Makalah ini membahas tentang pengertian lesbian, faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang menjadi lesbian, komunitas lesbian, dan tantangan yang dihadapi kaum lesbian khususnya pada masa remaja. Dijelaskan pula istilah-istilah yang digunakan komunitas lesbian untuk menyamarkan identitas mereka.
1. MAKALAH
INTRODUCTION TO SOCIOLOGY
Mr, Sherman Zein
PENYIMPANGAN SOSIAL - LESBIAN
By:
Name: HERNI VERYANY
Class: MKT 11-3C
NIM: 2007110376
SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI
1
2. The London School of Public Relations Jakarta
2008
BAB I
PENGERTIAN LESBIAN
Homoseksualitas merupakan fenomena sosial yang saat ini tengah ramai
dipergunjingkan oleh masyarakat. Apalagi sejak mencuatnya kasus Ryan, si
pembunuh berantai yang berasal dari Jombang. Homoseksualitas kian menjadi
sorotan yang tak henti-hentinya diperdebatkan. Homoseksualitas tidak hanya
berbicara mengenai gay sebagaimana yang sedang menjadi buah bibir
masyarakat sekarang ini, tapi juga ada lesbianisme. Tidak seperti kalangan gay
yang menjadi sorotan media massa, kaum lesbian masih samar. Masyarakat
awam masih belum mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai kalangan
lesbian ini. Keterbatasan pengetahuan masyarakat mengenai lesbian mungkin
disebabkan ketertutupan kaum lesbian sendiri. Kaum gay cenderung lebih
agresif bila dibandingkan dengan lesbian. Mereka cenderung lebih sering
melakukan kekerasan fisik atau bahkan membunuh bila ada yang mengancam
diri atau eksistensi mereka. Misalnya saja, Verry Idham Henryansyah atau yang
lebih popular dengan nama Ryan tega memutilasi Heri Santoso hanya karena
sang korban tertarik dengan pacar Ryan yang notabene berjenis kelamin laki-
laki.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan lesbian?
2
3. Lesbian tidak berbeda dengan gay, hanya saja dalam kasus lesbian, kaum
wanitalah yang mempunyai kelainan preferensi seksual. Sederhananya, lesbian
dapat diartikan perempuan yang menyukai sesama perempuan. Secara umum,
seorang perempuan menjadi lesbian dapat disebabkan oleh 2 faktor. Faktor
pertama merupakan faktor hormonal, di mana seseorang menjadi lesbian
karena faktor hormon yang berkembang di dalam tubuh mereka. Faktor kedua
merupakan faktor lingkungan, di mana seorang perempuan menjadi lesbian
akibat pengaruh dari lingkungan. Dalam hal ini, lingkungan yang dimaksud
adalah lingkungan tempat orang tersebut bergaul, gaya hidup, pola pikir, atau
bahkan pengalaman traumatis yang dialami.
Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, ada lagi hal lain yang dapat
mempengaruhi seseorang menjadi lesbian. Misalnya saja media. Media
merupakan salah satu dari beberapa pengaruh besar dalam masyarakat kita.
Media dapat mempengaruhi cara kita berpikir, bertindak atau bahkan
berkeyakinan. Seperti yang telah kita tahu, remaja adalah sasaran empuk
media. Remaja lebih mudah dipengaruhi dibanding dengan orang dewasa,
karena masa remaja merupakan masa di mana kita sedang mencoba untuk
mencari tahu identitas diri dan juga tujuan hidup. Bila kita lihat, sekarang ini
media lebih mengedepankan aspek kekerasan dan seksual. Beberapa tahun
yang lalu, media dihebohkan dengan aksi Madonna dan Britney Spears yang
saling berciuman. Kedua penyanyi di atas mengaku dan diakui sebagai
heteroseksual namun yang terjadi adalah sebaliknya. Jika para remaja melihat
apa yang dilakukan oleh Madonna dan Britney Spears, bisa saja orientasi
seksual mereka turut terpengaruh.
3
4. Terkait dengan kasus lesbian, sebuah studi terhadap pelajar SMP-SMA pada
tahun 1995 yang diselenggarakan Massachusetts Youth Risk Behavior
Surveillance menemukan bahwa:
• Pemuda-pemudi dengan orientasi seksual gay, lesbian, dan biseksual
diperkirakan telah melakukan hubungan seksual sebelum umur 13 tahun.
• Pemuda-pemudi dengan orientasi seksual gay, lesbian, dan biseksual
diperkirakan telah melakukan hubungan seksual dengan 4 pasangan atau
lebih sepanjang hidup mereka maupun dalam 3 bulan terakhir.
• Pemuda-pemudi dengan orientasi seksual gay, lesbian, dan biseksual
diperkirakan pernah berhubungan seksual di luar keinginan maupun di
bawah paksaan.
• Suatu studi terhadap 2621 gay dan biseksual berumur 15 hingga 25
tahun di 10 kota di Amerika Serikat menemukan bahwa lebih dari
(22%) pemuda gay atau biseksual sama sekali belum pernah menjalani
pengujian HIV dan lebih dari setengahnya belum menjalani pengujian
dalam 6 bulan.
• Suatu studi terhadap 3492 gay dan biseksual, berumur 15 hingga 25
tahun pada 7 kota di Amerika Serikat menemukan bahwa 1 dari 6
pemuda yang pernah berhubungan seksual dengan pria akhir-akhir ini
telah berhubungan seksual dengan wanita. Sebagai tambahan, hampir
dari orang-orang tersebut mengaku baru-baru ini telah berhubungan
seksual tanpa alat pelindung baik dengan pria maupun wanita. Studi
menegaskan bahwa para pemuda biseksual itu adalah “jembatan” yang
4
5. menghubungkan HIV pada para wanita, terutama kareng 6,6% dari
pemuda biseksual dalam studi tersebut positif menderita HIV.
Mungkin di Indonesia, jumlah lesbian belum begitu banyak namun masyarakat
tidak boleh memandang sebelah mata kasus lesbian karena bisa jadi jumlahnya
terus bertambah bila tidak memperoleh penanganan khusus.
Eufimisme Komunitas Lesbian
Eufimisme merupakan suatu cara untuk memperhalus istilah yang membuat
telinga tidak nyaman. Contohnya supir diperhalus dengan kata driver, Indian
dengan Native American, Cina dengan Tionghoa. Istilah-istilah seperti ini juga
dibuat oleh kaum lesbian sendiri yang tidak sampai hati menggunakan kata
“Lesbian” itu sendiri.
Di era 1960an, kaum lesbian umumnya menyebut diri mereka sebagai “sentul”
dan “kantil”. Namun istilah ini menghilang dan kemudian di era tahun 80-an
mereka menggunakan istilah “sakit” bagi perempuan-perempuan yang notabene
adalah seorang lesbian.
