SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
MAKALAH SISTEM PENCERNAAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
     PEMBERIAN NUTRISI ENTERAL DAN
              PARENTERAL




            DISUSUN OLEH:

           CHRISTIANTO M.
           DISA NOVIANTI S.
           DEVI OKTAVIA U.
            NABILA ELVIRA
              NURAYSIH
          RICCA ANGGRAENI
             RISTA SUCI R.
            SRI ENDANG K.
          WIDHEA ERNAWATI


        FAKULTAS KEDOKTERAN
  PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
      UNIVERSITAS TANJUNGPURA
                 2012
BAB I
                                  PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
       Tubuh memerlukan energi untuk fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh,
   mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak.
   Metabolisme merupakan semua proses biokimia pada sel tubuh. Proses
   metabolisme dapat berupa anabolisme (membangun) dan katabolisme (pemecah).
       Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh
   serta   faktor-faktor   yang   mempengaruhinya.    Secara   umm    faktor    yang
   mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untuk kebutuhan
   metabolisme bassal, faktor patologis seperti adanya penyakit tertentu yang
   menganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhn nutrisi, faktor sosio-ekonomi
   seperti adanya kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
       Pemberian Nutrisi Parenteral merupakan pemberian nutrisi berupa cairan infus
   yang di masukkan ke dalam tubuh melalui darah vena baik sentral (untuk nutrisi
   parenteral total) atau vena perifer (untuk nutrisi parenteral parsial). Pemberian
   nutrisi melalui parenteral dilakukan pasien yang tidak dapat di penuhi kebutuhan
   nutrisinya melalui oral atau enteral
       Nutrisi Enteral merupakan pemberian nutrient melalui saluran cerna dengan
   menggunakan sonde (tube feeding). Nutrisi enteral direkomendasikan bagi pasien-
   pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya secara volunter melalui
   asupan oral. Pemberian nutrisi enteral dini (yang dimulai dalam 12 jam sampai 48
   jam setelah pasien masuk ke dalam perawaatan intensif [ICU]) lebih baik
   dibandingkan pemberian nutrisi parenteral.
B. Tujuan
   -   Menjelaskan pengertian konsep pemberian nutrisi enteral dan parenteral
   -   Mampu memahami asuhan keperawatan klien dengan pemberian nutrisi
       parenteral dan enteral
C. Rumusan Masalah
   -   Apakah yang dimaksud dengan pemberian nutrisi enteral dan parenteral ?
   -   Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan pemberian nutrisi enteral dan
       parenteral ?
BAB II
                                PEMBAHASAN


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PEMBERIAN NUTRISI
                                     ENTERAL


A. NUTRISI ENTERAL
  1) Definisi
       Nutrisi enteral adalah semua makanan cair yang dimasukkan kedalam tubuh
    lewat saluran cerna, baik melalui mulut ataupun oral, selang nasogastrik,
    maupun selang melalui lubang stomagaster atau lubang stoma jejunum.
       Tujuan atau indikasi pemberian nutrisi enteral adalah untuk suplementasi,
    untuk pasien yang masih dapat makan dan minum tetapi tidak dapat
    mencukupi kebutuhan energi dan protein, untuk pengobatan, dan digunakan
    untuk mencukupi seluruh kebutuhan zat gizi bila pasien tidak dapat makan
    sama sekali.
  2) Jenis Makanan / Nutrisi Enteral
    a) Makanan / nutrisi enteral formula rumah sakit (blenderized): Makanan ini
       dibuat dari beberapa bahan makanan yang diracik dan dibuat sendiri dengan
       menggunakan blender. Konsistensi larutan, kandungan zat gizi, dan
       osmolaritas dapat berubah pada setiap kali pembuatan dan dapat
       terkontaminasi. Formula ini dapat diberikan melalui pipa sonde yang agak
       besar, harganya relatif murah.
       Contoh :
         1 Makanan cair tinggi energi dan tinggi protein (susu full cream, susu
            rendah laktosa, telur, glukosa, gula pasir, tepung beras, sari buah).
         2 Makanan cair rendah laktosa (susu rendah laktosa, telur, gula pasir,
            maizena)
         3 Makanan cair tanpa susu (telur, kacang hijau, wortel, jeruk)
         4 Makanan khusus (rendah protein untuk penyakit ginjal, rendah purin
            untuk penyakit gout, diet diabetes)
    b) Makanan / nutrisi enteral formula komersial : Formula komersial ini berupa
       bubuk yang siap di cairkan atau berupa cairan yang dapat segera diberikan.
Nilai gizinya sesuai kebutuhan, konsistensi dan osmolaritasnya tetap, dan
     tidak mudah terkontaminasi.
       Contoh :
       1 Polimerik : mengandung protein utuh untuk pasien dengan fungsi
         saluran gastrointestinal normal atau hampir normal (panenteral,
         fresubin)
       2 Pradigesti : diet dibuat dengan formula khusus dalam bentuk susu
         elementar yang mengandung asam amino dan lemak yang langsung
         diserap     usus   untuk   pasien   dengan    gangguan     fungsi   saluran
         gastrointestinal (pepti 2000)
        3 Diet enteral khusus untuk sirosis (aminolebane EN, falkamin), diabetes
         (diabetasol), gagal ginjal (nefrisol), tinggi protein (peptisol)
        4 Diet enteral tinggi serat (indovita)
3) Sistem Pemberian Nutrisi Enteral dan Alatnya
  Nutrisi enteral dapat diberikan langsung melalui mulut (oral) atau melalui
  selang makanan bila pasien tak dapat makan atau tidak boleh per oral. Selang
  makanan yang ada yaitu:
  a) Selang nasogastrik
     1. Selang nasogsatrik biasa yang terbuat dari plastic, karet, dan polietilen.
        Ukuran selang ini bermacam-macam tergantung kebutuhan. Selang ini
        hanya tahan dipakai maksimal 7 hari.
     2. Selang nasogastrik yang terbuat dari polivinil. Selang ini berukuran 7
        french, kecil sekali dapat mencegah terjadinya aspirasi pneumonia
        makanan dan tidak terlalu mengganggu pernapasan atau kenyamanan
        pasien. Selang ini tahan dipakai maksimal 14 hari.
     3. Selang nasogastrik yang terbuat dari silicon. Ukuran selang ini
        bermacam-macam tergantung kebutuhan. Selang ini maksimal 6 minggu.
     4. Selang nasogastrik yang terbuat dari poliuretan. Selang ini berukuran 7
        french dan dapat dipakai selama 6 bulan.
  b) Selang Nasoduodenal / nasojejunal.
     Ukuran selang ini bermacam-macam namun lebih panjang daripada selang
     nasogastrik.
c) Selang dan set untuk gastrotomi atau jejunostomi. Alat yang    rutin dipakai
     untuk pasien yang tidak dapat makan per oral atau terdapat obstruksi
     esophagus / gaster.
4). Nutrisi Enteral Pada Beberapa Penyakit
  a) Nutrisi Enteral pada penyakit saluran cerna.
        Bila usus berfungsi baik, lebih baik diberikan nutrisi enteral
     dibandingkan parenteral. Nutrisi enteral per oral diberikan bila makanan
     masih dapat melalui mulut dan esophagus. Nutrisi enteral per selang
     makanan diberikan bila makanan tak dapat diberikan melalui mulut dan
     esofagus atau melalui gastrostomi esofagus atau melalui jejunostomi.
     Nutrisi enteral sangat penting untuk saluran cerna karena dapat mencegah
     atrofivili usus serta tetap menjaga kelangsungan fungsi usus enterosit, dan
     kolonosit.
     Pada penyakit saluran cerna direkomendasikan masukan enteral dengan
     sumber energi asam amino atau peptida, sumber karbohidrat glukosa
     polimer, sumber lemak trigliseril.
  b) Nutrisi Enteral pada Pasien Kanker
       Penggunaan saluran gastroinstestinal yang utuh bagi pemberian nutrisi
     merupakan pilihan pertama pada pemberian nutrisi pasien kanker. Pasien
     kanker yang akan mendapat suplementasi enteral dapat diberikan melalui
     salah satu dari 3 jalur pemberian yang umum, yaitu oral nasoenterik atau
     enterik.
  c) Nutrisi Enteral pada Pasien Geriatri
         Pasien geriatric (berusia 60 tahun atau lebih) lebih sering mengalami
     malnutrisi, karena itu nutrisi merupakan hal yang penting diperhatikan
     dalam pengobatan pasien tersebut. Kebutuhan kalori energy disesuaikan
     dengan berat badan ideal dengan rumus yang ada.
  d) Nutrisi Enteral pada Penyakit Ginjal
        Pada pasien penyakit ginjal akut, harus diberikan diet bebas protein atau
     rendah protein, mengandung energy kalori atau gula. Pada pasien penyakit
     ginjal kronik tidak terkomplikasi, untuk mencegah uremia, protein yang
     diberikan dalam bentuk protein nilai biologi tinggi (asam amino esensial)
     20g per hari.
Pada pasien gagal ginjal kronik tidak terkomplikasi (termasuk yang
            menjalani dialisis) kebutuhan energi tidak berbeda dengan orang dewasa
            normal. Keseimbangan nitrogen netral dicapai dengan pemasukan nutrisi
            yang mengandung asam amino esensisal 0,55-0,60 gram / kg BB/hari dan
            kalori energi 35 kkal/Kg BB/ hari.
            Pada pasien gagal ginjal kronik dan katabolic berat kebutuhan kalori energi
            dan nitrogen lebih tinggi, tidak berbeda dengan pasien yang tidak menderita
            gagal ginjal. Pada pasien gagal ginjal dengan hiperkalemia atau
            hipofosfatemia dilakukan pembatasan kalium atau diberikan fosfor. Pada
            pasien gagal ginjal dengan hipomagnesemia perlu diberikan magnesium
            dan pada kalsemia diberikan kalsium.
      5). Kelebihan Pemasukan nutrisi enteral dibanding parenteral
           a) Fungsi saluran cerna lebih terpelihara
           b) Mengurangi insidens translokasi bakteri dari usus
           c) Massa mukosa usus dapat dipertahankan dan dipelihara
           d) Lebih banyak insulin yang dilepaskan, sehingga dapat memicu
              anabolisme
           e) Biaya lebih murah
           f) Lebih aman/komplikasi lebih sedikit
      6). Komplikasi dengan pemberian nutrisi enteral
           a) Infeksi nasokomial dari kintaminasi bakteri pada makanan
           b) Nausea, distensi abdomen dan rasa tidak enak
           c) Regurgitasi atau muntah
           d) Aspirasi pulmoner
           e) Diare
           f) Pseudo-obstruksi intestinal
           g) Interaksi dengan pengobatan enteral
           h) Hiperglikemia
B. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
      1) Aktivitas/istirahat
         Tanda : Penurunan otot(temporal, interkostal, gastoknemius, dorsum tangan);
         ekstrimitas kurus, otot flaksid, penurunan toleransi aktivitas.
      2) Sirkulasi
         Tanda : Takikardia, bradikardia, diaphoresis, sianosis
3) Eliminasi
   Gejala : Diare atau konstipasi; flatuensi berkenaan dengan masukan makanan.
   Tanda : Distensi abdomen/peningkatan lingkar perut, asites;nyeri tekan pada
   palpasi. Feses mungkin lunak, keras berlemak, atau warna seperti tanah liat
4) Makanan/cairan
   Gejala : Penurunan BB 10 % atau lebih dari BB dalam 6 bulan sebelumnya.
   Masalah dengan menelan, mengunya, tersedak, atau produksi saliva.
   Perubahan pada rasa makanan; anoreksia, mual, muntah; ketidakadekuatan
   masukan oral (puasa) selama 7-10 hari, penggunaan jangka panjang dari
   dektrosa 5 % secara intravena.
   Tanda : BB aktual (diukur) dibandingkan dengan BB umum atau sebelum
   sakit kurang dari 90 % BB ideal untuk tinggi, jenis kelamin, usia atau sama
   dengan atau lebih besar dari 120% dari berat badan ideal. Bising usus
   menurun, hiperaktivitas, atau tidak ada. Bibir kering, pecah, kemerahan ,
   bengkak; stomatitis sudut bibir. Mebran mukosa kering, pucat, merah,
   bengkak.
5) Neurosensori
   Tanda : letargi, apatis, gelisah, peka rangsang, disorientasi, koma. Refleks
   menelan mungkin menurun/tidak ada.
6) Pernapasan
   Tanda : peningkatan frekuensi pernapasan , disres pernapasan. Dispnea,
   peningkatan produksi sputum. Bunyi napas: krekels (defisiensi protein akibat
   perpindahan cairan)
7) Keamanan
   Gejala : adanya program terapi radiasi (enteritis radiasi)
   Tanda : rambut mungkin rapuh, kasar. Alopesia, penurunan pigmentasi. Kulit
   kering, kasar. Mata cekung, menonjol, kering, dan konjungtiva pucat. Kuku
   mungkin rapuh, tipis, datar, bentuk seperti sendok
8) Seksualitas
   Gejala : kehilangan libido. Amenorea
9) Penyuluhan /pembelajaran
   Riwayat kondisi yang menyebabkan kehilangan protein berlarut-larut,
   misalnya malabsopsi atau sidrom usus pendek dengan peningkatan diare,
   pankreatitis akut, dialysis renal, fistula, luka basah, cedera termal.
Adanya faktor-faktor yang diketahui mengubah kebutuhan nutrisi/peningkatan
           kebutuhan energi misal kegagalan tunggal, atau multi organ; sepsis; demam;
           trauma; penggunaan steroid.
           Penyakit berasal dari psikiatri misalnya anoreksia nervosa/bulimia


C. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
        Berdasarkan    pada     semua      data   pengkajian,     Diagnosa      keperawatan
  utamadapatmencangkup yang berikut.
        1. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan
           masukan nutrien yang tidak adekuat.
           Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi
           Kriteria Hasil: BB normal, Klien tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan
           nutrisi
           a. kaji fungsi gastrointestinal dan toleransi pada pemberian makan enteral,
              catat bising usus, keluhan mual muntah, ketidaknyamanan abdomen.
              Rasional : karena pergantian protein dari mukosa GI terjadi kira – kira
              setiap 3 hari, saluran GI berisiko tinggi pada disfungsi dini dan atropi dari
              penyakit dan mall nutrisi
           b. Dokumentasikan masukan oral selama 24 jam, riwayat makanan, jumlah
              kalori dengan tepat.
              Rasional : Mengidentifikasi ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi dan
              masukan aktual.
           c. Timbang berat badan setiap hari dan bandingkan dengan berat badan saat
               penerimaan.
              Rasional : Membuat data dasar, membantu memantau keefektifan aturan
              terapeutik, dan menyadarkan perawat terhadap ketidaktepatan penurunan
              atau penambahan berat badan.
           d. Periksa residu daster bila pemberian makan bolus dilakukan, dan bila
               diindikasikan;   tunda     pemberian   makan     atau   kembalikan    aspirat
               perprotokol untuk tipe atau kecepatan pemberian makan yang digunakan
               bila residu lebih besar dari kadar yang ditentukan sebelumnya.
               Rasional: Pelambatan pengosongan lambung disebabkan oleh proses
               penyakit khusus contohnya ileus paralitik atau pembedahan.
e. Pertahankan patensi selang pemberian makan enteral dengan membilas
      dengan air hangat sesuai indikasi.
      Rasional : formula enteral mengandung protein yang menghambat selang
      pemberian makan yang memerlukan pembuangan/ penggantian selang.
2. Kekurangan Volume Cairan b.d ketidakmampuan mendapatkan ataumencerna
   cairan
  Tujuan         : kebutuhan cairan terpenuhi, intake adekuat
  Kriteria Hasil : Menunjukkan membran mukosa atau kulit lembab, TTV
  stabil, haluaran urinarius adekuat, bebas edema dan penurunan berat badan
  berlebihan, penambahan berat badan tidak tepat.
  Intervensi     :
   a. Catat masukan dan haluan, hitung keseimbangan cairan. Ukur berat jenis
      urin.
     Rasional : kehilangan urin berlebihan dapat menunjukkan terjadinya
     HHNC, berta jenis adalah indikator hidrasi dan fungsi renal.
  b. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
     Rasional: Penambahan berat badan cepat (menunjukkan retensi cairan)
     dapat mempredisposisikan atau menimbulkan GJK atau edema pulmonal.
     Penambahan lebih besar dari 0,5 lb/hari menunjukkan retensi cairan dan
     bukan massa lemak tubuh.
  c. Berikan air tambahan atau bilas selang sesuai indikasi.
     Rasional : Dengan formula kalori lebih tinggi tambahan air dilakukan
     untuk mencegah dehidrasi/HHNC.
  d. Kolaborasikan dengan tim medis dengan pemeriksaan laboratorium
     misalnya : kalium atau fosfoserum.
     Rasional : Hipokalemia atau fosfatemia dapat terjadi karena perpindahan
     intraseluler selama pemberian makan awal dan menurunkan funsi jantung
     bila tidak diatasi.
  e. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium mis: kalium/fosfor, HT,
     albumin serum.
     Rasional : Menunjukkan hidrasi atau volume sirkulasi. Albumin serum,
     hipoalbuminemia atau penurunan tekanan osmotik koloid menimbulkan
     ruang ketiga cairan atau edema.
3. Kelelahan b.d penurunan produksi energi metabolik, peningkatanenergi
   (status hipemetabolik, proses penyembuhan).
  Tujuan : aktivitas fisik klien meningkat dan tidak menunjukkan tanda – tanda
  kelelahan
  Kriteria Hasil : Pasien dapat mendemonstrasikan peningkatan aktifitas
  fisikyang dapat diukur. Pasien melaporkan peningkatan rasa sejahtera atau
  tingkat energi.
  Intervensi        :
  a. Pantau renson fisiologis terhadap aktifitaas, misalnya perubahan tekanan
     darah, frekuensi jantung atau pernapasan.
     Rasional : Toleransi sangat bervariasi tergantung pada tahap proses
     penyakit, status nutrisi dan keseimbangan cairan.
  b. Berikan ROM aktif dan pasif pada pasien yang terbaring di tempat tidur.
     Rasional : Perkembangan massa otot sehat tergantung pada ketentuan baik
     latihan isotonik dan isometrik.
  c. Bantu dalam perawatan diri sesuai kebutuhan.
     Rasional : Kelemahan membuat kebutuhn perawatan diri hampir tidak
     mungkin diselesaikan oleh pasien.
  d. Dorong pasien untuk melakukan melakukan aktifitas ringan misalnya,
     perawatan diri, bangun dai kursi, duduk, berjalan. Peningkatan tingkat
     aktifitas sesuai indikasi.
     Rasional : Meningkatkan kekuatan atau stamina dan memungkinkan pasien
     menjadi lebih aktif tanpa kelelahan.
  e. Rencanakan perawatn untuk memungkinkan periode istirahat. Jadwalkan
     atifitas untuk periode bila pasien mempunyai banyak energi. Libatkan
     pasien atau orang terdekat dalam perencanaan jadwal.
     Rasional : Periode istirahat yang sering diperlukan memperbaiki atau
     menghemat energi. Perencanaan akan memungkinkan pasien aktif selama
     waktu dimana tingkat energi lebih tinggi, yang dapat menghemat perasaan
     sejahtera dan rasa kontrol.
  f. Rujuk pada terapi fisik atau okupasi.
     Rasional : Latihan dan harian terprogram dan aktifitas membantu pasien
     mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan tonus otot dan
     meningkatkan rasa sejahtera.
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
   b.d keterbatasan informasi.
  Tujuan         : Pasien dan keluarga pasien dapat memahami mengenai
  kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan
  Kriteria Hasil : Klien dan keluarga klien dapat mengungkapkan pemahaman
  tentang proses kondisi atau penyakit dan kebutuhan nutrisi individu.
  Intervensi :
  a. Diskusikan alasan penggunaan dukungan nutrisi parenteral atau enteral.
      Rasional : Pasien dan keluarga pasien dapat megalami ansietas mengenai
      ketidakmampuan untuk makan dan tidak memahami nilai nutrisi dari NTP
      yang diberikan atau pemberian makan per selang.
  b. Berikan waktu yang adekuat untuk penyuluhan pasien atau orang terdekat
      bila pasien pulang ke rumah dengan makan enteral atau parenteral.
      Dokumentasikan pemahaman pasien atau orang terdekat dan kemamuan
      atau kompetensi untuk memberikan terapi yang aman dirumah.
      Rasional : Secara umum 3-4 cukup untuk pasien atau orang terdekat
      beradaptasi dengan makan per selang. Terapi parenteral lebih rumit dan
      memerlukan seminggu atau lebih untuk pasien atau orang terdekat merasa
      siap menjalani manjemen di rumah dan memerlukan evaluasi.
  c. Diskusikan penanganan penyimpangan persiapan yang tepat dari larutan
      nutrisi atau makanan yang di blender, juga diskusikan teknik aseptik atau
      bersih untuk perawatan sisi pemasangan dan pengguanaan balutan.
      Rasional : Menurunkan resiko komplikasi metabolik dan infeksi.
  d. Tinjau ulang penggunaan atau perawatan alat pendukung nutrisi.
      Rasional : Pemahan pasien atau orang terdekat dan kerjasama adalah kunci
      untuk pemasangan aman dan pemeliharaan alat akses dukungan nutrisi
      serta pencegahan komplikasi.
  e. Tinjau kewaspadaan khusus tergantung pada tipe pemberian makan
      misalnya pemeriksaan penempatan selang untuk pemberian makan enteral.
      Rasional : Meningkatkan keamanan perawatan diri dan menurunkan resiko
      komplikasi.
5. Resiko tinggi terhadap Aspirasi berhubungan dengan adanya selang GI,
   pemberian makan selang bolus, pemberian obat-obatan, peningkatan tekanan
   intragastrik, perlambatan pengosongan lambung
Tujuan: tidak terjadinya aspirasi dan mengurangi resiko terkena
  Kriteria Hasil : mempertahankan bersihan jalan napas, bebas dari tanda
  aspirasi
  Intervensi
  a. Perhtahankan kepala tempat tidur meningkat 30-45 derajat selama
     pemberian makandan sedikitnya 1 jam setelah pemberian makan.
     Rasional : aspirasi formula enteral mengiritasi parenkim paru dan dapat
     mengakibatkan pneumonia dan penurunan pernafasan.
  b. Perhatikan karakteristik sputum atau aspirat trakea. Selidiki perkembangan
     dispnea, batuk, takipnea, sianosis. Auskultasi bunyi napas.
     Rasional : adanya formula dalam sekresi trakea atau tanda / gejala yang
     menunjukkan distress pernapasan menunjukkan aspirasi.
  c. Perhatikan indikator intoleran selang NG misalnya tak adanya refleks
     gangguan resiko tinggi aspirasi. Sering melepaskan selang makan NG.
     Rasional: memerlukan timbangan badan dalam memasang selang makan
     (misal: gastrotomi, jejunostomi) untuk keamanan pasien dan konsistensi
     pemberian formula enteral.
  d. Kolaborasi dalam meninjau ulang sinar x abdomen bila dilakukan
     Rasional : memastikan selang makan gastrik memerlukan sinar x.
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penempatan selang makan
   gastrostomi
  Tujuan         : pasien tidak mengalami tanda infeksi
  Kriteria Hasil : tidak mengalami demam atau menggigil
  Intervensi     :
  a. Pertahankan manipulasi sitem pemberian makanan enteral minimum dan
     cuci tangan sebelum membuka sistem
     Rasional : kontaminasi sentuhan pemberian perawatan selama pemberian
     formula enteral terbukti penyebab kontaminasi fomula
  b. Ganti lubang hidung untuk pemasangan selang pada pemberian makan NG
     jangka panjang
     Rasional : menurunkan resiko trauma atau infeksi jaringan paranasal
  c. Berikan perhatian setiap hari pada pemasangan selang makan per abdomen
Rasional: sekresi GI yang bocor melalui atau di sekitar selang gastrostomi
   dapat menyebabkan kerusakan kulit cukup berat yang memerlukan
   pelepasan selang makanan
d. Simpan di lemari es formula enteral sebelum dicampurkan dan digunakan,
   buang formula yang telah digunakan setelah 24 jam
   Rasional: formula enteral mudah menyebabkan pertumbuhan bakteri dan
   dapat terkontaminasi selama penyimpanan
e. Kolaborasi: secara aseptik siapkan larutan formula enteral untuk
   pemberian
   Rasional: formula enteral harus dicampurkan dalam lingkungan bersih di
   department diet atau armasi meskipun dengan tambahan formula
   kaleng/modular
f. Kolaborasi: berikan antibiotik sesuai indikasi
   Rasional: dapat diberikan dengan profilaktik atau untuk organisme yang
   teridentiifikasi secara khusus.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PEMBERIAN NUTRISI
                                PARENTERAL TOTAL


