Dokumen tersebut membahas tentang pengertian biaya overhead pabrik, langkah-langkah penentuan tarif biaya overhead per departemen, dan distribusi elemen biaya overhead pabrik ke setiap departemen."
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penentuan biaya selalu menjadi fokus utama bagi para manajer karena melalui
pembebanan biaya bagi setiap item (produk maupun jasa) yang dihasilkan membantu
para manajer dalam menyusun strategi baik untuk jangka waktu pendek maupun
jangka waktu panjang serta menemukan aktivitas-aktivitas yang ternyata tidak
memberi value added atau disebut dengan non-value added activity baik bagi
perusahaan maupun konsumen.
Menurut horngren, Datar dan Foster (2003) dalam bukunya yang berjudul
Cost Accounting and Managerial Emphasis, biaya memiliki arti sumber daya yang
dikorbankan atau dilepaskan untuk memperoleh tujuan tertentu. menurut mereka biaya
biasanya diukur dalam satuan moneter yang harus dibayar untuk memperoleh barang
atau jasa. Sedangkan menurut Motriarity dan allen (1991) dalam bukunya yang
berjudul Cost Accounting, biaya merupakan nilai dari asset yang diserahkan untuk
memperoleh aset yang lainnya. Menurut horngren, Datar dan Foster (2003), biaya
yang dikumpulkan dan dihitung dari Cost Object tadi ada tiga macam (dibebankan
untuk satu unit yang dihasilkan oleh perusahaan), yaitu:
1. Direct Material Cost, merupakan biaya yang berhubungan dengan material yang
digunakan untuk menghasilkan suatu barang. Direct Material Cost merupakan
biaya yang langsung dapat dibebankan kepada setiap Cost Object (suatu
barang/item/produk yang akan dihasilkan) dan dapat dengan mudah ditelusuri ke
Cost Object-nya. Contohnya, tinta untuk industri percetakan.
2. Direct Manufacturing Labor Cost, merupakan kompensasi bagi pekerja yang dapat
dengan mudah ditelusuri Cost Object-nya. Contohnya operator yang memang
khusus menjalankan mesin, diamana gajinya dapat ditelusuri dengan mudah
kesetiap pesanan.
3. Indirect Manufacturing Cost atau yang juga dikenal dengan Factory Overhead
Cost merupakan biaya yang sulit untuk dialokasikan ke Cost Object, hal ini dapat
terjadi karena memang ada biaya-biaya yang harus dikeluarkan dan dibebankan
2. 2
untuk suatu Cost Object. Namun biaya ini dipakai bersama-sama untuk
menghasilkan Cost Object lainnya. Contohnya beban listik.
Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead Cost) sangat penting untuk
dipahami, karena akan memudahkan manajer produksi dalam menguraikan biaya apa
saja yang masuk dalam biaya produksi; kemudian digolongkan berdasarkan
perilakunya, biaya tetap, biaya variabel, biaya semi variabel.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Biaya Overhead Pabrik
2. Bagaimana langkah-langkah penentuan tarif overhead pabrik
3. Bagaimana membebankan biaya overhead pabrik ke produk?
4. Bagaimana mengumpulkan biaya overhead pabrik sesungguhnya?
5. Bagaimana menganalisis selisih biaya overhead pabrik?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang definisi biaya overhead pabrik.
2. Untuk memahami tahapan dalam penentuan tarif overhead pabrik.
3. Untuk memahami cara membebankan biaya overhead ke produk.
4. Untuk memahami dalam pengumpulan biaya overhead sesungguhnya.
5. Untuk dapat menganalisis jika terjadi selisih biaya overhead pabrik.
3. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Biaya Overhead
Overhead pabrik adalah bahan baku tidak langsung dan tenaga kerja tidak
langsung serta biaya tidak langsung lainnya yang tidak dapat ditelusuri secara
langsung ke produk selesai atau tujuan akhir biaya. Istilah lain yang dapat
digunakan untuk overhead pabrik adalah biaya produksi tidak langsung.
Pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk perlu dipertimbangkan
guna mengetahui jumlah biaya yang sewajarnya dibebankan kepada produk. Dua
karakteristik yang perlu dipertimbangkan tersebut adalah:
1. Hubungan overhead pabrik dengan produk atau volume produksi. Pembebanan
biaya overhead pabrik kepada produk perlu diperhitungkan karena overhead
pabrik adalah bagian dari biaya produk, tetapi pembebanan overhead pabrik
sulit diperhitungkan karena biaya tersebut tidak dapat ditelusuri secara
langsung kepada produk selesai seperti pembebanan biaya bahan baku
langsung dan tenaga kerja langsung.
2. Overhead pabrik berurusan dengan elemen-elemen biaya yang berhubungan
dengan perubahan biaya overhead pabrik terhadap perubahan volume produksi.
Apabila overhead pabrik tersebut dihubungkan dengan perubahan volume
produksi maka biaya overhead pabrik dapat dipisahkan menjadi biaya tetap
dan biaya variabel.
Adapun biaya-biaya yang termasuk dalam biaya overhead pabrik
dikelompokkan menjadi beberapa golongan sebagai berikut: 1
1. Biaya depresiasi, semua aktiva tetap (kecuali tanah) yang dimiliki dan
digunakan oleh perusahaan untuk beroperasi, akan semakin menyusut nilainya
bersamaan dengan berjalannya waktu. Sebab-sebab terjadinya penyusutan itu
bisa bermacam-macam seperti : susut karena dipakai, pengaruh iklim, menjadi
tua dan sebagainya.
1
http://octaindria.blogspot.com/2013/01/biaya-overhead-pabrik.html, tanggal akses: 02/04/2014
4. 4
2. Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang, biaya bahan habis
pakai dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan
perbaikan dan pemeliharaan emplasemen, perumahan, bangunan pabrik,
mesin-mesin dan kendaraan.
3. Biaya listrik, biaya overhead ini merupakan kewajiban perusahaan kepada
pihak luar dalam proses pembayaran.
4. Biaya kesejahteraan karyawan, bagian dari kewajiban perusahaan memberikan
tunjangan kehidupan karyawan atas pengabdian terhadap perusahaan.
5. Biaya bank, adalah biaya atau bagian dari kewajiban perusahaan kepada pihak
luar dan biaya itu sendiri bukan merupakan bagian integral dari produksi.
6. Biaya pengelolaan limbah, biaya ini pada umumnya hanya memberikan jasa
pelayanan kepada suatu proses produksi.
7. Biaya training dan transportasi, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk
melaksanakan kegiatan pemasaran produksi.
8. Biaya asuransi, biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menjamin
perusahaan bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Penggolongan biaya overhead berdasarkan sifatnya
Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya overhead
pabrik adalah biaya selain bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Menurut
Mulyadi : 2009 dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Biaya”, biaya-biaya
produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik dikelompokan menjadi
beberapa bagian golongan yaitu:
1. Biaya bahan baku penolong
2. Biaya reparasi dan pemeliharaan
3. Biaya tenaga kerja tidak langsung
4. Biaya yang timbul oleh sebab penilaian terhadap aktiva
5. Biaya yang timbul akibat berlalunya waktu
6. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran
uang tunai
Penggolongan biaya overhead pabrik berdasarkan tingkah laku
a. Biaya Tetap
Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh
perubahan volume kegiatan / aktivitas sampai tingkat tertentu. Pada biaya
5. 5
tetap, biaya satuan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume
kegiatan, makin tinggi volume kegiatan makin rendah biaya satuan, dan
sebaliknya. Contoh BOP tetap: biaya asuransi pabrik, biaya penyusutan
aktiva tetap, gaji staff pabrik dan mandor.
b. Biaya Variabel
Biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding dengan
perubahan volume kegiatan makin besar volume kegiatan makin besar pula
jumlah total biaya variable, dan sebaliknya. Pada biaya variable, biaya
satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan (konstan) Contoh
BOP variable, misalnya: BBP, sebagian BTKTL, BB, dll biaya overhead
variable.
c. Biaya Semi Variabel; Karakteristik:
Biaya yang jumlah totalnya berubah sesuai dengan perubahan
volume kegiatan, tetapi sifat perubahannya tidak sebanding. Makin besar
volume kegiatan makin besar jumlah total biaya, makin kecil volume
kegiatan makin kecil pula jumlah total biaya, tapi perubahannya tidak
sebanding. Pada biaya semi variable, biaya satuan berubah terbalik
dihubungkan perubahan volume tapi sifatnya tidak sebanding sampai
dengan tingkatan kegiatan tertentu, makin tinggi volume kegiatan rendah
biaya satuan, makin rendah volume kegiatan makin tinggi biaya satuan.
