sejalan dengan program pemerintah dalam pembangunan perekonomian nasional seperti yang tertera dalam UUD 1945, GBHN telah secara jelas dan tegas menunjukkan bahwa dalam kegiatan ekonomi termasuk industri harus dihindarkan timbulnya “etatisme” dan sistem “free fight lineralism”, maka dalam hubungan inilah PT. PUSRI diharapkan kontribusinya yaitu sebagai penggerak pembangunan dalam perekonomian industri baik untuk wilayah Sumatera Selatan maupun nasional antara lain dengan program “Bapak Angkat”. 3. Sebagai Stabilator Pengadaan pupuk adalah masalah yang tidak dapat dipisahkan dari masalah stabilisasi pengadaan/penyediaan pangan nasional perusahaan mendapat kepercayaan untuk ikut serta mengelola pengadaan pupuk nasional, buka saja pupuk yang berasal dari produksi sendiri tetapi juga pupuk dari unit- unit produksi lainnya serta dari impor dengan prinsip 6 tepat yaitu : tepat jumlah, waktu, jenis, tempat, harga, dan pembayaran (PT. PUSRI ditunjuk
  • 45. 45 sebagai penyalur tunggal dalam pengadaan penyediaan serta penyaluran pupuk untuk kebutuhan dalam negeri). Adapun tujuan perusahaan adalah untuk turut melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan pada umumnya, khususnya di bidang industri pupuk dan industri kimia lainnya, disamping menyelenggarakan kegiatan distribusi dan perdagangan baik dalam maupun di luar negeri yang berhubungan dengan produk-produk tersebut diatas. 5.2. Analisis Data 5.2.1. Analisis Univariat Analisis data ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase dari variabel independen (Audit Operasional dan Pengelolaan Barang Dagangan) dengan variabel dependen ( Peningkatan Laba ). Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 58 orang, data ini disajikan dalam bentuk tabel dan teks. a. Audit Operasional
  • 46. 46 Pada penelitian ini audit operasional dikategorikan menjadi dua yaitu cukup dan tidak cukup yang akan diuraikan pada tabel dibawah ini. Tabel 5.1 Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan audit operasional di PT.Pusri Palembang Bulan Mei Tahun 2007 Audit Operasional Jumlah Presentase Cukup 25 43,1 Tidak Cukup 33 56,9 Jumlah 58 100 Dari tebel 5.1 diatas dapat diketahui audit operasional dengan mendapat audit operasional 43,1% dibandingkan tidak mendapat kompensasi 56,9%. b. Pengelolaan Persediaan Barang Dagangan Pada pengelolaan persediaan barang dagangan ini pengelolaan persediaan barang dagangan dikategorikan dalam dua kelompok yaitu baik dan tidak baik yang akan diuraikan pada tabel dibawah ini. Tabel 5.2 Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan pengelolaan persedian barang dagangan di PT.Pusri Palembang Bulan Mei Tahun 2007 Pengelolaan Persedian Jumlah Presentase Barang Dagangan Baik 28 48,2 Tidak Baik 30 51,7 Jumlah 58 100
  • 47. 47 Dari tebel 5.2 diatas dapat diketahui bahwa pengelolaan persedian barang dagangan dengan pengelolaan persedian barang dagangan baik 48,2% dibandingkan pengelolaan persedian barang dagangan tidak baik 51,7%. 5.2.2. Analisis Bivariat Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel Independen (Audit Operasi dan Pengelolaan Persediaan Barang Dagangan) dengan variabel dependen (Peningkatan Laba). Penelitian ini menggunakan uji statistik Chi-square pada α=0,05 dan df=1 dengan batas kemaknaan X² tabel > 3,841 bila X² hitung > x² tabel yang berarti ada hubungan yang bermakna (signifiken) dan apabila X² hitung < dari X² tabel maka tidak ada hubungan yang bermakna. a. Hubungan Audit Operasional dengan Peningkatan Laba Audit operasional dengan kejadian peningkatan Laba dapat di kategorikan menjadi dua kolompok yaitu cukup ( ) dan tidak cukup ( )dengan jumlah responden 58 orang dapat dilihat pada tabel 5.3 dibawah ini : Tabel 5.3 Hubungan Antara Audit Operasional Dengan Peningkatan Laba PT. Pusri Palembang Mei Tahun 2007