A. PARENTERAL NUTRITION (PN)
  1) Pengertian
          Pada saat terjadi gangguan intestinal secara partial ataupun total dan
    dukungan nutrisis melalui oral maupun enteral tube feeding (ETF) tidak dapat
    dilaksanakan, PN dapat menjadi alternatif       akhir bagi pemenuhan nutrisi
    pasien (Stratton & smith). Parenteral nutrition merupakan metode pemberian
    nutrisi secara intra vena dan dapat dipilih bila status perubahan metabolik atau
    bila abnormalitas mekanik atau fungsi dari saluran GI tidak dapat menerima
    pemberian makanan secara interal (Doenges, 2003)
            Pada umumnya PN hanya digunakan selama              beberapa hari atau
     minggu. Namun pada kondisi tertentu, penggunaan PN dalam jangka waktu
     lama juga dapat dilakukan. PN adalah bentuk dukungan nutrisi yang khusus
     yaitu pemberian nutrient melalui rute intravena.
            Tujuannya tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan energi basal dan
     pemeliharaan kerja organ, tetapi jg menambah nutrisi untuk kondisi tertentu,
     seperti keadaan stress (sakit berat, troma), untuk perkembangan dan
     pertumbuhan. Terapi nutrisi parenteral di bagi menjadi 2 kategori:
    a) Terapi nutrisi parenteral parsial (supportive atau suplemen) di berikan bila:
         i. Dalam waktu 5 sampai 7 hari, pasien diharapkan mampu menerima
            nutrisi enteral kembali.
        ii. Masih ada nutrisi enteral yang dapat diterima pasien. PN parsial ini
            diberikan dengan indikasi relative.
       iii. Terapi nutrisi parenteral total , diberikan jika batasan jumlah kalori
            ataupun batasan waktu tidak terpenuhi. PN total ini diberikan atas
            indikasi absolut.
  2) Indikasi
         Secara umum PN di indikasikan pada pasien yang mengalami kesulitan
    mencukupi kebutuhan nutrisi untuk waktu tertentu.Tanpa bantuan nutrisi,
    tubuh memenuhi kebutuhan energi basal rata – rata 25 kkal /kg BB / hari. Jika
    cadangan habis, kebutuhan glukosa selanjutnya dipenuhi melalui proses
    gluconeogenesis, antara lain dengan lipolysis dan proteolysis 125-150 g/hari.
Puasa lebih dari 24 jam menghabiskan glukosa darah (20 g), cadangan
  glikogen di hati (70 g) dan otot (400 g). Sedangkan cadangan energi lainnya,
  lemak (12.000 g) dan protein (6.000 g) habis dalam waktu kira-kira 60 hari.
  Keadaan yang memerlukan PN adalah sebagai berikut:
  a) Pasien tidak dapat makan (obstruksi saluran pencernaan seperti stiktur atau
     keganasan esophagus, atau gangguan absorbsi makanan).
  b) Pasien tidak boleh makan (seperti fistula intestinal dan pangkreatitis).
  c) Pasien tidak mau makan (akibat pemberian kemoterapi).


  Kondisi – kondisi berikut yang sering diberikan TPN :
  a) Disfungsional GI , misalnya penyakit peradangan usus, sindroma usus
     pendek, pangkreatitis, colitis, fistula, enteritis radiasi, ileus, diare
     berkepanjangan, obstruksi usus, atau karsinoma lambung.
  b) Gagal hepatic.
  c) Keadaan hipermetabolik, misalnya sepsis, luka bakar yang berat, fraktur
     tulang panjang, peritonitis.
  d) Anoreksia sekunder terhadap kondisi medis pasien, misalnya gagal ginjal.
  e) Hyperemesis berat selama kehamilan.
  f) Candida GI berat pada pasien AIDS.
  g) Trauma multisystem.
3) Kontraindikasi
  a) Pasien 24 jam paska bedah yang masih dalam Ebb phase, masa dimana
     kadar hormone stress masih tinggi. Sel-sel resisten terhadap insulin dan
     kadar gula darah meningkat. Pada fase ini cukup diberikan cairan elektrolit
     dan dextosa 5%. Jika keadaan sudah tenang yaitu demam, nyeri, renjatan,
     dan gagal nafas sudah dapat di atasi, krisis metabolism sudah lewat, maka
     PN dapat diberikan dengan lancar dan bermanfaat. Makin berat kondisi
     pasien, makin lambat dosis PN total (dosis penuh) dapat dimulai. Sebelum
     keadaan tenang tercapai, PN total hanya menambahkan stress bagi tubuh
     pasien. Fase tenang ini ditandai dengan menurunnya kadar kortisol,
     katekolamin, dan glucagon.
  b) Pasien gagal napas (pO2 < 80 dan pCO2 > 50) kecuali dengan respirator.
     Pada pemberian PN penuh, metabolism karbohidrat akan meningkatkan
     produksi CO2 dan berakibat memperberat gagal napasnya.
c) Pasien renjatan dengan kekurangan cairan ekstraseluler.
          d) Pasien penyakit terminal, dengan pertimbangan cost-benefit
       4). Komplikasi dalam pemberian nutrisi parenteral adalah:
          a) Komplikasi teknis yang berkaitan dengan pemasangan kateter seperti
              pneumotoraks, ruptura atau penetrasi arteri subklavia, emboli udara, dan
              tromboemboli
          b) Komplikasi Infeksi yang ditandai oleh demam, hipotensi, oliguria, dan
              kemunduran keadaan umum.
          c) Komplikasi metabolik yang berkaitan dengan gangguan keseimbangan
              glukosa,   asam-basa,    dan    elektrolit   se[erti     hiper/hipoglikemia,
              hiper/hipikalemia.
B. NUTRISI PARENTERAL TOTAL (TPN)
      1) Pengertian
             Nutrisi parenteral total adalah suatu terapi kompleks yang dilakukan untuk
        memenuhi keperluan nutrisi pasien melalui rute intraven. Larutan yang
        digunakan dalam terapi ini adalah larutan hiperosmolar (konsentrasi tinggi).
        Pemberian teraoi nutrisi parenteral total   yang bertujuan untuk memberikan
        kalori yang cukup besar yang terdiri dari protein, lipid, karbohidrat, vitamin,
        dan mineral. Keberhasilan terapi ini bergantung pada jenis makanan yang
        diresepkan, penangganan kateter intravena, perawatan luka insisi, penangganan
        komplikasi akibat terapi. Terapi ini hanya digunakan apabila asupan makanan
        secara enteral tidak memadai atau merupakan kontrakindikasi. TPN tidak
        diberikan pada pasien yang pencernaan dapat berfungsi selama 7-10 hari, pasien
        yang masih dapat mencerna makanan dengan baik, dan pada pasien yang
        mengalami stres atau trauma. (Mubarak & Chahyati,66,2007)
      2) Indikasi
        a) Yang asupan kuran untuk mempertahankan status anabolis misalnya pasien
           dengan luka bakar berat, malnutrisi, sindrom usus pendek, AIDS, sepsis,
           kanker.
        b) Pasien yang tidak mampu mencerna makanan secara oral atau dengan selang
           misalnya pasien dengan ileus paraklitik, penyakit chohn dengan obstruksi.
         c) Pasien yang menolak mencerna makanan nutrient secara adekuat misalnya
           pada pasien anoreksia nervosa, lansia pascaoperatif.
d) Pasien yang tidak boleh makanan peroral atau dengan selang misalnya pada
     lansia dengan pankreatitits akut.
  e) Pasien yang memerlukan dukungan nutrisi praoperatif dan pascaoperatif
     secara terus menerus misalnya pada pasien disertai pembedahan usus.
  Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi kebutuhan pasien terhadap nutrisi
  parental ototal mencakup berat badan kurang dari 10% tidak mampu makan
  oral atau minum dalam 7 hari oascaoperatif dan situasi hipermetabilik seperti
  pada infeksi berat disertai demam.
3) Penatalaksanaan
      Perawat pendukung nutrisi, ahli nutrisi, atau dokter menentukan kebutuhan
  pasien akan TPN dengan evaluasi criteria tertentu: derajat penurunan berat
  badan, keseimbangan nitrogen, jumlah kehilangan otot dan total massa tubuh
  kurus, sera ketidakmampuan pasien untuk mentoleransi pencernaan makanan
  melalui saluran GI. Idealnya, perawat pendukung nutrisi, ahli farmasi, ahli
  nutrisi, dan dokter berkolaborasi untuk menentukan formula khusus yang
  diperlukan.
      Larutan TPN diberikan dengan perlahan dan secara bertahap ditingkatkan
  setiap hari dengan kecepatan yang diinginkan dan sesuai toleransi cairan dan
  glukosa pasien. Respons pasien terhadap terapi TPN dan nilai laboratorium
  dipantau terus menerus oleh tim pendukung nutrisi. Standing order dilakukan
  untuk penimbangan berat badan pasien, mendapatkan jumlah darah lengkap,
  jumlah trombosit, masa protrombin, elektrolit, magnesium, dan glukosa ujung
  jari. Pada kebanyakan rumah sakit, larutan TPN diresepkan oleh dokter dalam
  bentuk pesanan nutrisi parenteral harian. Formulasi larutan TPN harus dihitung
  dengan cermat untuk memenuhi kebutuhan pasien secara lengkap.
4) Metode Pemberian
  Berbagai metode dan rute digunakan untuk memberikan larutan NPT pada
  praktuk klinis:perifer, sentral, dan atrial. Metode ini tergantung pada kondisi
  pasien dan lamanya antisipasi terapi.
  a) Perifer
     Larutan NPT digunakan sebagai masukan suplemen per oral bila larutan yang
     digunakan kurang hipertonik dibanding larutan yang digunakan untuk NPT.
     Konsentrasi dekstrosa diatas 10% tidak boleh diberikan melalui vena perifer
karena dapat mengiritasi intma vena kecil (dinding paling dalam). Lamanya
           terapi NPP kurang dari 2 minggu.
        b) Sentral
           Karena larutan NPT mempunyai lima atau enam kali konsentrasi darah dan
           melebihi tekanan osmotic kira-kira 2000 mOsm/1 .maka larutan ini
           berbahaya untuk intima perifer. Kerenanyan untuk mencegah flebitis dan
           komplikasi vena lainnya larutan ini diberikan ke dalam sistem sirkulasi
           melalui kateter yang di masukan ke dalam oembuluh darah besar beraliran
           tinggi (sering vena subklavia). Larutan pekat kemudian diencerkan dengan
           sangat cepat sampai ke tingkat isotonik oleh darah di dalam pembuluh ini.
        c) Atrial
           Dua alat yang digunakan untuk terapi IV jangka panjang di rumah adalah:
            i.      Kateter atrial kanan eksternal ini dipasang melalui pembedahan.
                    Kateter ini dijahit di bawah kulit pada vena subklavia.
           ii.      Lubang subkutan ujung kateter dilekatkan pada serambi kecil yang
                    ditempatkan di kantung subkutan baik di dinding dada anterior atau
                    pada lengan.
C. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
      1) Aktivitas/istirahat
         Tanda : Penurunan otot(temporal, interkostal, gastoknemius, dorsum tangan);
         ekstrimitas kurus, otot flaksid, penurunan toleransi aktivitas.
      2) Sirkulasi
         Tanda : Takikardia, bradikardia, diaphoresis, sianosis
      3) Eliminasi
         Gejala : Diare atau konstipasi; flatuensi berkenaan dengan masukan makanan.
         Tanda : Distensi abdomen/peningkatan lingkar perut, asites;nyeri tekan pada
         palpasi. Feses mungkin lunak, keras berlemak, atau warna seperti tanah liat
      4) Makanan/cairan
         Gejala : Penurunan BB 10 % atau lebih dari BB dalam 6 bulan sebelumnya.
         Masalah dengan menelan, mengunya, tersedak, atau produksi saliva.
         Perubahan pada rasa makanan; anoreksia, mual, muntah; ketidakadekuatan
         masukan oral (puasa) selama 7-10 hari, penggunaan jangka panjang dari
         dektrosa 5 % secara intravena.
Tanda : BB aktual (diukur) dibandingkan dengan BB umum atau sebelum
            sakit kurang dari 90 % BB ideal untuk tinggi, jenis kelamin, usia atau sama
            dengan atau lebih besar dari 120% dari berat badan ideal. Bising usus
            menurun, hiperaktivitas, atau tidak ada. Bibir kering, pecah, kemerahan ,
            bengkak; stomatitis sudut bibir. Mebran mukosa kering, pucat, merah,
            bengkak.
        5) Neurosensori
            Tanda : letargi, apatis, gelisah, peka rangsang, disorientasi, koma. Refleks
            menelan mungkin menurun/tidak ada.
        6) Pernapasan
            Tanda : peningkatan frekuensi pernapasan , disres pernapasan. Dispnea,
            peningkatan produksi sputum. Bunyi napas: krekels (defisiensi protein akibat
            perpindahan cairan)
        7) Keamanan
            Gejala : adanya program terapi radiasi (enteritis radiasi)
            Tanda : rambut mungkin rapuh, kasar. Alopesia, penurunan pigmentasi. Kulit
            kering, kasar. Mata cekung, menonjol, kering, dan konjungtiva pucat. Kuku
            mungkin rapuh, tipis, datar, bentuk seperti sendok
        8) Seksualitas
            Gejala : kehilangan libido. Amenorea
        9) Penyuluhan /pembelajaran
            Riwayat kondisi yang menyebabkan kehilangan protein berlarut-larut,
            misalnya malabsopsi atau sidrom usus pendek dengan peningkatan diare,
            pankreatitis akut, dialysis renal, fistula, luka basah, cedera termal.
            Adanya faktor-faktor yang diketahui mengubah kebutuhan nutrisi/peningkatan
            kebutuhan energi misal kegagalan tunggal, atau multi organ; sepsis; demam;
            trauma; penggunaan steroid.
D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
  1. Perubahan Nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan masukan
     nutrien yang tidak adekuat.
     a. Observasi ketepatan waktu “ penggantungan” dari larutan parenteral per protokol.
        Rasional : Keefektifan dari vitamin IV menurun setelah 24 jam
     b. Pantau gula atau aseton urin atau glukosa tusuk jari per protokol.
Rasional : Kandungan glukosa tinggi dari larutan dapat menimbulkan kelelahan
        pankreas, memerlukan penggunaan suplemen insulin untuk mencegah HHNC.
   c. Tindakan : kaji status nutrisi secara kontinu, selama perawatan setiap hari
        Rasional :mempertahankan nutrisi yang optimal
   d. Tindakan : mengukur BB 2-3 kali seminggu
        Rasional : untuk mengetahui penurunan dan penambahan BB
   e.   Tindakan : Kolaborasi dengan tim nutrisionist
        Rasional : untuk menentukan pemberian nutrisi yang tepat.
   f. Tindakan : berikan larutan nutrisi pada kecepatan yang di anjurkan melalui IV
        sesuai kebutuhan.
        Rasional : dukung nutrisi pasien pada perkiraan kebutuhan kalori dan protein.
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan kontaminasi sisi kateter atau jalur infus.
   a. Pertahankan manipulasi sitem pemberian makanan enteral minimum dan cuci
        tangan sebelum membuka sistem
        Rasional : kontaminasi sentuhan pemberian perawatan selama pemberian formula
        enteral terbukti penyebab kontaminasi fomula
   b. Ganti lubang hidung untuk pemasangan selang pada pemberian makan NG jangka
        panjang
        Rasional : menurunkan resiko trauma atau infeksi jaringan paranasal
   c. Berikan perhatian setiap hari pada pemasangan selang makan per abdomen
        Rasional : sekresi GI yang bocor melalui atau di sekitar selang gastrostomi dapat
        menyebabkan kerusakan kulit cukup berat yang memerlukan pelepasan selang
        makanan
   d. Simpan di lemari es formula enteral sebelum dicampurkan dan digunakan, buang
        formula yang telah digunakan setelah 24 jam
        Rasional: formula enteral mudah menyebabkan pertumbuhan bakteri dan dapat
        terkontaminasi selama penyimpanan
   e. Kolaborasi: secara aseptik siapkan larutan formula enteral untuk pemberian
        Rasional : formula enteral harus dicampurkan dalam lingkungan bersih di
        department diet atau armasi meskipun dengan tambahan formula kaleng/modular
   f. Kolaborasi: berikan antibiotik sesuai indikasi
        Rasional : dapat diberikan dengan profilaktik atau untuk organisme yang
        teridentiifikasi secara khusus.
   g. pertahankan balutan secara aseptik di atas sisi pemasangan kateter.
Rasional : mencegah terjadinya infeksi dan melindungi sisi kateter dari sumber
       kontaminasi
   h. berikan posisi semifowler
       Rasional : untuk mencegah kateter berubah posisi
   i. mempertahankan lingkungan aseptik optimal selama pemasangan kateter
       Rasional : mencegah terjadinya sepsi
   j. pantau suhu dan glukosa
       Rasional : mencegah terjadinya indikasi dini dari kemungkinan sepsis akibat
       kateter.