Contoh BOP semi Variabel, misalnya: biaya pembangkit listrik, biaya
reparasi dan pemeliharaan, biaya pengobatan karyawan pabrik.
Penggolongan biaya overhead sesuai dengan obyek yang dibiayai
1. Biaya overhead pabrik langsung departemen
Biaya langsung departemen merupakan elemen biaya overhead pabrik yang
terjadi dan manfaatnya dapat lansung dilacak pada departemen. Contoh:
biaya bahan penolong, perlengkapan pabrik, supplies pubrik, reparasi dan
pemeliharaan, penyeliian, kesejahteraan karyawan, penyustan mesin dan
peralatan, kerja lembur, dan pekerja tidak langsung.
2. Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen
Biaya tidak langsung departemen merupakan elemen biaya overhead pabrik
yang terjadi dan manfaatnya tidak dapat langsung dilacak pada departemen
atau manfaatnya dinikmati bersama oleh beberapa departemen. Contoh:
penyusutan bangunan, biaya reparasi dan pemeliharaan bangunan, asuransi
6. 6
bangunan, sumber tenaga dan penerangan, sewa pabrik, pajak kekayaan,
telepon dan telegrap.2
B. Langkah-langkah Penentuan Tarif Biaya Overhead Per Departemen
Dalam penetuan tarif biaya overhead pabrik untuk setiap departemen produksi
tahap-tahap yang harus dilakukan sebagai berikut3
:
Berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah di atas:
1. Penyusunan anggaran biaya overhead pabrik
Pada awal periode disusun budget setiap elemen biaya overhead pabrik. Elemen
biaya tersebut digolongkan ke dalam elemen biaya tetap dan variabel. Sebagai
contoh:
elemen biaya biaya variabel biaya tetap jumlah biaya
bahan penolong 80,000.00Rp 80,000.00Rp
biaya tenaga kerja tidak langsung 120,000.00 60,000.00Rp 180,000.00
penyusutan mesin 100,000.00 100,000.00
reparasi dan pemeliharaan mesin 50,000.00 50,000.00
penyusutan bangunan 30,000.00 30,000.00
reparasi dan pemeliharaan bangunan 25,000.00 25,000.00
bahan bakar 25,000.00 25,000.00
asuransi mesin 10,000.00 10,000.00
jumlah 300,000.00Rp 200,000.00Rp 500,000.00Rp
Tahun 2000
Budget Biaya Overhead Pabrik
PT ABC
Tabel 1. Budget Biaya Overhead Pabrik
2
Bastian Bustami dan Nurlela, Akuntansi Biaya Tingkat Lanjut: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: BPFE,
2007), Hlm. 287-288
3
R.A. Supriyono, Akuntansi Biaya: Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok (Yogyakarta: BPFE,
1999), Hlm. 342
Perhitungan tarif biaya overhead pabrik untuk setiap departemen produksi.
Alokasi biaya overhead pabrik yang dibudgetkan dari departemen pembantu tertentu ke departemen
produksi dan departemen pembantu lainnya.
Distribusi setiap elemen biaya overhead pabrik yang dibudgetkan kepada setiap departemen di dalam
pabrik, baik departemen produksi maupun departemen pembantu.
Mengadakan penelitian pabrik (factory survey) pada awal periode yang akan digunakan untuk distribusi
dan alokasi biaya overhead pabrik, serta perhitungan tarif biaya overhead pabrik.
Menyusun budget atau anggaran setiap elemen biaya overhead pabrik yang dikelompokkan ke dalam
biaya tetap dan biaya variabel.
7. 7
2. Penelitian pabrik awak periode
Penelitian pabrik pada awal periode dilakukan setelah disusun budget setiap
elemen biaya overhead pabrik. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan dasar
distribusi, dasar alokasi, dan dasar pembebanan terhadap biaya overhead pabrik
yang dibudgetkan. Sebagai contoh survey pabrik pada PT ABC, sebagai berikut:
departemen
luas
lantai
(m2
)
jumlah
karyawan
(orang)
jam tenaga
listrik
jam kerja
langsung
jam mesin
produksi I 300 45 5,000 20,000 15,000
produksi II 500 45 3,000 30,000 10,000
pembantu A 100 20 2,000
pembantu B 100 10 2,500
jumlah 1000 120 12,500 50,000 25,000
Awal Tahun 2000
Penelitian Pabrik
PT ABC
Tabel 2. Survei Pabrik Awal Tahun
3. Distribusi elemen biaya overhead pabrik
Dalam distribusi biaya overhead pabrik, elemen biaya overhead pabrik
dikelompokkan menjadi biaya overhead pabrik langsung dan biaya overhead
pabrik tidak langsung. Pada biaya overhead langsung, tidak menimbulkan
masalah dalam distribusinya karena dapat langsung dikumpulkan untuk setiap
departemen. Namun, pada distribusi biaya overhead tidak langsung, sering
menimbulkan masalah dalam memilih dasar distribusi yang sesuai dengan
manfaat biaya yang bersangkutan sehingga penelitian pabrik penting dilakukan
untuk memberikan informasi dalam distribusi biaya overhead. Untuk dapat
mendistribusikan biaya overhead tidak langsung secara adil dan teliti, berikut ini
adalah contohnya:
8. 8
Tabel 3. Distribusi Budget Biaya Overhead Pabrik
Perhitungan:
I II A B
biayalangsungdepartemen:
bahanpenolong V Rp80,000.00 Rp30,000.00 Rp50,000.00
tenagakerjatidaklangsung V 120,000.00 12,500.00 18,000.00 Rp84,500.00 Rp5,000.00
penyusutanmesin T 100,000.00 33,500.00 39,500.00 27,000.00
reparasi danpemeliharaanmesin V 50,000.00 19,000.00 12,500.00 18,500.00
bahanbakar V 25,000.00 25,000.00
asuransi mesin T 10,000.00 5,000.00 3,000.00 2,000.00
jumlahbiayalangsungdepartemen Rp385,000.00 Rp100,000.00 Rp123,000.00 Rp84,500.00 Rp77,500.00
biayatidaklangsungdepartemen:
tenagakerjatidaklangsung T Rp60,000.00 Rp22,500.00 Rp22,500.00 Rp10,000.00 Rp5,000.00
penyusutanbangunan T 30,000.00 9,000.00 15,000.00 3,000.00 3,000.00
reparasi danpemeliharaanbangunan V 25,000.00 7,500.00 12,500.00 2,500.00 2,500.00
jumlahbiayatidaklangsungdepartemen Rp115,000.00 Rp39,000.00 Rp50,000.00 Rp15,500.00 Rp10,500.00
jumlahbiayadibudgetkan Rp500,000.00 Rp139,000.00 Rp173,000.00 Rp100,000.00 Rp88,000.00
jumlahbiayatetap Rp200,000.00 Rp70,000.00 Rp80,000.00 Rp13,000.00 Rp37,000.00
jumlahbiayavariabel Rp300,000.00 Rp69,000.00 Rp93,000.00 Rp87,000.00 Rp51,000.00
Tahun2000
DistribusiBudgetBiayaOverheadPabrik
PTABC
departemenpembantudepartemenproduksi
elemenbiaya V/T jumlahbiaya
= budget biaya tenag kerja tidak
langsung elemen biaya tetap =
60,000.00Rp
= 500per karyawan
jumlah karyawan 120orang
maka distribusinya: departemen I = 45x Rp 500= Rp 22,500.00
departemen II = 45x Rp 500= Rp 22,500.00
departemen A = 20x Rp 500= Rp 10,000.00
departemen B = 10x Rp 500= Rp 5,000.00
=
budget biaya penyusutan
bangunan =
30,000.00Rp
= Rp 30m2
luas lantai 1000m2
maka distribusinya: departemen I = 300x Rp 30= Rp 9,000.00
departemen II = 500x Rp 30= Rp 15,000.00
departemen A = 100x Rp 30= Rp 3,000.00
departemen B = 100x Rp 30= Rp 3,000.00
=
budget biaya reparasi dan
pemeliharaan bangunan =
25,000.00Rp
= Rp 25m2
luas lantai 1000m2
maka distribusinya: departemen I = 300x Rp 25= Rp 7,500.00
departemen II = 500x Rp 25= Rp 12,500.00
departemen A = 100x Rp 25= Rp 2,500.00
departemen B = 100x Rp 25= Rp 2,500.00
tarip distribusi budget biaya
reparasi dan pemeliharaan
bangunan
tarip distribusi budget biaya
penyusutan bangunan
tarip distribusi budget biaya
tenaga kerja langsung elemen
biaya tetap
9. 9
4. Alokasi biaya overhead pabrik departemen pembantu ke departemen produksi
Departemen produksi adalah departemen yang bertanggungjawab secara
langsung terhadap proses produksi atau proses pembuatan produk atau jasa yang
akan dijual ke konsumen. departemen produksi merupakan departemen yang
mengolah bahan secara langsung menjadi produk jadi. Contoh departemen
produksi pada rumah sakit umum (RSU) adalah unit gawat darurat, dan bagian
operasi. Pada perusahaan pabrikasi departemen produksinya adalah departemen
pembentukan, departemen perakitan, departemen penyelesaian, departemen
pengepakan.