Cerita cinta lesbian yang sempat tenar di tahun 1990-an adalah “Aku Jadi Lesbi
karena Disakiti Laki-laki”. Di zaman itu kaum lesbian memiliki istilah “lines” (baca
li-nes) untuk menyamarkan kata lesbian. Perubahan kembali terjadi di tahun
2000-an, mereka mengistilahkan lesbian dengan kata “belok”. Belok disini
digunakan sebagai lawan dari kata straight (lurus) yang dimaknai sebagai
orientasi seksual yang normal. Saat ini istilah yang lebih halus dan samar yaitu
istilah “butch” dan “femme”. “butch” merupakan istilah untuk lesbian yang
5
6. berorientasi seksual sebagai pria, sedangkan “femme” adalah istilah untuk
lesbian dengan orientasi seksual perempuan.
IDAHO
International Day Against Homophobia (IDAHO) merupakan hari anti
homophobia sedunia, diperingati setiap tahun pada tanggal 17 Mei. Tanggal
tersebut dipilih untuk memperingati keputusan WHO yang pada 17 Mei 1990
mengeluarkan kelompok Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender/Transseksual
(LGBT) dari kategori mental disorder (gangguan jiwa).
Peringatan IDAHO sendiri lahir pada 26-29 Juli 2006 dalam Konferensi
Internasional tentang Hak Asasi Manusia LGBT di Montreal, Kanada. Di
Indonesia, LGBT menjadi isu yang terus diperjuangkan dengan
ditandatanganinya deklarasi yang kemudian disebut The Jogja Principle.
Homophobia bisa diartikan sebagai sikap atau perasaan negatif, tidak suka
terhadap gay atau lesbian atau homoseksualitas secara umum. Definisi lain dari
homophobia yaitu penolakan terhadap orang-orang yang dianggap gay atau
lesbian dan semua yang diasosiasikan dengan mereka. LGBT tidak
mendapatkan perlindungan, akibatnya sering terjadi tindakan diskriminasi dan
muncul stigma negatif. Selain itu, kebijakan negara juga tidak berpihak dan
berperspektif keadilan kepada mereka. Peringatan IDAHO kemudian digunakan
sebagai momentum untuk memperjuangkan pengakuan, pemenuhan, dan
perlindungan hak LGBT.
Sampai saat ini, homoseksualitas masih menjadi kontroversi di masyarakat.
Kaum homoseksual masih mendapat stigma sebagai pendosa, manusia tak
6
7. bermoral, ataupun manusia yang dilaknat Tuhan. Mereka juga sering mendapat
perlakuan diskriminatif. Padahal sebagai warga negara, mereka pun memiliki
hak dan kewajiban yang sama dengan warga negara yang lain.
Menurut seoarang antropolog UGM, Aris Arief Mundayat, menjadi homoseksual
merupakan sebuah pilihan, bukan kelainan. Dalam proses ini, sosok yang paling
mengalami homophobia adalah orang tua. Mereka merasa khawatir jika
anaknya memilih untuk menjadi seorang homoseksual karena hubungan
homoseksual tidak akan dapat menghasilkan keturunan. Generasi penerus dari
keluarga mereka akan terputus.
Kaum homoseksual mengalami kekerasan secara fisik dan simbolik. Kekerasan
itu bisa berasal dari keluarga mereka sendiri dan lingkungan terdekat. Lantas,
mereka lari dari keluarga dan mencari komunitas yang mau menerima
keadaannya. Komunitas menjadi modal sosial untuk membangun kerjasama dan
dukungan moral. Ruang yang dapat mengakomodasi perjuangan mereka antara
lain media massa terutama media audio-visual. Media ini pun diperebutkan oleh
kaum homoseksual dan heteroseksual untuk menyuarakan kepentingan mereka.
7
8. BAB II
KEHIDUPAN LESBIAN
Pressure and “Coming Out”
Dalam kehidupan normal saja, masa remaja adalah masa yang sulit dilalui. Tapi
jika sejak remaja seseorang sudah merasa bahwa ia seorang gay/ lesbian/
transeksual, masa remaja akan berpuluh-puluh lebih sulit. Kesendirian dan
ketakutan yang dialami remaja homoseksual sering menimbulkan timbulnya
depresi yang berlebihan. Kadang-kadang bunuh diri dilakukan untuk mencegah
agar orang-orang tidak tahu bahwa ia seorang homoseksual. Selain itu desakan
pergaulan atau peer pressure, tekanan orang tua, atau akibat coming out yang
terlalu dini di usia muda bisa menyebabkan remaja homoseksual mengambil
tindakan nekat.
Dunia remaja tidaklah seindah novel-novel teenlit dan semanis gulali. Banyak
dari kita yang sudah melewati masa remaja pasti mengakuinya. Memasuki masa
puber dan remaja, biasanya gay/ lesbian/ transeksual menyadari bahwa diri
mereka berbeda dari teman-temannya karena mereka tertarik pada sesama
jenis
Perbedaan bukanlah sesuatu yang disukai oleh remaja, maka seperti kita lihat
bagaimana remaja sering bergerombol kesana kemari demi untuk menjadi
bagian dalam suatu kelompok. Saat ia merasa berbeda, ia menjadi makhluk
freak, nerd, atau si homo. Saat ia berbeda, ia akan menjadi sasaran cemooh
8
9. kaum mayoritas. Belum lagi jika ia berasal dari keluargayang kurang harmonis,
dimana keluarga tidak bisa menjadi tempat bersandar. Meskipun sesungguhnya
keluarga yang harmonis juga tidak menjamin 100% anak tidak melakukan bunuh
diri.
Bayangkan betapa takutnya seorang gay/ lesbian/ transeksual saat ia
mengetahui bahwa dirinya berbeda. Ia tentu tidak mau dipanggil si homo,
bencong, lesbi, banci, “el”, atau apalah sebutan lainnya dalam masyarakat.
Rasa takut dan bingung itu membuat banyak remaja seakan-akan merasa
berada dalam lubang hitam tergelap dalam hidupnya.
Bunuh diri sering dianggap sebagai cara mudah untuk menyelesaikan masalah.
Apalagi karena remaja berpikir masih dengan amygdala, sehingga segala
keputusan biasanya dilakukan atas dasar emosi bukan penalaran. Seorang
remaja belum mampu membuat keputusan, menyelesaikan masalah, dan
berpikir secara logis. Akibatnya remaja sering mengambil keputusan
berdasarkan emosi sesaat tanpa dipikirkan akibatnya kemudian. Tapi ini juga
yang menyebabkan cinta ang dialami remaja terasa begitu indah karena emosi
mereka mengalir drastis dalam otak mereka.
Oleh karena itu, coming out tidaklah disarankan untuk kaum remaja terutama
yang masih berusia dibawah 19 tahun. Butuh adaptasi terlebih dahulu di usia
remaja. Coming out memerlukan kemandirian diri yang amat sangat besar dan
pertimbangan rasional yang dipikirkan secara seksama, bukan dilakukan secara
impulsif. Banyak orang yang tidak merasa aman untuk “come out” dengan
preferensi seksual mereka, Mayoritas remaja LGBT yang menjadi sasaran
9
10. siksaan fisik dan mental, dan keadaan seperti ini dapat mendorong perbuatan
bunuh diri.