3. Risiko kelebihan atau kekurangan volume cairan berhubungan dengan kecepatan
   infus.
   a. pompa infus pada NPT
       Rasional : untuk mempertahankan keakuratan dan kecepatan yang diresepkan
   b. berikan asupan dan haluaran di catat setiap 8 jam
       Rasional : agar ketidakseimbangan cairan dapat terdeteksi
   c. timbang BB 2-3 kali seminggu
       Rasional : pasien akan menunjukkan baik penurunan ataupun penambahan BB.
   g. Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk memantau status glukosa darah.
       Rasional : untuk mengurangi diuresis dan kehilangan cairan yang berlebihan.
   h. kaji tanda klinis dehidrasi
       Rasional : deteksi dini dan intervensi dapat mencegah kekambuhan atau kelebhan
       fluktuasi pada keseimbangan cairan.


4. Risiko intoleran aktivitas berhubungan dengan takut bahwa kateter akan berubah
   posisi atau tersumbat.
   a. memberikan penyuluhan dan pertimbangan perwatan di rumah sakit dan kaji
       pengetahuan pasien
       Rasional : untuk mencegah ansietas dan memberikan informasi kepada pasien dan
       keluarga
   b. berikan posisi semifowler
       Rasional : agar tidak terjadi perubahan posisi atau mencegah tersumbatnya selang
       kateter dan melindungi pasien dari cedera selama aktivitas.
   c. ajarkan pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri
Rasional   :   memudahkan      pasien    dalam   beraktivitas   dan   meningkatkan
   kekuatan/stamina dan memungkinkan pasien menjadi lebih aktif tanpa kelelahan.
d. berikan latihan rentang gerak pasif/aktif
   Rasional : latihan isotonik dan isometrik
e. Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat.
   Rasional : pasien aktif selama waktu dimana tingkat energi lebih tinggi,yang
   dapat menghemat perasaan sejahtera dan rasa kontrol.
DAFTAR PUSTAKA


Bare, Smeltzer. Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. 2002. Jakarta. EGC.
Doenges, Marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. 2000. Jakarta. EGC.
Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit, Ed. 2. Jakarta: EGC.
Schwartz. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah Edisi 6. 2000. Jakarta. EGC.

More Related Content

What's hot

Keperawatan transkultural 2
Keperawatan transkultural 2Keperawatan transkultural 2
Keperawatan transkultural 2
rakye-psik
 
KUMPULAN SDKI SLKI SIKI TERBARU.docx
KUMPULAN SDKI SLKI SIKI TERBARU.docxKUMPULAN SDKI SLKI SIKI TERBARU.docx
KUMPULAN SDKI SLKI SIKI TERBARU.docx
MERYMARLINA1
 
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplitMakalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
Adi Adriansyah
 
Pengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan KeluargaPengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan Keluarga
Ns.Heri Saputro
 

What's hot (20)

Konsep dasar fisiologi, patologi, dan patofisiologis
Konsep dasar fisiologi, patologi, dan patofisiologisKonsep dasar fisiologi, patologi, dan patofisiologis
Konsep dasar fisiologi, patologi, dan patofisiologis
 
Asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisi
Asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisiAsuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisi
Asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisi
 
Konstipasi
KonstipasiKonstipasi
Konstipasi
 
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN
 
Laporan kasus gastritis
Laporan kasus gastritisLaporan kasus gastritis
Laporan kasus gastritis
 
Nilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vitalNilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vital
 
Keperawatan transkultural 2
Keperawatan transkultural 2Keperawatan transkultural 2
Keperawatan transkultural 2
 
faktor faktor yang mempengaruhi eliminasi urine
 faktor faktor yang mempengaruhi eliminasi urine faktor faktor yang mempengaruhi eliminasi urine
faktor faktor yang mempengaruhi eliminasi urine
 
Tugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensiTugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensi
 
Transkultural nursing
Transkultural nursingTranskultural nursing
Transkultural nursing
 
KUMPULAN SDKI SLKI SIKI TERBARU.docx
KUMPULAN SDKI SLKI SIKI TERBARU.docxKUMPULAN SDKI SLKI SIKI TERBARU.docx
KUMPULAN SDKI SLKI SIKI TERBARU.docx
 
Makalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplitMakalah transkultural komplit
Makalah transkultural komplit
 
JENIS DIET DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENYAKIT
JENIS DIET DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENYAKIT JENIS DIET DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENYAKIT
JENIS DIET DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENYAKIT
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi
 
Konsep dasar-kep.-maternitas
Konsep dasar-kep.-maternitasKonsep dasar-kep.-maternitas
Konsep dasar-kep.-maternitas
 
Konsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatanKonsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatan
 
PPT Gizi Balita
PPT Gizi Balita PPT Gizi Balita
PPT Gizi Balita
 
Prosedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan InfusProsedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan Infus
 
Pengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan KeluargaPengkajian keperawatan Keluarga
Pengkajian keperawatan Keluarga
 
Asuhan keperawatan klien dengan stroke
Asuhan keperawatan klien dengan strokeAsuhan keperawatan klien dengan stroke
Asuhan keperawatan klien dengan stroke
 

Similar to Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteral

TERAPI DIET SALURAN PENCERNAAN ATAS.pptx
TERAPI DIET SALURAN PENCERNAAN ATAS.pptxTERAPI DIET SALURAN PENCERNAAN ATAS.pptx
TERAPI DIET SALURAN PENCERNAAN ATAS.pptx
AvianiHarfika2
 
Pdf total prenteral nutrisi steril
Pdf total prenteral nutrisi   sterilPdf total prenteral nutrisi   steril
Pdf total prenteral nutrisi steril
Fransiska Vita
 
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisiasuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
cuttriahajaton
 
Materi 1_Jenis Diet dan Hubungannya dengan Penyakit.pptx
Materi 1_Jenis Diet dan Hubungannya dengan Penyakit.pptxMateri 1_Jenis Diet dan Hubungannya dengan Penyakit.pptx
Materi 1_Jenis Diet dan Hubungannya dengan Penyakit.pptx
OlaMajene
 

Similar to Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteral (20)

Kelompok 3-genap-pemberian-enteral-nutrition-pada-bayi-dan-anak
Kelompok 3-genap-pemberian-enteral-nutrition-pada-bayi-dan-anakKelompok 3-genap-pemberian-enteral-nutrition-pada-bayi-dan-anak
Kelompok 3-genap-pemberian-enteral-nutrition-pada-bayi-dan-anak
 
Nutrisi parenteral
Nutrisi parenteralNutrisi parenteral
Nutrisi parenteral
 
Askep Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi.pptx
Askep Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi.pptxAskep Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi.pptx
Askep Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi.pptx
 
