2. PENGERTIAN
Infus cairan intravena (Intravenous fluids infution)
adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui
sebuah jarum ke dalam pembuluh vena(pembuluh balik)
untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat
makanan dari tubuh.
3. Tujuan Pemberian Infus
Menjegah terjadinya syok
Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
Memenuhi kalori pada klien
Untuk dilakukan tranfusi darah
Pemberian obat
4. Program pengobatan
Klien pra dan pasca pasca pembedahan
Sebelum dilakukan tanfusi darah
Klien dengan kekurangan cairan(dehidrasi)
Klien yang tidak dapat makan dan minum melalui mulut
Indikasi Pemasangan Infus
5. Kontraindikasi pemasangan infus
o Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di
lokasi pemasangan infus.
o Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena
lokasi ini akan digunakan untuk pemasangan fistula
arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis
(cuci darah).
o Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap
pembuluh vena kecil yang aliran darahnya lambat
(misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).
6. Macam – Macam Cairan Infus
1. Ditinjau dari tonisitsnya:
o Isotonis
o Hypertonis
2. Ditinjau dari kandungannya:
o Cairan karbohohidrat
o Cairan elektrolit sederhana
o Cairan elektrolit kompleks
o Cairan plasma/pengganti plasma.
o Cairan amino
7. Pembagian cairan lain adalah berdasarkan
kelompoknya:
Kristaloid: bersifat isotonik, maka
efektif dalam mengisi sejumlah volume
cairan (volume expanders) ke dalam
pembuluh darah dalam waktu yang
singkat, dan berguna pada pasien yang
memerlukan cairan segera. Misalnya
Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
Koloid: ukuran molekulnya (biasanya
protein) cukup besar sehingga tidak akan
keluar dari membran kapiler, dan tetap
berada dalam pembuluh darah, maka
sifatnya hipertonik, dan dapat menarik
cairan dari luar pembuluh darah.
Contohnya adalah albumin dan steroid.
8. Komposisi (mmol/l) : Na = 154, Cl = 154.
Kemasan : 100, 250, 500, 1000 ml.
Indikasi
1. Resusitasi
2. Diare
3. Luka bakar
4. Gagal ginjal akut
Kontraindikasi : hipertonik uterus,
hiponatremia, retensi cairan.
Digunakan dengan pengawasan
ketat pada CHF, insufisiensi
renal, hipertensi, edema
perifer dan edema paru.
1. Normal Saline
a. CAIRAN KOLOID
9. 2. Ringer Laktat (RL)
Indikasi: mengembalikan
keseimbangan elektrolit pada keadaan
dehidrasi dan syok hipovolemik.
Ringer laktat menjadi kurang disukai
karena menyebabkan hiperkloremia
dan asidosis metabolik, karena akan
menyebabkan penumpukan asam
laktat yang tinggi akibat metabolisme
anaerob.
Kontraindikasi : hipernatremia,
kelainan ginjal, kerusakan sel hati,
asidosis laktat.
Komposisi (mmol/l) : Na = 154, Cl = 154.
Kemasan : 100, 250, 500, 1000 ml.
10. Komposisi : glukosa = 50 gr/l (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l (20%).
Kemasan : 100, 250, 500 ml.
3. Dekstrosa
Indikasi :sebagai cairan resusitasi
pada terapi intravena serta untuk
keperluan hidrasi selama dan sesudah
operasi. Diberikan pada keadaan
oliguria ringan sampai sedang (kadar
kreatinin kurang dari 25 mg/100ml).
Kontraindikasi : Hiperglikemia.
11. Indikasi : Penggunaan Ringer
Asetat sebagai cairan
resusitasi sudah seharusnya
diberikan pada pasien dengan
gangguan fungsi hati berat
seperti sirosis hati dan
asidosis laktat. Hal ini
dikarenakan adanya laktat
dalam larutan Ringer Laktat
membahayakan pasien sakit
berat karena dikonversi dalam
hati menjadi bikarbonat
4. Ringer Asetat (RA)
12. 1. Albumin
Indikasi:
•Pengganti volume plasma atau protein pada keadaan
syok
•Pengganti volume plasma pada ARDS (Acute
Respiratory Distress Syndrome).
•Hipoalbuminemia yang merupakan manifestasi dari
keadaan malnutrisi, kebakaran, operasi besar,
infeksi (sepsis syok), berbagai macam kondisi
inflamasi, dan ekskresi renal berlebih.
