SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
BAB I

                               PENDAHULUAN



A. Latar Belakang

          Perkembangan merupakan proses perubahan secara progress baik secara

  fisik maupun non fisik menuju kesempurnaan. Perkembangan secara fisik

  merupakan perkembangan yang terjadi pada aspek-aspek biologis seorang

  individu. Sedangkan perkembangan non fisik didalamnya terdapat perkembangan

  emosi, perkembangan kognitif, dan perkembangan pada aspek sosial peserta

  didik. Peserta didik sebagai makhluk sosial membutuhkan peran lingkungannya

  atau bantuan dari orang lain untuk dapat tumbuh kembang menjadi manusia yang

  utuh. Dalam perkembangannya, pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah

  karena interaksi dan saling berpengaruh antar sesama peserta didik maupun

  dengan proses sosialisasi.

          Dalam psikologi perkembangan, banyak dibahas mengenai bagaimana

  tahap perkembangan sosial anak, diantara tokoh yang memberi kontribusi dalam

  hal ini adalah teori perkembangan psikososial Erik H. Erikson. Erikson

  mengatakan bahwa istilah “psikososial” dalam kaitannya dengan perkembangan

  manusia berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai mati

  dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu

  organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. Adapun tahap-tahap

  perkembangan psikososialnya dibagi menjadi delapan tahap berdasarkan kualitas




                                      1
2



  ego, yaitu empat tahap pertama terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak,

  tahap kedua pada masa adolesen, dan tiga terakhir pada masa dewasa dan usia tua.

         Penjelasan lebih rinci mengenai konsep perkembangan teori psikososial

  Erik H. Erikson beserta tahap-tahap perkembangannya akan dijelaskan pada

  pembahasan berikutnya. Semoga bermanfaat.


B. Rumusan Masalah

         Beberapa hal penting yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:

  1. Bagaimana biografi singkat Erik H. Erikson?

  2. Bagaimana teori perkembangan psikososial Erikson?

  3. Bagaimana tahap-tahap perkembangan psikososial Erik H. Erikson?


C. Tujuan

         Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam

  pembuatan makalah ini adalah pembaca mampu:

  1. Mengetahui biografi singkat Erik H. Erikson

  2. Mengetahui teori perkembangan psikososial Erikson

  3. Mengetahui tahap-tahap perkembangan psikososial Erik H. Erikson
3



                                    BAB II

                               PEMBAHASAN



A. Biografi Singkat Erik H. Erikson (1902-1994)

          Erik Homburger Erikson adalah salah seorang toritisi ternama dalam

   bidang perkembangan rentang-hidup, ia juga memiliki kontribusi yang banyak

   dalam bidang psikologi terutama pada pengembangan anak dan krisis identitas.Ia

   lahir di Franfrurt Jerman, pada tanggal 15 Juni 1902. Ayahnya bernama Danis,

   telah meninggal dunia sebelum ia lahir. Hingga akhirnya pada saat remaja, ibunya

   (yang seorang Yahudi) menikah lagi dengan psikiater yang bernama Dr. Theodor

   Homberger.

          Semasa kecilnya, Erikson dikenal sebagai anak yang tidak pandai, ia tidak

   menyukai pendidikan formal, sebaliknya ia lebih dikenal sebagai seseorang yang

   menyukai pengembaraan. Bagaimanapun ia tetap menempuh pendidikan formal

   tetapi gagal meneruskan program diplomanya. Tetapi perjalanan Erikson ke

   beberapa   negara   dan   perjumpaannya    dengan    beberapa   penggiat   ilmu

   menjadikannya seorang ilmuwan sekaligus seniman yang diperhitungkan.

   Pertama, ia berjumpa dengan ahli analisa jiwa dari Austria yaitu Anna Freud.

   Atas dorongan Anna Freud, ia mulai mempelajari ilmu jiwa di Vienna

   Psychoanalytic Institute, kemudian ia mengkhususkan diri dalam psikoanalisa

   anak. Akhirnya pada tahun 1960 ia dianugerahi gelar profesor dari Universitas

   Harvard.


                                        3
4



             Setelah menghabiskan waktu dalam perjalanan panjangnya di Eropa Pada

   tahun 1933 ia kemudian berpindah ke USA dan kemudian ditawari untuk

   mengajar di Harvad Medical School. Selain itu ia memiliki pratek mandiri tentang

   psiko analisis anak. Terakhir, ia menjadi pengajar pada Universitas California di

   Berkeley, Yale, San Francisco Psychoanalytic Institute, Austen Riggs Center, dan

   Center for Advanced Studies of Behavioral Sciences.

             Selama periode ini Erikson menjadi tertarik akan pengaruh masyarakat

   dan kultur terhadap perkembangan anak. Ia belajar dari kelompok anak-anak

   Amerika asli untuk membantu merumuskan teori-teorinya. Berdasarkan studinya

   ini, membuka peluang baginya untuk menghubungkan pertumbuhan kepribadian

   yang berkenaan dengan orangtua dan nilai kemasyarakatan.

             Buku pertamanya adalah Childhood dan Society (1950), yang menjadi

   salah satu buku klasik di dalam bidang ini. Saat ia melanjut pekerjaan klinisnya

   dengan anak-anak muda, Erikson mengembangkan konsep krisis perasaan dan

   identitas sebagai suatu konflik yang tak bisa diacuhkan pada masa remaja. Buku-

   buku karyanya antara lain yaitu: Young Man Luther (1958), Insight and

   Responsibility (1964), Identity (1968), Gandhi’s Truth (1969): yang menang pada

   Pulitzer Prize and a National Book Award dan Vital Involvement in Old Age

   (1986).


B. Teori Perkembangan Psikososial Erik H. Erikson

             Istilah “psikososial” dalam kaitannya dengan perkembangan manusia

   berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai mati dibentuk
5



oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang

menjadi matang secara fisik dan psikologis. Perkembangan psikososial juga bisa

diartikan berhubungan dengan perubahan-perubahan perasaan atau emosi dan

kepribadian serta perubahan dalam bagaimana individu berhubungan dengan

orang lain.

        Teori perkembangan kepribadian yang dikemukakan Erik H. Erikson

merupakan salah satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi.

Bersama dengan Sigmund Freud, Erikson mendapat posisi penting dalam

psikologi. Hal ini dikarenakan ia menjelaskan tahap perkembangan manusia

mulai dari lahir hingga lanjut usia, satu hal yang tidak dilakukan oleh Freud.

Selain itu karena Freud lebih banyak berbicara dalam wilayah ketidaksadaran

manusia, teori Erikson yang membawa aspek kehidupan sosial dan fungsi budaya

dianggap lebih realistis.

        Erikson dalam membentuk teorinya secara baik, sangat berkaitan erat

dengan kehidupan pribadinya dalam hal ini mengenai pertumbuhan egonya.

Erikson berpendapat bahwa pandangan-pandangannya sesuai dengan ajaran dasar

psikoanalisis yang diletakkan oleh Freud. Jadi dapat dikatakan bahwa Erikson

adalah seorang post-freudian atau neofreudian. Akan tetapi, teori Erikson lebih

tertuju pada masyarakat dan kebudayaan. Hal ini terjadi karena dia adalah seorang

ilmuwan yang punya ketertarikan terhadap antropologis yang sangat besar,

bahkan dia sering meminggirkan masalah insting dan alam bawah sadar. Oleh

sebab itu, maka di satu pihak ia menerima konsep struktur mental Freud, dan di
6



  lain pihak menambahkan dimensi sosial-psikologis pada konsep dinamika dan

  perkembangan kepribadian yang diajukan oleh Freud.

         Bagi Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil

  interaksi antara kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya sebagai tindakan-

  tindakan sosial. Pusat dari teori Erikson mengenai perkembangan ego ialah

  sebuah asumsi mengenai perkembangan setiap manusia yang merupakan suatu

  tahap yang telah ditetapkan secara universal dalam kehidupan setiap manusia.


C. Tahap-Tahap Perkembangan Psikososial Erik H. Erikson

         Menurut teori psikososial Erikson, perkembangan manusia dibedakan

  berdasarkan kualitas ego dalam delapan tahap perkembangan. Empat tahap

  pertama terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak, tahap pertama pada masa

  adolesen, dan tiga terakhir pada masa dewasa dan usia tua. Dari delapan tahap

  perkembangan tersebut, Erikson lebih menekankan pada masa adolesen, karena

  masa tersebut merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

  Apa yang terjadi pada masa ini, sangat penting artinya, bagi kepribadian dewasa.

  Berikut ini adalah delapan tahap perkembangan psikososial Erikson:

  1. Tahap Kepercayaan dan Ketidakpercayaan (Trust vs Mistrust)

         Tahap ini terjadi selama tahun-tahun pertama kehidupan, yaitu usia kira-

  kira 0-1 tahun. Pada tahap ini, bayi mengalami konflik antara percaya dan tidak

  percaya (Trust vs Mistrust). Keadaan percaya “trust” menurut Erikson pada

  umumnya mengandung tiga aspek yaitu:
7



1. Bahwa bayi belajar percaya pada kesamaan dan kesinambungan dari pengasuh

   diluarnya

2. Bahwa bayi belajar percaya diri dan dapat percaya pada kemampuan organ-

   organnya sendiri untuk menaggulangi dorongan-dorongan

3. Bahwa bayi menganggap dirinya cukup dapat dipercaya sehingga pengasuh

   tak perlu waspada dirugikan.

       Menurut Erikson, bukti pertama yang menunjukkan adanya kepercayaan

sosial pada bayi dapat terlihat ketika kebutuhan oralis bayi terpenuhi, misalnya

kepuasan atau kesenangannya dalam menikmati air susu, kepulasan tidur, dan

kemudahan membuang air besar. Erikson yakin bahwa bayi mempelajari rasa

percaya apabila mereka diasuh dengan cara yang konsisten dan hangat. Pada saat

itu, hubungan bayi dengan ibu sangatlah penting. Kalau ibu memberinya makan,

membuatnya hangat, memeluk dan mengajaknya bicara, maka bayi tersebut akan

memperoleh kesan bahwa lingkungannya dapat menerima kehadirannya secara

hangat dan bersahabat. Inilah yang menjadi landasan pertama bagi rasa percaya.

       Sebaliknya kalau ibu tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi, maka dalam

diri bayi akan timbul rasa ketidakpercayaan kepada lingkungannya. Oleh karena

itu kadang-kadang bayi menangis bila di pangku oleh orang yang tidak

dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi

juga kepada benda asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan

sebagainya. Kalau menghadapi situasi-situasi tersebut seringkali bayi menangis.

       Pengalaman akan adanya suatu pengaturan timbal balik antara

peningkatan kemampuan bayi untuk menerima cara-cara pengasuhan ibu, secara
8



berangsur-angsur membantu anak mengimbangi keadaan tidak senang yang

disebabkan oleh ketidak matangan homeostatis yaitu kecenderungan bagi organ-

organ tubuh dan darah untuk mempertahankan diri agar tetap konstan yang

menyertai ia sejak lahir. Seiring dengan timbulnya rasa senang dalam diri bayi,

maka pada saat bangun ia berangsur-angsur menemukan bahwa panca inderanya

telah akrab dengan lingkungan. Bentuk-bentuk rasa senang dan orangorang yang

berkaitan dengan rasa senang itu, akan menjadi sama biasa seperti rasa sangat

tidak senang karena buang air besar. Oleh sebab itu, prestasi sosial pertama bayi

adalah kerelaannya membiarkan ibu hilang dari pandangan tanpa kecemasan dan

kemarahan, karena ibu sudah menjadi keastian batin dan kehadirannya kembali

sdah dapat dipastikan.

