SlideShare a Scribd company logo
1 of 108
TUTOR M1B18
Otitis Media
1910006 Saskia Amadea Yonathan
1910071 Natasya Sunandar
1910102 Maria Omega Krisnawati Gabur
1910108 Jessica Kirsten
1910116 Muhammad Arya Laksamana
1910118 Abigail Maydaline Gleyriena Tenda
1910156 Sarah Nedina Simbolon
1910165 Witha Satya Kosala
TERMINOLOGI
Kongesti Konka Inferior : disebut juga dengan turbinate hypertrophy, adalah
pembengkakan yang terjadi pada konka nasalis inferior, bisa disebabkan
hipertrofi atau hiperplasia.
Pars Tensa Membran Tympani : bagian dari membran timpani yang lebih besar
dan menegang.
http://repository.unimus.ac.id/273/3/BAB%20II.pdf https://radiopaedia.org/articles/pars-tensa
Anatomi
Telinga
Telinga merupakan organ pendengaran dan
keseimbang
Auris External
Auricular (pinna/daun telinga)
- Dibentuk oleh kartilago elastis dengan
perichondrium
- Dilapisi oleh kulit tipis yang mempunyai
rambut halus, glandula sebacea dan
jaringan subkutan tipis, pada permukaan
posterior lebih tebal dibandingkan
dengan permukaan anterior
- Pada kulit lobus auricula terdapat jaringan
lemak.
Aricula → Mempunyai dua kelompok ligamen dan
muskulus:
● Ligamen ekstrinsik (menghubungkan daun telinga dengan
sisi kepala)
● Ligamen intrinsik (menghubungkan bagian-bagian dari
kartilago dan dengan meatus akustikuseksternus.
❏ Musculus intrinsik (menghubungkan bagian-bagian daun
telinga)
❏ Musculus ekstrinsik (menghubungkan daun telinga dengan
tulang tengkorak dan kulit kepala)
Pembuluh Darah
Aliran lympha :
- nodi lymphatici mastoidei
- nodi lymphatici cervicales profundi superior
- nodi lymphatici cervicales superficialis
Persyarafan
Meatus Acusticus Externus
● Merupakan saluran lanjutan auricula
● Panjangnya ±25 mm dengan arah medio-
inferior
● Saluran bagian luar berkerangka tulang
rawan elastis, lanjutan cartilago
auricula,dan 2/3 saluran bagian dalam
berkerangka tulang temporal.
● Dilapisi oleh kulit tipis yang berhubungan
erat dengan perichondrium atau
periosteum, rambut, glandula sebacea dan
glandula ceruminosa
● Dipersyarafi oleh
→ Auriculotemporal nerve (CN V3)
→ Facial nerve (CN 7)
→ Vagus nerve (CN 10)
Membran Timpani (MT)
● Berbentuk kerucut → puncaknya disebut
umbo
● Dasar MT berbentuk oval
● Memiliki 2 bagian (pars tensa dan pars
flaksida)
● Memiliki 2 macam serabut (sirkuler dan
radier) → timbulnya reflek cahaya
● Dibagi dalam 4 kuadran (untuk
menyatakan letak perforasi MT)
● Dipersyarafi oleh
→ Auriculotemporal nerve (CN V3)
→ Facial nerve (CN 7)
→ Vagus nerve (CN 10)
Auris Media
Cavita Timpani
●Terletak di dalam pars petrosa dari
tulang temporal, bentuknya bikonkaf, atau
seperti kotak
●Diameter antero-posterior atau vertikal 15 mm,
sedangkan diameter transversal 2-6 mm
●Kavum timpani terdiri dari :
- Tulang-tulang pendengaran, terbagi atas:
malleus
(hammer/martil), inkus (anvil/landasan), stapes
(stirrup/pelana)
- Otot, terdiri atas: otot tensor timpani (muskulus
tensor timpani) dan otot stapedius (muskulus
stapedius).
- Saraf korda timpani.
- Saraf pleksus timpanikus
1. Dinding superior (paries tegmentalis): membentuk atap cavitas
tympani, dibentuk oleh tegmen tympani yang memisahkan cavitas tympani
dari dura.
2. Dinding inferior (paries jugularis): membentuk dasar cavitas tympani
dan berbatasan dengan bulbus venae jugularis.
3. Dinding lateral (paries membranaceus) : berbatasan dengan auris
externa: sebagian besar dibentuk oleh membran tympanica.
4. Dinding medial (paries labyrinthicus): berbatasan dengan auris
interna, terutama dibentuk oleh tonjolan pada cochlea bagian basal
(promontorium)
5. Dinding posterior (paries mastoideus): berbatasan dengan cellula
mastoidea di processus mastoideus, yang dapat diakses melalui aditus ad
antrum mastoideum.
6. Dinding anterior (paries caroticus): termasuk ostium tympanicum tubae
auditivae dan berbatasan dengan canalis caroticus.
Osicula Auditus
M. stapedius :
- Persarafan nya cabang dari
nervus mandibullaris (V3)
- Fungsi : kontraksi menarik
manubrium mallei ke medial,
menegangkn membrana
tympani
M. tensor tympanica :
- Persarafnya cabang dari n.
facialis
- Fungsi : kontraksi, menarik
stapes ke posterior, mencegah
getaran yang berlebihan
Tuba eustakhius (Tuba auditori atau Tuba faringotimpani)
● Merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani
dengan nasofaring.
● Berbentuk seperti huruf S
● Pada orang dewasa panjang tuba (36 mm)
● Pada anak < 9 bulan (17,5 mm)
● Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu :
1. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan
pendek (1/3 bagian).
2. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan
dan panjang (2/3 bagian).
● Fungsi → ventilasi, drenase sekret dan menghalangi masuknya
sekret dari nasofaring ke telinga tengah.
Auris Internal
Auris interna disebut juga labirin
karena mempunyai struktur yang
kompleks, terdiri dari:
● Terdiri dari 2 bagian:
- Tulang → labyrinthus osseous
- Membran → labyrinthus
membranaceous
● Labyrinthus osseous terdiri dari saluran-saluran dan
ruangan-ruangan yang terdapat di dalam os petrosum.
● labyrinthus membranaceous terdapat didalam labyrinthus
osseous, diantara keduanya terdapat perilymph, sedang
didalam labyrinthus membranaceous terdapat cairan
endolymph
● Labyrinthus osseous terdiri dari:
- Vestibulum
- Canalis semicircularis (saluran semisirkularis tulang)
- Cochlea
● Labyrinthus membranaceus terdiri dari :
- Ductus cochelaris
- Utriculus dan sacculus
- Ductus semicirculare
Histologi
Telinga
Telinga dibagi dalam 3 bagian:
- Auris eksterna tersusun oleh
1. Auricula
2. Meatus acusticus externus
3. Membrana tympani
- Auris media terdiri dari
1. Cavum tympani
2. Tuba Eustachii
- Auris interna terdiri dari
1. Labyrinthus osseous
2. Labyrinthus membranaceous
3. Sistem perilymph
Auris Eksterna
● Auricula
- Kulit tipis dengan folikel rambut dan glandula
sebacea
- Permukaan posterior lebih tebal dibanding anterior
- Pada kulit lobus auricula terdapat jaringan lemak
● Meatus Acusticus Externus
- ⅓ lateral : pars cartilaginea
- ⅔ medial : pars ossea
- Kulit : epidermis tipis, glandula sebacea, modifikasi
glandula sudorifera (glandula ceruminosa)
● Membrana Tympani
- Luar: epidermis tipis tanpa rambut dan
glandula (ektoderm)
- Dalam: epitel selapis gepeng sampai kubus
(endoderm)
- Di antara kedua epitelnya terdapat jaringan
ikat padat
Auris Media
● CAVUM TIMPANI
- Dilapisi oleh epitel selapis
gepeng/kubus, lamina
propria tipis periosteum
- Sekitar tuba dilapisi oleh
epitel selapis kubus/silindris
dengan cillia,
- (-) kelenjar
● TUBA EUSTACHII
Antara bagian anterior cavum
tympani dan bagian latero-
posterior nasopharynx
- (-) kelenjar
- ⅓ sebelah cavum
tympani: pars ossea
- ⅔ sebelah
nasopharynx: pars
cartilaginea
Auris Interna
● LABYRINTHUS OSSEUS
- Labirin tulang. Terdiri dari
Vestibulum
Canalis semicircularis
Cochlea : skala vestibuli, skala media, skala
tympani
● LABIRINTHUS MEMBRANACEOUS
(utriculus, sacculus, ductus semicircularis)
- Dilapisi epitel selapis gepeng dengan jaringan
ikat tipis, kecuali pada bagian sensoris
(neuroepitel).
Ductus cochlearis :
Termasuk labyrinthus membranaceous &
terisi endolymph.
Antara ductus choclearis & scala vestibuli
= membrana vestibularis
Terdapat sel-sel Claudius, sel-sel
Boettcher & organon Corti
● Sistem Perilymph
- terdiri dari jaringan perilymph & cairan perilymph yang mengisi
labirin tulang untuk memperkuat/menyokong dinding labyrinthus
membranaceous + membentuk trabekel antara labyrinthus
membranaceous dan labirin tulang.
- Jaringan perilymph terdiri dari lapisan jaringan ikat tipis → epitel
selapis gepeng.
- Komposisi cairan perilymph → kadar Na tinggi, kadar K rendah dan
sedikit protein.
- Perilymph keluar dari mikrovaskular periosteum dan dialirkan oleh
ductus perilymphaticus ke ruang subarachnoid.
Fisiologi
Pendengaran
Fungsi Telinga
1. Pendengaran
2. Keseimbangan
Proses Pendengaran - Auris Externa → Media
Proses Pendengaran - Cochlea
Proses Pendengaran - Cochlea
Proses Pendengaran - Sel Rambut
Proses Pendengaran - Sel Rambut
Otitis Media Akut
Definisi
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel mastoid.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 7. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Etiologi
Faktor Risiko
● Bayi → ukuran & posisi tuba
Eustachii pada bayi lebih lebar,
pendek & horizontal, sehingga
memudahkan masuknya
virus/bakteri, serta fungsi
imunitas belum sempurna
● Infeksi saluran napas akut
(ISPA)
● Bayi tidak mendapatkan ASI
Eksklusif
https://www.uspharmacist.com/article/management-of-pediatric-otitis-media
Epidemiologi
● Episode otitis media akut (OMA) pada tahun pertama dan tahun ketiga
adalah 66% dan 86% pada lelaki, serta 53% dan 77% pada wanita
● Puncak insidensi = usia 6‒12 bulan pertama kehidupan, & menurun
setelah usia 5 tahun.
● Sebanyak 80% anak-anak menderita otitis media, dan 80‒ 90% anak-
anak menderita otitis media efusi sebelum usia sekolah
● Di usia dewasa, otitis media lebih jarang terjadi kecuali pada dewasa
dengan keadaan defisiensi imun
Klasifikasi
● Stadium oklusi tuba Eustachius
○ Adanya gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif
di dalam telinga tengah, karena adanya absorpsi udara
○ Membran timpani terlihat suram dengan refleks cahaya menghilang
○ Efusi mungkin telah terjadi, tapi tidak dapat dideteksi
○ Sulit dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau
alergi
● Stadium Hiperemis
○ Tampak pembuluh darah melebar di membran timpani sehingga membran
timpani tampak hiperemis serta edema
○ Sekret yang terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga
sukar dilihat
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 7. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
● Stadium Supurasi
○ Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel
superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani yang
menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah telinga luar
○ Pasien tampak sangat sakit, dan demam, serta rasa nyeri di telinga bertambah
hebat.
○ Bila tidak dilakukan insisi (miringotomi) pada stadium ini, kemungkinan besar
○ Membran timpani akan ruptur dan keluar nanah ke liang telinga luar.
○ Bila ruptur, maka lubang tempat ruptur (perforasi) kadang tidak menutup
kembali terutama pada anak usia lebih dari 12 tahun atau dewasa.
● Stadium Perforasi
○ Terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi → ruptur
membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga
luar
● Stadium Resolusi
○ Bila terjadi penyembuhan (efek terapi atau proses alami) maka otore akan
berkurang sampai tidak ada
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 7. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Patogenesis &
Patofisiologi
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 7. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Gejala Klinis
● Pada anak yang sudah dapat berbicara
○ Nyeri di dalam telinga
○ Suhu tubuh tinggi / demam
○ Riwayat ISPA sebelumnya
● Pada anak yang lebih besar / dewasa
○ Nyeri di dalam telinga
○ Gangguan pendengaran
● Pada bayi dan anak kecil
○ Suhu tubuh tinggi 39°C (stadium supurasi)
○ Gelisah
○ Sukar tidur
○ Tiba-tiba menjerit waktu tidur
○ Diare
○ Kejang
Bila terjadi ruptur membran timpani → sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun,
anak tertidur tenang
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 7. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Pemeriksaan Penunjang
● Tympanocentesis
○ Aspirasi dari isi telinga tengah melalui membran timpani dengan jarum dan
mengambil materi untuk diagnosis. Lubang cukup kecil untuk sembuh dalam 1-2
