2. A. Tokoh
Tokoh Sentral
Tokoh Sentral Protagonis
• Nama Tokoh : Aku
Bukti kutipan : “Baru di pertemuan kami yang ke-11 aku
menanyakan namanya, tentunya setelah mengenalkan diri
lebih dulu.”
• Nama tokoh : Sayaka
Bukti kutipan : “Sayaka tak mengantarku ke bandara hari itu,
sebab beberapa hari sebelumnya ia mati. Bunuh diri dengan
mengiris nadi. Di kamarnya. Pesan terakhirnya yang sampai
ke ponselku masih kuingat: ima made arigatou..”
3. A. Tokoh
Tokoh Bawahan
Tokoh Andalan :
• Ibu dari tokoh Aku : “ibuku mulai cerewet menanyakan calon istriku, aku kecapean,
ibuku menangis karena aku membentaknya, perempuan demi perempuan dikenalkan
padaku, beberapa kerabat minta dijemput di bandara, ibuku menangis lagi, aku menolak
dijodohkan, ibuku menangis lagi, menangis lagi, menangis lagi.”
• Ayah dari Sayaka : “Malam itu, saat aku pamit pulang, ayahnya tiba. Dari mulutnya
tercium bau sake yang kuat. Sebisa mungkin aku menahan diri agar tidak menunjukkan
ekspresi yang mengganggu. Aku memberinya salam, tapi ia tak membalas. Begitu saja
lelaki beruban itu melewatiku seperti melewati tiang. Sayaka ngomel-ngomel
memarahinya.”
• Yuuji, adik laki-laki Sayaka : “Yuuji adiknya sedang mengerjakan shukudai di kamarnya.
Adiknya itu ternyata rajin.”
• Ibu dari Sayaka : “Ibunya mulai memberontak setelah bertahun-tahun hanya mengalah
dan menuruti apa kata suami. Ia tak mau lagi dipukuli. Ia tak mau lagi dijadikan
pelampiasan setiap kali si suami dikesalkan urusan kantor. Ia mengancam akan pergi ke
rumah orangtuanya. Dan itu ternyata terjadi. Tiga hari sebelum Natal. Setahun yang
lalu.”
4. A. Tokoh
Tokoh Bawahan
Tokoh Tambahan
• Perempuan yang duduk di samping Aku di akhir cerita : ““Nggak apa-apa,
Bang?” tanya perempuan yang duduk di sampingku. Eskrim di tangannya
hampir habis. “Abang nggak apa-apa? Barusan Abang kayak kesakitan
gitu. Abang menyeracau,” katanya. Aku menatapnya. Lama. Ia menatapku.
Tiba-tiba dari matanya aku seperti memahami semua ini.”
5. A. Tokoh
Tokoh Bawahan
Tokoh Lataran
• Pelayan Perempuan : “Dia datang lebih dulu ke kafe ini. Lima atau sepuluh
menit yang lalu. Seorang pelayan perempuan baru saja menghidangkan apa
yang dipesannya.”
• Penjual takarakuji : “Tapi sayang, si penjual takarakuji, seorang oba-san
gemuk berkacamata, mengatakan pada Sayaka bahwa nomor
ditakarakuji itu tidak tembus.”
6. A. Tokoh
Tokoh berdasarkan cara menampilkan perwatakannya
Tokoh Datar
• Ayah dari Sayaka :
Di awal cerita : “Ayah dan Ibunya bertengkar setiap malam. Ibunya mulai memberontak
setelah bertahun-tahun hanya mengalah dan menuruti apa kata suami. Ia tak mau lagi
dipukuli. Ia tak mau lagi dijadikan pelampiasan setiap kali si suami dikesalkan urusan
kantor”
Pertengahan cerita : “Malam itu, saat aku pamit pulang, ayahnya tiba. Dari mulutnya tercium
bau sake yang kuat. Sebisa mungkin aku menahan diri agar tidak menunjukkan ekspresi
yang mengganggu. Aku memberinya salam, tapi ia tak membalas. Begitu saja lelaki
beruban itu melewatiku seperti melewati tiang.”
Di akhir cerita : “Kenapa ia sampai bunuh diri? Ah ya.. aku ingat. Ayahnya kembali
memperkosanya.”
• Adik dari Sayaka :
“Adiknya itu ternyata rajin.”
• Ibu dari tokoh Aku :
“ibuku mulai cerewet menanyakan calon istriku, aku kecapean, ibuku menangis karena aku
membentaknya, perempuan demi perempuan dikenalkan padaku, beberapa kerabat minta
dijemput di bandara, ibuku menangis lagi, aku menolak dijodohkan, ibuku menangis lagi,
menangis lagi, menangis lagi”
7. A. Tokoh
Tokoh berdasarkan cara menampilkan perwatakannya
Tokoh Bulat
• Sayaka :
“Sayaka rupanya seorang periang dan suka bicara. Oshaberi.”