        Dengan demikian, bayi yang memiliki rasa percaya dalam dirinya

cenderung untuk memiliki rasa aman dan percaya diri untuk mengeksplorasi

lingkungan yang baru. Sebaliknya bayi yang memiliki rasa tidak percaya

(mistrust) cenderung tidak memiliki harapan-harapan positif.

2. Tahap Otonomi dan Perasaan Malu dan Ragu-ragu (Otonomy vs Shame

   and Duobt)

        Tahap ini merupakan tahap perkembangan psikososial yang berlangsung

pada akhir masa bayi dan masa baru pandai berjalan. Otonomi dibangun diatas

perkembangan kemampuan mental dan kemampuan motorik. Pada tahap ini, bayi

tidak hanya dapat berjalan, tetapi mereka juga dapat memanjat, membuka dan

menutup, menjatuhkan, menolak dan menarik, memegang dan melepaskan. Bayi

merasa bangga dengan prestasi ini dan ingin melakukan segala sesuatu sendiri,
9



apakah itu menyiram jamban, membuka bungkusan paket, atau memutuskan apa

yang akan dia makan. Selanjutnya, mereka juga dapat belajar mengendalikan otot

mereka dan dorongan keinginan diri mereka sendiri.

       Dengan demikian, setelah memperoleh kepercayaan dari pengasuh

mereka, bayi mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah milik mereka

sendiri. Mereka mulai menyatakan rasa mandiri atau otonomi mereka. Mereka

menyadari kemauan mereka. Pada tahap ini, bila orang tua selalu memberikan

dorongan kepada anak agar anak dapat berdiri di atas kedua kaki mereka sendiri,

sambil melatih kemampuan-kemampuan mereka, maka anak kan mampu

mengembangkan pengendalian atas otot, dorongan, lingkungan, dan diri sendiri

(otonom). Sebaliknya, jika orang tua cederung menuntut terlalu banyak atau

terlalu membatasi anak untuk menyelidiki lingkungannya, maka anak akan

mengalami rasa malu dan ragu-ragu yang berlebihan tentang kemampuan mereka

untuk mengendalikan diri mereka sendiri dan dunia mereka.

       Erikson yakin tahap otonomi vs rasa malu dan ragu-ragu memiliki

implikasi yang penting bagi perkembangan kemandirian dan identitas selama

masa remaja. Pengembangan otonomi selama tahun-tahunn balita memberi

remaja dorongan untuk menjadi individu yang mandiri, yang dapat memiliki dan

menentukan masa depan mereka sendiri.

3. Tahap Prakarsa dan Rasa Bersalah (Initiative vs Guilt)

       Yaitu tahap perkembangan psikososial ketiga yang berlangsung selama

tahun-tahun prasekolah. Pada tahap ini, anak terlihat sangat aktif, suka berlari,

berkelahi, memanjat-manjat, dan suka menantang lingkungannya. Dengan
10



menggunakan bahasa, fantasi, dan permainan khayalan, dia memperoleh perasaan

harga diri. Bila orang tua berusaha memahami, menjawab pertanyaan anak, dan

menerima keaktifan anak dalam bermain, maka anak akan belajar untuk

mendekati apa yang dia inginkan, dan perasaan inisiatif menjadi semakin kuat.

Sebaliknya, bila orang tua kurang memahami, kurang sabar, suka memberi

hukuman, dan menganggap bahwa pengajuan pertanyaan, bermain dan kegiatan-

kegiatan yang dilakukan anak tidak bermanfaat, maka anak akan merasa bersalah

dan menjadi enggan untuk mengambil inisiatif untuk mendekati apa yang

diinginkannya.

        Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan

initiative – guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan

kecakapan-kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi

karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami

kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan

bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat.

        Tahap ketiga ini juga dikatakan sebagai tahap kelamin-lokomotor

(genital-locomotor stage) atau yang biasa disebut tahap bermain. Tahap ini pada

suatu periode tertentu saat anak menginjak usia 3 sampai 5 atau 6 tahun, dan tugas

yang harus diemban seorang anak pada masa ini ialah untuk belajar punya

gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu melakukan kesalahan. Masa-masa bermain

merupakan masa di mana seorang anak ingin belajar dan mampu belajar terhadap

tantangan dunia luar, serta mempelajari kemampuan-kemampuan baru juga

merasa memiliki tujuan. Dikarenakan sikap inisiatif merupakan usaha untuk
11



menjadikan sesuatu yang belum nyata menjadi nyata, sehingga pada usia ini

orang tua dapat mengasuh anaknya dengan cara mendorong anak untuk

mewujudkan gagasan dan ide-idenya. Akan tetapi, semuanya akan terbalik

apabila tujuan dari anak pada masa genital ini mengalami hambatan karena dapat

mengembangkan suatu sifat yang berdampak kurang baik bagi dirinya yaitu

merasa berdosa dan pada klimaksnya mereka seringkali akan merasa bersalah

atau malah akan mengembangkan sikap menyalahkan diri sendiri atas apa yang

mereka rasakan dan lakukan.

        Ketidakpedulian (ruthlessness) merupakan hasil dari maladaptif yang

keliru, hal ini terjadi saat anak memiliki sikap inisiatif yang berlebihan namun

juga terlalu minim. Orang yang memiliki sikap inisiatif sangat pandai

mengelolanya, yaitu apabila mereka mempunyai suatu rencana baik itu mengenai

sekolah, cinta, atau karir mereka tidak peduli terhadap pendapat orang lain dan

jika ada yang menghalangi rencananya apa dan siapa pun yang harus dilewati dan

disingkirkan demi mencapai tujuannya itu. Akan tetapi bila anak saat berada pada

periode mengalami pola asuh yang salah yang menyebabkan anak selalu merasa

bersalah akan mengalami malignansi yaitu akan sering berdiam diri (inhibition).

Berdiam diri merupakan suatu sifat yang tidak memperlihatkan suatu usaha untuk

mencoba melakukan apa-apa, sehingga dengan berbuat seperti itu mereka akan

merasa terhindar dari suatu kesalahan.

        Kecenderungan atau krisis antara keduanya dapat diseimbangkan, maka

akan lahir suatu kemampuan psikososial adalah tujuan (purpose). Selain itu,

ritualisasi yang terjadi pada masa ini adalah masa dramatik dan impersonasi.
12



Dramatik dalam pengertiannya dipahami sebagai suatu interaksi yang terjadi pada

seorang anak dengan memakai fantasinya sendiri untuk berperan menjadi

seseorang yang berani. Sedangkan impersonasi dalam pengertiannya adalah suatu

fantasi    yang   dilakukan   oleh   seorang   anak     namun    tidak    berdasarkan

kepribadiannya.     Oleh   karena    itu,   rangakain   kata    yang     tepat   untuk

menggambarkan masa ini pada akhirnya bahwa keberanian, kemampuan untuk

bertindak tidak terlepas dari kesadaran dan pemahaman mengenai keterbatasan

dan kesalahan yang pernah dilakukan sebelumnya.

4. Tahap Kerajinan dan Rasa Redah Diri (Industry vs Inferiority)

          Tahap ini merupakan tahap psikososial keempat yang berlangsung kira-

kira pada tahun-tahun sekolah dasar. Pada tahun ini, anak mulai memasuki dunia

yang baru, yaitu sekolah dengan segala aturan dan tujuan. Anak mulai

mengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan

intelektual. Alat-alat permainan dan kegiatan bermain berangsur-angsur

digantikan oleh perhatian pada situasi-situasi produktif serta alat-alat yang dipakai

untuk bekerja. Akan tetapi, apabila anak tidak berhasil menguasai keterampilan

dan tugas-tugas yang dipilihnya atau oleh guru-guru dan orang tuanya, maka anak

akan mengembangkan perasaan rendah dirinya.

          Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya kecenderungan industry–

inferiority. Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa

ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan

untuk mengatahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di

pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya
13



kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan.

Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri.

       Tahap keempat ini dikatakan juga sebagai tahap laten yang terjadi pada

usia sekolah dasar antara umur 6 sampai 12 tahun. Salah satu tugas yang

diperlukan dalam tahap ini ialah adalah dengan mengembangkan kemampuan

bekerja keras dan menghindari perasaan rasa rendah diri. Saat anak-anak berada

tingkatan ini area sosialnya bertambah luas dari lingkungan keluarga merambah

sampai ke sekolah, sehingga semua aspek memiliki peran, misalnya orang tua

harus selalu mendorong, guru harus memberi perhatian, teman harus menerima

kehadirannya, dan lain sebagainya.

5. Tahap Identitas dan Kekacauan Identitas (Identity vs Identity

   Confusion)

       Tahap identitas dan kekacauan identitas ini merupakan tahap psikososial

yang kelima yang berlangsung selama tahun-tahun masa remaja yaitu usia kira-

kira 12-20 tahun. Tahap ini adalah tahap yang paling diberi penekanan oleh

Erikson karena tahap ini merupakan tahap peralihan dari masa anak-anak kemasa

dewasa. Peristiwa-peristiwa yang yang terjadi pada tahap ini sangat menentukan

perkembngan kepribadian masa dewasa.

       Pada tahap ini, anak dihadapkan degan pancarian jati diri. Ia mulai

merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri, perasaan bahwa ia adalah

individu unik. Ia mulai menyadari sifat-sifat yang melekat pada dirinya, seperti

kesukaan dan ketidaksukaannya, tujuan-tujuan yang diinginkan tercapai dimasa

mendatang, kekuatan dan hasrat untuk mengontrol kehidupannya sendiri, yang
14



siap memasuki suatu peran yang berati ditengah masyarakat, baik peran yang

bersifat menyesuaikan diri ditengah masyarakat, baik peran yang bersifat

menyesuaiakan diri maupun yang bersifat memperbaharui.

          Akan tetapi, karena peralihan yang sulit dari masa kanak-kanak ke masa

dewasa di satu pihak dan karena kepekaan terhadap perubahan sosial dan historis

dipihak lain, maka selama tahap pembentukan identitas ini seorang remaja

mungkin merasakan penderitaan paling dalam dibandingkan msa-masa lain

akibat kekacauan peranan ataupun kekacauan identitas. Bila krisis ini tidak segera

diatasi maka anak akan mengalami kebingungan peran atau kekecauan identitas,

yang dapat menyebabkan anak merasa terisolasi, cemas, hampa, dan bimbang.

Selama masa kekacauan identitas ini tingkah laku remaja tidak konsosten dan

tidak dapat diprediksikan. Pada satu saaat mungkin ia lebih tertutup terhadap

siapapun, karena takut ditolak atau dikecewakan. Namun pada saat lain ia

mungkin ingin menjadi pengikut ataupendinta dengan tidak memperdulikan

konsekuensi-konsekuensi dari komitmennya.

          Berdasar kondisi demikian, maka menurut Erikson salah satu tugas

perkembangan selama masa remaja adalah menyelesaikan krisis identitas,

sehingga diharapkan terbentuk suatu identitas diri yang stabil pada akhir msa

remaja.