Departemen jasa atau pembantu adalah departemen yang menghasilkan jasa
penl, departemen pembangkit listrik, departemen perawatan gedung. Biaya yang
timbul di departemen jasa merupakan bagian dari biya produk yang harus
dibebankan atas produk. Karena biaya-biaya tersebut termasuk BOP maka biaya
tersebut harus di bebankan ke produk.
pengalokasian biaya-biaya yang terjadi di depatemen pembantu ke
departemen produksi memiliki tujuan untuk:
1. Menentukan harga produk
2. Menghitung profitabilitas tiap jenis produk ( product line)
3. Memprediksi efek ekonomi dari perencanaan dan pengendaliaan
4. Menilai persediaan
5. Memotivasi manajer
Dalam mengalokasikan biaya departemen pembantu tertentu ke departemen
produksi dan ke departemen pembantu lainnya dihadapi dua masalah sebagai
berikut:
1. Memilih dasar alokasi biaya departemen pembantu yang adil dan teliti
Di bawah ini adalah beberapa contoh pedoman yang bersifat umum sebagai
dasar alokasi biaya departemen pembantu.
Departemen Pembantu Dasar Alokasi ke Departemen Lain
- Pembangkit listrik
- Pembangkit uap
- Pengelolaan bahan (materials
- Jam tenaga listrik
- Ton tenaga uap
- Pemakaian bahan atau biaya
10. 10
handling)
- Reparasi dan pemeliharaan
aktiva tetap
- Cafetaria
- Air
- Poliklinik
- Air Conditioning (AC)
- Umum pabrik
bahan
- Suku cadang dan supplies
langsung dialokasikan, biaya
lainnya jam reparasi dan
pemeliharaan
- Jumlah karyawan
- Liter air konsumsi
- Jumlah karyawan
- Luas lantai, kilometer jarak
tempuh
- Jumlah karyawan
2. Memilih metode alokasi biaya departemen pembantu
Penggunaan metode alokasi yang berbeda dapat mengakibatkan
perbedaan tarif biaya overhead pabrik departemen produksi, oleh karena itu
perlu dipilih salah satu dari beberapa metode yang dapat digunakan dengan
mempertimbangkan faktor-faktor:
a) Keadilan dan ketelitian tarif yang digunakan
b) Tarif yang ditentukan agar dapat dipakai sebagai alat pengendalian
biaya
c) Kepraktisan suatu metode digunakan di dalam suatu perusahaan
sehingga menghemat biaya
Metode alokasi biaya overhead pabrik departemen pembantu ke departemen
produksi dan departemen lainnya meliputi:
a. Metode alokasi langsung
Metode alokasi langsung adalah metode alokasi biaya departemen jasa yang
didistribusikan hanya ke departemen produksi saja tanpa melalui departemen
pembantu lainnya. Pada metode ini, urutan alokasinya dapat dipilih semaunya
karena tidak berpengaruh terhadap besarnya alokasi biaya ke departemen
produksi. Metode ini mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan, yaitu:
Kelebihan Kelemahan
- Sederhana dan mudah - Tidak dapat menggambarkan
11. 11
dilaksanakan
- Tepat dipakai pada perusahaan
di mana jasa departemen
pembantu hanya dinikmati oleh
departemen produksi saja
- Departemen pembantu hanya
bertanggungjawab atas biaya
yng terjadi dan dapat
dikendalikan di departemennya
saja
aliran biaya sesuai dengan jasa
yang dinikmati oleh setiap
departemen
- Harga pokok jasa yang
dialokasikan terlalu rendah
karena tidak memperhitungkan
harga pokok dari departemen
pembantu lainnya.
Sebagai contoh alokasi metode langsung sebagai berikut:
Tabel 2. Metode alokasi langsung
Perhitungan:
b. Metode alokasi bertahap tidak bertimbal balik
Metode bertahap tidak bertimbal balik adalah metode alokasi biaya
departemen jasa ke departemen produksi secara bertahap. Dalam metode ini
ada beberapa ketentuan yang digunakan, yaitu:
I II A B
budget biaya sebelum alokasi 500,000.00Rp 139,000.00Rp 173,000.00Rp 100,000.00Rp 88,000.00Rp
alokasi departemen B
(berdasarkan jam tenaga listirik) 55,000.00 33,000.00 88,000.00
alokasi departemen A
(berdasarkan jumlah karyawan) 50,000.00 50,000.00 100,000.00
jumlah alokasi 105,000.00Rp 83,000.00Rp
jumlah budget biaya
departemen produksi setelah 500,000.00Rp 244,000.00Rp 256,000.00Rp
TAHUN 2000
ALOKASI BUDGET BIAYA OVERHEAD PABRIK
PT ABC
departemen pembantudepartemen produki
jumlah biayaketerangan
tarip alokasi biaya departemen A =
budget biaya
departemen A = 100,000.00Rp = 1,111.11Rp
jumlah karyawan
departemen produksi
45 + 45
maka alokasi biaya departemen A: ke departemen I = 44 x Rp 1,111.11= 50,000.00Rp
ke departemen B = 45 x Rp 1,111.11= 50,000.00Rp
tarip alokasi biaya departemen B =
budget biaya
departemen B = 88,000.00Rp = 11.00Rp
jam tenaga listrik
departemen produksi
5000 + 3000
maka alokasi biaya departemen B: ke departemen I = 5000 x Rp 11 = 55,000.00Rp
ke departemen II = 3000 x Rp 11 = 33,000.00Rp
12. 12
1. Biaya overhead pabrik departemen pembantu di samping dialokasikan ke
departemen produksi, juga dialokasikan ke departemen pembantu lainnya
yang menikmati jasa dari departemen pembantu pengalokasi biaya
tersebut.
2. Sebelum mengalokasikan, harus ditentukan urutan atau tahapan alokasi
biaya departemen pembantu. Untuk menentukan urutan dapat dipakai
pedoman besarnya jasa suatu departemen pembantu yang dinikmati
departemen pembantu lainnya. Atau dapat pula dengan perbandingan
besarnya biaya departemen pembantu sebelum ada alokasi dari
departemen pembantu lainnya.
3. Departemen yang sudah dialokasikan tidak akan menerima alokasi
kembali dari departemen jasa lain.