“Sesuatu pasti mengganggunya selama beberapa menit ini. Aku tahu itu.
Aku bisa memastikannya. Sayaka biasanya akan menghabiskan
makanan di hadapannya betapapun makanan itu tidak cocok bagi
lidahnya. Ia orang yang sangat menghargai apa yang dihidangkan
padanya.....Hanya beberapa kali aku melihat Sayaka tak
menghabiskan makanan di hadapannya, yaitu saat mood-nya tiba-tiba
buruk. “
8. B. Penokohan
• Metode yang digunakan cerpen ini dalam penyajian watak tokoh
adalah metode dramatik/taklangsung/ragaan karena penyajian watak
tokoh melalui pemikiran tokoh Aku tentang Sayaka.
• Kutipan : “Namanya Sayaka. Aku bertemu dengannya pertama kali
di sebuah bis menuju Kochi University, kampus tempat aku
melanjutkan studi saat itu. Dia ternyata juga mahasiswa di kampus
tersebut. Kami duduk di dua kursi berdekatan dan nyaris tak saling
sapa kecuali ucapan “konnichiwa” yang sudah terlalu sering
kuucapkan dan kudengar selama beberapa hari di sana. “
• “Sayaka rupanya seorang periang dan suka bicara. Oshaberi. Pada
pertemuan-pertemuan kami selanjutnya—yang lebih sering
disengaja—dia sudah menceritakan separuh kisah hidupnya.”
9. C. Alur
Cerpen ini menggunakan alur tematik karena berdasarkan tema cerita. Berikut
adalah kutipannya :
• “Tangisnya mendadak terhenti. “Atashi wa anta no kanojo ja nai..” katanya, kecut.
Ah, memang. Ia memang bukan pacarku. Kami tak pernah sekalipun membahas
perasaan kami masing-masing. Barangkali saat itu aku terbawa suasana. Maaf,
kataku. Ia diam, memandangku. Aku diam, memandangnya.....Tiba-tiba saja ia
menciumku, tepat di bibirku. Aku sempat beberapa detik memejamkan mata.
Setelah itu, tanpa tersenyum, tanpa kata-kata, ia pergi setengah berlari. Aku masih
diam. Bingung.”
• Selain itu cerpen ini juga mempunyai alur linear karena akhir cerita berada pada
zaman sekarang. Berikut kutipannya “Tiba-tiba dari matanya aku seperti
memahami semua ini. Sayaka tak mengantarku ke bandara hari itu, sebab beberapa
hari sebelumnya ia mati. Bunuh diri dengan mengiris nadi. Di kamarnya. Pesan
terakhirnya yang sampai ke ponselku masih kuingat: ima made arigatou.. Kenapa ia
sampai bunuh diri? Ah ya.. aku ingat. Ayahnya kembali memperkosanya. Adiknya
tak lagi peduli padanya. “Abang nggak apa-apa?” tanya perempuan itu lagi.”
10. C. Alur
Struktur Alur
Bagian Awal Bagian Tengah Bagian Akhir
“Maka ketika memasuki Solaria dan memilih salah satu meja di dekat
jendela, duduk di kursi sebelah kiri yang membuat kami persis berhadapan,
tanpa penghalang, aku sesungguhnya tak begitu terkejut. Dia datang lebih
dulu ke kafe ini. Lima atau sepuluh menit yang lalu. Seorang pelayan
perempuan baru saja menghidangkan apa yang dipesannya. Aku terus
menatapnya. Dia sama sekali tak menatapku. Barangkali lidahnya sedang
terlalu sibuk mencecapi makanan itu. Barangkali dia berpura-pura tak
menyadari kedatanganku ke kafe ini.”
11. C. Alur
Struktur Alur
Bagian Awal Bagian Tengah Bagian Akhir
“Aku sudah turun hingga lantai satu, tapi belum juga menemukan sosoknya.
Jaket warna kuning, jeans warna hitam, sepatu putih, rambut hitam lurus
sebahu. Aku mencoba lebih teliti mengamati orang-orang di sekitarku.
Kadang dari jauh ada seseorang yang mirip, tapi ketika kudekati kemiripan
itu hilang. Aku berkeliling di lantai satu, melewati kafe demi kafe,
memasuki Gramedia, menghampiri mesin ATM, menunggu di depan toilet,
keluar-masuk lift, naik-turun eskalator. Tapi sosok Sayaka tak juga
kutemukan. Kemana anak itu? Dia tak mungkin begitu cepat menghilang
dalam beberapa saat, gumamku. Di lantai dua, di sebuah bangku kayu
berwarna coklat, di samping seorang perempuan yang sedang memakan
eskrim, aku duduk.”
12. C. Alur
Struktur Alur
Bagian Awal Bagian Tengah Bagian Akhir
Sayaka tak mengantarku ke bandara hari itu, sebab beberapa hari sebelumnya
ia mati. Bunuh diri dengan mengiris nadi. Di kamarnya. Pesan terakhirnya
yang sampai ke ponselku masih kuingat: ima made arigatou.. Kenapa ia
sampai bunuh diri? Ah ya.. aku ingat. Ayahnya kembali memperkosanya.