6. Tahap Keintiman dan Isolasi (Intimacy vs Isolation)

          Tahap ini dimuai sekitar umur 20-24 tahun yaitu masa awal dewasa.

perkembangan psikososial keenam yang dialami individu selama tahun-tahun

awal masa dewasa. Jika pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang
15



kuat dengan kelompok sebayanya, maka tugas perkembangan individu pada masa

ini adalah membentuk relasi intim dengan orang lain. Menurut erikson, keintiman

tersebut biasanya menuntut perkembangan seksual yang mengarah pada

hubungan seksual dengan lawan jenis yang dicintai. Bahaya dari tidak tercapainya

keintiman selama tahap ini adalah isolasi, yakni kecenderungan menghindari

berhubungan secara intim dengan orang lain, kecuali dalam ingkup yang amat

terbatas.

        Keintiman dapat diartikan sebagai suatu kemampuan memperhatikan

orang lain dan membagi pengelaman dengan mereka. Orang yang tidak dapat

mejalin hubungan intim dengan orang lain akan terisolasi, menurut Erikson,

pembentukan hubungan intim ini merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh

orang yang memasuki masa dewasa. Pada masa dewasa ini, orang-orang telah

siap dan igin menyatukan identitasnya dengan orang lain. Mereka meenambakan

hubungan-hubungan yang intim dan akrab dilandasi dengan persaudaraan, serta

siap mengembangkan daya-daya yang idbutuhkan untuk memenuhi komitmen

sekalipun mungkin mereka harus berkorban untuk itu. Dalam suatu studi

ditunjukkan bahwa hubungan intim mempunyai pengaruh yang besar terhadap

perkembangan psikologis dan fisik seseorang, Orang-orang yang mempunyai

tempat unutk berbagi ide, perasaaan dan masalah, mereka lebih bahagia dan lebih

sehat dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki tempat untuk berbagi.

        Periode diperlihatkan dengan adanya hubungan spesial dengan orang lain

yang biasanya disebut dengan istilah pacaran guna memperlihatkan dan mencapai

kelekatan dan kedekatan dengan orang lain. Di mana muatan pemahaman dalam
16



kedekatan dengan orang lain mengandung arti adanya kerja sama yang terjalin

dengan orang lain. Akan tetapi, peristiwa ini akan memiliki pengaruh yang

berbeda apabila seseorang dalam tahap ini tidak mempunyai kemampuan untuk

menjalin relasi dengan orang lain secara baik sehingga akan tumbuh sifat merasa

terisolasi. Erikson menyebut adanya kecenderungan maladaptif yang muncul

dalam periode ini ialah rasa cuek, di mana seseorang sudah merasa terlalu bebas,

sehingga mereka dapat berbuat sesuka hati tanpa memperdulikan dan merasa

tergantung pada segala bentuk hubungan misalnya dalam hubungan dengan

sahabat, tetangga, bahkan dengan orang yang kita cintai/kekasih sekalipun.

Sementara dari segi lain/malignansi Erikson menyebutnya dengan keterkucilan,

yaitu kecenderungan orang untuk mengisolasi/menutup diri sendiri dari cinta,

persahabatan dan masyarakat, selain itu dapat juga muncul rasa benci dan dendam

sebagai bentuk dari kesendirian dan kesepian yang dirasakan.

       Oleh sebab itu, kecenderungan antara keintiman dan isoalasi harus

berjalan dengan seimbang guna memperoleh nilai yang positif yaitu cinta. Dalam

konteks teorinya, cinta berarti kemampuan untuk mengenyampingkan segala

bentuk perbedaan dan keangkuhan lewat rasa saling membutuhkan. Wilayah cinta

yang dimaksudkan di sini tidak hanya mencakup hubungan dengan kekasih

namun juga hubungan dengan orang tua, tetangga, sahabat, dan lain-lain.

7. Tahap Generativitas dan Stagnasi (Generativity vs Stagnation)

       Tahap ini merupakan tahap psikososial ketujuh yang dialami individu

selama pertengahan masa dewasa. Ciri utama tahap generativitas adalah perhatian

terhadap apa yang dihasilkan (keturunan, ide-ide, dan sebagainya) serta
17



pembentukan dan penetapan garis-garis pedoman untuk generasi mendatang.

Kepedulian seseorang terhadap pengembangan generasi muda inilah yang

diistilah oleh Erikson dengan “generativitas” . Apabila generativitas ini lemah

atau tidak diungkapkan, maka kepribadian akan mundur, mengalami pemiskinan

dan stagnasi.

        Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati

oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. Masa Dewasa

(Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity-stagnation. Sesuai

dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak

dari perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas,

kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat.

Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak

mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap

pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau mencapai hal–

hal tertentu ia mengalami hambatan.

        Apabila pada tahap pertama sampai dengan tahap ke enam terdapat tugas

untuk dicapai, demikian pula pada masa ini dan salah satu tugas untuk dicapai

ialah dapat mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu

(generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi). Generativitas adalah

perluasan cinta ke masa depan. Sifat ini adalah kepedulian terhadap generasi yang

akan datang. Melalui generativitas akan dapat dicerminkan sikap memperdulikan

orang lain. Pemahaman ini sangat jauh berbeda dengan arti kata stagnasi yaitu
18



pemujaan terhadap diri sendiri dan sikap yang dapat digambarkan dalam stagnasi

ini adalah tidak perduli terhadap siapapun.

        Maladaptif yang kuat akan menimbulkan sikap terlalu peduli, sehingga

mereka tidak punya waktu untuk mengurus diri sendiri. Selain itu malignansi

yang ada adalah penolakan, di mana seseorang tidak dapat berperan secara baik

dalam lingkungan kehidupannya akibat dari semua itu kehadirannya ditengah-

tengah area kehiduannya kurang mendapat sambutan yang baik.

8. Tahap Integritas dan Keputusasaan (Integrity vs Despair)

        Tahap ini merupakan tahap kedelapan yang dialami individu selama akhir

masa dewasa. Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang

dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda, orang-orang, produk-produk

dan ide-ide serta setelah berhasil melakukan penyesuaian diri dengan berbagai

keberhasilan dan kegagalan dalam kehidupannya. Integritas terjadi pada tahun-

tahun terakhir kehidupannya menoleh ke belakang dan mengevaluasi apa yang

telah dilakukan dalam hidupnya selama ini, menerima dan menyesuaikan diri

dengan keberhasilan, dan kegagalan yang dialaminya, merasa aman dan tentram,

serta menikmati hidup sebagai yang berharga dan layak.

        Lawan dari integritas adalah keputus asaan tertentu dalam menghadapi

perubahan-perubahan siklus kehidupan individu, terhadap kondisi-kondisi sosial

dan historis, ditambah dengan kefanaan hidup menjelang kematian. Kondisi ini

daat memperburuk perasaaan bahwa kehidupan ini tidak berarti, bahwa ajal sudah

dekat dan ketakutan akan kematian. Seseorang yang berhasil menangani masalah

yang timbuk pada setiap tahap kehidupan sebelumnya, maka dia akan
19



mendapatkan erasaan yang utuh atau integritas. Sebaliknya, seseorang tua yang

meninjau kembali terhadap kehidupannya silam dengan penuh penyesalan,

menilai kehidupan sebagai suatu rangkaian hilangnya kesemapatan dan

kegagalan, maka pada tahu-tahun akhir kehidupan ini merupakan tahun-tahun

yang penuh dengan keputusasaan.
20



                                   BAB III

                                 PENUTUP



A. Kesimpulan

          Dari pembahasan diatas, dapat kita ketahui beberapa poin penting dari isi

  makalah ini, yaitu:

  1. Erik H. Erikson adalah salah seorang toritisi ternama dalam bidang

     perkembangan rentang-hidup, ia juga memiliki kontribusi yang banyak dalam

     bidang psikologi terutama pada pengembangan anak dan krisis identitas, yaitu

     tentang perkembangan psikososial. Erik H. Erikson lahir di Franfrurt Jerman,

     pada tanggal 15 Juni 1902, ayahnya bernama Danis yang telah meninggal

     dunia sebelum ia lahir.

  2. Perkembangan psikosoial adalah tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir

     sampai mati dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan

     suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis,

     perkembangan psikososial juga berhubungan dengan perubahan-perubahan

     perasaan atau emosi dan kepribadian serta perubahan dalam bagaimana

     individu berhubungan dengan orang lain.

  3. Menurut teori psikososial Erikson, perkembangan manusia dibedakan

     berdasarkan kualitas ego dalam delapan tahap perkembangan, yaitu:




                                     20
21



No.                Tahap Psikososial                  Usia Kira-Kira
1.    Kepercayaan Vs. Ketidakpercayaan (Trust       Lahir-1 tahun (masa
                      Vs. Mistrust)                         bayi)
2.     Otonomi Vs Rasa Malu Dan Ragu-Ragu             1-3 tahun (masa
          (Autonomy Vs Shame And Doubt)                 kanak-kanak)
3.     Inisiatif Vs. Rasa Bersalah (Initiative Vs   4-5 tahun (masa pra-
                          Guilt)                          sekolah )
4.    Ketekunan Vs Rasa Rendah Diri (Industry         6-11 tahun (masa
                     Vs Inferiority)                   sekolah dasar)
5.        Identitas Dan Kekacauan Identitas          12-20 tahun (masa
            (Identity Vs Identity Confusion)               remaja)
6.       Keintiman Dan Isolasi (Intimacy Vs          20-24 tahun (masa
                       Isolation)                       awal dewasa)
7.     Generativitas Dan Stagnasi (Generativity      25-65 tahun (masa
                     Vs Stagnation)                 pertengahan dewasa)
8.    Integritas Dan Keputusasaan (Integrity Vs     65 tahun-mati (masa
                        Despair)                        akhir dewasa)
22



                                DAFTAR PUSTAKA


Desmita. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2011.

Erikson. 1989. Identitas dan Siklus Hidup Manusia, terj. Agus Cremes. Jakarta:

       Gramedia

Hall, Calvin S. & Lindzey Gardner. Theories of Personality, terj. A. Supratiknya,

       Yogyakarta: Kanisius, 1993.

http://erik-erikson-download.htm/ diakses 20 Nopember 2012 pukul 15.00 WIB

http://www.haveford.edu/psych/ddavis/p1099/erikson.stages.htm/     diakses     20

       Nopember 2012 pukul 15.00 WIB

Jhon W. Santrock, Life-Span Development, University of Texas at Dallas, 1995

Psikologi Perkembangan Anak Didik. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009.

Sarlito W Sarwono, Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh Psikologi, Bulan

       Bintang, Jakarta, 2002

Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, Gunung Mulia, Jakarta,

       1990.

Sunarto & Agung Hartono. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.

       2006.
23



                               KATA PENGANTAR



       Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul:
Perkembangan Psikososial.

       Penulisan makalah ini merupakan salah satu syarat yang harus diselesaikan
dalam mengikuti mata kuliah Perkembangan Peserta Didik Semester III di STKIP
“Tapanuli Selatan” Padangsidimpuan Tahun Ajaran 2012/2013.

       Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak mengalami kesulitan dan
hambatan yang disebabkan keterbatasan, kekurangan dan kelemahan penulis. Namun
berkat bantuan dan bimbingan serta kerja sama dari teman-teman sekelompok maka
makalah ini dapat terselesaikan.

       Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari
pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

       Akhirnya penulis ucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua
pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.