Dari uraian tersebut dapat diketahui kelebihan dan kelemahan metode ini,
yaitu:
Kelebihan Kelemahan
- Lebih teliti dalam menghitung
jasa antar departemen
pembantu dibanding metode
langsung
- Sifatnya yang tidak bertimbal
balik, maka mudah dihitung
dan digunakan
- Sulit menentukan urutan
alokasi
- Tidak memperhitungkan
secara penuh saling alokasi
jasa antar departemen
pembantu
Berikut ini adalah contoh alokasi biaya overhead pabrik dengan metode alokasi
bertahap tidak bertimbal balik.
I II A B
budget biaya sebelum alokasi 500,000.00Rp 139,000.00Rp 173,000.00Rp 100,000.00Rp 88,000.00Rp
alokasi departemen B
(berdasarkan jam tenaga listirik)
44,000.00 26,400.00 17,600.00 (88,000.00)
alokasi departemen A
(berdasarkan jumlah karyawan)
58,800.00 58,800.00 (117,600.00)
jumlah alokasi 102,800.00Rp 85,200.00Rp
jumlah budget biaya departemen
produksi setelah alokasi
500,000.00Rp 241,800.00Rp 258,200.00Rp
PT ABC
ALOKASI BUDGET BIAYA OVERHEAD PABRIK
TAHUN 2000
keterangan jumlah biaya
departemen produki departemen pembantu
13. 13
Tabel 3. Metode alokasi bertahap tidak bertimbal balik
Perhitungan:
c. Metode alokasi kontinyu
Metode alokasi kontinyu adalah metode alokasi terus-menerus dengan cara
menutup dan membuka kembali rekening biaya departemen pembantu. Metode
ini juga sering disebut metode alokasi menutup dan membuka lagi. Tahap-tahap
alokasi dalam metode ini adalah:
1. Menentukan dasar alokasi dan urutan alokasi biaya departemen
pembantu.
2. Alokasinya dilakukan terus-menerus secara bertimbal balik sampai
jumlah biaya departemen pembantu habis atau jumlahnya menjadi
relatif kecil, departemen pembantu yang biayanya sudah habis
dialokasikan akan memperoleh alokasi kembali dari departemen
pembantu lainnya.
3. Apabila biaya departemen pembatu sudah habis atau jumlahnya menjadi
relatif sangat kecil, proses alokasi diberhentikan, sisa biaya dapat
langsung dialokasikan ke departemen produksi.
Adapun kelebihan dan kelemahan metode ini adalah sebagai berikut:
Kelebihan Kelemahan
- Mencerminkan alokasi jasa
antar departemen pembantu
secara penuh atau timbal balik.
- Lebih teliti dan adil
dibandingkan metode alokasi
langsung dan metode bertahap
tidak bertimbal balik.
- Perhitungannya lebih rumit,
apalagi digunakan pada
perusahaan yang memiliki
banyak departemen pembantu
dan biaya overheadnya cukup
besar.
tarip alokasi departemen B = Rp 88,000.00 + Rp 0.00 = Rp 8.8 per Jam Tenaga Listrik
(5000 + 3000 + 2000)
maka alokasinya = ke departemen I = 5000 x Rp 8.8 = Rp 44,000.00
ke departemen II = 3000 x Rp 8.8 = Rp 26,400.00
ke departemen A = 2000 x Rp 8.8 = Rp 17,600.00
tarip alokasi departemen A = Rp 100,000.00 + Rp 17,600.00 = Rp 1,306.67 per karyawan
45 + 45 karyawan
maka alokasinya = ke departemen I = 45 X Rp 1,306.67 = Rp 58,800.00
ke departemen II= 45 x Rp 1,306.67 = Rp 58,800.00
14. 14
Sebagai contoh, departemen B pada PT ABC jasanya paling besar dan
dialokasikan pada urutan pertama, baru kemudian biaya departemen A
dialokasikan pada urutan kedua. Berikut ini adalah tabel alokasi biayanya:
I II A B
budget biaya sebelum alokasi 500,000 139,000 173,000 100,000 88,000
* alokasi putaran pertama
aloksi departemen B 44,000 26,400 17,600 (88,000)
117,600 -
alokasi departemen A 52,920 52,920 (117,600) 11,760
- 11,760
* alokasi putaran kedua
alokasi departemen B 5,880 3,528 2,352 (11,760)
2,352 -
alokasi departemen A 1,058 1,058 (2,352) 236
- 236
* alokasi putaran ketiga
alokasi departemen B 118 71 47 (236)
47 -
alokasi departemen A 21 21 (47) 5
- 5
* alokasi putaran keempat
alokasi departemen B 3 2 - (5)
jumlah alokasi 104,000 84,000
jumlah budget biaya
departemen produksi setelah
alokasi
500,000 243,000 257,000
TAHUN 2000
ALOKASI BIAYA OVERHEAD PABRIK
PT ABC
jumlah
biaya
keterangan
departemen pembantudepartemen produksi
perhitungan:
*tarif alokasi departemen B = Rp 88,000 = Rp 88,000 = Rp 8.8 per JTL
jam tenaga listrik
Dep. I , II, A 5000+3000+2000
maka alokasinya : ke departemen I : 5000 x 8.8 = Rp 44,000
ke departemen II : 3000 x 8.8 = Rp 26,400
ke departemen A : 2000 x 8.8 = Rp 17,600
*tarif alokasi departemen A =
Rp 100,000 + Rp
17,600 = Rp 117,600 = Rp 1,176
tenaga kerja Dep I,
II, B 45 + 45 + 10
maka alokasinya : ke departemen I : 45 x 1176 = Rp 52,920
ke departemen II : 46 x 1176 = Rp 52,920
ke departemen B : 10 x 1176 = Rp 11,760
demikian pula untuk putaran kedua dan ketiga
sedangkan untuk putaran ke empat di mana jumlah biaya departemen B
langsung dialokasikan ke departemen produksi, yaitu:
5000 3000
8000 8000
departemen I= Rp 5 x = Rp 3 Rp 2=xdepartemen II= Rp 5
15. 15
d. Metode alokasi matrik aljabar
Metode ini sama halnya dengan metode kontinyu, namun untuk
menentukan jumlah biaya menggunakan persamaan aljabar. Kelebihan metode
ini adalah mempertimbangkan alokasi jasa antar departemen secara
penuh/timbal balik, lebih teliti dan adil, dan dapat menghindari tahapan putaran
metode kontinyu. Sedangkan kelemahannya adalah perusahaan yang memiliki
banyak departemen pembantu sering ada persamaan tersamar. Sebagai contoh
alokasi budget BOP dengan metode ini, diketahui proporsi alokasi biaya setiap
departemen pembantu adalah:
Maka biaya setiap departemen pembantu setelah menerima alokasi dari
departemen lainnya adalah: A = Rp 100,000.00 + 0.2 (B)
B = Rp 88,000.00 + 0.1 (A)
Persamaan B diditribusikan ke persamaan A, maka:
Tabel 6. Metode alokasi aljabar
jumlah % jumlah %
departemen I 45 45 5,000 50
departemen II 45 45 3,000 30
departemen A 2,000 20
departemen B 10 10
jumlah 100 100 10,000 100
departemen yang
menerima alokasi
perbandingan pemakaian jasa departemen
pembantu
A (jumlah karyawan) B (jam tenaga listrik)
A = Rp 100,000.00 + 0.2 (Rp 88,000.00 + 0.1 A)
0.98 A = Rp 117,600.00
A = Rp 120,000.00
B = Rp 88,000.00 + 0.1 A
= Rp 88,000.00 + 0.1 (Rp 120,000.00)
= Rp 100,000.00
alokasi biaya dari departemen A: alokasi biaya dari departemen B:
ke departemen I = 45% x Rp 120,000.00 = Rp 54,000.00 ke departemen I = 50% x Rp 100,000.00 = Rp 50,000.00
ke departemen II = 45% x Rp 120,000.00 = Rp 54,000.00 ke departemen II = 30% x Rp 100,000.00 = Rp 30,000.00
ke departemen B = 10% x Rp 120,00.00 = Rp 12,000.00 ke departemen A = 20% x Rp 100.000 = Rp 20,000.00
I II A B
budget biaya sebelum alokasi 500,000.00Rp 139,000.00Rp 173,000.00Rp 100,000.00Rp 88,000.00Rp
alokasi departemen B
(berdasarkan jam tenaga listirik)
54,000.00 54,000.00 (120,000.00) 12,000.00
alokasi departemen A
(berdasarkan jumlah karyawan)
50,000.00 30,000.00 20,000.00 (100,000.00)
jumlah alokasi 104,000.00Rp 84,000.00Rp
jumlah budget biaya departemen
produksi setelah alokasi
500,000.00Rp 243,000.00Rp 257,000.00Rp
PT ABC
ALOKASI BUDGET BIAYA OVERHEAD PABRIK
TAHUN 2000
keterangan jumlah biaya
departemen produki departemen pembantu
16. 16
5. Perhitungan tarif biaya overhead pabrik
Di sini kita akan membahas tentang tarif BOP yang dibebankan kepada
produk. Dalam penerapan metode harga pokok pesanan, Biaya Overhead Pabrik
(BOP) yang diperhitungkan sebagai harga pokok produk adalah biaya overhead
pabrik yang ditetapkan berdasarkan tarif yang ditentukan sebelum proses
produksi mulai. Bukan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi pada
periode produksi.