Adiknya tak lagi peduli padanya.
13. D. Latar
Macam Latar :
Latar Fisik atau Material
• Solaria : “Maka ketika memasuki Solaria dan memilih salah satu meja di dekat
jendela, duduk di kursi sebelah kiri yang membuat kami persis berhadapan,
tanpa penghalang, aku sesungguhnya tak begitu terkejut.”
• Kochi University : “Namanya Sayaka. Aku bertemu dengannya pertama kali di
sebuah bis menuju Kochi University, kampus tempat aku melanjutkan studi
saat itu. Dia ternyata juga mahasiswa di kampus tersebut.”
• Lorong menuju toilet, konbini, trotoar, taman : “Beberapa kali setelah itu kami
bertemu tanpa kesengajaan. Di lorong menuju toilet, di konbini dekat
apartemen, di trotoar yang lebar, di sebuah taman.”
• Kamar Apartemen : “Saat itu ia sedang berada di kamar apartemenku. Aku
memintanya membantuku menghapal kanji. Kami sedang sama-sama
mengguntingi kertas karton menjadi seukuran KTP ketika ia mengatakannya.”
14. D. Latar
Macam Latar :
Latar Fisik atau Material
• Depan XXI : “Sebuah taman kecil di sebuah lingkaran di depan XXI
tampak ramai dipenuhi obrolan. Para petugas keamanan berjaga di pintu
masuk ke bioskop. Wajah-wajah bermunculan dari eskalator. Tak ada
Sayaka.”
• Tempat penjualan takarakuji : “Sore itu aku menemaninya ke tempat dia
membeli takarakuji itu.”
• Rumah Sayaka : “Pernah aku bertamu ke rumahnya suatu malam”
• Sebuah bangku kayu berwarna coklat di lantai dua : “Di lantai dua, di
sebuah bangku kayu berwarna coklat, di samping seorang perempuan yang
sedang memakan eskrim, aku duduk.”
• Pantai : “Kami di pantai, duduk di tepian. Ombak bergemuruh. Pasir yang
masih hangat. Kami berkejaran seperti dua ekor kepiting.”
15. E. Tema dan Amanat
Tema
Tema dari cerpen ini adalah percintaan karena ceritanya berisi
tentang kisah percintaan antara tokoh Aku dengan Sayaka.
• Bukti kutipan : “Ia diam, memandangku. Aku diam,
memandangnya. Di belakang kami orang-orang lewat. Suara
klakson terdengar. Deru mesin. Seorang tukang sayur berseru
memanggil-manggil pelanggan, menawarkan sayurannya. Ia
masih diam, memandangku. Aku masih diam, memandangnya.
Tiba-tiba saja ia menciumku, tepat di bibirku. Aku sempat
beberapa detik memejamkan mata. Setelah itu, tanpa
tersenyum, tanpa kata-kata, ia pergi setengah berlari. Aku
masih diam. Bingung.”
16. E. Tema dan Amanat
Amanat
• Amanat dari cerpen ini adalah seseorang yang sedang
mengalami broken home membutuhkan orang lain di sisiya
untuk mendampinginya, walaupun kultur dan kebiasaan setiap
daerah berbeda.
• Kutipan : “Kukira orang Jepang itu tertutup terhadap orang
asing. Tapi manusia rupanya sama saja. Meski memang
sedikit-banyak dipengaruhi kultur dan kebiasaan setempat,
pada dasarnya manusia tetap manusia. Mereka butuh
seseorang untuk menampung apa yang berkecamuk di
kepalanya, di hatinya.”
17. F. Point of View
• Cerpen ini menggunakan point of view pencerita orang pertama
(akuan) sebagai pencerita akuan sertaan karena tokoh Aku
menceritakan semua hal tentang Sayaka dan ikut berpartisipasi
dalam peristiwa yang ia ceritakan.
• Kutipan : “Beberapa minggu lagi Natal. Aku jadi teringat malam
Natal yang kurayakan bersama Sayaka, berdua saja. Kami di pantai,
duduk di tepian. Ombak bergemuruh. Pasir yang masih hangat.
Kami berkejaran seperti dua ekor kepiting. Yang satu ingin
mencapit, yang satu ingin menghindar. Bulan yang hampir penuh
membuat malam tak begitu gelap. Sayaka ingin berenang. Ia
mengajakku. Aku menggeleng. Berenang di laut malam hari bukan
ide bagus, kataku. Tapi ia tetap melakukannya. Aku hanya
menyaksikan. Entah kenapa, aku sama sekali tak tergerak untuk
mengikutinya. Aku menunggu. Menunggu. Menunggu. Ia tak juga
kembali. Ia... tak juga kembali.”