  • 48. 48 Peningkatan Laba Variabel Terjadi Tidak Terjadi Jumlah Audit Operasional Peningkatan Peningkatan Kemaknaan n % n % N % Cukup 19 76 6 24 25 100 X²=13,3 Kurang 8 24,2 25 75,8 33 100 Bermakna Jumlah 27 31 58 Dari tabel 5.3 diatas dapat diketahui bahwa proporsi karyawan yang mengalami peningkatan laba yang audit operasional tinggi 76% dibandingkan dengan yang audit operasional rendah 24,2% yang mengalami kenaikan laba. Dari hasil uji Chi-Square pada pada α=0,05 dan df=1 dimana X² hitung = 35,9 lebih besar dari X² tabel = 3,841 ini berarti ada hubungan yang bermakna antara audit operasional dengan peningkatan laba. b. Hubungan Pengelolaan Persediaan Barang Dagangan dengan Peningkatan Laba Pengelolaan persediaan barang dagangan dengan kejadian Peningkatan Laba dapat di kategorikan menjadi dua kolompok yaitu baik ( ) dan tidak baik ( ) dengan jumlah responden 58 orang dapat dilihat pada tabel 5.4 dibawah ini: Tabel 5.4 Hubungan Antara Pengelolaan Persediaan Barang Dagangan Dengan Peningkatan Laba PT. Pusri Palembang Mei Tahun 2007
  • 49. 49 Peningkatan Laba Variabel Terjadi Tidak Terjadi Jumlah Pengelolaan Peningkatan Peningkatan Kemaknaan Persediaan n % n % N % Baik 21 75 7 25 28 100 X²=17,6 Tidak Baik 5 16,7 25 83,3 30 100 Bermakna Jumlah 26 32 58 Dari tabel 5.4 diatas dapat diketahui bahwa proporsi karyawan yang mengalami peningkatan laba yang baik 75% dibandingkan dengan yang ytidak baik 16,7% yang mengalami kenaikan laba. Dari hasil uji Chi-Square pada pada α=0,05 dan df=1 dimana X² hitung = 35,9 lebih besar dari X² tabel = 3,841 ini berarti ada hubungan yang bermakna antara pengelolaan barang dagangan dengan peningkatan laba. BAB VI PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di PT Pusri Palembang bulan Mei – Juni tahun 2007, sampel penelitian berjumlah 58 responden yaitu sebagian karyawan yang bekerja di Di PT Pusri Palembang. Sampel ini menurut Arikunto (1998) jika populasi lebih dari 100 maka sampel diambil 10-15 % jika populasi kurang dari 100 maka seluruh populasi dijadikan sampel.
  • 50. 50 Selanjutnya data yang telah dikumpulkan dengan chek lists yang terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat dilakukan uji statistik Chi-Square. Pada penelitian yang dilakukan di PT. Pusri Palembang Bulan Mei – Juni tahun 2006 peneliti hanya membahas variabel Biaya Operasional dan Pengelolaan Persedian. 6.1. Biaya Operasional Dari hasil penelitian yang dilakukan di PT Pusri Palembang bulan Mei – Juni tahun 2007 didapatkan analisis univariat dari 58 responden. Dari hasil analisis bivariat tidak terdapat hubungan yang bermakna antara Audit operasional dengan Peningkatan laba dengan nilai X2 hitung =13.3 > X2 tabel = 3,481. Dengan demikian hipotesa yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara Audit Operasional dengan Peningkatan laba yang tepat terbukti. 6.2. Pengelolaan Persediaan Dari hasil penelitian dilakukan di PT. Pusri Palembang bulan Mei – Juni tahun 2007 didapatkan analisis univariat dari 58 responden. Dari hasil analisis bivariat terdapat hubungan yang bermakna antara keturunan ibu dengan kejadian kehamilan kembar dengan nilai X2 hitung = 17,6> X2 tabel = 3,841. Dengan demikian hipotesa yang menyatakan bahwa ada hubungan antara Pengelolaan Persediaan dengan Peningkatan laba yang tepat terbukti.
  • 51. 51 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan 1. Karyawan yang mengatakan Audit Operasional cukup maka terjadi peningkatan laba 76 % dan Audit Operasional cukup maka tidak terjadi peningkatan laba 24 %.
