Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang anatomi dan embriologi telinga yang terdiri dari telinga luar, tengah, dan dalam beserta struktur-struktur pentingnya seperti membran timpani, tulang pendengaran, koklea, dan vestibuler. Dokumen tersebut juga membahas tentang persarafan, pembuluh darah, dan limfatik pada telinga luar.
1. BAB I
PENDAHULUAN
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan
oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus. Penyakit ini sering dijumpai pada daerah-
daerah yang panas dan lembab dan jarang terjadi pada iklim-iklim sejuk dan
kering.
Patogenesis dari otitis eksterna sangat kompleks. Sejak tahun 1844 banyak
peneliti mengemukakan faktor pencetus dari penyakit ini seperti Branca (1953)
mengatakan bahwa berenang merupakan penyebab dan menimbulkan
kekambuhan. Senturia dkk (1984) menganggap bahwa keadaan panas, lembab,
dan trauma terhadap epitel dari liang telinga luar merupakan faktor penting untuk
terjadinya otitis eksterna. Howke dkk (1984) mengemukakan pemaparan terhadap
air dan penggunaan lidi kapas dapat menyebabkan terjadi otitis eksterna baik yang
akut maupun kronik. Penyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang
sering dijumpai, disamping penyakit telinga lainnya. Otitis eksterna merupakan
suatu infeksi liang telinga bagian luar yang dapat menyebar ke pina, periaurikular,
atau ke tulang temporal.
Otitis eksterna akut difusa adalah penyakit yang terutama timbul pada musim
panas dan merupakan bentuk otitis eksterna yang paling umum. Otitis eksterna
difusa merupakan tipe infeksi bakteri patogen yang paling umum disebabkan oleh
Pseudomonas, Staphylococcus, Proteus, bahkan jamur. Terjadinya kelembaban
yang berlebihan karena berenang atau mandi menambah maserasi kulit liang
telinga dan menciptakan kondisi yang cocok bagi pertumbuhan bakteri.
1
2. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Embriologi
Pembentukan telinga dimulai dari pembentukan telinga dalam, telinga
tengah dan terakhir pembentukan telinga luar. 1
a. Telinga Dalam
Pada manusia, telinga dalam embrio berkembang kira-kira pada umur
22 hari sebagai penebalan ektoderm permukaan pada kedua sisi
rhombencephalon. Penebalan ini disebut plakoda otik. Plakoda otik
kemudian berinvaginasi membentuk vesikula otik atau otokista.
Gambar 1. Perkembangan vesikula auditori
Pada tahap perkembangan selanjutnya vesikula otik bagian ventral
membentuk sacculus dan cochlearis dan bagian dorsal membentuk
utriculus, canalis semisircularis dan ductur endolimphatikus. Pembentukan
saluran-saluran tersebut disebabkn karena adanya bagian-bagian tertentu
dari daerah tersebut yang berdegenerasi. 1
2
3. Gambar 2. Perkembangan telinga dalam
Ductus cochlearis yang sedang tumbuh menembus mesenkim di
sekitarnya dan berpilin seperti bentuk spiral. Sekarang ductus cochlearis
tetap berhubungan dengan sacculus melalui ductus reuniens.
Ductus semisircularis, urticle, sacculus, ductus endolimphatikus,
utrico-saccular, ductus reuniens dan ductus cochlearis diisi dengan cairan
endolimph, Sedangkan semua struktur membran dari saluran tersebut
dinamakan membran labirin. Dinding sel membran labirin sangat tipis dan
terdiri atas sel-sel epitel tunggal yang ditutupi oleh lapisan serabut jaringan
ikat yang dibentuk dari mesenkim di sekitarnya. Beberapa dari sel-sel
epitel dimodifikasi menjadi sel-sel rambut (sel-sel neuroepitel) dan
beberapa menjadi sel-sel pendukung. Dasar dari sel-sel neuroepitel
dikelilingi oleh ujung serabut saraf yang datang dari ganglion spinal dan
ganglion vestibular. Ganglion tersebut berhubungan dengan otak melalui
serabut saraf yang dibentuk oleh saraf auditori. Semua membran labirin
pertama ditransformasi menjadi rawan kemudian menjadi tulang. Dengan
cara ini semua membran labirin ditutupi oleh tulang dan disebut tulang
labirin. Ruang di antara membran labirin dan tulang labirin berisi cairan
perilimph. 1
3
4. b. Telinga Tengah
Gambar 3. Pembentukan telinga tengah
Dibentuk dari kantung faring I yang tumbuh dengan cepat ke arah
lateral. Bagian distal kantung disebut processus tubotympaticus, kemudian
melebar membentuk cavum tympani sederhana, sedangkan bagian
proksimal tetap sempit dan membentuk saluran eustachius yang
menghubungkan cavum tympani dengan nasofaring. 1
c. Telinga Luar
Gambar 4. Pembentukan telinga luar
4
5. Meatus akustikus eksternus terbentuk dari perkembangan
first pharingeal groove bagian dorsal. Pada awal bulan ke-tiga, terjadi
proliferasi sel-sel epitel di bawah meatus yang nantinya akan membentuk
sumbat meatus. Lalu pada bulan ke-tujuh, sumbat meluruh dan lapisan
epitel di lantai meatus berkembang menjadi gendang telinga definitif.