Status Nutrisi (1).pptx
Status Nutrisi (1).pptxStatus Nutrisi (1).pptx
Status Nutrisi (1).pptx
 
pemenuhan Kebutuhan nutrisi
pemenuhan Kebutuhan nutrisipemenuhan Kebutuhan nutrisi
pemenuhan Kebutuhan nutrisi
 
TERAPI DIET SALURAN PENCERNAAN ATAS.pptx
TERAPI DIET SALURAN PENCERNAAN ATAS.pptxTERAPI DIET SALURAN PENCERNAAN ATAS.pptx
TERAPI DIET SALURAN PENCERNAAN ATAS.pptx
 
Pdf total prenteral nutrisi steril
Pdf total prenteral nutrisi   sterilPdf total prenteral nutrisi   steril
Pdf total prenteral nutrisi steril
 
Askep kebutuhan nutrisi
Askep kebutuhan nutrisiAskep kebutuhan nutrisi
Askep kebutuhan nutrisi
 
PPT BU RINA MARIYANA.pdf
PPT BU RINA MARIYANA.pdfPPT BU RINA MARIYANA.pdf
PPT BU RINA MARIYANA.pdf
 
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisiasuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan nutrisi
 
Makalah Memberi Makanan Melalui NGT
Makalah Memberi Makanan Melalui NGTMakalah Memberi Makanan Melalui NGT
Makalah Memberi Makanan Melalui NGT
 
2-Askep nutrisikeperawatankesehatan.pptx
2-Askep nutrisikeperawatankesehatan.pptx2-Askep nutrisikeperawatankesehatan.pptx
2-Askep nutrisikeperawatankesehatan.pptx
 
Kebutuhan nutrisi
Kebutuhan nutrisiKebutuhan nutrisi
Kebutuhan nutrisi
 
Askep nutrisi
Askep nutrisiAskep nutrisi
Askep nutrisi
 
77 154-1-pb
77 154-1-pb77 154-1-pb
77 154-1-pb
 
Sindrom Nefrotik
Sindrom NefrotikSindrom Nefrotik
Sindrom Nefrotik
 
Peran Ahli Gizi dalam Pengembangan Formula Makanan
Peran Ahli Gizi dalam Pengembangan Formula MakananPeran Ahli Gizi dalam Pengembangan Formula Makanan
Peran Ahli Gizi dalam Pengembangan Formula Makanan
 
DIARE.pptx
DIARE.pptxDIARE.pptx
DIARE.pptx
 
Materi 1_Jenis Diet dan Hubungannya dengan Penyakit.pptx
Materi 1_Jenis Diet dan Hubungannya dengan Penyakit.pptxMateri 1_Jenis Diet dan Hubungannya dengan Penyakit.pptx
Materi 1_Jenis Diet dan Hubungannya dengan Penyakit.pptx
 
Aterisa Ani.pptx
Aterisa Ani.pptxAterisa Ani.pptx
Aterisa Ani.pptx
 

More from Okta-Shi Sama

Kelenjar hipofisis anterior
Kelenjar hipofisis anteriorKelenjar hipofisis anterior
Kelenjar hipofisis anterior
Okta-Shi Sama
 
Kanker serviks (sistem reproduksi)
Kanker serviks (sistem reproduksi)Kanker serviks (sistem reproduksi)
Kanker serviks (sistem reproduksi)
Okta-Shi Sama
 
Diabetes melitus tipe 2
Diabetes melitus tipe 2Diabetes melitus tipe 2
Diabetes melitus tipe 2
Okta-Shi Sama
 
Asuhan keperawatan pada penyakit paget
Asuhan keperawatan pada penyakit pagetAsuhan keperawatan pada penyakit paget
Asuhan keperawatan pada penyakit paget
Okta-Shi Sama
 
Komunikasi keperawatan
Komunikasi keperawatanKomunikasi keperawatan
Komunikasi keperawatan
Okta-Shi Sama
 
Role play Komunikasi Terapeutik
Role play Komunikasi TerapeutikRole play Komunikasi Terapeutik
Role play Komunikasi Terapeutik
Okta-Shi Sama
 
Pemberian nutrisi secara oral (devi oktavia.u keperawatan a)
Pemberian nutrisi secara oral (devi oktavia.u keperawatan a)Pemberian nutrisi secara oral (devi oktavia.u keperawatan a)
Pemberian nutrisi secara oral (devi oktavia.u keperawatan a)
Okta-Shi Sama
 
Bahasa indonesia uu perawat
Bahasa indonesia uu perawatBahasa indonesia uu perawat
Bahasa indonesia uu perawat
Okta-Shi Sama
 
Tugas kelompok 5 motivasi
Tugas kelompok 5 motivasiTugas kelompok 5 motivasi
Tugas kelompok 5 motivasi
Okta-Shi Sama
 
Konsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuh
Konsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuhKonsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuh
Konsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuh
Okta-Shi Sama
 
Nurse led care in dermatology
Nurse led care in dermatologyNurse led care in dermatology
Nurse led care in dermatology
Okta-Shi Sama
 

More from Okta-Shi Sama (20)

HIPERTENSI
HIPERTENSIHIPERTENSI
HIPERTENSI
 
Kelenjar hipofisis anterior
Kelenjar hipofisis anteriorKelenjar hipofisis anterior
Kelenjar hipofisis anterior
 
Kanker serviks (sistem reproduksi)
Kanker serviks (sistem reproduksi)Kanker serviks (sistem reproduksi)
Kanker serviks (sistem reproduksi)
 
Diabetes melitus tipe 2
Diabetes melitus tipe 2Diabetes melitus tipe 2
Diabetes melitus tipe 2
 
Asuhan keperawatan pada penyakit paget
Asuhan keperawatan pada penyakit pagetAsuhan keperawatan pada penyakit paget
Asuhan keperawatan pada penyakit paget
 
Osteoporosis
OsteoporosisOsteoporosis
Osteoporosis
 
Osteoporosis
OsteoporosisOsteoporosis
Osteoporosis
 
Komunikasi keperawatan
Komunikasi keperawatanKomunikasi keperawatan
Komunikasi keperawatan
 
Role play Komunikasi Terapeutik
Role play Komunikasi TerapeutikRole play Komunikasi Terapeutik
Role play Komunikasi Terapeutik
 
Komunikasi
KomunikasiKomunikasi
Komunikasi
 
Askep meningitis
Askep meningitisAskep meningitis
Askep meningitis
 
Ketahanan nasional
Ketahanan nasionalKetahanan nasional
Ketahanan nasional
 
Pemberian nutrisi secara oral (devi oktavia.u keperawatan a)
Pemberian nutrisi secara oral (devi oktavia.u keperawatan a)Pemberian nutrisi secara oral (devi oktavia.u keperawatan a)
Pemberian nutrisi secara oral (devi oktavia.u keperawatan a)
 
Bahasa indonesia uu perawat
Bahasa indonesia uu perawatBahasa indonesia uu perawat
Bahasa indonesia uu perawat
 
Tugas kelompok 5 motivasi
Tugas kelompok 5 motivasiTugas kelompok 5 motivasi
Tugas kelompok 5 motivasi
 
Konsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuh
Konsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuhKonsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuh
Konsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuh
 
Sejarah keperawatan
Sejarah keperawatanSejarah keperawatan
Sejarah keperawatan
 
English healthy
English healthyEnglish healthy
English healthy
 
Kromomikosis
KromomikosisKromomikosis
Kromomikosis
 
Nurse led care in dermatology
Nurse led care in dermatologyNurse led care in dermatology
Nurse led care in dermatology
 

Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteral

  • 1. MAKALAH SISTEM PENCERNAAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PEMBERIAN NUTRISI ENTERAL DAN PARENTERAL DISUSUN OLEH: CHRISTIANTO M. DISA NOVIANTI S. DEVI OKTAVIA U. NABILA ELVIRA NURAYSIH RICCA ANGGRAENI RISTA SUCI R. SRI ENDANG K. WIDHEA ERNAWATI FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA 2012
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh memerlukan energi untuk fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh, mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak. Metabolisme merupakan semua proses biokimia pada sel tubuh. Proses metabolisme dapat berupa anabolisme (membangun) dan katabolisme (pemecah). Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umm faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untuk kebutuhan metabolisme bassal, faktor patologis seperti adanya penyakit tertentu yang menganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhn nutrisi, faktor sosio-ekonomi seperti adanya kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi. Pemberian Nutrisi Parenteral merupakan pemberian nutrisi berupa cairan infus yang di masukkan ke dalam tubuh melalui darah vena baik sentral (untuk nutrisi parenteral total) atau vena perifer (untuk nutrisi parenteral parsial). Pemberian nutrisi melalui parenteral dilakukan pasien yang tidak dapat di penuhi kebutuhan nutrisinya melalui oral atau enteral Nutrisi Enteral merupakan pemberian nutrient melalui saluran cerna dengan menggunakan sonde (tube feeding). Nutrisi enteral direkomendasikan bagi pasien- pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya secara volunter melalui asupan oral. Pemberian nutrisi enteral dini (yang dimulai dalam 12 jam sampai 48 jam setelah pasien masuk ke dalam perawaatan intensif [ICU]) lebih baik dibandingkan pemberian nutrisi parenteral. B. Tujuan - Menjelaskan pengertian konsep pemberian nutrisi enteral dan parenteral - Mampu memahami asuhan keperawatan klien dengan pemberian nutrisi parenteral dan enteral C. Rumusan Masalah - Apakah yang dimaksud dengan pemberian nutrisi enteral dan parenteral ? - Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan pemberian nutrisi enteral dan parenteral ?
  • 3. BAB II PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PEMBERIAN NUTRISI ENTERAL A. NUTRISI ENTERAL 1) Definisi Nutrisi enteral adalah semua makanan cair yang dimasukkan kedalam tubuh lewat saluran cerna, baik melalui mulut ataupun oral, selang nasogastrik, maupun selang melalui lubang stomagaster atau lubang stoma jejunum. Tujuan atau indikasi pemberian nutrisi enteral adalah untuk suplementasi, untuk pasien yang masih dapat makan dan minum tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan energi dan protein, untuk pengobatan, dan digunakan untuk mencukupi seluruh kebutuhan zat gizi bila pasien tidak dapat makan sama sekali. 2) Jenis Makanan / Nutrisi Enteral a) Makanan / nutrisi enteral formula rumah sakit (blenderized): Makanan ini dibuat dari beberapa bahan makanan yang diracik dan dibuat sendiri dengan menggunakan blender. Konsistensi larutan, kandungan zat gizi, dan osmolaritas dapat berubah pada setiap kali pembuatan dan dapat terkontaminasi. Formula ini dapat diberikan melalui pipa sonde yang agak besar, harganya relatif murah. Contoh : 1 Makanan cair tinggi energi dan tinggi protein (susu full cream, susu rendah laktosa, telur, glukosa, gula pasir, tepung beras, sari buah). 2 Makanan cair rendah laktosa (susu rendah laktosa, telur, gula pasir, maizena) 3 Makanan cair tanpa susu (telur, kacang hijau, wortel, jeruk) 4 Makanan khusus (rendah protein untuk penyakit ginjal, rendah purin untuk penyakit gout, diet diabetes) b) Makanan / nutrisi enteral formula komersial : Formula komersial ini berupa bubuk yang siap di cairkan atau berupa cairan yang dapat segera diberikan.
  • 4. Nilai gizinya sesuai kebutuhan, konsistensi dan osmolaritasnya tetap, dan tidak mudah terkontaminasi. Contoh : 1 Polimerik : mengandung protein utuh untuk pasien dengan fungsi saluran gastrointestinal normal atau hampir normal (panenteral, fresubin) 2 Pradigesti : diet dibuat dengan formula khusus dalam bentuk susu elementar yang mengandung asam amino dan lemak yang langsung diserap usus untuk pasien dengan gangguan fungsi saluran gastrointestinal (pepti 2000) 3 Diet enteral khusus untuk sirosis (aminolebane EN, falkamin), diabetes (diabetasol), gagal ginjal (nefrisol), tinggi protein (peptisol) 4 Diet enteral tinggi serat (indovita) 3) Sistem Pemberian Nutrisi Enteral dan Alatnya Nutrisi enteral dapat diberikan langsung melalui mulut (oral) atau melalui selang makanan bila pasien tak dapat makan atau tidak boleh per oral. Selang makanan yang ada yaitu: a) Selang nasogastrik 1. Selang nasogsatrik biasa yang terbuat dari plastic, karet, dan polietilen. Ukuran selang ini bermacam-macam tergantung kebutuhan. Selang ini hanya tahan dipakai maksimal 7 hari. 2. Selang nasogastrik yang terbuat dari polivinil. Selang ini berukuran 7 french, kecil sekali dapat mencegah terjadinya aspirasi pneumonia makanan dan tidak terlalu mengganggu pernapasan atau kenyamanan pasien. Selang ini tahan dipakai maksimal 14 hari. 3. Selang nasogastrik yang terbuat dari silicon. Ukuran selang ini bermacam-macam tergantung kebutuhan. Selang ini maksimal 6 minggu. 4. Selang nasogastrik yang terbuat dari poliuretan. Selang ini berukuran 7 french dan dapat dipakai selama 6 bulan. b) Selang Nasoduodenal / nasojejunal. Ukuran selang ini bermacam-macam namun lebih panjang daripada selang nasogastrik.
  • 5. c) Selang dan set untuk gastrotomi atau jejunostomi. Alat yang rutin dipakai untuk pasien yang tidak dapat makan per oral atau terdapat obstruksi esophagus / gaster. 4). Nutrisi Enteral Pada Beberapa Penyakit a) Nutrisi Enteral pada penyakit saluran cerna. Bila usus berfungsi baik, lebih baik diberikan nutrisi enteral dibandingkan parenteral. Nutrisi enteral per oral diberikan bila makanan masih dapat melalui mulut dan esophagus. Nutrisi enteral per selang makanan diberikan bila makanan tak dapat diberikan melalui mulut dan esofagus atau melalui gastrostomi esofagus atau melalui jejunostomi. Nutrisi enteral sangat penting untuk saluran cerna karena dapat mencegah atrofivili usus serta tetap menjaga kelangsungan fungsi usus enterosit, dan kolonosit. Pada penyakit saluran cerna direkomendasikan masukan enteral dengan sumber energi asam amino atau peptida, sumber karbohidrat glukosa polimer, sumber lemak trigliseril. b) Nutrisi Enteral pada Pasien Kanker Penggunaan saluran gastroinstestinal yang utuh bagi pemberian nutrisi merupakan pilihan pertama pada pemberian nutrisi pasien kanker. Pasien kanker yang akan mendapat suplementasi enteral dapat diberikan melalui salah satu dari 3 jalur pemberian yang umum, yaitu oral nasoenterik atau enterik. c) Nutrisi Enteral pada Pasien Geriatri Pasien geriatric (berusia 60 tahun atau lebih) lebih sering mengalami malnutrisi, karena itu nutrisi merupakan hal yang penting diperhatikan dalam pengobatan pasien tersebut. Kebutuhan kalori energy disesuaikan dengan berat badan ideal dengan rumus yang ada. d) Nutrisi Enteral pada Penyakit Ginjal Pada pasien penyakit ginjal akut, harus diberikan diet bebas protein atau rendah protein, mengandung energy kalori atau gula. Pada pasien penyakit ginjal kronik tidak terkomplikasi, untuk mencegah uremia, protein yang diberikan dalam bentuk protein nilai biologi tinggi (asam amino esensial) 20g per hari.
  • 6. Pada pasien gagal ginjal kronik tidak terkomplikasi (termasuk yang menjalani dialisis) kebutuhan energi tidak berbeda dengan orang dewasa normal. Keseimbangan nitrogen netral dicapai dengan pemasukan nutrisi yang mengandung asam amino esensisal 0,55-0,60 gram / kg BB/hari dan kalori energi 35 kkal/Kg BB/ hari. Pada pasien gagal ginjal kronik dan katabolic berat kebutuhan kalori energi dan nitrogen lebih tinggi, tidak berbeda dengan pasien yang tidak menderita gagal ginjal. Pada pasien gagal ginjal dengan hiperkalemia atau hipofosfatemia dilakukan pembatasan kalium atau diberikan fosfor. Pada pasien gagal ginjal dengan hipomagnesemia perlu diberikan magnesium dan pada kalsemia diberikan kalsium. 5). Kelebihan Pemasukan nutrisi enteral dibanding parenteral a) Fungsi saluran cerna lebih terpelihara b) Mengurangi insidens translokasi bakteri dari usus c) Massa mukosa usus dapat dipertahankan dan dipelihara d) Lebih banyak insulin yang dilepaskan, sehingga dapat memicu anabolisme e) Biaya lebih murah f) Lebih aman/komplikasi lebih sedikit 6). Komplikasi dengan pemberian nutrisi enteral a) Infeksi nasokomial dari kintaminasi bakteri pada makanan b) Nausea, distensi abdomen dan rasa tidak enak c) Regurgitasi atau muntah d) Aspirasi pulmoner e) Diare f) Pseudo-obstruksi intestinal g) Interaksi dengan pengobatan enteral h) Hiperglikemia B. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1) Aktivitas/istirahat Tanda : Penurunan otot(temporal, interkostal, gastoknemius, dorsum tangan); ekstrimitas kurus, otot flaksid, penurunan toleransi aktivitas. 2) Sirkulasi Tanda : Takikardia, bradikardia, diaphoresis, sianosis
  • 7. 3) Eliminasi Gejala : Diare atau konstipasi; flatuensi berkenaan dengan masukan makanan. Tanda : Distensi abdomen/peningkatan lingkar perut, asites;nyeri tekan pada palpasi. Feses mungkin lunak, keras berlemak, atau warna seperti tanah liat 4) Makanan/cairan Gejala : Penurunan BB 10 % atau lebih dari BB dalam 6 bulan sebelumnya. Masalah dengan menelan, mengunya, tersedak, atau produksi saliva. Perubahan pada rasa makanan; anoreksia, mual, muntah; ketidakadekuatan masukan oral (puasa) selama 7-10 hari, penggunaan jangka panjang dari dektrosa 5 % secara intravena. Tanda : BB aktual (diukur) dibandingkan dengan BB umum atau sebelum sakit kurang dari 90 % BB ideal untuk tinggi, jenis kelamin, usia atau sama dengan atau lebih besar dari 120% dari berat badan ideal. Bising usus menurun, hiperaktivitas, atau tidak ada. Bibir kering, pecah, kemerahan , bengkak; stomatitis sudut bibir. Mebran mukosa kering, pucat, merah, bengkak. 5) Neurosensori Tanda : letargi, apatis, gelisah, peka rangsang, disorientasi, koma. Refleks menelan mungkin menurun/tidak ada. 6) Pernapasan Tanda : peningkatan frekuensi pernapasan , disres pernapasan. Dispnea, peningkatan produksi sputum. Bunyi napas: krekels (defisiensi protein akibat perpindahan cairan) 7) Keamanan Gejala : adanya program terapi radiasi (enteritis radiasi) Tanda : rambut mungkin rapuh, kasar. Alopesia, penurunan pigmentasi. Kulit kering, kasar. Mata cekung, menonjol, kering, dan konjungtiva pucat. Kuku mungkin rapuh, tipis, datar, bentuk seperti sendok 8) Seksualitas Gejala : kehilangan libido. Amenorea 9) Penyuluhan /pembelajaran Riwayat kondisi yang menyebabkan kehilangan protein berlarut-larut, misalnya malabsopsi atau sidrom usus pendek dengan peningkatan diare, pankreatitis akut, dialysis renal, fistula, luka basah, cedera termal.
  • 8. Adanya faktor-faktor yang diketahui mengubah kebutuhan nutrisi/peningkatan kebutuhan energi misal kegagalan tunggal, atau multi organ; sepsis; demam; trauma; penggunaan steroid. Penyakit berasal dari psikiatri misalnya anoreksia nervosa/bulimia C. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN Berdasarkan pada semua data pengkajian, Diagnosa keperawatan utamadapatmencangkup yang berikut. 1. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan masukan nutrien yang tidak adekuat. Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria Hasil: BB normal, Klien tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan nutrisi a. kaji fungsi gastrointestinal dan toleransi pada pemberian makan enteral, catat bising usus, keluhan mual muntah, ketidaknyamanan abdomen. Rasional : karena pergantian protein dari mukosa GI terjadi kira – kira setiap 3 hari, saluran GI berisiko tinggi pada disfungsi dini dan atropi dari penyakit dan mall nutrisi b. Dokumentasikan masukan oral selama 24 jam, riwayat makanan, jumlah kalori dengan tepat. Rasional : Mengidentifikasi ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi dan masukan aktual. c. Timbang berat badan setiap hari dan bandingkan dengan berat badan saat penerimaan. Rasional : Membuat data dasar, membantu memantau keefektifan aturan terapeutik, dan menyadarkan perawat terhadap ketidaktepatan penurunan atau penambahan berat badan. d. Periksa residu daster bila pemberian makan bolus dilakukan, dan bila diindikasikan; tunda pemberian makan atau kembalikan aspirat perprotokol untuk tipe atau kecepatan pemberian makan yang digunakan bila residu lebih besar dari kadar yang ditentukan sebelumnya. Rasional: Pelambatan pengosongan lambung disebabkan oleh proses penyakit khusus contohnya ileus paralitik atau pembedahan.