Proses penerimaan diri sebagai lesbian/gay/biseksual/transeksual adalah
proses panjang berliku yang menyakitkan. Semakin muda seseorang menyadari
orientasi seksualnya, semakin kebingungan dan kesulitan yang mereka hadapi
yang bisa mendorong resiko terjadinya pikiran atau tindakan bunuh diri.
Biasanya mereka yang bunuh diri adalah mereka yang secara fisik tampak
“berbeda”. Transeksual yang tidak tahan harus menjadi orang yang bukan
dirinya dan juga banyak diantara mereka yang berfikir untuk mengakhiri hidup
mereka. Banyak lesbian/gay yang setelah melewati usia 20 tahun akhirnya
memutuskan untuk kompromi, terutama terhadap keluarga dan juga melakukan
adaptasi sosial.
Menurut statistik di Amerika Serikat tahun 2001, remaja usia 15-24 tahun
meninggal akibat bunuh diri setiap 2 jam 12 menit. Dan kurang-lebih 30% nya
ada;ah remaja lesbian/gay/transeksual. Data statistik lain menyebutkan 35% gay
dan 38% lesbian pernah serius berfikir untuk bunuh diri.
Di Indonesia sendiri, menurut majalah Tempo terbitan Maret 2007, tidak ada
data pasti tentang statistik bunuh diri di Indonesia. Dan sayangnya, di Indonesia
kepedulian tingkat bunuh diri ini sangat rendah. Hampir tidak ada refrensi
pencegahan bunuh diri atau hotline untuk remaja yang bisa ditemukan untuk
menangani hal ini. Padahal support group amat diperlukan dalam hal ini.
10
11. Masalah bunuh diri bukanlah karena “perbedaan” orientasi seksual, tapi lebih
kepada cara memandang hidup. Tidak ada seorang remaja pun, homoseksual
atau hetero, yang seharusnya berpikir untuk melakukan bunuh diri.
Gaya Hidup Lesbian
Keterbukaan atas preferensi seksual ini, seperti gay, lesbian, dan biseksual,
sekitar lima tahun belakangan ini memang semakin lebar. Cerita pribadi mereka
mengalir lancar. Jauh berbeda dibanding katakanlah sepuluh tahun yang lalu
ketika tidak ada orang yang bersedia diwawancara tentang preferensi seksual.
Menurut Dede Oetomo, keterbukaan dalam lima tahun terakhir ini sangat
dipengaruhi internet (website, chat room, forum, blog, dsb), media massa, dan
multikulturalisme di Indonesia. Dede Oetomo pada tahun 1982 mendirikan
organisasi gay pertama, Lambda Indonesia, dilanjutkan dengan Gaya Nusantara
pada tahun 1987. Sejak saat itu, liputan media membawa wacana tentang
homoseksualitas masuk ke ruang publik.
Saat ini beberapa club malam telah mendeklarasikan diri mereka secara terang-
terangan sebagai “Lesbian and Gay Club”. Contohnya Moonlight Club di daerah
Mangga Besar, Jakarta dan Heaven Club di daerah Dharmawangsa, Jakarta.
90% dari pengunjung mereka merupakan kaum gay dan lesbian, dimana man
are for man and woman are for woman. Club-club tersebut juga menghadirkan
hiburan yang serupa dengan club-club lainnya, seperti musik disko, DJ
Performance, minuman beralkohol, dan bahkan penari telanjang atau striptease.
Di tempat-tempat seperti inilah mereka dapat menjadi diri mereka yang
11
12. sesungguhnya, tanpa harus menutupi diri dengan topeng kepura-puraan seperti
yang harus mereka lakukan dalam kehidupan masyarakat heterogen.
Seksualitas
Para lesbian juga tentunya masih memiliki nafsu birahi bak kaum hetero lainnya.
Namun ada perbedaan dalam cara mereka memenuhi kebutuhan seksualnya.
Mungkin hal ini akan sangat tidak lazim atau bahkan sangat mengelikan bagi
kaum hetero. Tetapi lesbian juga mempunyai hasrat pemuasan seksual melalui
hubungan intim sesama jenis.
Jenis kelamin yang serupa tidak menjadi kendala bagi lesbian untuk saling
melampiaskan hawa nafsu. Berikut adalah cara-cara kaum lesbian dalam
berhubungan seksual:
• Oral seks, yaitu berhubungan intim dengan menggunakan bantuan mulut.
Misalnya dengan mencium, mencumbu, menjilat, atau yang lainnya.
• Hand job, yaitu hubungan seksual dengan bantuan tangan. Misalnya
dengan cara menyentuh, membelai, meraba, dan memberikan sensasi
seksual pada daerah-daerah rangsangan tertentu.
• Penetrasi, penetrasi seksual yang dilakukan oleh kaum lesbian selalu
dilakukan dengan alat bantu seksual (sex toys), seperti dildo (penis
buatan berbahan silicon, biasanya dengan 2 kepala), vibrator, dan strap
on vibrator (penis ikat pinggang).
12
13. BAB III
OBSERVASI DAN WAWANCARA
Kami melakukan observasi dan wawancara pada beberapa orang responden
(lesbian). Kegiatan observasi ini meliputi pengamatan dan tanya jawab.
OBSERVASI
Komunitas lesbian di Jakarta ini terbilang cukup “rapi” dan tertutup. Sulit sekali
untuk membedakan seorang lesbian dengan perempuan normal lainnya, karena
memang pada umumnya para perempuan memiliki kedekatan dengan teman
sesame jenis. Bergandengan tangan, shopping bersama, curhat, bahkan saling
suap adalah kebiasaan-kebiasaan yang cukup lumrah dan wajar dilakukan oleh
sepasang sahabat perempuan. Banyak orang tidak menyadari mungkin
perempuan yang hanya berjarak beberapa langkah darinya adalah seorang
lesbian. Oleh karena itu lesbian menjadi lebih sulit diidentifikasi dibandingkan
gay dan transeksual.
Sebagian besar kaum lesbian lebih menyukai bergaul dengan kaum gay karena
mereka merasa adanya kesamaan dalam diri mereka. Sebagian lesbian juga
13
14. terkadang membayar seorang gigolo untuk mereka siksa di atas ranjang,
misalnya dengan menelanjangi dan mengikat gigolo tersebut, kemudian
dicambuki dan dicumbui. Hal itu dilakukan agar lesbian merasa ia mampu
menaklukan seorang lelaki dan mereka merasa puas dengan itu.
WAWANCARA
Kisah Putri – “Mengalir seperti air.”
Usia : 29 tahun
Pendidikan : Akademi
Pekerjaan : Staff marketing
Agama : Kristen
Suku : Jawa-Manado
Domisili : Jakarta
Status : Janda, 1 anak
Kelas ekonomi : Menengah
Putri lahir di sebuah kota kecil di Jawa tengah. Ketika duduk di bangku taman
kanak-kanak, keluarganya pindah ke Jakarta hingga sekarang. Putri merupakan
anak tunggal. Ayahnya adalah seorang pelaut internasional. Mereka hanya
bertemu sekali dalam setahun dan hal itu membuat Putri merasa tidak kenal
dengan ayahnya sendiri. Apalagi ayahnya juga merupakan sosok yang pendiam.