Beberapa pilihan yang dapat digunakan sebagai dasar penghitungan tarif
BOP yang dibebankan antara lain :
1) Biaya Bahan Baku
Dalam pilihan ini, besarnya BOP yang dibebankan kepada produk
bergantung pada besarnya biaya bahan baku untuk pembuatan produk yang
bersangkutan. Tarif BOP yang dibebankan ditetapkan berdasarkan ratio
rata-rata penggunaan BOP yang sesungguhnya dan pemakaian bahan baku
dari beberapa periode produksi yang lalu pada kegiatan produksi normal.
Contoh : Dalam tiga periode terakhir kegiatan produksi normal rata-
rata pemakaian bahan baku sebesar Rp 50.000.000,00. Sementara rata-rata
pemakaian BOP yang sesungguhnya pada periode yang bersangkutan
sebesar Rp 30.000.000,00. Maka tarif BOP yang dibebankan pada produk
adalah sebesar : 30.000.000/50.000.000 x 100% = 60%
Apabila dalam suatu proses produksi, biaya bahan baku yang
digunakan untuk membuat suatu produk sebesar Rp 50.000.000,00. Maka
BOP yang dibebankan pada produk tersebut adalah sebesar 60%xRp
40.000.000,00 = Rp 24.000.000,00
2) Biaya Tenaga Kerja Langsung
Apabila BOP dibebankan pada produk berdasarkan pemakaian biaya
tenaga kerja langsung. Perhitungan BOP dibebankan kepada produk tidak
berbeda dengan cara yang pertama di atas.
Contoh : Dalam kegiatan produksi normal rata-rata pemakaian biaya
tenaga kerja langsung untuk satu periode produksi sebesar Rp
80.000.000,00. Dan BOP sesungguhnya pada periode yang bersangkutan
rata-rata sebesar Rp 60.000.000,00. Berdasarkan data tersebut, tarif BOP
17. 17
yang dibebankan kepada produk sebesar : 60.000.000/80.000 x 100% =
75%.
Apabila biaya tenaga kerja langsung yang digunakan untuk
menyelesaikan satu produk sebesar Rp 30.000.000,00. Maka BOP yang
dibebankan kepada produk tersebut sebesar 70% x Rp 30.000.000,00 = Rp
22.500.000,00
3) Jam Kerja Langsung
Untuk cara ini, tarif BOP dibebankan ditetapkan untuk tiap jam kerja
langsung yang ditetapkan dengan cara membagi jam kerja rata-rata pada
kegiatan produksi normal dengan rata-rata BOP yang sesungguhnya pada
periode produksi yang bersangkutan.
Contoh : Dalam kegiatan produksi normal rata-rata jam kerja yang
digunakan 8.000. Dan rata-rata biaya overhead pabrik yang sesungguhnya
terjadi pada periode produksi yang bersangkutan sebesar Rp 10.000.000,00.
Dari data tersebut tariff BOP yang dibebankan kepada produk dihitung
sebagai berikut :
Tarif BOP per jam kerja langsung : Rp 10.000.000,00/8.000 = Rp
1.250,00.
Apabila dalam pelaksanaan produksi untuk menyelesaikan satu produk
pesanan digunakan tenaga kerja langsung sebanyak 6.000 jam. BOP yang
dibebankan pada produk pesanan tersebut adalah sebesar 6.000 x Rp
1.250,00 = Rp 7.500.000,00
Ketentuan dalam perhitungan tarif biaya overhead pabrik yaitu:
1. Untuk tujuan pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk.
2. Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik yang paling tepat untuk
setiap departemen produksi.
3. Untuk tujuan pengendalian biaya overhead pabrik setiap departemen
produksi, tarif dipisahkan ke dalam tarif tetap dan tarif variabel.
4. Bagi departemen produksi, semua biaya yang diterima dari alokasi biaya
departemen pembantu dapat diperlakukan sebagai elemen biaya variabel.
Pada PT ABC, perusahaan menggunakan dasar perhitungan tarif
pembebanan untuk departemen I jam kerja langsung (JKL) dengan kapasitas
18. 18
normal 20.000 jam dan departemen II dipakai dasar jam mesin (JM) dengan
kapasitas normal 10.000 jam mesin setiap tahun. Perhitungan tarifnya adalah
sebagai berikut:
1. Metode langsung
2. Metode bertahap tidak bertimbal balik
3. Metode bertimbal balik
I II
1. budget biaya departemen produksi setelah alokasi (tabel 4) 244,000.00Rp 256,000.00Rp
2. budget biaya tetap sebelum ada alokasi ( tabel 3) 70,000.00Rp 80,000.00Rp
3. budget biaya variabel
*sebelum alokasi (tabel 3) 69,000.00Rp 93,000.00Rp
* alokasi departemen pembantu (tabel 4) 105,000.00Rp 83,000.00Rp
jumlah budget biaya variabel 174,000.00Rp 176,000.00Rp
4. kapasitas normal 20,000JKL 10,000JM
tarip total = 1: 4 Rp 12.2per JKL Rp 25.6per JM
tarip tetap = 2: 4 Rp 3.5per JKL Rp 8per JM
tarip variabel = 3: 4 Rp 8.7per JKL Rp 17.6per JM
PT ABC
departmen produksi
keterangan
I II
1. budget biaya departemen produksi setelah alokasi (tabel 5) 241,800.00Rp 258,200.00Rp
2. budget biaya tetap sebelum ada alokasi ( tabel 3) 70,000.00Rp 80,000.00Rp
3. budget biaya variabel
*sebelum alokasi (tabel 3) 69,000.00Rp 93,000.00Rp
* alokasi departemen pembantu (tabel 5) 102,800.00Rp 85,200.00Rp
jumlah budget biaya variabel 171,800.00Rp 178,200.00Rp
4. kapasitas normal 20,000 JKL 10,000 JM
tarip total = 1 : 4 Rp 12.09 per JKLRp 25.82 per JM
tarip tetap = 2 : 4 Rp 3.5 per JKL Rp 8 per JM
tarip variabel = 3 : 4 Rp 8.59 per JKL Rp 17.82 per JM
PT ABC
departmen produksi
keterangan
I II
1. budget biaya departemen produksi setelah alokasi (tabel 6) 243,000.00Rp 257,000.00Rp
2. budget biaya tetao sebelum ada alokasi ( tabel 3) 70,000.00Rp 80,000.00Rp
3. budget biaya variabel
*sebelum alokasi (tabel 3) 69,000.00Rp 93,000.00Rp
* alokasi departemen pembantu (tabel 6) 104,000.00Rp 84,000.00Rp
jumlah budget biaya variabel 173,000.00Rp 177,000.00Rp
4. kapasitas normal 20,000 JKL 10,000 JM
tarip total = 1 : 4 Rp 12.15 per JKL Rp 25.7 per JM
tarip tetap = 2 : 4 Rp 3.5 per JKL Rp 8 per JM
tarip variabel = 3 : 4 Rp 8.65 per JKL Rp 17.7 per JM
PT ABC
departmen produksi
keterangan
19. 19
C. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Ke Produk
Dengan ditetapkannya tarif biaya overhead pabrik setiap departemen produksi,
maka produk atau pesanan yang diolah akan dibebani biaya overhead pabrik sesuai
dengan departemen produksi yang dilalui produk dan besarnya dasar kapasitas
penentuan tarif yang sesungguhnya dinikmati produksi yang bersangkutan.4
Sebagai
contoh, pada PT ABC dengan metode langsung, kapasitas sesungguhnya pada tahun
2000 departemen I sebesar 20.500 jam kerja langsung dan departemen II sebesar
9.800 jam mesin, maka pembebanannya adalah sebagai berikut:
Rp 250.100
250.880
Rp 250.100
250.880
perhitungan pembebanan:
departemen I = 20.500 x Rp 12,2 = Rp 250.100
departemen II = 9.800 x Rp 25,6 = Rp 250.880
barang dalam proses BOP - departemen II
barang dalam proses BOP - departemen I
BOP dibebankan - departemen II
BOP dibebankan - departemen I
Pembebanan biaya overhead pabrik atas dasar biaya normal
Perhitungan biaya normal digunakan untuk menghindari fluktuasi biaya per unit
pada perhitungan biaya actual yang disebabkan oleh perubahan jumlah unit produksi
dan biaya overhead dari bulan ke bulan. Tarif biaya overhead pabrik yang telah
ditentukan sebelumnya (predetermined overhead rate) merupakan estimasi tarif biaya
overhead pabrik yang digunakan untuk membebankan biaya overhead pabrik ke
pesanan tertentu. Biaya overhead pabrik yang dibebankan (factory overhead applied)
Untuk memperoleh tarif biaya overhead yang telah ditentukan sebelumnya,
gunakan empat tahap berikut :
1. Mengestimasi total biaya overhead pabrik untuk periode operasi, biasanya satu
tahun.