                                             Padangsidimpuan,   Nopember 2012

                                                         Penulis,



                                                      KELOMPOK II




                                       i
24



                                                     DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ...................................................................................                   i
DAFTAR ISI ..................................................................................................       ii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................                     1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................               1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................             2
C. Tujuan .......................................................................................................    2

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................                    3
A. Biografi Singkat Erik H. Erikson (1902-1994) .........................................                            3
B. Teori Perkembangan Psikososial Erik H. Erikson ....................................                               4
C. Tahap-Tahap Perkembangan Psikososial Erik H. Erikson .......................                                      6
   1. Tahap Kepercayaan dan Ketidakpercayaan (Trust vs Mistrust) .........                                           6
   2. Tahap Otonomi dan Perasaan Malu dan Ragu-Ragu (Otonomy vs
      Shame and Doubt) ...............................................................................               8
   3. Tahap Prakarsa dan Rasa Bersalah (Initiate vs Guilt) .........................                                 9
   4. Tahap Kerajinan dan Rasa Rendah Diri (Industry vs Inferiority) .......                                        12
   5. Tahap Identitas dan Kekacauan Identitas (Identity vs Identity
      Confusion) ...........................................................................................        13
   6. Tahap Keintiman dan Isolasi (Intimacy vs Isolation) .........................                                 14
   7. Tahap Generativitas dan Stagnasi (Generativity vs Stagnation) .........                                       16
   8. Tahap Integritas dan Keputusasaan (Integrity vs Despair) .................                                    18

BAB III PENUTUP .......................................................................................             20
A. Kesimpulan ...............................................................................................       20

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................                 22




                                                             ii
25



                     MAKALAH

    PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL

         Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi
             Tugas Mata Kuliah Perkembangan
              Peserta Didik Semester III Pada
                STKIP “Tapanuli Selatan”
                     Padangsidimpuan


                        OLEH

                   KELOMPOK II

                       NAMA :

   DOSEN PEMBIMBING : TAMIM RITONGA, M.Pd




SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
         (STKIP) “TAPANULI SELATAN”
              PADANGSIDIMPUAN
                     2012

More Related Content

What's hot

Pandangan psikoanalitik tentang hakekat manusia
Pandangan psikoanalitik tentang hakekat manusiaPandangan psikoanalitik tentang hakekat manusia
Pandangan psikoanalitik tentang hakekat manusiaLia Oktafiani
 
Persepsi sosial dan kognisi sosial
Persepsi sosial dan kognisi sosialPersepsi sosial dan kognisi sosial
Persepsi sosial dan kognisi sosialkkepyy
 
Teori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav JungTeori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav JungRatih Aini
 
TEORI KEPRIBADIAN HUMANISTIK MENURUT ABRAHAM MASLOW
TEORI KEPRIBADIAN HUMANISTIK MENURUT ABRAHAM MASLOWTEORI KEPRIBADIAN HUMANISTIK MENURUT ABRAHAM MASLOW
TEORI KEPRIBADIAN HUMANISTIK MENURUT ABRAHAM MASLOWNur Arifaizal Basri
 
Tokoh Psikoanalisa
Tokoh PsikoanalisaTokoh Psikoanalisa
Tokoh PsikoanalisaLevi Rolan
 
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadianPsikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadianAfra Balqis
 
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia Dini
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia DiniPemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia Dini
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia DiniMichelle Rumawir
 
Teori Psikoanalisa (sigmund freud)
Teori Psikoanalisa (sigmund freud)Teori Psikoanalisa (sigmund freud)
Teori Psikoanalisa (sigmund freud)Dina Haya Sufya
 
Dinamika Kepribadian Sigmund Freud
Dinamika Kepribadian Sigmund FreudDinamika Kepribadian Sigmund Freud
Dinamika Kepribadian Sigmund Freudelmakrufi
 
Psikologi Analitis: Carl Jung
Psikologi Analitis: Carl JungPsikologi Analitis: Carl Jung
Psikologi Analitis: Carl JungAsma Khairani
 
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi BaratPsikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi BaratHaristian Sahroni Putra
 
Psikologi islami
Psikologi islamiPsikologi islami
Psikologi islamikholidi14
 
Psikologi perkembangan dewasa
Psikologi perkembangan dewasaPsikologi perkembangan dewasa
Psikologi perkembangan dewasaAstri Firdasannah
 
PPT. Perkembangan masa dewasa dan lanjut usia
PPT. Perkembangan masa dewasa dan lanjut usiaPPT. Perkembangan masa dewasa dan lanjut usia
PPT. Perkembangan masa dewasa dan lanjut usiaROSIDAKUSFAJARINI
 
Prinsip Perkembangan dan Pertumbuhan
Prinsip Perkembangan dan PertumbuhanPrinsip Perkembangan dan Pertumbuhan
Prinsip Perkembangan dan PertumbuhanUnnes
 

What's hot (20)

Psikologi Kepribadian HANS EYSENCK
Psikologi Kepribadian HANS EYSENCKPsikologi Kepribadian HANS EYSENCK
Psikologi Kepribadian HANS EYSENCK
 
Pandangan psikoanalitik tentang hakekat manusia
Pandangan psikoanalitik tentang hakekat manusiaPandangan psikoanalitik tentang hakekat manusia
Pandangan psikoanalitik tentang hakekat manusia
 
Persepsi sosial dan kognisi sosial
Persepsi sosial dan kognisi sosialPersepsi sosial dan kognisi sosial
Persepsi sosial dan kognisi sosial
 
Teori Vygotsky
Teori VygotskyTeori Vygotsky
Teori Vygotsky
 
Teori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav JungTeori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav Jung
 
TEORI KEPRIBADIAN HUMANISTIK MENURUT ABRAHAM MASLOW
TEORI KEPRIBADIAN HUMANISTIK MENURUT ABRAHAM MASLOWTEORI KEPRIBADIAN HUMANISTIK MENURUT ABRAHAM MASLOW
TEORI KEPRIBADIAN HUMANISTIK MENURUT ABRAHAM MASLOW
 
Tokoh Psikoanalisa
Tokoh PsikoanalisaTokoh Psikoanalisa
Tokoh Psikoanalisa
 
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadianPsikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
 
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia Dini
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia DiniPemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia Dini
Pemikiran tokoh-tokoh dan Teori mengenai Pendidikan Anak Usia Dini
 
Isu-Isu Perkembangan
Isu-Isu PerkembanganIsu-Isu Perkembangan
Isu-Isu Perkembangan
 
Teori Psikoanalisa (sigmund freud)
Teori Psikoanalisa (sigmund freud)Teori Psikoanalisa (sigmund freud)
Teori Psikoanalisa (sigmund freud)
 
Dinamika Kepribadian Sigmund Freud
Dinamika Kepribadian Sigmund FreudDinamika Kepribadian Sigmund Freud
Dinamika Kepribadian Sigmund Freud
 
Psikologi Analitis: Carl Jung
Psikologi Analitis: Carl JungPsikologi Analitis: Carl Jung
Psikologi Analitis: Carl Jung
 
Emosi
EmosiEmosi
Emosi
 
Gordon Allport
Gordon AllportGordon Allport
Gordon Allport
 
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi BaratPsikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
 
Psikologi islami
Psikologi islamiPsikologi islami
Psikologi islami
 
Psikologi perkembangan dewasa
Psikologi perkembangan dewasaPsikologi perkembangan dewasa
Psikologi perkembangan dewasa
 
PPT. Perkembangan masa dewasa dan lanjut usia
PPT. Perkembangan masa dewasa dan lanjut usiaPPT. Perkembangan masa dewasa dan lanjut usia
PPT. Perkembangan masa dewasa dan lanjut usia
 
Prinsip Perkembangan dan Pertumbuhan
Prinsip Perkembangan dan PertumbuhanPrinsip Perkembangan dan Pertumbuhan
Prinsip Perkembangan dan Pertumbuhan
 

Viewers also liked

hambatan-hambatan perkembangan mata kuliah psikologi perkembangan STAIN Salatiga
hambatan-hambatan perkembangan mata kuliah psikologi perkembangan STAIN Salatigahambatan-hambatan perkembangan mata kuliah psikologi perkembangan STAIN Salatiga
hambatan-hambatan perkembangan mata kuliah psikologi perkembangan STAIN SalatigaALphind's Adaadaaja
 
makalah hasil observasi model pendidikan akhlak
makalah hasil observasi model pendidikan akhlakmakalah hasil observasi model pendidikan akhlak
makalah hasil observasi model pendidikan akhlakHafidzotul Millah
 
Perkembangan Kepribadian dan Perilaku Manusia
Perkembangan Kepribadian dan Perilaku ManusiaPerkembangan Kepribadian dan Perilaku Manusia
Perkembangan Kepribadian dan Perilaku Manusiapjj_kemenkes
 
Konsep kebutuhan psikososial,sexual dan spiritual
Konsep kebutuhan psikososial,sexual dan spiritualKonsep kebutuhan psikososial,sexual dan spiritual
Konsep kebutuhan psikososial,sexual dan spiritualpjj_kemenkes
 
Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)
Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)
Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)atone_lotus
 
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIKASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIKTatimatus Solihah
 

Viewers also liked (8)

hambatan-hambatan perkembangan mata kuliah psikologi perkembangan STAIN Salatiga
hambatan-hambatan perkembangan mata kuliah psikologi perkembangan STAIN Salatigahambatan-hambatan perkembangan mata kuliah psikologi perkembangan STAIN Salatiga
hambatan-hambatan perkembangan mata kuliah psikologi perkembangan STAIN Salatiga
 
makalah hasil observasi model pendidikan akhlak
makalah hasil observasi model pendidikan akhlakmakalah hasil observasi model pendidikan akhlak
makalah hasil observasi model pendidikan akhlak
 
KONSELING LINTAS BUDAYA
KONSELING LINTAS BUDAYAKONSELING LINTAS BUDAYA
KONSELING LINTAS BUDAYA
 
Makalah perkembangan perilaku dan kepribadian
Makalah perkembangan perilaku dan kepribadianMakalah perkembangan perilaku dan kepribadian
Makalah perkembangan perilaku dan kepribadian
 
Perkembangan Kepribadian dan Perilaku Manusia
Perkembangan Kepribadian dan Perilaku ManusiaPerkembangan Kepribadian dan Perilaku Manusia
Perkembangan Kepribadian dan Perilaku Manusia
 
Konsep kebutuhan psikososial,sexual dan spiritual
Konsep kebutuhan psikososial,sexual dan spiritualKonsep kebutuhan psikososial,sexual dan spiritual
Konsep kebutuhan psikososial,sexual dan spiritual
 
Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)
Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)
Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)
 
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIKASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
 

Similar to Teori Erikson

Teori perkembangan kepribadian
Teori perkembangan kepribadianTeori perkembangan kepribadian
Teori perkembangan kepribadianObi Nugroho
 
Pertemuan ke-12 Erik H.Erikson
Pertemuan ke-12  Erik H.EriksonPertemuan ke-12  Erik H.Erikson
Pertemuan ke-12 Erik H.EriksonVivia Maya Rafica
 
Modul 2 psikologi perkembangan sosial-emosional
Modul 2 psikologi perkembangan sosial-emosionalModul 2 psikologi perkembangan sosial-emosional
Modul 2 psikologi perkembangan sosial-emosionalRizka Supriyanti
 
TEORI PERKEMBANGAN MENURUT ERICKSON_PPD Kelompok 3.pptx
TEORI PERKEMBANGAN MENURUT ERICKSON_PPD Kelompok 3.pptxTEORI PERKEMBANGAN MENURUT ERICKSON_PPD Kelompok 3.pptx
TEORI PERKEMBANGAN MENURUT ERICKSON_PPD Kelompok 3.pptxPingkanWewengkang1
 