Sementara sang ibu adalah seorang ibu rumah tangga yang sibuk dengan
14
15. kegiatan di luar rumah. Meskipun sering bertemu dengan ibunya, Putri tidak
memiliki kontak emosional dengan ibunya. Sejak kecil, ibunya mendidikPutri
dengan keras.
Sejak SD, Putri sudah tertarik dengan perempuan, tepatnya pada tahun 1990
saat ia kelas 6 SD. Cinta pertamanya diutarakan dengan sebuah surat berisikan
kalimat singkat “I like you”. Namun anak tersebut tidak memberi tanggapan.
Putri terbawa arus dengan teman-teman SMAnya semasa SMU. Mereka
menggosipkan siswa laki-laki dan mencari pacar. Pacar pertama Putri adalah
seorang laki-laki yang dikencaninya karena taruhan pencarian cinta. Lelaki itu
baik, pandai, sabar, dan juga atlet basket sekolah, namun saying wajahnya
kurang menarik. Bagi Putri, pacaran hanyalah untukmemnuhi tuntutan sosial.
Jadi ketika orang-orang bertanya tentang pacarnya, ia bisa menyodorkan
seorang lelaki kepada lawan bicaranya.
Ketika sudahbekerja, Putri pacaran dengan Adi, teman sekantornya. Selama
berpacaran, Adi sempat beberapa kali menjauhi Putri dengan alasan haram,
karena Adi adalah seorang muslim, sementara Putri adalah Kristiani. Mereka
sempat putus-nyambung selama hubungan tersebut berlangsung. Sampai pada
suatu ketika Putri hamil akibat perbuatan Adi. Akhirnya Adi menikahi Putri
dengan keadaan hamil 2 bulan.
Setelah menikah, mereka tinggal di rumah orang tua Putri. Adi tidak betah
tinggal di rumah mertua karena jauh dari kantornya. Dan untuk yang kesekian
kali, Adi kembali meninggalaknya Putri dan kembali ke rumahnya dengan alasan
yang sama, Putri haram. Meskipun sudah berpisah rumah, Putri tetap menjaga
15
16. komunikasi dengan Adi via sms. Namun Adi menanggapi sms-sms Putri dengan
acuh tak acuh. Sampai Putri akhirnya melahirkan anak perempuan mereka,
Dewi.
Di tahun 2005, Adi memutuskan untuk bercerai dengan Putri. Hak asuh Dewi
jatuh ke tangan Putri. Sampai saat ini, Adi masih mengirimkan uang untuk
membantu Putri membesarkan Dewi. Selama pernikahan, Putri mengaku tidak
pernah mendapat kekerasan fisik dari Adi. Hal ini tidak membuat Putri membenci
laki-laki. Namun Putri tidak berminat untuk berhubungan dengan laki-laki lebih
dari sekedar sahabat.
Saat pernikahan Putri dan Adi masih berlangsung, sesekali Putri mencoba
masuk ke forum chatting lesbian di internet. Ia berkenalan dengan Uki. Pada
suatu kesempatan Uki bertemu dengan Putri. Namun Uki tidak sendirian, ia
bersama Nina, mahasiswa cantik, periang, dan ramah.
Setelah 6 bulan saling mengenal, Putri dan Nina baru memutuskan untuk
menjalin komitmen. Saat ini mereka baru 4 tahun menjalankan hubungan. Putri
memperkenalkan Nina sebagai teman kepada Dewi. Nina sangat cocok dengan
Dewi. Dewi pun senang karena ia memiliki seseorang yang bisa bermain
bersamanya. Putri dan Nina bersama-sama mendidik dan membersarkan Dewi.
Mereka tinggal bertiga disebuah rumah kos dimana tetangga kamar mereka
sangat cuek dan saling tak perduli.
Meskipun baru pertama kali berhubungan intim dengan perempuan, Putri
merasa sensai yang didapat begitu luar biasa. Tidak ada rasa sungkan, yang
ada merasa sangat lega. Menurut Putri, berhubungan dngan perempuan sangat
16
17. berbeda dengan laki-laki. Relasinya setara, emosinya juga berbeda, dan juga
lebih lembut. Putri menemukan sosok ibu, teman, dan kekasih dalam diri Nina.
Keluarga Putri sudah mengetahui orientasi seksualnya sebagai lesbian. Orang
tuanya langsung murka terhadapnya. Namun pintu rumah senantiasa terbuka
bagi Putri. Di tempat kerja pun Putri mengaku bahwa ia adalah lesbian, dan
untungnya bos café tempat Putri bekerja juga seorang lesbian. Berbeda dengan
Nina yang sampai saat ini masih menutupi orientasi seksualnya. Ia tidak mau
menghancurkan harapan orang tuanya terhadap dirinya.
Harapan Putri bagi Dewi adalah menyekolahkan Dewi di Singapura denan
alasan agar Dewi tidak perlu susah payah memikirkan jawaban ata spertanyaan
tentang ayahnya. Putri ingin Dewi membuka wawasannya dan akan membiarkan
Dewi menentukan pilihan bagi hidupnya sendiri. Putri juga tidak memaksakan
Dewi untuk mengikuti jejak bunya sebagai lesbian dan akan sulit bagi Dewi dan
Putri ketika Dewi mengetahui bahwa ibunya adalah seorang lesbian.
Kisah Lee – “Aku bukan perempuan.”
Usia : 29 tahun
Pendidikan : Perguruan tinggi
Pekerjaan : karyawan bank (pagi), pegawai café (malam)
Agama : Islam
Suku : Tionghoa-Batak
Domisili : Jakarta
17
18. Status : Lajang
Kelas ekonomi : Menengah
Saat Lee masih dalam kandungan, orang tuanya berharap bahwa yang akan
lahir adalah seorang bayi laki-laki. Namun faktanya, yang lahir adalah Lee,
orang bayi berjenis kelamin perempuan. Sejak kecil, Lee lebih suka pakaian dan
permainan laki-laki. Ia kerap kali memanjat pohon, bermain layangan dan
bersepeda bersama teman-teman lelakinya. Orang tuanya pun tidak keberatan
dengan hal tersebut.
Lee memiliki pengalaman buruk dengan pamannya yang sebenanya sudah ia
anggap sebagai ayah sendiri. Sang paman memperkosa Lee saat ia berusia 8
tahun. Masa kecil yang indah terkoyak akibat perbuatan busuk pamannya.
Namun sampai saat ini tidak seorang pun mengetahui aib tersebut. sejak saat
itulah Lee mulai trauma dan membenci laki-laki. Ditambah lagi ia kehilangan
ayahnya saat Lee kelas 1 SMA.
Dulu, Lee sangat benci melihat film porno lesbian dan juga sekedar mendengar
kata “lesbian” pun ia sudah jijik. Tapi miris sekali bahwa ia sekarang menjadi
seorang lesbian. Lee tertarik dengan perempuan sejak SMA, tahun 1997. Ia
menemukan cinta sejatinya, Annisa, seorang gadis berkerudung. Sebenarnya
mereka sudah lama saling suka namun tidak ada keberanian untuk
mengungkapkannya. Lee juga masih ragu dengan orientasi seksualnya. Ia pun
pernah dua kali mencoba berpacaran dengan laki-laki untuk menguji apakah ia
benar-benar seorang lesbian. Dan hasilnya, ia tidak pernah merasakan
perasaan cinta terhadap laki-laki. Akhirnya setelah lulus SMA, Lee
18
19. mengutarakan perasaannya dan meminta Annisa untuk menjadi pacarnya.