hari.
○ Dapat dilakukan pada:
■ Neonatus yang berusia kurang dari 6 minggu (kemungkinan patogen invasif
lebih tinggi)
■ Pasien immunocompromised/immunosuppressed
■ Pasien yang sudah menerima tatalaksana antimikroba namun gagal dan
mengalami sepsis lokal/sistemik karenanya
■ Pasien dengan komplikasi yang memerlukan kultur untuk terapi adekuat
● Lab
○ Serum protein S100A12 dan IL-10 dapat menentukan adanya H influenzae.
https://emedicine.medscape.com/article/859316-workup#c8
Penatalaksanaan
Tergantung stadium:
● Stadium hiperemis: antibiotik, analgetik
○ Antibiotik Golongan Penicillin:
■ Amoxicillin 40-90 mg/Kg BB/hari atau Ampicillin 50-100 mg/Kg BB/hari
bagi 4 dosis
■ Co-amoxiclav 40 mg/Kg BB terbagi dalam 3 dosis
■ Cephalosporin generasi 2 : cefuroxime 30mg/Kg BB/hari dibagi dalam 2
dosis pc
○ Golongan makrolida
■ Erythromycin 20-40 mg/Kg BB/hari dibagi 2 dosis, 7 hari
■ Azithromycin sehari sekali 10 mg/Kg BB/hari single dose, 4 hari
■ Clarithromycin 15 mg/Kg BB/hari dibagi 2 dosis sehari, 5-10 hari
○ Golongan sulfonamida
■ Kotrimoksazol (kombinasi trimethoprim 80 mg + sulfametoksazol 400mg) -
dewasa 2x2 tablet
■ Kotrimoksazol (kombinasi trimethoprim 40 mg + sulfametoksazol 200mg)
anak-2x1 tab atau suspensi 2x5ml
● Stadium eksudasi:
antibiotik +
miringotomi
● Stadium supurasi:
antibiotik +
miringotomi
● Stadium revolusi:
antibiotik dilanjutkan
sampai 3 minggu
https://www.uspharmacist.com/article/management-of-pediatric-otitis-media
Penatalaksanaan
Terapi bedah
● Stadium eksudasi dan supurasi yang belum perforasi: miringotomi
○ Indikasi miringotomi: febris tinggi, kejang, membrana tympani bombans
○ Dibuat sayatan kecil dengan pisau khusus pada kuadran anteroinferior untuk
mengeluarkan cairan dalam cavitas tympani
○ Setelah miringotomi: demam dan otalgia berkurang, timbul otore (perlu
antisipasi, diinformasikan ke pasien dan keluarga)
● Stadium mastoiditis/komplikasi: operasi mastoidektomi
○ Membuka mastoid dari arah belakang telinga untuk drainage cairan dan produk
radang lainnya keluar
○ Daerah operasi tidak mencapai ke cavitas tympani
Pencegahan
● Jauhkan anak dari lingkungan penuh
asap atau rokok.
● Lengkapi vaksinasi
● Jaga cara memberi makan anak.
● Berikan ASI eksklusif.
● Hindari paparan dengan pengidap
otitis media.
Komplikasi
● Perforasi sentral membran timpani
● Otitis media supuratif kronik (OMSK)
● Mastoiditis
● Gangguan pendengaran konduktif
● Meningitis
● Abses otak
Prognosis
Prognosis otitis media secara
keseluruhan baik, 80% pasien anak dapat
sembuh dalam waktu 3 hari tanpa antibiotik.
Namun, perlu berhati-hati terhadap
kemungkinan komplikasi
Otitis Media
Supuratif
Kronik
Definisi
Otitis media supuratif kronik (OSMK) adalah proses peradangan akibat adanya
infeksi pada mukoperiosteum rongga telinga tengah yang ditandai dengan
adanya perforasi membran timpani, keluarnya sekret yang terus menerus atau
hilang timbul, dan dapat menyebabkan perubahan patologis yang permanen
B
A
Etiologi
Faktor Resiko
● Komplikasi AOM persisten
● Higienitas dan nutrisi yang buruk
● Paparan asap rokok secara pasif
● Immunodefisiensi
● Sering terkena ISPA
● Sosioekonomi rendah (pemukiman padat pendudut)
● Penggunaan alat bantu pernafasan : tabung ventilasi
Epidemiologi
● Prevalensi OMSK di dunia 65 - 330 jt orang
● 39 - 200 jt orang (60%) mengalami gangguan pendengaran yang
signifikan
● Populasi penderita OSMK tertinggi terjadi di Alaska, Canada,
Greenland, suku indian dan aborigin (7-46%)
● ± 39/100.000 kasus terjadi pada anak dan remaja usia ≤ 15 tahun per
tahunnya.
Klasifikasi
● Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar
○ OMSK aktif
■ sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif
○ OSMK tenang
■ keadaan kavum timpaninya terlihat asah atau kering
● Berdasarkan ada atau tidaknya kolesteatoma
○ OMSK aman
■ Peradangan hanya ada bagian mukosa saja dan tidak mengenai
tulang
■ Perforasi terletak di sentral. Umumnya perforasi tipe aman jarang
menyebabkan komplikasi yang berbahaya. Pada tipe aman tidak
terjadi kolesteastoma
○ OMSK maligna
■ Pada tipe ini peradangan dapat mengenai tulang. Perorasinya
mengenai bagian marginal
■ Kadang-kadang terdapat kolesteatoma pada OMSK dengan
perforasi subtotal
Patogenesis
Serangkaian interaksi kompleks antara faktor risiko
lingkungan, bakteri, inang, dan genetik
Bakteri menghasilkan
biofilm → resisten
terhadap antibiotik
dan senyawa
antimikroba lainnya
meningkatnya
kadar protein
TNF-α, IL-6, IL-1β,
IL-8, dan IFN-γ
Inflamasi kronis pada auris media →
OMSK
Patofisiologi
OMSK dapat menyebabkan gangguan pendengaran konduktif (CHL) serta
gangguan pendengaran sensorineural (SNHL)
adanya cairan (nanah),
yang dapat menghalangi
konduktansi suara ke
telinga bagian dalam.
Jumlah efusi di telinga
tengah secara langsung
berkorelasi dengan
besarnya dan beratnya
CHL
Infeksi telinga tengah menyebabkan
pembentukan mediator inflamasi
seperti oksida nitrat dan metabolit
asam arakidonat, yang dapat
menyebabkan perubahan fungsional
serta morfologis pada struktur
pendengaran
Gejala Klinis
● Otore : sekret hilang timbul ≥ 2 bulan, bau, mukopurulen
● Penurunan Kesadaran
● Perforasi membran timpani
● Jaringan granulasi/kolesteatoma di telinga tengah
● Otalgia bila ada proses eksaserbasi akut atau penyebaran ke
susunan saraf pusat
● Vertigo dan tinitus bila terjadi komplikasi ke telinga dalam
Pemeriksaan Penunjang
● High-resolution temporal bone CT scan --> untuk pasien CSOM yang
tidak responsif tatalaksana, CSOM persisten (misalkan karena
cholesteatoma)
● MRI --> untuk menyingkirkan jika curiga DD/ inflamasi dural, trombosis
sinus sigmoid, labirintis
● Audiogram
Penatalaksanaan
Tipe aman
Terapi konservatif :
● Aural toilet : cuci telinga menggunakan H202 3% selama 3-5 hari
● Antibiotik oral
Observasi 2 bulan masih ada perforasi meskipun sekret hilang :
● Mastoidektomi sederhana
○ Indikasi : OMSK tipe aman yang tidak membaik dengan terapi
konservatif
○ Tujuan : Infeksi tenang dan sekret tidak keluar lagi
● Miringoplasti (Timpanoplasti Tipe I)
○ Indikasi : OMSK tipe aman yang tenang dengan tuli ringan hanya
akibat perforasi membran timpani. Pastikan infeksi telah diatasi
sebelumnya.
○ Tujuan : mencegah rekurensi infeksi.
● Timpanoplasti (Tipe II, III, IV, V)
○ Indikasi : OMSK tipe aman dengan kerusakan lebih berat, OMSK
tipe aman yang gagal dengan medikamentosa.
○ Tujuan : menghentikan proses infeksi secara permanen,
memperbaiki membran timpani, dan memperbaiki tulang-tulang
pendengaran
Tipe Bahaya
Pembedahan :
Teknik mastoidektomi dinding runtuh
● Mastoidektomi radikal
○ Indikasi : OMSK bahaya dengan infeksi/kolesteatoma luas
○ Tujuan : membuang jaringan patologis dan mencegah komplikasi
intrakranial
● Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi bondy)
○ Tujuan : membuang jaringan patologik dan mempertahankan
pendengaran
● Pendekatan Ganda Timpanoplasti
○ Tujuan : menyebuhkan penyakit dan memperbaiki pendengaran
tanpa mastoidektomi radikal
Teknik mastoidektomi dinding utuh
● Mastoidektomi Kortikal
○ Tujuan : memperbaiki dinding tulang liang telinga luar bagian
posterior
● Timpanoplasti dengan mastoidektomi dinding liang utuh
● Teknik Obliterasi
○ Tujuan : mengurangi perawatan liang telinga jangka panjang
Pencegahan
● Hindari asap rokok
● Pemberian ASI minimal 6 bulan.
● Hindari ISPA
● Pengobatan antibiotik adekuat
● Jaga nutrisi dan kebersihan
Komplikasi
Prognosis
Prognosis bergantung dengan tipe dan kualitas pengobatan, sebagian besar
OMSK yang ditemukan adalah tipe bahaya.
Meskipun sudah mendapatkan terapi yang adekuat, tidak menutup kemungkinan
terjadi komplikasi terutama disertai dengan kolesteatoma dan usia pasien >10
thn.
Dan di sebagian kasus, OMSK berpotensi menjadi serius karena komplikasinya
dapat mengancam jiwa.
(ncbi) Di negara dengan sosioekonomi rendah, OMSK menjadi kasus tersering
pada kelianan pendengaran. OMSK juga bisa mengancam jiwa karena
komplikasinya (infeksi intrakranial dan mastoiditis akut).
OMSK juga menyebabkan terjadinya 3599 kematian pada tahun 2002.
Kematian biasanya disebabkan oleh OMSK, karena kalau otitis media akut itu
sendiri sifatnya self-limiting disease.
Otitis media serosa
Defenisi
Otitis media Serosa adalah keadaan terdapatnya sekret yang non purulen di
telinga tengah, sedangkan membran timpani utuh. Adanya cairan di telinga
tengah dengan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi disebut juga
otitis media dengan efusi.
Nama lain adalah otitis media non supuratif, otitis media musinosa, otitis media
efusi, otitis media sekretoria, otitis media mucoid (glue ear).
Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan apabila efusi tersebut
kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear)
Keadaan terdapatnya effuse non purulen di cavum timpani yang dapat berupa
mucoid atau serous.
Etiologi
1. Kegagalan fungsi tuba eustachi, disebabkan oleh :
- Hiperplasia adenoid
- Rinitis kronik dan sinusitis
- Tonsilitis kronik
- Tumor nasofaring jinak dan ganas
- Defek palatum
2. Alergi
3. Otitis media yang belum sempurna
4. Infeksi virus
Faktor resiko
1. Kelainan palatum
2. Faktor ras
3. Jenis kelamin
4. Umur
Epidemiologi
▸ Sering pada bayi dan anak-anak < 15 tahun
▸ Di amerika serikat 75% anak mengalami minimal satu episode
sebelum 3 tahun
▸ Di inggris 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum
10 tahun
▸ Otitis media serosa kronik sering pada anak-anak
▸ Otitis media serosa akut sering pada dewasa
Klasifikasi
▸ Otitis media serosa akut
keadaan terbentuknya sekret di telinga secara tiba
tiba disertai nyeri yang disebabkan oleh gangguan
fungsi tuba
▸ Otitis media serosa kronik
keadaan terbentuknya sekret di telinga secara
bertahap dan tanpa rasa nyeri yang disebabkan
oleh gangguan fungsi tuba
Patgen
Terjadi pada OMSA yang telah mengalami resolusi.
Didahului adanya gangguan fungsi tuba eustachii akibat infeksi sekunder, alergi, ISPA
atau trauma.
Gangguan fungsi tuba ini menyebabkan terbentuknya tekanan negatif di dalam ruang
telinga tengah akibat absorpsi oksigen oleh permukaan mukosa ruang telinga tengah.
Tekanan negative ini memicu transudasi cairan serosa ke dalam ruang telinga tengah.
Adanya cairan ini memicu munculnya keluhan berupa nyeri dan rasa penuh di telinga,
serta gangguan pendengaran.
Gejala klinis
1. Pendengaran berkurang (gejala yang
menonjol)
2. Rasa tersumbat pada telinga atau
suara sendiri terdengar lebih keras atau
berbeda pada telinga yang sakit.
3. Kadang kadang terasa seperti ada
cairan yang bergerak dalam telinga
saat posisi kepala berubah.
4. Rasa sedikit nyeri dalam telinga
dapat terjadi pada awal tuba
terganggu, yang menyebabkan
timbulnya tekanan negative pada
telinga tengah.
5. Tinnitus dan Vertigo kadang kadang
ada dalam bentuk yang ringan.
Pemeriksaan penunjang
1. Otoskopi
2. Membran timpani tampak berwarna kekuningan
3. Maleus tampak pendek, retraksi, dan berwarna putih kapur
4. Kadang-kadang tinggi cairan atau gelembung tampak lewat membran timpani
yang semi transparan
Metode diagnosis primer untuk membedakan OMS dengan OMA, dilakukan sebelum
timpanometri
2.Audiometri
a. Menunjukkan tuli konduksi ringan sampai sedang
3.Timpanometri
a. didapatkan hasil tipe B atau C pada timpanogram yang menunjukkan
gerakan membran timpani terbatas karena adanya cairan atau perlekatan
dalam kavum timpani.
b. Menggambarkan flat trace karena berkurangnya fungsi membran timpani
sehingga kurang/ tidak ada pergerakkan minimal dan efusi telinga tengah
(kurva tipe B, 43% kasus OME)
c. Menggambarkan puncak ke kiri (peak to the left) karena tekanan telinga