  • 52. 52 2. Karyawan yang mengatakan Audit Operasional kurang maka terjadi peningkatan laba 24,2% dan Audit Operasional kurang maka tidak terjadi peningkatan laba 75,8%. 3. Karyawan yang mengatakan Pengelolaan Persediaan baik maka terjadi peningkatan laba 75 % dan Pengelolaan Persediaan baik maka tidak terjadi peningkatan laba 25% 4. Karyawan yang mengatakan Pengelolaan persediaan tidak baik maka terjadi peningkatan laba 16,7% dan Pengelolaan persediaan tidak baik maka tidak terjadi peningkatan laba 83,3%. 5. Adanya hubungan yang bermakna antara Audit Operasional dengan Peningkatan laba di PT. Pusri Palembang tahun 2007 dengan X2 =13,3 6. Adanya hubungan yang bermakna antara Pengelolaan Persediaan dengan Peningkatan laba di PT. Pusri Palembang tahun 2007 dengan X2 = 17,6 7.2. Saran 1. Bagi Pimpinan PT. Pusri a. Agar melaksanakan Audit Operasional dengan lebih baik lagi untuk meningkatan laba. b. Agar mengelola persediaan dengan lebih baik untuk meningkatkan laba. 2. Bagi Peneliti
  • 53. 53 Pada penelitian yang akan datang agar dapat meneliti variabel-variabel yang belum diteliti sesuaikan dengan kondisi perusahaan yang diteliti. Lampiran 1 CHEK LIST HUBUNGAN AUDIT OPERASIONAL DAN PENELOLAHAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN TERHADAP PENINGKATAN LABA PADA PT PUSRI PALEMBANG BULAN MEI TAHUN 2007 Pengelolaan Audit Operasional Peningkatan Laba Persediaan No Nama Tidak Tidak Cukup Kurang Baik Meningkat Baik Meningkat 1. Ainal Farhan
  • 54. 54 2. Yulita Sari 3. Meli Yanita T 4. Nur fitria 5. Dhana Rizka 6. Devi Noviani 7. M. Taupan 8. Abi Ubaid 9. Yuli 10. Susiana 11. Didi Setiawan 12. Permata Sari 13. Dini Wahyuni 14. Reksi Yulistha 15. Ayu Febriani 16. Puria Asih 17. Maria Fadillah 18. Vevy Karlina 19. Engga Kela 20. Evi Efriani 21. Dwi Puspita 22. Ria Oktarina 23. Dahniar 24. Ade Lia Sepriani 25. Arema Yuana 26. Fitria Yanti 27. Melati Desiria 28. Deci indrawati 29. Yeni Wahyuni 30. Eva Oktarina 31. Astri Ningrum 32. Muhammad 33. Farid 34. Aini Meilita 35. Wenti Aisyah 36. Raden Ayu 37. Sari 38. Rica Savitri 39. Tenni 40. Mira Febrianti 41. Nyayu Atika 42. Erlis Kristian 43. Wiwin 44. Ridha Ferlani 45. M. Rizky 46. Lina Yatina 47. Budi Nugroho 48. Rika Oktaria
  • 55. 55 49. Soni Oktopin 50. Puspita Sari 51. M. Idrus 52. Kartika Sari 53. R. Akmad 54. Anasiska 55. Dewi Puspita 56. Husna 57. Yudi 58. Santi Apriani 59. Karlina S. 60. Gustina 61. Elva asmanti 62. Rita 63. Heryanina 64. Anggra 65. Dona 66. Linda Marinda 67. Wenny 68. Arieo irawan 69. Febri 70. Achmad Padjri
  • 56. 56 Lampiran 2 Tabel 5.5 Hubungan Antara Audit Opersional Dengan Peningkatan Laba PT. Pusri Palembang Mei Tahun 2007 Peningkatan Laba Variabel Terjadi Tidak Terjadi Jumlah Audit Operasional Peningkatan Peningkatan Kemaknaan n % n % N % Cukup 19 76 6 24 25 100 X²=13,3 Kurang 8 24,2 25 75,8 33 100 Bermakna Jumlah 27 31 58 (AD – BC) – n/2 ² X² = n (A + B) (C + D) (A + C) (B + D) (19.25 – 6.8) – 58/2 ² X² = 58 (19 + 6) (8 + 25) (19 + 8) (6 + 25) (475 – 48) – 29 ² = 58 (25) (33) (27) (31) (398) ² = 58 690525 (158404) = 58 690525 9187432 = 690525 = 13,3
  • 57. 57 Lampiran 3 Tabel 5.8 Hubungan Antara Pengelolaan barang dagangan Dengan Peningkatan Laba PT. Pusri Palembang Mei Tahun 2007 Peningkatan Laba Variabel Terjadi Tidak Terjadi Jumlah Pengelolaan Peningkatan Peningkatan Kemaknaan Persediaan n % n % N % Baik 21 75 7 25 28 100 X²=17,6 Tidak Baik 5 16,7 25 83,3 30 100 Bermakna Jumlah 26 32 58 (AD – BC) – n/2 ² X² = n (A + B) (C + D) (A + C) (B + D) (21.25 – 7.5) – 58/2 ² X² = 58 (21 + 7) (5 + 25) (21 + 5) (7 + 25) (525 – 35) – 29 ² = 58 (28) (30) (26) (32) (461) ² = 58 698880 (212521) = 58 698880 12326218 = 698880 = 17,6
  • 58. 58 3.1. Struktur Organisasi, Pembagian Fungsi dan Tanggung Jawab PT PUSRI (Persero) Palembang 3.1.1. Struktur Organisasi Sebagai komporat organisasi PT. PUSRI dipimpin oleh seorang direktur utama bersama lima orang direktur lainnya yang diawasi oleh Dewan Komisaris sebagai wakil pemegang saham Organisasi PT. PUSRI terdiri dari Direktorat Utama, Direktorat Produksi, Direktorat Komersil, Direktorat Teknis dan Perekayasaan. Direktorat Keuangan, dan Direktorat Litbang. Dibawah Direktorat dibentuk subdirektorat pada unit penunjang (fungsional) dan kompartemen pada unit operasional dengan tugas sebagai koordinator aktivitas kepala biro atau kepala divisi. Oleh karena itu dikeluarkan Surat Keputusan (SK) Direksi tahun 1994 tentang struktur organisasi PT. PUSRI Berdasarkan SK tersebut yang disesuaikan dengan struktur BUMN di seluruh Indonesia. Struktur organisasi dipimpin oleh Direksi dan diawasai oleh Dewan Komisaris yang ditetapkan oleh Meteri Keuangan selaku pemegang saham Struktur organisasi PT. PUSRI terbagi dalam enam direktorat, yaitu direktorat utama, produksi, komersial, teknik dan perekayasaan, keuangan, dan limbang yang masing-masing membawahi unit-unit atau operasional, subdirektorat sebagai koordinator dan pengawasan