Gendang telinga dibentuk dari lapisan epitel ektoderm di dasar acoustic
meatus, lapisan epitel endoderm di cavum timpani dan lapisan
intermediate jaringan ikat yang membentuk stratum fibrosum. Sedangkan
aurikula terbentuk dari hasil proliferasi mesenkim di ujung dorsal arkus
faring I dan II yang mengelilingi first pharyngeal groove dan membentuk
auricular hillock yang berjumlah tiga di masing-masing sisi eksternal
acoustic meatus dan kemudian auricullar hillock akan bersatu
lalu membentuk auricula definitif. Pada awalnya, telinga luar berada di
regio leher bawah. Setelah terbentuk mandibula, telinga luar naik
ke samping kepala setinggi dengan mata. 1
2.2 Anatomi Telinga
Gambar 5. Anatomi telinga
5
6. a. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai
membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.
Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada
sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya
terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira ± 2,5 - 3cm.2
Kulit liang telinga
Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar
serumen dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga.
Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.
Kanalis auricularis externus dilapisi oleh kulit yang terikat erat pada tulang
rawan dan tulang yang mendasarinya karena tidak adanya jaringan
subkutan di area tersebut. Dengan demikian daerah ini menjadi sangat
peka. 3
Liang telinga sebenarnya mempunyai lapisan kulit yang sama
dengan lapisan kulit pada bagian tubuh lainnya yaitu dilapisi epitel
skuamosa. Kulit liang telinga merupakan lanjutan kulit daun telinga dan
kedalam meluas menjadi lapisan luar membran timpani.
Lapisan kulit liang telinga luar lebih tebal pada bagian tulang
rawan dari pada bagian tulang. Pada liang telinga rulang rawan tebalnya
0,5 – 1 mm, terdiri dari lapisan epidermis dengan papillanya, dermis dan
subkutan merekat dengan perikondrium. Epidermis dari liang telinga
bagian tulang rawan biasanya terdiri dari 4 lapis yaitu sel basal, skuamosa,
sel granuler dan lapisan tanduk.
Lapisan liang telinga bagian tulang mempunyai kulit yang lebih
tipis, tebalnya kira-kira 0,2 mm, tidak mengandung papilla, melekat erat
dengan periosteum tanpa lapisan subkutan, berlanjut menjadi lapisan luar
dari membran timpani dan menutupi sutura antara tulang timpani.
Otot daun telinga terdiri dari 3 buah otot ekstrinsik dan enam buah
otot intrinsik. Otot ekstrinsik terdiri m.aurikularis anterior, m.aurikularis
6
7. superior dan m. aurikularis posterior. Otot-otot ini menghubungkan daun
telinga dengan tulang tengkorak dan kulit kepala. Otot-otot ini bersifat
rudimenter, tetapi pada beberapa orang tertentu ada yang masih
mempunyai kemampuan untuk menggerakan daun telinganya keatas dan
kebawah dengan menggerakan otot-otot ini. Otot intrinsik terdiri dari m.
helisis mayor, m. helisis minor, m. tragikus, m.antitragus, m. obligus
aurkularis, dan m.transpersus aurikularis. Otot-otot ini berhubungan
bagian-bagian daun telinga.
Perdarahan
Arteri-arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal dari
cabang temporal superfisial dan aurikular posterior dari arteri karotis
eksternal.
Permukaan anterior telinga dan bagian luar liang telinga didarahi
oleh cabang aurikular anterior dari arteri temporalis superfisial. Suatu
cabang dari arteri auricular posterior mendarahi permukaan posterior
telinga. Banyak dijumpai anastomosis diantara cabang-cabang dari arteri
ini. Pendarahan kebagian lebih dalam dari liang telinga luar dan
permukaan luar membrana timpani adalah oleh cabang aurikular dalam
arteri maksilaris interna.