tengah negatif dan fungsi tabung eustachius abnormal (kurva tipe C, 47 kasus
OME)
https://emedicine.medscape.com/ar
ticle/858990-overview
4.Kultur Bakteri
● Cairan serosa dikumpulkan dari miringotomi, pada sekitar 40% kasus positif
biakan (kultur) bakteri
● Bakteri yang berperan sama dengan yang ditemukan pada *Timpanosentesis
*(proses pengambilan cairan dari membran timpani) Otitis Media Akut (OMA)
● Jenis bakteri yang dapat ditemukan
➔ Streptococcus pneumoniae
➔ Haemophilus influenzae
➔ Moraxella catarrhalis
➔ Staphylococcus epidermidis
Penatalaksanaan
Non - Farko
1. Modifikasi faktor risiko
2. Hindari asap
3. Penggunaan ASI bila memungkinkan
4. Hindari kerumunan sesama anak-anak (daycare dll,)
5. Hindari kontak dengan anak yang sedang menderita
OMS
6. Hindari allergen yang sudah diketahui
Farmakologi
1.Simptomatik:
a. Kortikosteroid
i. Topical nasal steroid : fluctiacasone
b. Antihistamin (bila dicurigai terdapat alergi)
i. Cetirizine PO 1x10 mg
c. Dekongestan
i. Oxymetazoline tetes hidung (0.5% pada usia < 12 bulan dan 1% pada usia >
12 bulan)
2..Antibiotik
a. Bila terdapat tanda/gejala infeksi pada organ disekitar tuba eustachi
b. Erythromycin, sulfisoxazole, amoxicillin, amoxillin- clavulanat, dan
trimethoprim-sulfamethpxazole
1. OMS akan selalu terjadi hilang-timbul bila penyebab tidak
diobati.
2. Pilihan operasi dilakukan untuk kasus persisten OMS
a. Miringotomi
b. AdenoideKtomi
c. Tonsilektomi
3. Kriteria rujuk ke spesialis THT apabila ditemukan
a. Ketulian konduktif yang persisten pada anak, terutama
pada anak dengan tanda-tanda keterlambatan
kemampuan bicara
b. OMS rekuran
c. Terapi medikamentosa tidak memperlihatkan hasil
d. Indikasi operasi ditemukan
Pencegahan
● Edukasi
○ Untuk mendeteksi adanya masalah pendengaran pada
anak sehingga memungkinkan intervensi dini
● OMS unilateral pada orang dewasa harus dilakukan pemeriksaan
rhinoskopi posterior atau flexible nasofaringoskopi sebagai
aspek medikolegal. Hal ini dilakukan untuk screening awal
adanya tumor nasofaring
Komplikasi
● Hilangnya pendengaran
● Keterlambatan bicara pada anak
● Recurrent acute otitis media
Prognosis
1. Prognosis OMS umumnya baik
a. Umumnya dapat sembuh spontan tanpa intervensi
b. Sekitar 5% anak yang menderita OMS yang tidak mendapat terapi
operasi → OMS persisten
c. Rekurensi biasanya terjadi karena pemakaian pipa ventilasi, oleh
karena itu perlu re-insersi pipa ventilasi yang dibarengi dengan
adenoidektomi
2. Kasus OMS sebenarnya banyak, tetapi tidak terdiagnosis
Mastoiditis
Definisi
Mastoiditis adalah infeksi pada tulang mastoid, yaitu tulang yang terletak di
belakang telinga. Biasanya merupakan komplikasi dari otitis media.
Etiologi
Bakteri :
● Streptococcus pneumonia
● Staphylococcus aureus
● Pseudomonas aeruginosa
● Streptococcus pyogenes
● Haemophilus influenzae
● Mycobacterium sp
● Moraxella catarrhalis
Faktor Risiko
● Usia (>anak-anak usia <2tahun)
● Riwayat otitis media
● Otitis media dengan pengobatan inadekuat
● Imun sistem yang buruk
Epidemiologi
● Paling sering dijumpai pada anak berusia kurang dari 2 tahun dengan riwayat otitis
media.
● Insidensi mastoiditis yang memerlukan tindakan bedah dilaporkan sebanyak 0,004% di
amerika serikat.
● Insidensi mastoiditis di negara berkembang jauh lebih tinggi karena banyaknya kasus
otitis media yang tidak mendapat pengobatan adekuat.
Klasifikasi
● Mastoiditis akut (gejala timbul < 1 bulan), terbagiatas:
○ Tapa periosteitis maupun osteitis;
○ Dengan periosteitis;
○ Dengan osteitis.
● Mastoiditis subakut, pada otitis media akut yang tidak membaik dengan
pengobatan atau dengan keterlibatan intrakranial.
● Mastoiditis kronik gejala bertahan hingga berbulan-bulan sampai tahun.
Patogenesis & Patofisiologi
Gejala Klinis
● Nyeri, radang, dan eritema pada prosesus mastoid
● Protrusi aurikula ke lateral dan inferior
● Nyeri telinga
● Demam, letargi
● Otorrhea
● Membran timpani perforasi, efusi, atau menonjol (bulging) (80% pada kasus
anak)
● Penurunan pendengaran akibat penyempitan kanal auditorik eksternal
Pemeriksaan Penunjang
● Hematologi rutin : Leukositosis, LED meningkat, PMN meningkat
● Tympanocentesis/ myringotomy : untuk aspirasi cairan telinga tengah dan
dilakukan kultur, pewarnaan gram, basil tahan asam dari cairan tsb
● Pemeriksaan Kultur : Mencari etiologi
● CT scan : Standar evaluasi untuk mastoiditis
● MRI : Untuk melihat komplikasi dari mastoiditis seperti abscess formation, sinus
thrombosis
● Foto polos mastoid : didapatkan gambaran perselubungan dengan/tanpa
destruksi tulang
● Audiometri : Menunjukan tuli konduktif
Penatalaksanaan
Tujuan
● Menghilangkan gejala pada pasien
● Mencegah progresivitas dan komplikasi penyakit
● Meningkatkan kualitas hidup pasien
Non-farmakologi
● Rujuk ke dr.sp THT untuk tindakan operatif:
● Mastoidectomy
● Myringotomy/tympanocentesis
● Tympanostomy tube placement
● Indikasi :
○ riwayat otitis media supurative yang gagal berespon terhadap terapi
antibiotik dan berkembang menjadi mastoiditis coalescent
○ Insidensi mastoiditis
● Kontraindikasi :
○ anemia, diabetes, hipertensi, penyakit jantung, gangguan pembekuan darah
Penatalaksanaan
Farmakologi
● Antibiotik
○ Ceftriaxone sodium IV selama 14 hari
○ Vankomisin IV (untuk pasien tanpa OMK) selama 14 hari
● Steroid IV → untuk mengurangi pembengkakan mukosa dan meningkatkan
drainase alami melalui aditus ad antrum ke telinga tengah
● Kombinasi antibiotik/steroid topikal
● Simptomatik:
○ Analgesik/Antipiretik
■ paracetamol /Ibuprofen 10-15 mg/kgBB/kali dibagi menjadi 3 dosis.
Komplikasi
● Perforasi membran timpani
● Osteomielitis calvaria/ abses citelli
● Destruksi tulang mastoid
● Labyrinthitis supuratif
● Abses subperiosteal
● Abses bezold
● Petrositis
Pencegahan
● Mengobati otitis media secara tepat dan benar.
● Melakukan vaksinasi pneumokokus, terbukti menurunkan kejadian mastoiditis akibat Streptococcus
pneumonia
● Menjaga kesehatan dan kebersihan telinga dengan rajin kontrol check telinga.
● Mengubah pola hidup untuk menciptakan imun yang baik.
○ Lakukan imunisasi pada anak sesuai jadwal yang dianjurkan.
○ Berikan ASI eksklusif pada bayi.
Prognosis
Tingkat kesembuhan baik dengan terapi yang benar, yaitu pemberian antibiotik, pembedahan konservatif,
dan mastoidektomi. Komplikasi tetap timbul pada pasien yang telah mendapat antibiotik.
PEMBAHASAN SKENARIO
Anamnesis :
An.T, laki-laki, umur 5 tahun datang diantar oleh ibunya ke Puskesmas
dengan keluhan keluar cairan dari telinga kirinya (otorrhea sinistra)sejak
kemarin (akut, kemungkinan ; ada infeksi atau trauma pada telinga).
Cairan awalnya berwarna bening (serosa → OMA → stadium hiperemis)
namun pagi hari ini cairan terlihat berwarna kekuningan (mukopurulen,
Otitis media akut → stadium perforasi).
Lima hari sebelumnya, pasien mengalami demam (febris → ada inflamasi
sistemik), batuk berdahak, hidung tersumbat (kongesti) dan mengeluarkan
lendir (ada tanda GK infeksi saluran pernapasan, kemungkinan rhinitis,
faringitis, rhinofaringitis). Dua hari yang lalu pasien menangis dan rewel
semalaman sehingga sulit tidur (infeksi; otitis media akut→ stadium
supurasi). Hari ini sudah tidak demam (efek obat penurun panas) dan tidak
rewel lagi seperti sebelumnya (curiga sudah memasuki stadium perforasi
namun belum terjadi resolusi).
PEMBAHASAN SKENARIO
Anamnesis :
Usaha berobat : Ibu memberikan penurun panas saat pasien demam.
(usaha pengobatan simptomatis → memberikan efek)
Riwayat penyakit dahulu : Ibu menyangkal anaknya pernah
mengalami keluar cairan dari telinga sebelumnya (baru pertama kali,
menyingkirkan kelainan bersifat kronis).
Riwayat penyakit keluarga : Kakak pasien mengalami batuk pilek
disertai demam 1 minggu sebelumnya.(curiga adanya faktor risiko
penularan infeksi saluran napas)
Riwayat kebiasaan : Ibu mengatakan pasien tidak pernah disusui
maupun mendapat ASI sejak lahir dan mendapat asupan susu formula
menggunakan botol dan dot. (faktor risiko otitis media akut→
kandungan susu formula yang diminum secara terlentang/ berbaring
dapat memasuki tuba auditiva → iritasi dan gangguan fisiologi
imunitas)
PEMBAHASAN SKENARIO
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : kesadaran compos mentis, sakit ringan
Berat badan : 25 kg
Tanda vital:
R: 28 x/menit N: 88 x/menit, regular, equal, isi cukup S: 36,8 0 C (DBN)
Status generalis :
Kulit : turgor baik
Kepala : konjungtiva tidak anemis , sklera tidak ikterik, bibir tidak
sianosis.
Hidung : mukosa cavum nasi hiperemis, sepasienet mukosa di kedua
cavum nasi tampak sempit karena kedua konka inferior kongesti.
(tanda terjadi inflamasi pada hidung, suspek rhinitis, rhinofaringitis
→ faktor risiko terjadinya penyebaran ascending infection melalui
tuba auditiva)
PEMBAHASAN SKENARIO
Pemeriksaan Fisik :
Telinga kiri : daun telinga normal, preaurikuler tidak ada kelainan, nyeri tekan
tidak ada, tidak ada pembengkakan, warna kulit normal. Liang telinga luar
basah oleh sekret mukopurulen. (suspek terjadi infeksi bakteri pada telinga)
Membrana tympani perforasi pada pars tensa. (tanda otitis media masih pada
stadium perforasi karena masih terdapat sekret pada liang telinga)
Telinga kanan : normal
Tenggorok : mukosa orofaring hiperemis,(suspek rhinopharyngitis → FR
ascending infection melalui tuba auditiva ke auris media) tonsila palatina ukuran
T1/T1
Leher : tidak terdapat pembesaran Limfonodi cervical
Toraks : bentuk dan pergerakan simetris
Cor : bunyi jantung I dan II normal, murmur (-)
Pulmo : VBS +/+, tidak didapatkan ronki maupun wheezing
Abdomen : datar, lembut, bising usus normal.
Ekstremitas : hangat, sianosis (-) CRT < 2 detik
PEMBAHASAN SKENARIO
Pemeriksaan Penunjang :
Hematologi rutin dalam batas normal
Pemeriksaan Penunjang Lanjutan :
Otoskopi
X-ray mastoid → memeriksa komplikasi mastoiditis
Diagnosis Kerja :
Otitis Media Supurativa Akut Stadium Perforasi a/r auris sinistra
Diagnosis Tambahan :
Rhinofaringitis akut
PEMBAHASAN SKENARIO
Dasar Diagnosis :
A. Anamnesis :
● Usia 5 tahun
● Otorrhea sinistra akut
● Cairan bening (serosa) → kekuningan (mukopurulen)
Lima hari yang lalu :
● Febris
● Batuk berdahak
● Kongesti nasal dan mengeluarkan lendir
Dua hari yang lalu :
● Menangis rewel semalaman dan sulit tidur
Hari ini :
● Tidak rewel lagi
● Febris hilang → efek obat.
PEMBAHASAN SKENARIO
Dasar Diagnosis :
A. Anamnesis :
● Pertama kali
● Faktor risiko penularan infeksi dari kakak pasien
● Faktor risiko minum susu botol sambil berbaring
A. Pemeriksaan Fisik:
● Hidung :
○ mukosa cavum nasi hiperemis,
○ sepasienet mukosa di kedua cavum nasi tampak sempit karena kedua konka
inferior kongesti.
● Telinga kiri :
○ daun telinga normal,
○ preaurikuler tidak ada kelainan,
○ nyeri tekan tidak ada,
○ tidak ada pembengkakan,
○ warna kulit normal.
○ Liang telinga luar basah oleh sekret mukopurulen.
○ Membrana tympani perforasi pada pars tensa.
● Tenggorok : mukosa orofaring hiperemis
PEMBAHASAN SKENARIO
Penatalaksanaan :
a. Non-medikamentosa :
● Istirahat yang cukup
● Minum air putih yang cukup
● Menjaga asupan yang
bergizi dan sehat
b. Medikamentosa :
R/ Sol H2O2 3%
S 3 dd gtt IV auric sin 2 - 5 menit
R/Sol Asam Asetat 2%
S 3 dd gtt Iv auric sin
R/ Sol Ofloxacin fls No.I
S 2 dd gtt v auric sin setelah dicuci
R/ Co Amoxiclav syr 250mg/5ml fls I
S 3 dd cth I
R/ Pseudoephedrine HCl syr 30mg/5 ml fls I
S 4 dd cth ½ prn
R/ Paracetamol syr 120 mg/5 ml fls I
S 3 dd cth I prn
____________________________________ A
PEMBAHASAN SKENARIO
Prognosis :
Quo Ad Vitam : Ad Bonam
Quo Ad Fungsionam : Dubia Ad Bonam
Quo Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam

More Related Content

Similar to Tutor 22 M1B19.pptx

Baru laporan modul 2 3
Baru laporan modul 2 3Baru laporan modul 2 3
Baru laporan modul 2 3Thary's Phyup
 
Anatomi Telinga.pptx
Anatomi Telinga.pptxAnatomi Telinga.pptx
Anatomi Telinga.pptxNawafAmoudi
 
Lapsus mely
Lapsus melyLapsus mely
Lapsus melym3ly22
 
brainstem anatomi dan blablabal bibibi bububu
brainstem anatomi dan blablabal bibibi bubububrainstem anatomi dan blablabal bibibi bububu
brainstem anatomi dan blablabal bibibi bububuagungtk456
 
STRUKTUR & FISIOLOGI - TELINGA
STRUKTUR & FISIOLOGI - TELINGASTRUKTUR & FISIOLOGI - TELINGA
STRUKTUR & FISIOLOGI - TELINGAMuhammad Nasrullah
 
New microsoft office power point presentation (2)
New microsoft office power point presentation (2)New microsoft office power point presentation (2)
New microsoft office power point presentation (2)085775409950
 
New microsoft office power point presentation (2)
New microsoft office power point presentation (2)New microsoft office power point presentation (2)
New microsoft office power point presentation (2)085775409950
 
Anatomi & Fisiologi Telinga Tengah
Anatomi & Fisiologi Telinga Tengah Anatomi & Fisiologi Telinga Tengah
Anatomi & Fisiologi Telinga Tengah Putu Wijaya Kandhi
 
ANFIS PERSEPSI SENSORI.pptx
ANFIS PERSEPSI SENSORI.pptxANFIS PERSEPSI SENSORI.pptx
ANFIS PERSEPSI SENSORI.pptxResii1
 
Anfis penginderaan
Anfis penginderaanAnfis penginderaan
Anfis penginderaanucihaerizt
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akutPhil Adit R
 
298411631-HISTOLOGI-TELINGA.ppt
298411631-HISTOLOGI-TELINGA.ppt298411631-HISTOLOGI-TELINGA.ppt
298411631-HISTOLOGI-TELINGA.pptWahyujawaI
 
Otitis media supuratif akut ok
Otitis media supuratif akut okOtitis media supuratif akut ok
Otitis media supuratif akut okpaktotok
 
Anfis sis pendengaran
Anfis sis pendengaran Anfis sis pendengaran
Anfis sis pendengaran Yusuf Aruke
 
Organ Sistem Pendengaran
Organ Sistem PendengaranOrgan Sistem Pendengaran
Organ Sistem Pendengarandewisetiyana52
 

Similar to Tutor 22 M1B19.pptx (20)

Baru laporan modul 2 3
Baru laporan modul 2 3Baru laporan modul 2 3
Baru laporan modul 2 3
 
Anatomi Telinga.pptx
Anatomi Telinga.pptxAnatomi Telinga.pptx
Anatomi Telinga.pptx
 
Lapsus mely
Lapsus melyLapsus mely
Lapsus mely
 
brainstem anatomi dan blablabal bibibi bububu
brainstem anatomi dan blablabal bibibi bubububrainstem anatomi dan blablabal bibibi bububu
brainstem anatomi dan blablabal bibibi bububu
 
STRUKTUR & FISIOLOGI - TELINGA
STRUKTUR & FISIOLOGI - TELINGASTRUKTUR & FISIOLOGI - TELINGA
STRUKTUR & FISIOLOGI - TELINGA
 
Panca indera manusia
Panca indera manusiaPanca indera manusia
Panca indera manusia
 
New microsoft office power point presentation (2)
New microsoft office power point presentation (2)New microsoft office power point presentation (2)
New microsoft office power point presentation (2)
 
New microsoft office power point presentation (2)
New microsoft office power point presentation (2)New microsoft office power point presentation (2)
New microsoft office power point presentation (2)
 
Mengenal indra pembau
Mengenal indra pembauMengenal indra pembau
Mengenal indra pembau
 
Anatomi & Fisiologi Telinga Tengah
Anatomi & Fisiologi Telinga Tengah Anatomi & Fisiologi Telinga Tengah
Anatomi & Fisiologi Telinga Tengah
 
ANFIS PERSEPSI SENSORI.pptx
ANFIS PERSEPSI SENSORI.pptxANFIS PERSEPSI SENSORI.pptx
ANFIS PERSEPSI SENSORI.pptx
 
Anfis penginderaan
Anfis penginderaanAnfis penginderaan
Anfis penginderaan
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
diskusi
diskusidiskusi
diskusi
 
Anatomi fisiologi telinga
Anatomi fisiologi telingaAnatomi fisiologi telinga
Anatomi fisiologi telinga
 
PPT tenggorok.pptx
PPT tenggorok.pptxPPT tenggorok.pptx
PPT tenggorok.pptx
 
298411631-HISTOLOGI-TELINGA.ppt
298411631-HISTOLOGI-TELINGA.ppt298411631-HISTOLOGI-TELINGA.ppt
298411631-HISTOLOGI-TELINGA.ppt
 
Otitis media supuratif akut ok
Otitis media supuratif akut okOtitis media supuratif akut ok
Otitis media supuratif akut ok
 
Anfis sis pendengaran
Anfis sis pendengaran Anfis sis pendengaran
Anfis sis pendengaran
 
Organ Sistem Pendengaran
Organ Sistem PendengaranOrgan Sistem Pendengaran
Organ Sistem Pendengaran
 

Recently uploaded

materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 

Recently uploaded (18)

materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 

Tutor 22 M1B19.pptx

  • 1. TUTOR M1B18 Otitis Media 1910006 Saskia Amadea Yonathan 1910071 Natasya Sunandar 1910102 Maria Omega Krisnawati Gabur 1910108 Jessica Kirsten 1910116 Muhammad Arya Laksamana 1910118 Abigail Maydaline Gleyriena Tenda 1910156 Sarah Nedina Simbolon 1910165 Witha Satya Kosala
  • 2. TERMINOLOGI Kongesti Konka Inferior : disebut juga dengan turbinate hypertrophy, adalah pembengkakan yang terjadi pada konka nasalis inferior, bisa disebabkan hipertrofi atau hiperplasia. Pars Tensa Membran Tympani : bagian dari membran timpani yang lebih besar dan menegang. http://repository.unimus.ac.id/273/3/BAB%20II.pdf https://radiopaedia.org/articles/pars-tensa
  • 4. Telinga merupakan organ pendengaran dan keseimbang
  • 5. Auris External Auricular (pinna/daun telinga) - Dibentuk oleh kartilago elastis dengan perichondrium - Dilapisi oleh kulit tipis yang mempunyai rambut halus, glandula sebacea dan jaringan subkutan tipis, pada permukaan posterior lebih tebal dibandingkan dengan permukaan anterior - Pada kulit lobus auricula terdapat jaringan lemak.
  • 6.
  • 7. Aricula → Mempunyai dua kelompok ligamen dan muskulus: ● Ligamen ekstrinsik (menghubungkan daun telinga dengan sisi kepala) ● Ligamen intrinsik (menghubungkan bagian-bagian dari kartilago dan dengan meatus akustikuseksternus. ❏ Musculus intrinsik (menghubungkan bagian-bagian daun telinga) ❏ Musculus ekstrinsik (menghubungkan daun telinga dengan tulang tengkorak dan kulit kepala)
  • 8.
  • 10. Aliran lympha : - nodi lymphatici mastoidei - nodi lymphatici cervicales profundi superior - nodi lymphatici cervicales superficialis
  • 12. Meatus Acusticus Externus ● Merupakan saluran lanjutan auricula ● Panjangnya ±25 mm dengan arah medio- inferior ● Saluran bagian luar berkerangka tulang rawan elastis, lanjutan cartilago auricula,dan 2/3 saluran bagian dalam berkerangka tulang temporal. ● Dilapisi oleh kulit tipis yang berhubungan erat dengan perichondrium atau periosteum, rambut, glandula sebacea dan glandula ceruminosa ● Dipersyarafi oleh → Auriculotemporal nerve (CN V3) → Facial nerve (CN 7) → Vagus nerve (CN 10)
  • 13. Membran Timpani (MT) ● Berbentuk kerucut → puncaknya disebut umbo ● Dasar MT berbentuk oval ● Memiliki 2 bagian (pars tensa dan pars flaksida) ● Memiliki 2 macam serabut (sirkuler dan radier) → timbulnya reflek cahaya ● Dibagi dalam 4 kuadran (untuk menyatakan letak perforasi MT) ● Dipersyarafi oleh → Auriculotemporal nerve (CN V3) → Facial nerve (CN 7) → Vagus nerve (CN 10)
  • 15. Cavita Timpani ●Terletak di dalam pars petrosa dari tulang temporal, bentuknya bikonkaf, atau seperti kotak ●Diameter antero-posterior atau vertikal 15 mm, sedangkan diameter transversal 2-6 mm ●Kavum timpani terdiri dari : - Tulang-tulang pendengaran, terbagi atas: malleus (hammer/martil), inkus (anvil/landasan), stapes (stirrup/pelana) - Otot, terdiri atas: otot tensor timpani (muskulus tensor timpani) dan otot stapedius (muskulus stapedius). - Saraf korda timpani. - Saraf pleksus timpanikus
  • 16.
  • 17. 1. Dinding superior (paries tegmentalis): membentuk atap cavitas tympani, dibentuk oleh tegmen tympani yang memisahkan cavitas tympani dari dura. 2. Dinding inferior (paries jugularis): membentuk dasar cavitas tympani dan berbatasan dengan bulbus venae jugularis. 3. Dinding lateral (paries membranaceus) : berbatasan dengan auris externa: sebagian besar dibentuk oleh membran tympanica. 4. Dinding medial (paries labyrinthicus): berbatasan dengan auris interna, terutama dibentuk oleh tonjolan pada cochlea bagian basal (promontorium) 5. Dinding posterior (paries mastoideus): berbatasan dengan cellula mastoidea di processus mastoideus, yang dapat diakses melalui aditus ad antrum mastoideum. 6. Dinding anterior (paries caroticus): termasuk ostium tympanicum tubae auditivae dan berbatasan dengan canalis caroticus.
  • 19. M. stapedius : - Persarafan nya cabang dari nervus mandibullaris (V3) - Fungsi : kontraksi menarik manubrium mallei ke medial, menegangkn membrana tympani M. tensor tympanica : - Persarafnya cabang dari n. facialis - Fungsi : kontraksi, menarik stapes ke posterior, mencegah getaran yang berlebihan
  • 20. Tuba eustakhius (Tuba auditori atau Tuba faringotimpani) ● Merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring. ● Berbentuk seperti huruf S ● Pada orang dewasa panjang tuba (36 mm) ● Pada anak < 9 bulan (17,5 mm) ● Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu : 1. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian). 2. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian). ● Fungsi → ventilasi, drenase sekret dan menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke telinga tengah.
  • 21.
  • 22. Auris Internal Auris interna disebut juga labirin karena mempunyai struktur yang kompleks, terdiri dari: ● Terdiri dari 2 bagian: - Tulang → labyrinthus osseous - Membran → labyrinthus membranaceous
  • 23. ● Labyrinthus osseous terdiri dari saluran-saluran dan ruangan-ruangan yang terdapat di dalam os petrosum. ● labyrinthus membranaceous terdapat didalam labyrinthus osseous, diantara keduanya terdapat perilymph, sedang didalam labyrinthus membranaceous terdapat cairan endolymph ● Labyrinthus osseous terdiri dari: - Vestibulum - Canalis semicircularis (saluran semisirkularis tulang) - Cochlea ● Labyrinthus membranaceus terdiri dari : - Ductus cochelaris - Utriculus dan sacculus - Ductus semicirculare
  • 24.
  • 26. Telinga dibagi dalam 3 bagian: - Auris eksterna tersusun oleh 1. Auricula 2. Meatus acusticus externus 3. Membrana tympani - Auris media terdiri dari 1. Cavum tympani 2. Tuba Eustachii - Auris interna terdiri dari 1. Labyrinthus osseous 2. Labyrinthus membranaceous 3. Sistem perilymph
  • 27.
  • 28. Auris Eksterna ● Auricula - Kulit tipis dengan folikel rambut dan glandula sebacea - Permukaan posterior lebih tebal dibanding anterior - Pada kulit lobus auricula terdapat jaringan lemak ● Meatus Acusticus Externus - ⅓ lateral : pars cartilaginea - ⅔ medial : pars ossea - Kulit : epidermis tipis, glandula sebacea, modifikasi glandula sudorifera (glandula ceruminosa)
  • 29. ● Membrana Tympani - Luar: epidermis tipis tanpa rambut dan glandula (ektoderm) - Dalam: epitel selapis gepeng sampai kubus (endoderm) - Di antara kedua epitelnya terdapat jaringan ikat padat
  • 30. Auris Media ● CAVUM TIMPANI - Dilapisi oleh epitel selapis gepeng/kubus, lamina propria tipis periosteum - Sekitar tuba dilapisi oleh epitel selapis kubus/silindris dengan cillia, - (-) kelenjar ● TUBA EUSTACHII Antara bagian anterior cavum tympani dan bagian latero- posterior nasopharynx - (-) kelenjar - ⅓ sebelah cavum tympani: pars ossea - ⅔ sebelah nasopharynx: pars cartilaginea
  • 31. Auris Interna ● LABYRINTHUS OSSEUS - Labirin tulang. Terdiri dari Vestibulum Canalis semicircularis Cochlea : skala vestibuli, skala media, skala tympani ● LABIRINTHUS MEMBRANACEOUS (utriculus, sacculus, ductus semicircularis) - Dilapisi epitel selapis gepeng dengan jaringan ikat tipis, kecuali pada bagian sensoris (neuroepitel).
  • 32. Ductus cochlearis : Termasuk labyrinthus membranaceous & terisi endolymph. Antara ductus choclearis & scala vestibuli = membrana vestibularis Terdapat sel-sel Claudius, sel-sel Boettcher & organon Corti
  • 33. ● Sistem Perilymph - terdiri dari jaringan perilymph & cairan perilymph yang mengisi labirin tulang untuk memperkuat/menyokong dinding labyrinthus membranaceous + membentuk trabekel antara labyrinthus membranaceous dan labirin tulang. - Jaringan perilymph terdiri dari lapisan jaringan ikat tipis → epitel selapis gepeng. - Komposisi cairan perilymph → kadar Na tinggi, kadar K rendah dan sedikit protein. - Perilymph keluar dari mikrovaskular periosteum dan dialirkan oleh ductus perilymphaticus ke ruang subarachnoid.
  • 36. Proses Pendengaran - Auris Externa → Media
  • 39. Proses Pendengaran - Sel Rambut
  • 40. Proses Pendengaran - Sel Rambut
  • 41.
  • 43. Definisi Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel mastoid. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 7. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
  • 45. Faktor Risiko ● Bayi → ukuran & posisi tuba Eustachii pada bayi lebih lebar, pendek & horizontal, sehingga memudahkan masuknya virus/bakteri, serta fungsi imunitas belum sempurna ● Infeksi saluran napas akut (ISPA) ● Bayi tidak mendapatkan ASI Eksklusif https://www.uspharmacist.com/article/management-of-pediatric-otitis-media
  • 46. Epidemiologi ● Episode otitis media akut (OMA) pada tahun pertama dan tahun ketiga adalah 66% dan 86% pada lelaki, serta 53% dan 77% pada wanita ● Puncak insidensi = usia 6‒12 bulan pertama kehidupan, & menurun setelah usia 5 tahun. ● Sebanyak 80% anak-anak menderita otitis media, dan 80‒ 90% anak- anak menderita otitis media efusi sebelum usia sekolah ● Di usia dewasa, otitis media lebih jarang terjadi kecuali pada dewasa dengan keadaan defisiensi imun
  • 47. Klasifikasi ● Stadium oklusi tuba Eustachius ○ Adanya gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, karena adanya absorpsi udara ○ Membran timpani terlihat suram dengan refleks cahaya menghilang ○ Efusi mungkin telah terjadi, tapi tidak dapat dideteksi ○ Sulit dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi ● Stadium Hiperemis ○ Tampak pembuluh darah melebar di membran timpani sehingga membran timpani tampak hiperemis serta edema ○ Sekret yang terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar dilihat Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 7. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
  • 48. ● Stadium Supurasi ○ Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani yang menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah telinga luar ○ Pasien tampak sangat sakit, dan demam, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. ○ Bila tidak dilakukan insisi (miringotomi) pada stadium ini, kemungkinan besar ○ Membran timpani akan ruptur dan keluar nanah ke liang telinga luar. ○ Bila ruptur, maka lubang tempat ruptur (perforasi) kadang tidak menutup kembali terutama pada anak usia lebih dari 12 tahun atau dewasa. ● Stadium Perforasi ○ Terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi → ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar ● Stadium Resolusi ○ Bila terjadi penyembuhan (efek terapi atau proses alami) maka otore akan berkurang sampai tidak ada Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 7. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
  • 49. Patogenesis & Patofisiologi Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 7. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
  • 50.
  • 51. Gejala Klinis ● Pada anak yang sudah dapat berbicara ○ Nyeri di dalam telinga ○ Suhu tubuh tinggi / demam ○ Riwayat ISPA sebelumnya ● Pada anak yang lebih besar / dewasa ○ Nyeri di dalam telinga ○ Gangguan pendengaran ● Pada bayi dan anak kecil ○ Suhu tubuh tinggi 39°C (stadium supurasi) ○ Gelisah ○ Sukar tidur ○ Tiba-tiba menjerit waktu tidur ○ Diare ○ Kejang Bila terjadi ruptur membran timpani → sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun, anak tertidur tenang Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 7. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