Mereka pun membangin hubungan secara diam-diam (backstreet).
Keluarga Lee mulai mencurigai hubungannya dengan Annisa yang bukanlah
pertemanan biasa. Akibatnya Lee mendapatkan kekerasan dan penganiayaan
dari keluarganya sehingga ia memutuska untuk kabur dari rumah. Demikian juga
dari pihak Annisa, Lee kerap kali dipukuli oleh paman-paman Annisa dan ia tidak
melakukan perlawanan. Hingga saat ini, Lee telah 7 tahun meninggalkan
keluarganya. Lee dan Annisa pindah ke luar kota dan hidup bersama sebagai
pasangan.
Sejak meninggalkan keluarga, Lee sudah menganggap dirinya laki-laki. Ia
membenci laki-laki karena dianggapnya sebagai perusak dan ia mau menjadi
seorang laki-laki yang berbeda, yang bertanggung jawab, tidak seperti
pamannya. Lee menjadi begitu karena beberapa faktor, yaitu faktor gen, orang
tuanya yang menginginkan anak perempuan, dan juga trauma masa kecil.
Perlahan-lahan Lee mulai menapaki kehidupan sebagai seorang laki-laki, dari
mulai KTP berjenis kelamin laki-laki, Kartu Keluarga yang menyatakan bahwa ia
dan Annisa adalah pasangan suami istri, serta di lingkungan rumah dan
pekerjaan Lee selalu memperkenalkan dirinya sebagai laki-laki. Ia
menggunakan seragam kerja laki-laki, dan semua orang di kantor memanggil ia
dengan panggilan “Bapak”. Lee juga selalu mengikuti sholat Jumat dan
menggunakan toilet pria. Untung saja payudara Lee kecil, sehingga tidak ada
yang curiga dengan keadaan itu. Ia adalah sosok lelaki dalam tubuh perempuan.
Tahun 2004, ia sempat berfikir untuk melakukan operasi kelamin. Annisa bukan
lesbi, ia menyukai laki-laki. Lee tahu itu, maka demi membahagaiakan
19
20. pasangannya ia rela melakukan operasi kelamin. Ia telah melakukan konsultasi
dengan dokter dan 3 psikolog. Hasilnya ia tetap bersikeras ingin melakukan
operasi kelamin, semua demi kebahagiaan Annisa. Namun setelah berunding
dengan teman-temannya, ia akhirnya mengurungkan niat tersebut. Sekarang
Lee hanya menggunakan penis buatan yang hanya ia lepaskan ketika ia sedang
mandi. Saat berhubungan seks, mereka selalu mematikan lampu dan Lee
melarang Annisa untuk menyentuh dadanya. Lee mengakui bahwa mereka
jarang melakukan hubungan seks. Menurut Lee, keintiman dan kenikmatan lebih
didapat dari obrolan dan sentuhan kasih sayang.
Annisa sangat ingin mengandung, melahirkan, dan mempunyai anak. Itulah
satu-satunya hal yang tidak dapat diberikan oleh Lee. Sempat terpikir untuk
melakukan donor sperma, namun Annisa menolak karena bertentangan dengan
ajaran agama. Satu-satunya jalan adalah melepaskan Annisa untuk menikah
dengan laki-laki lain. Semua demi Annisa, tapi Annisa tidak mau melakukan itu.
Lee bekerja demi kehidupannya dan Annisa, karena ia tidak mungkin lagi
mengharapkan bantuan dari keluarga yang telah mencampakkan mereka.
Dengan memilih jalan hidup begini, berarti ia harus menanggung semua
resikonya. Ia bekerja di bank pada pagi hari dan menjadi pegawai café di malam
hari. Selain itu ia pun memiliki pekerjaan sampingan mengerjakan proyek
kontraktor.
Lee juga mulai terlibat dengan organisasi perempuan. Itu membuatnya menjadi
lebih percaya diri, merasa memiliki teman, dan tidak merasa sendirian lagi. Ia
berharap tahun-tahun kedepan tanggapan media terhadap lesbian menjadi lebih
20
21. positif. Semoga isu-isu yang diangkat akan membuka pikiran masyarakat untuk
menerima kaum LGBT.
Kisah Mickey – “Kisah panjang pencarian jati diri”
Usia : 33 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswi
Agama : Katolik
Suku : Tionghoa
Domisili : Jakarta
Status : Lajang
Kelas ekonomi : Menengah atas
Mickey lahir dan tumbuh di Jakarta. Ia memiliki kakak laki-laki bernama Haris
yang tinggal di Amerika Serikat. Hubungan Mickey dengan orang tuanya cukup
baik. Hanya saja, Mickey lebih suka cerita dengan ayahnya ketimbang dengan
ibunya. Walaupun ayahnya cukup keras dalam mendidik, tetapi ayah Mickey
lebih mampu memahami kemauan anak dibandingkan ibunya.
Sejak duduk di bangku SMP, Mickey mulai mengagumi dan menyukai
perempuan. Ada ketertarikan jika melihat poster-poster perempuan cantik, tapi
kalau melihat poster laki-laki malah biasa-biasa saja. Saat Mickey SMK, ia
memiliki sahabat bernama Ami. Kedua sahabat ini memiliki kedekatan yang
cukup erat karena mereka satu sekolah dan sama-sama mengikuti organisasi
21
22. bela diri. Pertemuan sesingkat apapun dengan Ami selalu membuat Mickey
bahagia. Ia sangat sayang dan selalu ingin melindungi Ami.
Rasa sayang itu diungkapkan Mickey dengan berkata bahwa dirinya sangat
takut kehilangan Ami dan mencium pipi Ami di depan teman-teman sekolah.
Gara-gara tindakan itu, Mickey diejek oleh teman-teman sekolahnya. Tapi
Mickey menanggapinya dengan acuh karena ia sendiri tidak tahu apa itu
lesbian. Akibat reaksi teman-temannya itu Mickey mulai menjaga jarak dengan
Ami karena takut Ami diganggui. Mickey menilai hubungannya tersebut bukan
sebagai pacaran, hanya sekedar sahabat akrab.
Setelah lulus SMK tahun 1994, Mickey kuliah di sebuah perguruang tinggi di
Jakarta. Pada masa kuliah, seorang temannya memperkenalkan Rudi kepada
Mickey dan kemudian mereka berpacaran. Namun hubungannya dengan Rudi
bukan sesuatu yang bermakna bagi Mickey. Ada rasa tidak nyaman dan pada
saat berciuman pun tidak ada rasa apa-apa. Akhirnya telah 2 bulan berpacaran,
hubungan mereka pun berakhir.