  • 9. e. Pertahankan patensi selang pemberian makan enteral dengan membilas dengan air hangat sesuai indikasi. Rasional : formula enteral mengandung protein yang menghambat selang pemberian makan yang memerlukan pembuangan/ penggantian selang. 2. Kekurangan Volume Cairan b.d ketidakmampuan mendapatkan ataumencerna cairan Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi, intake adekuat Kriteria Hasil : Menunjukkan membran mukosa atau kulit lembab, TTV stabil, haluaran urinarius adekuat, bebas edema dan penurunan berat badan berlebihan, penambahan berat badan tidak tepat. Intervensi : a. Catat masukan dan haluan, hitung keseimbangan cairan. Ukur berat jenis urin. Rasional : kehilangan urin berlebihan dapat menunjukkan terjadinya HHNC, berta jenis adalah indikator hidrasi dan fungsi renal. b. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi. Rasional: Penambahan berat badan cepat (menunjukkan retensi cairan) dapat mempredisposisikan atau menimbulkan GJK atau edema pulmonal. Penambahan lebih besar dari 0,5 lb/hari menunjukkan retensi cairan dan bukan massa lemak tubuh. c. Berikan air tambahan atau bilas selang sesuai indikasi. Rasional : Dengan formula kalori lebih tinggi tambahan air dilakukan untuk mencegah dehidrasi/HHNC. d. Kolaborasikan dengan tim medis dengan pemeriksaan laboratorium misalnya : kalium atau fosfoserum. Rasional : Hipokalemia atau fosfatemia dapat terjadi karena perpindahan intraseluler selama pemberian makan awal dan menurunkan funsi jantung bila tidak diatasi. e. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium mis: kalium/fosfor, HT, albumin serum. Rasional : Menunjukkan hidrasi atau volume sirkulasi. Albumin serum, hipoalbuminemia atau penurunan tekanan osmotik koloid menimbulkan ruang ketiga cairan atau edema.
  • 10. 3. Kelelahan b.d penurunan produksi energi metabolik, peningkatanenergi (status hipemetabolik, proses penyembuhan). Tujuan : aktivitas fisik klien meningkat dan tidak menunjukkan tanda – tanda kelelahan Kriteria Hasil : Pasien dapat mendemonstrasikan peningkatan aktifitas fisikyang dapat diukur. Pasien melaporkan peningkatan rasa sejahtera atau tingkat energi. Intervensi : a. Pantau renson fisiologis terhadap aktifitaas, misalnya perubahan tekanan darah, frekuensi jantung atau pernapasan. Rasional : Toleransi sangat bervariasi tergantung pada tahap proses penyakit, status nutrisi dan keseimbangan cairan. b. Berikan ROM aktif dan pasif pada pasien yang terbaring di tempat tidur. Rasional : Perkembangan massa otot sehat tergantung pada ketentuan baik latihan isotonik dan isometrik. c. Bantu dalam perawatan diri sesuai kebutuhan. Rasional : Kelemahan membuat kebutuhn perawatan diri hampir tidak mungkin diselesaikan oleh pasien. d. Dorong pasien untuk melakukan melakukan aktifitas ringan misalnya, perawatan diri, bangun dai kursi, duduk, berjalan. Peningkatan tingkat aktifitas sesuai indikasi. Rasional : Meningkatkan kekuatan atau stamina dan memungkinkan pasien menjadi lebih aktif tanpa kelelahan. e. Rencanakan perawatn untuk memungkinkan periode istirahat. Jadwalkan atifitas untuk periode bila pasien mempunyai banyak energi. Libatkan pasien atau orang terdekat dalam perencanaan jadwal. Rasional : Periode istirahat yang sering diperlukan memperbaiki atau menghemat energi. Perencanaan akan memungkinkan pasien aktif selama waktu dimana tingkat energi lebih tinggi, yang dapat menghemat perasaan sejahtera dan rasa kontrol. f. Rujuk pada terapi fisik atau okupasi. Rasional : Latihan dan harian terprogram dan aktifitas membantu pasien mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan tonus otot dan meningkatkan rasa sejahtera.
  • 11. 4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan b.d keterbatasan informasi. Tujuan : Pasien dan keluarga pasien dapat memahami mengenai kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan Kriteria Hasil : Klien dan keluarga klien dapat mengungkapkan pemahaman tentang proses kondisi atau penyakit dan kebutuhan nutrisi individu. Intervensi : a. Diskusikan alasan penggunaan dukungan nutrisi parenteral atau enteral. Rasional : Pasien dan keluarga pasien dapat megalami ansietas mengenai ketidakmampuan untuk makan dan tidak memahami nilai nutrisi dari NTP yang diberikan atau pemberian makan per selang. b. Berikan waktu yang adekuat untuk penyuluhan pasien atau orang terdekat bila pasien pulang ke rumah dengan makan enteral atau parenteral. Dokumentasikan pemahaman pasien atau orang terdekat dan kemamuan atau kompetensi untuk memberikan terapi yang aman dirumah. Rasional : Secara umum 3-4 cukup untuk pasien atau orang terdekat beradaptasi dengan makan per selang. Terapi parenteral lebih rumit dan memerlukan seminggu atau lebih untuk pasien atau orang terdekat merasa siap menjalani manjemen di rumah dan memerlukan evaluasi. c. Diskusikan penanganan penyimpangan persiapan yang tepat dari larutan nutrisi atau makanan yang di blender, juga diskusikan teknik aseptik atau bersih untuk perawatan sisi pemasangan dan pengguanaan balutan. Rasional : Menurunkan resiko komplikasi metabolik dan infeksi. d. Tinjau ulang penggunaan atau perawatan alat pendukung nutrisi. Rasional : Pemahan pasien atau orang terdekat dan kerjasama adalah kunci untuk pemasangan aman dan pemeliharaan alat akses dukungan nutrisi serta pencegahan komplikasi. e. Tinjau kewaspadaan khusus tergantung pada tipe pemberian makan misalnya pemeriksaan penempatan selang untuk pemberian makan enteral. Rasional : Meningkatkan keamanan perawatan diri dan menurunkan resiko komplikasi. 5. Resiko tinggi terhadap Aspirasi berhubungan dengan adanya selang GI, pemberian makan selang bolus, pemberian obat-obatan, peningkatan tekanan intragastrik, perlambatan pengosongan lambung
  • 12. Tujuan: tidak terjadinya aspirasi dan mengurangi resiko terkena Kriteria Hasil : mempertahankan bersihan jalan napas, bebas dari tanda aspirasi Intervensi a. Perhtahankan kepala tempat tidur meningkat 30-45 derajat selama pemberian makandan sedikitnya 1 jam setelah pemberian makan. Rasional : aspirasi formula enteral mengiritasi parenkim paru dan dapat mengakibatkan pneumonia dan penurunan pernafasan. b. Perhatikan karakteristik sputum atau aspirat trakea. Selidiki perkembangan dispnea, batuk, takipnea, sianosis. Auskultasi bunyi napas. Rasional : adanya formula dalam sekresi trakea atau tanda / gejala yang menunjukkan distress pernapasan menunjukkan aspirasi. c. Perhatikan indikator intoleran selang NG misalnya tak adanya refleks gangguan resiko tinggi aspirasi. Sering melepaskan selang makan NG. Rasional: memerlukan timbangan badan dalam memasang selang makan (misal: gastrotomi, jejunostomi) untuk keamanan pasien dan konsistensi pemberian formula enteral. d. Kolaborasi dalam meninjau ulang sinar x abdomen bila dilakukan Rasional : memastikan selang makan gastrik memerlukan sinar x. 6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penempatan selang makan gastrostomi Tujuan : pasien tidak mengalami tanda infeksi Kriteria Hasil : tidak mengalami demam atau menggigil Intervensi : a. Pertahankan manipulasi sitem pemberian makanan enteral minimum dan cuci tangan sebelum membuka sistem Rasional : kontaminasi sentuhan pemberian perawatan selama pemberian formula enteral terbukti penyebab kontaminasi fomula b. Ganti lubang hidung untuk pemasangan selang pada pemberian makan NG jangka panjang Rasional : menurunkan resiko trauma atau infeksi jaringan paranasal c. Berikan perhatian setiap hari pada pemasangan selang makan per abdomen
  • 13. Rasional: sekresi GI yang bocor melalui atau di sekitar selang gastrostomi dapat menyebabkan kerusakan kulit cukup berat yang memerlukan pelepasan selang makanan d. Simpan di lemari es formula enteral sebelum dicampurkan dan digunakan, buang formula yang telah digunakan setelah 24 jam Rasional: formula enteral mudah menyebabkan pertumbuhan bakteri dan dapat terkontaminasi selama penyimpanan e. Kolaborasi: secara aseptik siapkan larutan formula enteral untuk pemberian Rasional: formula enteral harus dicampurkan dalam lingkungan bersih di department diet atau armasi meskipun dengan tambahan formula kaleng/modular f. Kolaborasi: berikan antibiotik sesuai indikasi Rasional: dapat diberikan dengan profilaktik atau untuk organisme yang teridentiifikasi secara khusus.
  • 14. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL TOTAL A. PARENTERAL NUTRITION (PN) 1) Pengertian Pada saat terjadi gangguan intestinal secara partial ataupun total dan dukungan nutrisis melalui oral maupun enteral tube feeding (ETF) tidak dapat dilaksanakan, PN dapat menjadi alternatif akhir bagi pemenuhan nutrisi pasien (Stratton & smith). Parenteral nutrition merupakan metode pemberian nutrisi secara intra vena dan dapat dipilih bila status perubahan metabolik atau bila abnormalitas mekanik atau fungsi dari saluran GI tidak dapat menerima pemberian makanan secara interal (Doenges, 2003) Pada umumnya PN hanya digunakan selama beberapa hari atau minggu. Namun pada kondisi tertentu, penggunaan PN dalam jangka waktu lama juga dapat dilakukan. PN adalah bentuk dukungan nutrisi yang khusus yaitu pemberian nutrient melalui rute intravena. Tujuannya tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan energi basal dan pemeliharaan kerja organ, tetapi jg menambah nutrisi untuk kondisi tertentu, seperti keadaan stress (sakit berat, troma), untuk perkembangan dan pertumbuhan. Terapi nutrisi parenteral di bagi menjadi 2 kategori: a) Terapi nutrisi parenteral parsial (supportive atau suplemen) di berikan bila: i. Dalam waktu 5 sampai 7 hari, pasien diharapkan mampu menerima nutrisi enteral kembali. ii. Masih ada nutrisi enteral yang dapat diterima pasien. PN parsial ini diberikan dengan indikasi relative. iii. Terapi nutrisi parenteral total , diberikan jika batasan jumlah kalori ataupun batasan waktu tidak terpenuhi. PN total ini diberikan atas indikasi absolut. 2) Indikasi Secara umum PN di indikasikan pada pasien yang mengalami kesulitan mencukupi kebutuhan nutrisi untuk waktu tertentu.Tanpa bantuan nutrisi, tubuh memenuhi kebutuhan energi basal rata – rata 25 kkal /kg BB / hari. Jika cadangan habis, kebutuhan glukosa selanjutnya dipenuhi melalui proses gluconeogenesis, antara lain dengan lipolysis dan proteolysis 125-150 g/hari.
  • 15. Puasa lebih dari 24 jam menghabiskan glukosa darah (20 g), cadangan glikogen di hati (70 g) dan otot (400 g). Sedangkan cadangan energi lainnya, lemak (12.000 g) dan protein (6.000 g) habis dalam waktu kira-kira 60 hari. Keadaan yang memerlukan PN adalah sebagai berikut: a) Pasien tidak dapat makan (obstruksi saluran pencernaan seperti stiktur atau keganasan esophagus, atau gangguan absorbsi makanan). b) Pasien tidak boleh makan (seperti fistula intestinal dan pangkreatitis). c) Pasien tidak mau makan (akibat pemberian kemoterapi). Kondisi – kondisi berikut yang sering diberikan TPN : a) Disfungsional GI , misalnya penyakit peradangan usus, sindroma usus pendek, pangkreatitis, colitis, fistula, enteritis radiasi, ileus, diare berkepanjangan, obstruksi usus, atau karsinoma lambung. b) Gagal hepatic. c) Keadaan hipermetabolik, misalnya sepsis, luka bakar yang berat, fraktur tulang panjang, peritonitis. d) Anoreksia sekunder terhadap kondisi medis pasien, misalnya gagal ginjal. e) Hyperemesis berat selama kehamilan. f) Candida GI berat pada pasien AIDS. g) Trauma multisystem. 3) Kontraindikasi a) Pasien 24 jam paska bedah yang masih dalam Ebb phase, masa dimana kadar hormone stress masih tinggi. Sel-sel resisten terhadap insulin dan kadar gula darah meningkat. Pada fase ini cukup diberikan cairan elektrolit dan dextosa 5%. Jika keadaan sudah tenang yaitu demam, nyeri, renjatan, dan gagal nafas sudah dapat di atasi, krisis metabolism sudah lewat, maka PN dapat diberikan dengan lancar dan bermanfaat. Makin berat kondisi pasien, makin lambat dosis PN total (dosis penuh) dapat dimulai. Sebelum keadaan tenang tercapai, PN total hanya menambahkan stress bagi tubuh pasien. Fase tenang ini ditandai dengan menurunnya kadar kortisol, katekolamin, dan glucagon. b) Pasien gagal napas (pO2 < 80 dan pCO2 > 50) kecuali dengan respirator. Pada pemberian PN penuh, metabolism karbohidrat akan meningkatkan produksi CO2 dan berakibat memperberat gagal napasnya.