  • 59. 59 terhadap biro yang membawahi unit-unit pendukung operasional. Hirarki jabatan tersebut adalah : 1. Tingkat Direksi 2. Tingkat Kepala Sub Direktorat 3. Tingkat Kepala Departemen (Kadep) 4. Tingkat Kepala Divisi (Kadiv) 5. Tingkat Kepala Dinas (Kadis) 6. Tingkat Kepala Bidang (Kabid) 7. Tingkat Kepala Urusan (Kaur) 8. Tingkat Staff 9. Tingkat Pelaksana Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Direksi tahun 2002, nomor SK/DIR/020/2002 tanggal 1 April 2002 tentang Penyempurnaan Organisasi PT. PUSRI, setelah dilakukan perubahan organisasi yang mendasar sebagai tindak lanjut dari program Restrukturisasi Organisasi dan SDM Dalam Surat Keputusan itu dilakukan perubahan organisasi dan informasi tenaga kerja di beberapa tempat kerja dengan berprinsip pada efisiensi penggunaan tenaga kerja organik dan penggunaan jasa borongan kerja.
  • 60. 60 Adapun beberapa penyesuaian yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1. Peran Sekretaris Perusahaan ditambah dengan masalah hukum bisnis (menggabungkan Dinas Hukum) untuk mendukung aspek compliance officer. 2. Perubahan tanggung jawab pemeliharaan tahunan pabrik (turnaround pada fungsi Jasa Teknik (plan service) Dengan demikian unit-unit perbengkelan telah dipindahkan dari Departemen Pemeliharaan ke Departemen Jasa Teknik unit Pemasaran Produk Samping dialihkan ke Unit Pemasaran sebagai salah satu dicersifikasi pemasaran dan pemusatan pemasaran ke satu tangan. 3. Fungsi Departemen Pelatihan dan SDM dan Departemen Teknologi Informasi beralih ke Direktorat Litbang, dengan demikian fungsi manajemen dipusatkan ke Dinas Sistem Manajemen yang semula akan dilakukan oleh unit BP-PMT, Sekretariat ISO dan juga pengelolaan Sistem dan Prosedur serta untuk meningkatkan peran Teknik Informasi sebagai supporting dalam perencanaan pengembangan dan pengelolaan data untuk seluruh unit kerja. 4. Fungsi pengelolaan administrasi kesejahteraan karyawan yang semula juga dilakukan oleh Yayasan Karyawan, Dana
  • 61. 61 Pensiun Karyawan dan Rumah Sakit dipusatkan ke Departemen Ketenagakerjaan. Hal ini dilakukan dalam rangka melakukan efisiensi dan meningkatakan kinerja perusahaan untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat. Langkah yang dilakukan oleh PT. PUSRI adalah melalui program assesment untuk mendapatkan karyawan dengan kualifikasi kompetensi dan motivasi tinggi. Untuk keperluan tersebut perusahaan menawarkan kepada karyawan untuk mengikuti Program Pensiun Dini : (PADINI) atau Golden Shake Hand (GST). Dalam tahun 2001 realisasi program PADINI sebanyak 1.079 orang dan PT. PUSRI menerima sebanyak 200 orang karyawan tamatan SMU dan Diploma (D3) untuk ditempatkan sebagai karyawan pabrik. Dalam rangka memacu produktivitas karyawan PT. PUSRI mengupayakan peningkatan kualitas SDM secara berkesinambungan malalui program pendidikan dan pelatihan yang dirancang sistematis. Program pendidikan dan pelatihan ini diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan dan disiplin dalam profesi masing-masing berupa pendidikan dan pelatihan teknis dan umum. Sebagai bagian dari hubungan industrial yang harmonis, pembinaan SDM juga mencakup aspek kesejahteraan karyawan Dalam hal ini perusahaan memberikan beberapa insentif pendapatan serta menyediakan berbagai fasilitas kesejahteraan karyawan yang berupa
  • 62. 62 sarana kesehatan, rumah dinas, fasilitas rekreasi, olah raga, tempat ibadah, serta pendidikan sekolah untuk anak atau keluarga serta program pensiun DIREKTORAT DIREKTORAT DIREKTORAT DIREKTORAT DIREKTORAT DIREKTORAT TEKNIK & PRODUKSI KOMERSIL KEUANGAN LITBANG PEREKAYASAAN KOMPAREMEN KOMPAREMEN KOMPAREMEN KOMPAREMEN KOMPAREMEN PRODUKSI NIAGA TEKNIK & JASA ADM & Keuangan LITBANG Dep. Pengadaan Dep. Jasa Rancang Dep. Operasil Dep. Keuangan Dep. Litbang & Produksi Bangan Dep. SAR Dep. Pekumpulan Dep. Pelatihan & Dep. PKJ Dep. Akuntasi & Wilayah I & Penggotongan Perkembang SDAN Dep.Teknik Dep. SAR Dep. Jasa - jasa Dep. Umum Dep.Perencanaan Produksi & Wilayah III Teknik Dep.Operasi III Dep. Pembangunan Dep. Teknalogi Dep. Logistik & Lingkungan Infarmasih Dep.Pemeliharaan Sumber: Humas PT PUSRI 3.1.2. Pembagian Fungsi dan Tanggung Jawab Dilihat dari struktur organisasi dari PT. PUSRI Palembang dapat disimpulkan bahwa struktur organisasi yang digunakan adalah struktur organisasi fungsional, ciri-cirinya bahwa setiap manajer adalah seorang ahli dan masing-masing atasan mempunyai bawahan Struktur organisasi itu sangat cocok untuk organisasi produksi.