  • 52. Pemeriksaan Penunjang ● Tympanocentesis ○ Aspirasi dari isi telinga tengah melalui membran timpani dengan jarum dan mengambil materi untuk diagnosis. Lubang cukup kecil untuk sembuh dalam 1-2 hari. ○ Dapat dilakukan pada: ■ Neonatus yang berusia kurang dari 6 minggu (kemungkinan patogen invasif lebih tinggi) ■ Pasien immunocompromised/immunosuppressed ■ Pasien yang sudah menerima tatalaksana antimikroba namun gagal dan mengalami sepsis lokal/sistemik karenanya ■ Pasien dengan komplikasi yang memerlukan kultur untuk terapi adekuat ● Lab ○ Serum protein S100A12 dan IL-10 dapat menentukan adanya H influenzae. https://emedicine.medscape.com/article/859316-workup#c8
  • 53. Penatalaksanaan Tergantung stadium: ● Stadium hiperemis: antibiotik, analgetik ○ Antibiotik Golongan Penicillin: ■ Amoxicillin 40-90 mg/Kg BB/hari atau Ampicillin 50-100 mg/Kg BB/hari bagi 4 dosis ■ Co-amoxiclav 40 mg/Kg BB terbagi dalam 3 dosis ■ Cephalosporin generasi 2 : cefuroxime 30mg/Kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis pc ○ Golongan makrolida ■ Erythromycin 20-40 mg/Kg BB/hari dibagi 2 dosis, 7 hari ■ Azithromycin sehari sekali 10 mg/Kg BB/hari single dose, 4 hari ■ Clarithromycin 15 mg/Kg BB/hari dibagi 2 dosis sehari, 5-10 hari ○ Golongan sulfonamida ■ Kotrimoksazol (kombinasi trimethoprim 80 mg + sulfametoksazol 400mg) - dewasa 2x2 tablet ■ Kotrimoksazol (kombinasi trimethoprim 40 mg + sulfametoksazol 200mg) anak-2x1 tab atau suspensi 2x5ml
  • 54. ● Stadium eksudasi: antibiotik + miringotomi ● Stadium supurasi: antibiotik + miringotomi ● Stadium revolusi: antibiotik dilanjutkan sampai 3 minggu https://www.uspharmacist.com/article/management-of-pediatric-otitis-media
  • 55. Penatalaksanaan Terapi bedah ● Stadium eksudasi dan supurasi yang belum perforasi: miringotomi ○ Indikasi miringotomi: febris tinggi, kejang, membrana tympani bombans ○ Dibuat sayatan kecil dengan pisau khusus pada kuadran anteroinferior untuk mengeluarkan cairan dalam cavitas tympani ○ Setelah miringotomi: demam dan otalgia berkurang, timbul otore (perlu antisipasi, diinformasikan ke pasien dan keluarga) ● Stadium mastoiditis/komplikasi: operasi mastoidektomi ○ Membuka mastoid dari arah belakang telinga untuk drainage cairan dan produk radang lainnya keluar ○ Daerah operasi tidak mencapai ke cavitas tympani
  • 56. Pencegahan ● Jauhkan anak dari lingkungan penuh asap atau rokok. ● Lengkapi vaksinasi ● Jaga cara memberi makan anak. ● Berikan ASI eksklusif. ● Hindari paparan dengan pengidap otitis media. Komplikasi ● Perforasi sentral membran timpani ● Otitis media supuratif kronik (OMSK) ● Mastoiditis ● Gangguan pendengaran konduktif ● Meningitis ● Abses otak Prognosis Prognosis otitis media secara keseluruhan baik, 80% pasien anak dapat sembuh dalam waktu 3 hari tanpa antibiotik. Namun, perlu berhati-hati terhadap kemungkinan komplikasi
  • 58. Definisi Otitis media supuratif kronik (OSMK) adalah proses peradangan akibat adanya infeksi pada mukoperiosteum rongga telinga tengah yang ditandai dengan adanya perforasi membran timpani, keluarnya sekret yang terus menerus atau hilang timbul, dan dapat menyebabkan perubahan patologis yang permanen B A
  • 60. Faktor Resiko ● Komplikasi AOM persisten ● Higienitas dan nutrisi yang buruk ● Paparan asap rokok secara pasif ● Immunodefisiensi ● Sering terkena ISPA ● Sosioekonomi rendah (pemukiman padat pendudut) ● Penggunaan alat bantu pernafasan : tabung ventilasi
  • 61. Epidemiologi ● Prevalensi OMSK di dunia 65 - 330 jt orang ● 39 - 200 jt orang (60%) mengalami gangguan pendengaran yang signifikan ● Populasi penderita OSMK tertinggi terjadi di Alaska, Canada, Greenland, suku indian dan aborigin (7-46%) ● ± 39/100.000 kasus terjadi pada anak dan remaja usia ≤ 15 tahun per tahunnya.
  • 62. Klasifikasi ● Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar ○ OMSK aktif ■ sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif ○ OSMK tenang ■ keadaan kavum timpaninya terlihat asah atau kering ● Berdasarkan ada atau tidaknya kolesteatoma ○ OMSK aman ■ Peradangan hanya ada bagian mukosa saja dan tidak mengenai tulang ■ Perforasi terletak di sentral. Umumnya perforasi tipe aman jarang menyebabkan komplikasi yang berbahaya. Pada tipe aman tidak terjadi kolesteastoma ○ OMSK maligna ■ Pada tipe ini peradangan dapat mengenai tulang. Perorasinya mengenai bagian marginal ■ Kadang-kadang terdapat kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal
  • 63. Patogenesis Serangkaian interaksi kompleks antara faktor risiko lingkungan, bakteri, inang, dan genetik Bakteri menghasilkan biofilm → resisten terhadap antibiotik dan senyawa antimikroba lainnya meningkatnya kadar protein TNF-α, IL-6, IL-1β, IL-8, dan IFN-γ Inflamasi kronis pada auris media → OMSK
  • 64. Patofisiologi OMSK dapat menyebabkan gangguan pendengaran konduktif (CHL) serta gangguan pendengaran sensorineural (SNHL) adanya cairan (nanah), yang dapat menghalangi konduktansi suara ke telinga bagian dalam. Jumlah efusi di telinga tengah secara langsung berkorelasi dengan besarnya dan beratnya CHL Infeksi telinga tengah menyebabkan pembentukan mediator inflamasi seperti oksida nitrat dan metabolit asam arakidonat, yang dapat menyebabkan perubahan fungsional serta morfologis pada struktur pendengaran
  • 65. Gejala Klinis ● Otore : sekret hilang timbul ≥ 2 bulan, bau, mukopurulen ● Penurunan Kesadaran ● Perforasi membran timpani ● Jaringan granulasi/kolesteatoma di telinga tengah ● Otalgia bila ada proses eksaserbasi akut atau penyebaran ke susunan saraf pusat ● Vertigo dan tinitus bila terjadi komplikasi ke telinga dalam
  • 66. Pemeriksaan Penunjang ● High-resolution temporal bone CT scan --> untuk pasien CSOM yang tidak responsif tatalaksana, CSOM persisten (misalkan karena cholesteatoma) ● MRI --> untuk menyingkirkan jika curiga DD/ inflamasi dural, trombosis sinus sigmoid, labirintis ● Audiogram
  • 67. Penatalaksanaan Tipe aman Terapi konservatif : ● Aural toilet : cuci telinga menggunakan H202 3% selama 3-5 hari ● Antibiotik oral Observasi 2 bulan masih ada perforasi meskipun sekret hilang : ● Mastoidektomi sederhana ○ Indikasi : OMSK tipe aman yang tidak membaik dengan terapi konservatif ○ Tujuan : Infeksi tenang dan sekret tidak keluar lagi ● Miringoplasti (Timpanoplasti Tipe I) ○ Indikasi : OMSK tipe aman yang tenang dengan tuli ringan hanya akibat perforasi membran timpani. Pastikan infeksi telah diatasi sebelumnya. ○ Tujuan : mencegah rekurensi infeksi.
  • 68. ● Timpanoplasti (Tipe II, III, IV, V) ○ Indikasi : OMSK tipe aman dengan kerusakan lebih berat, OMSK tipe aman yang gagal dengan medikamentosa. ○ Tujuan : menghentikan proses infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani, dan memperbaiki tulang-tulang pendengaran Tipe Bahaya Pembedahan : Teknik mastoidektomi dinding runtuh ● Mastoidektomi radikal ○ Indikasi : OMSK bahaya dengan infeksi/kolesteatoma luas ○ Tujuan : membuang jaringan patologis dan mencegah komplikasi intrakranial ● Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi bondy) ○ Tujuan : membuang jaringan patologik dan mempertahankan pendengaran ● Pendekatan Ganda Timpanoplasti ○ Tujuan : menyebuhkan penyakit dan memperbaiki pendengaran tanpa mastoidektomi radikal
  • 69. Teknik mastoidektomi dinding utuh ● Mastoidektomi Kortikal ○ Tujuan : memperbaiki dinding tulang liang telinga luar bagian posterior ● Timpanoplasti dengan mastoidektomi dinding liang utuh ● Teknik Obliterasi ○ Tujuan : mengurangi perawatan liang telinga jangka panjang
  • 70. Pencegahan ● Hindari asap rokok ● Pemberian ASI minimal 6 bulan. ● Hindari ISPA ● Pengobatan antibiotik adekuat ● Jaga nutrisi dan kebersihan
  • 72. Prognosis Prognosis bergantung dengan tipe dan kualitas pengobatan, sebagian besar OMSK yang ditemukan adalah tipe bahaya. Meskipun sudah mendapatkan terapi yang adekuat, tidak menutup kemungkinan terjadi komplikasi terutama disertai dengan kolesteatoma dan usia pasien >10 thn. Dan di sebagian kasus, OMSK berpotensi menjadi serius karena komplikasinya dapat mengancam jiwa. (ncbi) Di negara dengan sosioekonomi rendah, OMSK menjadi kasus tersering pada kelianan pendengaran. OMSK juga bisa mengancam jiwa karena komplikasinya (infeksi intrakranial dan mastoiditis akut). OMSK juga menyebabkan terjadinya 3599 kematian pada tahun 2002. Kematian biasanya disebabkan oleh OMSK, karena kalau otitis media akut itu sendiri sifatnya self-limiting disease.
  • 74. Defenisi Otitis media Serosa adalah keadaan terdapatnya sekret yang non purulen di telinga tengah, sedangkan membran timpani utuh. Adanya cairan di telinga tengah dengan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi disebut juga otitis media dengan efusi. Nama lain adalah otitis media non supuratif, otitis media musinosa, otitis media efusi, otitis media sekretoria, otitis media mucoid (glue ear). Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear) Keadaan terdapatnya effuse non purulen di cavum timpani yang dapat berupa mucoid atau serous.
  • 75. Etiologi 1. Kegagalan fungsi tuba eustachi, disebabkan oleh : - Hiperplasia adenoid - Rinitis kronik dan sinusitis - Tonsilitis kronik - Tumor nasofaring jinak dan ganas - Defek palatum 2. Alergi 3. Otitis media yang belum sempurna 4. Infeksi virus
  • 76. Faktor resiko 1. Kelainan palatum 2. Faktor ras 3. Jenis kelamin 4. Umur
  • 77. Epidemiologi ▸ Sering pada bayi dan anak-anak < 15 tahun ▸ Di amerika serikat 75% anak mengalami minimal satu episode sebelum 3 tahun ▸ Di inggris 25% anak mengalami minimal satu episode sebelum 10 tahun ▸ Otitis media serosa kronik sering pada anak-anak ▸ Otitis media serosa akut sering pada dewasa
  • 78. Klasifikasi ▸ Otitis media serosa akut keadaan terbentuknya sekret di telinga secara tiba tiba disertai nyeri yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba ▸ Otitis media serosa kronik keadaan terbentuknya sekret di telinga secara bertahap dan tanpa rasa nyeri yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba
  • 80. Terjadi pada OMSA yang telah mengalami resolusi. Didahului adanya gangguan fungsi tuba eustachii akibat infeksi sekunder, alergi, ISPA atau trauma. Gangguan fungsi tuba ini menyebabkan terbentuknya tekanan negatif di dalam ruang telinga tengah akibat absorpsi oksigen oleh permukaan mukosa ruang telinga tengah. Tekanan negative ini memicu transudasi cairan serosa ke dalam ruang telinga tengah. Adanya cairan ini memicu munculnya keluhan berupa nyeri dan rasa penuh di telinga, serta gangguan pendengaran.
  • 81. Gejala klinis 1. Pendengaran berkurang (gejala yang menonjol) 2. Rasa tersumbat pada telinga atau suara sendiri terdengar lebih keras atau berbeda pada telinga yang sakit. 3. Kadang kadang terasa seperti ada cairan yang bergerak dalam telinga saat posisi kepala berubah. 4. Rasa sedikit nyeri dalam telinga dapat terjadi pada awal tuba terganggu, yang menyebabkan timbulnya tekanan negative pada telinga tengah. 5. Tinnitus dan Vertigo kadang kadang ada dalam bentuk yang ringan.
  • 82. Pemeriksaan penunjang 1. Otoskopi 2. Membran timpani tampak berwarna kekuningan 3. Maleus tampak pendek, retraksi, dan berwarna putih kapur 4. Kadang-kadang tinggi cairan atau gelembung tampak lewat membran timpani yang semi transparan Metode diagnosis primer untuk membedakan OMS dengan OMA, dilakukan sebelum timpanometri 2.Audiometri a. Menunjukkan tuli konduksi ringan sampai sedang
  • 83. 3.Timpanometri a. didapatkan hasil tipe B atau C pada timpanogram yang menunjukkan gerakan membran timpani terbatas karena adanya cairan atau perlekatan dalam kavum timpani. b. Menggambarkan flat trace karena berkurangnya fungsi membran timpani sehingga kurang/ tidak ada pergerakkan minimal dan efusi telinga tengah (kurva tipe B, 43% kasus OME) c. Menggambarkan puncak ke kiri (peak to the left) karena tekanan telinga tengah negatif dan fungsi tabung eustachius abnormal (kurva tipe C, 47 kasus OME) https://emedicine.medscape.com/ar ticle/858990-overview