2. Memilih pergerak biaya (cost driver) yang paling tepat untuk membebankan biaya
overhead pabrik.
3. Mengestimasi jumlah total biaya terpilih untuk periode operasi
4. Membagi estimasi biaya overhead pabrik dengan mengestimasi jumlah pergerak
biaya terpilih untuk memperoleh tarif biaya overhead pabrik yang telah ditentukan
sebelumnya.
Pergerakan Biaya untuk Pembebanan Biaya Overhead Pabrik
4
Ibid, Hlm. 370-371
20. 20
Pergerak biaya yang dipilih untuk membebankan tarif biaya overhead yang
telah ditentukan sebelumnya (tahap dua di atas) dapat berupa bergerak biaya
berdasarkan volume maupun pergerak biaya berdasarkan aktivitas. Jam tenaga kerja
langung, biaya tenaga kerja langsung, dan jam mesin merupakan pergerak berdasarkan
volume yang paling sering digunakan untuk membebankan biaya overhead pabrik.
Membebankan Biaya Overhead Pabrik
Tarif overhead pabrik yang telah ditentukan sebelumnya biasanya
dikalkulasikan pada awal tahun berdasarkan empat tahap dibawah ini :
Tarif biaya overhead pabrik yang
telah ditentukan sebelumnya
= Estimasi total jumlah overhead pabrik selama setahun
Estimasi total jumlah pergerak biaya selama setahun
Contoh, anggap TFI memiliki total estimasi biaya overhead pabrik sebesar
$200.070 untuk tahun mendatang. Sedangkan TFI menggunakan tenaga kerja sebagai
pergerak biaya untuk pembebanan biaya overhead pabrik. TFI memiliki data anggaran
yaitu :
Estimasi biaya overhead pabrik tahunan utk seluruh
departemen
Estimasi jam tenaga kerja tahunan utk seluruh
departemen
Jam tenaga kerja actual utk pesanan 351
$200.070
34.200
300
Dengan demikian, tarif biaya overhead pabrik yang telah ditentukan sebelumnya adalah
Estimasi biaya overhead
pabrik
Estimasi jumlah jam tenaga
kerja
= $200.070
34.200
= $5,85 per jam tenaga
kerja
Biaya overhead pabrik yang dibebankan pada pesanan 351 adalah sebesar $1.755 (=300
jam x $5,85 perjam tenaga kerja).
Tarif Biaya Overhead Pabrik Departemen
21. 21
TFI hanya memiliki tiga departemen produksi (A,B dan C), dan bahwa biaya overhead
pabrik dan jam tenaga kerja pada tiga departemen ditunjukan di bawah ini :
Departemen A Departemen B Departemen C Total
Biaya overhead
pabrik
$60.600 $65.670 $73.800 $200.070
Jam tenaga
kerja
12.100 9.800 12.300 34.200
Disposisi Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Terlalu Rendah dan Terlalu
Tinggi
Biaya overhead pabrik yang dibebankan terlalu tinggi jumlah overhead biaya pabrik
yang dibebankan melebihi biaya overhead pabrik actual yang terjadi.
Biaya overhead pabrik yang dibebankan terlalu rendah jumlah dimana biaya
overhead pabrik actual melebihi biaya overhead pabrik yang ditentukan.
D. Pengumpulan Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Dalam pengumpulan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi
ditempuh tahap-tahap yang hamper sama dengan penyusunan budget biaya overhead
pabrik, tahap-tahapannya adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan dan pembuatan bukti-bukti pembukuan untuk mencatat setiap
elemen biaya overhead pabrik yang sesungguhnya ke dalam buku jurnal dan
merincinya ke dalam buku besar pembantu biaya overhead pabrik dan
menggolongkan setiap elemen biaya overhead pabrik ke dalam : biaya langsung
departemen, dan biaya tidaklangsung departemen.
b. Mengadakan penelitian pabrik pada akhir periode untuk kepentingan distribusi
biaya tidak langsung departemen dan alokasi biaya departemen-departemen
pembantu yang sesungguhnya.
c. Mendistribusikan elemen biaya overhead pabrik langsung dan biaya overhead
pabrik tidak langsung kepada setiap departemen, baik departemen produksi
maupun departemen pembantu.
22. 22
d. Mengalokasikan biaya overhead pabrik sesungguhnya dari setiap departemen
pembantu ke departemen produksi dan departemen pembantu lainya.
Dari langkah-langkah atau tahapan tersebut diatas pada akhirnya akan
diketahui jumlah biaya overhead pabrik sesungguhnya untuk setiap departemen
produksi. Berikut ini akan dibahas setiap langkah atau tahap-tahap tersebut diatas.
a. Mencatat Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
Bukti-bukti pembukuan yang berhubungan dengan biaya overhead pabrik
sesungguhnya dikumpulkan dan dibuat jurnal, misalnya data biaya sesungguhnya
PT ABC dalam tahun 2000 sebagai berikut:
Data biaya sesungguhnya tersebut diatas dari bukti-bukti pembukuan
dimasukan ke dalam buku besar pembantu dan digolongkan ke dalam biaya
langsung dan tidak langsung departemen yang dapat dilihat pada gambar dibawah
ini:
Elemen Biaya Jumlah Biaya Biaya
Langsung
Departeman
Biaya Tidak
Langsung
Departemen
Biaya bahan penolong
Biaya TKL
Biaya penyusutan mesin
Biaya penyusutan bangunan
Biaya reparasi
Biaya reparasi
Biaya bahan bakar
Biaya asuransi mesin
Rp 85.000,00
190.000,00
100.000,00
30.000,00
40.000,00
30.000,00
30.000,00
10.000,00
Rp 85.000,00
130.000,00
100.000,00
-
40.000,00
-
30.000,00
10.000,00
-
60.000,00
-
30.000,00
-
30.000,00
-
-
Rp 515.000,00 Rp 395.000,00 Rp 120.000,00
b. Penelitian pabrik akhir periode
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp 515.000,00
Persediaan bahan penolong Rp 85.000,00
Biaya Gaji dan Upah 190.000,00
Akm Penyusutan Mesin dan Peralatan 100.000,00
Akm Penyusutan Bangunan 30.000,00
Persediaan Suplies pabrik, kas, dll 70.000,00
Persediaan Bahan Bakar 30.000,00
Persekot Asuransi 10.000,00
Mencatat BOP yang sesungguhnya dari rekap jurnal tahun 1983.