Orang tua Mickey mendorong Mickey untuk mengikuti perkumpulan doa karena
mereka berfikir Mickey frustasi akibat putus cinta. Kegelisahan dalam pencarian
jati diri membuat Mickey berhenti kuliah dan tahun 1996 Mickey mendaftarkan
diri ke sekolah biarawati di Jawa Timur. Keputusan itu diambil untuk menyangkal
bahwa ia adalah seorang lesbian. Dua tahun Mickey berada di biara tersebut,
namun terjadi ketidak cocokan dengan seorang pembimbing. Ia pun
mengundurkan diri dari biara.
22
23. Setelah keluar dari biara, Mickey membantu usaha orang tuanya selama satu
tahun dan kemudian mendaftar ke biara lain di Jakarta. Selama satu tahun di
biara itu, kembali ia bermasalah dengan Dewan Penasihat biara dan ia keluar
dari biara. Mickey lalu memutuskan pergi ke Amerika bertemu dengan Haris
kakaknya. Ia mengungkapkan yang sesungguhnya bahwa ia adalah lesbian dan
Mickey akhirnya menerima kenyataan bahwa ia adalah seorang lesbian.
Melalui situs di internet, Mickey masuk ke website lesbian dan chatting dengan
mereka. Dari situs itulah ia mengenal seorang wanita Arab-Lebanon dan
berpacaran dengannya. Mereka berhubungan via sms, telepon, email, dan
chatting. Namun kakak si wanita Arab ini memergoki hubungan mereka dan
menentangnya. Oleh karena itu mereka memutuskan mengakhiri hubungan.
Setelah lepassari relasi itu, Mickey mencoba masuk ke situs lesbian Indonesia
dan berkenalan dengan Gita, gadis asal Padang. Mickey dan Gita berpacaran,
dan diam-diam Mickey berangkat ke Padang untuk bertemu dengan Gita.
Hubungan mereka berjalan, namun Mickey mulai merasa lelah menghadapi
sikap Gita yang terkadang kekanak-kanakan dan posesif. Akhirnya, hubungan
yang telah berlangsung 8 bulan itu pun kandas di tengah jalan.
Pacar ketiga Mickey pun dikenalnya dari dunia maya. Setelah lebih akrab,
mereka bertemu di sebuah café di Jakarta dan memutuskan untuk berpacaran.
Namun pacarnya yang kali ini terlalu banyak menuntut dan posesif. Satu tahun
saja Mickey mampu bertahan dalam hubungan tersebut.
Beberapa bulan setelah putus dari pacar ketiganya, Mickey teringat kepada Ami,
teman SMKnya. Mickey mencari tahu keberadaan Ami dan berusaha untuk
23
24. bertemu dengannya. Setelah mereka bertemu, ternyata Ami telah menjadi jada
beranak satu. Ia bercerai karena suaminya adalah pelaku kriminal dan sering
melakukan kekerasan pada Ami. Mickey pun kembali mengungkapkan perasaan
sayangnya kepada Ami. Oktober 2004 mereka sepakat untuk menjadi
pasangan. Sebagai tanda keseriusan, Mickey memberikan cincin kepada Ami.
Dimas adalah anak laki-laki Ami. Dimas mengenal Mickey sebagai teman
ibunya. Mereka berdua memiliki hubungan yang baik. Mickey pun ikut
membantu menasihati dan membesarkan Dimas.
Diakui oleh Mickey bahwa ia lebih bersifat macho dan Ami lebih feminine. Tapi
pembagian itu bukan dilakukan dengan sengaja, namun memang itulah karakter
mereka masing-masing. Posisi tersebut tidak membuat adanya diskriminasi
dalam hubungan mereka. Segalanya setara, bahkan dalam hubungan seks pun
mereka saling melayani.
Mickey tidak berniat untuk mengungkapkan orientasi seksualnya kepada orang
tuanya, walaupun sebenarnya itu adalah hal yang sangat ia idamkan. Ia hanya
mengungkapkan hal tersebut kepada dua orang teman laki-lakinya di kampus
dan mereka pun menerima keadaan Mickey apa adanya.
Mickey tahu,bahwa menurut ajaran agama Katolik homoseksual itu dilarang.
Namun ia sendiri pernah mengalami penyangkalan dan perang batin atas
keadaan yang ia alami. Semakin disangkal, perasaan itu semakin kuat. Dan ia
pun akhirnya berfikir bahwa Tuhan adalah Maha Penyayang. Tuhan selalu
menyayangi umatnya yang terhina jika ia tidak merugikan ciptaanNya yang lain.
Ia berharap dapat mendirikan suatu perusahaan dan merekrut para lesbian
24
25. lainnya untuk bekerja bersamanya. Ia juga ingin agar pelecehan terhadap kaum
lesbian semakin diperhatikan, seperti misalnya kekerasan dan pelecehan
seksual. Semoga hukum di Indonesia akan lebih memperjuangkan hak-hak
kaum lesbian dan perempuan.
Kisah Risa – “Perjuangan tiada henti”
Usia : 25 tahun
Pendidikan : Pergurun tinggi
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Suku : Sumatra-Sulawesi
Domisili : Jakarta
Status : Lajang
Kelas ekonomi : Menengah
Risa lahir dan besar di sebuah kota kecil di Sumatra Selatan. Ia merupakan
anak bungsu dari 3 bersaudara. Ayahnya sangat keras dalam mendidik anak
agar anak-anaknya menjadi pribadi yang disiplin, mandiri, dan berani. Sejak
kecil Risa lebih suka dengan segala sesuatu yang diperuntukkan bagi anak laki-
laki, seperti bermain kelereng, yoyo, dan layangan dengan teman laki-lakinya.
Dan pada umur 10 tahun, orang tua Risa berpisah. Ia tidak tahu alasan
mengapa orangtuanya bercerai.
25
26. Risa tinggal berdua dengan ibunya setelah kakaknya memutuskan untuk
melanjutkan SMA di luar kota. Hal itu mengubah kepribadian Risa. Ia mendidik
dirinya untuk menjadi kuat, baik secara fisik maupun psikis. Ia harus bisa
menjaga ibunya. Namun sikap ibunyakurang hangat kepada Risa. Terkadang
Risa merasa iri dengan teman-temannya yang akrab dan bisa berbagi cerita
dengan ibu. Selepas perceraian, ayahnya masih tetap menghubungi Risa dan
sesekali menemui Risa di sekolah.
Risa mengakui bahwa tidak pernah merasa jatuh cinta dengan laki-laki.
Menurutnya, laki-laki adalah teman main yang menyenangkan. Sewaktu Risa
SMP ia menyukai seorang teman perempuannya. Untuk menunjukkan
perasaannya risa sering menulis surat-surat kecil dan berusaha
membahagiakan temannya. Baginya tidak ada yang salah dengan itu.
Saat duduk di bangku SMA, Risa jatuh cinta dengan Santi, adik kelasnya. Ia
tertarik denan Santi karena ia cantik, pintar, pendiam, dan sabar. Setelah terjalin
komunikasi yang intensif, mulailah terbangun ketergantungan emosi dan Risa
mengungkapkan cintanya kepada Santi. Pernyataan cinta itu ditangapi negatif
oleh Santi. Ia malah membenci dan memarahi Risa. Dan menyebarlah gosip di
sekolah bahwa Risa adalah seorang lesbian.