Vena telinga bagian anterior, posterior dan bagian dalam umumnya
bermuara kevena jugularis eksterna dan vena mastoid. Akan tetapi,
beberapa vena telinga mengalir kedalam vena temporalis superficial dan
vena aurikularis posterior.
Sistem limfatik
Kelenjar limfa regio tragus dan bagian anterior dari auricula
mengalir ke kelenjar parotid, sementara bagian posterior auricular
mengalir ke kelenjar retroauricular. Regio lobulus mengalir kelenjar
cervicalis superior. 3
Persarafan
Persarafan telinga luar bervariasi berupa tumpang tindih antara
saraf-saraf kutaneus dan kranial. Cabang aurikular temporalis dari bagian
7
8. ketiga saraf trigeminus (N.V) mensarafi permukaan anterolateral
permukaan telinga, dinding anterior dan superior liang telinga dan segmen
depan membrana timpani.Permukaan posteromedial daun telinga dan
lobulus dipersarafin oleh pleksus servikal nervus aurikularis mayor.
Cabang aurikularis dari nervus fasialis (N.VII), nervus glossofaringeus
(N.IX) dan nervus vagus (N.X) menyebar ke daerah konka dan cabang-
cabang saraf ini menyarafi dinding posterior dan inferior liang telinga dan
segmen posterior dan inferior membrana timpani. 3
b. Telinga Tengah
Telinga tengah merupakan bangunan berbentuk kubus yang terdiri dari: 2
• Membran timpani; yaitu membran fibrosa tipis yang berwarna
kelabu mutiara. Berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari
arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang
telinga.
Membran timpani dibagi atas 2 bagian yaitu bagian atas disebut
pars flaccida (membrane Sharpnell) dimana lapisan luarnya
merupakan lanjutan epitel kulit liang telinga sedangkan lapisan
dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, dan pars tensa
merupakan bagian yang tegang dan memiliki satu lapis lagi
ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan
sedikit serat elastin.
• Tulang pendengaran; yang terdiri dari maleus, inkus dan stapes.
Tulang pendengaran ini dalam telinga tengah saling
berhubungan.
• Tuba eustachius; yang menghubungkan rongga telinga tengah
dengan nasofaring.
8
9. c. Telinga Dalam
Gambar 6. Anatomi telinga dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis.
Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, yang berfungsi
menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibule. 2
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap
dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang
koklea tampak skala vestibule sebelah atas, skala timpani sebelah bawah
dan skala media (duktuskoklearis) diantaranya. Skala vestibule dan skala
timpani berisi perilimfa sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar
skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissner Membrane)
sedangkan skala media adalah membran basalis. Pada membran ini
terletak organ corti yang mengandung organel-organel penting untuk
mekanisme saraf perifer pendengaran. Pada skala media terdapat bagian
yang berbentuk lidah yang diebut membran tektoria, dan pada membran
basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut
luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti.5
9
10. 2.3 Fisiologi
Proses pendengaran diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang
koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke
telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan
mengamplikasikan melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian
perbandingan luas membran timpani dan daya tingkap lonjong. Energi getar
yang diamplikasi ini akan diteruskan ke stapes yang akan menggetarkan
tingkap lonjong sehigga perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran ini
diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong edolimfa, sehingga
akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran
tektoria. Proses ini proses ini merupakan rangsang mekanik yang akan
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal
ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan lisrik dari badan sel.
Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga
neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi
pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditoris sampai ke korteks
pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis. 2,5
Gambar 7. Fisiologi pendengaran
10
11. 2.4 Definisi
Otitis eksterna difus dikenal dengan swimmer ear (telinga perenang) atau
telinga cuaca panas (hot weather ear) adalah infeksi pada 2/3 dalam liang
telinga akibat infeksi bakteri yang menyebabkan pembengkakan stratum
korneum kulit sehingga menyumbat saluran folikel. 2
2.5 Epidemiologi
Berdasarkan data yang dikumpulkan mulai tanggal Januari 2000 s/d
Desember 2000 di Poliklinik THT RS H. Adam Malik Medan didapati 10746
kunjungan baru dimana, dijumpai 867 kasus (8,07%) otitis eksterna, 282
kasus (2,62%) otitis eksterna difusa dan 585 kasus (5,44%) otitis eksterna
sirkumskripta. Penyakit ini sering diumpai pada daerah-daerah yang panas
dan lembab dan jarang pada iklim- iklim sejuk dan kering. Nan Sati CN
dalam penelitiannya di RS Sumber Waras / FK UNTAR Jakarta mulai 1
Januari 1980 sampai dengan 30 Desember 1980 mendapatkan 1.370 penderita
baru dengan diagnosis otitis eksterna yang terdiri dari 633 pria dan
737 wanita. 4
2.6 Etiologi
Organisme yang paling sering ditemukan pada pasien dengan otitis
eksterna difusa adalah bakteri gram negatif Pseudomonas aeruginosa
(Bacillus pyocaneus) dan staphylococci. Yang lebih jarang ditemukan adalah
bakteri streptococci dan Proteus vulgaris. Selain itu, jamur dapat terlibat
dalam infeksi pada telinga luar, yaitu jamur Candida albicans dan
Aspergillus niger. Otitis eksterna difusa dapat juga terjadi sekunder pada otitis
media supuratif kronis. 3,6
Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya otitis eksterna, yaitu : 2,4,7
• Derajat keasaman (pH)
11
12. pH pada liang telinga biasanya normal atau asam, pH asam berfungsi
sebagai protektor terhadap kuman. Peningkatan pH menjadi basa (di atas
6.0) akan mempermudah terjadinya otitis eksterna yang disebabkan oleh
karena proteksi terhadap infeksi menurun.
• Udara
Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan jamur mudah
tumbuh.
• Trauma
Trauma ringan misalnya mengorek-ngorek telinga dengan benda tumpul
seperti cotton bud merupakan faktor predisposisi terjadinya otitis eksterna.
• Berenang
Terutama jika berenang pada air yang tercemar. Air kolam renang
menyebabkan maserasi kulit dan merupakan sumber kontaminasi yang
sering dari bakteri
2.7 Patofisiologi
Saluran telinga dapat membersihkan dirinya sendiri dengan cara
membuang sel-sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran
telinga. Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud bisa mengganggu
mekanisme pembersihan ini dan bisa mendorong sel-sel kulit yang mati ke
arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana. 3
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan
penimbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika mandi atau
berenang. Terjadinya kelembaban yang berlebihan karena berenang atau
mandi menambah maserasi kulit liang telinga dan menciptakan kondisi yang
cocok bagi pertumbuhan bakteri. Perubahan ini dapat juga menyebabkan rasa
gatal di liang telinga sehingga menambah kemungkinan trauma karena
garukan. 3,4
12
13. Gambar 8. Patofisiologi terjadinya otitis eksterna
2.8 Gejala Klinis
Gejala klinis yang terjadi pada pasien dengan otitis eksterna difusa antara
lain: 4,6
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap
awal dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit
dan nyeri tekan daun telinga.
Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan
pendahulu rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada
kebanyakan penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak
merupakan tanda permulaan peradangan suatu otitis eksterna akuta. Pada
otitis eksterna kronik merupakan keluhan utama.
Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa
tidak enak sedikit, perasaan penuh di dalam telinga, perasaan seperti terbakar
hingga rasa sakit yang hebat, serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering
merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala
sering mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding
dengan derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan
13
14. bahwa kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum
dan perikondrium, sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang
mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagipula, kulit dan tulang rawan 1/3
luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga
sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan ke kulit
dan tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang
hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna. Nyeri terutama ketika daun
telinga ditarik, nyeri tekan tragus, dan ketika mengunyah makanan. Rasa gatal
dan nyeri disertai pula keluarnya sekret encer, bening sampai kental purulen
tergantung pada kuman atau jamur yang menginfeksi. Pada jamur biasanya
akan bermanifestasi sekret kental berwarna putih keabu-abuan dan berbau.
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis
eksterna akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen,
penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering
menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif.
Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat-obatan yang
digunakan ke dalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan
peredaman hantaran suara.
2.9 Manifestasi Klinis
Pemeriksaan fisik pada pasien biasanya menunjukkan:
• Kulit MAE edema dan hiperemis merata sampai ke membran timpani
dengan sekret pada CAE. Jika terjadi edema CAE yang hebat, membran
timpani dapat tidak tampak.