•Pada spontaneus bacterial peritonitis (SBP) yang
merupakan komplikasi dari sirosis.
Kontraindikasi : gagal jantung, anemia berat
Komposisi : Albumin yang tersedia untuk keperluan
klinis adalah protein 69-kDa yang dimurnikan dari
plasma manusia (cotoh: albumin 5%).
b. Cairan koloid
13. Komposisi : Starches tersusun atas
2 tipe polimer glukosa, yaitu
amilosa dan amilopektin
2. HES (Hydroxyetyl Starches)
Indikasi : Penggunaan HES pada resusitasi post trauma
dapat menurunkan permeabilitas pembuluh darah,
sehingga dapat menurunkan resiko kebocoran kapiler.
Kontraindikasi : Cardiopulmonary bypass, dapat meningkatkan
resiko perdarahan setelah operasi, hal ini terjadi karena HES
berefek antikoagulan pada dosis moderat (>20 ml/kg). Sepsis,
karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF).
Penggunaan HES pada sepsis masih terdapat perdebatan
14. 3. Dextran
Komposisi : dextran tersusun dari polimer glukosa hasil sintesis
dari bakteri Leuconostoc mesenteroides, yang ditumbuhkan pada
media sukrosa.
Indikasi :
Penambah volume plasma pada kondisi trauma, syok sepsis, iskemia
miokard, iskemia cerebral, dan penyakit vaskuler perifer.
Mempunyai efek anti trombus, mekanismenya adalah dengan
menurunkan viskositas darah, dan menghambat agregasi platelet.
Pada suatu penelitian dikemukakan bahwa dextran-40 mempunyai
efek anti trombus paling poten jika dibandingkan dengan gelatin
dan HES.
Kontraidikasi : pasien dengan tanda-tanda kerusakan hemostatik
(trombositopenia, hipofibrinogenemia), tanda-tanda gagal jantung,
gangguan ginjal dengan oliguria atau anuria yang parah.
15. 4. Gelatin
Komposisi : Gelatin diambil dari hidrolisis kolagen bovine.
Indikasi : Penambah volume plasma dan mempunyai efek
antikoagulan,
Pada sebuah penelitian invitro dengan
tromboelastropgraphy diketahui bahwa gelatin memiliki
efek antikoagulan, namun lebih kecil dibandingkan HES.
Kontraindikasi : haemacel tersusun atas sejumlah besar
kalsium, sehingga harus dihindari pada keadaan
hiperkalsemia.
16. Persiapan alat dan bahan
1. Standar infus
2. Infus set
3. Cairan sesuai dengan kebutuhan pasien
4. Jarum infus dengan ukuran sesuai
5. Pengalas
6. Torniket/karet pembendung
7. Kapas alkohol
8. Plester
9. Gunting
10. Kasa steril
11. Betadin
12. Sarung tangan
17. Prosedur
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosdur yang akan dilakukan
3. Hubungkan cairan infus set
4. Letakkan pengalas dibawah vena yang akan dilakukan infus
5. Lakukan pembendungan dengan torniket atau karet pembendung 10-20 cm
6. Gunakan sarung tangan steril
7. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alkohol
8. Lakukan penusukan pada vena dengan posisi Jarum mengarah keatas
9. Cek keluarnya darah melalui jarum.
10. Seteah jarum infus bagian dalam dikeluarkan, tahan bagian atas vena
dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar dan
hubungkan bagian infus dengan slang infus.
11. Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dosis yang diberikan.
12. Lakukan fiksasi dengan kasa steril
13. Tulislah tanggal ,jam pemasangan infus pada plaster, catat ukuran, tipe
jarum, jenis cairan, letak infus, dan kecepatan aliran
14. Lepaskan sarung tangan
15. Cuci tangan
18.
19. Cara Penghitungan Cairan Infus
• Mililiter per jam
cc/jam = jumlah total cairan infus (cc)
lama waktu pengifusan (jam)
Contoh: 3000 ml diinfuskan dalam 24 jam, maka jumlah milliliter
perjamnya adalah sebagai berikut:
3000 / 24 = 125 ml/h
• Tetes per menit
Jumlah total cairan infus ( cc) x faktor tetesan
Lama waktu penginfusan ( menit)
Contoh: 1000 ml dalam 8 jam, faktor tetesan 20
1000 x 20 / 8 x 60 = 41 tpm (tetes per menit)