Santi sempat berpacaran beberapa kali dengan laki-laki. Walaupun begitu, Risa
tetap menyayangi Santi. Mereka pun tetap dekat karena mereka berdua
tergabung dalam satu tim softball. Akhirnya pada kelas 3 SMA, Risa dan Santi
berpacaran. Hubungan mereka itu berlangsung selama 4 tahun, hingga
menjelang wisuda kuliah.
26
27. Kontak seksual yang pertama kali dengan Santi diawali dengan ciuman dan
perangsangan di daerah dada. Selanjutnya mengalir begitu saja. Saat itu Santi
lebih agresif, sementara Risa masih malu-malu. Risa juga tidak mau terlalu
agresif karena takut Santi malah menjauh darinya. Melihat tubuh perempuan
bugil membuat Risa terkesima dan awalnya ia pun merasa tidak nyaman untuk
bertelanjang bugil dihadapan perempuan.
Saat berelasi dengan Santi, Risa memposisikan diri sebagai laki-laki. Seperti
menjemput Risa, menelpon, membayari kencan, dsb. Namun saat Risa mulai
bergabung di organisasi perempuan di Yogyakarta, ia mulai memahami
kesetaraan gender dalam lesbian. Ia pun hendak mengubah peran gendernya
dan memberlakukan kesetaraan dalam hubungan. Tetapi saat itu malah Risa
mengakhiri hubungannya dengan Santi. Rasa jenuh, cemburu, dan kelewat
posesif menghantui Risa. Dan lagi mereka harus menjalani pacaran jarak jauh
karena Risa sedang menyelesaikan tugas akhir kuliah di Yougyakarta.
Keaktifan Risa di organisasi perempuan Yogyakarta membawa Risa ke dalam
suatu konfrensi pers lesbian. Dalam konfrensi per situ, ia mengakui bahwa
dirinya adalah seorang lesbian dan beritaitu pun sampai ke telinga keluarga
Risa. Orang tua Risa menyuruh Risa untuk pergi ke psikolog dan mendalami
agama. Sampai-sampai ibu Risa yang pulang umroh menyuruhnya untuk
meminum air zam-zam.
Risa mengidamkan pasangan yang dewasa, yang bisa mendukung
keinginannya untuk aktif dalam pergerakan perempuan. Pernah ada pasangan
Risa yang mengusulkan ide untuk pura-pura menikah dengan laki-lai demi
menutupi hubungan mereka di depan keluarganya. Namun Risa menolak
27
28. mentah-mentah. Baginya itubukanlah sebuah solusi tetapi malah akan
memunculkan masalah baru. Sempat juga Risa ingin memiliki seorang anak
dengan cara adopsi. Sayangnya proses adopsi di Indonesia cukup rumit dan
juga ia mengkhawatirkan anaknya jika setelah dewasa mengetahui bahwa
ibunya adalah seorang lesbian. Risa pun mengurungkan niat tersebut.
Selama ini Risa pun kerap kali berteman dengan homophobia. Teman-temannya
di organisasi perempuan sendiri bahkan sering menolak Risa yang notabene
adalah seorang lesbian. Mereka malah meminta Risa untuk mengubah orientasi
seksualnya karena menurut mereka lesbian adalah suatu tindakan dosa.
Namun, teman-temannya yang diluar LSM malah mampu menerima Risa apa
adanya.
Menurut Risa, agama Islam jelas melarang praktek homoseksualitas. Akan
tetapi ajaran dan interpretasi agama belum menjadi penyejuk karena masih
mendiskriminasi kaum-kaum marjinal sepertinya. Salah satu ajaran agama
adalah mengasihi sesama manusia, jadi kalau orientasinya masih mengasihi
sesama manusia Risa merasa tidak ada yang salah dengan dirinya. Menjadi
lesbian tidak menghalangis seseorang untuk berdoa dan beribadah. Ia pun yakin
bahwa tidak ada agama manapun yang mengajarkan diskriminasi.
Risa menilai bahwa gerakan kaum lesbian di Indonesia masih bernaung dalam
organisasi perempuan. Menurutnya, gerakan lesbian harus lebih membaur ke
seluruh lapisan masyarakat agar setiap orang dapat memahami dengan benar
apa itu lesbian dan kaum lesbian pun dapat diterima dengan baik di masyarakat.
Risa ingin memperjuangkan hak-hak lesbian dan menghapuskan diskriminasi. Ia
mengharapkan agar kaum lesbian mendapatkan perlindungan hukum dan
28
29. disahkannya perkawinan sejenis di Indonesia. Selain itu juga ada kejelasan
hukum atas pasangan lesbian yang telah menikah, seperti hak waris, harta
gono-gini, dsb. Satu lagi keinginan Risa, yaitu mendirikan “lesbian crisis center”
sebagai tempat perkumpulan lesbian dan juga memberikan pengarahan bagi
seorang lesbian yang sedang dalam proses mencari jati diri.
Kisah Sandy – “Kodrat seorang perempuan”
Usia : 35 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai showroom motor
Agama : Islam
Suku : Minangkabau
Domisili : Jakarta
Status : Lajang
Kelas ekonomi : Menengah bawah
Sandy lahir dan besar di Sumatra Barat. Ia adalh anak kedelapan dari sebelas
bersaudara,hanya 3 diantaranya yang perempuan. Ibunya adalah guru SD dan
ayahnya pensiunan camat. Keduanya telah meninggal dunia, ayahnya
meninggal pada tahun 1992, ibunya meninggal 2005. Keluarga Sandy tergolong
kedalam kelompok kelas ekonomi kurang mampu karena terlalu banyak anak
yang harus dibiayai.
29
30. Saat kecil Sandy senang bermaik sepak bola dengan teman-teman lelakinya.
Sehari-hari ia selalu memakai kaos dan celana hingga ibunya kerap kali
jengekel dan tidak mau membelikan ia baju lagi. Saat ia beranjak remaja,
barulah ia menyadari bahwa ia adalah seorang perempuan. Ia pun mulai
berteman dengan 2 anak perempuan lain di kampungnya. Tapi tetap saja
teman-teman Sandy adalah anak perempuan yang tomboy. Lama kelamaan
barulah ketahuan bahwa mereka juga adalah lesbian.
Sejak kecil Sandy hanya tertarik dengan perempuan. Pertama kali ia menyukai
ibu gurunya dan senang bermanja-manja dengannya. Perempuan lain yang
pernah diperhatikan oleh Sandy adalah Mira, teman mainnya selama ini. Tapi
ketertarikan terhadap Mira baru berkembang ketika SMP. Kedekatannya dengan
Mira semakin mendalam dan menyadarkan Sandy bahwa dirinya adalah
seorang lesbian. Mereka baru berpacaran ketika Sandy berusia 20 tahun.
Setelah Sandy berpacaran, seluruh waktunya hanyauntuk Mira dan ia
mengabaikan dunia luar demi Mira.