23. 23
Penelitian pabrik pada akhir periode digunakan untuk mendistribusikan
dan mengalokasikan biaya overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu dalam
ditribusi dan alokasi BOP sesungguhnya digunakan dasar yang sama dengan
distribusi dan alokasi budget BOP, maka dalam penelitian pabrik akhir tahun
harus dikumpulkan data kuantitas jumlah karyawan, luas lantai, dan jam tenaga
listrik sesungguhnya selama tahun 2000. Misalnya data penelitian pabrik pada
akhir periode yang dilakukan oleh PT ABC.
departemen Luas lantai (m2) Jumlah
karyawan
(orang)
Jam tenaga listrik
Produksi I
Produksi II
Pembantu A
Pembantu B
300
500
100
100
50
50
15
10
4.800
3.200
2.500
2.500
Jumlah 1000 125 13.000
c. Distribusi biaya overhead pabrik sesungguhnya
Distribusi biaya overhead yang sesungguhnya dihubungkan dengan
mengelompokan elemen biaya ke dalam biaya langsung departemen dan biaya
tidak langsung departemen. Sebagai contoh untuk PT Utami, di mana rekap
elemen biaya dapat dilihat pada table 6.11., didistribusikan sebagai berikut:
Biaya langsung departemen
Distribusi biaya langsung departemen digunakan dasar bukti-bukti
pendukung pembukuan, dimana bentuknya di mana bentuknya dirancang
agar menunjukan informasi tentang tempat biaya langsung departemen terjadi
atau dinikmati, sehingga biaya langsung departemen dapat didistribusikan
dari bukti pembukuan ke dalam rekap departemen atau biaya.
Biaya tidak langsung deprtemen
Untuk biaya tidak langsung departemen didistribusikan pada setiap
departemen dengan dasar yang sesuai dengan distribusi budget biaya
24. 24
overhead pabrik, besarnya kuantitas setiap dasar pembebanan dipakai hasil
penelitian pabrik pada akhir periode (tahun).
d. Alokasi biaya overhead pabrik sesungguhnya
Sesungguhnya biaya overhead pabrik sesungguhnya didistribusikan kepada
setiap departemen, maka diketahui biaya overhead pabrik sesungguhnya, baik
untuk setiap departemen produksi maupun setiap departemen pembantu.
Langkah atau tahap berikutnya adalah mengalokasikan biaya overhead
pabrik yang sesungguhnya dari setiap departemen pembantu ke departemen
produksi dan departemen pembantu lainya.
Pada contoh PT ABC, akhirnya tarip yang dipakai sebagai dasar
pembebanan adalah tarip yang dihitung dengan metode alokasi langsung, oleh
karena itu biaya sesungguhnya departemen pembantu akan dialokasikan dengan
metode alokasi langsung seperti terlihat pada tabel berikut:
keterangan Jumlah
biaya
Departemen produksi Departemen pembantu
I II A B
Biaya
sesungguhnya
sebelum ada
alokasi
departemen
lain.
Alokasi
departemen B
(berdasar jam
tenaga listrik
atau JTL)
Alokasi
departemen A
(berdasar
515.000,00 140.000,00
51.000,00
52.500,00
185.000,00
34.000,00
52.500,00
105.000,00
-
(105.000,00)
Rp
85.000,00
(85.000,00)
25. 25
jumlah
karyawan)
Jumlah alokasi
biaya dari
departemen
pembentuk
departemen
produki
Jumlah biaya
sesungguhnya
setiap
departemen
roduksi setelah
alokasi
515.000,00
103.500,00
243.500,00
86.500,00
271.500,00
Alokasi dari setiap departemen pembantu digunakan penelitian pabrik pada akhir
tahun dapat dihitung sebagai berikut :
Tarif alokasi biaya departemen A =
Biaya sesungguhnya departemen A
𝐽umlah tenaga kerja departemen 1 dan 2
=
Rp 105.000,00
(50+50)orang
=
Rp 105.000,00
100 orang
= Rp 1.050,00 per orang
Maka alokasi ke departemen 1 = 50 x Rp 1.050,00 =Rp 52.500,00 dan ke departemen 2 =
50 x Rp 1.050,00 = Rp 52.500,00
Tarif alokasi biaya departemen B =
Biaya sesungguhnya departemen B
Jumlah jam tenaga listrik departemen 1 dan 2
=
Rp 85.000,00
(4800+3200)JTL
= Rp 10.625,00 per JTL
Maka alokasinya ke departemen 1 = 4.800 x Rp 10.625,00 = Rp 51.000,00 dan ke
epartemen 2 = 3.200 x 10.625,00 = Rp 34.000,00
E. Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik
1. Variansi overhead variabel
26. 26
Untuk mengilustrasikan variansi overhead variabel, kita akan menguji aktivitas
satu minggu Blue Corn. Data yang dikumpulkan sebagai berikut:
Maka perhitungan variansinya adalah dengan menghitung variansi pengeluaran
overhead variabel dan variansi efisiensi overhead variabel kemudian ditotalkan
kedua variansi tersebut.
- Variansi pengeluaran overhead variabel, adalah mengukur pengaruh agregat dari
perbedaan antara tarif aktual overhead dan tarif standar overhead variabel. Secara
umum tanggung jawab pada variansi pengeluaran overhead variabel dibebankan
pada departemen produksi. Pada contoh ini, tarif overhead aktual yang digunakan
sebesar $ 4 per jam. Rumus perhitungannya adalah:
variansi pengeluaran overhead variabel = (AVOR x AH) - (SVOR - AH)
= (AVOR - SVOR) AH
= (S 4 - $ 3.85) 400
= $ 60 U
keterangan: AVOR = actual variable overhead rate
SVOR = standard variable overhead rate
AH = actual hours
SH = standard hours
Variansi $60 tersebut tidak menguntungkan hanya mengungkapkan Blue Corn
mengeluarkan lebih banyak overhead variabel secara agregat daripada yang
direncanakan. Pada laporan kinerja anggaran ditemukan bahwa biaya listrik yang
mempengaruhi dikarenakan ada peningkatan listrik. Maka perusahaan harus
merevisi rumus anggaran untuk mencerminkan kenaikan listrik.
- Variansi efisiensi overhead variabel, adalah mengukur perubahan dalam konsumsi
overhead variabel yang muncul karena penggunaan efisien (atau tidak efisien
tenaga kerja langsung. Tanggung jawab untuk variansi ini seharusnya dibebankan
tarif overhead variabel (standar) $ 3.85 per jam tenaga kerja langsung
biaya katual overhead variabel $1,600
jam kerja aktual (mesin dan pengawasan) 400
jumlah bungkus keripik yang diproduksi 48.500
jumlah jam yang diperbolehkan untuk produksi 378.3
overhead variabel yang dibebankan $1,456
27. 27
pada individu yang bertanggung jawab pada penggunaan tenaga kerja langsung
manajer produksi. Perhitungannya sebagai berikut:
variansi pengeluaran overhead variabel = (AH - SH) SVOR
= (400 - 378.3) $ 3.85
= $ 84 U
Variansi $ 84 ini tidak menguntungkan karena waktu lebih banyak digunakan
daripada standarnya karena banyaknya waktu menganggur bagi para pengawas
yang tidak berpengalaman dalam pemilihan.