• Nyeri tekan tragus (+)
• Nyeri tarik auricula (+)
• Adenopati regional yang nyeri tekan 7
Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi :
a. Otitis Eksterna Ringan :
Kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang telinga menyempit
14
15. b. Otitis Eksterna Sedang :
Liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat positif
c. Otitis Eksterna Komplikasi :
Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak
d. Otitis Eksterna Kronik :
Kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema positif
Otitis eksterna akut berlangsung kurang dari 4 minggu atau terjadi
kurang dari 4 kali dalam setahun, sedangkan otitis eksterna kronis
berlangsung selama lebih dari 4 minggu atau terjadi lebih dari 4 kali dalam
satu tahun. Pada penderita DM atau pasien dengan immunocompromised,
otitis eksterna dapat berkembang menjadi tipe maligna.8
2.10Penatalaksanaan
Otitis eksterna difusa harus diobati dalam keadaan dini sehingga dapat
menghilangkan edema yang menyumbat liang telinga. Dengan demikian,
biasanya perlu disisipkan tampon berukuran ½ x 5 cm kedalam liang telinga
mengandung obat agar mencapai kulit yang terkena. Setelah dilumuri obat,
tampon kasa disisipkan perlahan-lahan dengan menggunakan forsep aligator.
Penderita harus meneteskan obat tetes telinga pada kapas tersebut satu hingga
dua kali sehari. Dalam 48 jam tampon akan jatuh dari liang telinga karena
lumen sudah bertambah besar. Polimiksin B dan colistemethate merupakan
antibiotik yang paling efektif terhadap Pseudomonas dan harus menggunakan
vehiculum hidroskopik seperti glikol propilen yang telah diasamkan bahan
kimia lain, seperti gentian violet 2% dan perak nitrat 5% bersifat bakterisid
dan bisa diberikan langsung ke kulit liang telinga. Setelah reaksi peradangan
berkurang, dapat ditambahkan alcohol 70% untuk membuat liang telinga
bersih dan kering. 4
Terapi sistemik hanya dipertimbangkan pada kasus berat; dianjurkan
untuk melakukan pemeriksaan kepekaan bakteri. Antibiotik sistemik
15
16. khususnya diperlukan jika dicurigai danya perikondritis atau kondritis pada
tulang rawan telinga. 5
Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang
mungkin terjadi pada pasien, terutama setelah berenang. Untuk
menghindarinya pasien harus menjaga agar telinganya selalu kering, dengan
cara menggunakan alkohol encer secara rutin tiga kali seminggu. Pasien juga
harus diingatkan agar tidak menggaruk / membersihkan telinga dengan cotton
bud terlalu sering. 2,7
2.11 Komplikasi
• Perikondritis
• Selulitis
• Dermatitis aurikularis 4
2.12 Prognosis
Otitis eksterna adalah suatu kondisi yang dapat diobati biasanya
sembuh dengan cepat dengan pengobatan yang tepat. Paling sering, otitis
ekserna dapat dengan mudah diobati dengan tetes telinga antibiotik. Otitis
eksterna kronis yang mungkin memerlukan perawatan lebih intensif. Otitis
eksterna biasanya tidak memiliki komplikasi jangka panjang atau serius. 8
BAB III
16
17. LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 12 tahun
Pekerjaan : Pelajar
3.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Telinga sebelah kanan sakit
Keluhan Tambahan:
Telinga kanan terasa tidak enak dan penuh
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
OS datang dengan keluhan sakit pada telinga kanan sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit. OS juga mengeluh rasa tidak enak dan penuh di
telinga yang sama. OS merasakan nyeri jika bagian depan telinga kanan
ditekan. Pada awalnya OS merasa gatal di telinga kanan. OS juga merasa
pendengarannya berkurang. OS menyangkal adanya riwayat keluar cairan
dari telinga. Riwayat demam disangkal, batuk pilek juga disangkal. OS tidak
mengeluh rasa telinga berdengung. Riwayat gigi berlubang disangkal.
Riwayat nyeri tenggorokan maupun nyeri menelan disangkal.
OS mengaku keluhan timbul setelah berenang di sungai. OS memang
memiliki kebiasaan berendang di sungai setiap hari. Riwayat trauma pada
kepala atau telinga juga disangkal.
OS menyangkal adanya riwayat penyakit kencing manis.
OS mengaku belum berobat ke klinik manapun dan belum minum obat
apapun untuk menghilangkan keluhan.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
17
18. • OS baru pertama kali merasakan keluhan seperti ini.
• Riwayat alergi obat, makanan, debu, maupun udara dingin disangkal oleh
OS.