Sandy mengakui bahwa ia saat itu belum mengetahui istilah lesbian, ia hanya
mengikuti naluri yang ada. Pertama kalinya ia mengetahui kata “lesbian” adalah
dari kakaknya yang tertua. Kakaknya mengetahui kedekatan Sandy dengan Mira
dan memberitahukan itu kepada orang tuanya. Ia juga membenci Mira bahkan
memberikan julukan kasar kepada Mira. Sampai suatu ketika, Sandy meminta
tolong kakaknya untuk mengirimkan sebuah surat yang tertutup rapat kepada
Mira. Surat itu bukannya sampai ke tangan Mira, malah dibuka dan difotokopi 11
lembar oleh kakaknya. Fotokopian itu dibagikan kepada semua saudara-
saudaranya. Ketika Sandy pulang, ia dihadapkan di tengah saudara-saudaranya
30
31. dan diminta untuk membaca surat cinta itu keras-keras. Sandy langsung
merobek surat itu dan pergi dari rumah.
Setahun setelah kasus surat cinta itu, ibunya menanyakan apakah ia masih
berpacaran dengan perempuan. Spontan Sandy mengelak, ia mengatakan
bahwa ia tidak berpacaran dengan perempuan. Namun ia merasa menyesal
saat ibunya meningal. Ibunya sesungguhnya sudah mengetahui bahwa ia
lesbian, namun masih memperhatikan Sandy. Sandy pun akhirnya menyadari
bahwa perbuatannya adalah dosa dan menyuruh Mira untuk pergi
meninggalkannya ke Jakarta. Ternyata di Jakarta Mira menikah dengan seorang
laki-laki dan sejak itu ia memusuhi Sandy. Sandy sangat terpukul. Selepas
kematian ibunya, Sandy pun pergi ke Jakarta untuk menghindari dijodohkan di
kampung dan menghapuskan penyesalan atas kematian ibunya.
Untuk urusan seks, Sandy punya pengalaman unik. Ia selalu berfantasi tentang
seorang wanita yang seksi, berbuah dada besar, berambut panjang, dan
berpinggul besar. Dorongan dan nafsu seksualnya akan sangat memuncak jika
ia melihat pasanganya bugil dan bertubuh montok. Dalam berhubungan intim,
Sandy memposisikan diri sebagai laki-laki, aktif dan memuaskan pasangan. Ia
hanya mengikuti naluri untuk merangsang pasangannya.
Sandy sangat meyakini bahwa lesbian adalah suatu penyakit jiwa, susah untuk
menyembuhkannya. Ia pun menemukan beberapa teman lesbiannya yang ingin
kembali normal. Obatnya adalah menikah dengan laki-laki. Penyakit lesbian juga
bisa menular karena 95% perempuan adalah lesbian pasif. Kemudian lesbian
aktif (seperti Sandy) yang akhirnya membawa para lesbian pasif menjadi
31
32. seorang lesbian aktif. Sandy mengakui bahwa ia menerima keadaan dirinya
sebagai penyakit, bukan takdir. Penyakit yang timbul karena nafsu
Sandy berharap untuk berubah, memiliki suami dan anak-anak. Ia mempelajari
bahwa menikah adalah kewajiban dalam agama Islam dan Allah telah
menciptakan segala sesuatunya berpadang-pasangan. Menayalahinya sama
saja menenang kodrat ilahi. Sandy juga takut akan hukuman akherat. Ia sangat
yakin bahwa apa yang dilakukannya di dunia ini pasti akan membawa buah di
dunia akherat.
Ketika Mira tahu kepindahan Sandy ke Jakarta, ia sangat marah dan
menganggap Sandy ke Jakarta untuk menyusul diriya. Mira yang sudah menikah
sangat membenci Sandy bahkan menemui Sandy pun enggan. Sandy tidak
marah dengan perlakuan mantan kekasihnya itu. Ia tahu Mira hanya berusaha
untuk menghilangkan masa lalunya.
Sandy berharap agar masyarakat bisa menerima lesbian seperti manusia juga.
Janganlah mereka dihina dan dilecehkan. Sandy tidak menyetujui pernikahan
sesama jenis. Menurutnya itu adalah sesuatu yang dilarang oleh agama. Selain
itu ada hak-hak lesbian yang ingin ia perjuangkan, yaitu hak untuk memiliki rasa
aman dalam bekerja serta hak hidup aman dan bebas dari penghinaan. Namun
dengan catatan, lesbian jga harus dapat menjaga normanya di dalam kehidupan
bermasyarakat.
32
33. BAB IV
KESIMPULAN
Selama ini orientasi seksual dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat
dirubah, kaku. Namun dalam kisah Putri, tampak bahwa orientasi seksual adalah
sesuatu konstruksi dalam masyarakat yang sebenarnya bersifat lentur., dapat
dineogosiasikan, dan karenanya dapat ditentukan atau diubah. Karena
kelenturan inilah, muncul mitos “jangan dekat-dekat dengan lesbian, nanti
ketularan”. Padahal bukannya menular, tetapi runtuhnya tembok dikotomi
heteroseksual-homoseksual sehingga membuat perbedaan itu menjadi tidak
bermakna.
Banyak pula mitos dan stereotype yang dilekatkan kepada kaum lesbian.
Misalnya, pendapat yang mencoba menjelaskan latr belakang seseorang
menjadi lesbian. Mulai dari trauma dengan laki-laki, proses pendidikan
dikeluarga, terpengaruh oleh teman yang lesbian (tertular), terpengaruh
informasi, ideology barat dan ajaran feminism, hingga kurangnya pemahaman
33
34. akan nilai-nilai agama, dan tidak bemoral. Namun berdasarkan cerita para
narasumber, semua hal tersebut tidak terbukti atau masih dipertanyakan.
Seluruh kisah di atas menunjukkan denan jelas bahwa menyadari dan mengakui
diri sebagai lesbian bukanlah pengalaman yang terjadi dalam sekejab. Butuh
waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun untuk menikmati hasrat cinta
kepada sesame jenis. Dan perlu lebih banyak waktu lagi untuk menerima diri
sebagai perempuan yang mencintai perempuan. Begitu banyak lesbian yang
kehilangan arah pada saat pencarian jati diri. Lesbian muda umumya bingung
sekaligus takut dengan perasaan dan keadaan yang mereka hadapi. Di dalam
masyarakat yang menabukan dan menekan diskusi tentang seksualitas apalagi
homoseksual, kebingunan itu tentu saja menjadi wajar. Sama seperti yang
dialami para narasumber.
Setelah mereka merasa yakin, tahap yang akan dialami oleh tiap individu
selanjutnya mungkin berbeda-beda. Barangkali ada yang meneruskan
pencariannya akan cinta sejati. Namun demikian, menjadi lesbian bukan
semata-mata mencari pacar atau berhubungan seks dengan sesame
perempuan. Ada begitu banyak aspek dalam kehidupan perempuan lesbian.
Yang lainnya mungkin melanjutkan perjuangannya untuk menegakkan hak-hak
kaum perempuan dan lesbian. Sementara yang lainnya mencoba hidup sebagai
pekerja, anggota masyarakat, mahasiswa, pencari kerja, sebagai anak, dan
sebagai perempuan.
34