Teori teori psikologi perkembangan
Teori teori psikologi perkembanganTeori teori psikologi perkembangan
Teori teori psikologi perkembangan11111044
 
Sejarah,definisi, ruang Lingkup psikologi pendidikan
Sejarah,definisi, ruang Lingkup psikologi pendidikanSejarah,definisi, ruang Lingkup psikologi pendidikan
Sejarah,definisi, ruang Lingkup psikologi pendidikanمحمد خيرى
 
Teori teori psikologi perkembangan
Teori teori psikologi perkembanganTeori teori psikologi perkembangan
Teori teori psikologi perkembanganKhalifatul Haq
 
TM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.ppt
TM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.pptTM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.ppt
TM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.pptNanang638977
 
TM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.ppt
TM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.pptTM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.ppt
TM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.pptRahmaAriLestari
 
TM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.ppt
TM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.pptTM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.ppt
TM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.pptToniPenuam
 
TM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.ppt
TM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.pptTM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.ppt
TM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.pptMayaLatifahRy
 
TM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.ppt
TM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.pptTM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.ppt
TM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.ppthein30
 
Syarifudin, mapping theory dakwah dan komunikasi
Syarifudin, mapping theory dakwah dan komunikasiSyarifudin, mapping theory dakwah dan komunikasi
Syarifudin, mapping theory dakwah dan komunikasiSyarifudin Amq
 
Syarifudin, mapping theory dakwah dan komunikasi
Syarifudin, mapping theory dakwah dan komunikasiSyarifudin, mapping theory dakwah dan komunikasi
Syarifudin, mapping theory dakwah dan komunikasiSyarifudin Amq
 
Syarifudin ambon, mapping theory dakwah dan komunikasi
Syarifudin ambon, mapping theory dakwah dan komunikasiSyarifudin ambon, mapping theory dakwah dan komunikasi
Syarifudin ambon, mapping theory dakwah dan komunikasiSyarifudin Amq
 
Psikologi Pendidikan (teori perkembangan individu) Sifat Anak pada masa terte...
Psikologi Pendidikan (teori perkembangan individu) Sifat Anak pada masa terte...Psikologi Pendidikan (teori perkembangan individu) Sifat Anak pada masa terte...
Psikologi Pendidikan (teori perkembangan individu) Sifat Anak pada masa terte...PuputPamela
 
Teori perkembangan,Perkembangan peserta didik.ridhoprawira.fip unimed.
Teori perkembangan,Perkembangan peserta didik.ridhoprawira.fip unimed.Teori perkembangan,Perkembangan peserta didik.ridhoprawira.fip unimed.
Teori perkembangan,Perkembangan peserta didik.ridhoprawira.fip unimed.Ridho Prawira
 

Similar to Teori Erikson (20)

Teori perkembangan kepribadian
Teori perkembangan kepribadianTeori perkembangan kepribadian
Teori perkembangan kepribadian
 
Erik Erikson.pptx
Erik Erikson.pptxErik Erikson.pptx
Erik Erikson.pptx
 
Pertemuan ke-12 Erik H.Erikson
Pertemuan ke-12  Erik H.EriksonPertemuan ke-12  Erik H.Erikson
Pertemuan ke-12 Erik H.Erikson
 
Teori erikson
Teori eriksonTeori erikson
Teori erikson
 
Modul 2 psikologi perkembangan sosial-emosional
Modul 2 psikologi perkembangan sosial-emosionalModul 2 psikologi perkembangan sosial-emosional
Modul 2 psikologi perkembangan sosial-emosional
 
TEORI PERKEMBANGAN MENURUT ERICKSON_PPD Kelompok 3.pptx
TEORI PERKEMBANGAN MENURUT ERICKSON_PPD Kelompok 3.pptxTEORI PERKEMBANGAN MENURUT ERICKSON_PPD Kelompok 3.pptx
TEORI PERKEMBANGAN MENURUT ERICKSON_PPD Kelompok 3.pptx
 
Teori teori psikologi perkembangan
Teori teori psikologi perkembanganTeori teori psikologi perkembangan
Teori teori psikologi perkembangan
 
Bab 1 psikobang
Bab 1 psikobangBab 1 psikobang
Bab 1 psikobang
 
Sejarah,definisi, ruang Lingkup psikologi pendidikan
Sejarah,definisi, ruang Lingkup psikologi pendidikanSejarah,definisi, ruang Lingkup psikologi pendidikan
Sejarah,definisi, ruang Lingkup psikologi pendidikan
 
Teori teori psikologi perkembangan
Teori teori psikologi perkembanganTeori teori psikologi perkembangan
Teori teori psikologi perkembangan
 
TM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.ppt
TM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.pptTM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.ppt
TM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.ppt
 
TM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.ppt
TM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.pptTM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.ppt
TM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.ppt
 
TM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.ppt
TM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.pptTM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.ppt
TM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.ppt
 
TM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.ppt
TM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.pptTM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.ppt
TM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.ppt
 
TM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.ppt
TM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.pptTM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.ppt
TM_8,9_Pertumbuhan_dan_Perkembangan_Manusia.ppt
 
Syarifudin, mapping theory dakwah dan komunikasi
Syarifudin, mapping theory dakwah dan komunikasiSyarifudin, mapping theory dakwah dan komunikasi
Syarifudin, mapping theory dakwah dan komunikasi
 
Syarifudin, mapping theory dakwah dan komunikasi
Syarifudin, mapping theory dakwah dan komunikasiSyarifudin, mapping theory dakwah dan komunikasi
Syarifudin, mapping theory dakwah dan komunikasi
 
Syarifudin ambon, mapping theory dakwah dan komunikasi
Syarifudin ambon, mapping theory dakwah dan komunikasiSyarifudin ambon, mapping theory dakwah dan komunikasi
Syarifudin ambon, mapping theory dakwah dan komunikasi
 
Psikologi Pendidikan (teori perkembangan individu) Sifat Anak pada masa terte...
Psikologi Pendidikan (teori perkembangan individu) Sifat Anak pada masa terte...Psikologi Pendidikan (teori perkembangan individu) Sifat Anak pada masa terte...
Psikologi Pendidikan (teori perkembangan individu) Sifat Anak pada masa terte...
 
Teori perkembangan,Perkembangan peserta didik.ridhoprawira.fip unimed.
Teori perkembangan,Perkembangan peserta didik.ridhoprawira.fip unimed.Teori perkembangan,Perkembangan peserta didik.ridhoprawira.fip unimed.
Teori perkembangan,Perkembangan peserta didik.ridhoprawira.fip unimed.
 

More from Mara Sutan Siregar

Ara membuat seleksi rambut pada photoshop dengan detil
Ara membuat seleksi rambut pada photoshop dengan detilAra membuat seleksi rambut pada photoshop dengan detil
Ara membuat seleksi rambut pada photoshop dengan detilMara Sutan Siregar
 
Efek grid pada foto tamara bleszynski
Efek grid pada foto tamara bleszynskiEfek grid pada foto tamara bleszynski
Efek grid pada foto tamara bleszynskiMara Sutan Siregar
 
Langkah pembuatan efek bayangan di air
Langkah pembuatan efek bayangan di airLangkah pembuatan efek bayangan di air
Langkah pembuatan efek bayangan di airMara Sutan Siregar
 
Langkah pembuatan seleksi dengan menggunakan channel
Langkah pembuatan seleksi dengan menggunakan channelLangkah pembuatan seleksi dengan menggunakan channel
Langkah pembuatan seleksi dengan menggunakan channelMara Sutan Siregar
 
Membuat animasi berubah bentuk dengan photoshop
Membuat animasi berubah bentuk dengan photoshopMembuat animasi berubah bentuk dengan photoshop
Membuat animasi berubah bentuk dengan photoshopMara Sutan Siregar
 
Membuat anyaman dari foto dengan photoshop tentunya
Membuat anyaman dari foto dengan photoshop tentunyaMembuat anyaman dari foto dengan photoshop tentunya
Membuat anyaman dari foto dengan photoshop tentunyaMara Sutan Siregar
 
Membuat efek bola kristal dengan mudah
Membuat efek bola kristal dengan mudahMembuat efek bola kristal dengan mudah
Membuat efek bola kristal dengan mudahMara Sutan Siregar
 
Membuat efek foto 1000 bayangan
Membuat efek foto 1000 bayanganMembuat efek foto 1000 bayangan
Membuat efek foto 1000 bayanganMara Sutan Siregar
 
Membuat effect keren dalam 1 menit
Membuat effect keren dalam 1 menitMembuat effect keren dalam 1 menit
Membuat effect keren dalam 1 menitMara Sutan Siregar
 
Membuat wallpaper dian sastro pake efek futuristik
Membuat wallpaper dian sastro pake efek futuristikMembuat wallpaper dian sastro pake efek futuristik
Membuat wallpaper dian sastro pake efek futuristikMara Sutan Siregar
 

More from Mara Sutan Siregar (20)

Tutorial microsoft excel_2007
Tutorial microsoft excel_2007Tutorial microsoft excel_2007
Tutorial microsoft excel_2007
 
Tutorial microsoft office
Tutorial microsoft officeTutorial microsoft office
Tutorial microsoft office
 
Word 2010 tutorial
Word 2010 tutorialWord 2010 tutorial
Word 2010 tutorial
 
Ara membuat seleksi rambut pada photoshop dengan detil
Ara membuat seleksi rambut pada photoshop dengan detilAra membuat seleksi rambut pada photoshop dengan detil
Ara membuat seleksi rambut pada photoshop dengan detil
 
Edit foto
Edit fotoEdit foto
Edit foto
 
Efek dream photoshop
Efek dream photoshopEfek dream photoshop
Efek dream photoshop
 
Efek foto terbakar
Efek foto terbakarEfek foto terbakar
Efek foto terbakar
 
Efek grid pada foto tamara bleszynski
Efek grid pada foto tamara bleszynskiEfek grid pada foto tamara bleszynski
Efek grid pada foto tamara bleszynski
 
Fire man
Fire manFire man
Fire man
 
Lady in the fire
Lady in the fireLady in the fire
Lady in the fire
 
Langkah pembuatan efek bayangan di air
Langkah pembuatan efek bayangan di airLangkah pembuatan efek bayangan di air
Langkah pembuatan efek bayangan di air
 
Langkah pembuatan seleksi dengan menggunakan channel
Langkah pembuatan seleksi dengan menggunakan channelLangkah pembuatan seleksi dengan menggunakan channel
Langkah pembuatan seleksi dengan menggunakan channel
 
Membuat animasi berubah bentuk dengan photoshop
Membuat animasi berubah bentuk dengan photoshopMembuat animasi berubah bentuk dengan photoshop
Membuat animasi berubah bentuk dengan photoshop
 
Membuat anyaman dari foto dengan photoshop tentunya
Membuat anyaman dari foto dengan photoshop tentunyaMembuat anyaman dari foto dengan photoshop tentunya
Membuat anyaman dari foto dengan photoshop tentunya
 
Membuat efek bola kristal dengan mudah
Membuat efek bola kristal dengan mudahMembuat efek bola kristal dengan mudah
Membuat efek bola kristal dengan mudah
 
Membuat efek foto 1000 bayangan
Membuat efek foto 1000 bayanganMembuat efek foto 1000 bayangan
Membuat efek foto 1000 bayangan
 