  • 63. 63 Secara singkat akan diuraikan tugas dari masing-masing departemen : 1. Direktorat Utama - Menjalankan perusahaan sesuai dengan prinsip-prinsip bisnis peraturan daerah dan perundang-undangan yang berlaku. - Mengkoordinasi, mengendalikan membina dan mengawasi semua kegiatan perusahaan. - Mengadakan konsultasi dan kerjasama dengan industri terkait baik pemerintah dan swasta. - Membuat laporan kegiatan perusahaan secara berkala 2. Direktorat Produksi - Membantu dan melaksanakan garis kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Direktur Utama - Mengawasi, mengendalikan, mengkoordinasi dan memberikan petunjuk/pembinaan dalam pelaksanaan produksi yang terdiri dari beberapa departemen antara lain: a. Departemen Operasi I b. Departemen PKL c. Departemen Teknik Produksi d. Departemen Operasi III e. Departemen Pemeliharaan
  • 64. 64 3. Direktorat Komersil - Membantu dan melaksanakan garis kebijaksanaan yang ditetapkan Direktur Utama. - Melindungi instansi pemerintah dan swasta dalam usaha mendapatkan order. - Mengawasi, mengendalikan, mengkoordinasi dan memberikan petunjuk/pembinaan pada lingkungan komersal, yaitu : a. Departemen Pengadaan dan Produksi b. Departemen SAR Wilayah I c. Departemen SAR Wilayah II d. Departemen SAR Wilayah III 4. Direktorat Teknik dan Perekayasaan - Membantu dan melaksanakan garis kebijaksanaan yang ditetapkan Direktur Utama. - Mengawasi, mengendalikan, mengkoordinasi dan memberikan petunjuk/pembinaan pada bagian dalam lingkungan teknik dan perekayasaan, yaitu : a. Departemen Jasa Rancang Bangun b. Departemen Perkapalan dan Pengantongan c. Departemen Jasa-jasa Teknik d. Departemen Logistik
  • 65. 65 5. Direktorat Keuangan - Membantu dan melaksanakan garis kebijaksanaan yang ditetapkan Direktur Utama - Mengawasi, mengendalikan, mengkoordinasi dan memberikan petunjuk dalam melaksanakan kegiatan pada bagian keuangan, yaitu a. Departemen Keuangan b. Departemen Akuntansi c. Departemen Umum d. Departemen Pembinaan Lingkungan Departemen Akuntansi Terdiri dari 2 bagian yaitu : 1). Dinas Akuntansi Biaya, terdiri dari a. Bagian Akuntansi Biaya - Menyelenggarakan seluruh kas akuntansi biaya produksi - Menyelenggarakan administrasi proyek - Menyiapkan data untuk kebutuhan perhitungan harga pupuk. b. Bagian Akuntansi Persediaan - Menyiapkan dan memperoses data persediaan pupuk dan material pabrik pupuk, UPP, dan PKW menjadi jurnal material
  • 66. 66 - Membukukan biaya distribusi sampai lini III lengkap dengan adjustmentnya - Mengecek kebenaran fisik dan administrasi barang yang akan dimusnakan atau dilelang - Memonitor pelaksanaan rekonsiliasi persediaan pupuk dan material 2). Dinas Akuntansi Umum, terdiri dari : - Menyelenggarakan kegiatan akuntansi umum - Mengelola, memproses, menyusun dan menganalisa laporan keuangan. - Melakukan verifikasi atas tagihan-tagihan - Mengembangkan sistem dan prosedur akuntansi umum serta laporan keuangan 6. Direktorat Litbang - Membantu dan melaksanakan garis kebijaksanaan yang ditetapkan Direktur Utama - Mengawasi, mengendalikan, mengkoordinasi dan memberi petunjuk/pembinaan dalam pelaksanaan kegiatan perencanaan dan pengembangan, yaitu : a. Departemen Litbang b. Departemen Pelatihan dan Pengembangan SDM c. Departemen Perencanaan
