Dokumen tersebut merangkum proses pembuatan kompos mulai dari definisi, bahan dan alat yang digunakan, tahapan pembuatan, organisme yang terlibat, manfaat, serta tujuan dari kompos. Proses pembuatan kompos meliputi pemilahan sampah, pencacahan, pencampuran bahan baku, penumpukan, pemantauan, pematangan, pengeringan, penggilingan, dan pengayakan. Kompos bermanfaat untuk mengurangi limbah
1. Disusun Oleh :
Alinda Putri Chairunia
Ari Suryani
Fitriyani
Lisa Nurlita
Siti Aisyah
Kelas: X-6
2. Definisi komposting
Bahan dan alat membuat komposting
Cara pembuatan komposting
Unsur / senyawa yang ada di dalam komposting
Proses pembungkusan atau pengemasan komposting
Pemasaran hasil komposting
Manfaat / fungsi peranan kompos terhadap tanaman
3. Definisi Komposting
Komposting adalah proses pengendalian
penguraian secara biologi dari bahan organik,
menjadi produk seperti humus yang dikenal
sebagai kompos. Penguraian bahan organik
itu (disebut juga dekomposisi) dilakukan oleh
mikro-organisme menghasilkan senyawa yang
lebih sederhana. Pada saat komposting terjadi
proses-proses perubahan secara kimia, fisika
dan biologi. Untuk wilayah perkotaan, metoda
komposting aerobik adalah yang banyak
disarankan karena beberapa keunggulan.
4. Bahan-Bahan yang Dapat Dikomposkan
Pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat
dikomposkan, misalnya: limbah organik rumah tangga, sampahsampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan,
limbah-limbah pertanian, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik
kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll. Bahan
organik yang sulit untuk dikomposkan antara lain: tulang, tanduk,
dan rambut.
5.
6. Proses Pengomposan
Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan
mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi
menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahaptahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi
akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos
akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan
peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o - 70o C.
Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi
ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi
Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat
aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan
menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah
sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur
mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat
lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan
akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini
dapat mencapai 30 – 40% dari volume/bobot awal bahan.
7.
8. Tahapan pembuatan kompos
1. Pemilahan Sampah
Sampah yang dikumpulkan di TPA
pada umumnya bercampur antara
bahan-bahan organik maupun non
organik sehingga pemilahan perlu
dilakukan
secara
teliti
untuk
mendapatkan bahan organik yang
dapat dikomposkan seperti dauandaunan, sisa makanan, sayuran dan
buah-buahan
9. 2. Pencacahan
Sampah organik yang telah
terkumpul
dicacah
dengan
ukuran 3-4 cm. Pencacahan
dilakukan untuk mempercepat
proses pembusukan karena
pencampuran dengan bahan
baku yang lain seperti kotoran
ternak dan EM-4 menjadi rata
sehingga mikroorganisme akan
bekerja serana efektif dalam
proses fermentasi.
10. 3. Pencampuran Bahan Baku
• Sampah yang sudah dicacah dideder di
tempat yang telah disediakan kemudian
dicampur dengan kotoran ternak.
• Pencampuran/pengadukan dilakukan secara
merata
kemudian
dicampurkan
pula
campuran EM-4, di atas campuran sampah
dan kotoran ternak.
• Pencampuran dilakukan sekali lagi agar
seluruh bahan bercampur secara merata.
• Komposisi bahan-bahan ini adalah sampah
cacahan (1,3 m3), EM-4 (375 ml), kotoran
ternak kering (1/5 dari sampah cacahan).
11. 4. Penumpukan Bahan Baku
• Setelah dilakukan pencampuran secara
merata kemudian dilakukan penumpukan
dengan ketentuan tinggi 1,5 m, lebar 1,75
m dan panjang 2 m.
• Penumpukan dapat dilakukan dengan
model trapesium, gunungan maupun
pesegi panjang.
• Dalam tumpukan inilah terjadi proses
fermentasi sampah organik menjadi
kompos.
12. 5. Pemantauan
• Dalam masa penumpukan akan terjadi
peningkatan suhu sebagai akibat proses
fermentasi.
• Hari pertama sampai kelima suhu biasanya
mencapai 65° C atau lebih. Hal ini berguna
untuk membunuh bakteri yang tidak
dibutuhkan dan melunakkan bahan.