- Total variansi overhead variabel, adalah perbedaan antara overhead variabel aktual
dengan yang dibebankan. Pada contoh ini, dapat dihitung sebagai berikut:
total variansi = $ 1600 - $ 1.456
= $ 144 U
Atau dapat juga dihitung dengan pendekatan kolom, yaitu5
:
2. Variansi overhead tetap
Data tahunan Blue Corn adalah sebagai berikut:
hal yang dianggarkan atau direncanakan
overhead tetap yang dianggarkan $749.970
aktivitas praktis 23.400 jam tenaga kerja langsung
tarif standar overhead tetap $ 32,05
hasil aktual
5
Don R. Hansen & Maryanne M. Mowen, Akuntansi Manajerial (Jakarta: Salemba Empat, 2009), Hlm. 512
Overhead variabel aktual
$ 1.600
Tarif overhead variabel x
jam aktual
$ 3,85 x 400 = $ 1.540
Tarif overhead variabel x
jam standar
$ 3,85 x 378,3 = $ 1.456
Variansi pengeluaran
$ 60 U
Variansi efisiensi
$ 84 U
Total variansi
$ 144 U
28. 28
produksi aktual 2.750.000 bungkus kripik
biaya aktual overhead tetap $749.000
jam standar yang dimunkinkan 21.450
untuk produksi aktual
Maka, untuk perhitungannya dengan pendekatan kolom adalah6
:
perhitungan:
overhead tetap yang dibebankan = tarif standar overhead tetap x jam standar
= $ 32,05 x 21.450
= $687.473
total variansi overhead tetap = $ 749.000 - $ 687.473
= $ 61.527 u
- Variansi pengeluaran overhead tetap didefiniskan sebagai perbedaan antara
overhead tetap aktual dan overhead tetap yang dianggarkan. Variansi pengeluaran
menguntungkan karena overhead tetap yang dikeluarkan lebih sedikit daripada
yang dianggarkan.
- Variansi volume overhead tetap mengukur pengaruh perbedaan output aktual dari
output yang digunakan di awal tahun untuk menghitung tarif perkiraan standar
overhead tetap. Tanggung jawab atas variansi ini terletak pada bagian pembelian,
bukan pada bagian produksi.
Walaupun variansi overhead dapat dicatat dengan mengikuti pola yang hampir sama
seperti yang digambarkan untuk tenaga kerja dan bahan baku, variansi ini secara umum
lebih diperlakukan sebagai bagian dari suatu analisis overhead periodik. Overhead
6
Ibid, Hlm. 518
Overhead tetap aktual
$ 749.000
Overhead tetap yang
dianggarkan
$ 749.970
Overhead tetap yang
dibebankan
$ 687.473
Variansi pengeluaran
$ 970 F
Variansi volume
$ 62.497 U
Total variansi
$ 61.527 U
29. 29
yang dibebankan diakumulasi dalam akun yang dibebankan dan overhead aktual
dihitung dalam akun pengendalian. Secara periodik, laporan kinerja yang memberikan
informasi variansi overhead disiapkan. Pada akhir tahun, akun yang dibebankan, akun
pengendalian ditutup dan variansi dipisahkan. Kemudian, variansi overhead
disingkirkan dengan menutupnya pada harga pokok penjualan jika jumlahnya tidak
material, atau dengan memproratakannya di antara barang dalam proses, barang jadi,
dan harga poko penjualan jika jumlahnya tidak terlalu besar.7
Akuntansi selisih biaya overhead pabrik
Tarif tunggal
Pada akhir periode BOP dibebankan dibandingkan dengan BOP sesungguhnya,
dan menganalisis selisihnya. Contoh: jam mesin sesungguhnya sebesar 15.000 jam
dan tarif BOP Rp15 per jam mesin. Pencatatan pembebanan BOP dengan membuat
jurnal:
Barang Dalam Proses Rp225.000
BOP dibebankan Rp225.000
Pada akhir tahun BOP dibebankan ditutup ke BOP sesungguhnya, jurnal yang
dibuat:
BOP dibebankan Rp225.000
BOP sesungguhnya Rp225.000
Misalkan BOP sesungguhnya Rp235.000, maka timbul selisih kurang pembebanan
BOP. Selisih BOP yang tidak material dicatat dalam rekening Laba-Rugi atau
Harga Pokok Penjualan dengan jurnal sebagai berikut:
Laba-Rugi Rp10.000
BOP sesungguhnya Rp10.000
atau
Harga Pokok Penjualan Rp10.000
BOP sesungguhnya Rp10.000
7
Ibid, Hlm. 523
30. 30
Selain itu, selisih pembebanan BOP dapat dialokasikan ke Barang Dalam Proses,
Sediaan Produk Jadi, dan Harga Pokok Penjualan berdasarkan perbandingan saldo
setiap rekening tersebut.
Contoh: selisih pembebanan dialokasikan ke Barang Dalam Proses 10%, Sediaan
Produk Jadi 20%, Harga Pokok Penjualan 70% sesuai dengan perbandingan saldo
setiap rekening tersebut. Jurnal untuk mencatat alokasi selisih pembebanan BOP
tersebut:
Barang Dalam Proses Rp1.000
Sediaan Produk Jadi 2.000
Harga Pokok Penjualan 7.000
BOP sesungguhnya Rp10.000
Tarif departemen
Jika dalam akuntansi departemenisasi biaya overhead pabrik jumlah BOP
sesungguhnya tidak sama dengan jumlah BOP dibebankan, maka pada akhir
periode dibuat jurnal pencatatan selisih pembebanan, tetapi sebelumnya perlu
menutup BOP dibebankan ke BOP sesungguhnya. Contoh:
Keterangan Total Departemen Produksi Departemen Jasa
A B 1 2
BOP setelah alokasi Rp342.000 Rp160.000 Rp182.000 0 0
BOP dibebankan – Departemen A Rp128.000
BOP dibebankan – Departemen B Rp150.000
BOP sesungguhnya – Departemen A Rp128.000
BOP sesungguhnya – Departemen B Rp150.000
Mencatat selisih BOP, jika selisih tersebut dibebankan pada Harga Pokok Penjualan
sebagai berikut:
Selisih BOP – Departemen A Rp32.000 (Rp128.000-Rp160.000)
31. 31
selisih BOP – Departemen B Rp32.000 (Rp150.000-Rp182.000)
BOP sesungguhnya – Departemen A Rp32.000
BOP sesungguhnya – Departemen B Rp32.000
Harga Pokok Penjualan Rp64.000
Selisih BOP – Departemen A Rp32.000
Selisih BOP – Departemen B Rp32.000
32. 32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Semua biaya produksi selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja
langsung. Atau lebih tepatnya semua biaya produksi yang termasuk ke dalam biaya
bahan tak langsung, biaya tenaga kerja tak langsung, dan biaya-biaya produksi lainnya
yang tidak secara mudah di identifikasikan atau dibedakan langsung pada suatu proses
produksi. Sehingga BOP ini sering juga disebut sebagai biaya produksi tidak
langsung. Karakteristik BOP yaitu jumlahnya tidak proporsional dengan volume
produksi, sulit ditelusur dan diidentifikasi langsung ke produk atau pesanan. Alokasi
BOP ke produk menggunakan BOP sesungguhnya dan BOP dibebankan. BOP
sesungguhnya adalah BOP yang benar-benar terjadi, sedangkan BOP dibebankan
adalah BOP dengan menggunakan tarif yang ditentukan dimuka. BOP sesungguhnya
sulit diterapkan disebabkan adanya kendala-kendala seperti jumlahnya baru dapat
diketahui pada akhir tahun, adanya fluktuasi BOP karena jenis biaya tertentu yang
hanya terjadi pada suatu periode, sulit menelusuri BOP ke pesanan atau produk
tertentu.
B. Kritik dan saran
33. 33
DAFTAR PUSTAKA
Blocher, Edward J...[et.al]. 2007. Manajemen Biaya: Penekanan Strategis. Jakarta:
Salemba Empat
Bustami, Bastian dan Nurlela. 2007. Akuntansi Biaya Tingkat Lanjut: Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: BPFE.
Supriyono, R.A. 1999. Akuntansi Biaya: Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok
. Yogyakarta: BPFE.
Hansen, Don R. & Maryanne M. Mowen. 2009. Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba
Empat
http://octaindria.blogspot.com/2013/01/biaya-overhead-pabrik.html, tanggal akses:
02/04/2014