  • 67. 67 d. Departemen Teknologi Informasi 3.2. Aktivitas Operasional PT PUSRI (Persero) Palembang Untuk mencapai tujuan perusahaan, perseroan menjalankan usaha-usaha sebagai berikut : 1. Produksi Mengelola bahan-bahan mentah tertentu menjadi bahan-bahan pokok yang digunakan dalam pembuatan pupuk terutama pupuk urea dan bahan kimia lainnya, serta megelola bahan-bahan pokok tersebut menjadi berbagai jenis pupuk dan hasil barang kimia lainnya. 2. Perdagangan Menyelenggarakan kegiatan distribusi dan perdagangan baik dalam maupun luar negeri yang berhubungan dengan produk-produk tersebut diatas dan produk-produk lainnya serta kegiatan impor barang-barang yang antara lain beberapa bahan baku, bahan penolong/pembantu, peralatan produksi dan bahan kimia lainnya. 3. Pemberian Jasa Melaksanakan studi penelitian dan pengembangan, design engineering, pengantongan (bagging station), konstruksi manajemen, pengoperasian pabrik, perbaikan/reparasi, pemeliharaan, latihan dan pendidikan, konsultasi (kecuali konsultasi bidang hukum) dan jasa teknis lainnya, ekspedisi dan pergudangan serta kegiatan lainnya.
  • 68. 68 4. Usaha Lainnya Menjalankan kegiatan-kegiatan usaha dalam bidang angkutan laut dan angkutan lainnya, ekspedisi da pergudangan serta kegiatan lainnya yang merupakan sarana dan perlengkapan guna kelancaran pelaksanaan kegiatan usaha tersebut. Strategi PT. PUSRI dalam mengembangkan usahanya tersebut dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : 1). Pengembangan Usaha Pokok a. Evaluasi hasil optimalisasi pabrik (peningkatan kapasitas pabrik) b. Pengkajian dan penggantian pabrik lama 2). Pengembangan Usaha Lain a. Rancangan bangun dan perekayasaan b. Plat service yang memberikan jasa pelayanan c. Pelayanan kesehatan (rumah sakit) d. Telah dilakukan pengkajian batubara sebagai bahan baku pengganti Bidang usaha yang dilakukan oleh PT. PUSRI mencakup tigal hal yaitu: 1. Produksi Secara nasional jumlah kapasitas terpasang produksi pupuk dan amoniak sebesar. - Urea : 6.322.000 ton/tahun - SP-36 : 1.000.000 ton/tahun - ZA : 660.000 ton/tahun
  • 69. 69 - Amoniak : 4.144.000 ton/tahun Pupuk dan amoniak tersebut diproduksi dari pabrik pupuk dalam negeri yang merupakan anak perusahaan PUSRI dan disamping itu memproduksi juga beberapa produksi kimia yaitu : 1). PT. Pupuk Sriwijaya di Palembang Sumatera Selatan 2). PT.Petrokimia Gresik Jawa Timur 3). PT. Pupuk Kujang di Cikampek Jawa Barat 4). PT. Pupuk Kalimatan di Timur Bontang Kalimatan Timur 5). PT. Iskandar Muda di Lhokseumawe, Aceh 6). PT. Rekayasa Industri di Jakarta 7). PT. Mega Eltra di Jakarta 2. Distribusi dan Pemasaran a. Penyaluran Pupuk − Sejak tahun 1979 PT. PUSRI ditunjuk pemerintah sebagai penanggung jawab pengadaan seluruh jenis pupuk bersubsidi, antara lain urea, TSP, ZA, KCL dan KNO3. mulai dari lini 1 sampai dengan lini IV untuk memenuhi progam intensifikasi pertanian. − Terhitung tanggal 1 Desember 1988 pemerintah menghapuskan subsidi pupuk dan membebaskan seluruh jenis pupuk dengan demikian pupuk menjadi komoditi bebas untuk dipasarkan.
  • 70. 70 − Melalui SK Mendagri No.182/KP/VIII/1995 tanggal 26 Agustus 1995 pemerintah mengubah pola penyaluran pupuk di dalam negeri yaitu menunjuk PT. PUSRI sebagai penanggung jawab pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi (urea) dan PT. Petrokimia Gresik sebagai penanggung jawab dan penyaluran pupuk ISP dan ZA di subsektor tanaman pangan. − Dalam melaksanakan tugas sebagai penanggung jawab penyediaan dan penyaluran pupuk nasional. PT. PUSRI menggunakan sistem distribusi yang dikenal dengan sebutan “Pipe Line Distribution System”, yaitu sistem yang mengalir dari lini 1 (produsen) sampai ke lini IV (tangan petani). b. Sarana Distribusi dan Pemasaran Sarana distribusi yang dimiliki oleh PT. PUSRI terdiri dari : − Satu unit kapal motor amoniak dengan kapasitas 5.700 ton − Tiga unit kapal motor curah dengan kapasitas 7.300 ton per kapal. − Satu unit kapal motor curah dengan kapasitas 7.800 ton. − Tiga unit kapal motor curah dengan kapasitas 8.000 ton per kapal. − PT. PUSRI mengelola empat unit pengantongan pupuk (di Belawan, Cilacap, Surabaya, dan Banyuwangi) dan satu unit UPP sewa di semarang, dengan total kapasitas pengantongan sebesar 2.520.000 ton per tahun.