  • 84. 4.Kultur Bakteri ● Cairan serosa dikumpulkan dari miringotomi, pada sekitar 40% kasus positif biakan (kultur) bakteri ● Bakteri yang berperan sama dengan yang ditemukan pada *Timpanosentesis *(proses pengambilan cairan dari membran timpani) Otitis Media Akut (OMA) ● Jenis bakteri yang dapat ditemukan ➔ Streptococcus pneumoniae ➔ Haemophilus influenzae ➔ Moraxella catarrhalis ➔ Staphylococcus epidermidis
  • 85. Penatalaksanaan Non - Farko 1. Modifikasi faktor risiko 2. Hindari asap 3. Penggunaan ASI bila memungkinkan 4. Hindari kerumunan sesama anak-anak (daycare dll,) 5. Hindari kontak dengan anak yang sedang menderita OMS 6. Hindari allergen yang sudah diketahui
  • 86. Farmakologi 1.Simptomatik: a. Kortikosteroid i. Topical nasal steroid : fluctiacasone b. Antihistamin (bila dicurigai terdapat alergi) i. Cetirizine PO 1x10 mg c. Dekongestan i. Oxymetazoline tetes hidung (0.5% pada usia < 12 bulan dan 1% pada usia > 12 bulan) 2..Antibiotik a. Bila terdapat tanda/gejala infeksi pada organ disekitar tuba eustachi b. Erythromycin, sulfisoxazole, amoxicillin, amoxillin- clavulanat, dan trimethoprim-sulfamethpxazole
  • 87. 1. OMS akan selalu terjadi hilang-timbul bila penyebab tidak diobati. 2. Pilihan operasi dilakukan untuk kasus persisten OMS a. Miringotomi b. AdenoideKtomi c. Tonsilektomi 3. Kriteria rujuk ke spesialis THT apabila ditemukan a. Ketulian konduktif yang persisten pada anak, terutama pada anak dengan tanda-tanda keterlambatan kemampuan bicara b. OMS rekuran c. Terapi medikamentosa tidak memperlihatkan hasil d. Indikasi operasi ditemukan
  • 88. Pencegahan ● Edukasi ○ Untuk mendeteksi adanya masalah pendengaran pada anak sehingga memungkinkan intervensi dini ● OMS unilateral pada orang dewasa harus dilakukan pemeriksaan rhinoskopi posterior atau flexible nasofaringoskopi sebagai aspek medikolegal. Hal ini dilakukan untuk screening awal adanya tumor nasofaring Komplikasi ● Hilangnya pendengaran ● Keterlambatan bicara pada anak ● Recurrent acute otitis media
  • 89. Prognosis 1. Prognosis OMS umumnya baik a. Umumnya dapat sembuh spontan tanpa intervensi b. Sekitar 5% anak yang menderita OMS yang tidak mendapat terapi operasi → OMS persisten c. Rekurensi biasanya terjadi karena pemakaian pipa ventilasi, oleh karena itu perlu re-insersi pipa ventilasi yang dibarengi dengan adenoidektomi 2. Kasus OMS sebenarnya banyak, tetapi tidak terdiagnosis
  • 91. Definisi Mastoiditis adalah infeksi pada tulang mastoid, yaitu tulang yang terletak di belakang telinga. Biasanya merupakan komplikasi dari otitis media. Etiologi Bakteri : ● Streptococcus pneumonia ● Staphylococcus aureus ● Pseudomonas aeruginosa ● Streptococcus pyogenes ● Haemophilus influenzae ● Mycobacterium sp ● Moraxella catarrhalis
  • 92. Faktor Risiko ● Usia (>anak-anak usia <2tahun) ● Riwayat otitis media ● Otitis media dengan pengobatan inadekuat ● Imun sistem yang buruk Epidemiologi ● Paling sering dijumpai pada anak berusia kurang dari 2 tahun dengan riwayat otitis media. ● Insidensi mastoiditis yang memerlukan tindakan bedah dilaporkan sebanyak 0,004% di amerika serikat. ● Insidensi mastoiditis di negara berkembang jauh lebih tinggi karena banyaknya kasus otitis media yang tidak mendapat pengobatan adekuat.
  • 93. Klasifikasi ● Mastoiditis akut (gejala timbul < 1 bulan), terbagiatas: ○ Tapa periosteitis maupun osteitis; ○ Dengan periosteitis; ○ Dengan osteitis. ● Mastoiditis subakut, pada otitis media akut yang tidak membaik dengan pengobatan atau dengan keterlibatan intrakranial. ● Mastoiditis kronik gejala bertahan hingga berbulan-bulan sampai tahun.
  • 95. Gejala Klinis ● Nyeri, radang, dan eritema pada prosesus mastoid ● Protrusi aurikula ke lateral dan inferior ● Nyeri telinga ● Demam, letargi ● Otorrhea ● Membran timpani perforasi, efusi, atau menonjol (bulging) (80% pada kasus anak) ● Penurunan pendengaran akibat penyempitan kanal auditorik eksternal
  • 96. Pemeriksaan Penunjang ● Hematologi rutin : Leukositosis, LED meningkat, PMN meningkat ● Tympanocentesis/ myringotomy : untuk aspirasi cairan telinga tengah dan dilakukan kultur, pewarnaan gram, basil tahan asam dari cairan tsb ● Pemeriksaan Kultur : Mencari etiologi ● CT scan : Standar evaluasi untuk mastoiditis ● MRI : Untuk melihat komplikasi dari mastoiditis seperti abscess formation, sinus thrombosis ● Foto polos mastoid : didapatkan gambaran perselubungan dengan/tanpa destruksi tulang ● Audiometri : Menunjukan tuli konduktif
  • 97. Penatalaksanaan Tujuan ● Menghilangkan gejala pada pasien ● Mencegah progresivitas dan komplikasi penyakit ● Meningkatkan kualitas hidup pasien Non-farmakologi ● Rujuk ke dr.sp THT untuk tindakan operatif: ● Mastoidectomy ● Myringotomy/tympanocentesis ● Tympanostomy tube placement ● Indikasi : ○ riwayat otitis media supurative yang gagal berespon terhadap terapi antibiotik dan berkembang menjadi mastoiditis coalescent ○ Insidensi mastoiditis ● Kontraindikasi : ○ anemia, diabetes, hipertensi, penyakit jantung, gangguan pembekuan darah
  • 98. Penatalaksanaan Farmakologi ● Antibiotik ○ Ceftriaxone sodium IV selama 14 hari ○ Vankomisin IV (untuk pasien tanpa OMK) selama 14 hari ● Steroid IV → untuk mengurangi pembengkakan mukosa dan meningkatkan drainase alami melalui aditus ad antrum ke telinga tengah ● Kombinasi antibiotik/steroid topikal ● Simptomatik: ○ Analgesik/Antipiretik ■ paracetamol /Ibuprofen 10-15 mg/kgBB/kali dibagi menjadi 3 dosis.
  • 99. Komplikasi ● Perforasi membran timpani ● Osteomielitis calvaria/ abses citelli ● Destruksi tulang mastoid ● Labyrinthitis supuratif ● Abses subperiosteal ● Abses bezold ● Petrositis Pencegahan ● Mengobati otitis media secara tepat dan benar. ● Melakukan vaksinasi pneumokokus, terbukti menurunkan kejadian mastoiditis akibat Streptococcus pneumonia ● Menjaga kesehatan dan kebersihan telinga dengan rajin kontrol check telinga. ● Mengubah pola hidup untuk menciptakan imun yang baik. ○ Lakukan imunisasi pada anak sesuai jadwal yang dianjurkan. ○ Berikan ASI eksklusif pada bayi. Prognosis Tingkat kesembuhan baik dengan terapi yang benar, yaitu pemberian antibiotik, pembedahan konservatif, dan mastoidektomi. Komplikasi tetap timbul pada pasien yang telah mendapat antibiotik.
  • 100. PEMBAHASAN SKENARIO Anamnesis : An.T, laki-laki, umur 5 tahun datang diantar oleh ibunya ke Puskesmas dengan keluhan keluar cairan dari telinga kirinya (otorrhea sinistra)sejak kemarin (akut, kemungkinan ; ada infeksi atau trauma pada telinga). Cairan awalnya berwarna bening (serosa → OMA → stadium hiperemis) namun pagi hari ini cairan terlihat berwarna kekuningan (mukopurulen, Otitis media akut → stadium perforasi). Lima hari sebelumnya, pasien mengalami demam (febris → ada inflamasi sistemik), batuk berdahak, hidung tersumbat (kongesti) dan mengeluarkan lendir (ada tanda GK infeksi saluran pernapasan, kemungkinan rhinitis, faringitis, rhinofaringitis). Dua hari yang lalu pasien menangis dan rewel semalaman sehingga sulit tidur (infeksi; otitis media akut→ stadium supurasi). Hari ini sudah tidak demam (efek obat penurun panas) dan tidak rewel lagi seperti sebelumnya (curiga sudah memasuki stadium perforasi namun belum terjadi resolusi).
  • 101. PEMBAHASAN SKENARIO Anamnesis : Usaha berobat : Ibu memberikan penurun panas saat pasien demam. (usaha pengobatan simptomatis → memberikan efek) Riwayat penyakit dahulu : Ibu menyangkal anaknya pernah mengalami keluar cairan dari telinga sebelumnya (baru pertama kali, menyingkirkan kelainan bersifat kronis). Riwayat penyakit keluarga : Kakak pasien mengalami batuk pilek disertai demam 1 minggu sebelumnya.(curiga adanya faktor risiko penularan infeksi saluran napas) Riwayat kebiasaan : Ibu mengatakan pasien tidak pernah disusui maupun mendapat ASI sejak lahir dan mendapat asupan susu formula menggunakan botol dan dot. (faktor risiko otitis media akut→ kandungan susu formula yang diminum secara terlentang/ berbaring dapat memasuki tuba auditiva → iritasi dan gangguan fisiologi imunitas)
  • 102. PEMBAHASAN SKENARIO Pemeriksaan Fisik : Keadaan umum : kesadaran compos mentis, sakit ringan Berat badan : 25 kg Tanda vital: R: 28 x/menit N: 88 x/menit, regular, equal, isi cukup S: 36,8 0 C (DBN) Status generalis : Kulit : turgor baik Kepala : konjungtiva tidak anemis , sklera tidak ikterik, bibir tidak sianosis. Hidung : mukosa cavum nasi hiperemis, sepasienet mukosa di kedua cavum nasi tampak sempit karena kedua konka inferior kongesti. (tanda terjadi inflamasi pada hidung, suspek rhinitis, rhinofaringitis → faktor risiko terjadinya penyebaran ascending infection melalui tuba auditiva)
  • 103. PEMBAHASAN SKENARIO Pemeriksaan Fisik : Telinga kiri : daun telinga normal, preaurikuler tidak ada kelainan, nyeri tekan tidak ada, tidak ada pembengkakan, warna kulit normal. Liang telinga luar basah oleh sekret mukopurulen. (suspek terjadi infeksi bakteri pada telinga) Membrana tympani perforasi pada pars tensa. (tanda otitis media masih pada stadium perforasi karena masih terdapat sekret pada liang telinga) Telinga kanan : normal Tenggorok : mukosa orofaring hiperemis,(suspek rhinopharyngitis → FR ascending infection melalui tuba auditiva ke auris media) tonsila palatina ukuran T1/T1 Leher : tidak terdapat pembesaran Limfonodi cervical Toraks : bentuk dan pergerakan simetris Cor : bunyi jantung I dan II normal, murmur (-) Pulmo : VBS +/+, tidak didapatkan ronki maupun wheezing Abdomen : datar, lembut, bising usus normal. Ekstremitas : hangat, sianosis (-) CRT < 2 detik
  • 104. PEMBAHASAN SKENARIO Pemeriksaan Penunjang : Hematologi rutin dalam batas normal Pemeriksaan Penunjang Lanjutan : Otoskopi X-ray mastoid → memeriksa komplikasi mastoiditis Diagnosis Kerja : Otitis Media Supurativa Akut Stadium Perforasi a/r auris sinistra Diagnosis Tambahan : Rhinofaringitis akut
  • 105. PEMBAHASAN SKENARIO Dasar Diagnosis : A. Anamnesis : ● Usia 5 tahun ● Otorrhea sinistra akut ● Cairan bening (serosa) → kekuningan (mukopurulen) Lima hari yang lalu : ● Febris ● Batuk berdahak ● Kongesti nasal dan mengeluarkan lendir Dua hari yang lalu : ● Menangis rewel semalaman dan sulit tidur Hari ini : ● Tidak rewel lagi ● Febris hilang → efek obat.
  • 106. PEMBAHASAN SKENARIO Dasar Diagnosis : A. Anamnesis : ● Pertama kali ● Faktor risiko penularan infeksi dari kakak pasien ● Faktor risiko minum susu botol sambil berbaring A. Pemeriksaan Fisik: ● Hidung : ○ mukosa cavum nasi hiperemis, ○ sepasienet mukosa di kedua cavum nasi tampak sempit karena kedua konka inferior kongesti. ● Telinga kiri : ○ daun telinga normal, ○ preaurikuler tidak ada kelainan, ○ nyeri tekan tidak ada, ○ tidak ada pembengkakan, ○ warna kulit normal. ○ Liang telinga luar basah oleh sekret mukopurulen. ○ Membrana tympani perforasi pada pars tensa. ● Tenggorok : mukosa orofaring hiperemis
  • 107. PEMBAHASAN SKENARIO Penatalaksanaan : a. Non-medikamentosa : ● Istirahat yang cukup ● Minum air putih yang cukup ● Menjaga asupan yang bergizi dan sehat b. Medikamentosa : R/ Sol H2O2 3% S 3 dd gtt IV auric sin 2 - 5 menit R/Sol Asam Asetat 2% S 3 dd gtt Iv auric sin R/ Sol Ofloxacin fls No.I S 2 dd gtt v auric sin setelah dicuci R/ Co Amoxiclav syr 250mg/5ml fls I S 3 dd cth I R/ Pseudoephedrine HCl syr 30mg/5 ml fls I S 4 dd cth ½ prn R/ Paracetamol syr 120 mg/5 ml fls I S 3 dd cth I prn ____________________________________ A
  • 108. PEMBAHASAN SKENARIO Prognosis : Quo Ad Vitam : Ad Bonam Quo Ad Fungsionam : Dubia Ad Bonam Quo Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam

Editor's Notes

  1. Helix → tepi telinga yang menonjol Lipatan antihelix (yang sejajar helix, pada bagian anteriornya) Di superior, antihelix terbagi menjadi crus superior dan inferior Concha (dikelilingi oleh lipatan antihelix) → ada 2 (Superior dan inferior) → Cymba concha & Cavity concha Tragus (di sebelah anterior dari konka dan menutupi sebagian meatus auditori externus) Crus superior dan inferior mengelilingi fossa triagularis Lobul yang merupakan jaringan areolar dan lemak.
  2. Kelompok muskulus intrinsik → helix mayor, helix minor, tragus, antitragus,transversal, dan obliqus. Kelompok muskulus ekstrinsik → auricularis anterior,auricularis superior, dan auricularis posterior.
  3. Berasal dari a. temporalis superfisialis → cabang a. Aurikularis anterior (menyuplai auricularis anterior) Arteri karotis externa → cabang a. Aurikularis posterior (menyuplai aurikularis posterior)
  4. Nervus trigeminus (N.V) mempersarafi permukaan anterolateral permukaan telinga, dinding anterior dan superior liang telinga, dan segmen depan membran timpani. Pleksus servikalis nervus aurikularis mayor memperyarafi permukaan posteromedial daun telinga dan lobulus Nervus fasialis (N.VII) mempersyarafi dinding posterior Nervus glossofaringeus (N.IX) dan nervus vagus (N.X) menyebar kedaerah konka, dan cabang-cabang saraf ini mempersarafi inferior liang telinga dan inferior membran timpani.
  5. 4 kuadran :(sesuai arah jarum jam) Anterosuperior Anteroinferior Posteroinferior posterosuperior
  6. Pada auris media terdiri dari cavum tympani, Osicula auditus, dan tuba Eustachii (tuba auditiva / tuba pharingotympani)
  7. Kavum timpani mempunyai 6 dinding yaitu : Superior, inferior, lateral, medial, anterior, dan posterior.
  8. tulang ini keras dan dilapisi oleh membrana mucosa. Malleus: melekat pada membran tympanica caput mallei: terletak dalam recessus epitympanicus collum mallei: manubrium mallei incus: terletak antara malleus dan stapaes. memiliki corpus incudis, crus longum incudis dan crus breve stapes basis stapedis
  9. m. stapedius : - persarafan nya cabang dari nervus mandibullaris (V3) -Fungsi : kontraksi menarik manubrium mallei ke medial, menegangkn membrana tympani m. tensor tympanica : sarafnya cabang dari n. facialis Fungsi : kontraksi, menarik stapes ke posterior, mencegah getaran yang berlebihan
  10. Telinga adalah alat vestibulocochlearis yanng terbagi dalam 3 bagian yaitu telinga luar (auris ekterna), telinga tengah (auris media) & telinga dalam (auris interna)
  11. MEATUS ACUSTICUS EKSTERNUS = saluran lanjutan dari auricula ⅓ lateral : pars cartilaginea (serabut elastis, perikondrium) ⅔ medial : pars ossea (tulang temporal, periosteum) Kulit : epidermis tipis, glandula sebacea, modifikasi glandula sudorifera (glandula ceruminosa→ apokrin)
  12. Membrana tympani membatasi bagian medial meatus externus. (berasal dari ektoderm) | (berasal dari endoderm) Di antara keduanya terdapat jaringan ikat padat (serabut kolagen tipe II, III, dan sedikit tipe I, serabut elastis dan fibroblas) → fibroelastik Untuk gambar, di bagian kuadran anterosuperior nya terdapat daerah segitiga kecil yang lunak = pars flaccida/membran Shrapnell sedangkan bagian terbesar di luar pars flaccida disebut pars tensa.
  13. Auris interna disebut juga labirin karena mempunyai struktur yang kompleks, terdiri dari: Labyrinthus osseous (labirin tulang) Labyrinthus membranaceous (labirin membranosa), berisi cairan endolymph Sistem perilymph
  14. Gelombang suara auricular → membrana timpani tulang pendengaran (maleus,inkus, stapes) → tegangan elastis → gelombang cairan mengalir sepanjang membrane basilaris ke arah helikotrema → sel rambut bengkok → transduksi mekanik hingga terjadi depolarisasi potensial listrik → stimulasi akhiran saraf → ganglion spiralis corti → nucleus cochlearis → nucleus olivarius superior → lemniscus lateralis → colliculus inferior dan corpus geniculatum medialis → radiation acustica → korteks auditori (gyrus temporalis superior) → area asosiasi auditori
  15. Membrana tektorial cenderung kaku dan tidak bergerak, sedangkan membrana basilaris lebih elastis dan yg akan menggerakan sel” rambutnya nanti Ada sel rambut dalam dan sel rambut luar. Di atasnya terdapat rambut” halus → stereocilia Sel rambut dalam ini fungsinya untuk depolarisasi (mengubah menjadi impuls sarafnya)
  16. (guyton 693) Tampak bahwa serat saraf dan ganglion spiralis Corti memasuki nukleus koklearis dorsalis dan ventralis yang terletak di bagian atas medula. Disini, semua serat bersinaps, dan neuron tingkat dua berjalan terutama ke sisi yang berlawanan dari batang otak dan berakhir di nukleus olivarius superior. Beberapa serat tingkat kedua lain juga berjalan ke nukleus olivarius superior pada sisi yang sama. Dari nukleus olivarius superior, jaras pendengaran berjalan ke atas melalui lemniskus lateralis. Sebagian serat berakhir di nukleus lemniskus lateralis, tetapi sebagian besar melewati nukleus ini dan berjalan terus ke kolikulus inferior, tempat semua atau hampir semua serat pendengaran bersinaps. Dari sini, jaras berjalan ke nukleus genikulatum medial, tempat semua serat betul-betul bersinaps. Akhirnya, jaras berlanjut melalui radiasio auditorius ke korteks auditorik, yang terutama terletak di girus superior lobus temporalis. Beberapa hal penting harus diperhatikan. Pertama, sinyal dari kedua telinga dihantarkan melalui jaras kedua sisi otak, dengan penghantaran yang lebih besar pada jaras kontralateral. Pada sekurang-kurangnya tiga tempat di batang otak, terjadi persilangan antara kedua jaras ini: (1) di korpus trapezoid, (2) di komisura antara dua inti lemniskus lateralis, dan (3) di komisura yang menghubungkan dua kolikulus inferior. Kedua, banyak serat kolateral dari traktus auditorius berjalan langsung ke dalam sistem aktivasi retikular di batang otak. Sistem ini menonjol secara difus ke atas dalam batang otak dan ke bawah ke dalam medula spinalis dan mengaktivasi seluruh sistem saraf untuk berespons terhadap bunyi yang keras. Kolateral-kolateral lain menuju ke vermis serebelum, yang juga diaktivasi seketika itu juga jika ada bunyi keras yang mendadak. Ketiga, orientasi spasial berderajat tinggi dipertahankan dalam traktus serat yang berasal dari koklea sampai ke korteks. Pada kenyataannya, terdapat tiga pola spasial untuk menghentikan berbagai frekuensi bunyi di inti koklea, dua pola di kolikulus inferior, satu pola yang tepat untuk berbagai frekuensi bunyi yang khas di korteks auditorik, dan sekurang-kurangnya lima pola lainnya yang kurang tepat di korteks auditorik dan area asosiasi auditorik.
  17. Don’t smoke. Studies have shown that second-hand smoking increases the likelihood of ear infections. Be sure no one smokes in the house or car — especially when children are present — or at your daycare facility. Control allergies. Inflammation and mucus caused by allergic reactions can block the eustachian tube and make ear infections more likely. Prevent colds. Reduce your child's exposure to colds during the first year of life. Don’t share toys, foods, drinking cups or utensils. Wash your hands frequently. Most ear infections start with a cold. If possible, try to delay the use of large day care centers during the first year. Breastfeed your baby. Breastfeed your baby during the first 6 to 12 months of life. Antibodies in breast milk reduce the rate of ear infections. Bottle feed baby in upright angle. If you bottle feed, hold your baby in an upright angle (head higher than stomach). Feeding in the horizontal position can cause formula and other fluids to flow back into the eustachian tubes. Allowing an infant to hold his or her own bottle also can cause milk to drain into the middle ear. Weaning your baby from a bottle between nine and 12 months of age will help stop this problem. Watch for mouth breathing or snoring. Constant snoring or breathing through the mouth may be caused by large adenoids. These may contribute to ear infections. An exam by an otolaryngologist, and even surgery to remove the adenoids (adenoidectomy), may be necessary. Get vaccinations. Make sure your child’s immunizations are up to date, including yearly influenza vaccine (flu shot) for those 6 months and older. Ask your doctor about the pneumococcal, meningitis and other vaccines too. Preventing viral infections and other infections help prevent ear infections.
  18. KET GAMBAR A ---> Gambaran membran tympani normal yang intak dan tidak ada cairan B ---> terdapat perorasi dan sekret purulent
  19. Komplikasi OMSK paling banyak mastoiditis yang telah dikonfirmasi dengan pemeriksaan rontgen Schuller dan Stenver adalah sebanyak 32% pasien. Komplikasi yang berikutnya adalah kolesteatom (17%) dan juga abses retroaurikuler (15%; Tabel 4).
  20. Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eusthasius, antrum mastoid, dan sel mastoid.
  21. Gangguan fungsi tuba eustachius merupakan penyebab utama, Gangguan tersebut dapat terjadi dikarnakan - Tonsilitis kronik. pembesaran tonsil akan menyebabkan obstruksi mekanik pada pergerakan palatum molle dan menghalangi membukanya tuba Eustachi -Tumor nasofaring yang jinak dan ganas. Kondisi ini selalu menyebabkan timbulnya otitis media unilateral pada orang dewasa. -Defek palatum, misalnya celah pada palatum atau paralisis palatum - Alergi → Alergi inhalans atau ingestan sering terjadi pada anak-anak. Ini tidak hanya menyebabkan tersumbatnya tuba eustachi oleh karena udem tetapi juga dapat mengarah kepada peningkatan produksi sekret pada mukosa telinga tengah - Otitis media yang belum sempurna → Terapi antibiotik yang tidak adekuat pada OMSA dapat menonaktifkan infeksi tetapi tidak dapat menyembuhkan secara sempurna. Akan menyisakan infeksi dengan grade yang rendah Proses ini dapat merangsang mukosa untuk menghasilkan cairan dalam jumlah banyak. Jumlah sel goblet dan kelenjar mukus juga bertambah -Infeksi virus → Berbagai virus adeno dan rino pada saluran pernapasan atas dapat menginvasi telinga tengah dan merangsang peningkatan produksi sekret.
  22. Kelainan palatum → OMS banyak pada anak yang menderita sumbing langit-langit (cleft palate). Faktor ras → prevalensi OMS lebih tinggi pada kelompok tertentu, orang indian terutama navayo dan eskimo > lebih sering mengalami OMS dibanding yg lain. Kulit hitam dan kulit putih sama tidak ada bandingan, Jenis kelamin → laki lakilebih sering dibanding wanita Umur → insidensi tertinggi pada usia < 2 tahun dan menurun drastis pada > 6 tahunvKelainan palatum → OMS banyak pada anak yang menderita sumbing langit-langit (cleft palate). Faktor ras → prevalensi OMS lebih tinggi pada kelompok tertentu, orang indian terutama navayo dan eskimo > lebih sering mengalami OMS dibanding yg lain. Kulit hitam dan kulit putih sama tidak ada bandingan, Jenis kelamin → laki lakilebih sering dibanding wanita Umur → insidensi tertinggi pada usia < 2 tahun dan menurun drastis pada > 6 tahun
  23. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538293/
  24. Patgen otitis media serosa : -Diawali dengan OMSA yang telah mengalami resolusi. Didahului adanya gangguan fungsi tuba eustachii akibat infeksi sekunder, alergi, ISPA atau trauma. → kemudian gangguan fungsi tuba ini menyebabkan terbentuknya tekanan negative di dalam ruang telinga tengah akibat absorpsi oksigen oleh permukaan mukosa ruang telinga tengah. Tekanan negative ini memicu transudasi cairan serosa ke dalam ruang telinga tengah dimana cairan yang terkumpul akan menjadi pus dan lengket → Adanya cairan ini memicu munculnya keluhan berupa nyeri dan rasa penuh di telinga, serta gangguan pendengaran→ necrosis dan perforasi pada membran tympani
  25. Pendengaran berkurang (biasa tidak nyeri) terkadang Rasa sedikit nyeri dalam telinga dapat terjadi pada awal tuba terganggu, yang menyebabkan timbulnya tekanan negative pada telinga tengah. Rasa tersumbat pada telinga atau suara sendiri terdengar lebih keras atau berbeda pada telinga yang sakit. Kadang kadang terasa seperti ada cairan yang bergerak dalam telinga saat posisi kepala berubah. Tinnitus (telinga berdenging) dan Vertigo kadang kadang ada dalam bentuk yang ringan
  26. Tuli konduktif adalah kondisi ketika suara tidak bisa masuk ke telinga bagian dalam karena ada masalah pada saluran telinga, gendang telinga, maupun tulang-tulang pendengaran di telinga bagian tengah. Timpanometri : penilaian objektif mobilitas membran timpani, fungsi TE, dan fungsi telinga tengah dengan mengukur jumlah energi suara yang dipantulkan kembali o/ probe kecil yang ditempatkan pada liang telinga, hasil pemeriksaannya disebut timpanogram dan digunakan u/ mengkonfirmasi diagnosis OMS. biasanya didapatkan hasil tipe B atau C yang menunjukkan gerakan membran timpani terbatas karena adanya cairan atau perlekatan dalam kavum timpani.
  27. Audiometri → untuk mengevaluasi kemampuan mendengar dan mendeteksi masalah pada pendengaran Otoskopi → untuk menilai kondisi, warna, dan translusensi membrane timpani Timpanometri → untuk mengetahui kondisi dari system telinga tengah Radiologi → jarang, untuk menyingkirkan komplikasi (mastoiditis, thrombosis sinus sigmoid atau adanya kolesteatoma)
  28. Penggunaan antibiotik sebenarnya kurang diperlukan karena tidak ditemukan mikroba pada sekret. Diberikan apabila terdapat infeksi pada organ sekitar yang menyebabkan disfungsi tuba
  29. Miringotomi Tujuan : Menghilangkan cairan di telinga tengah Mengatasi gangguan pendengaran Mencegah kekambuhan Adenoidektomi Indikasi Pengangkatan karena pembesaran adenoid Pengangkatan untuk perbaikan fungsi tuba eustachius Pengangkatan sumber potensial peradangan dan infeksi di lubang tuba eustachius Keefektifan adenoidektomi sama dengan miringotomi Komplikasi : perdarahan, insufisiensi velopalatal, dan patulous eustachian tube
  30. Mastoidutis insipient mastoiditis coalescent
  31. Ears that stick out more than 2 cm from the side of the headare considered to be prominent or protruding. Nyeri, radang, dan eritema pada prosesus mastoid (80%) Protrusi aurikula ke lateral dan inferior Nyeri telinga (67%) Demam (76%), letargi (96%) Otorrhea (50%) Membran timpani perforasi, efusi, atau menonjol (bulging) (80% pada kasus anak); Penurunan pendengaran akibat penyempitan kanal auditorik eksternal (71%).
  32. Foto polos mastoid yang tebanyak digunakan kepentingan klinik yaitu lateral atau Schuller dan obliq atau Stenver
  33. Mastoidektomi adalah prosedur bedah untuk mengeluarkan sel udara mastoid sebagai pengobatan infeksi telinga tengah. Sel udara mastoid terletak di tulang mastoid yang berada pada bagian tengah dan dalam telinga. Karena letaknya berdekatan dengan rongga yang terhubung pada telinga tengah, sel ini cenderung dapat menyebarkan infeksi ke bagian telinga yang lebih dalam, bahkan hingga ke tulang tengkorak. Tympanocentesis Aspirasi dari isi telinga tengah melalui membran timpani dengan jarum dan mengambil materi untuk diagnosis. Lubang cukup kecil untuk sembuh dalam 1-2 hari. Tympanostomy tubes are small tubes that are surgically placed into your child's eardrum by an ear, nose, and throat (ENT) surgeon. The tubes may be made of plastic, metal, or Teflon®. The tubes are placed to help drain the fluid out of the middle ear to reduce the risk of ear infections. Jika pasien tidak membaik dalam 48 jam dgn antibiotik → lakukan mastoidektomi Miringotomi, yaitu operasi untuk mengeluarkan nanah dari telinga tengah Mastoidektomi, yaitu operasi untuk mengangkat bagian tulang mastoid yang terinfeksi
  34. Kombinasi antibiotik/steroid topikal → untuk mengurangi pembengkakan mukosa dan memberikan antibiotik topikal ke telinga tengah dan mastoid. Lanjutkan tetes sampai otorrhea berhenti dan menunjukkan penyembuhan mukosa tanpa pembengkakan atau obstruksi