Membuat effect keren dalam 1 menit
Membuat effect keren dalam 1 menitMembuat effect keren dalam 1 menit
Membuat effect keren dalam 1 menit
 
Membuat kayak foto beneran
Membuat kayak foto beneranMembuat kayak foto beneran
Membuat kayak foto beneran
 
Membuat wallpaper dian sastro pake efek futuristik
Membuat wallpaper dian sastro pake efek futuristikMembuat wallpaper dian sastro pake efek futuristik
Membuat wallpaper dian sastro pake efek futuristik
 
Memperhalus kulit dengan
Memperhalus kulit denganMemperhalus kulit dengan
Memperhalus kulit dengan
 

Teori Erikson

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan merupakan proses perubahan secara progress baik secara fisik maupun non fisik menuju kesempurnaan. Perkembangan secara fisik merupakan perkembangan yang terjadi pada aspek-aspek biologis seorang individu. Sedangkan perkembangan non fisik didalamnya terdapat perkembangan emosi, perkembangan kognitif, dan perkembangan pada aspek sosial peserta didik. Peserta didik sebagai makhluk sosial membutuhkan peran lingkungannya atau bantuan dari orang lain untuk dapat tumbuh kembang menjadi manusia yang utuh. Dalam perkembangannya, pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah karena interaksi dan saling berpengaruh antar sesama peserta didik maupun dengan proses sosialisasi. Dalam psikologi perkembangan, banyak dibahas mengenai bagaimana tahap perkembangan sosial anak, diantara tokoh yang memberi kontribusi dalam hal ini adalah teori perkembangan psikososial Erik H. Erikson. Erikson mengatakan bahwa istilah “psikososial” dalam kaitannya dengan perkembangan manusia berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai mati dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. Adapun tahap-tahap perkembangan psikososialnya dibagi menjadi delapan tahap berdasarkan kualitas 1
  • 2. 2 ego, yaitu empat tahap pertama terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak, tahap kedua pada masa adolesen, dan tiga terakhir pada masa dewasa dan usia tua. Penjelasan lebih rinci mengenai konsep perkembangan teori psikososial Erik H. Erikson beserta tahap-tahap perkembangannya akan dijelaskan pada pembahasan berikutnya. Semoga bermanfaat. B. Rumusan Masalah Beberapa hal penting yang akan dibahas dalam makalah ini adalah: 1. Bagaimana biografi singkat Erik H. Erikson? 2. Bagaimana teori perkembangan psikososial Erikson? 3. Bagaimana tahap-tahap perkembangan psikososial Erik H. Erikson? C. Tujuan Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah pembaca mampu: 1. Mengetahui biografi singkat Erik H. Erikson 2. Mengetahui teori perkembangan psikososial Erikson 3. Mengetahui tahap-tahap perkembangan psikososial Erik H. Erikson
  • 3. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Biografi Singkat Erik H. Erikson (1902-1994) Erik Homburger Erikson adalah salah seorang toritisi ternama dalam bidang perkembangan rentang-hidup, ia juga memiliki kontribusi yang banyak dalam bidang psikologi terutama pada pengembangan anak dan krisis identitas.Ia lahir di Franfrurt Jerman, pada tanggal 15 Juni 1902. Ayahnya bernama Danis, telah meninggal dunia sebelum ia lahir. Hingga akhirnya pada saat remaja, ibunya (yang seorang Yahudi) menikah lagi dengan psikiater yang bernama Dr. Theodor Homberger. Semasa kecilnya, Erikson dikenal sebagai anak yang tidak pandai, ia tidak menyukai pendidikan formal, sebaliknya ia lebih dikenal sebagai seseorang yang menyukai pengembaraan. Bagaimanapun ia tetap menempuh pendidikan formal tetapi gagal meneruskan program diplomanya. Tetapi perjalanan Erikson ke beberapa negara dan perjumpaannya dengan beberapa penggiat ilmu menjadikannya seorang ilmuwan sekaligus seniman yang diperhitungkan. Pertama, ia berjumpa dengan ahli analisa jiwa dari Austria yaitu Anna Freud. Atas dorongan Anna Freud, ia mulai mempelajari ilmu jiwa di Vienna Psychoanalytic Institute, kemudian ia mengkhususkan diri dalam psikoanalisa anak. Akhirnya pada tahun 1960 ia dianugerahi gelar profesor dari Universitas Harvard. 3
  • 4. 4 Setelah menghabiskan waktu dalam perjalanan panjangnya di Eropa Pada tahun 1933 ia kemudian berpindah ke USA dan kemudian ditawari untuk mengajar di Harvad Medical School. Selain itu ia memiliki pratek mandiri tentang psiko analisis anak. Terakhir, ia menjadi pengajar pada Universitas California di Berkeley, Yale, San Francisco Psychoanalytic Institute, Austen Riggs Center, dan Center for Advanced Studies of Behavioral Sciences. Selama periode ini Erikson menjadi tertarik akan pengaruh masyarakat dan kultur terhadap perkembangan anak. Ia belajar dari kelompok anak-anak Amerika asli untuk membantu merumuskan teori-teorinya. Berdasarkan studinya ini, membuka peluang baginya untuk menghubungkan pertumbuhan kepribadian yang berkenaan dengan orangtua dan nilai kemasyarakatan. Buku pertamanya adalah Childhood dan Society (1950), yang menjadi salah satu buku klasik di dalam bidang ini. Saat ia melanjut pekerjaan klinisnya dengan anak-anak muda, Erikson mengembangkan konsep krisis perasaan dan identitas sebagai suatu konflik yang tak bisa diacuhkan pada masa remaja. Buku- buku karyanya antara lain yaitu: Young Man Luther (1958), Insight and Responsibility (1964), Identity (1968), Gandhi’s Truth (1969): yang menang pada Pulitzer Prize and a National Book Award dan Vital Involvement in Old Age (1986). B. Teori Perkembangan Psikososial Erik H. Erikson Istilah “psikososial” dalam kaitannya dengan perkembangan manusia berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai mati dibentuk
  • 5. 5 oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. Perkembangan psikososial juga bisa diartikan berhubungan dengan perubahan-perubahan perasaan atau emosi dan kepribadian serta perubahan dalam bagaimana individu berhubungan dengan orang lain. Teori perkembangan kepribadian yang dikemukakan Erik H. Erikson merupakan salah satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi. Bersama dengan Sigmund Freud, Erikson mendapat posisi penting dalam psikologi. Hal ini dikarenakan ia menjelaskan tahap perkembangan manusia mulai dari lahir hingga lanjut usia, satu hal yang tidak dilakukan oleh Freud. Selain itu karena Freud lebih banyak berbicara dalam wilayah ketidaksadaran manusia, teori Erikson yang membawa aspek kehidupan sosial dan fungsi budaya dianggap lebih realistis. Erikson dalam membentuk teorinya secara baik, sangat berkaitan erat dengan kehidupan pribadinya dalam hal ini mengenai pertumbuhan egonya. Erikson berpendapat bahwa pandangan-pandangannya sesuai dengan ajaran dasar psikoanalisis yang diletakkan oleh Freud. Jadi dapat dikatakan bahwa Erikson adalah seorang post-freudian atau neofreudian. Akan tetapi, teori Erikson lebih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan. Hal ini terjadi karena dia adalah seorang ilmuwan yang punya ketertarikan terhadap antropologis yang sangat besar, bahkan dia sering meminggirkan masalah insting dan alam bawah sadar. Oleh sebab itu, maka di satu pihak ia menerima konsep struktur mental Freud, dan di
  • 6. 6 lain pihak menambahkan dimensi sosial-psikologis pada konsep dinamika dan perkembangan kepribadian yang diajukan oleh Freud. Bagi Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi antara kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya sebagai tindakan- tindakan sosial. Pusat dari teori Erikson mengenai perkembangan ego ialah sebuah asumsi mengenai perkembangan setiap manusia yang merupakan suatu tahap yang telah ditetapkan secara universal dalam kehidupan setiap manusia. C. Tahap-Tahap Perkembangan Psikososial Erik H. Erikson Menurut teori psikososial Erikson, perkembangan manusia dibedakan berdasarkan kualitas ego dalam delapan tahap perkembangan. Empat tahap pertama terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak, tahap pertama pada masa adolesen, dan tiga terakhir pada masa dewasa dan usia tua. Dari delapan tahap perkembangan tersebut, Erikson lebih menekankan pada masa adolesen, karena masa tersebut merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Apa yang terjadi pada masa ini, sangat penting artinya, bagi kepribadian dewasa. Berikut ini adalah delapan tahap perkembangan psikososial Erikson: 1. Tahap Kepercayaan dan Ketidakpercayaan (Trust vs Mistrust) Tahap ini terjadi selama tahun-tahun pertama kehidupan, yaitu usia kira- kira 0-1 tahun. Pada tahap ini, bayi mengalami konflik antara percaya dan tidak percaya (Trust vs Mistrust). Keadaan percaya “trust” menurut Erikson pada umumnya mengandung tiga aspek yaitu:
  • 7. 7 1. Bahwa bayi belajar percaya pada kesamaan dan kesinambungan dari pengasuh diluarnya 2. Bahwa bayi belajar percaya diri dan dapat percaya pada kemampuan organ- organnya sendiri untuk menaggulangi dorongan-dorongan 3. Bahwa bayi menganggap dirinya cukup dapat dipercaya sehingga pengasuh tak perlu waspada dirugikan. Menurut Erikson, bukti pertama yang menunjukkan adanya kepercayaan sosial pada bayi dapat terlihat ketika kebutuhan oralis bayi terpenuhi, misalnya kepuasan atau kesenangannya dalam menikmati air susu, kepulasan tidur, dan kemudahan membuang air besar. Erikson yakin bahwa bayi mempelajari rasa percaya apabila mereka diasuh dengan cara yang konsisten dan hangat. Pada saat itu, hubungan bayi dengan ibu sangatlah penting. Kalau ibu memberinya makan, membuatnya hangat, memeluk dan mengajaknya bicara, maka bayi tersebut akan memperoleh kesan bahwa lingkungannya dapat menerima kehadirannya secara hangat dan bersahabat. Inilah yang menjadi landasan pertama bagi rasa percaya. Sebaliknya kalau ibu tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi, maka dalam diri bayi akan timbul rasa ketidakpercayaan kepada lingkungannya. Oleh karena itu kadang-kadang bayi menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi juga kepada benda asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau menghadapi situasi-situasi tersebut seringkali bayi menangis. Pengalaman akan adanya suatu pengaturan timbal balik antara peningkatan kemampuan bayi untuk menerima cara-cara pengasuhan ibu, secara