3.3 PEMERIKSAAN FISIK
KEADAAN UMUM
Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 86x/menit
Suhu : 36.2˚C
Berat badan : 24 kg
STATUS LOKALIS THT
1. TELINGA
KANAN KIRI
Bentuk Daun Telinga Normal Normal
Deformitas (-) Deformitas (-)
Kelainan Kongenital Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan tragus Nyeri Tidak nyeri
Penarikan daun telinga Nyeri Tidak nyeri
Regio mastoid Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Liang telinga Sempit, nanah (-), serumen (-), Lapang, nanah (-),
sekret (-), hiperemis (+), oedem serumen (-), sekret (-),
(+) hiperemis (-), oedem (-)
Membran timpani Sulit dinilai MT intak, hiperemis (-),
edema (-), refleks cahaya
(+) jam 7
Kesan :
18
19. - Telinga kanan nyeri tekan tragus (+), nyeri tarik auricula (+), canalis
auricularis eksternus sempit, edema (+), hiperemis (+), membran
timpani sulit dinilai
- Telinga kiri dalam batas normal
3.4 DIAGNOSIS KERJA
Otitis Eksterna Auricular Dextra
3.5 PENATALAKSANAAN
• Irigasi liang telinga menggunakan H2O2 3%
• Terapi: ciprofloxacin tab 500 mg 2x1 selama 5 hari
• Rencana pengambilan serumen
3.6 ANJURAN
• Saat mandi atau berenang jangan sampai kemasukan air ke dalam telinga
• Pasien dilarang mengorek – ngorek telinga dengan instrumen yang tidak
tepat seperti cotton bud
3.7 PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Fungsionam : ad bonam
BAB IV
ANALISIS KASUS
Dari anamnesis didapatkan OS, seorang anak laki-laki berumur 12 tahun,
OS datang dengan keluhan sakit pada telinga kanan sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit. OS merasakan nyeri jika bagian depan telinga kanan ditekan. Pada
awalnya OS merasa gatal di telinga kanan. OS juga merasa pendengarannya
berkurang. OS menyangkal adanya riwayat keluar cairan dari telinga. Riwayat
demam disangkal, batuk pilek juga disangkal. OS tidak mengeluh rasa telinga
19
20. berdengung. Riwayat gigi berlubang disangkal. Riwayat nyeri tenggorokan
maupun nyeri menelan disangkal.
OS mengaku keluhan timbul setelah berenang di sungai. OS memang
memiliki kebiasaan berendang di sungai setiap hari. Riwayat trauma pada kepala
atau telinga juga disangkal.
Dari pemeriksaan fisik telinga ditemukan telinga kanan nyeri tekan tragus
(+), nyeri tarik auricula (+), CAE sempit, hiperemis (+), edema (+), KGB regional
membesar (-). Telinga kiri dalam batas normal
Otitis eksterna merupakan peradangan liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan infeksi bakteri, jamur, dan virus. Faktor yang mempermudah radang
telinga luar ialah perubahan pH di liang telinga menjadi basa, keadaan udara yang
lembab dan hangat, serta faktor predisposisi yaitu trauma ringan ketika mengorek
telinga.
Otitis ekterna difusa mengenai kulit liang telinga bagian dua pertiga dalam.
Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasannya.
Bakteri penyebabnya yang tersering adalah Pseudomonas.
Gejala otitis eksterna difusa adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat
sempit, kadang kelenjar getah bening regional dapat membesar, dan tedapat nyeri
tekan.
Pengobatannya degan membersihkan liang telinga, memasukkan tampon
yang mengandung antibiotika ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik
dengan kulit yang meradang. Kadang diperlukan pula obat antibiotika sistemik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adnan. Perkembangan Telinga. 2008. Di akses
http://www.scribd.com/doc/33877494/perkembangan-telinga. Pada
tanggal 8 November 2012
2. Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta: FK UI.
2008.
20
21. 3. Enriquez A, et al. Basic Otolaryngology. Manila: Department of
Otorhinolaryngology UP - PGH. 1993.
4. Abdullah F. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring
Dengan Salep Ichtyol (Ichtammol) Pada Otitis Eksterna Akut. Di akses di:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6423/1/tht-farhan.pdf.
Pada tanggal 8 November 2012
5. Adams G, Boies L, Higler P. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta:
EGC.1997.
6. Lee K.J, Essential otolaryngology: head and neck surgery. Stamford:
Appleton & Lange. 1995.
7. Becker W, Naumann H, Pfaltz C. Ear, Nose, and Throat, A Pocket
Reference. Second, revised edition. New York: Thieme. 1994.
8. Stöppler M. Swimmer’s Ear Infection. Di akses:
http://www.medicinenet.com/otitis_externa/article.htm Pada Tanggal 11
November 2012
21