• Pada hari keenam dan seterusnya suhu dijaga
antara 40-50° C dengan kelembaban lebih
kurang 50 %.
• Suhu dan kelembaban dapat dipertahankan
dengan perlakuan antara lain penyiraman dan
pembalikan tumpukan.
13. 6. Pematangan
Pengkomposan berjalan dengan baik
dengan suhu rata-rata dalam bahan
menurun dan bahan telah lapuk dan
berubah warna menjadi coklat
kehitaman. Tujuan pematangan untuk
menjamin kompos benar-benar aman
bagi konsumen.
14. 7. Pengeringan
• Setelah usia tumpukan mencapai usia 21
hari/3 minggu, maka sampah organik
sudah menjadi kompos.
• Selanjutnya dilakukan pembongkaran
untuk dikeringkan/dijemur.
• Pengeringan dapat dilakukan selama lebih
kurang 1 minggu sampai kadar air kirakira mencapai 20-25%.
15. 8. Penggilingan dan Pengayakan
Proses selanjutnya adalah dilakukan
penggilingan terhadap kompos yang sudah
kering. Untuk mendapatkan butiran-butiran
kompos yang siap untuk dikemas dilakukan
pengayakan sesuai dengan kebutuhan.
16. Skema Proses Pengomposan
Aerobik
Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik
(menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada
oksigen). Proses aerobik dapat terjadi dimana mikroba
menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan
organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa
menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik.
Namun, proses ini tidak diinginkan, karena selama
proses pengomposan akan dihasilkan bau yang tidak
sedap. Proses anaerobik akan menghasilkan senyawasenyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam
organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat,
puttrecine), amonia, dan H2S.
17. Tabel organisme yang terlibat dalam proses pengomposan
Proses pengomposan tergantung pada :
1.Karakteristik bahan yang dikomposkan
2.Aktivator pengomposan yang dipergunakan
3.Metode pengomposan yang dilakukan
18. Pengomposan secara aerobik
Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dalam pengomposan secara aerobik terdiri dari
peralatan untuk penanganan bahan dan peralatan perlindungan keselamatan
dan kesehatan bagi pekerja. Berikut disajikan peralatan yang digunakan.
1.Terowongan udara (Saluran Udara)
Digunakan sebagai dasar tumpukan dan saluran udara
Terbuat dari bambu dan rangka penguat dari kayu
2.
Sekop
Alat bantu dalam pengayakan dan tugas-tugas lainnya
3.
Garpu/cangkrang
Digunakan untuk membantu proses pembalikan tumpukan bahan dan
pemilahan sampah
4.
Saringan/ayakan
Digunakan untuk mengayak kompos yang sudah matang agar diperoleh
ukuran yang sesuai
19. 5.
Sepatu boot
Digunakan oleh pekerja untuk melindungi kaki selama bekerja agar
terhindar dari bahan-bahan berbahaya
6.
Sarung tangan
Digunakan oleh pekerja untuk melindungi tangan selama melakukan
pemilahan bahan dan untuk kegiatan lain yang memerlukan
perlindungan tangan
7.
Masker
Digunakan oleh pekerja untuk melindungi pernapasan dari debu dan
gas bahan terbang lainnya
8.
Termometer
Digunakan untuk mengukur suhu tumpukan
9.
Timbangan
Digunakan untuk mengukur kompos yang akan dikemas sesuai berat
yang diinginkan
Jenis timbangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan penimbangan
dan pengemasan
20. Tujuan Komposting :
1. Mengubah bahan organik yang
biodegradable menjadi bahan yang
stabil
2. Membunuh mikroba pathogen, telur
insect & organisme lain
3. Menyediakan nutrient yang cukup
untuk menunjang kesuburan tanah /
tanaman
21. Manfaat Komposting
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari
beberapa aspek:
1. Aspek Ekonomi :
• Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
• Mengurangi volume/ukuran limbah
• Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
2. Aspek Lingkungan :
• Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan
pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk
akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah
• Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
22. 3. Aspek bagi tanah/tanaman:
• Meningkatkan kesuburan tanah
• Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
• Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh
tanah
• Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
• Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai
gizi, dan jumlah panen)
• Menyediakan hormon dan vitamin bagi
tanaman
• Menekan pertumbuhan/serangan penyakit
tanaman
• Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di
dalam tanah
BACK