  • 71. 71 − Memiliki 595 buah gerbong kereta api, dengan kapasitas daya angkutan 30 ton per gerbong. − 109 unit gudang persediaan pupuk (GPP) dengan kapasitas 529.165 ton. − 105 unit gudang sewa dengan kapasitas 330.385 ton − 24 unit kantor Pemasaran Pusri Daerah (PPD) − 176 unit motor Pemasaran PUSRI Kabupaten (PKK). 3. Rancang Bangun dan Perekayasaan a. Lingkup layanannya adalah melakukan kegiatan EPC (Engmeering, Procurement, and Construction) untuk pembangunan industri kimia, minyak dan gas bumi, semen dan mineral, dan power plant, mengerjakan jasa pemeliharaan pabrik dan perbaikan tahunan (turnaround) dengan pabrikasi peralatan pabrik, Heat Exchanger (HE),Pressure Vessel, Tangki, Mechanical Seals, Valves, dan sebagainya. b. Perusahaan industri yang telah menerima jasa teknik yaitu pabrik-pabrik pupuk di dalam negeri, Pertamina, dan pabrik pupuk di luar negeri seperti Bangladesh, Malaysia, Algeria, dan India. c. Sarana bengkel jasa pemeliharaan dan pabrikase peralatan pabrik seperti bengkel reparasi dan unit pabrikase. Disamping itu mampu memproduksi bejana dan penukar gas tekanan menengah dan rendah,
  • 72. 72 roda gigi, rollers dan kontruksi baja, alat-alat berat dan alat-alat bantu pemeliharaan pabrik serta peralatan inspeksi dan monitoring mesin pabrik. 3.3. Pengelolaan Persediaan Barang Dagangan PT PUSRI (Persero) Palembang Prosedur Penerimaan Pupuk Urea dari Tower Pabrik ke Gudang, yaitu: 1. Butiran pupuk urea (prill) yang telah selesai selesai diproduksi diserahkan oleh Departemen Operasi ke Bagian Pengantongan Pupuk Urea (PPU). Penyerahan urea ini dilakukan pada akhir jam shift kerja, yaitu pada pukul 07.00, 15.00 dan 23.00. Penyerahan ini dibuatkan berita acaranya (B.A.). Berita acara per per shift dikumpulkan untuk membuat laporan harian produksi urea. Laporan harian ini kemudian diinput ke dalam komputer. Hal ini berguna untuk mengetahui berapa persediaan urea yang telah selesai diproduksi. 2. Bagian Pengantongan Pupuk Urea (PPU) mengolah butiran pupuk urea (prill) tersebut sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP). Ada yang dikantongi dan ada yang disimpan ke dalam gudang dalam bentuk curah (in bulk). 3. Urea curah tersebut disimpan ke dalam gudang urea curah (in bulk storage), penyimpanan ini dicatat oleh checker gudang ke dalam buku gudang. Setiap
  • 73. 73 akhir jam shift kerja ketiga, yaitu pukul 07.00, dibuat laporan penerimaan urea curah per hari. Laporan ini kemudian diinput ke dalam komputer. 4. Jika tidak disimpan dalam bentuk curah, maka urea tersebut akan dikantongi sesuai dengan jenisnya. Ada dua jenis urea kantong (in Bag), yaitu urea bersubsidi dan urea non subsidi. Pengantongan urea ini dilakukan dengan melihat ketersediaan kantong dan alas pallet. 5. Setelah selesai dikantongi, urea kantong tersebut langsung diserahkan ke Bagian Ekspedisi dan Dermaga Khusus. Oleh bagian ini urea kantong tersebut disimpan di gudang urea kantong (in bag storage). Serah terima ini juga dibuatkan berita acara serah terimanya dan dicatat oleh checker gudang. 6. Pada setiap akhir jam shift kerja ketiga, yaitu pukul 07.00, dibuat laporan harian penerimaan urea kantong. Kemudian laporan ini diinput ke dalam komputer untuk mengetahui berapa persediaan urea kantong pada saat tertentu. 7. Urea tersebut disimpan berdasarkan jenisnya, yaitu bersubsidi dan non subsidi. Prosedur Pengeluaran Pupuk Urea dari Gudang ke Truk, yaitu: 1. Pemasaran Pusri Daerah (PPD) mengeluarkan memo dan Surat Pengantar Angkutan Pupuk (SPAP)