  • 8. 8 berangsur-angsur membantu anak mengimbangi keadaan tidak senang yang disebabkan oleh ketidak matangan homeostatis yaitu kecenderungan bagi organ- organ tubuh dan darah untuk mempertahankan diri agar tetap konstan yang menyertai ia sejak lahir. Seiring dengan timbulnya rasa senang dalam diri bayi, maka pada saat bangun ia berangsur-angsur menemukan bahwa panca inderanya telah akrab dengan lingkungan. Bentuk-bentuk rasa senang dan orangorang yang berkaitan dengan rasa senang itu, akan menjadi sama biasa seperti rasa sangat tidak senang karena buang air besar. Oleh sebab itu, prestasi sosial pertama bayi adalah kerelaannya membiarkan ibu hilang dari pandangan tanpa kecemasan dan kemarahan, karena ibu sudah menjadi keastian batin dan kehadirannya kembali sdah dapat dipastikan. Dengan demikian, bayi yang memiliki rasa percaya dalam dirinya cenderung untuk memiliki rasa aman dan percaya diri untuk mengeksplorasi lingkungan yang baru. Sebaliknya bayi yang memiliki rasa tidak percaya (mistrust) cenderung tidak memiliki harapan-harapan positif. 2. Tahap Otonomi dan Perasaan Malu dan Ragu-ragu (Otonomy vs Shame and Duobt) Tahap ini merupakan tahap perkembangan psikososial yang berlangsung pada akhir masa bayi dan masa baru pandai berjalan. Otonomi dibangun diatas perkembangan kemampuan mental dan kemampuan motorik. Pada tahap ini, bayi tidak hanya dapat berjalan, tetapi mereka juga dapat memanjat, membuka dan menutup, menjatuhkan, menolak dan menarik, memegang dan melepaskan. Bayi merasa bangga dengan prestasi ini dan ingin melakukan segala sesuatu sendiri,
  • 9. 9 apakah itu menyiram jamban, membuka bungkusan paket, atau memutuskan apa yang akan dia makan. Selanjutnya, mereka juga dapat belajar mengendalikan otot mereka dan dorongan keinginan diri mereka sendiri. Dengan demikian, setelah memperoleh kepercayaan dari pengasuh mereka, bayi mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah milik mereka sendiri. Mereka mulai menyatakan rasa mandiri atau otonomi mereka. Mereka menyadari kemauan mereka. Pada tahap ini, bila orang tua selalu memberikan dorongan kepada anak agar anak dapat berdiri di atas kedua kaki mereka sendiri, sambil melatih kemampuan-kemampuan mereka, maka anak kan mampu mengembangkan pengendalian atas otot, dorongan, lingkungan, dan diri sendiri (otonom). Sebaliknya, jika orang tua cederung menuntut terlalu banyak atau terlalu membatasi anak untuk menyelidiki lingkungannya, maka anak akan mengalami rasa malu dan ragu-ragu yang berlebihan tentang kemampuan mereka untuk mengendalikan diri mereka sendiri dan dunia mereka. Erikson yakin tahap otonomi vs rasa malu dan ragu-ragu memiliki implikasi yang penting bagi perkembangan kemandirian dan identitas selama masa remaja. Pengembangan otonomi selama tahun-tahunn balita memberi remaja dorongan untuk menjadi individu yang mandiri, yang dapat memiliki dan menentukan masa depan mereka sendiri. 3. Tahap Prakarsa dan Rasa Bersalah (Initiative vs Guilt) Yaitu tahap perkembangan psikososial ketiga yang berlangsung selama tahun-tahun prasekolah. Pada tahap ini, anak terlihat sangat aktif, suka berlari, berkelahi, memanjat-manjat, dan suka menantang lingkungannya. Dengan
  • 10. 10 menggunakan bahasa, fantasi, dan permainan khayalan, dia memperoleh perasaan harga diri. Bila orang tua berusaha memahami, menjawab pertanyaan anak, dan menerima keaktifan anak dalam bermain, maka anak akan belajar untuk mendekati apa yang dia inginkan, dan perasaan inisiatif menjadi semakin kuat. Sebaliknya, bila orang tua kurang memahami, kurang sabar, suka memberi hukuman, dan menganggap bahwa pengajuan pertanyaan, bermain dan kegiatan- kegiatan yang dilakukan anak tidak bermanfaat, maka anak akan merasa bersalah dan menjadi enggan untuk mengambil inisiatif untuk mendekati apa yang diinginkannya. Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiative – guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat. Tahap ketiga ini juga dikatakan sebagai tahap kelamin-lokomotor (genital-locomotor stage) atau yang biasa disebut tahap bermain. Tahap ini pada suatu periode tertentu saat anak menginjak usia 3 sampai 5 atau 6 tahun, dan tugas yang harus diemban seorang anak pada masa ini ialah untuk belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu melakukan kesalahan. Masa-masa bermain merupakan masa di mana seorang anak ingin belajar dan mampu belajar terhadap tantangan dunia luar, serta mempelajari kemampuan-kemampuan baru juga merasa memiliki tujuan. Dikarenakan sikap inisiatif merupakan usaha untuk
  • 11. 11 menjadikan sesuatu yang belum nyata menjadi nyata, sehingga pada usia ini orang tua dapat mengasuh anaknya dengan cara mendorong anak untuk mewujudkan gagasan dan ide-idenya. Akan tetapi, semuanya akan terbalik apabila tujuan dari anak pada masa genital ini mengalami hambatan karena dapat mengembangkan suatu sifat yang berdampak kurang baik bagi dirinya yaitu merasa berdosa dan pada klimaksnya mereka seringkali akan merasa bersalah atau malah akan mengembangkan sikap menyalahkan diri sendiri atas apa yang mereka rasakan dan lakukan. Ketidakpedulian (ruthlessness) merupakan hasil dari maladaptif yang keliru, hal ini terjadi saat anak memiliki sikap inisiatif yang berlebihan namun juga terlalu minim. Orang yang memiliki sikap inisiatif sangat pandai mengelolanya, yaitu apabila mereka mempunyai suatu rencana baik itu mengenai sekolah, cinta, atau karir mereka tidak peduli terhadap pendapat orang lain dan jika ada yang menghalangi rencananya apa dan siapa pun yang harus dilewati dan disingkirkan demi mencapai tujuannya itu. Akan tetapi bila anak saat berada pada periode mengalami pola asuh yang salah yang menyebabkan anak selalu merasa bersalah akan mengalami malignansi yaitu akan sering berdiam diri (inhibition). Berdiam diri merupakan suatu sifat yang tidak memperlihatkan suatu usaha untuk mencoba melakukan apa-apa, sehingga dengan berbuat seperti itu mereka akan merasa terhindar dari suatu kesalahan. Kecenderungan atau krisis antara keduanya dapat diseimbangkan, maka akan lahir suatu kemampuan psikososial adalah tujuan (purpose). Selain itu, ritualisasi yang terjadi pada masa ini adalah masa dramatik dan impersonasi.
  • 12. 12 Dramatik dalam pengertiannya dipahami sebagai suatu interaksi yang terjadi pada seorang anak dengan memakai fantasinya sendiri untuk berperan menjadi seseorang yang berani. Sedangkan impersonasi dalam pengertiannya adalah suatu fantasi yang dilakukan oleh seorang anak namun tidak berdasarkan kepribadiannya. Oleh karena itu, rangakain kata yang tepat untuk menggambarkan masa ini pada akhirnya bahwa keberanian, kemampuan untuk bertindak tidak terlepas dari kesadaran dan pemahaman mengenai keterbatasan dan kesalahan yang pernah dilakukan sebelumnya. 4. Tahap Kerajinan dan Rasa Redah Diri (Industry vs Inferiority) Tahap ini merupakan tahap psikososial keempat yang berlangsung kira- kira pada tahun-tahun sekolah dasar. Pada tahun ini, anak mulai memasuki dunia yang baru, yaitu sekolah dengan segala aturan dan tujuan. Anak mulai mengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Alat-alat permainan dan kegiatan bermain berangsur-angsur digantikan oleh perhatian pada situasi-situasi produktif serta alat-alat yang dipakai untuk bekerja. Akan tetapi, apabila anak tidak berhasil menguasai keterampilan dan tugas-tugas yang dipilihnya atau oleh guru-guru dan orang tuanya, maka anak akan mengembangkan perasaan rendah dirinya. Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya kecenderungan industry– inferiority. Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengatahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya
  • 13. 13 kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri. Tahap keempat ini dikatakan juga sebagai tahap laten yang terjadi pada usia sekolah dasar antara umur 6 sampai 12 tahun. Salah satu tugas yang diperlukan dalam tahap ini ialah adalah dengan mengembangkan kemampuan bekerja keras dan menghindari perasaan rasa rendah diri. Saat anak-anak berada tingkatan ini area sosialnya bertambah luas dari lingkungan keluarga merambah sampai ke sekolah, sehingga semua aspek memiliki peran, misalnya orang tua harus selalu mendorong, guru harus memberi perhatian, teman harus menerima kehadirannya, dan lain sebagainya. 5. Tahap Identitas dan Kekacauan Identitas (Identity vs Identity Confusion) Tahap identitas dan kekacauan identitas ini merupakan tahap psikososial yang kelima yang berlangsung selama tahun-tahun masa remaja yaitu usia kira- kira 12-20 tahun. Tahap ini adalah tahap yang paling diberi penekanan oleh Erikson karena tahap ini merupakan tahap peralihan dari masa anak-anak kemasa dewasa. Peristiwa-peristiwa yang yang terjadi pada tahap ini sangat menentukan perkembngan kepribadian masa dewasa. Pada tahap ini, anak dihadapkan degan pancarian jati diri. Ia mulai merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri, perasaan bahwa ia adalah individu unik. Ia mulai menyadari sifat-sifat yang melekat pada dirinya, seperti kesukaan dan ketidaksukaannya, tujuan-tujuan yang diinginkan tercapai dimasa mendatang, kekuatan dan hasrat untuk mengontrol kehidupannya sendiri, yang
  • 14. 14 siap memasuki suatu peran yang berati ditengah masyarakat, baik peran yang bersifat menyesuaikan diri ditengah masyarakat, baik peran yang bersifat menyesuaiakan diri maupun yang bersifat memperbaharui. Akan tetapi, karena peralihan yang sulit dari masa kanak-kanak ke masa dewasa di satu pihak dan karena kepekaan terhadap perubahan sosial dan historis dipihak lain, maka selama tahap pembentukan identitas ini seorang remaja mungkin merasakan penderitaan paling dalam dibandingkan msa-masa lain akibat kekacauan peranan ataupun kekacauan identitas. Bila krisis ini tidak segera diatasi maka anak akan mengalami kebingungan peran atau kekecauan identitas, yang dapat menyebabkan anak merasa terisolasi, cemas, hampa, dan bimbang. Selama masa kekacauan identitas ini tingkah laku remaja tidak konsosten dan tidak dapat diprediksikan. Pada satu saaat mungkin ia lebih tertutup terhadap siapapun, karena takut ditolak atau dikecewakan. Namun pada saat lain ia mungkin ingin menjadi pengikut ataupendinta dengan tidak memperdulikan konsekuensi-konsekuensi dari komitmennya. Berdasar kondisi demikian, maka menurut Erikson salah satu tugas perkembangan selama masa remaja adalah menyelesaikan krisis identitas, sehingga diharapkan terbentuk suatu identitas diri yang stabil pada akhir msa remaja. 6. Tahap Keintiman dan Isolasi (Intimacy vs Isolation) Tahap ini dimuai sekitar umur 20-24 tahun yaitu masa awal dewasa. perkembangan psikososial keenam yang dialami individu selama tahun-tahun awal masa dewasa. Jika pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang
  • 15. 15 kuat dengan kelompok sebayanya, maka tugas perkembangan individu pada masa ini adalah membentuk relasi intim dengan orang lain. Menurut erikson, keintiman tersebut biasanya menuntut perkembangan seksual yang mengarah pada hubungan seksual dengan lawan jenis yang dicintai. Bahaya dari tidak tercapainya keintiman selama tahap ini adalah isolasi, yakni kecenderungan menghindari berhubungan secara intim dengan orang lain, kecuali dalam ingkup yang amat terbatas. Keintiman dapat diartikan sebagai suatu kemampuan memperhatikan orang lain dan membagi pengelaman dengan mereka. Orang yang tidak dapat mejalin hubungan intim dengan orang lain akan terisolasi, menurut Erikson, pembentukan hubungan intim ini merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang memasuki masa dewasa. Pada masa dewasa ini, orang-orang telah siap dan igin menyatukan identitasnya dengan orang lain. Mereka meenambakan hubungan-hubungan yang intim dan akrab dilandasi dengan persaudaraan, serta siap mengembangkan daya-daya yang idbutuhkan untuk memenuhi komitmen sekalipun mungkin mereka harus berkorban untuk itu. Dalam suatu studi ditunjukkan bahwa hubungan intim mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan psikologis dan fisik seseorang, Orang-orang yang mempunyai tempat unutk berbagi ide, perasaaan dan masalah, mereka lebih bahagia dan lebih sehat dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki tempat untuk berbagi. Periode diperlihatkan dengan adanya hubungan spesial dengan orang lain yang biasanya disebut dengan istilah pacaran guna memperlihatkan dan mencapai kelekatan dan kedekatan dengan orang lain. Di mana muatan pemahaman dalam
  • 16. 16 kedekatan dengan orang lain mengandung arti adanya kerja sama yang terjalin dengan orang lain. Akan tetapi, peristiwa ini akan memiliki pengaruh yang berbeda apabila seseorang dalam tahap ini tidak mempunyai kemampuan untuk menjalin relasi dengan orang lain secara baik sehingga akan tumbuh sifat merasa terisolasi. Erikson menyebut adanya kecenderungan maladaptif yang muncul dalam periode ini ialah rasa cuek, di mana seseorang sudah merasa terlalu bebas, sehingga mereka dapat berbuat sesuka hati tanpa memperdulikan dan merasa tergantung pada segala bentuk hubungan misalnya dalam hubungan dengan sahabat, tetangga, bahkan dengan orang yang kita cintai/kekasih sekalipun. Sementara dari segi lain/malignansi Erikson menyebutnya dengan keterkucilan, yaitu kecenderungan orang untuk mengisolasi/menutup diri sendiri dari cinta, persahabatan dan masyarakat, selain itu dapat juga muncul rasa benci dan dendam sebagai bentuk dari kesendirian dan kesepian yang dirasakan. Oleh sebab itu, kecenderungan antara keintiman dan isoalasi harus berjalan dengan seimbang guna memperoleh nilai yang positif yaitu cinta. Dalam konteks teorinya, cinta berarti kemampuan untuk mengenyampingkan segala bentuk perbedaan dan keangkuhan lewat rasa saling membutuhkan. Wilayah cinta yang dimaksudkan di sini tidak hanya mencakup hubungan dengan kekasih namun juga hubungan dengan orang tua, tetangga, sahabat, dan lain-lain. 7. Tahap Generativitas dan Stagnasi (Generativity vs Stagnation) Tahap ini merupakan tahap psikososial ketujuh yang dialami individu selama pertengahan masa dewasa. Ciri utama tahap generativitas adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan (keturunan, ide-ide, dan sebagainya) serta
  • 17. 17 pembentukan dan penetapan garis-garis pedoman untuk generasi mendatang. Kepedulian seseorang terhadap pengembangan generasi muda inilah yang diistilah oleh Erikson dengan “generativitas” . Apabila generativitas ini lemah atau tidak diungkapkan, maka kepribadian akan mundur, mengalami pemiskinan dan stagnasi. Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity-stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau mencapai hal– hal tertentu ia mengalami hambatan. Apabila pada tahap pertama sampai dengan tahap ke enam terdapat tugas untuk dicapai, demikian pula pada masa ini dan salah satu tugas untuk dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi). Generativitas adalah perluasan cinta ke masa depan. Sifat ini adalah kepedulian terhadap generasi yang akan datang. Melalui generativitas akan dapat dicerminkan sikap memperdulikan orang lain. Pemahaman ini sangat jauh berbeda dengan arti kata stagnasi yaitu
  • 18. 18 pemujaan terhadap diri sendiri dan sikap yang dapat digambarkan dalam stagnasi ini adalah tidak perduli terhadap siapapun. Maladaptif yang kuat akan menimbulkan sikap terlalu peduli, sehingga mereka tidak punya waktu untuk mengurus diri sendiri. Selain itu malignansi yang ada adalah penolakan, di mana seseorang tidak dapat berperan secara baik dalam lingkungan kehidupannya akibat dari semua itu kehadirannya ditengah- tengah area kehiduannya kurang mendapat sambutan yang baik. 8. Tahap Integritas dan Keputusasaan (Integrity vs Despair) Tahap ini merupakan tahap kedelapan yang dialami individu selama akhir masa dewasa. Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda, orang-orang, produk-produk dan ide-ide serta setelah berhasil melakukan penyesuaian diri dengan berbagai keberhasilan dan kegagalan dalam kehidupannya. Integritas terjadi pada tahun- tahun terakhir kehidupannya menoleh ke belakang dan mengevaluasi apa yang telah dilakukan dalam hidupnya selama ini, menerima dan menyesuaikan diri dengan keberhasilan, dan kegagalan yang dialaminya, merasa aman dan tentram, serta menikmati hidup sebagai yang berharga dan layak. Lawan dari integritas adalah keputus asaan tertentu dalam menghadapi perubahan-perubahan siklus kehidupan individu, terhadap kondisi-kondisi sosial dan historis, ditambah dengan kefanaan hidup menjelang kematian. Kondisi ini daat memperburuk perasaaan bahwa kehidupan ini tidak berarti, bahwa ajal sudah dekat dan ketakutan akan kematian. Seseorang yang berhasil menangani masalah yang timbuk pada setiap tahap kehidupan sebelumnya, maka dia akan
  • 19. 19 mendapatkan erasaan yang utuh atau integritas. Sebaliknya, seseorang tua yang meninjau kembali terhadap kehidupannya silam dengan penuh penyesalan, menilai kehidupan sebagai suatu rangkaian hilangnya kesemapatan dan kegagalan, maka pada tahu-tahun akhir kehidupan ini merupakan tahun-tahun yang penuh dengan keputusasaan.
  • 20. 20 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan diatas, dapat kita ketahui beberapa poin penting dari isi makalah ini, yaitu: 1. Erik H. Erikson adalah salah seorang toritisi ternama dalam bidang perkembangan rentang-hidup, ia juga memiliki kontribusi yang banyak dalam bidang psikologi terutama pada pengembangan anak dan krisis identitas, yaitu tentang perkembangan psikososial. Erik H. Erikson lahir di Franfrurt Jerman, pada tanggal 15 Juni 1902, ayahnya bernama Danis yang telah meninggal dunia sebelum ia lahir. 2. Perkembangan psikosoial adalah tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai mati dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis, perkembangan psikososial juga berhubungan dengan perubahan-perubahan perasaan atau emosi dan kepribadian serta perubahan dalam bagaimana individu berhubungan dengan orang lain. 3. Menurut teori psikososial Erikson, perkembangan manusia dibedakan berdasarkan kualitas ego dalam delapan tahap perkembangan, yaitu: 20
  • 21. 21 No. Tahap Psikososial Usia Kira-Kira 1. Kepercayaan Vs. Ketidakpercayaan (Trust Lahir-1 tahun (masa Vs. Mistrust) bayi) 2. Otonomi Vs Rasa Malu Dan Ragu-Ragu 1-3 tahun (masa (Autonomy Vs Shame And Doubt) kanak-kanak) 3. Inisiatif Vs. Rasa Bersalah (Initiative Vs 4-5 tahun (masa pra- Guilt) sekolah ) 4. Ketekunan Vs Rasa Rendah Diri (Industry 6-11 tahun (masa Vs Inferiority) sekolah dasar) 5. Identitas Dan Kekacauan Identitas 12-20 tahun (masa (Identity Vs Identity Confusion) remaja) 6. Keintiman Dan Isolasi (Intimacy Vs 20-24 tahun (masa Isolation) awal dewasa) 7. Generativitas Dan Stagnasi (Generativity 25-65 tahun (masa Vs Stagnation) pertengahan dewasa) 8. Integritas Dan Keputusasaan (Integrity Vs 65 tahun-mati (masa Despair) akhir dewasa)
  • 22. 22 DAFTAR PUSTAKA Desmita. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2011. Erikson. 1989. Identitas dan Siklus Hidup Manusia, terj. Agus Cremes. Jakarta: Gramedia Hall, Calvin S. & Lindzey Gardner. Theories of Personality, terj. A. Supratiknya, Yogyakarta: Kanisius, 1993. http://erik-erikson-download.htm/ diakses 20 Nopember 2012 pukul 15.00 WIB http://www.haveford.edu/psych/ddavis/p1099/erikson.stages.htm/ diakses 20 Nopember 2012 pukul 15.00 WIB Jhon W. Santrock, Life-Span Development, University of Texas at Dallas, 1995 Psikologi Perkembangan Anak Didik. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009. Sarlito W Sarwono, Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh Psikologi, Bulan Bintang, Jakarta, 2002 Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, Gunung Mulia, Jakarta, 1990. Sunarto & Agung Hartono. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta. 2006.
  • 23. 23 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul: Perkembangan Psikososial. Penulisan makalah ini merupakan salah satu syarat yang harus diselesaikan dalam mengikuti mata kuliah Perkembangan Peserta Didik Semester III di STKIP “Tapanuli Selatan” Padangsidimpuan Tahun Ajaran 2012/2013. Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan yang disebabkan keterbatasan, kekurangan dan kelemahan penulis. Namun berkat bantuan dan bimbingan serta kerja sama dari teman-teman sekelompok maka makalah ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis ucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Padangsidimpuan, Nopember 2012 Penulis, KELOMPOK II i
  • 24. 24 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2 C. Tujuan ....................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3 A. Biografi Singkat Erik H. Erikson (1902-1994) ......................................... 3 B. Teori Perkembangan Psikososial Erik H. Erikson .................................... 4 C. Tahap-Tahap Perkembangan Psikososial Erik H. Erikson ....................... 6 1. Tahap Kepercayaan dan Ketidakpercayaan (Trust vs Mistrust) ......... 6 2. Tahap Otonomi dan Perasaan Malu dan Ragu-Ragu (Otonomy vs Shame and Doubt) ............................................................................... 8 3. Tahap Prakarsa dan Rasa Bersalah (Initiate vs Guilt) ......................... 9 4. Tahap Kerajinan dan Rasa Rendah Diri (Industry vs Inferiority) ....... 12 5. Tahap Identitas dan Kekacauan Identitas (Identity vs Identity Confusion) ........................................................................................... 13 6. Tahap Keintiman dan Isolasi (Intimacy vs Isolation) ......................... 14 7. Tahap Generativitas dan Stagnasi (Generativity vs Stagnation) ......... 16 8. Tahap Integritas dan Keputusasaan (Integrity vs Despair) ................. 18 BAB III PENUTUP ....................................................................................... 20 A. Kesimpulan ............................................................................................... 20 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 22 ii
  • 25. 25 MAKALAH PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik Semester III Pada STKIP “Tapanuli Selatan” Padangsidimpuan OLEH KELOMPOK II NAMA : DOSEN PEMBIMBING : TAMIM RITONGA, M.Pd SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) “TAPANULI SELATAN” PADANGSIDIMPUAN 2012