  • 16. c) Pasien renjatan dengan kekurangan cairan ekstraseluler. d) Pasien penyakit terminal, dengan pertimbangan cost-benefit 4). Komplikasi dalam pemberian nutrisi parenteral adalah: a) Komplikasi teknis yang berkaitan dengan pemasangan kateter seperti pneumotoraks, ruptura atau penetrasi arteri subklavia, emboli udara, dan tromboemboli b) Komplikasi Infeksi yang ditandai oleh demam, hipotensi, oliguria, dan kemunduran keadaan umum. c) Komplikasi metabolik yang berkaitan dengan gangguan keseimbangan glukosa, asam-basa, dan elektrolit se[erti hiper/hipoglikemia, hiper/hipikalemia. B. NUTRISI PARENTERAL TOTAL (TPN) 1) Pengertian Nutrisi parenteral total adalah suatu terapi kompleks yang dilakukan untuk memenuhi keperluan nutrisi pasien melalui rute intraven. Larutan yang digunakan dalam terapi ini adalah larutan hiperosmolar (konsentrasi tinggi). Pemberian teraoi nutrisi parenteral total yang bertujuan untuk memberikan kalori yang cukup besar yang terdiri dari protein, lipid, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Keberhasilan terapi ini bergantung pada jenis makanan yang diresepkan, penangganan kateter intravena, perawatan luka insisi, penangganan komplikasi akibat terapi. Terapi ini hanya digunakan apabila asupan makanan secara enteral tidak memadai atau merupakan kontrakindikasi. TPN tidak diberikan pada pasien yang pencernaan dapat berfungsi selama 7-10 hari, pasien yang masih dapat mencerna makanan dengan baik, dan pada pasien yang mengalami stres atau trauma. (Mubarak & Chahyati,66,2007) 2) Indikasi a) Yang asupan kuran untuk mempertahankan status anabolis misalnya pasien dengan luka bakar berat, malnutrisi, sindrom usus pendek, AIDS, sepsis, kanker. b) Pasien yang tidak mampu mencerna makanan secara oral atau dengan selang misalnya pasien dengan ileus paraklitik, penyakit chohn dengan obstruksi. c) Pasien yang menolak mencerna makanan nutrient secara adekuat misalnya pada pasien anoreksia nervosa, lansia pascaoperatif.
  • 17. d) Pasien yang tidak boleh makanan peroral atau dengan selang misalnya pada lansia dengan pankreatitits akut. e) Pasien yang memerlukan dukungan nutrisi praoperatif dan pascaoperatif secara terus menerus misalnya pada pasien disertai pembedahan usus. Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi kebutuhan pasien terhadap nutrisi parental ototal mencakup berat badan kurang dari 10% tidak mampu makan oral atau minum dalam 7 hari oascaoperatif dan situasi hipermetabilik seperti pada infeksi berat disertai demam. 3) Penatalaksanaan Perawat pendukung nutrisi, ahli nutrisi, atau dokter menentukan kebutuhan pasien akan TPN dengan evaluasi criteria tertentu: derajat penurunan berat badan, keseimbangan nitrogen, jumlah kehilangan otot dan total massa tubuh kurus, sera ketidakmampuan pasien untuk mentoleransi pencernaan makanan melalui saluran GI. Idealnya, perawat pendukung nutrisi, ahli farmasi, ahli nutrisi, dan dokter berkolaborasi untuk menentukan formula khusus yang diperlukan. Larutan TPN diberikan dengan perlahan dan secara bertahap ditingkatkan setiap hari dengan kecepatan yang diinginkan dan sesuai toleransi cairan dan glukosa pasien. Respons pasien terhadap terapi TPN dan nilai laboratorium dipantau terus menerus oleh tim pendukung nutrisi. Standing order dilakukan untuk penimbangan berat badan pasien, mendapatkan jumlah darah lengkap, jumlah trombosit, masa protrombin, elektrolit, magnesium, dan glukosa ujung jari. Pada kebanyakan rumah sakit, larutan TPN diresepkan oleh dokter dalam bentuk pesanan nutrisi parenteral harian. Formulasi larutan TPN harus dihitung dengan cermat untuk memenuhi kebutuhan pasien secara lengkap. 4) Metode Pemberian Berbagai metode dan rute digunakan untuk memberikan larutan NPT pada praktuk klinis:perifer, sentral, dan atrial. Metode ini tergantung pada kondisi pasien dan lamanya antisipasi terapi. a) Perifer Larutan NPT digunakan sebagai masukan suplemen per oral bila larutan yang digunakan kurang hipertonik dibanding larutan yang digunakan untuk NPT. Konsentrasi dekstrosa diatas 10% tidak boleh diberikan melalui vena perifer
  • 18. karena dapat mengiritasi intma vena kecil (dinding paling dalam). Lamanya terapi NPP kurang dari 2 minggu. b) Sentral Karena larutan NPT mempunyai lima atau enam kali konsentrasi darah dan melebihi tekanan osmotic kira-kira 2000 mOsm/1 .maka larutan ini berbahaya untuk intima perifer. Kerenanyan untuk mencegah flebitis dan komplikasi vena lainnya larutan ini diberikan ke dalam sistem sirkulasi melalui kateter yang di masukan ke dalam oembuluh darah besar beraliran tinggi (sering vena subklavia). Larutan pekat kemudian diencerkan dengan sangat cepat sampai ke tingkat isotonik oleh darah di dalam pembuluh ini. c) Atrial Dua alat yang digunakan untuk terapi IV jangka panjang di rumah adalah: i. Kateter atrial kanan eksternal ini dipasang melalui pembedahan. Kateter ini dijahit di bawah kulit pada vena subklavia. ii. Lubang subkutan ujung kateter dilekatkan pada serambi kecil yang ditempatkan di kantung subkutan baik di dinding dada anterior atau pada lengan. C. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1) Aktivitas/istirahat Tanda : Penurunan otot(temporal, interkostal, gastoknemius, dorsum tangan); ekstrimitas kurus, otot flaksid, penurunan toleransi aktivitas. 2) Sirkulasi Tanda : Takikardia, bradikardia, diaphoresis, sianosis 3) Eliminasi Gejala : Diare atau konstipasi; flatuensi berkenaan dengan masukan makanan. Tanda : Distensi abdomen/peningkatan lingkar perut, asites;nyeri tekan pada palpasi. Feses mungkin lunak, keras berlemak, atau warna seperti tanah liat 4) Makanan/cairan Gejala : Penurunan BB 10 % atau lebih dari BB dalam 6 bulan sebelumnya. Masalah dengan menelan, mengunya, tersedak, atau produksi saliva. Perubahan pada rasa makanan; anoreksia, mual, muntah; ketidakadekuatan masukan oral (puasa) selama 7-10 hari, penggunaan jangka panjang dari dektrosa 5 % secara intravena.
  • 19. Tanda : BB aktual (diukur) dibandingkan dengan BB umum atau sebelum sakit kurang dari 90 % BB ideal untuk tinggi, jenis kelamin, usia atau sama dengan atau lebih besar dari 120% dari berat badan ideal. Bising usus menurun, hiperaktivitas, atau tidak ada. Bibir kering, pecah, kemerahan , bengkak; stomatitis sudut bibir. Mebran mukosa kering, pucat, merah, bengkak. 5) Neurosensori Tanda : letargi, apatis, gelisah, peka rangsang, disorientasi, koma. Refleks menelan mungkin menurun/tidak ada. 6) Pernapasan Tanda : peningkatan frekuensi pernapasan , disres pernapasan. Dispnea, peningkatan produksi sputum. Bunyi napas: krekels (defisiensi protein akibat perpindahan cairan) 7) Keamanan Gejala : adanya program terapi radiasi (enteritis radiasi) Tanda : rambut mungkin rapuh, kasar. Alopesia, penurunan pigmentasi. Kulit kering, kasar. Mata cekung, menonjol, kering, dan konjungtiva pucat. Kuku mungkin rapuh, tipis, datar, bentuk seperti sendok 8) Seksualitas Gejala : kehilangan libido. Amenorea 9) Penyuluhan /pembelajaran Riwayat kondisi yang menyebabkan kehilangan protein berlarut-larut, misalnya malabsopsi atau sidrom usus pendek dengan peningkatan diare, pankreatitis akut, dialysis renal, fistula, luka basah, cedera termal. Adanya faktor-faktor yang diketahui mengubah kebutuhan nutrisi/peningkatan kebutuhan energi misal kegagalan tunggal, atau multi organ; sepsis; demam; trauma; penggunaan steroid. D. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Perubahan Nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan masukan nutrien yang tidak adekuat. a. Observasi ketepatan waktu “ penggantungan” dari larutan parenteral per protokol. Rasional : Keefektifan dari vitamin IV menurun setelah 24 jam b. Pantau gula atau aseton urin atau glukosa tusuk jari per protokol.
  • 20. Rasional : Kandungan glukosa tinggi dari larutan dapat menimbulkan kelelahan pankreas, memerlukan penggunaan suplemen insulin untuk mencegah HHNC. c. Tindakan : kaji status nutrisi secara kontinu, selama perawatan setiap hari Rasional :mempertahankan nutrisi yang optimal d. Tindakan : mengukur BB 2-3 kali seminggu Rasional : untuk mengetahui penurunan dan penambahan BB e. Tindakan : Kolaborasi dengan tim nutrisionist Rasional : untuk menentukan pemberian nutrisi yang tepat. f. Tindakan : berikan larutan nutrisi pada kecepatan yang di anjurkan melalui IV sesuai kebutuhan. Rasional : dukung nutrisi pasien pada perkiraan kebutuhan kalori dan protein. 2. Risiko Infeksi berhubungan dengan kontaminasi sisi kateter atau jalur infus. a. Pertahankan manipulasi sitem pemberian makanan enteral minimum dan cuci tangan sebelum membuka sistem Rasional : kontaminasi sentuhan pemberian perawatan selama pemberian formula enteral terbukti penyebab kontaminasi fomula b. Ganti lubang hidung untuk pemasangan selang pada pemberian makan NG jangka panjang Rasional : menurunkan resiko trauma atau infeksi jaringan paranasal c. Berikan perhatian setiap hari pada pemasangan selang makan per abdomen Rasional : sekresi GI yang bocor melalui atau di sekitar selang gastrostomi dapat menyebabkan kerusakan kulit cukup berat yang memerlukan pelepasan selang makanan d. Simpan di lemari es formula enteral sebelum dicampurkan dan digunakan, buang formula yang telah digunakan setelah 24 jam Rasional: formula enteral mudah menyebabkan pertumbuhan bakteri dan dapat terkontaminasi selama penyimpanan e. Kolaborasi: secara aseptik siapkan larutan formula enteral untuk pemberian Rasional : formula enteral harus dicampurkan dalam lingkungan bersih di department diet atau armasi meskipun dengan tambahan formula kaleng/modular f. Kolaborasi: berikan antibiotik sesuai indikasi Rasional : dapat diberikan dengan profilaktik atau untuk organisme yang teridentiifikasi secara khusus. g. pertahankan balutan secara aseptik di atas sisi pemasangan kateter.
  • 21. Rasional : mencegah terjadinya infeksi dan melindungi sisi kateter dari sumber kontaminasi h. berikan posisi semifowler Rasional : untuk mencegah kateter berubah posisi i. mempertahankan lingkungan aseptik optimal selama pemasangan kateter Rasional : mencegah terjadinya sepsi j. pantau suhu dan glukosa Rasional : mencegah terjadinya indikasi dini dari kemungkinan sepsis akibat kateter. 3. Risiko kelebihan atau kekurangan volume cairan berhubungan dengan kecepatan infus. a. pompa infus pada NPT Rasional : untuk mempertahankan keakuratan dan kecepatan yang diresepkan b. berikan asupan dan haluaran di catat setiap 8 jam Rasional : agar ketidakseimbangan cairan dapat terdeteksi c. timbang BB 2-3 kali seminggu Rasional : pasien akan menunjukkan baik penurunan ataupun penambahan BB. g. Kolaborasi dengan tim kesehatan untuk memantau status glukosa darah. Rasional : untuk mengurangi diuresis dan kehilangan cairan yang berlebihan. h. kaji tanda klinis dehidrasi Rasional : deteksi dini dan intervensi dapat mencegah kekambuhan atau kelebhan fluktuasi pada keseimbangan cairan. 4. Risiko intoleran aktivitas berhubungan dengan takut bahwa kateter akan berubah posisi atau tersumbat. a. memberikan penyuluhan dan pertimbangan perwatan di rumah sakit dan kaji pengetahuan pasien Rasional : untuk mencegah ansietas dan memberikan informasi kepada pasien dan keluarga b. berikan posisi semifowler Rasional : agar tidak terjadi perubahan posisi atau mencegah tersumbatnya selang kateter dan melindungi pasien dari cedera selama aktivitas. c. ajarkan pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri
  • 22. Rasional : memudahkan pasien dalam beraktivitas dan meningkatkan kekuatan/stamina dan memungkinkan pasien menjadi lebih aktif tanpa kelelahan. d. berikan latihan rentang gerak pasif/aktif Rasional : latihan isotonik dan isometrik e. Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat. Rasional : pasien aktif selama waktu dimana tingkat energi lebih tinggi,yang dapat menghemat perasaan sejahtera dan rasa kontrol.
  • 23. DAFTAR PUSTAKA Bare, Smeltzer. Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. 2002. Jakarta. EGC. Doenges, Marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. 2000. Jakarta. EGC. Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit, Ed. 2. Jakarta: EGC. Schwartz. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah Edisi 6. 2000. Jakarta. EGC.