  • 74. 74 2. Memo dan SPAP ini diserahkan kepada ekspeditur. Ekspeditur adalah perusahaan ekspedisi yang bertugas membawa pupuk urea dari gudang Kantor Pusat PT Pusri (Persero) ke gudang Pemasaran Pusri Daerah. 3. Ekspeditur membawa Memo dan SPAP ke Dinas Perbendaharaan PT Pusri (Persero) di Kantor Pusat Palembang. 4. Setelah menerima memo dan SPAP, Dinas Perbendaharaan mengkonfirmasi ke Pemasaran Pusri Daerah, kemudian Dinas Perbendaharaan membuat Delivery Order. 5. SPAP dan Delivery Order diserahkan kembali ke Ekspeditur, sedangkan memo disimpan oleh Dinas Perbendaharaan. 6. Ekspeditur membawa SPAP dan Delivery Order ke Bagian Eskpedisi yang berlokasi di area Gudang Kantor Pusat PT Pusri (Persero) Palembang. Sebelum memasuki area gudang, truk milik ekspeditur ditimbang terlebih dahulu dalam keadaan kosong di jembatan timbang. 7. Bagian Ekspedisi kemudian membuat Surat Perintah Kerja (SPK) untuk: a. Koperasi Karyawan PT Pusri Koperasi Karyawan PT Pusri adalah pihak ketiga yang terikat kontrak dengan PT Pusri (Persero) untuk menyediakan tenaga kerja/buruh angkut untuk mengangkut pupuk dari gudang ke truk b. Surveyor/appraisal Surveyor adalah pihak ketiga yang terikat kontrak dengan PT Pusri untuk menilai pelaksanaan kegiatan pengangkutan pupuk dari gudang
  • 75. 75 ke truk, apakah sesuai dengan peraturan yang berlaku dan tidak merugikan pihak ekspeditur dan PT Pusri (Persero). Appraisal yang terikat kontrak dengan PT Pusri (Persero) saat ini adalah PT Superintending Company of Indonesia (Sucofindo) dan PT Proteknika. c. Perusahaan Bongkar Muat Perusahaan Bongkar Muat adalah pihak ketiga yang terikat kontrak dengan PT Pusri (Persero) untuk menyediakan alat–alat bongkar muat seperti Portal Scrapper, Bags Ship Loader, Quadran Loader, Forklift, dan Loading Arm. Perusahaan Bongkar Muat yang terikat kontrak dengan PT Pusri (Persero) saat ini adalah PT SAK. d. Checker Gudang Checker gudang adalah karyawan yang berugas mencatat keluar dan masukknya pupuk urea dari dan keluar gudang. Checker gudang berjumlah empat orang yang bertugas bergantian setiap shift kerja. Setiap shift ada satu orang yang bertugas menjaga dan memonitor persediaan pupuk urea di tiga buah gudang. 8. Setelah membuat SPK, pengeluaran urea dari gudang dilaksanakan. Setiap urea yang keluar dicatat ke dalam time sheet dan tally sheet. Pengeluaran urea ini juga dibuat berita acaranya. 9. Setelah selesai pemuatan urea ke truk, truk yang telah penuh menuju timbangan untuk ditimbang kembali dalam keadaan berisi urea.
  • 76. 76 10. Jika truk yang ditimbang sesuai dengan seharusnya maka truk boleh keluar, tetapi jika truk lebih berat dari seharusnya maka truk harus kembali ke gudang untuk mengurangi berat urea yang dibawa. 11. Jika pengangkutan urea ke truk telah selesai, pihak surveyor (Sucofindo atau Proteknika) akan mengeluarkan sertifikat yang menyatakan bahwa pengangkutan urea telah berjalan sebagaimana mestinya. Prosedur Pengeluaran Pupuk Urea ke Kapal Laut, yaitu: 1. Pemasaran Pusri Daerah (PPD) mengeluarkan memo dan Surat Perintah Angkutan Pupuk yang ditujukan kepada Departemen Pemasaran Wilayah (Sarwil) yang meminta pengiriman pupuk urea. 2. Berbeda dengan pengiriman melalui truk, kapal laut bisa mengangkut dua jenis pupuk urea, yaitu pupuk urea kantong (in bag) dan pupuk urea curah (in bulk). 3. Departemen Sarwil akan menyiapkan kapal laut untuk membawa urea dari Gudang Kantor Pusat PT Pusri (Persero) ke Pemasaran Pusri Daerah yang memesan urea. 4. Jika masih tersedia kapal laut milik PT Pusri (Persero) sendiri, maka kapal tersebut akan dikirim ke Pelabuhan Kantor Pusat PT Pusri (Persero). 5. Jika tidak tersedia kapal laut milik sendiri, maka Departemen Sarwil akan mencari kapal milik pihak ketiga untuk disewa. Pihak ketiga ini harus memiliki agen di Palembang.